Anda di halaman 1dari 86

KARYA ILMIAH AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN MATERNITAS

PADA PASIEN (IUFD) INTRA UTERIN FETAL DEATH

DIRUANGAN KAMAR BERSALIN RSUD HAJI

MAKASSAR

Disusun oleh:

RANDY AMBO DALLE


2004006

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG


YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
MAKASSAR
2022
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN MATERNITAS

PADA PASIEN (IUFD) INTRA UTERIN FETAL DEATH

DIRUANGAN KAMAR BERSALIN RSUD HAJI

MAKASSAR

KARYA ILMIAH AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Pada


STIKES Panakkukang Makassar Program Studi Ners

Disusun oleh:

RANDY AMBO DALLE


2004006

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG


YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
MAKASSAR
2022
iv
v
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan segala rahmat dan hidaya-nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusun karya ilmiah akhir yang berjudul: Asuhan

keperawatan kegawatdaruratan maternitas pada pasien (IUFD) intra uterin

fetal death diruangan kamar bersalin RSUD Haji Makassar

Dalam melakukan penyusun karya ilmiah akhir ini, penulis telah

mendapatkan banyak masukan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak

yang sangat berguna dan bermanfaat baik secara langsung maupun tidak

langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan yang baik ini dengan

kesungguhan hati penulis menghanturkan banyak-banyak terima kasih yang

sebesar-besar dan setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak H. Sumardin Makka, SKM., M.Kes. Selaku Ketua Yayasan

Perawat Sulawesi Selatan

2. Bapak Dr. Ns. Makkasau, M.Kes Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Stikes Panakukkang Makassar

3. Ibu Ns. Suriyani, M.Kep Selaku Ketua Program Studi Profesi Ners

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panakkukang Makassar yang selalu

memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis hingga terselesaikan

karya ilmiah akhir ini.

vi
4. Bapak Ns. Muh Yusuf Tahir, M.Kes.,M.Kep. Selaku pembimbing I yang

telah memberikan bimbingan arahan dan masukannya selama

penyusunan Karya Ilmiah Akhir (KIA) ini.

5. Bapak Ns. I Kade Wijaya, M.Kep Selaku penguji I yang telah memberikan

pengarahan dan memberikan banyak masukan pada penulis untuk

kesempurnaan karya ilmiah akhir (KIA) ini.

6. Ibu Nirmalasari, S.Kep., Ns. Selaku penguji II yang telah memberikan

pengarahan serta kritik dan saran yang membangun sehingga KIA ini

dapat terselesaikan.

7. Bapak/ Ibu Dosen Profesi Ners maupun dosen-dosen lainnya yang telah

memberikan pengarahan dan pengajaran selama masa perkuliahan

sampai penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini.

8. Civitas Akademika STIKES Panakkukang Makassar yang telah

membantu selama ini

9. Pihak Rumah Sakit Umum Daerah Haji sebagai tempat pengambilan

kasus untuk penyususnan karya ilmiah akhir ini.

10. Ayahanda Ambo Dalle Iskandar dan Ibunda Nuraeni Lapulo serta

saudara-saudari terkasih yang telah mensupport dalam proses studi

11. Teman-teman mahasiswa profesi ners Stikes Panakkukang angkatan

2020 yang selalu ada memberi support dan dukungan selama ini.

vii
12. Teman-teman mahasiswa Organisasi daerah Forum Kreatifitas Anak

Kabupaten Banggai (FORKAB) Makassar yang telah memberi

dukungan selama ini.

Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam penyusunan

karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, masukan baik

berupa saran dan kritik yang membangun dari para pembaca akan sangat

membantu. Semoga Karya Ilmiah Akhir ini bisa bermanfaat bagi kita semua

dan pihak-pihak yang terkait.

Makassar, ………… 2022

Randy Ambo Dalle, S.Kep

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................. iii

KATA PENGANTAR ........................................................................ iv

DAFTAR ISI ..................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................... x

DAFTAR TABEL .............................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................... 1

B. Tujuan Umum ...................................................................... 5

C. Tujuan Khusus .................................................................... 5

D. Manfaat Penulisan ............................................................... 6

E. Sistematika Penulisan ......................................................... 7

BAB II TINJAUAN KASUS KELOLAAN

A. Tinjauan Teori

1. Konsep dasar medis ..................................................... 9

a. Pengertian ................................................................ 9

b. Anatomi Fisiologi ...................................................... 9

c. Etiolgi ......................................................................... 21

d. Patofisiologi .............................................................. 22

ix
e. Penatalaksanaan ....................................................... 23

2. Konsep asuhan keperawatan

a. Pengkajian ................................................................ 25

b. Diagnosa keperawatan ( NANDA ) ........................... 30

c. Intervensi keperawatan ............................................. 31

d. Implementasi ............................................................. 36

e. Evaluasi .................................................................... 36

B. Tinjauan Kasus Kelolaan

1. Pengkajian .................................................................... 37

2. Pemeriksaan penunjang ................................................ 47

3. Terapi ........................................................................... 48

4. Klasifikasi ...................................................................... 48

5. Analisa data ................................................................... 49

6. Diagnosa keperawatan ................................................. 50

7. Intervensi ....................................................................... 51

8. Implementasi dan evaluasi ............................................. 55

BAB III PEMBAHASAN

A. Pengkajian ........................................................................... 65

B. Diagnosa Keperawatan ........................................................ 66

C. Rencana Keperawatan ......................................................... 67

D. Implementasi Keperawatan .................................................. 68

E. Evaluasi Keperawatan ......................................................... 70

x
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ......................................................................... 71

B. Saran .................................................................................. 71

DAFTAR PUSTAKA

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Organ Eksterna Wanita ................................................. 9

Gambar 2.1 Organ Interna Wanita .................................................... 12

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perencanaan Keperawatan ............................................... 31

Tabel 2.2 Pengkajian ....................................................................... 37

Tabel 2.3 Pemeriksaan Leb ............................................................. 47

Tabel 2.4 Klasifikasi Data ................................................................ 48

Tabel 2.5 Analisa Data .................................................................... 49

Tabel 2.6 Diagnosa Keperawatan .................................................... 50

Tabel 2.7 Rencana Keperawatan ...................................................... 51

Tabel 2.8 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ......................... 55

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan adalah peristiwa alamiah dan merupakan hal yang

sangat didambakan oleh setiap wanita, karena seorang wanita baru akan

merasa menjadi wanita yang sempurna saat dirinya mendapatkan

kehamilan. Akan tetapi, setiap kehamilan tetap perlu perhatian khusus

karena mungkin akan memiliki resiko bagi ibu maupun janin yang

dikandungnya (Chapman 2006 dalam Kurniawati, 2017).

Intra uterine fetal death (IUFD) merupakan salah satu penyebab

kematian perinatal yang memberi sumbangan terhadap angka kematian

bayi (AKB) dan angka kematian neonatal (AKN) di Indonesia. Kematian

janin dalam Rahim dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor

ibu, faktor janin, dan faktor plasental. Faktor ibu meliputi umur, kehamilan

post term (>42 minggu) dan penyakit yang diderita oleh ibu seperti

anemia, preeklamsia, eklampsia, diabetes mellitus, rhesus iso-imunisasi,

infeksi dalam kehamilan, ketuban pecah dini (KPD), ruptura uteri,

hipotensi akut ibu.

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2018

menunjukkan kematian perintal sebesar 400/100.000 orang atau sekitar

200.000 ribu orang pertahun sehingga diperkirakan kematian perinatal

terjadi 1,2-1,5 menit. Kematian perinatal di indonesia adalah yang

1
2

tertinggi diantara Negara-negara Association South of East Nation

(ASEAN) kejadiannya sekitar 15 kali di malaysia (Manuaba, 2017)

Kematian neonatal dini adalah kematian bayi lahir hidup yang terjadi

sejak lahir sampai 7 hari setelah kelahirannya. Angka kematian neonatal

dini menjadi salah satu penyumbang terbesar tingginya angka kematian

bayi. Neonatus merupakan bayi yang berusia 0 (baru lahir) sampai 1

bulan (atau 28 hari). Kematian bayi 59% disebabkan oleh kematian

neonatal berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2012 angka kematian neonatus sebesar 19/1000 kelahiran

hidup angka tersebut sama dengan Angka Kematian Neonatal (AKN),

tahun 2007 dan hanya menurun 1 poin di banding SDKI tahun 2003

sedangkan menurut Survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015

melaporkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 22/1000

kelahiran hidup yang artinya sudah mencapai target Millenium

Devolepment Goals (MDGs) (Kemenkes RI 2017).

Neonatus merupakan golongan umur yang memiliki resiko gangguan

kesehatan yang paling tinggi dibanding kelompok umur Volume 7 Nomor

2 Oktober 2017 Jurnal Kebidanan-ISSN 2252-8121 93 lainnya. Adapun

komplikasi pada neonatus antara lain neonatus dengan penyakit atau

kelainan yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian seperti

asfiksia, trauma lahir, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), sindrom


3

gangguan pernapasan, dan kelainan kongenital maupun yang termasuk

klasifikasi kuning dan merah pada pemeriksaan dengan Manajemen

Terpadu Bayi Muda (MTBM). Komplikasi yang menjadi penyebab

kematian terbanyak pada Neonatus adalah Asfiksia, Berat Badan Lahir

Rendah (BBLR), dan Infeksi (Riskesdas, 2017).

Insidensi IUFD yang dilaporkan oleh negara-negara barat berkisar dari

4,7% hingga 12% (Kanavi, Sobha, & Kavita, 2017). Insidensi IUFD di

Amerika Serikat sebesar 3-5 per 1000 kelahiran dan di negara-negara

tingkat menengah seperti Amerika Selatan dan Tengah sebesar 10- 15

per 1000 kelahiran (Safarzadeh, Ghaedniajahromi, Rigi, dan Massori,

2014). Insidensi di Asia Selatan sebesar 31,9 per 1000 kelahiran (Tolefac,

Tamambang, Yeika, Mbwagbaw, & Egbe, 2017). Insidensi di India IUFD

sebesar 9 per 1000 kelahiran. Tingkat terendah IUFD terdapat di

Singapura dan Finlandia sebesar 2 per 1000 kelahiran, sedangkan tingkat

tertinggi di Pakistan sebesar 47 per 1000 kelahiran dan 42 per 1000

kelahiran di Nigeria (Chaitra, Malapure, Sandeep, Kumar, & Ramaiah,

2018).

Angka kematian bayi (AKB) merupakan indikator yang sangat penting

untuk menilai status kesehatan anak, status kependudukan dan kondisi

perekonomian wilayah tertentu, juga menunjukkan tingkat kesehatan ibu,

kondisi kesehatan lingkungan serta tingkat perkembangan sosial ekonomi

masyarakat secara umum (Badan Pusat Statistik [BPS], 2016). Angka


4

Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah penduduk yang meninggal sebelum

mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup

pada tahun yang sama (Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur

[Dinkesprov Kaltim], 2017). Kematian bayi bukan hanya terjadi setelah

dilahirkan, namun dapat juga terjadi saat masih di dalam kandungan atau

disebut dengan Intrauterine Fetal Death (IUFD) (Tobing & Indriyani, 2017).

Pada kejadian plasenta previa, Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)

menggambarkan jumlah kejadian plasenta pada tahun 2010 di sebagian

besar provinsi. Jumlah kejadian tertinggi plasenta previa terdapat pada

Provinsi Jawa Barat yaitu sebanyak 15.720 kejadian dan terendah

terdapat pada Provinsi Sulawesi Barat yaitu 742 kejadian, sedangkan di

Provinsi Sulawesi Selatan terdapat 1.358 kejadian (Handayani, 2017). Di

Indonesia, prevalensi plasenta previa pada tahun 2009 terdapat total

4.726 kasus plasenta previa yang didapati 40 orang meninggal akibat

plasenta previa. Pada tahun 2010 dengan total 4.409 kasus plasenta

previa didapatkan 36 orang ibu meninggal (Chalik, 2010 dalam Meyanto,

2017). Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Haji

Makassar menunjukkan bahwa jumlah kasus kematian janin dalam rahim

pada tahun 2017 sebanyak 35 kasus KJDR (8,75%) dari 400 pasien ibu

hamil. Data terakhir Januari sampai Juni 2018 yaitu 10 kasus KJDR

(5,64%) dari 177 orang pasien ibu hamil. (Rekam Medik, 2018).
5

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik melakukan asuhan

keperawatan kegawatdaruratan maternitas pada pasien dengan masalah

(IUFD) intra uterin fetal death diruangan kamar bersalin RSUD Haji

Makassar

B. Tujuan Umum

Secara umum, peneliti ingin mengetahui gambaran dan pengalaman

langsung dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan kegawatdaruratan

maternitas pada pasien (IUFD) intra uterin fetal death diruangan kamar

bersalin RSUD Haji Makassar

C. Tujuan Khusus

1. Diketahui gambaran dan pengalaman nyata tentang konsep asuhan

keperawatan kegawatdaruratan maternitas pada ny. “N” dengan

kasus (IUFD) intra uterin fetal death diruangan kamar bersalin

RSUD Haji Makassar

2. Diketahui gambaran dan pengalaman nyata tentang pengkajian

primer dan sekunder pada kegawatdaruratan maternitas dengan

kasus (IUFD) intra uterin fetal death diruangan kamar bersalin

RSUD Haji Makassar

3. Diketahui gambaran dan pengalaman nyata dalam melakukan

perumusan diagnosa keperawatan kegawatdaruratan pada Ny. “N”


6

dengan kasus (IUFD) intra uterin fetal death diruangan kamar

bersalin RSUD Haji Makassar

4. Diketahui gambaran dan pengalaman nyata dalam melakukan

penyusunan intervensi keperawatan kegawatdaruratan pada Ny. N

dengan kasus (IUFD) intra uterin fetal death diruangan kamar

bersalin RSUD Haji Makassar

5. Diketahui gambaran dan pengalaman nyata dalam melakukan

implementasi keperawatan kegawatdaruratan pada Ny. N dengan

(IUFD) intra uterin fetal death diruangan kamar bersalin RSUD Haji

Makassar

6. Mengetahui gambaran dan pengalaman nyata dalam melakukan

evaluasi keperawatan kegawatdaruratan pada Ny. N dengan kasus

(IUFD) intra uterin fetal death diruangan kamar bersalin RSUD Haji

Makassar

D. Manfaat penulisan

1. Bagi pendidikan

Dapat digunakan sebagai bahan medis dan pertimbangan dalam

upaya pengembangan pengetahuan khususnya tentang pemberian

asuhan keperawatan kegawatdaruratan maternitas pada pasien

dengan kasus (IUFD) intra uterin fetal death.

2. Bagi Tenaga Kesehatan


7

Memberikan informasi mengenai konsep medis dan pemberian asuhan

keperawatan kegatawatdaruratan maternitas pada pasien dengan

kasus (IUFD) intra uterin fetal death

3. Bagi pasien

Dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk menambah

pengetahuan dan pemahaman pasien tentang pemberian asuhan

keperawatan kegawatdaruratan maternitas dengan kasus (IUFD) intra

uterin fetal death

4. Bagi penulis

Memberikan manfaat melalui pengalaman bagi penulis untuk

mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dari pendidikan kepada

pasien dengan kasus (IUFD) intra uterin fetal death

E. Sistematika penulisan

1. Tempat, waktu pelaksanaan pengambilan kasus

Pengambilan kasus ini dilakukan pada tanggal 27 desember 2021

diruangan kamar bersalin RSUD Haji Makassar

2. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan dilakukan dengan cara:

a. Wawancara

Pengumpulan data melalui wawancara diperoleh dengan

melakukan percakapan baik dengan pasien, keluarga maupun

tim kesehatan lainnya


8

b. Observasi

Pengumpulan data melalui pengamatan langsung pada keadaan

umum pasien

c. Pemeriksaan

Meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat

menunjang penegakan diagnosa dan penanganan selanjutnya


BAB II

TINJAUAN KASUS KELOLAAN

A. TINJAUAN TEORI

1. Konsep Medis IUFD

1.1 Pengertian

Intra uterin fetal death atau IUFD adalah kondisi janin yang

meninggal di dalam kandungan setelah kehamilan berusia 20

minggu dimana janin sudah mencapai ukuran 500gr Beberapa

kasus IUFD tidak bisa dicegah, namun bisa dikurangi resikonya

dengan memerhatikan faktor penyebab dan melakukan langkah

pencegahan yang tepat (Mochtar R, 2017).

1.2 Anatomi Fisiologi IUFD

Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian

yaitu: alat reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam

rongga pelvis, dan alat reproduksi wanita bagian luar yang terletak

di perineum.

Gambar 1.1 Organ eksterna wanita (Bobak, IM, 2017)

9
10

a. Mons veneris / Mons pubis

Disebut juga gunung venus merupakan bagian yang

menonjol di bagian depan simfisis terdiri dari jaringan lemak

dan sedikit jaringan ikat setelah dewasa tertutup oleh rambut

yang bentuknya segitiga. Mons pubis mengandung banyak

kelenjar sebasea (minyak) berfungsi sebagai bantal pada

waktu melakukan hubungan seks.

b. Labia Mayora

Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk

lonjong, panjang labia mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak

meruncing pada ujung bawah. Kedua bibir ini dibagian bawah

bertemu membentuk perineum, permukaan terdiri dari:

1) Bagian luar

Tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari

rambut pada mons veneris.

2) Bagian dalam

Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung

kelenjar sebasea (lemak).

c. Labia Minora

Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak

dibagian dalam bibir besar (labia mayora) tanpa rambut yang


11

memanjang kea rah bawah klitoris dan menyatu dengan

fourchette, semantara bagian lateral dan anterior labia

biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia

minora sama dengan mukosa vagina yaitu merah muda dan

basah.

d. Klitoris

Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang

bersifat erektil, dan letaknya dekat ujung superior vulva.

Organ ini mengandung banyak pembuluh darah dan serat

saraf sensoris sehingga sangat sensitive analog dengan

penis laki-laki. Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan

meningkatkan ketegangan seksual.

e. Vestibulum

Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk

seperti perahu atau lonjong, terletak di antara labia minora,

klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari muara uretra,

kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina.

Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah

teriritasi oleh bahan kimia, panas, dan friksi.

f. Perinium

Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara


12

introitus vagina dan anus. Perinium membentuk dasar badan

perinium.

g. Kelenjar Bartholin

Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat

rapuh dan mudah robek. Pada saat hubungan seks

pengeluaran lendir meningkat.

h. Himen (Selaput darah)

Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat

rapuh dan mudah robek, himen ini berlubang sehingga

menjadi saluran dari lendir yang di keluarkan uterus dan

darah saat menstruasi.

i. Fourchette

Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis,

terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayoradan labia minora.

Di garis tengah berada di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan

kecil dan fosa navikularis terletak di antara fourchette dan himen.


13

Gambar 1.2 Organ interna wanita (Bobak, IM, 2017)

j. Vagina

Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat

melipat dan mampu meregang secara luas karena tonjolan

serviks ke bagian atas vagina. Panjang dinding anterior

vagina hanya sekitar 9 cm, sedangkan panjang dinding

posterior 11 cm. Vagina terletak di depan rectum dan di

belakang kandung kemih. Vagina merupakan saluran

muskulo- membraneus yang menghubungkan rahim dengan

vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari

muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani oleh karena itu

dapat dikendalikan.

Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang

disebut rugae dan terutama di bagian bawah. Pada puncak

(ujung) vagina menonjol serviks pada bagian uterus. Bagian

servik yang menonjol ke dalam vagina di sebut portio. Portio

uteri membagi puncak vagina menjadi empat yaitu: fornik

anterior, fornik posterior, fornik dekstra, fornik sinistra.

Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang


menghasilkan asam susu dengan PH 4,5. Keasaman vagina
memberikan proteksi terhadap infeksi. Fungsi utama vagina
yaitu sebagai saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan
14

darah menstruasi, alat hubungan seks dan jalan lahir pada


waktu persalinan.

k. Uterus

Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal,

muskular, pipih, cekung dan tampak seperti bola lampu /

buah peer terbalik yang terletak di pelvis minor di antara

kandung kemih dan rectum. Uterus normal memiliki bentuk

simetris, nyeri bila ditekan, licin dan teraba padat.

Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu

bagian corpus uteri yang terletak di atas kedua pangkal tuba

fallopi, corpus uteri merupakan bagian utama yang

mengelilingi kavum uteri dan berbentuk segitiga, dan seviks

uteri yang berbentuk silinder. Dinding belakang, dinding

depan dan bagian atas tertutup peritoneum sedangkan

bagian bawahnya berhubungan dengan kandung kemih.

Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga

beberapa ligamentum, jaringan ikat dan peritoneum. Ukuran

uterus tergantung dari usia wanita, pada anak-anak ukuran

uterus sekitar 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, dan multipara 8-9

cm. Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu peritoneum,

miometrium / lapisan otot, dan endometrium.


15

1) Peritoneum

a) Meliputi dinding rahim bagian luar

b) Menutupi bagian luar uterus

c) Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan

d) pembuluh darah limfe dan urat saraf

e) Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen

2) Lapisan otot

a) Lapisan luar: seperti “Kap”melengkung dari fundus uteri

menuju ligamentum

b) Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai

osteum uteri internum

c) Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan

tersebut membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot

rahim. Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah

arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini

membentuk angka dan sehingga saat terjadi kontraksi

pembuluh darah terjepit rapat dengan demikian

perdarahan dapat terhenti.

3) Semakin ke arah serviks otot rahim makin berkurang dan

jaringan ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak

antara osteum uteri internum anatomikum yang


16

merupakan batas dan kavum uteri dan kanalis servikalis

dengan osteum uteri histologikum (dimana terjadi

perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput

lendir serviks) disebut istmus. Istmus uteri ini akan

menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat

persalinan.

4) Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh

tonus otot rahim sendiri, tonus ligamentum yang

menyangga, tonus otot-otot dasar panggul, ligamentum

yang menyangga uterus adalah ligamentum latum,

ligamentum rotundum (teres uteri) ligamentum infindibulo

pelvikum (suspensorium ovarii) ligamentum kardinale

machenrod, ligamentum sacro uterinum dan ligamentum

uterinum.

a) Ligamentum latum

(1) Merupakan lipatan peritoneum kanan dan kiri uterus

meluas sampai ke dinding panggul

(2) Ruang antara kedua lipatan berisi jaringan ikat

longgar dan mengandung pembuluh darah limfe dan

ureter

(3) Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba


17

fallopi

(4) Ligamentum rotundum (teres uteri)

(5) Mulai sedikit kaudal dari insersi tuba menuju kanalis

inguinalis dan mencapai labia mayus

(6) Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat

(7) Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi

b) Ligamentum infundibulo pelvikum

(1) Terbentang dari infundibulum dan ovarium menuju

dinding panggul

(2) Menggantung uterus ke dinding panggul

(3) Antara tuba fallopi dan ovarium terdapat

ligamentum ovarii proprium

c) Ligamentum kardinale machenrod

(1) Dari serviks setinggi osteum uteri internum menuju

panggul

(2) Menghalangi pergerakan uterus ke kanan dan ke

kiri

(3) Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus

d) Ligamentum sacro uterinum

Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale


18

machenrod menuju os sacrum

e) Ligamentum vesika uterinum

(1) Dari uterus menuju ke kandung kemih

(2) Merupakan jaringan ikat yang agak longgar


sehingga dapat mengikuti perkembangan uterus
saat hamil dan persalinan
5) Pembuluh darah uterus

a) Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri

sepanjang dinding lateral dan memberikan cabangnya

menuju uterus dan di dasar endometrium membentuk

arteri spinalis uteri

b) Di bagian atas ada arteri ovarika untuk memberikan

darah pada tuba fallopi dan ovarium melalui ramus

tubarius dan ramus ovarika.

6) Susunan saraf uterus

Kontraksi otot rahim bersifat otonom dan dikendalikan

oleh saraf simpatis dan parasimpatis melalui ganglion

servikalis fronkenhouser yang terletak pada pertemuan

ligamentum sakro uterinum.

l. Tuba Fallopi

Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang

antara kornu uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan


19

merupakan jalan ovum mencapai rongga uterus. terletak di

tepi atas ligamentum latum berjalan ke arah lateral mulai dari

osteum tubae internum pada dinding rahim.

Panjang tuba fallopi 12cm diameter 3-8cm. Dinding tuba terdiri


dari tiga lapisan yaitu serosa, muskular, serta mukosa dengan
epitel bersilia.
Tuba fallopi terdiri atas :

1) Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara otot rahim

mulai dari osteum internum tuba.

2) Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar uterus

dan

merupakan bagian yang paling sempit.

3) Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan

berbentuk “s”.

4) Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki

lumbai yang disebut fimbriae tubae.

Fungsi tuba fallopi :

1) Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum

uteri.

2) Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.

3) Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil

konsepsi.
20

4) Tempat terjadinya konsepsi.


5) Tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi

sampai mencapai bentuk blastula yang siap mengadakan

implantasi.

m. Ovarium

Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan


pematangan folikel menjadi ovum, ovulasi, sintesis, dan
sekresi hormon – hormon steroid.
Letak: Ovarium ke arah uterus bergantung pada

ligamentum infundibulo pelvikum dan melekat pada

ligamentum latum melalui mesovarium.

Jenis: Ada 2 bagian dari ovarium yaitu:

1) Korteks ovarii

a) Mengandung folikel primordial

b) Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju

folikel de graff c) Terdapat corpus luteum dan

albikantes

2) Medula ovarii

a) Terdapat pembuluh darah dan limfe

b) Terdapat serat saraf

n. Parametrium

Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara

ke dua lembar ligamentum latum.


21

Batasan parametrium

1) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping

2) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri

3) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.

4) Bagian belakang terdapat ligamentum ovari

1.3 Etiologi IUFD

Penyebab kematian janin dalam rahim yaitu:

a. 50% kematian janin bersifat idiopatik (tidak diketahui

penyebabnya).

b. Kondisi medis ibu (hipertensi, pre-eklamsi, diabetes mellitus)

berhubungan dengan peningkatan insidensi kematian janin.

Deteksi dini dan tata laksana yang sesuai akan mengurangai

risiko IUFD.

c. Komplikasi plasenta (plasenta previa, abruption plasenta)

dapat menyebabkan kematian janin. Peristiwa yang tidak

diinginkan akibat tali pusat sulit diramalkan, tetapi sebagian

besar sering ditemukan pada kehamilan kembar

monokorionik/monoamniotik sebelum usia gestasi 32 minggu.

d. Penentuan kariotipe janin harus dipertimbangkan dalam semua

kasus kematian janin untuk mengidentifikasi abnormalitas

kromosom, khususnya dalam kasus ditemukannya


22

abnormalitas struktural janin. Keberhasilan analisis sitogenetik

menurun pada saat periode laten meningkat. Kadang-kadang,

amniosentesis dilakukan untuk mengambil amniosit hidup

untuk keperluan analisis sitogenet.

e. Perdarahan janin-ibu (aliran sel darah merah transplasental

dari janin

f. Kondisi ini terjadi pada semua kehamilan, tetapi biasanya

dengan jumlah minimal (<0,1 ml) pada kondisi yang jarang,

perdarahan janin ibu mungkin bersifat masif.

g. Infeksi intra-amnion yang mengakibatkan kematian janin

biasanya jelas terlihat pada pemeriksaan klinis. Kultur

pemeriksaan histologi terhadap janin, plasenta/selaput janin,

dan tali pusat akan membantu.

1.4 Patofisiologi IUFD

Kematian janin dalam rahim pada kehamilan yang telah

lanjut, maka akan mengalami perubahan-perubahan sebagai

berikut:

a. Rigor mortis (tegang mati) berlangsung 2,5 jam setelah mati

kemudian lemas kembali.

b. Stadium maserasi I : timbulnya lepuh-lepuh pada kulit.

Lepuh ini mula-mula terisi cairan jernih, tetapi kemudian

menjadi merah coklat.


23

c. Stadium maserasi II : timbul lepuh-lepuh pecah dan

mewarnai air ketuban menjadi merah coklat. Terjadi 48 jam

setelah anak mati.

d. Stadium maserasi III : terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak

mati. Badan janin sangat lemas dan hubungan antara tulang-

tulang sangat longgar edema di bawah kulit.

1.5 Penatalaksanaan medis IUFD

Kematian janin dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan

janin, gawat janin atau kelainan bawaan atau akibat infeksi yang tidak

terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak terobati. Berikut penanganan

secara medis

1. Jika pemeriksaan Radiologik tersedia, konfirmasi kematian janin

setelah 5 hari. Tanda-tandanya berupa overlopping tulang

tengkorak, hiperfleksi columna vertebralis, gelembung udara

didalam jantung dan edema scalp.

2. USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk

memastikan kematian janin dimana gambarannya menunjukkan

janin tanpa tanda kehidupan, tidak ada denyut jantung janin,

ukuran kepala janin dan cairan ketuban berkurang.

3. Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien.

Sebaiknya pasien selalu didampingi oleh orang terdekatnya,

yakinkan bahwa kemungkinan besar


24

4. Pilihan cara persalian dapat secara aktif dengan induksi

maupun ekspetatif, perlu dibicarakan dengan pasien dan

keluarganya sebelum mengambil keputusan.

5. Bila pilihan penanganan adalah ekspetatif maka tunggu

persalinan spontan hingga 2 minggu dan yakinkan bahwa 90%

persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi.

6. Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan

spontan, lakukan penanganan aktif.

7. Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai servik yaitu :

a. Jika servik matamg, lakukan induksi persalinan dengan

oksitosin atau prostaglandin

b. Jika servik belum matang, lakukan pematangan servik

dengan prostaglandin aatu kateter foley, dengan

catatan jangan lakukan amniotomi karena beresiko

infeksi.

c. Persalinan dengan seksio sesaria merupakan alternatif

terakhir.

8. Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit

menurun dan serviks belum matang matangkan serviks dengan

misoprostol :

a. Tempatkan misoprostol 25 mg dipuncak vagina, dapat

diulang sesudah 6 jam


25

b. Jika tidak ada respon sesudah 2x25 mg misoprostol,

naikkan dosis menjadi 50 mg setiap 6 jam. Jangan

berikan lebih dari 50 mg setiap kali dan jangan melebihi

dosis.

c. Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotic untuk metritis

9. Jika tes pembekuan darah sederhana lebih dari 7 menit atau

bekuan mudah pecah, waspada koagulopati.

10. Berikan kesempatan kepada Ibu dan keluarganya untuk melihat

dan melakukan kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.

11. Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan

adanya patologi plasenta dan infeksi.

2. Konsep Asuhan Keperawatan

2.1 Pengkajian

Standard : perawat gawat darurat harus melakukan pengkajian fisik

dan psikososial di awal dan secara berkelanjutan untuk mengetahui

masalah keperawatan klien dalam lingkup kegawatdaruratan.

Keluaran : adanya pengkajian keperawatan yang terdokumentasi

untuk setiapklien gawat darurat

Proses : pengkajian merupakan pendekatan sistematik untuk

mengidentifikasimasalah keperawatan gawat darurat. Proses


26

pengkajian dalam dua bagian : pengkajian primer dan pengkajian

skunder.

a. Pengkajian Primer

1) Airway

Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya

penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk. jika

adaobstruksi maka lakukan :

a) Chin lift /jaw trust

b) Suction /hisap

c) Guedel airway

d) Intubasi trakhea dengan leher ditahan +imobilisasi/

pada posisi netral.

2) Breathing

Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan

napas,timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak

teratur, suaranafas terdengar ronchi / aspirasi, whezing,

sonor, stidor / ngorok, ekspansi dinding dada

3) Circulation

TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada

tahaplanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap

dini,disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin,

sianosis pada tahap lanjut.


27

4) Disability

Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya

responterhadap nyeri atau atau sama sekali tidak sadar.

tidak dianjurkan mengukur GCS. Adapun cara yang

cukup jelas dan cepat adalah:

Awake : A
Respon bicara : V
Respon nyeri : P
Tidak ada respon : U
5) Eksposure

Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat

dicarisemua cidera yang mungkin ada, jika ada kecurigan

cederaleher atau tulang belakang, maka imobilisasi in

line harus dikerjakan.

b. Pengkajian Sekunder

Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan

fisik.Anamnesis dapat meggunakan format AMPLE (Alergi,

Medikasi, Post illnes, Last meal, dan Event / Environment

yang berhubungan dengan kejadian). Pemeriksaan fisik

dimulai dari kepala hingga kakidan dapat pula ditambahkan

pemeriksaan diagnostik.

Pengkajian sekunder dilakukan dengan menggunakan

metode SAMPLE, yaitu sebagai berikut:


28

S : Sign and Symptom.

Tanda gejala terjadinya tension pneumothoraks, yaitu Ada

jejas pada thorak, Nyeri pada tempat trauma, bertambah

saatinspirasi, Pembengkakan lokal dan krepitasi pada saat

palpasi, Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek,

dispnea, hemoptisis, batuk dan emfisema subkutan,

Penurunan tekanan darah

A : Allergies

Riwayat alergi yang diderita klien atau keluarga klien. baik

alergi obat-obatan ataupun kebutuhan akan makan/minum.

M : Medications

(Anticoagulants, insulin and cardiovascular

medicationsespecially). Pengobatan yang diberikan pada

klien sebaiknyayang sesuai dengan keadaan klien dan tidak

menimbulka reaksialergi. Pemberian obat dilakukan sesuai

dengan riwayat pengobatan klien.

P : Previous medical / Surgical history.

Riwayat pembedahan atau masuk rumah sakit sebelumnya.

L: Last meal (time)

Waktu klien terakhir makan atau minum.


29

E :Events / Environment surrounding the injury, ie, E5actly

what happened.

Hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera da kejadian

yang menyebabkan adanya keluhan utama.

Pengkajian sekunder dapat dilakukan dengan cara mengkaji

data dasar klien yang kemudian

digolongkan dalam SAMPLE.

a) Aktivitas / istirahat

Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.

b) Sirkulasi

Takikardi, frekuensi tak teratur (disritmia), S3 atau S4 /

irama jantung, gallop, nadi apikal (PMI) berpindah oleh

adanya penyimpangan mediastinal, tanda homman

(bunyi rendah sehubungan dengan denyutan jantung,

menunjukkan udara dalam mediastinum).

c) Psikososial

Ketakutan, gelisah.

d) Makanan / cairan

Adanya pemasangan IV vena sentral / infuse tekanan.

e) Nyeri / kenyamanan

Perilaku distraksi, mengerutkan wajah. Nyeri dada

unilateral meningkatkarena batuk, timbul tiba-tiba gejala


30

sementara batuk atau regangan, tajamatau nyeri

menusuk yang diperberat oleh napas dalam.

f) Pernapasan

Pernapasan meningkat/takipnea, peningkatan kerja

napas, penggunaan otot aksesori pernapasan pada

dada, ekspirasi abdominal kuat, bunyi napas menurun /

hilang (auskultasi à mengindikasikan bahwa paru tidak

mengembang dalam rongga pleura/, fremitus menurun,

perkusi dada : hipersonor diatas terisi udara, observasi

dan palpasi dada : gerakan dada tidak sama bila trauma,

kulit : pucat, sianosis, berkeringat, mental: ansietas,

gelisah, bingung, pingsan. Kesulitan bernapas, batuk,

riwayat bedah dada / trauma : penyakit paru kronis,

inflamasi / infeksi paru (empiema / efusi), keganasan

(mis. Obstruksi tumor).

g) Keamanan

Adanya trauma dada, radiasi / kemoterapi untuk

keganasan.

2.2 Diagnosa Keperawatan yang lazim muncul

a. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

akibat perdarahan
31

c. Resiko perdarahan

d. Resiko infeksi
32

2.3 Intervensi Keperawatan

Table 2.1 Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

Keperawatan

1. Nyeri akut Dengan dilakukan tindakan 1. Mengkaji tingkat nyeri 1. Memberikan data dasar untuk

berhubungan keperawatan diharapkan nyeri dengan skala nyeri mengevaluasi kebutuhan atau

dengan hilang dengan Kriteria hasil: 2. Beri posisi nyaman keefektifan intervensi

kontraksi uterus 1. Melaporkan nyeri hilang/ 3. Anjurkan teknik relaksasi 2. Merilekskan pasien

terkontrol. dan distraksi 3. Mengalihkan perhatian dari

2. Tampak rileks dan tidur/ 4. Kolaborasi dengan dokter kontraksi yang berlebihan

istirahat dengan baik. dalam pemberian obat 4. Untuk mengurangi rasa nyeri

3. Berpartisipasi dalam analgetik secara teratur

aktivitas yang diinginkan/

dibutuhkan
33

2. Intoleransi Dengan dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan pasien 1. Menentukan intervensi

aktivitas keperawatan diharapkan adanya untuk ADL selanjutnya

berhubungan peningkatan aktivitas dengan 2. Ubah posisi pasien 2. Meminimalkan tekanan pada

dengan Kriteria hasil : dengan perlahanAnjurkan area terentu

kelemahan 1. Berpartisipasi dalam pasien untuk mengurangi 3. Dapat menghemat energi

akibat aktivitas fisik tanpa disertai aktivitas 4. Memenuhi kebutuhan ADL

perdarahan peningkatan tekanan 3. Kolaborasi dengan pasien

darah, nadi dan RR keluarga dalam

2. Mampu melakukan aktivitas membantu ADL

sehari hari (ADLs) secara

mandiri

3. Keseimbangan aktivitas

dan istirahat

3. Resiko Dengan dilakukan tindakan Pencegahan perdarahan


34

perdarahan keperawatan diharapkan tingkat 1. Monitor tanda dan gejala 1. Agar teridentifikasi tanda-tanda

perdarahan menurun dengan perdarahan perdarahan

Kriteria hasil : 2. Monitor nilai 2. Agar dapat mengukur nilai

1. Kelembaban membrane hematokrit/haemoglobin haemoglobin

mukosa meningkat sebelum dan setelah 3. Untuk mengidentifikasi tanda-

2. Perdarahan vagina kehilangan darah tanda adanya perdarahan

menurun 3. Monitor tanda-tanda vital 4. Mempertahankan kondisi dengan

3. Haemoglobin membaik 4. Pertahankan bed rest cara bed rest

4. Tekanan darah membaik selama perdarahan 5. Agar pasien dan keluarga

5. Denyut nadi apical membaik 5. Jelaskan tanda dan gejalan mengetahui tanda dan gejala

6. Suhu tubuh membaik perdarahan perdarahan

6. Anjurkan segera melapor 6. Anjurkan segera melapor agar

jika terjadi perdarahan perdarahan dapat di tangahi

7. Kolaborasi pemberian obat dengan cepat


35

pengontrol perdarahan 7. Kolaborasi obat pengontrol darah

8. Kolaborasi pemberian dengan dokter agar dapat

produk darah menghentikan atau

memperlambat terjadinya

perdarahan

8. Untuk meningkatkan haemoglobin

pada pasien

4. Resiko tinggi Dengan dilakukan tindakan 1. Pantau suhu dengan teliti 1. untuk mendeteksi kemungkinan

infeksi keperawatan diharapkan tidak 2. Tempatkan pasian dalam infeksi

ada gejala-gejala infeksi dengan ruangan khusus 2. untuk meminimalkan

Kriteria hasil : 3. Kolaborasi dengan dokter terpaparnya dari sumber

1. Klien bebas dari tanda dan dalam pemberian infeksi

gejala infeksi antibiotik sesuai ketentua 3. diberikan untuk mengobati

2. Menunjukkan kemampuan infeksi


36

untuk mencegah timbulnya

infeksi
37

2.4 Implementasi Keperawatan

Melaksanakan rencana tindakan serta efisiensi dan menjamin

rasa aman klien. Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh

bidan, klien, keluarga klien, dokter ataupun tenaga kesehatan

lainnya. Bidan harus melaksanakan implementasi yang efisien

terhadap waktu, biaya dan kualitas pelayanan. Pada kasus kematian

janin dalam rahim yang dialami Ibu, dilaksanakan pengeluaran hasil

konsepsi secara spontan. Pada kasus kematian janin dalam rahim,

setelah diagnosa ditegakkan maka dapat dilakukan terminasi

kehamilan dengan induksi persalinan dengan oksitosin atau

prostaglandin dan pematangan serviks dengan batang laminaria

atau kateter folley. Ibu yang meninggal bayinya dalam rahim

mungkin akan kaget ketika mengetahui bahwa ia harus melahirkan

per vagina. Perlunya mendiskusikan alasan ibu dan kekhawatiran

ibu sehingga ibu menyadari dan menerima kematian bayinya.

2.5 Evaluasi Keperawatan

Kegiatan evaluasi ini dilakukan untuk mengevaluasi

keefektifan asuhan yang diberikan. Hasil evaluasi dapat

menjadi data dasar untuk menegakkan diagnosa dan

rencana selanjutnya. Yang di evaluasi adalah apakah

diagnosa sesuai, rencana asuhan efektif, masalah teratasi,


38

masalah telah berkurang, timbul masalah baru, dan

kebutuhan telah terpenuhi.

B. Tinjauan Kasus

1. Pengkajian

Tabel 2.2 Pengkajian

Ruangan : Kamar Bersalin

Tgl, 29 Desember 2021

Jam : 12.30 WIB

No. Rekam Medik : 287463

1) Data Umum

a) Identitas Klien

Nama initial : Ny. N

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Lahir/Umur: 28 September 1989/32 tahun

Alamat : Jl. Rappocini raya No.23

Rujukan : Ya dari,  RS UMM  Puskesmas: √ masuk

IGD

Diagnosa : IUFD (Intra Uterin Fetal Deadth)

 Tidak  Datang sendiri  √Diantar oleh keluarga


39

b) Identitas Keluarga

Nama keluarga yang bisa dihubungi : Tn. I No. HP/Tlp : -

Alamat : Jl. Rappocini raya No.23

Transportasi waktu datang :  Ambulans  Kendaraan lainnya:

kendaraan milik keluarga

2) Keluhan Kesehatan Saat Ini

Alasan masuk: Klien masuk IGD ruang bersalin dengan keluhan tidak

merasakan gerakan janin dalam perut yang dialami sejak 2 hari yang lalu

disertai nyeri perut bagian bawah


40

PRIMARY SURVEY TRAUMA SCORE

A. Airway A. Frekuensi Pernafasan

1. Pengkajian jalan napas √ 10 – 25 4

√ Bebas Tersumbat 25 – 35 3

Trachea di tengah : √Ya Tidak > 35 2

2. Masalah Keperawatan : Tidak ada < 10 1

masalah keperawatan 0 0

B. Breathing B. Usaha bernafas

1. Fungsi pernapasan √ Normal 1

 Dada simetris : √ Ya Dangkal 0

Tidak

 Sesak nafas : Ya 


C. Tekanan darah
√Tidak
√> 89 mmHg 4
 Respirasi : 20 x / mnt
70 – 89 mmHg 3
 Krepitasi : Ya
50 – 69 mmHg 2
 √Tidak
1 – 49 mmHg 1
 Suara nafas :
0 0
- Kanan : Ada 

√Jelas Menurun Ronchi


D. Pengisian kapiler
41

Wheezing √< 2 dtk 2

TidakAda > 3 dtk 1

- Kiri : Ada √ Tidak ada 0


Jelas Menurun

Ronchi Wheezing TidakAda


E. Glasgow Coma Score (GCS)
 Saturasi O2 : 99 %
√14 – 15 5
Pada : Suhu ruangan
11 – 13 4
Lainnya: baik
8 – 10 3
2. Masalah Keperawatan : Tidak ada
5 – 7 2
masalah keperawatan
3 – 4 1
C. Circulation

1. Keadaan sirkulasi
TOTAL TRAUMA SCORE ( A + B
 Tensi : 160/80 mmHg
+ C + D + E) = 16
 Nadi : 85 x / mnt

Kuat √ Lemah Regular

Irregular

 Suhu : 36 oC

 Temperatur Kulit : Hangat


REAKSI PUPIL
Panas √ Dingin
Kanan Ukuran (mm) Kiri
Gambaran Kulit:
Ukuran (mm)
√NormalKeringLembah/basah
42

2. Masalah Keperawatan : resiko  Cepat : pupil berespon saat

perdarahan diberi cahaya

3. Intervensi/implementasi: memantau  Konstriksi : kiri dan kanan

status sirkulasi

4. Evaluasi : Ny. N mengalami

perdarahan dan tampak pucat, dan

lemah

D. Disability

Penilaian fungsi neurologis

Alert : dapat membuka mata secara

spontan

Verbal response : klien merespon saat

diberi stimulus

Pain response : Berespon ketika diberi

rangsangan nyeri

Masalah Keperawatan : tidak ada

masalah keperawatan

E. Exposure
43

Penilaian Hipothermia/hiperthermia

Hipothermia : Tidak mengalami

penurunan suhu tubuh

Hiperthermia : Tidak mengalami

peningkatan suhu tubuh

Masalah Keperawatan : tidak ada

masalah keperawatan

PENILAIAN NYERI :

Nyeri :  Tidak √Ya, lokasi perut bagian kanan Intensitas (0-10) : 3

Jenis : √Akut Kronis

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



3) Pengkajian Sekunder / Survey Sekunder

a) RIWAYAT KESEHATAN

S :Sign/symptoms (tanda dan gejala)

janin tidak bergerak dalam rahim

A : Allergies (alergi)

Ny.N tidak memiliki riwayat alergi


44

M : Medications (pengobatan)

Ny. N tidak mengkonsumsi obat-obatan

P : Past medical history (riwayat penyakit)

Ny. N tidak memiliki riwayat penyakit seperti DM, asma dan

penyakit lainnya

L : Last oral intake (makanan yang dikonsumsi terakhir,

sebelum sakit)

Ny. N hanya mengkonsumsi nasi dan sayur

E : Event prior to the illnesss or injury (kejadian sebelum

injuri/sakit)

Pergerakan janin tidak dirasakan saat sebelumnya sempat

mengalami ada darah keluar dari jalan lahir bayi sejak satu

hari sebelum kejadian dialami

b) Riwayat Dan Mekanisme Trauma (Dikembangkan Menurut O

PQRST )

O :Onset (seberapa cepat efek dari suatu interaksi terjadi):

setelah hari sebelumnya tidak mengalami pergerakan janin

P :Provokatif (penyebab): perdarahan

Q :Quality (kualitas): sedang

R :Radiation (paparan) : perut (pada janin)


45

S :Severity ( tingkat keparahan) : gawat tapi tidak

darurat

T :Timing (waktu) : 1 hari pasca kejadian

c) Tanda-Tanda Vital

Tekanan darah : 160/80 mmHg

Frekunsi Nadi : 85x/mnt

Frekuensi Napas : 20 x/m

Suhu tubuh : 36 0c

4) Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)

a) Kepala

Kulit kepala : nampak bersih

Mata :simetris kiri dan kanan, sclera anikterik,

konjungtiva merah mudah

Telinga : bentuk telinga simetris, terdapat lubang telinga,

pendengaran baik

Hidung : bentuk hidung simetris, tidak ada secret, tidak

ada polip dan terdapat lubang hidung

Mulut dan gigi : mukosa tampak lembab, simetris tidak ada

stomatitis

Wajah : tampak simetris, berbentuk oval

b) Leher : tidak ada kaku kuduk, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

c) Dada/ thoraks
46

Paru-paru : pengembangan dada simetris kiri dan kanan

Inspeksi : bentuk dada simetris kiri dan kanan

Palpasi : fremitus vocal kanan dan kiri sama

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler

d) Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis teraba kuat

Perkusi : pekak

Auskultasi : bunyi jantung (S1-S2) reguler

e) Abdomen

Inspeksi : membesar dengan arah memanjang, tidak ada bekas

luka atau bekas operasi

Auskultasi : tegang

Palpasi :

Leopold I : fundus tegang, TFU 14 cm, LP 60 cm

Leopold II : belum teraba

Leopold III : belum teraba

Leopold IV : belum teraba

Osborn test : Tidak dilakukan

Perkusi : pekak

f) Pelvis
47

Inspeksi : Tidak ada kelainan

Palpasi : tidak terjadi fraktur

g) Perineum dan rektum : mengalami perdarahan dijalan lahir,

rektum tidak ada keluhan

h) Ekstremitas

Status sirkulasi : baik, tidak ada odema/pembengkakan pada

bagian ektremitas

Keadaan injury : baik, tidak ada masalah

i) Neurologis

Fungsi sensorik : Tidak ada kelainan

Fungsi motorik : Tidak ada kelainan

Periksa Dalam Tanggal : 29 Desember 2021

Hasil : tidak ada pembukaan serviks


48

5) Data Penunjang

a) Hasil Laboratorium

Tabel 2.3 Pemeriksaan Laboratorium

WBC 9.47

NEUT 6.29

LYMPH 2.15

RBC 4.03

HCT 32,9

MCH 29.0

PLT 172

Hasil Pemeriksaan Diagnostik

Tanggal: 29 Desember 2021

USG : Hasilnya janin masih ada di dalam uterus

Kesan: buruk, janin tidak mengalami pergerakan dalam rahim


49

6) Therapy

o Pe masangan Infus RL 28 tpm

o Oxytosin 20 1u/8 jam

o Nifedipin 10 mg/8 jam/oral

o Misopiostol ½ tab pervaginam

1. Klasifikasi Data

Tabel 2.4 Klasifikasi Data

Data Subjektif Data Objektif

- Klien mengatakanada - Klien tampak mengalami

darah keluardari jalan perdarahan

lahir janin - Tekanan darah 160/80 mmhg

- Klien mengatakan - Klien tampak lemah

merasa kurang - TD 160/80 mmHg

bersemangat dan - Frekuensi nadi 85 x/menit

mengeluh lelah
50

2. Analisa Data

Tabel 2.5 Analisa Data

Data Masalah

Data Subjektif:

- Klien mengatakan ada darah Resiko perdarahan

keluar dari jalan lahir janin

o Data Objektif:

- Klien tampak mengalami

perdarahan

- Tekanan darah 160/80 mmhg

Data Subjektif:

- Klien mengatakan merasa

kurang bersemangat dan Intoleransi aktivitas

mengeluh lelah

o Data Objektif:

- Klien tampak lemah

- TD 160/80 mmHg

- Frekuensi nadi 85 x/menit


51

3. Diagnosa Keperawatan

Tabel 2.6 Diagnosa Keperawatan

NO Diagnosa keperawatan

1. Resiko perdarahan ditandai dengan komplikasi kehamilan

dan/komplikasi pasca partum

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring,

kelemahan
52

4. Rencana Keperawatan

Tabel 2.7 Rencana Keperawatan

Diagnosa
NO Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi/Siki
Keperawatan

Diagnose:D.0149 Tingkat perdarahan: Pencegahan perdarahan:I.02067


1.
Resiko perdarahan L.02017 Observasi :

ditandai dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan

komplikasi kehamilan asuhan keperawatan 2. Monitor nilai hematocrit/hemoglobin

dan/komplikasi pasca diharapkan tingkat sebelum dan sesudah kehilangan

partum perdarahan dapat teratasi darah

Definisi: dengan kriteria hasil: 3. Monitor tanda-tanda vital ortostatik

Berisiko mengalami 1. Kelembaban membrane


Terapeutik :
kehilangan darah baik mukosa membaik
1. Pertahankan bed rest selama
internal (terjadi didalam 2. Perdarahan vagina
perdarahan
53

tubuh) maupun ekternal menurun 2. Batasi tindakan invasive, jika perlu

(terjadi hingga keluar 3. Hemoglobin membaik


Edukasi :
tubuh) 4. Hematocrit membaik
1. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
5. Tekanan darah membaik
2. Anjurkan menghindari aspirin atau
6. Suhu tubuh membaik
antikoagualan

3. Anjurkan segera melapor, jika terjadi

perdarahan

Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian obat pengonrol

perdarahan,jika perlu

2. Kolaborasi pemberian produk

darah,jika perlu
54

Diagnosa:D.0056 Toleransi aktivitas:L.05047 Manajemen energy:I.05178


2.
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Observasi:

berhubungan dengan asuhan keperawatan 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh

kelemahan diharapkan toleransi aktivitas yang mengakibatkan kelelahan

dapat meningkat dengan 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional

Definisi: kreteria hasil:


Terapeutik:
Ketidakcukupan energy 1. Kemudahan dalam
1. Sediakan lingkungan yang nyaman
untuk melakukan melakukan aktivitas
dan rendah stimulus
aktivitas sehari-hari sehari-hari meningkat
2. Lakukan latihan rentang gerak fasif
2. Keluhan lelah menurun
dan atau aktif
3. Perasaan lemah menurun

4. Tekanan darah membaik Edukasi:

5. Frekuensi napas membaik 1. Anjurkan tirah baring

2. Anjurkan melakukan aktivitas secara

bertahap
55

3. Anjurkan menghubungi perawat jika

tanda dan gejala kelelahan tidak

berkurang

4. Ajarkan strategi koping untuk

mengurangi kelelahan

Kolaborasi:

1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang

cara meningkatkan asupan makanan


56

5. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

Tabel 2.8 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Diagnosa Jam
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan

1. Diagnose:D.0149 Pencegahan perdarahan:I.02067 Jam : 13.30

Resiko perdarahan 09.00 1. Memonitor tanda dan gejala S:

ditandai dengan perdarahan o Klien mengatakan masih

komplikasi kehamilan Hasil: mengalami perdarahan

dan/komplikasi pasca Mengetahui tanda o O:


gejala

partum perdarahan karena post partus o Klien tampak mengalami

janin perdarahan

09.05 2. Memonitor nilai A: masalah Resiko perdarahan

hematocrit/hemoglobin belum teratasi

sebelum dan sesudah P: lanjutkan intervensi


57

kehilangan darah 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11

Hasil:

Mengetahui nilai

hematockrit/hemoglobin

sebelum dan sesudah

kehilangan darah

3. Memonitor tanda-tanda vital

09.10 ortostatik

Hasil:

Mengetahui tanda-tanda vital

ortostatik seperti TD: 120/70

mmhg, Nadi: 80 x/mnt, RR: 20

x/mnt, Suhu: 360C.

4. Mempertahankan bed rest


58

09.15 selama perdarahan

Hasil:

Klien bedrest selama

perdarahan

5. Membatasi tindakan invasive,

09.20 jika perlu

Hasil:

Klien membatasi tindakan

invasive untuk mempercepat

kesembuhan klien

6. Menjelaskan tanda dan gejala

09.30 perdarahan

Hasil:

Perawat menjelaskan tanda


59

dan gejala perdarahan

7. Menganjurkan menghindari

09.35 aspirin atau antikoagulan

Hasil:

Memberitahukan kepada klien

untuk menghindari/ mencegah

aspirin atau antikoagulan

8. Menganjurkan segera melapor,

09.40 jika perjadi perdarahan

Hasil:

Memberitahukan kepada klien

atau keluarga untuk segera

melapor jika terjadi perdarahan

9. Berkolaborasi pemberian obat


60

09.45 pengonrol perdarahan,jika perlu

Hasil:

Melakukan kerjasama dengan

tim medis dalam pemberian

obat pengntrol perdarahan

seperti pemberian obat

misoprostol (cytotec)

10. Berkolaborasi pemberian

10.00 produk darah,jika perlu

Hasil:

Melakukan kerjasama perawat

dengan tim medis dalam

pemberian produk darah sesuai

yang dibutuhkan klien


61

2. Diagnosa:D.0056 Manajemen energy:I.05178 Jam : 13.45

Intoleransi aktivitas 10.05 1. Mengidentifikasi gangguan S :

berhubungan dengan fungsi tubuh yang o Klien mengatakan masih

kelemahan mengakibatkan kelelahan merasa kurang bersemangat

Hasil: dan mengeluh lelah

Efek dari abortus o O:


membuat

klien merasa kelelahan karena o Klien tampak lemah

kehilangan banyak darah o TD 160/70 mmHg

10.10 2. Memonitor kelelahan fisik dan o Frekuensi nadi 80 x/menit

emosional
A: masalah intoleransi aktivitas
Hasil:
belum teratasi
Klien nampak lelah dan kurang
P: lanjutkan intervensi
bersemangat
1,2,3,4,5,6,7,8,9
3. Memonitor lokasi dan
62

10.15 ketidaknyamanan selama

melakukan aktivitas

Hasil:

Klien mengalami perdarahan,

membuat klien lemah dan

tonus otot kurang maksimal

4. Menyediakan lingkungan yang

10.20 nyaman dan rendah stimulus

Hasil: Menyediakan lingkungan

nyaman dengan tidak membuat

kebisingan

5. Melakukan latihan rentang

10.25 gerak fasif dan atau aktif

Hasil:
63

Melakukan latihan rentang

gerak fasik/ aktif kepada klien

jika kondisi klien sudah

memungkinkan

6. Menganjurkan tirah baring

10.30 Hasil:

Klien dalam posisi baring

dengan semifowler

7. Menganjurkan menghubungi

10.45 perawat jika tanda dan gejala

kelelahan tidak berkurang

Hasil:

Menganjurkan kepada klien

atau keluarga untuk melapor


64

keperawat jika keluhan klien

tidak berkurang

8. Mengajarkan strategi koping

11.00 untuk mengurangi kelelahan

Hasil:

Memberitahukan klien untuk

mengkonsumsi makanan diet

sehat, tidak banyak pikiran dan

berpikir positif

9. Berkolaborasi dengan ahli gizi

tentang cara meningkatkan

asupan makanan

11.10 Hasil:

Mengkolaborasikan dengan ahli


65

gizi tentang cara meningkatkan

asupan makanan yang

dibutuhkan klien
BAB III

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas keterkaitan dan kesenjangan

antara teori dengan kasus yang dikelola selama 1 hari dari tanggal 29

Desember 2021 yaitu “Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Maternitas

Pada Pasien (IUFD) Intra Uterin Fetal Death Diruangan Kamar Bersalin Rsud

Haji Makassar”.

Pembahasan ini menggambarkan asuhan keperawatan yang telah

dilakukan dan membandingkan dengan tinjauan teori serta menemukan

faktor pendukung, penghambat dan mencari solusi penyelesaian

masalah. Uraian pembahasan ini disesuaikan berdasarkan tahapan

proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian Keperawatan adalah tahap awal dari proses

keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam

pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi

dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. Tujuan pengkajian

adalah menetapkan data dasar tentang kebutuhan, masalah kesehatan,

tujuan, nilai dan gaya hidup yang dilakukan pasien. Pengkajian bersifat

66
67

dinamis dan memungkinkan perawat untuk secara bebas menggali

masalah yang relevan (Potter & Perry, 2015).

Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 16

Desember 2021 didapatkan data Ny. N berusia 32 tahun masuk

IGD ruang bersalin dengan keluhan tidak merasakan gerakan janin dalam

perut yang dialami sejak hari senin yang lalu. Dan klien mengatakan ada

darah keluar dari jalan lahir dan klien mengalami pendarahan. Menurut

teori Moechtar R Intra uterin fetal death atau IUFD adalah kondisi janin

yang meninggal di dalam kandungan setelah kehamilan berusia 20

minggu dimana janin sudah mencapai ukuran 500gr Beberapa kasus

IUFD tidak bisa dicegah, namun bisa dikurangi resikonya dengan

memerhatikan faktor penyebab dan melakukan langkah pencegahan

yang tepat (Moechtar R). Analisa : berdasarkan teori tersebut terdapat

kesenjangan antara teori dengan kasus, dimana Ny. N masuk dengan

keluhan tidak merasakan gerakan janin dalam perut yang dialami sejak

hari senin yang lalu.

B. Diagnosa Keperawatan

Secara teori konsep keperawatan pada kasus Hiperemesis

Gravidarum maka diagnosa keperawatan yang lazim muncul,yaitu

sebagai berikut :

1. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus


68

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat

perdarahan

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketuban pecah

Sedangkan diagnosa yang ditemukan pada kasus Ny.N yaitu :

1. Resiko perdarahan ditandai dengan komplikasi kehamilan

dan/komplikasi pasca partum

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring, kelemahan

Berdasarkan hal tersebut ditemukan kesenjangaan pada kasus yang

dialami Ny. N antara diagnosa pada teori dan kasus , dimana pada kasus

tidak ditemukan diagnosa sebagai berikut : Nyeri akut berhubungan

dengan kontraksi uterus .

Diagnosa tersebut diatas ditemukan di teori tetapi tidak ditemukan

pada kasus Ny.N , dimana Ny.N tidak mengeluh nyeri.

C. Intervensi Keperawatan

Berdasarkan diagnosa yang ditemukan pada kasus , maka

perencanaan ditetapkan sebagai pedoman dalam melaksanakan

implementasi, evaluasi yang dibuat dalam kasus, dan mengalami

kesenjangan dengan teori.


69

Adapun diagnosa yang difokuskan dalam rencana keperawatan

yaitu Resiko perdarahan ditandai dengan komplikasi kehamilan

dan/komplikasi pasca partum, dengan perencanaan ;

1. Monitor tanda dan gejala perdarahan

2. Monitor nilai hematocrit/hemoglobin sebelum dan sesudah

kehilangan darah

3. Monitor tanda-tanda vital ortostatik

4. Pertahankan bed rest selama perdarahan

5. Batasi tindakan invasive, jika perlu

6. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan

7. Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagualan

8. Anjurkan segera melapor, jika terjadi perdarahan

9. Kolaborasi pemberian obat pengonrol perdarahan,jika perlu

10. Kolaborasi pemberian produk darah,jika perlu

D. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan keperawatan merupakan tahap ke empat

dalam proseskeperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi

keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan. Dalam

tahap pelaksanaan terdapat dua tindakan, yaitu tindakan mandiri dan

tindakan kolaborasi (Kozier, 2011).


70

Resiko perdarahan ditandai dengan komplikasi kehamilan

dan/komplikasi pasca partum, yaitu : Memonitor tanda dan gejala

perdarahan, Memonitor nilai hematocrit/hemoglobin sebelum dan

sesudah kehilangan darah,Memonitor tanda-tanda vital ortostatik,

Mempertahankan bed rest selama perdarahan, Membatasi tindakan

invasive, jika perlu , Menjelaskan tanda dan gejala perdarahan,

Menganjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan, Menganjurkan

segera melapor, jika perjadi perdarahan, Berkolaborasi pemberian obat

pengonrol perdarahan,jika perlu, , Berkolaborasi pemberian produk

darah,jika perlu.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, yaitu ;

Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan

kelelahan,Memonitor kelelahan fisik dan emosional, Memonitor lokasi dan

ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas, Menyediakan lingkungan

yang nyaman dan rendah stimulus, Melakukan latihan rentang gerak fasif

dan atau aktif, Menganjurkan tirah baring, Menganjurkan menghubungi

perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang, Mengajarkan

strategi koping untuk mengurangi kelelahan, Berkolaborasi dengan ahli

gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan.

Faktor pendukung yang penulis dapatkan adalah keluarga

pasien dan penulis sudah terjalin hubungan saling percaya yang baik,

adanya kerjasama antara penulis dengan perawat ruangan dengan


71

berkolaborasi dalam pemberian asuhan keperawatan, dan keluarga

pasien yang kooperatif sehingga memudahkan dalam melakukan

tindakan keperawatan.

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan yang

meliputi hasil dar ipenerapan asuhan keperawatan langsung kepada

klien. Tahap evaluasi berpedoman pada kriteria tujuan yang tercantum

pada rencana keperawatan dan merupakan proses umpan balik dari

tindakan yang diberikan selama 1 hari mulai tanggal 16 Desember 2021.

.Evaluasi yang menunjang adanya kemajuan dan dari masalah yang

dihadap oleh klien. Adapun evaluasi setelah melakukan asuhan

keperawatan selama 1 hari mulai dari tanggal 16 Desember 2021 penulis

berharap evaluasi kasus pada Ny.n adalah: 1. Tingkat perdarahan

teratasi dan toleransi aktivitas dapat meningkat.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah penulis membahas Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan

Maternitas Pada Pasien (Iufd) Intra Uterin Fetal Death maka dapat

disimpulkan bahwa Terdapat beberapa kesenjangan antara teori dan

kasus yang didapatkan mulai dari Pengkajian, diagnose, intervensi,

implementasi dan evaluasi

B. Saran

Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan

maka penulis memberikan saran yakni Dalam merumuskan diagnosa

keperawatan perawat perlu meningkatkan pengetahuan melalui

pendidikan dan pelatihan agar mampu memberikan penilaian secara

cermat dalam menganalisis data agar diagnosa yang ditetapkan sesuai

dengan masalah utama yang dihadapi pasien

72
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham FG, Levono KJ, Bloom LS, Hauth JC, Gilstrap LC, Wenstrom

KD. (2017). Williams Obstetrics 22nd Edition. United States of America:

McGraw-Hill Companies.Inc

Guyton & Hall. (2010). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia;

2017.

Kurniawati, Dini. 2017. Manajemen Intervensi Fase Laten ke Fase Aktif Pada

Kemajuan Persalinan. Nurscope, Jurnal Keperawatan dan Pemikiran

Ilmiah, Volume 3, No. 4

Manuaba I.B.G; Manuaba, Chandranita I.A; Manuaba, Fajar I.B.G. Pengantar

Kuliah Obstetri. Cetakan Pertama. Jakarta: EGC ; 2017.

Mashudi, Sugeng. (2011). Anatomi dan fisiologi Dasar. Jakarta: Salemba

Medika.

Mochtar, R. 2017. Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Obstetri Patofisiologi. Edisi

3 Jilid I. Jakarta: EGC; 2011

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2017). Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2017.


Syaifuddin.(2019). Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika.

Tobing, S. A. & Indriyani. (2017). Karakteristik Ibu yang Mengalami

Intrauterine Fetal Death di RSMP Periode 1 Januari 2011 - 31 Desember

2013. Syifa’MEDIKA, 6(1), 30-36.

Wiknjosastro, H. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai