Anda di halaman 1dari 124

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PW

DENGAN PNEUMONIA
DI RUANG D RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG
TANGGAL 27 S/D 30APRIL 2016

Diajukan Oleh :
NI PUTU ATIK KARMILA DEWI
NIM : 13E10972

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI
DENPASAR
2016
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PW
DENGAN PNEUMONIA
DI RUANG D RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG
TANGGAL 27 S/D 30APRIL 2016

LAPORAN KASUS
Diajukan sebagai salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan pendidikan pada
Program Studi DIII Keperawatan
STIKES Bali

Diajukan Oleh :
NI PUTU ATIK KARMILA DEWI
NIM : 13E10972

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI
DENPASAR
2016

i
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Laporan kasus dengan judul Asuhan KeperawatanPada PasienPWdengan

Pneumoniadi RuangD RSUD Kabupaten Klungkungtanggal 27s/d30April 2016,

telah mendapatkan persetujuan pembimbing dan dapat diajukan kehadapan Tim

Penguji Laporan Kasus pada Program Studi DIII Keperawatan STIKES BALI.

Denpasar, 25 Mei 2016

Pembimbing

(Ns. Made Rismawan, S.Kep., MNS.)


NIR. 02052

ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat rahmat-Nyalah studi kasus dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN PW DENGAN PNEUMONIA DI RUANG D RSUD

KABUPATEN KLUNGKUNG TANGGAL 27 S/D 30 APRIL 2016” dapat

diselesaikan tepat waktu.

Laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan

dalam mengakhiri pendidikan di Sekolah Tinggi Kesehatan Bali Denpasar. Dalam

penyusunan laporan kasus ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai

pihak, untuk itu melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak dr. I Nyoman Kesuma, MPH., selaku Direktur RSUD Kabupaten

Klungkung beserta staf yang memberi ijin dan kesempatan pada penulis untuk

mengambil kasus dalam pembuatan laporan ini.

2. Bapak Drs. I Ketut Widia, BN.Stud., MM., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Bali Denpasar beserta staf dosen yang telah memberikan

kesempatan dan petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan laporan kasus

ini.

3. Bapak Ns. I Gede Satria Astawa, S.Kep., selaku Kepala Program Studi DIII

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Bali yang telah

memberikan dukungan dan bantuan selama kuliah ataupun penyusunan

laporan kasus ini.

iv
4. Ibu Ni Wayan Wiratniasih, A.Md.Kep., selaku Kepala Ruang D RSUD

Kabupaten Klungkung dan seluruh staf yang telah memberikan petunjuk dan

masukan-masukan kepada penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini.

5. Bapak Ns. IGNM. Kusuma Negara, S.Kep., MNS., selaku dewan penguji yang

telah memberikan masukan dalam penyampaian kasus.

6. Bapak I Nyoman Mudia, SKM. MM., selaku pembimbing dalam penyusunan

laporan kasus yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan

bimbingan dan petunjuk kepada penulis.

7. Bapak Ns. Made Rismawan, S.Kep., MNS., selaku dosen pembimbing dalam

penyusunan laporan kasus yang telah banyak meluangkan waktu untuk

memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis.

8. Seluruh Staf Dosen STIKES Bali Program Studi DIII Keperawatan atas segala

bimbingan selama penulis mengikuti pendidikan.

9. Keluarga PW yang telah memberikan keterangan dan informasi data yang

dibutuhkan penulis di dalam penyusunan laporan kasus.

10. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Bali yang telah membantu baik secara langsung

maupun tidak langsung yang pada kesempatan ini tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu.

11. Bapak, Ibu, Adik, Kakak, Sahabat yang telah memberikan dorongan moril

maupun materiil kepada penulis selama penulis mengikuti pendidikan.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat

imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa.

v
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan

demi kesempurnaan laporan kasus ini. Akhir kata penulis berharap semoga

laporan kasus ini bermanfaat bagi para pembaca.

Denpasar, 25 Mei 2016

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Isi Halaman
LEMBAR JUDUL ..................................................................................... i
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................. ii
PERNYATAAN PENGESAHAN ............................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii
DAFTAR BAGAN .................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ............................................................... 4
C. Metode Penulisan ............................................................... 5
D. Sistematika Penulisan ........................................................ 6
BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS
A. Tinjauan Teoritis ................................................................. 7
1. Konsep Dasar Pneumonia ............................................. 7
a. Pengertian ............................................................... 7
b. Klasifikasi ............................................................... 8
c. Patofisiologi . .......................................................... 9
d. Pemeriksaan Diagnostik ......................................... 14
e. Penatalaksanaan Medis ........................................... 16
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pneumonia ......... 17
a. Pengkajian Keperawatan ........................................ 17
b. Diagnosa Keperawatan. .......................................... 18
c. Perencanaan Keperawatan ...................................... 19
d. Pelaksanaan Keperawatan ...................................... 30
e. Evaluasi Keperawatan ............................................ 31

vii
3. Web Of Caution (WOC) Pneumonia ............................ 32
B. Tinjauan Kasus .................................................................. 33
1. Pengkajian Keperawatan .............................................. 33
2. Diagnosa Keperawatan . ............................................... 56
3. Perencanaan Keperawatan ............................................ 57
4. Pelaksanaan Keperawatan ............................................ 63
5. Evaluasi Keperawatan .................................................. 72
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan .................................................... 80
B. Perencanaan Keperawatan .................................................. 84
C. Pelaksanaan Keperawatan .................................................. 85
D. Evaluasi Keperawatan ........................................................ 86
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 88
B. Saran .................................................................................. 90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. KEDUDUKAN PASIEN PW DALAM KELUARGA......................... 34

2. PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP PADA PASIEN PW

DENGAN PNEUMONIA DI RUANG D RSUD KABUPATEN

KLUNGKUNG TANGGAL 27 APRIL 2016 ..................................... 52

3. ANALISA DATA PADA PASIEN PW DENGAN PNEUMONIA DI

RUANG D RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG TANGGAL 27

APRIL 2016 ......................................................................................... 53

4. RENCANA KEPERAWATAN PADA PASIEN PW DENGAN

PNEUMONIA DI RUANG D RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG

TANGGAL 27 APRIL 2016 ................................................................. 59

5. PELAKSANAAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PW

DENGAN PNEUMONIA DI RUANG D RSUD KABUPATEN

KLUNGKUNG TANGGAL 27 S/D 30 APRIL 2016 .......................... 63

6. CATATAN PERKEMBANGAN PADA PASIEN PW DENGAN

PNEUMONIA DI RUANG D RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG

TANGGAL 28 APRIL 2016 ................................................................. 72

7. CATATAN PERKEMBANGAN PADA PASIEN PW DENGAN

PNEUMONIA DI RUANG D RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG

TANGGAL 29 APRIL 2016 ................................................................. 75

ix
8. EVALUASI KEPERAWATAN PADA PASIEN PW DENGAN

PNEUMONIA DI RUANG D RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG

TANGGAL 30 APRIL 2016 ................................................................. 78

9. KEGIATAN PENYULUHAN PADA KELUARGA PW DENGAN

PNEUMONIA DI RUANG D RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG

TANGGAL 30 APRIL 2016 . ............................................................... 105

x
DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

1. Web Of Caution (WOC) Pneumonia .................................................... 32

2. Genogram . ............................................................................................ 39

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Saluran pada Sistem Pernafasan

Gambar 2 : Saluran pada Sistem Pernafasan (Hidung)

Gambar 3 : Saluran pada Sistem Pernafasan (Faring)

Gambar 4 : Saluran pada Sistem Pernafasan (Laring)

Gambar 5 : Saluran pada Sistem Pernafasan (Trakea)

Gambar 6 : Saluran pada Sistem Pernafasan (Bronkus)

Gambar 7 : Saluran pada Sistem Pernafasan (Paru - paru)

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan

Lampiran 2 : Satuan Acara Penyuluhan Pneumonia

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit

yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan terutama pada anak

(Koksal dkk., 2010). ISPA dibedakan menjadi 2, yaitu: ISPA bagian atas dan

ISPA bagian bawah (Watkins & Lemonovich, 2011). ISPA bagian atas adalah

infeksi saluran pernapasan akut di atas laring, yang meliputi: rinitis, faringitis,

tonsilitis, sinusitis, dan otitis medis. Sedangkan, ISPA bagian bawah adalah

infeksi saluran pernapasan akut dari laring ke bawah, yang terdiri atas:

epiglotitis, bronkitis, bronkiolitis, dan pneumonia (Asghar dkk., 2011). Dari

beberapa penyakit ISPA tersebut, pneumonia merupakan penyakit infeksi

yang memerlukan perhatian khusus, sebab pneumonia termasuk dalam

penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak, khususnya di Indonesia.

Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)

dan mempunyai gejala batuk, sesak napas, dan ronchi. Terjadinya pneumonia

pada anak sering kali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut pada

bronkhus yang seringdisebut bronchopneumonia (Depkes, 2009). Pada

umumnya, pneumonia dikategorikan dalam penyakit menular yang ditularkan

melalui udara, dengan sumber penularan adalah penderita pneumonia yang

menyebarkan kuman dalam bentuk droplet ke udara pada saat batuk atau

bersin. Selanjutnya kuman penyebab pneumonia masuk ke saluran pernafasan

1
2

melalui proses inhalasi (udara yang dihirup), atau dengan cara penularan

langsung, yaitu percikan droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk,

bersin, dan berbicara langsung terhirup oleh orang di sekitar penderita, atau

memegang dan menggunakan benda yang telah terkena sekresi saluran

pernapasan penderita (WHO, 2013).

Secara global, sekitar 1,6 juta kematian setiap tahun disebabkan oleh

pneumonia, sekitar 700.000 hingga satu juta balita terutama berasal dari

negara berkembang. Di kawasan Asia Pasifik diperkirakan sebanyak 860.000

balita meninggal setiap tahunnya atau sekitar 98 anak setiap jam (Wahid &

Suprapto, 2013). Di Indonesia, Survei Kesehatan Rumah Tangga (2010)

menunjukkan bahwa penyakit infeksi merupakan penyebab kedua kematian

setelah penyakit kardiovaskuler.Riset Kesehatan Dasar (2007) melaporkan

bahwa kejadian pneumonia sebulan terakhir (period prevalence) pada bayi

adalah 0,76% dengan rentang antar provinsi sebesar 0-13,2%. Prevalensi

tertinggi adalah provinsi Gorontalo (13,2%),kemudian Bali (12,9%)sedangkan

provinsi lainnya di bawah 10%. Prevalensi pada balita (1-4 tahun) adalah

1,00% dengan rentang antar provinsi sebesar 0,1% - 14,8%. Seperti pada bayi,

prevalensi tertinggi adalah provinsi Gorontalo (19,9%), kemudian Bali

(13,2%) sedangkan provinsi lainnya di bawah 10%.

Penyakit pneumonia bisa menjadi penyakit yang ringan apabila segera

diobati dengan tepat dan cepat, tetapi juga bisa menjadi penyakit yang

berbahaya dan dapat mengancam nyawa jika penanganannya tidak dilakukan

dengan baik. Bahaya penyakit pneumonia bisa menyebabkan penderitanya


3

mengalami sesak nafas seperti pada pasien asma bronkial. Hal ini terjadi

karena salah satu atau kedua paru - parunya terdapat bakteri, jamur atau virus

yang menginfeksi. Sehingga paru - paru dipenuhi cairan seperti nanah.

Penyakit pneumonia yang penanganannya tidak dilakukan dengan baik akan

menyebabkan komplikasi, yaitu : efusi pleura, komplikasi sistemik,

hipoksemia, pneumonia kronik dan bronkietatis.

Perawatan yang diutamakan pada pasien dengan pneumonia antara lain

menjaga kelancaran pernafasan, kebutuhan istirahat, kebutuhan nutrisi dan

cairan, mengontrol suhu tubuh, mencegah komplikasi. Walaupun sudah

mendapat pengobatan pneumonia, tetapi daya tahan tubuh seseorang (status

imunisasi) merupakan faktor penting bagi pencegahan dan proses

penyembuhan terhadap serangan penyakit ini. Pola hidup yang sehat termasuk

makan makanan bergizi, berolahraga, tidur yang cukup merupakan usaha yang

dapat dilakukan untuk mencegah penyakit ini. Dalam hal ini perawat dituntut

mempunyai pemahaman sikap dan keterampilan dalam mengkaji, intervensi

dengan cepat, implementasi dan mengevaluasi hasil.

Berdasarkan catatan register ruang D RSUD Kabupaten Klungkung,

pada empat bulan terakhir yaitu dari bulan Januari sampai April 2016

didapatkan jumlah pasien anak yang dirawat di Ruang D RSUD Kabupaten

Klungkung sebanyak 375 kasus. Penyakit sistem pernafasan sebanyak 97

kasus (25,8%), penyakit sistem persarafan sebanyak 61 kasus (16,2%),

penyakit sistem pencernaan sebanyak 54 kasus (14,4%), penyakit sistem

peredaran darah sebanyak 158 kasus (42,1%), penyakit sistem endokrin


4

sebanyak 1 kasus (0,26%), penyakit sistem perkemihan sebanyak 3 kasus

(0,80%) dan penyakit sistem integumen sebanyak 1 kasus (0,26%). Dari 97

kasus (25,8%) yang menderita gangguan sistem pernafasan sebanyak 8 kasus

(8,24%) dengan pneumonia, 29 kasus (29,8%) dengan bronchopneumonia, 15

kasus (15,4%) dengan asma bronkial, 39 kasus (40,2%) dengan bronkiolitis, 1

kasus (0,03%) dengan obs. Dipsneu, 1 kasus (0,03%) dengan akalasia, 4 kasus

(4,12%) dengan rhinofaringitis dan tidak ada pasien yang meninggal karena

penyakit pernafasan selama dirawat di ruang D RSUD Kabupaten Klungkung.

Dilihat dari angka kejadian pneumonia memang tidak banyak, tetapi

apabila penyakit ini tidak ditangani akan menyebabkan komplikasi, seperti

yang disebutkan diatas. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menyusun

laporan kasus dengan judul "ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

PW DENGAN PNEUMONIA DI RUANG D RSUD KABUPATEN

KLUNGKUNGTANGGAL 27 S/D 30APRIL 2016" dengan harapan

semoga nantinya hasil dari laporan kasus ini dapat membantu pembaca dan

institusi terkait di dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan

kasus - kasus pneumonia.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan pada laporan kasus ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan

pneumonia di ruang D RSUD Kabupaten Klungkung.


5

2. Tujuan Khusus :

a. Mampu melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien PW

dengan pneumonia.

b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien PW dengan

pneumonia.

c. Mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien PW dengan

pneumonia.

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien PW dengan

pneumonia.

e. Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien PW sesuai

dengan rencana yang ditetapkan pada pasien pneumonia.

C. Metode Penulisan

Dalam laporan kasus ini penulis menggunakan metode studi kasus yang

merupakan salah satu metode penelitian dalam ilmu sosial, dengan

menggunakan cara-cara yang sistematis dalam melakukan pengamatan,

pengumpulan data, analisis informasi dan pelaporan hasilnya. Sebagai

hasilnya, akan diperoleh pemahaman yang mendalam tentang mengapa

sesuatu terjadi dan dapat menjadi dasar bagi riset selanjutnya. Studi kasus

dapat digunakan untuk menghasilkan dan menguji hipotesis. Adapun teknik

dalam pengumpulan data, yaitu wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan

studi dokumentasi. Wawancara merupakan suatu metode komunikasi yang

direncanakan dan meliputi tanya jawab antara perawat dengan klien yang

berhubungan dengan masalah kesehatan pasien. Data yang diperoleh dari hasil
6

wawancara berupa data subjektif, antara lain keluhan pasien, orang tua pasien

mengeluh anaknya sesak dan batuk berdahak. Observasi merupakan kegiatan

mengamati prilaku dan keadaan pasien untuk memperoleh data tentang

masalah kesehatan pasien. Data yang diperoleh dari hasil observasi berupa

data objektif, pasien tampak sesak dan batuk berdahak. Pemeriksaan fisik

(physical examination) dalam pengkajian keperawatan dipergunakan untuk

memperoleh data objektif dari pasien. Studi dokumentasimempunyai makna

penting dalam aspek hukum, kualitas pelayanan, komunikasi, pendidikan,

penelitian, dan akreditasi. Berkaitan dengan perlindungan hukum,

dokumentasi asuhan keperawatan dapat memberi bukti yang berharga tentang

kondisi pasien dan pengobatannya dan dapat bersifat kritis dalam menentukan

standar perawatan apakah telah dipenuhi atau tidak (Nursalam, 2011).

D. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan laporan kasus ini dibagi dalam empat

bab. Bab I, yaitu pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan,

metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II terdiri dari tinjauan teori

dan tinjauan kasus, tinjauan teori meliputi konsep dasar pneumonia, konsep

dasar asuhan keperawatan pneumonia serta Web Of Caution (WOC) dari

pneumonia. Tinjauan kasus terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi. Bab III, yaitu pembahasan yang membahas tentang

kesenjangan antara teori dengan kasus dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi. Bab IV, yaitu penutup meliputi kesimpulan dan

saran.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS

A. Tinjauan Teoritis

1. Konsep Dasar Pneumonia

a. Pengertian

Pneumonia merupakan sakit yang terbentuk dari infeksi akut dari

daerah saluran pernafasan bagian bawah yang secara spesifik

mempengaruhi paru – paru (WHO, 2006).

Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran

pernafasan akut yang mengenai bagian paru (jaringan alveoli).

Pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi pada kapiler-kapiler

pembuluh darah di dalam alveoli. Pada penderita pneumonia, nanah

(pus) dan cairan akan mengisi alveoli tersebut sehingga terjadi

kesulitan penyerapan oksigen (Depkes RI, 2007).

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, dari

bronkheolus terminalis yang mencakup bronkheolus respiratorius dan

alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan

pertukaran gas setempat (Misnadiarly, 2008).

7
8

b. Klasifikasi

Ridha (2014) mengklasifikasikan pneumonia, yaitu :

1) Berdasarkan klinis dan epidemiologi

a) Pneumonia yang di dapat di masyarakat (CAP) disebabkan

pnemokokus.

b) Pneumonia yang dapat di RS (Hospital Acquaired

Pneumonia/Nosokomial Pneumonia) biasanya disebabkan

bakterigram negative dan angka kematian lebih tinggi.

c) Pneumonia aspirasi, sering pada bayi dan anak.

d) Pneumonia berulang, terjadi bila punya penyakit penyerta.

2) Berdasarkan kuman penyebab

a) Pneumonia bakterialis/topical, dapat terjadi pada semua usia,

beberapa kuman menyerang seseorang yang peka,

misal:Klebsiela pada orang alkoholik dan Stapilokokus pada

influenza.

b) Pneumonia atipikal, sering mengenai anak dan dewasa muda

dan disebabkan oleh mycoplasma, clamidia dan coxlella.

c) Pneumonia karena virus, sering pada bayi dan anak.

d) Pneumonia karena jamur, sering disertai infeksi sekunder

terutama pada orang dengan daya tahan lemah dan

pengobatannya lebih sulit.


9

3) Berdasarkan prediksi infeksi

1) Pneumonia lobaris mengenal satu lobus atau lebih, disebabkan

karena obstruksi bronkus, misalnya aspirasi benda asing, proses

keganasan.

2) Bronkopneumonia, adanya bercak – bercak infiltrasi pada paru

dan disebabkan oleh virus atau bakteri.

c. Patofisiologi

1) Etiologi

Menurut Ridha (2014), Pneumonia disebabkan karena beberapa

faktor, diantaranya adalah :

a) Bakteri (Pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, H.influenza,

klebsiela mycoplasma pneumonia).

b) Virus (Virus adena, virus para influenza, virus influenza).

c) Jamur/fungi (Kandida abicang, histoplasma, capsulatum,

koksidiodes).

d) Protozoa (Pneumokistis karinti).

e) Bahan kimia (Aspirasi makan/susu/isi lambung, keracunan

hidrokarbon (minyak tanah, bensin, dll)).

2) Proses terjadi

Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, mikro plasma,

jamur masuk ke dalam paru melalui inhalasi udara dari atmosfer,

juga dapat melalui aspirasi dari nasofaring atau orofaring. Tidak


10

jarang secara perkontinuitatum dari daerah di sekitar paru, ataupun

melalui penyebaran secara hematogen. Melalui inhalasi droplet

akan teraspirasi masuk ke saluran nafas atas kemudian masuk ke

saluran nafas bagian bawah dan selanjutnya akan menginfeksi

jaringan interstisial parenkim paru. Dengan daya tahan tubuh yang

menurun, terjadilah infeksi pada traktus respiratorius atau jalan

nafas. Infeksi pada traktus respiratorius dapat menyebabkan

peningkatan sekresi yang kental /berlebihan. Suatu reaksi inflamasi

yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan

menghasilkan eksudat, yang mengganggu gerakan dan difusi

oksigen serta karbondioksida. Sel – sel darah putih, kebanyakan

neutrofil, juga bermigrasi ke dalam alveoli dan memenuhi ruang

yang biasanya mengandung udara. Hal tersebut akan

mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke bronkioli,

alveoli dan parenkim paru. Terjadinya proliferasi mengakibatkan

sumbatan dan daya konsolidasi pada jalan nafas sehingga proses

pertukaran O2 dan CO2 menjadi terhambat dan terjadilah gangguan

ventilasi. Area paru tidak mendapat ventilasi yang cukup karena

sekresi, edema mukosa, dan bronkospasme, menyebabkan oklusi

parsial bronki atau alveoli dengan mengakibatkan penurunan

tahanan oksigen alveolar. Rendahnya masukan O2 ke paru-paru

terutama pada alveolus menyebabkan terjadi peningkatan tekanan

CO2 dalam alveolus atau yang disebut dengan hiperventilasi yang


11

akan menyebabkan terjadi alkalosis respiratorik dan penurunan

CO2 dalam kapiler atau hipoventilasi yang akan menyebabkan

terjadi asidosis respiratori. Hal tersebut menyebabkan paru-paru

tidak dapat memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas yaitu

membuang karbondioksida sehingga menyebabkan konsentrasi

O2didalam alveolus menurun dan terjadilah gangguan difusi, dan

akan berlanjut menjadi gangguan perfusi dimana oksigenasi ke

jaringan tidak memadai. Jika gangguan ventilasi, difusi dan perfusi

tidak segera ditanggulangi akan menyebabkan hipoksemia dan

hipoksia yang akan menimbulkan beberapa manifestasi

klinis(Brunner & Suddarth, 2013; Djojodibroto, 2015).

3) Manifestasi Klinis

Pada banyak kasus pneumoniamanifestasi klinis yang

ditimbulkan antara lain sianosis, nafas cuping hidung, takikardia,

dispnea, gelisah, stridor, retraksi otot dada, dan sesak, dimana

tanda dan gejala tersebut dapat menimbulkan masalah kerusakan

pertukaran gas dan pola nafas tak efektif. Tanda dan gejala lain

yang timbul adalah kelemahan, keletihan, kelelahan yang akan

menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Dari terjadinya infeksi

pada jalan nafas akan menyebabkan peningkatan sekresi yang

kental/berlebihan, jika sekret tertelan maka kuman masuk

kesaluran pencernaan. Sehingga kuman akan masuk ke lambung

dan terjadi peningkatan asam lambung. Hal inilah yang


12

menyebabkan mual, muntah dan anoreksia, sehingga timbul

masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Selain itu bisa juga terjadi demam dan berkeringat yang dapat

menimbulkan masalah risiko kekurangan volume cairan dan

hipertermia. Batuk dan pilek merupakan reaksi tubuh akibat adanya

infeksi traktus respiratori yang akan menimbulkan masalah

bersihan jalan nafas tak efektif. Masalah risiko penyebaran infeksi

juga dapat terjadi jika kuman sudah masuk ke dalam alveoli dan

bronkiolus. Dengan timbulnya tanda dan gejala, dan disertai

dengan kurangnya pemahaman orang tua sehingga keluarga

bertanya-tanya tentang penyakit pasien, maka timbullah masalah

ansietas orang tua (Brunner & Suddarth, 2013).

4) Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul dari penyakit pneumonia (Ridha,

2014; Brunner & Suddarth, 2013), yaitu :

a) Efusi pleura dan empisema

Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura

yang terletak di antara permukaan viseral dan parietal.

Empisema adalah suatu distensi abnormal ruang udara di luar

bronkiolus terminal dengan kerusakan dinding alveoli.

b) Komplikasi sistemik

Komplikasi sistemik merupakan penyakit tambahan atau

penyakit lanjutan dari penyakit sebelumnya yang


13

mempengaruhi tubuh secara umum. Istilah yang mungkin

terkait, yaitu Lupus Eritematosus Sistemik. Lupus merupakan

penyakit yang terkait dengan kekebalan tubuh manusia.

Penyakit ini juga dikenal sebagai penyakit autoimun. Penyakit

terjadi apabila terjadi anomali pada sistem dan kerja sel

pertahanan tubuh manusia. Sel pertahanan tubuh yang

seharusnya melindungi tubuh dari masuknya kuman atau

gangguan eksternal lainnya justru menyerang tubuh

pemiliknya. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit

mematikan pada jenis Eritematosus Sistemik (ES) atau yang

juga disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE).

c) Hipoksemia

Hipoksemia adalah keadaaan dimana terjadi penurunan

konsentrasi oksigen dalam pembuluh arteri. Hipoksemia bisa

terjadi karena kurangnya tekanan parsial O2 (PaO2) atau

kurangnya Saturasi oksigen (SaO2) dalam pembuluh arteri.

d) Bronkietasis

Bronkietasis adalah dilatasi bronki dan bronkiolus kronis yang

mungkin disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi

paru dan obstruksi bronkus; aspirasi benda asing, muntahan,

atau benda-benda dari saluran pernapasan atas; dan tekanan

akibat tumor, pembuluh darah yang berdilatasi, dan

pembesaran nodus limfe.


14

d. Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis suatu penyakit saluran pernafasan seperti pneumonia

dapat ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan diagnostik.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain (Muttaqin, 2014) :

1) Pemeriksaan Radiologi

a) Foto Thoraks

Pneumonia merupakan abnormalitas yang disebabkan

adanya radang atau cairan ditandai dengan adanya konsolidasi.

Sebaiknya dibuat foto thoraks posterio-anterior dan lateral

untuk melihat keberadaan konsolidasi retrokardial sehingga

lebih mudah untuk menentukan lobus mana yang terkena

karena setiap lobus memiliki kemungkinan untuk terkena.

Meskipun lobus inferior lebih sering terkena, lobus atas dan

lobus tengah juga dapat terkena. Yang khas adalah tampak

gambaran konsolidasi homogen sesuai dengan letak anatomi

lobus yang terkena.

2) Pemeriksaan Hematologi

a) Pemeriksaan darah lengkap

Pada pemeriksaan darah lengkap biasanya didapatkan jumlah

leukosit 15.000-40.000/mm3. Dalam keadaan leukopenia, laju

endap darah biasanya meningkat hingga 100 mm/jam yang

memungkinkan terjadi peningkatan jumlah leukosit.


15

b) Analisa Gas Darah

Pemeriksaan AGD pada pasien pneumonia dapat menunjukkan

hipoksemia sebab terdapat ketidakseimbangan ventilasi-perfusi

di daerah pneumonia.

3) Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah dapat diambil dengan

biopsi jarum, aspirasi trakeal, bronkoskopi fiberoptik, atau biopsi

pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab dan

selanjutnya dibuat pewarnaan gram sebagai pegangan dalam

pemberian antibiotik. Sebaiknya diusahakan agar biakan dibuat

dari sputum saluran pernafasan bagian bawah. Selain contoh

sputum yang diperoleh dari batuk, bahan dapat diperoleh dari swap

tenggorok atau laring serta pengisapan lewat dada tergantung pada

indikasinya.

e. Penatalaksanaan Medis

1) Terapi

a) Oksigen 1-2 liter/menit, diberikan bila terdapat tanda

hipoksemia seperti : gelisah, sianosis.

b) Antimukolitik/ekspektoran (misal : OBH, bisolvon, mucopect,

ambroxol) diberikan bila terdapat sekret kental pada saluran

nafas.

c) Antipiretik, diberikan bila pasien mengalami peningkatan suhu

tubuh.
16

d) Antibiotika diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi

(misal : penisilin merupakan antibiotik pilihan untuk infeksi

oleh S. Pneumonia. Medikasi efektif lainnya termasuk

eritromisin, klindamisin, sefalosporin generasi kedua dan

ketiga dan trimetoprimsulfametoksazol (Bactrim).

e) Kortikosteroid diberikan pada kasus-kasus yang berat seperti

infiltrat milier dengan sesak dan sianosis.

f) Nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental dan

nebulizer untuk pemberian bronkodilator (ventolin).

2) Suportif

a) Cairan intravena (IVFD) biasanya diperlukan campuran

glukosa 5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3 : 1.

b) Koreksi gangguan keseimbangan asam, basa dan

elektrolit.

c) Menjaga kelancaran pernafasan, kebutuhan istirahat, kebutuhan

nutrisi, mengontrol suhu tubuh dan mencegah komplikasi.

2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pneumonia

a. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses

keperawatan. Tahap pengkajian, yaitu: pengumpulan data, analisa data,

rumusan masalah, analisa masalah, dan diagnosa keperawatan.


17

Data dibedakan menjadi data subjektif dan data objektif.

1) Data Subjektif

Adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat

terhadap suatu situasi data kejadian, informasi tersebut dapat

ditentukan dengan informasi atau komunikasi (Asrinah,

2010).Diperoleh dari keterangan pasien atau orang tua pasien

terutama pada pasien pneumonia biasanya anak dikeluhkan

mengalami peningkatan suhu tubuh, pilek, batuk berdahak, sesak,

nafsu makan menurun, mual dan kadang muntah.

2) Data Objektif

Adalah data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari

pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan

diagnostik lain (Asrinah, 2010).Diperoleh dari pemeriksaan fisik

yaitu tampak sesak, batuk berdahak, pernafasan cepat dan dangkal,

adanya retraksi otot dada, adanya ronchi, berkeringat, suhu

meningkat lebih dari 38°C, adanya sianosis dan nafas cuping

hidung.

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah setepat data yang ada karena

ditunjang oleh data terbaru yang dikumpulkan. Diagnosa keperawatan

ini mencatat bagaimana situasi pasien pada saat itu dan harus

mencerminkan perubahan yang terjadi pada kondisi pasien (Doenges,


18

2014). Dari pengkajian yang dilakukan maka didapatkan diagnosa

keperawatan yang muncul seperti:

1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi

yang kental atau berlebihan, sekunder akibat: infeksi, fibrosis

kistik, atau influensa.

2) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan

membran alveolar kapiler.

3) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan

ekspansi paru, proses inflamasi.

4) Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi.

5) Risiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan

tidak adekuat pertahanan sekunder.

6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

7) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk

menetap.

8) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan penurunan keinginan untuk makan, sekunder

akibat: anoreksia.

9) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan

berhubungan dengan muntah/mual.


19

10) Ansietas orang tua/anak berhubungan dengan perubahan aktual

atau persepsi perubahan dalam lingkungan, sekunder akibat:

hospitalisasi.

c. Perencanaan Keperawatan

Dalam perencanaan diawali dengan menentukan prioritas

berdasarkan kebutuhan A. Maslow, sifat masalah, berat ringannya

masalah, keluhan pasien dan cepat tidaknya masalah diatasi. Adapun

rencana keperawatan yang dapat disusun untuk pasien pneumonia

(Doengoes, 2014) :

1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi

yang kental atau berlebihan, sekunder akibat: infeksi, fibrosis

kistik, atau influensa.

Tujuan : bersihan jalan nafas efektif.

Rencana tindakan :

a) Observasi vital sign terutama pernafasan setiap 8 jam.

Rasional : membantu mengetahui perkembangan pasien.

b) Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada

Rasional : takipnea, pernafasan dangkal, dan gerakan

dada tak simetris sering terjadi karena ketidak-

nyamanan gerakan dinding dada dan atau

cairan paru.
20

c) Lakukan teknik fisioterapi dada (inhalasi, claving,

vibrasi),ajarkan pasien latihan nafas dalam dan batuk efektif.

Rasional : fisioterapi dada (inhalasi, claping,vibrasi) dapat

merontokkan sekret yang melengket diparu,nafas

dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-

paru/jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah

mekanisme pembersihan jalan nafas alami,

membantu silia untuk mempertahankan jalan nafas

pasien.

d) Anjurkan pasien minum air hangat.

Rasional : air hangat dapat memobilisasi dan mengeluarkan

sekret.

e) Beri posisi yang nyaman (semi fowler/fowler)

Rasional : memungkinkan upaya nafas lebih dalam dan lebih

kuat serta menurunkan ketidaknyamanan dada.

f) Penghisapan lendir sesuai indikasi

Rasional : merangsang batuk dan pembersihan jalan nafas

secara mekanik pada pasien yang tak mampu

melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan

tingkat kesadaran.

g) Kolaborasi dalam pemberian obat mukolitik, ekspektoran,

bronkodilator

Rasional : memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret.


21

2) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan

membran alveolar kapiler.

Tujuan : ventilasi dan pertukaran gas efektif.

Rencana tindakan :

a) Observasi keadaan umum dan vital sign, setiap 8 jam.

Rasional : penurunan keadaan umum dan perubahan vital sign

merupakan indikasi derajat keparahan dan status

kesehatan umum.

b) Observasi warna kulit, membran mukosa, kuku

Rasional : sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi atau

respon tubuh terhadap demam/menggigil.

c) Pertahankan istirahat tidur

Rasional : mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/

konsumsi oksigen untuk memudahkan perbaikan

infeksi.

d) Tinggikan kepala dan sering mengubah posisi

Rasional : meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan

pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi.

e) Berikan terapi oksigen sesuai indikasi

Rasional : mempertahankan PO2 diatas 60 mmHg.

3) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan

ekspansi paru, proses inflamasi.

Tujuan : pola nafas efektif.


22

Rencana tindakan :

a) Auskultasi frekuensi dan irama jantung

Rasional : takikardi sebagai akibat hipoksemia dan

kompensasi upaya peningkatan aliran darah.

dan perfusi jaringan. Gangguan irama berhubungan

dengan hipoksemia ketidakseimbangan elektrolit.

b) Observasi perubahan status mental

Rasional : gelisah, bingung, disorientasi, dapat menunjukkan

gangguan aliran darah, hipoksia.

c) Obervasi warna dan suhu kulit/membran mukosa

Rasional : adanya cyanosis menunjukkan vasokonstriksi

perifer (syok) dan/atau gangguan aliran darah

sistemik.

d) Beri posisi yang nyaman (semi fowler/fowler)

Rasional : meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan

pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi.

e) Kolaborasi/delegatif dalam pemberian cairan parenteral

sesuai indikasi

Rasional : peningkatan cairan diperlukan untuk menurunkan

hiperviskositas darah atau mendukung volume

sirkulasi/perfusi jaringan.

4) Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi.

Tujuan : suhu tubuh normal (36,5 - 37,5°C)


23

Rencana tindakan :

a) Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tiap 4 jam.

Rasional : Pemantauan tanda vital yang teratur dapat

menentukan perkembangan pasien.

b) Beri kompres hangat pada kening, perut, atau ketiak.

Rasional : Perpindahan panas secara konduktif.

c) Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang menyerap

keringat

Rasional : proses konveksi akan terhalang oieh pakaian ketat

dan menyerap keringat.

d) Beri ekstra cairan (air, susu, sari buah, dan lain-lain)

Rasional : saat demam kebutuhan akan cairan tubuh

meningkat.

e) Batasi aktivitas fisik

Rasional : aktivitas meningkatkan metabolisme sehingga

meningkatkan panas.

f) Kolaborasi/delegatif dalam pemberian antibiotik, antipiretik.

Rasional : menurunkan panas pada saat pusat hipotalamus

dan sebagai propilaksis.

5) Risiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan

tidak adekuat pertahanan sekunder.

Tujuan : penyebaran infeksi tidak terjadi

Rencana tindakan :
24

a) Observasi vital sign, khususnya selama awal terapi

Rasional : selama periode waktu ini, potensial komplikasi fatal

(hipotensi/syok) dapat terjadi.

b) Observasi tanda-tanda infeksi (rubor, dolor, tumor, kalor, dan

fungsiolaesa).

Rasional : Adanya infeksi ditandai dengan terjadinya sepsis,

abses, dan peritonitis.

c) Lakukan teknik cuci tangan yang baik (septik dan aseptik).

Rasional : menurunkan penyebaran/tambahan infeksi.

d) Lakukan isolasi pencegahan

Rasional : teknik isolasi diperlukan untuk mencegah

penyebaran/ melindungi pasien dari proses infeksi

lain.

e) Tingkatkan asupan nutrisi.

Rasional : meningkatkan energi dan daya tahan tubuh.

f) Anjurkan pasien istirahat adekuat dengan aktivitas sedang.

Rasional : memudahkan proses penyembuhan dan

meningkatkan tahanan tubuh.

g) Kolaborasi/delegatif pemberian antibiotika

Rasional : antibiotika dapat membunuh mikroorganisme

penyebab pneumonia.

6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,

ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.


25

Tujuan : aktivitas dapat ditingkatkan.

Rencana tindakan :

a) Kaji tingkat kemampuan pasien dalam aktivitas.

Rasional : menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan

memudahkan pilihan intervensi.

b) Jelaskan pentingnya istirahat dan keseimbangan aktivitas dan

istirahat

Rasional : menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat

energi untuk penyembuhan.

c) Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan pasien.

Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu

keseimbangan suplay dan kebutuhan oksigen.

d) Bantu pasien dalam memilih posisi yang nyaman untuk

istirahat

Rasional : pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi,

tidur di kursi, atau menunduk ke depan meja atau

bantal.

e) Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien.

Rasional : keluarga mampu melakukan perawatan pasien

secara mandiri.

7) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk

menetap.

Tujuan : nyeri dapat berkurang/terkontrol/hilang.


26

Rencana tindakan :

a) Kaji karakteristik nyeri

Rasional : nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat

pada pneumonia, juga dapat timbul komplikasi

pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.

b) Observasi vital signs setiap 8 jam

Rasional : perubahan frekuensi jantung atau tekanan darah

menunjukkan bahwa mengalami nyeri, khususnya

bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah

terlihat.

c) Berikan tindakan nyaman seperti relaksasi, distraksi.

Rasional : menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar

efek terapi analgetik.

d) Kolaborasi/delegatif pemberian analgetik

Rasional : meningkatkan kenyamanan/istirahat umum.

8) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan penurunan keinginan untuk makan, sekunder

akibat: anoreksia.

Tujuan : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

tidak terjadi.

Rencana tindakan :

a) Observasi keadaan umum pasien


27

Rasional : keadaan umum merupakan gambaran keseluruhan

dari kondisi pasien, apakah mengalami perubahan

selama perawatan.

b) Observasi dan catat masukan makanan pasien

Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas

kekurangan konsumsi makanan.

c) Beri makan dalam porsi kecil tapi sering, beri dalam keadaan

hangat.

Rasional : meningkatkan masukan meskipun napsu makan

mungkin lambat untuk kembali.

d) Timbang BB tiap hari

Rasional : mengetahui ada/tidaknya respon terhadap terapi.

e) Beri HE pada keluarga tentang pentingnya pemberian nutrisi

pada orang sakit.

Rasional : Informasi yang diberikan akan memicu keluarga

untuk sering memberikan makan pada anaknya

walaupun sedikit.

f) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet pasien.

Rasional : Diet tinggi karbohidrat dan tinggi protein sangat baik

untuk orang sakit.

9) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan

dengan muntah/mual.

Tujuan : Kekurangan volume cairan tidak terjadi.


28

Rencana tindakan :

a) Observasi keadaan umum dan vital sign setiap 8 jam.

Rasional : tekanan darah ortostatik berubah dan peningkatan

takikardia menunjukkan kekurangan cairan

sistemik.

b) Kaji status hidrasi seperti turgor kulit

Rasional : indikator langsung keadekuatan volume cairan.

c) Kaji intake dan output cairan

Rasional : memberikan informasi tentang keadekuatan

volume cairan dan kebutuhan penggantian.

d) Tingkatkan intake cairan ± 2500 ml/hari

Rasional : pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan

risiko dehidrasi.

e) Kolaborasi/delegatif dalam pemberian cairan parenteral

Rasional : memperbaiki/mencegah kekurangan volume

cairan.

10) Ansietas orang tua/anak berhubungan dengan perubahan aktual

atau persepsi perubahan dalam lingkungan, sekunder akibat:

hospitalisasi.

Tujuan : kecemasan anak/orang tua berkurang/hilang,

pengetahuan keluarga bertambah, dan keluarga

memahami kondisi pasien.

Rencana tindakan :
29

a) Observasidan kaji tingkat kecemasan orang tua.

Rasional : mempengaruhi kemampuan untuk melakukan

perawatan pasien.

b) Beri HE/informasi tentang keadaan kesehatan pasien

Rasional : informasi dapat meningkatkan koping dan

membantu menurunkan ansietas dan masalah

berlebihan.

c) Libatkan orang tua/pasien dalam perawatan pasien

Rasional : keluarga/pasien mampu melakukan perawatan

mandiri.

d) Jelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien.

Rasional : informasi dapat meningkatkan koping, membantu

menurunkan ansietas dan masalah berlebihan.

e) Beri motivasi/dorongan pada orang tua/pasien dalam

melakukan perawatan pasien.

Rasional : meningkatkan proses belajar, meningkatkan

pengambilan keputusan dan mencegah ansietas

sehubungan dengan ketidaktahuan.

f) Beri reinforcement positif pada orang tua

Rasional : dapat meningkatkan rasa percaya diri keluarga.


30

d. Pelaksanaan Keperawatan

Implementasi merupakan aktualisasi dari rencana perawatan

melalui intervensi keperawatan. Fase implementasi dari proses

keperawatan mengikuti rumusan dari rencana keperawatan.

Implementasi mengacu pada pelaksanaan rencana keperawatan yang

sudah disusun. Perawat memikul tanggung jawab untuk implementasi

tetapi melibatkan pasien dan keluarga dan anggota tim keperawatan

dan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kebutuhan. Aktivitas

semua orang yang terlibat dalam implementasi dikoordinasi oleh

perawat (Brunner & Suddarth, 2013).

e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses keperawatan

dan diarahkan untuk menentukan respons pasien terhadap intervensi

keperawatan dan sebatas mana tujuan – tujuan sudah tercapai (Brunner

& Suddarth, 2013). Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan rencana

tujuan yaitu :

1) Bersihkan jalan nafas efektif.

2) Ventilasi dan pertukaran gas adekuat.

3) Pola nafas efektif.

4) Suhu tubuh normal (36,5-37,5°C)

5) Penyebaran infeksi tidak terjadi.

6) Aktivitas dapat ditingkatkan.


31

7) Nyeri dapat berkurang/terkontrol/hilang.

8) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak

terjadi.

9) Risiko kekurangan volume cairan tidak terjadi.

10) Ansietas orang tua/anak berkurang/hilang.


32

3. Web Of Caution (WOC) Pneumonia

Sumber : Brunner & Suddarth, (2013), Djojodibroto, (2015), Doenges, (2014),

Carpenito, (2013).
33

B. Tinjauan Kasus

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian dilakukan pada hari Rabu, tanggal 27 April 2016 pukul

17.00 wita di ruang D RSUD Kabupaten Klungkung dengan teknik

wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan catatan medis pasien.

a. Pengumpulan data

1) Identitas

a) Anak

(1) Nama : PW

(2) Tanggal lahir / usia : 13 Maret 2014 / 2 tahun

(3) Jenis Kelamin : Laki – laki

(4) Agama : Hindu

(5) Alamat : Sidemen, Karangasem

(6) Tanggal MRS : 27 April 2016

b) Orang tua

(1) Ayah

(a) Nama : SD

(b) Usia : 31 tahun

(c) Pendidikan : SMP

(d) Pekerjaan : Swasta

(e) Agama : Hindu

(f) Alamat : Sidemen, Karangasem


34

(2) Ibu

(a) Nama : WJ

(b) Usia : 27 tahun

(c) Pendidikan : SD

(d) Pekerjaan : IRT

(e) Agama : Hindu

2) Identitas saudara kandung

Tabel 1
KEDUDUKAN PASIEN PW DALAM KELUARGA

Nama Jenis Keadaan Sekarang Keterangan


No (Inisial) Kelamin Umur
L P Sehat Sakit Mati
1. AP √ 6 tahun √ Sehat
2. PW √ 2 tahun √ Sakit
Sumber : ibu pasien PW
Keterangan tabel :
Pasien PW merupakan anak kedua yang berusia 2 tahun.
Pasien PW mempunyai kakak kandung AP yang berusia 6 tahun.

3) Alasan Dirawat

a) Keluhan utama saat masuk rumah sakit (27 April 2016)

Orang tua pasien mengatakan anaknya sesak.

b) Keluhan utama saat pengkajian (27 April 2016)

Orang tua pasien mengatakan anaknya batuk.

4) Riwayat penyakit sekarang

Orang tua pasien mengatakan anaknya batuk dan panas sejak 4 hari

yang lalu tanggal 23 April 2016, kemudian orang tua pasien

memeriksakan keadaan pasien ke dokter praktek didekat rumahnya

dan dokter memberikan pasien obat paracetamol. Pada tanggal 24


35

April 2016 keadaan pasien masih batuk dan panas, pasien

diberikan obat paracetamol oleh ibunya. Setelah diberikan obat

paracetamol, panas pasien sudah turun, tapi batuk tidak berkurang.

Pada tanggal 25 April 2016 keadaan pasien masih batuk, tapi sudah

tidak panas. Pasien tidak diberikan obat paracetamol oleh ibunya,

karena pasien sudah tidak panas. Pada tanggal 26 April 2016

keadaan pasien masih batuk, tapi sudah tidak panas. Pasien tidak

diberikan obat paracetamol oleh ibunya, karena pasien tidak panas.

Karena batuk pasien tidak berkurang pasien kemudian dibawa

kontrol ke Klinik Bintang pada tanggal 27 April 2016 pukul 12.00

Wita. Di Klinik Bintang pasien mendapatkan pemeriksaan dari

dokter, dokter mengatakan pasien sesak dan harus dirawat inap

kemudian pasien dirujuk ke RSUD Kabupaten Klungkung dan

diterima di UGD RSUD Kabupaten Klungkung pukul 13.45 wita.

Di UGD dilakukan pemeriksaan tanda – tanda vital dengan hasil

respirasi : 40 x/menit, suhu : 38,60 C, nadi : 94 x/menit dan

pemeriksaan darah lengkap. Kemudian pasien diperiksa oleh

dokter dan dianjurkan untuk rawat inap.

Terapi di UGD (tanggal 27 April 2016) :

IVFD Dex 5 % (mikro) : 12 tetes/menit

Cefotaxime : 3 x 1/3 gr (IV)

Nebulizer ventolin : 1 cc + Nacl 10 cc @ 6 jam


36

Setelah mendapatkan persetujuan dari orang tua pasien kemudian

dipindahkan ke ruang D dan diterima di ruangan pukul 17.00 wita.

Di ruangan dilakukan pengkajian dengan hasil pemeriksaan tanda –

tanda vital suhu : 36,70 C, nadi : 94 x/menit, respirasi : 38 x/menit.

Orang tua pasien mengatakan anaknya batuk berdahak dan sesak,

tapi sesaknya sudah berkurang. Orang tua pasien mengatakan

selama sakit anaknya mengalami penurunan nafsu makan, sejak

sakit pasien hanya mau makan 4 sendok dari 1 porsi makanan yang

disediakan di rumah sakit. Orang tua pasien mengatakan anaknya

mengalami penurunan berat badan (BB sebelum sakit 10,2 kg, BB

saat sakit 10 kg), pasien tampak sesak, nafas pasien ronchi,

terdapat retraksi otot dada, orang tua pasien tampak gelisah,

khawatir dan bertanya-tanya tentang keadaan anaknya.

Diagnosa medis : Pneumonia

Terapi di ruangan tanggal 27 April 2016

IVFD Dex 5% (mikro) : 12 tetes/menit

Cefotaxime : 3 x 1/3 gr (IV)

Paracetamol : 3 x 1 cth k/p

Nebulizer : ventolin 1 cc + Nacl 10 cc @ 6 jam

5) Riwayat Kesehatan Lalu

a) Riwayat prenatal care

Ibu mengatakan ini merupakan anak kedua. Selama kehamilan

ibu rajin memeriksakan kehamilannya setiap bulan ke bidan.


37

Keluhan yang dirasakan ibu saat hamil hanya ngidam dan

mual-mual. Kenaikan berat badan ibu selama hamil, yaitu 16

kg dimana berat badan sebelum hamil 44 kg dan berat badan

saat hamil 60 kg. Ibu sudah mendapat imunisasi TT sebanyak 2

kali, yaitu pada umur kehamilan 3 dan 5 bulan. Golongan darah

ibu B.

b) Riwayat Natal care

Ibu mengatakan kelahiran anaknya dibantu oleh bidan dengan

jenis persalinan spontan. Ibu mengatakan selama persalinan

tidak mendapat obat perangsang dan tidak ada komplikasi

seperti robekan perinium.

c) Riwayat post Natal care

Ibu pasien mengatakan anaknya lahir normal dengan berat

badan 3800 gram, panjang badan 51 cm, lingkar kepala 32 cm.

Tidak ada kelainan saat lahir seperti, hiperbilirubin, sianosis,

asfiksia, BBLR dan masalah menyusui.

Orang tua mengatakan anaknya tidak pernah menderita

penyakit yang sama seperti sekarang, sakit yang pernah diderita

anaknya hanya batuk, pilek dan panas biasa. Orang tua pasien

mengatakan pasien tidak pernah jatuh, tenggelam, kecelakaan

lalu lintas dan keracunan. Orang tua pasien mengatakan pasien

tidak mempunyai alergi makanan maupun obat. Perkembangan

anak dibandingkan saudaranya sama.


38

6) Riwayat Penyakit Keluarga

Orang tua mengatakan bahwa dari keluarga ada yang pernah

menderita penyakit asma yaitu paman pasien, penyakit hipertensi

yaitu kakek pasien. Selain itu dikeluarga tidak ada yang menderita

penyakit keturunan seperti DM, jantung, stroke dan jiwa. Penyakit

menular seperti TBC, HIV/AIDS dan hepatitis.


39

7) Genogram

WJ KS
J

PW

Keterangan :

: laki – laki

: perempuan

: pasien

: hubungan pernikahan

: tinggal serumah

Penjelasan genogram :

Jumlah anggota keluarga bapak KS sebanyak 4 orang yaitu :

bapak KS, ibu WJ, kedua anaknya AP dan PW. Anak kedua bapak

KS, yaitu PW sedang mengalami sakit Pneumonia. Di dalam

keluarga bapak KS belum pernah ada yang menderita penyakit

seperti anaknya.
40

8) Pengetahuan keluarga tentang kesehatan

Orang tua pasien mengatakan sedikit mengerti tentang penyakit

anaknya. Orang tua mengatakan setiap anaknya sakit selalu dibawa

ke dokter maupun bidan.

9) Riwayat Imunisasi

Ibu pasien mengatakan anaknya sudah mendapatkan imunisasi

BCG pada usia 1 bulan dengan reaksi demam dan koloid setelah

pemberian. Imunisasi DPT I pada usia 2 bulan, DPT II pada usia 4

bulan, DPT III pada usia 5 bulan dengan reaksi nyeri dan demam

setelah pemberian imunisasi. Imunisasi polio I pada usia 1 bulan,

polio II pada usia 2 bulan, polio III pada usia 4 bulan, polio IV

pada usia 5 bulan. Imunisasi campak pada usia 9 bulan dengan

reaksi demam dan nyeri setelah pemberian imunisasi. Imunisasi

hepatitis pada usia 1 hari.

10) Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

a) Riwayat pertumbuhan

Ibu pasien mengatakan anaknya lahir normal dengan berat

badan 3,8 kg, panjang badan 51 cm, lingkar kepala 32 cm. Dari

usia 0-25 bulan berat badan pasien mengalami peningkatan dan

penurunan berat badan. Saat sakit pasien mengalami penurunan

berat badan, berat badan sebelum sakit/pengajian : 10,2 kg,

berat badan saat sakit/pengkajian : 10 kg. Ibu pasien

mengatakan anaknya tidak mengalami masalah dengan tinggi


41

badan. Tinggi badan pasien 84 cm. ibu pasien mengatakan

anaknya mulai tumbuh gigi pada saat usia 7 bulan dan sampai

saat ini belum ada gigi yang tanggal.

b) Riwayat perkembangan

Ibu pasien mengatakan perkembangan anaknya sampai saat

ini anak berumur 2 tahun tidak mengalami gangguan dari lahir

sampai sekarang. Pasien berkembang sesuai tahapannya, pasien

mulai bisa senyum kepada orang lain 2 bulan, bicara pertama

kali 3 bulan, berguling usia 3 bulan, duduk usia 6 bulan,

merangkak usia 6 bulan, berdiri usia 12 bulan, berjalan usia 18

bulan,. Pasien belum bisa menggunakan pakaian sendiri.

11) Riwayat Nutrisi

a) Pemberian ASI

Ibu pasien mengatakan anaknya mendapatkan ASI dari baru

lahir, diberikan ASI terjadwal setiap 2 jam dan diberikan ASI

sampai umur 1 tahun, karena pasien sudah diberikan makanan

pendamping asi seperti bubur saring.

b) Pemberian susu formula

Ibu pasien mengatakan anaknya tidak mengkonsumsi susu

formula.

c) Pola perubahan nutrisi

Ibu pasien mengatakan anaknya pada usia 0-4 bulan anaknya

hanya diberikan ASI tanpa makanan pendamping ASI. Pada


42

usia 4-12 bulan pasien masih tetap mengkonsumsi ASI, namun

sudah diberikan makanan pendamping ASI, seperti bubur

saring. Saat ini usia pasien 2 tahun, pasien diberikan nasi, lauk

pauk (daging, ikan, tahu, tempe), sayur (bayam, wortel, kol)

dan buah-buahan (apel, jeruk, semangka, pisang).

12) Data biologis – Psikologis – Sosial – Spiritual

a) Bernafas

Orang tua mengatakan sebelum sakit anaknya tidak

mengalami kesulitan atau gangguan dalam nafas baik saat

menarik maupun mengeluarkan nafas. Saat sakit ibu pasien

mengatakan anaknya sesak. Saat pengkajian orang tua

mengatakan anaknya masih sesak dan batuk berdahak yang

sulit dikeluarkan. Pasien tampak sesak (kesulitan bernafas saat

menarik dan mengeluarkan nafas).

b) Makan dan Minum

Makan : Orang tua pasien mengatakan sebelum sakit

pasien biasa makan 3 x sehari dengan komposisi

nasi, lauk, dan sayur makanan habis dalam 1

porsi. Saat sakit/pengkajian orang tua pasien

mengatakan anaknya mengalami penurunan nafsu

makan. Sejak sakit pasien mau makan makanan

yang diberikan dari rumah sakit hanya 4 sendok.


43

Berat badan pasien sebelum sakit 10,2 kg, berat

badan saat sakit/pengkajian 10 kg.

Minum : Orang tua mengatakan sebelum sakit dan saat

sakit/pengkajian pasien biasa minum air putih 

6-8 gelas per hari ( 1200-1600 cc/24 jam).

c) Eliminasi

BAB : Orang tua mengatakan sebelum sakit dan saat

pengkajian pasien tidak mengalami gangguan

dalam eliminasi BAB. Pasien biasa BAB 1 x

sehari dengan konsistensi lembek, warna kuning

dan bau khas feses. Orang tua mengatakan

anaknya sudah BAB 1 x tadi pagi.

BAK : Sebelum sakit, orang tua mengatakan anaknya

biasa BAK 6-7 kali perhari dengan volume  100

cc setiap kali kencing, Saat sakit dan saat

pengkajian. Orang tua mengatakan BAK 6-7 kali

per hari dengan volume  100 cc tiap kali kencing

dengan warna kuning jernih, bau pesing.

d) Gerak dan Aktivitas

Orang tua mengatakan sebelum sakit anaknya biasa melakukan

aktivitas secara mandiri seperti bermain dengan teman-

temannya. Pada saat sakit dan pengkajian pasien mengatakan

anaknya hanya berbaring lemah di tempat tidur. Pasien tampak


44

lemas dan masih terpasang IVFD Dex 5% 12 tts/menit pada

tangan kanan.

Kekuatan otot : 444 444


444 444

e) Istirahat Tidur

Sebelum sakit ibu mengatakan anaknya biasa tidur 8-9 jam/hari

dimulai pukul 20.00 wita – 05.00 wita. Kadang-kadang anak

tidur siang 1-2 jam. Saat sakit/pengkajian ibu mengatakan pada

malam hari anaknya sering terbangun karena batuk, BAK dan

suasana dirumah sakit bising, namun setelah itu dapat tidur

lagi.

f) Pengaturan Suhu Tubuh

Ibu mengatakan sebelum sakit anaknya tidak mengalami

peningkatan suhu tubuh, saat sakit pasien mengalami

peningkatan suhu tubuh, suhu di UGD 38,60 C dan saat

pengkajian tidak mengalami peningkatan suhu tubuh, suhu

diruangan 36,70 C.

g) Kebersihan Diri

Sebelum sakit pasien biasa mandi 2 kali setiap hari mengganti

pakaian setiap hari, keramas 2 x seminggu. Saat pengkajian

orang tua mengatakan anaknya hanya dilap dengan air hangat

saja.
45

h) Rasa aman dan nyaman

(1) Rasa aman (orang tua)

Orang tua mengatakan khawatir dan bertanya-tanya tentang

keadaan anaknya. Orang tua pasien tampak gelisah, namun

menyerahkan kepada tenaga kesehatan tentang pengobatan

anaknya.

(2) Rasa nyaman (anak)

Anak tampak nyaman bila ada orang tua dan anak kadang

menangis bila dilakukan tindakan keperawatan seperti

disuntik. Orang tua mengatakan anaknya tidak terganggu

dengan lingkungan diruangan tempat pasien dirawat.

i) Data sosialisasi

(1) Sosial Anak

Orang tua mengatakan anaknya adalah anak kedua dan

orang tua sangat menyayangi pasien. Saat sakit orang tua

mengatakan anaknya hanya di rumah saja. Saat pengkajian

pasien tampak ditemani kedua orang tuanya. Pasien tampak

menangis bila dilakukan tindakan keperawatan.

(2) Bermain

Orang tua mengatakan anaknya sering bermain di rumah

ditemani oleh kedua orang tua dan keluarga di rumah. Saat

sakit, orang tua mengatakan anaknya hanya tidur saja. Saat

pengkajian orang tua mengatakan anaknya hanya bermain


46

sambil terbaring ditempat tidur, dan melakukan aktivitas

ditempat tidur saja.

(3) Rekreasi

Sebelum sakit orang tua mengatakan biasa mengajak

anaknya bermain di lingkungan rumah, saat sakit orang tua

mengatakan selalu menemani anaknya.

(4) Prestasi

Ibu pasien mengatakan sebelum sakit, saat sakit dan saat

pengkajian pasien belum pernah mendapat prestasi apapun.

(5) Lingkungan social

Ibu pasien mengatakan sebelum sakit, saat sakit hubungan

pasien dengan keluarga harmonis, hubungan pasien dengan

tetangga juga harmonis. Saat pengkajian hubungan pasien

dengan tenaga kesehatan kurang harmonis, karena pasien

takut setiap tenaga kesehatan melakukan tindakan

keperawatan.

j) Data Spiritual

Orang tua mengatakan keluarganya beragama Hindu dan biasa

sembahyang pada hari-hari tertentu (seperti tilem, kajeng

kliwon, purnama). Saat pengkajian orang tua mengatakan

sembahyang di padmasana RSUD Klungkung.

k) Reaksi Hospitalisasi

(1) Pengetahuan keluarga tentang sakit dan rawat inap


47

Ibu pasien mengatakan ini pertama kali anaknya masuk

rumah sakit karena batuk dan sesak. Ibu pasien mengatakan

dokter dan perawat sudah memberitahu tentang kondisi dan

bagaimana perawatan anaknya. Orang tua pasien

mengatakan khawatir dengan keadaan anaknya dan akan

selalu berkunjung ke rumah sakit.

(2) Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap

Pasien baru berumur 2 tahun, sehingga pasien belum paham

tentang sakit dan rawat inap.

13) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan Umum

(1) Kesadaran : Compos Mentis (CM)

(2) Keadaan kulit : Turgor kulit elastis, lesi tidak ada, sianosis

tidak ada.

(3) Kebersihan : Cukup

b) Antropometri

(1) Berat badan

(a) Berat badan sebelum sakit : 10,2 kg

(b) Berat badan saat pengkajian : 10 kg

(2) Tinggi badan : 84 cm

(3) Lingkar lengan : 15 cm

(4) Lingkar kepala : 46 cm

(5) Lingkar dada : 50 cm


48

(6) Lingkar perut : 48 cm

c) Gejala Kardinal

(1) Suhu : 36,7C

(2) Nadi : 94 x/mnt

(3) Respirasi : 38 x/mnt

d) Keadaan Fisik

(1) Kepala

Inspeksi :Bentuk kepala lonjong, rambut hitam,

penyebaran rambut merata, lesi tidak ada,

kebersihan cukup.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba

benjolan.

(2) Mata

Inspeksi :Bentuk simetris, reflek pupil isokor,

pergerakan bola mata baik, konjungtiva

merah muda, sklera putih, kebersihan

cukup.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba

benjolan.

(3) Hidung

Inspeksi :Bentuk simetris, tidak terdapat sekret, lesi

tidak ada, nafas cuping hidung tidak ada,

kebersihan cukup.
49

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba

benjolan.

(4) Telinga

Inspeksi : Bentuk simetris, serumen tidak ada,

kebersihan cukup.

Inspeksi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba

benjolan.

(5) Mulut

Inspeksi : Mukosa bibir merah muda dan lembab, lesi

tidak ada, peradangan gusi tidak ada, lidah

bersih, kebersihan cukup.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

(6) Leher

Inspeksi : Tidak ada lesi

Palpasi :Pembesaran vena jugularis tidak ada,

pembesaran kelenjar tiroid tidak ada,

pergerakan terkoordinasi.

(7) Thoraks

(a) Paru

Inspeksi : Bentuk dada kanan dan kiri simetris, ada

retraksi otot dada, pergerakan otot dada

simetris.
50

Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, pengembangan dada

simetris.

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Terdengar suara nafas tambahan : ronchi

(b) Jantung

Inspeksi : Bentuk dada kanan dan kiri simetris, ada

retraksi otot dada, pergerakan otot dada

simetris.

Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, pengembangan dada

simetris.

Perkusi : Dullnes

Auskultasi : S1S2 tunggal regular.

(8) Abdomen

Inspeksi : Distensi abdomen tidak ada, lesi tidak ada,

asites tidak ada,

Auskultasi : Bising usus 6 x/mnt.

Perkusi : Timpani

Palpasi : Distensi abdomen tidak ada, nyeri tekan

tidak ada, asites tidak ada,

(9) Ekstriminitas :

Atas : Pergerakan terkoordinasi, sianosis tidak

ada, akral hangat, oedema tidak ada,


51

terpasang IVFD D5% 12 tetes/menit di

tangan kanan.

Bawah : Pergerakan terkoordinasi, sianosis tidak

ada akral hangat, oedema tidak ada


444 444
Kekuatan otot :
444 444
(10) Genetalia : Kebersihan cukup kemerahan tidak ada,

lecet tidak ada.

(11) Anus : Kebersihan cukup kemerahan tidak ada,

lecet tidak ada.


52

14) Pemeriksaan Penunjang

Tabel 2
PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP PADA PASIEN PW
DENGAN PNEUMONIA
DI RUANG D RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG
TANGGAL 27 APRIL 2016

Pemeriksaan Hasil Satuan Normal


WBC 8.76 10^3/Ul 4.60-10.2
NEUT 4.17 10^3/uL 2.00-6.00
LYMPH 3.52 10^3/uL 0.60-5.20
MONO 0.95 10^3/uL 0.10-0.60
EO 0.00 10^3/uL 0.00-0.40
BASO 0.12* 10^3/uL 0.00-0.10
NUET% 47.6 % 40.0-70.0
LYMPH% 40.2 * % 20.0-40.0
MONO% 10.8 * % 1.70-9.30
EO% 0.0 % 0.00-6.00
BASO% 1.4 % 0.00-1.00
RBC 5.30 10^6/uL 3.80-6.50
HGB 11.5 g/dL 11.5-18.0
HCT 35.0* % 37.0-54.0
MCV 66.0* fL 80.0-100
MCH 21.7 * Pg 27.0-32.0
MCHC 32.9 g/dL 31.0-36.0
RDW-SD 41.0 fL 37.0-54.0
RDW-CW 17.1 % 11.5-14.5
PLT 358 10^3/uL 150-400
PDW 8.3 fL 15.5-17.1
MPV 8.0 fL 7.80-11.0
P-LCR 11.3 % 13.0-43.0
PCT 0.29 % 0.19-0.36
Sumber : rekam medik pasien
Keterangan : Parameter pemeriksaan yang ditandai dengan tanda *
merupakan pemeriksaan yang hasilnya tidak normal.
53

a. Analisa Data

Tabel 3
ANALISA DATA PADA PASIEN PW
DENGAN PNEUMONIA
DI RUANG D RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG
TANGGAL 27 APRIL 2016

No Data Subjektif Data Objektif Kesimpulan


1 2 3 4
1 a. Orang tua mengatakan - Pasien tampak sesak. Ketidakefektifan
anaknya sesak. - Pasien tampak batuk bersihan jalan
b.Orang tua mengatakan berdahak. nafas.
anaknya batuk - RR : 38 x/menit.
berdahak. - Terdengar suara nafas
tambahan : ronchi.
- Terdapat retraksi otot
dada.
2 - Orang tua pasien - BB sebelum sakit : 10,2 Ketidakseimban
mengatakan sejak kg. gan nutrisi
sakit anaknya hanya - BB saat kurang dari
menghabiskan 4 sakit/pengkajian : 10 kebutuhan tubuh.
sendok dari 1 porsi kg.
makanan yang - Pasien tampak tidak
diberikan di rumah nafsu makan.
sakit. - Pasien tampak hanya
- Orang tua mengatakan menghabiskan 4 sendok
anaknya tidak nafsu makanan yang
makan. diberikan di rumah
sakit.
3 - Orang tua mengatakan - Orang tua pasien Ansietas orang
khawatir dengan tampak gelisah. tua.
keadaan anaknya. - Orang tua pasien
tampak bertanya – tanya
tentang keadaan
anaknya.

b. Rumusan Masalah

1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3) Ansietas orang tua


54

c. Analisa Masalah

1) P : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

E : Sekresi yang kental atau berlebihan, sekunder akibat: infeksi.

S : Orang tua mengatakan anaknya sesak, orang tua mengatakan

anaknya batuk berdahak, pasien tampak sesak, pasien tampak

batuk berdahak, RR : 38 x/menit, terdengar suara nafas

tambahan : ronchi, terdapat retraksi otot dada.

Proses terjadinya :

Karena adanya faktor non infeksi dan faktor infeksi yang

menyerang jaringan interstisial paru dan ditunjang dengan

penurunan daya tahan tubuh dapat menginfeksi traktus

respiratorius yang menyebabkan terbentuknya eksudat yang

berlebihan di saluran napas sehingga mengganggu bersihan jalan

nafas pasien.

Akibat tidak ditanggulangi :

Pemenuhan O2 tidak terpenuhi dan dapat mengancam

kehidupan anak karena sesak.

2) P : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

E :Penurunan keinginan untuk makan, sekunder akibat: anoreksia.

S : Orang tua pasien mengatakan sejak sakit anaknya hanya

menghabiskan 4 sendok dari 1 porsi makanan yang diberikan

di rumah sakit, orang tua mengatakan anaknya tidak nafsu

makan, BB sebelum sakit : 10,2 kg, BB saat sakit/pengkajian


55

: 10 kg, pasien tampak tidak nafsu makan, pasien tampak

hanya menghabiskan 4 sendok makanan yang diberikan di

rumah sakit.

Proses terjadi :

Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, mikro plasma,

jamur dan aspirasi makanan yang melalui inhalasi droplet akan

teraspirasi masuk ke saluran nafas atas kemudian masuk ke saluran

nafas bagian bawah dan selanjutnya akan menginfeksi jaringan

interstisial parenkim paru.Dari terjadinya infeksi pada jalan nafas,

jika kuman terbawa bersama sekret, akan masuk ke lambung dan

terjadi peningkatan asam lambung. Hal inilah yang menyebabkan

mual, muntah dan anoreksia, sehingga timbul masalah pemenuhan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Akibat tidak ditanggulangi :

Pasien akan mengalami penurunan berat badan dan dapat

menyebabkan malnutrisi.

3) P : Ansietas orang tua.

E : Perubahan aktual atau persepsi perubahan pada lingkungan,

sekunder akibat: hospitalisasi.

S : Orang tua mengatakan khawatir dengan keadaan anaknya,

orang tua pasien tampak gelisah, orang tua pasien tampak

bertanya – tanya tentang keadaan anaknya.

Proses terjadi :
56

Hospitalisasi adalah suatu proses yang terjadi karena alasan

berencana atau darurat mengharuskan anak untuk dirawat di rumah

sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya

kembali ke rumah. Karena dampak hospitalisasi perasaan yang

sering muncul pada orang tua, khawatir, gelisah dan

cemas/ansietas.

Akibat tidak ditanggulangi :

Dapat menyebabkan stress psikologis, sehingga berdampak

dalam perawatan anaknya.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafasberhubungan dengan sekresi yang

kental atau berlebihan, sekunder akibat: infeksiditandai dengan orang

tua mengatakan anaknya sesak, orang tua mengatakan anaknya batuk

berdahak, pasien tampak sesak, pasien tampak batuk berdahak, RR : 38

x/menit, terdengar suara nafas tambahan : ronchi, terdapat retraksi otot

dada.

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan penurunan keinginan untuk makan, sekunder akibat:

anoreksiaditandai dengan orang tua pasien mengatakan sejak sakit

anaknya hanya menghabiskan 4 sendok dari 1 porsi makanan yang

diberikan di rumah sakit, orang tua mengatakan anaknya tidak nafsu

makan, BB sebelum sakit : 10,2 kg, BB saat sakit/pengkajian : 10 kg,


57

pasien tampak tidak nafsu makan, pasien tampak hanya menghabiskan

4 sendok makanan yang diberikan di rumah sakit.

c. Ansietas orang tua berhubungan dengan perubahan aktual atau

persepsi perubahan pada lingkungan, sekunder akibat: hospitalisasi

ditandai dengan orang tua mengatakan khawatir dengan keadaan

anaknya, orang tua pasien tampak gelisah, orang tua pasien tampak

bertanya – tanya tentang keadaan anaknya.

3. Perencanaan Keperawatan

a. Prioritas Diagnosa

Diagnosa keperawatan diprioritaskan berdasarkan masalah yang paling

mengancam kehidupan dan kesehatan pasien :

1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi

yang kental atau berlebihan, sekunder akibat: infeksiditandai

dengan orang tua mengatakan anaknya sesak, orang tua

mengatakan anaknya batuk berdahak, pasien tampak sesak, pasien

tampak batuk berdahak, RR : 38 x/menit, terdengar suara nafas

tambahan : ronchi, terdapat retraksi otot dada.

2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan penurunan keinginan untuk makan, sekunder

akibat: anoreksia ditandai dengan orang tua pasien mengatakan

sejak sakit anaknya hanya menghabiskan 4 sendok dari 1 porsi

makanan yang diberikan di rumah sakit, orang tua mengatakan

anaknya tidak nafsu makan, BB sebelum sakit : 10,2 kg, BB saat


58

sakit/pengkajian : 10 kg, pasien tampak tidak nafsu makan, pasien

tampak hanya menghabiskan 4 sendok makanan yang diberikan di

rumah sakit.

3) Ansietas orang tua berhubungan dengan perubahan aktual atau

persepsi perubahan pada lingkungan, sekunder akibat: hospitalisasi

ditandai dengan orang tua mengatakan khawatir dengan keadaan

anaknya, orang tua pasien tampak gelisah, orang tua pasien tampak

bertanya – tanya tentang keadaan anaknya.


59

b. Rencana Keperawatan

Tabel 4
RENCANA KEPERAWATAN PADA PASIEN PW
DENGAN PNEUMONIA
DI RUANG D RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG
TANGGAL 27 APRIL 2016

Hari/Tgl/
Diagnosa Keperawatan Rencana Tujuan Rencana Tindakan Rasional
Jam
1 2 3 4 5
Rabu, Ketidakefektifan Setelah diberikan 1. Observasi vital sign 1. Tubuh akan
27-4- bersihan jalan asuhan keperawatan terutama pernafasan berkompensasi
2016 nafasberhubungan selama 3x24 jam setiap 8 jam. apabila bersihan
Pkl 17.30 dengan sekresi yang diharapkan bersihan jalan nafas tak efektif
wita kental atau berlebihan, jalan nafas pasien dimana respirasi dan
sekunder akibat: infeksi efektif dengan kriteria nadi akan meningkat.
ditandai dengan orang hasil: 2. Kaji frekuensi / 2. Takipnea pernafasan
tua mengatakan anaknya 1. Sesak tidak ada. kedalaman pernafasan dangkal dan gerakan
sesak, orang tua 2. Batuk tidak ada. dan gerakan dada. dada tak simetris
mengatakan anaknya 3. Tidak ada suara sering terjadi karena
batuk berdahak, pasien nafas tambahan. ketidaknyamanan
tampak sesak, pasien 4. RR : 25-32 x/menit. dinding dada dan
tampak batuk berdahak, 5. Tidak ada retraksi atau cairan paru.
RR : 38 x/menit, otot dada. 3. Beri posisi yang 3. Memungkinkan
terdengar suara nafas nyaman (fowler atau upaya nafas lebih
tambahan : ronchi, semi fowler). dalam dan lebih kuat
terdapat retraksi otot serta menurunkan

59
dada. ketidaknyamanan
Dilanjutkan
60

Lanjutan

1 2 3 4 5
dada.
4. Anjurkan orang tua 4. Air hangat dapat
untuk memberi air memobilisasi dan
hangat. mengeluargan secret.
5. Delegatif dalam 5. Bronchodilator dapat
pemberian bronchodi- mengencerkan dahak
lator (ventolin 1cc + 10 sehingga mudah
cc Nacl @ 6 jam). keluar.
6. Delegatif dalam 6. Anti mukolitik dapat
pemberian anti mengencerkan
mukolitik (ambroxol dahak.
3x1/3 cth).

Rabu, Ketidakseimbangan Setelah diberikan 1. Observasi keadaan 1. Keadaan umum


27-4- nutrisi kurang dari asuhan keperawatan umum pasien. merupakan
2016 kebutuhan tubuh selama 3x24 jam gambaran
Pkl 17.40 berhubungan dengan diharapkan kebutuhan keseluruhan dari
wita. penurunan keinginan nutrisi pasien kondisi pasien,
untuk makan, sekunder terpenuhi dengan apakah mengalami
akibat: anoreksiaditandai kriteria hasil: perubahan selama
dengan orang tua pasien 1. Nafsu makan perawatan.
mengatakan sejak sakit bertambah. 2. Observasi dan catat 2. Mengawasi
anaknya hanya 2. Pasien dapat masukan makanan masukan kalori
menghabiskan 4 sendok menghabiskan pasien. atau kualitas
dari 1 porsi makanan yang makanan ½ - 1 kekurangan
diberikan di rumah sakit, porsi makanan yang konsumsi
orang tua mengatakan disediakan di rumah makanan.
anaknya tidak nafsu sakit. 3. Beri makan dalam 3. Meningkatkan

60
Dilanjutkan
61

Lanjutan

1 2 3 4 5
makan, BB sebelum sakit 3. BB tidak menurun porsi kecil tapi sering, masukan meskipun
: 10,2 kg, BB saat (10 kg). beri dalam keadaan nafsu makan
sakit/pengkajian : 10 kg, hangat. mungkin lambat
pasien tampak tidak nafsu untuk kembali.
makan, pasien tampak 4. Timbang BB tiap hari. 4. Mengetahui
hanya menghabiskan 4 ada/tidaknya
sendok makanan yang respon terhadap
diberikan di rumah sakit. terapi.
5. Beri pendidikan 5. Informasi yang
kesehatan pada diberikan akan
keluarga tentang memicu keluarga
pentingnya pemberian untuk sering
nutrisi pada orang memberikan
sakit. makan pada
anaknya walaupun
sedikit.
6. Kolaborasi dengan 6. Diet tinggi
ahli gizi dalam karbohidrat dan
pemberian diet pasien. tinggi protein
sangat baik untuk
orang sakit.

Rabu, Ansietas orang tua Setelah diberikan 1. Observasi dan kaji 1. Mempengaruhi
27-4- berhubungan dengan asuhan keperawatan tingkat kecemasan kemampuan untuk
2016 perubahan aktual atau selama 1x15 menit orang tua. melakukan
Pkl 17.50 persepsi perubahan pada dalam kurun waktu perawatan pasien.
wita. lingkungan, sekunder 3x24 jam diharapkan 2. Beri HE/pendidikan 2. Informasi dapat
akibat: hospitalisasi orang tua tidak cemas kesehatan tentang meningkatkan

61
Dilanjutkan
62

Lanjutan

1 2 3 4 5
ditandai dengan orang tua dengan kriteria hasil: keadaan kesehatan koping dan
mengatakan khawatir 1. Orang tua pasien pasien. membantu
dengan keadaan anaknya, tidak khawatir. menurunkan ansietas
orang tua pasien tampak 2. Orang tua pasien dan masalah
gelisah, orang tua pasien tidak gelisah. berlebihan.
tampak bertanya – tanya 3. Orang tua pasien 3. Libatkan orang tua 3. Keluarga mampu
tentang keadaan anaknya. tidak bertanya- dalam perawatan pasien. melakukan
tanya tentang perawatan mandiri
keadaan kesehatan terhadap pasien.
pasien. 4. Jelaskan tindakan yang 4. Informasi dapat
akan dilakukan kepada meningkatkan
pasien. koping, membantu
menurunkan ansietas
dan masalah
berlebihan.
5. Beri motivasi/dorongan 5. Meningkatkan
pada orang tua dalam proses belajar,
merawat pasien. meningkatkan
pengambilan
keputusan dan
mencegah ansietas
sehubungan dengan
ketidaktahuan.
6. Beri pujian pada orang 6. Dapat meningkatkan
tua. rasa percaya diri
keluarga.

62
63

4. Pelaksanaan Keperawatan

Tabel 5
PELAKSANAAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PW
DENGAN PNEUMONIA
DI RUANG D RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG
TANGGAL 27 S/D 30 APRIL 2016

Hari / Tgl No
Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf
/ Jam Dx
1 2 3 4 5
Rabu, 3 Memberi pendidikan Orang tua belum Atik
27-4-2016 kesehatan kepada orang mengerti tentang
Pukul 18.00 tua tentang keadaan kesehatan anaknya.
wita kesehatan pasien.

Pukul 18.15 1,2 Mengobservasi keadaan Keadaan baik, pasien Atik


umum dan tanda-tanda tampak batuk dan
vital. sesak, S : 36,7º C, nadi
94 x/menit, RR : 38
x/menit.

Pukul 18.20 1 Mengkaji frekuensi atau RR : 38 x/menit , Atik


kedalaman pernafasan dan suara nafas ronchi,
gerakan dada. pergerakan dada
simetris, terdapat
retraksi otot dada.

Pukul 18.30 1 Memberi posisi yang Pasien tampak lebih Atik


nyaman (posisi semi nyaman.
fowler).

Pukul 18.35 1 Menganjurkan orang tua Orang tua mengatakan Atik


untuk memberikan air sudah memberikan air
hangat. hangat.

Pukul 18.40 3 Mengobservasi dan Orang tua tampak


mengkaji tingkat khawatir, gelisah dan Atik
kecemasan orang tua. bertanya tentang
keadaan pasien.

Pukul 18.45 Memberikan injeksi Injeksi sudah Perawat

Dilanjutkan
64

Lanjutan
1 2 3 4 5
cefotaxime 3x1/3 gr. diberikan dan tidak
ada reaksi alergi.

Pukul 18.55 1 Memberikan nebulizer Nebulizer sudah Perawat


(ventolin 1cc+10cc Nacl). diberikan.

Pukul 19.00 2 Memberikan pasien Pasien hanya Perawat


makan dengan porsi kecil menghabiskan makan
tapi sering, beri dalam 4 sendok dari 1 porsi
keadaan hangat. makanan yang
disediakan di rumah
sakit.

Pukul 19.30 2 Mengobservasi dan Pasien hanya Perawat


mencatat asupan nutrisi menghabiskan 4
pasien. sendok makanan.

Pukul 19.40 3 Memberikan Ibu pasien Perawat


motivasi/dorongan pada mengatakan senang
orang tua dalam merawat dengan motivasi yang
pasien. diberikan perawat.

Pukul 20.00 1 Memberikan posisi yang Pasien tampak Perawat


nyaman pada pasien. nyaman dengan posisi
semi fowler.

Kamis, 3 Menjelaskan tindakan Orang tua mengerti Perawat


28-4-2016 yang akan dilakukan pada tentang penjelasan
Pukul 01.45 orang tua. perawat.
wita
pukul 02.00 Memberikan injeksi Injeksi sudah Perawat
cefotaxime 3x1/3 gr. diberikan dan tidak
ada reaksi alergi.

Pukul 05.00 1,2 Mengobservasi keadaan Keadaan baik, batuk Perawat


umum pasien dan tanda- dan sesak pasien
tanda vital. tampak berkurang, S :
36,5º C, nadi 98
x/menit, RR : 34
x/menit.
Dilanjutkan
65

Lanjutan
1 2 3 4 5
Pukul 06.00 1 Memberikan nebulizer Obat sudah diberikan Perawat
(ventolin 1cc + 10 cc melalui nebulizer.
Nacl).

Pukul 06.10 1 Memberikan obat Obat sudah diberikan Perawat


ambroxol 3x1/3 cth. dan tidak ada reaksi
alergi.

Pukul 08.00 3 Mengobservasi dan Orang tua tampak Atik


mengkaji tingkat khawatir, gelisah dan
kecemasan orang tua. bertanya-tanya tentang
keadaan pasien.

Pukul 08.10 3 Memberikan pendidikan Orang tua sedikit Atik


kesehatan tentang keadaan mengerti tentang
kesehatan pasien kepada penjelasan perawat.
orang tua.

Pukul 09.00 1,2 Mengobservasi keadaan Keadaan baik, pasien Atik


umum pasien dan tanda- tampak batuk dan
tanda vital. sesak bertambah, S :
36,6º C, nadi 94
x/menit, RR : 40
x/menit.

Pukul 09.15 1 Mengkaji frekuensi atau RR : 40 x/menit , Atik


kedalaman pernapasan dan suara nafas ronchi,
gerakan dada. pergerakan dada
simetris, terdapat
retraksi otot dada.

Pukul 10.00 3 Melibatkan keluarga Orang tua pasien Atik


dalam memenuhi tampak memandikan
perawatan pasien . pasien.

Memberikan injeksi Injeksi sudah Atik


dexametason ½ ampul, diberikan dan tidak
cefotaxime 1/3 ampul. ada reaksi alergi.

Dilanjutkan
66

Lanjutan
1 2 3 4 5
Pukul 11.00 Memberikan oksigen 1 Oksigen sudah Atik
liter. diberikan.

Pukul 11.30 2 Memberikan pendidikan Keluarga pasien Atik


kesehatan pada keluarga mengerti tentang
tentang pentingnya pentingnya nutrisi bagi
pemberian nutrisi pada orang sakit.
orang sakit.

Pukul 11.50 2 Menimbang BB pasien. BB : 10 kg. Atik

Pukul 11.55 2 Mengkolaborasikan Pasien mendapat Atik


dengan ahli gizi dalam bubur dengan sayur,
pemberian diet pasien. lauk pauk dan buah.

Pukul 11.57 2 Memberikan makan Pasien mau makan 8 Atik


dengan porsi kecil tetapi sendok dari 1 porsi
sering ke pasien. makanan yang
disediakan di rumah
sakit.

Pukul 12.00 1 Memberikan nebulizer Obat sudah diberikan Atik


(ventolin 1cc + Nacl 10 melalui nebulizer.
cc).

Pukul 12.10 1 Memberikan obat Obat sudah diberikan Atik


antimukolitik (ambroxol dan tidak ada reaksi
3x 1/3 cth). alergi.

Pukul 17.00 1,2 Mengobservasi keadaan Keadaan baik, batuk Perawat


umum pasien dan tanda- dan sesak berkurang, S
tanda vital. : 37,2º C, nadi 98
x/menit,
RR : 38 x/menit.

Pukul 18.00 1 Memberikan nebulizer Nebulizer sudah Perawat


(ventolin 1cc +10cc Nacl). diberikan.

Pukul 18.10 1 Memberikan obat Obat sudah diberikan Perawat


antimukolitik (ambroxol dan tidak ada reaksi

Dilanjutkan
67

Lanjutan
1 2 3 4 5
1/3 cth). alergi.

Pukul 18.15 Memberikan injeksi Injeksi sudah Perawat


dexamethason 1/3 amp, diberikan dan tidak
cefotaxime 1/3 amp. ada reaksi alergi.

Pukul 24.00 1 Memberikan nebulizer Obat sudah diberikan Perawat


(ventolin 1cc + 10cc melalui nebulizer.
Nacl).

Jumat, Memberikan injeksi Injeksi sudah Perawat


29-4-2016 dexamethason 1/3 amp, diberikan dan tidak
Pukul 02.00 cefotaxime 1/3 amp. ada reaksi alergi.
Wita
Pukul 05.00 1,2 Mengobservasi keadaan Keadaan baik, batuk Perawat
umum pasien dan tanda- dan sesak pasien
tanda vital. berkurang, S : 36,8º C,
nadi 94 x/menit, RR:
34 x/menit.

Pukul 06.00 1 Memberikan nebulizer Obat sudah diberikan Perawat


(combivent 1cc + 10cc melalui nebulizer.
Nacl).

Pukul 06.10 1 Memberikan obat Obat sudah diberikan Perawat


antimukolitik (ambroxol dan tidak ada reaksi
1/3 cth). alergi.

Pukul 08.00 Membersihkan dan Tempat tidur pasien Atik


merapikan tempat tidur tampak bersih dan
pasien. rapi.

Pukul 09.00 1,2 Mengobservasi keadaan Keadaan baik, batuk Atik


umum pasien dan tanda- berkurang dan tidak
tanda vital. sesak, S : 36,4º C, nadi
98 x/menit, RR: 30
x/menit.

Pukul 09.10 1 Mengkaji frekuensi atau RR : 30 x/menit , tidak Atik


kedalaman pernafasan ada suara nafas

Dilanjutkan
68

Lanjutan
1 2 3 4 5
dan gerakan dada. tambahan, pergerakan
dada simetris, tidak
ada retraksi otot dada.

Pukul 09.45 Mengganti dan mengatur Infus sudah diganti Atik


tetesan infus. dan sudah menetes
dengan tepat (Dex 5 %
12 tpm).

Pukul 10.00 Memberikan injeksi Injeksi sudah Atik


dexamethason 1/3 amp, diberikan dan tidak
cefotaxime 1/3 mg. ada reaksi alergi.

Pukul 11.50 2 Menimbang BB pasien. BB : 10 kg. Atik

Pukul 11.55 4 Melibatkan keluarga Keluarga tampak Atik


dalam memenuhi menyuapi dan pasien
kebutuhan pasien. mau makan ½ porsi
dari 1 porsi makanan.

Pukul 12.00 1 Memberikan nebulizer Obat sudah diberikan Atik


combivent 1cc + 10 cc melalui nebulizer dan
Nacl dan obat ambroxol oral.
1/3 cth.

Pukul 12.10 3 Mengobservasi dan Orang tua tampak Atik


mengkaji tingkat bertanya-tanya tentang
kecemasan orang tua. keadaan pasien, tapi
orang tua sudah tidak
gelisah dan khawatir.

Pukul 12.15 3 Memberi pendidikan Orang tua mengerti Atik


kesehatan kepada orang tentang keadaan
tua tentang keadaan kesehatan anaknya.
kesehatan pasien.

Pukul 12.45 3 Memberikan pujian Orang tua tampak Atik


kepada orang tua, karena senang diberi pujian.
sudah bisa merawat
pasien.
Dilanjutkan
69

Lanjutan
1 2 3 4 5
Pukul 16.50 3 Menjelaskan tindakan Orang tua tampak Perawat
yang dilakukan ke pasien mengerti tentang
kepada orang tua. penjelasan perawat.

Pukul 17.00 1,2 Mengobservasi keadaan Keadaan baik, batuk Perawat


umum pasien dan tanda- berkurang, pasien
tanda vital. tampak tidak sesak S :
36,7º C, nadi 98
x/menit, R : 30
x/menit.

Pukul 18.00 1 Memberikan obat Obat sudah diberikan Perawat


antimukolitik (ambroxol dan tidak ada reaksi
1/3 cth). alergi.

Pukul 18.05 Memberikan injeksi Injeksi sudah Perawat


dexamethason 1/3 amp, diberikan dan tidak
cefotaxime 1/3 mg. ada reaksi alergi.

Pukul 18.10 1 Memberikan nebulizer Obat sudah diberikan Perawat


(combivent 1cc + 10cc melalui nebulizer.
Nacl).

Pukul 24.00 1 Memberikan nebulizer Obat sudah diberikan Perawat


combivent 1cc + 10 cc melalui nebulizer.
Nacl.

Sabtu, Memberikan injeksi Injeksi sudah Perawat


30-4-2016 dexamethason 1/3 amp, diberikan dan tidak
Pukul 02.00 cefotaxime 1/3 mg. ada reaksi alergi.

Pukul 05.00 1,2 Mengobservasi keadaan Keadaan baik, pasien Perawat


umum pasien dan tanda- tidak batuk dan sesak,
tanda vital. S : 36,7º C, nadi 98
x/menit, RR : 28
x/menit.

Pukul 06.00 1 Memberikan nebulizer Obat sudah diberikan Perawat


(combivent 1cc + 10cc melalui nebulizer.
Nacl).

Dilanjutkan
70

Lanjutan
1 2 3 4 5
Pukul 06.10 1 Memberikan obat Obat sudah diberikan Atik
antimukolitik (ambroxol dan tidak ada reaksi
1/3 cth). alergi.

Pukul 08.00 Merapikan tempat tidur. Tempat tidur pasien Atik


sudah rapi.

Pukul 09.00 1,2 Mengobservasi keadaan Keadaan baik, pasien Atik


umum pasien dan tanda- tidak batuk dan sesak
tanda vital. S : 36,4º C, nadi 98
x/menit, RR : 30
x/menit.

Pukul 09.10 1 Mengkaji frekuensi atau RR : 30 x/menit , Atik


kedalaman pernapasan tidak ada suara nafas
dan gerakan dada. tambahan, pergerakan
dada simetris, tidak
terdapat retraksi otot
dada.

Pukul 10.00 Memberikan injeksi Injeksi sudah Atik


dexamethason 1/3 amp, diberikan dan tidak
cefotaxime 1/3 mg. ada reaksi alergi.

Pukul 11.50 2 Menimbang BB pasien BB : 10 kg. Atik

Pukul 11.55 2 Memberikan pasien Pasien mau Atik


makan dengan porsi kecil menghabiskan ½ dari
tapi sering, beri dalam 1 porsi makanan yang
keadaan hangat. diberikan di rumah
sakit.

Pukul 12.05 1 Memberikan nebulizer Obat sudah diberikan Atik


combivent 1cc + 10 cc melalui nebulizer.
Nacl)

Pukul 12.10 1 Memberikan obat Obat sudah diberikan Perawat


ambroxol 1/3 cth. dan tidak ada reaksi.
alergi.

Dilanjutkan
71

Lanjutan
1 2 3 4 5
Pukul 17.00 1,2 Mengobservasi keadaan Keadaan baik, pasien Perawat
umum pasien dan tanda- tidak batuk dan sesak,
tanda vital. S : 36,5º C, nadi 94
x/menit, R : 28
x/menit.

Pukul 17.20 3 Mengobservasi dan Orang tua tampak Perawat


mengkaji tingkat tidak khawatir,
kecemasan orang tua. gelisah dan bertanya-
tanya tentang
keadaan pasien lagi.
72

5. Evaluasi Keperawatan

a. Evaluasi Formatif

Tabel 6
CATATAN PERKEMBANGAN PADA PASIEN PW
DENGAN PNEUMONIA
DI RUANG D RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG
TANGGAL 28 APRIL 2016

Diagnosa
Hari/Tgl/jam Evaluasi Paraf
Keperawatan
1 2 4 5
Kamis, Ketidakefektifan S : Orang tua Atik
28-4-2016 bersihan jalan mengatakan
Pukul 17.00 nafasberhubungan anaknya masih
wita. dengan sekresi yang batuk berdahak dan
kental atau berlebihan, sesak.
sekunder akibat: O : Pasien tampak
infeksiditandai dengan sesak, pasien
orang tua mengatakan tampak batuk, ada
anaknya sesak, orang suara nafas
tua mengatakan tambahan (ronchi),
anaknya batuk
RR : 38 x/menit,
berdahak, pasien
tampak sesak, pasien terdapat retraksi
tampak batuk berdahak, otot dada.
RR : 38 x/menit, A : Kriteria tujuan 1,
terdengar suara nafas 2, 3, 4 ,5 belum
tambahan : ronchi, tercapai.
terdapat retraksi otot Masalah belum
dada. teratasi.
P : Lanjutkan
intervensi
keperawatan no 1,
2, 3, 4, 5, 6.
Kamis, Ketidakseimbangan S : Orang tua Atik
28-4-2016 nutrisi kurang dari mengatakan pasien
Pukul 17.10 kebutuhan tubuh mau makan 8
wita. berhubungan dengan sendok dari 1 porsi
Dilanjutkan
73

Lanjutan
1 2 4 5
penurunan keinginan makanan yang
untuk makan, disediakan di rumah
sekunder akibat: sakit, orang tua
anoreksiaditandai mengatakan nafsu
dengan orang tua makan pasien
pasien mengatakan sedikit bertambah.
sejak sakit anaknya O : BB sebelum sakit :
hanya menghabiskan 4 10,2 kg, BB tanggal
sendok dari 1 porsi 28-4-2016 : 10
makanan yang kg,nafsu makan
diberikan di rumah pasien sedikit
sakit, orang tua bertambah, pasien
mengatakan anaknya mau makan 8
tidak nafsu makan, BB sendok dari 1 porsi
sebelum sakit : 10,2 makanan yang
kg, BB saat disediakan di rumah
sakit/pengkajian : 10 sakit.
kg, pasien tampak A : Kriteria tujuan 1, 3
tidak nafsu makan, tercapai, tujuan 2
pasien tampak hanya belum tercapai.
menghabiskan 4 Masalah teratasi
sendok makanan yang sebagian.
diberikan di rumah P : Lanjutkan intervensi
sakit. keperawatan no 1,
2, 3, 4, 5, 6.
Kamis, Ansietas orang tua S : Orang tua Atik
28-4-2016 berhubungan dengan mengatakan
Pukul 17.20 perubahan aktual atau khawatir dengan
wita. persepsi perubahan keadaan anaknya.
pada lingkungan, O : Orang tua tampak
sekunder akibat: gelisah, orang tua
hospitalisasi ditandai tampak bertanya-
dengan orang tua tanya tentang
mengatakan khawatir keadaan anaknya.
dengan keadaan A : Kriteria tujuan 1, 2,
anaknya, orang tua 3 belum tercapai,
pasien tampak gelisah, Masalah belum
orang tua pasien teratasi.
tampak P : Lanjutkan intervensi
Dilanjutkan
74

Lanjutan
1 2 4 5
bertanya – tanya keperawatan no 1, 2,
tentang keadaan 3, 4, 5, 6.
anaknya.
75

Tabel 7
CATATAN PERKEMBANGAN PADA PASIEN PW
DENGAN PNEUMONIA
DI RUANG D RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG
TANGGAL 29 APRIL 2016

Diagnosa
Hari/Tgl/jam Evaluasi Paraf
Keperawatan
1 2 4 5
Jumat, Ketidakefektifan S : Orang tua Atik
29-4-2016 bersihan jalan mengatakan
Pukul 17.00 nafasberhubungan anaknya sudah
wita. dengan sekresi yang tidak sesak lagi,
kental atau berlebihan, orang tua
sekunder akibat: mengatakan
infeksiditandai dengan anaknya masih
orang tua mengatakan batuk tapi sudah
anaknya sesak, orang berkurang.
tua mengatakan O : Pasien tidak sesak,
anaknya batuk
pasien tampak
berdahak, pasien
tampak sesak, pasien batuk, tidak ada
tampak batuk berdahak, suara nafas
RR : 38 x/menit, tambahan, RR : 30
terdengar suara nafas x/menit, tidak ada
tambahan : ronchi, retraksi otot dada.
terdapat retraksi otot A : Kriteria tujuan 1,
dada. 3, 4, 5 tercapai,
tujuan 2 tidak
tercapai.
Masalah teratasi
sebagian.
P : Lanjutkan
intervensi
keperawatan no 1,
2, 3, 4, 5, 6.
Jumat, Ketidakseimbangan S : Orang tua Atik
29-4-2016 nutrisi kurang dari mengatakan pasien
Pukul 17.10 kebutuhan tubuh mau makan 1/2
wita. berhubungan dengan porsi dari 1
penurunan keinginan porsimakanan yang
untuk makan, sekunder disediakan di
Dilanjutkan
76

Lanjutan
1 2 4 5
akibat: rumah sakit, orang
anoreksiaditandai tua mengatakan
dengan orang tua nafsu makan pasien
pasien mengatakan bertambah.
sejak sakit anaknya O : BB sebelum sakit :
hanya menghabiskan 4 10,2 kg, BB tanggal
sendok dari 1 porsi 29-4-2016 : 10 kg,
makanan yang nafsu makan pasien
diberikan di rumah bertambah, pasien
sakit, orang tua mau makan 1/2
mengatakan anaknya porsi dari 1 porsi
tidak nafsu makan, BB makanan yang
sebelum sakit : 10,2 disediakan di rumah
kg, BB saat sakit.
sakit/pengkajian : 10 A : Kriteria tujuan 1, 2,
kg, pasien tampak 3 tercapai.
tidak nafsu makan, Masalah teratasi.
pasien tampak hanya P : Pertahankan kondisi
menghabiskan 4 pasien.
sendok makanan yang
diberikan di rumah
sakit.

Jumat Ansietas orang tua S : Orang tua Atik


29-4-2016 berhubungan dengan mengatakan sudah
Pukul 17.20 perubahan aktual atau tidak khawatir
wita. persepsi perubahan dengan keadaan
pada lingkungan, anaknya.
sekunder akibat: O : Orang tua tampak
hospitalisasi ditandai tenang/tidak
dengan orang tua gelisah, orang tua
mengatakan khawatir tampak bertanya-
dengan keadaan tanya tentang
anaknya, orang tua keadaan anaknya.
pasien tampak gelisah, A : Kriteria tujuan 1, 2
orang tua pasien tercapai, tujuan 3
tampak bertanya – belum tercapai.
tanya tentang keadaan Masalah teratasi
anaknya. sebagian.
P : Lanjutkan intervensi
77

Dilanjutkan
Lanjutan
1 2 4 5
keperawatan no 1, 2,
3, 4, 5, 6.
78

b. Evaluasi Sumatif
Tabel 8
EVALUASI KEPERAWATAN PADA PASIEN PW
DENGAN PNEUMONIA
DI RUANG D RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG
TANGGAL 30 APRIL 2016

Diagnosa
Hari/Tgl/jam Evaluasi Paraf
Keperawatan
1 2 4 5
Sabtu, Ketidakefektifan S : Orang tua Atik
30-4-2016 bersihan jalan mengatakan
Pukul 17.00 nafasberhubungan anaknya sudah tidak
wita. dengan sekresi yang sesak dan batuk
kental atau berlebihan, lagi.
sekunder akibat: O : Pasien tidak sesak,
infeksiditandai dengan pasien tidak batuk,
orang tua mengatakan tidak ada suara nafas
anaknya sesak, orang tambahan, RR : 28
tua mengatakan x/menit, tidak ada
anaknya batuk retraksi otot dada.
berdahak, pasien A : Kriteria tujuan 1, 2,
tampak sesak, pasien 3, 4, 5 tercapai.
tampak batuk Masalah teratasi.
berdahak, RR : 38 P : Pertahankan kondisi
x/menit,terdengar pasien.
suara nafas tambahan :
ronchi, terdapat
retraksi otot dada.
Sabtu, Ketidakseimbangan S : Orang tua Atik
30-4-2016 nutrisi kurang dari mengatakan pasien
Pukul 17.10 kebutuhan tubuh mau makan 1/2
wita. berhubungan dengan porsi dari 1 porsi
penurunan keinginan makanan yang
untuk makan, disediakan di rumah
sekunder akibat: sakit, orang tua
anoreksiaditandai mengatakan nafsu
dengan orang tua makan pasien
pasien mengatakan bertambah.
sejak sakit anaknya O : BB sebelum sakit :
hanya menghabiskan 10,2 kg, BB tanggal
Dilanjutkan
79

Lanjutan
1 2 4 5

4 sendok dari 1 porsi 30-4-2016 : 10 kg,


makanan yang nafsu makan pasien
diberikan di rumah bertambah, pasien
sakit, orang tua mau makan 1/2
mengatakan anaknya porsi dari 1 porsi
tidak nafsu makan, BB makanan yang
sebelum sakit : 10,2 disediakan di rumah
kg, BB saat sakit.
sakit/pengkajian : 10 A : Kriteria tujuan 1, 2,
kg, pasien tampak 3 tercapai.
tidak nafsu makan, Masalah teratasi.
pasien tampak hanya P : Pertahankan kondisi
menghabiskan 4 pasien.
sendok makanan yang
diberikan di rumah
sakit.

Sabtu, Ansietas orang tua S : Orang tua Atik


30-4-2016 berhubungan dengan mengatakan sudah
Pukul 17.20 perubahan aktual atau tidak khawatir
wita. persepsi perubahan dengan keadaan
pada lingkungan, anaknya.
sekunder akibat: O : Orang tua tampak
hospitalisasi ditandai tenang/tidak
dengan orang tua gelisah, orang
mengatakan khawatir tua tampak tidak
dengan keadaan bertanya-tanya lagi
anaknya, orang tua tentang keadaan
pasien tampak gelisah, anaknya.
orang tua pasien A : Kriteria tujuan 1, 2,
tampak bertanya – 3 tercapai.
tanya tentang keadaan Masalah teratasi.
anaknya. P : Pertahankan
pemahaman orang
tua.
BAB III

PEMBAHASAN

Pembahasan merupakan proses analisa antara teori dengan kasus secara

nyata. Pada bab ini dibahas tentang kesenjangan antara teori dengan kenyataan

yang ditemukan pada kasus dan dibahas secara bertahap sesuai dengan tahapan

proses keperawatan yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi.

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah awal dari proses keperawatan yang terdiri dari

pengumpulan data yang dilaksanakan dengan teknik wawancara, observasi,

pemeriksaan fisik dan dokumentasi pasien. Pada pengkajian keperawatan

membahas tentang kesenjangan antara data objektif, data subjektif dan

diagnosa keperawatan. Pada teori data subjektif yang muncul, yaitu: orang tua

pasien mengatakan anak mengalami peningkatan suhu tubuh, pilek, batuk

berdahak, sesak, anoreksia, mual dan muntah. Pada kasus data subjektif yang

muncul berdasarkan teori, yaitu: orang tua pasien mengatakan pasien sesak,

batuk berdahak, pasien mengalami penurunan nafsu makan. Kesenjangan yang

penulis temukan pada data subjektif, yaitu: peningkatan suhu tubuh, pilek,

mual dan muntah. Pada kasus data tersebut tidak muncul karena infeksi traktus

respiratorius pasien sudah mendapat obat antibiotik sehingga pasien tidak

mengalami peningkatan suhu tubuh. Karena infeksi pada traktus respiratorius

menyebabkan peningkatan sekresi yang kental/berlebihan. Peningkatan sekret

80
81

akan memicu bakteri/virus masuk ke saluran pencernaan bersama sekret, tapi

tidak terjadi peningkatan asam lambung pada pasien sehingga pasien tidak

mual dan muntah. Peradangan pada pneumonia hanya menutup lumen saluran

nafas sebagian (parsialis) paru-paru mampu memenuhi kebutuhan O2 dalam

tubuh, sehingga tidak terjadi pilek.

Pada teori data objektif yang muncul, yaitu: pasien tampak sesak,

batuk berdahak, pernafasan yang cepat dan dangkal, adanya retraksi otot dada,

ronchi, berkeringat, peningkatan suhu tubuh, sianosis dan nafas cuping

hidung. Pada kasus data yang muncul berdasarkan teori, yaitu; pasien tampak

sesak, batuk berdahak, pernafasan yang cepat (38 x/menit), adanya retraksi

otot dada dan ronchi. Dataobjektif yang menjadi kesenjangan, yaitu:

berkeringat, peningkatan suhu tubuh, sianosis dan nafas cuping hidung. Pada

kasus data tersebut tidak muncul karena infeksi traktus respiratorius pasien

sudah mendapat obat antibiotik sehingga pasien tidak mengalami peningkatan

suhu tubuh dan berkeringat. Peradangan pada pneumonia hanya menutup

lumen saluran nafas sebagian (parsialis) paru-paru mampu memenuhi

kebutuhan O2 dalam tubuh, sehingga tidak terjadi pernafasan cuping hidung

dan sianosis.

Berdasarkan tinjauan teori ada 10 diagnosa keperawatan yang mungkin

muncul pada kasus, yaitu: ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan

dengan sekresi yang kental atau berlebihan, sekunder akibat: infeksi,

kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar

kapiler, ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi


82

paru, proses inflamasi, hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi,

risiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan tidak adekuat

pertahanan sekunder, intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, nyeri akut

berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk

menetap,ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan penurunan keinginan untuk makan, sekunder akibat: anoreksia, risiko

tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah/mual,

ansietas orang tua/anak berhubungan dengan perubahan aktual atau persepsi

perubahan dalam lingkungan, sekunder akibat: hospitalisasi. Berdasarkan data

yang ditemukan pada kasus, hanya tiga diagnosa keperawatan yang muncul

pada tinjauan kasus dari sepuluh diagnosa keperawatan yang ada pada

tinjauan teori. Adapun diagnosa yang ditemukan pada kasus adalah

ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang kental

atau berlebihan, sekunder akibat: infeksi. Diagnosa yang kedua yaitu

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

penurunan keinginan untuk makan, sekunder akibat: anoreksia. Diagnosa

ketiga yaitu ansietas orang tua berhubungan dengan perubahan aktual atau

persepsi perubahan dalam lingkungan, sekunder akibat: hospitalisasi.

Sedangkan untuk diagnosa keperawatan, seperti kerusakan pertukaran

gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar kapiler,

ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru,

proses inflamasi, hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi, risiko


83

tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan tidak adekuat

pertahanan sekunder, intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, nyeri akut

berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap, risiko tinggi

terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah/mualtidak

muncul pada kasus karena kurangnya data-data yang mendukung munculnya

masalah keperawatan tersebut, seperti sianosis, nafas cuping hidung, dispnea,

gelisah, stridor untuk diagnosa kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan

perubahan membran alveolar kapiler dan ketidakefektifan pola nafas

berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, proses inflamasi. Demam

untuk diagnosa hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi. WBC

meningkat untuk diagnosa risiko tinggi terhadap penyebaran infeksi

berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan sekunder. Kelemahan,

keletihan, kelelahan untuk diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan

kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

Sakit kepala, dada, sendi untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan

inflamasi parenkim paru, batuk menetap. Mual dan muntah untuk diagnosa

risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan

muntah/mual. Pada pengkajian penulis tidak menemukan penambahan

diagnosa selain yang ada pada tinjauan teori.


84

B. Perencanaan Keperawatan

Pada perencanaan keperawatan menguraikan kesenjangan berdasarkan

diagnosa yang ditegakan pada kasus. Kesenjangan tersebut meliputi prioritas

dan rencana keperawatan. Pada teori dan kasus tidak ditemukan kesenjangan

dalam hal memprioritaskan diagnosa. Diagnosa keperawatan yang muncul

pada kasus, yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

sekresi yang kental atau berlebihan, sekunder akibat: infeksi,

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

penurunan keinginan untuk makan, sekunder akibat: anoreksia dan ansietas

orang tua berhubungan dengan perubahan aktual atau persepsi perubahan

dalam lingkungan, sekunder akibat: hospitalisasi.

Pada diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan

dengan sekresi yang kental atau berlebihan, sekunder akibat: infeksi

kesenjangan yang muncul pada rencana keperawatan penghisapan lendir tidak

direncanakan dalam kasus, karena menurut dokter tindakan tersebut belum

diperlukan dan cukup dengan pemberian obat oral. Rencana keperawatan

melakukan teknik fisioterapi dada (claving, vibrasi), mengajarkan pasien

latihan nafas dalam dan batuk efektif tidak direncanakan dalam kasus karena

usia pasien baru 2 tahun, jadi pasien belum bisa kooperatif dalam tindakan

yang dilakukan perawat (claving, vibrasi) dan pasien belum bisa diajarkan

latihan nafas dalam dan batuk efektif. Pada diagnosa ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan

keinginan untuk makan, sekunder akibat: anoreksia dan ansietas orang tua
85

berhubungan dengan perubahan aktual atau persepsi perubahan dalam

lingkungan, sekunder akibat: hospitalisasi tidak ditemukan kesenjangan.

Selain rencana keperawatan yang ada pada teori, tidak ada penambahan

rencana keperawatan lain pada pasien PW.

C. Pelaksanaan Keperawatan

Pada pelaksanaan keperawatan menguraikan tentang kesenjangan

berdasarkan rencana keperawatan yang sudah dibuat. Pada dignosa

ketidakefektifan bersihan jalan nafas, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh dan ansietas orang tua penulis sudah melaksanakan tindakan

keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan yang penulis buat. Hal ini

terjadi karena kerja sama antara penulis, perawat ruangan, tenaga medis

lainnya dan keluarga yang sangat kooperatif dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan.

Adapun tindakan yang dilaksanakan oleh penulis yang tidak dibuat

pada perencanaan keperawatan, namun dilaksanakan di lapangan seperti

merapikan dan membersikan tempat tidur dilakukan supaya tempat tidur

pasien rapi, bersih dan pasien merasa nyaman. Tindakan mengganti cairan

infus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh pasien. Tindakan

memberikan injeksi cefotaxime dan dexamethason dilakukan karena terjadi

infeksi pada traktus respiratorius. Tindakan memberikan oksigen dilakukan

karena adanya pendelegasian oleh dokter. Dalam konsep teori, tindakan yang

dilaksanakan harus didokumentasikan untuk menghindari duplikasi tindakan


86

keperawatan. Pada pasien PW semua tindakan yang dilaksanakan sudah

didokumentasikan.

D. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan untuk menilai

berhasil atau tidaknya pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan kriteria

hasil yang ditentukan dan rencana tujuan yang telah disusun. Evaluasi

dibedakan menjadi 2, yaitu evaluasi formatif untuk mengetahui perkembangan

dan kemajuan yang telah dicapai pasien setiap harinya dan evaluasi sumatif

untuk mengetahui tingkat tercapainya tujuan dan kriteria hasil dari tindakan

keperawatan yang sudah diberikan. Hasil evaluasi tanggal 28 April 2016 untuk

diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas masalah belum teratasi, untuk

diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh masalah

teratasi sebagian dan untuk diagnosa ansietas orang tua masalah belum

teratasi. Hasil evaluasi tanggal 29 April 2016 untuk diagnosa ketidakefektifan

bersihan jalan nafas masalah teratasi sebagian, untuk diagnosa

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh masalah teratasi dan

untuk diagnosa ansietas orang tua masalah teratasi sebagian. Hasil evaluasi

tanggal 30 April 2016 untuk diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas

masalah teratasi dengan kriteria tujuan tercapai, yaitu: sesak tidak ada, batuk

tidak ada, tidak ada suara nafas tambahan, RR : 25-32 x/menit, tidak ada

retraksi otot dada. Diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh masalah teratasi dengan kriteria tujuan tercapai, yaitu: nafsu makan
87

bertambah, pasien dapat menghabiskan makanan ½ - 1 porsi makanan yang

disediakan di rumah sakit, BB tidak menurun (10 kg). Diagnosa ansietas orang

tua masalah teratasi dengan kriteria tujuan tercapai, yaitu: orang tua pasien

tidak khawatir, orang tua pasien tidak gelisah, orang tua pasien tidak bertanya-

tanya tentang keadaan kesehatan pasien.Dari ketiga diagnosa yang muncul,

semua diagnosa sudah teratasi dengan kriteria tujuan telah tercapai.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian yang ditulis pada pembahasan dapat disimpulkan bahwa

penulis telah melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien PW. Pengkajian

pada pasien PW dilakukan pada hari Rabu, tanggal 27 April 2016 pukul 17.00

wita. Dari pengkajian yang dilakukan data subjektif yang muncul, yaitu: orang

tua mengatakan anaknya sesak, orang tua mengatakan anaknya batuk

berdahak, orang tua pasien mengatakan sejak sakit anaknya hanya

menghabiskan 4 sendok dari 1 porsi makanan yang diberikan di rumah sakit,

orang tua mengatakan anaknya tidak nafsu makan, orang tua mengatakan

khawatir dengan keadaan anaknya. Data objektif yang muncul, yaitu: pasien

tampak sesak, pasien tampak batuk berdahak, RR : 38 x/menit, terdengar suara

nafas tambahan : ronchi, terdapat retraksi otot dada, BB sebelum sakit : 10,2

kg, BB saat sakit/pengkajian : 10 kg, pasien tampak tidak nafsu makan, pasien

tampak hanya menghabiskan 4 sendok makanan yang diberikan di rumah

sakit, orang tua pasien tampak gelisah, orang tua pasien tampak bertanya –

tanya tentang keadaan anaknya.

Berdasarkan data yang ditemukandapat dirumuskan tiga diagnosa

keperawatan yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafasberhubungan dengan

sekresi yang kental atau berlebihan, sekunder akibat: infeksi,

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

88
89

penurunan keinginan untuk makan, sekunder akibat: anoreksia, ansietas orang

tua berhubungan dengan perubahan aktual atau persepsi perubahan pada

lingkungan, sekunder akibat: hospitalisasi.

Perencanaan disusun sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul,

pada diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas rencana keperawatannya,

yaitu: observasi keadaan umum dan vital sign, berikan pasien minum air

hangat, delegatif dalam pemberian bronchodilator (ventolin 1cc + 10 cc Nacl

@ 6 jam)dan delegatif dalam pemberian anti mukolitik (ambroxol 3x1/3 cth).

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh rencana

keperawatannya, yaitu: observasi dan catat masukan makanan pasien, beri

makan dalam porsi kecil tapi sering, beri dalam keadaan hangat. Ansietas

orang tua rencana keperawatannya, yaitu: observasi dan kaji tingkat

kecemasan orang tua, beri HE/pendidikan kesehatan tentang keadaan

kesehatan pasien.

Pelaksanaan tindakan keperawatan sudah sesuai dengan rencana

keperawatan yang telah disusun. Diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan

nafas tindakannya, yaitu: mengobservasi keadaan umum dan vital sign,

memberikan pasien minum air hangat, delegatif dalam pemberian

bronchodilator (ventolin 1cc + 10 cc Nacl @ 6 jam)dan delegatif dalam

pemberian anti mukolitik (ambroxol 3x1/3 cth). Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh tindakannya, yaitu: mengobservasi dan mencatat

masukan makanan pasien, memberi makan dalam porsi kecil tapi sering, beri

dalam keadaan hangat. Ansietas orang tua tindakannya, yaitu: mengobservasi


90

dan kaji tingkat kecemasanorang tua, memberi HE/pendidikan kesehatan

tentang keadaan kesehatan pasien.

Evaluasi keperawatan dilakukan dalam tiga hari untuk semua diagnosa

keperawatan. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi setiap hari untuk

mengetahui perkembangan. Dan evaluasi sumatif yang mengacu pada kriteria

hasil yang diharapkan. Diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas masalah

teratasi dengan kriteria tujuan tercapai, yaitu: sesak tidak ada, batuk tidak ada,

tidak ada suara nafas tambahan, RR : 25-32 x/menit, tidak ada retraksi otot

dada. Diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

masalah teratasi dengan kriteria tujuan tercapai, yaitu: nafsu makan

bertambah, pasien dapat menghabiskan makanan ½ - 1 porsi makanan yang

disediakan di rumah sakit, BB tidak menurun (10 kg). Diagnosa ansietas orang

tua masalah teratasi dengan kriteria tujuan tercapai, yaitu: orang tua pasien

tidak khawatir, orang tua pasien tidak gelisah, orang tua pasien tidak bertanya-

tanya tentang keadaan kesehatan pasien.Dari ketiga diagnosa yang muncul,

semua diagnosa sudah teratasi dengan kriteria tujuan telah tercapai.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis menyampaikan saran yang

sekiranya dapat bermanfaat. Adapun saran yang ditujukan kepada Direktur

RSUD Kabupaten Klungkung, perawat Ruang D RSUD Kabupaten

Klungkung dan keluarga pasien PW, yaitu:


91

1. Direktur RSUD Kabupaten Klungkung

Agar tetap menjaga mutu pelayanan keperawatan serta tetap menjaga sikap

terapeutik yang baik.

2. Perawat Ruang D RSUD Kabupaten Klungkung

Agar melanjutkan dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien PW

dan pasien yang lain, sehingga dalam perawatannya tercapai tujuan yang

optimal.

3. Kepada keluarga pasien PW

Agar tetap mempertahankan kondisi pasien yang telah dicapai dan

mempertahankan sifat yang kooperatif terhadap segala tindakan

keperawatan yang diberikan serta mengikuti apa yang telah dijelaskan oleh

perawat. Diharapkan juga keluarga mampu melaksanakan perawatan,

pencegahan terhadap sakit dan meningkatkan kesehatan anak dalam

keluarga serta tetap melanjutkan pengobatan dengan selalu kontrol secara

teratur setelah anak diperbolehkan pulang.


DAFTAR PUSTAKA

Asghar, A.H., Ashshi, A.M., Azhar, E.I., Bukhari, S.Z., Zafa, T.A., Momenah,
A.M. (2011). Profile of Bacterial Pneumonia during Hajj. Indian J Med Res,
133, 510-513.

Carpenito, Lynda Juall. (2013) .Diagnosa Keperawatan (Edisi 13). Jakarta : EGC.

DarmantoDjojodibroto, R.(2015). Respirologi (Respiratory Medicine)(Edisi 2).


Jakarta : EGC.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Pedoman Pengendalian


Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut.Jakarta: DirjenPPM & PLP.

Doenges, Marilynn E. (2014). Rencana asuhan keperawatan (Edisi 3). Jakarta :


EGC.

Https://id.wikipedia.org/wiki/Studi_kasus.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Riset Kesehatan Dasar.


(2007). Jendela Epidemiology. Pengendalian Pneumonia pada Balita di
Indonesia dalam Rangka Mencapai Target MDG4. Jakarta : Pusdasure.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga.


(2010).Pola Kepekaan Bakteri Penyebab Pneumonia terhadap Antibiotika di
Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari
sampai Desember 2011.Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Koksal, I., ozlu, T., Bayraktar, O., Yilmaz, G., Bulbul, Y., Oztuna, F. (2010) .
Etiological Agents of Community-Acquired Pneumonia in Adult Patients in
Turkey; A Multicentric, Cross-Sectional Study. Tüberküloz ve Toraks Dergisi,
58 (2), 119-127.

Muttaqin, Arif. (2014). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernafasan.Jakarta : Salemba Medika.

Ridha, H.Nabiel.(2014). Keperawatan Anak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Setiadi. (2012). Anatomi dan Fisiologi Pernafasan. Diperoleh tanggal 22 Mei


2016, dari https://adysetiadi.files.wordpress.com/2012/11/anatomi-dan-
fisiologi-sistem-respirasi.pdf.
Smeltzer, Suzanne C.(2013). Keperawatan Medikal-Bedah(Edisi 8). Jakarta :
EGC.
Wahid, Abd. & Imam, Suprapto. (2013). Asuhan Keperawatan pada Gangguan
Sistem Respirasi.Jakarta : CV Trans Info Media.

World Health Organization. (2013).Pneumonia. Pneumonia among Children


Under Five Years of Age in Indonesia. Diperoleh tanggal 11 Mei 2016, dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331 /en/2013.
Lampiran 1

Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan

A. Anatomi saluran nafas

Gambar 1 : Saluran pada Sistem Pernafasan

Saluran pernafasan dari atas kebawah dapat dijabarkan sebagai berikut : Rongga

hidung, faring, laring, trakea, percabangan bronkus, paru-paru (bronkiolus, alveolus).

Saluran nafas bagian atas adalah rongga hidung, faring dan laring. Sedangkan saluran

nafas bagian bawah adalah trachea, bronchi, bronchioli dan percabangannya sampai

alveoli. Organ-organ pernafasan, yaitu :


1. Hidung

Hidung adalah indra penciuman. Ujung saraf yang mendeteksi

penciuman berada diatap (langit-langit) hidung di area lempeng

kribriformis tulang etmoid dan konka superior. Ujungsaraf ini distimulasi

oleh bau di udara. Impuls saraf dihantarkan oleh saraf olfaktorius ke otak

dimana sensasi bau dipersepsikan. Ketika masuk dihidung, udara disaring,

dihangatkan, dandilembabkan. Hal ini dilakukan oleh sel epitel yang

memiliki lapisan mukus sel goblet dankelenjar mukosa. Lalu gerakan silia

mendorong lapisan mukus ke posterior didalam rongga hidungdan ke

superior saluran pernapasan bagian bawah menuju faring. Nares anterior

adalah saluran-salurandidalam lubang hidung. Saluran-saluran ini

bermuara kedalam bagian yang dikenal sebagaivestibulum hidung. Rongga

hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah,dan

bersambung dengan lapisan faring.

Gambar 2 : Saluran pada Sistem Pernafasan (Hidung)

2. Tekak (faring)

Faring merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan,

terdapat didasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut, didepan


ruang tulang leher. Bila terjadi radang disebut pharyngitis. Saluran faring

rnemiliki panjang 12-14 cm dan memanjang dari dasar tengkorak hingga

vertebra servikalis ke-6.Udara yang telah sampai ke faring telah diatur

kelembapannya sehingga bebas debu, lalu mengalir ke kotak suara

(Laring).

Gambar 3 : Saluran pada Sistem Pernafasan (Faring)

3. Laring (pangkal tenggorok)

Terdiri dari rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh

otot-otot yangmengandung pita suara. Laring terletak di depan faring

sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea

dibawahnya. Selain fonasi laring juga berfungsi sebagai pelindung. Laring

berperan untukpembentukan suara dan untuk melindungi jalan nafas

terhadap masuknya makanan dan cairan.Laring dapat tersumbat oleh

benda asing (gumpalan makanan), infeksi (misalnya difteri)dan tumor.

Pada waktu menelan, gerakan laring keatas, penutupan glotis (pemisah


saluranpernapasan bagian atas dan bagian bawah) seperti pintu epiglotis

yang berbentuk pintu masuk.

Gambar 4 : Saluran pada Sistem Pernafasan (Laring)

4. Trakea (batang tengkorak)

Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 sampai 20

cincin kartilago yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang terbentuk

seperti C. Trakea dilapisi oleh selaput lender yang terdiri atas epitilium

bersilia dan sel cangkir. Trakea hanya merupakan suatu pipa penghubung

ke bronkus. Dimana bentuknya seperti sebuah pohon oleh karena itu

disebut pohon trakeobronkial. tempat trakea bercabang menjadi bronkus di

sebut karina. Karina menjadi bronkus primer kiri dan kanan, di mana tiap

bronkus menuju ke tiap paru (kiri dan kanan), Karina memiliki banyak
saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk berat jika

dirangsang.

Gambar 5 : Saluran pada Sistem Pernafasan (Trakea)

5. Bronkus (cabang tenggorokan)

Merupakan percabangan trachea. Setiap bronkus primer bercabang 9

sampai 12 kali untuk membentuk bronki sekunder dan tersier dengan

diameter yang semakin kecil. Struktur mendasar dari paru-paru adalah

percabangan bronchial yang selanjutnya secara berurutan adalah bronki,

bronkiolus, bronkiolus terminalis, bronkiolus respiratorik, duktus alveolar,

dan alveoli. Dibagian bronkus masih disebut pernafasan extrapulmonar

dan sampai memasuki paru-paru disebut intrapulmonar.


Gambar 6 : Saluran pada Sistem Pernafasan (Bronkus)

6. Paru-paru

Paru-paru berada dalam rongga torak, yang terkandung dalam susunan

tulang-tulang iga dan letaknya disisi kiri dan kanan mediastinum yaitu

struktur blok padat yang berada dibelakang tulang dada. Paru-paru

menutupi jantung, arteri dan vena besar, esofagus dan trakea. Paru-paru

berbentuk seperti spons dan berisi udara dengan pembagian ruang sebagai

berikut :

a. Paru kanan, memiliki tiga lobus yaitu superior, medius dan inferior.

b. Paru kiri berukuran lebih kecil dari paru kanan yang terdiri dari dua

lobus yaitu lobus superior dan inferior.

Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh

limfe, arteriola, venula,bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar

dan alveoli. Diperkirakan bahwa setiap paru-parumengandung 150 juta


alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk

tempatpermukaan/pertukaran gas.

Gambar 7 : Saluran pada Sistem Pernafasan (Paru - paru)

B. Fisiologi Pernafasan

Pernafasan adalah proses inspirasi udara kedalam paru-paru dan ekspirasi

udara dari paru-paru kelingkungan luar tubuh. Inspirasi terjadi bila muskulus

diafragma telah dapat rangsangan dari nervus pernikus lalu mengkerut datar.

Saat ekspirasi otot akan kendor lagi dan dengan demikian rongga dada

menjadi kecil kembali maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi

terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.

Fungsi paru-paru adalah sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbon

dioksida. Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna,

oksigen dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas, oksigen
masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat

dengan darah di dalam kapiler pulmonaris. Oksigen menembus membran ini

dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari

sini dipompa di dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan

paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini

hemoglobinnya 95 % oksigen. Di dalam paru-paru, karbon dioksida, salah

satu hasil buangan metabolisme, menembus membrane alveoler-kapiler dari

kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea,

diekspirasi melalui hidung dan mulut. Semua proses ini diatur sehingga darah

yang meninggalkan paru-paru menerima jumlahtepat CO2 dan O2. Pada

waktu badanbergerak, lebih banyak darah di paru-paru membawaterlalu

banyak CO2 dan sedikit O2. Jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan,

makakonsentrasinya dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat

pernapasan dalam otakuntuk memperbesar kecepatan dan dalamnya

pernapasan. Penambahan ventilasi ini mngeluarkanCO2 dan memungut lebih

banyak O2.Perubahan - perubahan berikut terjadi pada komposisi udara dalam

alveoli, yang disebabkanpernapasan eksterna dan pernapasan interna atau

pernapasan jarigan.

Pernapasan memiliki ritme yang teratur dan ritme pernapasan dihasilkan dari

pusatpernapasan yang terletak di pons dan medula oblongata (pneumotaxic

center). Kontraksi ototinspirasi akan menimbulkan tekanan negatif,

menyebabkan terjadinya aliran udara dari luar masukke dalam paru.

Kedalaman dan frekuensi pernapasan sangat penting karena komponen


pernapasanini akan membantu mempertahankan homeostasis kadar oksigen,

karbon dioksida dan ion H+ dalamdarah arteri.Struktur saluran napas atas

sangat berperan agar udara dapat masuk dan keluar dari paru.Saluran napas

atas yang paten sangat tergantung struktur anatomis daerah tersebut. Ukuran

konkanasalis yang besar, lidah atau uvula yang besar, dan palatum molle yang

lemah dapat mengobstruksisaluran napas atas. Otot genioglosus (untuk

menjulurkan lidah), serta styloglosus dan hyoglosus(untuk menarik lidah)

mempunyai interaksi kompleks agar jalan napas tetap terbuka (Setiadi, 2012).
Lampiran 2

SATUAN ACARA PENYULUHAN PADA KELUARGA PW


DENGAN PNEUMONIA
DI RUANG D RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG
TANGGAL 29 APRIL 2016

Topik : Pneumonia

Sub Topik :

1. Pengertian Pneumonia

2. Penyebab Pneumonia

3. Tanda dan gejala Pneumonia

4. Cara pencegahan Pneumonia

5. Cara penanganan Pneumonia

Sasaran : Keluarga PW

Tempat : Di Ruang D RSUD Kabupaten Klungkung

Hari/Tanggal : Jumat, 29 April 2016

Waktu : 30 menit

A. Tujuan Instruksional Umum

Setelah diberikan penyuluhan penyakit Pneumonia selama 30 menit

diharapkan keluarga pasien PW dapat memahami tentang penyakit

Pneumonia.
B. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan keluarga:

1. Dapat menjelaskan pengertian Pneumonia

2. Dapat menjelaskan penyebab Pneumonia

3. Dapat menjelaskan tanda dan gejala Pneumonia

4. Dapat menjelaskan cara pencegahan Pneumonia

5. Dapat menjelaskan cara penanganan Pneumonia

C. Materi

Terlampir

D. Metode

1. Ceramah

2. Diskusi dan tanya jawab

E. Media

Leaflet

F. Evaluasi

1. Lisan

2. Post test (setelah penyampaian materi)


G. Kegiatan Penyuluhan
Tabel 9
KEGIATAN PENYULUHAN PADA KELUARGA PW
DENGAN PNEUMONIA
DI RUANG D RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG
TANGGAL 29 APRIL 2016

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Respon Klien


1 5 menit Pembukaan
A Mengucapkan salam a Menjawab salam
B Memperkenalkan diri b Memperhatikan
c Menjelaskan tujuan penyuluhan c Memperhatikan
d Menyebutkan materi yang d Memperhatikan
disampaikan
2 10 menit Pelaksanaan
a Menjelaskan pengertian a Memperhatikan
Pneumonia
b Menyebutkan penyebab b Memperhatikan
Pneumonia
c Menyebutkan tanda dan gejala c Memperhatikan
Pneumonia
d Menjelaskan pencegahan d Memperhatikan
Pneumonia
e Menjelaskan penanganan e Memperhatikan
Pneumonia
3 10 menit Evaluasi
a Meminta keluarga menjelaskan a Mampu
pengertian Pneumonia menjelaskan
b Meminta keluarga menyebutkan b Mampu
penyebab Pneumonia menjelaskan
c Meminta keluarga menyebutkan c Mampu
tanda dan gejala Pneumonia menjelaskan
d Meminta keluarga menjelaskan d Mampu
pencegahan Pneumonia menjelaskan
e Meminta pasien menjelaskan e Mampu
penanganan Pneumonia menjelaskan
4 5 menit Penutup
a Mengucapkan terima kasih a Membalas salam
b Mengucapkan salam penutup b Membalas salam
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian

Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, dari

broncheolus terminalis yang mencakup broncheolus respiratorius dan alveoli,

serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas

setempat (Misnadiarly, 2008).

B. Etiologi

Menurut Ridha (2014), Pneumonia disebabkan karena beberapa faktor,

diantaranya adalah :

a) Bakteri (Pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, H.influenza, klebsiela

mycoplasma pneumonia).

b) Virus (Virus adena, virus para influenza, virus influenza).

c) Jamur/fungi (Kandida abicang, histoplasma, capsulatum, koksidiodes).

d) Protozoa (Pneumokistis karinti).

e) Bahan kimia (Aspirasi makan/susu/isi lambung, keracunan hidrokarbon

(minyak tanah, bensin, dll)).


C. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang kemungkinan muncul pada pasien Pneumonia, yaitu:

1. Pilek

2. Batuk

3. Demam

4. Sesak

5. Mual

6. Muntah

7. Kehilangan nafsu makan

D. Pencegahan Pneumonia

1. Menjauhkan balita dari penderita batuk.

2. Melakukan imunisasi lengkap di posyandu ataupun di Puskesmas.

3. Memberikan ASI pada bayi/anak usia 0-2 tahun.

4. Membersihkan lingkungan rumah terutama ruangan tempat tinggal balita,

serta usahakan ruangan memiliki udara bersih dan ventilasi cukup.

5. Menjauhkan bayi dari asap, debu, serta bahan-bahan lain yang mudah

terhirup oleh balita seperti asap rokok, asap dari obat nyamuk bakar, asap

dari kendaraan bermotor ataupun pencemaran lingkungan udara lainnya.


E. Penanganan Pneumonia

1. Atur posisi anak agar lebih mudah bernafas misalnya baringkan anak

dengan kepala lebih tinggi dengan memberikan ganjalan dibawah

bahunya.

2. Bila suhu tubuh tinggi, atasi dengan cara:

a. Kompres hangat pada dahi, aksila (lipatan ketiak), lipatan paha

b. Kenakan pakaian yang tipis

c. Berikan anak banyak minum

d. Observasi suhu secara rutin

3. Bawalah anak kepada petugas kesehatan bila keadaannya memburuk

seperti:

a. Tampak kebiruan pada kuku, bibir

b. Sesak

c. Jika batuk pilek demam lebih dari 2 hari tidak sembuh

d. Muntah berulang
Faktor infeksi
Pneumonia adalah suatu
Bakteri (Pneumokokus,
peradangan atau inflamasi pada
stapilokokus, hemofilus
parenkim paru yangumumnya
influenza
disebabkan oleh infeksi atau non
Virus (Influenza, parainfluenza)
infeksi.
Jamur (candida albican)
Faktor non infeksi
Alergi dan hipersensitivitas
Aspirasi
OLEH :
NI PUTU ATIK KARMILA DEWI
13E10972

DIII KEPERAWATAN
STIKES BALI
DENPASAR
2016
Penanganan Pneumonia
Atur posisi anak agar lebih mudah
bernafas
Pilek Bila suhu tubuh tinggi, atasi dengan
Batuk cara: Kompres hangat pada dahi,
Demam aksila (lipatan ketiak) dan lipatan
Sesak paha, kenakan pakaian yang tipis,

Mual berikan anak banyak minum, observasi


suhu secara rutin.
Muntah
Bawalah anak kepada petugas
Kehilangan nafsu makan
kesehatan bila keadaannya memburuk
seperti: sianosis, sesak berat, muntah
berulang, batuk dan pilek lebih dari 2
hari.

Anda mungkin juga menyukai