Anda di halaman 1dari 138

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN WM DENGAN

APPENDIKSITIS DAN POST APPENDIKTOMI HARI KE-0


DI RUANG A RSUD KLUNGKUNG
TANGGAL 25 – 28 APRIL 2016

Diajukan oleh:

A.A PUTU DIAH PUSPITA DEWI


NIM : 13E10997

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI
DENPASAR
2016
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN WM DENGAN
APPENDIKSITIS DAN POST APPENDIKTOMI HARI KE-0
DI RUANG A RSUD KLUNGKUNG
TANGGAL 25 – 28 APRIL 2016

LAPORAN KASUS
Diajukan sebagai salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan pendidikan pada
Program Studi DIII Keperawatan
STIKES Bali

Diajukan oleh:

A.A PUTU DIAH PUSPITA DEWI


NIM : 13E10997

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI
DENPASAR
2016

i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa /

Tuhan Yang Mahaesa karena atas berkat rahmat-Nyalah laporan kasus dengan

judul “Asuhan Keperawatan Pasien WM Dengan Appendiksitis Dan Post

Appendiktomi Hari Ke-0 Di Ruang A RSUD Klungkung Tanggal 25 s/d 28

April 2016”, dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Laporan kasus ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi DIII Keperawatan Sekolah Tinggi

Kesehatan (STIKES) Bali.

Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis banyak mendapat masukan

dan bimbingan baik materi maupun teknik penulisan dari berbagai pihak, untuk

itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak dr. I Nyoman Kesuma, MPH,. selaku Direktur RSUD Klungkung

beserta staf yang telah memberikan izin dan kesempatan pada penulis untuk

mengadakan laporan kasus.

2. Bapak Drs. I Ketut Widia, BN. Stud., MM., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKES) Bali atas dukungan yang diberikan selama penulis

menempuh pendidikan.

3. Bapak Ns. I Gede Satria Astawa,S.Kep., selaku Ketua Program Studi DIII

Keperawatan STIKES Bali beserta staf yang telah memberikan berbagai ilmu

pengetahuan dan ketrampilan kepada penulis khususnya yang terkait dengan

laporan kasus ini.

v
4. Ibu Ni Made Sugiantini,S.Kep., selaku Kepala Ruang A (bedah) RSUD

Klungkung beserta staf yang telah membimbing penulis dalam pengambilan

kasus di ruangan.

5. Ibu Ns. Putu Widiantari, S.Kep., selaku dosen pembimbing dalam penyusunan

laporan kasus ini yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan

bimbingan, petunjuk, teori, dan motivasi kepada penulis.

6. Ibu Ns. NLG Nita Sri W,S.Kep., selaku dosen pembimbing dalam penyusunan

laporan kasus ini yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan

bimbingan, petunjuk, teori, dan motivasi kepada penulis.

7. Pasien WM dengan keluarga yang telah bersedia memberikan informasi

sehubungan dengan penyusunan laporan kasus ini.

8. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril maupun

materiil kepada penulis dalam penyusunan laporan kasus ini.

9. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKES Bali

Denpasar yang telah membantu penulis baik secara langsung ataupun tidak

langsung dalam menyelesaikan laporan kasus ini.

Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna, oleh karena

itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk

kesempurnaan selanjutnya, dan semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi kita

semua.

Denpasar, 23 Mei 2016

Penulis.

vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL .......................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR BAGAN ......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ....................................................................... 4
C. Metode Penulisan ...................................................................... 5
D. Sistematika Penulisan .............................................................. 6
BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS ...................... 7
A. Tinjauan Teoritis ....................................................................... 7
1. Konsep Dasar Appendiksitis ............................................... 7
a. Pengertian ...................................................................... 7
b. Patofisiologi ................................................................... 9
c. Pemeriksaan Diagnostik ................................................. 14
d. Penatalaksanaan Medis ................................................. 16
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Appendiksitis
(Pre dan Post) ...................................................................... 20
a. Pengkajian ...................................................................... 20
b. Diagnosa......................................................................... 21
c. Perencanaan.................................................................... 23
d. Pelaksanaan .................................................................... 37
e. Evaluasi ......................................................................... 37
B. Tinjauan Kasus .......................................................................... 41
1. Pengkajian ........................................................................... 41

vii
2. Diagnosa.............................................................................. 70
3. Perencanaan ........................................................................ 71
4. Pelaksanaan ........................................................................ 82
5. Evaluasi ............................................................................... 93
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................. 97
A. Pengkajian ................................................................................. 97
B. Diagnosa.................................................................................... 99
C. Perencanaan............................................................................... 100
D. Pelaksanaan ............................................................................... 105
E. Evaluasi .................................................................................... 106
BAB IV PENUTUP ....................................................................................... 107
A. Kesimpulan ............................................................................... 107
B. Saran ......................................................................................... 109
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 110
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman

1. Analisa Data Keperawatan Pasien WM Dengan Appendisitis Di


Ruang A RSUD Klungkung Tanggal 25 April 2016 .............................. 61

2. Analisa Data Keperawatan Pasien WM Dengan Post Appendiktomi


Hari Ke-0 Di Ruang A RSUD Klungkung Tanggal 26 April 2016 ........ 62

3. Rencana Keperawatan Pasien WM Dengan Appendisitis Di Ruang A


RSUD Klungkung Tanggal 25 April 2016 ............................................. 73

4. Rencana Keperawatan Pasien WM Dengan Post Appendiktomi Hari


Ke-0 Di Ruang A RSUD Klungkung Tanggal 26 April 2016 ................ 77

5. Pelaksanaan Keperawatan Pasien WM Dengan Appendisitis Dan Post


Appendiktomi Hari Ke-0 Di Ruang A RSUD Klungkung Tanggal 25
s/d 28 April 2016 .................................................................................... 82

6. Catatan Perkembangan Keperawatan Pasien WM Dengan


Appendisitis Di Ruang A RSUD Klungkung Tanggal 25 s/d 27 April
2016......................................................................................................... 89

7. Catatan Perkembangan Keperawatan Pasien WM Dengan Post


Appendiktomi Hari Ke-1 Di Ruang A RSUD Klungkung Tanggal 27
April

2016......................................................................................................... 91

8. Evaluasi Keperawatan Pasien WM Dengan Appendisitis Di Ruang A


RSUD Klungkung Tanggal 25 s/d 26 April 2016 .................................. 93

9. Evaluasi Keperawatan Pasien WM Dengan Post Appendiktomi Hari


Ke-1 Di Ruang A RSUD Klungkung Tanggal 28 April 2016 ............... 95

ix
DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 1.Web of Caution Appendiksitis post appendiktomi ........................... 39

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Satuan Penyuluhan Asuhan Keperawatan Pasien WM Dengan


Appendisitis Hari ke-0 Di Ruang A (bedah) RSUD Klungkung
Tanggal 25 s/d 28 April 2016.
Lampiran 2 : Leaflet Apendiksitis
Lampiran 3 : Ceklyst Pre Op
Lampiran 4 : Bukti Fisik Bimbingan Penyusunan KTI

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai seorang manusia tentunya kita menginginkan tubuh yang

sehat dan kuat. Tubuh yang sehat dan kuat akan memberikan kemudahan

dalam melakukan berbagai macam aktivitas yang vital bagi setiap orang.

Aktivitas yang dilakukan tentunya mendukung proses kehidupan dan

interaksi antar manusia yang satu dan yang lainnya. Setiap detik dunia

mengalami perubahan dalam berbagai aspek kehidupan seperti kemajuan

teknologi, perubahan gaya hidup, politik, budaya, ekonomi, dan ilmu

pengetahuan. Semua itu mengarah kepada penyeragaman, kita dapat melihat

pola hidup, ekonomi, budaya, dan teknologi yang mirip disetiap negara. Pola

hidup tidak sehat tentu tidak benar dan harus dihindari, pengetahuan tentang

penyakit dan makanan menjadi prioritas utama untuk menanamkan pola

hidup sehat. Salah satu penyakit yang timbul adalah apendisitis.

Appendiksitis adalah inflamasi apendiks vermiformis, merupakan

penyebab umum nyeri abdomen akut. Apendiksitis merupakan alasan

tersering untuk pembedahan abdomen darurat, dialami oleh 10% dari seluruh

populasi (McPheeet al., 2008). Apendiksitis dapat terjadi pada semua usia,

tetapi lebih sering dialami oleh remaja dan dewasa muda dan sedikit lebih

sering terjadi pada pria disbanding wanita (Priscilla, dkk, 2016).

1
2

Apendisitis merupakan penyebab tersering operasi kegawatdaruratan

dan salah satu penyebab tersering nyeri abdomen akut. Diperkirakan dapat

terjadi 120/100.000 kasus tiap tahunnya. Insidensi terjadinya apendisitis

berkaitan dengan beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin, ras/etnik dan

teori klasik (diet dan hygiene). Apendisitis merupakan peradangan pada

apendiks vermiformis, yaitu divertikulum pada caecum yang menyerupai

cacing, panjangnya bervariasi mulai dari 7 sampai 15 cm, dan berdiameter

sekitar 1 cm. Batasan apendisitis akut adalah apendisitis dengan onset akut

yang memerlukan intervensi bedah, ditandai dengan nyeri di abdomen

kuadran bawah dengan nyeri tekan lokal dan nyeri alih, spasme otot yang ada

di atasnya, dan hiperestesia kulit (Dani & Pauline Calista, 2013).

Apendiksitis merupakan kondisi dimana infeksi terjadi diumbai

cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak

kasus memerlukan laparatomi dengan penyingkiran umbai cacing yang

terinfeksi. Bila tidak terawatt, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh

peritonitis dan syok ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur (Irianto,

2015).

Menurut WHO (World Health Organization), angka kematian akibat

apendisitis di dunia adalah 0,2-0,8% dan meningkat sampai 20% pada

penderita yang berusia kurang dari 18tahun dan lebih dari 70 tahun (Id WHO

Apendisitis dalam F. Sirma, Y. Haskas & Darwis, 2013).

Di Indonesia, jumlah pasien yang menderita penyakit apendiksitis

berjumlah sekitar 7% dari jumlah penduduk di Indonesia atau sekitar 179.000


3

orang (DEPKES RI, 2008). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi

Bali pada tahun 2009 apendisitis sendiri menduduki peringkat 10 penyakit

rawat inap RSUD se-Bali, tercatat 1156 kasus. Meningkat 87% pada tahun

2011 menjadi 2162 kasus dan menduduki peringkat 5 penyakit rawat inap

RSUD se-Bali.

Berdasarkan data yang diperoleh, dari catatan medis di ruang A

RSUD Klungkung selama 3 bulan terakhir ( Pebruari, Maret , April ) tercatat

356 pasien dari yang dirawat di ruang A RSUD Klungkung terdapat 84

(23,6%) kasus bedah pencernaan. Jumlah kasus apendiksitis akut sebanyak 26

orang (31%) dari jumlah kasus bedah pencernaan. Dengan jumlah pasien laki-

laki sebanyak 15 orang (17,9%) dan jumlah pasien perempuan sebanyak 11

orang (13,1%). Dan semua kasus apendiksitis akut dilakukan pembedahan

apendiktomi.

Maka dari itu, peranan perawat sangat penting dalam memberikan

tindakan keperawatan secara komprehensif. Hal ini, merupakan tantangan

bagi perawat untuk meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan asuhan

keperawatan kepada pasien, sehingga perawat dituntut mempunyai

pemahaman dalam hal mengkaji, intervensi dengan cepat, implementasi dan

mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang diberikan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik mengangkat laporan

kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien WM dengan Post

Appendiktomi oleh karena Appendiksitis Akut Hari Ke-0 di ruang A (Bedah)

RSUD Klungkung pada tanggal 25-28 April 2016”. Harapan penulis dengan
4

adanya laporan ini nantinya dapat bermanfaat dalam memberikan asuhan

keperawatan pada kasus-kasus yang terjadi, khususnya pada pasien dengan

appendiksitis.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Memahami gambaran umum tentang asuhan keperawatan pasien dengan

post appendiktomi oleh karena appendiksitis akut.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus dari laporan kasus ini adalah agar penulis mampu :

a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien WM dengan

Appendiksitis dan Post Appendiktomi hari ke-0.

b. Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada pasien WM

dengan Appendiksitis dan Post Appendiktomi hari ke-0.

c. Mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien WM dengan

Appendiksitis dan Post Appendiktomi hari ke-0.

d. Mampu melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana

keperawatan yang telah disusun pada pasien WM dengan

Appendiksitis dan Post Appendiktomi hari ke-0.

e. Melakukan evaluasi pada pasien WM dengan Appendiksitis dan Post

Appendiktomi hari ke-0.


5

C. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan laporan studi

kasus ini adalah metode deskriptif studi kasus dengan menggunakan tehnik

pengumpulan data melalui :

1. Wawancara

Wawancara merupakan suatu tehnik pengumpulan data denga cara

tanya jawab secara langsung dengan pasien/keluarga seperti

identitas, riwayat penyakit, kebutuhan biologis, sosial, spiritual

pasien sehari-hari dan kebutuhan saat ini.

2. Observasi

Teknik observasi dilakukan dengan pengumpulan data melalui

pengamatan langsung seperti ekspresi wajah.

3. Pengukuran dan Pemeriksaan fisik

Pengukuran dan pemeriksaan fisik merupakan cara untuk

memperolah data dengan melakukan pemeriksaan fisik melalui

inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.

4. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu cara memperoleh data melalui catatan medik

dan perawatan seperti pengobatan dan perawatan yang didapat.

5. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan pencarian data dengan cara

mempelajari buku-buku, majalah, dan dokumen skripsi yang ada

kaitannya dangan penulisan laporan kasus ini.


6

D. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan studi kasus ini terdiri dari empat Bab

yaitu Bab I Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang, tujuan

penulisan yang mencakup tujuan umum dan tujuan khusus, metode penulisan

dan sistematika penulisan. Pada Bab II adalah Tinjauan Teoritis dan Tinjauan

Kasus, pada tinjauan teoritis menguraikan tentang konsep dasar appendiksitis

yang meliputi pengertian, patofisiologis, pemeriksaan diagnostik dan

penatalaksanaan medis dan konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien

dengan appendiksitis (pre dan post) meliputi pengkajian, perencanaan,

pelaksanaan, evaluasi. Pada tinjauan kasus menguraikan tentang pengkajian,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dari kasus yang ditemukan di

lapangan. Bab III adalah Pembahasan, yang menguraikan tentang

kesenjangan-kesenjangan yang ditemukan antara teori dengan kenyataan yang

didapat di lapangan dari pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Bab IV merupakan Penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS

A. Tinjauan Teoritis

1. Konsep Dasar Appendiksitis

a. Pengertian

Appendiksitis adalah inflamasi apendiks vermiformis,

merupakan penyebab umum nyeri abdomen akut. Apendiksitis

merupakan alasan tersering untuk pembedahan abdomen darurat,

dialami oleh 10% dari seluruh populasi (McPheeet al, 2008).

Apendiksitis dapat terjadi pada semua usia, tetapi lebih sering

dialami oleh remaja dan dewasa muda dan sedikit lebih sering terjadi

pada pria disbanding wanita (Priscilla LeMone, Karen M. Burke, &

Gerene Bauldoff, 2016).

Appendiksitis adalah kasus gawat bedah abdomen yang

paling sering terjadi. Apendik disebut juga umbai cacing.

Apendiksitis adalah merupakan salah satu penyakit saluran

pencernaan yang paling umum ditemukan dan yang paling sering

memberikan keluhan abdomen yang akut (Swann Morton & England

B.S, 2013).

Apendiksitis proses obstruksi (hiperplasi limpo nodi

submukosa, fecolith, benda asing, tumor), kemudian diikuti proses

infeksi dan disusul oleh peradangan dari apendiks verniformis

7
8

(Nugroho, 2011).

Obstruksi lumen proksimal apendiks jelas terlihat pada

sebagian besar apendiks yang mengalami inflamasi akut. Obstruksi

sering kali disebabkan oleh fecalith, atau infeksi. Eksudat purulen

terbentuk, semakin mendistensi apendiks. Dalam 24-36 jam, terjadi

nekrosis jaringan dan ganggren, menyebabkan perforasi jika terapi

tidak dimulai. Perforasi menyebabkan peritonitis bacterial.

Klasifikasi menurut Wijaya & Putri,2013, appendiksitis dapat

dibedakan menjadi 4 yaitu :

1) Appendiksitis Akut

Keadaan ini terjadi apabila obstruksi menyebabkan mukus yang

diproduksi oleh mukosa mengalami bendungan yang dapat

meningkatkan tekanan intra lumen yang akan menghambat

aliran limfe sehingga terjadi edema.

2) Appendiksitis Supuratif Akut

Terjadi bila sekresi mukus terus berlanjut dan tekanan

meningkat yang menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah

dan bakteri akan menembus dinding sehingga peradangan yang

timbul meluas dan mengenai peritoneum.

3) Appendiksitis Ganggrenosa

Keadaan ini merupakan kelanjutan dari appendiksitis supuratif

yang mana aliran arteri terganggu sehingga terjadi infark pada

dinding appendiks yang diikuti dengan ganggren.


9

4) Appendiksitis Perforasi

Terjadi apabila dinding appendiks yang telah rapuh itu pecah.

b. Patofisiologi

1) Etiologi

Apendisitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri.

Berbagai hal berperan sebagai factor pencetusnya. Diantaranya

adalah obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi ini

biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras

(fekalit), hyperplasia jaringan limfoid, tumor apendiks,

striktur,benda asing dalam tubuh, dan cacing askaris dapat pula

menyebabkan terjadinya sumbatan. Namun, diantara penyebab

obstruksi lumen yang telah disebutkan diatas, fekalit dan

hyperplasia jaringan limfoid merupakan penyebab obstruksi

yang paling sering terjadi. Penyebab lain yang diduga

menimbulkan apendisitis adalah ulserasi mukosa apendiks oleh

parasit E. histolytica.

Penelitian epidemiologi menunjukkan peranan kebiasaan

mengonsumsi makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi

terhadap timbulnya penyakit apendisitis. Tinja yang keras dapat

menyebabkan terjadinya konstipasi. Kemudian konstipasi akan

menyebabkan meningkatnya tekanan intrasekal yang berakibat

timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya


10

pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semua ini akan

mempermudah timbulnya apendisitis (Koes Irianto, 2015).

2) Proses Terjadi

Apendiks adalah kantong yang berbentuk seperti slang

yang terikat pada sekum tepat dibawah katup ileosekal.

Appendiksitis biasanya disebabkan oleh obstruksi atau

penyumbatan lumen appendiks oleh hiperplasia folikel limfoid,

fekalit (massa keras dari feces), benda asing, striktur karena

fibrosis akibat peradangan sebelumnya atau neoplasma.

Penyebab lainnya dapat karena infeksi bakterial Escherichia coli

dan Streptococcus.

Obstruksi tersebut dapat menimbulkan inflamasi akut pada

kuadran kanan bawah dari rongga abdomen yang diawali

dengan mukus yang diproduksi oleh mukosa mengalami

bendungan, namun karena elastisitas dinding appendiks

mempunyai keterbatasan, sehingga dapat menekan dinding

appendiks. Tekanan ini mengakibatkan edema pada appendiks

sehingga appendiks meradang yang menimbulkan demam, nyeri

tekan pada perut kuadran kanan bawah (titik Mc Burney), nyeri

tekan dan lepas (tanda Rovsing dan tanda Blumberg), serta

adanya takikardi. Apabila kuman telah menyebar ke usus dapat

mengiritasi usus sehingga terjadi peningkatan produksi


11

sekretorik termasuk mukus. Iritasi oleh mikroba juga

mempengaruhi lapisan otot yang mengakibatkan penurunan

peristaltik usus dan dapat terjadi konstipasi. Penyebaran kuman

ke umbilikus juga dapat menimbulkan nyeri dan merangsang

pusat muntah yang menimbulkan rasa enek dan anoreksia.

Appendiks yang meradang harus segera dilakukan

pembedahan agar infeksi tidak menyebar, karena apabila tidak

segera ditanggulangi dapat menyebabkan komplikasi yakni

appendiksitis supuratif akut dimana sekresi mukus berlanjut,

tekanan terus meningkat, obstruksi vena, edema bertambah dan

bakteri dapat menembus dinding. Bila aliran arteri terganggu

akan terjadi infark pada dinding appendiks yang diikuti dengan

ganggren yang menimbulkan appendiksitis ganggrenosa, bila

dinding appendiks yang telah rapuh itu pecah akan terjadi

appendiksitis perforasi sampai akhirnya terjadi peritonitis

(Priscilla LeMone, Karen M. Burke, dan Gerene Bauldoff,

2016).

3) Manifestasi Klinis

Tanda awal : nyeri mulai di epigastrium/ region umbilikus

disertai mual dan anoreksia.

a) Nyeri pindah ke kanan bawah (yang akan menetap dan

diperberat bila berjalan atau batuk) dan menunjukkan tanda


12

rangsangan peritoneum local di titik Mc. Burney : nyeri

tekan, nyeri lepas, defans muskuler.

b) Nyeri rangsangan peritoneum tidak langsung.

c) Nyeri pada kuadran kanan bawah saat kuadran kiri bawah

ditekan (Rovsing Sign).

d) Nyeri kanan bawah bila tekanan disebelah kiri dilepas

(Blumberg).

e) Nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti nafas

dalam, berjalan, batuk, mengedan.

f) Nafsu makan menurun.

g) Demam yang tidak terlalu tinggi.

h) Biasanya terdapat konstipasi, tapi kadang-kadang terjadi

diare

Gejala-gejala permulaan pada apendisitis yaitu nyeri atau

perasaan tidak enak sekitar umbilikus diikuti oleh anoreksia,

nausea dan muntah, gejala ini umumnya berlangsung lebih dari

1 atau 2 hari. Dalam beberapa jam nyeri bergeser ke kuadran

kanan bawah dan mungkin terdapat nyeri tekan sekitar titik Mc.

Burney, kemudian dapat timbul spasme otot dan nyeri lepas.

Biasanya ditemukan demam ringan dan leukosit meningkat bila

rupture apendiks terjadi nyeri sering sekali hilang secara

dramatis untuk sementara (Swann Morton dan England B.S,

2013).
13

4) Komplikasi

Menurut (Swann Morton dan England B.S, 2013) yang paling

sering :

a) Perforasi

Insidens perforasi 10-32%, rata-rata 20%, paling sering

terjadi pada usia muda sekali atau terlalu tua, perforasi timbul

93% pada anak-anak dibawah 2 tahun antara 40-75% kasus

usia diatas 60 tahun ke atas. Perforasi jerang timbul dalam 12

jam pertama sejak awal sakit, tetapi insiden meningkat tajam

sesudah 24 jam. Perforasi terjadi 70% pada kasus dengan

peningkatan suhu 39,50C tampak toksik, nyeri tekan seluruh

perut dan leukositosis meningkat akibat perforasi dan

pembentukan abses.

b) Peritonitis

Adalah trombofebitis septic pada system vena porta ditandai

dengan panas tinggi 390C-400C menggigil dan ikterus

merupakan penyakit yang relative jarang.

(1) Tromboflebitis supuratif dari system portal, jarang terjadi

tetapi merupakan komplikasi yang letal.

(2) Abses subfrenikus dan fokal sepsis intraabdominal lain.

(3) Obstruksi intestinal juga dapat terjadi akibat

perlengketan.
14

c. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Wim de Jong (2004) dan Mansjoer (2000),

menyatakan bahwa dalam menegakkan diagnosa pada appendiksitis

dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang antara lain:

1) Pemeriksaan Laboratorium

a) Pemeriksaan Darah Lengkap

Menunjukkan peningkatan jumlah darah putih

(leukositosis ringan) 10.000 – 18.000/mm3 dengan

peningkatan jumlah netrofil. Disertai keluhan/gejala

apendiksitis lebih dari 4 jam mencurigakan perforasi

sehingga diduga bahwa tingginya leukositosis sebanding

dengan hebatnya peradangan.

b) Pemeriksaan Urine Lengkap

Pemeriksaan ini dilakukan untuk membedakan dengan

kelainan pada ginjal dan saluran kemih. Pada

appendiksitis biasanya ditemukan sedimen dapat normal

atau terdapat leukosit dan eritrosit lebih dari normal.

2) Pemeriksaan Radiologi

Pada pemeriksaan radiologi menunjukkan adanya pengerasan

material pada appendiks (fekalit) dan ileus terlokalisir.

Pemeriksaan radiologi akan sangat berguna pada kasus atipikal.

Pemeriksaan USG dilakukan bila telah terjadi infiltrat


15

appendikularis.

3) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik untuk menegakan diagnosa pada

appendiksitis:

a) Inspeksi, pada appendiksitis sering ditemukan abdominal

swelling sehingga pada inspeksi biasa terdapat distensi

perut.

b) Palpasi, kecurigaan menderita appendiksitis akan timbul

pada saat dokter melakukan palpasi perut.

c) Colok dubur, menentukan letak appendiks kemudian terasa

nyeri maka kemungkinan appendiks penderita terletak

didaerah pelvis.

d) Tanda Rovsing, dapat diketahui dengan mempalpasi kuadran

kanan bawah yang menyebabkan nyeri pada kuadran kiri

bawah.

e) Tanda Blumberg, dapat diketahui dengan mempalpasi

kuadran kiri bawah dan akan terasa nyeri pada kuadran

kanan bawah saat palpasi dilepas.

4) Uji Psoas

Uji Psoas dilaksanakan dengan rangsangan m. psoas lewat

hiperekstensi fleksi aktif. Bila appendiks yang meradang

menempel di m. psoas, tindakan tersebut akan menimbulkan

nyeri.
16

5) Uji Obturator

Uji Obturator digunakan untuk melihat apakah appendiks yang

meradang kontak dengan m. Obturator Internus yang merupakan

dinding panggul kecil. Dengan gerakan fleksi dan endorotasi

sendi panggul pada posisi terlentang pada appendiks akan

menimbulkan nyeri.

d. Penatalaksanaan Medis

Setelah ditegakkan diagnosa appendiksitis, maka indikasinya

adalah pembedahan/appendiktomi (Swann Morton dan England B.S,

2011) meliputi :

1) Sebelum Operasi / Pre Operasi

a) Observasi

Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan

gejala apendiksitis seringkali belum jelas, dalam keadaan

ini observasi ketat perlu dilakukan. Pasien diminta

melakukan tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidak

boleh diberikan bila dicurigai adanya apendiksitis

ataupun peritonitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan

rectal serta pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis)

diulang secara periodic, foto abdomen dan thorax tegak

dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya penyulit

lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan


17

dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah dalam 12

jam setelah timbulnya keluhan.

b) Antibiotik

Apendiksitis tanpa komplikasi biasanya tidak perlu

diberikan antibiotic, kecuali apendiksitis ganggrenosa

atau apendiksitis perporasi. Penundaan tindak bedah

sambil memberikan antibiotic dapat mengakibatkan

abses atau perporasi.

2) Operasi Appendiktomi (intra operasi)

a) Pengertian

Appendiktomi merupakan pembedahan untuk mengangkat

appendiks yang dilakukan sesegera mungkin untuk

menurunkan risiko perforasi. Apabila sudah terjadi perforasi

pada appendiks sebelumnya pasien diberi antibiotik

kombinasi yang aktif terhadap kuman sampai tidak terdapat

pus dan apabila keadaan umum pasien baik, baru dapat

dilakukan appendiktomi.
18

b) Indikasi

(1) Appendiksitis akut

(2) Appendiksitis supuratif akut

(3) Appendiksitis ganggrenosa

(4) Appendiksitis perforasi

c) Untuk mencapai appendiks ada tiga cara yang secara teknik

operatif mempunyai keuntungan dan kerugian :

(1) Insisi menurut Mc Burney (Grid Incision/ Muscle

Splitting Incision)

Sayatan dilakukan pada garis yang tegak lurus pada

garis yang menghubungkan spina iliaka superior (SIAS)

dengan umbilikus pada batas sepertiga lateral (titik Mc

Burney). Tehnik inilah yang paling sering dikerjakan

karena keuntungannya tidak terjadi benjolan, trauma

operasi minimum pada alat-alat tubuh dan

penyembuhan lebih cepat. Kerugiannya adalah lapangan

operasi terbatas, sulit diperluas dan waktu operasi lebih

lama.

(2) Insisi menurut Roux (Muscle Cutting Incision)

Lokasi dan arah sayatan sama dengan Mc Burney,

hanya sayatannya langsung menembus otot dinding

perut tanpa memperdulikan arah serabut sampai tampak

peritoneum. Keuntungannya lapangan operasi lebih


19

luas, mudah diperluas, sederhana dan mudah.

Kerugiannya adalah lebih banyak memotong saraf dan

pembuluh darah sehingga pendarahan lebih banyak,

masa istirahat pasca bedah lebih lama karena adanya

benjolan, nyeri lebih sering terjadi dan penyembuhan

lebih lama.

(3) Insisi Pararektal

Dilakukan sayatan pada garis batas m. rektus abdominis

dekstra secara vertikal dari kranial ke kaudal sepanjang

10 cm. Keuntungannya, teknik ini dapat dipakai pada

kasus-kasus appendiks yang belum pasti dan sayatan

mudah diperpanjang. Sedangkan kerugiannya, sayatan

ini tidak langsung mengarah ke appendiks/sekum,

memotong saraf dan pembuluh darah lebih banyak, dan

menutup luka operasi diperlukan jahitan penunjang.

3) Pasca operasi

Setelah dilakukan pembedahan, tanda-tanda vital perlu

diobservasi untuk mengetahui terjadinya syok akibat

perdarahan, hipertermi dan gangguan pernafasan. Baringkan

pasien dalam posisi semi fowler. Pasien dikatakan baik bila

dalam 12 jam tidak terjadi gangguan selama itu pasien

dipuasakan. Berikan minum mulai 15 ml/jam selama 4-5 jam

lalu tingkatkan menjadi 30 ml/jam, keesokan harinya diberikan


20

makanan saring dan hari berikutnya diberikan makanan lunak.

Satu hari pasca operasi, pasien dianjurkan duduk tegak ditempat

tidur selama 2x30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri

dan duduk diluar kamar dan lukanya dirawat setiap hari, hari

ketujuh jahitan dapat diangkat.

2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Appendiksitis

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang

meliputi pengumpulan data yang didapatkan berdasarkan teknik

wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik.

1) Pre op

Pengkajian pada pasien pre op didapatkan data.

Data subyektif : pasien mengeluh nyeri pada perut kuadran

kanan bawah, mengeluh mual dan muntah,

perasaan enek, nafsu makan menurun,

demam dan pasien mengatakan cemas

dengan keadaannya.

Data obyektif : pasien tampak meringis, terdapat nyeri tekan

atau nyeri lepas, demam, muntah, anoreksia,

takikardi, konstipasi dan pasien tampak

cemas, terdapat skibala pada perut kuadran

kiri bawah, adanya penurunan bising usus


21

dan distensi abdomen.

2) Post Op

Pengkajian pada pasien post op.

Data subyektif : pasien mengatakan nyeri pada area post

operasi, mengatakan mual dan muntah,

mengatakan tidak tahu tentang cara

perawatan post operasi.

Data obyektif : pasien tampak meringis, muntah, nadi

meningkat, terdapat luka post op pada perut

kuadran kanan bawah, luka masih basah,

pasien tampak berbaring di tempat tidur,

pasien tampak lemas, turgor kulit kurang

elastis, mukosa bibir kering, dan pasien

tampak lemah, pasien tampak bertanya-

tanya.

b. Diagnosa Keperawatan

Carpenito dan Doenges (2012) berpendapat bahwa data

yang terkumpul akan dikelompokkan dan dianalisa sehingga

ditemukan diagnosa keperawatan :

Pre Operasi

1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.

2) Nyeri akut berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh


22

inflamasi.

3) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan

metabolik sekunder terhadap proses inflamasi.

4) Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik usus

sekunder terhadap infeksi.

5) Ansietas berhubungan dengan perubahan aktual atau

persepsi perubahan dalam lingkungan sekunder akibat

hospitalisasi.

Post Operasi

Diagnosa keperawatan yang muncul meliputi :

1) Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan sisi masuknya

organisme sekunder terhadap pembedahan.

2) Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan

spasme otot sekunder terhadap pembedahan.

3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan

kebutuhan metabolik sekunder akibat operasi.

4) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan

berhubungan dengan pembatasan pasca operasi.

5) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang

informasi.
23

c. Perencanaan

Perencanaan tindakan keperawatan adalah salah satu tahap

dari proses keperawatan dimulai dari proses keperawatan dimulai

dari penentuan tujuan, penetapan standard an criteria serta

menentukan perencanaan untuk mengatasi masalah (Yohanes Dion

dan Yasinta Betan, 2013, hal : 65). Perencanaan ditulis sesuai

dengan prioritas diagnose berdasarkan berat ringannya masalah yang

mengancam jiwa pasien adalah sebagai berikut :

a) Pre Op

(1) Nyeri akut berhubungan dengan distensi jaringan usus

oleh inflamasi.

(2) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan

metabolik sekunder terhadap proses inflamasi.

(3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.

(4) Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik

usus sekunder terhadap infeksi.

(5) Ansietas berhubungan dengan perubahan aktual atau

persepsi perubahan dalam lingkungan sekunder akibat

hospitalisasi.

b) Post Op

(1) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan


24

berhubungan dengan pembatasan pasca operasi.

(2) Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan sisi

masuknya organisme sekunder terhadap pembedahan.

(3) Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan

spasme otot sekunder terhadap pembedahan.

(4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan

kebutuhan metabolik sekunder terhadap pembedahan

(5) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang

informasi.

1) Rencana Keperawatan

a) Pre Op

(1) Nyeri akut berhubungan dengan distensi jaringan usus

oleh inflamasi.

Tujuan : nyeri terkontrol dan berkurang.

Kriteria evaluasi : menyatakan nyeri hilang/terkontrol,

tampak rileks, mampu tidur atau

istirahat dengan tenang, skala nyeri

1 dari 0-10 skala yang diberikan,

nadi : 60-80x/menit.

Intervensi :

(a) Beri lingkungan yang tenang.


25

Rasional : menurunkan reaksi terhadap stimulasi

dari luar.

(b) Beri posisi semi fowler.

Rasional : menghilangkan ketegangan abdomen

yang bertambah dengan posisi

terlentang.

(c) Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi.

Rasional : memfokuskan kembali perhatian pasien,

meningkatkan relaksasi dan dapat

meningkatkan keterampilan koping.

(d) Observasi vital sign tiap 6 jam.

Rasional : nadi dan tekanan darah yang meningkat

menunjukkan adanya rasa nyeri.

(e) Kaji dan catat lokasi, karakteristik, dan skala (0-10).

Rasional : berguna dalam pengawasan keefektifan

obat, kemajuan penyembuhan,

perubahan pada karakteristik nyeri akan

menunjukkan terjadinya peritonitis.

(f) Kolaborasi dalam pemberian analgetik.

Rasional : analgetik dibutuhkan untuk

menghilangkan rasa nyeri.

(2) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan

kebutuhan metabolik sekunder terhadap proses


26

inflamasi.

Tujuan : suhu tubuh dalam batas normal (36oC-37oC).

Kriteria evaluasi : menunjukan suhu dalam batas

normal.

Intervensi :

(a) Pantau suhu tubuh pasien.

Rasional : suhu 38,9oC - 41,1°C menunjukkan

proses penyakit infeksi akut.

(b) Beri kompres air hangat.

Rasional : dapat membantu mengurangi demam.

(c) Anjurkan banyak minum air putih.

Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan

penguapan tubuh meningkat sehingga

perlu diimbangi dengan asupan cairan

yang banyak.

(d) Beri pendidikan kesehatan tentang penyebab

demam atau peningkatan suhu tubuh

Rasional : Penjelasan tentang kondisi yang dialami

pasien dapat membantu pasien atau

keluarga mengurangi kecemasan yang

timbul.

(e) Kolaborasi dalam pemberian antipiretik.

Rasional : antipiretik yang bekerja dalam tubuh


27

menuju pusat panas tubuh

(hipotalamus) sehingga menurunkan

suhu tubuh).

(3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia, mual, dan muntah.

Tujuan : nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan

tubuh.

Kriteria evaluasi : meningkatnya pemasukan makanan

per oral, keluhan mual, muntah

hilang dan nafsu makan meningkat,

makan habis 1 porsi tiap kali makan.

Intervensi :

(a) Kaji faktor penyebab timbulnya penurunan nafsu

makan.

Rasional : mengidentifikasi kekurangan/ kebutuhan

untuk membantu memilih intervensi

yang tepat.

(b) Anjurkan untuk memelihara kebersihan mulut

dengan baik.

Rasional : mulut yang bersih dapat meningkatkan

rasa makanan.

(c) Timbang berat badan tiap hari.

Rasional : memberi informasi tentang kebutuhan


28

diet.

(d) Sarankan makan makanan dalam porsi kecil tapi

sering dan hidangkan dalam keadaan hangat

Rasional : dilatasi gaster dapat terjadi bila

pemberian makan terlalu cepat.

(e) Kolaborasi dalam pemberian obat antiemetik.

Rasional : untuk mengurangi rasa mual.

(4) Konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik

usus sekunder terhadap infeksi.

Tujuan : konstipasi tidak terjadi.

Kriteria evaluasi : konsistensi feces lembek warna

kekuningan, distensi abdomen

tidak ada, skibala tidak ada, bising

usus 3-12 x/menit.

lntervensi :

(a) Auskultasi usus.

Rasional : bunyi usus secara umum menurun pada

konstipasi.

(b) Anjurkan untuk minum sedikitnya 2 liter (8-10

gelas / + 1600cc – 2000cc) sehari.

Rasional : cairan adalah faktor penting dalam

menentukan konsistensi feces.

(c) Observasi adanya distensi abdomen.


29

Rasional : mungkin berhubungan dengan distensi

gas.

(d) Anjurkan untuk makan makanan tinggi serat seperti

buah dan sayur.

Rasional : meningkatkan konsistensi feces dan

pengeluaran feces.

(5) Ansietas berhubungan dengan perubahan aktual atau

persepsi perubahan dalam linkungan sekunder akibat

hospitalisasi.

Tujuan : ansietas teratasi.

Kriteria evaluasi : menggunakan mekanisme koping

yang efektif dalam mengatasi

ansietasnya, pasien tidak cemas.

Intervensi :

(a) Kaji tingkat ansietas, catat respon verbal dan non

verbal.

Rasional : ketakutan dapat terjadi karena nyeri

hebat, meningkatnya perasaan sakit,

tidak tahu tentang penyakit dan

keadaannya.

(b) Beri informasi tentang penyakitnya.

Rasional : meningkatkan pemahaman, mengurangi


30

rasa takut karena ketidaktahuan dan

dapat membantu menurunkan ansietas.

(c) Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi

pikiran dan perasaan takutnya.

Rasional : mengungkapkan rasa takut secara

terbuka dimana rasa takut dapat

ditujukan.

(d) Libatkan keluarga atau pasien dalam membuat

keputusan sebanyak mungkin.

Rasional : meningkatkan perasaan kontrol terhadap

diri dan meningkatkan kemandirian.

b) Post Op

(1) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan

berhubungan dengan pembatasan pasca operasi.

Tujuan : kekurangan volume cairan tidak terjadi.

Kriteria evaluasi : mempertahankan keseimbangan

cairan dibuktikan oleh membran

mukosa yang lembab, turgor kulit

elastis, tanda-tanda vital normal (

TD=110/70-120/80 mmHg), Intake

dan output seimbang.


31

Intervensi :

(a) Observasi tekanan darah dan nadi setiap 6 jam.

Rasional : tanda-tanda vital dapat membantu untuk

mengidentifikasi fluktuasi volume

intravaskuler.

(b) Observasi membran mukosa, turgor kulit.

Rasional : indikator keadekuatan sirkulasi perifer

dan hidrasi seluler.

(c) Atur atau observasi tetesan infus.

Rasional : menjaga keseimbangan masukan cairan.

(d) Pantau masukan dan haluaran catat warna, karakter

urine.

Rasional : memberikan informasi tentang

keadekuatan volumen cairan.

(e) Pantau keseimbangan cairan ( intake dan output)

setiap 24 jam.

Rasional : memberikan informasi asupan cairan

pasien dan keadekuatan cairan.

(f) Delegatif dalam pamberian cairan cairan parenteral.

Rasional : cairan parenteral dapat membantu

dalam pemenuhan cairan.

(2) Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan sisi

masuknya organisme sekunder terhadap pembedahan.


32

Tujuan : infeksi tidak terjadi.

Kriteria evaluasi : meningkatkan penyembuhan luka

dengan benar, dan tanda-tanda

infeksi tidak ada (rubor, dolor,

tumor, kalor, fungsiolaesa), suhu

36-37oc, WBC dalam batas normal

(4,6 – 10,2 K/ul).

Intervensi :

(a) Observasi tanda-tanda vital dan tanda-tanda infeksi

(rubor, dolor, tumor ,kalor, dan functiolaesa).

Rasional : dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis,

abses, dan peritonitis.

(b) Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.

Rasional : untuk menurunkan risiko penyebaran

bakteri.

(c) Observasi balutan luka setiap hari.

Rasional : memberikan deteksi dini terjadinya

proses infeksi, pengawasan

penyembuhan peritonitis yang telah ada

sebelumnya.

(d) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik.

Rasional : menurunkan jumlah organisme atau

untuk menurunkan penyebaran dan


33

pertumbuhannya pada rongga

abdomen.

(e) Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium

terutama WBC.

Rasional : dengan mengobservasi WBC dapat

mengetahui tanda-tanda infeksi,

seperti: kalor, rubor, dolor, tumor, dan

fungsiolaesa.

(3) Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan

spasme otot sekunder terhadap pembedahan.

Tujuan : nyeri terkontrol dan berkurang.

Kriteria evaluasi : melaporkan nyeri hilang atau

terkontrol, tampak rileks, mampu

tidur/istirahat dengan tepat skala

nyeri 1 dari 0-10 skala yang

diberikan, nadi : 60-80 x/ menit.

Intervensi :

(a) Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya

(skala 0-10).

Rasional : berguna dalam pengawasan keefektifan

obat, kemajuan penyembuhan.

(b) Beri posisi semi fowler.


34

Rasional : gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi

dalam abdomen bawah atau pelvis,

menghilangkan tegangan abdomen yang

bertambah dengan posisi terlentang.

(c) Berikan lingkungan yang tenang (batasi

pengunjung).

Rasional : menurunkan reaksi terhadap stimulasi

dari luar.

(d) Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.

Rasional : memfokuskan perhatian pasien kembali,

meningkatkan relaksasi dan dapat

meningkatkan kemampuan koping.

(e) Kolaborasi dalam pemberian analgetik.

Rasional : untuk menghilangkan nyeri atau

mempermudah kerja sama dengan

intervensi terapi lain.

(f) Observasi vital sign tiap 6 jam (nadi dan tekanan

darah).

Rasional : peningkatan nadi, tekanan darah

menunjukkan peningkatan rasa nyeri.

(4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan

kebutuhan metabolik sekunder terhadap pembedahan.

Tujuan : pasien dapat beraktivitas sesuai kemampuan.


35

Kriteria evaluasi : mengidentifikasi faktor-faktor yang

menurunkan toleransi aktivitas,

memperlihatkan adanya kemajuan

(khususnya tingkat yang telah tinggi

dari mobilisasi yang mungkin).

Intervensi :

(a) Monitor keterbatasan aktivitas kelemahan saat

beraktivitas.

Rasional : dengan mengetahui keterbatasan

aktivitas pasien dapat direncanakan

tindakan yang tepat.

(b) Bantu pasien dalam melakukan gerak ( ROM aktif

dan ROM pasif).

Rasional : agar pasien termotivasi melakukan gerak

dan aktivitas.

(c) Motivasi pasien agar mau melakukan mobilisasi

bertahap sedini mungkin.

Rasional : mempercepat kemandirian dan proses

penyembuhan pasien.

(d) Anjurkan pasien melakukan perawatan diri secara

bertahap.

Rasional : agar pasien dapat memenuhi ADLnya

secara mandiri.
36

(5) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang

informasi.

Tujuan : pengetahuan pasien bertambah.

Kriteria evaluasi : menyatakan pemahaman proses

penyakit, prognosis pengobatan

dan potensial komplikasi,

berpartisipasi dalam program

pengobatan.

Intervensi :

(a) Kaji ulang tingkat pengetahuan pasien.

Rasional : membantu dalam memudahkan memberi

penjelasan.

(b) Anjurkan beraktivitas sesuai toleransi.

Rasional : mencegah kelemahan, meningkatkan

penyembuhan dan mempermudah

kembali ke aktivitas normal.

(c) Beri HE tentang penyakit dan perawatan seteleh

operasi.

Rasional : diharapkan pasien mengetahui dan

paham tentang penyakit serta cara

perawatan setelah operasi.


37

d. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan melaksanakan tindakan keperawatan

yang sudah ditentukan sebelumnya. Dalam melaksanakan tindakan

keperawatan seperti ini, perawat seharusnya tidak boleh bekerja

sendiri dan melibatkan keluarga serta disiplin ilmu lain (Yohanes

Dion Yasinta Betan, 2013, hal : 68).

e. Evaluasi

Menurut Yohanes Dion dan Yasinta Betan, 2013, hal : 80

evaluasi bertujuan untuk melihat kemampuan keluarga dalam

mencapai tujuan. Terdapat dua jenis evaluasi dalam melaksanakan

asuhan keperawatan yaitu :

1) Evaluasi Formatif

Evaluasi yang dilakukan sesaat setelah pelaksanaan tindakan

keperawatan. Penulisannya lebih dikenal dengan menggunakan

format SOAP.

2) Evaluasi Sumatif

Evaluasi akhir apabila waktu perawatan sudah sesuai dengan

perencanaan. Bila terdapat ketidaksesuaian dalam hasil yang

dicapai, keseluruhan proses mulai dari pengkajian sampai

dengan tindakan perlu ditinjau kembali.

Evaluasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tujuan

yang telah disusun sebelumnya, yaitu :


38

(1) Pre Op

(a) Nyeri terkontrol dan hilang

(b) Suhu tubuh dalam batas normal (36oC-37oC)

(c) Nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh

(d) Konstipasi tidak terjadi

(e) Ansietas teratasi

(2) Post Op

(a) Kekurangan volume cairan tidak terjadi

(b) Infeksi tidak terjadi

(c) Nyeri terkontrol atau berkurang

(d) Pasien dapat beraktivitas sesuai kemampuan

(e) Pengetahuan pasien bertambah


Bagan 1

WOC Appendiksitis Post Appendiktomi


Etiologi
(infeksi bakterial, fekalit, tumor, benda asing)

Obstruksi

Mukus terbendung

Menekan dinding appendiks

Aliran limfe terganggu

Edema Komplikasi :
 - Appendiksitis supuratif akut
Appendiks meradang - Appendiksitis gangrenosa
- Appendiksitis perforasi
- Peritonitis
Pre Op Post Op

Demam - Nyeri tekan pada Infeksi menyebar ke usus Defisit Kuman menyebar - Mual - Nyeri pada Terdapat luka Pasien Pasien
 ke umbilikus - Muntah area luka post
perut kuadran kanan Iritasi usus pengetahuan  - Turgor kulit op post op pada tampak tampak
bawah (titik Mc.  Rangsangan nyeri kurang elastis - Nadi perut kuadran lemas bertanya-
Hipertermia Burney) Peningkatan produksi  - Mukosa bibir meningkat kanan bawah tanya
- Nyeri tekan dan nyeri mukus dan sekretonik - Merangsang pusat kering
 Ansietas muntah
lepas (tanda rovsing Penurunan peristaltik usus - Anoreksia
dan tanda Blumberg)  - Perasaan enek Nyeri akut
- Takikardia - Penurunan bising usus Risiko tinggi Intoleransi Kurang
Risiko tinggi
- Terdapat skibala pada terhadap aktivitas pengetahuan
perut kuadran kiri bawah terhadap
infeksi
- Terdapat distensi Perubahan nutrisi kekurangan
Nyeri akut abdomen volume cairan
kurang dari
kebutuhan tubuh

Konstipasi
39
Sumber : (Brunner and Suddarth, 2013 ; Mansjoer & Doengoes ; 2012).
40

Keterangan :

: Menimbulkan Masalah Keperawatan

: Patofisiologi

: Masalah keperawatan
41

B. Tinjauan Kasus

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada hari Senin tanggal 25 April 2016

pukul 21.20 wita di Ruang A RSUD Klungkung dengan teknik observasi,

wawancara, pemeriksaan fisik dan catatan medis pasien.

a. Pengumpulan Data

1) Identitas Pasien Penanggung (ibu)

Nama : WM BD

Umur : 59 th 42 th

Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

Status : Menikah Menikah

Pendidikan : SD SD

Pekerjaan : Petani Swasta

Agama : Hindu Hindu

Suku / bangsa : Bali / Indonesia Bali / Indonesia

Alamat : Br.Tusan , Tangkas Br.Tusan , Tangkas

Klungkung Klungkung

No. CM : 178608

Tgl. MRS : 25 April 2016

2) Alasan Dirawat

a) Keluhan Utama

(1) Saat Masuk Rumah Sakit

Pasien mengeluh nyeri pada perut bagian kanan bawah.


42

(2) Saat Pengkajian

Pre Op (tanggal 25 April 2016 pukul 21.40 wita) :

Pasien mengeluh nyeri pada perut bagian kanan bawah.

Post Op (tanggal 26 April 2016 pukul 20.20 wita) :

Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi diperut

bagian kanan bawah.

b) Riwayat Penyakit

(1) Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengatakan sakit perut sejak tanggal 20

April 2016. Saat itu, sakit yang dirasakannya masih bisa

dikontrol. Lima hari kemudian (25 April 2016) pasien

kembali merasakan sakit perut hilang timbul pada perut di

bagian kanan bawah, pasien juga mengeluh mual dan

sempat muntah satu kali. Nyeri yang dirasakan semakin

bertambah. Akhirnya pasien diajak ke RSUD Klungkung

dan diterima di UGD pukul 20.40 WITA. Setelah

dilakukan pemerikasaan laboratorium (DL+UL) pasien

didiagnosa appendik akut dan disarankan menjalani

operasi. Di UGD dilakukan pemeriksaan berupa

pengukuran TTV dan didapat hasil N=84kali/menit,

S=36,6ºC, TD=120/70mmHg, dan R=18kali/menit.

Keluarga pasien akhirnya menyetujui untuk

dilakukan operasi. Setelah pasien dan keluarga


43

menyetujui informed consent, kemudian dilakukan

persiapan operasi seperti: pemasangan infus IVFD RL20

tetes/menit di tangan kiri. Pasien juga mendapat terapi

cefotaxim 3x1gram dan dilakukan skint test sebelum

diberikan melalui IV perset, pantoprazole 1 vial. Pasien

dibawa ke ruang A untuk di opname, mendapatkan

perawatan lebih lanjut dan diterima di ruang A pada

pukul 21.30 WITA.

Diagnosa Medis : Appendiktomi

Therapi pre operasi pada tanggal 25 April 2016

IVFD RL 20 tetes/menit (makro)

Cefotaxime 3 x 1gram (IV perset)

Pantoprazole 1(vial) = 40 mg

(IVperset)

Pada tanggal 26 April 2016 pukul 13.00 wita pasien

diantar ke ruang OK RSUD Klungkung untuk

dilakukan pembedahan pada saat itu pasien

menggunakan pakaian khusus berupa topi dan baju

operasi selain itu pasien juga terpasang IVFD RL 20

tetes/menit. Operasi berlangsung + 30 menit dimulai

pukul 13.45 wita sampai pukul 14.15 wita. Jenis

operasi appendiktomi. Jenis anastesi RA (regional

anastesi), dengan tehnik BSA (Block spinal anastesi).


44

Insisi dilakukan pada area kuadran kanan bawah

sepanjang + 10 cm. Appendiks diangkat kemudian

dijahit (6 jahitan) lapis demi lapis. Luka yang masih

basah ditutup dengan supratul, gaas steril dan hypapik.

Dari hasil observasi didapatkan tanda-tanda vital

pasien, Tekanan darah : 120/70 mmHg, Nadi :

84x/menit, Suhu : 36,6oC dan Respirasi : 18x/menit.

Pasien kemudian dibawa ke ruang observasi (Recovery

Room) selama 30 menit. Setelah keadaan pasien

membaik, pasien dipindahkan ke Ruang A (bedah),

pasien diberikan posisi seperti huruf V (kaki dan kepala

disangga bantal). Pasien mengatakan setelah operasi

dipuasakan selama + 8 jam.

Therapi post operasi pada tanggal 26 April 2016

IVFD RL 20 tetes/menit (makro)

Cefotaxime 3 x 1gram (IV perset)

Ranitidine 2 x 25 mg (IV perset)

Ketorolac 3 x 30 mg (IV perset)


45

(2) Riwayat Penyakit Sebelumnya

Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit

sebelumnya, pasien baru pertama kalinya diopname.

(3) Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang

pernah menderita penyakit seperti yang dialami pasien

saat ini. Keluarga juga mengatakan dalam keluarganya

tidak ada yang mempunyai penyakit keturunan seperti

DM dan hepatits.

3) Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual

a) Data Biologis

(1) Bernafas

Pre Op : Sebelum sakit, saat sakit pasien mengatakan

tidak mengalami gangguan dalam bernapas

baik saat menarik maupun menghembuskan

nafas.

Post Op : Saat pengkajian pasien mengatakan tidak

mengalami gangguan dalam bernapas baik

saat menarik maupun menghembuskan nafas.


46

(2) Makan dan Minum

(a) Makan

Pre Op : Sebelum sakit pasien mengatakan biasa

makan 3 kali sehari dengan menu nasi,

lauk pauk, sayur dan terkadang disertai

buah. Saat pengkajian pasien dipuasakan

dari pukul 21.00 wita – 20.15 wita karena

akan menjalani operasi.

Post Op : Saat pengkajian pasien mengatakan

diperbolehkan makan 6 jam setelah

operasi yaitu pukul 20.15 wita.

(b) Minum

Pre Op : Sebelum sakit dan saat sakit pasien

mengatakan biasa minum 6 - 8 gelas per

hari (± 1200cc- 1600cc). Saat pengkajian

pukul 21.00 wita pasien mengatakan

dipuasakan untuk menjalani operasi dari

pukul 21.00 wita – 20.15 wita karena

akan menjalani operasi.

Post Op : Saat pengkajian pada pukul 15.20 wita

pasien mengatakan diperbolehkan

minum 6 jam setelah operasi yaitu pukul

20.15 wita. Saat pengkajian pukul 21.20


47

wita pasien mengatakan sudah tidak

puasa lagi dan pasien sudah minum ±

200cc.

(3) Eliminasi

(a) Buang Air Besar (BAB)

Pre Op : Sebelum sakit pasien mengatakan biasa BAB

1 kali sehari dengan konsistensi lembek,

warna kuning kecokelatan dan bau khas

feses. Saat sakit pasien mengatakan biasa

BAB 1 kali sehari dengan konsistensi

lembek, kadang agak keras, warna kuning

kecokelatan, dan bau khas feses. Saat

pengkajian pasien tidak ada gangguan BAB,

pasien mengatakan sudah BAB tadi pagi

dengan konstipasi lembek, warna kuning dan

bau khas feses.

Post Op : Saat pengkajian pasien mengatakan belum

BAB dari pukul 15.20 wita. Pasien

mengatakan belum dapat BAB dan flatus.

Saat pengkajian pukul 20.20 wita pasien

mengatakan sudah flatus.


48

(b) Buang Air Kecil (BAK)

Pre Op : Sebelum sakit dan saat sakit pasien

mengatakan BAK ± 5 - 6 kali per hari (±

1000 - 1200cc) dengan warna kuning jernih

dan bau pesing.

Post Op : Saat pengkajian pasien mengatakan sudah

BAK 1 kali ( ± 200 cc) dengan warna

kuning dan bau pesing.

(4) Istirahat Tidur

Pre Op : Sebelum sakit, pasien mengatakan tidak pernah

mengalami gangguan dalam istirahat dan tidur.

Pasien biasa tidur malam pada pukul 22.00 wita

dan bangun pukul 05.30 wita. Saat sakit pasien

mengatakan sering terjaga pada malam hari

tetapi pasien bisa tidur lagi. Pada saat

pengkajian pasien mengatakan tidak tidur siang

karena tidak terbiasa tidur siang.

Post Op : Saat pengkajian pukul 20.20 wita pasien

mengatakan sering terjaga karena nyeri pada

luka bekas operasinya.

(5) Gerak dan Aktivitas

Pre Op : Sebelum sakit pasien mengatakan biasa

melakukan aktivitasnya sehari-hari sebagai


49

petani yang harus dikerjakan sendiri. Saat sakit

pasien mengatakan tidak leluasa dalam

melakukan aktivitas karena merasakan sakit

pada perut kanan bawah.

Post Op : Saat pengkajian pasien mengatakan sulit

bergerak karena lemas sejak selesai

operasi.Pasien tampak berbaring di tempat

tidur, dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari

seperti makan dan minum dibantu oleh

keluarga dan perawat.

(6) Kebersihan Diri

Pre Op : Sebelum sakit pasien mengatakan biasa mandi 2

kali sehari setiap pagi dan sore hari. Gosok gigi

2 kali sehari, keramas 3 kali seminggu, dan

ganti pakaian setiap hari. Saat sakit pasien

menagatakan hanya dilap saja 2 kali sehari

sehari setiap pagi dan sore hari, gosok gigi 2

kali sehari, keramas 2 kali seminggu, dan

mengganti pakian setiap hari.

Post Op : Saat pengkajian pasien mengatakan dilap saja

tadi pagi oleh istrinya sehingga pasien tampak

bersih.
50

(7) Pengaturan Suhu Tubuh

Pre Op : Sebelum sakit pasien mengatakan tidak pernah

mengalami peningkatan suhu tubuh. Saat sakit

pasien mengatakan tidak pernah mengalami

peningkatan suhu tubuh, S : 36,60C.

Post Op : Saat pengkajian pasien mengatakan tidak

mengalami peningkatan suhu tubuh S : 36,20C.

b) Data Psikologis

(1) Rasa Nyaman

Pre Op : Sebelum sakit pasien mengatakan tidak pernah

mengalami gangguan dalam rasa nyaman. Saat

sakit pasien mengeluh nyeri pada perut kanan

bawah. Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk,

bertambah ketika pasien berjalan. Skala nyeri

yang dirasakan 5 dari 0-10 skala nyeri yang

diberikan. Pasien tampak meringis, pasien

tampak memegang bagian yang sakit, nadi : 84

x/menit, terdapat nyeri tekan pada perut bagian

bawah.

Post Op : Saat pengkajian pasien mengeluh nyeri pada

luka post operasinya. Nyeri dirasakan seperti

di iris-iris dan nyeri dirasakan bertambah


51

apabila pasien bergerak. Skala nyeri yang

dirasakan pasien 6 dari 0-10 skala nyeri yang

diberikan. Pasien tampak meringis bila

menggerakan badannya.

(2) Rasa Aman

Pre Op : Saat pengkajian pasien mengatakan khawatir

dengan keadaannya, pasien mengatakan baru

pertama kali menjalani operasi. Pasien tampak

gelisah, nadi : 84 x/menit.

Post Op : Saat pengkajian pasien mengatakan merasa

lebih aman setelah dilakukan operasi dan pasien

berharap segera sembuh. Pasien tampak tenang

karena percaya sepenuhnya dengan dokter dan

perawat karena pasti melakukan yang terbaik

buat dirinya.

c) Data Sosial

Sebelum sakit, saat sakit dan saat pengkajian pasien

mengatakan hubungan dengan keluarga, perawat dan

lingkungan sekitarnya baik. Pasien kooperatif dalam

memberikan informasi data dan kooperatif dalam menerima

setiap tindakan yang diberikan.


52

d) Bermain dan Rekreasi

Sebelum sakit pasien mengatakan suka bepergian dengan

keluarganya untuk mengisi waktu liburan. Saat sakit dan saat

pengkajian pasien hanya berbaring di tempat tidur.

e) Prestasi

Pasien mengatakan tidak memiliki prestasi yang dapat

dibanggakan.

f) Data Pengetahuan

Pasien mengatakan sudah tahu tentang penyakitnya. Pasien

mengatakan mendapatkan sedikit informasi dari temannya,

tetapi pasien mengatakan masih kurang mengerti tentang

penyakit penyebab prognosis dan pengobatannya.

g) Data Spiritual

Pasien mengatakan beragama hindu. Sebelum sakit pasien

mengatakan biasa sembahyang setiap hari ditempat

ibadahnya. Selama sakit dan saat pengkajian pasien

mengatakan hanya berdoa di tempat tidur saja.

4) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan Umum Pasien

Kesadaran : Compos mentis (CM)

Bangun tubuh : Sedang

Postur tubuh : Tegak


53

Keadaan kulit : Turgor kulit elastis, sianosis tidak ada,

kebersihan cukup

b) Gejala Kardinal

Pre Operasi

Tekanan Darah : 120/70 mmHg

Nadi : 84 x/menit

Respirasi : 18 x/menit

Suhu : 36,6oC

Post Operasi

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 82 x/menit

Respirasi : 20 x/menit

Suhu : 36,20C

c) Ukuran-ukuran Lain

BB sebelum sakit : 76 kg

BB saat pengkajian : 76 kg

TB sebelum sakit : 172 cm

TB saat pengkajian : 172 cm

d) Keadaan Fisik

(1) Kepala

Pre operasi dan post operasi

(a) Inspeksi : Dolichephali, warna rambut hitam,

penyebaran rambut merata, benjolan


54

tidak ada, luka tidak ada, ketombe

tidak ada, kebersihan rambut cukup.

(b) Palpasi : Nyeri tekan tidak ada.

(2) Wajah

Pre operasi dan post operasi

(a) Inspeksi : Bentuk simetris, lesi tidak ada, benjolan

tidak ada.

(b) Palpasi : Nyeri tekan tidak ada.

(3) Mata

Pre operasi dan post operasi

(a) Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada lesi, sklera

putih, konjungtiva merah muda,

pergerakan mata terkoordinir, reaksi

pupil isokor, pasien mampu melihat ke

segala arah.

(b) Palpasi : Nyeri tekan tidak ada.

(4) Hidung

Pre operasi dan post operasi

(a) Inspeksi : Bentuk simetris, sekret tidak ada, lesi

tidak ada, nafas cuping hidung tidak

ada, tidak ada pembengkakan.

(b) Palpasi : Nyeri tekan tidak ada.


55

(5) Telinga

Pre operasi dan post operasi

(a) Inspeksi : Bentuk simetris, lesi tidak ada,

serumen tidak ada.

(b) Palpasi : Nyeri tekan tidak ada.

(c) Lainnya : Pendengaran baik.

(6) Mulut

Pre operasi dan post operasi

(a) Inspeksi : Mukosa bibir lembab, gigi lengkap,

karies tidak ada, lidah bersih,

pembesaran tonsil tidak ada,

kebersihan cukup.

(b) Palpasi : Nyeri tekan tidak ada.

(7) Leher

Pre operasi dan post operasi

(a) Inspeksi : Bentuk leher simetris, pembesaran

kelenjar tiroid tidak ada, bendungan

vena jugularis tidak ada, lesi tidak

ada.

(b) Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, pembesaran

kelenjar limfe tidak ada.

(8) Thorax

Pre operasi dan post operasi


56

(a) Paru

Inspeksi : Bentuk simetris, pergerakan dada

simetris, retraksi otot dada tidak ada.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, taktil fremitus

simetris diseluruh lapang paru.

Perkusi : Suara paru sonor.

Auskultasi : Suara nafas vesikuler, wheezing dan

ronchi tidak ada di kedua lapang paru.

(b) Jantung

Inspeksi : Tampak ictus cordis pada ICS 5 linea

midklavikula.

Palpasi : Lokasi point maximal implus terletak

pada ruang sela iga (RSI) V arah

medial dari garis midklavikula (medial

dari apek jantung).

Perkusi : Suara jantung dullnes, pada atas

jantung di ICS II mid sternum, batas

bawah jantung di ICS V, batas kiri

jantung ICS V midklavikula sinistra

dan batas kanan di ICS V midsternum

dextra.
57

Auskultasi : Suara S1S2 tunggal reguler, tidak

terdengar suara jantung murmur dan

gallop.

(9) Abdomen

Pre Operasi

Inspeksi : Bentuk simetris, lesi tidak ada, asites tidak

ada, distensi abdomen tidak ada.

Auskultasi : Bising usus 6 x/menit.

Perkusi : Terdengar suara tympani pada sebagian

besar region perut dan dullnes diatas

permukaan hati.

Palpasi : Teraba nyeri tekan pada inguinal kanan

terutama pada saat berdiri, tidak ada

pembesaran hati, asites tidak ada

Post Operasi

Inspeksi : Bentuk simetris, terdapat luka post operasi

pada perut kanan bagian bawah, dengan

ditutupi gaas steril dan plester, panjang luka

± 10 cm dengan jumlah jahitan 6, kondisi

balutan luka bersih dan kering, disekitar

luka tidak ada bengkak dan kemerahan,

distensi abdomen tidak ada.


58

Auskultasi : Bising usus 7x/menit.

Perkusi : Terdengar suara tympani pada sebagian

besar region perut dan dullnes diatas

permukaaan hati.

Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada area luka operasi,

asites tidak ada.

(10) Ekstremitas

Pre Operasi

Atas : Pergerakan terkoordinir capilary refile < 3

detik, pada tangan kanan pasien terpasang

IVFD 20 tetes/menit, odema tidak ada,

nyeri tekan tidak ada, cyanosis tidak ada.

Bawah : Pergerakan terkoordinir, lesi tidak ada,

odema tidak ada.

Kekuatan otot :

555 555
555 555

Post Operasi

Atas : Pergerakan terkoordinir capilary refile < 3

detik, pada tangan kanan pasien terpasang

IVFD 20 tetes/menit, odema tidak ada,

nyeri tekan tidak ada, cyanosis tidak ada.

Bawah : Pergerakan terkoordinir, lesi tidak ada,

odema tidak ada.


59

Kekuatan otot :

555 555
555 555

(11) Genetalia saat pre operasi dan post operasi

Tidak dapat diobservasi

(12) Anus saat pre operasi dan post operasi

Tidak dapat diobservasi

5) Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan darah lengkap pre operasi pada tanggal 25 April

2016.

Parameter Hasil Satuan Nilai normal

WBC 13.91* [10^3/uL] 4.60 – 10.2

NEUT 11.75* [10^3/uL] 2.00 – 6.00

LYMPH 1.27 [10^3/uL] 0.60 – 5.20

MONO 0.80* [10^3/uL] 0.10 – 0.60

EO 0.07 [10^3/uL] 0.00 – 0.40

BASO 0.02 [10^3/uL] 0.00 – 0.10

NEUT% 84.5* [%] 40.0 – 70.0

LYMPH% 9.1- [%] 20.0 – 40.0

MONO% 5.8 [%] 1.70 – 9.30

EO% 0.5 [%] 0.00 – 6.00

BASO% 0.1 [%] 0.00 – 1.00

RBC 4.25 [10^6/uL] 3.80 – 6.50


60

HGB 12.8 [g/dL] 11.5 – 18.0

HCT 34.3- [%] 37.0 – 54.0

MCV 80.7 [fL] 80.0 – 100

MCH 30.1 [pg] 27.0 – 32.0

MCHC 37.3* [g/dL] 31.0 – 36.0

RDW-SD 39.7 [fL] 37.0 – 54.0

RDW-CV 14.0 [%] 11.5 – 14.5

PLT 308 [10^3/uL] 150 – 400

PDW 8.9- [fL] 15.5 – 17.1

MPV 8.2 [fL] 7.80 – 11.0

P-LCR 13.0 [%] 13.0 – 43.0

PCT 0.25 [%] 0.19 – 0.36

b) Hasil Pemeriksaan Urinalisis Tanggal 25 April 2016

1. Makroskopis

Warna : Kuning

Kejernihan : Jernih

c) Pemeriksaan Laboratorium Hematologi pada tanggal 25 April

2016

Nilai Normal
Parameter Hasil Satuan
Dewasa

Waktu perdarahan 2’00” Menit 1-6

Waktu pembekuan 14’00” Menit 4-15


61

b. Analisa Data

TABEL 1
ANALISA DATA KEPERAWATAN PASIEN WM
DENGAN APPENDIKSITIS
DI RUANG A RSUD KLUNGKUNG
TANGGAL 25 APRIL 2016

PRE OP

No. Data Subjektif Data Objektif Kesimpulan


1 2 3 4
1 - - WBC : 13.91 [10^3/uL] Resiko
- NEUT : 84.5 [%] penyebaran
infeksi

2 Pasien mengatakan - Pasien tampak meringis Nyeri akut


nyeri disebabkan - Pasien tampak memegang bagian
karena penyakit yang sakit
appendik, nyeri - Nadi : 84 x / menit
dirasakan seperti - Terdapat nyeri tekan pada perut
tertusuk-tusuk, nyeri bagian bawah
dirasakan pada - TD : 120/70 mmHg
perut kanan bagian
bawah, skala nyeri 5
dari 0-10 skala yang
diberikan, nyeri
bertambah ketika
pasien berjalan

3 Pasien mengatakan - Pasien tampak gelisah Ansietas


khawatir dengan - Nadi 84 x / menit
keadaannya, pasien - TD : 120/70 mmHg
mengatakan baru
pertama kali
menjalani operasi
62

TABEL 2
ANALISA DATA KEPERAWATAN PASIEN WM
DENGAN POST APPENDIKTOMI HARI KE-0
DI RUANG A RSUD KLUNGKUNG
TANGGAL 26 APRIL 2016

POST OP

No. Data Subjektif Data Objektif Kesimpulan


1 2 3 4
1 - Pasien mengeluh - Pasien tampak meringis saat Nyeri akut
nyeri pada luka badannya digerakkan.
bekas - Terdapat luka post operasi di
operasinya, nyeri perut bagian kanan bawah.
dirasakan seperti - Terdapat nyeri tekan pada daerah
di iris-iris, skala bekas operasi.
nyeri 6 dari 10 - N = 84 kali/menit
skala nyeri yang - TD : 120/80 mmHg
diberikan, nyeri
dirasakan
bertambah saat
pasien bergerak.

2 - - Terdapat luka post operasi Risiko


sepanjang 10 cm dengan 6 jahitan infeksi
pada perut bagian kanan bawah

3 - Pasien - Pasien tampak lemah Intoleransi


mengatakan - Pasien hanya terbaring aktivitas
badannya masih - Kekuatan otot
terasa lemah dan
belum bisa 555 555
bergerak dengan
leluasa sejak 555 555
selesai operasi.
63

c. Rumusan Masalah Keperawatan

Berdasarkan analisa data keperawatan di atas, maka dapat

dirumuskan beberapa masalah yaitu :

1. Pre Operasi

a) Resiko penyebaran infeksi

b) Nyeri akut

c) Ansietas

2. Post Operasi

a) Nyeri Akut

b) Resiko Infeksi

c) Intoleransi aktivitas

d. Analisa Masalah

1) Pre Operasi

a) Problem : Resiko penyebaran infeksi

Faktor resiko : Tidak adekuat pertahanan sekunder WBC :

13.91 , NEUT : 11.75.

Proses terjadinya : Obstruksi atau penyumbatan lumen

appendiks dan infeksi bakteri

Escherichia Coli dan Streptococcus

menimbulkan inflamasi akut pada

kuadran kanan bawah dari rongga

abdomen sehingga dapat menekan


64

dinding appendiks. Tekanan ini

mengakibatkan edema pada appendiks

sehingga appendiks meradang yang

menyebabkan terjadinya peningkatan

WBC, NEUT, dan memicu terjadinya

perluasan infeksi.

Akibat bila tidak ditanggulangi :

Karena apabila tidak segera ditanggulangi

dapat menyebabkan komplikasi yakni

appendisitis supuratif akut dimana sekresi

mukus berlanjut, tekanan terus meningkat,

obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri

dapat menembus dinding. Bila aliran arteri

terganggu akan terjadi infark pada dinding

appendiks yang diikuti dengan ganggren

yang menimbulkan appendisitis ganggrenosa,

bila dinding appendiks yang telah rapuh itu

pecah akan terjadi appendisitis perforasi

sampai akhirnya terjadi peritonitis.

b) Problem : Nyeri akut

Etiologi : Distensi jaringan usus oleh inflamasi


65

Symptom : Pasien mengatakan nyeri disebabkan karena

penyakit appendik, nyeri dirasakan seperti

tertusuk-tusuk, nyeri dirasakan pada perut kanan

bagian bawah, skala nyeri 5 dari 0-10 skala

yang diberikan, nyeri bertambah ketika pasien

berjalan, pasien tampak meringis, pasien tampak

memegang bagian yang sakit, nadi : 84 x/menit,

terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah.

Proses terjadinya : Infeksi bakteri mengakibatkan obstruksi

setelah obstruksi terjadilah pembentukan

mucus, akibat terbentuknya mucus maka

akan menekan dinding apendik yang

mengakibatkan aliran limfe terganggu,

akibat terganggunya aliran limfe tersebut

mengakibatkan edema, kemudian

terjadilah peradangan pada apendik

selanjutnyakarena peradangan pada

apendik itu dapat mengakibatkan nyeri

tekan pada perut kuadran kanan bawah,

nyeri tekan dan nyeri lepas dan juga

dapat mengakibatkan takikardi sehingga

mengakibatkan nyeri akut.


66

Akibat bila tidak ditanggulangi :

Infeksi menyebar dan menyebabkan apendisitis

supuratif akut dimana sekresi mukus berlanjut,

tekanan terus meningkat, obstruksi vena, edema

bertambah dan bakteri dapat menembus

dinding. Bila aliran arteri terganggu akan terjadi

infark pada dinding apendiks yang diikuti

dengan ganggren yang menimbulkan

appendiksitis ganggrenosa, bila dinding

appendiks yang telah rapuh itu pecah akan

terjadi appendiksitis perforasi sampai akhirnya

terjadi peritonitis.

c) Problem : Ansietas

Etiologi : Perubahan actual atau persepsi perubahan

dalam lingkungan sekunder akibat

hospitalisasi.

Symptom : Pasien mengatakan khawatir dengan

keadaannya, pasien mengatakan baru

pertama kali menjalani operasi, pasien

tampak gelisah, nadi : 84 x/menit.

Proses terjadinya : Karena adanya ancaman integritas

biologis oleh karena tindakan


67

pembedahan disertai pasien kurang

mendapat informasi tentang

penyakit, prognosa dan pengobatan

sehingga pasien bertanya-tanya dan

menjadi cemas.

Akibat bila tidak ditanggulangi :

Pasien menjadi kurang kooperatif dalam

perawatannya.

2) Post Operasi

a) Problem : Nyeri akut.

Etiologi : Trauma jaringan sekunder terhadap tindakan

pembedahan.

Symptom : Pasien mengeluh nyeri pada luka bekas

operasinya,nyeri dirasakan seperti diiris-iris,

skala nyeri 6 dari 10 skala nyeri yang

diberikan,nyeri dirasakan bertambah saat pasien

bergerak,pasien tampak meringis saat badannya

digerakkan,terdapat luka post operasi di perut

bagian kanan bawah, terdapat nyeri tekan pada

daerah bekas operasi,N=84 kali/menit.

Proses terjadinya : Terputusnya jaringan dan saraf perifer

oleh karena pembedahan menimbulkan


68

trauma pada jaringan. Rangsangan

dihantarkan kehipotalamus oleh saraf

aferen dan diproses di otak. Di otak

rangsangan dipersepsikan sebagai

rangsangan nyeri. Rangsangan kembali

dibawa kepusat nyeri pada area luka dan

dipersepsikan sebagai rasa nyeri.

Akibat bila tidak ditanggulangi :

Pasien menjadi tidak nyaman, dapat mengganggu

istirahat dan tidur pasien, dan dapat terjadi syok

neurogenik, syok neurogenik terjadi karena saraf

mengalami plastisitas yang berarti susunan saraf

menjadi hipersensitif terhadap stimuli.

b) Problem : Risiko infeksi

Faktor resiko : Sisi masuknya organisme sekunder terhadap

pembedahan dan adanya jalur invasif

Proses terjadinya : Dengan adanya luka pada organ terlebih

lagi luka yang masih basah dan

terpasangnya infus merupakan media yang

sangat baik bagi kuman untuk

berkembangbiak dan menginfeksi luka.


69

Akibat bila tidak ditanggulangi :

Akan menghambat proses penyembuhan luka dan

akan terjadi infeksi.

c) Problem : Intoleransi aktivitas

Etiologi : Meningkatnya kebutuhan metabolisme sekunder

tarhadap proses pembedahan.

Symptom : Pasien mengatakan badannya lemah dan belum bisa

bergerak dengan leluasa sejak selesai operasi. Pasien

tampak lemah,pasien hanya terbaring ditempat

tidur,semua ADL pasien masih dibantu oleh

keluarga dan perawat.

Proses terjadinya : Karena adanya proses pembedahan

menyebabkan peningkatan kebutuhan

metabolisme tubuh dalam

mempertahankan kondisi tubuh,

sehingga menyebabkan terjadinya

kelemahan otot-otot ekstremitas yang

mengakibatkan intoleran aktivitas.

Akibat bila tidak ditanggulangi :

ADL pasien tidak terpenuhi secara mandiri,

kekurangan volume cairan yang mengarah ke syok

hipovolemik.
70

2. Diagnosa Keperawatan

1) Pre Operasi

a) Resiko penyebaran infeksi dengan faktor resiko tidak

adekuat pertahanan sekunder di tandai dengan peningkatan

WBC : 13.91, NEUT : 84.5.

b) Nyeri akut berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh

inflamasi ditandai dengan pasien mengatakan nyeri pada

perut bagian bawah. Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk,

nyeri bertambah saat bergerak, skala nyeri 5 (nyeri sedang)

dari 0-10 skala nyeri yang diberikan. Pasien tampak

meringis, Nadi : 84 x /menit, TD : 120/70 mmHg, terdapat

nyeri tekan pada perut bagian bawah kanan.

c) Ansietas berhubungan dengan perubahan actual atau

persepsi perubahan dalam lingkungan sekunder akibat

hospitalisasi. Pasien mengatakan baru pertama kali

menjalani operasi, pasien mengatakan kurang mengerti

tentang penyakit prognosis dan pengobatannya, pasien

tampak gelisah, nadi 84 x/menit, TD : 120/70 mmHg.

2) Post Operasi

a) Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan

sekunder terhadap tindakan pembedahan ditandai dengan


71

pasien mengeluh nyeri pada luka bekas operasinya,nyeri

dirasakan seperti diiris-iris, skala nyeri 6 dari 10 skala

nyeri yang diberikan, nyeri dirasakan bertambah saat

pasien bergerak, pasien tampak meringis saat badannya

digerakkan,terdapat luka post opersi diperut bagian

kanan bawah, terdapat nyeri tekan pada daerah bekas

operasi, N : 82 kali/menit, TD : 120/80 mmHg.

b) Risiko infeksi dengan faktor resiko sisi masuknya

organisme sekunder terhadap pembedahan.

c) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan meningkatnya

metabolisme sekunder terhadap proses pembedahan

ditandai dengan pasien mengatakan badannya lemah dan

belum bisa bergerak dengan leluasa sejak selesai

operasi.Pasien tampak lemah,pasien hanya terbaring

ditempat tidur, semua ADL pasien masih dibantu oleh

keluarga dan perawat.

3. Perencanaan

a. Prioritas diagnosa keperawatan

Prioritas diognosa keperawatan dibuat berdasarkan berat ringannya

masalah maka dapat diprioritaskan diagnosa keperawatan sebagai

berikut :

1) Pre operasi
72

a) Resiko penyebaran infeksi.

b) Nyeri akut

c) Ansietas

2) Post operasi

a) Nyeri akut

b) Resiko infeksi

c) Intoleransi aktivitas
b. Rencana Keperawatan

TABEL 3
RENCANA KEPERAWATAN PADA PASIEN WM
DENGAN APPENDIKSITIS
DI RUANG A RSUD KLUNGKUNG
TANGGAL 25 APRIL 2016

Pre Operasi

Hari/Tgl/Jam Diagnosa Rencana Tujuan Rencana Tindakan Rasional


1 2 3 4 5
Senin, Resiko penyebaran Setelah diberikan asuhan 1. Monitor tanda dan gejala 1. Mendeteksi secara dini
25-04-16 infeksi dengan factor keperawatan selama 1 x infeksi sistemik dan lokal terjadinya proses infeksi
Pkl.22.00 wita resiko tidak adekuat 24 jam diharapkan
pertahanan sekunder di infeksi tidak meluas
tandai dengan dengan criteria hasil : 2. Monitor hitung granulosit 2. Peningkatan WBC diakibatkan
1. Tidak terjadinya WBC setiap hari oleh proses penyakit
peningkatan WBC :
penyebaran infeksi. melibatkan imun dan
13.91, NEUT : 84.5.
2. Jumlah WBC dalam peningkatan resiko infeksi
batas normal (4.60 –
10.2) 3. Delegatif dalam 3. Cefotaxime berfungsi untuk
3. Jumlah neutrofil dalam pemberian obat mencegah terjadinya infeksi
batas normal (2.00 – cefotaxime 3x1 gram
6.00) (IV perset)

Dilanjutkan

73
74

Lanjutan

1 2 3 4 5
Senin, Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan asuhan 1. Observasi skala nyeri, 1. Membantu mengidentifikasi
25-04-16 dengan distensi jaringan keperawatan selama 1 x catat lokasi, kualitas dan intervensi yang tepat dan
Pkl.22.00 wita usus oleh inflamasi 24 jam diharapkan nyeri karakteristik nyeri perubahan karakteristik
ditandai dengan pasien pasien berkurang dengan (PQRST) nyeri menunjukkan
mengatakan nyeri pada kriteria hasil: terjadinya abses/ peritonitis.
perut bagian bawah. 1. Pasien mengatakan
Nyeri dirasakan seperti nyeri berkurang 2. Observasi vital sign tiap 2. Respon autonomik meliputi
tertusuk-tusuk, nyeri 2. Skala nyeri 3-5 dari 6 jam perubahan pada TD, nadi,
bertambah saat bergerak, 0-10 skala nyeri pernafasan.
skala nyeri 5 (nyeri yang diberikan
sedang) dari 0-10 skala 3. Pasien tidak 3. Berikan lingkungan 3. Tindakan ini dapat
nyeri yang diberikan. meringis lagi yang tenang menurunkan
Pasien tampak meringis, 4. TTV dalam batas ketidaknyamanan fisik dan
Nadi : 84 x /menit, TD : normal, terutama. emosional pasien
120/70 mmHg, Terdapat Nadi : 60-80 x/menit
nyeri tekan pada perut 4. Berikan posisi yang 4. Penurunan tegangan otot,
bagian kanan bawah. nyaman sesuai indikasi meningkatkan relaksasi, dan
(semi fowler) dapat meningkatkan relaksasi
dan dapat meningkatkan
kemampuan koping.

5. Bantu teknik distraksi 5. Mengalihkan perhatian


dan relaksasi terhadap nyeri, memberi
dukungan (fisik, emosional,
menurunkan tegangan otot,
memfokuskan perhatian.

Dilanjutkan

74
Lanjutan

75

1 2 3 4 5

6. Kolaborasi dalam 6. Antibiotik dapat


pemberian antibiotik menghambat pembentukan
sel bakteri, sehingga proses
infeksi tidak terjadi

Senin, Ansietas berhubungan Setelah diberikan asuhan 1. Kaji ulang tingkat 1. Membantu dalam
25-04-16 dengan perubahan actual keperawatan 1 x 30 kecemasan pasien. mengidentifikasi kekuatan
Pkl.22.00 wita atau persepsi perubahan menit diharapkan dan ketrampilan yang
dalam lingkungan mekanisme koping mungkin membantu pasien
sekunder akibat pasien adaptif dan mengatasi keadaannya
hospitalisasi ditandai konstruktif dengan sekarang dan atau
dengan pasien kriteria hasil : kemungkinan lain untuk
mengatakan khawatir 1. pasien mengatakan memberikan bantuan yang
dengan keadaannya, mengerti tentang sesuai
pasien mengatakan baru penyakit, prognosa
pertama kali menjalani dan pengobatannya 2. Berikan informasi yang 2. Keterlibatan pasien dalam
operasi, pasien 2. Pasien mengatakan akurat dan nyata perencanaan perawatan
mengatakan kurang tidak cemas lagi tentang apa yang memberikan rasa control
mengerti tentang 3. pasien tampak dilakukan misal : tirah dan membantu
penyakit prognosis dan tenang baring, pembatasan menurunkan ansietas.
pengobatannya, pasien 4. tanda-tanda vital masukan per oral, dan
tampak gelisah, Nadi : dalam batas normal prosedur.
84x /menit, raut muka TD : 110/70 –
tegang 120/80 mmHg 3. Berikan informasi 3. Memungkinkan pasien untuk
N : 60 – 80 x/menit tentang penyakit dan membuat keputusan yang
pengobatan serta berdasarkan atas pengetahuan
dan tujuan operasi

Dilanjutkan

75
76
Lanjutan

1 2 3 4 5

informed consent

4. Dorong/pasien orang 4. Tindakan dukungan


terdekat untuk membantu pasien merasa
menyatakan perhatian, stres berkurang, energi
perilaku perhatian untuk ditujukan pada
penyembuhan/perbaikan
5. Berikan kesempatan 5. Menambah pengetahuan
pada keluarga dan pasien dan keluarga.
pasien untuk bertanya
tentang hal-hal yang
belum dimengerti.

6. Evaluasi kembali 6. Untuk mengetahui seberapa


pengetahuan pasien jauh penjelasan dapat
tentang penyakit , diterima
prognosa dan
pengobatan

76
77

TABEL 4
RENCANA KEPERAWATAN PADA PASIEN WM
DENGAN POST APPENDIKTOMI HARI KE-0
DI RUANG A RSUD KLUNGKUNG
TANGGAL 26 APRIL 2016

Post Operasi

Hari/Tgl/Jam Diagnosa Rencana Tujuan Rencana Tindakan Rasional


1 2 3 4 5
Selasa, Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan asuhan 1. Observasi skala nyeri, 1. Membantu
26-04-16 dengan diskontinuitas keperawatan selama 2 x 24 catat lokasi, kualitas mengidentifikasi
Pk.20.20 wita jaringan sekunder jam diharapkan nyeri pasien dan karakteristik nyeri intervensi yang tepat
terhadap pembedahan berkurang dengan kriteria (PQRST) dan perubahan
ditandai dengan pasien hasil: karakteristik nyeri
mengatakan nyeri pada 1. Pasien mengatakan menunjukkan
area operasi, nyeri nyeri pada luka operasi terjadinya abses/
dirasakan seperti diiris- berkurang peritonitis.
iris, nyeri bertambah saat 2. Skala nyeri 3-1 (nyeri
bergerak skala nyeri 6 ringan) dari 0-10 skala 2. Observasi vital sign 2. Respon autonomik
(nyeri sedang0 dari 0-10 nyeri yang diberikan. tiap 6 jam meliputi perubahan
skala nyeri yang 3. Pasien tidak meringis TD, nadi, pernafassan
diberikan. Pasien meringis lagi saat bergerak yang berhubungan
saat bergerak, terdapat 4. TTV dalam batas dengan keluhan atau
nyeri tekan pada daerah normal, terutama. penghilang nyeri.
luka post operasi, nadi : Nadi : 60-80x/mnt
84x/menit. 3. Beri lingkungan yang 3. Meningkatkan
Dilanjutkan

77
78
Lanjutan

1 2 3 4 5

tenang relaksasi,
memfokuskan
perhatian ulang,
meningkatkan rasan
kontrol dan
kemampuan.

4. Beri posisi yang 4. Penurunan tegangan


nyaman (semi fowler) otot, meningkatkan
relaksanan dan dapat
meningkatkan relaksasi

5. Anjurkan tehnik 5. Mengalihkan perhatian


distraksi dan relaksasi terhadap nyeri,
memberikan dukungan
(fisik, emosional)
menurunkan tegangan
otot, tidak
memfokuskan diri pada
nyeri

6. Delegatif dalam 6. Mengontrol


pemberian ketorolac mengurangi nyeri
3x30 mg melalui untuk meningkatkan
(IVperset) istirahat dan
meningkatkan

Dilanjutkan

78
Lanjutan 79

1 2 3 4 5

kerjasama dengan
aturan terapeutik

Selasa, Resiko terhadap infeksi Setelah diberikan asuhan 1. Observasi tanda-tanda 1. Mendeteksi dini
26-04-16 dengan factor resiko sisi keperawatan selama 2 x 24 infeksi seperti kalor, terjadinya proses
Pkl. 20.20 masuknya organism jam di harapkan infeksi rubor, dolor, tumor, infeksi dan atau
wita sekunder terhadap tidak terjadi dengan kriteria fungsiolaesa pengawasan
pembedahan dan adanya hasil: penyembuhan luka.
jalur invasive. 1. Tidak ada tanda-tanda
infeksi, (kalor, rubor,
dolor, tumor, 2. Observasi vital sign 2. Peningkatan suhu
fungsiolaesa), Luka setiap 6 jam tubuh takikardia dapat
kering menunjukkan
2. TTV dalam batas terjadinya infeksi
normal, terutama suhu S
: 36-37°C
3. WBC dalam batas normal 3. Rawat luka dengan 3. Melindungi pasien dari
(4,60-10,2) k/ul tehnik aseptik kontaminasi silang
4. Luka kering selama perawatan luka

4. Kolaborasi dalam 4. Peningkatan WBC


pemeriksaan lab diakibatkan oleh proses
terutama WBC penyakit melibatkan

Dilanjutkan

79
80
Lanjutan

1 2 3 4 5

imun dan peningkatan


resiko infeksi

5. Delegatif dalam 5. Untuk mencegah


pemberian injeksi terjadinya infeksi atau
cefotaxim 3 x 1 gram berikan profilaksis bila
melalui IV perset dicurigai terjadinya
infeksi atau
kontaminasi
Selasa, Intoleransi aktifitas Setelah diberikan asuhan 1. Observasi tanda-tanda 1. Tanda-tanda vital dapat
26-04-16 berhubungan dengan keperawatan selama 2 x 24 vital tiap 6 jam menggambarkan
Pkl. 20.20 kebutuhan metabolic jam diharapkan kebutuhan keadaan umum pasien
wita sekunder terhadap sehari-hari dapat terpenuhi
pembedahan ditandai dengan kriteria hasil :
dengan pasien mengatakan 1. Pasien mengatakan 2. Dorong pasien untuk 2. Mobilisasi diri
sulit untuk bergerak tidak merasa lemas. melakukan latihan menurunkan
karena masih lemas, 2. Pasien mengatakan gerak dengan bertahap komplikasi tirah baring
pasien mengatakan hanya tidak sulit bergerak lagi dan meningkatkan
berbaring di tempat tidur, 3. ADL pasien terpenuhi pertumbuhan dan
dan baru mampu miring 4. Pasien mampu makan, normalisasi fungsi
kanan dan kiri, pasien minum, mandi (dilap), organ
mengatakan dalam BAB, BAK, dan
memenuhi kebutuhan berpakaian secara 3. Bantu pasien memenuhi 3. Meningkatkan atau
sehari-hari seperti makan, mandiri. kebutuhan sehari-hari mempertahankan
minum dan BAK masih 5. Tanda-tanda vital dalam dengan bertahap seperti kekuatan otot dan
dibantu oleh keluarga, batas normal tekanan miring, kanan, kiri, stamina umum

Dilanjutkan

80
81
Lanjutan

1 2 3 4 5

pasien tampak lemah, darah : 110/70-120/80 duduk, dan jalan-jalan,


pasien tampak berbaring mmHg, nadi : 60-80 makan, minum, mandi
di tempat tidur, hanya x/mnt (dilap), BAB, BAK
mampu miring kanan dan dan berpakaian.
kiri, tampak ADL pasien
seperti BAK dibantu oleh
keluarga.

81
82

3. Pelaksanaan

TABEL 5
PELAKSANAAN KEPERAWATAN PADA PASIEN WM DENGAN
APPENDIKSITIS DAN POST APPENDIKTOMI HARI KE-0
DI RUANG A RSUD KLUNGKUNG
TANGGAL 25 - 28 APRIL 2016

Hari/tgl/jam DX Tindakan keperawatan Evaluasi Paraf


1 2 3 4 5
Pre Operasi
Senin,
25-04-16
22.20 wita Menganjurkan pasien Pasien mengatakan akan Diah
untuk puasa sampai waktu berpuasa
operasi tiba

22.30 wita 3 Melaksanakan pencukuran Pencukuran telah Diah


pada area inguinal kanan dilakukan area yang akan
dan kiri dioperasi tampak bersih

22.35 wita 2 Mengajarkan tehnik Pasien kooperatif dan Diah


relaksasi seperti nafas mampu melaksanakannya
dalam

22.45 wita 2 Mengajarkan tehnik Pasien mengatakan nyeri Diah


distraksi dengan cara berkurang
mengajak mengobrol

22.50 wita 2,3 Mengobservasi tanda- S : 36,6°C , Perawat


tanda vital TD : 120/70 mmHg,
N : 84 x/mnt
RR : 18 x/mnt

22.55 wita 1 Memonitor tanda dan Pasien mengatakan nyeri Perawat


gejala sistemik dan local pada bagian perut kanan
bawah, pasien tampak
memegang perut bagian
kanan bawah
23.00 wita 3 Mengkaji perasaan cemas Pasien mengatakan Perawat
pasien khawatir dengan
kedaannya

Dilanjutkan
83
Lanjutan

1 2 3 4 5

23.05 wita 3 Memberi kesempatan Pasien mengatakan sudah Perawat


pasien bertanya dan tidak khawatir lagi, pasien
menyampaikan tampak pasien mampu
keluhannya menjelaskan kembali
dengan bahasa yang
sederhana

23.50 wita 2 Mememberi posisi yang Pasien mengatakan Perawat


nyaman seperti semi nyaman dengan posisi
fowler semi fowler

01.00 wita 2 Mengobservasi nyeri, Pasien mengatakan nyeri Perawat


mencatat lokasi, kualitas pada perut bagian kanan
dan karakteristik nyeri bawah belum berkurang,
nyeri dirasakan tertusuk-
tusuk, nyeri bertambah
saat bergerak, pasien
tampak meringis

01.15wita 2 Mengkaji skala nyeri Pasien mengatakan skala Perawat


nyeri 5 (nyeri sedang)
dari 0-10 skala nyeri yang
diberikan

01.25 wita 2 Memberi lingkungan yang Pasien ditemani oleh Perawat


tenang seorang penunggu saja
(istrinya)

01.30 wita 2 Mengajarkan tehnik Pasien kooperatif dan Perawat


relaksasi seperti nafas mampu melasanakannya
dalam

01.35 wita 2 Berikan lingkungan tenang Lingkungan sudah tenang Perawat


dan istirahat dan pasien mengatakan
akan istirahat
Selasa,
26-04-16 wita
04.40 wita 2.3 Mengobservasi tanda- TD : 130/90mmHg Perawat
tanda vital N : 82x/menit
S : 36,2°C
RR : 20 x/menit

Dilanjutkan
Lanjutan 84

1 2 3 4 5

05.30 wita 2 Mengkaji ulang skala Pasien mengatakan masih Perawat


merasakan nyeri, skala
nyeri nyeri 5 ( nyeri sedang)
dari 0-10 skala nyeri
yang diberikan

06.50 wita 2 Memberi injeksi Obat sudah masuk, reaksi Perawat


cefotaxime 1 gram alergi tidak ada.

13.10 wita Mengantar pasien ke ruang Pasien diantar keruang Perawat


operasi operasi menggunankan
brankar
Post Operasi
Selasa, 26-04-
16
14.45 wita 1,3 Menjemput pasien ke Pasien dijemput ke ruang Perawat
ruang operasi operasi menggunakan
brankar

15.20 wita Memberikan lingkungan Pasien ditemani oleh istri Perawat


yang tenang dan anaknya saja

15.30 wita 1 Mengobservasi turgor kulit Turgor kulit elastis dan Diah
dan membran mukosa membran mukosa lembab

16.40 wita 1,2, Mengukur tanda-tanda TD :120/80 mmHg Diah


3 vital N : 82x/menit
S : 36°C
RR : 20x/menit

17.00 wita 1,2 Melaksanakan tindakan Obat sudah masuk, reaksi Diah
delegatif dalam pemberian alergi tidak ada
- Cefotaxim 1 gram
- Ketorolac 30 mg
- Ranitidine 25 ml

17.10 wita 2 Mengajarkan tehnik Pasien kooperatif dan Diah


distraksi (mengobrol) dan mau melakukannya
relaksasi (nafas dalam)

17.20 wita 3 Mengevaluasi ulang Pasien masih tampak Diah


tingkat ketergantungan, lemah dan belum mampu
memperhatikan beraktifitas
ketidakmampuan untuk

Dilanjutkan
Lanjutan 85

1 2 3 4 5
partisipasi dalam
beraktifitas
Menganjurkan pasien Pasien mengatakan belum Diah
19.00 wita 3 untuk mobilisasi secara bisa miring kanan dan
bertahap (miring kanan miring kiri
dan miring kiri)

19.10 wita 3 Memberi dorongan kepada Keluarga mengatakan Diah


keluarga untuk selalu akan melakukannya dan
memberi dukungan dan pasien akan berusaha
memotivasi pasien dalam untuk bergerak secara
melaukan rentang gerak bertahap

19.30 wita 1 Mengajarkan tehnik Pasien kooperatif dan Diah


relaksasi (nafas dalam) mau melakukannya

19.40 wita 2 Mengobservasi tanda- Tidak ada tanda-tanda Perawat


tanda infeksi infeksi, balutan luka
bersih dan kering

23.00 wita 1,2 Melaksanakan tindakan Obat sudah masuk, reaksi Perawat
delegatif dalam pemberian alergi tidak ada
- Cefotaxim 1 gram
- ketorolac 1 gram
Rabu,
27-04-16
04.40 wita 1,2, Mengukur tanda-tanda TD : 120/70 mmHg Perawat
3 vital N : 80x/menit
S : 36.2°C
RR : 20 x/menit

04.50 wita 1 Mengobservasi tetesan Tetesan infus lancar 20 Perawat


infuse tetes/menit

08.00 wita 1,2 Melaksanakan tindakan Obat sudah masuk, alergi Diah
delegatif dalam pemberian tidak ada
- Cefotaxim 1 gram
- Ketorolac 30 gram
- Ranitidine 25 ml

Dilanjutkan
Lanjutan 86

1 2 3 4 5

08.10 wita 2 Memberikan posisi yang Pasien mengatakan Diah


nyaman (semi fowler) nyaman dengan posisi
semi fowler

08.20 wita 2 Mengajarkan tehnik Pasien kooperatif dan Diah


distraksi (mengobrol) dan mau melakukannya
relaksasi (nafas dalam)

08.30 wita 3 Menganjurkan pasien Pasien mengatakan sudah Diah


untuk mobilisasi secara bisa miring kanan dan
bertahap (miring kanan kiri, dan duduk di tempat
dan kiri, duduk, berdiri) tidur

10.40 wita 1,2, Mengukur tanda-tanda TD : 110/80mmHg Diah


3 vital N : 80x/menit
S : 36°C
RR : 20 x/menit

13.40 wita 2 Mengobservasi skala Pasien mengatakan skala Diah


nyeri, mencatat lokasi, nyeri 3 (nyeri ringan) dari
kualitas dan karakteristik 0-10 skala nyeri yang
diberikan, pasien
mengatakan nyeri pada
luka operasi berkurang,
nyeri dirasakan seperti
diiris-iris dan bertambah
saat bergerak

14.20 wita 3 Mengevaluasi ulang Pasien mengatakan sudah Diah


laporan kelemahan, tidak lemas dan tidak sulit
memperhatikan bergerak
ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam
aktifitas

14.30 wita 3 Menganjurkan pasien Pasien mengatakan sudah Diah


untuk mobilisasi secara bisa berjalan-jalan di
bertahap (berdiri, berjalan) sekitar ruangan seperti ke
kamar mandi

15.40 wita 1,2, Mengukur tanda-tanda TD : 120/80 mmHg Diah


3, vital N : 80 x/menit
S : 36,5°C
RR : 20 x/menit

Dilanjutkan
Lanjutan 87

1 2 3 4 5

15.55 wita 2 Mengobservasi tanda- Tidak ada tanda-tanda Diah


tanda infeksi infeksi, balutan luka
bersih dan kering, tidak
ada kemerahan di sekitar
balutan

17.00 wita 1,2 Melaksanakan tindakan Obat sudah masuk, tidak Diah
delegatif dalam pemberian ada alergi
- Cefotaxim 1 gram
- Ketorolac 30 gram
- Ranitidine 25 ml

17.20 wita 2 Mengajarkan teknik Pasien kooperatif dan Diah


distraksi (mengobrol) dan mau melakukannya
relaksasi (nafas dalam)

19.00 wita 3 Menganjurkan pasien Pasien mengatakan belum Diah


mobilisasi secara bertahap bisa miring kanan dan
miring kiri

19.40 wita 2 Mengobservasi tanda- Tidak ada tanda-tanda Perawat


tanda infeksi infeksi, balutan luka
bersih dan kering, area
sekitar luka bersih

23.00 wita 1,2 Melaksanakan tindakan Obat masuk, tudak ada Perawat
delegatif dalam pemberian alergi
- Cefotaxim 1 gram (IV
perset)
- Ketorolac 30 gram (IV
perset)

Kamis,
28-04-16
04.40 wita 1,2, Mengukur tanda-tanda TD : 100/70mmHg Perawat
3 vital N : 80x/menit
S : 36°C
RR : 20 x/menit

08.00 wita 1,2 Melaksanakan tindakan Obat masuk , alergi tidak Diah
delegatif dalam pemberian ada

Dilanjutkan
Lanjutan 88

1 2 3 4 5

- Cefotaxim 1 gram
- Ketorolac30 gram

08.30 wita 3 Menganjurkan pasien Pasien mengatakan sudah Diah


untuk mobilisasi secara bisa miring kanan dan
bertahap (miring kanan kiri, dan duduk di tempat
dan kiri, duduk, berdiri) tidur

09.00 wita 2 Merawat luka dengan Luka sudah dirawat, luka Diah
teknik aseptik bersih, balutan sudah
diganti dan bersih

10.40 wita 1,2, Mengukur tanda-tanda TD : 120/70mmHg Diah


3 vital N : 82x/menit
S : 36°C
RR : 20 x/menit

14.30 wita 3 Mengajarkan pasien untuk Pasien mengatakan sudah Diah


mobilisasi secara bertahap bisa berjalan-jalan di
(berdiri, berjalan) sekitar ruangan seperti ke
kamar mandi

15.40 wita 2 Mengobservasi tanda- TD : 120/90mmHg Diah


tanda vital N : 80x/menit
S : 36°C
RR : 20 x/menit
89

4. Catatan Perkembangan

TABEL 6

CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN WM


DENGAN APPENDIKSITIS
DI RUANG A RSUD KLUNGKUNG
TANGGAL 25 - 26 APRIL 2016
Pre Operasi

Hari/tgl/ jam Diagonasa keperawatan Evaluasi


1 2 3
Senin, Ansietas berhubungan dengan S : - Pasien mengatakan sudah
25-04-16 perubahan actual atau persepsi tidak khawatir lagi
Pukul 23.00 perubahan dalam lingkungan - Pasien mengatakan sudah
wita sekunder akibat hospitalisasi mengerti tentang
ditandai dengan pasien penyakitnya
mengatakan khawatir dengan
O : - Pasien tampak mampu
keadaannya, pasien mengatakan
baru pertama kali menjalani menjelaskan kembali
operasi, pasien mengatakan dengan bahasa sederhana
kurang mengerti tentang penyakit - N : 80x/menit,
prognosis dan pengobatannya, - TD : 120/80 mmHg
pasien tampak gelisah, Nadi : 84x A : Tujuan 1, 2, 3, dan 4 sudah
/menit, raut muka tegang tercapai, masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien

Selasa, Resiko penyebaran infeksi S: - Pasien mengatakan nyeri


26-04-16 berhubungan dengan tidak pada bagian perut kanan
15.00 adekuatnya pertahanan sekunder bawah.
ditandai dengan peningkatan O:- Pasien tampak memegang
WBC : 13.91, NEUT : 84.5. perut bagian bawahnya.
A : Tujuan 1, 2 dan 3 belum
tercapai, masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan renpra 1, 2 dan 3

Dilanjutkan
Lanjutan 90

1 2 3
Selasa, Nyeri akut berhubungan dengan S:-
26-04-16 distensi jaringan usus oleh O : - Pasien tampak memegang
15.00 inflamasi ditandai dengan pasien area disekitar lika post
mengatakan nyeri pada perut operasinya
bagian bawah. Nyeri dirasakan - Pasien tampak berbaring
seperti tertusuk-tusuk, nyeri ditempat tidurnya
bertambah saat bergerak. Skala - TD : 110/70 mmHg
nyeri 5 (nyeri sedang) dari 0-10 - N : 82 x/menit
skala nyeri yang diberikan. A : Tujuan 1, 2, 3 dan 4 belum
Pasien tampak meringis, nadi : 84 tercapai
x/menit, TD : 120/70 mmHg. P : Lanjutkan renpra 1, 2,3, dan
4
91

TABEL 7

CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN WM


DENGAN POST APPENDIKTOMI HARI KE-0
DI RUANG A RSUD KLUNGKUNG
TANGGAL 27 APRIL 2016

Post Operasi

Hari/tgl/ jam Diagonasa keperawatan Evaluasi

1 2 3
Rabu, Nyeri akut berhubungan dengan S : - Pasien mengatakan nyeri pada
27-04-16 diskontinuitas jaringan sekunder luka operasinya berkurang
15.20 wita terhadap pembedahan ditandai - Nyeri dirasakan seperti
dengan pasien mengatkaan nyeri ditusuk-tusuk
pada area operasi, nyeri dirasakan - Nyeri bertambah saat
seperti diiris-iris, nyeri bertambah bergerak.
saat bergerak, skala nyeri 6 (nyeri O : - Pasien tidak meringis saat
sedang) dari 0 sampai 10 skala nyeri bergerak
yang diberikan, pasien meringis saat - Skala nyeri 3 (nyeri ringan)
bergerak, terdapat nyeri tekan pada dari 0-10 skala nyeri yang
daerah luka post operasi. diberikan
Nadi : 84x/menit. - N : 80x/mnt
A : Tujuan 1, 2, 3, 4, tercapai
masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien
Rabu, Resiko infeksi berhubungan dengan S :-
27-04-16 sisi masuknya organisme sekunder O : - Tidak ada tanda-tanda inveksi
15.20 wita pembedahan dan adanya saluran - Balutan luka bersih, dan
invasif tidandai dengan pasien kering
mengatakan nyeri pada area post - Tidak ada kemerahan di
operasi, terdapat luka operasi sekitar balutan
sepanjang + 10 cm pada perut kanan - S : 36,5°C
bagian bawah, luka ditutup dengan A : Tujuan 1, 2 dan 4 tercapai
gaas steril kering dan tujuan 3 belum tercapai,
hipavix,balutan tampak bersih suhu: masalah teratasi sebagian
37oC, terpasang IVFD RL 20 P : Lanjutkan renpra 4
tetes/menit.

Dilanjutkan
92
Lanjutan

1 2 3
Rabu, Intoleransi aktifitas berhubungan S : - Pasien mengatakan sudah
27-04-16 dengan peningkatan kebutuhan tidak merasakan lemas,
15.20 wita metabolik sekunder terhadap - Sudah bisa bergerak dan
pembedahan di tandai dengan bisa miring kanan dan kiri
pasien mengatakan sulit untuk - Pasien mengatakan sudah
bergerak karena masih lemas, bisa duduk ditempat tidur
pasien mengatakan hanya O : - Pasien sudah mampu
berbaring ditempat tidur dan baru memenuhi ADLnya secara
mampu miring kanan kiri, pasien mandiri
mengatakan dalam memenuhi - Pasien sudah bisa
kebutuhan sehari-hari seperti mobilsasi secara bertahap
makan,minum, dan BAK, masih - N : 80x/menit
dibantu oleh keluarga, pasien - TD : 120/70 mmHg
tampak lemah, pasien tampak A : Tujuan 1, 2, 3, 4 dan 5
berbaring ditempat tidur, hanya sudah tercapai, masalah
mampu miring kanan dan kiri, teratasi
tampak ADL pasien seperti BAK P : Pertahankan kondisi pasien
dibantu oleh keluarga, kekuatan
otot 4.
93

5. Evaluasi

TABEL 8
EVALUASI KEPERAWATAN PASIEN WM
DENGAN APPENDIKSITIS
DI RUANG A RSUD KLUNGKUNG
TANGGAL 25 - 26 APRIL 2016

Pre Operasi
Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1 2 3
Senin, Ansietas berhubungan dengan S : - Pasien mengatakan tidak
25-04-16 perubahan aktual atau persepsi cemas lagi dengan
23.00 wita perubahan dalam lingkungan keadaannya
sekunder akibat hospitalisasi - Sudah mengerti tentang
ditandai dengan pasien penyakit, perjalanan dan cara
mengatakan khawatir dengan pengobatannya.
keadaannya. Pasien O : - Pasien sudah tenang
mengatakan baru pertama kali - Pasien mampu menjelaskan
menjalani proses, pasien kembali tentang penyakit,
tampak gelisah, Nadi : perjalanan dan cara
84x/menit, raut muka tegang. pengobatannya
- TD : 120/80 mmhg
- N : 84x/mnt
A : Tujuan 1, 2, 3, 4 tercapai
masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien.

Selasa, Resiko penyebaran infeksi S: - Pasien mengatakan nyeri pada


26-04-16 berhubungan dengan tidak bagian bawah perut sampai
15.00 wita adekuatnya pertahanan sekitar lipatan paha.
sekunder ditandai dengan O: - Pasien tampak memegang perut
peningkatan WBC : 13.91, bagian bawahnya.
NEUT : 84.5 A : Tujuan 1, 2 dan 3 belum
tercapai, masalah belum teratasi
P : Lanjutkan renpra 1, 2 dan 3

Selasa, Nyeri akut berhubungan S : - Pasien mengatakan nyeri


26-04-16 dengan trauma jaringan pada perut kanan bagian
15.00 wita sekunder terhadap tindakan bawah belum berkurang
pembedahan ditandai dengan - Nyeri dirasakan seperti
pasien mengatakan nyeri pada tertusuk-tusuk, dirasakan
perut perut bagian kanan hilang timbul
bawah . Nyeri dirasakan O : - Pasien tampak meringis

Dilanjutkan
Lanjutan 94

1 2 3

seperti tertusuk-tusuk, dan - Skala nyeri 5 (nyeri sedang)


hilang timbulkan, skala nyeri 5 dari 0-10 skala nyeri yang
(nyeri sedang) dari 0-10 skala diberikan
nyeri yang diberikan. Pasien - N : 80 x/mnt
tampak meringis, Nadi : 84 x A : Tujuan 1, 2, 3 belum tercapai,
/menit, terdapat nyeri tekan tujuan 4 sudah tercapai
pada perut kanan bagian masalah belum teratasi
bawah. P : Lanjutkan tindakan 6
95

TABEL 9
EVALUASI KEPERAWATAN PASIEN WM
DENGAN POST APPENDIKTOMI HARI KE-1
DI RUANG A RSUD KLUNGKUNG
TANGGAL 28 APRIL 2016
Post Operasi
Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1 2 3
Kamis, Nyeri akut berhubungan S : - Pasien mengatakan nyeri
28-04-16 dengantrauma jaringan pada luka operasi
Pukul 16.30 sekunder terhadap tindakan berkurang
wita pembedahan ditandai dengan - Nyeri dirasakan seperti
pasien mengatakan nyeri pada diiris-iris dan bertambah
area operasi, nyeri dirasakan saat bergerak.
seperti diiris-iris, nyeri O : - Pasien tidak meringis
bertambah saat bergerak skala saat bergerak
nyeri 6 (nyeri sedang0 dari 0- - Skala nyeri 3 (nyeri
10 skala nyeri yang diberikan. ringan) dari 0-10 skala
Pasien meringis saat bergerak, nyeri yang diberikan.
terdapat nyeri tekan pada - N : 80 x/menit
daerah luka post operasi, nadi, A : Tujuan 1,2,3,4 tercapai,
: 84x/menit. masalah teratasi.
P : Pertahankan kondisi
pasien, anjurkan pasien
untuk rajin minum obat
Kamis, Resiko terhadap infeksi S : -
28-04-16 berhubungan dengan terhadap O : - Balutan luka bersih dan
Pukul 16.30 luka post operasi sepanjang ± kering
wita 10 pada perut bagian kanan - Tidak ada kemerahan di
bawah, luka ditutup dengan sekitar balutan, infus
gaas steril kering dan hipavix, sudah dilepas, tidak ada
balutan tampak bersih, suhu = kemerahan dan bengkak
37°C, terpasang IVFD RL 20 - S : 36,5°C
tetes / menit. A : Tujuan 1, 2, dan 4 tercapai
tujuan 3 belum tercapai,
masalah teratasi sebagian.
P : Lanjutkan renpra 4

Kamis, Intoleransi aktifitas S : - Pasien mengatakan


28-04-16 berhubungan dengan sudah tidak merasa lemas
Pukul 16.30 peningkatan kebutuhan dan tidak sulit bergerak
wita metabolic sekuder terhadap serta sudah bisa berjalan
pembedahan ditandai dengan disekitar ruangan seperti
pasien mengatakan sulit untuk ke kamar mandi.

Dilanjutkan
96
Lanjutan

1 2 3

bergerak karena masih lemas, O : - Pasien sudah mampu


pasien mengatakan hanya memenuhi
berbaring di tempat tidur, dan - ADLnya secara mandiri
baru mampu miring kanan dan - Pasien sudah bisa
kiri, pasien mengatakan dalam mobilisasi secara
memenuhi kebutuhan sehari- bertahap (berjalan)
hari seperti makan, minum dan - TD :120/80 mmHg
BAK masih dibantu oleh A : Tujuan 1, 2, 3, 4 dan 5
keluarga, pasien tampak lemah, sudah tercapai, masalah
pasien tampak berbaring di teratasi.
tempat tidur, hanya mampu P : Pertahankan kondisi
miring kanan dan kiri, tampak pasien dan anjurkan
ADL pasien seperti BAK pasien untuk rajin minum
dibantu oleh keluarga. obat serta tidak
mengangkat benda-benda
berat sampai luka benar-
benar sembuh ± 2-4
minggu.
BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan atas uraian yang telah dipaparkan dalam bab II yang

memuat tentang tinjauan teoritis dan tinjauan kasus yang nyata ditemukan di

ruangan, maka dalam bab berikut ini akan dibahas tentang beberapa kesenjangan

dan kesesuaian antara teori dan kenyataan yang ditemukan pada kasus dan dibahas

secara bertahap sesuai dengan tahapan proses keperawatan.

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal dalam proses keperawatan yang

dilakukan pada pasien WM melalui wawancara, observasi, pemeriksaan

fisik dan dokumentasi keperawatan. Dari data pre operasi pada tinjauan teori

muncul data subjektif pasien mengatakan pasien mengeluh nyeri pada perut

kuadran kanan bawah , mengeluh mual dan muntah, perasaan enek, nafsu

makan menurun, demam, dan pasien mengatakan cemas dengan

keadaannya. Sedangkan data objektifnya Pasien tampak meringis, terdapat

nyeri tekan atau nyeri lepas , demam, muntah, anoreksia, takikardi,

konstipasi, dan pasien tampak cemas, terdapat skibala pada perut kuadran

kiri bawah, adanya penurunan bising usus dan distensi abdomen. Pada

pengumpulan data yang dilaksanakan pada pasien WM secara umum tanda

dan gejala pada kasus hampir sesuai dengan teori, namun ada data yang

tidak ada pada pasien yaitu pasien mengatakan sulit buang air besar, perut

kembung, terdapat skibala karena pasien mengatakan sudah BAB 1 kali tadi

97
97
98

pagi, ada juga data yang tidak ada pada pasien yaitu pasien mengatakan

tidak demam karena saat pengkajian pre operasi pasien tidak ada

peningkatan suhu tubuh. Data lain yang ditemukan pada kasus namun tidak

ditemukan pada teori yaitu peningkatan WBC sehingga penulis mengangkat

masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi.

Pada pengkajian post operasi data yang ditemukan pada kasus yang

sesuai dengan data pada teori antara lain: pasien mengatakan nyeri pada area

post operasi, pasien mengatakan tidak tahu tentang perawatan post operasi,

pasien tampak meringis, pasien tampak lemah, pasien tampak bertanya-

tanya, terdapat luka post operasi pada perut kuadran kanan bawah, luka

masih basah,pasien tampak terbaring di tempat tidur. Pada kasus, penulis

tidak menemukan data mual, muntah, turgor kulit kurang elastis dan mukosa

bibir kering karena pasien sudah tidak puasa lagi. Penulis juga tidak

menemukan data pasien mengatakan kurang mengerti tentang perwatan post

operasi dan pasien tampak bertanya-tanya karena pasien sudah mengetahui

informasi tentang perawatan post operasi dari keluarga. Dalam melakukan

pengkajian untuk mendapatkan data-data yang maksimal yang diperlukan

dalam pembuatan kasus ini, penulis tidak mendapatkan hambatan yang

cukup berarti karena pasien dan keluarga sangat kooperatif dengan penulis,

sehingga pengambilan data berjalan lancar


99

B. Diagnosa Keperawatan

Pada pre operasi, dari lima masalah yang ada pada teori, tiga

masalah keperawatan yang tidak ditemukan pada kasus yaitu perubahan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan konstipasi dan hipertermi. Hal

ini disebabkan karena tidak adanya data yang menunjang ke arah

masalah tersebut. Sedangkan pada post operasi dari lima masalah

keperawatan yang ada pada konsep teori, ada dua masalah keperawatan

yang tidak ditemukan pada kasus yaitu resiko tinggi kekurangan volume

cairan dan kurang pengetahuan, hal ini disebabkan karena tidak ada data

yang menunjang ke arah masalah tersebut. Masalah keperawatan

ditemukan pada kasus yang tidak ada pada teori yaitu resiko penyebaran

infeksi karena pada data laboratorium pasien terdapat peningkatan WBC

yang dimana bila sel darah putih meningkat berarti adanya

mikroorganisme yang mulai menyebar di bagian lumen appendiks

tersebut, bila infeksi ini dibiarkan atau tidak ditangani segera akan

menyebar ke area sekitar yang menyebabkan infeksi meluas dan nyeri

semakin bertambah.

Dari konsep teori post appendiktomi terdapat lima masalah

keperawatan dan pada kasus penulis hanya menemukan 3 masalah

keperawatan yaitu: nyeri akut, intoleransi aktivitas, dan resiko infeksi.

Pada kasus penulis tidak menemukan data mual, muntah, turgor kulit

kurang elastis dan mukosa bibir kering karena pada waktu pengkajian

pasien sudah tidak puasa lagi dan sudah diperbolehkan untuk makan dan
100

minum. Data lain yang tidak ditemukan yaitu pasien kurang mengerti

tentang perwatan post operasi dan pasien tampak bertanya-tanya karena

pasien sudah mengetahui informasi tentang perawatan post operasi dari

keluarga.

Pada saat pengkajian post operasi penulis mendapatkan hambatan di

mana pada saat post operasi pukul 14.45 wita, penulis tidak di izinkan untuk

mengkaji oleh keluarga, karena keadaan pasien masih lemah dan baru di

izinkan pukul 20.20 wita. Dalam melakukan pengkajian untuk mendapatkan

data-data yang maksimal yang diperlukan dalam pembuatan kasus ini,

penulis tidak mendapatkan hambatan yang cukup berarti karena pasien dan

keluarga sangat kooperatif dengan penulis, sehingga pengambilan data

berjalan lancar.

C. Perencanaan

Perencanaan merupakan tahap ketiga pada proses keperawatan.

Penyusunan keperawatan diawali dengan memprioritaskan masalah

keperawatan dan menentukan rencana tindakan keperawatan dimana dalam

menentukan prioritas masalah keperawatan penulis sudah disesuaikan

dengan teori yaitu berdasarkan berat ringannya masalah yang pertama yaitu

pre operasi yaitu resiko penyebaran infeksi yang dimana rencana tujuan

setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x 24 jam diharapkan infeksi

tidak meluas dengan kriteria hasil : Tidak terjadinya penyebaran infeksi,

Jumlah WBC dalam batas normal (4.60-10.2), Jumlah neutrofil dalam batas
101

normal ( 2.00 – 6.00) Jumlah monosit dalam batas normal (0,10-0.60), dan

dibuatkan rencana yaitu : Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan

lokal dimana itu untuk mendeteksi secara dini terjadinya proses infeksi,

yang kedua monitor hitung granulosit WBC untuk mengetahui peningkatan

WBC diakibatkan oleh proses penyakit melibatkan imun dan peningkatan

resiko infeksi, selanjutnya delegatif dalam pemberian obat cefotaxime 3 x 1

gram (IV perset) dimana obat Cefotaxime berfungsi untuk mencegah

terjadinya infeksi dilanjutkan dengan nyeri akut berhubungan dengan

distensi jaringan usus oleh inflamasi yang dimana rencana tujuan setelah

diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri pasien

berkurang dengan kriteria hasil: Pasien mengatakan nyeri berkurang Skala

nyeri 3 dari 0-10 skala nyeri yang diberikan, pasien tidak meringis lagi,

TTV dalam batas normal TD: 120/80mmHg, nadi : 60-80 x/menit, dan

dibuatkan rencana yaitu : observasi skala nyeri, catat lokasi, kualitas dan

karakteristik nyeri (PQRST) untuk Membantu mengidentifikasi intervensi

yang tepat dan perubahan karakteristik nyeri menunjukkan terjadinya abses/

peritonitis, yang kedua observasi vital sign tiap 6 jam untuk mengetahui

respon autonomik meliputi perubahan pada TD, nadi, pernafasan, Berikan

lingkungan yang tenang dimana tindakan ini dapat menurunkan

ketidaknyamanan fisik dan emosional pasien, menurunkan tegangan otot,

memfokuskan perhatian yang ketiga ansietas berhubungan dengan

perubahan aktual/ persepsi perubahan dalam lingkungan sekunder akibat

hospitalisasi dengan rencana setelah diberikan asuhan keperawatan 1 x 30


102

menit diharapkan mekanisme koping pasien adaptif dan konstruktif dengan

kriteria hasil : Pasien mengatakan tidak cemas lagi, pasien tampak tenang,

pasien mengatakan mengerti tentang penyakitnya, tanda-tanda vital dalam

batas normal, TD : 110/70 – 120/80 mmHg, N : 60 – 80 x/menit dan

dibuatkan rencana yaitu : kaji ulang tingkat kecemasan pasien untuk

membantu dalam mengidentifikasi kekuatan dan ketrampilan yang mungkin

membantu pasien mengatasi keadaannya sekarang dan atau kemungkinan

lain untuk memberikan bantuan yang sesuai, berikan informasi yang akurat

dan nyata tentang apa yang dilakukan misal : tirah baring, pembatasan

masukan per oral dimana keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan

memberikan rasa kontrol dan membantu menurunkan ansietas , berikan

informasi tentang penyakit dan pengobatan serta informed consent agar

memungkinkan pasien untuk membuat keputusan yang berdasarkan atas

pengetahuan dan tujuan operasi , dorong/ pasien orang terdekat untuk

menyatakan perhatian , perilaku perhatian tindakan dukungan membantu

pasien merasa srtes berkurang energy untuk ditujukan pada penyembuhan /

perbaikan, berikan kesempatan pada keluarga dan pasien untuk bertanya

tentang hal-hal yang belum dimengerti untuk menambah pengetahuan

pasien dan keluarga. Evaluasi kembali pengetahuan pasien tentang

perjalanan penyakit, dan pengobatan dimana untuk mengetahui seberapa

jauh penjelasan dapat diterima . pada post op adapun diagnose yang

diangkat yaitu : nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan sekunder

terhadap tindakan pembedahan dengan rencana tujuan setelah diberikan


103

asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharap nyeri pasien berkurang

dengan kriteria hasil : Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi

berkurang, skala nyeri 3 dari 0-10 skala nyeri yang diberikan, pasien tidak

meringis lagi saat bergerak, nadi : 60-80 x/menit, TD : 110/70 – 120/80 ,

adapun rencana tindakannya yaitu: observasi skala nyeri, catat lokasi,

kualitas, dan karakteristik nyeri (PQRST) untuk membantu mengidentifikasi

intervensi yang tepat dan perubahan karakteristik nyeri menunjukkan

terjadinya abses/ peritonitis, observasi vital sign setiap 6 jam dimana respon

nyeri meliputi perubahan pada TD, nadi, dan pernafasan yang berhubungan

dengan keluhan dan tanda vital memerlukan evaluasi lanjut, dan berikan

posisi yang nyaman seperti posisi semi fowler dimana penurunan tegangan

otot, dan meningkatkan relaksas, berikan lingkungan yang tenang (batasi

pengunjung supaya dapat mengalihkan perhatian terhadap nyeri yang

dirasakan dan dapat meningkatkan rasa kontrol terhadap nyeri, anjurkan

tehnik distraksi dan relaksasi untuk mengalihkan perhatian terhadap nyeri,

memberikan dukungan ( fisik, emosional) menurunkan tegangan otot, tidak

memfokuskan diri pada nyeri, delegatif dalam pemberian keterolac 30mg

(IV perset) untuk mengontrol mengurangi nyeri untuk meningkatkan

istirahat dan meningkatkan kerjasama dengan aturan terapeutik. Yang kedua

di dapatkan diagnosa risiko infeksi dengan faktor risiko sisi masuknya

organisme sekunder terhadap pembedahan dengan rencana tujuan Setelah

diberikan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan infeksi tidak

terjadi dengan kriteria hasil: tanda-tanda infeksi (rubor, dolor, tumor,


104

kalor,dan fungsiolasia tidak ada) TTV dalam batas normal, terutama suhu (

S: 36-370C), WBC dalam batas normal (4,60- 10,2) k/ul, luka kering.

Dengan rencana tindakannya yaitu: obsevasi tanda-tanda infeksi (rubor,

dolor, tumor, kalor, dan fungsiolaesa untuk mendeteksi dini terjadinya

proses infeksi dan atau pengawasan penyembuhan luka, Observasi tanda-

tanda vital tiap 6 jam dimana peningkatan suhu tubuh taki kardia dapat

menunjukkan terjadinya infeksi, rawat luka dengan tehnik aseptik, teknik ini

melindungi pasien dari kontaminasi silang selama perawatan luka,

kolaborasi dalam pemeriksaan lab terutama WBC dimana dalam

peningkatan WBC diakibatkan oleh proses penyakit melibatkan imun dan

peningkatan resiko infeksi delegatif dalam pemberian injeksi cefotaxime

1gr melalui IV perset , dan cefotaxime untuk mencegah terjadinya infeksi

atau berikan profilaksis bila dicurigai terjadinya infeksi atau kontaminasi,

yang ketiga diagnosa Intoleransi aktivitas berhubungan dengan

meningkatnya kebutuhan metabolisme sekunder terhadap proses

pembedahan adapun rencana tujuan Setelah diberikan asuhan keperawatan

selama 2x24 jam diharapkan pasien dapat melakukan aktivitas secara

bertahap dengan kriteria hasil : Pasien tidak merasa lemas Pasien dapat

bergerak dengan leluasa,ADL pasien mandiri,Tanda- tanda vital dalam batas

normal tekanan darah: 110/70-120/80mmHg, nadi: 60-80x/ menit, dengan

rencana tindakannya yaitu: observasi tanda- tanda vital tiap 6 jam didalam

tanda- tanda vital dapat menggambarkan keadaan umum pasien, Bantu

pasien dalam memenuhi ADL nya agar pasien termotivasi melakukan gerak
105

dan aktivitas, Motivasi pasien agar mau melakukan ADL nya mandiri secara

bertahap agar pasien dapat memenuhi ADLnya secara mandiri.

D. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan tahap ketiga dari proses keperawatan dan

merupakan realisasi dari rencana yang telah dibuat. Sebagian besar rencana

tindakan dapat dilaksanakan dengan baik, namun ada beberapa tindakan

yang tidak dapat dilaksanakan yaitu kolaboratif dalam pemeriksaan

laboratorium darah lengkap terutama WBC, hal ini terjadi karena kondisi

pasien stabil dan tidak ditemukan tanda-tanda infeksi,. sehingga tidak ada

instruksi dari dokter. Tindakan monitor tanda dan gejala infeksi lokal tidak

dapat dilakukan karena tidak ada intruksi dari dokter. Observasi tanda-tanda

vital pada rencana keperawatan tiap 6 jam, tetapi penulis tidak dapat

melaksanakannya karena disesuaikan dengan kondisi di ruangan. Untuk

tindakan yang lain sudah dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan

pada rencana perawatan. Hal ini didukung oleh adanya kerja sama yang baik

antara penulis, mahasiswa praktek, perawat dan tim kesehatan lainnya serta

pasien dan keluarga yang cukup kooperatif.


106

E. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan untuk

menilai keberhasilan tindakan keperawatan yang telah diberikan. Pada pre

operasi dari tiga masalah keperawatan yang dirumuskan, satu masalah sudah

tercapai sesuai dengan rencana dan dua masalah belum teratasi. Masalah

keperawatan ansietas setelah diberikan asuhan keperawatan selama 30 menit

sudah dapat diatasi. Sedangkan resiko penyebaran infeksi belum dapat

teratasi karena pada hari itu pada tanggal 26 April 2016 sudah di lakukan

pengambilan darah lengkap pada pagi hari dan belum dilaksanakan tindakan

pembedahan(appendiktomi) dan nyeri akut belum dapat teratasi karena

belum dilaksanakan tindakan pembedahan (appendiktomi). Pada post

operasi, evaluasi terhadap masalah yang muncul sesuai dengan kriteria

waktu yang telah dibuat, dimana pada rencana perawatan dibuat kriteria

waktu selama 3 x 24 jam. Pasien dipulangkan di hari keempat pada tanggal

30 April 2016 karena kondisi pasien sudah membaik dan diperkenankan

untuk pulang. Dari lima masalah keperawatan yang muncul pada kasus, tiga

masalah teratasi yaitu nyeri akut, resiko infeksi, dan intoleransi aktivitas dan

satu masalah belum teratasi yaitu resiko infeksi karena tidak ada nilai WBC.
BAB IV

PENUTUP

Berdasarkan uraian diatas penulis dapat menarik kesimpulan dan memberi

saran-saran sebagai berikut :

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa Asuhan Keperawatan Pasien WM Dengan Appendiksitis - Post

Appendiktomi Hari Ke-0 di Ruang A RSUD Klungkng 25-28 April 2016

sudah dapat dilaksanakan dengan baik.

Dari pengkajian pre operasi dapat disimpulkan bahwa ada tanda dan

gejala yang ada pada teori tapi tidak ditemukan pada kasus yaitu : pasien

mengeluh mual dan muntah, perasaan enek, nafsu makan menurun, dan

demam. Sedangkan pada pengkajian post operasi data yang tidak ditemukan

pada kasus namun ada pada teori yaitu : turgor kulit kurang elastic, mukosa

bibir kering, dan muntah.

Tahap perencanaan diawali dengan memprioritaskan masalah

keperawatan berdasarkan berat ringannya masalah, dimana sebagai prioritas

utama pada pre operasi adalah resiko penyebaran infeksi dan pada post operasi

adalah nyeri akut. Kemudian dilanjutkan dengan menyusun rencana

keperawatan untuk masing-masing masalah keperawatan yang ada, kendala

yang ditemukan penulis saat perencanaan adalah dalam menentukan rencana

107
108

perawatan karena kurangnya buku sumber tentang asuhan keperawatan pasien

dengan appendik dan appendiksitis, sehingga penulis menggunakan teori

umum tentang asuhan keperawatan pre dan post operasi yang dihubungkan

dengan keadaan pasien.

Pada pelaksanaan asuhan keperawatan pasien WM, sebagian besar

rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan baik, namun ada tindakan yang

tidak dapat terlaksana yaitu kolaboratif dalam pemeriksaan laboratorium

terutama WBC karena keadaan pasien sudah stabil dan tidak ada tanda-tanda

infeksi sehingga tidak ada intruksi dari dokter. Observasi tanda-tanda vital

juga tidak dapat dilaksanakan tiap 6 jam karena disesuaikan dengan kondisi di

ruangan.

Pada evaluasi pre operasi sudah sesuai dengan kriteria waktu yang

telah ditentukan, namun ada masalah yang belum teratasi yaitu resiko

penyebaran infeksi dan nyeri akut karena belum dilaksanakan pembedahan,

sedangkan pada post operasi, evaluasi yang dilakukan sesuai dengan kriteria

waktu yang telah dilakukan karena kondisi pasien sudah membaik dan

diperbolehkan untuk pulang. Dari dua masalah muncul tiga masalah sudah

teratasi, satu masalah tidak menjadi aktual dan satu masalah belum teratasi.
109

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis dapat memberi saran sebagai

berikut :

1. Kepada pasien WM diharapkan tetap mempertahankan kondisi yang telah

dicapai dan rajin kontrol ke pusat pelayanan kesehatan terdekat.

2. Kepada keluarga pasien WM diharapkan selalu berpartisipasi dalam

mempertahankan kondisi pasien, serta tetap memberikan dorongan dan

motivasi pada pasien.

3. Kepada perawat ruang A (Bedah) diharapkan melaksanakan rencana

kolaboratif pemeriksaan laboratorium terutama WBC pada pasien post

operasi.

4. Kepada RSUD Klungkung agar tetap mempertahankan mutu dan

meningkatkan pelayanan di rumah sakit.

5. Kepada institusi STIKES Bali diharapkan dapat meningkatkan pengadaan

buku sumber tentang ilmu bedah khususnya appendiks.


110

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. ( 2013). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta:
EGC.

Carpenito, L.J. (2012). Diagnosa keperawatan. (Edisi 13). Jakarta : EGC.

Dion Yohanes dan Betan Yasinta. (2013). Asuhan keperawatan keluarga.


Yogyakarta : Nuha Medika.

Doenges, M.E. (2012). Rencana asuhan keperawatan. (Edisi 3). Jakarta : EGC.

Dr. Taufan Nugroho. (2011). Asuhan Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Irianto, Koes. (2015). Memahami berbagai macam penyakit. (Edisi 15). Bandung:
ALFABETA.

Priscilla LeMone, Karen M.Burke, dkk. (2016). Buku ajar keperawatan medikal
bedah. Jakarta: EGC.

Sjamsuhidajat, R. dan Wim de Jong. (2011). Buku ajar ilmu bedah. Jakarta :
EGC.

Swann Morton dan England B.S. (2013). Keperawatan medical bedah. (Edisi 13).
Yogyakarta: Nuha Medika.

Wijaya, A.S & Putri, Y.M. (2013). Keperawatan medical bedah I. Yogyakarta:
Nuha medika.
SATUAN ACARA PENYULUHAN APENDIKSITIS

Pokok bahasan : Gangguan Sistem Pencernaan

Sub pokok bahasan : Apendiksitis

Sasaran : Pasien dan keluarga dengan apendiksitis

Tempat : Ruang A (bedah) RSUD Klungkung

Hari/Tanggal : Senin, 25 April 2016

Waktu : 1 x 30 menit ( jam 23.00-23.30 WITA)

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Pada akhir proses penyuluhan, pasien dan keluarga pasien dapat

mengetahui dan memahami tentang penyakit apendiksitis.

IV. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah mengikuti penyuluhan selama 1x30 menit, maka diharapkan

pasien dan keluarga pasien:

1. Memahami pengertian apendiksitis.

2. Memahami penyebab apendiksitis.

3. Memahami tanda dan gejala apendiksitis.

4. Memahami komplikasi apendiksitis.

5. Memahami pengobatan apendiksitis.

V. SASARAN

Pasien dan keluarga pasien dengan apendiksitis


VI. PEMBAHASAN MATERI

1. Pengertian apendiksitis

2. Penyebab apendiksitis

3. Tanda dan gejala apendiksitis

4. Komplikasi apendiksitis

5. Pengobatan apendiksitis

VII. METODE
1. Ceramah

2. Tanya Jawab / Diskusi

VIII. MEDIA
1. Leaflet

IX. KEGIATAN PENYULUHAN

N KEGIATAN
WAKTU KEGIATAN PENYULUH METODE
O PESERTA
1 3 menit Pembukaan:
1. Membuka kegiatan dengan 1. Menjawab salam Ceramah
mengucapkan salam
2. Kontrak waktu 2. Menyetujui
3. Menjelaskan tujuan dari 3. Mendengarkan
penyuluhan
4. Appersepsi (menggali 4. Menjawab sesuai
sejauh mana pengetahuan
pasien/keluarga audien tentang
mengetahui penyakit apendiksitis.
apendiksitis)
2 15 Pelaksanaan :
menit 1. Menjelaskan materi Memperhatikan/ Ceramah
tentang apendiksitis Mendengarkan dengan
a. Pengertian apendiksitis menggunaka
b. Penyebab apendiksitis n lembar
c. Tanda dan gejala balik
apendiksitis
d. Komplikasi apendiksitis
e. Pengobatan apendiksitis
2. Memeberikan Menanyakan materi
kessempatan untuk yang belum jelas
bertanya Menjawab pertanyaan
3. Melakukan evaluasi : Tanya jawab
dengan menanyakan dan diskusi
kepada peserta tentang Mendengarkan
materi yang telah di
berikan
4. Reinforcement kepada Mendengarkan
para peserta yang dapat
menjawab pertanyaan
5. Menyimpulkan materi
apendiksitis
3 4 menit Penutup
1. Rencana tindak lanjut Mendengarkan Ceramah dan
untuk pertemuan - membagikan
selanjutnya Menjawab salam leaflet
2. Mengucapkan salam
penutup
X. EVALUASI
1. Evaluasi struktur

Semua pasien dan keluarga pasien berkumpul di ruang bedah

Menyelenggaraan penyuluan dilaksanakan di ruang bedah

2. Evaluasi proses

a. Apa yang dimaksud dengan apendiksitis ?

b. Apa penyebab apendiksitis ?

c. Apa tanda dan gejala apendiksitis ?

Jawab :

a. Apendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari,melekat

pada sekum tepat dibawah katup ileocecal

b. Obstruksi penyumbatan yang dapat disebabkan oleh hiperplasia dari

folikel limfoid merupakan penyebab terbanyak,adanya fekalit dalam

lumen appendiks

c. 1. Fekalit/massa fekal padat karena konsumsi diet rendah serat

2. Tumor apendiks

3. Cacing ascaris

4. Erosi mukosa apendiks karena parasit E. Histolytica

5. Hiperplasia jaringan limfe

6. Benda asing
MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian
a. Appendiksitis adalah inflamasi apendiks vermiformis, merupakan penyebab

umum nyeri abdomen akut. Apendiksitis merupakan alasan tersering untuk

pembedahan abdomen darurat, dialami oleh 10% dari seluruh populasi

(McPheeet al., 2008).

b. Appendiksitis adalah kasus gawat bedah abdomen yang paling sering terjadi.

Apendik disebut juga umbai cacing.

c. Apendiksitis adalah merupakan salah satu penyakit saluran pencernaan yang

paling umum ditemukan dan yang paling sering memberikan keluhan

abdomen yang akut (Swann Morton dan England B.S, 2013).

2. Penyebab
a) Fekalit/massa fekal padat karena konsumsi diet rendah serat

b) Tumor apendiks

c) Cacing ascaris

d) Erosi mukosa apendiks karena parasit E. Histolytica

e) Hiperplasia jaringan limfe

f) Benda asing

3. Klasifikasi
Apendisitis dibagi atas :

1) Appendiksitis Akut

Keadaan ini terjadi apabila obstruksi menyebabkan mukus yang


diproduksi oleh mukosa mengalami bendungan yang dapat

meningkatkan tekanan intra lumen yang akan menghambat aliran

limfe sehingga terjadi edema.

2) Appendiksitis Supuratif Akut

Terjadi bila sekresi mukus terus berlanjut dan tekanan meningkat yang

menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan

menembus dinding sehingga peradangan yang timbul meluas dan

mengenai peritoneum.

3) Appendiksitis Ganggrenosa

Keadaan ini merupakan kelanjutan dari appendiksitis supuratif yang

mana aliran arteri terganggu sehingga terjadi infark pada dinding

appendiks yang diikuti dengan ganggren.

4) Appendiksitis Perforasi

Terjadi apabila dinding appendiks yang telah rapuh itu pecah.

4. Tanda dan gejala

1) Sakit dan kram di daerah periumbilikus menjalar ke kuadran kanan

bawah

2) Anoreksia

3) Mual

4) Muntah (tanda awal yang umum, kurang umum pada anak yang lebih

besar)

5) Demam ringan di awal penyakit dapat naik tajam pada peritonitis

6) Nyeri lepas
7) Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali

8) Konstipasi

9) Diare

10) Kencing sedikit-sedikit / Disuria

11) Iritabilitas

12) Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua

bagian perut

13) Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di

daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa

14) Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat

15) Gejala berkembang cepat, kondisi dapat didiagnosis dalam 4 sampai 6

jam setelah munculnya gejala pertama.

5. Komplikasi

a) Perforasi

b) Peritonitis

c) Pemeriksaan diagnostic

6. Pengobatan apendiksitis

Ace Maxs adalah minuman kesehatan yang sangat berkhasiat dan efektif

dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit kronis salahsatunya tentu

bisa menyembuhkan penyakit usus buntu secara ampuh dan aman. Ace

Maxs yang terbuat dari bahan-bahan alami dan terjamin kualitas nya,

namun dari cara penngelolaannya telah menggunakan alat-alat yang


modern dan telah ditelaah oleh para medis dan telah di akui oleh Badan

kesehatan RI. Alasan kami merekomendasikan Ace Maxs sebagai

penyembuhan penyakit usus buntu karena Ace Maxs itu sendiri terbuat dan

diolah dari bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia sedikitpun

sehingga jelas hasil yang diperolehnya pun jelas menghasilkan suatu

produk yang berkualitas dan ampuh dalam mengobati penyakit usus buntu

tanpa adanya efek samping yang ditimbulkan baik dalam jangka waktu

panjang ataupun pendek.

Ace Maxs yang terbuat dari bahan utama kulit manggis dan daun sirsak

dan dibantu dengan campuran bunga Rosella, buah apel dan Madu

sehingga dari rassa yang dihasilkan sangat banyak disukai oleh sebagian

masyarakat luas. Kandungan yang terdapat dari kulit manggis itu yaitu

kaya akan Antioksidan yang sangat bermanfaat dan bisa membunuh

berbagai macam kanker ada kuranng lebih 12 kanker yang berhasil

disembuhkan juga kandungan inilah yang bisa membunuh bakteri-bakteri

yang terdapat dalm penyakit usus buntu tersebut. Selain itu daun sirsak

yang juga banyak mengandung Acetogenin yang berfungsi

menyeimbangkan antibodi dalam tubuh sehingga tidak mudah bagi

bakteri-bakteri untuk bisa masuk dalam tubuh seseorang.

7. Penatalaksanaan

Setelah ditegakkan diagnosa appendiksitis, maka indikasinya adalah

pembedahan/appendiktomi (Swann Morton dan England B.S, 2011)


meliputi :

1) Sebelum Operasi / Pre Operasi

a) Observasi

Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala

apendiksitis seringkali belum jelas, dalam keadaan ini observasi ketat

perlu dilakukan. Pasien diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan.

Laksatif tidak boleh diberikan bila dicurigai adanya apendiksitis

ataupun peritonitis lainnya. Pemeriksaan abdomen dan rectal serta

pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis) diulang secara periodic,

foto abdomen dan thorax tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan

adanya penyulit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan

dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah

timbulnya keluhan.

b) Antibiotik

Apendiksitis tanpa komplikasi biasanya tidak perlu diberikan antibiotic,

kecuali apendiksitis ganggrenosa atau apendiksitis perporasi.

Penundaan tindak bedah sambil memberikan antibiotic dapat

mengakibatkan abses atau perporasi.


SATUAN ACARA PENYULUHAN PASIEN WM

DENGAN APPENDIKSITIS

PERAWATAN POST APPENDIKTOMI

Topik : Penyakit Sistem Pencernaan

Sub Topik : Perawatan Post Appendiktomi

Sasaran : Pasien WM dan keluarga

Waktu : 30 menit

Tempat : Ruang A RSUD Klungkung

Hari/Tanggal : Selasa, 26 April 2016

Waktu : Pukul 19.30 wita – 19.50 wita

A. Tujuan

1. Tujuan instruksional umum

Setelah diberikan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga memahami

tentang perawatan setelah operasi.

2. Tujuan instruksional khusus

Setelah diberikan penyuluhan pasien dan keluarga mampu :

a. Menjelaskan cara perawatan luka dengan benar.

b. Menjelaskan tentang pemenuhan nutrisi setelah operasi dengan benar.

c. Menjelaskan tentang aktifitas dan perawatan diri setelah operasi

dengan benar.

B. Metode

1. Ceramah
2. Tanya jawab

C. Media

Leaflet

D. Materi

1. Cara perawatan luka

2. Aktifitas dan perawatan diri setelah operasi

E. Evaluasi

Evaluasi dilakukan secara lisan dengan mengajukan pertanyaan.

1. Bagaimana cara perawatan luka?

2. Bagaimana cara pemenuhan nutrisi setelah operasi?

3. Bagaimana aktifitas dan perawatan diri setelah operasi?

DAFTAR PUSTAKA

Jitowiyono dan Kristiyanasari. (2012). Asuhan Keperawatan Post Operasi.

Yogyakarta : Nuha Medika.


MATERI PENYULUHAN

PERAWATAN POST APPENDIKTOMI

A. Perawatan Pasien Pasca Operasi

1. Perawatan luka pasca operasi

Rumah sakit terapkan tehnik aseptik pada semua perawatan pasien dan

rawat luka operasi dengan tehnik steril pasien tidak boleh memegang

daerah luka operasi dan luka harus tetap kering dan bersih. Perawatan luka

lokal dapat dilakukan dengan mengganti balutan kurang lebih 2 sampai 3

hari sekali atau kotor dengan memberihkan dan mengoleskan obat yang

dianjurkan pada luka. Di samping itu juga nutrisi sangat penting untuk

meningkatkan penyembuhan luka dan mengkonsumsi multivitamin,

antibiotik, suplemen besi sesuai dengan program. Apabila pasien boleh

pulang pasien harus rajin kontrol ke poliklinik bedah untuk merawat luka

dan buka jaringan pada hari ke tujuh.

2. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pasca Operasi

Nutrisi merupakan salah satu kebutuhan tubuh yang sangat penting bagi

kesehatan terlebih lagi pada pasien pasca pembedahan. Nutrisi diperlukan

untuk mengembalikan kondisi pasien yang lemah serta mempercepat

pertumbuhan jaringan pada luka operasi. Sehingga sangatlah penting bagi

pasien untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi. Maka pasien

mengkonsumsi makanan tinggi serat dan tinggi cairan untuk mencegah

konstipasi seperti : jeruk, jambu, pir, brokoli, gandum, semangka, ketimun,

roti, tempe. Konsumsi makanan yang TKTP (tinggi kalori dan tinggi

protein) seperti : beras, jagung, kentang, ayam, telur, susu, ikan, daging
merah dan minum Vitamin C untuk mempercepat penyembuhan luka

sehingga infeksi tidak terjadi. Minuman dan makanan yang dihindari,

yaitu : kopi, teh, coklat, minuman alkohol dan makanan yang berbumbu

yang memperburuk gejala.

3. Aktivitas dan perawatan diri (mobilisasi) pasca operasi

Posisi yang diberikan pada pasien setelah operasi adalah berbaring dengan

posis kepala dan kaki lebih tinggi (seperti huruf V), apabila pasien merasa

nyeri berikan posisi yang nyaman, ajak mengobrol keesokan harinya

pasien melakukan mobilisasi dini dengan miring kanan dan miring kiri,

selanjutnya duduk dan berjalan. Aktivitas normal biasanya dapat dilakukan

dalam 2 sampai 4 minggu setelah operasi.Aktifitas yang dianjurkan antara

lain dilarang mengangkat benda yang berat, dilarang mengejan saat

defekasi dan miksi serta untukpekerja kantor,kembali bekerja dalam 2

minggu dan 4 minggu untuk buruh.


KEGIATAN PENYULUHAN

No Hr/Tgl/Ja Tahapan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Keluarga


m Kegiatan
Penyuluhan
1. Kamis, 28 Pembukaan 1. Memberi salam pada 1. Menjawab salam
April 2016 (5 menit) pasien dan keluarga
Pk. 09.00 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
Wita dengan seksama
3. Menyampaikan 3. Mendengarkan
tujuan penyuluhan dengan seksama
4. Menyebutkan materi 4. Mendengarkan
yang akan dengan seksama
disampaikan

Pelaksanaan 1. Menjelaskan cara 1. Mendengarkan


(20 menit) perawatan luka dengan seksama
2. Menjelaskan cara 2. Mendengarkan
pemenuhan nutrisi dengan seksama
setelah operasi
3. Menjelaskan aktivitas 3. Mendengarkan
setelah operasi dengan seksama

4. Memberikan 4. Pasien dan


kesempatan kepada keluarga proaktif
pasien dan keluarga bertanya
untuk bertanya
5. Memberi jawaban 5. Mendengarkan
atas pertanyaan dan
pasien dan keluar memperhatikan

Penutup 1. Meminta pasien dan 1. Pasien dan


(5 menit) keluarga menjelaskan keluarga
perawatan luka menjelaskan
setelah operasi, cara perawatan luka
pemenuhan nutrisi setelah operasi,
setelah operasi, cara pemenuhan
aktifitas setelah nutrisi setelah
operasi operasi, aktifitas
setelah operasi
2. Menyimpulkan hasil 2. Mendengarkan
penyuluhan dengan seksama
3. Mengucapkan terima 3. Mengucapkan
kasih atas terima kasih
perhatiannya
4. Mengucapkan salam 4. Membalas salam
penutup
APPENDISITIS Apa itu
Tanda dan
apendisitis ? gejala

1. Sakit dan kram di daerah


periumbilikus menjalar ke
Appendisitis adalah kasus gawat
kuadran kanan bawah
bedah abdomen yang paling sering
terjadi. Apendik disebut juga 2. Anoreksia
umbai cacing. Mual

. Penyebab Muntah (tanda awal yang umum,


kurang umum pada anak yang
Oleh : -Fekalit/massa fekal padat karena
lebih besar)
konsumsi diet rendah serat
A.A PUTU DIAH 5. Demam ringan di awal penyakit
-Tumor apendiks
PUSPITADEWI dapat naik tajam pada peritonitis
-Cacing ascaris
13E10997 Nyeri lepas
-Erosi mukosa apendiks karena
Bising usus menurun atau tidak
parasit E. Histolytica
ada sama sekali
Hiperplasia jaringan limfe
DIII KEPERAWATAN
-
Konstipasi
- Benda asing
STIKES BALI  Diare

DENPASAR Kencing sedikit-sedikit / Disuria

2016
 2. Pasien-pasien pasca operasi juga 2. Dilarang mengejan saat BAB
Komplikasi
 dianjurkan untuk mengkonsumsi atau BAK.
makanan yang mengandung tinggi 3 . Hindari batuk .

protein karena protein berperan
 Perforasi dalam merangsang pertumbuhan
 Peritonitis jaringan baru dan mempercepat
proses penyembuhan luka.
 Pemeriksaan
diagnostik

Nutrisi pasien pasca


Operasi !!
1. Apabila pasien boleh pulang Perawatan luka pasca
dianjurkan untuk operasi
mengkonsumsi makanan yang a. Rawat luka dengan teknik
3. Hindari kopi, teh, coklat,
mengandung serat tinggi
minuman beralkohol dan setiap steril
cairan untuk mencegah
makanan atau bumbu.
sembelit. b. Pasien tidak boleh
Aktivitas (mobilisasi) pasca memegang daerah luka
operasi :
1. Dilarang mengangkat benda yang bekas operasi
berat. c. Luka harus bersih dan
kering
d. Mengganti balutan ± 2-3
hari sekali

Anda mungkin juga menyukai