Anda di halaman 1dari 118

KARYA ILMIAH AKHIR

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA


Ny “H” DENGAN DIAGNOSA MEDIS KISTA OVARIUM DI
RUANGAN INSTALASI GAWAT DARURAT OBGYN
RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR

Oleh :

ENJELICA WOELANDARI, S.Kep


18.04.015

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN (YPSS)


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2019
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA
Ny.“H” DENGAN DIAGNOSA MEDIS KISTA OVARIUM DI
RUANGAN INSTALASI GAWAT DARURAT OBGYN
RSUP. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR

KARYA ILMIAH AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan


Pada Program Studi Ners STIKes Panakkukang Makassar

Disusun Oleh :

ENJELICA WOELANDARI, S.Kep


18.04.015

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN (YPSS)


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2019
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH AKHIR

NAMA : ENJELICA WOELANDARI

NIM : 18.04.015

PROGRAM STUDI : PROFESI NERS

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah ini adalah hasil

pelaksanaan asuhan keperawatan saya sendiri dan tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar ners di suatu perguruan

tinggi manapun, serta tidak terdapat pemikiran yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis atau diacu dalam naskah

ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dibuktikan sebagaian atau

keseluruhan karya ilmiah ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya

bersedia mempertanggung jawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi

berupa gelar ners yang telah diperoleh dapat ditinjau dan atau dicabut.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa

ada paksaan sama sekali.

Makassar,…………………2019

Yang membuat pernyataan.


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya yang tak

terhingga, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan karya ilmiah

akhir dengan judul “MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT

DARURAT PADA Ny “H” DENGAN DIAGNOSA MEDIS KISTA

OVARIUM DI RUANGAN IGD OBGYN RSUP DR. WAHIDIN

SUDIROHUSODO MAKASSAR”.

Dalam melakukan penyusunan karya ilmiah akhir ini penulis telah

mendapatkan banyak masukan, dukungan, bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak yang sangat berguna dan bermanfaat baik secara

langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan yang

baik ini dengan berbesar hati penulis ingin mengucapkan terimah kasih

kepada yang terhormat :

1. H. Sumardin Makka, SKM., M.Kes, selaku Ketua Yayasan Perawat

Sulawesi Selatan yang telah memberikan arahan selama ini.

2. Sitti Syamsiah,S.Kp.,M.Kes, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Panakkukang Makassar yang telah memberikan izin

penelitian serta bimbingan dan arahan selama ini.

3. Kens Napolion, SKp,. M.Kep,. Sp.Kep.J, selaku Ketua Profesi Ners

STIKES Panakkukang Makassar yang telah memberikan ijin dalam

pelaksanaan penelitian dan bimbingan serta saran yang membangun

selama ini.
4. Hasniaty AG, S.Kp., M.Kep, selaku pembimbing institusi yang telah

banyak memberikan bimbingan, arahan serta motivasi hingga

selesainya penulisan karya ilmiah ini.

5. Civitas Akademika STIKES Panakkukang Makassar yang telah

membantu selama ini.

6. Pihak RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar terkhusus ruang

IGD OBGYN RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar sebagai

tempat pengambilan kasus untuk penyusunan karya ilmiah ini.

7. Pasien dan keluarga yang telah bekerjasama meluangkan waktu dan

kesempatannya dalam penyusunan karya ilmiah ini.

8. Bapak Ir.Luther Benyamin dan ibu Jenita Salubongga selaku orang

tua saya yang telah memberikan bantuan, support dan kasih sayang

serta do’a yang tiada henti-hentinya.

9. Teman-teman mahasiswa profesi Ners angkatan 2018 yang tidak bisa

saya sebutkan satu persatu, kebersamaan dengan kalian semua

adalah kenangan terindah dalam hidup saya yang tak pernah

terlupakan.
Dalam kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam melakukan

penyusunan karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena

itu masukan yang berupa saran dan kritik yang membangun dari para

pembaca akan sangat membantu. Semoga karya ilmiah ini bisa

bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak terkait terutama pembaca.

Makassar, Desember 2019

Enjelica Woelandari
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii

KATA PENGANTAR ............................................................................. iv

DAFTAR ISI ..........................................................................................vii

DAFTAR TABEL .................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................. 1

B. Tujuan Penulisan .............................................................. 3

C. Manfaat penulisan ............................................................ 5

D. Sistematika penulisan ...................................................... 6

BAB II TINJAUAN KASUS KELOLAN

A. TINJAUAN TEORI ............................................................. 8

1. Konsep Dasar Medis Penyakit ........................................ 8

a. Pengertian ............................................................ 8

b. Anatomi fisiologi .................................................... 9

c. Manifestasi Klinis.................................................. 23

d. Etiologi ................................................................ 24

e. Klasifikasi ............................................................ 29
f. Patofisiologi .......................................................... 32

g. Pathway CHF ....................................................... 38

h. Penatalaksanaan Medis ...................................... 40

2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ............................ 47

a. Pengkajian .......................................................... 47

b. Diagnosa keperawatan ......................................... 58

c. Rencana Asuhan Keperawatan ............................ 60

d. Implementasi Asuhan Keperawatan .................... 71

e. Evaluasi keperawatan .......................................... 71

B. TINJAUAN KASUS ........................................................... 73

1. Pengkajian ................................................................. 73

2. Diagnosa Keperawatan .............................................. 84

3. Intervensi Keperawatan ............................................. 85

4. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan .................. 87

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengkajian ........................................................................ 90

B. Diagnosa keperawatan ...................................................... 91

C. Intervensi keperawatan .................................................... 95

D. Implementasi keperawatan ................................................ 96

E. Evaluasi keperawatan ....................................................... 97

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................... 99
B. Saran .............................................................................. 99
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... ..xii
DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1 Penyebab Gagal Jantung .............................................. 27

Tabel 2.2 Klasifikasi CHF Menurut NYHA ..................................... 30

Tabel 2.3 Tahapan Gagal Jantung Menurut ACC/AHA ................. 30

Tabel 2.4 Terapi Obat Menurut Status Fungsional Pasien ............ 43

Tabel 2.5 Intervensi Keperawatan Konsep Teori .......................... 60

Tabel 2.6 Hasil Pemeriksaan Darah Lengkap ............................... 80

Tabel 2.7 Analisa Data .................................................................. 83

Tabel 2.8 Intervensi Keperawatan ................................................. 85

Tabel 2.9 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ...................... 87


DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Posisi jantung dari arah depan................................... 10

Gambar 2.2 Lapisan-Lapisan Jantung .......................................... 11

Gambar 2.3 Lapisan Otot Jantung ................................................ 11

Gambar 2.4 Katup-katup Jantung ................................................. 12

Gambar 2.5 Pathway CHF ............................................................ 38


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kartu Kontrol

Lampiran 2 : Riwayat Hidup Penulis


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) telah memaparkan bahwa

pada tahun 2015 angka kejadian kista ovarium tertinggi ditemukan di

negara-negara maju dengan rata-rata 10/100.000, kecuali di Jepang

(6,4/100.000). Insiden Amerika Serikat (7,7/100.000) relatif tinggi

dibandingkan dengan angka kejadian di Asia dan Afrika (WHO,2015).

The American Cancer Society memperkirakan bahwa pada

tahun 2014, sekitar 21.980 kasus baru kanker ovarium akan

didiagnosis dan 14.270 wanita akan meninggal karena kanker ovarium

di Amerika Serikat. Angka kejadian kista ovarium tertinggi ditemukan

pada negara maju, dengan rata-rata 10 per 100.000, kecuali di

Jepang (6,5 per 100.000). Insiden di Amerika Selatan (7,7 per

100.000) relative tinggi bila dibandingkan dengan angka kejadian di

Asia dan Afrika (WHO,2015).

Angka kejadian kista ovarium di Indonesia pada tahun 2015

sebanyak 23.400 orang dan meninggal sebanyak 13.900 orang.

Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena penyakit ini pada

awalnya bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila

sudah terjadi metastasis sehingga 60-70 % pasien datang pada

stadium lanjut (Kemenkes, 2015).

1
Kista ovarium merupakan penyakit yang banyak menyerang

kaum wanita. Kista sendiri merupakan benjolan yang berisi cairan

yang berada diindung telur. Penyakit kista ini sebenarnya merupakan

penyakit tumor jinak karena kebanyakan penanganannya tidak melalui

operasi besar (Budi Darma, 2014).

Kista ovarium merupakan kantong yang berisi cairan dan

berkembang di ovarium. Kista ovarium merupakan kasus umum dalam

ginekologi dan dapat terjadi pada wanita segala usia kasus kista

ovarium mempunyai ranking jumlah tertinggi selama tahun 2008.

Banyaknya kasus kista ovarium ini disebabkan oleh kurangnya

kesadaran untuk memeriksakan kesehatan pribadinya, terlebih lagi

sebagian besar dokter obstertik dan ginekologi merupakan kaum pria.

Kista ovarium dapat menunjukkan suatu proses keganasan

ataupun kondisi yang lebih berbahaya. Seperti kehamilan ektopik.

Torsi ovarium atau usus buntu. Selain itu terdapat kemungkinan

adanya hubungan terbaik antara kista ovarium dan kanker payudara.

Penanganan kista ovarium, baik, baik nouplastik jinak (benigna)

maupun ganas (moligna), dapat dilakukan dengan tindakan operasi.

Untuk itu, deteksi dini mengenai kista ovarium pada pasien

merupakan hal yang sangat penting untuk kelangsungan hidup

mereka.

Kista ovarium merupakan pembesaran dari indung telur yang

mengandung cairan. Besarnya bervariasi dapat kurang dari 5 cm

2
sampai besarnya memenuhi rongga perut, sehingga menimbulkan

nyeri hebat sehingga menimbulkan sesak nafas. (Manuaba, 2013)

Berdasarkan survey di Amerika Serikat pada tahun 2016, 18%

kista ovarium akan ditemukan pada pemeriksaan USG transvaginal

wanita post menopause dan hampir semua wanita pre menopause.

Survei demografi kesehatan Indonesia menunjukkan angka kejadian

kista ovarium di Indonesia mencapai 37,2% dan paling sering terdapat

pada wanita berusia antara 20-40 tahun dan jarang terjadi pada masa

pubertas atau kurang dari dua puluh tahun (Susianti, 2017). Namun,

tetap saja, bukan berarti tidak mungkin wanita usia remaja mengidap

kista ovarium.

Dari latar belakang dan pengalaman praktek yang ditemukan di

Rumah Sakit, maka penulis tertarik mengambil kasus dengan judul

“MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PADA Ny “H” DENGAN DIAGNOSA MEDIS KISTA OVARIUM DI

RUANGAN IGD OBGYN RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO

MAKASSAR” Sebagai tugas akhir.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Mendapatkan gambaran dan pengalaman langsung dalam

mengaplikasikan teori asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada

pasien kista ovarium.

3
2. Tujuan khusus

a. Mendapat gambaran dan pengalaman langsung dalam

melakukan pengkajian keperawatan kegawatdaruratan pada Ny.

H dengan Kista Ovarium di Ruangan IGD Obgyn RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar

b. Mendapat gambaran dan pengalaman langsung dalam

melakukan perumusan diagnosa keperawatan

kegawatdaruratan pada Ny. H dengan Kista Ovarium di

Ruangan IGD Obgyn RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar

c. Mendapat gambaran dan pengalaman langsung dalam

melakukan penyusunan intervensi keperawatan

kegawatdaruratan Ny. H dengan Kista Ovarium di Ruangan IGD

Obgyn RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

d. Mendapat gambaran dan pengalaman langsung dalam

melakukan implementasi keperawatan kegawatdaruratan pada

Ny. H dengan Kista Ovarium di Ruangan IGD Obgyn RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar

e. Mendapat gambaran dan pengalaman langsung dalam

melakukan evaluasi keperawatan kegawatdaruratan pada Ny. H

dengan Kista Ovarium di Ruangan IGD Obgyn RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar

4
C. Manfaat Penulisan

Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini di harapkan dapat

memberi manfaat :

1. Bagi Rumah sakit

Karya ilmiah ini dapat memberikan masukan bagi rumah sakit

dalam memberikan Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan

Kista Ovarium.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Karya ilmiah ini dapat menjadi salah satu sumber bahan ajar

bagi institusi pendidikan.

3. Bagi mahasiswa

Sebagai sumber referensi untuk mahasiswa dalam

melakukan asuhan keperawatan pada pasien Kista Ovarium.

4. Bagi peneliti

Sebagai bahan masukan bagi peneliti dalam melakukan

Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan dengan pasien Kista

Ovarium.

5
D. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran secara singkat dan menyeluruh

mengenai isi laporan, maka penulis memberikan sistematika uraian

sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Berisi latar belakang, tujuan umum, tujuan khusus,

manfaat dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Kasus Kelolaan

1. Tinjauan Teoritis

a. Konsep dasar medis yang meliputi Definisi,

anatomi dan fisiologi, etiologi, patofisiologi,

dan penatalaksanaan medik dengan kegawat

daruratan Kista Ovarium.

b. Konsep dasar asuhan keperawatan yang

meliputi pengkajian, diagnose keperawatan,

intervensi/implementasi dan evaluasi

keperawatan kegawat daruratan Kista

Ovarium.

2. Tinjauan Kasus Kelolaan

Berisi tentang pengkajian, diagnose

keperawatan, intervensi, implementasi dan

evaluasi keperawatan pada pasien dengan

kegawat daruratan Kista Ovarium.

6
BAB III : Pembahasan

Berisi tentang pembahasan kesenjangan antara

teori dan praktek yang meliputi pengkajian diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi

keperawatan pada pasien dengan Kista Ovarium.

BAB IV : Penutup

Berisi tentang kesimpulan dan saran.

7
BAB II

KONSEP KEGAWATDARURATAN KISTA OVARIUM

A. TINJAUAN TEORI

1. Konsep Dasar Medis

a. Pengertian

Kista ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang

berbentuk seperti kantong yang bisa tumbuh dimanapun dalam

tubuh. Kantung ini bisa berisi zat gas, cair, atau setengah

padat. Dinding luar kantung menyerupai sebuah kapsul

(Andang, 2013). Kista ovarium biasanya berupa kantong yang

tidak bersifat kanker yang berisi material cairan atau setengah

cair (Nugroho, 2014).

Kista ovarium merupakan penyakit yang banyak

menyerang kaum wanita. Kista sendiri merupakan benjolan

yang berisi cairan yang berada di indung telur. Penyakit kista ini

sebenarnya merupakan penyakit tumor jinak karena

kebanyakan penanganannya tidak melalui operasi besar (Budi

Darma, 2014).

Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista ovarium

(jista indung telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya

berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium). Kista

indung telur dapat terbentuk kapan saja. Penyakit kista ini

8
sebenarnya merupakan penyakit tumor jinak karena

kebanyakan penanganannya tidak melalui operasi besar

(Setyorini, 2014). Salah satu tumor jinak ginekologi paling

sering dijumpai pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian

kista terbentuk karena perubahan kadar hormone yang terjadi

selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur dari

ovarium.

Kista ovarium dapat berkembang menjadi kanker

ovarium dan menyebabkan suatu kegawat daruratan.

Definisi kegawat daruratan adalah kondisi

Kegawatdaruratan yang terjadi pada perjalanan penyakit kista

ovarium yang mengkhawatirkan dan diperlukan penanganan

yang segera terhadapnya.

Jadi, kista ovarium merupakan tumor jinak yang

menimbulkan benjolan abnormal di bagian bawah abdomen

dan berisi cairan abnormal berupa udara, nanah, dan cairan

kental.

b. Anatomi Fisiologi

1) Anatomi Ovarium

Ovarium merupakan organ berbentuk seperti buah

badam (almond) dengan ukuran sekitar 4 cm dan melekat

pada uterus melalui ligamen ligamen ovarii yang berjalan di

dalam mesovarium. Ovarium memiliki 2 hubungan, ligamen

9
infundibulopelvikum (ligamentum suspensorium ovari) yang

berjalan melewati pembuluh-pembuluh darah ovarium dan

limfatik dari dinding pelvis dan ligamentum ovarii yang

melalui kornu uterus (Ellis, 2012).

Vaskularisasi ovarium didapat dari aorta abdominalis

yang turun sepanjang dinding abdomen posterior .Arteri

kemudian menyilang di pembuluh darah arteri iliaca eksterna

dan masuk ke ligamentum suspensorium. Cabang

ascendens arteri uterina yang merupakan cabang dari arteri

iliaca interna berjalan sepanjang uterus lateral menuju

daerah medial ovarium dan tuba. Arteri ovarica dan arteri

uterina ascendens kemudian merupakan cabang perdarahan

terakhir dan kemudian beranatomosis satu sama lainnya

yang memberikan sirkulasi kolateral dari sumber abdominal

dan pelvis ke kedua struktur (Moore & Dalley, 2013).

Inervasi ovarium berasal dari pleksus ovaricus dan

sebagian dari pleksus uterinus (pelvikus). Ovarium dan tuba

uterina terletak intraperitoneal, sehingga berada di atas garis

nyeri pelvis. Oleh karena itu, serat nyeri aferen visceral naik

secara retrogard dengan serat simpatis desendens pleksus

ovaricus dan nervus splanchnicus lumbalis ke badan sel

pada ganglia sensorik spinalis T11-L11. Serat refleks aferen

visceral mengikuti serat parasimpatis secara retrogard

melalui pleksus hypogastricus inferior dan uterinus (pelvikus)

10
dan nervus splanchnicus pelvicus ke badan sel pada ganglia

sensorik spinalis S2-S4 (Moore & Dalley, 2013).

2) Fisiologi Ovarium

Ovarium mempunyai dua fungsi utama sebagai organ

penghasil ovum dan mengeluarkan hormon seks wanita,

estrogen dan progesteron. Hormon estrogen dan

progesteron berperan untuk mendorong fertilisasi ovum dan

mempersiapkan sistem reproduksi wanita untuk kehamilan.

Estrogen berperan untuk pematangan dan pemeliharaan

sistem reproduksi wanita dan membentuk karakteristik

sekunder wanita. Sementara progesteron berperan dalam

mempersiapkan lingkungan yang sesuai untuk memelihara

embrio dan kemudian janin serta berperan dalam

kemampuan payudara untuk menghasilkan susu (Sherwood,

2012).

c. Etiologi

Menurut Nugroho (2014), kista ovarium disebabkan oleh

gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis

dan ovarium (ketidakseimbangan hormon). Kista folikuler dapat

timbul akibat hipersekresi dari FSH dan LH yang gagal

mengalami involusi atau mereabsorbsi cairan. Kista granulosa

lutein yang terjadi didalam korpus luteum indung telur yang

fungsional dan dapat membesar bukan karena tumor,

disebabkan oleh penimbunan darah yang berlebihan saat fase

11
pendarahan dari siklus menstruasi. Kista theka-lutein biasanya

bersifay bilateral dan berisi cairan bening, berwarna seperti

jerami. Penyebab lain adalah adanya pertumbuhan sel yang

tidak terkendali di ovarium, misalnya pertumbuah abnormal dari

folikel ovarium, korpus luteum, sel telur.

d. Tanda dan Gejala

Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala,

atau hanya sedikit nyeri yang tidak berbahaya.Tetapi adapula

kista yang berkembang menjadi besar dan menimpulkan nyeri

yang tajam.Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-

gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan

lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik

(di luar rahim) atau kanker ovarium.Meski demikian, penting

untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh

Anda untuk mengetahui gejala mana yang serius.Berdasarkan

(Djuanda, 2014), gejala-gejala berikut mungkin muncul bila

anda mempunyai kista ovarium:

Kebanyakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan

gejala.Sebagian besar gejala yang ditemukan adalah akibat

pertumbuhan aktivitas hormon atau komplikasi tumor

tersebut.Kebanyakan wanita dengan Kista ovarium tidak

menimbulakan gejala dalam waktu yang lama.Gejala umumnya

sangat bervariasi dan tidak spesifik menurut (Nugroho. 2014).

12
1) Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium

antara lain:

a) Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.

b) Perasaan penuh dan tertekan di perut bagian bawah,

disertai nyeri.

c) Nyeri saat bersenggama.

d) Perdarahan menstruasi yang tidak biasa. Mungkin

pendarahan lebih lama, mungkin lebih pendek, atau

mungkin tidak keluar darah menstruasi pada siklus

biasa atau siklus menstruasi tidak teratur.

Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:

a) Gangguan haid

b) Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi

atau sering mendesak untuk berkemih. Hal ini terjadi

ketika kista memberi tekanan pada kandung kemih.

c) Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah

panggul yang menyebabkan nyeri spontan dan sakit

diperut.

d) Nyeri saat bersenggma

Pada stadium lanjut:

a) Asites, cairan yang memenuhi rongga perut yang

berada tepat di bawah diafragma, di bawah rongga

13
dada yang menyebabkan sesak napas akibat dari

pembesaran asites.

b) Kista denoma ovarium serosum menyebar ke sistem

paru yang menyebabkan sesak nafas, pernafasan

cepat.

c) Kista denoma ovarium serosum menyebar ke sistem

pencernaan yang menyebabkan Perut membuncit,

kembung, mual, gangguan nafsu makan,pengerasan

payudara mirip seperti pada saat hamil.

d) (lemak perut) serta organ organ di dalam rongga perut

(usus dan hati).

e) Kista denoma menyebar ke sistem perkemihan

gangguan buang air besar dan kecil.

f) Sesak nafas akibat penumpukan cairan terjadi pada

rongga pleura akibat penyebaran penyakit ke rongga

pleura yang mengakibatkan penderita sangat merasa

sesak nafas.

Bila ditemukan sifat kista seperti tersebut diatas,

harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk

memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium seperti

tindakan USG dengan Doppler untuk menentukan arus

darah dan bahkan mungkin diperlukan untuk

menunjang diagnosis adalah pemeriksaan tumor

marker seperti Ca-125 dan Ca 72-4, beta – HCG dan

14
alfafetoprotein. Semua pemeriksaan diatas belum bisa

memastikan diagnosis kanker ovarium, akan tetapi

hanya sebagai pegangan untuk melakukan tindakan

operasi. Prosedur operasi pada pasien yang tersangka

kanker ovarium sangat berbeda dengan kista ovarium

biasa.

Gambar 2.1 Ovarium(Bobak &Jensen 2015)

d. Patofisiologi

Ovulasi terjadi akibat interaksi antara hipotalamus, hipofisis,

ovarium, dan endometrium. Perkembangan dan pematangan

folikel ovarium terjadi akibat rangsangan dari kelenjar hipofisis.

Rangsangan yang terus menerus datang dan ditangkap panca

indra dapat diteruskan ke hipofisis anterior melalui aliran portal

hipothalamohipofisial. Setelah sampai di hipofisis anterior,

GnRH akan mengikat sel genadotropin dan merangsang

pengeluaran FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH

15
(LutheinizingHormone), dimana FSH dan LH menghasilkan

hormon estrogen dan progesteron (Nurarif, 2013).

Ovarium dapat berfungsi menghasilkan estrogen dan

progesteron yang normal. Hal tersebut tergantung pada

sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan salah satu

hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak

akan berfungsi dengan secara normal jika tubuh wanita tidak

menghasilkan hormon hipofisis dalam jumlah yang tepat.

Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan

penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di

dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan

dan gagal melepaskan sel telur. Dimana, kegagalan tersebut

terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium dan hal

tersebut dapat mengakibatkan terbentuknya kista di dalam

ovarium, serta menyebabkan infertilitas pada seorang wanita

(Manuaba, 2013).

e. Pemeriksaan Penunjang

1) Laparaskopi ( memeriksa kondisi kista ovarium secara lebih

detail)

2) Ultrasonografi (USG) melihat adanya ukuran, bentuk, lokasi

dan meninjau apakah kista berisi cairan padat atau cair.

3) Foto rontgen melihat adanya hidrotoraks

4) Pemeriksaan darah CS – 125 (menilai tinggi rendahnya

kadar protein pada darah)

16
f. Penatalaksanaan

1) Pendekatan

Pendekatan yang dilakukan pada klien tentang

pemilihan pengobatan nyeri dengan analgetik / tindakan

kenyamanan seperti, kompres hangat pada abdomen, dan

teknik relaksasi napas dalam (Prawirohardjo, 2011).

2) Pemberian obat anti inflamasi non steroid seperti ibu profen

dapat diberikan kepada pasien dengan penyakit kista untuk

mengurangi rasa nyeri (Manuaba, 2013).

3) Pembedahan

Jika kista tidak menghilang setelah beberapa episode

menstruasi semakin membesar, lakukan pemeriksaan

ultrasound, dokter harus segera mengangkatnya. Ada 2

tindakan pembedahan yang utama yaitu : laparaskopi dan

laparatomi (Yatim, 2008).

Faktor-faktor yang menentukan tipe pembedahan,

antara lain tergantung pada usia pasien, keinginan pasien

untuk memiliki anak, kondisi ovarium dan jenis kista.

Prinsip pengobatan kista dengan operasi adalah sebagai

berikut :

1) Apabila kistanya kecil (misalnya sebesar permen) dan

pada pemeriksaan sonogram tidak terlihat tanda-tanda

17
keganasan, biasanya dokter melakukan operasi dengan

laparaskopi. Dengan cara ini, alat laparaskopi di

masukkan kedalam rongga panggul dengan melakukan

sayatan kecil pada dinding perut, yaitu sayatan searah

dengan garis rambut kemaluan (Yatim, 2008).

2) Apabila kistanya agak besar (lebih dari 5 cm), biasanya

pengangkatan kista dilakukan dengan laparatomi. Tehnik

ini dilakukan dengan pembiusan total. Dengan cara

laparatomi, kista sudah dapat diperiksa apakah sudah

mengalami proses keganasan (kanker) atau tidak. Bila

sudah dalam proses keganasan operasi sekalian

mengangkat ovarium dan saluran tuba, jaringan lemak

sekitar serta kelenjar limfe (Yatim, 2008).

g. Konsep Teori Pemberian O2

1) Nasal kanul

Nasal kanul arus rendah mengalirkan oksigen ke nasofaring

dengan aliran 1-6 liter/menit dengan frekuensi oksigen (O2)

(Fi-02) anatar 24-44%. Aliran yang lebih tinggi tidak

meningkatkan fraksi oksigen secara bermakna di atas 44%

dan dapat mengakibatkan mukosa membran menjadi kering

2) Tubuh sungkup berfungsi sebagai penampung untuk oksigen

(O2) dan karbom dioksida (CO2) hasil ekpirasi. Alat ini

mampu menyediakan fraksi oksigen (O2) (Fi-02) sekitar 40-

60% dengan aliran sekitar 5-10 liter/menit. Pada

18
penggunaan alat ini di rekomendasikan agar aliran oksigen

dapat tetap di pertahankan sekitar 5 liter/menit atau lebih

yang bertujuan untuk mencegah karbon dioksida yang telah

dikeluarkan dan tertahan pada sungkup untuk terhirup

kembali.

Frekuensi oksigen (O2) (Fi-02) pada


Alat Terapi Oksigen (O2) Arus Rendah dan Arus Tinggi

Aliran Oksigen (O2) 100% Fraksi Oksigen (O2) (FiO2)


Nasal Kanul
1 Liter/ menit 24
2 Liter/ menit 28
3 Liter/ menit 32
4 Liter/ menit 36
5 Liter/ menit 40
6 Liter/ menit 44
Transtrakeal
0,5-4 Liter/ menit 24-40
Sungkup Oksigen (O2)
5-6 Liter/ menit 40
6-7 Liter/ menit 50
7-8 Liter/ menit 60
Sungkup dengan Reservoir
6 Liter/ menit 60
7 Liter/ menit 70
8 Liter/ menit 80
9 Liter/ menit 90
10 Liter/ menit > 99
Nonrebreathing
4-10 Liter/ menit 60-100
Sistem Arus Tinggi
Sungkup Venturi
3 Liter/ menit 24
6 Liter/ menit 28
9 Liter/ menit 40
12 Liter/ menit 40
15 Liter/ menit 50

19
2. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kasus Kista Ovarium

a. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara

sistematis yang bertujuan untuk menentukan status kesehatan

dan fungsional pasien pada saat ini dan riwayat sebelumnya

(Potter & Perry, 2013). Pengkajian keperawatan terdiri dari dua

tahap yaitu mengumpulkan dan verifikasi data dari sumber

primer dan sekunder dan yang kedua adalah menganalisis

seluruh data sebagai dasar untuk menegakkan diagnosis

keperawatan.

1) Pengkajian primer

Menurut Jevon dan Ewens (2013), pengkajian Airway

(A), Breathing (B), Circulation (C), Disabillity (D), Expossure

(E) pada pengkajian gawat darurat adalah :

a) Airway :

Pada pengkajian airway pada pasien kista ovarium

berdasarkan tanda dan gejala pada teori ada tanda yang

muncul bila kista terus tumbuh, seperti perut kembung

atau bengkak, nyeri panggul sebelum atau selama siklus

menstruasi, hubungan seks terasa sakit, serta mual dan

muntah namun pada airway tidak ditemukan gangguan

pada jalan napas.

20
b) Breathing :

Menurut Wilkinson & Skinner, 2000 dikutip oleh (Rani,

2013) pengkajian pada breathing Look, listen dan feel

dilakukan penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi

pasien.

Pada pengkajian breathing pada pasien dengan kista

ovarium masalah yang terjadi apabila perut membesar

dan menimbulkan gejala perut terasa penuh,

mengakibatkan pasien mengalami sesak napas karena

perut tertekan oleh besarnya kista.

a) Diagnosa Keperawatan

Pola napas tidak efektif berhubungan dengan sindrom

hipoventilasi, Hambatan upaya nafas (mis. nyeri saat

bernafas, kelemahan otot pernafasan)

Tabel 2.1 Tanda dan Gejala pada Pola Napas Tidak


Efektif

Gejala dan tanda mayor

Subjektif Objektif

Dyspnea 1. Penggunaan otot bantu pernapasan

2. Fase ekpirasi memanjang

3. Pola nafas abnormal (mis. takipnea,

bradipnea, hiperventilasi, kussmaul,

21
cheyne-stokes)

Gejala dan tanda minor

Subjektif Objektif

Ortopnea 1. Pernapasan pursed-lip

2. Pernapasan cuping hidung

3. Diameter toraks anterior-posterior

meningkat

4. Ventilasi semenit menurun

5. Kapasitas vital menurun

6. Tekanan ekpirasi menurun

7. Tekanan inspirasi menurun

8. Ekskursi dada berubah

22
b) Intervensi Keperawatan

Tabel 2.2

Intervensi Keperawatan Pola Nafas Tidak Efektif berdasarkan SLKI dan SIKI

No Diagnosa Tujuan Intervensi

1 Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas

berhubungan dengan keperawatan, diharapkan pola Observasi

sindrom hipoventilasi, napas tidak efektif yang dibuktikan


Monitor pola napas
hambatan upaya napas dengan kriteria hasil:
Monitor bunyi napas tambahan

a. Frekuensi nafas dalam rentang Monitor sputum

normal (16-22x/menit) Terapeutik


b. Tidak ada penggunaan otot
Posisikan semi fowler
bantu pernapasan
Berikan minum hangat

23
c. Tidak ada pernapasan pursed- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu

lip Lakukan pengisapan lendir kurang dari 15

d. Tidak ada pernapasan cuping detik

hidung Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian bronkodilator, jika


perlu

Dukungan Ventilasi

Observasi

Identivikasi adanya kelelahan otot bantu

nafas

24
Identifikasi efek perubahan posisi terhadap

status pernafasan

Monitor status respirasi dan oksigenasi

(mis. frekuensi dan kedalaman nafas,

penggunaan otot bantu nafas, bunyi nafas

tambahan, saturasi oksigen)

Terapeutik

Pertahankan kepatenan jalan nafas

Berikan posisi semi fowler atau fowler

Fasilitasi mengubah posisi senyaman

mungkin

Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan (mis.

25
nasal kanul, masker wajah, masker

rebreathing, atau non rebreathing)

Gunakan bag-valve mask, jika perlu

Edukasi

Ajarkan melakukan teknik relaksasi nafas

dalam

Ajarkan mengubah posisi secara mandiri

Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian bronkodilator, jika

perlu

26
Pengaturan posisi

Observasi

Monitor status oksigenasi sebelum dan

sesudah posisi

Monitor alat traksi agar selalu tepat

Terapeutik

Tempatkan pada matras/tempat tidur

terapeutik yang tepat

Tempatkan pada posisi terapeutik

Tempatkan objek yang sering digunakan

dalam jangkauan

27
Tempatkan bel atau lampu panggilan dalam

jangkauan

Atur posisi tidur yang disukai, jika tidak

kontraindikasi

Atur posisi untuk mengurangi sesak (mis;

semi-fowler)

Atur posisi yang meningkatkan drainage

Posisikan pada kesejajaran tubuh yang

tepat

Tinggikan anggota gerak 20 atau lebih di

atas level jantung

Tempatkan tempat tidur bagian kepala

28
Berikan bantal yang tepat pada leher

Motivasi terlibat dalam perubahan posisi,

sesuai kebutuhan

Hindari menempatkan pada posisi yang

dapat meningkatkan nyeri

Ubah posisi setiap 2 jam

Jadwalkan secara tertulis untuk perubahan

posisi

Edukasi

Informasikan saat akan dilakukan

perubahan posisi

Ajarkan cara menggunakan postur yang

29
baik dan mekanika tubuh yang baik selama

melakukan perubahan posisi

30
c) Circulation :

Pada pengkajian ini dilakukan pengkajian warna

kulit dan capillary refill time. Pengkajian ini meliputi:

a. Warna kulit menjadi pucat (anemis)

b. CRT memanjang ( >2 detik)

c. Hb menurun

d. Ekstremitas dingin

Pengkajian circulation pada pasien dengan kista

ovarium ditemukan adanya masalah dalam sirkulasi yang

diakibatkan karena adanya penurunan HGB, akral teraba

dingin, warna kulit pucat, pengisian kapiler >2 detik.

a) Diagnosa Keperawatan

Pefusi perifer tidak efektif berhubungan dengan

penurunan aliran darah, Kekurangan volume cairan,

Penurunan aliran arteri dan/atau vena.

Table 2.3 Tanda dan Gejala pada Perfusi Perifer


Tidak Efektif

Gejala dan tanda mayor

Subjektif Objektif

(Tidak tersedia) 1. Pengisian kapiler >3 detik

2. Nadi perifer menurun atau tidak

31
teraba

3. Akral teraba dingin

4. Warna kulit pucat

5. Turgor kulit menurun

Gejala dan tanda minor

Subjektif Objektif

1. Parastesia 1. Edema

2. Nyeri 2. Penyembuhan luka lambat

ekstermitas 3. Indeks ankie-brachial <0,90

(klaudikasi 4. Bruit femonal

intermiten)

32
b) Intervensi Keperawatan

Tabel 2.4

Intervensi Keperawatan Perfusi perifer tidak efektif berdasarkan SLKI dan SIKI

No Diagnosa Tujuan Intervensi

1 Perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Perawatan sirkulasi

berhubungan dengan keperawatan, diharapkan perfusi


Observasi
penurunan aliran darah, perifer tidak efektif yang dibuktikan
Periksa sirkulasi perifer (mis; nadi, perifer,
kekurangan volume cairan, dengan kriteria hasil:
edema, pengisian kapiler, warna, suhu,
penurunan aliran arteri
a. Tidak terjadi edema
anklebrachial index)
dan/atau vena
b. CRT < 3 detik
Identifikasi factor risiko gangguan sirkulasi

(mis; diabetes, perokok, orang tua,

hipertensi, dan kadar kolesterol tinggi)

33
Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau

bengkak pada ekstremitas

Terapeutik

Hindari pemasangan infus atau

pengambilan darah di area keterbatasan

perfusi

Hindari pengukuran tekanan darah pada

ekstremitas dengan keterbatasan perfusi

Hindari penekanan dan pemasangan

tourniquet pada area yang cedera

Lakukan pencegahan infeksi

Lakukan perawatan kaki dan kuku

34
Lakukan hidrasi

Edukasi

Anjurkan berhenti merokok

Ajarkan berolahraga rutin

Anjurkan mengecek air mandi untuk

menghindari kulit terbakar

Anjurkan menggunakan obat penurun

tekanan darah, antikoagulan, dan penurun

kolesterol, jika perlu

Anjurkan minum obat pengontrol tekanan

darah secara teratur

Anjurkan menghindari penggunaan otot

35
penyekat beta

Anjurkan melakukan perawatan kulit yang

tepat (mis; melembabkan kulit kering pada

kaki)

Anjurkan program rehabilitasi vascular

Anjurkan program diet untuk memperbaiki

sirkulasi (mis; rendah lemak jenuh, minyak

ikan omega 3)

Informasikan tanda dan gejala darurat yang

harus dilaporkan (mis; rasa sakit yang tidak

hilang saat istirahat, luka tidak sembuh,

hilangnya rasa)

Manajemen Syok

36
Observasi

Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi,

AGD)

Monitor status cairan (masukan dan

haluaran, turgor kulit, CRT)

Terapeutik

Berikan oksigen untuk mempertahankan

status oksigen >94%

Pasang jalur intravena

Pasang kateter urin untuk menilai produksi

urin

Kolaborasi

37
kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid

1-2 liter pada dewasa

Kolaborasi pemberian tranfusi darah, jika

perlu

38
d) Disability :

Pada pengkajian Disability dilakukan pengkajian

neurologi, untuk mengetahui kondisi umum dengan

pemeriksaan cepat status umum neurologis dengan

mengecek kesadaran, dan reaksi pupil. (Tutu, 2015).

e) Exposure :

Pada kasus kista ovarium masalah yang terjadi

pada eksposure apabila terjadi pembesaran pada

ovarium sehingga menahan organ sekitar dan adanya

tekanan, mengakibatkan pasien mengalami nyeri perut

bagian bawah.

a) Diagnosa Keperawatan

Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera

fisiologis

Table 2.5 Tanda dan Gejala pada Nyeri Akut

Gejala dan tanda mayor

Subjektif Objektif

1. Mengeluh 1. Tampak meringis

nyeri 2. Bersikap prospektif (mis. waspada,

posisi menghindari nyeri)

39
3. Gelisah

4. Frekuensi nadi meningkat

5. Sulit tidur

Gejala dan tanda minor

Subjektif Objektif

(tidak tersedia) 1. Tekanan darah meningkat

2. Pola nafas berubah

3. Nafsu makan berubah

4. Proses berpikir terganggu

5. Menarik diri

6. Berfokus pada diri sendiri

7. Diaphoresis

40
b) Intervensi Keperawatan

Tabel 2.6

Intervensi Keperawatan Pada Nyeri Akut berdasarkan SLKI dan SIKI

No Diagnosa Tujuan Intervensi

1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri

dengan agen pencedera keperawatan, diharapkan nyeri


Observasi
fisiologis berkurang yang dibuktikan dengan
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
kriteria hasil:
frakuensi, kualitas, intensitas nyeri
a. Tidak ada keluhan nyeri
Identifikasi skala nyeri
b. Tidak ada ekpresi meringis

c. Pasien nampak tenang Identifikasi respon nyeri non verbal

d. Nyeri tidak mengganggu


Identifikasi faktor yang memperberat dan
aktivitas

41
memperingan nyeri

Identifikasi pengetahuan dan keyakinan

tentang nyeri

Identifikasi pengaruh budaya terhadap

respon nyeri

Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas

hidup

Monitor keberhasilan terapi komplementer

yang sudah diberikan

Monitor efek samping penggunaan

analgetik

Terapeutik

42
Berikan teknik non farmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri

Kontrol lingkungan yang memperberat rasa

nyeri

Fasilitasi istirahat dan tidur

Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri

dalam pemilihan stategi meredakan nyeri

Edukasi

Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu

nyeri

Jelaskan stategi meredakan nyeri

Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

43
Anjurkan menggunakan analgetik secara

tepat

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgesic

Edukasi Teknik Nafas

Observasi

Identifikasi kesiapan dan kemampuan

menerima informasi

Edukasi

Jelaskan tujuan dan manfaat teknik nafas

Jelaskan prosedur teknik nafas

44
Anjurkan memposisikan tubuh senyaman

mungkin (mis. duduk, baring)

Anjurkan melakukan inspirasi dengan

menghirup udara melalui hidung secara

perlahan

Anjurkan melakukan ekspirasi dengan

menghembuskan udara mulut mencucu

secara perlahan

Demonstrasikan menarik nafas selama 4

detik, menahan nafas selama 2 detik dan

menghembuskan nafas selama 8 detik

Pemberian Analgesik

Observasi

45
Identifikasi karakteristik nyeri (mis.

pencetus, pereda, kualitas, lokasi,

intensitas, frekuensi, durasi)

Identifikasi riwayat alergi obat

Monitor tanda-tanda vital sebelum dan

sesudah pemberian analgesic

Edukasi

Jelaskan efek terapi dan efek samping obat

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian dosis dan jenis

analgesic,sesuai indikasi

46
2) Pengkajian Sekunder

Berikut pengkajian keperawatan pada pasien dengan

Kista Ovarium (Prabowo dan Eka, 2014):

1) Biodata

Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi;

nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,

status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan

dan alamat.

2) Keluhan Utama

Dikaji dengan benar-benar apa yang dirasakan ibu untuk

mengetahui permasalahan utama yang dihadapi ibu

mengenai kesehatan reproduksi.

3) Riwayat Kesehatan

a) Riwayat kesehatan yang lalu

Dikaji untuk mengetahui penyakit yang dulu pernah

diderita yang dapat mempengaruhi dan memperparah

penyakit yang saat ini diderita.

b) Riwayat kesehatan sekarang

Dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya

penyakit yang diderita pada saat ini yang

47
berhubungan dengan gangguan reproduksi terutama

kista ovarium.

c) Riwayat kesehatan keluarga

Dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya

pengaruh penyakit keluarga terhadap gaangguan

kesehatan pasien.

d) Riwayat Perkawinan

Untuk mengetahui status perkawinan, berapa kali

menikah, syah atau tidak, umur berapa menikah dan

lama pernikahan.

e) Riwayat menstruasi

Untuk mengetahui tentang menarche umur berapa,

siklus, lama menstruasi, banyak menstruasi, sifat dan

warna darah,

disminorhoe atau tidak dan flour albus atau tidak.

Dikaji untuk mengetahui ada tidaknya kelainan system

reproduksi sehubungan dengan menstruasi.

f) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Bertujuan untuk mengetahui apabila terdapat penyulit,

maka bidan harus menggali lebih spesifik untuk

48
memastikan bahwa apa yang terjadi pada ibu adalah

normal atau patologis.

g) Riwayat KB

Dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi yang pernah

dan saat ini digunakan ibu yang kemungkinan menjadi

penyebab atau berpengaruh pada penyakit yang

diderita saat ini.

4) Pemeriksaan umum

a) Keadaan umum

Dikaji untuk menilai keadaan umum pasien baik atau

tidak.

b) Kesadaran

Dikaji untuk menilai kesadaran pasien.

c) Vital sign

Dikaji untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan

dengan kondisi yang dialaminya, meliputi : Tekanan

darah, temperatur/ suhu, nadi serta pernafasan

5) Pemeriksaan Fisik

a) Inspeksi

49
Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis

yang tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi

juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.

Hal yang diinspeksi antara lain :

(1) Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan

warna, laserasi, lesi terhadap drainase.

(2) Pola pernafasan terhadap kedalaman dan

kesimetrisan

(3) Bahasa tubuh, pergerakan dan postur,

penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan

fisik, dan seterusnya.

b) Palpasip

Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan

luar tubuh dengan jari.

(1) Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan,

mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur

kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.

(2) Tekanan: menentukan karakter nadi,

mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin

atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.

(3) Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan/tonus

otot atau respon nyeri yang abnormal.

50
c) Perkusi

Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau

tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk

memastikan informasi tentang organ atau jaringan

yang ada dibawahnya.

(1) Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan

dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya

cairan , massa atau konsolidasi.

(2) Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati

ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah,

memeriksa refleks kulit perut apakah ada

kontraksi dinding perut atau tidak.

d) Auskultasi

Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh

dengan bentuan stetoskop dengan menggambarkan

dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar.

(1) Mendengar: mendengarkan di ruang antekubiti

untuk tekanan darah, dada untuk bunyi

jantung/paru abdomen untuk bising usus atau

denyut jantung janin(Johnson & Taylor, 2005 :

39).

b. Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada

klien kista ovarium menurut adalah sebagai berikut :

51
a) Pola napas tidak efektif

b) Perfusi perifer tidak efektif

c) Nyeri akut

d) Ansietas

e) Risiko perdarahan

52
c. Rencana Keperawatan

Tabel 2.7

Intervensi Keperawatan Ansietas berdasarkan SLKI dan SIKI

No. Diagnosa Tujuan Intervensi

1. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Reduksi Ansietas

dengan krisis situasional diharapkan ansietas yang dibuktikan Observasi

dengan kriteria hasil:


Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
(mis; kondisi, waktu, stressor)
e. Klien dapat menunjukkan ekspresi
Identifikasi kemampuan mengambil
yang dirasakan
keputusan
f. Klien dapat menurunkan tingkat
Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
kecemasan
nonverbal)

Terapeutik

Ciptakan suasana terapeutik untuk

53
menumbuhkan kepercayaan

Temani pasien untuk mengurangi


kecemasan, jika memungkinkan

Pahami situasi yang membuat ansietas

Dengarkan dengan penuh perhatian

Gunakan pendekatan yang tenang dan


meyakinkan

Tempatkan barang pribadi yang


memberikan kenyamanan

Motivasi mengidentifikasi situasi yang


memicu kecemasan

Diskusikan perencanaan realistis tentang


peristiwa yang akan datang

Edukasi

Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang

54
mungkin dialami

Informasikan secara factual mengenai


diagnosis, pengobatan, dan prognosis

Anjurkan keluarga untuk tetap bersama


pasien, jika perlu

Anjurkan melakukan kegiatan yang yang


tidak kompetitif, sesuai kebutuhan

Anjurkan mengungkapkan perasaan dan


persepsi

Latih kegiatan pengalihan untuk


mengurangi ketegangan

Latih penggunaan mekanisme pertahanan


diri yang tepat

Latih teknik relaksasi

Kolaborasi

55
Kolaborasi pemberian anti ansietas, jika
perlu

2. Risiko perdarahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Pencegahan perdarahan

diharapkan risiko perdarahan yang


Observasi
dibuktikan dengan kriteria hasil:
Monitor tanda dan gejala perdarahan
a. Tidak ada hematouri dan
Monitor nilai hematocrit/hemoglobin sebelum
hematemesis
dan setelah kehilangan darah
b. Kehilangan darah yang tidak

terlihat Monitor tanda-tanda vital ortostatik

c. Tekanan darah dalam batas


Monitor koagulasi (mis; prothrombin time
normal, systole dan diastole
(PT), partial thromboplastin time (PTT),
d. Tidak ada perdarahan pervaginam
fibrinogen degradasi fibrin dan/ atau platelet)
e. Tidak ada distensi abnormal
Terapeutik

56
Pertahankan bed rest selama perdarahan

Batasi tindakan invasive, jika perlu

Gunakan kasur pencegah dekubitus

Hindari pengukuran suhu rektal

Edukasi

Jelaskan tanda dan gejala perdarahan

Ajurkan menggunakan kaos kaki saat

ambulasi

Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk

menghindari konstipasi

Anjurkan menghindari aspirin atau

57
antkoagulan

Anjurkan meningkatkan asupan makanan

dan vitamin K

Anjurkan segera melapor jika terjadi

perdarahan

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian obat pengontrol

perdarahan, jika perlu

Kolaborasi pemberian produk darah, jika

perlu

Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika

perlu

58
d. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat

proses keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun

rencana keperawatan (Potter & Perry, 2013). Pada tahap ini

perawat akan mengimplementasikan intervensi yang telah

direncanakan berdasarkan hasil pengkajian dan penegakan

diagnosa yang diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil

sesuai yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan

status kesehatan klien.

Penerapan implementasi keperawatan yang dilakukan

perawat harus berdasarkan intervensi berbasis bukti atau

telah ada penelitian yang dilakukan terkait intervensi tersebut.

Hal ini dilakukan agar menjamin bahwa intervensi yang

diberikan aman dan efektif (Miler, 2012). Dalam tahap

implementasi perawat juga harus kritis untuk menilai dan

mengevaluasi respon pasien terhadap pengimplementasian

intervensi yang diberikan.

e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap kelima dari proses

keperawatan. Tahap ini sangat penting untuk menentukan

adanya perbaikan kondisi atau kesejahteraan klien (Potter &

Perry. 2013). Hal yang perlu diingat bahwa evaluasi

merupakan proses kontinu yang terjadi saat perawat

59
melakukan kontak dengan klien. Selama proses evaluasi

perawat membuat keputusan-keputusan klinis dan secara

terus-menerus mengarah kembali ke asuhan keperawatan.

Tujuan asuhan keperawatan adalah membantu klien

menyelesaikan masalah kesehatan aktual, mencegah

terjadinya masalah resiko, dan mempertahankan status

kesehatan sejahtera. Proses evaluasi menentukan keefektifan

asuhan keperawatan yang diberikan.

Perawat dapat menggunakan format evaluasi SOAP

untuk mengevaluasi hasil implementasi yang dilakukan. Poin

S merujuk pada respon subjektif pasien setelah diberikan

tindakan. Poin O melihat pada respon objektif yang dapat

diukur pada pasien setelah dilakukannya implementasi. Poin

A adalah analisis perawat terhadap implementasi yang

dilakukan. Poin P adalah perencanaan terkait tindakan

selanjutnya sesuai analisis yang telah dilakukan sebelumnya.

60
A. TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian

I. Identitas pasien

No. Rekam Medis : 897113

Nama : Ny.“H”

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tgl/ Umur :Salotimpone,31Desember

1971/ 48 Tahun

Alamat : Massenreng, Palu

Rujukan dari : Rumah

Diagnosa : Kista ovarium

Nama keluarga yang bisa dihubungi : Tn.“M”

Transportasi waktu datang : Kendaraan pribadi

Alasan masuk :

Pasien masuk ke rumah sakit dengan keluhan sesak

napas dan nyeri perut dirasakan sejak 1 hari yang lalu dan

nyeri mulai memberat sejak tadi pagi, keadaan umum

lemah, pasien tampak pucat, perut tampak membesar.

Perut mulai membesar sejak akhir bulan 7 tahun 2019

tetapi pasien tidak pernah melakukan pemeriksakan

61
kesehatan. Pasien baru melakukan pemeriksaaan

kesehatan tanggal 8 oktober 2019 setelah pasien

merasakan nyeri perut bagian bawah. Pasien sebelumnya

diperiksa di poli RSUP.Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

lalu dibawah ke IGD Obgyn untuk pemeriksaan selanjutnya.

I. Primary survey

A. Airway

1. Pengkajian jalan napas

 Bebas Tersumbat

Trachea di tengah :  Ya Tidak

a. Resusitasi : -

b. Re evaluasi :-

2. Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

B. Breathing

1. Fungsi pernapasan :

a. Dada simetris :  Ya Tidak

b. Sesak napas : Ya Tidak

c. Respirasi : 30 x/menit, cepat dan dangkal (takhipneu).

d. Krepitasi : Ya Tidak

e. Suara napas : Teratur (vesicular)

62
f. Saturasi 02 : 96 %

g. Assesment : -

h. Resusitasi : -

i. Re evaluasi : -

2. Masalah keperawatan : Pola napas tidak efektif

C. Circulation

1. Keadaan sirkulasi :

a. Tensi : 114/80 mmHg

b. Nadi : 96 x/menit

Kuat , Regular

c. Suhu axila : 36,0oC

d. Pucat : Ya

e. Edema : Pada tungkai bawah

f. Temperatur kulit : Hangat

g. Gambaran kulit: Pucat

h. Pengisian kapiler >2 detik (memanjang)

i. Assesment : -

j. Resusitasi : -

k. Re evaluasi :

2. Masalah keperawatan : Perfusi perifer tidak efektif

D. Disability

1. Penilaian fungsi neurologis

63
Kesadaran composmentis dengan GCS 15 (E4V5M6)

2. Masalah keperawatan : -

3. Intervensi/Implementasi : -

4. Evaluasi : -

64
E. Exposure

1. Penilaian Hipotermia/hipertermia

Tidak ada peningkatan dan penurunan suhu, dengan suhu : 36,0oC

2. Masalah keperawatan : Nyeri akut

3. Intervensi/Implementasi : -

4. Evaluasi : -

PENILAIAN NYERI :

Nyeri : Tidak  Ya, lokasi : Abdomen Skala : 4 (sedang) NRS

Jenis :  Akut Kronik

Masalah keperawatan : -

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

          

II. Pengkajian Sekunder / Survey Sekunder

A. Riwayat Kesehatan

a. S : Sign/symptoms (tanda dan gejala)

- Nyeri pada perut bagian bawah

- Perut tampak membesar

- Perut teraba keras

- Pasien tampak meringis

65
- Pasien tampak lemah

- Pasien tampak pucat

- Pasien sering memegang area yang nyeri ( perut )

b. A : Allergies (alergi)

Tidak ada alergi

c. M : Medications (pengobatan)

- Keterolac

- Ondansetron

- Neurolicom

d. P : Past medical history (riwayat penyakit)

Tidak ada

e. L : Last oral intake (makanan yang dikonsumsi terakhir, sebelum

sakit)

Makanan yang terakhir dikonsumsi nasi,dan lauk pauk

f. E : Event prior to the illnesss or injury (kejadian sebelum

injuri/sakit)

Perut pasien mulai membesar sejak akhir bulan 7 tahun 2019

tetapi karena tidak ada keluhan, pasien tidak memeriksakan

kesehatannya. Pasien baru melakukan pemeriksaaan kesehatan

saat masuk rumah sakit setelah pasien merasakan nyeri perut

bagian bawah dan sulit buang air kecil.

B. Riwayat Dan Mekanisme Trauma

66
O : Onset (seberapa cepat efek dari suatu interaksi terjadi)

Nyeri perut dirasakan sejak 1 hari yang lalu dan nyeri mulai

bertambah sejak tadi pagi

P : Provokatif (penyebab)

Nyeri perut bagian bawah karena adanya massa ( Tumor )

ovarium

Q : Quality (Kualitas)

Rasa tertusuk-tusuk

R : Radiation (paparan)

- Perut bagian bawah

S : Severity ( tingkat keparahan)

Penyakit kista ovarium yang dialami pasien bertambah berat

T : Timing (waktu)

Nyeri dirasakan ± 1-3 menit, hilang timbul dan nyeri baru

memberat sejak tadi pagi

C. Tanda-tanda vital

- Heart Rate (HR) : 96 x/menit Suhu : 36,0 OC

- Tekanan Darah : 114/80 mmHg RR : 30 x /menit

D. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)

67
1. Kepala

Kulit kepala : Kulit kepala bersih, tidak teraba adanya massa

dan tidak ada nyeri tekan.

Mata : Konjungtiva anemis, skelera tampak jernih, tidak ada

cedera pada kornea.

Telinga : Tidak ada lesi dan nyeri tekan

2. Hidung

Mulut dan gigi : Mukosa mulut tampak kering , gigi kotor

3. Leher

Inspeksi : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid

Palpasi :-

4. Dada/thoraks

Paru-paru : Tidak dikaji

Thoraks : Tidak ada retraksi dinding dada

Jantung : Tidak dikaji

5. Abdomen : Ada pembesaran abdomen

Pelvis : Tidak dikaji

6. Ekstremitas

Status sirkulasi : Pengisian kapiler pada ekstremitas

68
- Kanan bawah pengisian kapiler >2 detik

- Kiri bawah pengisian kapiler >2 detik

- Kanan atas pengisian kapiler >2 detik

- Kiri atas pengisian kapiler >2 detik

Neurologis

Fungsi sensorik : Pasien dapat merasakan stimulus berupa

sentuhan ringan pada anggota tubuh.

Fungsi Motorik : Pasien dapat mengangkat kedua kaki dan

tangannya.

Kekuatan otot : 5 5

5 5

E. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tabel 2.8 Hasil Laboratorium

Pemeriksaan
Hasil Nilai Normal Satuan
Hematologi

WBC 27.3 4.00-10.0 103/UL

RBC 2.88 4.00-6.00 106/UL

HGB 7.3 12.0-16.0 Gr/dl

69
HCT 22 37.0-48.0 %

MCV 76 80.0-97.0 Fl

MCH 25 26.5-33.5 Pg

MCHC 33 31.5-35.0 Gr/dl

PLT 746 150-400 103/UL

RDW-CV 12.9 10.0-15.0 fL

PDW 9.8 10.0-18.0 fL

MPV 7.0 6.50-11.0 fL

PCT 0.53 0.15-0.50 %

LYMPH 20.0 – 40.0 %

EO 1.00-3.00 103/UL

BASO 0.22 0.00-0.10 103/UL

KIMIA DARAH

GDS 99 140 mg/dl

FUNGSI GINJAL

UREUM 99 10 – 50 mg/dl

70
KREATININ 3.13 L(<13); P ( < 1.1) mg/dl

FUNGSI HATI

SGOT 34 <38 U/L

SGPT 18 <41 U/L

ALBUMIN 2.6 3.5 – 5.0 gr/dl

ELEKTROLIT

NATRIUM 129 136 – 145 mmol/l

KALIUM 4.0 3.5 – 5.1 mmol/l

KLORIDA 88 97 – 111 mmol/l

Hasil foto polos abdomen tanggal 08 – 10 – 2019

Kesan : Gambaran subleus dengan massa pada cavum pelvis

Hasil foto abdomen 3 posisi tanggal 09 – 10 – 2019

Kesan : - Gambaran ileus obstruksi dengan suspek massa pada

cavum pelvis

- Ascites

F. PENGOBATAN

- Keterolac 30 mg/ml

- Ondansetron 8 mg/ml

71
- Neurolicom 5000 mg

- Terpasang infus RL 28 tetes/menit di tangan sebelah kiri

- Terpasang O2 nasal canul 4 liter/menit

ANALISA DATA

Tabel 2.9 Analisa Data

DATA MASALAH

DS :

1. Pasien mengatakan sesak napas

sejak tadi pagi

DO :

1. Pola napas : takhipnue


Pola napas tidak
2. Frekuensi napas : 30 x/menit
efektif
3. Ada retraksi dada

4. Terpasang nasal canul 4 liter/menit

DS :

72
DO :

1. Edema pada tungkai bawah

2. Warna kulit pucat

3. Akral teraba dingin

4. Pengisian kapiler > 2 detik

5. Tanda-tanda vital

Tekanan Darah : 114/80 mmHg


Perfusi perifer tidak
Pernapasan : 30 x /menit
efektif

Heart Rate (HR): 96 x/menit

Suhu : 36,0 OC

6. Hasil lab : tanggal 10-10-2019

HGB : 7.3 ( 1.02-16.0 (gr/dl)

UREUM : 99 (10-50 (mg/dl)

KREATININ : 3.13 L(<13; P (<1.1)

(mg/dl)

DS :

1. Pasien mengatakan nyeri pada

perut bagian bawah

2. Pengkajian nyeri

73
P : Massa tumor ovarium

Q : Nyeri tajam ( seperti tertusuk-

tusuk )

R : Abdomen bagian bawah


Nyeri akut

T : 1-3 menit, hilang timbul

DO :

1. Pasien nampak meringis

2. Pasien nampak lemah

3. Perut pasien tampak membesar

4. Perut teraba keras, massa sulit

dinilai

5. Pasien sering memegang area

nyeri ( Perut )

S : Skala 4 ( sedang ) NRS

6. Tanda-tanda vital

Tekanan Darah : 114/80 mmHg

Pernapasan : 30 x /menit

Heart Rate (HR) : 96 x/menit

Suhu : 36,0 OC

74
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Tabel 2.10 Diagnosa Keperawatan

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL TANGGAL

DITEMUKAN TERATASI

1 Pola napas tidak efektif b/d 09-10-2019

sindrom hipoventilasi

2 Perfusi perifer tidak efektif b/d 09-10-2019

penurunan aliran darah

3 Nyeri akut b/d agen pencedera 09-10-2019

fisiologis

75
INTERVENSI KEPERAWATAN

Tabel 2.11 Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA Standar Luaran Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

(SLKI) (SIKI)

1 Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x45 Manajemen jalan napas

berhubungan dengan menit, diharpakan : Pasien akan menunjukkan


Observasi
sindrom hipoventilasi Status pernapasan: kepatenan jalan napas
 Monitor pola napas
yang dibuktikan dengan kriteria hasil :
DS :
 Monitor bunyi napas tambahan
a. Frekuensi pernapasan dalam rentang
1. Pasien mengatakan
normal (16-24x/i). Monitor sputum
sesak napas sejak tadi
b. Irama pernapasan normal (fase ekspirasi-
pagi Terapeutik
fase inspirasi)
DO : Pertahankan kepatenan jalan napas
c. Penggunaan otot bantu pernapasan tidak

76
1. Pola napas : takhipnue ada.  Posisikan semi fowler

2. Frekuensi napas : 30
 Berikan minum hangat
x/menit
Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
3. Ada retraksi dada

4. Terpasang nasal canul Lakukan pengisapan lendir kurang dari 15

4 liter/menit detik

 Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian bronkodilator, jika perlu

77
2 Perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x45 Perawatan sirkulasi

b/d penurunan aliran darah menit, diharpakan : keadekuatan aliran darah


Observasi
pasien yang dibuktikan dengan indicator
DS :
 Periksa sirkulasi kapiler perifer
sebagai berikut : Dari membaik ke meningkat
DO : (mis.nadi,edema,pengisian kapiler,wrna,suhu.
(4-5)

1. Edema pada tungkai  Berikan cairan dengan tepat


Kriteria hasil :
bawah
1. Edema perifer menurun
2. Warna kulit pucat
2. Akral membaik
3. Akral teraba dingin
3. Turgor kulit membaik
4. Pengisian kapiler > 2
4. Tekanan darah sistolik membaik
detik
5. Tekanan darah diastole membaik
5. Tanda-tanda vital

Tekanan Darah :

78
114/80 mmHg

Pernapasan :

30 x /menit

Heart Rate (HR) : 96

x/menit

Suhu :

36,0 OC

3 Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x45 Manajemen nyeri

pencedera fisiologis menit, diharpakan : nyeri teratasi yang


Observasi
dibuktikan dengan kriteria hasil :
DS :
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab
1. Pasien mengatakan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
nyeri, mampu menggunakan tekhnik
nyeri pada perut bagian
 Identifikasi skala nyeri
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
bawah

79
2. Pengkajian Nyeri mencari bantuan) secara konsisten Identifikasi respons nyeri non verbal

b. Nyeri berkurang dari skala 4 ( sedang)


P : Massa tumor  Identifikasi faktor yang memperberat dan
menjadi skala 2 (ringan)
ovarium memperingan nyeri
c. Tidak ada ekspresi meringis
Q : Nyeri tajam ( Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
d. Tidak ada nyeri yang dilaporkan
seperti tertusuk-tusuk ) tentang nyeri

R : Abdomen bagian Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon

bawah nyeri

T : 1-3 menit, hilang Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas

timbul hidup

DO : Monitor keberhasilan terapi komplementer

yang sudah diberikan


1. Pasien nampak

meringis Monitor efek samping penggunaan analgetik

80
2. Pasien nampak lemah Terapeutik

3. Perut pasien tampak


Berikan teknik nonfarmakologis untuk
membesar
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis,
4. Perut teraba keras,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
massa sulit dinilai
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
5. Pasien sering
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
memegang area nyeri (
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
Perut )
nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan,
S : Skala 4 ( sedang )
kebisingan)
NRS

Fasilitas istirahat dan tidur


6. Tanda-tanda vital

Tekanan Darah : 114/80 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam

mmHg pemilihan strategi meredakan nyeri

Pernapasan : 30 x
Edukasi

81
/menit Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu

nyeri
Heart Rate (HR) : 96 x/menit

Suhu : 36,0 OC Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

Anjurkan menggunakan analgetik secara

tepat

 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian analgetik

82
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Tabel 2.12 Implementasi Dan Evaluasi Pada Ny.H Dengan Diagnosa Medis Kista Ovarium

Diagnosis Hari / Jam Implementasi dan Hasil Evaluasi

Keperawatan Tanggal

Pola napas Rabu, 09 14.55 1. Memonitor pola napas S : Pasien mengatakan sesak napas

tidak efektif oktober Hasil : RR : 30 x/menit, pola napas sejak tadi pagi

2019 takhipneu
O:

2. Memonitor bunyi nafas tambahan


1. Frekuensi nafas 24x/menit
14.57
Hasil: Tidak ada suara napas
2. Pola nafas : takhipneu
tambahan
3. Suara napas vesikuler

3. Memposisikan semi fowler 4. Ada retraksi dada

83
14.58 Hasil: Pasien merasa nyaman A : Pola napas tidak efektif belum teratasi

4. Memberikan air minum hangat P : Lanjutkan intervensi

Hasil : Pasien nampak melakukan


14.59
yang dianjurkan

5. Menberikan oksigen

Hasil : Terpasang nasal canul 4

15.00 liter/menit

Perfusi Rabu, 09 15.03 1. Memeriksa sirkulasi kapiler perifer S :-

perifer tidak oktober (mis.nadi,edema,pengisian


O:
efektif 2019 kapiler,wrna,suhu.
1. Edema pada tungkai bawah
Hasil:
2. Warna kulit pucat
Nadi : 96x/i
3. Akral teraba dingin

84
Edema : masih ada A : Perfusi perifer tidak efektif

Warna : pucat P: Lanjutkan intervensi

Suhu : 36,0 1. Periksa sirkulasi kapiler perifer

(mis.nadi,edema,pengisian
2. Memberikan cairan dengan tepat
kapiler,wrna,suhu.
15.04 Hasil : Diberikan infus RL 28
2. Berikan cairan dengan tepat
tetes/menit

Nyeri Akut Rabu, 09 14.40 1. Mengidentifikasi lokasi, S :

oktober karakteristik, durasi, frekuensi,


1. Pasien mengatakan perut
2019 kualitas, intensitas nyeri
membesar disertai nyeri perut,
Hasil : Pada daerah abdomen
skala nyeri 2 hilang timbul
bagian bawah tertusuk-tusuk, 1-3
O:

85
menit, hilang timbul 1. Pasien nampak lemah

2. Perut pasien tampak membesar


2. Mengidentifikasi skala nyeri
3. Perut teraba keras, massa sulit
Hasil : Skala nyeri 4 NRS
14.47
dinilai
3. Mengidentifikasi respons nyeri non
A : Nyeri akut belum teratasi
verbal
14.49 P : Lanjutkan intervensi
Hasil : Pasien tampak meringis saat

timbul nyeri

4. Mengidentifikasi faktor yang

memperberat dan memperingan


14.50
nyeri

Hasil : Saat bergerak maupun tidak

bergerak

86
5. Memfasilitasi istirahat dan tidur

Hasil : Pasien berbaring di tempat

tidur yang telah disediakan


14.50
6. Mengajarkan teknik

nonfarmakologis untuk mengurangi

rasa nyeri (teknik napas dalam jika

merasakan nyeri dengan cara


14.52
menarik napas secara perlahan-

lahan melalui hidung kemudian

dihembuskan lewat mulut)

Hasil : Skala nyeri tidak berkurang

7. Kolaborasi pemberian analgetik


14.54
Hasil : Ketorolac 30 mg/8 jam/IV

87
BAB III

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas studi kasus pada asuhan

keperawatan yang dilakukan pada tanggal 09 Oktober 2019 di ruang IGD

OBGYN RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Prinsip dari

pembahasan ini dengan memperhatikan teori proses keperawatan yang

terdiri dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses

keperawatan, proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan

komunikasi data tentang klien. Pengumpulan data harus berhubungan

dengan masalah kesehatan tertentu sehingga data pengkajian harus

relevan seperti yang ditampilkan. Fase proses keperawatan ini

mencakup dua langkah yaitu pengumpulan data dari sumber primer

dan sumber sekunder serta analisa data sebagai dasar dasar untuk

diagnosa keperawatan.

Selama pengkajian penulis mendapatkan data subjektif dan

objektif. Data subjektif merupakan data yang di dapat dari klien

sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian, data tersebut

tidak dapat ditentukan oleh perawat secara independent melalui suatu

interaksi dan komunikasi. Data objektif adalah data yang dapat

diobservasi dan diukur oleh perawat. Data ini diperoleh melalui

88
kepekaan perawat selama melakukan pemeriksaan fisik melalui 2S

yaitu Smell dan Sight dan HT yaitu Hearing, Touch (Muttaqin, 2010).

Asuhan keperawatan pada Ny.H yang dilakukan pada tanggal

09 Oktober 2019 dari hasil pemeriksaan fisik yang telah dilakukan

didapatkan bahwa klien mengeluh nyeri pada perut dirasakan sejak 1

hari, perut tampak membesar, dan pasien merasa sesak napas. Hal

ini menunjukkan adanya kesamaan tanda dan gejala di dalam tinjauan

pustaka dimana manifestasi klinik dari Kista Ovarium Perut

membesar/merasa adanya tekanan dan rasa nyeri pada perut bagian

bawah serta sesak napas Nugroho (2014).

Dalam hal ini tidak didapatkan kesenjangan antara hasil

pengkajian dengan teori hal ini diakibatkan oleh respon tubuh setiap

orang berbeda-beda.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat

dan pasti tentang masalah klien serta pengembangan yang dapat

dipecahkan atau dirubah melalui tindakan keperawatan,

menggambarkan respon aktual atau potensial klien terhadap masalah

kesehatan. Respin aktual dan potensial klien didapatkan dari data

dasar pengkajian dan catatan medis klien, yang kesemuanya

dikumpulkan selama pengkajian. Diagnosa keperawatan memberikan

dasar pemilihan intervensi untuk mencapai hasil yang di harapkan.

89
Diagnosa keperawatan adalah diagnosa yang dibuat oleh

perawat professional yang menggambarkan tanda dan gejala yang

menunjukkan masalah kesehatan yang dirasakan klien dimana

perawat berdasarkan pendidikan dan pengalaman mampu menolong

klien (Bararah & Jauhar, 2015).

Berdasarkan tinjauan teori tentang Kista Ovarium, beberapa

diagnosa yang menucul menurut teori adalah

1. Pre operasi

a. Nyeri akut b.d agen cedera biologi

b. Ansietas b.d perubahan status kesehatan

c. Gangguan eliminasi urine b.d penyebab multipel

2. Post operasi :

a. Nyeri akut b.d agen cedera fisik

b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan

c. Hambatan mobilisasi fisik b.d kelemahan fisik

Sedangkan diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Ny.

H yaitu :

1. Ketidakefektifan pola nafas

2. Perfusi perifer tidak efektif

3. Nyeri akut

Menurut analisa penulis terdapat kesenjangan antara teori

90
dengan kasus dalam hal penegakan diagnosa pasien kista ovarium

yaitu adanya diagnosa yang terdapat dalam teori yang tidak

ditemukan dalam kasus yaitu :

1. Gangguan eliminasi urine

Diagnosa ini tidak ada pada kasus karena tidak ada data yang

menunjang dalam batasan karakteristik menurut SDKI 2019

untuk mengangkat diagnosa gangguan eliminasi urine.

2. Ansietas

Dari hasil pengkajian Ansietas tidak ada pada kasus, pasien

tidak merasa cemas lagi dengan penyakitnya karena sudah

lama mengetahuinya dan menyerahkan semuanya pada Allah.

3. Resiko infeksi

Diagnosa ini tidak ada pada kasus karena tidak ada data yang

menunjang dalam batasan karakteristik menurut SDKI 2019

untuk mengangkat diagnosa resiko infeksi.

4. Hambatan mobilisasi fisik

Dari hasil pengkajian Hambatan mobilitas fisik tidak ada pada

kasus, pasien tidak ada gangguan pada hambatan berjalannya,

semua kebutuhan ADL pasien dilakukan sendiri.

91
C. Intervensi Keperawatan

Pada rencana keperawatan/intervensi keperawatan pada kasus

ini merujuk pada intervensi yang sesuai dengan konsep SIKI (Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia), serta pembuatan tujuan dan

kriteria hasil merujuk pada konsep SLKI (Standar Luaran Keperawatan

Indonesia).

Perencanaan pada kasus Kista Ovarium adalah sebagai berikut:

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan energi

Intervensi :

Manajemen jalan napas (I.01011)

Observasi :

a. Monitor pola napas

b. Monitor bunyi napas tambahan

Terapeutik :
a. Posisikan semi fowler
b. Berikan minum hangat
c. Berikan oksigen
Tidak ditemukan adanya kesenjangan pada perencanaan

diagnosa ini dan tidak dapat dibandingkan dengan konsep teori

karena semua data-data yang didapatkan pada saat pengkajian

sama dengan konsep teori.

92
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran

darah

Perawatan sirkulasi (I.02079)

Observasi :

a. Periksa sirkulasi kapiler perifer (mis : nadi, edema, pengisian

kapiler, wrna, suhu.

b. Berikan cairan dengan tepat

Tidak ditemukan adaanya kesenjangan pada perencanaan

diagnosa ini dan tidak dapat dibandingkan dengan konsep teori

karena semua data-data yang didapatkan pada saat pengkajian

sama dengan konsep teori.

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

Intervensi :

Manajemen nyeri ( L.08238)

Observasi :

a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri

b. Identifikasi skala nyeri

c. Identifikasi respons nyeri non verbal

d. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

Terapeutik :

93
a. Fasilitas istirahat dan tidur

Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian analgetik
Tidak ditemukan adaanya kesenjangan pada perencanaan

diagnosa ini dan tidak dapat dibandingkan dengan konsep teori

karena semua data-data yang didapatkan pada saat pengkajian

sama dengan konsep teori.

D. Implementasi keperawatan

Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan

adalah kategori dalam perilaku keperawatan dimana tindakan yang

diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari

asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan.

Dalam melakukan tindakan keperawatan ± 45 menit dari 3

diagnosa yang dirumuskan penulis pada tahap perencanaan, semua

intervensi dapat dilaksanakan pada kasus. Adapun tindakan yang

dilaksanakan oleh penulis selama pelaksanaan kasus adalah sebagai

berikut :

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan energi

a. Memonitor pola napas

Hasil :

1) Frekuensi nafas : 30x/menit

2) Pola napas : takhipneu

94
3) Menggunakan otot bantu pernafasan

b. Memonitor bunyi nafas tambahan

Hasil : Tidak ada suara napas tambahan

c. Memposisikan pasien dengan posisi semi fowler

Hasil : Pasien merasa nyaman dengan posisi yang diberikan.

d. Memberikan air minum hangat

Hasil : Pasien nampak melakukan yang dianjurkan

e. Memberikan oksigen

Hasil : Telah diberikan oksigen nasal canula 4 liter/menit. Pasien

merasa sesaknya berkurang. Frekuensi napas 24 kali/menit.

2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran

darah

a. Memeriksa sirkulasi kapiler perifer (mis.nadi,edema,pengisian

kapiler,warna,suhu).

Hasil:

Nadi : 96 x/i

Edema : Masih ada

Warna : Pucat

Suhu : 36,0

b. Berikan cairan dengan tepat

Hasil : Diberikan infus RL 28 tetes/menit

95
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

a. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri

Hasil: Pasien merasakan masih nyeri pada perut seperti

tertusuk-tusuk yang dirasakan hilang timbul

b. Mengidentifikasi skala nyeri

Hasil : Skala nyeri 4 NRS

c. Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam.

Hasil: Pasien mampu melakukan tehnik napas dalam dan nyeri

berkurang dari 4 ke skala 3 (ringan), ekpresi wajah rileks

d. Mengidentifikasi respons nyeri non verbal

Hasil : Pasien tampak meringis saat timbul nyeri

e. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan

nyeri

Hasil : Saat bergerak maupun tidak bergerak

f. Fasilitas istirahat dan tidur

Hasil : Pasien berbaring di tempat tidur yang telah disediakan

g. Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa

nyeri (teknik napas dalam jika merasakan nyeri dengan cara

menarik napas secara perlahan- lahan melalui hidung

kemudian dihembuskan lewat mulut)

96
Hasil : Skala nyeri tidak berkurang

h. Kolaborasi pemberian obat analgetik

Hasil : Ketorolac 30 mg/8 jam/IV

E. Evalusi

Dalam mengevalusi setiap masalah penulis melakukan melalui

observasi langsung kepada klien dan dari catatan keperawatan yang

ada. Evaluasi adalah langkah terakhir dalam proses keperawatan.

Evalusi merupakan hasil proses pada kasus ini yang menunjang

adanya kemajuan atau keberhasilan dari masalah yang dihadapi.

Adapun hasil evaluasi dari 3 diagnosa yang ditegakkan yaitu:

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan energi

sudah teratasi karena sesak berkurang dan tidak lagi di pasangkan

oksigen.

2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran

darah belum teratasi karena pada saat evaluasi pasien CRT > 2 ,

masih oedema pada ekstremitas bawah,pasien masih nampak

pucat dan nilai LAB masih meningkat

3. Nyeri akut b/d agen cidera biologis belum teratasi karena pada saat

evalusi pasien mengatakan merasa sakit pada perut bagian bawah

97
BAB IV

PENUTUP

Setelah penulis menguraikan pembahasan kasus Ny.H dengan diagnosa

Kista Ovarium di ruangan IGD Obgyn RSUP Dr WahidinSudirohusodo

Makassar tanggal 09 Oktober 2019. Maka :

A. KESIMPULAN

1. Untuk mendapatkan hasil yang akurat dalam menetapkan proses

keperawatan harus dilakukan secara cermat dan teliti serta

memerlukan pendekatan interpersonal yang baik.

2. Masalah yang ditemukan pada teori adalah Nyeri akut, Ansietas,

Gangguan eliminasi urine, Resiko infeksi, dan Hambatan mobilisasi

fisik.

3. Dalam evalusi keperawatan, masalah yang ada pada Ny.H dengan

diagnosa Kista Ovarium selama kurang lebih 45 menit implementasi

yang telah dilakukan dan diberikan kepada pasien, maka masalah

keperawatan 1 diagnosa sudah teratasi dan 2 diagnosa belum

teratasi dikarena keterbatasan waktu dalam pemberian asuhan

keperawatan.

98
B. SARAN

Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan maka

penulis mengemukakan saran yang mmungkin dapat bermanfaat

untuk penanganan khusunya terhadap pasien dengan gangguan

sistem reproduksi Kista Ovarium sebagai berikut:

1. Rumah Sakit

Bagi pihak rumah sakit agar dapat mempertahankan asuhan

keperawatan yang konferhensif (melibatkan berbagai kedisiplinan

ilmu kesehatan), kolaborasi serta melibatkan keluarga dalam

merawat pasien.

2. Bagi Perawat

Diharapkan perawat atau petugas kesehatan lainnya untuk lebih

meningkatkan pelayanan pada pasien yang mempunyai penyakit

Kista Ovarium . Untuk memberikan penyuluhan akan pentingnya

pola hidup sehat dan menjaga kesehatan alat reproduksi terutama

pada wanita.

3. Bagi Pasien

Diharapkan agar pasien bisa berpartisipasi (melihat kondisi

pasien) untuk bersungguh-sungguh dalam melakukan dan

menjalani perawatan atau terapi agar hasil yang diperoleh sesuai

dengan harapan.

99
DAFTAR PUSTAKA

Andang, T., Mumpuni, Y., (2013). 45 Penyakit Musuh Kaum Perempuan.

Yogyakarta: Rapha Publishing.

Bararah, T dan Jauhar, M.2015. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap

Menjadi Perawat Profesional. Jakarta : Prestasi Pustaka Raya.

Elis, Harold 2012. Clinical anatomy: applied anatomy for student & junior

doctors. 11 edition. USA: Blackwell publishing

Kemenkes RI., 2015. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2015.

Manuaba, Ida A.C (2013). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB

untuk pendidikan bidan Edisi 2. Yogyakarta: pustaka pelajar.

Miyler, C.A. 2012. Nursing for Wellness in Older Adults. 6th ed.

Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Moore KL, Dalley AF, agur AMR, Moore ME. 2013. Anatomi Berorientasi

Klinis. Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga.

Muttaqin, Arif. 2011. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan

Gangguan Sistem Reproduksi. Jakarta : EGC.

Nugroho, Taufan. 2014. Kesehatan Wanita, Gender dan

Permasalahannya. Yogyakarta : Nuha Medika

Nurarif H. Amin & Kusuma Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA ( North American

xii
Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC. Mediaction

Publishing.

Potter & Perry. (2013). Furdametal Keperawatan 1. Edisi 7. Jakarta:

Salemba Medika.

RISKESDAS. (2015). Riset Kesehatan Dasar, 88.

Setyorini, Aniek.2014. Kesehatan Reproduksi & Pelayanan Keluarga Berencana.

Bogor: IN MEDIA

Sherwood L. fisiologi manusia dari sel ke system. 6 ed. Jakarta: EGC;

2012

Susianti, & Sari, A. I. (2017). Potensi sirsak ( Annoma muricata ) Sebagai

Pencegahan Kista Ovarium. Majority, 6 (2), 18-22 Retrieved from

WHO. 2015. Profil Data Kesehatan Penyakit Kista, Jurnal

Yatim, Faisal. (2008). Penyakit kandungan (Myom, Kista, Indung Telur,

serta Gangguan Lainnya). Edisi 2. Jakarta : Pustaka Populer

Obor.

xiii
PATHWAY Kista Ovarium

Kurang informasi Komplikasi peritonia


Pembesaran ovarium
Luka operasi
Kurang Pengetahuan Peritonis
Ruptur ovarium Diskontinuitas jaringan Pembatasan nutrisi
Ansietas Resiko Perdarahan Nyeri
Nyeri ektif
Post d’ entri Penurunan metabolisme
Resiko Perdarahan

ektif ektif
Hipolisis
Asites Perfusi perifer tidak efektif Resiko terjadi infeksi

ektif
ektif ektif
Penaikan asam laktat
Penekanan diagfragma

ektif
Ruang paru menyempit Keletihan

ektif
Self care defisit
Pola napas tidak efektif
ektif
xii
xiii
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama Lengkap : Enjelica Woelandari, S.Kep


Tempat Dan Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 05 Juli 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Status Pernikahan : Belum Menikah
Alamat : BTN Hartaco Indah Daya Blok 1U/8
Makassar
No Hp : 081 245 056 655
Alamat E-Mail : enjelikawoelandary@gmail.com
Pendidikan :
TK : TK Harinda Makassar Tahun 2001 - 2002
SD : SD Kristen Elim Makassar Tahun 2002 - 2008
SLTP : SMP Kristen Elim Makassar Tahun 2008 - 2011
SLTA : SMA Kristen Elim Makassar Tahun 2011 - 2014
S.1 Keperawatan : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKES) RSUD Daya Makassar Tahun 2014 - 2018

Makassar, …….. 2020

Enjelica Woelandari

Anda mungkin juga menyukai