Oleh :
dr. Noviar Asadi
NIM : 14/372467/PKU/14740
Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat
tacqol di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta ”. Karya ilmiah paripurna ini disusun
Program Studi Ilmu Bedah pada Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan
pembelajaran, bimbingan, saran, dan masukan dalam penyusunan tesis ini sejak
tahap awal sampai akhir. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:
bedah angkatan Juli 2014 yang dengan ikhlas membantu dan memberikan
ini.
iv
4. Seluruh pasien bedah sebagai guru terbaik dalam penulisan karya
paripurna ini.
Semoga segala hal yang telah diberikan kepada penulis baik secara
langsung maupun tidak langsung dicatat sebagai amal baik dan mendapat balasan
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................... iv
DAFTAR ISI.................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xi
INTISARI...................................................................................................... xiii
ABSTRACT................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 5
E. Keaslian Penelitian......................................................................... 5
A. Penyakit Hirschsprung.................................................................. 7
vi
2. Diagnosis...................................................................................... 10
3. Diagnosis Banding....................................................................... 17
4. Persiapan Preoperatif................................................................... 19
5. Managemen Pembedahan............................................................ 20
6. Kolostomi..................................................................................... 25
9. Varian Hirschsprung.................................................................... 31
1. Sejarah.......................................................................................... 33
2. Persiapan Operasi......................................................................... 34
3. Teknik Operasi............................................................................. 35
4. Perawatan Pascaoperasi............................................................... 38
D. Kerangka Teori.............................................................................. 40
E. Kerangka Konsep.......................................................................... 41
F. Hipotesis.......................................................................................... 41
A. Desain Penelitian.......................................................................... 42
E. Besar Sampel................................................................................. 43
vii
F. Alur Penelitian.............................................................................. 44
G. Variabel Penelitian....................................................................... 45
I. Definisi Operasional..................................................................... 46
B. Karakteristik Umum..................................................................... 51
C. Diskusi............................................................................................ 56
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 67
LAMPIRAN................................................................................................... 73
viii
DAFTAR TABEL
pascaoperasi................................................................................. 5
Tabel 4.2 Karakteristik pasien TEPT menurut usia, berat badan, kadar
Tabel 4.3 Karakteristik pasien TEPT menurut usia dan jenis kelamin......... 51
Tabel 4.4 Luaran operasi berdasarkan skoring KLOTZ usia kurang dari 1
Tabel 4.6 Luaran operasi berdasarkan skoring KLOTZ usia kurang dari 1
Tabel 4.8 Luaran operasi berdasarkan skoring KLOTZ usia lebih dari 1
Tabel 4.9 Luaran operasi berdasarkan kuesioner TACQOL usia lebih dari
Tabel 4.10 Luaran operasi berdasarkan skoring KLOTZ usia lebih dari 1
ix
bulan jangka panjang.................................................................... 55
Tabel 4.11 Luaran operasi berdasarkan kuesioner TACQOL usia lebih dari
Tabel 4.14 Pengaruh usia kurang dari 1 bulan saat operasi terhadap hasil
Tabel 4.15 Pengaruh usia lebih dari 1 bulan saat operasi terhadap hasil
Tabel 4.16 Perbandingan luaran operasi operasi jangka pendek dan jangka
Tabel 4.17 Perbandingan usia kurang dari 1 bulan saat operasi dengan
Tabel 4.18 Perbandingan luaran operasi menurut usia saat operasi dari
penelitian sebelumnya.................................................................. 61
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
4. Kuesioner penelitian
5. Rekomendasi dan izin penelitian dari komite etik FKKMK UGM (ethical
clearance)
xii
INTISARI
xiii
ABSTRACT
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kegagalan migrasi sel ganglion kolon selama masa gestasi. PH yang pertama kali
dijelaskan oleh Ruysch pada tahun 1691 dan Hirschsprung pada tahun 1886.
Tidak adanya sel ganglion menyebabkan kegagalan relaksasi dan transmisi non
peristaltik dengan dilatasi lumen usus ke arah oral dari bagian yang berubah. PH
juga disebut aganglionosis kolon atau megakolon kongenital (istilah ini harus
ditinggalkan karena mengacu pada efeknya). Usus yang membesar adalah bagian
20% obstruksi usus neonatal, panjangnya bervariasi tapi selalu meluas kearah
proksimal dari anus, dan yang paling umum melibatkan regio rektosigmoid kolon
(80%) tetapi dapat mempengaruhi kolon secara keseluruhan dan jarang terjadi
dan psikososial pasien. Gejala jangka panjang meliputi sembelit, kembung, soiling
dan inkontinensia tinja. Dan sebagian besar gejala ini dapat ditangani secara
medis atau melalui intervensi bedah. dalam beberapa dekade terakhir luaran pasca
1
pembedahan menunjukkan hasil yang semakin membaik. Hirschsprung
ketebalan perut dan loop usus yang buncit. Kemungkinan besar PH dicurigai
secara antenatal karena riwayat keluarga, atau karena fitur antenatal tidak
bahwa teknik TEPT ini lebih aman, efisien dan memiliki kelebihan yaitu tidak
adhesi dan kerusakan struktur pelvis menjadi lebih rendah. Dengan demikian,
teknik TEPT telah menjadi pilihan yang semakin populer untuk mengobati PH
(Chen, et al., 2013; Sulkowski, et. al., 2014; Langer J, et al., 2013).
Hal yang menjadi perhatian pada teknik TEPT adalah diseksi ektensif rektum
dan kolon yang dapat menyebabkan peregangan dan kerusakan struktur sfingter
2
akibat teknik operasi. Sehingga komplikasi ini masih menjadi perdebatan (Chen,
faktor yang mempengaruhi kualitas hidup secara fisik dan psikologis pasien PH
B. Rumusan Masalah
berikut :
sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh usia kurang dari 1 bulan saat operasi terhadap hasil
luaran operasi jangka pendek, hasil luaran operasi jangka panjang dan
2. Bagaimana pengaruh usia lebih dari 1 bulan saat operasi terhadap hasil
luaran operasi jangka pendek, hasil luaran operasi jangka panjang dan
3
kualitas hidup pasien Hirschsprung pasca TEPT yang diukur dengan
lebih dari 1 bulan saat operasi terhadap hasil luaran operasi jangka pendek,
kuesioner TACQOL?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tata laksana operasi
Tujuan khusus.
1. Mengetahui pengaruh usia kurang dari 1 bulan saat operasi terhadap hasil
luaran operasi jangka pendek, hasil luaran operasi jangka panjang dan
2. Mengetahui pengaruh usia lebih dari 1 bulan saat operasi terhadap hasil
luaran operasi jangka pendek, hasil luaran operasi jangka panjang dan
lebih dari 1 bulan saat operasi terhadap hasil luaran operasi jangka pendek,
4
hasil luaran operasi jangka panjang dan kualitas hidup pasien
kuesioner TACQOL.
D. Manfaat Penelitian
1. Bidang Akademik
Sardjito
2. Kepada Masyarakat
Bedah Anak dalam menentukan pilihan operasi yang akan dikerjakan guna
E. Keaslian Penelitian
Jumlah
No Judul Penelitian Desain Persamaan Perbedaan
Sampel
5
Jumlah
No Judul Penelitian Desain Persamaan Perbedaan
Sampel
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Hirschsprung
ditandai dengan tidak adanya sel ganglion di pleksus myenterik dan submukosa
usus. Deskripsi pertama yang diketahui dari kondisi ini disebutkan oleh ahli bedah
Hindu kuno pada kitab Shushruta Samheta, dan deskripsi pertama dalam literatur
medis modern berasal dari abad ke-17. Pada tahun 1887, Harald Hirschsprung,
seorang dokter anak dari Kopenhagen, menjelaskan dua kasus dengan kondisi
Pada tahun 1967, Okamoto dan Ueda menerbitkan sebuah makalah penelitian
pandang yang lebih praktis, kita dapat mengatakan bahwa PH ditandai dengan
penyumbatan kolon fungsional yang biasanya termanifestasi pada bayi yang baru
lahir. Pasien-pasien ini tidak memiliki penyumbatan mekanis yang nyata namun
7
memiliki peristaltik abnormal atau tidak adanya peristaltik pada usus besar
(biasanya bagian yang paling distal). Bagian usus besar yang tidak memiliki sel
Segmen aganglionik usus selalu berada dibagian distal, dengan panjang segmen
terdapat pada segmen yang lebih panjang sampai fleksura lienalis atau bahkan
kolon transversal. Sekitar 3-8% aganglionosis terjadi pada seluruh usus besar
termasuk segmen ileum terminal yang disebut "aganglionosis total kolon". Sangat
kondisi mematikan kecuali jika diobati dengan transplantasi usus. Kondisi yang
yang rasional dan obyektif, pada referensi ilmiah yang diterbitkan dapat
(Langer, 2014).
riwayat keluarga, asosiasi yang dikenal dengan trisomi 21 dan kondisi yang
genetik dan mekanisme yang bertanggung jawab terhadap penyakit ini. Gen
pertama dan yang paling umum untuk diidentifikasi adalah RET proto-
onkogen, yang mengkode reseptor tirosin kinase. Dan telah dijelaskan juga
8
mutasi gen RET proto-onkogen dan gen terkait, seperti neurturin dan glial
mutasi ini menghasilkan aganglionosis, tetapi ada bukti bahwa kematian awal
2014).
Sel-sel ganglion berasal dari neural crest. Pada 13 minggu pasca konsepsi,
di saluran pencernaan sel-sel neural pial telah mengalami proses migrasi dari
ganglion yang matang. Proses ini terganggu pada bayi dengan PH, sehingga
sel-sel ganglion tidak ditemukan pada usus bagian distal. Ada dua teori
mengapa ini terjadi. Yang paling umum adalah bahwa sel-sel neural pial tidak
pernah mencapai usus distal. Data pendukung teori ini didapatkan secara
spontan dimana terjadi aganglionosis dari hewan coba dan dari studi normal
9
migrasi sel saraf crest pada embrio ayam dan janin manusia. Teori kedua
adalah bahwa sel-sel ganglion telah mencapai tujuan mereka tetapi gagal
untuk bertahan hidup atau berkembang biak. Selain itu, sejumlah studi telah
2. Diagnosis
ultrasonografi (USG) berupa obstruksi usus pada janin. Pasien paling sering
apendiks pada kejadian awal. Foto polos khas menunjukkan dilatasi loop usus
diseluruh perut. Langkah selanjutnya adalah kontras enema yang larut dalam
air. Temuan patognomonik dari PH adalah zona transisi antara usus normal
tidak dapat dibuktikan memiliki zona transisi radiologi. Kadang terjadi studi
positif palsu. Oleh karena itu penting untuk dilakukan rotgen polos 24 jam
kemudian. Retensi kontras sangat sugestif untuk PH. Sehingga penting untuk
10
menggunakan bahan yang larut dalam air seperti enema sebagai pengobatan
dilakukan pada pasien tanpa obat penenang dan menggunakan teknik hisap
(Langer, 2011).
Biopsi dengan ketebalan penuh harus dilakukan pada anak berusia di atas
satu tahun. Spesimen patologi menunjukkan tidak adanya sel ganglion dan
adanya saraf hipertrofik (> 40 μm). Spesimen diambil paling sedikit 0,5 cm di
PH. Manometri anorektal dapat digunakan pada anak yang lebih tua. Pada
pasien dengan PH, manometri gagal untuk melemaskan sfingter internal saat
dapat menghindari biopsi rektum yang tidak perlu. Pada pasien yang dipull-
a. Bentuk Klinis
1) Obstruksi Neonatal
11
intoleransi makan yang menandakan obstruksi usus distal. Pengeluaran
karakteristik tetapi hanya ada pada sekitar 90% anak-anak dengan PH.
2) Konstipasi Kronis
saat dewasa, dengan konstipasi kronis. Paling sering terjadi pada bayi
3) Enterokolitis
abdomen, dan diare karena HAEC, yang mungkin kronis, atau mungkin
12
yang tertunda dan adanya episode obstruksi intermiten harus mengarah
Teori yang paling umum disebabkan karena stasis yang disebabkan oleh
b. Evaluasi Radiologis
mendiagnosis adalah enema kontras yang dapat larut dalam air. Temuan
13
normal dan aganglionik, walaupun sekitar 10% neonatus dengan PH
Penting untuk menggunakan bahan yang larut dalam air karena enema
adanya zona transisi pada kelompok usia ini namun masih mungkinkan
dan anak-anak yang lebih tua, rotgen yang paling penting adalah proyeksi
lateral, di mana zona transisi rektal akan terlihat paling jelas. Temuan lain
recto-sigmoid terbalik dan retensi kontras di usus besar pada rotgen 24 jam
menjadi sangat melebar. Saat lahir, dilatasi kolon proksimal mungkin tidak
sering mengacu pada "zona transisi" yang mengacu pada bagian usus yang
Studi histologis dari usus distal yang tidak terdilatasi menunjukkan tidak
14
adanya sel ganglion superfisial submukosa (Meissner), sel ganglion dalam
ganglion bertindak sebagai jalur umum akhir untuk aktivitas simpatik dan
c. Manometri Anorektal
refleks sfingter internal anus sebagai respons terhadap distensi rektum dan
terjadi pada anak normal namun tidak ada pada anak-anak dengan PH.
untuk neonatus dan seringkali bergantung pada operator. Pada anak yang
lebih besar, tes ini secara teknis lebih mudah, namun hasil false-positive
15
secara efektif menyingkirkan PH dan menghindari kebutuhan akan biopsi
d. Biopsi Rektum
memiliki batang saraf yang hipertropi, walaupun temuan ini tidak selalu
ada, terutama pada anak-anak dengan penyakit kolon total atau segmen
daerah 0,5 sampai 1 cm di atas linea dentata, biopsi harus diambil paling
radiologis. Biopsi rektum dini pada anak-anak ini tidak disarankan karena
dua alasan: (1) Ahli patologi mungkin mengalami kesulitan mengenali sel
16
jaringan yang cukup tanpa meningkatkan risiko komplikasi. Yang terbaik
1) Short segmen
80% kasus PH, dengan angka kejadian empat kali lebih banyak
2) Long segment
halus (aganglionosis kolon total) atau semua usus halus dan kolon
3) Suspended Hirschsprung
3. Diagnosis Banding
17
temuan rotgen polos abdomen yang serupa terhadap PH namun mudah
yang lengkap. Pada mekonium ileus mekonium khas kental berbintik dapat
mekonium ileus di film polos dan mungkin memberikan temuan yang tidak
Atresia kolon
Ileus mekonium
Malrotasi
Necrotizing enterokolitis
Hipotiroidisme, dll.
18
Konstipasi kronis
Megakolon fungsional
4. Persiapan Preoperatif
Anak harus diberi resusitasi dengan cairan intravena dan diobati dengan
(Langer, 2012).
Begitu bayi atau anak telah diresusitasi dan distabilkan, operasi bisa
bayi bisa pulang ke rumah terlebih dahulu dengan diet menggunakan ASI
irigasi. Pada anak yang lebih tua dengan kolon yang sangat melebar, pull-
through harus ditunda sampai diameter usus besar telah menurun secukupnya
19
Namun, pendekatan ini tidak memberikan kualitas hidup yang baik bagi
kebanyakan bayi dan anak-anak dengan PH, dan kebanyakan ahli bedah anak
(Langer, 2013).
5. Manajemen Pembedahan
normal masuk ke anus sambil menjaga fungsi sfingter normal. Operasi yang
untuk pasien secara individual adalah tehnik operasi yang terus dilakukan dan
yang terkena, sebagai operasi satu tahap atau operasi yang dilakukan
secara teratur dengan penggunaan irigasi rektal biasanya aman untuk pull-
through. Pasien dengan penyakit segmen panjang yang tidak dapat buang air
20
Kolostomi dilakukan melalui laparotomi dibagian yang lebih rendah dari
biasanya di kolon sigmoid. Data dari pemeriksaan imaging dan kontras enema
dapat digunakan untuk menemukan level yang tepat, namun hasil biopsi
atau dapat ditunda beberapa minggu atau bulan dengan dilakukan irigasi
rektal tiga kali setiap hari di rumah oleh orang tuanya. Pull-through bertahap
harus dilakukan setelah pasien pulih dari operasi kolostomi dan berusia kira-
a. Prosedur Swenson
menghindari cedera pada saraf pelvis dalam, pembuluh darah dan struktur
Terlepas dari risiko teoritis yang melekat pada diseksi pelvis dalam, hasil
21
b. Prosedur Soave
hasil yang serupa antara operasi Soave dan Swenson (Langer, 2014).
c. Prosedur Duhamel
Duhamel dirasakan oleh banyak ahli bedah lebih mudah dan aman
22
d. Laparoscopic Pull-through
PH pada tahun 1995. Dengan teknik ini, biopsi pada awalnya dilakukan
waktu yang lebih singkat di rumah sakit, dan hasil awal dan menengah
Swenson, dengan hasil jangka pendek yang sangat baik (Langer, 2012).
tahun 1998 dan oleh Langer pada tahun 1999, dan telah diadopsi dan
dilaporkan oleh sejumlah ahli bedah. Operasi bisa dilakukan dengan posisi
ukuran anak, dan mukosa dilucuti dari otot yang mendasari seperti pada
23
Beberapa ahli bedah tidak melakukan pembedahan submukosa, dan secara
f. Long-Segment Aganglionosis
aganglionosis seluruh kolon dan sebagian besar usus halus. Sebagian besar
Ada tiga jenis operasi yang tersedia untuk anak-anak dengan penyakit
segmen panjang: tarikan lurus melalui salah satu teknik standar (Swenson,
Duhamel, atau Soave), patch usus besar menggunakan kolon kiri (Martin)
atau kolon kanan (Kimura ), Dan ileal J-pouch. Tidak ada penelitian yang
tinja yang menurun karena penyerapan air yang lebih baik, kolon
total parenteral nutrisi (TPN) sejak lahir. Pada saat eksplorasi pertama,
24
tujuannya adalah untuk menentukan tingkat aganglionosis berdasarkan
frozen section, dan untuk menciptakan stoma yang baik pada titik paling
6. Kolostomi
insiden stenosis, kebocoran, dan hasil buruk lainnya pada anastomosis yang
ini menjadi dogma bedah, yang diperkuat oleh fakta bahwa banyak anak-anak
dengan PH yang hadir terlambat dengan kekurangan gizi dan usus besar yang
bahkan pada bayi kecil. Selama 10 sampai 15 tahun ke depan, operasi satu
morbiditas stoma pada bayi yang diketahui dan juga lebih hemat biaya.
Penting untuk diingat bahwa stoma mungkin masih diindikasikan untuk anak-
yang melebar secara besar-besaran, dan juga pada situasi di mana terdapat
patologi yang tidak memadai untuk memastikan adanya zona transisi pada
25
7. Manajemen Pascaoperasi
Pasca operasi, anak tersebut segera diberi makan dan sebagian besar dapat
dilator atau jari 1-2 minggu setelah operasi. Meskipun banyak ahli bedah
menyarankan orang tua untuk melebarkan anus setiap hari, beberapa peneliti
telah menemukan bahwa ini tidak diperlukan dalam banyak kasus dan
kalibrasi mingguan cukup untuk jangka waktu 4-6 minggu. Pantat sebaiknya
diberi krim pelindung, karena setidaknya 50% anak-anak akan sering buang
air besar pasca operasi dan rentan terhadap kerusakan kulit perineum.
kelesuan, distensi perut, diare, keluar darah atau lendir dari anus) dan diminta
segera membawa anak ke rumah sakit jika ada keluhan. Masalah jangka
Komplikasi ini lebih sering terjadi daripada yang telah diketahui sebelumnya
Penting bagi ahli bedah untuk mengikuti anak-anak ini dengan saksama,
26
mengidentifikasi dan memberikan perawatan tepat waktu untuk masalah
a. Gejala Obstruktif
konstipasi parah yang sedang berlangsung. Ada lima alasan utama untuk
atau didapat, motilitas tidak teratur pada kolon residu atau usus kecil,
oleh perilaku menahan tinja. Dokter akan memiliki keberhasilan yang jauh
lebih besar dalam mengelola pasien yang sulit ini jika pendekatan
1) Obstruksi Mekanik
"taji" yang ditahan yang terdiri dari usus aganglionik anterior, yang
27
balon yang melebar secara radial. Beberapa peneliti telah menganjurkan
Spesimen dari operasi awal harus ditinjau dan bagian selanjutnya harus
diambil secara melingkar pada batas reseksi karena zona transisi dapat
3) Gangguan Motilitas
manometri kolon, dan biopsi laparoskopi untuk mencari bukti IND. Jika
28
menggunakan usus normal sangat dibutuhkan. Dismotilitas difus paling
semua anak dengan PH. Kebanyakan anak akhirnya bebas dari masalah
ini dari waktu ke waktu, biasanya pada usia 5 tahun. Diagnosis dapat
5) Megakolon Fungsional
sangat umum pada anak normal. Perilaku ini mungkin lebih sering
29
usus yang terdiri dari obat pencahar dan modifikasi perilaku. Pada
cecostomy atau stoma dapat dibalik saat anak mencapai masa remaja
(Langer, 2011).
b. Pengerasan Feces
dan tinja. Masalah ini biasanya karena hilangnya epitel transisional karena
usus, termasuk makanan tinggi serat, obat pencahar stimulan, dan enema
30
dengan kelemahan sfingter. Dalam beberapa kasus, anak paling baik
c. Enterokolitis
Etiologi HAEC tidak diketahui, dan mungkin multi faktoral. Stasis yang
beberapa bukti yang melibatkan perubahan pada produksi mucin usus dan
2012).
9. Varian Hirschsprung
anak dengan gambaran klinis yang sugestif dari PH, namun pada biopsi
definisi dan bentuk klinis dari banyak kondisi ini. Dalam beberapa kasus,
Kondisi ini pertama kali dijelaskan oleh Meier-Ruge pada tahun 1971.
31
submukosa dengan serat saraf menebal dan ganglia raksasa, pewarnaan
dengan PH. Sebagai tambahan, IND bisa berupa diffuse atau focal (Langer,
2012).
b. Hypoganglionosis
dengan PH. Kondisi ini harus dibedakan dari ganglia belum matang, yang
Ada beberapa anak yang memiliki sel ganglion normal pada biopsi
adalah pengelolaan usus yang terdiri dari diet, obat pencahar, dan enema
32
botulinum, pasta nitrogliserin, atau nifedipin topikal, seperti yang telah
anak-anak dengan sel ganglion normal pada biopsi rektum, namun tidak
segmen aganglionik yang terdokumentasi kurang dari 3-4 cm. Pada anak-
e. Desmosis Coli
dengan konstipasi kronis yang terkait dengan total atau kekurangan fokal
jaringan ikat pada otot sirkuler dan longitudinal dan lapisan jaringan ikat
2012).
1. Sejarah
Sejak operasi pertama dilakukan oleh Swenson dan Bill pada tahun 1948,
33
dikembangkan dari waktu ke waktu. Setelah menjalani operasi abdomen dan
kali dijelaskan pada tahun 1998 oleh De la Torre dan Ortega. Sejak itu
beberapa penelitian telah menunjukkan hasil jangka pendek dan paruh waktu
yang baik dibandingkan dengan teknik lain dengan durasi operasi yang lebih
singkat, perawatan di rumah sakit yang lebih pendek dan tingkat komplikasi
endorektal Soave sebagai tahap tunggal tanpa melalui kolostomi awal. Sejak
laporan awal ini, ada banyak studi tunggal dan multi-institusi yang diterbitkan
jumlah rawat inap dan biaya, menghindari kolostomi secara signifikan telah
2. Persiapan Operasi
maka penyebabnya harus dikontrol terlebih dahulu. Status gizi juga harus
agresif dengan antibiotik dan dekompresi. Pada anak yang lebih tua dengan
34
dipertimbangkan. Irigasi mekanis dari usus dapat dilakukan dengan
3. Teknik Operasi
a. Posisi
dari bawah sampai bersih. Kateter urin bersifat opsional. Beberapa ahli
Posisi ini memberikan visualisasi yang bagus, tetapi tidak dapat dilakukan
b. Diseksi submukosa
35
submukosa menggantung. Mukosa rektum diratakan secara longgar
2008).
c. Mobilisasi rektum
36
Saat diseksi submukosa telah selesai, otot rektum dibagi secara
d. Anatomosis
anus atau selama mobilisasi rektum dan sigmoid. Kolon dipotong paling
37
4. Perawatan Pascaoperasi
dikalibrasi dengan jari atau dilator antara 7-14 hari setelah operasi, dan
kemudian setiap minggu selama 4-6 minggu ke depan. Dilatasi harian rutin
oleh orang tua tidak ditentukan kecuali terjadi penyempitan (Somme, 2008).
Skoring KLOTZ adalah suatu sistem skoring untuk menilai fungsi anus
setelah dilakukan tindakan operasi pada anus, yang dipaparkan secara deskriptif
perasaan ingin buang air besar, soiling, kemampuan menahan feces yang akan
sampai 3. Dengan nilai skor 7 – 21, dimana 7 berarti sangat baik, 8-10 berarti
baik, 11-13 berarti cukup dan lebih dari 14 berarti kurang (Wahid, 2018).
tetapi juga persepsi terhadap masalah status kesehatan. Hal ini menawarkan
kepada responden untuk dapat membedakan antara fungsi dan apa yang responden
rasakan. Kuesioner TACQOL terdiri daari 56 item dan terbagi menjadi 7skala
kualitas hidup. Lima skala “health-related functioning” terdiri dari nyeri dan
gejala (somatik), fungsi motorik dasar, fungsi autonom, fungsi kognitif, dan
gungsi interaksi dengan orang tua dan teman. Sedangkan dua skala lainnya adalah
dengan 3 pilihan jawaban yaitu : tidak pernah, jarang, dan sering, untuk masing-
38
masing item pada lima skala “health related functioning”. Jika ada sebuah
masalah dan responden ditanya apa yang dia rasakan tentang hal tersebut maka
ada 4 pilihan jawaban yaitu : baik. Kurang baik, agak buruk, dan buruk. Pada
skala emosi (positif dan negatif) responden menjawab sesuai dengan skala Likert
mengenai perasaan yang dirasakan selama beberapa minggu yang lalu dengan
pilihan jawaban : tidak pernah, jarang, dan sering dengan skor item berkisar dari 0
sampai 2. Dari 7 skala pada kuesioner TACQOL ini jika menghasilkan skor yang
rendah menunjukkan kualitas hidup yang tinggi pula (Vogels et al, 2004).
39
D. Kerangka Teori
Penyakit Hirschsprung
Diagnosis :
Klinis, Radiologis, Patologi Anatomi
Bedah Definitif
Transanal Transabdominal
TEPT
Luaran
Kualitas Hidup
(Fisiologis dan
Psikologis)
40
E. Kerangka Konsep
Penyakit Hirschsprung
Segmen Pendek
TEPT
F. Hipotesis
4. Usia kurang dari 1 bulan saat operasi memiliki hasil luaran operasi jangka
pendek, hasil luaran operasi jangka panjang dan kualitas hidup pasien
5. Usia lebih dari 1 bulan saat operasi memiliki hasil luaran operasi jangka
pendek, hasil luaran operasi jangka panjang dan kualitas hidup pasien
6. Perbandingan usia kurang dari 1 bulan saat operasi dengan lebih dari 1
bulan saat operasi terhadap hasil luaran operasi jangka pendek, hasil
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
mengetahui luaran kualitas hidup secara fisiologis dan psikologis pada pasien
Data sekunder diambil dari catatan medis sedangkan data primer dengan
Hirschsprung yang dirawat Bagian Bedah Anak RSUP Dr. Sardjito atara Januari
2013 sampai dengan Desember 2016 yang sudah menjalani operasi definitif
Sampel pada penelitian ini berasal dari data rekam medik yang diambil
42
D. Kriteria Inklusi dan Ekslusi
Kriteria Inklusi
di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dalam kurun waktu Januari 2013 sampai
Desember 2016.
bedah.
Kriteria eksklusi
E. Besar Sampel
Hirschsprung, yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito, tahun 2013-2016 yang dihitung
berikut;
N= (Zα + Zβ) x Sd
43
Keterangan :
Zα = 1,96
Zβ = 0,842
α = 0,05
β = 0,20
d =5
Sd =9
Q1 = 1 – P1
Q2 = 1 – P2
Pada penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan 95% dengan α = 0,05 power
F. Alur Penelitian
Januari 2013 – desember 2016 yang menjalani kontrol rutin di poli Bedah Anak
RSUP Dr. Sardjito. Setelah orang tua bersedia untuk mengikuti penelitian maka
orang tua pasien akan mendapatkan penjelasan lengkap tujuan dan prosedur
kepada orang tua pasien dan membuka catatan medis pasien untuk melengkapi
data yang sudah diperoleh. Data yang terkumpul dan telah memenuhi kriteria
44
G. Variabel Penelitian
TACQOL)
digunakan pada penelitian ini, memiliki skala nominal dan ordinal. Untuk data
bivariat.
a. Analisis Univariat
b. Analisis Bivariat
variabel kategorikal
45
I. Definisi Operasional
1. Jenis kelamin dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu laki-
2. Usia daat operasi adalah usia saat pasien menjalani operasi defintif TEPT.
3. Hasil luaran operasi jangka pendek (short term) adalah hasil luaran yang
4. Hasil luaran operasi jangka panjang (long term) adalah hasil luaran yang
rendah dan normal berdasarkan standar bagian Patologi Klinik RSUP Dr.
Sardjito.
6. Kadar albumin adalah kadar albumin serum yang diukur dari pemeriksaan
normal albumin (≥3,5 g/dL) dan hipoalbumin (˂3,5 g/dL). Kadar albumin
8. Lama operasi yaitu waktu yang dibutuhkan untuk operasi, mulai saat insisi
46
9. Lama mondok yaitu lama perawatan penderita di RS paska dilakukan
10. ILO ialah infeksi pada luka operasi atau organ/ruang yang terjadi dalam 30
hari paska operasi atau dalam kurun 1 tahun apabila terdapat implant.
11. Retraksi segmen pull-through ialah tertariknya kembali segmen usus yang
12. Kebocoran anastomosis ialah keluarnya isi material usus pada bagian usus
yang dianastomosiskan.
(tidak buang air besar), menyebabkan tinja terkumpul dalam usus besar
dan rektum. Bila usus penuh tinja yang mengumpul, tinja cair dapat bocor
disekitar tinja yang mengumpul dan keluar dari anus (WHO, 2008).
15. Inkontinensia pada pasien usia lebih dari 3 tahun ialah keluarnya sejumlah
kecil tinja secara tidak sadar yang membutuhkan pergantian popok atau
2005).
16. Transanal Endorektal Pull-Through adalah salah satu tehnik operasi untuk
47
proksimal. Mukosa yang telah terlepas dari muskularis ditarik ke distal
mukosa.
J. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini hanya dilakukan pada satu pusat pelayanan kesehatan, sehingga
sangat dimungkinkan terjadi bias pada hasil penelitian. Perlu dilakukan penelitian
48
BAB IV
dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang bersamaan
untuk mengetahui kualitas hidup (outcome) secara fisiologis dan psikologis pada
pasien Hirschsprung pasca operasi TEPT di sub bagian Bedah Anak RSUP Dr.
identifikasi faktor risiko dengan pengisian kuesioner dan data rekam medis di sub
bagian Bedah Anak RSUP Dr. Sardjito. Subyek yang memenuhi kriteria inklusi
Selama periode penelitian yaitu dari bulan januari 2013 sampai Desember
2016 di Bedah anak didapatkan 152 pasien Hirschsprung yang dilakukan operasi
TEPT. Dari jumlah tersebut 120 pasien telah memenuhi kriteria inklusi, 32 pasien
tidak memenuhi karena tidak menjalankan protokol terapi secara lengkap. Dari
120 pasien yang memenuhi kriteria inklusi, didapatkan 50 pasien memiliki data
rekam medis yang tidak lengkap, rekam medis tidak ditemukan, dan rekam medis
digunakan untuk penelitian lain. 70 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan
ekslusi, 20 pasien tidak kontrol ke poliklinik bedah anak, tidak bersedia mengikuti
49
Pada penelitian ini didapatkan 20 subyek yang terdiri dari 37 laki-laki (74%)
dan 6 perempuan (8%) (rasio 43 : 5), Erginel (2016) 17 laki-laki (77.2%) dan 5
perempuan (22.7%), Al-Salem dkk (2015) rasio laki-laki dengan perempuan 4:1,
perempuan.
Rentang umur sampel adalah kurang dari 1 bulan hingga 129 bulan (rerata
19,66+ SD 32,29) bulan saat dilakukan operasi TEPT, Hammad (2018) rerata usia
saat operasi 9,2 bulan, Adıgu¨zel (2016) 3 bulan (rentang 0–96 bulan), Erginel
(2016) rentang kurang dari 1 bulan – 84 bulan, Chung (2015) 3 bulan (0.5–60
bulan) dan Aworanti (2014) 5,57 bulan. Berat sampel saat dilakukan operasi juga
bervariasi dengan rentang 2,67 kg hingga 27kg (rerata 7,59 + SD 6,01), Erginel
(2016) rentang 2,9 – 21 Kg, Graneli (2014) rerata 3,74 Kg (rentang 2,42–4,80
50
Kg). Kadar Hemoglobin sampel saat dioperasi adalah rentang 9 hingga 19,1 g/dl
(rerata 11,96 + SD 2,11) dan kadar Albumin pada rentang 2,85 hingga 5,22 g/dl
(rerata 4.05 g/dl + SD 0,57), untuk kedua data ini peneliti tidak menemukan
Tabel 4.2 Karakteristik pasien TEPT menurut usia, berat badan, kadar Hb, Kadar
Albumin
B. Karakteristik Umum
Berdasarkan usia dan jenis kelamin didapatkan pasien yang saat dioperasi
berusia kurang dari 1 bulan terdapat 24 pasien (48%) terdiri dari, 16 (32%) pasien
laki-laki dan 8 (16%) pasien perempuan dan yang saat dioperasi berusia lebih dari
1 bulan terdapat 26 pasien (52%) terdiri dari, 21 (42%) pasien laki-laki dan 5
Tabel 4.3 Karakteristik pasien TEPT menurut usia dan jenis kelamin
Jenis Kelamin
Usia
Laki-laki Perempuan
51
Berdasarkan rumusan masalah pada BAB I maka pembagian luaran operasi
Tabel 4.4 Luaran operasi berdasarkan skoring KLOTZ usia kurang dari 1
Evaluasi berdasarkan skoring Klotz tidak didapatkan hasil sangat baik dan
baik, untuk hasil cukup 3 pasien (6%) dan kurang 21 pasien (42%).
52
Tabel 4.5 Luaran operasi berdasarkan kuesioner TACQOL usia kurang dari 1
Tabel 4.6 Luaran operasi berdasarkan skoring KLOTZ usia kurang dari 1
Evaluasi berdasarkan skoring Klotz tidak didapatkan hasil sangat baik dan
baik, sedangkan hasil cukup 18 pasien (36%) dan nilai kurang 6 pasien (12%).
53
Tabel 4.7 Luaran operasi berdasarkan kuesioner TACQOL usia kurang dari 1
Tabel 4.8 Luaran operasi berdasarkan skoring KLOTZ usia lebih dari 1 bulan
jangka pendek
(2%), baik 16 pasien (32%), cukup 7 pasien (14%) dan nilai skoring Klotz
54
Tabel 4.9 Luaran operasi berdasarkan kuesioner TACQOL usia lebih dari 1
Tabel 4.10 Luaran operasi berdasarkan skoring KLOTZ usia lebih dari 1
(14%), baik 16 pasien (32%), cukup 3 pasien (6%) dan tidak ditemukan nilai
55
Tabel 4.11 Luaran operasi berdasarkan kuesioner TACQOL usia lebih dari 1
C. Diskusi
sebaran normal sebagai uji prasyarat statistik parametrik (Uji t). Uji normalitas
Asyimp. Sig pada skor KLOTZ dan TACQOL lebih besar dari 0,05. Oleh karena
56
signifikansi (p-value) > 0,05maka dapat dinyatakan bahwa data penelitian
berdistribusi normal.
Cukup 3 18 7 3
Kurang 21 6 2 0
Dari data diatas peneliti dapatkan adanya perbaikan antara luaran operasi jangka
Tabel 4.14 Pengaruh usia kurang dari 1 bulan saat operasi terhadap hasil luaran
operasi jangka pendek, hasil luaran operasi jangka panjang dan kualitas hidup
pasien Hirschsprung pasca TEPT yang diukur dengan skoring KLOTZ dan
kuesioner TACQOL
6,782 dengan signifikansi 0,000. Oleh karena signifikansi (p-value) < 0,05 maka
57
dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan KLOTZ pada waktu ≤ 6 bulan dengan
Hasil analisis skor TACQOL pada usia ≤ 1 bulan diperoleh t statistic sebesar
-0,892 dengan signifikansi 0,381. Oleh karena signifikansi (p-value) > 0,05 maka
Tabel 4.15 Pengaruh usia lebih dari 1 bulan saat operasi terhadap hasil luaran
operasi jangka pendek, hasil luaran operasi jangka panjang dan kualitas hidup
pasien Hirschsprung pasca TEPT yang diukur dengan skoring KLOTZ dan
kuesioner TACQOL
4,840 dengan signifikansi 0,000. Oleh karena signifikansi (p-value) < 0,05 maka
Hasil analisis skor TACQOL pada usia >1 bulan diperoleh t statistic sebesar
0,869 dengan signifikansi 0,393. Oleh karena signifikansi (p-value) > 0,05maka
58
Tabel 4.16 Perbandingan luaran operasi operasi jangka pendek dan jangka
(2017)
59
Tabel 4.17 Perbandingan usia kurang dari 1 bulan saat operasi dengan lebih dari 1
bulan saat operasi terhadap hasil luaran operasi jangka pendek, hasil luaran
operasi jangka panjang dan kualitas hiduppasien Hirschsprung pasca TEPT yang
10,018 dengan signifikansi 0,000. Oleh karena signifikansi (p-value) < 0,05 maka
dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan KLOTZ antara usia ≤ 1 bulan dengan
> 1 bulan pada waktu ≤ 6 bulan. Hasil analisis skor KLOTZ pada > 6 bulan
KLOTZ antara usia ≤ 1 bulan dengan > 1 bulan pada waktu > 6 bulan.
60
Tabel 4.18 Perbandingan luaran operasi menurut usia saat operasi dari penelitian
sebelumnya
Zhu 198 TEPT Leakage <3 bulan dan <1 tahun Luaran
anastomosi, >3 bulan dan > 2 operasi <3
(2018)
Stenosis tahun bulan lebih
anastomosi, buruk
Konstipasi
Soiling dan
HAEC
Menurut Zhu (2018), usia anak ≤ 3 bulan saat dilakukan operasi TEPT
Pasca operasi, anastomosis harus dikalibrasi dengan dilator atau jari 1-2
minggu setelah operasi untuk mencegah komplikasi. Meskipun banyak ahli bedah
61
menyarankan orang tua untuk melebarkan anus setiap hari, beberapa peneliti telah
menemukan bahwa ini tidak diperlukan dalam banyak kasus dan kalibrasi
mingguan cukup untuk jangka waktu 4-6 minggu. Perianal sebaiknya diberi krim
pelindung, karena setidaknya 50% anak-anak akan sering buang air besar pasca
operasi dan rentan terhadap kerusakan kulit perineum. Keluarga harus diedukasi
tentang tanda dan gejala enterokolitis (demam, kelesuan, distensi perut, diare,
keluar darah atau lendir dari anus) dan diminta segera membawa anak ke rumah
sakit jika ada keluhan. Dilakukan irigasi per anal untuk mencegah terjadinya
sebagai berikut :
• 14 hari pasca operasi, dokter bedah akan menentukan ukuran awal dilator
• Orang tua harus melakukan dilatasi dua kali sehari, memasukkan dilator
62
• Setelah ukuran akhir tercapai, dilatasi harus dilanjutkan dua kali sehari
sampai dilator dapat dimasukkan dengan mudah. Pada saat itu, orang tua
Usia Hegar #
0 - 4 bulan #12
4 - 8 bulan #13
8 - 12 bulan #14
1 - 3 tahun #15
3 - 12 tahun # 16
> 12 tahun # 17
den, 059 dengan signifikansi 0,953. Oleh karena signifikansi (p-value) > 0,05
maka dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan TACQOL antara usia ≤ 1
bulan dengan > 1 bulan pada waktu ≤ 6 bulan. Hasil analisis skor TACQOL pada
> 6 bulan diperoleh t statistic sebesar 1,928 dengan signifikansi 0,060. Oleh
63
karena signifikansi (p-value) > 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat
perbedaan TACQOL antara usia ≤ 1 bulan dengan > 1 bulan pada waktu > 6
pasien PH tidak dipengaruhi usia saat operasi, berbeda dengan penelitian khalil
dkk (2015) yang menyatakan bahwa semakin dini usia saat operasi memiliki
kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan usia yang lebih tua sedangkan
menurut Hartman (2008) pasien PH usia remaja (12-17 tahun) memiliki kualitas
hidup yang lebih rendah terutama pada wanita. Bai dkk (2010) dan Collins (2017)
64
BAB V
A. KESIMPULAN
6. Pasien Hirscpsrung yang dilakukan tindakan operasi TEPT pada usia lebih
dari 1 bulan mempunyai luaran yang lebih baik daripada usia kurang dari 1
B. SARAN
dengan jumlah sampel yang lebik banyak untuk dapat memberikan hasil
65
2. Perlu dilakukan pencatatan data pasien secara lebih baik pada rekan medis
66
DAFTAR PUSTAKA
Adıgu¨zel, U¨., Ag˘engin K., Kırıs¸tıog˘lu, I˙., Dog˘ruyol, H., 2016 Transanal
Amiel J., Emison S., Barcelo M G., Lantieri F. 2008 Hirschsprung disease,
Avansino J R., Levitt M C., 2017 Hirschsprung Disease. In: Mattei P., Editor.
Aworanti, Olugbenga M., McDowell, Dermot T., Martin, Ian M., Quinn, F., 2014
10.1055/s-0034-1544053
Bai Y., et al, 2010 Quality of Life for Children With Fecal Incontinence After
67
Pediatric Patients. Switzerland : Springer International Publishing. Pp 73
– 83
Burki T., Sinha C K., Yamataka A., 2010 Hirschsprung Disease. In : Sinha C K.,
Chen Y., Nah S., Laksmi N K., Ong C. 2013 Transanal endorectal pull-through
Chung, Patrick HY., et al, 2015 Clinical and manometric evaluations of anorectal
119. doi:10.1111/1744-1633.12122
Collins, L., et al, 2017 Quality of Life Outcomes in Children with Hirschsprung
10.1016/j.jpedsurg.2017.08.043
Erginel, B., et al, 2016 Long-term outcomes of children with transanal endorectal
DOI: 10.1080/00015458.2016.1201933
68
Posttransanal Endorectal One-Stage Pull-through. Eur J Pediatr Surg
Hammad, A., Modaber, Ahmed M A., Aliyev, V., 2018 Evaluation of Transanal
Hartman, Esther E., et al.,2008 Factors Affecting Quality of Life of Children and
Khalil, Marwa, 2015 Long-term health-related quality of life for patients with
Switzerland; 24(11):2733-8
484
Langer J., Durrant A., Torre L., Teitelbaum D., Minkes R. 2013 One-stage
69
Langer J.C. 2012 Hirschsprung in Pediatric Surgery. Elsevier Saunder,
Langer J.C. 2014 Hirschsprung Disease in Aschraft’s Pediatric Surgey 6th Ed.
La Torre, L.D., et al, 2017 The anal canal is the fine line between “fecal
Lu, C., et al, 2017 Single-stage transanal endorectal pull-through procedure for
Neuvonen, Malla I., Kyrklund, K., Rintala, Risto J., Pakarinen, Mikko P., 2016
10.1097/SLA.0000000000001695
http://dx.doi.org/10.1016/j.jpedsurg.2015.02.006
70
Puri P., 2009 Hirschsprung’s Disease and Variants. In : Puri P., Höllwarth M.,
Somme S.,. Langer J C., 2008 Transanal Pull-Through for Hirschsprung’s Disease
Sulkowski J., Cooper J., Congeni A., Pearson E. 2014 Single-stage Versus Multi-
280
Vogel T,C., 2004 TACQOL Manual, Leiden Center for Child Health and
Wahid, Tubagus Odih Rhomdani, 2018, Hasil Luaran Operasi Pulltrough pada
98
71
Zhu, T., et al, 2018 Optimal time for single-stage pull-through colectomy in
Zimmer J., Tomuschat1 J., Puri P., 2016 Long-term results of Transanal pull-
72
LAMPIRAN
73
univariate
Usia Cases
26 100.0% 0 0.0% 26
> 1 bulan
100.0%
Descriptives
Usia Statistic
Lower Upper
Bound Bound
KLOTZ > 6 bulan 8.69 8.09 9.29 1.49 7.00 12.00 5.00
TACQOL <= 6 bulan 9.77 9.12 10.42 1.61 7.00 13.00 6.00
TACQOL > 6 bulan 9.46 9.05 9.88 1.03 8.00 12.00 4.00
74
Normality Tests (≤ 1 bulan)
N 24 24 24 24
Normal Parametersa,b Mean 15.5833 12.5833 9.7917 10.0833
Std. 1.79169 1.31601 .97709 1.24819
Deviation
Most Extreme .145 .255 .249 .224
Absolute
Differences
Positive .145 .255 .249 .224
Negative -.120 -.120 -.167 -.151
Kolmogorov-Smirnov Z .710 1.247 1.222 1.097
Asymp. Sig. (2-tailed) .695 .089 .101 .180
N 26 26 26 26
Normal Parametersa,b Mean 10.3462 8.6923 9.7692 9.4615
Std. 1.89615 1.49048 1.60767 1.02882
Deviation
Most Extreme .188 .187 .163 .250
Absolute
Differences
Positive .188 .187 .145 .250
Negative -.120 -.128 -.163 -.173
Kolmogorov-Smirnov Z .958 .956 .829 1.275
Asymp. Sig. (2-tailed) .318 .320 .497 .077
75
T-Test (<= 1 bulan)
76
T-Test (>1 bulan)
77
T-Test
Group Statistics
KLOTZ Equal .000 .992 10.0 48 .000 5.23718 .52278 4.186 6.288
<= 6 variances 18 06 30
bulan assumed
Equal 10.0 47.97 .000 5.23718 .52157 4.188 6.285
variances 41 0 47 89
not assumed
KLOTZ Equal .127 .723 9.75 48 .000 3.89103 .39901 3.088 4.693
>6 variances 2 77 29
bulan assumed
Equal 9.80 47.91 .000 3.89103 .39700 3.092 4.689
variances 1 3 77 28
not assumed
TACQO Equal 6.342 .015 .059 48 .953 .02244 .38016 -.741 .7868
L <= 6 variances 92 0
bulan assumed
Equal .060 41.74 .952 .02244 .37308 -.730 .7754
variances 5 60 8
not assumed
TACQO Equal 1.134 .292 1.92 48 .060 .62179 .32248 -.026 1.270
L>6 variances 8 59 18
bulan assumed
Equal 1.91 44.71 .062 .62179 .32500 -.032 1.276
variances 3 5 91 50
not assumed
78
SURAT PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)
LEMBAR PENJELASAN KEPADA PASIEN
Penyakit Hirschsprung (PH), yang pertama kali dijelaskan oleh Ruysch pada
tahun 1691 dan Hirschsprung pada tahun 1886, adalah penyumbatan fungsional
usus bagian distal karena kurangnya inervasi enterik intrinsik, yang disebabkan
oleh kegagalan migrasi sel ganglion kolon selama masa gestasi. Tidak adanya sel
ganglion menyebabkan kegagalan relaksasi dan non transmisi peristaltik dengan
dilatasi lumen usus ke arah oral dari bagian yang berubah.
Tujuan pengelolaan bedah untuk PH adalah untuk menghilangkan usus
aganglionik dan merekonstruksi saluran usus dengan membawa usus yang normal
masuk ke anus sambil menjaga fungsi sfingter normal.
Tehnik pembedahan transanal endorectal pull-through (TEPT) satu tahap
pertama kali dijelaskan pada tahun 1998 oleh De la Torre dan Ortega. Sejak itu
beberapa penelitian telah menunjukkan hasil jangka pendek dan paruh waktu yang
baik dibandingkan dengan teknik lain dengan panjang operasi yang lebih pendek,
tinggal di rumah sakit yang lebih pendek dan tingkat komplikasi yang lebih
rendah.
Skoring KLOTZ adalah suatu sistem skoring untuk menilai fungsi anus setelah
dilakukan tindakan operasi pada anus, yang dipaparkan secara deskriptif yang
meliputi 7 variabel pertanyaan, yaitu : defekasi, kembung, konsistensi feces,
perasaan ingin buang air besar, soiling, kemampuan menahan feces yang akan
keluar da komplikasi lain serta masing-masing variabel mempunyai nilai antara 1
sampai 3 (Wahid, 2018).
Kuesioner TACQOL tidak hanya mengukur masalah status kesehatan pasien,
tetapi juga persepsi terhadap masalah status kesehatan. Hal ini menawarkan
kepada responden untuk dapat membedakan antara fungsi dan apa yang responden
rasakan.
79
Perlu adanya evaluasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
secara fisik dan psikologis pasien PH paska TEPT. Saya dr. Noviar Asadi dari
bagian ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/ RSUP Dr
Sardjito akan melakukan penelitian yang berjudul “FAKTOR – FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KUALITAS HIDUP SECARA FISIK DAN
PSIKOLOGIS PASIEN HIRSCHSPRUNG PASCA TRANSANAL
ENDOREKTAL PULLTHROUGH BERDASARKAN SKORING KLOTZ
DAN KUESIONER TACQOL DI RSUP SARDJITO”.
A. Tujuan Penelitian
Tujuan umum. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tata
laksana operasi TEPT pada penyakit Hirschsprung di RSUP Dr Sardjito
Tujuan khusus. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
7. Mengetahui pengaruh usia kurang dari 1 bulan saat operasi terhadap hasil
luaran operasi jangka pendek, hasil luaran operasi jangka panjang dan
kualitas hidup pasien Hirschsprung pasca TEPT yang diukur dengan
skoring KLOTZ dan kuesioner TACQOL.
8. Mengetahui pengaruh usia lebih dari 1 bulan saat operasi terhadap hasil
luaran operasi jangka pendek, hasil luaran operasi jangka panjang dan
kualitas hidup pasien Hirschsprung pasca TEPT yang diukur dengan
skoring KLOTZ dan kuesioner TACQOL.
9. Mengetahui perbandingan usia kurang dari 1 bulan saat operasi dengan
lebih dari 1 bulan saat operasi terhadap hasil luaran operasi jangka pendek,
hasil luaran operasi jangka panjang dan kualitas hidup pasien
Hirschsprung pasca TEPT yang diukur dengan skoring KLOTZ dan
kuesioner TACQOL.
80
C. Jalannya Penelitian
Peneliti mengajukan kesediaan untuk mengikuti penelitian kepada orang tua
pasien Hirschsprung paska operasi prosedur TEPT di RSUP Dr. Sardjito periode
Januari 2013 – desember 2016 yang menjalani kontrol rutin di poli bedah anak
RSUP Dr. Sardjito. Setelah orang tua bersedia untuk mengikuti penelitian maka
orang tua pasien akan mendapatkan penjelasan lengkap tujuan dan prosedur
penelitian dan menandatangai informed consent bila bersedia dilibatkan dalam
penelitian. Peneliti meminta izin mengambil data pasien dengan wawancara
kepada orang tua pasien dan membuka catatan medis pasien untuk melengkapi
data yang sudah diperoleh. Data yang terkumpul dan telah memenuhi kriteria
penelitian kemudian dianalisis.
F. Manfaat
Bapak/ibu pasien tidak akan mendapat manfaat secara langsung dari penelitian
ini, namun hasil ini nantinya bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan
dan peningkatan pelayanan dan penanganan kasus pasien-pasien Hirschsprung di
RSUP Dr Sardjito.
81
G. Kerahasiaan
Semua informasi berkaitan dengan identitas subyek penelitian ini dirahasiakan
dan hanya diketahui oleh peneliti, staf penelitian dan auditor. Hasil penelitian
dipublikasikan tanpa mencantumkan identitas subyek.
H. Kompensasi
Bapak/ibu pasien tidak akan mendapat kompensasi apapun dalam penelitian ini
I. Pembiayaan
Semua biaya terkait penelitian ini ditanggung peneliti
J. Sifat Partisipasi
Partisipasi bapak/ibu dalam penelitian ini dilakukan dengan penuh kesadaran
tanpa paksaan dari siapapun (sukarela)
K. Risiko
Tidak ada risiko jika putra/putri bapak/ibu berpartisipasi dalam penelitian ini
L. Informasi Tambahan
Bapak/ibu dapat mengundurkan diri dari penelitian ini setiap saat dan putra/putri
Bapak/Ibu akan tetap mendapatkan perawatan medis seperti pasien lainnya.
Informasi yang didapat dari penelitian ini bersifat rahasia, hanya digunakan untuk
tujuan penelitian.
Bapak/ibu juga dapat menanyakan tentang penelitian ini kepada komite etik
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan FK UGM (Handpone) 0811-2666-869
82
SURAT PERNYATAAN
(INFORMED CONSENT)
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat:
Nama :
Umur :
No. RM :
Menyatakan bahwa :
1. Saya telah mendapat penjelasan segala sesuatu mengenai penelitian :
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS
HIDUP SECARA FISIK DAN PSIKOLOGIS PASIEN
HIRSCHSPRUNG PASCA TRANSANAL ENDOREKTAL
PULLTHROUGH BERDASARKAN SKORING KLOTZ DAN
KUESIONER TACQOL DI RSUP SARDJITO
2. Setelah saya memahami penjelaasan tersebut, dengan penuh kesadaran dan
tanpa paksaan dari siapapun bersedia ikut serta dalam penelitian ini
dengan kondisi :
a) Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya dan
hanya dipergunakan untuk kepentingan ilmiah.
b) Apabila saya inginkan, saya boleh memutuskan untuk keluar/tidak
berpartisipasi lagi dalam penelitian ini tanpa harus menyampaikan
alasan apapun.
Yogyakarta,..............................
Saksi Yang membuat pernyataan
(......................................) (...........................................)
83
SKORING KLOTZ
N
Variabel Kondisi Skor
o
1-2 kali sehari 1
2 hari sekali 1
3-5 kali sehari 2
1 Defekasi
3 hari sekali 2
>4 hari sekali 3
>5 hari sekali 3
Tidak pernah 1
2 Kembung Kadang-kadang 2
Terus-menerus 3
Normal 1
3 Konsistensi Lembek 2
Encer 3
Terasa 1
4 Perasaan ingin BAB
Tidak terasa 2
Tidak pernah 1
5 Soiling Berasa flatus 2
Terus menerus 3
Lebih 1 menit 1
6 Kemampuan menahan feces yang keluar Kurang 1 menit 2
Tidak bisa 3
Tidak ada 1
7 Komplikasi lain Minor 2
Mayor 3
84
KUESIONER
SKORING KLOTZ
IDENTITAS
Nama : ......................................................................................
Umur : ......................................................................................
No. CM : ......................................................................................
Alamat : ........................................................................................
Riwayat Penyakit : .......................................................................................
Beri tanda Centang (√ ) didalam tanda kurung yang Anda pilih sesuai dengan
kondisi anak selama perawatan
1. Kapan / berapa kali menjalani operasi ?
( ) 1 kali ( ) 2 kali ( ) 3 kali
2. Berapa lama perawatan di rumah sakit setalah operasi ? .....................hari
3. Apakah Buang Air Besar (BAB) setiap hari lancar/spontan?
( ) Ya ( ) Tidak
4. Apakan setiap akan Buang Air Besar (BAB) sulit keluar (lama)?
( ) Ya ( ) Tidak
5. Berapa kali sehari Buang Air Besar (BAB)?
( ) 0-2 kali ( ) 2-4 kali ( ) lebih dari 4 kali
6. Apakah perut anak masih kembung?
( ) Ya ( ) Tidak ( ) kadang-kadang
7. Apakah luka operasi menimbulkan luka yang kurang baik?
( ) Ya ( ) Tidak
8. Bagaimana bentuk/keadaaan tinja/kotoran?
( ) Normal ( ) Encer ( ) Lembek ( ) Keras
9. Apakah tinja cair berbau busuk?
( ) Ya ( ) Tidak
85
10. Apakah anak sering muntah-muntah?
( ) Ya, berapa kali............. ( ) Tidak
11. Apakah anak sering demam / panas?
( ) Ya ( ) Tidak
12. Apakah anak dapat menahan Buang Air Besar (BAB) yang akan keluar?
( ) Ya ( ) Tidak
Jika tidak :
( ) Lebih dari 1 menit ( ) Kurang dari 1 menit
13. Apakah sekitar anus selalu basah oleh kotoran/tinja (ada bercak dicelana)?
( ) tidak pernah ( ) terjadi bersamaan kentut ( ) terus-menerus
14. Apakah tinja/kotoran keluar sendiri tanpa dikehendaki?
( ) Ya ( ) Tidak
15. Bagaimana kondisi anak saat ini?
( ) Membaik ( ) Memburuk
Pengisi,
(.................................................)
86
KUESIONER TACQOL
87
( ) Baik ( ) Kurang baik ( ) Cukup buruk ( ) Buruk
88
2. Kesulitan berjalan?
( ) Tidak pernah ( ) Jarang ( ) Sering
89
( ) Baik ( ) Kurang baik ( ) Cukup buruk ( ) Buruk
90
5. Kesulitan makan / minum sendiri?
( ) Tidak pernah ( ) Jarang ( ) Sering
91
2. Kesulitan memahami pekerjaan sekolah
( ) Tidak pernah ( ) Jarang ( ) Sering
92
( ) Baik ( ) Kurang baik ( ) Cukup buruk ( ) Buruk
93
5. Anak saya dapat bermain atau bicara riang dengan kami (orang tua)
( ) Ya ( ) Sesekali ( ) Tidak pernah
94
4. Bersemangat
( ) Tidak pernah ( ) Jarang ( ) Sering
5. Tampak tenang
( ) Tidak pernah ( ) Jarang ( ) Sering
6. Senang
( ) Tidak pernah ( ) Jarang ( ) Sering
7. Percaya diri
( ) Tidak pernah ( ) Jarang ( ) Sering
8. Ceria
( ) Tidak pernah ( ) Jarang ( ) Sering
95
Scanned by CamScanner