Anda di halaman 1dari 116

PEMBERIAN TERAPI MUROTTAL AL- QUR` AN

TERHADAP WAKTU PULIH SADAR PADA ASUHAN


KEPERAWATAN Ny EDENGAN TUMOR MAMMAE
DEXTRADENGAN ANESTESI GENERAL DI RUANG
MAWAR A12 RSUD dr SOEDIRAN MANGUN
SOEMARSO WONOGIRI

DI SUSUN OLEH:

NURLIANA KHOIRIYAH
NIM. P.13 104

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
PEMBERIAN TERAPI MUROTTAL AL- QUR` AN
TERHADAP WAKTU PULIH SADAR PADA ASUHAN
KEPERAWATAN Ny E DENGAN TUMOR MAMMAE
DEXTRA DENGAN ANESTESI GENERAL DI RUANG
MAWAR A12 RSUD dr SOEDIRAN MANGUN
SOEMARSO WONOGIRI

KaryaTulisIlmiah
UntukMemenuhi Salah SatuPersyaratan
DalamMenyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH:

NURLIANA KHOIRIYAH
NIM. P.13 104

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016

i
ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirant Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahman dan karunia- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “Pemberian Terapi Murottal Al- Qur` an Terhadap Waktu
Pulih Sadar Pada Asuhan Keperawatan Ny E dengan Tumor Mammae Dextra dengan
Anestesi General di Ruang Mawar A 12 di RSUD dr Soediran Mangun Somarso
Wonogiri”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya kepada yang
terhormat:
1. Ns. Wahyu Rima Agustin M. Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk membina ilmu di
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Ns. Meri Oktariani M.Kep, selaku Ketua Program Studi D III Keperawatan dan
selaku penguji 1 yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu
di STIKes Kusuma Husada Surakarta dan telah membimbing dengan cermat,
memberikan masukan- masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan
serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
3. Ns. Alfyana Nadya R. M.Kep, selaku Sekertaris Program Studi D III
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat
menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
4. Ns. S. Dwi Sulisetyawati, M.Kep, selaku dosen pembimbing sekaligus
sebagai penguji 2 yang telah membimbing dengan cermat, memberikan
masukan- masukan, inspirasi, perasaan nyamaan dalam bimbingan serta
memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Semua dosen Program Studi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasanya serta
ilmu yang bermanfaat.

iv
6. Kedua orangtuaku, (Bapak Jaelani S.Pd dan Ibu Sri Sunarni, MP.dI) yang selaku
menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
7. Saudara- saudaraku Luthfi dan Richard yang telah memberikan semangat dan
dukungan untuk menyelesaikan Tugas Akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Teman- teman lima Icond Nurhalimah, Pipit Siti Nurlely, Ratih Eka Sryanti dan
Septia Handayani yang telah memberikan semangat dan dukungan moril dan
spiritual untuk menyelesaikan Tugas Akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Teman- teman Khususnya Usi Nurmualimah, Rustam Efendi Mahasiswa
Program Studi D III Keperawatan Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak
yang tidak dapat disebutkan satu- persatu, yang telah memberikan dukungan
moril dan spiritual.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu


keperawatan dan kesehatan. Amin

Surakarta, 10 Mei 2016

Nurliana

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME .................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................. 1


B. Tujuan Penulisan .............................................................. 7
C. Manfaat Penulisan ............................................................ 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 10

A. Tinjauan Teori ................................................................... 10


1. Kanker Payudara .......................................................... 10
2. Asuhan Keperawatan .................................................. 26
3. Ansietas ...................................................................... 34
4. Waktu Pulih Sadar ....................................................... 39
5. Murottal Al- Qur` an ................................................... 41
B. Kerangka Teori .................................................................. 46

BAB III METODE PENULISAN APLIKASI RISET ........................... 47

A. Subyek Aplikasi Riset ...................................................... 47


B. Tempat dan Waktu ........................................................... 47
C. Media dan Alat yang digunakan ....................................... 47
D. Prosedur Tindakan ............................................................ 48
E. Alat Ukur .......................................................................... 49

vi
BAB IV LAPORAN KASUS ................................................................. 53

A. Identitas ........................................................................... 53
B. Pengkajian ......................................................................... 53
C. Daftar Perumusan Masalah .............................................. 61
D. Perencanaan ...................................................................... 63
E. Implementasi .................................................................... 66
F. Evaluasi ............................................................................ 73

BAB V PEMBAHASAN ....................................................................... 78

A. Pengkajian ......................................................................... 78
B. Perumusan Masalah Keperawatan ...................................... 80
C. Perencanaan ....................................................................... 84
D. Implementasi ..................................................................... 88
E. Evaluasi ............................................................................. 95

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 98

A. Kesimpulan ........................................................................ 98
B. Saran .................................................................................. 100

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

vii
DAFTAR TABEL

Halaman
1. Tabel 3.1 Alderete Score ............................................................. 49
2. Tabel 3.2 HRS- A ....................................................................... 50

viii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Gambar 2.1 Kerangka Teori ........................................................ 46
2. Gambar 4.1 Genogram ................................................................. 55

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Keterangan

1 Lembar Konsul

2 Jurnal Utama

3 Jurnal Pendamping

4 Usulan Judul

5 Daftar Riwayat Hidup

6 Asuhan Keperawatan

7 Logbook

8 Format Pendelegasian Pasien

9 Lembar Penilaian Alderete Score

10 Lembar Observasi

11 Lembar Skala Nyeri

12 Lembar Koesioner Kecemasan

13 Surat Pernyataan

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker menyerang siapa saja baik pria maupun wanita, anak-anak

ataupun dewasa. Banyak sekali jenis kanker yang menyerang manusia,

namun ada beberapa jenis kanker sering menyerang pada jenis kelamin,

atau umur tertentu contohnya pria yaitu kanker paru, kanker kolorektal,

kanker prostat, kanker hati dan nasopharing. Jenis kanker yang sering

dialami oleh wanita adalah kanker payudara, kanker leher rahim, kanker

kolorektal, kanker ovarium, kanker paru. Sedangkan kanker yang sering

terjadi pada anak-anak adalah kanker retinoblastoma, kanker darah

(Mansjoer, 2007)

Kanker termasuk salah satu penyakit tidak menular yang

cenderung terus meningkat setiap tahunnya, sehingga dapat dikatakan

bahwa beban yang harus ditanggung dunia akibat penyakit tersebut juga

semakin meningkat (Depkes, 2009). Kanker adalah kondisi dimana sel

telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga

mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali.

Kanker bisa terjadi dari berbagai sel dalam tubuh seperti kulit, hati, darah,

otak, payudara dan berbagai macam lainnya. Sejalan dengan pertumbuhan

dan perkmbanganbiakanya, sel- sel kanker membentuk suatu masa dari

jaringan ganas yang menyusup ke jaringan di dekatnya (invasif) dan

1
2

bisamenyebar (metastasi) ke seluruh tubuh (Sarjadi, 2000) dikutip pada

Kanita, Ina..2012. Gambaran Pengetahuan tentang kanker Payudara dan

Pola konsumsi Isoflavon. Program Pasca Sarjana. Jakarta.

Kanker Payudara merupakan penyebab kematian kedua akibat

kanker pada wanita setelah kanker mulut rahim dan merupakan kanker

yang paling banyak terjadi pada wanita. Kanker payudara adalah suatu

penyakit dimana terjadi pertumbuhan berlebihan atau perkembangan tidak

terkontrol dari sel sel jaringan payudara. Satu dari tiga orang di dunia akan

terkena sejenis kanker selama hidup mereka dan pada wanita

kemungkinan besarnya adalah kanker payudara. Lebih dari 25% wanita

yang didiagnosis kanker (satu diantara empat) adalah kanker payudara

(Olfah dkk, 2013).

Menurut data WHO tahun 2013, insidens kanker meningkat dari

12,7 juta kasus tahun 2008 menjadi 14,1 juta kasus tahun 2012. Sedangkan

jumlah kematian meningkat dari 7,6 juta orang tahun 2008 menjadi 8,2

juta pada tahun 2012. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di

dunia sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular. Diperkirakan pada

2030 insidens kanker dapat mencapai 26 juta orang dan 17 juta di

antaranya meninggal akibat kanker, terlebih untuk negara miskin dan

berkembang kejadiannya akan lebih cepat (Riskesdas, 2013).

Di Indonesia, prevalensi penyakit kanker juga cukup tinggi.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,

prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk, atau


3

sekitar 330.000 orang. Kanker tertinggi di Indonesia pada perempuan

adalah kanker payudara dan kanker leher rahim. Sedangkan pada laki-laki

adalah kanker paru dan kanker kolorektal. Berdasarkan estimasi Globocan,

International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012, insidens

kanker payudara sebesar 40 per 100.000 perempuan, kanker leher rahim

17 per 100.000 perempuan, kanker paru 26 per 100.000 laki-laki, kanker

kolorektal 16 per 100.000 laki-laki. Berdasarkan datra Sistem Informasi

Rumah Sakit 2010, kasus rawat inap kanker payudara 12.014 kasus

(28,7%), kanker leher rahim 5.349 kasus (12,8%) (Riskesdas, 2013).

Faktor faktor resiko yang diduga berhubungan dengan kejadian

kanker payudara dan sudah diterima secara luas oleh kalangan pakar

kanker (oncologist)di dunia yaitu usia, tidak kawin, umur pertama

melahirkan, usia menarche, usia menopause, riwayat penyakit, riwayat

keluarga, kontrasepsi oral.Insiden Kanker di Indonesia masih belum

diketahui secara pasti karena belum ada registrasi kanker berbasis populasi

yang dilaksanakan (Rasjidi, 2009).

Sejumlah studi memperlihatkan bahwa deteksi kanker payudara

dan terapi dini dapat meningkatkan harapan hidup dan memberikan pilihan

terapi lebih banyak pada pasien. Deteksi dini kanker payudara dapat

dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari yang bisa dilakukan sendiri

yaitu Periksa Payudara Sendiri (SADARI) sampai yang dilakukan bantuan

tenaga medis yaitu Mamografi, Thermografi dan USG (Ultasonography)

(Suryaningsih & Sukaca, 2009).


4

Penatalaksanaan pada pasien Kanker Payudara bisa dilakukan

secara Farmakologis dan Nonfarmakologis. Tindakan Farmakologis yaitu

dilakukan dengan pembedahan, kemoterapi, terapi hormone, terapi radiasi,

dan terapi imunologi. Tumor primer pada umumnya disembuhkan dengan

pembedahan. Pembedahan ini terdiri dari mengangkat tumor (lumpectomy)

dan mengangkat sebagian atau seluruh payudara yang mengandung sel

kanker (mastectomy) (Olfah dkk, 2013).

Didalam ilmu keperawatan ada berbagai macam bentuk terapi

nonfarmakologis adalah dengan pemberian terapi Musik dan Murottal Al-

Qur` an, yang dapat menurunkan nyeri fisiologis, dengan mengalihkan

perhatian seseorang dari nyeri. Perawat dapat menggunakan musik dengan

kreatif diberbagai situasi klinik (Potter & Perry, 2006). Terapi religi dapat

mempercepat penyembuhan, hal ini telah dibukikan oleh berbagai ahli

seperti yang telah dilakukan Ahmad al Khadi, Direktur Utama Islamic

Medicine Institute for Education and Research di Florida, Amerika

Serikat. Dalam konferensi tahunan ke XVII Ikatan Dokter Amerika,

wilayah Missuori AS, Ahmad Al Kadhi melakukan presentasi tentang

hasil penelitianya dengan tema pengaruh Al- Qur` an pada manusia dalam

perspektif fisiologi dan psikologi. Hasil penelitian tersebut menunjukan

hasil positif bahwa mendengarkan ayat suci Al- Qur‘ an memiliki

pengaruh yang signifikan dalam menurunkan ketegangan urat saraf

reflektif dan hasil ini tercatat dan terukur secara kuantitatif dan kualitatif

oleh sebuah alat berbasis komputer.


5

Terapi murottal merupakan terapi yang dapat memberikan dampak

psikologis kearah positif ketika murottal diperdengarkan.Terapi murottal

merupakanterapi yang dapat memberikandampak psikologis kearah

positifketika murottal diperdengarkan.Persepsi akan ditentukan olehsemua

yang terakumulasi, keinginan hasrat, kebutuhan, dan praanggapan

(Gusmirah, 2005). Dalam terapi Murottal ini menggunakan surah Ar-

rahman memiliki arti yang pendek sehingga akan sangat mudah diterima

oleh indra pendengaran. Dengan terapiMurottal Al- Qur’an makakualitas

kesadaran dankeyakinannya akan Tuhan akanmeningkat, baik orang

tersebutmemahami makna Al- Qur’an atau tidak (MacGregor, 2001)

dipublikasikan pada jurnal Pengaruh Pemberian Terapi Murottal Al- Qur`

an terhadap Waktu Pulih Sadar Pasien Kanker Payudara dengan Anestesi

General oleh Moh. Al Khoif Billah.

Pada Pasien Kanker Payudara dilakukan tindakan Farmakologis.

Salah satu tindakan Farmakologis yaitu Pembedahan atau operasi, pada

saat proses Pembedahan dilakukan tindakan Anestesi. Anestesi

diklasifikasikan kedalam anestesi umum dan anestesi lokal. Anestesi

umum menekan pada sistem saraf pusat, mengurangi nyeri dan

menyebabkan hilangnya kesadaran.Anestesi yang pertama Nitrous

Oksida(gas gelak) dipakai untuk pembedahan sekitar pada tahun 1800.

Anestesi umum ialah salah satu carapenghilang rasa sakit saat

akanmenjalani operasi diikuti denganhilangnya kesadaran (Keat., et

al,2013) dipublikasikan pada jurnal Pengaruh Pemberian Terapi Murottal


6

Al- Qur`an terhadap Waktu Pulih Sadar Pasien Kanker Payudara dengan

Anestesi General oleh Moh. Al Khoif Billah.

Salah satu komplikasi pada Pasien Kanker Payudara yang

diberikan Anestesi mempunyai Efek fisiologis yang ditimbulkan tubuh

seseorang dalam menjalani operasi berbeda-beda, tergantung dari kondisi

fisik pasien, Jenis anestesi yang dipakai, Jenis obat yang diberikan, dan

juga banyaknya dosis yang diberikan. Semua hal itu dapat berpengaruh

terhadap waktu pulih sadar pasien post operasi, Berdasarkan Penalitian

yang dilakukan oleh Azhar, 2015 yang berjudul Pemberian Terapi Musik

Klasik: Mozart Terhadap Waktu Pulih Sadar Pasien Kanker Payudara

dengan Anestesi General

Pulih Sadar adalah bangun dari efek obat anestesi setelah proses

pembedahan dilakukan (Jurnal Barone, 2004). Waktu Pulih sadar

merupakan Waktu yang dibutuhkan seseorang untuk sadar dari anestesi itu

menghilang. Berdasarkan Penalitian yang dilakukan oleh Azhar, 2015

yang berjudul Pemberian Terapi Musik Klasik: Mozart Terhadap Waktu

Pulih Sadar Pasien Kanker Payudara dengan Anestesi General.

Dalam Jurnal Pengaruh pemberian Terapi Murottal Al- Qur` an

surah Ar- rahman selama 15 menit setelah itu diukur waktu pulih sadarnya

menggunakan aldrete score. Hasil yang diperoleh dianalisis dengan

independent sample test. Hasil yang diperoleh nilai yang signifikan (p-

Value) 0,036 (p-0,05) sehingga terdapat pengaruh terapi murottal Al- Qur`

an terhadap waktu pulih sadar pasien kanker payudara dengan anestesi


7

general. Kesimpuannya adalah ada pengaruh terapi murottal Al- Qur` an

terhadap waktu pulih sadar pasien kanker payudara dengan anestesi

general. Berdasarkan Latar Belakang tersebut penulis tertarik untuk

melakukan Implementasi hasil penelitian tentang Pemberian Terapi

Murottal Al- Qur` an dalam penulisann Karya Tulis Ilmiah dengan judul

“Pemberian Terapi Murottal Al- Qur` an Terhadap Waktu Pulih Sadar

Pasien Kanker Payudara dengan Anestesi General”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengaplikasikan tindakan Terapi Murottal Al- Qur` an: terhadap waktu

pulih sadar pasien kanker payudara dengan Anestesi General.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan Pengkajian pada Pasien dengan Kanker

Payudara.

b. Penulis mampu merumuskan Diagnosa Keperawatan pada Pasien

dengan Kanker Payudara.

c. Penulis mampu menyusun Intervensi pada Pasien dengan Kanker

Payudara.

d. Penulis mampu melakukan Implementasi pada Pasien dengan

Kanker Payudara.

e. Penulis mampu melakukan Evaluasi pada Pasien dengan Kanker

Payudara.
8

f. Penulis mampu Menganalisa hasil pemberian Terapi Murottal Al-

Qur` an terhadap waktu pulih sadar pasien Kanker Payudara.

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Rumah Sakit

Manfaat karya tulis ilmiahini dapat digunakan

sebagaiasuhankeperawatan bagi pasien khususnya dengan Pasien

Kanker payudara . Selain itu dapat jugamelakukanpencegahan dengan

memberikan penyuluhan kesehatan atau pendidikankesehatankepada

pasien Pasien Kanker payudara.

2. Bagi Profesi Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan, sumber pengetahuan

dan acuan bagi perawat dalam memberikan informasi dan asuhan

keperawatan yang komperhensif terhadap penderita dan masyarakat

dalam upaya deteksi dini atau pengendalian kanker payudara.

3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

motivasi kepada penderita kanker payudara tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi keterlambatan diagnosa kanker payudara yang

dialaminya agar penderita mampu hidup lebih baik serta dapat

berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat baik sosial

maupun ekonomi.
9

4. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan diagnosa pada

penderita kanker payudara yang ditinjau dari aspek pengetahuan, pola

hidup sehat sakit, dan fasilitas pelayanan kesehatan pada penderita

kanker payudara.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Kanker Payudara

a. Definisi

Pada zaman purbakala, kanker sudah dikenal oleh orang-

orangyang mahir melaksanakan observasi dan mereka

menyebutnyacancerdalam bahasa latincancri (crab), artinya kepiting.

Diartikan demikiankarena dapat mengadakan penyebaranseperti

kepiting yang punya banyakkaki. (Mary 2008).Tumor ganas atau

kanker dianggap sebagai pertumbuhan sel yangtidak terkendali, karena

itu secara patologik tumor ganas disebut sebagaipenyakit sel. Tetapi

kita juga menyadari bahwa pertumbuhan sel secaratidak terkendali

menyebabkann sel-sel tersebut membentuk massa yangkemudian

menginfiltrasi organ dan mengganggu fungsinya, karena itukanker juga

dapat disebut penyakit organ (Kresno 2007).

Kanker Payudara merupakan Tumor ganas pada Payudara atau

salah satu Payudara,Kanker Payudara juga merupakan benjolan atau

massa tunggal yang sering terdapat di daerah kuadrant atas bagian luar,

benjolan ini keras dan bentuknya tidak berantakan dan dapat digerakan

(Olfah dkk, 2013).

10
11

Kanker Payudara (Carcinoma Mammae) adalah suatu Penyakit

Neoplasma ganas yang berasal dari Parenchyma (Masjoer dkk, 2003).

Jaringan Payudara terdiri dari Kelenjar susu(kelenjar Pembuat air susu),

salurn kelenjar (saluran air susu),dan Jaringan Penunjang Payudara

(Olfah dkk, 2013).

b. Penyebab Kanker Payudara

Penyebab Kanker Payudara menurut Olfah, Dra Ni Ketut dan Atik

(2013) yaitu:

1) Usia

Wanita yang berumur lebih dari 30 tahun mempunyai

kemungkinan yang lebih besar untuk mendapat kanker Payudara

dan Resiko ini akan bertambah sampai umur 50 tahun dan setelah

Menopause.

2) Lokasi geografis dan Ras

Eropa Barat dan Amerika Utara lebih dari 6-10 kali keturunan

amerika utara perempuan Afrika-Amerika sebelum usia 40 tahun.

3) Riwayat keluarga atau genetik

Wanita yang memiliki riwayat keluarga dengan kanker

Payudara beresiko 2-3 kali lebih besar,sedangkan apabila yang

terkena bukan saudara perempuan maka resiko menjadi 6 kali lebih

tinggi.Pada masyarakat umum yang tidak dapat memeriksa gen dan

faktor proliferasinya, maka riwayat kanker pada keluarga


12

merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kanker payudara,

adalah: (Rasjidi, 2009)

a) Tiga atau lebih keluarga dari sisi keluarga yang sama terkena

kanker payudara atau ovarium.

b) Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker

payudara atau ovarium usia dibawah 40 tahun.

c) Adanya keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara

dan ovarium.

d) Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga.

e) Adanya riwayat kanker payudara pada pria dalam keluarga.

4) Faktor Reproduksi

a) Status Perkawinan

Perempuan tidak menikah 50% lebih sering terkena kanker

Payudara.

b) Paritas

Wanita yang melahirkan anak pertama setelah usia 30 tahun

atau yang belum pernah melahirkan memilikiresiko lebih besar

dari pada yang melahirkan anak pertama di usia belasan tahun.

c) Riwayat Menstruasi

Wanita yang mengalami menstruasi pertama (menarche) pada

usia kurang dari 12 tahun memiliki resiko 1,7 hingga 3,4 kali

lebih besar dari pada wanita dengan menarche yang datang

pada usia lebih dari 12 tahun. Wanita dengan menopause


13

terlambat yaitu pada usia lebih dari 50 tahun memiliki resiko

2,5 hingga 5 kali lipat lebih tinggi (Olafah dkk, 2013).

5) Obesitas

Obesitas atau setiap penambahan 10 kg maka 80% lebih

besar terkena kanker Payudara (Olfah dkk, 2013). Peningkatan

berat badan wanita pasca menopausemeningkatkan resiko terkena

kanker payudara. Setelahmenopause, ketika ovarium berhenti

memproduksi hormonesterogen, jaringan lemak merupakan tempat

utama dalammemproduksi esterogen endogen. Oleh karena itu,

wanitadengan berat badan berlebih dan BMI yang tinggi

mempunyai level esterogen yang tinggi(Rasjidi, 2009).

6) Faktor psikologis

Stresor atau perubahan dalam hidup seseorang seperti perkawinan,

perceraian, menjadi orang tua, kematian seseorang yang berarti

dalam hidupnya dan seterusnya dapat menjadi faktor dalam

perkembangan kanker. Efek status emosi atau status psikologis

seseorang pada sistem imun atau sistem hormon belum dapat

dipastikan dengan jelas. Mungkin penelitian yang lebih lanjut

mengenai psikoneuroimunologi dapat memberikan kejelasan

mengenai interaksi tersebut. Dikatakan bahwa seseorang yang

memiliki kebutuhan dukungan sosial tinggi, tetapi tidak

memperolehnya adalah orang yang lebih beresiko kanker dari pada

orang yang kebutuhannya minimal atau rendah (Mary, 2008).


14

7) Intake alkohol

Hubungan antara peningkatan resiko kanker payudara

dengan intake alkohol lebih kuat didapat pada wanita post

menopause, hal ini dikarenakan alkohol dapat menyebabkan

hiperinsulinemia yang akan merangsang faktor pertumbuhan pada

jaringan payudara (insuline-ike growth factor) (Rasjidi, 2009).

Faktor berdasarkan tingkat resiko terkait dengan kanker Payudara

yang terdiri dari: (Olfah dkk, 2013).

1) Resiko Tinggi

a) Usia lanjut

b) Anak pertama lahir sesudah berumur 30 tahun.

c) Ikatan keluarga dekat (Ibu, Kanker, Bibi dari Ibu)

Menderita kanker Payudara.

d) Riwayat tumor Payudara.

e) Diagnosa sebelumnya Kanker Payudara.

2) Resiko Sedang

a) Menstruasi dini (sebelum umur 12 tahun).

b) Menopause lambat (sesudah umur 50 tahun).

c) Penggunaan hormon pada gejala Menopause.

d) Terkena Radiasi berlebihan di bawah umur 35 tahun.

e) Mempunyai riwayat Kanker uterus, Ovarium, atau kolon.

3) Kemungkinan Beresiko

a) Penggunaan reserpin prolaktin dalam waktu lama.


15

b) Kegemukan,konsumsi lemak berlebihan.

c) Stress Psikologi kronik.

c. Patofisiologi

Sel abnormal membentuk klon dan mulai berproliferasi secara

abnormal, mengabaikan sinyal yang mengatur pertumbuhan

dalamlingkungan sel tersebut. Kemudian dicapai suatu tahap dimana

selmendapatkan ciri- ciri invasif, dan terjadi perubahan pada

jaringansekitarnya. Sel- sel tersebut menginfiltrasi jaringan sekitar

dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh- pembuluh darah,

melalui pembuluh darahtersebut sel- sel dapat terbawake area lain

dalam tubuh untuk membentuk metastase (penyebaran kanker) pada

bagian tubuh yang lain.Neoplasiaadalah suatu proses pertumbuhan

sel yang tidak terkontrol yang tidakmengikuti tuntutan fisiologik,

yang dapat disebut benigna atau maligna.Pertumbuhan sel yang tidak

terkontrol dapat disebabkan oleh berbagaifaktor, faktor- faktor yang

dapat menyebabkan kanker biasanya disebutdengankarsinogenesis.

Transformasi maligna diduga mempunyai sedikitnya tiga

tahapanproses seluler, diantaranya yaituinsiasidimana insiator atau

karsinogenmelepaskan mekanisme enzimatik normal dan

menyebabkan perubahan dalam struktur genetik asam

deoksiribonukleat seluler (DNA),promosidimana terjadi pemejanan

berulang terhadap agens yang mempromosikandan menyebabkan

ekspresi informasi abnormal atau genetik mutan bahkansetelah


16

periode laten yang lama,progresidimana sel- sel yang telahmengalami

perubahan bentuk selama insiasi dan promosi mulaimenginvasi

jaringan yang berdekatan dan bermetastase menunjukkanperilaku

maligna (Brunner & Suddarth, 2002).

Metastase adalah transplantasi sel- sel ganas dari organ yang

satuke organ yang lain. Proses metastasis tidak terjadi secara acak-

acakan atausembarang, tetapi merupakan susunan kejadian yang

rumit. Sekitar 30%tumor padat (malignan) telah bermetastasis ketika

kanker terdiagnosis.Sel- sel mempunyai kemampuan yang lebih unik

daripada sel- sel yangnormal, yakni sel- sel kanker dapat bergerak ke

jaringan lain tanpaterkendali. Penyebaran ke jaringan sekitar dapat

menimbulkan perdarahan,nekrosis, pembentukan ulkus, dan

penggantian dengan jaringan fibrotik.Hal ini dapat menimbulkan

gumpalan yang besar, berakar di tempat (tidakdapat digerakkan

dengan palpasi), kadang- kadang timbul ulkus denganperdarahan,

serta menyebabkan distorsi pada struktur dan penarikan kulitsekitar

seperti yang tampak pada kanker payudara. Infiltrasi setempatdapat

disertai dengan infeksi (Mary, 2008).

d. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala umum yang menjadi keluhan terdiri dari keluhan

yang menjadi keluhan terdiri dari keluhan benjolan atau massa di

payudara, rasa sakit, keluar cairan dari punting susu, timbulnya

kelainan kulit, (dimpling, kemerahan, ulserasi, peau d’orange),


17

pembesaran kelenjar getah bening atau tanda metastasis jauh (Olfah

dkk, 2013).

Sedangkan jika berdasarkan fasenya tanda dan gejala kanker

payudara terdiri dari: (Olfah dkk, 2013).

1) Fase awal Kanker Payudara asimptomatik (tanpa tanda gejala ).

Tanda dan gejala yang paling umum adalah benjolan dan

penebalan pada payudara. Kebanyakan sekitar 90% ditemukan

olehpenderita sendiri. Pada stadium dini, kanker payudara tidak

menimbulkan keluhan.

2) Fase Lanjut

a) Bentuk dan Ukuran Payudara berubah, berbeda dari yang

sebelumnya.

b) Luka pada Payudara sudah lama tidak sembuh walau sudah

diobati.

c) Eksim pada putting Payudara dan sekitarnya sudah lama tidak

sembuh walau diobati.

d) Puting susu sakit, keluar darah, nanah, atau cairan encer dari

puting atau keluar cairan air susu pada wanita yang sedang

hamil atau tidak menyusui.

e) Putting susu tertarik kedalam.

f) Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk (peud d’orange)


18

3) Metastase luas, berupa:

a) Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal.

b) Hasil rontgen thorax abnormal dengan atau tanpa efusi pleura.

c) Peningkatan Alkali fosfastaseatau nyeri tulang berkaitan

dengan penyebaran ke tulang.

d) Fungsi hati abnormal.

Sedangkan jika berdasarkan berat dan ringannya terdiri dari

berbagai Stadium yaitu:

1) Stadium I

Tumor terbatas pada Payudara dengan ukuran < 2m, tidak

terfikasi pada kulit atau otot pektoralis, tanpa dugaan

metastasis aksila.

2) Stadium II

Tumor dengan diameter < 2cm dengan metastasis aksila atau

tumor dengan diameter 2-5 cm dengan tanpa metastasis aksila.

3) Stadium III a

Tumor dengan diameter >5 cm tapi msasih bebas dari jaringan

sekitarnya dengan atau tanpa metastasis aksila yang masih

bebas satu sama lainnya atau tumor dengan metastasis aksila

yang melekat.

4) Stadium III b

Tumor dengan metastasis infra atau supra klavikula atau tumor

yang telah menginfiltrasi kulit atau dinding toraks.


19

5) Stadium IV

Tumor yang telah mengadakan metastasis jauh (Olfah dkk,

2013).

e. Penatalaksanaaan

1) Pencegahan

a) Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah pencegahan yang paling utama.

Caranya adalah dengan upaya menghindarkan diri dari

keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan

pola hidup sehat (Suryaningsih dkk, 2009).

Hal-1hal yang dapat dilakukan dengan pencegahan primer,

yaitu :

(1) Pahami keadaan diri anda.

(2) Mengatur usia reproduksi.

(3) Berikan ASI pada anak anda.

(4) Menjaga berat badan.

(5) Hindari alkohol dan rokok.

(6) Diet makanan sehat / kurangi lemak Menghindari

stress.

(7) Olahraga.

(8) Makanan lebih banyak buah dan sayuran.

(9) Cukupi kebutuhan vitamin D (Nurcahyo dkk, 2010)


20

b) Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang

memiliki risiko untuk terkena kanker payudara.Pencegahan

sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini melalui

beberapa metode seperti mammografi atau SADARI (periksa

payudara sendiri) (Olfah dkk, 2013).

(1) Pengertian

Sadari adalah Pemeriksaan Payudara sendiri yang

bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kanker dalam

payudara wanita. Pemeriksaan ini dilakukan dengan

menggunakan cermin dan dilakukan oleh wanita yang

berumur 20 tahun ke atas (Olfah dkk, 2013).

(2) Tujuan

Tujuan SADARI yaitu untuk mendeteksi dini sedini

mungkin ada tidaknya kanker dalam 33 payudara wanita

(Olfah dkk, 2013).

(3) Waktu SADARI

(a) Waktu terbaik untuk melakukan SADARI minimal

satu kali dalam sebulan, dilakukan pada hari ke 7

sampai ke 10 dari awal mula haid, atau 3 hari setelah

haid berhenti (Olfah dkk, 2013).

(b)Waktu ±10 menit, setiap bulan periksa payudara.


21

c) Pencegahan Tertier

Pencegahan ini ditujukan pada individu yang telah positif

menderita kanker payudara dan penting untuk meningkatkan

kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit

dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan yang

dapat dilakukan adalah dengan :

(a) Operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap

ketahanan hidup penderita.

(b) Tindakan kemoterapi dengan sitostatika.

(c) Pada stadium tertentu, pengobatan diberikan hanya

berupa simptomatik.

(d) Dianjurkan untuk mencari pengobatan alternatif.

(Suryaningsih dkk, 2009)

2) Pengobatan

Terapi primermenyatakan tujuan dariterapi primer atau

pembedahan adalah untuk mengangkat seluruhtumor atau sebanyak

mungkin yang dapat diangkat dan semuajaringan sekitarnya yang

terkena. Jenis pembedahan yang dapat dilakukan adalah: Bruner &

Suddarth, 2002Berdasarkan Skripsi Frida (2012) yang

berjudul”Hubungan Pengetahuan Deteksi dini (SADARI) dengan

Keterlambatan Penderita Kanker payudara Melakukan

Pemerikaan”.
22

(1) Bedah diagnostik

Bedah diagnostik dilakukan untuk mendapatkan

biopsi(eksisi jaringan yang di curigai) untuk menganalisa

jaringandan sel- sel yang di duga ganas. Metode biopsi

yang umumdigunakan adalah metode eksisi (digunakan

untukmendapatkan biopsi jaringan yang mudah

dijangkau), insisi(digunakan untuk massa tumor yang

terlalu besar untuk diangkat), dan biopsi jarum (digunakan

untuk mendapatkansampel massa yang dicurigai yang

dengan mudah dapat dijangkau).

(2) Bedah profolaktik

Bedah profilaktik melibatkan pengangkatan

jaringanatau organ nonvital yang mungkin untuk

terjadinya kanker.Prosedur bedah yang digunakan adalah

kolektomi danmastektomi.

(3) Bedah paliatif

Bedah paliatif dilakukan sebagai usaha

untukmenghilangkan komplikasi dari kanker. Tipe

pembedahan inidirancang untuk meredakan nyeri yang

berat, menghilangkanobstruksi, dan mastektomi sederhana

untuk penyakit payudaraulseratif.


23

(4) Bedah rekonstruktif

Bedah rekonstruktif dilakukan dalam upaya

untukmemperbaiki fungsi atau memperoleh suatu efek

kosmetikyang di kehendaki.

a) Terapi radiasi

Dalam terapi radiasi, radiasi ionisasi digunakan

untukmengganggu pertumbuhan seluler. Terapi radiasi juga

dapatdigunakan untuk mengontrol penyakit malignasi bila

tumor tidakdapat di angkat secara pembedahan atau bila ada

metastasis padanodus lokal.Tumor radiosensitifadalah tumor

yang dapatdihancurkan oleh dosis radiasi yang masih

memungkinkan selnormal untuk beregenerasi dalam jaringan

normal. Radiasi dapat diberikan pada letak tumor baik dengan

mekanisme eksternal atauinternal, dimana implantasi radiasi

internal ataubrachytherapydigunakan untuk memberikan

radiasi dosis tinggi ke area yangterlokalisir.

b) Terapi sistemik

Terapi sistemikatau yang sering disebut dengan

kemoterapiadalah pengobatan menggunakan obat yang

diberikan secara oralmaupun disuntikkan. Kemoterapi

umumnya menggunakan obatdosis tinggi yang bekerja

didalam sel. Kemoterapi bertujuanmenghambat atau


24

melemahkan sel kanker bahkan dapat mematikansel kanker

(Nurcahyo 2010, h. 112).

c) Terapi fotomedik

Terapi fotomedik atau fototerapi adalah pengobatan

kankeryang menggunakan senyawa fotosintesis seperti

photofrin.Senyawafotosintesis diberikan secara intravena

yang akan tertahan dalamkonsentrasi yang lebih tinggi dalam

jaringan maligna dibandingjaringan normal, kemudian

senyawa tersebut diaktifkan denganpenyinaran menggunakan

sinar laser yang akan mennimbulkanmolekul oksigen singlet

yang aktif dan bersifat sitotoksik. Karenasenyawa tersebut

banyak tertahan pada jaringan maligna makasitotoksik yang

lebih selektif dapat dicapai dengan kerusakanminimal

terhadap jaringan normal.

d) Terapi gen

Terapi gen adalah pendekatan revolusioner

terhadappengobatan kanker. Tujuan terapi ini adalah

didasarkan padapengetahuan bahwa banyak kanker mungkin

diakibatkan oleh perubahan dalam gen yang spesifik.

e) Terapi hormon

Beberapa sel kanker menunjukan reaksi positif

terhadaphormon tertentu. Ada yang progesteron receptor, ada

pula esterogenreseptor. Sel kanker semacam itu tumbuh cepat


25

apabila mendapatasupan hormon tersebut. Jika terjadi kasus

seperti ini makadiperlukan terapi hormon (Nurcahyo, 2010).

f) Targeted theraphy

Targeted theraphy adalah pemberian obat yang secara

khusus ditargetkan untuk menghambat pertumbuhan protein

tertentu. Adabeberapa jenis sel kanker yang merupakan

sekumpulan senyawaprotein yang terus tumbuh membesar

dan menjalar (Nurcahyo, 2010).

Tindakan Operatif tergantung pada stadium kanker yaitu: (Olfah

dkk, 2013).

1) Stadium I dan II dilakukan mastektomi radikal, kemudian apriksa

KGB, bila ada metastasis dilanjutkan dengan radiasi regional

kemoterapi ajuvan. Dapat pula dilakukan mestektomi simplek

yang harus diikuti radiasi tumor bed dan daerah KGB regional.

2) Pada Stadium III a dilakukan mestektomi radikal ditambah

kemoterapi ajuvan, atau mastektomi simpleks ditambah

radioterapi pada tumor bed dan KGB regional.

3) Pada Stadium III b dilakukan biopsi, insisi dilanjutkan radiasi.

4) Pada Stadium IV

1) Pada pasien premenopause dilakukan ooforektomi bilateral,

bila respons positif diberi aminoglutetimid/tamofen. bIla

respons negatif berikan kemoterapi CMP/CAF.

2) Pada pasien sudah 1-5 menopause periksa efek esterogen.


26

3) Pada Pasien pasca menapause berikan obat-obatan hormonal

seperti tamoksifen, esterogen, progeterone/kortikosteroid.

2. Asuhan Keperawatan Kanker Payudara

a. Pengkajian

Pengkajian pada klien dengan kanker payudara diperoleh data sebagai

berikut:

1) Aktifitas/istirahat:

Gejala:

Kerja, aktifitas yang melibatkan banyak gerakan

tangan/pengulangan, pola tidur (contoh, tidur tengkurap).

2) Sirkulasi

Tanda:

Kongestif unilateral pada lengan yang terkena (sistem limfe).

3) Makanan/cairan

Gejala:

Kehilangan nafsu makan, adanya penurunan berat badan.

4) Integritas Ego

Gejala:

Stresor konstan dalam pekerjaan/pola di rumah. Stres/takut tentang

diagnosa, prognosis, harapan yang akan datang.


27

5) Nyeri/kenyamanan

Gejala:

Nyeri pada penyakit yang luas/metastatik (Nyeri lokal jarang

terjadi pada keganasan dini). Beberapa pengalaman

ketidaknyamanan atau perasaan lucu pada jaringan payudara.

Payudara berat, nyeri sebelum menstruasi biasanya

mengindikasikan penyakit fibrokistik.

6) Keamanan

Tanda:

Massa nodul aksila. Edema, eritema pada kulit sekitar.

7) Seksualitas

Gejala:

Adanya benjolan payudara, perubahan pada ukuran dan

kesimetrisan payudara. Perubahan pada warna kulit payudara atau

suhu, rabas puting yang tak biasanya, gatal, rasa terbakar atau

puting meregang. Riwayat menarke dini (lebih muda dari usia 12

tahun), menopause lambat (setelah 50 tahun), kehamilan pertama

lambat (setelah usia 35 tahun). Masalah tentang

seksualitas/keintiman.

Tanda:

Perubahan pada kontur/massa payudara, asimetris. Kulit cekung,

berkerut, perubahan pada warna/tekstur kulit, pembengkakan,

kemerahan atau panas pada payudara. Puting retraksi, rabas dari


28

puting (serosa, serosangiosa, sangiosa, rabas berair meningkatkan

kemungkinan kanker, khususnya bila disertai benjolan).

8) Penyuluhan atau pembelajaran

Gejala:

Riwayat kanker dalam keluarga (ibu, saudara wanita, bibi dari ibu

atau nenek). Kanker unilateral sebelumnya kanker endometrial atau

ovarium.Pertimbangan Rencana Pemulangan: DRG menunjukkan

rata-rata lama dirawat 4 hari. Membutuhkan bantuan dalam

pengobatan/rehabilitasi, keputusan, aktivitas perawatan diri,

pemeliharaan rumah.

b. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.

2) Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.

3) Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.

4) Defisiensi pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta

pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya

informasi.

5) Kerusakan Integritas Jaringan

6) Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

c. Intervensi Keperawatan

1) Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor

ditandai dengan:

Tujuan: Nyeri teratasi


29

Kriteria:

a) Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang.

b) Nyeri tekan tidak ada.

c) Ekspresi wajah tenang.

d) Luka sembuh dengan baik.

Intervensi:

a) Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan

penyebaran.

Rasional:

Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan rasa nyeri yang

dirasakan oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan

untuk intervensi selanjutnya.

b) Beri posisi yang menyenangkan.

Rasional:

Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks/istirahat

secara efektif dan dapat mengurangi nyeri.

c) Anjurkan teknik relaksasi napas dalam.

Rasional:

Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan

memperlancar sirkulasi O2 ke seluruh jaringan.

d) Ukur tanda-tanda vital.

Rasional:
30

Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan adanya

peningkatan nyeri.

e) Penatalaksanaan pemberian analgetik.

Rasional:

Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri sehingga dapat

nyeri tidak dipersepsikan.

2) Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh

Ditandai dengan:

Tujuan: Kecemasan dapat berkurang

Kriteria:

a) Klien tampak tenang.

b) Mau berpartisipasi dalam program terapi.

Intervensi:

a) Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya.

Rasional:

Proses kehilangan bagian tubuh membutuhkan penerimaan,

sehingga pasien dapat membuat rencana untuk masa depannya.

b) Diskusikan tanda dan gejala depresi.

Rasional:

Reaksi umum terhadap tipe prosedur dan kebutuhan dapat

dikenali dan diukur.


31

c) Diskusikan kemungkinan untuk bedah rekonstruksi atau

pemakaian prostetik.

Rasional:

Rekonstruksi memberikan sedikit penampilan yang lengkap,

mendekati normal.

3) Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi Ditandai dengan:

Tujuan: Tidak terjadi infeksi.

Kriteria:

a) Tidak ada tanda- tanda infeksi.

b) Luka dapat sembuh dengan sempurna.

Intervensi:

a) Kaji adanya tanda- tanda infeksi.

Rasional:

Untuk mengetahui secara dini adanya tanda- tanda infeksi

sehingga dapat segera diberikan tindakan yang tepat.

b) Lakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah prosedur

tindakan.

Rasional:

Menghindari resiko penyebaran kuman penyebab infeksi.

c) Lakukan prosedur invasif secara aseptik dan antiseptik.

Rasional:

Untuk menghindari kontaminasi dengan kuman penyebab

infeksi.
32

d) Penatalaksanaan pemberian antibiotik.

Rasional:

Menghambat perkembangan kuman sehingga tidak terjadi

proses infeks.

4) Kerusakan Integritas jaringan

Kriteria hasil:

a) Mengidentifikasi penyebab kerusakan jaringan mekanik.

b) Berpartisipasi dalam perencanaan untuk meningkatkan

penyembuhan luka.

c) Memperlihatkan kemajuan penyembuhan lukajaringan.

Intervensi:

a) Kaji balutan luka; karakteristik drainase (jumlah) adanya

kemerahan dan nyeri pada insisi

b) Anjurkan pada pasien untuk tidak menggaruk pada kulit yang

kering

c) Ubah posisi dengan sering

d) Anjurkan pasien untuk melakukan perawatan kulit dengan krim

yang di izinkan dokter

e) Lakukan perawatan luka operasi secara steril

f) Anjurkan pasien untuk tidak menggunakan pakaian yang

sempit/ketat
33

g) kolaborasi untuk pemberian terapi antibiotik.

5) Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Tujuan: Penambahan berat badan progresif kearah tujuan dengan

Normalisasi nilai laboratorium dan bebas tanda malnutrisi

Intervensi

a) Pantau masukan makanan setiap hari

b) Ukur tinggi, berat badan dan kelipatan kulit Trisep.Pastikan

jumlah penurunan berat badan saat ini.Timbang berat badan

setiap hari atau sesuai indikasi.

c) Dorong klien untuk dapat makan tinggi kalori kaya nutrient,

dengan masukan cairan adekwat

d) Kontrol factor-faktor lingkungan (mis; bau tidak sedap atau

kebisingan). Hindari terlalu manis, berlemak atau makan

pedas.

e) Ciptakan suasana makan yang menyenangkan. Dorong pasien

untuk berbagi makanan dengan keluarga

f) Dorong penggunaan teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan

imajinasi.

g) Berikan obat-obat sesuai indikasi

3. Anestesi

a. Definisi

Anestesiologi ialah ilmu kedokteran yang pada awalnya

berprofesi menghilangkan nyeri dan rumatan pasien sebelum, selama


34

dan sesudah pembedahan (Latief dkk, 2002).Anestesi atau

pembiuasan merupakan pembantu operasi yang sangat penting karena

tanpa anestesi tidaklah mungkin dilakukan pembedahan. Tujuan dan

teknik dari anestesi umum yaitu menginduksi hilangnya kesadaran

dengan menggunakan obat hipnotik yang dapat diberikan secara

intravena (misalnya profol) atau inhalasi (misalnya sevofluran) (Grace

Pierce A., 2008) Berdasarkan Penilitian yang dilakukan oleh Azhar

(2015) yang berjudul “Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik:

Mozart terhadap waktu pulih sadar pasien anestesi general”.

Secara umum, anestesi berarti suatu tindakan menghilangkan

rasa sakit ketika dilakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya

yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Sebagai contoh operasi akan

menimbulkan luka insisi, saat pasien sadar dari pengaruh anestesi

maka akan merasakan perasaan nyeri. Anestesi juga dapat mengiritasi

jalan nafas, menimbulkan hipersekresi kelenjar ludah, menyebabkan

mual muntah, Ansietas sendiri merupakan suatu tindakan

menghilangkan rasa sakit ketika dilakukan pembedahan dan berbagai

prosedur lainnyayang menimbulkan rasa sakit pada tubuh (Gwinutt,

2012).

b. Macam Anestesi

1) Anestesi Lokal atau Setempat


35

Anestesi Lokal dibedakan lagi menurut tempat yang diberikan obat

anestesi, yaitu anestesi spinal, epidural, paravertebral, blok cabang

saraf, infiltrasi, dan permukaan kulit (topikal).

2) Anestesi General atau Umum

Obat untuk anestesi umum ada yang berupa gas dan ada pula yang

berupa cairan. Anestesi umum menyebabkan mati rasa kerena obat

masuk kejaringan otak dengan tekanan setempat yang tinggi

(Latief dkk, 2002).

c. Penilaian Anestesi

Sebelum melakukan tindakan Anestesi dilakukan Indentitas setiap

pasien harus lengkap dan harus dicocokan dengan gelang identitas

yang dikenakan pasien. Pasien ditaya lagi mengenai hari dan jenis

bagian tubuh yang akan dioperasi. Dibawah ini termasuk Penilaian

Pembedahan yaitu: (Latief dkk, 2002).

1) Anamnesis

Riwayat tentang apakah pasien pernah mendapat anestesia

sebelumnya sangatlah penting untuk mengetahui apakah ada hal-

hal yang perlu mendapat perhatian khusus, misalnya alergi, mual-

muntah, nyeri otot, gatal-gatal, sesak nafas pasca bedah ,sehingga

kita dapat merancang anestesi berikutnya dengan lebih baik.

Kebiasaan merokok sebaiknya dihentikan 1-2 hari sebelumnya

untuk eliminasi nikotin yeng mempengaruhi sistem


36

kardiovaskulasi, dihentikan beberapa hari untuk mengaktifkankerja

silia jalan pernafasan dan 1-2 minggu untuk mengurangi jumlah

produksi sputum.Kebiasaan minum alkohol dicurigai akan adanya

penyakit hepar.

2) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan keadaan gigi-geligi, tindakan buka mulut,lidah relatif

besar sangat penting diketahui apakah ada penyulitan tindakan

laringoskopiintubasi. Leher pendek dan kaku juga akan

menyulitkan laringoskopiintubasi.

3) Pemeriksaan Labolatarium

Uji Labolatarium hendaknya atas indikasi yang tepat sesuai dengan

dugaan penyakit yang sedang dicurigai, misalnya pemeriksaan

darah (Hb, Leokosit, Masa pendarahan dan masa pembukuan) dan

Urinalis. Pada Usia diatas 50 tahun dianjurkan EKG dan foto

thoraks.

4) Kebugaran untuk Anestesi

Pembedahan efektif boleh ditunda tanpa batas waktu untuk

menyiapkan agar pasien dalam keadaan bugar, sebaliknya pada

operasi sito penundaan yang tidak perlu harus dihindari.

5) Klasifikasi Status Fisik

Kasifikasi yang lazim digunakan untuk menilai kebugaran fisik

seseorang ialah yang berasal dari The Amarican Society of

Anesthesiologists (ASA). Klasifikasi fisik ini bukan alat prakiran


37

resiko anestesia, karena dampak samping anestesia tidak dapat

dipisahkan dari dampak samping pembedahan.

Kelas I : Pasien sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia.

Kelas II : Pasien dengan penyakit siskemik ringan atau sedang.

Kelas III : Pasien dengan penyakit siskemik berat sehingga

aktivitas rutin terbatas.

Kelas IV : Pasien dengan siskemik berat tak dapat melakukan

aktivitas rutin dan penyakitnya merupakan ancaman

kehidupan setiap saat.

Kelas V : Pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa

pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam.

6) Masukan Oral

Pada Pasien dewasa umumnya puasa 6-8 jam, Makanan tak

berlemak dipernolehkan 5 jam sebelum induksi anestesia.

Minuman bening, air putih, teh manis sampai 3 jam dan untuk

keperluan minum obat air putih dalam jumlah terbatas boleh 1 jam

sebelum induksi anestesia.

7) Premedikasi

Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi

anestesia dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan

bangun dari anestesia diantaranya:

a) Meredakan kecemasan dan ketakutan

b) Memperlancar induksi anestesia


38

c) Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus

d) Meminimalkan jumlah obat anestetik

e) Mengurangi mual-muntah pasca bedah

f) Menciptakan amnesia

g) Mengurangi isi cairan lambung

h) Mengurangi refleks yang membahayakan (Latief dkk, 2002)

d. Pemberian Anestesi

Apapun cara pemberiaannya , semua obat anestesi masuk ke dalam

aliran darah, dan diangkut ke otak, tempat obat tersebut menembus

sawar otak melalui darah, dan memasuki sel khusus pada sistem saraf

pusat (SSP). Obat tersebut menimbulkan pengaruh reversible yang

khas. Keadaan teranestesi disebabkan oleh suatu perubahan

permeabilitas membrane sel otak, dan mungkin adanya penyusupan

pada oksigenasi, kadar ion hydrogen intraseluler, dan atau pertukaran

ion (Latief dkk, 2002).

e. Dampak Anestesi

Beberapa dampak yang terjadi pada pasien Anestesi General yaitu:

(Latief dkk, 2002).

1) Respirasi

Anestesi umum sering menyebabkan jalan napas mengalami

obstruksi setelah hilangnya tonus otot-otot lidah dan faring, apnea,

terdapat derajat hipotensi. Hipoksemia merupakan komplikasi yang

sering terjadi pasca anestesi dan pembedahan.


39

2) Kardiovaskuler

Menyebabkan depresi jantung pada tingkat tertentu yang

melemahkan kontraktilitas jantung. Beberapa juga menurunkan

stimulasi simpatetis dari sistem sistemik yang menyebabkan

vasodilatasi dan efek kombinasi menyebabkan penurunan tekanan

darah (hipotensi) sehingga potensial menganggu perusi ke organ

mayor,terutama saat induksi.

3) Pencernaan

Regurgitasi dan aspirasi lambung kadang-kadang terjadi walaupun

sudah menerapkan kewaspadaan.

4) Saraf Perifer

Sebagian besar obat anestesi inhalasi bersifat vasilidator. Anestesi

inhalasi ini mempengaruhi otot polos pembuluh darah otak

sehingga menimbulkan vasodilatasi yang menyebabkan

peningkatan tekanan intrakarnial.

4. Waktu Pulih Sadar

Pulih sadar adalah bangun dari efek obat anestesi setelah proses

pembedahan dilakukan (Barone, 2004)Jurnal “Pengaruh Pemberian Terapi

Murottal Al- Qur` an terhadap Waktu Pulih Sadar Pasien Kanker Payudara

dengan Anestesi General di RSUD DR. Moewardi Surakarta” tahun

2015..“Recovery Room” (RR) adalah suatu ruang Pemulihan pasien pasca

operasi, yang terletak di dekat kamar bedah, dekat dengan perawat bedah,

ahli anesthesia dan ahli bedah sendiri, sehingga apabila timbul keadaan
40

gawat pasca-bedah, klien dapat segera diberi pertolongan.Setelah selesai

tindakan pembedahan, paseien harus dirawat sementara di ruang pulih

sadar (recovery room : RR) sampai kondisi pasien stabil, tidak mengalami

komplikasi operasi dan memenuhi syarat untuk dipindahkan ke ruang

perawatan (bangsal perawatan).

Setelah dilakukan pembedahan pasien dirawat diruang pulih sadar.

Pasien yang dikelola adalah pasien pasca anestesi umum ataupun anestesi

regional. Di ruang pulih sadar dimonitor jalan nafasnya apakah bebas atau

tidak, ventilasinya cukup atau tidak dan sirkulasinya sudah baik atau tidak.

Pasien dengan gangguan jalan nafas dan ventilasi harus ditangani secara

dini. Selain obstruksi jalan nafas karena lidah yang jatuh ke belakang atau

spasme laring, pasca bedah dini kemungkinan terjadi mual-muntah yang

dapat berakibat aspirasi. Anestesi yang masih dalam, dan sisa pengaruh

obat pelumpuh otot akan berakibat penurunan ventilasi.Pasien yang belum

sadar diberikan oksigen dengan kanul nasal atau masker sampai pasien

sadar betul. Pasien yang sudah keluar dari pengaruh obat anestesi akan

sadar kembali. Kartu observasi selama di ruang pulih sadar harus ditulis

dengan jelas, sehingga dapat dibaca bila pasien sudah kembali ke bangsal.

Bila keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien normal dan stabil, maka

pasien dapat dipindahkan ke ruangan dengan pemberian instruksi pasca

operasi.

Tingkat perawatan pasca anestesi pada setiap pasien tidak selalu

sama, bergantung pada kondisi fisik pasien, teknik anestesi, dan jenis
41

operasi, monitoring lebih ketat dilakukan pada pasien dengan risiko tinggi

seperti:

a. Kelainan organ

b. Syok yang lama

c. Dehidrasi berat

d. Sepsis

e. Trauma multiple

f. Trauma kapitis

g. Gangguan organ penting, misalnya : otak

5. Murottal Al- Qur`an

a. Pengertian

Terapi Murottal adalah terapi bacaan Al- Qur` an yang merupakan

terapi realigi dimana seseorang akan dibacakan ayat- ayat Al- Qur` an

selama beberapa menit atau bahkan selama beberapa jam, sehingga

membeerikan dampak positif bagi tubuh seseorang (Gusmiran, 2005).

Murottal adalah suara ayat- ayat Al- Qur` an yang dilagukan oleh

seseorang qori`. Terapi murottal adalah rekaman suara Al- Qur’ an yang

dilagukan oleh seorang qori’ (pembaca Al- Qur’an), lantunan Al-

Qur’an secara fisik mengandung unsur suara manusia (Heru, 2008).

Berdasarkan Penilitian yang dilakukan oleh Moh. Al Khafi billah

(2015) yang berjudul “Pengaruh Pemberian Terapi Murottal Al Quran

terhadap waktu pulih sadar pasien anestesi general”.


42

Al- Qur` an ialah Kalam Allah SWT yang merupakan mu` jizat

yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Al- Qur` an adalah

Kitab suci yang diyakini kebenarannya, dan dijadikan salah satu syarat

keimanan bagi setiap muslim. Dalam sejarah turunya Al- Qur` an ayat

suci Al- Qur` an diturunkan dikota Makkah dan kota Madinnah

Munawarah. Al- Qur` an adalah obat yang mujarab, baik penyakit hati

maupun penyakit fisik, baik penyakit dunia ataupun penyakit akhirat

(Heru, 2008).

b. Gambaran Surah Ar- Rahman

Ar- Rahman yang berarti Yang Maha Pemurah merupakan surah

ke 55 diantara surah- surah dalam al-Qur` an, surah ini terdiri atas 78

ayat. Termasuk surah-surah makkiyyah. Nama ar- Rahman diambil dari

perkataan Ar- Rahman yang terdapat pada ayat pertama surah ini. Ar-

Rahman adalah salah satu dari nama- nama Allah SWT(Jalalaudin,

2008).M. Quraish Shihab menyebutkan bahwa penamaannya dengan

surah Ar- Rahman pelimpah kasih telah dikenal sejak zaman Nabi saw.

Nama tersebut diambil dari kata awal surat ini. Ini adalah satu- satunya

surat yang dimulai, sesudah basmalah, dengan nama atau sifat Allah

swt, yakni ar- Rahman Surat ini dikenal juga dengan nama Arus al-

Qur` an (pengantin al- Qur` an). Nabi saw. bersabda: “segala sesuatu

mempunyai pengantinya dan pengantinya al- Qur` an adalah surah ar

Rahman” (HR. Al- Baihaqi). Penamaan itu karena indahnya surah ini

dan karena di dalamnya terulang tiga puluh satu kali ayat “fa biayyi
43

Ala-i Rabbikuma Tukadzdziban/ nikmat yang manakah, di antara

nikmat- nikmat Tuhan pemelihara kamu berdua, yang kamu berdua

dustakan?”Kalimat berulang- ulang ini diibaratkan dengan aneka hiasan

yang dipakai oleh pengantin.Sebagian besar surah ini menerangkan

sifat- sifat pemurah Allah swt. kepada hamba- hamba Nya(Gusmirah,

2005).

c. Manfaat

Berikut ini merupakan beberapa manfaat dari murottal

(mendengarkan bacaan ayat- ayat Al- Qur` an antara lain: (Heru,

2009) Berdasarkan Penilitian yang dilakukan oleh Moh. Al Khafi

billah (2015) yang berjudul “Pengaruh Pemberian Terapi Murottal Al

Quran terhadap waktu pulih sadar pasien anestesi general”.

1) Mendengarkan bacaan ayat- ayat Al- Qur` an dengan tartil akan

mendengarkan ketenangan jiwa.

2) Latihan Al- Qur` an secara fisik mengandung unsur suara manusia,

suara manusia atau seseorang adalah instrumen atau alat

penyembuhan yang sangat menakjubkan dan alat yang mudah

dijangkau. Suara dapat menurunkan hormon- hormon stres,

mengaktifkan hormon endoprin alami, meningkatkan perasaan

rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, tegang,

memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan

darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi,

dan aktifitas gelombang otak (Heru, 2008).


44

d. Efek Terapi Murottal Al- qur` an

Murottal mempunyai efek yang positif pada rasa sakit dan

kecemasan dan juga meningkatkan kualitas hidup individu (Anwar,

2010) Berdasarkan Penilitian yang dilakukan oleh Moh. Al Khafi billah

(2015) yang berjudul “Pengaruh Pemberian Terapi Murottal Al Quran

terhadap waktu pulih sadar pasien anestesi general”.

e. Cara Kerja Terapi Murottal Al- Qur` an

Terapi murottal memberikan dampak positif bagi psikologis.

Pasien yang akan menjalani operasi pasien merasakan ketakutan dan

stres. Peneliti menggunakan audio murottal surat Ar- rahman sebagai

penghilang rasa takut, terapi diperdengarkan kepada pasien, efek suara

dari audio berkaitan dengan proses impuls suara yang ditransmisikan

kedalam tubuh dan mempengaruhi sel- sel tubuh. Suara yang di terima

oleh telinga kemudian di terima oleh saraf pusat kemudian di

transmisikan keseluruh bagian tubuh. Selanjutnya saraf vagus dan

sistem limbik membantu kecepatan denyut jantung, respirasi

mengontrol emosi. Terapi audio murottal dapat memunculkan

gelombang delta di daerah frontal dan sentral di sebelah kanan dan

kiri otak. Daerah frontal yaitu sebagai pusat intelektual umumdan

pengatur emosi ( Abdurrahman, 2008 ) Berdasarkan Penilitian yang

dilakukan oleh Moh. Al Khafi billah (2015) yang berjudul “Pengaruh


45

Pemberian Terapi Murottal Al Quran terhadap waktu pulih sadar

pasien anestesi general”.

Ketika pasien di dengarkanterapi audio system

sarafmengkomunikasikan hipotalamusuntuk mensekresi

ataumeningkatkan hormon endofrin dikelenjar piutary dan

menekanhormon stres, epineprin dan nonepineprin di kelenjar

adrenalsehingga terapi audio mampumenurunkan tekanan

darah,menurunkan denyut nadi,memperlambat

pernafasan,memperlambat aliran darah ke otak akan mempercepat

waktu pulih sadar. Karakteristik terapi audio murottal surah Ar- rahman

dalampenelitian ini mempunyai tempo 79,8 beatz atau minute. Tempo

ini termasukdalam tempo lambat yaitu 120 bpm, tempo lambat

merupakan seiringdetak jantung sehingga jantung akan

mensingkronkan detaknya sesuaidengan suara (Gusmirah, 2005).


46

B. Kerangka Teori

Etiologi Nyeri
1. Usia
2. Lokasi Geografis dan
Ras
Kanker Payudara
3. Genetik atau Riwayat
Keluarga
4. Faktor Predisposisi
5. Riwayat Menstruasi
Terjadinya benjolan atau
6. Obesitas
massa tunggal yang sering
terdapat di daerah kuadrat
atas bagian luar

Luka Pembedahan Pembedahan

Nyeri

Terapi Non Farmakologis


seperti Terapi Murottal Al-
Qur` an Surah Ar- rahman

Intensitas Nyeri
Menurun

Gambar 2.1 Kerangka Teori


47

(Olfah, dkk 2013)


BAB III

METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET

A. Subjek Aplikasi Riset

Subjek aplikasi ini adalah Tumor Mammae Dextra pada payudara dengan

Anestesi General di RSUD dr Soediran Mangun Soemarso Wonogiri.

B. Tempat dan waktu

1. Waktu

Aplikasi tindakan Pemberian terapi Murottal Al Quran6 sampai 8 Januari

2016.

2. Tempat

Tindakan Pemberian terapi Murottal Al Quran ini dilakukan di di ruang di

RSUD dr Soediran Mangun Soemarso Wonogiri Recovery Room.

C. Media dan alat yang digunakan

Dalam aplikasi riset ini media dan alat yang digunakan yaitu

1. Lembar Observasi Aldrete Score untuk mengukur Waktu Pulih Sadar

Pasien

2. Tipe Recorder dengan Murottal Al Quran Surah Ar- Rahman (frekuensi

440 cps hertz)

3. Headphone

4. Stopwacth

47
48

D. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset

Prosedur tindakan yang akan dilakukan pada aplikasi riset tentang Pemberian

terapi Murottal Al Quran terhadap waktu pulih sadar pasien kanker payudara

dengan Anestesi General dengan menggunakan Surah Ar- Rahman selama 60

menit setelah itu diukur waktu pulih sadarnya menggunakan alderete score

selanjutnya dilakukan penilaian setiap saat dan dicatat setiap 15 menit sampai

tercapai nilai 10.

E. Alat ukur

Alat ukur yang digunakan penulis dalam pengaplikasian hasil riset Pengaruh

Terapi Murottal Al Quran terhadap waktu pulih sadar pasien kanker payudara

dengan Anestesi General di di RSUD dr Soediran Mangun Soemarso

Wonogiri di ruang Recovery Room menggunakan Alderete Score (dewasa)

(Barone, 2004).
49

Tabel 3.1 Alderete Score

No Kriteria Nilai
Normal
1. Nilai Warna
Merah Muda 2
Pucat 1
Sianosis 0
2. Pernafasan
Dapat Bernafas dalam Batuk. 2
Dangkal Namun Pertukaran 1
udara adekuat. 0
Apnoe atau Obstruksi
3. Sirkulasi
2
Tekanan darah menyimpang
<20% dari normal 1

Tekanan darah menyimpang 20- 0


50 % dari normal

Tekanan darah menyimpang


>50% dari normal.
4. Kesadaran 2

Sadar, siaga dan orientasi 1

Bangun namun cepat kembali 0


tertidur

Tidak berespon
5. Aktivitas
4 Anggota Gerak 2
2 Anggota Gerak 1
0 Anggota Gerak 0

Tabel 3.2 HRS A


50

No Gejala Kecemasan nilai angka (skor)


0 1 2 3 4
1. Perasaan Kecemasan
a. Cemas
b. Firasat Buruk
c. Takut akan pikiran sendiri
d. Mudah tersinggung
2. Ketegangan
a. merasa tegang
b. Lesu
c. Tidak bisa istirahat tenang
d. Mudah terkejut
e. Mudah menangis
f. Gemetar
g. Gelisah
3. Ketakutan
a. Pada gelap
b. Pada orang lain
c. Ditinggal sendiri
4. Gangguan tidur
a. Sukar tidur
b. Terbangun malam hari
c. Tidur tidak nyenyak
d. Bangun dengan lesu
e. Banyak mimpi-mimpi (mimpi buruk)

5. Gangguan kesadaran
a. Sukar kosentrasi
b. Daya ingat menurun
c. Daya ingat buruk
6. Perasaan depresi (murung)
51

a. Hilangnya minat
b. Sedih
c. Bangun dini hari
d. Perasaan berubah-ubah
7. Gejala somatik/fisik (otot)
a. Sakit dan nyeri otot
b. Kaku
c. Kedutan otot
d. Gigi gemerutuk
e. Suara tidak stabil
8. Gejala somatik/fisik (sensorik)
a. Tinitus (telinga berdenging)
b. Penglihatan kabur
c. Muka merah atau pucat
d. Merasa lemas
9. Gejala kardiovaskuler (jantung dan
pembuluh darah)
a. Takikardi (denyut jantung cepat)
b. Berdebar-debar
c. Nyeri di dada
d. Denyut nadi mengeras
e. Rasa lesu/lemas seperti mau pinsan
10. Gejala respiratory (pernafasan)
a. Rasa tertekan atau sempit dada
b. Rasa tercekik
c. Sering menarik nafas
d. Nafas pendek/sesak
11. Gejala gastrointestinal
a. Sulit menelan
b. Perut melilit
c. Gangguan pencernaan
52

d. Nyeri sebelum atau sesudah makan


e. Rasa penuh dan kembung
f. Buang air lembek atau konstipasi
12. Gejala urogenital (perkemihan)
a. Sering buang air seni
b. Tidak dapat menahan air seni
13. Gejala autonomy
a. Mulut kering
b. Muka merah
c. Mudah berkeringat
d. Kepala teras berat
14. Tingkah laku
a. Gelisah
b. Tidak tenang
c. Jari gemetar
d. Muka tegang
e. Otot tegang/pengeras

Masing-masing nilai angka (skor) dari 14 kelompok gejala dijumlahkan


dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan
seseorang, yaitu :
Total nilai (score) =
1. Kurang dari 14 : tidak ada kecemasan
2. 14-20 : kecemasan ringan
3. 21-27 : kecemasan sedang
4. 28-41 : kecemasan berat
5. 42- 56 : Kecemasan berat sekali
BAB IV

LAPORAN KASUS

Bab IV ini merupakan laporan Asuhan Keperawatan pada Ny. E dengan

Kanker Payudara di ruang Mawar RSUD dr Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

Asuhan Keperawatan ini dimulai dari Pengkajian, Analisa data, Perumusan

Diagnosa Keperawatan, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi.

A. Identitas

Klien bernama Ny. E, tinggal di Tegalharjo Eromoko, Umur 24 tahun,

jenis kelamin perempuan, Pendidikan SMP, Pekerjaan sebagai Ibu Rumah

Tangga, No RM 528658, Sumber informasi diperoleh dengan cara

Alloanamnesa dan Autoanamnesa,Tanggal masuk Rumah Sakit 5 Januari

2016, dirawat diruang rawat inap Mawar dengan Kanker Payudara. Identitas

Penanggung jawab Tn. S, Umur 30 tahun, Pendidikan SMA, Pekerjaan

sebagai Wiraswasta, Alamat di Tegalharjo Eromoko, Hubungan dengan Klien

sebagai Suami.

B. Pengkajian

Pengkajian dilakukan dengan keluhan utama Nyeri pada Payudara

Kanan, pada riwayat Penyakit sekarang klien dibawa ke dokter

penyakitdalam kemudian pada tanggal 5 Januari 2016 pasien dirujuk ke poli

53
54

penyakit bedahRSUD Wonogiri saat diperiksa dokter terdapat benjolan di

payudara kanan dengan keluhan sejak 2 bulan lalu, benjolan semakin

membesar, pasien merasa nyeri di puting payudara dan teraba massa. Di Poli

Bedah dilakukan pemeriksaan dengan hasil tekanan darah 110/80 mmHg,

nadi 125×/menit, Respirasi 20×/menit, suhu 36º C dan didapatkan Diagnosa

Medis Tumor Mammae Dextra, dokter poli bedah menyarankan untuk

dioperasi dan pasien dirawat dibangsal Mawar nomer A 12 pada jam 15.30

WIB. Pada saat dikaji di ruang Mawar nomer A 12 tanggal 6 Januari 2016

pasien mengatakan Nyeri pada Payudara kanan dan Nyeri setiap saat, nyeri

seperti tertusuk tusuk dengan skala nyeri 6 dan nyeri terasa sewaktu waktu,

wajah pasien tampak merintih menahan nyeri.Di ekstremitas atas kiri

terpasang infus NaCl 0,9 % 20 tetes per menit. Faktor yang memperberat dulu

saat pasien melahirkan anak pertama puting payudara kanan masuk ke dalam

pasien tidak bisa menyusui menggunakan payudara kanan hanya bisa

menyusui dengan payudara kiri. Saat pasien mengetahui Penyakitnya untuk

mengatasi dengan minum daun sersak yang di rebus sehari sekali.

Riwayat Penyakit dahulu Pasien mengatakan sebelumnya pernah

mengalami penyakit Tumor payudara Kanan yang sama sekitar 7 bulan yang

lalu kemudian pasien di operasi abses. Dan Pada saat usia 7 tahun pasien

pernah menderita penyakit typus dan dirawat di Rumah Sakit. Pasien tidak

pernah mengalami kecelakaan. Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi

obat- obatan maupun alergi berbagai makanan dan pasien tidak ingat kapan

terakhir kali mendapatkan imunisasi dan imunisasi apa. Pasien berkata


55

melakukan aktivitas sehari- hari dengan menjadi Ibu Rumah Tangga bagi

anak dan suaminya.

Pada Riwayat Kesehatan keluarga, dalam keluarga pasien tidak

memiliki riwayat penyakit keturunan seperti Diabetes Mellitus, Hipertensi

dan Asma. Pada Riwayat Kesehatan Lingkungan, Lingkungan disekitar

rumahnya bersih jauh dari polusi udara, terdapat ventilasi udara cukup serta

rumahnya terawat bersih dan nyaman.

Ny.E 24 thn

(Tumor Mammae dextra)


56

Keterangan

: Laki-Laki : Hubungan

: Pasien Perempuan : Keturunan

: Perempuan : Menikah

:: Tinggal satu rumah

Gambar 4.1 Genogram

Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional menurut Gordon, Pola Persepsi

dan Pemeliharan Kesehatan, Pasien mengatakan bahwa sehat itu mahal

harganya, karena saat sakit tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri.

Apabila ada Keluarga yang sakit selalu dibawa kepusat Pelayanan Kesehatan

terdekat supaya kembali sembuh.

Pola Nutrisi dan Metabolisme, sebelum sakit Pasien mengatakan 3

kali sehari dengan nasi putih, sayur dan lauk, pasien mengatakan satu porsi

habis dan Minum ±7- 8 gelas perhari dengan Air putih, susu dan Teh serta

tidak ada keluhan. Selama sakit pasien mengatakan makan 3 kali sehari

dengan nasi, sayur, lauk dan buah, pasien mengatakan ¼ porsi habis dan

minum ±3-4 gelas perhari dengan air putih, teh dan porsi ±700 cc serta tidak

ada keluhan.

Pola Eliminasi, sebelum sakit pasien mengatakan Buang air besar 1x

sehari dengan konsistensi lunak, berbau khas, warna kuning dan Buang air

kecil 6-7 kali sehari berwarna kuning jernih, berbau kahs serta tidak
57

mempunyai keluhan. Selama sakit Pasien mengatakn Buang air besar sekali

dengan konsistensi lunak, berbau khas dan berwarna kuning dan Buang air

kecil 5-6 kali sehari berwarna kuning jernih berbau khas dengan jumlah

±1300 serta tidak ada keluhan.

Pola Aktivitas dan Latihan, Sebelum sakit Pasien mengatakan dapat

melakukan aktivitasnya secara mandiri dan Selama sakit pasien mengatakan

aktivitasnya dibantu orang lain atau keluarga.

Pola Aktivitas Tidur, Sebelum sakit pasien mengatakan tidur selama

±8 jam serta pasien tidur dengan nyaman dan nyenyak. Selama sakit pasien

mengatakan tidur malam selama ± 7 jam dan seiang 2 jam dan tidak ada

masalah dalam kebutuhan tidurnya.

Pola Kognitif dan Perseptual, Pasien mengatakan Sebelum sakit tidak

ada gangguan pada penglihatan, pendengaran, Penciuman. Selama sakit

Pasien mengatakan dapat berbicara, menjawab pertanyaan dari perawat, tidak

ada gangguan pendengaran, penglihatan, penciman dalam Pengkajian Nyeri

setelah pasien melakukan Operasi pada tanggal 6 Januari 2016 P (Provoking):

Pasien mengatakan Nyeri terasa saat bergerak, Q (Quality) : Pasien

mengatakan Nyeri seperti tertusuk tusuk, R (Region) : Pasien mengatakan

Nyeri terasa dibagian Payudara kanan post operasi, S (Scale) : Pasien

mengatakan Nyeri dengan skala 6, T (Time) : Pasien mengatakan Nyeri sering

muncul. Wajah pasien tampak merintih nyeri.

Pola Persepsi Konsep Diri, Pasien mengatakan menerima keadaanya

saat ini, Pasien ingin cepat sembuh dan berkumpul dengan keluarganya,
58

Pasien mengatakan dirinya sebagai seorang Istri dari suaminya dan Ibu dari

seorang anaknya, Pasien dihargai oleh orang lain ditunjukan pasien dijenguk

oleh tetangga dan kelurganya.

Pola Hubungan Peran, Sebelum sakit pasien mengatakan selama ini

pasien melaksanakan perannya sebagai Istri dan Ibu yang baik. Hubungan

dengan tetangga dan Kelurganya baik. Selama sakit pasien mengatakan

selama ini tidak bisa melaksanakan peranya sebagai Istri dan Ibu dan

Hubungan dengan Tetangga dan kelurganya baik.

Pola Seksual dan Reproduksi, Sebelum sakit pasien mengatakan sudah

menikah mempunyai satu anak laki- laki dan tidak mengalami gangguan

reproduksi. Selama sakit pasien mengatakan sudah menikah mempunyai satu

anak laki- laki dan tidak mengalami gangguan reproduksi.

Pola Mekanisme Koping, Sebelum sakit pasien mengatakan tidak

mempunyai masalah dan apabila ada masalah selalu menceritakan dengan

suami dan keluarganya. Selama sakit Pasien mengatakan merasa kwatir

dengan penyakit yang dideritanya dan merasa cemas karena pasien akan di

operasi. Sebelum Operasi pada tanggal 6 Januari 2016 Jam 08. 20 WIB

dilakukan Quesioner pada pasien dan di dapatkan nilai 46 (Nilai Kecemasan

Berat Sekali).

Pola Nilai dan Keyakinan, Sebelum sakit pasien mengatakan

beragama Islam dan menjalankan sholat lima waktu dengan tepat waktu.

Selama sakit Pasien mengatakan beragama Islam, menjalankan sholat lima

waktu dan berdoa kepada Allah SWT untuk kesembuhannya.


59

Pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan bahwa keadaan umum

sedang, kesadaran Composmetis dengan hasil GCS 15 (E4: Spontan, M6:

Menurut Perintah, V5: Orientasi Baik), Pemeriksaan tanda- tanda vital

didapatkan hasil pengukuran tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 ×/menit

dengan irama teratur serta kekuatan kuat, Respirasi 20 ×/menit dengan irama

teratur serta kekuatan kuat, suhu 37,3º C, Tinggi badan pasien 155 cm, Berat

badan 60 kg dan hasil IMT: 24,97 (BB Normal). Bentuk kepala mesocephal,

rambut berwarna hitam, kulit kepala bersih, tidak berbau, tidak ada ketombe

dan kutu. Pengkajian Muka, Mata simetris kanan- kiri, konjungtiva tidak

anemis, sclera tidak ikterik, pupil isoor, diameter kanan/ kiri 2/ 2 dan tidak

menggunakan alat bantu penglihatan. Hidung simetris, tidak ada polip dan

tidak ada cuping hidung. Mulut simetris atas bawah, tidak ada stomatitis, dan

mukosa bibir basah.Gigi bersih, warna kekuning- kuningan dan tidak

menggunakan kawat gigi. Telinga kanan kiri simetris, tidak ada sekret dan

tidak ada kelainan pendengaran. Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

Pemeriksaan Dada, Paru-Paru Inspeksi perkembangan dada kanan kiri

sama, simetris dan tidak ada jejas, Palpasi tidak ada massa, Vokal Formitus

kanan kiri sama, Perkusi suara paru sonor, Auskultasi vasikuler diselurug

lapang paru. Jantung Inspeksi ictus cordis tidak tampak, Palpasi ictus cordis

teraba di ICS V, Perkusi pekak, Auskultasi bunyi jantung BJ I- II reguler.

Payudara sebelah kanan dan kiri simetris, terdapat luka bekas operasi 7 bulan

yang lalu di payudara kana atas,di bagian payudara kanan, tampak

kemerahan, kulit merintis/ kasar. Abdomen Inspeksi tidak ada jejas,


60

umbilikus normal dan tidak ada benjolan, Auskultasi bising usus 10 kali

permenit, Perkusi pada kuadran Iredup, kuadran II, III, IV timpani dan palpasi

tidak ada nyeri tekan.

Pada Pemeriksaan Genetalia tidak terpasang katater, bersih. Rektum

bersih, tidak ada hemoroid. Ekstremitas atas kiri terpasang infus NaCl 0,9 %

20 tetes per menit, kekuatan otot kiri atas dengan nilai 5, kekuatan otot kanan

atas dengan nilai 5, kekuatan otot kiri bawah dengan niali 5, kekuatan otot

kanan bawah 5. Adapun penilaiannya yaitu derajat 0 tidak dapat bergerak, 1

ada kontraksi Cuma bergerak, 2 mampu bergerak, 3 dapat bergerak melawan

gravitasi, 4 dapat bergerak dengan beban ringan, 5 dapat bergerak secara

bebas.

Hasil pemeriksaan penunjang, pada pemeriksaan Labolatarium pada

tanggal 5 januari 2016 diperoleh hasil: WBC13.1 k/ul (nilai normal 4.1- 10.9),

LYM 1.7%L (nilai normal 0.6- 4.1), MID 0.8 %M (nilai normal 0.0- 1.8),

GRAND 10.6 %G (2.0- 7.8), RBC 5.14 m/ul (nilai normal 4.20- 6.30), HGB

14.6 g/dl (12.0- 18.0), HCT 44.2 % (nilai normal 37.0- 51.0), MCV 86.0 Fl

(nilai normal 80.0- 97.0), MCH 28.4 pg (nilai normal 26.0- 32.0), MCHC

33.0 g/dL (nilai normal 31.0- 36.0), RDW 13.7 % (nilai normal 11.5- 14.5),

PLT 3.18 k/uL (nilai normal 14.0- 44.0), MPV 66 fL (nilai normal 00- 99.8),

Glokosa sewaktu 87 Mg/dL (nilai normal <170), Ureum 7 Mg/dL (nilai

normal 10- 50), Creatinine 0.56 Mg/dL (0.6- 11) dan HbsAg Non Reaktif.

Hasil USG mammae tampak massa hipoechoic batas tegas, klasifikasi interna

echo negatif, axsila dextra tidak tampak tanda tanda pembesaran Limfanodi
61

dan didapatkan kesan Massa mammae dextra dd. Malignan (y). Dan EKG di

dapatkan hasil sinus rhytm (normal).

Terapi cairan Intravena NaCl 0,9 % dengan dosis 20 tetes per menit,

golongan Elektrolot untuk indikasi mengembalikan keseimbangan elektrolit,

Propofol dengan dosis 10 mg/ ml, golongan Anestestik untuk indikasi

General anestesi untuk induksi dan pemeliharaan sedasi untuk pasien yang

menerima perawatan intensif, Cefozolin dengan dosis 1gr/ 12 jam, golongan

Antimikroba untuk indikasi infeksi yang disebabkan oleh staphyloci,

streptococci, E coli seperti infeksi pada saluran pernafasan saluran kemih

tulang dan sendi, infeksi kulit, strukturnta profilaksis operasi, Ranitidin

dengan doosis 50mg/ ml / 12 jam, golongan antasida untuk indikasi

pengobatan jangka pendek pada duodenum aktif, Ketorolac dengan dosis

30mg/ 8 jam, golongan analgesik non narkotik untuk indikasi pengobatan

jangka pendek nyeri akut sedang sampai berat paska operasi.

A. Daftar Perumusan Masalah

Data Pengkajian dan observasi diatas, penulis melakukan analisa data

dan merumuskan diagnosa keperawatan dan di dapatkan diagnosa pre operasi

dan post operasi. Pengkajian Pre Operasi Data Subjektif: Pasien mengatakan

sangat kawatir tentang penyakitnya ddan takut bila terjadi sampai yang

membahayakan. Data Objektif: Pasien tampak lemas, gelisah, bingung, saat

di berikan Quesioner memiliki nilai score 46 (kecemasan berat sekali) dan

Tekanan Darah 120/ 80 mmHg. Berdasarkan data di atas maka penulis


62

merumuskan diagnosa keperawatan yaitu Ansietas berhubungan dengan

Ancaman Kesehatan.

Pengkajian Post Operasi, Data Subjektif: Pasien mengatakan nyeri

timbul saat bergerak, Nyeri seperti tertusuk- tusuk, Nyeri terasa di Payudara

kanan (Luka Post Operasi), dengan skala nyeri 6, Nyeri terus menerus. Data

Objektif: Pasien tampak menahan nyeri dengan memegang bagian yang sakit,

tidak mampu berorientasi dengan baik, ekspresi wajah tampak menahan sakit

(kadang wajahnya meringis) dan di dapatkan hasil Vital sigh, Tekanan darah

110/ 70 mmHg, Nadi 100 ×/ menit, respirasi 20 ×/ menit. Berdasarkan data di

atas maka penulis merumuskan diagnosa keperawatan yaitu Nyeri akut

berhubungan dengan Agen Injuri Fisik (Pembedahan).

Data Subjektif: Pasien mengatakan nyri dibagian luka post operasi,

Data Objektif: terdapat luka post operasi di payudara kanan atas, terbalut

kassa dalam keadaan bersih, tidak ada rembesan dan di dapatkan hasil

Tekanan darah 110/ 70 mmHg. Berdasarkan data di atas maka penulis

merumuskan diagnosa keperawatan yaitu Kerusakan Integritas Jaringan

berhubungan dengan Faktor mekanik (Robekan).

Data Subjektif: Pasien mengatakan bagian luka terasa panas dan terasa

gatal di bagian sekitar luka. Data Objektif: Leukosit 13.1 k/ ul, Suhu 37,3 º C,

terdapat tanda infeksi seperti kemerahan, Luka terbalut kasa dan tidak ada

rembesan. Berdasarkan data di atas maka penulis merumuskan diagnosoa


63

keperawatan yaitu Resiko Infeksi berhubungan dengan Pembedahan (Tumor

Mammae).

B. Perencanaan/ Intervensi Keperawatan

Berdasarkan rumusan masalah keperawatan yang diperoleh diatas,

maka penulis menyusun rencana keperawatan dengan tujuan setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam Ansietas dapat teratasi

dengan Kriteria Hasil Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh tingkat

aktivitas menunjukan berkurang kecemasan, Pasien mampu mengidentifikasi

gejala dari cemas, Vital Sigh dalam batas normal.

Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan Anxiety

Reduction adalah identifikasi tingkat kecemasan dengan rasional mengontrol

tingkat dari kecemasan pasien, Intruksikan pasien menggunakan tehnik

(Terapi Murottal al- Quran surah Ar Rahman) dengan rasional mengurangi

kecemasan dan membuat hati terasa tenag, Bantu pasien mengenal situasi

yang menimbulkan kecemasan dengan rasional membantu pasien mengenal

hal- hal yang menimbulkan cemas, Jelaskan semua prosedur dan apa yang

disarankan selama prosedur dengan rasional memberikan pengertian pada

pasien tentang prosedur tindakan.

Rencana Keperawatan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x 24 jam nyeri berkurang atau hilang dengan kriteria

hasil Pasien terasa nyaman, menggunakan analgesik, skala nyeri berkurang


64

menjadi 1-2 atau hilang dan mampu mengenali nyeri dengan menggunakan

tehnik non farmakologis (tarik nafas dalaam).

Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan Pain

Managementadalah Observasi tingkat nyeri (PQRST) dengan rasional

mengobservasi seberapa menurunya nyeri yang di rasakan, Ajarkan tentang

tehnik Non Farmakologis (Relaksaksi nafas dalam) dengan rasional

menurunkan nyeri dengan tindakan tarik nafas dalam, Berikan analgesik

untuk mengurangi nyeri dengan rasional menurunkan nyeri dengan tehnik

terapi obat, Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri

tidak berhasil dengan rasional mengontrol dengan ada tidaknya keluhan.

Rencana keperawatan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x 24 jam Integritas jaringan dapat teratasi dengan

kriteria hasil tidak ada tanda- tanda infeksi, menunjukan adanya proses

penyembuhan, ketebalan dan tekstur jaringan normal, pasien paham dalam

proses prbaikan kulit.

Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan Preassure

ulterPrevention Wound Care adalah Observasi luka: Lokasi, dimensi,

kedalaman luka, jaringan nekrotik dengan rasional mengontrol luka setelah

terjadinya tindakan pembedahan, Jaga kulit bersih dan kering dengan rasional

menurunkan resiko infeksi bekas operasi, Ajarkan keluarga tentang luka dan

perawatan luka dengan rasional memberikan edukasi pada pasien dan kelurga

cara perawatan luka yang benar, monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
65

dengan rasional mengontrol aktivitas pasien setelah operasi, Kolaborasi

dengan ahli gizi pemberian diet tinggi kalori dan protein dengan rasional

mengontrol tentang pemberian nutrien pada pasien.

Rencana keperawataan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan

keperawatan 3x 24 jam tidak terjadi resiko infeksi dengan kriteria hasil pasien

bebas dari tanda dan gejala dari infeksi, mampu mencegah timbulnya infeksi,

menunjukan perilaku hidup sehat.

Intervensi atau rencana keperawatan yang dilakukan Infection

controladalah Observasi tanda dan gejala infeksi dengan rasional untuk

mengetahui ada tidaknya tanda infeksi, Pertahankan tehnik aseptik dengan

rasional mencegah adanya infeksi, Inspeksi kulit dan membran mukosa

terhadap kemerahan dan panas dengan rasional mengetahui keadaan kulit

terhadap tingkkat infeksi, Kolaborasi dengan keluarga cara pencegahan

infeksi dengan rasional mencegah timbulnya infeksi.

C. Implementasi Keperawatan

Tindakan yang pertama dilakukan pada hari Rabu tanggal 6 Januari

2016 pukul 08. 20 WIB yaitu Mengidentifikasi tingkat kecemasan. Respon

Subjektif: Pasien mengatakan kwatir dengan penyakitnya dan bersedia

menjawab Quesioner. Data Objektif: Pasien tampak gelisah, cemas gemetar

dan di dapatkan hasil dari quesioner 46 (Nilai kecemasan berat sekali). Pukul

08. 40 WIB membantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan

kecemasan. Respon pasien: Pasien mengatakan kawatir dengan penyakit dan


66

cemas dengan tindakan operasi. Data Objektif: Pasien tampak gelisah dengan

penyakit dan tindakan operasi.

Pukul 08. 45 WIB Menjelaskan semua prosedur dan apa yang

dirasakan selama prosedur. Respon Pasien: Pasien mengatakan mengerti dan

bersedia dilakukan tindakan opeasi. Respon Objekttif: Pasien tampak gelisah,

kawatir, muka tampak terlihat pucat. Pukul 09.45 WIB mengantarkan pasien

ke ruang operasi. Respon pasien: Pasien mengatakan bersedia menjalankan

operasi. Respon Objektif: Pasien tampak kawatir dan muka cemas. Pukul 10.

25 WIB Pasien keluar dari ruang operasi dan dibawa ke ruang recovery room.

Pasien ttidak merespon, Respon Objektif: Pasien tampak belum sadar,

terdapat luka bedah yang tertutup dengn kassa.

Pukul 10.27 WIB Melakukan tehnik terapi Murottal Al Quran Surah

Ar Rahman pada pasien. Tidak ada respon dari pasien, Respon Objektif:

Pasien tampak belum sadar, dilakukan tindakan pemberian Murottal Al Quran

Surah Ar Rahman dan Melakukan Observasi menggunakan Alderete

Scorepada menit pertama di dapatkan hasil 3, Pada jam 10.40 WIB dilakuka

kembali memberikan terapi murrotal Al- Quran surah Ar- Rahman pada

menit ke 15 tidak didapatkan respon dari pasien dan terdapat respon objektif

pasien tampak belum sadar, terpasang monitor, pasien masih mendengarkan

murrota Al- Quran surah Ar Rahman, Tangan terkadang bergerak dan

didapatkan hasil tekanan darah 93/ 60 mmHg dan Melakukan observasi

menggunakan Alderete Scoredidapatkan hasil 4. Pada jam 10.55 memberikan

terapi murrotal Al- Quran surah Ar- Rahman, tidak didapatkan respon dari
67

pasien, respon Objektif pasien tampak terbangun namun tertidur lagi,

terpasang monitor, pasien masih mendengarkan murrota Al- Quran surah Ar

Rahman, Tangan terkadang bergerak dan didapatkan hasil tekanan darah 98/

62 mmHg dan Melakukan observasi menggunakan Alderete Scoredidapatkan

hasil 5, Pada jam 11.10 memberikan terapi murrotal Al- Quran surah Ar-

Rahman, didapatkan respon subjektif pasien mengatakan pusing, pasien

mengatakan mendengar murrotal Al- Quran surah Ar Rahman terasa nyaman

dan lebih dekat dengan Allah, Respon Objektif pasien tampak tersadar dan

berbicara, terpasang monitor, pasien masih mendengarkan murrotal Al-

Quran surah Ar Rahman, Kedua tangan dan kaki bergerak dan didapatkan

hasil tekanan darah 115/ 85 mmHg dan Melakukan observasi menggunakan

Alderete Scoredidapatkan hasil 8. Pada jam 11.25 memberikan terapi

murrotal Al- Quran surah Ar- Rahman, didapatkan respon subjektif pasien

mengatakan masih pusing, pasien berceria tentang keluarganya, Respon

Objektif pasien tampak tersadar dan berbicara, pasien tampak batuk,

terpasang monitor, pasien masih mendengarkan murrotal Al- Quran surah Ar

Rahman, Kedua tanggan dan kaki bergerak dan didapatkan hasil tekanan

darah 118/ 82 mmHg dan Melakukan observasi menggunakan Alderete

Scoredidapatkan hasil 9. Pada jam 11.30 memberikan terapi murrotal Al-

Quran surah Ar- Rahman, didapatkan respon subjektif pasien mengatakan

masih pusing, pasien ingin segera bertemu dengan keluarganya, Respon

Objektif pasien tersadar dan berbicara, terpasang monitor, pasien masih

mendengarkan murrotal Al- Quran surah Ar Rahman, Kedua tanggan dan


68

kaki bergerak dan didapatkan hasil tekanan darah 120/ 70 mmHg dan

Melakukan observasi menggunakan Alderete Scoredidapatkan hasil 10. Pada

pukul 11.40 Mengantarkan pasien kembali keruangan (Mawar). Respon

pasien: Pasien mengatakan masih merasa pusing, lega setelah selesai operasi.

Respon Objektif: Pasien tampak sudaah sadar, mata terbuka dpat berorientasi

dengan baik, ddilakukan pemeriksaan tekanan darah 110/ 70 mmHg. Pukul

12.20 WIB Mengidentifikasi tingkat kecemasan. Respon pasien: Pasien

mengatakan cemas sudah berkurang dan pasien bersedia menjawab

Quesioner. Respon Pasien tampak lebih tenag, lega, sedikit tersenyum dan di

dapatkan hasil quesioner 26 (kecemasan sedang).

Pukul 12.50 WIB Melakukan pengkajian nyeri (PQRST). Respon

pasien: Pasien mengatakan nyeri timbul setiap saat, nyeri seperti tertusuk-

tusuk di bagian payudara kanan dengan skala nyeri 6 dan nyeri terasa terus

menerus. Respon Objektif: Pasien tampak menahan nyeri dengan memegang

bagia yang sakit dan di dapatkan hasil Tekanan darah 110/ 70 mmHg, Nadi

100× /menit. Pukul 13.00 WIB Mengobservasi luka, dimensi, kedalaman

luka, tanda gejala infeksi dan menginpeksi kulit dan membran mukosa

terhadap kemerahan panas. Respon pasien: Pasien mengatakan luka terasa

nyeri di bagian payudara kanan bekas operasi, teras panas dan terasa gatal.

Respon Objektif: Tampak luka yang terbalut kassa bersih, tidak ada rembesan

luka di dapatkan Leukosit 13,1 k/uL dan suhu badan 37,3º C.

Pukul 13.15 WIB Menjaga kulit agar tetap bersih dan kering. Respon

Pasien: Pasien dan kelurga mengatakan akan selalu menjaga kulit lukanya.
69

Respon Objektif: Pasien tampak koperatif saat di tanya. Pukul 13.20 WIB

Mempertahankan tehnik aseptik. Respon pasien: pasien mengatakan bersedia

dan mau di lakukan observasi. Respon Objektif: Pasien tampak kooperatif,

luka di bagian payudara kanan tampak terbalut kassa. Pukul 13.25 WIB

Mengajarkan kepada kelurga tentang luka dan perawatan serta cara

pencegahan infeksi. Respon pasien: Kelurga pasien mengatakan mengerti dan

akan merawat lukanya, Respon Objektif: Pasien tampak keskitan dengan luka

post operasi.

Pukul 13.45 WIB Memonitor aktivitas mobilisasi pasien. Respon

pasien: Pasien mengatakan di buat miring kanan kiri terasa sakit. Respon

objektif: Pasien tampak menahan kesakitan saat bergerak. Pukul 13.50 WIB

Mengajarkan Tehnik non farmakologiis (Relaksasi nafas dalam). Respon

pasien: Pasien mengatakan bersedia di berikan tehnik Relaksasi nafas dalam.

Respon objektif: Pasien tampak mengikuti tehnik Relaksasi nafas dalam.

Pukul 14.00 WIB Melakukan pengkajian nyeri (PQRST). Respon pasien:

Pasien mengatakan nyeri, nyeri timbul setiap saat, nyeri terasa seperti

tertusuk- tusuk di bagian Payudara kanan, skala nyeri 5 dan nyeri terasa terus

menerus. Respon objektif: Pasien tampak memegang bagian yang sakit,

tampak meringis kesakitan menahan nyeri, di lakukan pemeriksaan Tekanan

darah: 120/ 80 mmHg dan Nadi 90×/ menit.

Tindakan keperawatan yang di lakukan pada hari ke dua Kamis 7

Januari 2016 pada Pukul 07.30 WIB adalah Melakukan pengkajian nyeri.

Respon pasien:Pasien mengatakan nyeri timbul saat berjalan, nyeri seperti


70

tertusuk tusuk di bagian payuadara kanan, skala nyeri 4 dan nyeri terasa terus

menerus. Respon objektif: Paasien tampak memegang bagian payudara yang

sakit, meringis kesakitan dengan Tekanan darah 120/90 mmHg dan Nadi

80×/menit. Pukul 08.00 WIB Memonitor aktivitas mobilisasi pasien. Respon

pasien: pasien mengatakan miring kanan kiri sudah tidak terasa sakit dan bisa

berjalan ke kamar mandi walaupun di buat jalan terasa sakit. Respon objektif:

Pasien tampak kesakitan ketika berjalan.

Pukul 09.00 WIB Memberikan obat analgesik melalui selang

Intravena, Cefozolin 1gr/ 12 jam, Ranitidin 50mg/ 12 jam, Ketorolac 50 mg/

8jam. Respon pasien: pasien mengatakan bersedia di berikan terapi obat.

Respon objektif: Obat masuk melalui selang intravena. Pukul 10.00 WIB

Mengobservasi luka, kedalaman luka, tanda gejala dari infeksi dan

menginpeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan dan panas.

Respon pasien: Pasien mengatakan luka terasa nyeri di bagian payudara

kanan bekas operasi hari ke satu, terasa panas dan gatal. Respon objektif:

Tampak bekas luka post operasi payudara kanan hari ke satu, terdapat

tampon/ kassa di bekas operasi dengan kedalaman luka 3cm dan diameter

2cm, nilai Leukosit 13.1 k/ uL serta suhu 37º C.

Pukul 10.10 WIB Mempertahankan tehnik asepik. Respon pasien:

Pasien mengatakan bersedia dan mau dilakukan observasi dan dibersihkan

lukanya. Respon Objektif: Pasien tampak kooperatif dan menahan nyerinya.

Pukul 10.20 WIB Menjaga kulit agar bersih dan kering. Respon pasien:

Pasien mengatakan bersedia dan akan menjaga kulit agar tetap bersih dan
71

kering. Respon objektif: Pasien tampak menahan nyeri, luka terbalut dengan

kasa. Pukul 11.45 WIB Mengkolaborasi dengan ahli gizi pemberian diet

tinggi dan protein. Respon pasien: Pasien mengatakn selalu makan dari

Rumah sakit ¼ habis. Respon objektif: Pasien tampak habis ¼ porsi makan.

Pukul 13.00 WIB Mengajarkan tentang tehnik non farmakologis

(Tarik nafas dalam). Respon pasien: Pasien mengatakan bersedia dilakukan

terapi nafas dalam. Respon objektif: Pasien tampak kooperatif dan bersedia

mengikuti tehnin non farmakologis (terapi nafas dalam). Pukul 13.45

Melakukan pengkajian nyeri (PQRST). Respon pasien: Nyeri terasa saat

berdiri, nyeri seperti di tusuk- tusuk di bagian payudara kanan dengan skala

nyeri 4 dan nyeri hilang timbul. Respon objektif: Luka post operasi Hari ke 1,

Pasien tampak menahan nyeri dengan memegang bagian yang sakit, terbalut

kassa tidak ada rembesan luka dan di dapatkan hasil dari pemeriksaan

Tekanan darah 130/90 mmHg, Nadi 80×/ menit.

Tindakan keperawatan yang di lakukan pada hari ke dua Jumat 8

Januari 2016 pada Pukul 07.45 WIB adalah Melakukan pengkajian nyeri

(PQRST). Respon pasien: nyeri timbul saat berjalan, nyeri seperti tertusuk-

tusuk di bagian payudara kanan dengan skala nyeri 3 dan nyeri hilang timbul.

Respon objektif: Luka post operasi Hari ke 2, pasien tampak menahan nyeri

dengan memegang payudara yang sakit, terdapat balutan kassa tidak

adarembesan dan dilakukan pemeriksaan Tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi

80×/ menit. Pukul 08.30 WIB Memonitor aktivitas mobilisasi pasien. Respon

pasien: Pasien mengatakan bisa miring kanan kiri bisa bergerak dan bisa
72

berjalan ke kamar mandi. Respon objektif: Pasien tampak kesakitan saat

berjalan. Pukul 09.00 WIB Memberikan Analgesik melalui selang Intravena,

Cefozolin 1gr/ 12 jam, Ranitidin 50mg/ 12 jam, Ketorolac 50 mg/ 8jam.

Respon pasien: pasien mengatakan bersedia di berikan terapi obat. Respon

objektif: Obat masuk melalui selang intravena.

Pukul 10.00 WIB Mengobservasi luka, dimensi kedalaman luka, tanda

dan gejala infeksi dan menginpeksi kulit dan membran mukosa terhadap

kemerahan dan panas. Respon pasien: Pasien mengatakan luka terasa nyeri

pos operasi Hari ke 2, terasa panas dan gatal. Respon objektif: Tampak luka

post operasi Hari ke 2 terdapat tampon/ kassa dengan kedalaman 3cm dan

diameter 2cm terdapat kemerahan disekitar luka, Nilai Leukosit 13.1 k/uL

dan Suhu 36º C. Pukul 10.05 Mempertahankan tehnik aseptik. Respon pasien:

Pasien mengatakan bersedia dibersihkan lukanya dan di observasi. Respon

objektif: Pasien tampak kooperatif dan menahan nyeri. Pukul 10.20 WIB

Menjaga kulit agar tetap bersih dan kering. Respon pasien: Pasien

mengatakan bersedia dan akan menjaga kulit tetap bersih dan kering. Respon

objektif: Luka tampak terbalut dengan kassa.

Pukul 12.00 WIB Mengkolaborasi dengan ahli gizi pemberian diet

tinggi dan protein. Respon pasien: Pasien mengatakn selalu makan dari

Rumah sakit 1 habis. Respon objektif: Pasien tampak habis 1 porsi makan.

Pukul 13.05 WIB Mengajarkan tentang tehnik non farmakologis (Tarik nafas

dalam). Respon pasien: Pasien mengatakan bersedia dilakukan terapi nafas

dalam. Respon objektif: Pasien tampak kooperatif dan bersedia mengikuti


73

tehnin non farmakologis (terapi nafas dalam). Pukul 13.40 Melakukan

pengkajian nyeri (PQRST). Respon pasien: Nyeri terasa saat berdiri, nyeri

seperti di tusuk- tusuk di bagian payudara kanan dengan skala nyeri 2 dan

nyeri hilang timbul. Respon objektif: Luka post operasi Hari ke 1, Pasien

tampak menahan nyeri dengan memegang bagian yang sakit, terbalut kassa

tidak ada rembesan luka dan di dapatkan hasil dari pemeriksaan Tekanan

darah 120/70 mmHg, Nadi 86×/ menit.

D. Evaluasi

Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis kemudian di

evaluasi pre operasi dan post operasi. Evaluasi pre operasi pada hari Rabu 06

Januari 2016 pukul 12.30 WIB dengan SOAP. Pasien mengatakan cemas

sudah berkurang dan pasien bersedia menjawab Quesioner tentang

kecemasan. Ekspresi pasien tampak lebih tenag, sedikit nyaman, dan sedikit

tersenyum serta di dapatkan hasil quesioner dari kecemasan 26 (kecemasan

sedang). Hasil analisa keperawatan ansietas dapat teratasi dengan kriteria

hasil dalam tujuan sudah tercapai. Intervenssi di hentikan.

Evaluasi post operasi pada pukul 14.10 WIB dengan SOAP. Pasien

mengatakan nyeri timbul setiap saat seperti tertusuk tusuk di payudara kanan

bekas post operasi dengan skala nyeri 6 dan terasa terus menerus. Ekspresi

pasien tampak menahan nyeri dengan memegang payudara yang sakit,

terdapat luka balutan dan tidak ada rembesan dan di dapatkan hasil tekanan

darah 110/70 mmHg, Nadi 100×/ menit. Hasil analisa keperawatan nyeri akut
74

belum teratasi karena kriteria hasil dalam tujuan belum tercapai. Intervensi

dilanjutkan yaitu Mengobservasi tingkat nyeri (PQRST), Mengajarkan tehnik

non farmakologis (Tarik nafas dalam), Memberikan analgesik untuk

mengrurangi nyeri, Mengkolaborasikan dengan dokter.

Pada pukul 14.20 WIB penulis juga mengevaluasi untuk masalah

keperawatan yang ketiga, diperoleh hasil: Pasien mengatakan luka terasa

nyeri di bagian payudara kanan post operasi. Tampak luka masih terbalut

dengan kassa bersih, tidak ada rembesan pada luka. Hasil analisa keperawatan

kerusakan integritas jaringan belum teratasi karena kriteria hasil dalam tujuan

belum teratasi. Intervensi dilanjutkan yaitu Mengobservasi luka, lokasi,

dimensi jaringan nekrotik, dan kedalaman luka, menjaga kulit agar tetap

bersih dan kering, Mengajarkan keluarga tentang luka dan perawatan luka,

Memonitor aktivitas mobilisasi pasien, Mengkolaborasi dengan ahli gizi.

Pada Pukul 14.25 WIB penulis juga mengevaluasi untuk masalah

keperawatan yang keempat, diperoleh hasil: Pasien mengatakan disekitar luka

terasa gatal dan panas. Tampak luka masih terbalut kassa bersih, tidak ada

rembesan, dan di dapatkan hasil Leukosit 13.1 k/uL serta suhu 37.3º C. Hasil

analisa keperawatan resiko infeksi belum teratasi karena kriteria hasil dalam

tujuan belum teratasi Intervensi dilanjutkan yaitu Mengobservasi tanda dan

gejala infeksi, Pertahankan tehnik aseptik, Menginpeksi kulit dan membran

mukosa terhadap kemerahan dan panas, Mengkolaborasi dengan kelurga cara

pencegahan infeksi.
75

Pada hari kedua Kamis 7 Januari 2016 pada jam 14.00 WIB penulis

mengevaluasi untuk masalah keperawatan yang kedua, diperoleh hasil: Pasien

mengatakan nyeri terasa saat berdiri terasa seperti tertusuk- tusuk di bagian

payudara kanan dengan skala nyeri 4 dan nyeri hilang timbul. Ekspresi pasien

tampak memegang bagian yang nyeri, masih terbalut kassa dan tidak ada

rembesan serta didapatkan hasil tekanan darah 130/90 mmHg nadi 80×/

menit. Hasil analisa keperawatan nyeri akut teratasi sebagian karena kriteria

hasil dalam tujuan sebagian sudah teratasi Intervensi dilanjutkan yaitu

Melakukan pengkajian (PQRST), Mengajarkan tehnik non farmakologis

(tarik nafas dalam), Memberikan analgesik dan Mengkolaborasikan dengan

dokter.

Pada pukul 14.10 WIB penulis mengevaluasi untuk masalah

keperawatan yang ketiga, diperoleh hasil: Pasien mengatakan luka terasa

nyeri di bagian payudara kanan post operasi. Tampak luka bekas operasi

payudara kanan Hari ke satu, terdapat tampon/ kassa di bekas operasi dengan

kedalaman luka 3cm, iameter 2cm. Hasil analisa keperawatan kerusakan

integritas jaringan teratasi sebagian karena kriteria hasil dalam tujuan teratasi

sebagian. Intervensi dilanjutkan yaitu Mengobservasi luka, lokasi, dimensi

jaringan nekrotik, dan kedalaman luka, Menjaga kulit agar tetap bersih dan

kering, Memonitor aktivitas mobilisasi pasien, Mengkolaborasi dengan ahli

gizi.

Pada Pukul 14.20 WIB penulis juga mengevaluasi untuk masalah

keperawatan yang keempat, diperoleh hasil: Pasien mengatakan disekitar luka


76

terasa gatal dan panas. Tampak bekas operasi Hari ke satu dan tidak ada

rembesan serta di dapatkan hasil Leukosit 13.1 k/uL serta suhu 37º C. Hasil

analisa keperawatan resiko infeksi teratasi sebagian karena kriteria hasil

dalam tujuan teratasi sebagian Intervensi dilanjutkan yaitu Mengobservasi

tanda dan gejala infeksi, Pertahankan tehnik aseptik, Menginpeksi kulit dan

membran mukosa terhadap kemerahan dan panas.

Pada hari ketiga jumat 8 Januari 2016 pada jam 14.00 WIB penulis

mengevaluasi untuk masalah keperawatan yang kedua, diperoleh hasil: Pasien

mengatakan nyeri terasa saat berdiri terasa seperti tertusuk- tusuk di bagian

payudara kanan dengan skala nyeri 2 dan nyeri hilang timbul. Ekspresi pasien

tampak memegang bagian yang nyeri, masih terbalut kassa dan tidak ada

rembesan serta didapatkan hasil tekanan darah 120/70 mmHg nadi 86×/

menit. Hasil analisa keperawatan nyeri akut dapat teratasi dengan kriteria

hasil dalam tujuan sudah tercapai, Intervenssi di hentikan.

Pada pukul 14.10 WIB penulis mengevaluasi untuk masalah

keperawatan yang ketiga, diperoleh hasil: Pasien mengatakan luka di bagian

payudara kanan post operasi. Tampak luka bekas operasi payudara kanan

Hari ke dua terdapat tampon/ kassa di bekas operasi dengan kedalaman luka

3cm, diameter 2cm. Hasil analisa keperawatan kerusakan integritas jaringan

teratasi sebagian karena kriteria hasil dalam tujuan teratasi sebagian.

Intervensi di rumah sakit dihentikan lanjutkan Discharge planning yaitu

Makan makanan yang bergizi dan Menjaga kulit di sekitar luka bersih dan

kering.
77

Pada Pukul 14.20 WIB penulis juga mengevaluasi untuk masalah

keperawatan yang keempat, diperoleh hasil: Pasien mengatakan disekitar luka

terasa gatal dan panas. Tampak bekas operasi Hari ke dua dan tidak ada

rembesan serta di dapatkan hasil Leukosit 13.1 k/uL serta suhu 36.5º C. Hasil

analisa keperawatan resiko infeksi teratasi sebagian karena kriteria hasil

dalam tujuan teratasi sebagian Intervensi di rumah sakit dihentikan lanjutkan

Discharge planning yaitu Melanjutkan minum obat dari rumah sakit,

Membersihkan luka bekas operasi dan Mengontrol di poli bedah pada tanggal

13 januari 2016.
BAB V

PEMBAHASAN

Bab ini penulis akan membahas tentang pemberian terapi murottal Al-

Quran surah Ar Rahman terhadap waktu pulih sadar pasien Anestesi pada asuhan

keperawatan Ny. E dengan Kanker Payudara di ruang Mawar nomer A- 12 di

Rumah Sakit dr Soediran Mangun Sumarso kabupaten Wonogiri. Disamping itu

penulis akan membahas tentang faktor pendukung dan kesenjangan- kesenjangan

yang terjadi antar teori dengan kenyataan yang meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dalam proses keperawatan, merupakan

suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber

data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien.

Tujuan untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar serta sebagai

dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan

kebutuhan individu (Runiari, 2010).

Pengkajian dilakukan pada tanggal 6 Januari 2016 pada Ny. E

didapatkan keluhan utama nyeri pada payudara kanan berkaitan dengan

penyakit kanker payudara, didapatkan massa di payudara kanan. Keluhan

tersebut sejalan dengan teori (Olfah dkk, 2013) yang menyebutkan dimana

78
79

salah satu tanda dan gejala kanker payudara adanya benjolan atau massa di

payudara, rasa sakit, timbulnya kelainan pada kulit. Kanker payudara

merupakan penyakit tidak menular yang ditandai dengan adanya sel/ jaringan

abnormal yang bersifat ganas, tumbuh cepat tidak terkendali dan dapat

menyebar ke tempat lain dalam tubuh pasien. Sel penyakit kanker dapat

berasal dari semua unsur yang membentuk suatu organ, dalam perjalanan

selanjutnya tumbuh dan menggandakan diri sehingga membentuk massa

tumor. Penderita kanker payudara akan mengalami pertumbuhan berlebihan

atau perkembangan tidak terkontrol dari sel sel jaringan payudara (Olfah dkk,

2013).

Pola Mekanisme koping, Ny E mengalami perasaan kawatir dengan

penyakit yang dialaminya dan pasien merasa cemas karena pasien akan

dioperasi, dari pengkajian tersebut didapatkan hasil dignosa Ansietas

berhubungan dengan ancaman kematian. Ansietas adalah suatu tindakan

menghilangkan rasa sakit ketika dilakukan pembedahan dan berbagai

prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh (Gwinutt, 2012).

Pada pola pengkajian Kognitif dan Perseptual, Ny E selama sakit

setelah melakukan operasi Ny E merasa nyeri terasa saat bergerak terasa

seperti tertusuk- tusuk dibagian payudara kanan dengan skala nyeri 6dan

nyeri sering muncul. Keadaan tersebut sesuai dengan yang ada bahwa pada

pasien kanker payudara terjadi rasa sakit, penderita kanker payudara

merasakan nyeri di payudara (Olfah dkk, 2013).


80

Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil pada payudara sebelah kanan

terdapat luka bekas operasi, tampak kemerahan, kulit merintis/ kasar dan luka

berada dibagian payudara kanan atas dan terdapat massa pada payudara kanan

atas. Benjolan atau massa tunggal yang sering terdapat didaerah kuadrant atas

bagian luar, benjolan ini keras dan bentuknya tidak berantakan dan dapat

digerakan (Olfah, dkk 2013).

Pada pemeriksaan penunjag pada Ny E didapatkan hasil Leukosit 13.1

k/ul dengan nilai normal 4.1- 10.9 dan hasil USG mammae tampak massa

tampak massa hipoechoic batas tegas, klasifikasi interna echo negatif, axsila

dextra tidak tampak tanda tanda pembesaran Limfanodi dan didapatkan kesan

Massa mammae dextra dd. Malignan (y). Dari hasil pemeriksaan penunjang

sejalan dengan teori tanda dan gejala berdasarkan berat dan ringannya

stadium II dengan diameter 2- 5 cm dengan tanpa metastasis aksila (Olfah

dkk, 2013).

B. Perumusan Masalah Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon

individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual dan

potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalaman, perawat secara

akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti

untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah status

kesehatan klien (Dermawan, 2012).

Perumusan diagnosa keperawatan pre operasi yaitu Ansietas

berhubungan dengan perubahan ancaman kematian pada kasus ini didasarkan


81

pada Pola Mekanisme Koping, Ny. E mengatakan merasa kwatir dengan

penyakit yang dideritanya dan merasa cemas karena pasien akan di operasi.

Sebelum Operasi pada tanggal 6 Januari 2016 Jam 08. 20 WIB dilakukan

Quesioner pada pasien dan di dapatkan nilai 46 (Nilai Kecemasan Berat

Sekali). Batasan karakteristik kecemasan menurut (Nanda NIC NOC, 2013)

yaitu perilaku meliputi: gelisah, mengekspresikan kekhawatiran karena

perubahan dalam peristiwa hidup, affektif meliputi: gelisah distres, ketakutan,

perasaan tidak adekuat, bingung, khawatir, fisiologi meliputi: peningkatan

tekanan darah.

Ansietas adalah respon emosional dan merupakan penilaian

intelektual terhadap suatu bahaya (Stuart, 2007). Perumusan diagnosa post

operasi yang pertama pada Ny E yang diangkat penulis yaitu nyeri akut

berhuubungan dengan agen injuri fisik (pembedahan). Nyeri akut adalah

nyeri yang terjadi setelah cidera akut, penyakit atau intervensi bedah dan

memiliki awitan yang cepat dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai

berat) dan berlangsung untuk waktu yang singkat dari beberapa detik hingga

enam bulan (Andarmoyo, 2013).

Keadaan tersebut sesuai dengan teori hierarki Maslow yang

menyebutkan bahwa nyeri termasuk dalam kebutuhan fisiologis. Kebutuhan

fisiologis merupakan hal yang mutlak dipenuhi dengan manusia untuk

bertahan hidup dan harus dipenuhi terlebih dahulu dari pada kebutuhan lain

(Mubarak, 2008).
82

Saat dilakukan pengkajian pada Ny E didasarkan pada keluhan utama

nyeri di payudara kanan dan beberapa karakteristik yang muncul pada pasien

setelah operasi diperoleh data subjektif pasien mengatakan nyeri timbul saat

bergerak, seperti tertusuk- tusuk di bagian payudara kanan dengan skala nyeri

6 terasa seperti tertusuk- tusuk. Didapatkan hasi dari data objektif ekspresi

pasien tampak meringis kesakitan dan menahan nyeri dengan memegang

bagian yang sakit, tidak mampu berorientasi dengan baik, gelisah serta di

dapatkan hasil vital sigh Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 100×/menit,

suhu 37,3ºC, Respirasi 20×/ menit. Batasan karakteristik nyeri yaitu:

perubahan frekuensi jantung, perubahan frekuesi pernafasan, gelisah,

meringis, perubahan posisi untuk menghindari nyeri (Wilkinson, 2009).

Respon perilaku terhadap nyeri yang ditunjukan oleh pasien sagat

beragam. Salah satunya dapat dilihat dari ekspresi wajah yaitu meringis,

menggelutkan gigi, mengerutkan dahi, menggigit bbir, menutup mata dan

mulut dengan rapat serta membuka mata dan mulut dengan lebar

(Andarmoyo, 2013).

Nyeri yang dialami oleh Ny. E merupakan nyeri akut karena waktu

yang cepat dan dirasakan kurang dari dua bulan. Keadaan tersebut sesuai

dengan teori yang mengatakan bahwa nyeri akut memiliki waktu yang cepat

dan intensitas yang bervariasi dan berlangsung dari beberapa detik sampai

enam bulan (Andarmoyo, 2013).

Penulis mengangkat diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen

cidera fisik (pembedahan) sebagai diagnosa pre operasi prioritas dan aktual
83

karena nyeri merupakan faktor utama. Secara verbal pasien mengatakan

mengalami nyeri yang dirasakannya. Hal ini sesuai dengan teori hierarki

Maslow yang menyebutkan bahwa nyeri termasuk didalam kebutuhan

fisiologis. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak di penuhi oleh

manusia untuk bertahan hidup dan harus terpenuhi dahulu dari pada

kebutuhan yang lain (Mubarak, 2008).

Diagnosa post operasi yang kedua diangkat oleh penulis yaitu

kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan factor mekanik (robekan).

Kerusakan jaringan adalah kerusakan jaringan membrane mukosa, kornea,

integument, atau subkutan (NANDA, 2012).

Batasan karakteristik pada kerusakan integritas jaringan yaitu

kerusakan jaringan (misalnya kornea, membrane mukosa, integument, atau

subkutan (NANDA, 2012).

Saat di lakukan pengkajian didapatkan hasil dari data subjektif yaitu

pasien berkata terasa nyeri dibagian luka post operasi dan didapatkan data

objektif yaitu terdapat luka post operasi di payudara kanan yang terbalut

dengan kassa dalam keadaan bersih. Hal ini sesuai dengan pasien dan teori

mengenai kerusakan integritas jaringan (NANDA, 2012).

Diagnosa post operasi yang ketiga diangkat oleh penulis yaitu Resiko

infeksi berhubungan dengan pembedahan (tummor mammae). Resiko infeksi

adalah keadaan dimana seorang individu beresiko terserang oleh agen

patogenik dan oportunistik (virus, jamur, bakteri, protozoa atau parasit


84

lainnya) dari sumber- sumber eksternal, sumber- sumber eksogen dan

endogen (NANDA, 2012).

Saat di lakukan pengkajian didapatkan hasil dari data subjektif yaitu

pasien hanya mengatakan terasa panas dan terasa gatal dibagian sekitar luka

di payudara kanan. Hasil data objektif yaitu Leukosit 13,1 k/ul, suhu 37,3º C,

luka pembedahan masih terbalut dengan kassa dan terdapat tanda infeksi

seperti kemerahan. Hal ini sesuai dengan pasien dan teori mengenai resiko

infeksi yaitu mengalami peningkatan risiko infeksi terserang organisme

patogenik (NANDA, 2012).

C. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang

merupakan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana

dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua tindakan

keperawatan. Merupakan tahap ketiga dari proses keperawatan dimana

peraawat meetapkan tujuan dan hasil yang diharapkan bagi pasien ditentukan

dan merencanakan intervensi keperawatan. Selama perencanaan dibuat

prioritas dengan kolaborasi klien dan keluarga, konsultasi tim medis, telaah

literatur, modifikasi asuhan keperawatan dan catat informasi yang relevan,

tentang kebutuhan perawatan kesehatan klien, penata laksanaan klinik

(Dermawan, 2012).

Intervensi atau rencana yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan

dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada. Tujuan dari tindakan
85

keperawatan menggunakan kaidah sesuai dengan sistematika SMART, yaitu

spesifk (jelas), measurable (dapat diukur), acceptance, rasional, dan

timing.Kriteria hasil merupakan gambaran tentang faktor-faktor yang dapat

memberi petunjuk bahwa telah tercapai dan digunakan dalam membuat

pertimbanagann (Hidayat, 2010).

Intervensi pada diagnosa keperawatan Pre operasi Ansietas

berhubungan dengan Ancaman kematian. Kriteria hasil berdasarkan NOC

(Nursing Outcomes Classification) kemudian penulis menyusun intervensi

keperawatan berdasarkan NIC (Nursing Intervetion Classification). Pada

diagnosa pertama terdapat 4 rencana tindakan keperawatan yaitu Identifikasi

tingkat kecemasan, Intruksikan pasien menggunakan tehnik (Terapi Murottal

al- Qur`an surah Ar Rahman), Bantu pasien mengenal situasi yang

menimbulkan kecemasan, Jelaskan semua prosedur dan apa yang disarankan

selama prosedur dari rencana tindakan tersebut penulis

mengimplimentasikan 4 tindakan keperawatan.

Penulis melakukan tindakan keperawatan dengan Mengindentifikasi

tingkat kecemasan dengan mengukur menggunkan alat ukur kecemasan

(HRS- A) dan Mengajarkan tehnik murottal Al- Qur`an dengan surah

Ar- Rahman dengan Melibatkan Respon keyakinan yang dianut akan

mempercepat terjadinya rileks, dengan kata lain kombinasi respon relaksasi

melibatkan keyakinan akan gandakan manfaat yang didapat dari respon

relaksasi. Fakta lain terapi bacaan Al- Qur` an dapat mengurangi sakit adalah

penjelasan riwayat Baihaqi bahwa Tholhah bin Mussarif berkata bahwa “


86

Aku pernah mendengar bahwa ketika dibacakan Al- Qur` an kepada orang

yang sedang sakit niscaya sakitnya akan berkurang” (Al Durr Al- Manstur

dalam Elzaky, 2011). Hal ini sesuai dengan Hadist Rosulullah SAW yang

bersabda “Sebaik- baiknya obat adalah Al- Qur` an” (HR. Ibnu Majah, dalam

Izzat 7 Arif, 2011) menurut Sodikin dalam Jurnal “ Pengaruh Terapi Bacaan

Al- Qur` an melalui Media Audio terhadap Respon Nyeri Pasien Post Operasi

Hernia di RSUD Cilacap” tahun 2012.

Intervensi pada diagnosa keperawatan Post operasi yang pertama

Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (pembedahan). Kriteria hasi

berdasarkan pada NOC (Nursing Outcomes Classification) kemudian penulis

menyusun intervensi keperawatan berdasarkan NIC (Nursing Intervetion

Classification. Pada diagnosa kedua terdapat 4 rencana tindakan keperawatan

yaitu Observasi tingkat nyeri (PQRST), Ajarkan tentang tehnik Non

Farmakologis (Relaksaksi nafas dalam), Berikan analgesik untuk mengurangi

nyeri, Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak

berhasil, dari rencana tindakan tersebut penulis mengimplimentasikan 3

tindakan keperawatan yaitu Observasi tingkat nyeri (PQRST), Ajarkan

tentang tehnik Non Farmakologis, Berikan analgesik untuk mengurangi nyeri

dan penulis tidak mengimplementasikan 1 rencana tindakan keperawatan

yaitu Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak

berhasil karena respon pasien hari pertama sudah tidak menunjukan tindakan

tidak berhasil.
87

Penulis melakukan tindakan keperawatan dengan mengobservasi

tingkat nyeri (PQRST) meliputi P (Paliatif/Profocatif = yang menyebabkan

timbulnya masalah), Q (Quality = kualitas nyeri yang dirasakan), R (Regio =

lokasi nyeri), S (Severity = keparahan), T (Time = waktu, Mengajarkan

tehnik non Farmakologis (relaksaksi nafas dalam) dan Memberikan analgesik

(cefozolin, Ranitidin, Ketorolac).

Intervensi pada diagnosa keperawatan Post operasi Kerusakan

Integritas jaringan berhubungan dengan Faktor mekanik (robekan). Kriteria

hasil berdasarkan NOC (Nursing Outcomes Classification) kemudian penulis

menyusun intervensi keperawatan berdasarkan NIC (Nursing Intervetion

Classification). Pada diagnosa ketiga terdapat 5 rencana tindakan

keperawatan yaitu Observasi luka: Lokasi, dimensi, kedalaman luka, jaringan

nekrotik, Jaga kulit bersih dan kering, Ajarkan keluarga tentang luka dan

perawatan luka, monitor aktivitas dan mobilisasi pasien, Kolaborasi dengan

ahli gizi pemberian diet tinggi kalori dan protein dari rencana tindakan

tersebut penulis mengimplimentasikan 5 tindakan keperawatan. Penulis

melakukan tindakan keperawatan dengan mengobservasi luka Lokasi,

dimensi, kedalaman luka, jaringan nekrotik pada post operasi Hari ke- 1 dan

memonitor aktivitas dan mobilisasi pasien selama 3 hari setelah operasi.

Intervensi pada diagnosa keperawatan Post operasi Resiko infeksi

berhubungan dengan pembedahan (tumor mammae). Kriteria hasil

berdasarkan NOC (Nursing Outcomes Classification) kemudian penulis

menyusun intervensi keperawatan berdasarkan NIC (Nursing Intervetion


88

Classification). Pada diagnosa keempat terdapat 4 rencana tindakan

keperawatan yaitu Observasi tanda dan gejala infeksi, Pertahankan tehnik

aseptik, Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan dan panas,

Kolaborasi dengan keluarga cara pencegahan infeksi dari rencana tindakan

tersebut penulis mengimplimentasikan 4 tindakan keperawatan. Penulis

melakukan tindakan keperawatan dengan mengobservasi tanda gejala infeksi

dengan nilai Leukosit, Suhu badan dan Inspeksi kulit dan membran mukosa

terhadap kemerahan dan panas.

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah komponen dari proses keperawatan

yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang di

perlukan untuk mencapai tujuan dan kriteria hasil yang diperkirakan dari

asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Perry, 2005).

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada tanggal 6, 7 dan 8

Januari 2016 antara lain, Penulis melakukan tindakan dengan

mengidentifikasi kecemasan sebelum melakukan operasi setelah selesai

operasi dilakukan tehnik murottal Al- Quran Surah Ar Rahmanselama 60

menit dilakukan di ruang Recoveryroom. Bila tindakan ini tidak dilakukan

akan berdampak pada hasil penurunan kecemasan. Saat sebelum dilakukan

tindakan relaksaksimurottal Al- Quran Surah Ar Rahman terdapat durasi

waktu 85 menit saat pengukuran kecemasan dengan pasien masuk ke ruang

operasi dilakukan pengisian Quesioner HRS- A dan didapatkannilai

Quesioner dari pasien dengan hasil 46 (nilai kecemasan berat sekali) dengan
89

respon ekspresi pasien wajah pasien tampak gelisah, bingung, lemas dan

setelah dilakukan tindakan relaksaksimurottal Al- Quran Surah Ar Rahman

setelah pasien operasi dilakukan pengisian dan didapatkan nilai Quesioner

HRS- A dengan durasi waktu 20 menit pasien keluar dari ruang recovery

dengan pasien diukur kecemasan dan didapatkan hasil 26 (kecemasan sedang)

dengan respon ekspresi pasien tampak lebih tenang, nyaman dan sedikit

terlihat tersenyum.

Pada seseorang yang akan melakukan tindakan pembedahan

mempunyai respon dalam menghadapi operasi atau pembedahan sering

mengalami ketakutan atau kecemasan. Pasien diberikan terapi murottal

Al- Qur`an dapat mengurangi kecemasan serta dapat berpengaruh pada waktu

pulih sadar pasien. Terapi ini dapat membuat perasaan rileks dan tenang.

Kecemasan yang timbul menjelang tindakan anestesi akan mengganggu

jalannya proses operasi. Kecemasan dapat meningkatkan frekwensi jantung

yang dapat berpengaruh pada tekanan darah dan pernafasan pasien.

Kecemasan dapat pula mempengaruhi dosis obat anestesi, kenaikan laju basal

metabolisme pre anestesi dan meningkatkan kepekaan terhadap rasa sakit

(Leksana, 2000) Dalam Penelitian Mulyono, 2008 “Hubungan Musik Klasik

dengan Waktu Pemulihan Pasien Post Operasi Seksio Cesaria dengan Spinal

Anestesi di RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA”.

Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner berpedoman pada

Hamilton Rantting Scale for Anxiety (HRS- A) untuk melihat tingkat

keparahan terhadap gangguan kecemasan seorang klien (Hawari, 2001).


90

Terapi Murotal adalah terapi bacaan Al- Qur`an yang merupakan terapi

realigi dimana seseorang akan dibacakan ayat- ayat Al- Qur`an selama

beberapa menit atau bahkan selama beberapa jam, sehingga memberikan

dampak positif bagi tubuh seseorang (Gusmirah, 2005). Terapi Murotal

adalah rekaman surat Al- Qur`an yang dilakukan oleh seorang qori`

(pembaca Al- Quran) lantunan Al- Qur`an secara fisik mengandung unsur

suara manusia (Heru, 2008). Al- Qur`an adalah obat yang mujarab, baik

penyakit hati maupun penyakit fisik, baik penyakit dunia ataupun penyakit

akhirat (Heru, 2008) Pada Jurnal “Pengaruh Pemberian Terapi Murottal Al-

Qur`an terhadap Waktu Pulih Sadar Pasien Kanker Payudara dengan Anestesi

General di RSUD DR. Moewardi Surakarta” tahun 2015. Ar Rahman yang

berarti yang Maha Pemurah merupakan surah ke- 55 diantara surah- surah

dalam Al- Qur`an, surat ini terdiri atas 78 ayat, termasuk daalam surat

makkiyah. Nama surat ini diambil dari perkataan Ar- Rahman yang terdapat

pada ayat pertama surat ini. Ar- Rahman adalah salah satu dari nama- nama

Allah SWT (Jalalaudin, 2008).

Saat melakukan tindakan dengan pasien yang baru saja keluar dari

ruang operasi kemudian masuk ke ruang Recoveryroom dan dilakukan

Murottal Al- Qur`an surah Ar- Rahman menggunakan tipe recorder dengan

frekuensi 440 cps hertz, Handphone dan Stopwacth untuk mengetahui berapa

detik pasien sadar. Saat pasien diperdegarkan Murottal Al- Qur`an surah Ar-

Rahman serta dilakukan tindakan penilaian Alderete Score saat masuk ruang

Recoverryroom, pada menit ke- 15, menit ke- 30, menit ke- 45, menit ke- 60
91

serta saat pasien akan keluar dari ruang recoverryroom dan dilakukan penilai

Alderete Score sampai tercapai nilai total 10. Pasien bisa dipindahkan dari

ruang pemulihan jika nilai pengkajian post anestesi adalah 8- 10 (Coyle TT,

2005) Pada Jurnal “Pengaruh Pemberian Terapi Murottal Al- Qur`an terhadap

Waktu Pulih Sadar Pasien Kanker Payudara dengan Anestesi General di

RSUD DR. Moewardi Surakarta” tahun 2015.

Didapatkan hasil pada saat pasien masuk ruang Recoveryroom nilai 3,

menit ke- 15 dengan hasil 4, menit ke- 30 dengan hasil 5, menit ke- 45

dengan hasil 8, menit ke- 60 dengan hasil 9 serta paada saat- saat keluar

dengan hasil 10. Pasien dinilai dari Nilai warna, Pernafasan, Sirkulasi,

Kesadaran dan Aktifitas (Barone, 2004) Pada Jurnal “Pengaruh Pemberian

Terapi Murottal Al- Qur`an terhadap Waktu Pulih Sadar Pasien Kanker

Payudara dengan Anestesi General di RSUD DR. Moewardi Surakarta” tahun

2015.

Pemberian Terapi bacaan Al- Qur`an dapat menurunkan denyut nadi

dan efek anestesi. Penggunaan obat Anestesi selama pembedahan dapat

mempengaruhi denyut nadi. Hal ini disebabkan oleh perubahan mendadak

yang disebabkan oleh reflek simpatis setelah injeksi anestesi. Menurut Jurnal

dari Sodikin “ Pengaruh Terapi Bacaan Al- Qur`an melalui Media Audio

terhadap Respon Nyeri Pasien Post Operasi Hernia di RSUD Cilacap” tahun

2012.

Hasil Implementasi yang dilakukan oleh penulis sesuai dengan hasil

penelitian dalam Jurnal yang dikutip oleh penulis dalam judul “Pengaruh
92

pemberian terapi Murottal Al- Qur`an terhadap waktu pulih sadar pasien

kanker payudara dengan anestesi general di Rumah sakit umum daerah DR.

Moewardi Surakarta”. Hasil dari penelitian Moh. Al Khoif Billah pada tahun

2015 menunjukan bahwa ada pengaruh terapi murottal Al- Qur`an dalam

pemenuhan kondisi pulih pasien dan dari aplikasi jurnal “Pengaruh

pemberian terapi Murottal Al- Qur`an terhadap waktu pulih sadar pasien

kanker payudara dengan anestesi general di Rumah sakit umum daerah DR.

Moewardi Surakarta” menunjukan hasil bahwa ada pengaruh terapi Al-

Qur`an waktu pulih sadar pasien anestesi general dengan tumor payudara

dexstra pada menit ke- 45 dengan nilai 8.

Terapi murottal Al- Qur`an juga memberikan dampak kenyamanan

yang ditandai dengan sudah dapat menggerakan ke empat ekstremitas, warna

kulit yang bersemburah kemerahan dan dapatdiajak berkomunikasi dan

berinteraksi dengan perawat menurut Jurnal “Pengaruh pemberian terapi

Murottal Al- Qur`an terhadap waktu pulih sadar pasien kanker payudara

dengan anestesi general di Rumah sakit umum daerah DR. Moewardi

Surakarta” oleh Moh. Al Khoif Billah pada tahun 2015. Implementasi lain

yang dilakukan oleh penulis pada Ny. E adalah memonitor Tanda- Tanda

Vital dan keluhan utama pasien, memantau tingkat kecemasan pasien,

mendampingi, memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga

dan memberikan terapi tarik nafas dalam.

Berdasarkan jurnal yang dikutip oleh Nurliana Khoiriyah tahun 2015

dengan judul “Pengaruh Terapi Murottal Al Quran terhadap waktu pulih


93

sadar pasien kanker payudara dengan Anestesi General di Rumah Sakit

Umum Daerah DR. Moewardi Surakarta” hal ini sesuai dengan apa yang

telah dilakukan oleh penulis yaitu Pengaruh Terapi Murottal Al Quran

terhadap waktu pulih sadar pasien kanker payudara dengan Anestesi General

pada asuhan keperawatan Ny. E dengan kanker payudara di ruang Mawar

RSUD dr Soediran Mangun Sumarso Kabupatan Wonogiri. Hasil dari

tindakan tersebut juga dipengaruhi oleh observasi ansietas dan pemberian

obat medis saat operasi yaitu obat propofal 10mg/ml yang berpengaruh degan

perubahan ansietas.

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada tanggal 6, 7 dan 8

Januari 2016, antara lain Penulis melakukan tindakan pengkajian nyeri

(PQRST) dan Melakukan relaksaksi non Farmakologis yaitu tarik nafas

dalam. Tehnik individu dapat digunakan saat individu dalam kondisi sehat

atau sakit dan merupakan upaya pencegahan untuk membantu tubuh segar

kembali dan meminimalkan nyeri secara efektif (Perry & Potter 2005).

Tehnik relaksaksi yang digunakan dalam mengatasi nyeri post operasi di

Rumah Sakit adalah dengan tarik nafas dalam. Keuntungan dari tehnik tarik

nafas dalam antara lain dapat dilakukan setiap saat dimana saja dan kapan

saja. Caranya sangat mudah dan dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien

tanpa media dapat merilekskan otot- otot yang tegang (Smeltzeer, 2001) Pada

Jurnal “Terdapat pengaruh pemberian tehnik relaksaksi nafas dalam terhadap

tingkat nyeri pada pasien post operasi dengan Anestesi Umum” oleh Satriyo

Agung, 2013.
94

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada tanggal 6, 7 dan 8

Januari 2016, antara lain Penuis memberikan makanan tinggi kalori tinggi

protein sesuai dengan diit yang telah di buat oleh ahli gizi. Fungsi protein

bagi tubuh adalah untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh,

Sebagai sarana untuk mengatur metabolisme pada tubuh, Menyokong

berbagai aktivitas pada organ tubuh dan pula metabolisme tubuh serta fungsi

kalori antara lain Menunjang aktifitas tubuh, Sebagai sumber Energi bagi

tubuh. (Putri dkk, 2013). Pengenalan proses penyembuhan luka sangat

penting dan pengetahuan berbagai faktor yang mempengaruhi penyembuhan

luka untuk mempercepat proses penyembuhan, dianjurkan untuk segera

bangkit pasca operasi dan memperhatikan juga tentang nutrisi yang harus

dikomsumsi untuk mempercepat proses penyembuhan luka, diperlukan

asupan Protein mensuplai asam amino yang dibutuhkan untuk perbaikan

jaringan dan regenerasi, mengandung berbagai gizi yang sangat dibutuhkan

oleh tubuh untuk proses penyembuhan luka ini biasanya terkandung pada

Ikan, telur, daging (Bulan dkk, 2013).

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada tanggal 6, 7 dan 8

Jaanuari 2016, antara lain Penulis melakukan tindakan observasi tanda- tanda

infeksi dengan rasionalnya untuk mendekteksi dini terhadap infeksi akan

mudah, bila tindakan ini tidak dilakukan akan berdampak pada hasil diagnosa

(Wilkinson, 2012). Hal tersebut dapat diartikan meningkatnya resiko

seseorang terjangkit oleh organisme patogen. Faktor resikonya meliputi

inadekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, leukopenia dan respon


95

inflamasi), prosedur invasif dan lain-lain (NANDA, 2012). Diagnosa

keperawatan ini penulis angkat karena keadaan pasien yang beresiko

mengalami infeksi, faktor resiko tersebut adanya mikroorganisme karena

prosedur invasif yang dialami pasien yaitu insisi bedah. Hasil dari tindakan

keperawatan yang dilakukan penulis yaitu luka bersih dan ada sedikit

kemerahan.

E. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari proses

keperawatan untuk mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan

dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan (Potter & Perry, 2005).

Penulis mengevaluasi hasil dari tindakan keperawatan pada tanggal 6

Januari 2016 dengan diagnosa yang pertama yaitu Ansietas berhubungan

dengan Ancaman kematian dengan hasil Respon Pasien mengatakan cemas

sudah berkurang dan pasien bersedia menjawab quesioner tentang kecemasan,

Ekspresi dari pasien tampak lebih tenag, nyaman dan sedkit tersenyum

dengan hasil quesioner dari kecemasan 26 (kecemasan sedang), hasil dari

analisa Ansietas dapat teratasi dengan kriteria hasil dalam tujuan sudah

tercapai dan Intervenssi di hentikan.

Penulis mengevaluasi hasil dari tindakan keperawatan pada tanggal 6,

7 dan 8 Januari 2016 dengan diagnosa yang kedua Nyeri akut berhubungan

dengan agen injuri fisik (pembedahan) dengan hasil respon pasien nyeri

dipayudara post operasi Hari ke- 2 dengan nyeri terasa saat beerdiri seeperti

tertusuk- tusuk dibagian payudara kanan dengan skala nyeri 2 serta nyeri
96

terasa hilang timbul, Ekspresi pasien tampak menahan nyeri dengan tekanan

darah 120/ 70 mmHg dan Nadi 86×/ menit, hasil dari analisa Nyeri akut dapat

teratasi dengan kriteria hasil dalam tujuan sudah tercapai dan Intervenssi di

hentikan.

Penulis mengevaluasi hasil dari tindakan keperawatan pada tanggal 6,

7 dan 8 Januari 2016 dengan diagnosa yang ketiga yaitu kerusakan integritas

jaringan berhubungan dengan faktor mekanik dengan hasil respon pasien luka

bekas operasi pada Hari ke- 2 Hasil objektif dari pasien tampak luka bekas

operasi terbalut kassa, tidak adanya rembesan, terdapat tampon/ kassa di luka

dengan kedalaman luka 3 cm serta diameter 2 cm, hasil dari analisa kerusakan

integritas jaringan teratasi sebagian dengan kriteria hasil dalam tujuan

tercapai sebagian yaitu ketebalan dan testur jaringan normal belum teratasi

dan Intervenssi di hentikan, serta lanjutkan discrat planningyaitu Makan

makanan yang bergizi, Jaga kulit disekitar luka bersih dan kering. Dalam hal

ini penulis melakukan asuhan keperawatan untuk mengatasi diagnosa ini

selama 3x 24 jam yang belum cukup untuk mencapai kriteria hasil menurut

Nanda (NIC- NOC, 2013).

Penulis mengevaluasi hasil dari tindakan keperawatan pada tanggal 6,

7 dan 8 Januari 2016 dengan diagnosa yang keempat yaitu Resiko Infeksi

berhubungan dengan pembedahan (tumor mammae) dengan hasil respon dari

pasien luka bekas operasi terasa gatal dan panas, hasil objektif dari pasien

tampak luka bekas operasi terbalut kassa, tidak ada rembesan, disekitar luka

kemerahan, hasil Leukosit 13.1 k/ul serta Suhu badan 36,5ºC, hasil dari
97

analisa kerusakan integritas jaringan teratasi sebagian dengan kriteria hasil

dalam tujuan tercapai sebagian yaitu pasien bebas dari tanda dan gejala

infeksi belum teratasi dengan upaya perawatan luka dengan prinsip steril dan

pemberian antibiotik dan Intervensi dihentikan serta lanjutkan discrat

planningyaitu Lanjutkan minum obat dari rumah sakit, Bersihkan luka post

operasi dan Kontrol dipoli bedah pada tanggal 13 januari 2016. Dalam hal ini

penulis melakukan asuhan keperawatan untuk mengatasi diagnosa ini selama

3x 24 jam yang belum cukup untuk mencapai kriteria hasil menurut (Nanda

NIC- NOC, 2013).

Evaluasi bagi penulis adalah tidak ada hambatan saat melakukan

terapi Murottal Al Qur` an surat Ar- Rahman. Di RSUD dr. Soediran

Wonogiri di ruang Mawar penulis memperoleh data hasil wawancara dengan

salah satu perawat bahwa mayoritas klien yang akan menjalani operasi

mengalami cemas. Penerapan terapi Murottal Al- Qur` an: surat Ar- Rahman

belum pernah diterapkan oleh rumah sakit. Penaganan cemas untuk klien

biasanya dibantu oleh keluarganya sendiri.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah penulis melakukan pengkajian, analisa data, penentuan diagnosa,

intervensi, implementasi, dan evaluasi tentang pemberian terapi murottal Al- Qur`

an surah Ar- Rahman untuk menurunkan tingkat kecemasan pada asuhan

keperawatan Ny. E dengan post operasi tumor payudara di ruang mawar RSUD

Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri secara metode studi kasus, maka

dapat ditarik kesimpulan:

A. Kesimpulan

1. Pengkajian

Hasil dari pengkajian terhadap Ny. E dengan tumor payudara

didapatkan adanya keluhan Nyeri pada bagian payudara kanan, terdapat

di benjolan payudara kanan, pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil

tekanan darah 110/ 80 mmHg, nadi 125x/ menit, suhu 36º C dan respirasi

20x/ menit, kemudian dokter menyarankan operasi. Dan didapatkan

keluhan Ansietas, pasien tampak kawatir dengan penyakit yang diderita

dan pasien merasa cemas karena pasien akan di operasi. Sebelum di

operasi dilakukan pengisian quesioner pada pasien dan didapatkan nilai

46 (nilai kecemasan berat sekali).

98
99

1. Rumusan Masalah

Setelah dilakukan pengkajian pada Ny. E dengan tumor

payudara, diagnosa pre operasi yang diangkat yaitu Ansietas

berhubungan dengan ancaman kematian, diagnosa post operasi yang

diangkat yaitu Nyeri akut berhubungan dengan agen cidire fisik

(pembedahan), Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan Faktor

mekanik (robekan), Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan

(tumor payudara).

2. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan yang dapat disusun pada kondisi pada

Ny. E dengan tumor payudara adalah Pemberian terapi murrotal Al- Qur`

an surah Ar- Rahman pada saat diruang Recoverry, pengkajian

kecemasan (HRS- A), pengkajian Nyeri, tehnik relaksaksi nafas dalam,

perawatan luka, Observasi luka dan pemberian terapi farmakologis.

3. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan pada Ny E dengan tumor payudara

adalah Pemberian terapi murrotal Al- Qur` an surah Ar- Rahman pada

saat diruang Recoverry, pengkajian kecemasan (HRS- A), pengkajian

Nyeri, tehnik relaksaksi nafas dalam, perawatan luka, Observasi luka dan

pemberian terapi farmakologis.

4. Evaluasi keperawatan

Evaluasi pada Ny E dengan tumor payudara saat Pre operasi 1x

24 jam dan setelah operasi 3x 24 jam dilakukan secara komprehensif


100

dengan acuan rencana asuhan keperawatan dengan hasil Ansietas pasien

dengan hasil 26 (kecemasan sedang), nyeri sudah berkurang dari skal 6

menjadi 2, pada diagnosa kerusakan integritas jaringan kedalaman dan

diameter masih ssama 2cm dan 3cm, tidak terdapat tanda- tanda infeksi.

5. Analisa Aplikasi Jurnal dengan Kasus

Hasil pemberian terapi murottal Al- Quran surah Ar- Rahman

terhadap waktu pulih sadar pasien lebih cepat pada menit ke- 45 dan di

ukur menggunakan alat ukur Alderetescore dengan nilai 8, serta

pemberian terapi murotta Al- Quran surah Ar- Rahman lebih efektif pada

pasien dengan kecemasan saat sebelum dilakukan operasi dan belum

dilakukan terapi di dapatkan nilai dari HRS- A dengan hasil 48

(kecemasan berat) setelah dilakukan terapi didapatkan hasil 20

(kecemasan ringan). Menunjukan bahwa aplikasi pemberian terapi

murottal Al- Quran surah Ar- Rahman dapat mempercepat waktu pulih

sadar pasien serta dapat menurunkan kecemasan.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan institusi mampu meningkatkan mutu pendidikan sehingga

menghasilkan perawat yang profesional dan inovatif, terutama dalam

memberikan asuhan keperawatan pada pasien pre operasi maupun post

operasi tumor payudara.

2. Bagi Perawat
101

Perawat mampu memberikan dan meningkatkan kualitas pelayanan

dalam memberikan asuhan keperawatan terutama pemberian tindakan

menjaga diri kepada pasien khususnya pasien pre operasi maupun post

operasi tumor payudara, serta mampu melakukan asuhan keperawatan

kepada pasien yang sesuai dengan Standart Operasional Prosedur (SOP).

3. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan yang

baik serta menyediakan fasilitas atau sarana dan prasarana yang memadai

untuk penyembuhan pasien, khususnya pasien dengan pre operasi

maupun post operasi tumor payudara.

4. Bagi Profesi Keperawatan

Diharapkan para perawat memiliki keterampilan dan tanggung jawab

yang baik dalam memberikan asuhan keperawatan, serta mampu

menjalin kerjasama dengan tim kesehatan lain dan keluarga pasien dalam

membantu proses penyembuhan pasien khususnya pada pasien pre

operasi maupun post operasi tumor payudara.


DAFTAR PUSTAKA

Agung, Annisa dan Dewi. 2013. Terdapat Pengaruh Pemberian Tehnik Relaksaksi
Nafas Dalam Terhadap Tingkat Nyeri pada Pasien Post Operasi dengan
Anestesi Umum di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Jurnal Keperawatan
Indonesia

Andarmoyo, Sulistyo. 2013. Konsep dan proses Keperawatan Nyari. Jogjakarta:


Ar- Ruzzmedi

Billah, Moh Al Khoif. 2015. Pengaruh Pemberian Terapi Murottal Al- Qur` an
Terhadap Waktu Pulih Sadar Pasien Kanker Payudara dengan
Anestesiologi General. Jurnal Keperawatan Indonesia.

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC

Bulan, Ayu, Dkk. 2013. Buku Ilmu Gizi Praktis Kesehatan. Graha Ilmu

Depkes RI. 2009. Pedoman penemuan dan Penatalaksanaan Penyakit Kanker


tertentu di Komunitas. Jakarta: Depkes

Depkes RI. Profil Kesehatan RI 2013. Diakses pada tanggal 6 Desember 2015
http://www.depkes.go.id/downloads/profilKesehatan.2007.pdf.

Dermawan, Denden dan Tutik, R. 2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep


dan Kerangka Kerja. Yogjakarta: Gosyen Publishing.

Gusmirah, 2005. Ruqyah Terapi Realigi Sesuai Sunnah Rasulullah SWT. Jakarta:
Pustaka Marwa

Gwinutt, Carl L. 2012. Catatan Kuliah Anestesi Klinis Edisi 3. Jakarta: EGC

Hawari, Dadang. 2001. Manajemen Stres Cemas dan Depresi.Jakarta: Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia

Hidayat, A. 2010. Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisis. Edisi 3.


Jakarta: Salemba Marwa

Jalalaudin Al-Mahalli dan As-Syututi. 2008. Terjemah Tafsir Jalalain Jilid


2. Sinar Baru Algensido.

Kanita, Ina.2012. Gambaran pengetahuan tentang Kanker Payudara dan pola


konsumsi Isoflavon. Skripsi gelar Sarjana Kep.
Kresno, Siti Boediana. 2007. IMONOLOGI: Diagnosis dan Prosedur
Labolatarium,Vol 4, edk 3.Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia

Latief, Said A, Kartini A Suryadi, M Ruswan Dachlan. 2002. Petunjuk Praktis


Anestesiologi.Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Mansjoer, A dkk, 2007.Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius


Fakultas Kedokteran UI

Mubarak, Wahit Iqbal. 2008. Promosi Kesehatan. Jogjakarta: Graha Ilmu

Mulyono. 2008. Dalam Penelitian “Hubungan Musik Klasik dengan Waktu


Pemulihan pasien post Operasi Seksio Cesaria dengan Spinal Anestesi di
RSUD DR. Moewardi Surakarta”.

Mary, Baradero, Mary, Wilfrid, Dayrit & Yakobus, Siswandi. 2008. Seri asuhan
Keperawatan Klien Kanker, Jakarta: EGC

NANDA. 2012. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2013. APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC Jilid 1. Mediaction

Nurcahyo, J. 2010. Awas Bahaya Kanker rahim dan Kanker Payudara (mengenal,
mencegah dan mengobati sejak dini dua kanker pembunuh paling ditakuti
wanita). Yogyakarta: Wahana Talita

Nurzallah, Azhar Putriayu. 2015. Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik:


Mozart Terhadap Waktu Pulih Sadar Pasien Kanker Payudara dengan
Anestesiologi Generaal. Jurnal Keperawatan Indonesia.

Olfah, Yustina, Dra. Ni Ketut, Atik Badi` ah. 2013. Kanker Payudara dan Sadari.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Potter, PA & Perry AG. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses dan Praktis, Volume 1, Edisi Keempat. Jakarta: Buku Kedokteran:
EGC

Putri, Azhar. 2015. Pengaruh Pemberian Terapi Musik Mozzart Terhadap Waktu
Pulih Sadar Pasien Kanker Payudara dengan Anestesiologi General.
Jurnal Keperawatan Indonesia.

Rasjidi, Imam. 2007. Kemoterapi Kanker Ginekologi dalam Praktik Sehari- hari.
Jakarta: CV Sagung Seto
Riskesdas. 2013. Riset kesehatan Dasar: Jakarta

Runiari, Nengah. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hiperemesis


Gravidarium. Jakarta: Salemba Medika

Sodikin. 2012. Pengaruh Terapi Bacaan Al- Qur` an melalui Media Audio
terhadap Respon Nyeri Pasien Post Operasi Hernia di RSUD Cilacap.
Jurnal Keperawatan Indonesia.

Struart, Gail. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Suryaningsih, EK & Sukaca BE. 2009, Kupastuntas Kanker Payudara,


Yogyakarta: Paragdigma Indonesia

Wilkinson, Judith. 2012- 2014. Diagnosa Kepearawatan Nanda. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai