Anda di halaman 1dari 131

ii

KARYA ILMIAH AKHIR

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PADA


Ny “N” DENGAN KANKER KERVIKS DI RUANGAN INSTALASI GAWAT
DARURAT OBGYN RSUP. Dr. WAHIDIN
SUDIROHUSODO MAKASSAR

Disusun Oleh :

SRI WAHYUNI RAHIM S.Kep


18.04.022

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
MAKASSAR
2019
iii

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PADA


Ny “N” DENGAN KANKER SERVIKS DI RUANGAN INSTALASI GAWAT
DARURAT OBGYN RSUP. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR

KARYA ILMIAH AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan


Pada Program Studi Ners STIKes Panakkukang Makassar

Disusun Oleh :

SRI WAHYUNI RAHIM S.Kep


18.04.022

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
MAKASSAR
2019

i
ii

ii
iii

iii
iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya yang tak

terhingga, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan karya ilmiah

akhir dengan judul “Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Ny “N”

Dengan Ca Cerviks Di Ruangan Instalasi Gawat Darurat Obgyn Rsup.

Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar”.

Dalam melakukan penyusunan karya ilmiah akhir ini penulis telah

mendapatkan banyak masukan, dukungan, bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak yang sangat berguna dan bermanfaat baik secara

langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan yang

baik ini dengan berbesar hati penulis ingin mengucapkan terimah kasih

kepada yang terhormat :

1. H. Sumardin Makka, SKM., M.Kes, selaku Ketua Yayasan Perawat

Sulawesi Selatan yang telah memberikan arahan selama ini.

2. Sitti Syamsiah, SKp., M.Kes, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Panakkukang Makassar yang telah memberikan izin

penelitian serta bimbingan dan arahan selama ini.

3. Kens Napolion, SKp,. M.Kep,. Sp.Kep.J, selaku Ketua Profesi Ners

STIKES Panakkukang Makassar yang telah memberikan ijin dalam

pelaksanaan penelitian dan bimbingan serta saran yang membangun

selama ini.

iv
v

4. Hasniaty A.G, S.Kp., M.Kep, selaku pembimbing institusi yang telah

banyak memberikan bimbingan, arahan serta motivasi hingga

selesainya penulisan karya ilmiah ini.

5. Civitas Akademika STIKES Panakkukang Makassar yang telah

membantu selama ini.

6. Pihak RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar terkhusus ruang

Instalasi Gawat Darurat (IGD) OBGYN (Pinang) sebagai tempat

pengambilan kasus untuk penyusunan karya ilmiah ini.

7. Pasien dan keluarga yang telah bekerjasama meluangkan waktu dan

kesempatannya dalam penyusunan karya ilmiah ini.

8. Bapak Abd. Rahim dan ibu Hajarah. S.Pd selaku orang tua saya yang

telah memberikan bantuan, support dan kasih sayang serta do’a yang

tiada henti-hentinya.

9. Teman-teman mahasiswa profesi Ners angkatan 2018 yang tidak bisa

saya sebutkan satu persatu.

Dalam kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam melakukan

penyusunan karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena

itu masukan yang berupa saran dan kritik yang membangun dari para

pembaca akan sangat membantu. Semoga karya ilmiah ini bisa

bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak terkait terutama pembaca.

Makassar, 06 Desember 2019

Sri Wahyuni Rahim

v
vi

DAFTAR ISI

LEMBAR SAMPUL ............................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................. ii

LEBAR PENGESAHAN .................................................................... iii

KATA PENGANTAR ......................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ............................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................... ix

BAB. IPENDAHLUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................... 1


B. Tujuan Umum ....................................................... 4
C. Tujuan Khusus....................................................... 4
D. Manfaat penulisan ................................................ 7
E. Sistematika Penuiisan .......................................... 7

BAB. II TINJAUAN KASUS ..................................................... 10

a. Tinjauan Teori .................................................... 10


1) Konsep dasar medis ...................................... 10
1.1 pengertian ............................................... 10
1.2 Anatomi Fisiologi ..................................... 12
1.3 Etiologi .................................................... 19
1.4 Patofisiologi .............................................. 23
1.5 Klasifikasi Ca Cerviks .............................. 25
1.6 Manifestasi Klinik ..................................... 30
1.7 Pemeriksaan Penunjang ......................... 35

vi
vii

1.8 Penatalaksanaan Medik .......................... 38


2) Konsep Asuhan Keperawatan ....................... 39
2.1 Pengkajian .............................................. 39
2.2 Diagnosa Keperawatan (NANDA) ........... 77
2.3 Inervensi ................................................ 77
2.4 Implementasi .......................................... 77
2.5 Evaluasi .................................................. 78
b. Tinjauan Kasus ................................................. 80
1) Pengkajaian (Primery dan Sekundery/rafid
Assesment) .................................................... 81
2) Analisa Data .................................................. 90
3) Diagnosa Keperawatan ................................. 92
4) Perencanaan Keperawatan ........................... 93
5) Implementasi Keperawatan ........................... 98
6) Evalusi .......................................................... 98

BAB. III PEMBAHASAN KASUS KELOLAAN ....................... 103

BAB. IV PENUTUP ................................................................. 114

DAFTAR PUSTAKA

vii
viii

DAFTAR TABEL

1.1 Klasifikasi Penatalaksanaan ............................................... 38


2.1 Tanda dan Gejala Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif ...... 43
3.1 Intervensi Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif................... 44
4.1 Tanda dan Gejala Pola Nafas Tidak Efektif ......................... 51
5.1 Intervensi Pola Nafas Tidak Efektif .................................... 52
6.1 Tanda dan Gejala Gangguan Pertukaran Gas .................... 61
7.1 Intervensi Pola Gangguan Pertukaran Gas ....................... 62
8.1 Tanda dan Gejala Perfusi Perifer Tidak efektif ................... 66
9.1 Intervensi Pola Perfusi Perifer Tidak efektif ...................... 68
10.1 Tanda dan Gejala Nyeri Akut ............................................... 74
11.1 Intervensi Nyeri Akut........................................................... 75
12.1 Reaksi pupil . ........................................................................ 87
13.1 Hasil Laboratorium ............................................................... 92
14.1 Analisa Data Pada Kasus Ny.N ............................................ 94
15.1 Diagnosa Keperawatan Pada Kasus Ny.N .......................... 96

viii
ix

DAFTAR GAMBAR

1.1 Cerviks Sehat Dan Terkena Kanker .................................... 12


2.1 Anatomi Cerviks .................................................................. 12
3.1 Stadium 1A . ........................................................................ 26
4.1 Stadium 1B1 dan 1B2 .......................................................... 27
5.1 Stadium 2A . ........................................................................ 27
6.1 Stadium 2B .. ........................................................................ 27
7.1 Stadium 3A .. ........................................................................ 28
8.1 Stadium 3B .. ........................................................................ 29
9.1 Stadium 4A . ........................................................................ 29
10.1 Stadium 4B .. ........................................................................ 29

ix
1

BAB I

PENDAHLUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan kritis merupakan salah satu spesialisasi dibidang

keperawatan yang seKankerra khusus menangani respon manusia

terhadap masalah yang menganKankerm hidup. Keperawatan kritis

juga dapat dipahami sebagai upaya pelayanan kesehatan yang

diberikan oleh perawat profesional untuk mempertahankan hidup

(mainting life). Pasien kritis memiliki angka morbiditas dan mortalitas

yang tinggi, sehingga dengan mengenali ciri-cirinya dengan cepat

dengan penatalaksanaan dini yang sesuai pada pasien yang berada

dalam keadaan kritis dapat membantu mencegah perburukan lebih

lanjut dan memaksimalkan peluang untuk sembuh (Gwinnut, 2010).

Comprehensive CritiKankerl Kankerre Departemen Of Health

inggris merecomendasikan untuk memberikan perawatan kritis sesuai

pilosofi perawatan kritis tanpa batas (critiKankerl Kankerre without

well), yaitu kebutuhan pasien kritis harus dipenuhi dimanapun pasien

tersebut seKankerra fisik berada dalam rumah sakit (Jevon dan

Ewens, 2009). Pasien kritis memerlukan penKankertatan medis yang

berkesinambungan dan monitoring penilaian setiap tindakan yang

dilakukan. Dengan dmikian pasien kritis erat kaitannya dengan

perawatan intensif karena denga cepat dapat dipantau perubahan

1
2

fisiologis yang terjadi atau terjadinya penurunan fungsi organ-organ

tubuh lainnya.

Dalam konteks pelayanan kegawat daruratan, aspek asuhan

keperawatan pada tahap pelaksanaan/implemetasi harus mengacu

pada dokrin dasar pelayanan gawat darurat yaitu time saving is life

saving (waktu adalah nyawa), dengan ukuran keberhasilan adalah

respon time (waktu tanggap) selama 5 menit dan waktu definitif ≥ 2

jam dengan lingkup pelayanan kegawat daruratan yaitu melakukan

primery survei, tanpa dukungan alat diagnostik kemudian dilanjutkan

dengan secondary survey menggunakan tahap ABCD yaitu A: Arway

management, B : Breahiting managemen, C : Circulation managemen,

D : Disabiliy managemen dan E : Exposure managemen. Pada kasis

Kanker sevik ditemukan kegawat daruratan pada pola nafas tidak

efektif serta nyeri hebat yang dirasakan pada daerah perut tembus

kebelakan (Basoeki, dkk, 2015).

Saat ini, penyakit non menular yang cukup menkhwatirkan bagi

masyarakat terutama kaum wanita adalah kanker serviks. Penyakit

kanker serviks menduduki peringkat pertama kematian pada wanita

akibat penyakit keganasan. Kanker serviks atau keganasan mulut

rahim merupakan keganasan yang paling banyak dijumpai, tetapi

pasien sering datang pada stadium IIb artinya sudah masuk jauh

kejaringanpelvis karena infiltrasimetastasenya. Menurut Word Healt

Organization (WHO), saat ini penyakit kanker serviksmenempati


3

peringkat teratas diantara berbagi jenis kanker yang menyebabkan

kematian pada perempuan. Di Indonesia kanker serviks menempati

peringkat kedua dari segi jumlah penderita kanker serviksa pada

perempuan namun sebagai penyebab kematian masih menepati

peringkat pertama.

WHO menyatakan bahwa pada tahun 2018 diperkirakan

sebanyak 570.000 kasus baru kanker serviksdimana 6,6% dari semua

jenis kanker pada wanita. Kasus kanker serviks di Amerika sekitar

12.990 kasus baru dan sekitar 4.120 wanita meninggal karena kanker

serviks (AmeriKankern KankerncerSociety, 2016). Penderita kanker

servik di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 98 692 ( 0,8 % ),

Menurut yayasan peduli kanker serviksIndonesi (2011), diIndonesai

setiap tahun jumlah penderta kanker serviks menKankerpai 15.000

kasus.

Pada tahun 2030, jumlah penderita kanker serviks di Indonesai

diperkirakan akan terus meningkat hingga sebesar tujuh kali lipat dan

menurut perkiraan Departemen Kesehatan RI saat ini, jumlah wanita

penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000

penduduk dan setiap tahun terjadi 40 ribu kasus kanker serviks.

(Kemenkes RI, 2016).

Penyakit kanker serviks merupakan penyakit kanker dengan

prevalensi tertinggi di Indonesia pada tahun 2013, yaitu kanker serviks

sebesar 0,8%. Berdasarkan estimasi jumlah penderita kanker serviks


4

terbanyak terdapat pada Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa

Tengah yaitu 19.734 orang. Penyakit KankerServiksyang terjadi dapat

disebabkan oleh beberapa fakktor yaitu: faktor perilaku seperti

melakukan hubungan seksual pertama diusiadini (kurang dari 16

tahun), berganti-ganti pasangan seksual yang menyebabkan infeksi

herpes genetalia atau infeksi klamidia menahun, pemakaian DES

(dietilstilbestrol) untuk mencegah keguguran, gangguan sistem

kekebalan tubuh, pemakaian pil KB jangka lama, merokok, dan

kelompok ekonomi lemah juga telah diketahui sebagai faktor risiko

kanker serviks (Kartikawati, 2013). Lemahnya status ekonomi yang

terjadi pada sebagaian besar pengidap kanker serviks mempengaruhi

prognosis pada penderita kanker serviks. Tinggi rendahnya prognosis

pada penderita kanerserviks juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan

dan kurangnya pengetahuan mengenai kanker serviks yang

sebenarnya dapat dideteksi seKankerra dini sebagai tindakan

preventivebagi wanita yang telah aktif dalam aktivitas seksual seperti

menggunakan papsmears dan inspeksi visual asetat (IVA) (Rasjidi

dan Sulistiyanto, 2008; Rositchetal., 2012).

Kanker servik selain menyebabkan angka kematian juga

penyakit yang sulit dideteksi sehingga penyakit ini banyak diketahui

setelah stadium lanjut. Sehingga pasien dengan diagnosa Kanker

Serviks rata-rata mengunjungi UGD setelah timbul gejala-gejala yang

diantaranya perdarahan pasKanker senggama, keputihan yang


5

berulang walaupun telah diobati, perdarahan spontan pervagina yang

abnormal diluar siklus menstruasi, kesulitan berkemih, nyeri dibagian

bawah perut atau kram panggul. Selain itu KankerServiks juga dapat

menyebabkan respon psikologis pada pasien yaitu Isolasi sosial,

harga diri rendah dan putus asa merupakan manifestasi yang sering

muncul juga. Oleh karena itu asuhan keperawatan yang diberikan

tidak hanya untuk kebutuhan fisik tetapi juga untuk perawatan

psikologis.

Berdasarkan hal di atas, maka penulis tertarik mengambil

kasus dengan judul “ Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan pada

pasien Kanker Serviks di UGD Obgyn RSUP IDR Wahidin

Sudirohusodo Makassar Sebagai tugas akhir.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam

mengaplikasikan teori Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan

pada pasien Kanker Serviks

2. Tujuan Khusus

a. Mendapatkan gambaran dan pengalaman langsung dalam

melakukan pengkajian keperawatan kegawatdaruratan pada

Ny.N dengan Kanker Serviks di IGD Obgyn RSUP DR Wahidin

Sudirohusodo Makassar.
6

b. Mendapatkan gambaran dan pengalaman langsung dalam

melakukan analisa keperawatan kegawatdaruratan data pada

Ny.N dengan Kanker Serviks di IGD Obgyn RSUP DR Wahidin

Sudirohusodo Makassar.

c. Mendapatkan gambaran dan pengalaman langsung dalam

melakukan perumusan diagnosa keperawatan kegawat

daruratan pada Ny.N dengan Kanker Serviks di IGD Obgyn

RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar.

d. Mendapatkan gambaran dan pengalaman langsung dalam

melakukan perenKankernaan tindakan keperawatan

kegawatdaruratan pada Ny.N dengan Kanker Serviks di IGD

Obgyn RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar.

e. Mendapatkan gambaran dan pengalaman langsung dalam

melakukan keperawatan kegawatdaruratan pada Ny.N dengan

Kanker Serviks di IGD Obgyn RSUP DR Wahidin Sudirohusodo

Makassar.

f. Mendapatkan gambaran dan pengalaman langsung dalam

melakukan evaluasi keperawatan kegawatdaruratan pada Ny.N

dengan Kanker Serviks di UGD Obgyn RSUP DR Wahidin

Sudirohusodo Makassar.
7

C. Manfaat

1. Bagi Pendidikan

Dapat dijadikan sebagai referensi atau sumber informasi dalam

penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan

KankerServiks.

2. Bagi Rumah Sakit

Dapat dijadikan sebagai masukan pada perawat khususnya yang

bertugas di ruangan kritisdalam pelaksanaan asuhan keperawatan

dengan kasus KankerServiks

3. Bagi klien/keluarga klien

Dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk menambah

pengetahuan tentang KankerServiksdan menambah pengalaman

dalam menangani KankerServiks.

4. Bagi Peniulis

Dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman langsung

dalam memberikan asuhan keperawatankegawatdaruratanserta

dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama di bangku

pendidikan.

D. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran seKankerra singkat dan

menyeluruh mengenai isi laporan, maka penulis memberikan

sistematika uraian sebagai berikut :


8

BAB 1 : Pendahuluan

Berisi latar belakang, tujuan umum, tujuan khusus,

manfaat dan sistematika penulisan.

BAB II : Teori Kasus Kelolaan

1. Tinjauan Teoritis

a. Konsep dasar medis yang meliputi Definisi,

anatomi dan fisiologi, etiologi, patofisiologi,

dan penatalaksanaan medik dengan

kegawatdaruratan Kanker Serviks.

b. Konsep dasar asuhan keperawatan yang

meliputi pengkajian, diagnose keperawatan,

intervensi/implementasi dan evaluasi

keperawatan kegawatdaruratan Kanker

Serviks.

2. Tinjauan Kasus Kelolaan

Berisi tentang pengkajian, diagnose

keperawatan, intervensi, implementasi dan

evaluasi keperawatan pada pasien dengan

kegawatdaruratan Kanker Serviks.

BAB III : Pembahasan

Berisi tentang pembahasan kesenjangan antara

teori dan praktek yang meliputi pengkajian diagnose


9

keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi

keperawatan pada pasien dengan Kanker Serviks.

BAB IV : Penutup

Berisi tentang kesimpulan dan saran


10

BAB II

TINJAUAN KEGAWATDARURATAN KANKER SERVIKS

A. TINJAUAN TEORI

1. Konsep Dasar Medis

a. Pengertian

Kanker serviks/kanker leher rahim termasuk dalam

kategori tumor ganas yang timbul di leher rahim wanita. Kanker

ini dapat meluas ke vagina, rahim hingga indung telur (Shadine,

2012).

Kanker Cerviks yaitu keganasan pada leher rahim yang

merupakan keganasan pada bagian terendah rahim yang

menonjol ke liang sanggama / vagina ( Depkes RI, 2006) .

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan

bahwa kanker serviks/kanker leher rahaimadalah tumor ganas

atau neoplasma yang berkembang di daerah leher rahim wanita.

Kanker serviks atau yang biasa dikenal dengan kanker

leher rahim merupakan keganasan yang berasal dari sel

serviks. Kanker serviks terjadi ketika sel pada serviks

mengalami pertumbuhan yang tidak normal serta menginvasi

jaringanatau organ – organ lain disekitar serviks seperti pada

vagina bagian dalam, kandung kemih, rektum, dinding panggul,

ginjal, hati, paru-paru dan tulang (Arisusilo, 2012).Serviks

merupakan bagian dari organ reproduksi internal wanita

10
11

tepatnyasepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris,

menonjol dan terletakdiantara rahim (uterus) dengan vagina

(Kemenkes RI, 2015). Kanker serviksmerupakan kanker yang

disebabkan oleh infeksi virus HPV tipe 16 dan 18.

Dalam konteks pelayanan kegawat daruratan, aspek

asuhan keperawatan pada tahap pelaksanaan/implemetasi

harus mengacu pada dokrin dasar pelayanan gawat darurat

yaitu time saving is life saving (waktu adalah nyawa), dengan

ukuran keberhasilan adalah respon time (waktu tanggap)

selama 5 menit dan waktu definitif ≥ 2 jam dengan lingkup

pelayanan kegawat daruratan yaitu melakukan primery survei,

tanpa dukungan alat diagnostik kemudian dilanjutkan dengan

secondary survey menggunakan tahap ABCD yaitu A: Arway

management, B : Breahiting managemen, C : Circulation

managemen, D : Disabiliy managemen dan E : Exposure

managemen. Pada kasus Kanker sevik dengan stadium lanjut

(stadium IVA dan IVA) ditemukan kegawatdaruratan pada pola

nafas tidak efektif, penurunan kesadaran serta nyeri hebat yang

dirasakan pada daerah perut tembus kebelakan(Basoeki, dkk,

2015).
12

Gambar 2.1
Cerviks Sehat Dan Terkena Kanker

b. Anatomi fisiologi

Organ reproduksi wanita secara umum dibagi dua, yaitu

organ reproduksi wanita yang terdapat di luar dan di dalam

tubuh.

Gambar 2.2
Anatomi Cerviks

1) Organ Reproduksi Wanita Bagian Dalam

a) Ovarium
13

Merupakan organ utama pada wanita. Ovarium (indung

telur) berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan

panjang 3 – 4 cm. Ovarium berada di dalam rongga

badan, di daerah pinggang. Umumnya setiap ovarium

menghasilkan ovum setiap 28 hari. Berjumlah sepasang

dan terletak di dalam rongga perut pada daera pinggang

sebelah kiri dan kanan. Berfungsi untuk menghasilkan sel

ovum dan hormon wanita seperti: Estrogen yang

berfungsi untuk mempertahankan sifat sekunder pada

wanita, serta juga membantu dalam prosers pematangan

sel ovum. Progesterone yang berfungsi dalam

memelihara masa kehamilan.

b) Fimbriae

Merupakan serabut/silia lembut yang terdapat di bagian

pangkal ovarium berdekatan dengan ujung saluran

oviduct. Berfungsi untuk menangkap sel ovum yang telah

matang yang dikeluarkan oleh ovarium.

c) Infundibulum

Merupakan bagian ujung oviduct yang berbentuk

corong/membesar dan berdekatan dengan fimbriae.

Berfungsi menampung sel ovum yang telah ditangkap

oleh fimbriae.
14

d) Tuba fallopi

Merupakan saluran memanjang setelah infundibulum

yang bertugas sebagai tempat fertilisasi dan jalan

bagi sel ovum menuju uterus dengan bantuan silia pada

dindingnya.

e) Oviduct

Merupakan saluran panjang kelanjutan dari tuba

fallopi.Berfungsi sebagai tempat fertilisasi dan jalan bagi

sel ovum menuju uterus dengan bantuan silia pada

dindingnya.

f) Uterus

Merupakan organ yang berongga dan berotot. Berbentuk

seperti buah pir dengan bagian bawah yang mengecil.

Berfungsi sebagai tempat pertumbuhan embrio. Tipe

uterus pada manusia adalah simpleks yaitu dengan satu

ruangan yang hanya untuk satu janin. Uterus mempunyai

3 macam lapisan dinding yaitu : Perimetrium (lapisan

yang terluar yang berfungsi sebagai pelindung uterus),

Miometrium (lapisan yang kaya akan sel otot dan

berfungsi untuk kontraksi dan relaksasi uterus dengan

melebar dan kembalike bentuk semula setiap bulannya),

Endometrium (lapisan terdalam yang kaya akan seldarah

merah. Bila tidak terjadi pembuahan maka


15

dindingendometrium inilah yang akan meluruh

bersamaan dengan selovum matang).

g) Fimbriae

Merupakan serabut/silia lembut yang terdapat di bagian

pangkal ovarium berdekatan dengan ujung saluran

oviduct. Berfungsi untuk menangkap sel ovum yang telah

matang yang dikeluarkan oleh ovarium.

h) Infundibulum

Merupakan bagian ujung oviduct yang berbentuk

corong/membesar dan berdekatan dengan fimbriae.

Berfungsi menampung sel ovum yang telah ditangkap

oleh fimbriae.

i) Tuba fallopi

Merupakan saluran memanjang setelah infundibulum

yang bertugas sebagai tempat fertilisasi dan jalan

bagi sel ovum menuju uterus dengan bantuan silia pada

dindingnya.

j) Oviduct

Merupakan saluran panjang kelanjutan dari tuba

fallopi.Berfungsi sebagai tempat fertilisasi dan jalan bagi

sel ovum menuju uterus dengan bantuan silia pada

dindingnya.
16

k) Uterus

Merupakan organ yang berongga dan berotot. Berbentuk

seperti buah pir dengan bagian bawah yang mengecil.

Berfungsi sebagai tempat pertumbuhan embrio. Tipe

uterus pada manusia adalah simpleks yaitu dengan satu

ruangan yang hanya untuk satu janin. Uterus mempunyai

3 macam lapisan dinding yaitu : Perimetrium (lapisan

yang terluar yang berfungsi sebagai pelindung uterus),

Miometrium (lapisan yang kaya akan sel otot dan

berfungsi untuk kontraksi dan relaksasi uterus dengan

melebar dan kembalike bentuk semula setiap bulannya),

Endometrium (lapisan terdalam yang kaya akan seldarah

merah. Bila tidak terjadi pembuahan maka

dindingendometrium inilah yang akan meluruh

bersamaan dengan selovum matang).

l) Cervix

Merupakan bagian dasar dari uterus yang bentuknya

menyempit sehingga disebut juga sebagai leher rahim.

Menghubungkan uterus dengan saluran vagina dan

sebagai jalan keluarnya janin dari uterus menuju saluran

vagina.
17

m) Saluran vagina

Merupakan saluran lanjutan dari cervic dan sampai pada

vagina.

n) Klitoris

Merupakan tonjolan kecil yang terletak di depan vulva.

Sering disebut dengan klentit.

2) Organ Reproduksi Wanita Bagian Luar

a) Vagina

Merupakan saluran yang menghubungkan organ uterus

dengan tubuh bagian luar. Berfungsi sebagai organ

kopulasi dan saluran persalinan keluarnya bayi sehingga

sering disebut dengan liang peranakan. Di dalam vagina

ditemukan selaput dara.

b) Vulva

Merupakan suatu celah yang terdapat di bagian luar.

Vulva terbagi atas sepertiga bagian bawah vagina,klitoris,

dan labia. Hanya mons dan labia mayora yang dapat

terlihat pada genetalia eksterna wanita. Arteri pudenda

interna mengalirkan darah ke vulva. Arteri ini berasal dari

arteri iliaka interna bagian posterior, sedangkan aliran

limfatik dari vulva mengalir ke nodus inguinalis.


18

3) Alat genetalia luar terdiri dari :

a) Mons veneris/pubis (Tundun)

Bagian yang menonjol berupa tonjolan lemak yang besar

terletak di di atas simfisis pubis. Area ini mulai ditumbuhi

bulu pada masa pubertas.

b) Labia Mayora (bibir besar)

Dua lipatan dari kulit diantara kedua paha bagian atas.

Labia mayora banyak mengandung urat syaraf. Labia

mayora merupakan struktur terbesar genetalia eksterna

wanita dan mengelilingi organ lainnya, yang berakhir pada

mons pubis

c) Labia Minora (bibir kecil)

Berada di sebelah dalam labia mayora. Jadi untuk

memeriksa labia minora, harus membuka labia mayora

terlebih dahulu.

d) Klitoris (Kelentit)

Sebuah jaringan ikat erektil kecil kira-kira sebesar biji

kacang hijau yang dapat mengeras dan tegang (erectil)

yang mengandung urat saraf, jadi homolog dengan penis

dan merupakan organ perangsang seksual pada wanita.

e) Vestibulum (serambi)

Merpakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia

minora), muka belakang dibatasi oleh klitoris dan


19

perineum. Dalam vestibulum terdapat muara-muara dari :

liang senggama (introitus vagina),urethra,kelenjar

bartolini, dan kelenjar skene kiri dan kanan.

f) Himen (selaput dara)

Lapisan/membran tipis yang menutupi sebagian besar dari

liang senggama, ditengahnya berlubang supaya kotoran

menstruasi dapat mengalir keluar, letaknya mulut vagina

pada bagian ini, bentuknya berbeda-beda ada yang

seperti bulan sabit. Konsistensinya ada yang kaku, dan

ada yang lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada

yang dapat dilalui satu jari. Himen mungkin tetap ada

selama pubertas atau saat hubungan seksual pertama

kali.

g) Perineum (kerampang)

Merupakan bagian terendah dari badan berupa sebuah

garis yang menyambung kedua tuberositas iski, daerah

depan segitiga kongenital dan bagian belakang segitiga

anal, titik tengahnya disebut badan perineum terdiri dari

otot fibrus yang kuat di sebelah depan anus

c. Etiologi

Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namum

ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjo,

antara lain :
20

1) Pemekaian celana ketat

Pemakaian celana ketat dapat meningkatkan suhu vagina

sehingga akan merusak daya hidup sebagian mikro

organisme, dan mendukung perkembangan sebagian

mikroorganisme lainnya. Akhirnya, pertumbuhan

mikroorganisme menjadi tidak seimbang. Kondisi tersebut

memungkinkan perkembangan mikroorganisme yang justru

menyebabkan terjadinya infeksi

2) Umur

Umur pertamakali melakukan hubungan seksual penelitian

menunjukkan bahwa semakin mudah wanita melaukan

hubungan seksual semakin besar mendapatkan kanker

serviks. Hubungan seksual pad usia 20 tahun di anggap

masih terlalu mudah umur peningkatan usia seseorang

kinerja organ-organ dan kekebalan tubuhnya. Danitu

membuatnya relatif muda terserang berbagai infeksi. Kanker

rahim berpotensi paling besar pada usia antara 35-55 tahun.

3) Paritas

Paritas adalah kemampuan wanita untuk melahirkan secara

normal. Pada proses persalinan normal, baik bergerak

melalui mulut rahim dan ada kemungkinan sedikit merusak

jarinagn epitel ditempat tersebut. Pada kasus wanita yang

melahirkan lebih dari 2x dan dengan jarak yang terlalu dekat.


21

Keruskan jaringan epitel in berkembang kearah

pertumbuhan sel upnormal yang brtpotensi ganas.

4) Penurunan sistem kekebalan tubuh

Tunuh kita memiliki serangkaian sistem kekebalan yang

secara otomatis berusaha mengatasi gangguan-gangguan

infeksi dan pertumbuhan sel upnormal. Namun dalam

kondisi tertentu, sistem kekebalan ini dapat melemah

sehingga pengendalian gangguannya pun melemah. Kondisi

semacam ini terdapat pada wanita yang menjalani oprasi

gagal ginjal, atau pengidap virus HIV. Denga melemahnya

sistem kekebalan, maka perkembanagn infeksi tidak

terhambat, dan pertumbuhan sel upnormal terus meningkat

hingga mencapai tahap invasif (menyebar kemana-mana).

5) Pemakaian DES ( Diethilstilbestrol )

DES ( Diethilstilbestrol ) adalah obat penguat kehamilan

yang dikomsumsi untuk mencegah keguguran. Oabat ini

sekarang sudah tidak popular para ahli menyimpulkan DES

berpotensi menimbulakn sel kanker diwilayah serviks.

6) Pemakaian Pil KB.

Pemakaian pil KB secara terus menerus berpotensi

menimbulkan kanker seviks. Pada pemakaian lebih dari 5

tahun, resiko ini menetap menjadi 2x lebih besar dibanding

wanita yang tidak memakai pil KB.


22

7) RAS

Pola kehidupan sosial ekonomi tiap-tiap ras dapat

berpengaruh terhadap meningkatan resiko mengidap kanker

rahim. Hasil penelitian menunjukkan Ras afrika-amerika

paling beresiko tinggi mengidap kanker rahim. Sementara

Amerika-hispanik cenderung dibawahnya. Adapun ras Asia-

Amerika relatif sama dengan Amerika-Hispanik.

8) Polusi Udara

Polusi udara baik yang bersal dari asap rokok, emisi

kendaraan, pabrik dan sebagainya memiliki banyak

kandungan senyawa karsinogen yang berpotensi

memunculkan sel kanker

9) Pemakian anti septik di vagina

Wanita moderen selalu ingin tampil sempurna termasuk

diwilayah pribadinya. Kali ini banyak sekali produk antiseptik

khusus vagina yang bisa membuat vagina lebih bersih dan

selalu wangi. Namun pemakaian antiseptik yang terlalu

sering tidak baik. Antiseptik tersebut dapat membunuh

bakteri dosekitar vagina, termasuk bakteri yang

menguntungkan. Dan apabila digunakan dalam dosis yang

terlalu sering, maka zat antiseptik tersebut dapat

mengakibatkan iritasi pada kulit bibir vagina yang sangat


23

lembut. Iritasi ini bisa berkembang menjadi sel upnormal

yang berpotensi displasia.

10) Jumlah kehamilan dan partus

Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering

partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan

resiko mendapat larsinoma serviks.

11) Jumlah perkawinan

Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan

berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang

besar terhadap kanker serviks ini.

12) Inveksi Virus

Inveksi virus Herpes simpleks (HISV-2) dan virus papiloma

atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai faktor

penyebab kanker serviks.

d. Patofisioloi

Serviks mempunyai dua jenis sel epitel yang melapisi

nektoserviks dan endoserviks, yaitu sel epitel kolumner dan sel

epitel squamosa yang disatukan oleh Sambungan Squamosa

Kolumner (SSK).Proses metaplasia adalah proses pergantian

epitel kolumner dan squamosa. Epitel kolumner akan digantikan

oleh squamosa baru sehingga SSK akan berubah menjadi

Sambunga SquamosaSquamosa (SSS)/ squamosa berlapis.


24

Pada awalnya metaplasia berlangsung fisiologis Namun

dengan adanya mutagen dari agen yang ditularkan melalui

hubungan seksual seperti sperma, virus herpes simplek tipe II,

maka yang semula fisiologis berubah menjadi displasia.

Displasia merupakan karakteristik konstitusional sel seperti

potensi untuk menjadi ganas.

Hampir semua ca. serviks didahului dengan derajat

pertumbuhan prakanker yaitu displasia dan karsinoma insitu.

Proses perubahan yang terjadi dimulai di daerah Squamosa

Columner Junction (SCJ) atau SSK dari selaput lendir portio.

Pada awal perkembangannya, ca. serviks tidak memberikan

tanda-tanda dan keluhan. Pada pemeriksaan speculum, tampak

sebagai portio yang erosive (metaplasia squamosa) yang

fisiologik atau patologik.

1) Tumor dapat tumbuh sebagai berikut:

a) Eksofitik, mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai

masa proliferasi yang mengalami infeksi sekunder dan

nekrosis.

b) Endofitik, mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks

dan cenderung untuk mengadakan infiltrasi menjadi

ulkus.
25

c) Ulseratif, mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur

jaringan serviks dan melibatkan awal fornises vagina

untuk menjadi ulkus yang luas.

2) Displasia pada serviks disebut Neoplasia Servikal

Intraepitelial (CIN). CIN ada tiga tingkatan yaitu:

a) CIN I : Displasia ringan, terjadi di epitel basal lapisan

ketiga, perubahan sitoplasmik terjadi di atas sel epitel

kedua dan ketiga.

b) CIN II : Displasia sedang, perubahan ditemukan

pada epitel yang lebih rendah dan pertengahan,

perubahan sitoplasmik terjadi di atas sel epitel ketiga.

c) CIN III : Displasia berat, terjadi perubahan nucleus,

termasuk pada semua lapis sel epitel, diferensiasi sel

minimal dan karsinoma insitu.

e. Klasifikasi Ca Cerviks

Penentuan diagnosis stadium kanker serviks sangat

penting untuk pengobatan atau penanganan yang tepat.

Stadium kanker serviks dibedakan menjadi 5 jenis. Menurut

Cancer Research UK tentang jenis kanker serviks diberikan

sebagai berikut:

1) Stadium 1

Stadium satu ditandai dengan sel kanker yang hanya ada

di serviks dan ukuran kelainannya kurang dari 3 mm.


26

Stadium ini berarti bahwa kanker hanya terdapat dalam

leher rahim. Biasanya dibagi menjadi 2 tahap pada

stadium ini, yaitu:

a) Stadium 1A

Pada stadium 1A pertumbuhan sangat kecil hanya

dapat dilihat dengan mikroskop. Stadium 1A1 berarti

kanker telah tumbuh kurang dari 3 milimeter (mm) ke

dalam jaringan leher rahim, dan kurang dari 7 mm

lebarnya. Stadium 1A2 berarti kanker telah tumbuh

antara 3 dan 5 mm ke dalam jaringan serviks, tetapi

masih kurang dari 7 mm lebarnya.

Gambar 2.3 Stadium 1A

b) Stadium 1B

Pada stadium 1B daerah kanker mulai meluas, tetapi

kanker masih hanya dalam jaringan serviks dan belum

menyebar. Biasanya dapat dilihat tanpa mikroskop,

tetapi tidak selalu terlihat. Pada stadium 1B1 kanker

tidak lebih besar dari 4 cm. Pada tahap 1B2 kanker

lebih besar dari 4 cm.


27

Gambar 2.4
Stadium 1B1 dan 1B2

2) Stadium 2

Pada kanker serviks stadium 2, kanker telah mulai

menyebar di luar leher rahim ke dalam jaringan sekitarnya.

Namun belum tumbuh ke dalam otot atau ligamen yang

melapisi pelvis (dinding panggul) maupun bagian bawah

vagina. Tahapan ini di bagi menjadi dua, yaitu:

a) Stadium 2A

Pada tahap 2A kanker telah menyebar ke dalam

bagian atas vagina.

Gambar 2.5 Stadium 2A

b) Stadium 2B

Pada tahap 2B kanker tersebar sampai ke jaringan di


sekitar leher rahim.
Gambar 2.6 Stadium 2B
28

3) Stadium 3

Kanker serviks stadium 3 telah menyebar keluar rahim tapi

masih berada didalam rongga panggul dan belum masuk

sampai kandung kemih atau rektum.Namun kelenjar getah

bening sudah bisa mengandung sel kanker. Kanker pada

stadium ini adalah kanker yang tingkat dan gejalanya

sudah semakin parah. Stadium 3 ini dibagi menjadi dua,

yaitu:

a) Stadium 3A

Stadium 3A apabila sel kanker telah menyebar ke

sepertiga bagian bawah vagina namun belum sampai ke

dinding panggul.

Gambar 2.7 Stadium 3A

b) Stadium 3B

Sedangkan stadium 3B, sel kanker telah menyebar ke

dinding panggul bahkan sudah bisa memblokir ureter

karena ukurannya yang sudah membesar. Sumbatan ini

bisa menyebabkan ginjal berhenti bekerja.


29

Gambar 2.8 Stadium 3B

4) Stadium 4

Kanker serviks stadium 4 telah menyebar ke kandung

kemih, rektum atau yang lainnya. Stadium 4 juga dibagi

menjadi dua, yaitu 4A dan 4B.

a) Stadium 4A

Stadium 4A telah menyebar ke kandung kemih, rektum

serta kelenjar getah bening.

Gambar 2.9Stadium 4a

b) Stadium 4B

Stadium 4B, kanker telah menyebar keluar panggul dan

kelenjar getahbening lain selain panggul seperti hati,

perut, paru-paru, saluran pencernaan, tulang.

Gambar 2.10 stadium 4B


30

f. Tanda dan gejala.

1) Stadium I karsinoma tersebut pada serviks

a) Stadium IA : Karsinoma mikro invasive (invasi stoma

awal)

Tanda dan gela yangg muncul pada stadium IA

biasanya tidak nampak, kalupun ada hanya berupa

keputihan berwarna putuh pucat atau merah muda dan

berbau

b) Stadium IB : karsinoma invasive yang terbatas pada

serviks.

Tanda dan gejala yang muncul pada stadium IB

berupa keputihan berwarna berwarna kecokelatan atau

berdarah, aroma yang menyengat, jumlah yang lebih

banyak daripada biasanyadan sedikit perdarahan setelah

berhubungan seksual.

2) Stadium II karsinoma meluas keluar serviks, tetapi tidak

mencapai dinding panggul

a) Stadium IIA : kanker sudah meluas menjadi 5cm atau

lebih dan kedalaman kanker lebih jauh, kanker juga

semakin meluas merambah sisi vagina.

Tanda dan gela yang muncul pada stadium IIA

berupa Vagina berair dan mengeluarkan aroma busuk,


31

Vagina terasa nyeri dan tidak nyaman saat berhubungan

intim, dan Perdarahan setelah berhubungan intim, baik

saat menstruasi maupun di periode menopause.

b) Stadium IIB : Kanker sudah menyebar ke jaringan yang

berada di samping leher rahim (parametria).

Tanda dan gejalaberupa perdarahan akan semakin

kentara. Bukan lagi hanya keluar bercak darah biasa dari

vagina, tetapi kadang berupa darah segar. Pada

beberapa kondisi, kemungkinan penderitanya akan terus

mengeluarkan darah menstruasi tanpa jeda atau datang

dan pergi dalam durasi yang pendek serta nyeri yang

dirasakan pada daerah perut bagian bawah.

3) Stadium III karsinoma sudah mencapai dinding panggul pada

pemeriksaan rectal tidak ada celah antara tumor mencapai

1/3 distal vagina, dengan komplikasi hidronefrosis dan

afungsi ginal.

a) Stadium IIIA : Belum mencapai dinding panggul

Gejala kanker serviks stadium IIIA sudah sangat jelas,

yaitu berupa perdarahan abnormal, sekret dari vagina

berwarna kuning, berbau, dan terjadi intasi vagina serta

mukosa vulva. Perdaraha vagina akan semakin sering

terjadi dan nyeri semakin progresif


32

b) Stadium IIIB : Sudah mencapai dinding panggul dan atau

ada idronefrosis atau afungsi ginjal.

Serangan kanker sudah akan mulai menyebar

pada jaringan saraf yang terdapat pada area panggul

yang akan menyebabkan penyumbatan pada area

selangkangan dan perut. Dalam hal ini biasanya perut

pasien akan terlihat membesar, pasien juga akan

merasakan amat sakit pada perut bagian bawah dan

kadang berpindah sakitnya dari perut bagian kiri

kemudian ke perut bagian kanan. Aliran darah yang

menuju kaki juga akan tersumbat karena tekanan,

sehingga memicu pembengkakan pada kedua kaki atau

salah satunya. pasien bisa mengeluhkan rasa nyeri

ringan hingga sedang pada ginjal akibat endapan cairan

pada ginjal.

4) Stadium IV karsinoma sudah meluas keluar velvik kecil (True

velvic atau secara klinik sudah mengenai mukaso veksika

urinaria dan rektum).

a) Sadium IVA : Menyebar ke kandung kemih atau rektum,

dan kelenjar getah bening atau tempat jauh.

Pada stadium IVA Serangan kanker sudah akan

mulai menyebar pada jaringan saraf yang terdapat pada

area pelvis yang akan menyebabkanPasien juga akan


33

kesulitan buang air kecil (BAK), Penurunan jumlah urine,

urine berdarah, atau inkontinensia urine (tidak dapat

menahan pipis)karena saluran kencing tersumbat oleh

massa kanker.

Gejala jika kanker serviks menyebar ke

kelenjar getah bening : Gejala paling umum yang

terjadi Ketika kanker menyebar ke kelenjar getah bening

adalah teraba keras atau bengkak pada Kelenjar getah

bening yang terlibat. Kanker serviks dapat menyebar ke

kelenjar getah bening di daerah antara tulang pinggul.

Sel-sel kanker juga dapat menghentikan aliran

cairan getah bening. Hal ini bisa menyebabkan

pembengkakan di kaki karena cairan getah bening yang

menumpuk akibat bendungan tersebut. Pembengkakan

ini disebut lymphoedema (limfedema).

b) Stadium IVB : Menyebar ke organ yang jauh seperti hati,

paru-paru, tulang.

Gejala kanker serviks menyebar ke hati:

(1) ketidaknyamanan atau rasa sakit di sisi kanan perut

(2) merasa sakit/meriyang

(3) nafsu makan yang buruk dan penurunan berat badan

(4) perut bengkak (disebut asites)

(5) menguningnya kulit (jaundice)


34

(6) gatal pada kulit sekujur tubuh

Gejala jika kanker serviks menyebar ke paru-paru:

Ketika kanker sudah bermetastase (berpindah)

sampai di paru-paru akan menghambat proses ventilasi.

Ventilasi yang tidak maksimal akan menyebabkan

jantung membutuhkan usaha lebih untuk memompa

darah, karena tidak adekuatnya ventilasi dan beban

jantung meningkat, cairan paru-paru menumpuk dan

keluar melalui dinding sel sehingga muncul gejala

sebagai berikut :

(1) batuk yang tidak kunjung hilang

(2) sesak napas

(3) lebih mudah mengalami infeksi paru

(4) batuk darah

(5) penumpukan cairan antara dinding dada

dan paru (efusi pleura)

(6) Penumpukan sekret akibat kelemahan refleks batuk

(7) Terdapat bunyi tambahan snoring

Gejala kanker serviks stadium 4 jika telah menyebar ke

tulang:

Gejala paling umum jika kanker telah menyebar

ke tulang adalah nyeri tulang, nyeri tumpul ataupun

menusuk. Bahkan nyerinya sering muncul tak terduga,


35

tak jarang membangunkan penderitanya saat

tidur. Selain rasa sakit, tulang yang tertekan juga

menjadi lebih lemah dan cenderung mudah patah

(fraktur).

g. Pemeriksaan penunjang

1) Sitologi/Pap Smear

Salah satu pemeriksaan sitologi yang bisa dilakukan

adalah pap smear. Pap smear merupakan salah satu cara

deteksi dini kanker leher rahim. Hasil pemeriksaan pap

smear menunjukkan stadium dari kanker serviks :

a) Normal

b) Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat

ganas)

c) Displapsia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat

ganas)

d) Karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan

serviks paling luar)

e) Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks

yang lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya).

Keuntungan: murah dapat memeriksa bagian-bagian

yang tidak terlihat.

Kelemahan: tidak dapat menentukan dengan tepat

lokalisasi.
36

2) Schillentest

Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen

karena tidak mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium

maka hasil yang didapatkan yaitu :

a) epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua,

b) sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.

3) Koloskopi

Pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop)

yang digunakan untuk mengamati secara langsung

permukaan serviks dan bagian serviks yang abnormal.

Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks

dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali.

Hasil pemeriksaan kolposkopi yaitu :

a) Benigna

Epitel gegepan normal, ectodi, zone transforman dan

perubahan peradangan.

b) Suspek

Lekoplakia, punctation : daerah bertitik merah, palpillary

punctation, mozaik, dan transformasi yang atypis

Keuntungan: dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan

sehingga mudah untuk melakukan biopsy.

Kelemahan: hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat

saja yaitu porsio, sedang kelianan pada


37

skuamosa columnar junction dan intra servikal

tidak terlihat.

4) Biopsi

Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis

karsinomanya.

5) IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)

IVA merupakan tes alternatif skrining untuk kanker

serviks. Tes sangat mudah dan praktis dilaksanakan,

sehingga tenaga kesehatan non dokter ginekologi, bidan

praktek dan lain-lain. Prosedur pemeriksaannya sangat

sederhana, permukaan serviks/leher rahim diolesi dengan

asam asetat, akan tampak bercak-bercak putih pada

permukaan serviks yang tidak normal.

Tabel 2.1
Hasil Tes IVA

Klasivikasi IVA Temuan Klinis


Hasil Tes-Positif Plak putih yang tebal atau epitel acetowhite,
biasanya dekat SSK
Hasil Tes-Negatif Permukaan polos dan halus, berwarna merah
jambu, ektropion, polip, servisitis, inflamasi,
nabothian cysts.
Kanker Massa mirip kembang kol atau bisul
38

6) Pemeriksaan darah lengkap

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat

komplikasi pendarahan yang terjadi pada penderita kanker

serviks dengan mengukur kadar hemoglobin yang akan

menurun , leukosit meningkat, trombosit meningkat dan

kecepatan pembekuan darah yang berlangsung dalam sel-

sel tubuh

h. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dilakukan pada klien kegawat

daruratan kanker serviks, tergantung pada stadiumnya.

penatalaksanaan medis terbagi menjadi tiga cara yaitu:

histerektomi, radiasi dan kemoterapi.

Menurut Tanto (2014) penatalaksanaan medis secara

umumberdasarkan stadium kanker serviks:

Tabel 2.2
Klasifikasi penatalaksanaan

STADIUM PENATALAKSANAAN
Biopsi kerucut
0 Histerektomi transvaginal
Biopsi kerucut
Ia
Histerektomi transvaginal
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi
panggul dan evaluasi kelenjar limfe paraaorta
Ib,Iia
(bila terdapat metastasis dilakukan radioterapi
pasca pembedahan
IIb, III, IV Histerektomi transvaginal
Radioterapi
IVa, Ivb Radiasi paliatif
Kemoterapi
39

Menurut Reader dkk (2013), penatalaksanaan pada

kanker serviks yaitu :

1) Stadium IA

Kanker serviks pada stadium IA ditangani dengan

histektomi atau dengan radioterapi, karena kanker masih

terbatas di daerah serviks

2) Stadium IB dan IIB

Pada stadium ini ditangani dengan histerektomi total dan

limfadektomi bolateral

3) Stadium IIB sampai IVB

Pada stadium ini kanker sudah menyebar melewati daerah

serviksnsampai ke organ lain. Penanganan yang dilakukan

biasanya dengan radioterapi, kemoterapi dan pembedahan.

i. Konsep teori pemberian O2

1) Nasal kanul

Nasal kanul arus rendah mengalirkan oksigen ke nasofaring

dengan aliran 1-6 liter/menit dengan frekuensi oksigen (O2)

(Fi-02) anatar 24-44%. Aliran yang lebih tinggi tidak

meningkatkan fraksi oksigen secara bermakna di atas 44%

dan dapat mengakibatkan mukosa membran menjadi kering

2) Tubuh sungkup berfungsi sebagai penampung untuk oksigen

(O2) dan karbom dioksida (CO2) hasil ekpirasi. Alat ini


40

mampu menyediakan fraksi oksigen (O2) (Fi-02) sekitar 40-

60% dengan aliran sekitar 5-10 liter/menit. Pada

penggunaan alat ini di rekomendasikan agar aliran oksigen

dapat tetap di pertahankan sekitar 5 liter/menit atau lebih

yang bertujuan untuk mencegah karbon dioksida yang telah

dikeluarkan dan tertahan pada sungkup untuk terhirup

kembali.

Frekuensi oksigen (O2) (Fi-02) pada


Alat Terapi Oksigen (O2) Arus Rendah dan Arus Tinggi
Aliran Oksigen (O2) 100% Fraksi Oksigen (O2) (FiO2)
Nasal Kanul
1 Liter/ menit 24
2 Liter/ menit 28
3 Liter/ menit 32
4 Liter/ menit 36
5 Liter/ menit 40
6 Liter/ menit 44
Transtrakeal
0,5-4 Liter/ menit 24-40
Sungkup Oksigen (O2)
5-6 Liter/ menit 40
6-7 Liter/ menit 50
7-8 Liter/ menit 60
Sungkup dengan Reservoir
6 Liter/ menit 60
7 Liter/ menit 70
8 Liter/ menit 80
9 Liter/ menit 90
10 Liter/ menit > 99
Nonrebreathing
4-10 Liter/ menit 60-100
Sistem Arus Tinggi
Sungkup Venturi
41

3 Liter/ menit 24
6 Liter/ menit 28
9 Liter/ menit 40
12 Liter/ menit 40
15 Liter/ menit 50

2. Konsep Asuhan Keperawatan

b. Pengkajian

Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara

sistematis yang bertujuan untuk menentukan status kesehatan

dan fungsional klien pada saat ini dan riwayat sebelumnya

(Potter & Perry, 2013). Pengkajian keperawatan terdiri dari dua

tahap yaitu mengumpulkan dan verifikasi data dari sumber

primer dan sekunder dan yang kedua adalah menganalisis

seluruh data sebagai dasar untuk menegakkan diagnosis

keperawatan.

1) Pengkajian Primer

Menurut Jevon dan Ewens (2007), pengkajian Airway (A),

Breathing (B), Circulation (C), Disabillity (D), Expossure (E)

pada pengkajian gawat darurat Carsinoma serviks adalah.

a) Airway

Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Tanda-tanda

terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien antara lain:


42

adanya snoring atau gurgling, stridor atau suara nafas

tidak normal, agitasi (hipoksia), penggunaan otot bantu

pernafasan. Look dan listening bukti adanya masalah

pada saluran nafas bagian atas dan potensial penyebab

obstruksi: lendir/secret, muntahan, perdarahan

(Thygerson, 2011)

Pengkajian kegawat daruratanAirwaypada pasien Ca

cerviks stadium IVB adanya sumbatan/obstruksi jalan

nafas oleh penumpukan sekret aibat kelemahan refleks

batuk dan terdapat bunyi nafas tambahan snoring ini

disebabkan karena

a) Diagnosa Keperawatan

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

sekresi yang tertahan, Spasme pada jalan napas,

Hipersekresi jalan napas , Secresi yang tertahan,

Proses infeksi

Table 2.3 Tanda dan Gejala pada Bersihan Jalan


Nafas Tidak Efektif

Gejala dan tanda mayor

Subjektif Objektif

(Tidak tersedia) 1. Batuk tidak efektif

2. Tidak mampu batuk

3. Sputum berlebih
43

4. Mengi, wheezing dan/atau ronkhi

kering

5. Mekonium dijalan nafas (pada

neonates)

Gejala dan tanda minor

Subjektif Objektif

1. Dispnea 1. Gelisah

2. Sulit 2. Sianosis

berbicara 3. Bunyi nafas menurun

3. Ortopnea 4. Frekuensi nafas berubah

5. Pola nafas berubah

6. Mata terbuka lebar


44

b) Intervensi Keperawatan

Tabel 2.4
Intervensi Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berdasarkan SLKI dan SIKI

Rencana tindakan
No Diagnosa
Tujuan Intervensi

1. Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Majemen jalan napas

napas tidak efektif diharapkan bersihan jalan napas efektif Observasi :

berhubungan dengan indikator dari menurun ke a. Monitor jalan napas ( frekuens,

dengan sekresi meningkat ( 1-5 ) kedalaman, usaha napas )

yang tertahan, Kriteria hasil: b. Monitor bunyi napas tambahan (

spasme pada jalan a. Batuk efektif mis : gurgling, mengi, wheezing,

nafas, hiper sekresi b. Produksi sputum ronkhe )

jalan nafas, sekresi c. Mengi c. Monitor sputum ( jumlah, warna,

yang tertahan dan d. Sweezing aroma


45

proses infeksi e. Dyspnea Terapeutik:

f. Ortopnea a. Pertahankan kepatenanan jalan

g. Sulit bicara napas

h. Gelisah b. Posisikan semifowler atau fowler

i. Frekuensi napas c. Berikan minum hangat

d. Lakukan fisioterapi dada

e. Berikan oksigen

Edukasi :

a. Anjurkan asupan caiiran 2000ml /

hari

b. Ajarkan tehnik batuk efektif

Kolaborasi :

a. Kolaborasi pemberian

bronkhodilator, ekspektoran dan


46

mukolitik.

2. Pemantauan Respirasi

Observasi :

a. Monitor Frekuensi, irama, dan

usaha bernapas

b. Monitor pola napas (bradipnea,

takipnea, hiperventilasi, kusmaul,

cheyne stokes, biot)

c. Monitor kemampuan batuk efektif

d. Monitor adanya produksi sputum

e. Monitor adanya sumbatan jalan

napas

f. Palpasi kesimetrisan ekspansi

paru
47

g. Aukultasi bunyi napas

h. Monitor saturasi oksigen

i. Monitor hasil x-ray toraks

Terapeutik:

a. Atur interval pemantuan respirasi

sesuai kondisi pasien

b. Dokumentasi hasil pemantauan

Edukasi :

a. Jelaskan tujuan dan prosedur

pemantuan

b. Informasikan hasil pemantuan

3. Latihan batuk efektif

Obervasi :

a. Identifikasi kemampuan batuk


48

b. Monitor adanya retensi sputum

c. Monitor tanda dan gejala infeksi

saluan napas

d. Monitor input dan output cairan

Terapeutik:

a. Atur posisi semifowler

b. Buang secret pada tempat sputum

Edukasi:

a. Jelaskan tujuan dan prosedur

batuk efektif

b. Anjurkan mengulangi Tarik napas

dalam hingga 3 kali

c. Anjurkan batuk dengan kuat

langsung setelah Tarik napas yang


49

ke 3 kali.

Kolaborasi:

a. Kolaborasi pemberian mukolitik

atau ekspektoran.
50

b) Breathing

Menurut Wilkinson & Skinner, 2000 dikutip oleh

(Rani, 2013) pengkajian pada pernafasan dilakukan untuk

menilai kepatenan jalan nafas dan keadekuatan

pernafasan pada pasien.

Pengkajian pada kegawat daruratan Ca cerviks

Stadium IVBbreating Look, listen dan feel dilakukan

penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi pasien. Sesak

napas terjadi pada pasein ca cerviks karena anemia atau

penyebaran kanker ke paru-paru.Tanda-tanda umum

adanya distress pernafasan adalah penggunaan otot

bantu pernafasan, dispneu, kedalaman napas, frekuensi

pernafasan, ekspansi paru, pengembangan dada, retraksi

dada dan auskultasi untuk adanya: suara abnormal pada

dada.

a) Diagnosa Keperawatan

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Hambatan

Upaya nafas, Depresi pusat pernapasan, Penurunan

Energi
51

Table 2.5 Tanda dan Gejala pada Pola Nafas Tidak


Efektif

Gejala dan tanda mayor

Subjektif Objektif

Dyspnea 1. Penggunaan otot bantu pernapasan

2. Fase ekpirasi memanjang

3. Pola nafas abnormal (mis. takipnea,

bradipnea, hiperventilasi, kussmaul,

cheyne-stokes)

Gejala dan tanda minor

Subjektif Objektif

Ortopnea 1. Pernapasan pursed-lip

2. Pernapasan cuping hidung

3. Diameter toraks anterior-posterior

meningkat

4. Ventilasi semenit menurun

5. Kapasitas vital menurun

6. Tekanan ekpirasi menurun

7. Tekanan inspirasi menurun

8. Ekskursi dada berubah


52

b) Intervensi Keperawatan

Tabel 2.6
Intervensi Keperawatan Pada Pola Nafas Tidak Efektif berdasarkan SLKI dan SIKI

Rencana tindakan
No Diagnosa
Tujuan Intervensi
1. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 1. Manajement jalan napas

berhubungan dengan keperawatan diharapkan pola napas Observasi :

hambatan upaya efektif yang dibuktikan a. Monitor jalan napas ( frekuens,

nafas, depresi pusat denganindicator sebagai berikut:dari kedalaman, usaha napas )

pernafasan, penurunan menurun ke membaik (1-5) b. Monitor bunyi napas tambahan ( mis

energi Kriteria hasil : : gurgling, mengi, wheezing, ronkhe )

a. Dispnea c. Monitor sputum ( jumlah, warna,

b. Penggunaan otot bantu napas aroma

c. Pemanjangan fase ekspirasi Terapeutik:

d. Pernapasan cuping hidung a. Pertahankan kepatenanan jalan


53

e. Frekuensi napas napas

f. Kedalaman napas b. Posisikan semifowler atau fowler

g. Pola napas normal (eupnea) c. Berikan minum hangat

16-20 menit d. Lakukan fisioterapi dada

e. Berikan oksigen

Edukasi :

a. Anjurkan asupan caiiran 2000ml / hari

b. Ajarkan tehnik batuk efektif

Kolaborasi :

a. Kolaborasi pemberian bronkhodilator,

ekspektoran dan mukolitik.

2. Pemantauan Respirasi

Observasi :

a. Monitor Frekuensi, irama, dan usaha


54

bernapas

b. Monitor pola napas (bradipnea,

takipnea, hiperventilasi, kusmaul,

cheyne stokes, biot)

c. Monitor kemampuan batuk efektif

d. Monitor adanya produksi sputum

e. Monitor adanya sumbatan jalan

napas

f. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru

g. Aukultasi bunyi napas

h. Monitor saturasi oksigen

i. Monitor hasil x-ray toraks

Terapeutik:

a. Atur interval pemantuan respirasi


55

sesuai kondisi pasien

b. Dokumentasi hasil pemantauan

Edukasi :

a. Jelaskan tujuan dan prosedur

pemantuan

b. Informasikan hasil pemantuan

3. Dukungan emosional

Observasi :

a. Identifikasi fungsi marah, frustasi, dan

amuk bagi pasien

b. Identifikasi hal-hal yang telah memicu

emosi

Terapeutik:

a. Fasilitasi mengungkapakan perasaan


56

cemas, marah atau sedih

b. Lakukan sentuhan untuk memberikan

dukungan ( mis : merangkul,

menepuk –nepuk )

c. Tetap bersama pasien dan pastikan

keamanan selama ansietas

d. Kurangi tuntutan berfikir atau lelah

Edukasi :

a. Anjurkan mengungkapkan perasaan

yang dialami ( mis : ansietas, marah,

sedih )

b. Anjurkan mengungkapkan

pengalaman emosional sebelum dan

pola respon yang biasa digunakan


57

c. Ajarkan penggunaan mekanisme

yang tepat

Kolaborasi :

a. Rujuk untuk konseling jika perlu.

4. Pengaturan posisi

Observasi :

a. Monitor status oksigensi sebelum dan

sesudah mengubah posisi

b. Monitor alat traksi agar selalu tepat

Terapeutik:

a. Tempatkan pada posisi terapiutik

b. Tempatkan objek yang sering

digunakan dalam jangkuan

c. Tempatkan bell atau lampu panggilan


58

dalan jangkuan

d. Atur posisi tidur yang di sukai

e. Motivasi melakukan rom aktif atau

pasif

f. Motivasi terlibat dalam perubahan

posisi

g. Ubah posisi setiap 2 jam

Edukasi :

a. Informasikan saat akan dilakukan

perubahan posisi

b. Ajarkan cara menggunakan postur

yang baik dan mekanika tubuh yang

baik selama melakukan perubahan

posisi
59

Kolaborasi :

a. Kolaborasi pemberian premidikasi

sebelum mengubah posisi


60

c) Diagnosa Keperawatan

Gangguan Pertukaran Gasberhubungan dengan

ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, Perubahan

membran alveolus-kapiler

Table 2.7
Tanda dan Gejala pada gangguan pertukaran Gas

Gejala dan tanda mayor

Subjektif Objektif

Dyspnea 1. PCO2 meningkat/menurun

2. PO2 Mneurun

3. Takikardia

4. pH atrial meningkat/menurun

5. Bunyi nafas tambahan

Gejala dan tanda minor

Subjektif Objektif

Pusing 1. Sianosis

Penglihatan 2. Diaforesis

Kabur 3. Gelisa

4. Nafas cuping hidung

5. Pola nafas abnormal

6. Warna kulit abnornal

7. Kesadaran menurun
61

d) Intervensi Keperawatan

Tabel 2.8
Intervensi Keperawatan Pada Gangguan Pertukaran Gas berdasarkan SLKI dan SIKI

No Diagnosa Tujuan Intervensi

1 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 1. Pemantauan Respirasi

berhubungan dengan depresi keperawatan selama 1 x 8 jam, Observasi

pusat pernapasan diharapkan pola nafas efektif yang a. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan

dibuktikan dengan kriteria hasil: upaya nafas

a. Frekuensi nafas dalam rentang b. monitor pola nafas (bradipnea, takipnea)

normal (16-22x/menit) c. Monitor kemampuan batuk efektif

b. Tidak penggunaan otot bantu d. Monitor status oksigen

pernafasan e. Monitor nilai AGD

c. Tidak ada pernapasan pursed- Terapeutik

lip a. Atur interval pemantauan respirasi


62

d. Tidak ada pernapasan cuping sesuai kondisi pasien

hidung b. dokumentasi hasil pemantauan

Edukasi

a. Jelaskan tujuan dan prosedur

pemantauan

b. informasikan hasil pemantauan, jika

perlu

2. Terapi Oksigen

Observasi

a. Monitor kecepatan aliran oksigen

b. Monitor efektifitas terapi oksigen

c. Monitor tanda-tanda hipoksia

d. Monitor kemampuan melepaskan

oksigen saat makan


63

e. Monitor kecemasan akibat pemasangan

oksigen

Terapeutik

a. Bersihkan sekret pada mulut, hidung

dan trakea, jika perlu

b. Pertahankan kepatenan jalan nafas

c. Siapkan dan atur peralatan pemasangan

oksigen

d. Tetap berikan oksigen saat pasien

ditransportasi

e. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai

dengan tingkat mobilisasi pasien.

Edukasi

a. Ajarkan pasien dan keluarga cara


64

menggunakan oksigen di rumah.

Kolaborasi

a. Kolaborasi penentuan dosis oksigen

b. Kolaborai penggunaan oksigen saat

aktivitas dan/atau tidur


65

c) Circulation

pada pengkajian ini khususnyapada pasien dengan

Carsinoma serviks dilakukan pengkajian volume darah

dan cardiac output serta perdarahan. Pengkajian kegawat

daruratan Ca Cerviks Stadium IV ini meliputi tingkat

kesadaran, kadang terjadi penurunan kesadaran, warna

kulit menjadi pucat, peningkatan nadi dan adanya

pendarahan, hipotensi/hipertensi, takikardia, takipnea,

ekstremitas dingin, capilary refill time >2 detik dan asites

a) Diagnosa Keperawatan

Pefusi perifer tidak efektif berhubungan dengan

penurunan konsentrasi hemoglobin (pendarahan).,

Kekurangan volume cairan, Penurunan aliran darah

arteri dan vena.

Table 2.9
Tanda dan Gejala pada Perfusi Perifer Tidak Efektif

Gejala dan tanda mayor

Subjektif Objektif

(Tidak 1. Pengisian kapiler >3 detik

tersedia) 2. Nadi perifer menurun atau tidak

teraba

3. Akral teraba dingin

4. Warna kulit pucat


66

5. Turgor kulit menurun

Gejala dan tanda minor

Subjektif Objektif

1. Parastesia 1. Edema

2. Nyeri 2. Penyembuhan luka lambat

ekstermitas 3. Indeks ankie-brachial<0,90

(klaudikasi 4. Bruit femoral

intermiten)
67

b) Intervensi Keperawatan

Tabel 2.10
Intervensi Keperawatan Pada Perfusi Perifer Tidak Efektif berdasarkan SLKI dan SIKI

No Diagnosa Tujuan Intervensi

1 Pefusi perifer tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Pemantauan Tanda Vital


Observasi
efektifberhubungan dengan keperawatan diharapkan
a. Monitor tekanan darah
perdarahan, kekurangan keadekuatan airan darah pasien
b. Monitor nadi (frekuensi, kekuatan,
Volume Cairan, penurunan dapat dibuktikan dengan indicator irama)
c. Monitor pernafasan (frekuensi,
aliran darah arteri dan sebagai berikut: dari kurang ke
kedalaman)
meningkat (1-5)
d. Monitor suhu tubuh
Kriteria hasil : e. Monitor oksimetri nadi
f. Monitor tekanan nadi (selisih TDS dan
a. edema perifer menurun
TTD)
b. akral membaik
g. Identifikasi penyebab perubahan tanda
c. turgo kulit membaik vital
Terapeutik
68

d. tekanan darah sistolik a. Atur interval pemantauan sesuai kondisi


pasien
membaik
b. Dokumentasikan hasil pemantauan
a. tekanan darah diastolic
Edukasi
membaik a. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
b. Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
2. Perawatan Sirkulasi
Observasi :
a. Periksa sirkulasi perifer (mis;
nadi,edema,pengisian kapiler, warna,
suhu)
b. identifikasi factor resiko gangguang
sirkukasi
c. monitor panas, kemerahan,nyeri atau
bengkak pada ektermitas
Terapeutik :
a. hindari pemesangan infus atau
69

pengambilan darah di area keterbatan


perfusi.
b. Hindari pengukuran tekanan darah
pada ekstermitas dengan keterbatan
perfusi
c. Lakukan perawatan kaki dan kuku
d. Lakukan hidrasi
Edukasi :
a. Anjurkan behenti merokok
b. Anjurkan olahraga rutin
c. Anjurkan minum obat pengontrol
tekanan darah secara teratur
d. Informasikan tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan.
3. Manajement sensasi perifer
Observasi :
a. Identikasi penyebab perubahan sensasi
b. Periksa perbedaan sensasi panas dan
dingin
70

c. Monitor perubahan kulit


Terapeutik :
Hindari pemakain benda-benda yang
berlebihan suhungnya (mis. Terlalu panas
atau dingin)
Edukasi :
Anjurkan pengunaan thermometer untuk
menguji suhu
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik
4. Manajemen Syok Anafilaktif

Tindakan
a. Monitor status kardiopulmonal
(frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi
nafas)
b. Mengontrol memonitor status oksigen
c. Monitor tingkat kesadaran
Terapeutik
71

a. Pertahankan jalan nafas Paten


b. Pemasangan jalur IV
c. Pasang kateter urine untuk menilai
Produksi urine
Kolaborasi
-
72

d) Disability

Pada pengkaian Disabilitydilakukan pengkajian

neurologi, untuk mengetahui kondisi umum dengan

pemeriksaan cepat status umum neurologis dengan

mengcek kesadaran, dan reaksi pupil. (Tutu, 2015)

e) Exposure

Secara khusus, pemeriksaan harus dipusatkan pada

bagian tubuh yang paling berkonstribusi pada status

penyakit pasien. Pada kasus Ca cerviks masalah yang

terjadi pada exposure yaitu terjadi peningkatan suhu

tubuh, nyeri pada abdomen,terasa nyeri pada bagian

panggul (pelvis) atau perut bagian bawah bila ada radang

panggul, bila nyeri didaerah pinggang ke bawah

kemungkinan terjadi infiltrasi kanker pada serabut saraf

lumbosakral, dan gangguan saat berkemih, atau kesulitan

buang air kecilkarena adanya sumbatan pada saluran

kencing, nyeri di daerah kandung kemih serta anus.

a) Diagnosa Keperawatan

Nyeri akut berhubungan dengan Agencedera biologis


73

Table 2.11
Tanda dan Gejala pada Nyeri Akut

Gejala dan tanda mayor

Subjektif Objektif

1. Mengeluh 1. Tampak meringis

nyeri 2. Bersikap prospektif (mis. waspada,

posisi menghindari nyeri)

3. Gelisah

4. Frekuensi nadi meningkat

5. Sulit tidur

Gejala dan tanda minor

Subjektif Objektif

(tidak tersedia) 1. Tekanan darah meningkat

2. Pola nafas berubah

3. Nafsu makan berubah

4. Proses berpikir terganggu

5. Menarik diri

6. Berfokus pada diri sendiri

7. Diaphoresis
74

b) Intervensi Keperawatan

Tabel 2.12
Intervensi Keperawatan Pada Nyeri Akut berdasarkan SLKI dan SIKI

No Diagnosa Tujuan Intervensi

1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri


Observasi
dengan Agen cedera biologis keperawatan diharapkan nyeri
a. Identifikasi lokasi, karakteristik,durasi,
berkurang yang dibuktikan dengan
frakuensi, kualitas, intensitas nyeri
(1-5) b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respon nyeri non verbal
kriteria hasil:
d. Identifikasi faktor yang memperberat dan
a. Tidak ada keluhan nyeri
memperingan nyeri
b. Tidak ada ekpresi meringis e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
c. Pasien nampak tenang
f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
d. Nyeri tidak mengganggu
respon nyeri
aktivitas g. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap
kualitas hidup
75

h. Monitor keberhasilan terapi


komplementer yang sudah diberikan
i. Monitor efek samping penggunaan
analgetik

Terapeutik
a. Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
b. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan stategi meredakan
nyeri

Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, danpemicu
nyeri
b. Jelaskan stategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyeri secara
76

mandiri
d. Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgesik
77

2) Pengkajian Sekunder

Pengkajian sekunder meliputi pengkajian subjektif dan

objektif dari riwayat keperawatan (Riwayat penyakit sekarang,

riwayat penyakit terdahulu, riwayat pengobatan, riwayat

keluarga) dan pengkajian dari kepala sampai kaki. Pengkajian

sebagai berikut:

a) Faranheit (Suhu tubuh) : kaji suhu tubuh, dan suhu

lingkungan

b) Exposure : kaji tekanan darah, irama dan kekuatan nadi,

saturasi oksigen

c) Head to toe assement (pengkajian dari kepala hingga

kaki) meliputi pengkajian riwayat penyakit sekarang,

riwayat penyakit terdahulu, riwayat pengobatan, riwayat

penyakit keluarga.

Berikut pengkajian keperawatan pada pasien kanker

serviks (Prabowo E & Eka, 2014):

a) Biodata

b) Keluhan Utama

Keluhan sangat bervariasi, terlebih jika terdapat penyakit

sekunder yang menyertai.

c) Riwayat Penyakit Sekarang

d) Riwayat Keluarga, Seorang ibu yang mempunyai riwayat

ca serviks.
78

e) Siklus Menstruasi yang tidak teratur atau terjadi

perdarahan diantara siklus haid adalah salah satu tanda

gejala kanker leher rahim.

f) Gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan - makanan

cepat saji dapat memicu sel kanker untuk tumbuh dengan

cepat, pada orang – orang dengan gemar berganti - ganti

pasangan dengan mengesampingkan efek negatifnya

kemungkinan besar dapat timbul gejala - gejala tersebut

sehingga mengarah pada terjadinya kanker leher rahim.

g) Perilaku seks berganti - ganti pasangan. Dengan perilaku

tersebut kemungkinan virus penyebab terjadinya kanker

serviks dapat ditularkan dengan mudah

h) Riwayat Psikososial

Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jika klien memiliki

koping adaptif yang baik. Pada klien kanker serviks,

biasanya perubahan psikososial terjadi pada waktu pasien

mengalami perubahan struktur fungsi tubuh .Selain itu,

kondisi ini juga dipicu oleh biaya yang dikeluarkan selama

proses pengobatan, sehingga pasien mengalami

kecemasan.
79

c. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang

respon individu, keluarga, dan komunitas terhadap masalah

kesehatan atau proses kehidupan ataupun kerentanan respon.

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif

2) Polanafas tidak efektif

3) Perfusi perifer tidakefektif

4) Nyeri akut

d. IntervensiKeperawatan

Perencanaan keperawatan merupaka langkah ketiga

dalam proses keperawatan yang terdiri dari dua langkah (Potter

& Perry, 2013). Langkah pertama adalah menetapkan tujuan

dan hasil yang harapkan bagi klien. Langkah kedua

perencanaan keperawatan adalah merencanakan intervensi

keperawatan yang akan diimplementasikan ke pasien. Dalam

menetapkan tujuan dan kriteria hasil perawat menggunakan

pedoman Nursing Outcomes Classification (NOC).Sedangkan

dalam merencanakan intervensi keperawatan digunakan

Nursing Intervensions Classification (NIC)

e. Impelemntasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat

proses keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun

rencana keperawatan (Potter & Perry, 2013). Pada tahap ini


80

perawat akan mengimplementasikan intervensi yang telah

direncanakan berdasarkan hasil pengkajian dan penegakkan

diagnosis yang diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil

sesuai yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan

status kesehatan klien.

Penerapan implementasi keperawatan yang dilakukan

perawat harus berdasarkan intervensi berbasis bukti atau telah

ada penelitian yang dilakukan terkait intervensi tersebut. Hai ini

dilakukan agar menjamin bahwa intervensi yang diberikan

aman dan efektif (Miller, 2012). Dalam tahap implementasi

perawat juga harus kritis dalam menilai dan mengevaluasi

respon pasien terhadap pengimplementasian intervensi yang

diberikan.

f. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap kelima dari prsoes

keperawatan. Tahap ini sangat penting untuk menentukan

adanya perbaikan kondisi atau kesejahteraan klien (Perry &

Potter, 2013). Hal yang perlu diingat bahwa evaluasi

merupakan proses kontinu yang terjadi saat perawat

melakukan kontak dengan klien. Selama proses evaluasi

perawat membuat keputusan-keputusan klinis dan secara

terus-menerus mengarah kembali ke asuhan keperawatan.

Tujuan asuhan keperawatan adalah membantu klien


81

menyelesaikan masalah kesehatan actual, mencegah

terjadinya masalah risiko, dan mempertahankan status

kesehatan sejahtera. Proses evaluasi menentukan keefektifan

asuhan keperawatan yang diberikan.

Perawat dapat menggunakan format evaluasi SOAP

untuk mengevaluasi hasil intervensi yang dilakukan. Poin S

merujuk pada respon subjektif pasien setelah diberikan

intervensi. Poin O melihat pada respon objektif yang dapat

diukur pada pasien setelah dilakukannya intervensi. Poin A

adalah analisis perawat terhadap intervensi yang dilakukan.

Poin P adalah perencanaan terkait tindakan selanjutnya sesuai

analisis yang telah dilakukan sebelumnya.


82

B. Tinjauan Kasus

1. Pengkajian

Ruangan : IGD OBGYN

Tanggal : 07-10-2019

Jam : 02.16 wita

c. Identitas pasien

No. Rekam Medis : 897xxx

Nama : Ny. “ N”

Jenis Kelamin : Perempuan

Tgl/ Umur : 50 tahun

Alamat : Palu

Rujukan dari : RS Banggai

Diagnosa : CA Ceviks

Nama keluarga yang bisa dihubungi :Tn“M”

Transfortasi waktu datang : Mobil Taxi

Alasan masuk :

Keluarga Klien masuk rumah sakit rujukan dari RS Banggai,

psien mengeluh nyeri pada perut tembus kebelakang yang

dialami sejak 1 minggu yang lalu. Sebelumnya ada darah

keluar dari vagina sejak beberapa bulan terakhir dan sudah 3

hari tidak pernah BAK.


83

d. Primary survey

A. Airway

1. Pengkajian jalan napas

 Bebas Tersumbat

Trachea di tengah :  Ya Tidak

a. Resusitasi : -

b. Re evaluasi : -

2. Masalah keperawatan :-

3. Intervensi/ Implementasi : -

4. Evaluasi :-

B. Breathing

1. Fungsi pernapasan :

a. Dada simetris :  Ya Tidak

b. Sesak napas :  Ya Tidak

c. Pola Napas : Dipsneu

d. Respirasi : 26 x/menit, dan terdapat penggunaan

otot bantu pernapasan.

e. Krepitasi : Ya Tidak

f. Suara napas : Teratur (vesicular), dan tidak terdapat

suara napas tambahan seperti Ronchi,wheezing.

g. Saturasi 02 : 99 %

h. Assesment : -

i. Resusitasi : -
84

j. Re evaluasi :-

2. Masalah keperawatan : Ketidakefektifan Pola nafas

C. Circulation

1. Tekanan darah: 148/85 mmHg

2. HR : 73 kali/menit, Reguler

3. Suhu axilla : 36ºC

4. Temperatur Kulit : Dingin

5. Gambaran kulit : Pucat

6. Perdarahan : Ya

Lokasi perdarahan : pada vagina

7. Pengisian Kapiler : >2 detik

8. Assesment : -

9. Resusitasi :Tidak dilakukan resusitasi

10. Re-evaluasi : Tidak dilakukan resusitasi

11. Masalah keperawatan :Ketidakefektifan perfusi

jaringan perifer

D. Disability

1. Penilaian fungsi neurologis

Kesadaran Apatis dengan GCS 13 (E3 M 6 V4)

2. Masalah keperawatan : -

3. Intervensi/Implementasi : -

4. Evaluasi : -
85

E. Exposure

1. Penilaian Hipotermia/hipertermia

Tidak ada peningkatan dan penurunan suhu, dengan

suhu : 36,oC

2. Pengkajian Nyeri :

P : Pada saat bergerak

Q : Tertusuk-tusuk

R : Abdomen bagian bawah

S: Skala 4 NRS

T: 3-5 menit, hilang timbul

3. Masalahkeperawatan : Nyeri Akut b/d agen cidera

biologis (CA Cerviks)

REAKSI PUPIL
Tabel 2.13
Reaksi pupil
Kanan Ukuran (mm) Kiri Ukuran

(mm)

Cepat 2,5 mm 2,5 mm

Kontriksi - -

Lambat - -

Dilatasi - -

Tak bereaksi - -

2. PENGKAJIAN SEKUNDER
86

c. Riwayat kesehatan

1. S : Sign/Symtom (tanda dan gejala) :

Pada saat pengkajian pasien mengeluh nyeri pada perut

bagian bawah disertai pendaran pada jalan lahir.

Keadaan umum pasien lemah, pasien namapak

meringis.

2. A : alergi:

Pasien mengatakan tidak ada alergi obat dan makanan.

3. M: pengobatan:

Ketorolac 30mg/8jam/IV

4. P : Riwayat penyakit:

5. L :Makanan yang dikomsumsi terakhir,sebelum sakit:

Pasien mengatakan makanan terakhir sebelum kejadian

yaitu nasi, ikan dan sayur.

6. E : Kejadian sebelum injury/sakit: -

d. Riwayat dan mekanisme trauma

1. O: Onset ( seberapa cepat efek dari suatu interaksi terjadi) :

Pasien mengeluh nyeri perut bagian bawah dan disertai

pendarahan.

2. P : Provokatif (penyebab ) :

Ca Serviks

3. Q : Quality(kualitas ) :

Seperti tertusuk-tusuk
87

4. R : Radiation( paparan) :

Abdomen bagian bawah

5. S : Severity (tingkat keparahan) :

Nyeri dengan skala 4 (sedang)

6. T : Timing (waktu) :

Nyeri hilang timbul sekitar 3-5 menit.

Tanda – Tanda Vital

1. Frekuensi Nadi : 71 x/menit

2. Tekanan Darah : 148/85 mmHg

3. Pernafasan : 26x/i

4. Suhu tubuh : 36oC

e. Pemeriksaan Fisik

1. Kepala

a. Kulit kepala :

1) Inspeksi : Rambut berwarna hitam, kulit kepala tampak

bersih, dan tidak ada ketombe.

2) Palpasi : Tidak teraba adanya massa dan tidak ada

nyeri tekan

b. Mata

1) Inspeksi : Tidak ada perdarahan subkujungtiva,

konjungtiva tidak anemis, skelera tampak jernih, tidak

ada cedera pada kornea, dan pupil isokor.

2) Palpasi : Tidak teraba adanya massa


88

c. Telinga

1) Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak tampak adanya

serumen.

2) Palpasi : Tidak teraba adanya massa dan tidak ada

nyeri tekan

d. Hidung

1) Inspeksi : Tampak bersih, posisi septum berada

ditengah, tidak ada benjolan pada hidung, dan tidak

terdapat rinorhea.

2) Palpasi : Tidak teraba adanya massa

e. Mulut dan gigi

Inspeksi: Mukosa mulut tampak lembab, gigi tampak

putih, jumlah gigi 33 dan tidak terdapat

stomatitis.

f. Wajah

Inspeksi : Wajah tampak meringis.

g. Leher

Inspeksi : Tidak terdapat pembesaran tonsil.

h. Dada/thoraks

Paru-paru ;

1) Inspeksi : Simetris antar kedua lapang paru,

menggunakan otot bantu pernapasan dada, frekuensi

napas : 20 x/menit.
89

2) Palpasi :Tidak ada nyeri tekan

3) Perkusi :Terdengar bunyi sonor.

4) Auskultasi : Suara napas teratur (vesicular), dan

ada suara napas tambahan wheezing.

i. Jantung

1) Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

2) Perkusi : Suara pekak, batas atas intekostal 3 kiri,

batas kanan linea paasteral kanan, batas kiri linea mid

clavicularis kiri, batas bawah intercostals 6 kiri

3) Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni reguler,

bising tidak ada.

j. Abdomen

1) Inspeksi : Bentuk bulat, warna kulit sawo matang,

Nampak adanya striae dan nampak ada bekas luka

operasi SC.

2) Auskultasi : peristaltic usus 12 kali/menit

3) Palpasi : Kandung kemih tidak teraba, TFU : sulit dinilai.

Klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah, tidak

ada massa pada abdomen, tidak ada nyeri tekan.

4) Perkusi : -

k. Genitalia

1) Inspeksi : Nampak perdarahan ±150 cc

2) Palpasi :Tidak dikaji.


90

l. Ekstremitas

1) Status sirkulasi : Pengisian kapiler pada ektermitas atas

dan bawah >2 detik. Terpasang infus pada ektermitas

kanan atas dengan cairan Nacl 28 tetes/menit.

2) Keadaan injury : Tidak ada

m. Neurologis

Fungsi sensorik: Pasien dapat merasakan stimulus berupa

sentuhan ringan pada anggota tubuh.

Fungsi Motorik: Pasien dapat mengangkat kedua kakinya

dan tangannya dan mampu menahan dorongan. Kekuatan

otot 5 5 5

5 5

3. HASIL LABORATORIUM :

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal dan Satuan

HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
WBC 26.4 4.00-10.00 [106/mm3]
RBC 3,43 4.00-6.00 [106/mm3]
HGB 9.6 12-16 g/dl
HCT 29 37.0-48.0 %
MCV 84 80.0-97.0 fl
MCH 28 26.5-33.5 pg
MCHC 33 31.5-35.0 g/dl
RDW-CV 14.6 10.0-15.0 %
PLT 90 150-400[10ˆ3/ul]
91

PDW 10.6 10.0-18.0 fl


MPV 9.8 6.50-11.0 fl
PCT 0.40 0.15-0.50 %
NEUT 95.5 52.0-75.0 %
LYMPH 1.8 20.0-40,0%
MONO 2.5 2.0-8.0 [10ˆ3/ul]
EO 0.0 1.0-10.0 [10ˆ3/ul]
BASO 0.2 0.00-0.10 [10ˆ3/ul]
KIMIA DARAH
Fungsi Ginjal
Ureum 240 10-50 mg/dl
Kreatinin 24.85 P (<1.1) mg/dl
Analisa Gas Darah
PH 7.211 7.35-7.45
SO2 98.6 95-98 %
PO2 140.2 80.0-100.0 mmHg
ctO2 12.3 15.8-22.3 ml/dl
PCO2 32.3 35.0-45.0 mmHg
ctCO2 14.1 23-27 mmol/l
HCO3 13.1 22-26 mmol/l
BE 15.0 -2 s/d +2 mmol/l
Elektrolit
Natrium 140 136-145 mmol/l
Klorida 107 97-111 mmol/l
Kalium 7.9 3.5-5.1 mmol/l

4. PENGOBATAN :

Oksigen kanul nasal 4 Liter/menit

IFVD Range Laktat 28 TPM


92

5. ANALISA DATA

Table 2.14
Analisa data dan Masalah Keperawatan Pada Kasus Ny.N
Dengan Carcinoma Cerviks Di Ruang Instalasi Gawat
Darurat (IGD) Obgyn RS. DR. Wahidin
Sudirohusodo Makassar

No Data Masalah Keperawatan

1) Ketidakefektifan Pola Napas Ketidakefektifan Pola Napas


DS : Pernapasan Cepat berhubungan dengan penurunan
energi
DO :
- Pernapasn 26x/menit
- Nampak sesak
- Terpasang nasal kanul (4
liter)
2) Ketidakefektifan perfusi perifer Ketidakefektifan perfusi perifer
DS :- berhubungan dengan penurunan
DO : aliran arteri/vena
- akral teraba dingin
- warna kulit pucat
- CRT >3 detik

3) Nyeri Akut Nyeri Akut


DS :
 pasien mengatakn nyeri
yang dirasakan pada perut
sampai kebelakang
 Suami pasien mengatakn
nyeri d rasakan sejak
seminggu yang lalu
DO :
93

 Pasien nampak meringis


 TTV
TD : 148/85 mmHg
N : 71 x/i
P : 26 x/i
S : 360C
2) P  Pengkajian nyeri

r P : saat bergerak maupun


tidak bergerak
i
Q : Tertusuk-tusuk
o R : Abdomen bagian bawah
S: Skala 4 NRS
r
T: 3-5 menit, hilang timbul
i 3) Risiko Infeksi Risiko Infeksi
Faktor Risiko :
t
1. Penyakit kronis (Carsinoma
a Serviks)
2. Terpasang Infus RL 28 tpm
s 3. WBC 26.4 [106/mm3]
4. HGB 9.6 gr/dl
dan p

3) Diagnosa Keperawatan

Table 2.15
Diagnosa Keperawatan Pada Kasus Ny.N Dengan Carcinoma
Cerviks Di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Obgyn RS. DR. WahidinSudirohusodo
Makassar
Diagnosis Tanggal Tanggal
Keperawatan ditemukan teratasi
94

NANDA 2015 – 2017


1. Ketidakefektifan Pola 07-10-2019
Napas berhubungan
dengan penurunan
energi

2. Ketidak efektifan perfusi


07-10-2019
jaringan perifer b/d
penurunan aliran
arteri/vena

3. Nyeri akut b/d agen


cidera biologis 07-10-2019

4. Resiko Infeksi

07-10-2019
95

4) Perencanaan Keperawatan

Inisial Pasien : Ny N

No. RM : 897xxx

Ruang Rawat : IGD OBGYN RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo

Perencanaan Keperawatan Pada Kasus Ny.N Dengan Carcinoma Cerviks


Di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Obgyn
RS. DR. WahidinSudirohusodo
Makassar

NO Diagnosis Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1 Pola Napas tidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajement jalan napas
berhubungan dengan selama 1x45 menit diharapkan. Status Observasi :
penurunan energi Pernapasan: Ventilasi dengan indicator hasil: d. Monitor jalan napas ( frekuens,
DS : Pernapasan Cepat 1) Frekuensi Pernapasan dalam rentang kedalaman, usaha napas )
normal (16-22 kali/menit) e. Monitor bunyi napas tambahan (
DO : 2) Irama Pernapasan normal (Fase mis : gurgling, mengi, wheezing,
- Pernapasn 26x/menit Ekspirasi=Fase Inspirasi) ronkhe )
- Nampak sesak 3) Penggunaan otot bantu napas tidak ada f. Monitor sputum ( jumlah, warna,
- Terpasang nasal kanul 4) Suara napas tambahan tidak ada aroma
96

(4 liter) 5) Retraksi dinding dada tidak ada Terapeutik:


f. Pertahankan kepatenanan jalan
napas
g. Posisikan semifowler atau fowler
h. Berikan minum hangat
i. Lakukan fisioterapi dada
j. Berikan oksigen
Edukasi :
c. Anjurkan asupan caiiran 2000ml /
hari
d. Ajarkan tehnik batuk efektif
Kolaborasi :
b. Kolaborasi pemberian
bronkhodilator, ekspektoran dan
mukolitik.
2 Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Syok Anafilaktif
perifer berhubungan selama 1x45 menit diharapkan Keparahan Tindakan
dengan penurunan aliran perfusi jaringan perifer dengan indicator hasil: 1) Monitor status kardiopulmonal
97

arteri/vena 1) Penurunan Tekanan Nadi Perifer tidak (frekuensi dan kekuatan nadi,
DS :- ada frekuensi nafas)
DO : 2) Penurunan tekanan darah sistolik tidak 2) Mengontrol memonitor status
- akral teraba dingin ada oksigen
- warna kulit pucat 3) Penurunan tekanan darah diastolik tidak 3) Monitor tingkat kesadaran
CRT >3 detik ada Terapeutik
4) Melambatnya waktu pengisian kapiler 1) Pertahankan jalan nafas Paten
tidak ada 2) Pemasangan jalur IV
5) Nadi lemah dan halus tidak ada 3) Pasang kateter urine untuk menilai
6) Akral dingin, kulit lembab/basah tidak ada Produksi urine
7) Pucat tidak ada Kolaborasi
8) Menurunnya output urine tidak ada -
9) Penurunan tingkat kesadaran tidak ada
10) Respon pupil melambat tidak ada

3 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri


DS : selama 1x45 menit, diharapkan nyeri Tindakan
 pasien mengatakn teratasiyang dibuktikan dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
nyeri yang dirasakan a. Tidak ada nyeri yang dilaporkan durasi, Frekuensi, Kualitas nyeri
98

pada perut sampai b. Tidak ada ekpresi meringis 2. Identifikasi Skala nyeri
kebelakang c. Nyeri berkurang dari skala 4 (sedang) 3. Identifikasi respon non verbal
 Suami pasien menjadi skala 2 (ringan) 4. Identifikasi faktor yang memperberat
mengatakn nyeri d dan memperingan nyeri
rasakan sejak Terapeutik
seminggu yang lalu 1. Berikan tehnik nonfarmakologis
DO : untuk mengurangi rasa nyeri
 Pasien nampak (relaksasi nafas dalam)
meringis 2. Fasiltasi istirahat dan tidur
 TTV Edukasi
TD : 148/85 mmHg 1. Jelaskan strategi meredakan nyeri
N : 71 x/i
P : 26 x/i
S : 360C
 Pengkajian nyeri
P : saat bergerak
maupun tidak
bergerak
99

Q : Tertusuk-tusuk
R : Abdomen bagian
bawah
S: Skala 4 NRS
T: 3-5 menit, hilang
timbul
4 Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan perlindungan infeksi
Faktor Risiko : selama 1x45 menit pasien tidak mengalami 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi
1. Penyakit kronis infeksi dengan kriteria hasil: 2. Memonitor kerentangan terhadap
(Carsinoma Serviks)
2. Terpasang Infus RL 28  Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
infeksi
tpm  Menunjukkan kemampuan untuk 3. Memastikan teknik aseptic pada
3. WBC 26.4 [106/mm3]
mencegah timbulnya infeksi saluran IV
4. HGB 9.6 gr/dl
 Jumlah leukosit dalam batas normal
 Menunjukkan perilaku hidup sehat
Status imun, gastrointestinal, genitourinaria
dalam batas normal
100

5) Implementasi Keperawatan

Implementasi Keperawatan Pada Kasus Ny.N Dengan Carcinoma Cerviks


Di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Obgyn
RS. DR. WahidinSudirohusodo
Makassar

Diagnosis
No Hari/tgl Implementasi Evaluasi
Keperawatan
1 08Okto Pola Napas 1) Mengobservasi frekuensi nafas S:-
ber tidakefektifan Hasil : pernafasan pasien 26x/menit O:
2019 2) Mengobeservasi penggunaan otot bantu - Pasien nampak sesak
pernafasan - Terpasang nasal kanul
Hasil : pasien tidak menggunakan otot bantu - Pernafasan 26x/menit
pernafasan A : Masalah belum teratasi
3) Memberikan posisi hend up 30 jerajat P : Lanjutkan intervensi
Hasil : pasien masih sesak 1) Mengobservasi frekuensi
4) Penatalaksanaapemberian O2 (4 liter/menit) nafas
Hasil : sesak pasien nampak berkurang 2) Mengobeservasi penggunaan
otot bantu pernafasan
3) Memberikan pengembangan
101

dinding dada
2 08Okto Ketidakefektifa Manajemen Syok Anafilaktif S:-
ber n perfusi Tindakan O:
2019 perifer 1) Monitor status kardiopulmonal (frekuensi - Akrak dingin
dan kekuatan nadi, frekuensi nafas) - Penurunan kesadaran
Hasil : Nadi 71 x/i dan Nafas 26 x/i - Tidak ada pengeluaran urine
2) Mengontrol memonitor status oksigen - Pasien nampak pucat
Hasil : Pemberian O2 dengan 4 Liter/menit A : Masalah belum teratasi
3) Monitor tingkat kesadaran P : Lanjutkan intervensi
Hasil : GCS 13
Terapeutik
1) Pertahankan jalan nafas Paten
Hasil : Jalan nafas bebas
2) Pemasangan jalur IV
Hasil : Terpasangn Infus RL
3) Pasang kateter urine untuk menilai Produksi
urine
Hasil : terpasang kateter urine dan tidak
ada produksi urine yang keluar
102

Kolaborasi
3 08Okto Nyeri Akut Manajemen Nyeri S:
ber Tindakan - Pasien mengeluh nyeri pada
2019 1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, perut tembus ke belakang
Frekuensi, Kualitas nyeri - Suami pasien mengatak
Hasil : pada daerah perut tembus nyeri dirasakan sejak 1
kebelakang, Tertusuk-tusuk, 3-5 menit, minggu yang lalu
hilang timbul O:
2) Identifikasi Skala nyeri - Klien Nampak meringis
Hasil : Skala 4 NRS - S skor 4NRS
3) Identifikasi respon non verbal A : Masalah Nyeri belum teratasi
Hasil : Pasien nampak meringis P : Lanjutkan intervensi
4) Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
Hasil : saat bergerak maupun tidak
bergerak
Terapeutik
1) Berikan tehnik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (relaksasi nafas
103

dalam)
Hasil : Skala Nyeri tidak berkurang
2) Fasiltasi istirahat dan tidur
Hasil : pasien bering di tempat tidur yang
telah disediakan
4 08Okto Risiko Infeksi perlindungan infeksi S:-
ber 4. Memonitor tanda dan gejala infeksi O:
2019 Hasil : hasil Lab menunjukkan WBC - Hasil lab WBC 26.4
meningkat 26.4 A: Setelah dilakukan tindakan
5. Memonitor kerentangan terhadap infeksi keperawatan selama 1x15menit,
Hasil : pasien rentang terhadap infeksi maka di harapkan :
6. Memastikan teknik aseptic pada saluran IV Kontrol infeksi
Hasil : semua tindakan dilakukan dengan  Pemantauan faktor resiko
aseptic lingkungan sekitar sering
ditunjukkan
 Pemantauan faktor resiko
pada pasien sering
ditunjukkan
P: -
104

BAB III

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas studi kasus pada asuhan

keperawatan yang dilakukan pada tanggal 07 Oktober 2019 di ruang UGD

OBGYN RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Prinsip dari

pembahasan ini dengan memperhatikan teori proses keperawatan yang

terdiri dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses

keperawatan, proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan

komunikasi data tentang klien. Pengumpulan data harus berhubungan

dengan masalah kesehatan tertentu sehingga data pengkajian harus

relevan seperti yang ditampilkan. Fase proses keperawatan ini

menKankerkup dua langkah yaitu pengumpulan data dari sumber

primer dan sumber sekunder serta analisa data sebagai dasar dasar

untuk diagnosa keperawatan.

Selama pengkajian penulis mendapatkan data subjektif dan

objektif. Data subjektif merupakan data yang di dapat dari klien

sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian, data tersebut

tidak dapat ditentukan oleh perawat seKankerra independent melalui

suatu interaksi dan komunikasi. Data objektif adalah data yang dapat

diobservasi dan diukur oleh perawat. Data ini diperoleh melalui

103
105

kepekaan perawat selama melakukan pemeriksaan fisik melalui 2S

yaitu Smelldan Sightdan HT yaitu Hearing, Touch(Muttaqin, 2010).

Asuhan keperawatan pada Ny.E yang dilakukan pada tanggal

01 Oktober 2018 dari hasil pemeriksaan fisik yang telah dilakukan

didapatkan bahwa klien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah

disertai pendarahan dari jalan lahir dan memberat 6 jam sebelum

masuk RS, tampak lemah,klien namak puKankert, dan CRT <2 detik.

Hal ini menunjukkan adanya kesamaan tanda dan gejala di dalam

tinjauan pustaka dimana manifestasi klinik dari KANKER Cerviksa

adalah Perdarahan yang terjadi diluar senggama, nyeri abdomen dan

punggung bagian bawah (Menurut Ariani (2015) dan Padila (2015))

Dalam hal ini tidak didapatkan kesenjangan antara hasil

pengkajian dengan teori hal ini diakibatkan oleh respon tubuh setiap

orang berbeda-beda.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat

dan pasti tentang masalah klien serta pengembangan yang dapat

dipeKankerhkan atau dirubah melalui tindakan keperawata,

menggambarkan respon aktual atau potensial klien terhadap masalah

kesehatan. Respin aktual dan potensial klien didapatkan dari data

dasar pengkajian dan Kankertatan medis klien, yang kesemuanya

dikumpulkan selama pengkajian. Diagnosa keperawatan memberikan


106

dasar pemilihan intervensi untuk menKankerpai hasil yang di

harapkan.

Diagnosa keperawatan adalah diagnosa yang dibuat oleh

perawat professional yang menggambarkan tanda dan gejala yang

menunjukkan masalah kesehatan yang dirasakan klien dimana

perawat berdasarkan pendidikan dan pengalaman mampu menolong

klien (Bararah&Jauhar, 2015).

Berdasarkan tinjauan teori tentang Kanker Serviks, beberapa

diagnosa yang menuculmenurut teori adalah

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif

2. Ketidakefektifan pola nafas

3. Gangguan Pertukaran Gas

4. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan

5. Nyeri akut

Sedangkan diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Ny.

N yaitu :

1. Pola nafas Tidaefektif

2. Ketidakefektifanperfusi jaringan perifer

3. Nyeri akut

4. Resiko Infeksi

Dari hal diatas dapat disimpulkan terdapat 3 kesenjangan

diagnosa keperawatan antara teori dan kasus yaitu:


117

1. Gangguan Pertukaran Gas

Diagnosa ini terdapat pada teori namun tidak ada pada kasus

karena tidak ada data yang menunjang dalam batasan

karakteristik menurut NANDA 2015 untuk mengangkat

diagnosa gangguan pertukaran gas

2. Brsihan Jalan nafas Tidakefektif

Diagnosa ini terdapat pada teori namun tidak ada pada kasus

karena tidak ada data yang menunjang dalam batasan

karakteristik menurut NANDA 2015 untuk mengangkat

diagnosa Kekurangan volume Kankeriran

3. Resiko Infeksi. Diagnosa ini tidak ada pada teori namun

didapatkaan pada kasus karena diperoleh data dari hasil

pengkajian pada pasien yang mendukung. Pasien Rentan

mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang

dapat mengganggu kesehatan (Nanda, 2015-2017).

Sementara penulis menemukan data adanya tindakan invasif

pemasangan infus serta menderita penyakit KANKER serviks

yang menyebaban pasien bisa beresiko infeksi.

C. Intervensi Keperawatan

Pada renKankerna keperawatan/intervensi keperawatan pada

kasus ini merujuk pada intervensi yang sesuai dengan konsep

NIC (Nursing Intervensions classiKankertion), serta pembuatan


118

tujuan dan kriteria hasil merujuk pada konsep NOC (Nursing

outcomes classifiKankertion).

PerenKankernaan pada kasus Kanker Cerviks adalah

sebagai berikut:

1. Ketidakefektifan Pola Napas berhubungan dengan


penurunan energi
a. Mengobservasi frekuensi, irama,dan kedalaman suara

napas

b. Mengobservasi penggunaan otot bantu pernapasan

c. Posisikan pasien untuk meringankan sesak nafas

d. Memperhatikan pengembangan dinding dada

Tidak ditemukan adaanya kesenjangan pada

perenKankernaan diagnosa ini dan tidak dapat dibandingkan

dengan konsep teori karena semua data-data yang

didapatkan pada saat pengkajian sama dengan konsep teori.

1. Ketidakefektifanperfusi jaringan perifer b/d penurunan

aliran arteri/vena

a. Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan

nadi, frekuensi nafas)

b. Mengontrol memonitor status oksigen

c. Monitor tingkat kesadaran

d. Pertahankan jalan nafas Paten


119

e. Pemasangan jalur IV

f. Pasang kateter urine untuk menilai Produksi urine

Tidak ditemukan adaanya kesenjangan pada

perenKankernaan diagnosa ini dan tidak dapat dibandingkan

dengan konsep teori karena semua data-data yang

didapatkan pada saat pengkajian sama dengan konsep teori.

2. Nyeri akut b/d agen cedera Biologis (KankerCerviks)

a. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.

b. Lakukan pengkajian nyeri seKankerra komprehensif

termasuk lokasi,karakterisitik, durasi, frekuensi, kualitas

dan faktor presipitasi.

c. Ajarkan teknik nonfarmakologis : tekni relaksasi napas

dalam, distraksi, kompres hangat.

d. Berikan informasi mengenai nyeri seperti penyebab nyeri,

berapa lama nyeri dirasakan.

e. Kolaborasi pemberian obat analgetik

Tidak ditemukan adaanya kesenjangan pada

perenKankernaan diagnosa ini dan tidak dapat dibandingkan

dengan konsep teori karena semua data-data yang

didapatkan pada saat pengkajian sama dengan konsep teori.

3. Resiko Infeksi
120

a. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

b. Monitor tanda-tanda vital

c. Pertahankan tehnikaseptif setiap tindakan

d. Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan sebelum

masuk dan meninggalkan ruangan pasien.

e. Pakai sarung tangan sebagaimana dianjurkan oleh

kebijakan pencegahan universal.

f. Batasi jumlah pengunjung

Tidak ditemukan adanya kesenjangan pada

perenKankernaan diagnosa ini dan tidak dapat

dibandingkan dengan konsep teori karena semua data-

data yang didapatkan pada saat pengkajian sama dengan

konsep teori.

D. Implementasi keperawatan

Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan

adalah kategori dalam perilaku keperawatandimana tindakan

yang diperlukan untuk menKankerpai tujuan dan hasil yang

diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan

diselesaikan.

Dalam melakukan tindakan keperawatan ± 5 jam dari 4

diagnosa yang dirumuskan penulis pada tahap

perenKankernaan, semua intervensi dapat dilaksanakan pada


121

kasus. Adapun tindakan yang dilaksanakan oleh penulis selama

pelaksanaan kasus adalah sebagai berikut:

1. Ketidakefektifan Pola Napas penurunan energi


a. Mengobservasi frekuensi nafas

Hasil : pernafasan pasien 26x/menit

b. Mengobeservasi penggunaan otot bantu pernafasan

Hasil : pasien tidak menggunakan otot bantu pernafasan

c. Memberikan posisi hend up 30 jerajat

Hasil : pasien masih sesak

d. Penatalaksanaa pemberian O2 (4 liter/menit)

Hasil : sesak pasien nampak berkurang

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d penurunan

aliran arteri/vena

a. Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan

nadi, frekuensi nafas)

Hasil : Nadi 71 x/i dan Nafas 26 x/i

b. Mengontrol memonitor status oksigen

Hasil : Pemberian O2 dengan 4 Liter/menit

c. Monitor tingkat kesadaran

Hasil : GCS 13

d. Pertahankan jalan nafas Paten

Hasil : Jalan nafas bebas

e. Pemasangan jalur IV
122

Hasil : Terpasangn Infus RL

f. Pasang kateter urine untuk menilai Produksi urine

Hasil : terpasang kateter urine dan tidak ada produksi

urine yang keluar

3. Nyeri akut b/d agen cedera Biologis (Kanker Cerviks)

a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, Frekuensi, Kualitas

nyeri

Hasil : pada daerah perut tembus kebelakang, Tertusuk-

tusuk, 3-5 menit, hilang timbul

b. Identifikasi Skala nyeri

Hasil : Skala 4 NRS

c. Identifikasi respon non verbal

Hasil : Pasien nampak meringis

d. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan

nyeri

Hasil : saat bergerak maupun tidak bergerak

e. Berikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa

nyeri (relaksasi nafas dalam)

Hasil : Skala Nyeri tidak berkurang

f. Fasiltasi istirahat dan tidur

Hasil : pasien bering di tempat tidur yang telah disediakan

4. Resiko Infeksi
123

a. Memonitori tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal

Hasil : Tidak ,kebiruan, kemeraha, bengkak, pada daera

ke pala dan ekstremitas atas dan bawa.

b. Meonitori tanda-tanda vital

Hasil : TD : 130/90 mmHg, nadi : 98 x/menit, pernapasan :

22x/menit, suhu : 36,3oC

c. Memppertahankantehnikaseptif setiap tindakan

Hasil : Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan

tindakan.

d. Menganjurkan pengunjung untuk mencuci tangan sebelum

masuk dan meninggalkan ruangan pasien.

Hasil : pasien dijaga oleh suaminya saja.

e. Memakai sarung tangan sebagaimana dianjurkan oleh

kebijakan pencegahan universal.

Hasil : Setiap melakukan tidnadakan perawat

menggunakan sarung tangan on/steril.

f. Batasi jumlah pengunjung

Hasil : maksimal pengunjung 2 orang.

E. Evalusi

Dalam mengevalusi setiap masalah penulis melakukan melalui

observasi langsung kepada klien dan dari Kankertatan

keperawatan yang ada. Evaluasi adalah langkah terakhir dalam


124

proses keperawatan. Evalusimerupakan hasil proses pada kasus

ini yang menunjang adanya kemajuan atau keberhasilan dari

masalah yang dihadapi.

Adapun hasil evalusi dari 4 diagnosa yang ditegakkan yaitu:

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d penurunan aliran

arteri atau vena belum teratasi karena pada saat

evalusipasien didapatkan data Akrak dingin, Penurunan

kesadaran, Tidak ada pengeluaran urine, Pasien nampak

puKankert

2. Nyeri akut b/d agen cidera biologis belum teratasi karena

pada saat evalusi pasien mengatakan merasaka sakit pada

perut bagian bawah tembus kebelakang

3. Ketidakefektifan pola nafas belum teratasi karena pada saat

evalusi Pasien nampak sesak, Terpasang nasal kanul,

Pernafasan 26x/menit

4. Resiko Infeksi belum teratasi karena pada saat evalusi masih

tampak Pasien masih terpasang infus yang merupak salah

satu tindakan invasif


125

BAB IV

PENUTUP

Setelah penulis menguraikan pembahasan kasus Ny.N dengan

diagnosa Knaker Serviks di ruaangan IGD Obgyn RSUP Dr Wahidin

Sudirohusodo Makassar tanggal 07 oktober 2019. Maka :

A. KESIMPULAN

1. Untuk mendapatkan hasil yang akurat dalam menetapkan

proses keperawatan harus dilakukan seKankerra cermat dan

teliti serta memerlukan pendekatan interpersonal yang baik.

2. Masalah yang ditemukan pada teori adalah bersihan jalan

nafas tidakefektif, Pola nafas Tidakefektif, Ketidakefektifan

perfusi jaringan perifer, dan Gangguan rasa nyaman (nyeri), ,

sedangkan masalh yang muncul pada kasus adalah: Pola

nafas tidakefektif, Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer,

Nyeri, , Resiko Infeksi.

3. Dalam evalusi keperawatan, masalah yang ada pada Ny N

dengan diagnosa Kanker serviks selama kurang lebih 5 jam

implementasi yang telah dilakukan dan diberikan kepada

pasien, maka masalah keperawatan 4 diagnosa belum teratasi

dikarenaketerbatsan waktu dalam pemberian asuhan

keperawatan.

125
B. SARAN

Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan maka

penulis mengemukakan saran yang mmungkin dapat bermanfaat

untuk penanganan khusunya terhadap pasien dengan gangguan

sistem reproduksi Kanker Servika sebagai berikut:

1. Rumah Sakit

Bagi pihak rumah sakit agar dapat mempertahankan asuhan

keperawatan yang konferhensif (melibatkan berbagai kedisiplinan

ilmu kesehatan), kolaborasi serta melibatkan keluarga dalam

merawat pasien.

2. Bagi Perawat

Diharapkn perawat atau petugas kesehatan lainnya untuk lebih

meningkatkan pelayanan pada pasien yang mempunyai penyakit

KankerServiks. Untuk memberikan penyuluhan akan pentingnya

pola hidup sehat dan menjaga kesehatn alat reroduksi terutama

pada wanita.

3. Bagi Pasien

Diharapkan agar pasien bisa berpartisipasi (melihat kondisi

pasien) untuk bersungguh-sungguh dalam melakukan dan

menjalani perawatan atau terapi agar hasil yang diperoleh sesuai

dengan harapan.
DAFTAR PUSTAKA

Andri Irawati. (2018). Faktor Modifikasi (Teori Health Belief Model) dalam
Deteksi Dini Kanker Serviks pada Majelis Riyadhul Jannah dan
Majelis Fatayat NU di Dusun Meduran Desa Asrikaton Kecamatan
Pakis Kabupaten Malang. Malang

Bulechek Gloria,dkk. (2015 ). NIC (Nursing Inteventions Clasification


Measurement of Health Outcomes Edisi 6: Jakarta.Elselver

Departemen Kesehatan Indonesia. Laporan hasil riset kesehatan dasar


(RISKESDAS) 2010: Jakarta: Depkes RI; 2011.

Diagnosis Keperawatan NANDA Internasional: Definisi dan Klasifikasi


2015-2017. Jakarta: EGC.

Emilia, Ova, dkk, 2010. Bebas Ancaman Kanker Serviks. Yogyakarta:


MedPress.

Kementerian Kesehatan RI Pusat. (2015). Data dan Informasi Stop


Kanker. Jakarta

Moorhead,dkk. (2015). NOC (Nursing Outcomes Clasifications) Measure


of Health Outcomes Edisi 5: Jakarta. 2015

Novelia Dita. (2017). Asuhan keperawatan pada pasien dengan Kanker


serviks post kemoterapi di ruang gynekologi-onkologi irna
kebidanan RSUP DR. M. Djamil Padang . Padang : Poltekkes
kemenkes Padang

Nurwijaya, Hartati, dkk. 2010. Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Jakarta:
Elex Media Komputindo

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta

Nugrahaeni, dyan kunthi & novie elvinawaty mauliku. (2011). Metodologi


penelitian kesehatan. Cimahi: Stikes a. yani press

Nugroho, Taufan. (2010). Buku Ajar Ginekologi Untuk Mahasiswi


Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika
Nurcahyo, Jalu. (2010). Awas!!!Bahaya Kanker Rahim dan Kanker
Payudara. Yogyakarta: Wahana Totalita Publisher

Nurwijaya, Hartati, Andrijono, H.K. Suheimi. (2010). Cegah dan Deteksi


Kanker Serviks. Elex Media Komputindo

Price,AS.,Wilson,M.L.2010.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Alih Bahasa : dr. Brahm U. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Rahajeng, Ekowati. Hilangkan Mitos tentang Kanker. Dirjen Pengendalian


Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Kemenkes RI. 2014

Rasjidi, Imam. 2010. Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi.


Jakarta : EGC

Septia Haryani, Defrin, Yenita. (2012). Prevalensi Kanker Serviks


Berdasarkan Paritas di RSUP. Dr. M. Djamil Padang. Padang :
Jurnal Kesehatan Andalas.

Sari, A. P., Syahrul, F., Ua, F. K. M., Epidemiologi, D., & Ua, F. K. M.
(n.d.). Faktor yang berhubungan dengan tindakan vaksinasi hpv
pada wanita usia dewasa, 321–330.

T. Heather Herdman. (2015). Nanda International Inc. Nursing Diagnosis :


Definitions & Clasification 2015-2017 Edisi 10: Jakarta. EGC

Tutus Praningki , Indra Budi. (2017) Sistem Prediksi Penyakit Kanker


Serviks Menggunakan CART, Naive Bayes, dan k-NN. Yogyakarta
: Universitas AMIKOM Yogyakarta,

Yuli Kusumawati, Ridhiya Wiyasa N, E. N. R. (2016). Pengetahuan,


Deteksi Dini Dan Vaksinasi Hpv Sebagai Faktor Pencegah Kanker
Serviks Di Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
11(2), 204–213. http://doi.org/ISSN 1858-1196 diakses pada
tanggal 20 Januari 2019
Pathway Ca Serviks
Hubungan
Higiene seksual dini Infeksi virus Merokok Ganti-ganti
Genetik seksual jelek (<16 th) HPV pasangan

Serviks Pembesaran sel-sel kanker

Menekan paru-paru Menekan Menekan organ


Kedua jenis epitel yang melapisi mendesak-desak
kandung kemih pencernaan
(eksoserviks dan endoserviks/SCJ)

Sesak nafas
Metaplastik Squamosa Peningkatan
Proses metaplasi (erosive) defekasi
Columnar Junction (SCJ) frekuensi
berkemih
Pola nafas tidakefektif
Porsio yang erosive (metaplasia
squamosa fisiologik/patologik)

Tumor
Penyebaran tumor
Dysplasia/diskariotik

Eksolitik Endolitik Melalui pembuluh getah bening


Ulseratif Karsinoma invasif
serviks

Dari SCJ kea rah Dari SCJ ke Dari SCJ Ke arah fornises dan Ke arah korpus Ke arah parametrium
lumen vagina stroma serviks Perubahan epitel
dinding vagina uterus
dysplasia serviks

Masa proliferasi Infiltrasi Ulkus luas Menginfiltrasi septum


Regresi spontan Operasi/bedah rektovaginal dan
kandung kemih

Keputihan bau busuk Ulkus Resiko Perdarahan Perdarahan spontan


Infeksi saat senggama Histerektomi Fistula rectum
Obstruksi kandung
kemih/ureter
Nekrosis jaringan Anemia
 Infeksi
 Gangguan Perubahan pola  Gangguan
integritas kulit Perfusi jaringan seksualitas harga diri Perubahan pola eliminasi
Ansietas  Nyeri Pendarahan BAB
perifer tidak efektif
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama Lengkap :Sri Wahyuni Rahim. S.Kep

Tempat Dan Tanggal Lahir : Kaloran, 22 Juni 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Pernikahan : Belum Menikah

Alamat : Jl.Serigala No.167 Makassar

No Hp : 085 242 725 949

Alamat E-Mail : wahyunisrirahim665@gmail.com

Pendidikan :

SD : SD Negeri Inpres Salimbongan Tahun 2000 - 2006

SLTP : STS Punnia Pinrang Tahun 2006 - 2009

SLTA : MA IUJ Lerang-Lerang Pinrang Tahun 2009 - 2012

Diploma III : Akper Muhammadiyah Makassar Tahun 2012 - 2015

S.1 Keperawatan : STIK Makassar/YAPMA Tahun 2016 - 2018

Makassar, 06 Januari 2019

Sri Wahyuni Rahim

Anda mungkin juga menyukai