Anda di halaman 1dari 87

PENGARUH LATIHAN ISOMETRIK TERHADAP KADAR ASAM URAT

PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS L. SIDOHARJO

SKRIPSI

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

DISUSUN OLEH :

SUMALI
NIM. 2202614076P

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) BHAKTI HUSADA
JALAN KINIBALU 8 KEL. KEBUN TEBENG
KOTA BENGKULU
TAHUN 2022

i
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan


Tim Penguji Skripsi Program Studi Keperawatan
(STIKes) Bhakti Husada Bengkulu

Bengkulu : Juli 2022

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Deltari Novitasari, S.Psi., MM Ns. Desi Susanti, S.Kep., M.Kep


NIDN: 0204118402 NIDN: 0209067601

ii
PERNYATAAN PENGESAHAN

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES BHAKTI HUSADA BENGKULU

Bengkulu, Juli 2022

Tim Penguji

Ketua Sekretaris

Deltari Novitasari, S.Psi., MM Ns. Desi Susanti, S.Kep., M.Kep


NIDN: 0204118402 NIDN: 0209067601

Penguji I Penguji I

Hj.NH Noeraini, SKM., M Kes Ns. Shinta, S.Kep., M.Kep


NIDN 0211116501 NIDN 0219018801

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia- Nya

sehingga skripsi dengan judul ”Pengaruh Latihan Isometrik Terhadap Kadar Asam

Urat Pada Lanjut Usia (Lansia) Di Wilayah Kerja Puskesmas L. Sidoharjo” dapat di

selesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Penelitian skripsi ini

dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi dan

sekaligus untuk mencapai gelar sarjana keperawatan (S. Kep) pada STIKes Bhakti

Husada Bengkulu.

Dalam penyelesaian skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak, pada kesempatan ini saya juga ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Ibu Dr. Hj. Nurhasanah, SKM. M.Kes selaku Ketua Yayasan Persada Raflesia

2. Bapak H. Rusiandy, SKM, MS selaku ketua STIKES Bhakti Husada

Bengkulu yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti

pendidikan di Stikes Bhakti Husada Bengkulu.

3. Ibu Ns. Shinta, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi Keperawatan

4. Ibu Deltari, selaku selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan

masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Desi Susanti selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan kritik

dan saran dalam penelitian skripsi ini

iv
6. Teman- teman mahasiswa Stikes Bhakti Husada Bengkulu yang selalu

menemaniku dalam penyusunan Skripsi ini.

7. Keluargaku dan Keluarga Besar peneliti

8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian ini.

Semoga Allah SWT, melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya dan membalas

kebaikan yang telah diberikan dengan pahala yang setimpal. Untuk pengembangan

selanjutnya maka peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

demi kesempurnaan dalam penyusunan skripsi di masa yang akan datang. Akhirnya

peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bengkulu, Mei 2022

Peneliti

v
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN................................ iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
ABSTRAK....................................................................................................... vii
ABSTRACT...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR BAGAN.......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. xiii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 5
C. Pertanyaan Penelitian ..................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
F. Keaslian Penelitian ........................................................................ 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Latihan Isometrik ........................................................................... 10
B. Asam Urat ...................................................................................... 13
C. Lansia.............................................................................................. 22
D. Pengaruh Latihan Isometrik Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat
Pada Lansia..................................................................................... 27
E. Kerangka Konsep ........................................................................... 28
F. Hipotesis ........................................................................................ 28

vi
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ........................................................................... 29
B. Kerangka Penelitian ....................................................................... 30
C. Definisi Operasional ...................................................................... 30
D. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 31
E. Populasi dan Sampel ...................................................................... 31
F. Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data............................... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian.... ……………………………………………... 38
B. Pembahasan............ …………………………………………....... 45
BAB V SIMPULAN dan SARAN
A. Kesimpulan.......... ……………………………………………...... 56
B. Saran............................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 1 Kerangka Konsep ................................................................ 28

Bagan 2 Kerangka Penelitian ............................................................ 30

viii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Definisi Operasional ............................................................... 30

ix
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH

WHO : World Health Organization

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

RDS : Right Diagnosis Statistik

BPS : Badan Pusat Statistik

TBC : Tuberkulosis

HCT : Hydrochlorothiazide

RNA : ribonucleic acid

DNA : deoxyribonucleic acid

mmHg : milimeter air raksa

ATP : Adenosina trifosfat

Uricase-PAP : Uricase Para Amino Phenazone)

POCT : Point of Care Testing (POCT)

CF : carbon-felt

HPLC : High Performance Liquid Chromatography

Nm : Nanometer

mg/dL : millimoles/liter

SOP : Standard Operating Procedure

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 3 Lembar Kuesioner

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO) di Amerika Serikat angka

prevalensi asam urat pada tahun 2019 sebanyak 807.552 orang (0,27%) dari

293.655.405 orang di Amerika. Peningkatan prevalensi diikuti dengan

meningkatnya usia, khususnya pada laki-laki. Sekitar 90% pasien asam urat

adalah laki-laki yang umumnya yang berusia lebih dari 30 tahun, sementara asam

urat pada wanita umumnya terjadi setelah menopause. Pada tahun 2018,

prevalensi asam urat di China sebesar 25,3% pada orang dewasa usia 20 – 74

tahun (WHO, 2020).

Menurut Riskesdas tahun 2018, prevalensi penyakit asam urat berdasarkan

diagnosa tenaga kesehatan diindonesia 11,9% dan berdasarkan diagnosis atau

gejala 24,7% jika dilihat dari karateristik umur, prevalensi tinggi pada umur ≥ 75

tahun (54,8%). Indonesia menempati peringkat pertama di Asia Tenggara dengan

angka prevalensi 655.745 orang (0,27%) penderita asam urat dari total

keselurahan populasi 238.452.952 orang (Right Diagnosis Statistik, 2019). Di

Sumatera Selatan pada tahun 2020 jumlah penyakit pada sistem otot dan jaringan

pengikat yang disebabkan asam urat sebesar 7.917 orang (Badan Pusat Statistik

Provinsi Sumatera Selatan , 2020).


2

Asam urat adalah hasil akhir metabolisme normal dari protein atau dari

penguraian senyawa purin yang seharusnya di ekskresi melalui ginjal

(Nurhamidah & Nofiani, 2015). Asam urat merupakan keadaan dimana

terjadinya peningkatan kadar uric acid/ asam urat serum di atas normal

(Thayibah, 2018). Seseorang dikatakan mengalami asam urat bila kadar asam

urat dalam darah melebihi kadar asam urat normal. Batasan asam urat secara

ideal yaitu dua standar deviasi hasil laboratorium pada populasi normal dengan

patokan kadar asam urat >7 mg/dL pada pria dan >6 mg/dL pada wanita (Ranti

2016).

Komplikasi dari asam urat yang berlebih antara lain kerusakan sendi,

kerusakan ginjal dan terjadinya tofus pada sendi. Tingginya kadar asam urat

dalam darah akan berisiko meningkatnya pembentukan batu asam urat di ginjal

dan batu kalsium oksalat, hal tersebut mengakibatkan tingginya tekanan di batu

ginjal dan pembuluhpembuluh darah sehingga pembuluh darah menebal dan

aliran darah menuju ke ginjal pun berkurang, inilah yang menyebabkan

kerusakan pada ginjal (Diantari dan Candra, 2015).

Asam urat bisa timbul akibat produksi asam urat yang berlebihan dan

pembuangan asam urat yang berkurang. Faktor yang menyebabkan asam urat

adalah produksi asam urat di dalam tubuh meningkat terjadi karena tubuh

memproduksi asam urat berlebihan penyebabnya antara lain adanya gangguan

metabolisme purin bawaan (penyakit keturunan), berlebihan mengkonsumsi

makanan berkadar purin tinggi, dan adanya penyakit kanker atau pengobatan
3

(kemoterapi) serta pembuangan asam urat sangat berkurang keadaan ini timbul

akibat dari minum obat (anti TBC, obat duretik/HCT, dan salisilat), dalam

keadaan kelaparan (Fauzan, 2016)

Metabolisme yang normal dari hasil pencernaan protein atau dari hasil

uraian purin yang seharusnya dibuang lewat urin, tinja, atau keringat. Penyakit

asam urat merupakan penyakit pada sendi karena kadar asam urat yang tinggi

dalam darah. Tingginya kadar asam urat karena ketidakmampuan tubuh untuk

mengontrol proses kristalisasi asam urat yang menyebabkan keluhan nyeri,

bengkak, rasa kesemutan. Keluhan tersebut sering dialami oleh lansia, sehingga

lansia sulit melakukan aktivitas (Wahyuningsih, 2016).

Nyeri sendi merupakan suatu akibat yang diberikan oleh tubuh karena

pengapuran atau akibat penyakit lain. Pada umumnya nyeri sendi dialami oleh

seorang lansia. Intensitas nyeri sendi yaitu tingkat keparahan nyeri pada sendi

yang dirasakan oleh setiap individu. Upaya untuk mengatasi nyeri sendi pada

lansia dapat dilakukan dengan terapi farmakologi dan terapi nonfarmakologi

dapat dilakukan dengan olahraga. Olahraga adalah tindakan fisik untuk

meningkatkan kesehatan atau memperbaiki deformitas fisik (Wijaya, 2017).

Metode pereda nyeri nonfarmakologi biasanya mempunyai resiko yang sangat

rendah sehingga tindakan tersebut mungkin di perlukan untuk mempersingkat

episode nyeri. Salah satu penatalaksanaan untuk mengatasi pembengkakan dan

nyeri pada sendi dan otot dapat melakukan latihan isometrik.


4

Latihan isometrik merupakan salah satu pengobatan non farmakologis

untuk membantu menurunkan kadar asam urat dalam tubuh serta dapat

memperbaiki metabolisme tubuh. Pemberian terapi latihan isometrik

menimbulkan manfaat meningkatnya mobilitas sendi, memperkuat otot yang

menyokong sendi, mengurangi nyeri dan kaku sendi. Latihan isometrik

merupakan upaya yang paling tepat dan mudah dipahami oleh pasien serta aman

dilakukan di rumah karena tidak memerlukan biaya atau peralatan minimal.

Selanjutnya, latihan isometrik tidak menyebabkan intraartikular peradangan,

tekanan, dan kerusakan tulang (Wahyuni, 2019)

Latihan isometrik kontraksi adalah bentuk latihan statik dimana otot yang

dilatih tidak mengalami perubahan panjang dan tanpa ada pergerakan dari sendi.

Sehingga latihan akan menyebabkan ketegangan (tension) otot bertambah

panjang dan otot tetap (Kisner dan Colby, 2018). Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan Muhdar (2018), yaitu Pengaruh Kombinasi Quadriceps

Inframerah dan Latihan Isometrik Terhadap Penurunan Nyeri Pada Lansia

Penderita Osteoarthritis. Berdasarkan hasil Paired T-tes yang diperoleh bahwa

ada efektifitas kombinasi inframerah dan latihan isometrik paha depan untuk

mengurangi rasa sakit pada pasien usia lanjut dengan osteoarthritis lutut.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan 12 Januari 2022 di

Puskesmas L.Sidoharjo Kecamatan Tugumulyo diketahui jumlah pasien asam

urat yang melakukan kunjungan Puskesmas L.Sidoharjo pada tahun 2019

sebanyakn 113 orang, pada tahun 2020 sebanyak 121 orang dan pada tahun 2021
5

terjadi peningkatan jumlah kunjungan pasien asam urat yaitu sebanyak 130

orang. Berdasarkan hasil wawancara dengan 20 orang lansia diantaranya 10

lansia mengatakan mengalami asam urat dengan gejala nyeri sendi di bagian

kaki, tangan dan pinggang. Wawancara dilakukan kepada beberapa lansia di

Puskesmas L.Sidoharjo Lubuk Linggau mengatakan belum pernah ada kegiatan

latihan isometrik yang bertujuan untuk mengurangi nyeri sendi pada penderita

asam urat.

Berdasarkan latar belakang di atas menjadikan peneliti tertarik untuk

meneliti latihan isometrik terhadap penurunan kadar asam urat dengan judul

“Pengaruh Latihan Isometrik Terhadap Kadar Asam Urat Pada Lanjut Usia

(Lansia) Di Wilayah Kerja Puskesmas L. Sidoharjo”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka peneliti dapat

mengidentifikasi masalah pada penelitian ini adalah jumlah lansia menderita

asam urat di puskesma L.Sidoharjo setiap tahun meningkat.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang, maka peneliti menetapkan rumusan masalah

yaitu “Apakah ada pengaruh latihan isometrik terhadap kadar asam urat pada

lansia di wilayah kerja Puskesmas L. Sidoharjo?”


6

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh latihan isometrik

terhadap kadar asam urat pada lansia di wilayah kerja Puskesmas L.

Sidoharjo.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus pada penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui rata-rata kadar asam urat sebelum latihan isometrik pada

lansia di wilayah kerja Puskesmas L. Sidoharjo.

b. Untuk mengetahui rata-rata kadar asam urat sesudah latihan isometrik pada

lansia di wilayah kerja Puskesmas L. Sidoharjo.

c. Untuk mengetahui perbedaan kadar asam urat sebelum dan sesudah latihan

isometrik pada lansia di wilayah kerja Puskesmas L. Sidoharjo.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Dapat memberikan informasi dan meningkatkan pengetahuan bagi

mahasiswa-mahasiswi STIKes Bhakti Husada Bengkulu tentang asam urat

dan latihan isometrik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi panduan

bagi mahasiswa prodi keperawatan.


7

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti,

penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti.

Selain itu penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi

penelitian selanjutnya

b. Masyarakat

Dapat membantu masyarakat penderita asam urat untuk menurunkan nyeri

sendi dengan melakukan latihan isometrik.

c. Peneliti selanjutnya

Sebagai acuan peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan latihan

isometrik dalam menurunkan nyeri sendi pada penderita asam urat.

F. Keaslian Penelitian

Sepengetahuan peneliti penelitian ini belum pernah dilakukan dan

penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah:

1. Amatiria dan Trisna (2018) tentang “Pengaruh Latihan Isotonik dan

Isometrik Terhadap Penurunan Rasa Nyeri Pasien Fraktur Femur”. Penelitian

ini bertujuan mengetahui pengaruh latihan isotonik dan isometrik terhadap

penurunan rasa nyeri pada pasien fraktur femur. Jenis penelitian ini adalah

desain eksperimen semu (quasi experiment). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p value 0,001 yang berarti ada
8

perbedaan penurunan rasa nyeri sebelum dan sesudah latihan isotonik dan

isometrik di rumah sakit se Kota Bandar Lampung.

Persamaan peneliti dengan variable terikat yaitu latihan isometrik, peneliti

menggunakan metode desain eksperimen semu (Quasi Experiment).

Perbedaan variabel bebas dimana peneliti menggunakan penurunan rasa nyeri

pada pasien fraktur femur.

2. Rakhman,et al. (2015) dengan judul “Pengaruh Terapi Akupresure Terhadap

Kadar Asam Urat Daeah Pada Lansia. Penelitian ini bertujuan untuk

menegetahui efek terapi akupresure terhadap kadar asam urat darah pada

lansia di Panti Wreda Catur Nugraha Kabupaten Banyumas. Metode

penelitian ini merupakan penelitian pre eksperimental dengan pendekatan pre

tes-post tes without control design menggunakan teknik total sampling. Hasil

dari penelitian ini terdapat pengaruh yang signifikan terapi akupresure

terhadap kadar asam urat darah pada lansia. Terapi akupresure dapat

menurunkan kadar asam urat darah pada lansia.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama

meneliti kadar asam urat darah pada lansia. Perbedaan penelitian ini adalah

pada penelitian terdahulu melihat pengaruh terapi akupresure pada kadar asam

urat lansia sedangkan penelitian ini meneliti pengaruh latihan isometrik pada

kadar asam urat lansia.


9

3. Diantari dan Candra (2013) dengan judul “Pengaruh Asupan Purin dan Cairan

Terhadap Kadar Asam Urat Wanita Usia 50-60 Tahun di Kecamatan Gajah

Mungkur Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

asupan purin dan cairan terhadap kadar asam urat wanita usia 50-60 tahun.

Jenis penelitian ini menggunakan observasi rancangan cross sectional dengan

responden 40 orang wanita usia 50-60 tahun. Metode menggunakan enzimatik

untk analisis asam urat dan data menggunakan regrasi linier. Hasil penelitian

menunjukkan kadar asam urat sebagian responden (95%) dalam kategori

normal. Sebanyak (82%) asupan purin rendah yaitu kurang dari 500 mg per

hari dan (85%) asupan cairan responden cukup, yaitu lebih dari 1500 ml per

hari. Hasil penelitian statistik menunjukan tidak adanya pengaruh antara

cairan dengan kadar asam urat (p>0.05) dan ada pengaruh positif asupan purin

terhadap kadar asam urat (p< 0.05). Persamaan penelitian ini dengan

penelitian terdahulu adalah sama-sama meneliti kadar asam urat darah pada

lansia. Perbedaan penelitian ini adalah pada penelitian terdahulu melihat

pengaruh asupan purin dan cairan pada kadar asam urat lansia sedangkan

penelitian ini meneliti pengaruh latihan isometrik pada kadar asam urat lansia.
10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Latihan Isometrik

1. Pengertian Latihan Isometrik

Latihan isometrik adalah latihan kekuatan dengan mengkontraksikan

otot secara statis tanpa menggerakan sendi tulang (Wahyuni, 2019).

Sedangkan menurut Masyaroh S (2019), latihan isometrik adalah jenis latihan

kekuatan otot (strength training) untuk menegangkan otot-otot tertentu tanpa

menggerakan sendi di sekitarnya.

Latihan isometrik adalah semua jenis latihan yang menahan tubuh dalam

satu posisi. Otot-otot berkontraksi tetapi panjang (kontraksi eksentrik) dan

pendeknya (kontraksi konsentris) otot tidak berubah saat melakukan

gerakan(Wahyuni, 2019).

Latihan isometrik adalah suatu metode atau program latihan yang

ditandai dengan pada waktu otot berkontraksi tidak mengalami pemendekan

dan pemanjangan atau kontarksi otot dimana serabut tidak memendek selagi

terjadi tegangan dalam otot tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa otot yang

berkontraksi secara isometrik adalah dimana otot meregang tetapi tidak ada

perubahan panjang pada serabut otot yang bersangkutan (Sangiran, 2017.


11

2. Manfaat Latihan Isometrik

Manfaat dari latihan isometrik menurut (Wahyuni, 2019):

a. Pemberian terapi latihan menimbulkan manfaat meningkatnya mobilitas

sendi, memperkuat otot yang menyokong sendi, mengurangi nyeri dan

kaku sendi.

b. Latihan isometrik dapat mengatasi masalah peningkatan asam urat.

c. Keuntungan latihan isometrik diantaranya ialah memperbaiki fungsi sendi,

proteksi sendi dari kerusakan dengan mengurangi stress pada sendi,

meningkatkan kekuatan sendi, mencegah disabilitas, dan meningkatkan

kebugaran jasmani

d. Latihan isometrik dapat memperbaiki sistem keringat, sistem pemanas

tubuh, sistem pembakaran (asam urat, kolestrol, gula darah, asam laktat,

kristal oxalate), sistem konversi karbhohidrat, sistem pembuatan elektrolit

dalam darah, sistem kesegaran tubuh dan sistem kekebalan tubuh dari

energi negatif atau virus, sistem pembuangan energi negatif dari dalam.

Sehingga dapat menurunkan kadar asam urat.

e. Latihan isometrik dapat memperbaiki kondisi kekuatan dan kelenturan

sendi, selain itu latihan isometrik secara rutin dapat memperkecil risiko

terjadinya kerusakan sendi yang diakibatkan oleh proses dari radang sendi.

Latihan isometrik akan meningkatkan imunokompetensi dan membantu

proses pembakaran asam urat.


12

3. Teknik Pelaksanaan

Frekuensi latihan isometrik biasanya dilakukan 4 kali dalam 1 minggu

dalam waktu 40-45 menit selama 2 minggu. Adapun teknik pelaksanaan

latihan isometrik adalah sebagai berikut (Sangiran, 2017):

a. Siapkan lingkungan yang tenang dan nyaman.

b. Posisikan klien dalam keadaan rileks.

c. Mencontohkan gerakan pertama berdiri dengan tegak, kemudian tarik nafas

dalam.

d. Kedua, gerakan kepala menunduk, menekuk dan memalingkan ke kanan

dan ke kiri secara bergatian.

e. Ketiga, gerakan tangan kanan kearah kiri dan posisi tangan kiri menarik

tangan kanan lakukan secara bergantian.

f. Keempat, gerakan tangan kearah belakang dan posisi tangan kiri menarik

tangan kanan lakukan secara bergantian.

g. Kelima, tekuk kedua lutut dengan kedua tangan kearah depan

h. Keenam, dorong panggul kearah kanan dan kiri.

i. Ketujuh membuka kaki selebar bahu kemudian menekuk lutut, putar

punggung kearah kanan dan kiri secara bergantian.

j. Kedelapan, mengangkat salah satu kaki setinggi pinggang kearah depan,

samping kemudian belakang secara bergantian.

k. Menganjurkan klien untuk mengikuti gerakan yang sudah dicontohkan.

Lakukan dalam 8 hitungan untuk setiap gerakan.


13

l. Mengevaluasi kadar asam urat setelah dilakukan latihan

B. Asam Urat

1. Pengertian Asam Urat

Asam urat adalah hasil akhir dari katabolisme (pemecahan) suatu zat

yang bernama purin (Sacher dan McPherson, 2018). Asam urat merupakan

hasil metabolisme normal dari pencernaan protein (terutama dari daging, hati,

ginjal atau dari penguraian senyawa purin yang seharusnya dibuang melalui

ginjal, feses atau keringat (Sustrani, 2014).

Asam urat adalah hasil metabolisme dalam tubuh yang abnormal

disebabkan oleh metabolisme abnormal purin, intake purin yang berlebihan,

gangguan eliminasi purin dari tubuh dan efek dari penggunaan obat tertentu

yang ditandai dengan meningkatnya kadar asam urat dalam darah (Eka dan

Rosyiani, 2015)

2. Stuktur dan Sifat Kimia Asam Urat

Asam urat merupakan asam lemah dengan pKa 5,8. Asam urat

cenderung berada di cairan plasma ekstraselular. Sehingga membentuk ion

urat pada pH 7.4. ion urat mudah disaring dari plasma. Kadar urat di darah

tergantung usia dan jenis kelamin. Kadar asam urat akan meningkat dengan

bertambahnya usia dan gangguan fungsi ginjal (Lantika, 2018). Strukur kimia

asam urat dapat dilihat seperti gambar berikut :


14

Gambar 2.1 Stuktur Kimia Asam Urat


Sumber: (Lantika, 2018)
3. Metabolisme Asam Urat

Pada manusia, asam urat adalah produk akhir metabolisme purin. Purin

(adenin dan guanin) merupakan konstituen asam nukleat. Di dalam tubuh,

perputaran purin terjadi secara terus menerus seiring dengan sintesis dan

penguraian RNA dan DNA, sehingga walaupun tidak ada asupan purin, tetap

terbentuk asam urat dalam jumlah yang substansial. Asam urat disintesis

terutama di dalam hati, dalam suatu reaski yang dikatalis oleh enzim xantin

oksidase. Asam urat kemudian mengalir melalui darah ke ginjal, tempat zat ini

difiltrasi, direabsorpsi sebagian, dan diekskresi sebagian sebelum akhirnya

dieksresi melalui urin. Pada diet, rendah purin, ekskresi harian adalah sekitar

0,5 gram; pada diet normal, ekskresinya adalah sekitar 1 gram per hari.

Daging, leguminosa (tumbuhan polong), dan ragi merupakan makanan yang

banyak mengandung purin (Lantika, 2018)

Senyawa urat diekskresikan melalui usus dan ginjal. Sistem ginjal

mengekskresi dua per tiga senyawa urat yang harus dieliminasi. Selanjutnya

senyawa urat difiltrasi oleh glomerulus, kemudian diabsorbsi oleh tubulus


15

kontortus proksimal. Jumlah sekresi dan reabsorpsi di tempat ini menentukan

kadar asam urat dalam serum. Diperkirakan 10% dari asam urat yang difiltrasi

glomerulus meninggalkan tubulus ginjal dan menjadi bagian dalam urine.

Sepertiga lainnya diekskresikan melalui usus, dimetabolisme oleh bakteri

untuk membentuk karbondioksida dan amonia (Chang, 2019). Sebanyak 79%

asam nukleat dieksresi dalam ginjal dan 25% melalui saluran cerna. Dalam

ginjal, asam urat seluruhnya melewati glomerulus, selanjutnya 98%

mengalami reabsorbsi tubuli proksimal, sekresi tubuli distal dan reabsorbsi

lagi pada tubuli distal. Total ekskresi ginjal 10% dari jumlah yang di filtrasi

(Lantika, 2018).

4. Kadar Asam Urat

Kadar rata-rata asam urat didalam darah atau serum berbeda. Kadar

normal asam urat menurut WHO adalah pria 3,5 – 7,0 mg/dl dan wanita 2,6 –

6,0 mg/dl. Sebelum pubertas sekitar 3,5 mg/dL. Setelah pubertas, pada pria

kadarnya meningkat secara bertahap dan dapat mencapai 5,2 mg/dL. Pada

perempuan, kadar asam urat biasanya tetap rendah, baru pada usia

premenopause kadarnya meningkat mendekati kadar pada laki-laki, bisa

mencapai 4,7 mg/dL. Jika melebihi nilai ini, seseorang dikatakan asam urat

adalah terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah melebihi batas

normal (Lantika, 2018)

Kadar asam urat dalam tubuh tergantung pada diet makanan yang

mengandung purin, degradasi dari purin yang dibentuk secara endogen dan
16

ekskresi di ginjal. Secara fisiologis ginjal berperan penting pada hemostasis

dan ekskresi asam urat. Ginjal mengekskresikan 2/3 sampai 3/4 asam urat

dalam tubuh dan sisanya sebagian besar dikeluarkan melalui usus.

Kebanyakan orang dewasa memiliki kadar asam urat dalam rentang 3,5 – 7,0

mg/dL, untuk laki-laki dan pada perempuan 2,6 – 6,0 mg/dL (Darmawan,

2016)

5. Faktor yang Berkolerasi dengan Asam Urat

Banyak faktor yang mempengaruhi asam urat, faktor yang

mempengaruhi kadar asam urat dibagi menjadi tiga faktor yaitu faktor primer,

faktor sekunder, dan faktor predisposisi. Pada faktor primer dipengaruhi oleh

faktor genetik. Faktor sekunder dapat berkembang dengan penyakit lain

(diabetes militus, hipertensi, polisitemia, leukimia, mieloma, anemia sel sabit

dan penyakit ginjal) sedangkan faktor predisposisi dipengaruhi oleh jamur,

jenis kelamin, dan iklim (Lantika, 2018).

Faktor risiko yang menyebabkan seseorang terserang penyakit asam urat

adalah usia, asupan senyawa purin berlebihan, konsumsi alkohol berlebih,

kegemukan (obesitas), kurangnya aktivitas fisik, dan tekanan darah (Fitriani

dan Nilamsari, 2017)

a. Asupan Makanan

Pola makan dan komposisi bahan makanan mempengaruhi kadar

asam urat dalam darah. Komposisi dan pola konsumsi umum makanan

pada masyarakat Indonesia berbeda dengan pola makan dan komposisi


17

makanan masyarakat asing. Di Indonesia sebagian besar penduduknya

mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung kandungan purin rendah

seperti nasi, ubi, singkong, roti, susu, dan telor sedangkan bahan makanan

yang mengandung purin tinggi (100-1000 mg/100gr makanan) seperti otak,

hati, jantung, jeroan daging bebek dan purin sedang (9100mg/100gr

makanan) seperti daging sapi dan ikan, ayam, udang, tahu, tempe serta

asparagus dikonsumsi dalam jumlah terbatas dan jarang. Berbeda dengan

negara lain yang pola dan komposisi bahan makanannya lebih banyak

mengandung purin sedang dan tinggi (Fitriani dan Nilamsari, 2017)

b. Aktivitas fisik

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kadar asam urat adalah

aktivitas fisik. Aktivitas yang dilakukan seseorang berkaitan dengan kadar

asam urat yang terdapat dalam darah. Aktifitas fisik seperti olahraga atau

gerakan fisik akan menurunkan ekskresi asam urat dan meningkatkan

produksi asam laktat dalam tubuh. Semakin berat aktivitas fisik yang

dilakukan dan berlangsung jangka panjang maka semakin banyak asam

laktat yang diproduksi (Fitriani dan Nilamsari, 2017)

c. Konsumsi alkohol berlebih

Seperti halnya pada konsumsi purin, faktor-faktor lain yang tidak

diteliti bisa jadi merupakan penyebab hasil yang tidak signifikan seperti

konsumsi karbohidrat kompkeks dan konsumsi cairan yang tinggi terutama

dari minuman juga dapat membantu pengeluaran asam urat sehingga dapat
18

menurunkan kadar asam urat dalam darah. konsumsi buah-buahan yang

pada umumnya mengandung air dan sedikit bahkan tidak mengandung

purin juga berpengaruh terhadap kadar asam urat dalam darah (Andry,

Saryono, dan Upoyo, 2019)

d. Tekanan Darah

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan gangguan pada

sistem peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah

diatas normal. Tekanan darah pada orang dewasa normal berkisar antara

100/70 mmHg sampai 140/80 mmHg (Lantika, 2018). Darah yang

mengalir ke seluruh tubuh dipompa jantung dengan kekuatan tertentu.

Kekuatan ini berupa tekanan yang mendorong darah ke luar menuju arteri

(pembuluh nadi) kemudian mengalir ke seluruh tubuh. Pada saat otot balik

kiri jantung berkontraksi, tekanan yang terjadi diteruskan ke arteri

(pembuluh nadi). Tekanan darah ini disebut sistol. Setelah berkontraksi,

terjadilah relaksasi (istirahat) tekanan saat relaksasi itulah yang disebut

diastol. Penderita hipertensi memiliki sistol diatas 140 mmHg dan diastol

diatas 90 mmHg (Lantika, 2018)

Hipertensi akan berakhir dalam penyakit mikrovaskuler dengan hasil

akhirnya berupa iskemi jaringan yang akan meningkatkan sintesis asam

urat melalui degradasi ATP menjadi adenin dan xantin. Asam urat yang

berlangsung lama dapat menyebabkan penyakit ginjal kronis dengan

perubahan tubuler. Hal ini dikarenakan terganggunya fungsi ginjal dalam


19

hal mengeksresi asam urat, dikarenakan beralih fungsi untuk membuang

kelebihan sodium dalam rangka menurunkan tekanan darah (Lantika,

2018).

e. Umur

Hasil penelitian oleh Mansur dkk., (2015) menunjukkan bahwa kadar

asam urat berdasarkan umur mayoritas pada umur 75-90 tahun (58,3%).

Hal ini terjadi karena pada lansia mengalami proses penuaan yang akan

berdampak pada perubahan fisik yaitu proses inflamasi yang terjadi karena

deposisi kristal asam urat pada jaringan sendi. Hal tersebut yang

mengakibatkan lansia mengalami kadar asam urat tinggi. Pendapat tersebut

sesuai dengan pendapat Siti (2019), yang menyatakan bahwa lansia pada

umur 65 tahun ke atas rentan terhadap penyakit artritis gout atau asam urat.

Hasil penelitian tersebut juga sesuai dengan penelitian Ruggiero et

al., (2006), dalam Umami (2015), yang mengambil 1453 sampel dengan

rentang umur 20–102 tahun. Dalam penelitian tersebut kelompok yang

memiliki peningkatan kadar asam urat darah adalah kelompok umur lebih

dari 65 tahun dengan sampel sebesar 113 sampel (0,07%), hal tersebut

membuktikan bahwa semakin bertambahnya umur maka resiko

peningkatan kadar asam urat darah semakin tinggi

6. Tanda-tanda Asam Urat

Asam urat yang terjadi dalam tubuh penderita memiliki tanda-tanda

sebagai berikut:
20

a. Nyeri pada satu atau beberapa sendi pada malam hari, makin lama makin

memburuk, Pada sendi yang bengkak, kulit kemerahan hingga keunguan,

kencang licin dan hangat

b. Demam, menggigil, tidak enak badan, pada beberapa penderita terjadi

peningkatan denyut jantung, bila benjolan kristal disendi pecah, akan

keluar massa seperti kapur, kadar asam urat dalam darah tinggi

7. Metode Pemeriksaan Asam Urat Darah

Metode pemeriksaan asam urat dalam darah dapat dilakukan dengan cara

sebagai berikut:

a. Metode enzimatik

Metode pemeriksaan ini menggunakan alat spektrofotometer. Metode

yangdigunakan untuk pemeriksaan asam urat adalah metode endpoint

Enzymatic Spectrophotometry. Pemeriksaan ini menggunakan reaksi

enzimatik dimana enzim mengkatalisis reaksi untuk mengukur analit atau

sampel. Produk akhir berupa koenzim yang telah menyerap cahaya pada

panjang gelombang yang lebih rendah dalam spektrum (Lantika, 2018)

Prinsip pemeriksaan asam urat darah dengan menggunakan

spektrofotometer menggunakan metode Uricase-PAP (Uricase Para Amino

Phenazone) Uric Acid secara enzimatik diubah menjadi allantion dan

hydrogen peroxidase. Hidrogen peroksidase yang terbentuk bereaksi

dibawah katalisa peroksidase dengan 3,5-dichloro-2-hidroxy benzene


21

sulfonic acid (DCHBS) membentuk quinoneimine berwarna merah violet

sebagai indikator. (Lantika, 2018).

b. Metode electrode-based biosensor

Metode pemeriksaan ini merupakan metode yang menggunakan alat

Automatic Point of Care Testing (POCT) dan menggunakan tes strip Blood

Uric Acid. Automatic Point of Care Testing (POCT) adalah alat yang

dirancang khusus untuk mengukur kadar glukosa darah, cholesterol total,

dan asam urat dalam darah. Sampel yang digunakan yaitu darah kapiler

yang diambil dari ujung jari. Sedangkan tes strip Blood Uric Acid

digunakan untuk pengujian mandiri diluar tubuh (digunakan untuk

diagnostik in vitro). tes strip Blood Uric Acid biasanya digunakan karena

alat nya masih sederhana (Lantika, 2018). Prinsip pemeriksaan tes strip

Blood Uric Acid menggunakan perbedaan potensial dari hasil ikatan

enzyme urate (oksidase urat/Uox) yang terabsorbsi kedalam pori-pori CF

(carbon-felt) yang pada akhirnya digunakan sebagai columntype enzyme

reactor bersama dengan peroxidase-adsorben CF-based bioelectro

catalytic H2O2 sebagai detektor untuk biosensor amperometri asam urat

(Lantika, 2018).

c. Metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC)

Metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC) ini

menggunakan pertukaran ion atau reversed-phase column yang digunakan

untuk memisahkan dan mengukur asam urat. Column effluent dilihat


22

dengan panjang gelombang 293 nm untuk melihat eluting asam urat

(Nasrul dan Sofitri, 2017)

C. Lanjut Usia (Lansia)

1. Pengertian

Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang

ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres

lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang

untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis

(Effendi, 2019). Manusia lanjut usia (manula) merupakan populasi penduduk

yang berumur tua dengan kelompok usia 60 tahun atau lebih (Bustan, 2017).

Lansia merupakan proses alamiah yang terjadi secara berkesinambungan

pada manusia dimana ketika menua seseorang akan mengalami beberapa

perubahan yang pada akhirnya akan mempengaruhi keadaan fungsi dan

kemampuan seluruh tubuh (Fatmah, 2013). Istilah manusia usia lanjut belum

ada yang mematenkan sebab setiap orang memiliki penyebutannya masing-

masing seperti manusia lanjut usia (manula), manusia usia lanjut (lansia), usia

lanjut (usila), serta ada yang menyebut golongan lanjut umur (glamur)

(Maryam, 2018).

2. Klasifikasi

Klasifikasi lansia menurut Burnside dalam Nugroho (2017) :

a. Young old (usia 60-69 tahun)


23

b. Middle age old (usia 70-79 tahun)

c. Old-old (usia 80-89 tahun)

d. Very old-old (usia 90 tahun ke atas)

3. Ciri-Ciri

Hurlock (2016), terdapat beberapa ciri orang lanjut usia yaitu:

a. Usia lanjut merupakan periode kemunduran

Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor

psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi

memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran

pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah,

sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan

lama terjadi.

b. Lanjut usia memiliki status kelompok minoritas

Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari

sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan

diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia.

Pendapat-pendapat klise itu seperti: lansia lebih senang mempertahankan

pendapatnya daripada mendengarkan pendapat orang lain.

c. Menua membutuhkan perubahan peran

Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami

kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya


24

dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari

lingkungan.

d. Penyesuaian yang buruk pada lansia

Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia

cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih

memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk

itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.

4. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia semakin berkembangnya

umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan

berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya

perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan seksual (Kholifah,

2016).

a. Perubahan Fisik

Sistem penengaran prebiakusis (gangguan pada pendengaran) disebabkan

karena hilangnya kemampuan (daya) pendegaran pada telinga dalam,

terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak

jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahuhn.

Kulit pada lansia mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan

berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan

bercerak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan


25

glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal

dengan liver spot.

b. Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia

Jaringan penghubung (kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan

sendi. Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago

dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak

teratur. Kartilago: jaringan kartilago pada pesendian menjadi lunak dan

mengalami granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan

kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi

cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada persendian

menjadi rentan terhadap gesekan.

c. Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah masa jantung

bertambah, venrikel kiri mengalami hipertropi sehingga perenggangan

jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan ikat.

Perubahan ini disebabkan oleh penumpukan llipofusin, klasifikasi SA Node

dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.

d. Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total

paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengkonvensasi

kenaikan ruang paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan

pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan

terganggu dan kemampuan perenggangan torak berkurang.


26

e. Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan

produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi,

indra pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar

menurun), liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tmpat

penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.

f. Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi

yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan

reabsorpsi oleh ginjal. Sistem susunan saraf mengalami perubahan

anatonim dan atropi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia

mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan

aktifitas sehari-hari.

g. Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan

uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki masih dapat memproduksi

spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur

D. Pengaruh Latihan Isometrik Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Pada

Lansia

Latihan isometrik adalah salah satu pengobatan non farmakologis untuk

membantu menurunkan kadar asam urat dalam tubuh serta dapat memperbaiki

metabolisme tubuh. Latihan isometrik merupakan upaya yang paling tepat dan

mudah dipahami oleh pasien serta aman dilakukan di rumah karena tidak

memerlukan biaya atau peralatan minimal. Latihan isometrik juga tidak


27

menyebabkan intraartikular peradangan, tekanan, dan kerusakan tulang

(Masyaroh S, 2019).

Proses setelah latihan isometrik yakni terjadinya peningkatan sistem

sirkulasi tubuh, homeostatis dalam tubuh menjadi baik sehingga responden saat

setelah melakukan latihan akan sering berkeringat, peredaran darah dalam tubuh

lancar dan berkoordinasi dengan sistem pada organ yang bekerja dalam

pembuangan asam urat melalui feses maupun urine. Karena penderita asam urat

akan mengalami relaksasi saraf, memperbaiki kondisi kekuatan dan kelenturan

sendi serta memperkecil risiko terjadinya kerusakan sendi akibat radang sendi

(Mulyaningsih, 2018)

Sehingga latihan secara rutin akan memperlancar sirkulasi darah dan

mengatasi penyumbatan pada pembuluh darah. Dengan kondisi ini akan

berpengaruh positif bagi tubuh, karena tubuh menjadi rileks maka stress dalam

tubuh dapat dikendalikan serta sistem metabolisme akan berjalan lancar sehingga

proses distribusi dan penyerapan nutrisi dalam tubuh menjadi efektif dan efisisen

(Wahyuni, 2019).

Latihan dilakukan selama (1x 40-45 menit/minggu) akan meningkatkan

imunokompetensi dan membantu proses pembakaran asam urat. Peredaran darah

menjadi lancar akan menstimulasi saraf, serta merangsang penurunan hormon

(endrophine), hormon endrophin mempunyai fungsi sebagai obat penenang yang

alami yang akan membuat tubuh menjadi nyaman dan bisa mengendalikan

stress, akibat dari proses stress dan penuaan, mengakibatkan enzim urikinase
28

terganggu, sehingga terjadi hambatan pembuangan asam urat sehingga kadar

asam urat akan naik dalam darah. Di dalam usus, terdapat enzim urikinase untuk

mengoksidasi asam urat akan di pecah menjadi CO2 dan amonia (NH3) dan

dikeluarkan di dalam feses maupun urine. Proses setelah latihan isometrik yakni

terjadinya peningkatan sistem sirkulasi tubuh, homeostatis dalam tubuh menjadi

baik sehingga responden saat setelah melakukan latihan akan sering berkeringat,

peredaran darah dalm tubuh lancar dan berkoordinasi dengan sistem pada organ

yang bekerja dalam pembuangan asam urat melalui feses maupun urine.

(Sagiran, 2017)

Latihan fisik memiliki manfaat bagi tubuh, salah satunya dapat

mencegah dan mengatasi penyakit asam urat. Karena penderita asam urat akan

mengalami relaksasi saraf, memperbaiki kondisi kekuatan dan kelenturan sendi

serta memperkecil risiko terjadinya kerusakan sendi akibat radang sendi.

Sehingga latihan secara rutin akan memperlancar sirkulasi darah dan

mengatasi penyumbatan pada pembuluh darah. Dengan kondisi ini akan

berpengaruh positif bagi tubuh, karena tubuh menjadi rileks maka stress dalam

tubuh dapat dikendalikan serta sistem metabolisme akan berjalan lancar sehingga

proses distribusi dan penyerapan nutrisi dalam tubuh menjadi efektif dan efisisen

(Lingga, 2012).

Keuntungan latihan fisik diantaranya ialah memperbaiki fungsi sendi,

proteksi sendi dari kerusakan dengan mengurangi stress pada sendi,


29

meningkatkan kekuatan sendi, mencegah disabilitas, dan meningkatkan

kebugaran jasmani. Manfaat latihan fisik adalah meningkatnya mobilitas sendi

dan memperkuat otot yang menyokong dan melindungi sendi, menguangi

pembengkakan. Program latihan fisik yang dapat diberikan yaitu latihan

fleksibilitas, latihan penguatan isometrik, isokenik, dan isotonik, dan latihan

aerobik. Jika sendi berhenti bergerak (misalnya karena fraktur atau imobilitas)

dan kondrosit kehilangan sumber nutrisi, sendi akan mengalami syok dan

perbaikan kartilago menjadi berhenti. Melaloproteinase dihasilkan, yang

mengkatalisis degradasi kolagen dan proteoglikan. Sinovial mengalami inflamasi,

menyebabkan peningkatan kadar interleukin-1 (IL-1) dan tumor necrosis factor-

alpha (TNF-α), suatu sitokin yang menginduksi produksi nitric oxide dan

metaloproteinase. Interleukin-6 (IL-6) dan beban mekanis sendi juga

menginduksi reseptor sitokin katabolik. IL-6 akan mengikat IL-an TNF – α

dalam kartilago sehingga akan memperberat kerusakan sendi

(Wahyuningsih, 2016).

E. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Terapi Latihan Isometrik Penurunan Kadar


Asam Urat

Bagan 1
Kerangka Konsep
30

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh latihan isometrik terhadap

penurunan kadar asam urat pada lansia di wilayah kerja Puskesmas L. Sidoharjo
31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental. Metode

eksperimen diartikan sebagai metode dengan bentuk yang sistematis dengan

tujuan untuk mencari pengaruh variabel satu dengan variabel yang lain dengan

memberikan perlakuan khusus dan pengendalian yang ketat dalam suatu kondisi.

Desain penelitian yang digunakan adalah desain pre-eksperiment one group pre-

test-posttest. Desain ini melibatkan satu kelompok yang diberi pre-test (O),

diberi treatment (X) dan diberi post-test. Keberhasilan treatment ditentukan

dengan membandingkan nilai pre-test dan nilai post-test (Sugiyono, 2017).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latihan isometric

terhadap kadar asam urat pada lansia di puskesmas L.Sidoharjo.

B. Kerangka Penelitian

O1 X1 O2

Bagan 2
Desain Penelitian

Keterangan

O1 = Pre test ( kadar asam urat sebelum diberi latihan isometrik)

X1 = Treatment atau perlakuan (diberi latihan isometrik)

O2 = Post test ( kadar asam urat sesudah latihan isometrik)


32

C. Definisi Operasional

Tabel 3
Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara ukur Alat Ukur Hasil ukur Skala


Operasional ukur
1 Independen : Latihan pergerakan Melakukan SOP Dilakukan -
Latihan sendi-sendi yang sesuai SOP Latihan sesuai SOP
isometrik bertujuan untuk isometrik
mengurangi nyeri
dilakukan 4 kali
dalam 1 minggu
dalam waktu 40 -45
menit selama 2
minggu
(Sangiran, 2017)
2 Dependen : Kadar asam urat blood uric Format 1. Tinggi Ordinal
kadar asam adalah nilai kadar acid meter jika kadar
urat asam urat dalam touch dengan asam urat
darah ya diperoleh ketelitian 0,1 dalam
dari pemeriksaan mg/d darah
kadar asam urat. pada laki
(Ranti, 2016) – laki
>7,0
mg/dl,
dan pada
perempua
n > 6,0
mg/dl.
2. Rendah:
jika kadar
asam urat
pada laki
– laki <
6,0 mg/dl
33

D. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas

L.Sidoharjo Kecamatan Tugumulyo Kabupaten Musi Rawas yang direncanakan

pada bulan Mei-Juni 2022.

E. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah jumlah seluruh obyek yang diteliti (Arikunto, 2016).

Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang berada di wilayah kerja

Puskesmas L.Sidoharjo yang berjumlah sebanyak 849 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian kecil yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmojo, 2019). Untuk

penelitian eksperimen yang sederhana yaitu menggunakan kelompok

eksperiment maka jumlah anggota sampel antara 10-20 (Sugiyono, 2017).

Pada penelitian ini, sampel yang diambil sebanyak 15 orang dan jumlah

tersebut dianggap sudah mewakili populasi. Teknik pengambilan sampel

menggunakan purposive sampling yaitu suatu pertimbangan tertentu yang di

buat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat yang sudah diketahui

sebelumnya:
34

Kriteria inklusi :

a. Lansia berusia lebih dari 60 tahun.

b. Jenis kelamin perempuan

c. kadar asam urat dalam darah >6mg/dL

d. Tidak mengkonsumsi obat asam urat

Kriteria Eksklusi

a. Lansia dengan komplikasi penyakit lain

b. Lansia yang tidak mengikuti intervensi secara keseluruhan.

F. Pengumpulan, Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Pengumpulan data

Ada beberapa metode pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini. Pengumpulan data primer dilakukan secara langsung

dilapangan dengan menggunakan kuisioner untuk mengukur kadar asam

urat lansia. Untuk lebih jelasnya metode yang peneliti gunakan dalam

pengumpulan data pada penelitian ini adalah :

a. Observasi (Pengamatan) .

Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data primer yang

dilaksanakan pada awal penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan

gambaran tentang keadaan permasalahan yang akan diteliti, yang

kemudian dijadikan petunjuk dan arah dalam pelaksanaan penelitian.

Pada penelitian ini, peneliti melakukan eksperiment lansia dimana


35

sebelumnya peneliti mengukur kadar asam urat sebelum diberi latihan

isometrik (pre test). Selanjutnya peneliti memberikan latihan isometrik

setelah itu peneliti melakukan pengukuran ulang terhadap kadar asam urat

(post test).

b. Tes

Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data primer secara

langsung dari responden dengan mengukur kadar asam urat

menggunakan blood uric acid meter touch dengan ketelitian 0,1 mg/d.

2. Pengolahan data

a. Editing

Dilakukan untuk memeriksa ulang kelengkapan data yang terkumpul

apakah telah sesuai dengan yang diharapkan.

b. Coding

Coding merupakan pemberian kode terhadap data atau mengubah

keterangan dalam bentuk angka dengan tujuan untuk mempermudah dalam

analisa data.

c. Tabulating

Tabulasi merupakan langkah lanjut setelah pemeriksaan dan pemberian

kode. Dalam tahap ini data disusun dalam bentuk tabel agar lebih

mempermudah dalam menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian.

Tabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabel frekuensi yang

dinyatakan dalam persen


36

d. Processing

Tahap ini merupakan tahap proses pengolahan data menggunakan program

computer salah satunya adalah program SPSS for window. Dalam

memproses data dibutuhkan ketelitian supaya tidak terjadi bias dari hasil

penelitian yang telah dilakukan

e. Entry

Setelah dilakukan coding kemudian data tersebut dimasukkan kedalam

master tabel menurut sifat–sifat yang dimiliki sesuai tujuan peneitian

dengan menggunakan komputerisasi dengan program SPSS.

f. Cleaning

Mengecek kembali data yang sudah diproses apakah ada kesalahan atau

tidak pada masing – masing variabel yang sudah diproses sehingga dapat

diperbaiki dan dimulai.

3. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang

distribusi frekuensi dan karakteristik masing-masing variabel. Data yang

diperoleh dianalisis menggunakan uji statistik dengan aplikasi program

SPSS 16 yang kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel dan analisa secara

deskriptif.

X=
37

Keterangan :

X : rata-rata

f : Jumlah kejadian pada responden

N : Jumlah seluruh responden

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menguji pengaruh latihan

isometrik terhadap kadar asam urat lansia di wilayah kerja Puskesmas

Sidoharjo. Uji statistik paired sample t-test jika data memenuhi syarat. Jika

data tidak memenuhi syarat atau tidak terdistribusi normal maka uji

statistik menjadi non-parametrik yaitu uji wilcoxon.

Batas kemaknaan yang digunakan dalam penelitian yaitu, α = 0,05.

Pengambilan keputusan dalam menerima hipotesa dengan membandingkan

nilai P (p Value) dengan nilai α = 0,05, dengan ketentuan jika nilai P < 0,05

maka Ha diterima, artinya ada pengaruh latihan isometrik terhadap kadar

asam urat lansia di wilayah kerja Puskesmas Sidoharjo.


38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 6 sampai dengan 18 Juni 2022 di

Puskesmas L. Sidoharjo dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh latihan

isometrik terhadap kadar asam urat pada lanjut usia (lansia) di wilayah kerja

Puskesmas L. Sidoharjo. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu

melakukan persiapan administrasi seperti mengurus surat izin penelitian mulai dari

surat izin penelitian STIKes Bhakti Husada Bengkulu, surat izin penelitian di

Puskesmas L. Sidoharjo. Setelah mendapatkan izin penelitian, maka peneliti

langsung melakukan penelitian di Puskesmas L. Sidoharjo.

Penelitian ini mengunakan Pre - Eksperimental desain dengan ‘’Pre-Test

and Post-Test one group desain’’ dimana penelitian ini akan di lakukan dua kali,

pre test (sebelum) di lakukan latihan isometrik dan post test setelah di lakukan

latihan isometrik. Jenis data yang digunakan penelitian yaitu data primer dengan

melakukan observasi tentang kadar asam urat sebelum dan sesudah latihan

isometrik. Data tersebut peneliti catat di lembar kerja yang telah peneliti siapkan.

Dalam mendapatkan sampel, peneliti menggunakan teknik purposive sampling,

dimana dari 849 penderita asam urat pada lansia yang berada di wilayah kerja

Puskesmas L.Sidoharjo, kemudian peneliti lakukan pertimbangan pemilihan


39

sampel sehingga menjadi yaitu 15 penderita asam urat. Setelah data didapatkan

peneliti kemudian melaporkan kembali kepada pihak Puskesmas L.Sidoharjo untuk

mendapatkan surat selesai penelitian.

Data yang didapat pada saat penelitian, kemudian peneliti lakukan

pengolahan data dengan cara editing, coding, prosessing, cleaning. Editing

dilakukan untuk meneliti kembali data yang terkumpul apakah telah sesuai dengan

yang diharapkan. Kegiatan ini dilakukan untuk memeriksa setiap lembaran check

list, berkaitan dengan ada tidaknya kesalahan dalam pengisian dan kelengkapan

pengisian. Kemudian peneliti melakukan pengcodingan pada data tersebut untuk

mempermudah pengolahan data. Data yang telah diberikan pengkodean

dilanjutkan dengan tahap processing melalui komputer dengan aplikasi SPSS agar

dapat dianalisis. Setelah data dianalisis kemudian data ditampilkan dalam bentuk

tabel–tabel seperti dibawah ini ;

1. Analisis Univariat

Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi

variable berdasarkan subjek penelitian. Variabel dependen penelitian ini adalah

latihan ismotrik dan variable dependen adalah kadar asam urat pada lansia yang

berada di wilayah kerja Puskesmas L.Sidoharjo. Adapun karakteristik

responden penelitian ini terdiri dari umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir,

yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini ;


40

Tabel 3
Karakteristik Responden Berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan
terakhir di Puskesmas L. Sidoharjo

Karakteristik Frekuensi Persentase Keterangan


Umur
62-65 tahun 4 26,70 Mean : 65,40 tahun
>65 tahun 11 73,30 Median : 66,00 tahun
Min : 62 tahun
Max : 68 tahun
Jenis Kelamin
Perempuan 15 100,0

Pendidikan
SD 13 86,70
SMP 2 13,30

Jumlah 15 100

Berdasarkan tabel 3 diatas, diketahui bahwa karakteristik responden dari

15 orang penderita kadar asam urat pada lansia yang berada di wilayah kerja

Puskesmas L.Sidoharjo sebagian besar berumur > 65 tahun. Adapun jenis

kelamin responden pada penelitian ini adalah perempuan. Hasil penelitian juga

didapatkan bahwa pendidikan responden sebagian besar (86,70%) atau

sebanyak 13 orang berpendidikan terakhir hanya sebatas Sekolah Dasar (SD).

a. Rata-Rata Kadar Asam Urat Sebelum Latihan Isometrik Pada Lansia

Di Wilayah Kerja Puskesmas L. Sidoharjo

Kadar asam urat pada lansia yang berada di wilayah kerja Puskesmas

L.Sidoharjo dinilai berdasarkan pengukuran menggunakan blood uric acid


41

meter touch dengan ketelitian 0,1 mg/d. Hasil pengukuran sebelum latihan

isometrik diperoleh nilai rata-rata kadar asam urat sebagai berikut.

Tabel 4
Rata-Rata Kadar Asam Urat Sebelum Latihan Isometrik Pada Lansia
Di Wilayah Kerja Puskesmas L. Sidoharjo

Kadar Asam Standar 95% Minimum-


Mean
Urat Deviasi Confidence Interval Maksimum

Sebelum 7,32 0,91 6,8158 sampai 7,82 6,50-9,50


Latihan
Isometrik

Hasil analisis tabel 4 diatas dari 15 penderita kadar asam urat pada

lansia yang berada di wilayah kerja Puskesmas L.Sidoharjo sebelum

diberikan latihan isometrik diketahui rata-rata kadar asam urat adalah

7,32md/dL.

b. Rata-Rata Kadar Asam Urat Sesudah Latihan Isometrik Pada Lansia

Di Wilayah Kerja Puskesmas L. Sidoharjo

Selanjutnya setelah diberi latihan isometrik yaitu latihan pergerakan

sendi-sendi yang bertujuan untuk mengurangi nyeri dilakukan 4 kali dalam 1

minggu dalam waktu 40 -45 menit selama 2 minggu, maka dilakukan

pengukuran ulang kadar gula darah penderita kadar asam urat pada lansia

yang berada di wilayah kerja Puskesmas L.Sidoharjo dengan menggunakan

blood uric acid meter touch dengan ketelitian 0,1 mg/d. Hasil pengukuran

sesudah latihan isometrik diperoleh nilai rata-rata kadar asam urat sebagai

berikut.
42

Tabel 5
Rata-Rata Kadar Asam Urat Sesudah Latihan Isometrik Pada Lansia
Di Wilayah Kerja Puskesmas L. Sidoharjo

Kadar Asam Standar 95% Minimum-


Mean
Urat Deviasi Confidence Interval Maksimum

Sebelum 6,58 1,45 5,77 sampai 7,38 3,10-8,50


Latihan
Isometrik

Hasil analisis tabel 5 diatas dari 15 penderita kadar asam urat pada

lansia yang berada di wilayah kerja Puskesmas L.Sidoharjo sesudah

diberikan latihan isometrik diketahui rata-rata kadar asam urat adalah 6,58.

c. Perbedaan Kadar Asam Urat Sebelum Dan Sesudah Latihan Isometrik

Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas L. Sidoharjo

Tabel 7
Perbedaan Kadar Asam Urat Sebelum Dan Sesudah Latihan Isometrik
Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas L. Sidoharjo
Kadar Gula Darah
Pretest Posttest Selisih
8.00 7.50 0.5
6.50 6.00 0.5
7.80 5.00 2.8
6.50 7.50 -1
7.00 7.50 -0.5
6.50 3.10 3.4
7.00 5.90 1.1
7.50 6.90 0.6
9.50 8.50 1
8.00 8.50 -0.5
6.50 7.40 -0.9
6.50 5.00 1.5
7.50 6.90 0.6
8.50 7.20 1.3
6.50 5.80 0.7
43

Rata2 = 7,32 6,58 0,74


Berdasarkan Tabel 7 di atas, maka dapat diketahui adanya perbedaan

kadar asam urat sebelum dan sesudah pemberian latihan isometrik. Sebagian

besar perubahan yang dialami responden setelah mendapat latihan isometrik

adalah terjadinya penurunan asam urat, namun ada 3 orang lansia atau sebagian

kecil yang mengalami kenaikan kadar asam urat.

2. Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk menguji pengaruh latihan isometrik

terhadap penderita kadar asam urat pada lansia yang berada di wilayah kerja

Puskesmas L.Sidoharjo. Uji statistik yang digunakan paired sample t-test yang

diolah menggunakan sistem komputerisasi. Salah satu persyaratan sebelum uji

paired t-test dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan nilai Skewness

dan Standar error pada variable sebelum dan sesudah penerapan latihan

isometrik. Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai Skewness dibagi

Standar error menghasilkan angka dibawah 2, dengan kata lain kelompok

sebelum dan sesudah dilakukan latihan isometrik setara. Berikut adalah hasil

uji normalitas data variabel.

Tabel 6
Uji Normalitas

Variabel Skewness Standar Error Hasil


Sebelum Latihan Isometrik -0,085 0,687 -0,124
Sesudah Latihan Isometrik -0,411 0,687 -0,598
44

Hasil tabel 6 di atas menunjukkan bahwa uji kenormalan data pada

variable sebelum dan sesudah terapi semi fowler berdistribusi normal dengan

hasil semuanya di bawah nilai 2, jadi analisis bivariat menggunakan uji paired

t-test (parametrik).

Selanjutnya data dianalisis dengan uji paired t test dilakukan untuk

menganalisis sebab akibat antara variabel independen dan dependen yaitu

pengaruh latihan isometrik terhadap kadar asam urat pada lansia yang berada di

wilayah kerja Puskesmas L.Sidoharjo. Data dianalisis dengan uji t dengan

tingkat kepercayaan 95% atau 0,05 yang dapat dilihat dari hasil uji statistic

Paired t Test berikut ini.

Tabel 8
Pengaruh Latihan Isometrik Terhadap Penderita Kadar Asam Urat
Pada Lansia Yang Berada Di Wilayah Kerja Puskesmas L.Sidoharjo
Kadar Asam Urat Pada Lansia Mean P value
Sebelum Latihan Isometrik 7,40 0,036
Sesudah Latihan Isometrik

Berdasarkan tabel 8 di atas diketahui nilai mean kadar asam urat pada lansia

yang berada di wilayah kerja Puskesmas L.Sidoharjo sebelum dan sesudah diberi

latihan isometrik adalah sebesar 7,40. Berdasarkan hasil uji statistik didapat nilai p

=0,036 yang artinya <0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

latihan isometrik terhadap penderita kadar asam urat pada lansia yang berada di

wilayah kerja Puskesmas L.Sidoharjo.


45

B. Pembahasan

1. Kadar Asam Urat Sebelum Latihan Isometrik Pada Lansia Di Wilayah

Kerja Puskesmas L. Sidoharjo

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden

pada penelitian ini berusia > 65 tahun hal ini menunjukkan bahwa semakin

tinggi usia seseorang maka resiko peningkatan kadar asam urat semakin tinggi

pula. Orang yang sudah lanjut usia merupqakan salah satu kelompok yang

rentan mengalami asam urat, pria memiliki risiko yang lebih tinggi untuk

mengidap penyakit ini dan terutama wanita yang sudah menopause. Serangan

penyakit tersebut tentu saja bisa terasa sangat menyakitkan dan melemahkan

bagi lansia. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Untari Ida (2017),

asam Urat dengan umur 60-70 tahun sebanyak 12 responden (85,71 %) di Panti

Wredha Darma Bakti Surakarta.

Tingginya kadar asam urat pada lansia di wilayah kerja puskesmas L.

Sidoharjo dipengaruhi banyak factor seperti usia, jenis kelamin dan

pendidikan. Kelebihan kadar asam urat dipengaruhi oleh berbagai faktor

diantaranya ialah nutrisi/diet tinggi purin, jenis kelamin, Indeks Massa Tubuh

(IMT), konsumsi obat-obatan Non NSAID, konsumsi minuman

beralkohol/bersoda dan lain sebagainnya. Kosumsi makanan tinggi purin

seperti kacang-kacangan, jeroan, daging, ikan teri.


46

Hal ini sejalan dengan pendapat Durmawan (2016) kadar asam urat

dalam tubuh tergantung pada diet makanan yang mengandung purin, proses

degradasi dari purin yang dibentuk secara endogen dan ekresi di ginjal. Secara

fisiologis ginjal berperan penting pada homeostasis dan ekresi asam urat.

Lansia dengan kadar asam urat tinggi (hiperserumia) dibuktikan dari hasil

penelitian yaitu tabel 2 sebanyak (100%) seluruhnya mengkonsumsi makanan

yang tinggi purin.

Usia adalah umur individu yang terhitung dimulai saat dilahirkan sampai

berulang tahun. Sedangkan semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dan kekuatan seseorang akan lebih

matang dalam berfikir dan bekerja. Dari kepercayaan masyarakat seseorang

yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang lebih dewasa dipercaya dari

orang yang lebih tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman

dan kematangan jiwa (Nursalam,2017).

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar atau sebanyak

13 orang lansia berpendidikan terakhir hanya sebatas Sekolah Dasar (SD).

Rendahnya pendidikan responden pada penelitian ini dapat menjadi salah satu

factor penyebab peningkatan kadar asam urat responden, dikarenakan

kurangnya pengetahhuan responden tentang kesehatan dan pola makan yang

sehat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Eka Yunia (2018), dengan

hasil kategori pekerjaan di dapatkan sebagian besar responden yang tidak


47

bersekolah sebanyak 23 orang (57,5%), dan paling sedikit adalah lansia yang

bersekolah di sekolah menengah pertama sebanyak 2 orang (5,0%).

Menurut YB Mantra dalam Notoatmodjo (2016), pendidikan dapat

mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang termasuk juga

perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap

berperan serta dalam pembangunan pada umumnya makin tinggi pendidikan

seseorang makin mudah menerima informasi

Pada penelitian ini, penderita asam urat pada lansia di wilayah kerja

puskesmas L.Sidoharjo secara keseluruhan perempuan. Hal ini dikarenakan

penderita yang rajin ke puskesmas adalah pasien perempuan dan mereka

bersedia menjadi responden. Kadar asam urat umumnya lebih tinggi pada laki-

laki tidak memiliki hormon estrogen yang tinggi seperti pada perempuan.

Peran hormon estrogen ini membantu mengeluarkan asam urat melalui urin,

sehingga pada lak-laki, asam urat sulit dieksresikan melalui urin ( Putra,2014)

Hasil penelitian terkait jenis kelamin ini juga sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Untari Ida,2017. Jenis kelamin pada lansia yang

mengalami peningkatan asam urat secara umum adalah laki-laki, namun pada

wanita lebih punya risiko lebih tinggi dari sebelumnya.

Penyakit ini disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti sering

mengonsumsi makanan dengan kandungan tinggi purin, seperti jeroan, kacang-

kacangan, atau ikan teri, tubuh memproduksi asam urat yang berlebihan karena
48

adanya riwayat penyakit atau prosedur kemoterapi yang dijalani, tubuh kurang

maksimal dalam memproses pembuangan asam urat karena penyakit tertentu

2. Kadar Asam Urat Sesudah Latihan Isometrik Pada Lansia Di Wilayah

Kerja Puskesmas L. Sidoharjo

Berdasarkan hasil pengukuran kadar asam urat pada 15 orang penderita

asam urat di Puskesmas L. Sidoharjo sesudah diberikan latihan isometrik

diketahui rata-rata kadar asam urat 6,58. Hal ini menunjukkan adanya

penurunan kadar asasm urat setelah mendapatkan latihan isometrik. Penurunan

kadar asam urat dikarenakan adanya peningkatan mobilitas sendi dan otot-otot

menjadi kuat.

Pemberian terapi isometrik pada lansia yang mengalami asam urat di

wilayah kerja Puskesmas L. Sidoharjo dilakukan dilakukan 4 kali dalam 1

minggu dalam waktu 40 -45 menit selama 2 minggu. Pada latihan isometrik,

responden diberi intruksi untuk mencontohkan gerakan yang instruktur berikan

dimana sebelumnya responden diposisikan dalam keadaan rileks. Responden

mencontohkan gerakan pertama berdiri dengan tegak, kemudian tarik nafas

dalam. Pada gerakan kedua, kepala menunduk, menekuk dan memalingkan ke

kanan dan ke kiri secara bergatian. Ketiga, gerakan tangan kanan kearah kiri

dan posisi tangan kiri menarik tangan kanan lakukan secara bergantian.

Keempat, gerakan tangan kearah belakang dan posisi tangan kiri menarik

tangan kanan lakukan secara bergantian. Kelima, tekuk kedua lutut dengan

kedua tangan kearah depan Keenam, dorong panggul kearah kanan dan kiri.
49

Ketujuh membuka kaki selebar bahu kemudian menekuk lutut, putar punggung

kearah kanan dan kiri secara bergantian. Kedelapan, mengangkat salah satu

kaki setinggi pinggang kearah depan, samping kemudian belakang secara

bergantian. Menganjurkan klien untuk mengikuti gerakan yang sudah

dicontohkan. Setiap gerakan pada latihan isometrik di lakukan dalam 8

hitungan.

Pada penelitian ini, tujuan dari memberikan latihan isometrik agar dapat

meningkatkan mobilitas sendi responden, memperkuat otot yang menyokong

sendi responden, mengurangi nyeri dan kaku sendi, mengatasi masalah

peningkatan asam urat, memperbaiki fungsi sendi, memperbaiki sistem tubuh,

latihan isometrik dapat memperbaiki kondisi kekuatan dan kelenturan sendi,

dan meningkatkan imunokompetensi dan membantu proses pembakaran asam

urat. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat tujuan latihan isometrik

tercapai.

Hal ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Wahyuni (2019)

bahwa latihan isometrik merupakan salah satu pengobatan non farmakologis

untuk membantu menurunkan kadar asam urat dalam tubuh serta dapat

memperbaiki metabolisme tubuh. Pemberian terapi latihan isometrik

menimbulkan manfaat meningkatnya mobilitas sendi, memperkuat otot yang

menyokong sendi, mengurangi nyeri dan kaku sendi. Latihan isometrik

merupakan upaya yang paling tepat dan mudah dipahami oleh pasien serta

aman dilakukan di rumah karena tidak memerlukan biaya atau peralatan


50

minimal. Selanjutnya, latihan isometrik tidak menyebabkan intraartikular

peradangan, tekanan, dan kerusakan tulang.

Latihan isometrik kontraksi adalah bentuk latihan statik dimana otot yang

dilatih tidak mengalami perubahan panjang dan tanpa ada pergerakan dari

sendi. Sehingga latihan akan menyebabkan ketegangan (tension) otot

bertambah panjang dan otot tetap (Kisner dan Colby, 2018). Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan Muhdar (2018), yaitu Pengaruh Kombinasi

Quadriceps Inframerah dan Latihan Isometrik Terhadap Penurunan Nyeri Pada

Lansia Penderita Osteoarthritis. Berdasarkan hasil Paired T-tes yang diperoleh

bahwa ada efektifitas kombinasi inframerah dan latihan isometrik paha depan

untuk mengurangi rasa sakit pada pasien usia lanjut dengan osteoarthritis lutut.

3. Pengaruh Latihan Isometrik Terhadap Penderita Kadar Asam Urat Pada

Lansia Yang Berada Di Wilayah Kerja Puskesmas L.Sidoharjo

Hasil penelitian menunjukkan nilai mean kadar asam urat pada 15 orang

penderita asam urat di Puskesmas L. Sidoharjo sebelum dan sesudah diberi

latihan isometrik adalah sebesar 0,74. Berdasarkan hasil uji statistik didapat

nilai p =0,036 yang artinya <0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

pengaruh latihan isometrik terhadap penderita kadar asam urat pada lansia yang

berada di wilayah kerja Puskesmas L.Sidoharjo.

Berdasarkan hasil penelitian awal diketahui, kadar asam urat pasien

lansia di wilayah kerja puskesmas L.Sidoharjo dengan >6 mg/dL sebanyak 15

orang. Pengukuran kadar asam urat pada penelitian ini menggunakan blood
51

uric acid meter touch dengan ketelitian 0,1 mg/d. Tingginya kadar asam urat

menyebabkan responden sering mengeluhkan nyeri sendi. Responden sering

mendatangi puskesmas L.Sidoharjo untuk berobat asam urat dan meminta obat

penghilang rasa nyeri.

Hal ini sejalan dengan pendapat Herliana (2018) yang menyatakan bahwa

asam urat adalah produk metabolisme yang normal dari hasil pencernaan

protein atau dari hasil uraian purin yang seharusnya dibuang lewat urin, tinja,

atau keringat. Penyakit asam urat merupakan penyakit pada sendi karena kadar

asam urat yang tinggi dalam darah. Tingginya kadar asam urat karena

ketidakmampuan tubuh untuk mengontrol proses kristalisasi asam urat yang

menyebabkan keluhan nyeri, bengkak, rasa kesemutan. Keluhan tersebut sering

dialami oleh lansia, sehingga lansia sulit melakukan aktivitas.

Penyakit asam urat merupakan salah satu penyakit yang membahayakan,

karena bisa menyebabkan gangguan kesehatan bahkan cacat fisik. Asam urat

adalah produk metabolisme yang normal dari hasil pencernaan protein atau dari

hasil uraian purin yang seharusnya dibuang lewat urin, tinja, atau keringat.

Penyakit asam urat atau arthritis gout merupakan penyakit pada sendi karena

kadar asam urat yang tinggi dalam darah.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa setelah melakukan

pengukuran kadar asam urat sebelum latihan isometrik, selanjutnya responden

diberikan latihan isometrik sebanyak 4 kali dalam 1 minggu dalam waktu 40-

45 menit selama 2 minggu. Setelah mendapatkan latihan isometrik selanjutnya


52

dilakukan pengukuran ulang kadar asam urat dan diperoleh hasil adanya

penurunan kadar asam urat sebanyak 12 responden. . Dari hasil observasi yang

didapat responden merasa sering berkeringat, dan BAK normal hal itu terjadi

karena manfaat latihan isometrik ialah pembuluh darah menjadi lebar sehingga

difusi cairan sendi lutut yang membantu kontraksi otot quadrisep dan

hamstrang pada otot sehingga kadar sitokinin menurun yang dapat

mengeluaran kadar nitric oxid.

Meskipun ada 3 orang dari 15 responden yang mengalami kenaikan

kadar asam urat namun kenaikan tersebut tidak signifikan, hanya berkisar 1

point. Adanya responden yang mengalami kenaikan kadar asam urat meskipun

telah mendapatkan latihan isometrik dimungkinkan dipengaruhi factor lain

seperti pola makan. Meskipun responden telah mendapatkan latihan isometrik,

pola makan harus tetap terjaga jangan sampai makan makanan yang

mengandung purin tinggi.

Latihan isometrik merupakan salah satu pengobatan non farmakologis

untuk membantu menurunkan kadar asam urat dalam tubuh sertadapat

memperbaiki metabolism tubuh. Latihan isometrik dapat memperbaiki kondisi

kekuatan dan kelenturan sendi, selain itu latihan isometrik secara rutin dapat

memperkecil risiko terjadinya kerusakan sendi yang diakibatkan oleh proses

dari radang sendi. Latihan dilakukan selama 1x 40-45 menit/minggu selama 2

minggu akan meningkatkan imunokompetensi dan membantu proses

pembakaran asam urat (Sagiran, 2012).


53

Peredaran darah menjadi lancar akan menstimulasi saraf, serta

merangsang penurunan hormon (endrophine), hormon endrophin mempunyai

fungsi sebagai obat penenang yang alami yang akan membuat tubuh menjadi

nyaman dan bisa mengendalikan stress, akibat dari proses stress dan penuaan,

mengakibatkan enzim urikinase terganggu, sehingga terjadi hambatan

pembuangan asam urat sehingga kadar asam urat akan naik dalam darah. Di

dalam usus, terdapat enzim urikinase untuk mengoksidasi asam urat akan di

pecah menjadi CO2 dan amonia (NH3) dan dikeluarkan di dalam feses maupun

urine.

Proses setelah latihan isometrik yakni terjadinya peningkatan sistem

sirkulasi tubuh, homeostatis dalam tubuh menjadi baik sehingga responden saat

setelah melakukan latihan akan sering berkeringat, peredaran darah dalm tubuh

lancar dan berkoordinasi dengan sistem pada organ yang bekerja dalam

pembuangan asam urat melalui feses maupun urine.

Latihan fisik memiliki manfaat bagi tubuh, salah satunya dapat mencegah

dan mengatasi penyakit asam urat. Karena penderita asam urat akan mengalami

relaksasi saraf, memperbaiki kondisi kekuatan dan kelenturan sendi serta

memperkecil risiko terjadinya kerusakan sendi akibat radang sendi. Sehingga

latihan secara rutin akan memperlancar sirkulasi darah dan mengatasi

penyumbatan pada pembuluh darah. Dengan kondisi ini akan berpengaruh

positif bagi tubuh, karena tubuh menjadi rileks maka stress dalam tubuh dapat

dikendalikan serta sistem metabolisme akan berjalan lancar sehingga proses


54

distribusi dan penyerapan nutrisi dalam tubuh menjadi efektif dan efisisen

(Lingga, 2012).

Keuntungan latihan fisik diantaranya ialah memperbaiki fungsi sendi,

proteksi sendi dari kerusakan dengan mengurangi stress pada sendi,

meningkatkan kekuatan sendi, mencegah disabilitas, dan meningkatkan

kebugaran jasmani. Manfaat latihan fisik adalah meningkatnya mobilitas sendi

dan memperkuat otot yang menyokong dan melindungi sendi, menguangi

pembengkakan. Program latihan fisik yang dapat diberikan yaitu latihan

fleksibilitas, latihan penguatan isometrik, isokenik, dan isotonik, dan latihan

aerobik. Jika sendi berhenti bergerak (misalnya karena fraktur atau imobilitas)

dan kondrosit kehilangan sumber nutrisi, sendi akan mengalami syok dan

perbaikan kartilago menjadi berhenti. Melaloproteinase dihasilkan, yang

mengkatalisis degradasi kolagen dan proteoglikan. Sinovial mengalami

inflamasi, menyebabkan peningkatan kadar interleukin-1 (IL-1) dan tumor

necrosis factoralpha (TNF-α), suatu sitokin yang menginduksi produksi nitric

oxide dan metaloproteinase. Interleukin6 (IL-6) dan beban mekanis sendi juga

menginduksi reseptor sitokin katabolik. IL-6 akan mengikat IL1 dan TNF – α

dalam kartilago sehingga akan memperberat kerusakan sendi (Wahyuningsih,

2015)

Latihan fisik dapat memperbaiki sistem keringat, sistem pemanas tubuh,

sistem pembakaran (asam urat, kolestrol, gula darah, asam laktat, kristal

oxalate), sistem konversi karbhohidrat, sistem pembuatan elektrolit dalam


55

darah, sistem kesegaran tubuh dan sistem kekebalan tubuh dari energi negative

atau virus, sistem pembuangan energi negatif dari dalam tubuh (Sagiran, 2017)

.
56

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data pengaruh latihan isometrik

terhadap kadar asam urat pada lansia di wilayah kerja Puskesmas L. Sidoharjo,

maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Rata-rata kadar asam urat sebelum latihan isometrik pada lansia di wilayah

kerja Puskesmas L. Sidoharjo sebesar 7,32 mg/dL.

2. Rata-rata kadar asam urat sebelum latihan isometrik pada lansia di wilayah

kerja Puskesmas L. Sidoharjo sebesar 6,58 mg/dL.

3. Perbedaan kadar asam urat sebelum dan sesudah latihan isometrik pada lansia

di wilayah kerja Puskesmas L. Sidoharjo sebesar 0,74 mg/dL

4. Ada pengaruh latihan isometrik terhadap kadar asam urat pada lansia di

wilayah kerja Puskesmas L. Sidoharjo dengan nilai mean kadar sebesar 0,74

mg/dL dan nilai p =0,036<0,05.

B. Saran

Adapun saran dari hasil penelitian ini adalah :

1. Teoritis
57

Hasil penelitian dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dalam

praktik keperawatan tentang penggunaan latihan isometrik dalam menurunkan

kadar asam urat pengaruh latihan isometrik terhadap kadar asam urat pada

lansia di wilayah kerja Puskesmas L. Sidoharjo. Hendaknya masyarakat

memberikan respon yang baik terhadap latihan isometrik karena bersifat

aman, dapat dipelajari oleh siapapun dan tidak banyak mengeluarkan biaya.

2. Praktis

Hendaknya puskesmas L. Sidoharjo dapat meningkatkan pelayanan

kesehatan khususnya latihan isometrik terhadap kadar kadar asam urat pada

lansia.
58

DAFTAR PUSTAKA

Amatiria, G., Trisna, E. 2018. Pengaruh Latihan Isotonik Dan Isometrik Terhadap
Penurunan Rasa Nyeri Pasien Fraktur Femur. Jurnal Keperawatan 9(2): 135-
139.

Andry, Saryono, & Upoyo, A. S. 2009. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Kadar Asam urat Pada Pekerja Kantor di Desa Karang Turi, Kecamatan
Bumiayu, Kabupaten Brebes. Jurnal Keperawatan Soedirman, 4(1), 30

Badan Pusat Statistik (BPS). 2020. Statistik Penduduk Lanjut Usia. Provinsi
Palembang: Biro Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik Republik Indonesia.2019. Tentang BPS. Diakses dari


http://www.bps.go.id/menutab.php?tab=1&aboutus=0, tanggal 4 Januari 2022.

Bustan, Nadjib M, 2017, Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta

Chang, Feigh, D. 2019. The Role of Uric Acid in the Pathogenesis of Hypertension in
the Young. Journal of the American Society of Hypertension, Inc, 14(6), Juni
2012. 346–352

Darmawan, 2016. Bebas Penyakit Asam Urat Tanpa Obat. Jakarta: Agromedia
Pustaka

Diantari, Ervi, & Candra, Aryu. 2015. Pengaruh Asupan Purin dan Cairan Terhadap
Kadar Asam Urat Wanita Usia 50-60 Tahun di Kecamatan Gajah Mungkur
Semarang. Journal of nutrition colle. 1,44-49.

Effendi, 2019, Hubungan Antara Intensitas Aktivitas Fisik Dan Kadar Asam Urat
Serum Pada Populasi Sindrom Metabolik. Medika Medika Muda, 4(4), 518

Eka, Y., dan Rosyiani, T. 2015. Gambaran Kualitas Hidup Lanjut Usia Yang
Mengalami Sakit Asam Urat ( Gout ) Di Posyandu Lanjut Usia Desa
Pelemgadung. Skripsi diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Fatmah. 2013. Gizi Usia Lanjut. Jakarta, Erlangga.

Fauzan, A. 2016. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT), Asupan Purin Dan
Olahraga Dengan Kejadian Gout Arthritis Pada Lansia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Tanjungsari Pacitan. eprints.ums.ac.id, (2017): 1-2
59

Fitriani dan Nilamsari, 2017, Gambaran Pengetahuan Lansia tentang Diet Asam
Urat di Wilayah Kerja Puskesmas Kertasemaya. Skripsi diterbitkan oleh
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Lamongan. Jurnal Media
Komunikasi Ilmu Kesehatan, 11(02).

Herliana, 2018. Penyakit Asam Urat Kandas Berkat Herbal. Jakarta: Fmedia

Hurlock, E.B, 2016, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan. Alih bahasa: Istiwidayati & Soedjarwo. Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga.

Kemenkes. 2020. Buku Saku Asuhan Gizi di Puskesmas. Jakarta: Kementrian


Kesehatan RI

Kholifah, 2016, Hubungan Lingkar Pinggang Terhadap Pengaruh Asupan Purin


Berlebih, Madiya Luhur Inandiya, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018. Buku
Ajar Keperawatan Lansia, 2012, 4–7.

Kisner, C., Colby, L. A. 2018. Therapeutic Exercise: Foundation And Techniques.


Sixth Edition.The F A Davis Company, Philadelphia, Pennsylvania.
Terjemahan Sudarsono, A., Budhyanti, W. 2016. Terapi latihan: dasar dan
teknik. EGC. Jakarta

Lantika, 2018, Gambaran Kadar Asam Urat pada Lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha"Teratai" Jalan Sosial Km 6 Kecamatan Sukarami Palembang Tahun
2018, Skripsi, Palembang: Poltekkes Kemenkes Palembang

Lingga, L., 2012. Bebas Penyakit Asam Urat Tanpa Obat. Jakarta:
Agromedia Pustaka.

Mansur, S. N., Wantania, F. E., dan Surachmanto, E. 2015. Hubungan Antara Kadar
Asam Urat Dengan Tekanan. Fakultas Kedokteran, Universitas Sam Ratulangi
Manado. Jurnal E-Clinic (ECl), 3(April)

Maryam, Siti. 2018. Menengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika

Masyaroh S, et al. 2019. Penerapan Latihan Isometrik pada lansia, 1–7.


60

Muhdar, F. M. A. 2018. Pengaruh Kombinasi Infared Dan Latihan Isometrik


Quadriceps Terhadap Penurunan Nyeri Pada Lansia Penderita Osteoarthritis
Lutut Di Posyandu Lansia Anggrek 2 Polehan Malang. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Malang. Malang

Mulyaningsih, et al. 2018, Pengaruh Latihan Isometrik Terhadap Skala Nyeri Gout,
2015097

Nasrul, E. & Sofitri, 2012. Hiperurisemia Pada Pra Diabetes. Padang: Jurnal
Kesehatan Andalas. Vol. 1, No. 2

Nugroho, Wahjudi. 2017. Komunikasi Dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta:


Kedokteran EGC

Nurhamidah, & Nofiani, S. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Kejadian Asam Urat Pada Pasien Rawat Jalan di Rumah sakit Stroke Nasional
Bukitinggi. 1-13

Rakhman.,et al. 2015, Pengaruh Terapi Akupresure Terhadap Kadar Asam Urat
Daeah Pada Lansia. Jurnal Skolastik Keperawatan Vol 1 No.2, 2015, diakses
https://jurnal.unai.edu/index.php/jsk/article/view/86

Ranti Irza Nanda. 2016. Pengaruh Pemberian Buku Saku Gout Atritis Terhadap
Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Pasien Gout Atritis Rawat Jalan Di RSUD.
Prof. DR. R. D. Kandou Manado. Journal Gizido. Volume 4 no, 1..

Right Diagnosis Statistik, 2019, Statistic by Country for Uric Acid,


http://www.rightdiagnosis.com/o/uric_acid/stats-country.htm
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2020). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/.pdf

Riskesdas. 2019. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI

Sacher RA, Mcpherson RA. 2018. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Labolatorium.
Edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran ECG. Jakarta.

Sagiran, 2017. Mukjizat Gerakan Sholat. Jakarta: EGC.

Sangiran, 2017, Sehat Dan Bugar Tanpa Asam Urat. Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia. Depok. Araska Publishe
61

Siti, Y. N. I., dan Syamsiyah, N., 2019. Berdamai Dengan Asam Urat. Cetakan
Pertama. Bumi Medika. Jakarta),
Sustrani, L., S. Alam., dan I. Hadibroto, 2014, Diabetes, Jakarta, Gramedia
Pustaka Utama

Thayibah, Riskotin, Ariyanto, Yunus, & Ramani, Andrei. 2018. Hiperurisemia Pada
Remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Situbondo. Pustaka
Kesehatan, VI (1), 38-45..

Umami, Prapti, & Lentera, Tim. 2015. Tanaman Obat Untuk Mengatasi Rematik
&Asam Urat. Jakarta : Agromedia

Wahyuni Laila Nur, et al. 2019. Mahasiswa Program Studi Sarjana Fakultas Ilmu
Kesehatan Unipdu 2.3 Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Unipdu. Pengaruh
Latihan Isometrik Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat, 10(10).

Wahyuningsih Retno. 2016. Penatalaksanaan Diet pada Pasien. Yogyakarta: Graha


Ilmu

Wijaya, E. M. S., Masluhiya, S. A,. 2017. Kontribusi Olahraga Terhadap Intensitas


Nyeri Sendi Pada Lansia Di Posyandu Permadi Lowokwaru Kabupaten
Malang. Jurnal Care 5(1): 112-122

Wahyuningsih, A.F.&.S.M., 2016. Pengaruh Senam Ergonomis Terhada


Penurunan Kadar Asam Urat Pada Lansia Dengan Hiperserumia di Unit
Pelayanan Sosial Lanjut Usia
62

L
A
M
P
I
R
A
N
63

PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Umur :
Alamat :
Menyatakan bahwa :
1. Telah mendapatkan penjelasan tentang penelitian ”Pengaruh Latihan Isometrik
Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas
L. Sidoharjo”
2. Telah diberi kesempatan untuk bertanya dan mendapat jawaban secara jelas dari
peneliti.
3. Telah memahami prosedur penelitian yang akan dilakukan, tujuan, manfaat dan
kemungkinan ketidaknyamanan yang terjadi akibat penelitian yang dilakukan.
Berdasarkan pertimbangan diatas, dengan ini saya memutuskan tanpa paksaan dari
pihak manapun bahwa saya bersedia untuk berpartisipasi menjadi responden dalam
penelitian ini.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Sidoharjo, Juni 2022


Yang membuat pernyataan

(.........................................)
64

Lampiran. Standar Operasional Prosedur Pelaksanaan Latihan Isometrik

LATIHAN ISOMETRIK

No. Dokumen No. Revisi Halaman

…………….. …………….. ……………..

Prosedur Tetap Latihan Isometrik Ditetapkan


Ketua Program Studi

Tanggal terbit:
(Ns.Shinta,S.Kep, M.Kep)
16 Juni 2022

Pengertian Latihan isometrik merupakan salah satu pengobatan non


farmakologis untuk membantu menurunkan kadar asam urat dalam
tubuh serta dapat memperbaiki metabolisme tubuh.

Tujuan 1. Meningkatkan mobilitas sendi, memperkuat otot yang


menyokong sendi, mengurangi nyeri dan kaku sendi.
2. Mengatasi masalah peningkatan asam urat.
3. Memperbaiki fungsi sendi,
4. Memperbaiki sistem tubuh
5. Latihan isometrik dapat memperbaiki kondisi kekuatan dan
kelenturan sendi
65

6. Meningkatkan imunokompetensi dan membantu proses


pembakaran asam urat
Persiapan Alat -
Prosedur 1. Siapkan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Pelaksanaan 2. Posisikan klien dalam keadaan rileks.
3. Mencontohkan gerakan pertama berdiri dengan
tegak, kemudian tarik nafas dalam.
4. Kedua, gerakan kepala menunduk, menekuk dan
memalingkan ke kanan dan ke kiri secara bergatian.
5. Ketiga, gerakan tangan kanan kearah kiri dan posisi
tangan kiri menarik tangan kanan lakukan secara bergantian.
6. Keempat, gerakan tangan kearah belakang dan
posisi tangan kiri menarik tangan kanan lakukan secara
bergantian.
7. Kelima, tekuk kedua lutut dengan kedua tangan
kearah depan
8. Keenam, dorong panggul kearah kanan dan kiri.
9. Ketujuh membuka kaki selebar bahu kemudian
menekuk lutut, putar punggung kearah kanan dan kiri secara
bergantian
10. Kedelapan, mengangkat salah satu kaki setinggi
pinggang kearah depan, samping kemudian belakang secara
bergantian.
11. Menganjurkan klien untuk mengikuti gerakan yang
sudah dicontohkan.
12. Setiap gerakan di lakukan dalam 8 hitungan
Referensi Buku Sehat Dan Bugar Tanpa Asam Urat.
66

KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH LATIHAN ISOMETRIK TERHADAP PENURUNAN


KADAR ASAM URAT PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS L. SIDOHARJO

PETUNJUK PENGISIAN :

1. Bacalah dengan cermat dan teliti setiap item pertanyaan dalam kuesioner ini

2. Isilah titik-titik yang tersedia sesuai dengan data responden dan kondisi responden

yang sebenarnya

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN

1. No. Responden : ............................................

2. Nama Responden (Inisial) : ............................................

3. Usia : ............................................

4. Jenis Kelamin : Laki-Laki/Perempuan*

5. Pendidikan :

a. Tidak Sekolah b. SD / Sederajat


67

c. SLTP / Sederajat d. SLTA/Sederajat

e. Akademi/PT SLTP/ seserajat

f. Lain-lain : .....................
MASTER TABEL
PENGARUH LATIHAN ISOMETRIK TERHADAP KADAR ASAM URAT
PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS L. SIDOHARJO

  Kadar Asam Urat Selisih


No Inisial Umur Jenis Pendidikan
Alamat Pretest Posttest
Kelamin Terakhir Asam Urat
(mg/dL) (mg/dL) (mg/dL)
1 Tumini 68 Perempuan SD Dusun 3 Wonorejo 8.00 7.50 0.5
2 Samiyem 65 Perempuan SD Dusun 3 Wonorejo 6.50 6.00 0.5
3 Supriyati 68 Perempuan SD Dusun 3 Wonorejo 7.80 5.00 2.8
4 Rastik 66 Perempuan SD Dusun 3 Wonorejo 6.50 7.50 -1
5 Sumini 67 Perempuan SMP Dusun 3 Wonorejo 7.00 7.50 -0.5
6 Pani 62 Perempuan SD Dusun 3 Wonorejo 6.50 3.10 3.4
7 Kasini 67 Perempuan SD Dusun 3 Wonorejo 7.00 5.90 1.1
8 Kasidah 66 Perempuan SMP Dusun 3 Wonorejo 7.50 6.90 0.6
9 Paerah 64 Perempuan SD Dusun 3 Wonorejo 9.50 8.50 1
10 Salijem 62 Perempuan SD Dusun 3 Wonorejo 8.00 8.50 -0.5
11 Fatimah 66 Perempuan SD Dusun 3 Wonorejo 6.50 7.40 -0.9
2

12 Misiyem 65 Perempuan S.1 Dusun 3 Wonorejo 6.50 5.00 1.5


13 Mardiyana 62 Perempuan SMA Dusun 3 Wonorejo 7.50 6.90 0.6
14 Siwuh 67 Perempuan SMA Dusun 3 Wonorejo 8.50 7.20 1.3
15 Sri Mulyani 66 Perempuan SMP Dusun 3 Wonorejo 6.50 5.80 0.7
Frequencies

Statistics

Asam Asam Selisih


Jenis Pendidikan Urat Urat Asam
Umur Kelamin Terakhir Pretest Posttest Urat

N Valid 15 15 15 15 15 15

Missing 0 0 0 0 0 0

Mean 65.40 7.3200 6.5800 .7400

Median 66.00 7.0000 6.9000 .6000

Std. Deviation 2.063 .91042 1.45612 1.23508

Minimum 62 6.50 3.10 -1.00

Maximum 68 9.50 8.50 3.40

Frequency Table

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid
62 3 20.0 20.0 20.0

64 1 6.7 6.7 26.7

65 2 13.3 13.3 40.0

66 4 26.7 26.7 66.7

67 3 20.0 20.0 86.7

68 2 13.3 13.3 100.0

Total 15 100.0 100.0


2

Jenis_Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Perempuan 15 100.0 100.0 100.0

Pendidikan_Terakhir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SD 13 86.7 86.7 86.7

SMP 2 13.3 13.3 100.0

Total 15 100.0 100.0

Asam_Urat_Pretest

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 6.5 6 40.0 40.0 40.0

7 2 13.3 13.3 53.3

7.5 2 13.3 13.3 66.7

7.8 1 6.7 6.7 73.3

8 2 13.3 13.3 86.7

8.5 1 6.7 6.7 93.3

9.5 1 6.7 6.7 100.0

Total 15 100.0 100.0


3

Asam_Urat_Posttest

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 3.1 1 6.7 6.7 6.7

5 2 13.3 13.3 20.0

5.8 1 6.7 6.7 26.7

5.9 1 6.7 6.7 33.3

6 1 6.7 6.7 40.0

6.9 2 13.3 13.3 53.3

7.2 1 6.7 6.7 60.0

7.4 1 6.7 6.7 66.7

7.5 3 20.0 20.0 86.7

8.5 2 13.3 13.3 100.0

Total 15 100.0 100.0

Selisih_Asam_Urat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid -1 1 6.7 6.7 6.7
-0.9 1 6.7 6.7 13.3
-0.5 2 13.3 13.3 26.7
0.5 2 13.3 13.3 40.0
0.6 2 13.3 13.3 53.3
0.7 1 6.7 6.7 60.0
1 1 6.7 6.7 66.7
1.1 1 6.7 6.7 73.3
1.3 1 6.7 6.7 80.0
1.5 1 6.7 6.7 86.7
2.8 1 6.7 6.7 93.3
3.4 1 6.7 6.7 100.0
Total 15 100.0 100.0
4

Explore

Descriptives

Statistic Std. Error


Asam_Urat_Pretest Mean 7.3200 .23507
95% Confidence Interval for Lower Bound 6.8158
Mean
Upper Bound 7.8242
5% Trimmed Mean 7.2444
Median 7.0000
Variance .829
Std. Deviation .91042
Minimum 6.50
Maximum 9.50
Range 3.00
Interquartile Range 1.50
Skewness 1.025 .580
Kurtosis .668 1.121
Asam_Urat_Posttest Mean 6.5800 .37597
95% Confidence Interval for Lower Bound 5.7736
Mean
Upper Bound 7.3864
5% Trimmed Mean 6.6667
Median 6.9000
Variance 2.120
Std. Deviation 1.45612
Minimum 3.10
Maximum 8.50
Range 5.40
Interquartile Range 1.70
Skewness -.899 .580
Kurtosis .870 1.121
5

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Asam_Urat_Pretest .216 15 .058 .854 15 .020

Asam_Urat_Posttest .187 15 .167 .923 15 .213

a. Lilliefors Significance Correction

Asam_Urat_Pretest

Asam_Urat_Posttest
6

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Asam_Urat_Pretest 7.3200 15 .91042 .23507

Asam_Urat_Posttest 6.5800 15 1.45612 .37597

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Asam_Urat_Pretest &


15 .537 .039
Asam_Urat_Posttest

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair Asam_Urat
1 Pretest -
.74000 1.23508 .31890 .05603 1.42397 2.320 14 .036
Asam_Urat_Postt
est
7

Anda mungkin juga menyukai