Anda di halaman 1dari 129

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA JUS BUAH TOMAT


(Solanum Lycopersicum) DENGAN JUS BUAH NAGA MERAH
(Hylocereus Polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN KADAR
GLUKOSA DARAH PADA LANSIA 45-59 TAHUN DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERAWATAN
SIMPANG EMPAT

MARIATUL JANAH
NIM : 11 14 15 0441

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DARUL AZHAR
BATULICIN
2019
ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA JUS BUAH TOMAT
(Solanum Lycopersicum) DENGAN JUS BUAH NAGA MERAH
(Hylocereus Polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN KADAR
GLUKOSA DARAH PADA LANSIA 45-59 TAHUN DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERAWATAN
SIMPANG EMPAT

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana


Keperawatan Program Studi S1 Keperawatan

STIKES Darul Azhar Batulicin

Disusun Oleh :

MARIATUL JANAH
NIM : 11 14 15 0441

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DARUL AZHAR
BATULICIN
2019

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal penelitian dengan judul “Analisis Perbandingan Antara Jus Buah Tomat
(Solanum Lycopersicum) Dengan Jus Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus)
Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia 45-59 Tahun Di Wilayah
Kerja Puskesmas Perawatan Simpang Empat Tahun 2019

” ini telah disetujui untuk diseminarkan pada :

Hari :

Tanggal :

Jam :

Tempat : Stikes Darul Azhar Batulicin

Pembimbing I Pembimbing II

Herdy Juniawan, S.kep.,Ns.,M.Kep Tika Sari Dewy,S.Kep. Ns.,M.Kep


NIDN: 11 070686 01 NIDN: 1102019002

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
atas kesempatan dan kekuatan yang diberikan sehingga peneliti dapat
menyelesaikan proposal dengan judul “Perbandingan Jus Buah Tomat (Solanum
Lycopersicum) Dengan Jus Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus) Terhadap
Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia 45-59 Tahun Di Wilayah Kerja
Puskesmas Perawatan Simpang Empat Tahun 2019” dalam rangka untuk
memenuhi persyaratan memperoleh derajat Strata S1 Keperawatan STIKes Darul
Azhar Batulicin Kabupaten Tanah Bumbu.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan proposal ini tidak akan berhasil
sesuai yang diharapkan tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk
itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. H. M. Zairullah Azhar M. Sc, selaku Ketua Yayasan Darul Azhar Bersujud
Kabupaten Tanah Bumbu.
2. DR. Ir. H. Budi Santoso, MS. selaku Ketua STIKes Darul Azhar Batulicin
Kabupaten Tanah Bumbu.
3. Herdy Juniawan, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Wakil Ketua 1 sekaligus
Pembimbing 1 yang telah banyak menghabiskan waktu, pemikiran, saran dan
perhatian dalam membimbing serta mengarahkan peneliti dalam
menyelesaikan proposal ini.
4. Farhandika Putra, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Program Studi
Keperawatan.
5. Tika Sari Dewy,S.Kep. Ns.,M.Kep selaku Dosen Tetap Studi Keperawatan
STIKes Darul Azhar sekaligus Pembimbing 2 yang telah banyak memberikan
pengarahan, pemikiran dan perhatian dalam menyelesaikan proposal ini.
6. dr. Irawansyah selaku Kepala Puskesmas Perawatan Simpang Empat
Kabupaten Tanah Bumbu yang telah memberikan izin untuk pengambilan data
awal penelitian.

iii
Peneliti menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna dan
banyak terdapat kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang menunjang perbaikan dan kesempurnaan proposal ini. Akhirnya peneliti
berharap semoga proposal ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Tanah Bumbu, Maret 2019

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i


HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .................................................................................. vii
DAFTAR SKEMA ................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... x
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................... xi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................. 8
1.3. Tujuan ................................................................................... 9
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................ 10
1.5. Keaslian Penelitian ................................................................ 12
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Gula Darah ............................................................... 14
2.2. Konsep Diabetes Mellitus ..................................................... 15
2.3. Konsep Lansia ....................................................................... 28
2.4. Konsep Buah Tomat .............................................................. 33
2.5. Konsep Buah Naga ................................................................ 46
2.6. Konsep Jus ............................................................................ 60
2.7. Perbandingan Jus Buah Tomat (Solanum Lycopersicum)
Dengan Jus Buah Naga Merah (Hylocereuspolyhizu)
Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah ......................... 65
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1. Kerangka Teori ...................................................................... 70
3.2. Kerangka Konsep .................................................................. 71
3.3. Hipotesis Penelitian ............................................................... 72
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................... 73
4.2. Desain Penelitian ................................................................... 73
4.3. Populasi, Sampel dan Sampling ............................................ 74
4.4. Variabel Penelitian ................................................................ 78
4.5. Definisi Operasional .............................................................. 79
4.6. Instrumen Penelitian .............................................................. 81
4.7. Prosedur Pengumpulan Data ................................................. 82
4.8. Pengelolaan Data ................................................................... 86
4.9. Analisa Data .......................................................................... 87
4.10. Etika Penelitian ……………………………………………. 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian ................................................................ 12


Tabel 2.1. Jenis-Jenis Berdasarkan Bentuk Buah Dan Kegunaannya .... 35
Tabel 2.2. Kandungan Nutrisi Buah Tomat ........................................... 37
Tabel 2.3. Kandungan Gizi Tomat ......................................................... 39
Tabel 2.4. Spo (Standar Prosedur Operasional) Pemberian Jus
Buah Tomat ........................................................................... 45
Tabel 2.5. Kandungan Nutrisi Pada Daging Dan Kulit Buat Naga ........ 50
Tabel 2.6. Spo (Standar Prosedur Operasional) Pemberian Jus
Buah Naga Merah ................................................................. 58
Tabel 4.1. Definisi Operasional ............................................................. 80

vi
DAFTAR SKEMA

Skema 3.1.Kerangka Teori Perbandingan Jus Buah Tomat Dengan Jus Buah
Naga Merah Terhadap Penurunan Glukosa Darah Pada Lansia
45-59 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Simpang
Empat Kabupaten Tanah Bumbu 2019 ..................................... 71
Skema 3.2.Kerangka Konsep Perbandingan Jus Buah Tomat Dengan Jus
Buah Naga Merah Terhadap Penurunan Glukosa Darah Pada
Lansia 45-59 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan
Simpang Empat Kabupaten TanahBumbu 2019 ........................ 72
Skema 4.1.Rancangan Penelitian quasi – eksperimental pretest –
Posttest without control .............................................................. 74

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Jenis Buah Tomat Berdasarkan Bentuk


Buah Dan Kegunaannya .................................................... 35
Gambar 2.2. Buah Naga Daging Putih ................................................... 48
Gambar 2.3. Buah Naga Daging Merah ................................................. 48
Gambar 2.4. Buah Naga Daging Super Merah ...................................... 49
Gambar 2.5. Buah Naga Kulit Kuning, Daging Putih ........................... 49

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. : Jadwal Pelaksanaan Penelitian


Lampiran 2. : Permohonan Kesediaan Menjadi Responden
Lampiran 3. : Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)
Lampiran 4. : Lembar SPO Pemberian Jus Buah Tomat
Lampiran 5. : Lembar SPO Pemberian Jus Buah Naga Merah
Lampiran 6. : Lembar SPO Pemeriksaan Glukosa Darah
Lampiran 7. : Lembar Observasi Pretest dan Posttest Pemberian Jus Buah
Tomat Terhadap Glukosa Darah Pada Responden
Lampiran 8. : Lembar Observasi Pretest dan Posttest Pemberian Jus Buah Naga
Merah Terhadap Glukosa Darah Pada Responden
Lampiran 9. : Surat Ijin Pengambilan Data Awal di Dinas Kesehatan Kabupaten
Tanah Bumbu
Lampiran 10. : Nama Mahasiswa Yang Mengambil Data Awal di Dinas
Kesehatan Kabupaten Tanah Bumbu
Lampiran 11. : Surat Balasan Diberikan Ijin Pengambilan Data Awal Di Dinas
Kesehatan Kabupaten Tanah Bumbu
Lampiran 12. : Surat Pengantar Dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tanah Bumbu
Untuk Pengambilan Data Awal di Puskesmas Perawatan Simpang
Empat
Lampiran 13. : Data Dinas Kesehatan
Lampiran 14. : Lembar Konsultasi Bimbingan Proposal

ix
DAFTAR SINGKATAN

ADA : American Diabetes Association


AKG : Angka Kecukupan Gizi
AIDS : Acquired Immuno Deficiency Syndrome
DKK : Dan Kawan Kawan
DM : Diabetes Mellitus
GDP : Gula Darah Puasa
HIV : Human Immunodeficiency Virus
IDF : International Diabetes Federation
KEMENKES : Kementerian Kesehatan
KKAL : Kilo Kalori
MmHg : Milimeter Raksa / Milimeter Merkuri
NIDDK : National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease
PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
PUSKESMAS : Pusat Kesehatan Masyarakat
PGDM : Pemantauan Glukosa Darah Mandiri
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
STIKes :Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
SPO : Standar Prosedur Operasional
SPSS : (Soft Product And Service Solution)
TNM : Terapi Nutrisi Medis
WHO : World Health Organization
HbA1C : Hemoglobin A1C

x
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Proses menua bersifat individual, dimana proses menua pada setiap orang

terjadi dengan usia yang berbeda, dan tidak ada satu factor pun yang

ditemukan dalam mencegah proses menua. Adakalanya seseorang belum

tergolong tua (masih muda) tetapi telah menunjukkan kekurangan yang

mencolok. (Padila, 2013).

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13

Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang

yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. (Suparyanto, 2014).

Lansia mengalami kemunduran dalam sistem fisiologinya seperti kulit

yang keriput, turunnya tinggi badan, berat badan, kekuatan otot, daya lihat,

daya dengar, kemampuan berbagai rasa (senses), dan penurunan fungsi

berbagai organ termasuk apa yang terjadi terhadap fungsi homeostatis

glukosa, sehingga penyakit degeratif seperti DM akan lebih mudah terjadi.

(Rochmah, 2015).

Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut

usia meliputi : usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai

59 tahun, lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun, lanjut usia tua

(old) antara usia 75 sampai 90 tahun, usia sangat tua (very old) diatas usia 90

tahun. (Suparyanto, 2014).

1
2

Gambaran orang yang tergolong lanjut usia penampilannya masih sehat,

bugar, badan tegap, akan tetapi meskipun demikian harus diakui bahwa ada

berbagai penyakit yang sering dialami oleh lanjut usia. Misalnya, hipertensi,

diabetes, rematik, asam urat, dimensia senilis, sakit ginjal. (Padila, 2013).

Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolik dengan adanya

peningkatan gula darah (hiperglikemia) yang disebabkan oleh kelainan sekresi

insulin dan kerja insulin (Septiyanti, 2013). Diabetes melitus yang merupakan

gangguan metabolisme memiliki manifestasi berupa hilangnya toleransi

glukosa. Pada diabetes melitus dapat ditemui tanda-tanda berupa kadar

glukosa darah di atas ambang normal (hiperglikemia) saat puasa dan setelah

makan (postprandial), aterosklerotik dan penyakit vaskular mikroangiopati,

serta neuropati. Manifestasi klinis hiperglikemia biasanya sudah mucul selama

bertahun-tahun sebelum timbulnya kelainan klinis yang berupa penyakit

vaskular. Individu dengan kelainan toleransi glukosa ringan (gangguan

toleransi glukosa dan gangguan glukosa puasa) tetap berisiko mengalami

komplikasi metabolik diabetes. (American Diabetes Association / ADA,

2016).

Prevalensi diabetes di Dunia pada tahun 2015, ada 415 juta orang dewasa

yang menderita diabetes, kenaikan 4 kali lipat dari 108 juta di 1980an. Pada

tahun 2040 diperkirakan jumlahnya akan menjadi 642 juta. Hampir 80% orang

diabetes ada di Negara berpenghasilan rendah dan menengah. Pada tahun

2015, persentase orang dewasa dengan diabetes adalah 8,5% (1 diantara 11

orang dewasa menyandang diabetes) (IDF Atlas 2015). Pada tahun 2013, salah
3

satu beban pengeluaran kesehatan terbesar di dunia adalah diabetes yaitu

sekitar 612 miliar dolar. Pada tahun 2012, diabetes merupakan penyebab

kematian ke delapan pada kedua jenis kelamin dan penyebab kematian kelima

pada perempuan. Pada tahun 2012 gula darah tinggi bertanggungjawab atas

3,7 juta kematian di dunia; dari angka ini, 1,5 juta kematian disebabkan oleh

diabetes. Dari tahun 2010 sampai 2030 kerugian dari gross domestic product

(GDP) di seluruh dunia karena diabetes dipastikan sekitar 1,7 triliun dolar. 1

diantara 2 orang penyandang diabetes masih belum terdiagnosis dan belum

menyadari bahwa dirinya diabetes. (IDF Atlas 2015).

Prevalensi diabetes di Indonesia menempati peringkat ke tujuh dunia di

dunia untuk prevalensi penderita diabetes tertinggi di dunia bersama dengan

China, India, Amerika Serika, Brazil, Rusia dan Meksiko dengan jumlah

estimasi orang dengan diabetes sebesar 10 juta (IDF Atlas 2015). Diabetes

dengan komplikasi merupakan penyebab kematian tertinggi ketiga di

Indonesia (SRS, 2015). Persentase kematian akibat diabetes di Indonesia

merupakan yang tertinggi kedua setelah Srilanka, prevalensi orang dengan

diabetes di Indonesia menunjukkan kecenderungan meningkat yaitu dari 5,7%

(2007) menjadi 6,9% (2013). 2/3 orang dengan diabetes di Indonesia tidak

mengetahui dirinya memiliki diabetes, dan berpotensi untuk mengakses

layanan kesehatan dalam kondisi terlambat (sudah dengan komplikasi).

Prevalensi berat badan berlebih atau overweight (13,5% Riskesdas 2013) dan

obesitas (15,4%, Riskesdas 2013) yang merupakan salah satu factor resiko
4

terbesar diabetes meningkat terus di bandingkan Riskesdas 2007 dan 2010.

(IDF Atlas 2015).

Prevalensi penyakit Diabetes Mellitus di Kalimantan Selatan dalam 12

bulan terakhir di dapatkan penduduk sebesar 1 % (rentang : 0,3 – 1,7 %).

Prevalensi diabetes tidak banyak berbeda pada laki – laki dan perempuan.

Penyakit diabetes lebih tinggi di perkotaan dibandingkan di perdesaan, dan

cenderung meningkat pada status ekonomi yang lebih tinggi. Pemeriksaan

obesitas pada penduduk adalah salah satu cara untuk mendeteksi adanya

diabetes mellitus. Sasaran penduduk yang dilakukan pengukuran adalah

kelompok umur > 15 tahun dimana pada tahun 2016 berjumlah 153.836 orang.

Dari kelompok sasaran itu yang mendapatkan pengukuran obesitas hanya

6.692 orang atau sekitar 4,35% dari jumlah sasaran dan dari 6.692 orang yang

diperiksa dikategorikan mengalami obesitas sebanyak 1.621 orang (24,22%)

dimana laki-laki 404 orang (20,80%) dan perempuan 1.217 orang (25,62%).

Artinya ada 4,35% dari 6.692 orang di Kabupaten Banjar yang termasuk

obesitas pada tahun 2016. Selain itu berarti terdapat 4,35% penduduk sasaran

yang beresiko mengidap diabetes mellitus. (Kemenkes, 2016).

Prevalensi di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu, tahun 2018, Dinas

Kesehatan daerah setempat berhasil mengumpulkan data diabetes mellitus

sebanyak 3528 orang yang mengalami gula darah tinggi atau diabetes mellitus,

sedangkan di Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu

di dapatkan data penderita Diabetes Mellitus atau Glukosa Darah tinggi

sebanyak 569, di mana laki-laki penderitanya berjumlah 251 dan perempuan


5

berjumlah 318, pada usia 45-59 tahun diadapatkan jumlah penderita diabetes

mellitus sebanyak 244.

Jus buah merupakan salah satu cara memenuhi kebutuhan vitamin dan

mineral yang bermanfaat meningkatkan kekebalan tubuh dari penyakit. Tetapi,

jangan salah mengolahnya agar tubuh mendapatkan manfaat yang maksimal.

Ternyata, minum jus ada aturannya agar jus bernilai maksimal bagi kesehatan

tubuh. (Fitria, 2016).

Tomat merupakan tanaman dari famili Solanaceae, yaitu berbunga seperti

trompet. Bentuk, warna, rasa, dan tekstur buah tomat sangat beragam. Ada

yang bulat, bulat pipih, keriting, atau seperti bola lampu. Warna buah masak

bervariasi dari kuning, orange, sampai merah, tergantung dari jenis pigmen

yang dominan. Rasanya pun bervariasi, dari asam hingga manis. Buahnya

tersusun dalam tandan – tandan. Keseluruhan buahnya berdaging dan banyak

mengandung air. (Iwanudin, 2016).

Serat dan antioksidan pada buah tomat dapat memperlambat penyerapan

glukosa dari usus kecil. Serat tidak larut mengurangi proses glukoneogenesis

yang berpengaruh terhadap peningkatan sekresi insulin sehingga dapat

mengurangi kenaikan kadar glukosa. (PERKENI, 2016).

Buah naga terdiri dari buah naga merah dan buah naga putih. Namun

secara klasifikasi buah naga terdiri dari empat, yaitu buah naga daging putih

(Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus polyrhizus), buah

naga daging super merah (Hylocereus costaricensis), dan buah naga kulit

kuning daging putih (Selenicerius megalanthus). Dari keempat jenis buah naga
6

tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing misalnya, buah

naga merah terkenal dengan rasa manisnya, buah naga putih terkenal dengan

ukurannya yang lebih besar. (Oktaviani, 2014).

Serat dan antioksidan pada buah naga merah mempunyai kemampuan

untuk memperlambat penyerapan glukosa dan lemak dengan cara feses yang

secara tidak langsung menurun sehingga kadar glukosa darah, profil lipid dan

kolestrol menurun. (Oktaviani, 2014).

Hasil uji validitas yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 21 Februari

2019 di wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Simpang Empat, didapatkan

bahwa dari 10 penderita yang datang ke Puskesmas Perawatan Simpang

Empat untuk melakukan cek gula darah, didapatkan bahwa 3 orang (30%)

kadar gula darahnya tinggi 180 – 200 mg/dl, 2 orang (20%) mengakui bahwa

terjadinya gula darah tinggi karena kebiasaan pola hidup / pola makan yang

tidak teratur, 5 orang lainnya (50%) masih belum begitu mengetahui jus buah

tomat dan jus buah naga merah dapat menurunkan glukosa darah.

Penelitian sebelumnya tentang pengaruh jus tomat terhadap kadar gula

darah sewaktu pada lansia hiperglikemi di dusun niten nogotirto gamping

sleman yogyakarta menunjukkan bahwa jus ini dikonsumsi 1 kali dalam

sehari yaitu pagi hari sebelum makan pagi selama 7 hari berturut-turut,

kunjungan ke rumah responden oleh peneliti pada hari ke-0 melakukan

pengukuran kadar gula darah pretest. Hari ke-1 sampai hari ke-7 adalah

pemberian jus tomat yang dilakukan oleh peneliti dan asisten peneliti.

Selanjutnya hari ke-8 dilakukan kunjungan kembali oleh peneliti untuk


7

mengukur kadar gula darah responden untuk mendapatkan hasil posttest,

sehingga di dapatkan hasil pengaruh pemberian jus tomat terhadap kadar gula

darah sewaktu pada lansia hiperglikemi di Dusun Niten, Nogotirto, Gamping,

Sleman, Yogyakarta selisih rerata antara pretest dan posttest pada kelompok

intervensi menunjukkan ada penurunan rerata kadar gula darah sewaktu

setelah diberikan jus tomat, berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa

ada perbedaan kadar gula darah sewaktu pada saat pretest dan posttest pada

kelompok intervensi dan kelompok control. (Antika, 2016).

Penelitian sebelumnya tentang pengaruh pemberian jus buah naga merah

(hylocereus polyrhizus) terhadap kadar glukosa darah puasa pria prediabetes

menunjukkan bahwa pemberian jus buah naga merah dengan dosis 2.86 gr/kg

BB/hari selama 21 hari memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

penurunan kadar GDP pria Prediabetes. (Noer, 2015).

Buah dan sayur merupakan sumber pangan kaya akan vitamin dan mineral

yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, perkembangan, dan pertumbuhan.

Meskipun kebutuhannya relatif kecil, namun fungsi vitamin dan mineral

hampir tidak dapat digantikan sehingga terpenuhinya kebutuhan konsumsi zat

tersebut menjadi esensial. Buah dan sayur juga mengandung serat dan

antioksidan yang sangat baik untuk tubuh. Serat dapat membantu proses

pencernaan tubuh dan antioksidan dapat melawan radikal bebas pada tubuh,

sehingga konsumsi buah dan sayur menjadi hal penting. (Madanijah, 2015).

Obat-obatan farmakologi pada umumnya lebih di andalkan di bandingkan

dengan non-farmakologi. padahal pengobatan non-farmakologi juga tidak


8

kalah penting. Misalnya mengunakan “buah tomat dan buah naga merah

untuk jus”. sampai saat ini kadar glukosa darah juga masih menjadi masalah

disebabkan meningkatnya penderita glukosa darah setiap tahunnya, masih

kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kesehatannya ke pusat-

pusat pelayanan kesehatan terdekat. Juga di karenakan harga obat yang mahal,

sehingga masyarakat lebih cenderung dimungkinkan tidak sanggup berobat.

(Antoni, 2015).

Berdasarkan dari penjelasan diatas didapatkan penderita diabetes mellitus

kebanyakan disebabkan oleh faktor kebiasaan pola hidup / pola makan yang

tidak teratur. Beberapa hasil wawancara kunjungan ke Puskesmas Perawatan

Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu yaitu ada 70% orang yang

menderita diabetes mellitus yang belum tahu bahwa jus buah tomat dan jus

buah naga merah dapat menurunkan glukosa darah pada penderita diabetes

mellitus, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Analisis Perbandingan Antara

Jus Buah Tomat (Solanum lycopersicum) Dengan Jus Buah Naga Merah

(Hylocereus Polyrhizus) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada

Lansia 45-54 Tahun di Wilayah Kerja Simpang Empat Kabupaten Tanah

Bumbu 2019”.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu

Apakah ada “Perbandingan antara jus tomat (Solanum Lycopersicum) dengan

jus buah naga merah (Hylocereus Polyrhizus) terhadap penurunan kadar


9

glokusa darah pada lansia 45-59 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas

Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu 2019” ?

1.3.Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan khasiat antara jus tomat (Solanum

Lycopersicum) dengan jus buah naga merah (Hylocereus Polyrhizus)

terhadap penurunan kadar glukosa darah pada lansia 45-59 tahun di

Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah

Bumbu 2019.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi kadar glukosa darah pada lansia usia 45 – 59 tahun

sebelum pemberian jus buah tomat (Solanum Lycopersicum) di

Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten

Tanah Bumbu tahun 2019.

2. Mengidentifikasi kadar glukosa darah pada lansia usia 45 – 59 tahun

sesudah pemberian jus buah tomat (Solanum Lycopersicum) di

Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten

Tanah Bumbu tahun 2019.

3. Mengidentifikasi kadar glukosa darah pada lansia usia 45 – 59 tahun

sebelum pemberian jus buah naga merah (Hylocereus Polyrhizus) di

Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten

Tanah Bumbu tahun 2019.


10

4. Mengidentifikasi kadar glukosa darah pada lansia usia 45 – 59 tahun

sesudah pemberian jus buah naga merah (Hylocereus Polyrhizus) di

Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten

Tanah Bumbu tahun 2019.

5. Menganalisa perbandingan antara jus tomat (Solanum Lycopersicum)

dengan jus buah naga merah (Hylocereus Polyrhizus) terhadap

penurunan kadar glukosa darah pada lansia 45-59 tahun di Wilayah

Kerja Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah

Bumbu 2019.

1.4. Manfaat Penelitan

1.4.1. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan kedepannya dapat menambah

wawasan mengenai manfaat mengkonsumsi jus buah tomat dan jus buah

naga merah pada lansia.

1.4.2. Bagi Ilmu Keperawatan

Penelitian ini diharapkan kedepannya dapat memperkaya ilmu

pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya terapi non

farmakologis terhadap penurunan kadar glukosa darah pada lansia.

1.4.3. Bagi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini diharapkan memberi masukan pada pelayanan

kesehatan seperti di Puskesmas, Posyandu Lansia untuk membuat

program pengobatan terapi non farmakologis pada lansia.


11

1.4.4. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai salah satu media pembelajaran, sumber informasi,

wacana kepustakaan terkait terapi non farmakologis.

1.4.5. Bagi Peneliti

Merupakan bentuk pengaplikasian ilmu selama perkuliahan dan

memperoleh pengetahuan serta wawasan mengenai analisis perbandingan

antara jus tomat (solanum lycopersicum) dengan jus buah naga merah

(hylocereus polyrhizus) terhadap penurunan kadar glokusa darah pada

lansia 45-59 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Simpang

Empat Kabupaten Tanah Bumbu 2019.


12

1.5. Keaslian Penelitian

Table 1.1 Keaslian Penelitian Nasional Dan Internasional

No Judul, Penulis, Persamaan Perbedaan


Tahun
1. Pengaruh Buah 1. Variabel 1. Jumlah Populasi 30 responden
Naga terhadap Independen 2. Jumlah sampel 15 responden
kadar glukosa (Buah Naga) 3. Penelitian ini menggunakan desain
darah pasien 2. Variabel quasi eksperiment dengan
diabetes melitus Dependen rancangan non equivalent control
tipe II di (kadar glukosa group.
Puskesmas Temon darah) 4. Berdasarkan penelitian mengenai
1 Kulon Progo Pengaruh Buah Naga terhadap kadar
Yogyakart, glukosa darah pasien diabetes
Roiffatul (2017) melitus tipe II di Puskesmas Temon
1 Kulon Progo Yogyakart, ditarik
kesimpulan : Hasil analisis data
menggunakan uji paired t test
diperoleh nilai p value lebih kecil
dari 0,05 (0,026<0,05). Ada
pengaruh secara signifikan buah
naga terhadap kadar glukosa darah
pada penderita diabetes tipe II di
Puskesmas Temon 1 Kulon Progo
Yogyakarta.
2. Pengaruh 1. Variabel 1. Jumlah populasi 82 responden
Pemberian Jus Independen 2. Jumlah sampel 32 responden
Buah Naga Merah (Buah Naga 3. Desain penelitian ini menggunakan
(Hylocereus Merah) Pre eksperimental dengan rancangan
Polyrhizus) 2. Variabel pre-post group design.
Terhadap Kadar Dependen (Kadar 4. Berdasarkan penelitian dan
Glukosa Darah Glukosa Puasa) pembahasan mengenai Pengaruh
Puasa Pria Pemberian Jus Buah Naga Merah
Prediabetes, Noer, (Hylocereus Polyrhizus) Terhadap
dkk (2015) Kadar Glukosa Darah Puasa Pria
Prediabetes, maka dapat ditarik
kesimpulan Hasil uji statistik Kadar
GDP pada kelompok perlakuan
menunjukkan penurunan yang
bermakna sebelum dan sesudah
intervensi. kadar GDP mengalami
penurunan dari 115.86 mg/dL
menjadi 79.71 md/dL dengan rerata
penuruan 36.14 mg/dL (31.19%).
3. Pengaruh 1. Variabel 1. Jumlah sampel 15 responden
Pemberian Jus Independen 2. Desain ini menggunakan Quasy
Tomat Terhadap (Buah Tomat) Eksperiment dengan rancangan one
Kadar Gula Darah 2. Variabel grup pre-post
Pada Klien Dengan Dependen time series design.
Diabetes Melitus (Kadar Gula 3. Berdasarkan penelitian dan
Tipe 2 Di Darah) pembahasan mengenai Pengaruh
Puskesmas Pemberian Jus Tomat Terhadap
Cempaka Kadar Gula Darah Pada Klien
13

Banjarmasin, Dengan Diabetes Melitus Tipe 2,


Febiola, dkk (2018) maka dapat ditarik kesimpulan :
hasil analisis data uji Paired Sample
T-Test pada kelompok perlakuan
didapatkan nilai p (0,000) <α (0,05).
Artinya ada pengaruh pemberian jus
tomat terhadap kadar gula darah
pada klien dengan diabetes melitus
tipe 2.
4. Effect Of Dragon 1. Variabel 1. Methods and Material:
Fruit On Glycemic Independen 28 subjects were selected
Control In (Dragon Fruit) randomized controlled Study
Prediabetes And 2. Variabel selection, data extraction and study
Type 2 Diabetes: A Dependen quality assessment were performed
Systematic Review (Glycemic independently by two investigators.
And Meta- Control) 2. In the group shows that Dragon
Analysis, Fruit was significantly there was a
Suksomboon, dkk trend towards greater glucose
(2017) reduction achieved with higher dose
since estimated treatment effect
became greater with the higher
dose.
5. The Effect of 1. Variabel 1. Methods and Material:
tomato Independen 32 subject met the selection criteria.
consumption on (Tomato The present study was done as a
serum glucose, Consumption) quasi-experimental study.
apolipoprotien B, 2. Variabel 2. There were significant decreases in
apolipoprotein A-I, Dependen systolic and diastolic blood pressure
homocysteine and (Serum and also a significant increase in
blood pressure in Glucose) apoA-I at the end of study compared
type 2 diabetic with initial values (P¼ 0.0001, P¼
patients. Shidfar, 0.0001 and P¼0.013, respectively).
dkk (2011) In conclusion, 200g raw tomato per
day had a favored effect on blood
pressure and apoA-I so it might be
beneficial for reducing
cardiovascular risk associated with
type 2 diabetes.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Konsep Gula Darah

2.1.1. Definisi Glukosa

Glukosa adalah karbohidrat terpenting bagi tubuh karena glukosa

bertindak sebagai bahan bakar metabolik utama. Glukosa juga berfungsi

sebagai perkursor untuk sintesis karbohidrat lain, misalnya glikogen,

galaktosa, ribose, dan deoksiribosa. Glukosa merupakan produk akhir

terbanyak dari metabolisme karbohidrat. Sebagian besar karbohidrat

diabsorbsi kedalam darah dalam bentuk glukosa, sedangkan monosakarida

lain seperti fruktosa dan galaktosa akan diubah menjadi glukosa di dalam

hati. Karena itu, glukosa merupakan monosakarida terbanyak didalam

darah. (Astuti, 2017).

Kadar glukosa darah diatur sedemikian rupa agar dapat memenuhi

kebutuhan tubuh, dalam keadaan absorbtif, sumber energy utama adalah

glukosa. Glukosa yang berlebihan akan disimpan dalam bentuk glikogen

atau trigliserida. Keadaan pasca – absorbtif, glukosa harus dihemat untuk

digunakan oleh otak dan sel darah merah yang sangat bergantung pada

glukosa. Jaringan lain yang dapat menggunakan bahan bakar alternative.

(Astuti, 2017).

14
15

2.1.2. Nilai Normal Gula Darah

Menurut Rudi (2013) hasil pemeriksaan gula darah dikatakan

normal bila :

1. Gula darah sewaktu : > 200 mg/dL

2. Gula darah puasa : > 126 mg/dL

3. 2 jam setelah makan : < 140 mg/dL

4. Pada wanita hamil : < 140 mg/dL

2.2.Konsep Diabetes Mellitus

2.2.1. Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes adalah suatu kondisi kronis yang terjadi ketika tubuh

tidak dapat menghasilkan cukup insulin dan didiagnosis dengan

mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah. (Juddin, 2017).

Penyakit ini merupakan suatu keadaan yang memengaruhi

kemampuan endokrin pankreas untuk memproduksi hormon insulin.

Insulin diperlukan untuk mengangkut glukosa dari aliran darah ke sel-sel

tubuh dimana ia digunakan sebagai energi. (Juddin, 2017).

Glukosa darah bersirkulasi di dalam darah dalam jumlah 70-150

mg/dL. Diabetes Melitus merupakan penyakit yang dapat terjadi karena

kadar glukosa darah yang terlalu tinggi (NIDDK, 2016). Diabetes adalah

suatu keadaan komplek dan serius sehingga dapat mempengaruhi seluruh

tubuh manusia. Diabetes Melitus ditandai dengan kadar glukosa dalam

darah melebihi batas normal dan gangguan metabolisme karbohidrat,


16

lemak dan protein ditimbulkan karena kadar insulin secara relatif.

(Hasdianah, 2015).

2.2.2. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Berdasarkan sebab yang mendasarkan timbulnya suatu penyakit,

DM dibagi menjadi beberapa golongan. (Sari, 2018).

a. Diabetes Melitus Tipe I

Diabetes tipe 1 disebabkan oleh reaksi autoimun, di mana sistem

pertahanan tubuh menyerang sel-sel beta penghasil insulin di pankreas.

Akibatnya, tubuh tidak bisa lagi memproduksi insulin yang

dibutuhkan. Diabetes tipe 1 sering berkembang tiba-tiba dan

menimbulkan gejala seperti sering haus, mulut kering, sering buang air

kecil, kurangnya energi, cepat kelelahan, kelaparan konstan, penurunan

berat badan mendadak, dan penglihatan kabur. (Juddin, 2017).

b. Diabetes Melitus Tipe II

Penyebab DM tipe 2 seperti yang diketahui adalah resistensi

insulin. Insulin dalam jumlah yang cukup tetapi tidak dapat bekerja

secara optimal sehingga menyebabkan kadar gula darah tinggi di

dalam tubuh. Defisiensi insulin juga dapat terjadi secara relatif pada

penderita DM tipe 2 dan sangat mungkin untuk menjadi defisiensi

insulin absolute. (Perkeni, 2015).


17

c. Diabetes pada kehamilan (Diabetes Melitus Gestational)

Merupakan penyakit DM yang terjadi pada ibu hamil yang tidak

mempunyai riwayat diabetes sebelumnya tetapi mempunyai glukosa

darah yang tinggi selama kehamilan ADA (American Diabetes

Association, 2016). Pada keadaaan ini plasenta mendukung bayi untuk

tetap tumbuh. Hormon yang terdapat dalam plasenta membantu bayi

dalam proses perkembangan tetapi hormon ini mencegah kinerja

insulin di tubuh ibunya. International Diabetes Federation (IDF,

2015).

Diabetes Gestational mempengaruhi kondisi ibu diakhir kehamilan,

setelah terbentuknya tubuh bayi tetapi bayi tetap berkembang oleh

sebab itu diabetes gestational tidak menyebabkan bayi menjadi cacat

lahir. (ADA, 2016). Diabetes Gestational jika tidak dikontrol atau tidak

dilakukan penanganan dapat membahayakan bayi. Pankreas ibu

bekerja ekstra untuk memproduksi insulin tetapi insulin tidak dapat

mengontrol glukosa darah, jadi glukosa darah yang tinggi melewati

plasenta dengan memberikan kadar glukosa darah tinggi kepada bayi,

hal ini dapat menyebabkan pankreas bayi bekerja ektra untuk

memproduksi insulin untuk menyingkirkan glukosa darah. (ADA,

2016).

d. DM Tipe Lainnya

Diabetes tipe spesifik lain disebabkan karena gangguan genetik

pada fungsi sel β, gangguan genetik pada kerja insulin, penyakit


18

eksokrin pankreas (seperti cystic fibrosis), dan yang dipicu oleh obat

atau bahan kimia (seperti dalam pengobatan HIV/AIDS atau setelah

transplantasi organ). (ADA, 2016).

2.2.3. Faktor Resiko Diabetes Melitus

Faktor resiko diaetes mellitus Menurut (Astuti, 2017) yaitu :

a. Faktor Resiko Yang Dapat Dirubah

1) Obesitas

Obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target

diseluruh tubuh sehingga insulin yang tersedia menjadi kurang

efektif dalam meningkatkan efek metabolism. (Astuti, 2017).

2) Gaya Hidup

Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditujukkan

dalam aktivitas sehari-hari. Makanan cepat saji (junk food),

kurangnya berolahraga dan minum-minuman yang bersoda

merupakan faktor pemicu terjadinya diabetes melitus tipe 2.

(Abdurrahman, 2014). Penderita DM diakibatkan oleh pola makan

yang tidak sehat dikarenakan pasien kurang pengetahuan tentang

bagaimanan pola makan yang baik dimana mereka mengkonsumsi

makanan yang mempunyai karbohidrat dan sumber glukosa secara

berlebihan, kemudian kadar glukosa darah menjadi naik sehingga

perlu pengaturan diet yang baik bagi pasien dalam mengkonsumsi

makanan yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya.

(Bertalina, 2016).
19

b. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dirubah

1) Usia

Semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi resiko

terkena diabetes melitus tipe 2 terjadi pada orang dewasa setengah

baya, paling sering setelah usia 45 tahun. Kategori usia menurut

Hurlock (2005), usia dewasa madya (dewasa setengah baya) antara

usia 41-59 tahun dan usia dewasa lanjut antara usia 60 tahun

sampai akhir hayat. Meningkatnya resiko DM seiring dengan

bertambahnya usia dikaitkan dengan terjadinya penurunan fungsi

fisiologi tubuh. (Putri, 2017).

2) Riwayat Keluarga Diabetes Melitus

Ibu yang menderita DM tingkat resiko terkena DM sebesar

3,4 kali lipat lebih tinggi dan 3,5 kali lipat lebih tinggi jika

memiliki ayah penderita DM. Apabila kedua menderita DM, maka

akan memiliki resiko terkena DM sebesar 6,1 kali lipat lebih tinggi.

(Utomo, 2017).

3) Riwayat Diabetes pada Kehamilan (Gestational)

Seorang ibu yang hamil akan menambah konsumsi

makanannya, sehingga berat badannya mengalami peningkatan 7-

10 kg, saat makanan ibu ditambah konsumsinya tetapi produksi

insulin kurang mencukupi maka akan terjadi DM (Lanywati,

2011). Memiliki riwayat diabetes gestational pada ibu yang sedang

hamil dapat meningkatkan resiko DM, diabetes selama kehamilan


20

atau melahirkan bayi lebih dari 4,5 kg dapat meningkatkan resiko

DM tipe 2. (Zainuddin, 2017).

2.2.4. Patofisiologi Diabetes Melitus

Diabetes tipe 2 terdapat dua masalah utama yang berhubungan

dengan insulin, yaitu : resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.

Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan

sel. Mengakibatkan terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi

suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi

insulin diabetes tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini.

Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi

pengambilan glukosa oleh jaringan. Mengatasi resistensi insulin dan

mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan

jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa

terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan

kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal/ sedikit

meningkat. Namun demikian, jika sel – sel beta tidak mampu

mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa

akan meningkat dan terjadi diabetes mellitus tipe 2. Meskipun terjadi

gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabetes mellitus tipe

2, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk

mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang

menyertainya. Karena itu, ketoasidosis diabetik jarang terjadi pada

diabetes tipe 2. (Utomo, 2017).


21

2.2.5. Manifestasi Klinik Diabetes Melitus

Menurut (Zainuddin, 2017) tanda dan gejala dari diabetes melitus

gestasional sangatlah mirip dengan penderita diabetes melitus pada

umumnya, yaitu :

1. Poliuria (banyak kencing)

2. Polidipsia (haus dan banyak minum) dan polifagia (banyak makan)

3. Pusing, mual dan muntah

4. Obesitas

5. Lemah badan, kesemutan, gatal, pandangan kabur, dan pruritus vulva

6. Ketonemia (kadar keton berlebihan dalam darah)

7. Glikosuria (ekskresi glikosa ke dalam urin)

8. Gula darah 2 jam > 200mg/dl

9. Gula darah sewaktu > 200 mg/dl

10. Gula darah puasa > 126 mg/dl

2.2.6. Komplikasi Diabetes Melitus

Menurut (Astuti, 2017) komplikasi dari Diabetes Mellitus yaitu:

1. Akut

a. Hipoglikemia yaitu istilah gangguan kesehatan yang terjadi ketika

kadar didalam darah berada di bawah kadar normal.

b. Hiperglikemia yaitu istilah medis untuk keadaan dimana kadar gula

dalam darah lebih tinggi dari nilai normal. Keadaan normal, gula

darah berkisar antara 70 – 100 mg/dl.


22

c. Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar,

penyakit jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh

darah kapiler).

d. Penyakit mikrovaskuler : mengenai pembuluh darah kecil,

retinopati dan nefropati.

2. Komplikasi menahun DM

a. Neuropatik diabetikum merupakan kerusakan syaraf di kaki yang

meningkatkan kejadian ulkus kaki, infeksi bahkan keharusan untuk

amputasi.

b. Retinopati diabetikum merupakan salah satu penyebab utama

kebutaan, terjadi akibat kerusakan pembuluh darah.

c. Nefropatik diabetikum merupakan penyakit ginjal diabetes yang

mengakibatkan kegagalan fungsi ginjal.

d. Proteinuria merupakan faktor resiko penurunan faal ginjal.

e. Kelainan koroner merupakan suatu keadaan akibat terjadinya

penyempitan, penyumbatan dan kelainan pembuluh nadi koroner.

Penyempitan atau penyumbatan ini dapat menghentikan aliran

darah ke otot yang ditandai dengan rasa nyeri.

f. Ulkus/ gangrene diabetikum adalah kematian yang di sebabkan

oleh penyumbatan pembuluh darah (ischemic necrosis) karena

adanya mikroemboli retrombosis akibat penyakit vascular perifer

oklusi yang menyertai penderita diabetes sebagai komplikasi

menahun dari diabetes itu sendiri.


23

2.2.7. Penatalaksanaan Diet Diabetes Melitus

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni, 2015) tentang

pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia

menyatakan bahwa secara umum, tujuan dari penatalaksanaan diabetes

mellitus adalah meningkatkan kualitas hidup penyandang diabetes dan

dikelompokkan menjadi tiga tujuan yaitu :

1. Tujuan jangka pendek : menghilangkan keluhan DM, memperbaiki

kualitas hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut.

2. Tujuan jangka panjang : mencegah dan menghambat progresivitas

penyulit mikroangiopati dan makroangiopati.

3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas

DM.

Penetalaksanaan khusus yang dikenal sebagai pilar

penatalaksanaan DM tipe 2 yaitu edukasi, terapi nutrisi medis (TNM),

latihan jasmani, terapi farmakologi, dan monitoring.

1. Edukasi

Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, pengelolaan mandiri

diabetes secara optimal membutuhkan partisipasi aktif pasien dalam

merubah perilaku yang tidak sehat. Tim kesehatan harus mendampingi

pasien dalam perubahan perilaku tersebut, yang berlangsung seumur

hidup. Kebiasaan dalam mencapai perubahan perilaku, membutuhkan

edukasi, pengembangan keterampilan (skill) dan upaya peningkatan

motivasi. (Utomo, 2017).


24

a. Materi edukasi pada tingkat awal dilaksanakan di Pelayanan

Kesehatan Primer yang meliputi:

1) Materi tentang perjalanan penyakit DM.

2) Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara

berkelanjutan.

3) Penyulit DM dan risikonya.

4) Intervensi non-farmakologis dan farmakologis serta target

pengobatan.

5) Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat anti

hiperglikemia oral atau insulin serta obat-obatan lain.

6) Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa

darah atau urin mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah

mandiri tidak tersedia).

7) Mengenal gejala dan penanganan awal hipoglikemia.

8) Pentingnya latihan jasmani yang teratur.

b. Materi edukasi pada tingkat lanjut dilaksanakan di Pelayanan

Kesehatan Sekunder dan / atau Tersier, yang meliputi:

1) Mengenal dan mencegah penyulit akut DM.

2) Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM.

3) Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain.

4) Kondisi khusus yang dihadapi (contoh: hamil, puasa, hari-hari

sakit).
25

5) Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi

mutakhir tentang DM. (Utomo, 2017).

2. Terapi Nutrisi Medis (TNM)

Penyandang DM perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya

keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah kandungan kalori,

terutama pada mereka yang menggunakan obat yang meningkatkan

sekresi insulin atau terapi insulin. Komposisi makanan yang

dianjurkan terdiri dari :

a. Karbohidrat, jumlah yang dianjurkan sebesar 45 – 65% total

asupan energi. Terutama karbohidrat yang berserat tinggi,

pembatasan karbohidrat <1130 g/hari tidak dianjurkan. Dianjurkan

makan tiga kali sehari dengan selingan buah dan makanan lain

sesuai dengan perhitungan kebutuhan kalori.

b. Lemak terutama lemak jenuh dan lemak trans (daging berlemak

dan susu fullcream) jumlah yang dikomsumsi harus dibatasi.

c. Protein, pasien dengan nefropati diabetek perlu penurunan asupan

protein menjadi 0,8 g/kg BB perhari atau 10% dari kebutuhan

energi. Kecuali pada penderita DM yang sudah menjalani

hemodialisis asupan protein menjadi 1 – 1,2 g/kg BB perhari.

d. Serat, komsumsi yang dianjurkan adalah 20 – 35 g/hari yang dapat

berasal dari kacang-kacangan, buah dan sayuran serta sumber

karbohidrat yang tinggi serat.


26

e. Pemanis alternatif, aman digunakan oleh penderita diabetes tipe 2

selama tidak melebihi batas aman. Pemanis alternatif berkalori

seperti glukosa alcohol, dan fruktosa perlu diperhitungkan

kandungan kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori.

Fruktosa tidak aman digunakan karena dapat meningkatkan kadar

LDL, namun fruktosa alami yang terkadang dalam buah dan

sayuran tidak perlu dihindari. (Perkeni, 2015).

3. Latihan Jasmani

Latihan jasmani merupakan hal yang penting untuk mengontrol

kadar gula darah. Kekurangan olah raga mungkin saja bisa menjadi

masalah yang lebih besar dari pada makan berlebihan. Ada beberapa

bukti yang menjelaskan bahwa seseorang dengan berat tubuh berlebih

namun memiliki aktivitas fisik yang baik lebih sehat dari pada

seseorang yang kurus namun pasif. (Mutoharoh, 2017).

Pada penderita DM tipe 2 kegiatan jasmani yang dianjurkan untuk

dilakukan secara rutin sebanyak 3 – 5 kali perminggu selama sekitar 30

– 45 menit, dengan total 150 menit perminggu dengan jeda antar

latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut. Latihan jasmani serobik

dengan intensitas sedang (50-70% denyut jantung maksimal). Seperti

jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Selalu aktif setiap

hari adalah hal yang dianjurkan, namun aktivitas sehari-hari tidak

termasuk latihan jasmani. (Mutoharoh, 2017).


27

4. Terapi Farmakologi

Farmakologi, pengaturan makan dan latihan jasmani dijalani

secara bersamaan. Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan obat

suntikan (insulin). Obat hipoglikemi oral bekerja untuk mengontrol

gula darah melalui beberapa mekanisme :

a. Insulin sensitizer dengan reaksi utama di hati.

b. Insulin sensitizer dengan reaksi utama di jaringan perifer

c. Insulin sekretagogues

d. Agen yang menghambat penyerapan karbohidrat

e. Agen yang meningkatkan aktivitas sistem inkretin

f. Agen baru yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat.

(Mutoharoh, 2017).

5. Monitoring

Hasil pengobatan DM tipe 2 harus dipantau secara terencana

dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan jasmani, dan pemeriksaan

penunjang meliputi pemantauan kadar gula darah, pemeriksaan

HbA1C setiap 3 bulan atau setiap 1 bulan pada pasien dengan kadar

HbA1C sangat tinggi yaitu > 10% , pemantauan glukosa darah mendiri

(PGDM), dan Glycated Albumin (GA) untuk menilai indeks control

glikemik.

Waktu PGDM bervariasi, pada pasien yang tidak stabil dilakukan

tes setiap hari, pada pasien yang stabil sebaiknya tetap dilakukan tes
28

secara rutin. Pemantauan dapat lebih jarang (minggu sampai bulan)

apabila pasien terkontrol secara konsisten. Pada pengguna obat pemacu

sekresi insulin dilakukan beberapa kali perhari, tergantung pada tujuan

pemeriksaan yang pada umumnya terkait dengan terapi yang diberikan.

Waktu yang dianjurkan adalah pada saat sebelum makan, 2 jam setelah

makan, menjelang tidur dan diantara siklus tidur. Monitoring kadar

gula darah bertujuan untuk mengevaluasi pencapaian dari sasaran

terapi sebelumnya. (Mutoharoh, 2017).

2.3.Konsep Lansia

2.3.1. Definisi Lansia

Menua merupakan suatu hal yang berhubungan dengan

bertambahnya usia seseorang. Proses menua dapat dilihat dengan

perubahan fungsi organ yang dimiliki orang tersebut. Semakin

bertambahnya usia seseorang maka akan semakin menua dan semakin

menurun pula fungsi organnya. Fungsi organ yang memiliki usia di atas 70

tahun tentu berbeda dengan fungsi organ yang masih berusia 30 tahun.

(Sunaryo, 2015).

Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun

keatas. Makin bertambah usia, makin besar kemungkinan seseorang

mengalami permasalahan fisik, jiwa, spiritual, ekonomi dan sosial.

Permasalahan yang sangat mendasar pada lanjut usia adalah masalah

kesehatan akibat proses degenerative. (Kemenkes, 2016). Menjadi lansia


29

adalah proses yang alami dan tidak dapat dihindari. Semakin

bertambahnya usia, fungsi tubuh juga mengalami kemunduran, sehingga

lansia lebih mudah terganggu kesehatannya, baik fisik maupun kesehatan

jiwa. (Sofia, 2017).

2.3.2. Batasan Lansia

Batasan-batasan menurut (Novianti, 2018) usia yang mencakup

usia lansia yaitu :

a. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun

b. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun.

c. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun.

d. Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun.

2.3.3. Perubahan Fisiologi Lansia

Menurut (Novianti, 2018) Terdapat banyak perubahan fisiologi

yang terjadi pada lansia. Perubahan tersebut tidak bersifat patologis, tetapi

dapat membuat lansia lebih rentan terhadap beberapa penyakit.

1. Sistem Kardiovaskuler

Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan

menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1%

setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan

menurunnya kontraksi dan volumenya. Kehilangan elastisitas

pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk

oksigenasi, sering terjadi postural hipotensi, tekanan darah meningkat


30

diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.

(Novianti, 2018).

2. Sistem musculoskeletal

a. Penurunan kekuatan otot yang disebabkan oleh penurunan massa

otot.

b. Ukuran otot mengecil.

c. Sel otot yang mati akan digantikan oleh jaringan ikat dan lemak.

d. Kekuatan otot menurun. (Novianti, 2018).

3. Sistem Neurologis

Penurunan jumlah sel-sel otak sekitar 1 % per tahun setelah usia 50

tahun. Hilangnya neuron dalam korteks serebral sebanyak 20%. Akibat

penurunan jumlah neuron ini, fungsi neurotrasmiter juga berkurang.

Transmisi saraf lebih lambat, perubahan degeneratif pada saraf-saraf

pusat dan sistem saraf perifer, hipotalamus kurang efektif dalam

mengatur suhu tubuh, peningkatan ambang batas nyeri, refleks kornea

lebih lambat serta perubahan kualitas dan kuantitas tidur. (Novianti,

2018).

4. Sistem Pernafasan

Otot-otot pernapasan menjadi kaku, menurunnya aktivitas dari

silia, paru-paru hilangan elastisitas sehingga kapasitas residu

meningkat, menarik napas lebih berat, kapasitas pernapasan maksimal

menurun dan kedalaman bernapas menurun. Ukuran alveoli melebar

dari normal dan jumlahnya berkurang, oksigen pada arteri menurun


31

menjadi 75 mmHg, kemampuan untuk batuk berkurang dan penurunan

kekuatan otot pernapasan. (Azizah, 2011).

5. Sistem Gastrointestinal / Pencernaan

a. Ukuran lambung pada lansia menjadi lebih kecil, sehingga daya

makanan menjadi lebih kurang. Salah satu kelenjar pankreas yaitu

lonjong berwarna keputihan terletak dalam simpul yang terbentuk

dari doudenom dan permukaan bawah lambung. Panjangnya kira-

kira 15 cm mulai dari doudenom sampai limpa. Hormon yang di

hasilkan oleh kelenjar pankreas yaitu insulin, dimana insulin

dilepaskan oleh sel-sel beta pulau langerhans. Rangsangan utama

yang menyebabkan pelepasan insulin ini adalah peningkatan

glukosa darah. Kadar glukosa darah puasa dalam normal adalam

80-90 mg/100 ml darah. Jadi sekresi insulin meningkat bila kadar

glukosa darah puasa melebihi 100 mg/100 ml darah. Insulin

bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor insulin yang

terdapat pada sebagian besar sel tubuh. Setelah berikatan dengan

reseptor, insulin bekerja melalui perantara kedua untuk

meningkatkan transportasi glukosa ke dalam sel. Setelah berada di

dalam sel, glukosa dapat segera digunakan sebagai penghasil

energi atau disimpan di dalam sel sebagai glikogen. Sewaktu

glukosa dibawa masuk ke dalam sel, kadar glukosa darah menjadi

menurun. Pada penderita DM produksi hormon insulin akan lebih

meningkat karena glukosa dalam darah tidak normal.


32

b. Proses perubahan protein menjadi pepton terganggu karena sekresi

asam lambung berkurang dan rasa lapar juga berkurang. (Novianti,

2018).

6. Sistem Genitourinaria

Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal

menurun hingga 50%, fungsi tubulus berkurang, otot kandung kemih

melemah, kapsitasnya menurun hingga 200 ml dan menyebabkan

frekuensi buang air kecil meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan

sehingga meningkatkan retensi urine. Pria dengan usia 65 tahun ke atas

sebagian besar mengalami pembesaran prostat hingga ± 75% dari besar

normalnya. (Novianti, 2018).

7. Sistem Integument

a. Kulit keriput.

b. Kulit kering dan kurang elastis.

c. Kelenjar-kelenjar keringat mulai tidak bekerja dengan baik.

d. Menurunnya aliran darah dalam kulit. (Azizah, 2012).

8. Sistem Sensori

a. Mengalami penurunan kemampuan pendengaran.

b. Mata kurang mampu melihat secara fokus objek yang dekat bahkan

ada yang menjadi rabun.

c. Indera mengecap, perasa, penciuman kurang sitivitas. (Novianti,

2018).
33

Secara fisiologis pada penderita diabetes mellitus terdapat

penurunan fungsi tubuh lansia, salah satunya adalah kemampuan

respon tubuh terhadap pengobatan dan pankraes tidak mampu

memproduksi insulin secara normal. (Setiyorin, 2017).

2.4.Konsep Buah Tomat

2.4.1. Definisi Buah Tomat

Tomat (Solanum Lycopersicum) merupakan tanaman yang berasal

dari Amerika tropis dan hampir seluruh masyarakat dunia mengetahui

tanaman ini. Tomat ditanam sebagai tanaman buah di ladang, pekarangan,

atau ditemukan liar pada ketinggian 1 – 1600 m dpl. Tanaman tomat tidak

tahan terhadap hujan yang berlebihan serta sinar matahari terik, dan hanya

mampu tumbuh pada tempat yang gembur dan subur. (Khasanah, 2018).

Tanaman tomat merupakan tanaman semusim yang berumur sekitar 3 – 4

bulan. (Kartika, 2015).

2.4.2. Jenis Buah Tomat

Umumnya jenis-jenis tomat didasarkan pada ketinggian tanaman,

penampilan, dan kegunaannya. Berdasarkan ketinggian tanamannya, jenis

tomat dibagi menjadi 3 golongan utama, yaitu. (Faujiah, 2014) :

1. Determinate Golongan ini merupakan yang terpendek diantara

tanaman tomat, yakni hanya berkisar antara 50-80 cm saja. Golongan

ini tidak bisa tumbuh tinggi karena ujung tanamannya diakhiri dengan
34

rangkaian bunga. Jenis ini relatif memiliki umur sangat pendek

sehingga dapat cepat dipanen.

2. Intermediate Pohon Tomat dengan golongan ini termasuk relatif tinggi

dan dapat tumbuh hingga mencapai 2 m. Namun demikian, meskipun

batang tanamannya relatif tinggi umurnya hanya berkisar 4 bulan saja.

3. Hybrida Golongan ini merupakan hasil persilangan antara golongan

determinate dengan intermediate. Karena merupakan persilangan

antara keduanya, varietas ini memiliki sifat dari keduanya.


35

Tabe1 2.1. Jenis buah tomat berdasarkan bentuk buah dan kegunaannya

No Jeni-jenis Keterangan

1. Tomat Plum Tomat ini mirip buah plum. Bentuknya bulat lonjong,

dagingnya banyak sekali mengandung air dan memiliki

permukaan kulit yang tipis. Umumnya dipakai untuk

tumisan dan masakan yang membutuhkan waktu

memasak yang relatif lama seperti membuat saos tomat

dan diolah sebagai jus tomat

2. Tomat Beef Tomat beef ini memiliki bentuk yang paling besar jika

dibandingkan dengan jenis lainnya. Karena ukurannya

yang besar tomat jenis ini sering kali digunakan untuk

membuat sandwich atau hamburger. Tapi tidak jarang

juga para chef menggunakannya untuk bahan tumisan

atau masakan lain yang memerlukan tomat dalam

ukuran besar.

3. Tomat Ceri Tomat ini bentuknya kecil agak lonjong. Ketika masih

muda warnanya hijau pucat dan ketika sudah masak

warnanya berubah menjadi orange ke merahan.

Rasanya dagingnya cukup manis, dan mengandung

juice yang cukup banyak. Umumnya digunakan

sebagai pelengkap salad atau dimakan dalam keadaan

segar.
36

4. Tomat Hijau Sesuai dengan namanya, tomat ini berwarna hijau,

teksturnya agak keras karena memiliki kandungan air

yang sedikit. Sebenarnya tomat hijau adalah tomat

yang dipanen sebelum masak. Biasanya digunakan

sebagai bahan tumisan karena rasanya yang cenderung

segar.

5. Tomat pear Jenis tomat ini memang mirip dengan buah pear

(seperti air mata yang jatuh) hanya saja bentuknya jauh

lebih kecil dari buah Pear. Memiliki warna beraneka

ragam, mulai dari merah, orange, dan kuning dan

rasanya cukup manis. Umumnya dikonsumsi langsung

atau ditambahkan sebagai bahan pelengkap salad.

Tomat jenis ini kurang populer di Indonesia.

6. Tomat anggur Tomat Anggur merupakan varian tomat yang paling

kecil diantara lainnya. Berbeda dengan tomat ceri yang

cenderung lebih lonjong, bentuk tomat anggur

cenderung lebih bulat dan lebih kecil.

Karena rasanya yang cukup manis, tomat anggur

sering kali dikonsumsi secara langsung ataupun

digunakan sebagai salad. Sering kali ketika di jual

warnanya kuning dan merah. Tomat jenis ini juga

jarang dijumpai di Indonesia.

(Sumber: Faujiah, 2014).


37

2.4.3. Komposisi Kimia Buah Tomat

Varietas-varietas tomat memiliki jumlah zat terlarut dalam air

bervariasi dari 4,5 sampai 7 % dengan fruktosa dan glukosa merupakan zat

paling dominan.

Tabel 2.2. Kandungan nutrisi buah tomat

Nutrien Kandungan Nutrien Kandungan


per 100 g
per 100 g

Analisis Proksimat Asam Amino


Air (g) 93,76 Triptofan (g)
0,006
Energi (kkal) 21 Treonin (g)
0,021
Protein (g) 0,85 Isolesusin (g)
Total lemak (g) 0,33 Leusin (g) 0,020
Karbohidrat (g) 4,64 Lisin (g)
0,031
Serat (g) 1,1 Metionin (g)
0,031
Abu (g) 0,42 Kistin (g)
0,007

0,011

Mineral Fenilalanin (g) 0,022


Kalsium (mg) 5 Tirosin (g)
0,015
Zat besi (mg) 0,45 Valin (g)
0,022
Magnesium (mg) 11 Arginin (g)
Fosfor (mg) 24 Histidin (g) 0,021
Kalium (mg) 222 Alanin (g)
0,013
Natrium (mg) 9 Asam aspartat
0,024
(g)
Seng (mg) 0,09 Asam glutamate 0,118
(g)
38

Tembaga (mg) 0,074 Glisin (g) 0,313


Mangan (mg) 0,105 Prolin (g)
Selenium (mg) 0,4 Serin g)
0,021

0,016

0,023

Vitamin Asam Lemak


Tiamin (mg) 0,059 Tak jenuh
0,050
tunggal (g)
Riboflavin (mg) 0,048 Tak jenuh ganda
(g) 0,135
Niasin (mg) 0,628
Asam pantotenat 0,247
(mg)
Vit. A (IU) 623
Tokoferol (mg) 0,34
(Sumber: Kailaku et al., 2014).

2.4.4. Kandungan Gizi Buah Tomat

Menurut (Hamidah, 2015) buah tomat mengandung senyawa kimia

yang berkhasiat untuk mencegah berbagai penyakit degeneratif dari

berbagai jenis kanker seperti kanker prostat, kanker payudara, kanker paru

– paru, kanker kandung kemih, kanker leher rahim, diabetes mellitus,

asma, aterosklerosis, fungsi imun, dan penyakit jantung. Pencegah

penyakit degeneratif tersebut dikarenakan senyawa kimia yang terkandung

di dalam buah tomat. (Khasanah, 2018). Berdasarkan penelitian telah

diketahui kandungan setiap 100 gram buah tomat yaitu sebagai berikut:
39

Tabel 2.3 Kandungan Gizi Tomat

Jenis Zat Gizi Sari Tomat Tomat Muda Tomat Masak


Kalori (kal) 15 23 20
Protein (g) 1 2 1
Lemak (g) 0,2 0,7 0,3
Karbohidrat (mg) 3,5 2,3 4,2
Vitamin A (SI) 600 320 1500
Vitamin B (mg) 0,5 0,07 0,6
Vitamin C (mg) 10 30 40
Kalsium (mg) 7 5 5
Fosfor (mg) 15 27 26
Besi (mg) 0,4 0,5 0,5
Air (g) 94 93 94
(Sumber : Tasbihah, 2017).

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tanaman tomat

memiliki kandungan gizi yang cukup kompleks. Kandungan vitamin A, B,

dan C juga cukup lengkap. Hal inilah yang menjadikan tomat merupakan

buah yang memiliki banyak potensi dari segi kesehatan untuk dijadikan

menjadi berbagai macam olahan.

Serat pada buah tomat merupakan komponen jaringan yang pada

tanaman yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan. Artinya tidak

ada enzim pencernaan yang mampu mengurai serat menjadi komponen

yang mudah diserap. Keadaan ini memberi keuntungan bagi manusia

terutama untuk:

1. Membuat makanan rendah kalori. Serat adalah rendah kalori maka

jumlah serat membantu membuat menu rendah kalori.


40

2. Makanan untuk program penurunan berat badan. Adanya rasa kenyang

setelah mengkonsumsi serat dalam jumlah yang cukup menjadikan

orang tidak mudah untuk megkonsumsi makanan lainnya.

3. Di dalam usus serat ini dapat mengikat glukosa, maka serat memiliki

fungsi memberi efek hipoglemik. Yaitu memberi efek pada penurunan

gula darah sehingga cocok untuk penderita DM.

4. Adanya konsumsi serat yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran

asam empedu lebih banyak mengeluarkan kolesterol dan lemak yang

dikeluarkan lewat feses. Ini sangat membantu bagi saat orang

mengkonsumsi makanan dengan lemak dan kolesterol tinggi ataupun

kelebihan kedua zat tersebut.

5. Serat menjegah penyerapan kembali asam empedu, kolesterol dan

lemak. Atau memberi efek hipolipidemik yang bermanfaat bagi diet

penderita hipokolesterolemik. Efek dari keadaan ini adalah dapat

mengurangi resiko terkena jantung koroner. (Tasbihah, 2017).

2.4.5. Dampak Negatif Buah Tomat di Konsumsi Berlebihan

Menurut Kompas (2018) dampak negatif buah tomat di konsumsi

berlebihan sebagai berikut :

1. Diare

Meski tomat baik untuk pencernaan, namun jika berlebihan justru

akan menjadi bumerang. Khususnya bagi yang menderita iritasi usus

besar. Tomat dapat memperburuk gejalanya dan menyebabkan

kembung.
41

2. Maag

Penderita maag lebih baik berhati-hati sebelum mengkonsumsi

tomat, karena tomat menghasilkan lebih banyak asam, yang dapat

menyebabkan gangguan saluran gastrointestinal akut. Kandungan asam

malat dan sitratnya dapat memicu produksi asam berlebih yang

menyebabkan maag.

3. Batu Ginjal

Penderita batu ginjal disarankan untuk membatasi asupan

kaliumnya. Tomat yang kaya akan potassium dapat membahayakan

penderita penyakit ginjal. Tomat memiliki kandungan oksalat tinggi

yang dapat mengarah pada pembentukan batu ginjal.

4. Alergi

Orang yang alergi pada senyawa histamine sebaiknya menghindari

tomat karena tomat dapat menyebabkan reaksi pada senyawa tersebut.

Gejala alergi berupa ruam kulit, gatal-gatal, bersin-bersin, sensasi gatal

di tenggorokan, pembengkakan wajah dan lidah. Reaksi alergi pada

tomat juga bisa menyebabkan masalah pernapasan.

5. Hipoglikemia

Tomat bermanfaat bagi orang yang menderita diabetes, karena

indeks glikemiknya yang rendah. Tapi, kalau dikonsumsi di luar batas

normal, kadar gula darah bisa turun ke tingkat yang sangat rendah.
42

2.4.6. Dampak Positif Buah Tomat Untuk Kesehatan

Menurut Yusepi (2017) dampak positif buah tomat sebagai berikut :

1. Mencegah kanker

Tomat adalah sumber kuat antioksidan dan vitamin C yang

membantu melawan radikal bebas melawan kanker. Kandungan

licopene yang tinggi pada tomat membantu mencegah kanker.

2. Melindungi Jantung

Tomat mengandung kolin, potassium, serat dan vitamin C yang

membantu meningkatkan fungsi jantung. Asupan kalium yang tinggi

efektif dalam mengurangi resiko penyakit kardiovaskular.

3. Mencegah Diabetes

Kandungan serat yang tinggi pada tomat membantu menurunkan

resiko diabetes. Makanan kaya serat pada tomat membantu dalam

mengelola kadar insulin.

4. Bagus Untuk Kulit

Tomat mengandung vitamin C yang dibutuhkan untuk sintesis

kolagen. Kandungan vitamin C pada tomat membantu menjaga agar

kulit tetap kencang, meningkatkan elastisitas dan dan menyembuhkan

luka bakar.

5. Mengurangi Depresi

Menghilangkan depresi dan stress merupakan salah satu manfaat

utama tomat. Folat yang ditemukan dalam tomat membantu mengatasi


43

depresi dengan mencegah penumpukan homosistein (asam amino

dalam plasma darah) berlebihan.

6. Meningkatkan Penglihatan

Tomat mengandung beta karoten dan vitamin A yang penting

untuk menjaga penglihatan dan juga mendukung fungsi retina.

7. Memperbaiki Sistem Pencernaan

Tomat membantu menjaga sistem pencernaan tetap sehat dengan

menjaga sembelit dan diare. Ini juga membantu menghilangkan racun

berbahaya dalam tubuh.

8. Melawan Peradangan

Meminum segelas jus buah tomat setiap hari, membantu secara

efektif dalam mengobati peradangan yang dikarenakan arthritis dan

nyeri sendi.

9. Mencegah Infeksi Saluran Kemih

Tomat sangat tinggi kandungan airnya sehingga mengurangi

kemungkinan tertularnya infeksi saluran kemih.

2.4.7. Pembuatan Jus Buah Tomat

Pemberian jus buat tomat untuk menurunkan glukosa darah dengan

takaran 150 gram, ditambah 50 ml air yang sudah dimasak, di tambah 10

ml madu kemudian di blender selama 1 menit. Jus ini di konsumsi 1 kali

dalam sehari yaitu pagi hari sebelum makan pagi selama 7 hari berturut –

turut. (Amalia, 2015).


44

2.4.8. Standar Prosedur Operasional (SPO) Jus Buah Tomat

Persiapan alat dan bahan :

1.Buah Tomat (150 gram) 4. Blender

2. Air 50 ml 5. Gelas Ukur

3. Madu 10 ml 6. Pisau

Prosedur tindakan :
45

Tabel 2.4. SPO (Standar Prosedur Operasional) Pemberian Jus Buah


Tomat.
Teknik Pembuatan Dan Pemberian Jus Buah Tomat Bagi
DEFINISI Penderita Diabetes Untuk Menurunkan Kadar Gula Darah
Menjadi Normal
1. Menurunkan Kadar Gula Darah Menjadi Normal
TUJUAN
2. Menjadi Alternatif Pengobatan Dan Pencegahan
KEBIJAKAN Responden Yang Menderita Diabetes
PETUGAS Tim Peneliti
4. Buah Tomat (150 gram)
5. Air 50 ml
6. Madu 10 ml
ALAT DAN BAHAN
7. Blender
8. Gelas Ukur
9. Pisau
A. Tahap Prainteraksi
1. Mencuci Tangan
2. Menyiapkan Alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberi Salam
2. Menjelaskan Tujuan Dan Prosedur Pembuatan Jus
Buah Tomat
3. Menanyakan Persetujuan Klien (Informed
Consen)
C. Tahap Kerja
1. Persiapan Alat dan Bahan
 Pisau
 Blender
 Gelas Ukur
 Sendok
 Jus Buah Tomat
 Air
 Madu
2. Langkah Kerja
PROSEDUR PELAKSANAAN
 Melakukan Pemeriksaan Kadar Gula
Darah
 Menyiapkan Buah Tomat
 Menyiapkan Blender
 Tambahkan Air
 Potong Kecil Buat Tomat Lalu
Masukkan Dalam Blender
 Tuangkan Kedalam Gelas 200cc Lalu
Minum 1x Sehari Sebelum Makan Pagi
Selama 7 Hari
 Lakukan Pemeriksaan Kadar Gula
Darah.
D. Tahap Terminasi
1. Membersihkan Alat
2. Merapikan Alat
3. Mencuci Peralatan
1. Mencuci Tangan
2. Berpamitan Dengan Responden
3. Salam
46

2.4.7. Patofisiologi Tomat Penurun Glukosa Darah

Tomat merupakan salah satu jenis makanan kaya serat. Serat pada

tomat merupakan serat tidak larut (insoluble dietary fiber) yaitu

hemiselulosa. Hemiselulosa merupakan suatu polisakarida yang terdapat

dalam tanaman dan tergolong senyawa organik, hemiselulosa sangat

berpengaruh terhadap bentuk jalinan antara serat pada saat pembentukan

lembaran, lebih mudah larut dalam pelarut alkali dan lebih mudah

dihidrolisis dengan asam (Adimunca 2007). Serat dapat memperlambat

penyerapan glukosa dari usus kecil. Serat tidak larut mengurangi proses

glukoneogenesis yang berpengaruh terhadap peningkatan sekresi insulin

sehingga dapat mengurangi kenaikan kadar glukosa. (Sudiarto, 2018).

Kandungan likopen berperan sebagai antioksidan yang bekerja

menurunkan kadar gula darah dengan meningkatkan kerja pankreas dalam

memproduksi insulin untuk menurunkan resistensi insulin yang

menyebabkan toleransi glukosa meningkat. (Sudiarto, 2018).

2.5.Konsep Buah Naga Merah

2.5.1. Sejarah Buah Naga Merah

Buah naga adalah buah dari beberapa jenis kaktus dari genus

Hylocereus dan Selenicereus. Buah ini berasal dari Mesiko, Amerika

Tengah dan Amerika Selatan sekarang juga dibudidayakan di negara-

negara Asia seperti Taiwan, Vietnam, Malaysia dan Filifina. Buah ini juga
47

dapat ditemui di Okinawa, Israel, Australia utara dan Tiongkok selatan.

Hylocereus hanya mekar pada malam hari. (Nanda, 2016).

Buah naga termasuk dalam kelompok tanaman kaktus atau famili

Cactaceae dan subfamili Hylocereanea. Dalam subfamili ini terdapat

beberapa genus, sedangkan buah naga termasuk dalam genus Hylocereus.

Adapun klasifikasi buah naga tersqebut sebagai berikut:

Divisi : Spermatohyta (tumbuhan berbiji)

Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Dicotyledonae (berkeping dua)

Ordo : Cactales

Famili : Cactaceae

Subfamili : Hylocereanea

Genus : Hylocereus

Spesies :- Hylocereus undatus (daging putih)

- Hylocereus costaricensis (daging merah)

Sumber : (Nanda, 2016).

2.5.2. Definisi Buah Naga Merah

Buah Naga (Hylocereus Polyrhizus) merupakan buah yang

berbentuk lonjong seperti nanas yang memiliki sirip warna kulitnya merah

jambu dihiasi sisik seperti naga. Buah naga berduri pendek dan tidak

tajam, bunganya seperti terompet putih dan ada benang sari berwarna

kuning. Buah naga memiliki beberapa spesies. Ada empat jenis buah naga

yaitu Hylocereus undatus atau white pitaya, Hylocereus polyrhizus


48

(berkulit merah, daging merah keunguan), Hylocereus costaricensis

(daging buah lebih merah), dan Selenicereus megalanthus, (kulit buahnya

kuning tanpa sisik). (Aziz, 2018).

2.5.3. Jenis Buah Naga

1. Hylocereus undatus (Daging Putih)

Populer dengan sebutan white pitaya. Kulit merah, daging buah

putih, dengan biji hitam kecil. Berat rata-rata 400-500 gram. Batang

berwarna hijau tua.

Gambar 2.2 Buah Naga Daging Putih

(Halimi, 2017)

2. Hylocereus polyhizus (Daging Merah)

Banyak dikembangkan di Cina dan Australia. Sering disebut red

pitaya karena selain kulitnya merah, dagingnya pun merah keunguan.

Berat sekitar 400 gram.

Gambar 2.3 Buah Naga Daging Merah

(Halimi, 2017)
49

3. Hylocereus costaricensis (Daging Super Merah atau Super Red)

Sepintas mirip Hylocereus polyhizus tetapi daging buahnya lebih

merah. Itu sebabnya buah ini disebut naga super merah. Berat buahnya

400-500 gram.

Gambar 2.4 Buah Naga Daging Super Merah

(Halimi, 2017)

4. Selenicereus megalanthus (Kulit Kuning, Daging Putih, Tanpa Sisik)

Bobotnya hanya 80-100 gram. Buah ini mempunyai isi putih

dengan daging kulit buah kuning tanpa sisik sehingga cenderung lebih

halus.

Gambar 2.5. Buah Naga Kulit Kuning, Daging Putih

(Halimi, 2017)

2.5.4. Kandungan Buah Naga

Beberapa manfaat buah naga yang telah diketahui adalah dapat

menurunkan kolesterol dan penyeimbang gula darah. Buah naga

mengandung vitamin C, beta karoten, kalsium, dan karbohidrat. Buah


50

naga mengandung serat yang tinggi sebagai pengikat zat karsinogen

penyebab kanker dan memperlancar proses pencernaan.

Serat mempunyai kemampuan untuk memperlambat penyerapan

glukosa dan lemak dengan cara meningkatkan kekentalan feses yang

secara tidak langsung menurunkan kecepatan difusi sehingga kadar

glukosa darah, profil lipid dan kolesterol menurun. (Aziz, 2018).

Tabel 2.5. Kandungan Nutrisi Pada Daging Dan Kulit Buat Naga

Komponen Kadar
Nutrisi Daging Buah
Karbohidrat 11,5 g
Serat 0,71 g
Kalsium 8,6 mg
Fosfor 9,4 mg
Magnesium 60,4 mg
Betakaroten 0,005 mg
Vitamin B1 0,28 mg
Vitamin B2 0,043 mg
Vitamin C 9,4 mg
Niasin 1,297 - 1,300
Fenol 561,76 mg/100 g
Nutrisi Kulit Buah
Fenol 1.049,18 mg/100 g
Flavonoid 1.310,10 mg/100 g
Antosianin 186,90 mg/100g
(Sumber: Aziz, 2018).
51

2.5.5. Manfaat Kandungan Buah Naga Merah

Manfaat buah naga Menurut (Winarno, 2018) adalah sebaga berikut :

1. Menghambat Penuaan Dini

Anti oksidan yang terkandung dalam Buah naga dapat mengambat

proses penuaan dini yang biasa dialami oleh seseorang yang setiap

harinya terpapar oleh polusi udara. Kandungan yang terdapat dalam

buah naga akan mengeluarkan racun dalam tubuh secara efektif, sama

efektifnya dengan buah apel.

2. Mencegah Kanker

Antioksidan selain berguna untuk menghambat penuaan dini juga

terbukti ampuh untuk mencegah tumbuhnya sel kanker dalam tubuh

manusia. Buah yang memiliki rasa hambar sedikit manis dengan biji

kecil yang dapat dikonsumsi ini dapat dikonsumsi oleh semua lapisan

usia. Namun, ada juga seseorang yang tidak menyukai buah lembek

ini.

3. Meningkatkan Kekebalan Tubuh

Vitamin C yang terkandung di dalam buah naga cukup tinggi itulah

sebabnya mengapa buah ini sangat baik dikonsumsi oleh Anak dalam

masa pertumbuhan. Bila Anda sering terkena flu khususnya disaat

perubahan musim yang tidak menentu seperti sekarang ini sebaiknya

konsumsilah buah naga secara teratur setiap hari.


52

4. Meningkatkan Nafsu Makan

Jika saat ini Anda sedang mengalami masa dimana nafsu makan

turun sebaiknya konsumsilah buah naga. Selain kandungan Vitamin C

yang tinggi ternyata di dalam buah naga juga terkandung Vitamin B2

dan B1 yang sudah sejak lama diandalkan oleh dunia pengobatan

sebagai penambah nafsu makan khususnya dalam masa penyembuhan

dari penyakit.

5. Menurunkan Kadar Kolesterol

Selain Vitamin B2 dan B1 buah naga juga banyak menyimpan

Vitamin B3 yang jika dikonsumsi secara teratur dapat menurunkan

kolesterol dalam darah secara efektif. Jika kolesterol darah menurun

maka seseorang akan dijauhkan dari yang namanya gangguan

peredaran darah dan jantung.

6. Memperkuat Tulang dan Gigi

Didalam satu buah naga terdapat kandungan fosfor dan kalsium

yang melimpah. Itulah sebabnya jika seseorang mengkonsumsi buah

naga secara teratur keadaan tulang dan giginya jauh lebih baik

ketimbang seseorang yang tidak pernah makan buah naga. Bagi Anda

yang kini menginjak usia senja sebaiknya konsumsi buah naga karena

dapat mencegah terjadinya kerapuhan tulang atau osteoporosis.

7. Mencegah Diabetes Melitus

Saat ini penyakit degenatif merupakan momok tersendiri bagi

seseorang yang setiap harinya mengkonsumsi makan tak sehat.


53

Apalagi orang tersebut menjalani kehidupan dengan pola hidup tidak

sehat, kemungkinan besar dimasa tuanya akan mengalami penyakit

degeneratif yang saat ini jumlahnya semakin meningkat mengalahkan

penyakit infeksi. Jika Anda sadar akan hal itu dan takut terjangkit

Diabetes Melitus sebaiknya mulai sekarang konsumsilah buah Naga

karena didalamnya terdapat zat yang efektif untuk mengurangi kadar

gula dalam darah.

8. Merawat Kesehatan Mata

Tak hanya Vitamin A yang dibutuhkan untuk menjaga mata agar

tetap sehat. Karoten, juga bermanfaat atas kesehatan mata yang kita

miliki. Didalam Manfaat Buah Naga terdapat kandungan karoten yang

sangat baik untuk mata bila dikonsumsi.

9. Merawat Jantung Agar tetap sehat

Selain olahraga teratur konsumsi makanan sehat juga dibutuhkan

untuk menjaga kesehatan jantung. Jika Anda bingung menentukan

buah apa yang sehat untuk jantung, sebaiknya pilih Buah Naga untuk

jadi salah satu menu makanan sehat Anda mulai sekarang. Kandungan

Vitamin C, B1, B2, dan B3 didalam Buah yang dijuluki Dragon Fruit

ini sangat baik untuk kesehatan jantung Anda.

10. Merawat Kesehatan Kulit

Jika saat ini Anda sedang mengalami masalah pada kulit

khususnya jerawat tak perlu kawatir. Sebab, didalam buah naga

terdapat kandungan Vitamin C yang dapat kita andalkan sebagai salah


54

satu cara menghilangkan jerawat secara sehat. Caranya pun cukup

mudah, ambil satu buah naga lalu kupas kulitnya, masukkan kedalam

blender, haluskan. Masukkan buah naga halus kedalam gelas, ambil

airnya dengan sendok usapkan pada wajah. Sisanya bisa diminum

sebagai jus segar. Lakukan secara teratur sampai masalah jerawat

Anda hilang. Selain itu juga dapat diandalkan sebagai salah satu cara

menghilangkan bekas jerawat yang mengganggu pada kulit wajah.

2.5.6. Dampak Negatif Buah Naga Merah di Konsumsi Secara Berlebihan

Menurut Andriana (2016) dampak negatif buah naga merah di

konsumsi secara berlebihan sebagai berikut :

1. Menyebabkan diare

Selain memiliki rasa manis, buah naga ternyata mengandung asam.

Kandungan asam dalam buah naga dikenal mampu menyebabkan diare

jika dikonsumsi berlebihan. Hindari mengkonsumsi buah naga

berlebihan sebelum makan nasi, karena bisa meningkatkan kinerja usus

secara berlebih. Hal ini mampu merusak kondisi usus karena enzim

dalam usus untuk bekerja optimal dalam waktu singkat.

2. Menyebabkan maag

Selain menyebabkan diare, kandungan asam dalam buah naga

dinilai mampu meningkatkan resiko maag. Bagi seseorang yang

memiliki riwayat penyakit maag dianjurkan untuk tidak

mengkonsumsi buah naga secara berlebih. Hal ini dikarenakan jika

mengkonsumsi buah naga berlebih bisa membuat penyakit maag cepat


55

kambuh. Selain itu, kandungan asam yang ada dalam buah naga bisa

memicu kadar asam lambung menjadi naik. Sehingga bisa

menyebabkan resiko penyakit asam lambung yang ditandai dengan

gejala mual dan muntah.

3. Menyebabkan kembung

Buah naga banyak mengandung mineral yang baik untuk tubuh.

Namun, jika mengkonsumsi buah naga dalam jumlah yang berlebihan,

kandungan mineral tersebut akan menimbulkan bahaya. Terlalu

banyak asupan mineral dalam buah naga bisa menyebabkan perut

kembung. Tidak hanya itu, mengkonsumsi buah naga berlebih dinilai

mampu membuat perut terasa begah dan mual.

2.5.7. Manfaat Buah Naga Merah Untuk Kesehatan

Menurut Andriana (2016) manfaat buah naga merah untuk

kesehatan sebagai berikut :

1. Menurunkan kadar kolestrol

Buah naga kaya akan lemak tak jenuh ganda, omega-3, dan asam

lemak omega-6 yang dapat membantu menurunkan kadar kolestrol

dalam tubuh. Selain itu, buah naga banyak mengandung antioksidan

yang dapat membantu proses perlawanan terhadap kolestrol, terutama

kolestrol jahat (LDL).

2. Mencegah kanker

Buah naga sangat kaya dengan antioksidan phytoalbumin. Zat ini

membantu pembentukan radikal bebas karsinogenik. Pembentukan ini


56

terjadi di dalam tubuh. Buah naga juga kaya serat, kalsium, fosfor, dan

vitamin C, B2. Selain itu buah naga juga akan mengeluarkan racun di

dalam tubuh, sehingga mengurangi resiko penyakit kanker.

3. Mencegah diabetes mellitus

Buah naga dapat mencegah terjadinya diabetes. Buah naga dapat

membunuh sel jahat yang dihasilkan oleh pola hidup yang tidak sehat.

Kadar gula yang terkandung didalam buah naga sangat kecil. Sehingga

sangat aman bagi penderita diabetes.

4. Baik untuk tulang dan darah

Kandungan kalsium dan zat besi di dalam buah naga cukup tinggi.

Buah naga baik untuk kesehatan tulang dan darah. Satu buah naga

kecil memenuhi 1% dari nilai harian yang kita butuhkan. Selain

membantu kesehatan tulang, kalsium pada buah naga diperlukan untuk

fungsi otot. Selain itu juga berfungsi untuk transmisi syaraf. Zat besi

diperlukan oleh tubuh untuk membawa oksigen ke seluruh bagian

tubuh. Daging buah naga sangat tinggi vitamin C, vitamin C di dalam

tubuh sangat membantu untuk meningkatkan kemampuan tubuh untuk

menyerap zat besi lebih banyak, sehingga tubuh akan menjadi lebih

sehat.

5. Menjaga penglihatan

Khasiat lain dari buah naga adalah untuk menjaga penglihatan,

karena adanya kandungan beta karoten dan pigmen tanaman lainnya

yang penting untuk kesehatan mata. Nutrisi – nutrisi ini akan


57

melindungi mata dari efek berbahaya yang ditimbulkan radikas bebas

dan mencegah penyakit mata seperti katarak dan degenerasi makula.

2.5.8. Pembuatan Jus Buah Naga Merah

Pemberian jus buah naga merah untuk menurunkan glukosa darah

dengan takaran 200 gram, ditambah 70 ml air kemudian di blender hingga

berbentuk jus. (Amalia, 2015).

Persiapan alat dan bahan :

1. Buah Naga Merah (200 gram) 4. Gelas Ukur

2. Air 70 ml 5. Pisau

3. Blender

Prosedur Tindakan
58

Tabel 2.6. SPO (Standar Prosedur Operasional) pemberian Jus Buah


Naga Merah
Teknik Pembuatan Dan Pemberian Jus Buah Naga Merah Bagi
DEFINISI Penderita Diabetes Untuk Menurunkan Kadar Gula Darah Menjadi
Normal
1. Menurunkan Kadar Gula Darah Menjadi Normal
TUJUAN
2. Menjadi Alternatif Pengobatan Dan Pencegahan
KEBIJAKAN Responden Yang Menderita Diabetes
PETUGAS Tim Peneliti
4. Buah Naga Merah (200 gram)
5. Air 70 ml
ALAT DAN BAHAN 6. Blender
7. Gelas Ukur
8. Pisau
A. Tahap Prainteraksi
1. Mencuci Tangan
2. Menyiapkan Alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberi Salam
2. Menjelaskan Tujuan Dan Prosedur Pembuatan Jus
Buah Tomat
3. Menanyakan Persetujuan Klien (Informed Consen)
C. Tahap Kerja
1. Persiapan Alat dan Bahan
 Pisau
 Blender
 Gelas Ukur
 Sendok
 Jus Buah Naga Merah
 Air
PROSEDUR 2. Langkah Kerja
PELAKSANAAN  Melakukan Pemeriksaan Kadar Gula Darah
 Menyiapkan Buah Naga Merah
 Menyiapkan Blender
 Tambahkan Air
 Potong Kecil Buat Naga Merah Lalu
Masukkan Dalam Blender
 Tuangkan Kedalam Gelas 200cc Lalu
Minum 1x Sehari Sebelum Makan Pagi
Selama 7 Hari
 Lakukan Pemeriksaan Kadar Gula Darah.
D. Tahap Terminasi
4. Membersihkan Alat
5. Merapikan Alat
6. Mencuci Peralatan
7. Mencuci Tangan
8. Berpamitan Dengan Responden
9. Salam
59

2.5.9. Patofisiologi Buah Naga Mempengaruhi Gula Darah

Serat yang terdapat pada buah naga merah adalah serat larut air

yang dapat di gunakan sebagai terapi hipoglikemik. Peran serat larut air

sebagai terapi hipoglikemik adalah dengan memperbaiki sensitivitas

insulin dan menurunkan kebutuhan insulin. Serat larut air ini

meningkatkan viskositas/kekentalan feses pada lambung sehingga

menurunkan laju penyerapan glukosa. Komsumsi serat dalam jumlah yang

cukup dapat memberi manfaat metabolik pada pengendalian glukosa

darah. Serat larut air meningkatkan waktu transit makanan di usus

menunda pengosongan lambung dan memperlambat absorpsi glukosa.

Apabila penyerapan glukosa lambat maka sekresi insulin tidak akan

berlebihan sehingga akan menurunkan kebutuhan insulin dan sensitivitas

insulin jadi meningkat. Kandungan antioksidan juga bermanfaat dalam

menjaga elastisitas pembuluh darah, mampu memperbaiki sistem

peredaran kadar glukosa darah. (Hidayati, 2017).

Serat yang terdapat pada naga merah dapat mengikat banyak air

dan membentuk gel, maka kemungkinan glukosa untuk bersentuhan

dengan dinding usus halus dan masuk ke darah menjadi lebih kecil. Ketika

kadar glukosa yang masuk kedalam darah lebih sedikit, maka insulin yang

dihasilkan oleh pankreas juga menjadi lebih sedikit, sehingga kadar

glukosa darah menjadi menurun. Asupan serat yang dianjurkan

berdasarkan AKG adalah 38 gr/hari. Buah naga merah ini dapat


60

menyumbangkan ± 52% dari anjuran serat dalam sehari. (Widyastuti,

2015).

Flavonoid merupakan zat warna merah, ungu, biru atau kuning

dalam tumbuh-tumbuhan. Flavonoid dapat berperan sebagai antioksidan.

Kemampuan flavonoid sebagai antioksidan mampu menurunkan stress

oksidatif dan mengurangi (Reactive Oxygen Species) ROS. Hal ini dapat

menimbulkan efek protektif terhadap sel beta pankreas dan meningkatkan

sensitivitas insulin terutama quercetin merupakan penghambat yang kuat

terhadap GLUT 2 (glucose transporters) pada mukosa usus, suatu lintasan

absorbsi glukosa dan fruktosa pada membran usus. Mekanisme

penghambatan ini bersifat nonkompetitif. Hal ini menyebabkan

pengurangan penyerapan glukosa dan fruktosa dari usus sehingga kadar

glukosa darah turun. (Panjuantiningrum, 2009).

2.6.Konsep Jus

2.6.1. Aturan Minum Jus

Menurut (Winarno, 2018) Jus buah merupakan salah satu cara

memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral yang bermanfaat meningkatkan

kekebalan tubuh dari penyakit. Tetapi, jangan salah mengolahnya agar

tubuh mendapatkan manfaat yang maksimal. Ternyata, minum jus ada

aturannya agar jus bernilai maksimal bagi kesehatan tubuh.

Minum jus membantu kita memperoleh manfaat dari buah dengan

cara yang praktis. Kita dapat memperoleh khasiat dari berbagai buah tanpa
61

harus memakannya satu persatu. Tubuh juga lebih mudah menyerap

nutrisi yang ada pada jus. Sehingga, jus menjadi minuman yang sehat dan

praktis. Pengelohan jus yang tidak benar, waktu yang tidak tepat atau cara

pandang yang salah terhadap jus membuat nilai jus berkurang bagi tubuh.

Agar minuman segar ini tidak sia-sia, beberapa aturan dalam minum jus

antara lain :

1. Jus asam bukan untuk pagi hari

Pagi hari adalah waktu yang paling tepat untuk minum jus, karena

jus buah mengandung banyak air dan serat yang akan bermanfaat

untuk melancarkan pencernaan. Agar tidak sakit perut, hindari buah-

buahan asam untuk jus di pagi hari. Pisang, pepaya, buah naga merah,

toamat, apel atau wortel bisa menjadi pilihan buah yang tepat untuk jus

di pagi hari.

2. Jus bukan pengganti makanan

Saat sedang diet atau untuk kesehatan, boleh saja mengganti makan

malam anda dengan minum jus. Tetapi, bukan berarti sarapan dan

makan siang juga hanya dengan minum jus dengan maksud

menurunkan berat badan. Kebutuhan nutrisi tetap harus dipenuhi dari

makanan lain. Buah-buahan tidak akan dapat memenuhi kebutuhan

1.800 kkal, jumlah minimum kalori yang harus dipenuhi dalam sehari.

Akibatnya, kekebalan tubuh akan melemah. Walau berat badan

mungkin dapat turun dengan drastis tetapi akan cepat naik saat makan

dengan pola yang semula. Karena minum jus tidak mengurangi lemak,
62

hanya mengurangi air dalam tubuh. Jeda waktu setelah mengkonsumsi

jus 30 menit setelah itu baru boleh makan.

3. Jus bukan pengganti buah

Terus – menerus mengkonsumsi jus, tanpa mengkonsumsi buah

secara langsung tidak baik. Ini dapat meningkatkan berat badan.

Perlunya tetap mengkonsumsi buah segar bermanfaat bagi lambung,

karena pada saat proses mengunyah, lambung akan bekerja dan

membakar kira-kira 20 kkal. Jadi, tetaplah konsumsi buah segar, tidak

seluruhnya dapat diganti dengan jus.

4. Jus diminum beserta ampasnya

Jika Anda membuat jus dengan menggunakan juicer, ampasnya

akan terpisah. Walau mungkin terasa tidak enak, jangan buang ampas

buah yang telah terpisah. Jika menggunakan blender, jangan saring

untuk mendapatkan airnya saja, biarkan ampas tetap tercampur dan

diminum. Pada ampas buah terdapat serat dan vitamin, yang paling

umum adalah vitamin C. Hal ini sangat bermafaat bagi tubuh.

5. Jus jangan disimpan dalam waktu lama

Jus yang telah dibuat sebaiknya segera diminum. Membuat jus

yang baru kemudian diminum pada siang atau sore hari menurunkan

manfaat dari jus. Vitamin yang dapt dirusak oleh oksigen dan

ultraviolet yang ada di sekitar kita. Jika tidak bisa mengkonsumsi jus

secara langsung, dapat dilakukan dengan cara membuat jus sedingin

mungkin, kemudian disimpan dalam termos aluminium yang tertutup


63

rapat. Kondisi dingin dan perlindungan dari cahaya membantu

mempertahankan vitamin yang ada pada jus selama 4 jam.

6. Jus tidak selalu rendah kalori

Tidak berarti semua buah rendah kalori dan akan membantu diet.

Buah seperti alpukat, nangka dan durian adalah buah-buahan dengan

kalori tinggi, yaitu sekitar 200 kkal. Jika ingin jus dengan kalori

rendah, dapat memilih buah jeruk, apel, melon, semangka atau pir

yang kandungan kalorinya sekitar 80 kkal. Jika berat badan berlebih,

sebaiknya pilih jus buah dengan kalori rendah.

7. Jus tidak selalu harus buah

Sayur – sayuran dapat dibuat menjadi jus. Rasa pahit pada sayur

dapat diatasi dengan mengkombinasikan sayuran dengan buah,

sehingga rasanya lebih segar. Tidak hanya sayur, jus dapat merupakan

kombinasi dari buah dan rempah-rempah. Misalnya, menambahkan

jahe yang dapat menghangatkan tubuh juga menambah daya tahan

tubuh. Dapat juga tambahkan sedikit kayu manis pada jus.

8. Jus menggunakan buah-buahan segar

Agar mendapatkan khasiat yang maksimal, gunakan buah atau

sayuran segar yang masih dalam kondisi segar. Jangan karena melihat

buah atau sayur mulai layu, lalu karena sayang akhirnya di buat jus. Ini

akan membuat kualitas jus berkurang.


64

9. Jus dengan berbagai variasi

Buah lain yang memiliki kandungan vitamin dan mineral yang

berbeda agar tubuh memperoleh manfaat. Mengkombinasikan berbagai

buah dalam satu gelas jus merupakan cara praktis agar tubuh

memperoleh beberapa manfaat dalam satu kali teguk. Campuran jeruk

dan apel, pisang dan apel, wortel dan tomat atau apel dan anggur

merupakan kombinasi yang dapat dicoba karena memberi beberapa

manfaat sekaligus.

10. Jus dengan tambahan gula, madu atau susu

Untuk menambah kenikmatan jus, biasanya ditambahkan gula,

madu atau susu. Ada beberapa aturan jika ingin menambahkan jus

dengan salah satu pasangannya. Ini perhatikan banyaknya gula atau

madu yang akan digunakan atau pilihan susu.

Idealnya, tubuh hanya boleh menerima 50 gr gula per hari. Satu

sendok teh gula, beratnya sekitar 4 gr. Jika dari pagi Anda sudah

menikmati ice cream, kue, cake atau teh manis, sesuaikan gula yang

akan ditambahkan dalam jus agar tidak kelebihan konsumsi gula.

Madu merupakan pemanis alami yang mengandung karbohidrat,

protein, asam amino, vitamin dan mineral. Tetapi kandungan kalori

dari madu lebih besar daripada gula. Satu sendok madu memiliki

kalori 64 kkal. Maka, jika ingin menambahkan madu, sebaiknya hanya

dalam porsi kecil, terlebih rasa madu yang lebih manis dari gula.
65

Menambahkan jus dengan susu membuat jus mendapat tambahan

protein, kalsium dan lemak dari susu. Yang harus diperhatikan adalah

jenis susu yang akan ditambahkan. Jika tidak ada masalah dengan berat

badan, dapat menggunakan susu full cream. Kebalikannya, adalah

menggunakan susu low fat jika ingin menjaga berat badan dan agar

lemak tidak berlebih.

11. Pilih jus yang tepat

Mengkonsumsi jus dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi

masalah kesehatan yang Anda hadapi. Pilih buah sesuai kebutuhan

tubuh atau untuk membantu mengurangi masalah kesehatan Anda.

Misalnya untuk menurunkan tekanan darah tinggi atau mengencerkan

dahak dapat membuat jus belimbimg. Jus tomat untuk membantu

mengontrol gula dalam tubuh. Sedangkan campuran mentimun dan

wortel untuk mengatasi keluhan rematik.

2.7.Perbandingan Antara Jus Buah Tomat (Solanum Lycopersicum) Dengan

Jus Buah Naga Merah (Hylocereuspolyhizu) Terhadap Penurunan Kadar

Glukosa Darah

Salah satu bahan makanan untuk penurunan kadar glukosa darah yaitu

tomat, dan alternatif yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar gula

darah adalah pengaturan makanan yang akan memberikan pengaruh efektif

terhadap penurunan kadar glukosa darah. Survei Pemeriksaan Gizi dan

Kesehatan Nasional AS menemukan adanya pengaruh makanan kaya


66

karotenoid terhadap kadar glukosa darah para pengidap diabetes. Likopen

merupakan kelompok karotenoid yang tidak hanya penting sebagai pigmen

pemberi warna merah, tetapi juga sangat bermanfaat bagi kesehatan, yaitu

menurunkan glukosa darah. (Rusmono, 2018).

Penelitian yang dilakukan oleh (Astuti, 2012) mengenai pengaruh jus

tomat terhadap kadar glukosa darah pada prediabetes didapatkan bahwa 15,5%

kejadian prediabetes lebih besar terjadi pada wanita dibanding pria karena

secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan BMI (Bady Mass Index)

lebih besar. Intervensi yang diberikan adalah jus tomat sebanyak 200 dengan

kandungan likopen sebanyak 23 gram, protein 1,4 gram dan serat 3,2 gram.

Setelah intervensi terjadi penurunan kadar glukosa darah puasa sebesar 9,00

mg/dl (7,64%). Uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara

GDP sebelum dan sesudah intervensi.

Penelitian yang dilakukan oleh (Antika, 2016) mengenai pengaruh jus

tomat terhadap kadar gula darah sewaktu pada lansia hiperglikemi di dusun

niten nogotirto gamping sleman Yogyakarta. Didapatkan sebagian besar

adalah berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 13 responden (65%).

Dilihat dari usia responden, presentase tertinggi yang mendominasi responden

berkisar pada usia 60-74 tahun yaitu sebanyak 14 responden (70%). Nilai gula

darah sewaktu responden sebelum pemberian jus tomat adalah sebesar 203,88

mg/dL nilai gula darah sewaktu responden sesudah pemberian jus tomat

selama 7 hari di dapat nilai 154,63 mg/dL. Ada perbedaan nilai gula darah
67

sewaktu pada responden hiperglikemi sebelum dan sesudah pemberian jus

tomat yaitu selisih 49,26 mg/dL.

Penelitian yang dilakukan oleh (Huzaifah, 2018) mengenai Pengaruh

Pemberian Jus Tomat Terhadap Kadar Gula Darah Pada Klien Dengan

Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Cempaka Banjarmasin. Tomat

merupakan salah satu buah atau ada juga yang mengkategorikan tomat ini

sebagai sayuran dan buah. alternatif terapi jus yang bisa digunakan dalam

menangani diabetes melitus yaitu menggunakan buah tomat. Populasi dalam

penelitian ini adalah penderita diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Cempaka

Banjarmasin sebanyak 36 orang, dan jumlah sampel sebanyak 15 orang, hasil

pengukuran pretest nilai rata-rata kadar gula darah 238,64 mg/dl. Pada

pengukuran posttest yaitu setelah di berikan perlakuan dengan pemberian jus

tomat di dapatkan penurunan kadar gula darah yang signifikan dengan nilai

rata-rata 139,04 mg/dl. Sehingga rata-rata penurunan kadar gula darah yaitu

99,6 mg/dl. Hasil analisa didapatkan nilai p (0,000) <α (0,05). Artinya ada

pengaruh pemberian jus tomat terhadap kadar gula darah pada klien dengan

diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Cempaka Banjarmasin.

Salah satu jenis kaktus yang saat ini banyak diperbincangkan adalah jenis

buah naga. Buah naga terbilang baru dikenal di Indonesia. Meski begitu,

namanya belakangan ini menjadi buah bibir di masyarakat. Dari berbagai

media massa disebutkan bahwa buah naga memiliki khasiat untuk kesehatan

manusia, diantaranya ialah sebagai penyeimbang gula darah, pencegah kanker

usus, pelindung kesehatan mulut, pengurang kolesterol, pencegah perdarahan


68

dan obat keluhan keputihan. Buah naga merah mengandung flavonoid,

terutama quercetin merupakan penghambat yang kuat terhadap GLUT 2 pada

mukosa usus, suatu lintasan absorbsi glukosa dan fruktosa pada membran

usus. Mekanisme penghambatan ini bersifat nonkompetitif. Hal ini

menyebabkan pengurangan penyerapan glukosa dan fruktosa dari usus

sehingga kadar glukosa darah turun. (Panjuantiningrum, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh (Roiffatul, 2017) mengenai Pengaruh Buah

Naga Terhadap Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe Ii Di

Puskesmas Temon 1 Kulon Progo Yogyakarta. Responden dalam penelitian

ini sebanyak 30 responden yang didistribusikan dalam 2 kelompok yaitu 15

responden sebagai kelompok intervensi dan 15 responden lainnya sebagai

kelompok kontrol. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa terdapat

penurunan rerata kadar glukosa darah sebelum dan sesudah pemberian buah

naga merah seberat 200 gram pada kelompok intervensi, penurunan kadar

glukosa darah ini dimungkinkan karena buah naga merah memiliki komponen

yang dapat memberikan efek hipoglikemik yang berfungsi untuk

menyeimbangkan kadar glukosa darah seperti serat dan antioksidan,

sedangkan rerata kadar glukosa darah pada kelompok kontrol tidak mengalami

penurunan, pada kelompok kontrol relatif tinggi dengan rata-rata sebelum

229,1 mg/dl dan setelahnya 233,6 mg/dl. Peningkatan kadar glukosa darah ini

dimungkinkan karena pada kelompok kontrol tidak diberikan intervensi

pemberian buah naga.


69

Penelitian yang dilakukan oleh (Widyastuti, 2015) mengenai Pengaruh

Pemberian Jus Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus) Terhadap Kadar

Glukosa Darah Puasa Pria Prediabetes, diperoleh 32 orang memenuhi kriteria

inklusi penelitian. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol sehingga diperoleh masing – masing 16

subjek pada setiap kelompok. Hasil uji statistik ditemukan adanya perbedaan

kadar GDP yang bermakna antara kelompok kontrol dan perlakuan setelah

intervensi. Kadar GDP pada kelompok kontrol menunjukkan tidak adanya

perbedaan bermakna sebelum dan sesudah intervensi. Kadar GDP pada

kelompok perlakuan menunjukkan penurunan yang bermakna sebelum dan

sesudah intervensi, kadar GDP mengalami penurunan dari 115.86 mg/dL

menjadi 79.71 md/dL dengan rerata penuruan 36.14 mg/dL (31.19%).


BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan kesimpulan dari tinjauan pustaka yang berisi

tentang konsep teori yang berhubungan dengan penelitian yang akan

dilaksanakan (Notoatmojo, 2010).

Kerangka teori dalam penelitian ini adalah :

Perubahan fisiologis Menurut (Setiyorin,


2017). Glukosa dalam
Penurunan fungsi tubuh lansia yaitu darah tidak
kemampuan respon tubuh terhadap seimbang
Lansia pengobatan, dan pankraes tidak mampu
memproduksi insulin secara normal.

Faktor yang mempengaruhi glukosa


Terapi Non Terapi
darah Menurut (Astuti, 2017).
1. Obesitas Farmakologi Farmakologi
2. Gaya hidup
Penatalaksanaan non farmakologi Menurut
3. Usia
Rusmanto, (2018). Penatalaksanaan
4. Riwayat keluarga DM
1. Terapi konsumsi jus buah tomat 1x sehari farmakologi Menurut,
5. Riwayat diabetes pada kehamilan. di waktu pagi. Mutoharoh (2017).
2. Terapi konsumsi jus buah naga merah 1x 1. obat oral
sehari di waktu pagi. 2. obat suntikan (insulin)
Serat dapat memperlambat 3.
penyerapan glukosa dari usus kecil.
Serat tidak larut mengurangi proses Serat yang terdapat pada naga merah dapat mengikat banyak air dan membentuk gel,
glukoneogenesis yang berpengaruh maka kemungkinan glukosa untuk bersentuhan dengan dinding usus halus dan
terhadap peningkatan sekresi masuk ke darah menjadi lebih kecil. Ketika kadar glukosa yang masuk kedalam
insulin. darah lebih sedikit, maka insulin yang dihasilkan oleh pancreas juga menjadi lebih
Likopen berperan sebagai Glukosa sedikit.
antioksidan bekerja menurunkan dalam Flavonoid berperan sebagai antioksidan, kemampuannya menurunkan stress
kadar gula darah dengan darah oksidatif dan mengurangi (Reactive Oxygen Species) ROS sehingga menimbulkan
meningkatkan kerja pankreas menurun efek protektif terhadap sel beta pankreas dan meningkatkan sensitivitas insulin
dalam memproduksi insulin untuk terutama quercetin merupakan penghambat yang kuat terhadap GLUT 2 (glucose
menurunkan resistensi insulin yang transporters) pada mukosa usus, suatu lintasan absorbsi glukosa dan fruktosa pada
menyebabkan toleransi glukosa membran usus. Mekanisme penghambatan ini bersifat nonkompetitif. Hal ini
meningkat. menyebabkan pengurangan penyerapan glukosa dan fruktosa dari usus.

Skema 3.1 : Kerangka teori analisis perbandingan antara jus buah tomat
dengan jus buah naga merah terhadap penurunan glukosa darah
pada lansia 45-59 tahun di wilayah kerja Puskesmas Perawatan
Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu 2019.

70
71

3.2.Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah visualisasi hubungan antara berbagai variabel

yang dirumuskan oleh peneliti sesudah membaca berbagai teori yang ada

kemudian menyusun teori nya sendiri yang akan digunakannya sebagai

landasan untuk penelitiannya (Wibowo, 2014).

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

Mengkonsumsi Jus Buah Tomat Glukosa Darah

Mengkonsumsi Jus Buah Naga


Factor –faktor yang mempengaruhi
Merah
Glukosa darah Menurut (Astuti,
2017).
Menurut Antika, (2016)
1. Obesitas
1. Mengkonsumsi jus buah
2. Gaya hidup
tomat di waktu pagi,
minimal 1x sehari. 3. Usia
2. Mengkonsumsi jus buah 4. Riwayat keluarga DM
naga merah di waktu pagi,
5. Riwayat diabetes pada
minimal 1x sehari.
kehamilan.

Keterangan :

: Diteliti
: Tidak Diteliti

Skema 3.2. : Kerangka konsep analisis perbandingan antara jus buah tomat
dengan jus buah naga merah terhadap penurunan glukosa darah
pada lansia 45-59 tahun di wilayah kerja Puskesmas Perawatan
Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu 2019.
72

3.3.Hipotesis Penelitian

H0 : Tidak ada perbedaan pengaruh jus buah tomat dengan jus buah naga

merah terhadap penurunan glukosa darah pada lansia 45-59 tahun di

wilayah kerja Puskesmas Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu 2019.

H1 : Ada pengaruh perbedaan jus buah tomat dengan jus buah naga merah

terhadap penurunan glukosa darah pada lansia 45-59 tahun di wilayah

kerja Puskesmas Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu 2019.


BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1.Waktu dan Tempat Penelitian

4.1.1 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai pada pengambilan data awal 12 Februari 2019.

4.1.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan

Simpang Empat Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu.

Alasan peneliti memilih tempat penelitian tersebut karena pada saat

dilakukan studi pendahuluan, peneliti sudah membandingkan 3

puskesmas, setelah itu peneliti mendapatkan laporan dari Dinas Kesehatan

Kabupaten Tanah Bumbu jumlah lansia yang menderita Diabetes Mellitus

tertinggi di Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kecamatan Simpang

Empat Kabupaten Tanah Bumbu, sehingga peneliti tertarik melakukan

penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Simpang Empat

Kecamatam Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu.

4.2.Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dimana menggunakan

desain penelitian Quasi Eksperimental dengan rancangan penelitian pre and

post test without control. Penelitian ini menggunakan dua kelompok

intervensi, dimana kelompok intervensi yang pertama diberikan jus buah

tomat dan kelompok intervensi yang kedua diberikan jus buah naga merah.

73
74

Keterangan :
R1 O1 X1 O3

R2 O2 X2 O4

R1 : Responden pada kelompok jus buah tomat

R2 : Responden pada kelompok jus buah naga merah

O1 : Pre test sebelum perlakuan pada kelompok jus buah tomat

O2 : Pre test sebelum perlakuan pada kelompok jus buah naga merah

O3 : Post test setelah perlakuan pada kelompok jus buah tomat

O4 : Post test satelah perlakuan pada kelompok jus buah naga merah

X1 : Uji coba/ intervensi pada kelompok perlakuan jus buah tomat

sesuai SOP

X2 : Uji coba/ intervensi pada kelompok perlakuan jus buah naga

merah sesuai SOP

Skema : 4.1 Rancangan Penelitian quasi – eksperimental pretest –postest

without control.

4.3.Populasi, Sampel dan Sampling

4.3.1 Populasi Penelitian

Menurut Hidayat (2014), populasi adalah objek yang mempunyai

kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian

ini adalah lansia usia 45-59 tahun menderita diabetes mellitus yang berada

di Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah


75

Bumbu Tahun 2019 yang keseluruhan jumlah diabetes mellitus ada 244

penderita.

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

akan diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Hidayat, 2014).

Sampel dalam penelitian ini adalah klien diabetes mellitus / gula darah

tinggi di Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten

Tanah Bumbu.

Menurut Nursalam, (2013) penetapan jumlah sampel dalam penelitian

dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut :

( )

( )
76

Keterangan :

n = Ukuran sampel

N =Ukuran populasi

e =Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

sampel yang ditolelir.

Batas kesalahan yang ditolelir ini untuk setiap populasi tidak sama ada

yang 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, atau 10%.

d = Batas toleransi kesalahan pengambilan sampel yang digunakan

Berdasarkan hasil perhitungan rumus pengambilan sampel diatas,

diperoleh jumlah sampel 41 responden. Rumus besar sampel untuk

mengantisipasi kemungkinan sampel terpilih mengalami drop out

(Sastroasmoro & Ismael, 2008 dalam Azis A, 2017) sebagai berikut:

n‟ =( )

Keterangan:

n’ : Jumlah sampel penelitian

n : Besar sampel yang dihitung

f : Perkiraan proporsi drop out 10% (f = 0,1)

Maka penghitungan jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu :

n‟ =( )

n‟ =( )

n‟ =
77

n‟ =

Berdasarkan perhitungan rumus tersebut, jumlah sampel yang akan

dibagi menjadi 23 responden kelompok intervensi untuk pemberian jus

buah tomat dan 23 responden kelompok intervensi untuk pemberian jus

buah naga merah, sehingga total sampel yang akan digunakan yaitu 46

responden.

Pemilihan sampel harus memenuhi beberapa kriteria meliputi

kriteria inklusi dan kriteria eksklusi untuk menentukan dapat atau tidaknya

sampel tersebut digunakan (Hidayat, 2014). Pada penelitian ini peneliti

menggunakan beberapa kriteria untuk menentukan responden, yaitu

sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi

a. Responden yang mengalami diabetes mellitus.

b. Responden yang kooperatif.

c. Responden yang berusia 45-59 tahun.

2. Kriteria Eksklusi

a. Responden yang tidak suka jus buah tomat dan buah naga

merah.

b. Responden yang berusia ≥ 59 tahun.

c. Responden yang mengkonsumsi obat diabetes.

d. Responden yang tidak berpuasa.


78

4.3.3 Tehnik Sampling

Menurut Nursalam, (2013) sampling adalah proses menyeleksi porsi

dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling merupakan

cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh

sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian.

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

sampling non probability sampling dengan cara (purposive sampling)

artinya purposive sampling adalah suatu teknik penetapan sampel dengan

cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki

peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian) sehingga sampel tersebut dapat

mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. Nursalam,

(2013).

4.4.Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah variabel independen

(bebas) dan variabel dependen (terikat) yaitu :

1. Variable Independen (Bebas)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Jus Buah Tomat

(Solanum Lycopersicum) Dan Jus Buah Naga Merah (Hylocereus

Polyrhizus) Di Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Simpang Empat

Kabupaten Tanah Bumbu.


79

2. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah glukosa darah Di Wilayah

Kerja Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu.

4.5.Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan variabel operasional yang dilakukan

penelitian berdasarkan karakteristik yang diamati. Definisi operasional

ditentukan berdasarkan parameter ukuran dalam penelitian. Definisi

operasional mengungkapkan variabel dari skala pengukuran masing-masing

variabel tersebut (Donsu, 2016).


80

Tabel 4.1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Parameter Skala Alat Ukur Hasil Ukur


Opersional
1. Jus buah tomat Jus kaya 1. Standar Nominal Lembar 1. Diberikan
(Variabel serat yang Prosedur Observasi. jus buah
Indenpenden) menggunaka Operasional tomat = 2
n buah tomat (SPO) dan 2. Tidak
untuk lembar diberikan
membantu observasi jus buah
menurunkan Pemberian tomat = 1
glukosa Jus Buah
darah dalam Tomat.
tubuh.
2. Jus buah naga Jus kaya 1. Standar Nominal Lembar 1. Diberikan
merah serat yang Prosedur Observasi. jus buah
(Variabel menggunaka Operasional naga
Independen) n buah naga merah = 2
(SPO) dan
merah untuk 2. Tidak
membantu lembar diberikan
menurunkan observasi jus buah
glukosa Pemberian naga
darah dalam Jus Buah merah = 1
tubuh. Naga Merah.
3. Glukosa darah Sumber Lembar Ordinal 1. Mengguna 1. Normal
(Variabel energy bagi Observasi Cek kan cek gula darah
Dependen) tubuh Glukosa Darah glukosa puasa 70-
manusia. darah 110 mg/dl
Glukosa (Easy =3
menyediakan Touch 2. Gula darah
energy untuk GCU. sedang
seluruh sel 2. Lembar 120-125
pada tubuh observasi. mg/dl = 2
agar tetap 3. Gula darah
hidup dan tinggi
berfungsi ≥126
dengan baik. mg/dl = 1
81

4.6.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk pengumpulan

data (Nursalam, 2013).

1. Instrument Jus

Instrumen penelitian untuk pemberian jus yang menggunakan SPO

yang didalamnya berisi tahapan-tahapan pemberian jus yang dimulai dari

pre interaksi, tahap orientasi, tahap kerja, fase terminasi, dan dokumetasi.

(Winarno, 2018).

2. Instrumen Pelaksanaan Glukosa Darah

Instrument penelitian yang digunakan adalah lembar observasi

yang berisi tentang pengamatan glukosa darah pretest dan glukosa darah

posttest. Alat ukur glukosa darah pada pasien menggunkan Easy Touch

GCU, dan lembar observasi. Lembar observasi digunakan untuk

mengobservasi glukosa darah yang diberikan kepada responden dengan

kategori 3 = glukosa darah puasa normal, 2 = glukosa darah puasa sedang,

1 = glukosa darah puasa tinggi.

4.6.1.Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu

benar benar mengukur apa yang ingin diukur (Notoatmodjo, 2012). Pada

penelitian ini menggunakan instrumen Standar Prosedur Operasional

(SPO) pemberian jus. Sehingga instrumen penelitian yang digunakan oleh

peneliti tidak perlu lagi di uji validitas. Dan menggunakan lembar

observasi pengukuran glukosa darah yang sudah teruji, yang pernah


82

dilakukan uji reabilitas oleh Winarno, (2018) untuk mengobservasi

glukosa darah responden dalam penelitiannya.

4.6.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan

bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam

waktu yang berlainan (Nursalam, 2013). Pada penelitian ini, instrumen

yang digunakan tidak perlu lagi dilakukan uji reliabilitas karena sudah

bersifat baku (Nursalam, 2015).

4.7. Prosedur Pengumpulan Data

4.7.1. Jenis Data

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara

langsung (dari tangan pertama) (Harnovinsah, 2012). Data primer pada

penelitian ini diperoleh dari hasil observasi pada pasien di Puskesmas

Perawatan Simpang Empat.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber

yang sudah ada (Harnovinsah, 2012). Data sekunder pada penelitian ini

diperoleh dari dokumen Puskesmas Perawatan Simpang Empat.


83

4.7.2. Teknik Pengumpulan Data

Langkah – langkah yang dilakukan peneliti dalam mengumpulkan data

setelah mendapatkan persetujuan dari konsep penelitian yang akan

dilaksanakan, sebagai berikut:

1. Persiapan Penelitian

a. Persiapan penelitian diawali setelah diberikan ijin untuk

melakukan studi pendahuluan untuk menentukan tempat penelitian

berdasarkan masalah yang terjadi.

b. Setelah dikeluarkan surat ijin untuk melakukan pengambilan data

awal dari STIKes Darul Azhar, surat tersebut digunakan sebagai

permohonan pengambilan data di Dinas Kesehatan Kabupaten

Tanah Bumbu.

c. Setelah ijin diberikan oleh pihak Dinas Kesehatan Kabupaten

Tanah Bumbu, kemudian pengambilan data awal di Puskesmas

Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu

d. Melakukan studi pendahuluan di Posyandu wilayah kerja

Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu.

e. Setelah selesai melaksanakan seminar proposal, peneliti melakukan

revisi/ perbaikan menambahakan ataupun mengurangi dari laporan

yang telah di seminarkan sesuai dengan saran yang diberikan oleh

penguji seminar proposal. Perbaikan tersebut dilakukan hingga

mendapat persetujuan dari kedua pembimbing penyusunan skripsi

untuk melanjutkan pembuatan surat rekomendasi penelitian ke


84

Kantor Kesbangpol dan surat ijin pelaksanaan penelitian ketempat

penelitian.

f. Setelah mendapat rekomendasi penelitian dari Kantor Kesbangpol

dan setelah diberikan ijin dari pihak Puskesmas Perawatan

Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu, barulah penelitian akan

dilaksanakan.

2. Tahap Penelitian

Setelah mendapat surat pengantar dari STIKes Darul Azhar

Batulicin untuk melakukan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan

peneliti memberikan dan meminta persetujuan pelaksanaan kepada

Direktur Puskesmas Perawatan Simpang Empat untuk melakukan

penelitian. Peneliti melakukan penelitian dengan tata cara, sebagai

berikut :

a. Peneliti datang ketempat penelitian kemudian memperkenalkan

diri.

b. Peneliti memberikan informasi tentang penelitian dan meminta

kesediaan responden untuk terlibat dalam penelitian.

c. Peneliti membagi kelompok intervensi yang pertama yang

diberikan jus buah tomat. Pembagian Kelompok intervensi yang

ke-2 diberikan jus buah naga merah, dengan menggunakan teknik

sampling non probability sampling dengan cara (purposive

sampling) artinya suatu teknik penetapan sampel dengan cara


85

memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki

peneliti.

d. Peneliti melakukan observasi pretest pada hari ke-0 dan posttest

dilakukan pada hari ke-8 setelah pemberian kedua jus tersebut

selama 7 hari berturut-turut.

e. Peneliti memberikan perlakuan pada kelompok intervensi dengan

memberikan jus buah tomat dengan cara takaran 150 gram,

ditambah 50 ml air yang sudah dimasak, ditambah 10 ml madu

kemudian di blender selama 1 menit, sedangkan untuk kelompok

intervensi ke-2 diberikan jus buah naga merah dengan takaran 200

gram, ditambah 70 ml air kemudian diblender selama ± 3 menit.

Kemudian peneliti mengumpulkan semua data hasil pengukuran

pretest dan posttest dari kelompok intervensi yang pertama dan

kelompok intervensi yang ke-2, kemudian direkap untuk

dimasukan kedalam computer. Melalui program SPSS versi 16,0

dan mengunakan uji statistik yang telah ditentukan sesuai dengan

data yang didapatkan dari responden.


86

4.8. Pengelolaan Data

Menurut Hidayat (2009) dalam proses pengolahan data terdapat

langkah-langkah yang harus ditempuh, yaitu :

4.8.1. Penyuntingan Data (editing)

Penyuntingan data (editing) adalah upaya untuk memeriksa kembali

kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan

pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Hidayat, 2009).

Secara umum editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan

pengisian formulir atau kuesioner (Notoatmodjo, 2012).

4.8.2. Pemberian kode (coding)

Pemberian kode (coding) merupakan kegiatan pemberian kode

numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.

Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data

menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga

daftar kode dan artinya dalam satu buku untuk memudahkan kembali

melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel. Peneliti memberikan

kode untuk variabel dependen dengan kode 1 = glukosa darah puasa

normal, 2 = glukosa darah puasa sedang, 3 = glukosa darah puasa tinggi.

4.8.3. Memasukkan data (entry)

Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian

membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat

tabel kontingensi.
87

4.8.4. Melakukan teknik analisis

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan

menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang

akan dianalisis

4.8.5. Cleaning Data

Cleaning data merupakan tahap pemeriksaan kembali terhadap data

yang sudah ada dimasukkan untuk melihat kemungkinan-kemungkinan

adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya. Kemudian

dilakukan pembetulan atau koreksi kembali (Notoatmodjo, 2012).

4.9. Analisa Data

4.9.1. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisa yang bertujuan untuk menjelaskan

atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian

(Notoadmojo, 2012). Analisa univariat dalam penelitian ini bertujuan

untuk mengidentifikasi kadar glukosa darah yang dimiliki responden pada

kelompok perlakuan pertama maupun kelompok perlakuan kedua

sebelum diberikan intervensi. Analisa menggunakan system

komputerisasi program SPSS (Soft Product And Service Solution) versi

16,0.

Hasil pengolahan data dalam bentuk presentase dan di

interpretasikan menggunakan kriterian kuantitatif sebagai berikut

(Arikunto, 2010):
88

100 % = Seluruhnya

76-99% = Hampir seluruhnya

51-75% = Sebagian besar

26-49% = Hampir setengahnya

1-25% = Sebagian kecil

0% = Tidak satupun

4.9.2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

antara variabel independen dan variabel dependen. Analisa bivariat dalam

penelitian ini akan menggunakan Mann Whitney untuk menguji beda

mean peringkat (data ordinal) dari 2 kelompok independen yang berbeda.

Uji alternative Wilcoxon Test digunakan untuk menguji beda mean

dari 2 hasil pengukuran pada kelompok yang sama (beda mean pretest dan

postest). Analisa menggunakan system komputerisasi program SPSS (Soft

Product And Service Solution) versi 16,0.

4.10. Etika Penelitian

Menurut Nursalam (2013), masalah etika keperawatan merupakan

masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian

keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika

penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan

sebagai berikut :
89

4.10.1. Bebas dari Eksploitasi

Peneliti akan menghindari keadaan yang tidak menguntungkan

responden. Peneliti meyakinkan responden bahwa berpartisipasi dalam

penelitian ini dan informasi yang telah diberikan, tidak akan dipergunakan

dalam hal – hal yang dapat merugikan responden dalam bentuk apapun.

4.10.2. Bebas dari Penderitaan

Peneliti akan memberikan manfaat dari penelitian yang

dilaksanakan kepada responden tanpa ada tindakan yang dapat

mengakibatkan penderitaan.

4.10.3. Kerahasiaan

Peneliti wajib menjaga hal yang akan berkaitan dengan prevacy

dan sukjek mempunyai hak untuk meminta data yang diberikan harus

dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan rahasia

(confidentiality).

4.10.4. Bebas Menolak menjadi Responden

Responden mempunyai hak memutuskan apakah bersedia menjadi

responden atau tidak, tanpa adanya sanksi apapun.

4.10.5. Informed Consent

Peneliti akan memberikan informasi yang lengkap terhadap tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan, serta meminta ijin pada responden

untuk menjadi sampel dalam penelitian. Pada Informed Consent juga

perlu dicantumkan peneliti bahwa data yang diperoleh hanya akan

dipergunakan untuk pengembagan ilmu.


90

4.10.6. Hak untuk Mendapatkan Perlakuan yang Sama

Peneliti akan memberikan penejelasan secara rinci tentang

prosedur penelitian yang dilakukan, serta bertanggung jawab jika ada

sesuatu yang terjadi pada subjek.


DAFTAR PUSTAKA

ADA (American Diabetes Association), 2016b. Statistics About Diabetes. Diakses


28 Februari 2019. https://www.diabetes.org/diabetes-basic-statistics.

Andriana, A. (2016). Manfaat Buah Naga Untuk Kesehatan. Tips Kesehatan. hlm
1. Diakses 9 April 2019. https: //www. Academia.edu /34824525/
Manfaat_Buah_Naga_Untuk_Kesehatan.pdf

Antika,F. (2016). Pengaruh Jus Tomat Terhadap Kadar Gula Darah Sewaktu
Pada Lansia Hiperglikemi Di Dusun Niten Nogotirto Gamping Sleman
Yogyakarta. Skripsi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan di
Universitas „Aisyiyah Yogyakarta. Diakses 6 Maret 2019.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: PT


Rineka Cipta.
Astuti D.Y., Muwarni, H. (2013). Pengaruh Pemberian Jus Tomat Terhadap
Kadar Glukosa Darah Pada Prediabetes. Journal of Nutrition College,
2(1), 111-117 (dalam Wulandari, 2016).

_____ D. Y., (2012). Pengaruh Pemberian Jus Tomat Terhadap Kadar Glukosa
Darah Pada Prediabetes. Artikel Penelitian. Diakses 5 April 2019.
_____ A. (2017) Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Kadar Gula Darah Pada
Pasien Diabetes Mellitus Di Poli Penyakit Dalam RSUD Jombang 2017.
Skripsi S1 Ilmu Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia
Medika Jombang 2017. Diakses 28 Februari 2019.

Azizah & Lilik Ma‟rifatul, (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta
: Graha Ilmu.

Aziz A, (2017). Efektivitas Snam Ergonemik Dengan Terapi Tertawa Terhadap


Penurunan Hipertensi Pada Lansia Usia 45-59 Tahun Di Wilayah Kerja
Puskesmas Darul Azhar Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Tanah
Bumbu. Skripsi. Batulicin: Stikess Darul Azhar Batulicin.
Aziz, T. Johan, G. Sri, D. (2018). Pengaruh Jenis Pelarut, Temperatur Dan
Waktu Terhadap Karakterisasi Pektin Hasil Ekstraksi Dari Kulit Buah
Naga (Hylocereuspolyrhizus. Skripsi Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya. Diakses 4 Maret 2019.
Dampak Negatif Buah Tomat di Konsumsi Berlebihan. (13 Agustus, 2018).

Kompas, hlm 1 s/d 4.


Donsu, J. D. T. (2016). Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.
Fatimah, 2015. Patofisiologi Diabetes Mellitus. Diakses 28 Februari 2019
https://www.google.co.id/pdf+ klasifikasi+ diabetes & aqs= mobile= gws-
lite.0.014 & q= jurnal+ klafisikasi+ diabetes+ mellitus.
Febiola, P, dkk (2018) Pengaruh Pemberian Jus Tomat Terhadap Kadar Gula
Darah Pada Klien Dengan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas
Cempaka Banjarmasin.Jurnal Dinamika Kesehatan Studi S1 Keperawatan
Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin. Diakses 28 Februari 2019.

Firmanto, B.H. 2011. Sukses Bertanam Tomat Secara Organik. Angkasa.


Bandung. Diakses 4 Maret 2019.

Handayani, Sri. (2011). Kandungan Kimia Beberapa Tanaman dan Kulit Buah
Berwarna Serta Manfaatnya Bagi Kesehatan. Skripsi. Tim PPM Jurusan
Pendidikan Kimia FMIPA. Universitas Negeri Yogyakarta. Diakses 2
Maret 2019.

Hanum, 2013. Patofisiologi Diabetes Mellitus. Diakses 28 Februari 2019


https://www.google.co.id/pdf+ klasifikasi+ diabetes & aqs= mobile= gws-
lite.0.014 & q= jurnal+ klafisikasi+ diabetes+ mellitus

Hamidah, S. (2015) Sayuran Dan Buah Serta Manfaatnya Bagi Kesehatan


Disampaikan Dalam Pengajian Jamaah Langar Mafaza Kotagede
Yogyakarta.Pdf Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Diakses 4
Maret 2019.

Halimi, I.M. (2017). Rancangan Kemasan Tunggal untuk Transportasi Buah


Naga Super Merah (Hylocereus costaricensis) Berbahan Karton
Bergelombang dengan Pengisi. Skripsi Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.

Harnovansah. (2012). Metodologi Penelitian Pusat Bahan Ajar Dan Elerning.


Universitas Mercu Buana. Dikses pada tanggal 2 April 2018, dari
http://www.mercubanua.ac.id
Hidayat, A. A. A., (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta : Salemba Medika.
_______________ (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis
Data. Jakarta : Selemba Medika.
IDF. (2015). IDF Diabetes Atlas. International Diabetes Federation Sevent
Edition. Diakses 28 Februari 2019.

Iman, M., Moallem, S.A., & Barahoyee, A. (2015). Effect of Apple Cider Vinegar
on Blood Glucose Level in Diabetic Mice. Pharmaceutical Sciences.
Diakses 12 Februari 2019.

Juddin, R. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Faktor Risiko Dm Dengan


Status Dm Pada Pegawai Negeri Sipil Uin Alauddin Makassar Tahun
2017. Skripsi Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Uin Alauddin
Makassar 2017. Diakses 28 Februari 2019.

Kartika, Ela, Ramal Yusuf, dan Abd. Syakur. 2015. Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Tomat (Lycopersicum Seculentum Mill) Pada Berbagai
Persentase Naungan. e-J. Agrotekbis 3 (6) : 717 – 724.

Kemenkes. (2016). Situasi Lanjut Usia (Lansia) di Indonesia. Jakarta Selatan:


Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS. Jakarta : Balitbang


Kemenkes RI.

Khasanah, Z. (2018). Pengaruh Pemberian Jus Tomat (Lycopersicon Esculentum


Mill) Terhadap Kadar Malondialdehida (MDA) Dan Gambaran Histology
Pembuluh Darah Jantung Mencit (Mus Musculus) Yang Dipapar Asap
Rokok. Skripsi Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang. Diakses 28 Februari 2019.
Kumalaningsih, Sri. 2007. Antioksidan Alami. Surabaya : Trubus Agrisarana.

Monica, et al. (2016). Drink Containing Anthocyanin – rich blackcurrant extract


decrease postprandial blood glucose, insulin and incretin concentrations.
Journal of Nutritional Biochhemistry. Diakses 10 Februari 2019.

Mutoharoh, (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat


Pengetahuan Tentang Penyakit Diabetes Mellitus Pada Penderita Diabetes
Mellitus Tipe 2 Di Desa Ngadiwarno Sukorejo Kendal. Skripsi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Diakses 4 Maret 2019.

Nanda, T. (2016). Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Kulit Buah Naga Merah


(Hylocereus Costaricensis) Dan Pengenyal Terhadap Karakteristik Soft
Candy. Skripsi Teknologi Pangan Fakultas Teknik Universitas Pasundan
Bandung. Diakses 2 Maret 2019.
NIDDK (Nasional Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease), 2016
diabetes. Diakses 28 Februari 2019.

https://www.niddk.nih.gov/health/healthinformation/diabetes/types/prediab
etes-insulin-resistance.

______ (2014). Patofisiologi Diabetes Mellitus. Diakses 28 Februari 2019


https://www.google.co.id/pdf+ klasifikasi+ diabetes & aqs= mobile= gws
lite.0.014 & q= jurnal+ klafisikasi+ diabetes+ mellitus.

Novianti, T. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi


Lansia Pada Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kassi-Kassi
Kota Makassar. Skripsi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Hasanuddin Makassar. Diakses 28 Februari 2019.
Notoatmojo, S. (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta.
____________ (2012). Metodelogi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta :
Renika Cipta.

Noer, R, dkk. (2015). Pemberian Jus Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus)
Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa Pria Prediabetes. Journal of
Nutrition College Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. Diakses 28 Februari 2019.

Nurrahmani, (2012). Diabetes Mellitus Tipe 1. Diakses 28 Februari 2019


https://www.google.co.id. Pdf + klasifikasi + dm & aqs = mobile-gws-
lite.0I1&= Pdf + klasifikasi + dm.

Nursalam. (2013). Metodelogi penelitian ilmu keperawatan : pendekatan praktis.


Edisi 3. Jakarta : Selemba Medika.
_______ (2015). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.
Padila. (2013). Buku Belajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika.
Panjuantiningrum, F. (2009). Pengaruh pemberian buah naga merah (hylocereus
polyrhizus) terhadap kadar glukosa darah Tikus putih yang diinduksi
aloksan. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Diakses 12 Februari 2019.

PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia)., 2015. Konsesus Pengelolaan


dan Percegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia.
_________ (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia)., 2015. Klasifikasi Diabetes
Mellitus Tipe 2. Diakses 28 Februari 2019.
_________ (2015). Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Mellitus
Tipe 2 Di Indonesia 2015. Pengurus Besar PERKENI.

Rochmah, W. (2015) Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut. Dalam : Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam UI. Ed (5). Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Roiffatul, A. H., & Ruhyana (2017). Pengaruh Buah Naga Terhadap Kadar
Glukosa Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Temon 1
Kulon Progo Yogyakarta. Skripsi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas „Aisyiyah Yogyakarta. Diakses 6 Maret 2019.

Putri, R.. (2017) Gambaran Self Care Penderita Diabetes Melitus (Dm) Di
Wilayah Kerja Puskesmas Srondol Semaran. Skripsi Departemen
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
Diakses 5 Maret 2019.

Puskesmas Perawatan Simpang Empat Kab. Tanbu. (2019). Profil Puskesmas


Perawatan Simpang Empat Kabupaten Tanah Bumbu 2019.

Sari, M.D. (2018). Pengaruh senam diabetes mellitus terhadap kadar gula darah
pada penderita diabetes mellitus tipe 2. Skripsi S1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Insane Cendekia Medika Jombang. Diakses 5 Maret
2019.

Setiyorin, E. & Wulandari, N.A (2017). Hubungan Status Nutrisi Dengan


Kualitas Hidup Pada Lansia Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Yang
Berobat Di Poli Penyakit Dalam Rsd Mardi Waluyo Blitar. Skripsi STIKes
Patria Husada Blitar. Diakses 6 Maret 2019.

Simamora, A., Icceng. (2018). Pengaruh Pemberian Jus Lidah Buaya Terhadap
Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus. Jurnal
Penelitian Keperawatan Medik. Diakses 10 Februari 2019.

Sofia, R., & Gusti, Y. (2017). Hubungan Depresi Dengan Status Gizi Lansia Di
Panti Sosial Tresna Werdha Belai Kasih Beriuen. Jurnal Ilmiah Sains,
Teknologi, Ekonomi, Sosial dan Budaya.

Sudiarto, Rusmono. W. (2018) Potensi Jus Tomat Menurunkan Kadar Gula


Darah Sewaktu (Gds) Pada Pasien Diabetes Militu. Skripsi Studi D III
Keperawatan, Akper Yakpermas Banyumas. Diakses 4 Maret 2019.

Shidfar, F., Froghifar, N., dkk. (2011). The Effect of tomato consumption on
serum glucose, apolipoprotien B, apolipoprotein A-I, homocysteine and
blood pressure in type 2 diabetic patients. International Journal of Food
Sciences and Nutrition. Diakses 3 April 2019.

Suksomboon, N. dkk (2017). Effect Of Dragon Fruit On Glycemic Control In


Prediabetes And Type 2 Diabetes: A Systematic Review And Meta-Analysis.
Research Article Department of Pharmacy, Faculty of Pharmacy, Silpakorn
University, Nakhon-Pathom, Thailand. Diakses 4 April 2019.

Sulistyani, (2012) dalam Hidayati, R.A. (2017). Pengaruh Buah Naga Terhadap
Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Melitu Tipe 2 Di Puskesmas Temon
1 Kulon Progo Yogyakarta. Skripsi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas „Aisyiyah Yogyakarta. Diakses 6 Maret 2019.

Sunaryo, Wijayanti, R., Kuhu, M. M., Sumedi, T., Widayanti, E. D., Sukrillah, U.
A., et al. (2015). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: CV. Andi
Offset.
Suparyanto. (2014). Konsep Lanjut Usia (Lansia). Diakses 10 Februari 2019.

Taiwan Food Industry Develop & Research Authoritis. (2005) dalam Aziz, T.
Johan, G. Sri, D. (2018) Pengaruh Jenis Pelarut, Temperatur Dan Waktu
Terhadap Karakterisasi Pektin Hasil Ekstraksi Dari Kulit Buah Naga
(Hylocereuspolyrhizus. Skripsi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Sriwijaya. Diakses 4 Maret 2019.

Tasbihah, Y.I. (2017) Perbandingan Sari Lidah Buaya (Aloe Vera L) Dengan Sari
Tomat (Solanum Lycopersicum) Dan Konsentrasi Cmc Terhadap
Karakteristik Minuman Fungsional Lidah Buaya – Tomat. Skripsi
Teknologi Pangan Fakultas Teknik Universitas Pasundan Bandung. Diakses
4 Maret 2019.

Utomo, A. (2017). Pengaruh Senam Kaki Terhadap Sirkulasi Darah Pada Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Praktik Klinik dr. Siti Fatma, Sp.PD. Skripsi SI
Keperawatan STikes Bhakti Husada Mulia Madiun 2017. Diakses 28
Februari 2019.

Uya, Ulfia. 20l2. Anatomi Tanaman Buah Naga. blogspot.co.id/20l2/ll/ Anatomi -


Tanaman-Buah-Naga-hylocereus.html. Diakses : 2 Maret 2019.

Wibowo, A. (2014). Metodologi Penelitian Praktis Bidang Kesehatan. Selemba


Medika : Jakarta.
Widyastuti, N.A., Noer. E.R. (2015). Pengaruh Pemberian Jus Buah Naga Merah
(Hylocereus Polyrhizus) Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa Pria
Prediabetes. Jurnal Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro. Diakses 10 Februar 2019.
WHO .(2012). World Health Organization Quality of Lite. WHO. Pengaruh
Reminiscence Therapy Terhadap Penurunan Tingkat Stress Pada Lansia..
Diakses 26 Februari 2019.
Winarno, E. (2018). Efektifitas Jus Buah Naga Dan Jus Buah Alpukat Terhadap
Penurunan Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Puskesmas
Krompol Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi. Skripsi Keperawatan
STikes Bhakti Husada Mulia Madiun.

Yusepi, T. T. (2017, Oktober 20). 9 Alasan Kenapa Anda Wajib Makan Tomat

Setiap Hari. Artikel Health Liputan6.com.

Zainuddin, I (2017) Karakteristik Pasien Diabetes Melitus Gestasional Di Rsud


Siti Khadijah Makassar Periode 2016-Juni 2017. Skripsi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar 2017.
Diakses 28 Februari 2019.
Lampiran 1

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

Bulan
No. Kegiatan
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
Penyusunan
topik
1.
proposal
penelitian
Mengajukan
2. judul
penelitian
Pengambilan
3.
data awal
Penyusunan
4. proposal
penelitian
Ujian
5. proposal
penelitian
Revisi
proposal
penelitian
6.
dan
pengumpulan
data
Penelitian
dan
7.
pengolahan
data
Penyusunan
hasil
8.
penelitian/
skripsi
Ujian akhir
9.
skripsi
Perbaikan
10. draft skripsi
(revisi)
Lampiran 2

PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,
Bapak/Ibu
Di –
Tempat

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Mariatul Janah
NIM : 11 14 15 0441

Sehubungan dengan persyaratan tugas akhir Mahasiswa Program S1


Keperawatan STIKes Darul Azhar Batulicin, saya akan melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Perbandingan Antara Jus Buah Tomat (Solanum
Lycopersicum) Dengan Jus Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus) Terhadap
Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia 45-59 Tahun Di Wilayah Kerja
Puskesmas Perawatan Simpang Empat”. Manfaat penelitian ini agar mengetahui
perbandingan glukosa darah sebelum dan sesudah diberikan jus. Untuk keperluan
tersebut saya mohon Bapak/Ibu bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Apabila Bapak/Ibu bersedia terlibat dalam penelitian ini dimohon
menandatangani lembar persetujuan yang telah disediakan. Demikian permohonan
ini dibuat, atas partisipasi Bapak/Ibu saya ucapkan terimakasih.

Tanah Bumbu, Maret 2019

Mariatul Janah
Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Nomor Responden :

Setelah mendapatkan keterangan serta mengetahui manfaat penelitian


dengan judul “Analisis Perbandingan Antara Jus Buah Tomat (Solanum
Lycopersicum) Dengan Jus Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus) Terhadap
Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia 45-59 Tahun Di Wilayah Kerja
Puskesmas Perawatan Simpang Empat”. Menyatakan sesungguhnya bahwa saya
sukarela bersedia menjadi responden dalam penelitian ini tanpa adanya paksaan
dari pihak manapun.

Tanah Bumbu, 2019

Peneliti, Responden,

Mariatul Janah ( )
NIM. 11 14 15 0441
Lampiran 4

LEMBAR SPO (STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL)

PEMBERIAN JUS BUAH TOMAT

Standar Prosedur Operasional (SPO) Pemberian Jus Buah Tomat


Persiapan alat dan bahan :
10. Buah Tomat (150 gram) 4. Blender
11. Air 50 ml 5. Gelas Ukur
12. Madu 10 ml 6. Pisau
Prosedur tindakan :

Teknik Pembuatan Dan Pemberian Jus Buah Tomat Bagi


DEFINISI Penderita Diabetes Untuk Menurunkan Kadar Gula Darah
Menjadi Normal
3. Menurunkan Kadar Gula Darah Menjadi Normal
TUJUAN
4. Menjadi Alternatif Pengobatan Dan Pencegahan
KEBIJAKAN Responden Yang Menderita Diabetes
PETUGAS Tim Peneliti
13. Buah Tomat (150 gram)
14. Air 50 ml
15. Madu 10 ml
ALAT DAN BAHAN
16. Blender
17. Gelas Ukur
18. Pisau
E. Tahap Prainteraksi
3. Mencuci Tangan
4. Menyiapkan Alat
F. Tahap Orientasi
4. Memberi Salam
5. Menjelaskan Tujuan Dan Prosedur Pembuatan Jus
Buah Tomat
6. Menanyakan Persetujuan Klien (Informed
Consen)
G. Tahap Kerja
PROSEDUR PELAKSANAAN 3. Persiapan Alat dan Bahan
 Pisau
 Blender
 Gelas Ukur
 Sendok
 Jus Buah Tomat
 Air
 Madu
4. Langkah Kerja
 Melakukan Pemeriksaan Kadar Gula
Darah
 Menyiapkan Buah Tomat
 Menyiapkan Blender
 Tambahkan Air
 Potong Kecil Buat Tomat Lalu
Masukkan Dalam Blender
 Tuangkan Kedalam Gelas 200cc Lalu
Minum 1x Sehari Sebelum Makan Pagi
Selama 7 Hari
 Lakukan Pemeriksaan Kadar Gula
Darah.
H. Tahap Terminasi
10. Membersihkan Alat
11. Merapikan Alat
12. Mencuci Peralatan
4. Mencuci Tangan
5. Berpamitan Dengan Responden
6. Salam
Lampiran 5

LEMBAR SPO (STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL)

PEMBERIAN JUS BUAH NAGA MERAH

Standar Prosedur Operasional (SPO) Pemberian Jus Buah Naga Merah


Persiapan alat dan bahan :
9. Buah Naga Merah (200 gram) 4. Gelas Ukur
10. Air 70 ml 5. Pisau
11. Blender
Prosedur Tindakan :

Tabel 2.2. SPO (Standar Prosedur Operasional) pemberian Jus Buah


Naga Merah
Teknik Pembuatan Dan Pemberian Jus Buah Naga Merah Bagi
DEFINISI Penderita Diabetes Untuk Menurunkan Kadar Gula Darah Menjadi
Normal
3. Menurunkan Kadar Gula Darah Menjadi Normal
TUJUAN
4. Menjadi Alternatif Pengobatan Dan Pencegahan
KEBIJAKAN Responden Yang Menderita Diabetes
PETUGAS Tim Peneliti
12. Buah Naga Merah (200 gram)
13. Air 70 ml
ALAT DAN BAHAN 14. Blender
15. Gelas Ukur
16. Pisau
E. Tahap Prainteraksi
3. Mencuci Tangan
4. Menyiapkan Alat
F. Tahap Orientasi
4. Memberi Salam
5. Menjelaskan Tujuan Dan Prosedur Pembuatan Jus
Buah Tomat
6. Menanyakan Persetujuan Klien (Informed Consen)
PROSEDUR G. Tahap Kerja
PELAKSANAAN 3. Persiapan Alat dan Bahan
 Pisau
 Blender
 Gelas Ukur
 Sendok
 Jus Buah Naga Merah
 Air
4. Langkah Kerja
 Melakukan Pemeriksaan Kadar Gula Darah
 Menyiapkan Buah Naga Merah
 Menyiapkan Blender
 Tambahkan Air
 Potong Kecil Buat Naga Merah Lalu
Masukkan Dalam Blender
 Tuangkan Kedalam Gelas 200cc Lalu
Minum 1x Sehari Sebelum Makan Pagi
Selama 7 Hari
 Lakukan Pemeriksaan Kadar Gula Darah.
H. Tahap Terminasi
13. Membersihkan Alat
14. Merapikan Alat
15. Mencuci Peralatan
16. Mencuci Tangan
17. Berpamitan Dengan Responden
18. Salam
Lampiran 6

LEMBAR SPO (STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL)

PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH

Pemeriksaan Gula Darah Digunakan Untuk Mengetahui Kadar Gula Darah


DEFINISI
Seseorang.
Untuk Mengetahui Kadar Gula Sewaktu Sebagai Indikator Adanya
TUJUAN
Metabolisme Karbohidrat.
gula darah puasa : 70-110 mg/dl
NILAI Gula darah sedang : 120-125 mg/dl
NORMAL
Gula darah tinggi : ≥126 mg/dl
PETUGAS Tim Peneliti
1. Glukometer / Alat Monitor Kadar Glukosa Darah.
2. Kapas Alkohol.
3. Hand Scone Bila Perlu.
ALAT &
4. Stik GDA / Strip Tes Glukosa Darah.
BAHAN
5. Lanset / Jarum Penusuk.
6. Bengkok.
7. Tempat Sampah.
Persiapan Alat
1. Glukometer / Alat Monitor Kadar Glukosa Darah.
2. Kapas Alkohol.
3. Hand Scone Bila Perlu.
4. Stik GDA / Strip Tes Glukosa Darah.
5. Lanset / Jarum Penusuk.
6. Bengkok.
7. Tempat Sampah.
Persiapan Lingkungan
1. Menjaga Privasi Klien.
2. Sebelum Dilakukan Tindakan Probandus / Orang Coba Diberi
Informasi Untuk Tidak Makan (Puasa) Mulai Jam 10 Malam
PROSEDUR (Sekitar 12 Jam Sebelum Pemeriksaan Gula Darah Di Lakukan).
PELAKSANAAN Prosedur
1. Jelaskan Prosedur Tindakan Yang Akan Dilakukan Kepada Klien.
2. Mencuci Tangan.
3. Memakai Handscone Bila Perlu.
4. Atur Posisi Klien Senyaman Mungkin.
5. Dekatkan Alat Di Samping Klien.
6. Pastikan Alat Bisa Digunakan.
7. Pasang Stik GDA Pada Alat Glukometer.
8. Mengurut Jari Yang Akan Ditusuk (Darah Diambil Dari Salah Satu
Ujung Jari Telunjuk, Jari Tengah, Jari Manis Tangan Kiri / Kanan).
9. Desinfeksi Jari Yang Akan Ditusuk Dengan Kapas Alcohol.
10. Menusukkan Lanset Di Jari Tangan Pasien, Dan Biarkan Darah
Mengalir Secara Spontan.
11. Tempatkan Ujung Strip Tes Glukosa Darah (Bukan Diteteskan)
Secara otomatis Terserap Ke Dalam Strip.
12. Menghidupkan Alat Tusukkan Lanset Menggunakan Kapas Stik
GDA.
13. Menutup Bekas Tusukkan Lanset Menggunakan Kapas Alkohol.
14. Alat Glukometer Akan Berbunyi Dan Bacalah Angka Yang Tertera
Pada Monitor.
15. Keluarkan Strip Tes Glukosa Dari Alat Monitor.
16. Matikan Alat Monitor Kadar Glukosa Darah.
17. Merapikan Alat.
18. Mencuci Tangan
19. Salam.
Lampiran 7

LEMBAR OBSERVASI PRETEST DAN POSTTEST


PEMBERIAN JUS BUAH TOMAT TERHADAP GLUKOSA DARAH
PADA RESPONDEN

No. Nama Kelompok Pretest Posttest


1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.
Lampiran 8

LEMBAR OBSERVASI PRETEST DAN POSTTEST


PEMBERIAN JUS BUAH NAGA MERAH TERHADAP GLUKOSA
DARAH PADA RESPONDEN

No. Nama Kelompok Pretest Posttest


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Data Dinas Kesehatan

No. Puskesmas Penyakit Jumlah

1. Puskesmas Perawatan Simpang Diabetes Mellitus 569


Empat
2. Puskesmas Pagatan Diabetes Mellitus 491
3. Puskesmas Batulicin 1 Diabetes mellitus 292

Data Puskesmas Perawatan Simpang


PUSKESMAS PERAWATAN SIMPANG EMPAT
TAHUN 2018
Bulan Penyakit Jenis Usia
Jumlah
Kelamin 15-44 th 45-59 th 60-74 th
Januari L 5 13 4 22
P 12 9 9 30
L 5 10 10 25
Februari
P 11 13 15 39
L 7 13 12 32
Maret
P 9 19 7 35
L 9 9 14 32
April
P 4 16 8 28
L 5 8 10 23
Mei
P 12 16 11 39
L 6 11 4 21
Juni Diabetes
P 9 7 5 21
Mellitus
L 8 13 11 32
Juli
P 1 8 6 15
L 5 10 10 25
Agustus
P 11 13 15 39
L - - - -
September
P - - - -
L - - - -
Oktober
P - - - -
L 2 15 7 24
November
P 9 21 7 37
L 4 5 6 15
Desember
P 7 15 13 35
TOTAL 141 244 184 569
569
Total lansia usia 45-59 tahun : laki-laki 107
Total lansia usia 45-59 tahun : perempuan 137
Lampiran 14

LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN PROPOSAL

Anda mungkin juga menyukai