DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan kebutuhan setiap manusia dalam menjalani
kehidupannya, kesehatan juga merupakan hal yang sangat penting karena tanpa
kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan
aktivitas sehari-hari. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis (Kemenkes RI, 2012). Giriwijoyo (2012)
berpendapat bahwa kesehatan merupakan landasan dasar kondisi fisik yang
sangat diperlukan bagi keberhasilan melaksanakan pekerjaan. Oleh karena itu,
sehat merupakan pondasi bagi kehidupan seorang masyarakat yang perlu
dipelihara.
Ada banyak penyakit yang sering dialami oleh masyarakat, satu dari
beberapa jenis penyakit tersebut adalah asma bronkial. Asma bronkial
merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang bersifat reversible
dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai
rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan napas yang luas dan
derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan yang ditandai dengan suara
wheezing atau mengi, batuk, dan sesak di dada akibat penyumbatan saluran
napas (Ilyas, 2010).
Asma bronkial merupakan masalah kesehatan dunia yang tidak hanya
terjangkit di negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data
laporan dari GINA (Global Initiatif for Asthma) pada tahun 2012 dinyatakan
bahwa perkiraan jumlah penderita asma di seluruh dunia adalah 300 juta orang,
dengan jumlah kematian yang terus meningkat hingga 180.000 orang per tahun
(GINA, 2012). WHO (World Health Organization) juga menunjukkan data
yang serupa bahwa prevalensi asma bronkial terus meningkat dalam 30 tahun
terakhir terutama di negara maju. Hampir separuh dari seluruh pasien asma
bronkial pernah dirawat di rumah sakit dan melakukan kunjungan ke bagian
gawat darurat setiap tahunnya (Rengganis, 2010). Selain itu data ini juga
diperkuat oleh laporan dari NCHS (National Centre for Health Statistics) tahun
2011, terdapat 4.48 kematian akibat penyakit asma bronkial atau sekitar 1,6 per
100.000 populasi, sedangkan didapatkan juga sebanyak 223 kematian anak
akibat penyakit asma dengan rentang usia 0-17 tahun atau 0,3 per 100.000
populasi (WHO, 2011).
Asma bronkial masuk dalam sepuluh besar penyebab kesakitan dan
kematian di Indonesia. Pada tahun 2010 Survei Kesehatan Rumah Tangga
mencatat 225.000 orang meninggal karena asma bronkial (Dinkes Jogja, 2011).
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) nasional tahun 2013,
penyakit asma bronkial ditemukan sebesar 4% dari 222.000.000 total populasi
nasional. Di Sumatera Barat berdasarkan Departemen Kesehatan tahun 2012
jumlah penderita asma bronkial ditemukan sebesar 3,58% dengan jumlah
kunjungan penderita asma bronkial di seluruh rumah sakit dan puskesmas di
Kota Padang sebanyak 12.456 kali di tahun 2013 (DKK Padang, 2013).
Sedangkan di Kota Palembang sendiri berdasarkan data Dinas Kesehatannya,
dalam rekapitulasi kasus baru penyakit tidak menular tingkat puskesmas
dinyatakan data penyakit asma bronkial pada tahun 2012 sebanyak 2.025 kasus
dan pada tahun 2014 sebanyak 857 kasus (Dinkes Kota Palembang 2015).
Pada umumnya penderita asma bronkial akan mengeluhkan gejala
batuk, sesak napas, rasa tertekan di dada dan mengi. Pada beberapa keadaan
batuk mungkin merupakan satu-satunya gejala. Gejala asma bronkial sering
terjadi pada malam hari dan saat udara dingin, biasanya bermula mendadak
dengan batuk dan rasa tertekan di dada, disertai dengan sesak napas (dyspnea)
dan mengi. Batuk yang dialami pada awalnya susah, tetapi segera menjadi kuat.
Karakteristik batuk pada penderita asma bronkial adalah berupa batuk kering,
paroksismal, iritatif, dan non produktif, kemudian menghasilkan sputum yang
berbusa, jernih dan kental. Jalan napas yang tersumbat menyebabkan sesak
napas, sehingga ekspirasi selalu lebih sulit dan panjang dibanding inspirasi,
yang mendorong pasien untuk duduk tegak dan menggunakan setiap otot
aksesori pernapasan. Penggunaan otot aksesori pernapasan yang tidak terlatih
dalam jangka panjang dapat menyebabkan penderita asma bronkial kelelahan
saat bernapas ketika serangan atau ketika beraktivitas (Brunner & Suddard,
2012).
Asma bronkial mempunyai dampak yang sangat mengganggu aktivitas
sehari-hari. Gejala asma bronkial dapat mengalami komplikasi sehingga
menurunkan produktifitas kerja dan kualitas hidup. Pada penderitanya
eksaserbasi akut dapat saja terjadi sewaktu-waktu, yang berlangsung dalam
beberapa menit hingga hitungan jam. Semakin sering serangan terjadi maka
akibatnya akan semakin fatal dan mempengaruhi aktivitas penting, sehingga
perawatan pada penyakit asma bronkial sangatlah penting (GINA, 2012).
Pentingnya perawatan pada asma bronkial bertujuan untuk menjaga
agar asma bronkial dapat terkontrol, yang ditandai dengan penurunan gejala
yang dirasakan atau bahkan tidak sama sekali, sehingga penderita dapat
melakukan aktivitas tanpa terganggu oleh penyakitnya. Pengontrolan terhadap
gejala asma bronkial dapat dilakukan dengan cara menghindari alergen
pencetus, konsultasi dengan tim medis secara teratur, menerapkan pola hidup
sehat dengan asupan nutrisi yang memadai dan menghindari stres. Gejala asma
bronkial dapat dikendalikan dengan pengelolaan yang dilakukan secara
lengkap, tidak hanya dengan pemberian terapi farmakologis tetapi juga
menggunakan terapi non farmakologis yaitu dengan cara mengontrol gejala
yang timbul serta mengurangi keparahan gejala asma bronkial yang dialami
(Kemenkes RI, 2015).
Perawat sebagai seorang pemberi asuhan keperawatan memiliki fungsi
sebagai educator, koordinator, kolaborator, advokat, konsultan dan
pembaharu, semua fungsi tersebut dapat dijalankan dalam pemberian asuhan
pada penderita asma bronkial. Adapun tindakan keperawatan yang dapat
diberikan yaitu menganjurkan pasien untuk tidur/ beristirahat dengan posisi
semi fowler, tindakan pemberian edukasi kesehatan mengenai cara
mengidentifikasi serangan penyakit asma dan cara menghindari faktor
pencetus penyakit asma bronkial. Semua tindakan tersebut bertujuan untuk
memaksimalkan kepatenan jalan nafas (Sue Moorhead,dkk, 2015).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada
tanggal 28 Maret 2018 di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang, didapatkan data angka kejadian asma bronkial
terhitung dari bulan Maret s/d Juni tahun 2018 adalah 1730 kasus dimana
diantaranya sebanyak 1696 pasien mendapatkan perawatan rawat jalan dan
hanya 36 pasien dirawat inap. Maka berdasarkan uraian latar belakang diatas
peneliti tertarik untuk melakukan tindakan lebih lanjut mengenai “Asuhan
Keperawatan Pada Ny.X dengan Gangguan Sistem Pernapasan: Asma
Bronkial di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Tahun 2018”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis merumusan
masalah yaitu “Bagimana Asuhan Keperawatan pada Ny.X dengan Gangguan
Sistem Pernapasan: Asma Bronkial di Ruang Ahmad Dahlan Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang Tahun 2018 ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Agar penulis mendapatkan gambaran bagimana melaksanakan
Asuhan Keperawatan pada Ny.X dengan Gangguan Sistem Pernapasan:
Asma Bronkial di Ruang Ahmad Dahlan Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang Tahun 2018
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada Ny.X dengan gangguan sistem pernapasan:
Asma Bronkial di Ruang Ahmad Dahlan Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny.R dengan gangguan sistem
pernapasan: Asma Bronkial di Ruang Ahmad Dahlan Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang
c. Menyusun intervensi keperawatan pada Ny.X dengan gangguan sistem
pernapasan: Asma Bronkial di Ruang Ahmad Dahlan Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang
d. Melakukan implementasi keperawatan pada Ny.X dengan gangguan
sistem pernapasan: Asma Bronkial di Ruang Ahmad Dahlan Rumah
Sakit Muhammadiyah Palembang
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada Ny.X dengan gangguan sistem
pernapasan: Asma Bronkial di Ruang Ahmad Dahlan Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang
f. Melakukan discharge planning keperawatan pada Ny.X dengan
gangguan sistem pernapasan Asma Bronkial di Ruang Ahmad Dahlan
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori
1. Definisi
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea
dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya
penyempitan jalan napas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik
secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Muttaqin, 2008). Asma
merupakan penyakit inflamasi kronik saluran pernafasan yang disebabkan
oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils dan
T-Iymphocytes terhadap stimulasi tertentu yang dapat menimbulkan
dyspnea, wheezing serta batuk akibat obstruksi jalan napas yang bersifat
reversibel dan terjadi secara episodik berulang (Brunner and suddarth, 2011)
Asma bronkial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten,
reversible dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap
stimuli tertentu. Asma bronkial adalah penyakit pernafasan objektif yang
ditandai oleh spasme akut otot polos bronkus. Hal ini menyebabkan
obstruksi aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus (Elizabeth, 2010).
Pada asma bronkial terdapat penyempitan saluran pernafasan yang
disebabkan oleh spasme otot polos saluran nafas, edema mukosa dan adanya
hipersekresi yang kental. Penyempitan ini akan menyebabkan gangguan
ventilasi (hipoventilasi), distribusi ventilasi tidak merata dalam sirkulasi
darah pulmonal dan gangguan difusi gas ditingkat alveoli, akhirnya akan
berkembang menjadi hipoksemia, hiperkapnia dan asidosis pada tingkat
lanjut.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa asma
bronkial merupakan suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif yang
bersifat reversible, ditandai dengan terjadinya penyempitan bronkus, reaksi
obstruksi akibat spasme otot polos bronkus, obstruksi aliran udara, dan
penurunan ventilasi alveoulus dengan suatu keadaan hiperaktivitas bronkus
yang khas.
2. Etiologi
Menurut Budhi (2015) ada dua penyebab timbulnya serangan asma
bronkial yaitu sebagai berikut:
a. Faktor predisposisi
Faktor keturunan (genetik) adalah faktor pencetus asma bronkial
yang merupakan bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana
cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi.
Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena
penyakit asma jenis ini jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu
hipersentifitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
1) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
Contoh: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri
dan polusi
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut
Contoh: makanan dan obat-obatan
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
Contoh: perhiasan, logam dan jam tangan
2) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma bronkial. Atmosfir yang mendadak dingin
merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma jenis ini.
Kadang- kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti:
musim hujan, musim kemarau, musim bunga.
3) Stress
Stress gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan
asma bronkial, selain itu juga bisa memperberat serangan asma
yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera
diobati penderita asma yang mengalami stress atau gangguan emosi
perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya.
Karena jika stressnya belum diatasi maka geja;a asmanya belum
bisa diobati.
4) Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya
serangan asma bronkial. Hal ini berkaitan dengan dimana dia
bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan,
industri tekstil, pabrik asbes atau polisi lalu lintas.
5) Olahraga atau aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau olahraga yang terlalu berat. Lari
cepat paling mudah menimbulkan serangan asma bronkial.
Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah
selesai aktifitas tersebut.
4. Patofisiologi
Tidur terganggu
Bonkopasme
Penumpukan sekret yang Sekret tidak keluar
Tidur terganggu
Bronkus menyempit kental
Peningkatan
Tidak mampu frekuensi pernafasan
Suara wheezing Sesak nafas Penggunaan otot bantu Ventilasi terganggu dikeluarkan
nafas Kelelahan sistemik,
MK: MK: Ketidakefektifan mual, muntah,
Ketidakefektifan Frekuensi tidur Aliran O2 menurun bersihan jalan nafas malaise
Kurang Diaporesis
pola nafas informasi menurun
mengenai Hipoksemia (tubuh dan
penyakitnya MK: Intoleransi MK:
MK: aktivitas jaringan perifer) Ketidakseimbangan
Gangguan pola nutrisi kurang dari
MK: tidur kebutuhan tubuh
Ansietas Sianosis, takikardi, MK: Ketidakefektifan
takipnea, TD menurun perfusi jaringan perifer
8. Klasifikasi Asma
Secara umum asma dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Asma Bronkial
1) Asma alergik/ ekstrinsik
Asma jenis ini merupakan suatu bentuk asma dengan alergen
seperti bulu binatang, debu, ketombe, tepung sari, makanan dan
lain-lain. Alergen terbanyak adalah airborne dan musiman
(seasonal). Pasien dengan asma alergik biasanya mempunyai
riwayat penyakit alergi pada keluarga dan riwayat pengobatan
eksim atau rinitis alergik. Paparan terhadap alergi akan
mencetuskan serangan asma. Bentuk asma ini biasanya dimulai
sejak kanak-kanak.
2) Asma idiopatik/ nonalergen/ intrinsik
Asma jenis ini tidak berhubungan secara langsung dengan
alergen spesifik. Faktor-faktor seperti common cold, infeksi
saluran napas atas, aktivitas, emosi/ stress, dan polusi lingkungan
akan mencetuskan serangan. Beberapa agen farmakologi, seperti
antagonis β-adrenergik dan bahan sulfat (penyedap makanan) juga
dapat menjadi faktor penyebab. Serangan dari Asma idiopatik atau
nonalergik menjadi lebih berat dan sering kali dengan berjalannya
waktu dapat berkembang menjadi asma campuran. Bentuk asma ini
biasanya dimulai ketika dewasa (>35 tahun).
3) Asma campuran (Mixed Asthma)
Asma campuran merupakan bentuk Asma yang paling
sering. Dikarakteristikkan dengan bentuk kedua jenis asma alergi
dan idiopatik atau nonalergi.
b. Asma Kardial
Asma kardial sering juga disebut dengan asma jantung, hal ini
dikarenkan penyebab utama timbulnya serangan asma jenis ini
dikaitkan pada kelainan pada jantung, dimana jantung mengalami
penurunan performa sehingga menimbulkan cairan dan gas. Kedua hal
inilah yang dijadikan sebagai tanda awal timbulnya sesak napas dan
disertai dengan bunyi saat menarik dan menghembuskan napas. Gejala
asma yang akan ditimbulkan dari penyakit asma jenis ini biasanya akan
lebih sering muncul dimalam hari dan disertai dengan sesak pada nafas
yang kondisinya lebih parah. Kondisi seperti ini biasanya disebut
dengan nocturnal paroxymul, dyspnea, dimana kondisi serangan asma
ini lebih sering muncul saat pasiennya terlelap tidur.
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien asma
bronkial menurut Hood, dkk. (2010), diantaranya:
a. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma bronkial pada umumnya normal.
Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-
paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga
intercostalis, akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang
didapat adalah sebagai berikut:
1) Bila disertai dengan bronkhitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah
2) Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran
radiolusen akan semakin bertambah.
3) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada paru
4) Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis local
5) Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneutoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran
radiolusen pada paru-paru.
b. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen
yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma bronkial.
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat
dibagi menjadi 3 bagian dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi
pada empisema paru, yaitu:
1) Perubahan aksis jantung, pada umumnya terjadi right axis deviasi
dan clock wise rotation.
2) Terdapat tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya
RBB (Right Bundle branch Block).
3) Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia, SVES,
dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negatif.
d. Scanning Paru
Dapat diketahui bahwa redistribusi udara selama serangan asma
bronkial tidak menyeluruh pada paru-paru.
e. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel.
Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis
tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan.
10. Komplikasi
Menurut GINA (2010) komplikasi yang sering timbul pada peyakit
penderita asma bronkial adalah:
a. Status asmatikus
Status asmatikus merupakan serangan asma bronkial berat dan
tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin atau aminofilin suntikan
dapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan
terapi yang intensif.
b. Atelektasis
Merupakan pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat
pernafasan yang sangat dangkal.
c. Hipoksemia
Hipoksemia merupakan seluruh bagian tubuh mengalami
kekurangan oksigen
d. Pneumotoraks
Pneumotorak terjadi karena terdapatnya udara pada rongga pleura
yang menyebabkan kolapsnya paru.
e. Emfisema
Emfisema merupakan penyakit yang gejala utamanya adalah
penyempitan (obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di paru
menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas.
B. Konsep Keperawatan
Proses asuhan keperawatan meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan (intervensi), implementasi, evaluasi dan discharge planning.
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Identitas pasien meliputi: nama, usia, jenis kelamin, alamat,
nomor telepon, status, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, lama
berkerja. Selain itu juga terdapat identitas keluarga terdekat yang
meliputi: Status, alamat, nomor telepon, pendidikan, pekerjaan.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama (saat masuk RS)
Merupakan keluhan pertama kali yang dirasakan pasien saat
masuk rumah sakit.
2) Keluhan utama saat pengkajian
Merupakan keluhan yang dirasakan pasien pada saat perawat
melakukan pengkajian.
3) Riwayat kesehatan saat ini
Merupakan perjalanan penyakit yang dirasakan pasien saat
dilakukan pengkajian.
4) Riwayat kesehatan terdahulu
Merupakan riwayat tentang kesehatan pasien yang pernah
dialami pasien yang pernah dialami pasien sebelumnya yang
meliputi penyakit yang pernah dialami diantaranya apakah pasien
pernah mengalami kecelakaan, apakah pasien pernah operasi
dengan menjelaskan jenis operasi dan waktu pelaksaan operasi,
apakah pasien mempunyai penyakit kronis atau akut, serta kapan
pasien terakhir masuk rumah sakit. Selain itu, data tentang riwayat
kesehatan yang dapat dikaji adalah apakah pasien memiliki alergi
baik berupa alergi obat, makanan atau plester, apakah pasien
meiliki imunisasi lengkap dan imunisasi tambahan seperti flu,
pnuemonia, tetanus, dan lain-lain, apakah pasien memiliki
kebiasaan mengkomsumsi rokok,kopi, dan alkohol, serta apakah
pasien mengkomsumsi obat-obatan yang biasa digunakan dengan
menjelaskan nama jenis obat, lama dan dosis.
c. Riwayat keluarga
Merupakan informasi untuk mengetahui apakah keluarga
mempunyai penyakit yang sama seperti yang diderita oleh pasien atau
penyakit keturunan, seperti apakah ayah dan ibu pernah mengalami
penyakit yang diderita oleh pasien saat ini.
d. Catatan penanganan kasus
Dimulai saat pasien dirawat diruang rawat sampai pengambilan
kasus kelolaan.
3. Pengkajian Sistem
a. Sistem Pernapasan
Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea,
barrel chest, penggunaan otot aksesori pernapasan, Peningkatan
PCO2 dan penurunan O2,sianosis, perkusi hipersonor, pada auskultasi
terdengar wheezing, ronchi basah sedang, ronchi kering musikal.
b. Sistem Kardiovaskuler
Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.
c. Sistem Persyarafan / neurologi
Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran :
gelisah, rewel, cengeng → apatis → sopor → coma.
d. Sistem perkemihan
Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang
akibat sesak nafas.
e. Sistem Pencernaan atau Gastrointestinal
Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap
makan dan minum, mukosa mulut kering.
f. Sistem integument
Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas.
4. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus
berlebih
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan proses
penyakit
c. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
d. Ketidakefektifan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan imobilitas
g. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada situasi terkini
5. Nursing Care Planning
Tabel 2.1
Nursing Care Planning
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penerapan proses keperawatan yang penulis lakukan pada
Ny.R selam tiga hari yang dilakukan di Ruang Ahmad Dahlan Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pengkajian
Pada data pengkajian yang penulis lakukan pada studi kasus pada
Ny.R, dengan gangguan Sistem Pernapasan: Asma Bronkial, data-data yang
penulis temukan pada pemeriksaan fisik didapatkan: klien tampak sesak
napas, banyak lendir pada jalan napas klien, suara napas tambahan:
wheezing, merasa sesak saat beraktivitas dan kurangnya informasi terhadap
penyakitnya.
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah melakukan pengkajian dan melakukan analisa data pada
Ny.R, yang dilakukan di Ruang Ahmad Dahlan Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang, kemudian penulis dapat menegakkan diagnosa
keperawatan sebagai berikut:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus
berlebih, peningkatan produksi sputum
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang dilakukan penulis pada Ny.R dengan Asma Bronkial
yang berdasarkan diagnosa keperawatan yaitu:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus
yang berlebih yaitu memposisikan klien untuk maksimalkan ventilasi,
motivasi klien untuk bernafas pelan, auskultasi suara nafas tambahan,
monitor status pernafasan dan oksigenisasi, pemberian nebulezer +
combivent untuk maksimalkan/ mengencerkan sekret dan memonitor
pola napas setelah pemberian tindakan kolaborasi.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen yaitu melibatkan klien dalam
beraktivitas, mendorong aktivitas kreatif yang dapat dilakukan,
menganjurkan keluarga untuk membantu dan memantau setiap aktivitas
yang dilakukan klien, memperbaiki defisit status fisiologis, memonitor
intake/ asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat
dan menciptakan lingkungan yang nyaman bagi klien.
c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi yaitu
mengajarkan pasien untuk mengidentifikasi dan menghindari pemicu
penyakit asma bronkial yang dialami, mengidentifikasi faktor internal
dan eksternal yang dapat meningkatkan atau mengurangi motivasi
untuk berperilaku sehat, menciptakan lingkungan perawatan kesehatan
yang nyaman, sehingga klien dapat mencari bantuan tanpa malu atau
merasa dicela dan memberikan pendidikan kesehatan tentang bahaya
mengabaikan perilaku hidup bersih dan sehat (merokok).
4. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Implementasi dan evaluasi yang dilakukan selama 3x24 jam pada
Ny.R dengan kasus asma bronkial dengan diagnosa keperawatan:
Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus
berlebih, peningkatan produksi sputum, Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,
Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi,
didapatkan hasil akhir yaitu :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus
berlebih, peningkatan produksi sputum yaitu: dengan hasil evaluasi
akhir yang didapatkan yaitu klien mengatakan tidak mengeluh sesak
napas lagi, klien mengatakan tidur pulas, tidak mengeluarkan suara
mengi lagi, mengatakan dapat bernapas dengan legah, tidak ada suara
napas tambahan dan TTV: TD: 110/80 mmHg, Nadi:84 x/menit,
Suhu: 36,4℃ RR: 23 x/menit.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen, yaitu: dengan hasil evaluasi akhir yang
didapatkan yaitu klien mengatakan sasak napas tidak lagi dirasa saat
beraktivitas, klien dapat beraktivitas secara mandiri, meski dengan
pantauan keluarga, asupan nutrisi klien baik serta tidak merasa nyeri
pada sendi dan otot.
c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, yaitu:
dengan hasil evaluasi akhir yang didapatkan yaitu klien mengatakan
ia memahami isi penkes yang diberikan, klien mengatakan akan
melakukan cek kesehatan setelah pulang dari rumah sakit, Klien
tampak memahami faktor penyebab, tanda gejala dan komlikasi
penyakit yang ia alaminya sekarang.
5. Discharge Planning
Setelah semua tindakan keperawatan telah diberikan dan pasien
dipulangkan terdapat discharge planning atau perawatan lanjutan dirumah
diantaranya yaitu:
a. Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dengan asma
bronkial kambuhan harus menjalani pemeriksaan, mendeteksi
substansi yang mencetuskan terjadinya serangan.
b. Memberikan pendidikan kesehatan cara menghindari agen penyebab
serangan antara lain bantal, kasur (kapas), pakaian jenis tertentu,
hewan peliharaan, sabun, makanan tertentu (alergi), jamur dan serbuk
sari.
c. Menganjurkan pasien untuk segera melaporkan tanda-tanda dan gejala
yang menyulitkan seperti bangun saat tidur malam hari dengan
serangan akut atau mengalami infeksi pernapasan.
d. Hidrasi adekuat harus dipertahankan untuk menjaga sekresi agar tidak
mengental
e. Pasien harus diingatkan bahwa infeksi harus dihindari kareka infeksi
dapat mencetuskan serangan
f. Menggunakan obat-obatan sesuai dengan resep
g. Kontrol kedokter sesuai pesanan
B. Saran
Berdasarkan asuhan keperawatan yang sudah dilakukan penulis
mengajukan beberapa saran. Saran tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Bagi Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Hasil studi kasus ini dapat menjadikan masukan bagi rumah sakit
untuk dapat lebih optimal dalam melakukan pelayanan terhadap pasien
dengan asma bronkial, seperti memberikan fasilitas kesehatan yang
memadai, menjaga kebersihan dan kesehatan bagi pasien dengan asma
bronkial yang alergi terhadap debu. Alat-alat kesehatan juga harus
diperharhatikan seperti alat nebulezer yang sangat dibutuhkan pada pasien
penderita Asma Bronkial.
2. Bagi Institusi
Hasil studi kasus ini dapat dijadikan bahan masukan bagi Institusi
pendidikan untuk dapat klarifikasi antara teori dengan di pengaplikasi lahan.
3. Bagi mahasiswa
a. Referensi terbaru dalam penulisan makalah ini sangat diperlukan guna
mendukung perkembangan ilmu pengetahuan.
b. Mahasiswa dapat mengkaji lebih dalam dan melakukan asuhan
keperawatan pada pasien asma bronkial.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini hendaknya dapat dijadikan informasi untuk
penelitian lebih lanjut dengan masalah sistem pernapasan yang lain atau
sama yaitu asma bronkial dengan tempat penelitian yang berbeda. Peneliti
menyarankan untuk peneliti selanjutnya untuk meneliti tentang:
a. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan:
status asmatikus
b. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan:
emfisema
c. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan:
tubercolosis paru
DAFTAR PUSTAKA
Almazini. (2012). Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Aylin. Asthma Control Test and Asthma Quality of Life Questionnaire Association
in Adults. Iran Jurnal Allergy Asthma Immunology 2012; 11(4): 301-307
Dinkes DIY. (2013). Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013.
Dinas Kesehatan D.I. Yogyakarta, Yogyakarta.
Dinas Kesehatan Kota Palembang (2014). Profil Kesehatan Kota Palembang tahun
2014, http://www.dinkes.palembang.go.id, diunduh tanggal 29/03/2018
Global Initiative For Asthma. Global Burden of Asthma. Global Initiative For
Asthma: England. 2010