Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
. sehingga kami dapat menyelesaikan makalah. Dalam penyusunan makalah mungkin ada
sedikit hambatan. Namun berkat bantuan dukungan dari teman-teman kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran
dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga tidak lupa
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, atas bantuan,dukungan dan doa nya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah
ini dan dapat mengetahui tentang “Asuhan Keperawatan Pada Pasein DM Tipe 2 dengan
ulkus diabetikum di Irna Non Bedah di RST reksodiwiryo Padang” Makalah ini mungkin
kurang sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan saran untuk penyempurnaan
makalah ini.
1
2
DAFTAR ISI
C. Pembahsan Kasus………………………………………………….. 43
BAB V PENUTUP………………………………………………………… 43
43
A. Kesimpulan………………………………………………………….
B. Saran………………………………………………………………… 58
DAFTARPUSTAKA……………………………………………………… 78
LAMPIRAN………………………………………………………………... 78
.
80
81
84
4
DAFTAR BAGAN
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang
ditandai dengan kadar glukosa darah
meningkat (hiperglikemia) akibat dari terjadinya kerusakan pada sekresi
insulin, kerja insulin, atau keduanya (Smeltzer, Bare 2017). Infodatin (2016),
menyebutkan bahwa DM merupakan penyakit gangguan metabolik menahun
akibat pancreas tidak memproduksi insulin dengan cukup.DM dikenal sebagai
silent killer karena sering tidak disadari.
Komplikasi yang paling banyak terjadi pada DM tipe 2 yang tercatat neuropati
54,00%, retinopati diabetik 33,40%, stroke 5,30 %, ulkus kaki 8,70%, dan
1,30% yang di amputasi akibat ulkus diabetik, jumlah itu meningkat setiap
tahunnya (Infodatin, 2016). Data Rekam Medik RS. Tk.III Dr. Reksodiwiryo
Padang, jumlah kasus ulkus DM ada 15 Orang tiap bulannya dan meningkat
setiap tahunnya.
Adisaputra (2017), mengatakan jika sudah ada jaringan mati/ ganggren harus
dibuang. Tim kesehatan berperan merawat luka. Hasil penelitian Safrudin
(2018), didapatkan mayoritas responden menderita DM lebih dari 5 tahun pada
responden ulkus atau tidak ulkus. Semakin lama seseorang mengalami DM,
maka semakin lama berisiko mengalami komplikasi, salah satunya ulkus kaki.
Faktor lokal yang dapat mempengaruhi penyembuhan ulkus kaki
meliputiiskemik,hipoksia pada jaringan,tekanan,trauma berulang dan infeksi
(Tarwoto,2012).
Adisaputra (2017), mengatakan agar pasien tidak berjalan dengan kaki terbuka
atau tanpa alas kaki. Sebelum memakai alas kaki, periksa terlebih dahulu untuk
memastikan tidak ada benda berbahaya/tajam. Hasil penelitian ini di dukung
oleh penelitian Rosa, (2015)mengatakan dari 352 responden, mayoritas 78,4%
pasien memililiki pengetahuan yang kurang tentang perawatan kaki, merupakan
salah satu bagian dari pengelolaan DM yang kurang mengetahui tentang
penyakit, sehingga dapat merawat dirinya sendiri perawatan DM tidak hanya
dilakukan mandiri oleh penyandang saja namun tim kesehatan juga berperan
dalam mendampingi pasien untuk membentuk sikap serta perilakunya.
akibatnya timbul perasaan yang menyebabkan pasien mengalami permasalahan
10
seperti fisik, psikologis dan sosial untuk itu pentingnya peran perawat yang
terlibat dalam perawatan pada pasien DM (Amilia, 2018).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang didapatkan peneliti adalah “Bagaimana Asuhan
Keperawatan pada Pasien Diabetes Melitus tipe II dengan Ulkus
Diabetikum di Irna Non-Bedah RS Tk. III Dr.Reksodiwiryo Padang, 2019”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian adalah mendeskripsikan “Asuhan Keperawatan
pada Pasien Diabetes Melitus tipe II dengan Ulkus Diabetikum di Irna
Non-Bedah RS Tk. III Dr.Reksodiwiryo Padang, tahun 2019”
2. Tujuan khusus
a. Mendiskripsikan Hasil Pengkajian “Asuhan Keperawatan pada Pasien
Diabetes Melitus tipe II dengan Ulkus DiabetikumdiIrna-Non Bedah
RS Tk. III Dr.Reksodiwiryo Padang, tahun 2019”
b. Mendiskripsikan Rumusan Diagnosis keperawatan pada “Pasien
Diabetes Melitus tipe II dengan Ulkus Diabetikum di Irna-Non Bedah
RS Tk. III Dr.Reksodiwiryo Padang, tahun 2019”
c. Mendiskripsikan Rencana keperawatan pada “Pasien Diabetes
Melitus tipe II dengan Ulkus Diabetikum di Irna-Non Bedah RS Tk.
III Dr.Reksodiwiryo Padang, tahun 2019”
d. Mendiskripsikan Implementasi “Asuhan Keperawatan pada Pasien
Diabetes Melitus tipe II dengan Ulkus Diabetikum di Irna Non-Bedah
RS Tk. III Dr.Reksodiwiryo Padang, tahun 2019”
e. Mendiskripsikan Evaluasi tindakan pada “Pasien Diabetes Melitus
tipe II dengan Ulkus Diabetikum di IrnaNon-Bedah RS Tk. III
Dr.Reksodiwiryo Padang, tahun 2019”
D. Manfaat penelitian
1. Aplikatif
a. Bagi Peneliti
Dapat Menambah Wawasan Peneliti dan Mengaplikasikan dalam
kenyataan Asuhan keperawatan pada “Pasien Diabetes Melitus tipe
13
2. Pengembangan Keilmuan
a. Bagi Institusi Poltekkes Kemenkes Padang
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran oleh
mahasiswa prodi D-III Keperawatan Padang pada pasien Pasien
Diabetes Melitus tipe II dengan Ulkus Diabetikum untuk penelitian
selanjutnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
10
b. Obesitas
Lebih dari 8 diantara 10 penderita diabetes melitus tipe 2 adalah
mereka yang mempunyai berat badan meningkat. Lemak ini akan
memblokir kerja insulin, terutama bila lemak tubuh atau kelebihan
berat badan terkumpul di daerah sentral atau perut. Lemak ini akan
memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke
dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah. Obesitas, berat
badan lebih dari atau sama dengan 20% berat badan ideal.
c. Usia
12
d. Penyakit Lain
Beberapa penyakit tertentu dalam prosesnya cenderung diikuti dengan
tingginyakadar glukosa darah. Akibatnya,seseorang juga bisa terkena
diabetes.Penyakit-penyakit itu antara lain hipertensi,penyakit jantung
koroner, stroke, penyakit pembuluh darah perifer, atau infeksi kulit
yang berulang.
e. Faktor-faktor Imunologi
Adanya respon autoimun yang merupakan respon abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
tehadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing (Padila,2012).
f. Faktor Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan dekstruksi sel beta (Padila,2012). Lingkungan seperti
viruscytomegalovirus,mumps dan rubella yang dapat memicu
terjadinya autoimun dan menghasilkan sel-sel beta pancreas,obat-
obatan dan zat kimia (Tarwoto,2012).
g. Stress
Stress menyebabkan Hormon Counter-insulin (yang kerjanya
berlawanan dengan insulin) lebih aktif. Akibatnya, gula darah
meningkat (Hans Tandra,2017).
h. Pemakaian Obat
13
4. Komplikasi
Menurut, M Clevo&Margareth, (2012) beberapa komplikasi dari DM terdiri
dari akut dan kronis yaitu:
1. Akut :
a. Hipoglikemia dan hiperglikemia
b. Penyakit makrovaskular : mengenai pembuluh darah keceil,
retinopati,nefropati
c. Nefropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstermitas) saraf
otonom berpengaruh pada gastrointestinal dan kardiovaskuler.
2. Komplikasi menahun DM (Kronis):
a. Neuropati Diabetik
b. Retinopati diabetik
c. Nefropati diabetik
d. Proteinuria
e. Kelainan Koroner.
Jadi, Ulkus diabetikum adalah luka yang muncul dan berkembang akibat
gangguan saraf tepi ,kerusakan struktur tulang dan kaki, serta penebalan dan
penyempitan pembuluh darah yang sering terjadi pada penderita DM tipe 2
(Smeltzer, Bare 2017). Sedangkan menurut Tarwoto, (2012) ulkus kaki
diabetik adalah kerusakan sebagian (partial thickness) atau keseluruhan (full
thickness) pada kulit yang dapat meluas ke jaringan bawah
kulit,tendon,otot,tulang atau persendian yang terjadi pada seseorang yang
menderita DM kondisi ini timbul sebagai akibat terjadinya peningkatan kadar
gula darah yang tinggi.
5. Patofisiologi
8. Penatalaksanaan
Dalam buku (Bilous dan Donelly 2015), prinsip penanganan ulkus,selain
memberikan pendidikan kesehatan dan melakukan kontrol metabolik yang
baik adalah :
a. Prinsip penatalaksanaan DM
Eliana, (2015) dalam PERKENI, (2015) mengatakan prinsip
penatalaksanaan DM adalah mengontrol gula darah dalam rentang
normal, ada lima factor yang harus diperhatikan:
18
19
sembuh dan berbau,adanya nyeri pada luka dan terkadang tidak merasakan
nyeri.
c) Riwayat Kesehatan Sekarang
Meliputi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta
upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya.
d) Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit-penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas,
hipertensi, kolesterol, adanya riwayat penyakit jantung, obesitas maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah didapat maupun obat-obatan
yang digunakan oleh penderita.
e) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari genogram keluarga biasnya terdapat salah satu anggota keluarga
yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat
menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misalnya hipertensi,jantung.
f) Riwayat psikososial
Mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita dengan
penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit yang di deritanya,
biasanya terjadi pada pasien dengan ganggren bahkan sampai amputasi.
g) Nutrisi
Penderita biasanya memilliki penurunan berat badan, penderita mengeluh
ingin selalu makan tetapi berat badan nya justru turun karena glukosa
tidak dapat di tarik kedalam sel dan terjadi penurunan massa sel.
h) Kebutuhan Eliminasi
Biasanya eliminasi pada pasien DM untuk BAB tidak ada perubahan
yang mencolok,sedangkan pada eliminasi BAK akan dijumpai jumlah
urin yang banyak
i) Aktifitas
Pada pasien DM akan mngalami penurunan gerak karena kelemahan
fisik,kram oto dan penurunan tonus otot.
j) Kebutuhan Istirahat dan Tidur
24
Sering muncul perasaan yang tidak enak dari gangguan yang bersifat
sistemik yang berdampak pada gangguan tidur, penderita juga sering
terbangun karena frekuensi BAK yang meningkat pada malam hari.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan ulkus diabetikum di bagi menjadi 3 bagian
yaitu: pemeriksaan ulkus dan keadaan umum ekstermitas, penilaian kemungkinan
insufisiensi vaskuler ,penilian kemungkinan neropati perifer.
(Padila,2012):
a) Keadaan umum
Biasanya pasien tampak lemah tingkat kesadaran biasanya
composmentis non kooperatif
b) Tanda-tanda vital, frekuensi nadi dan tekanan darah
Denyut nadi dan tekanan darah biasanya normal, frekuensi Pernafasan
biasanya dalam batas normal suhu tubuh normal namun, jika ada infeksi
pada luka biasanya meningkat
c) Kepala
Biasanya benuk kepala simetris,keadaan rambut bersih.
d) Mata
Pada konjungtiva biasanya tampak simetris, lensa mata tampak
keruh,sclera tidak ikterik dan biasanya pada pasien akan terjadi
penglihatan kabur/ganda, diplopia.
e) Telinga
Biasanya teinga simetris dan kebersihan telinga tampak bersih
f) Hidung
Biasanya tidak ada pernafasan cuping hidung dan tidak sianosis
g) Mulut dan gigi
Biasanya mukosa bibir lembab,lidah sering terasa tebal, ludah menjadi
kental,gusi mudah bengkak dan berdarah.
h) Leher
Biasanya tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,getah bening dan vena
jugularis.
i) Jantung
25
l) Ekstermitas
26
m) Genitalia
Poliuri,retensi urin, inontnensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.
3.Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah:
a) Pemeriksaan darah
28
c) Kultur Pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotic yang sesuai
jenis kuman.
4. Diagnosis Keperawatan
5. Intervensi Keperawatan
Tabel 1.2
Intervensi Keperawatan
Diagnosis NOC NIC
Keperawatan
pasien dan
keluarga
mengenai
pencegahan,pen
genalan tanda-
tanda
hiperglikemi dan
manajemen
hiperglikemi
8) Dorong
pemantauan
dengan sendiri
kadar glukosa
darah
9) Instruksikan
pada pasien dan
keluarga
mengenai
manajemn
diabetes selama
periode
sakit,termasuk
penggunaan
insulin dan obat
oral.
drainase
c. Monitor adanya
infeksi
d. Monitor warna
kulit
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan bentuk studi kasus,
yaitu rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit penelitian secara
intensif (Nursalam, 2011).Desain penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif tentang fenomena atau situasi
masalah di suatu tempat.Penelitian ini mendiskripsikan tentang asuhan
keperawatan pada pasien Diabetes Melitus (DM) Tipe II Ulkus Diabetikum di
IRNA Non-Bedah RS.Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang.
34
35
b) Kriteria Ekslusi
Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena berbagai sebab, kriteria
eklusi pada penelitian ini adalah
1) Pasien pulang dalam hari rawatankurang dari5 hari
2) Pasien meninggal dalam hari rawatan kurang dari 5 hari
Cara pengambilan sampel didapapatkan dari populasi 1 orang yang sesuai dengan
kriteria inklusi dan ekslusi pada pasien ulkus diabetikum di IRNA Non-Bedah
RSTk. III Dr.Reksodiwiryo Padang.
2. Pengukuran
Peneliti melakukan pengukuran dengan alat ukur pemeriksaan fisik, suhu,
tekanan darah, pengukuran gula darah, pengukuran luka DM, pemeriksaan
Sensitifitas Kaki DM yang terdiri dari Monofilamen, refleks hamer dan
pemeriksaan biotesiometer.
36
3. Wawancara
Wawancara dilakukan tentang identitas pasien, keluhan masuk rumah
sakit,riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat penyakit
yang di derita sebelumnya, riwayat kesehatan keluarga, genogram, kondisi
lingkungan dan ADL (activity daily) seperti makan, minum, BAB, BAK dan
Istirahat.
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan perjalanan penyakit pasien yang sudah
berlalu dan disusun bedasarkan perkembangan kondisi pasien.Dokumentasi
keperawatan berbentuk catatan perkembangan, hasil pemeriksaan penunjang
hasil laboratorium dan hasil radiologi yaitu rontgen.Dalam penelitian ini
menggunakan dokumentasi rumah sakit untuk menunjang penelitian yang
akan di lakukan, data Pemeriksaan darah, urine, kultur pus dan hasil rontgen.
F. Jenis-jenis data
1. Jenis data
a. Data primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan langsung dari responden
seperti pengkajian kepada responden yang meliputi: identitas pasien dan
keluarga, riwayat kesehatan pasien, riwayat kesehatan dahulu, riwayat
keluarga, pola aktifitas (ADL).
b. Data sekunder
Data sekunder diambil dari laporan status pasien.Informasi yang diperoleh
berupa data tambahan seperti hasil pemeriksaan laboratorium dan
radiologi,catatan perkembangan pasienyang tersusun dalam arsip dan tidak di
publikasikan.
2. Pengumpulan data
Adapun langkah-langkah pengumpulan data yang dilakukan peneliti:
37
a. Peneliti meminta izin penelitian dari instansi asal peneliti yaitu Poltekkes
Kemenkes Padang
b. Peneliti memberikan surat izin penelitian dari instansi kepada pihak RS
Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang
c. RST.dr Reksodiwiryo Padang mengeluarkan izin penelitian di
lingkungan RS Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang
d. Meminta izin kepada kaintalasi IRNA Non-BedahRS Tk. III Dr.
Reksodiwiryo Padang
e. Meminta izin kepada kepala ruangan IRNA Non-Bedah RS Tk. III Dr.
Reksodiwiryo Padang
f. Melakukan pemilihan sampel sebanyak 1 orang partisipan sesuai kriteria
inklusi dan ekslusi
g. Mendatangi partisipan serta keluarga dan menjelaskan tentang tujuan
penelitian
h. Partisipan dan keluarga diberikan kesempatan untuk bertanya
i. Partisipan dan keluarga menandatangani informed consent
j. Peneliti meminta waktu untuk melakukan asuhan keperawatan dan
mohon izin
G. Analisis Data
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menganalisis semua temuan
pada tahap proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori
keperawatan pada pasien DM tipe II dengan ulkus diabetikum. Data yang telah di
dapat dari hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian,
penegakkan diagnosis, merencanakan tindakan, melakukan implementasi sampai
evaluasi hasil dari tindakan.Analisis yang dilakukan untuk menentukan
bagaimana asuhan keperawatan secara mendalam terhadap pasien DM tipe II
dengan ulkus diabetikum dan apakah ada kesesuaian antara teori dengan kondisi
pasien.
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
E. Deskripsi Kasus
Penelitian yang dilakukan di IRNA Non-Bedah tepatnya di Ruang Kutilang
melibatkan 1 orang partisipan yang memiliki diagnosis medis yaitu DM tipe II
dengan ulkus diabetikum. Partisipan tersebut berjenis kelamin
perempuan.Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 18 maret 2019.
1. Hasil Pengkajian
Hasil pengkajian yang didapatkan oleh peneliti melalui observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi, pada partisipan tersebut adalah
sebagai berikut:
Ny. B (perempuan) berumur 56 tahun, masuk ke RS. Tk III dr.
Resksodiwiryo Padang melalui IGD pada tanggal 15 maret 2019 pada
pukul 19.15 WIB dengan keluhan kepala pusing dan badan terasa lemah
sejak 3 hari yang lalu. Demam sejak 2 hari yang lalu.Terdapat luka di
punggung kaki dan telapak kaki sebelah kiri yang tidak sembuh-sembuh
sejak 10 hari yang lalu telah membengkak, bernanah dan menghitam.
GDS: 500 Mg/dl, TD: 130/80 mmhg, N: 90x/i, P:20x/I S: 38,5°c. Ny. B
terdiagnosis DM tipe II dengan ulkus diabetikum.
39
40
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 18 Maret 2019 , pada pukul 10.00
WIB, pasien tampak lemah dan pucat, pasien mengatakan badan terasa
lemah,kepala pusing, sering haus dan lapar. Pasien juga mengatakan luka
pada punggung kaki dan telapak kaki yang tidak sembuh-sembuh telah
membengkak mengeluarkan nanah dan menghitam.Ny. B, mengatakan
nafsu makan menurun. Pada luka tampak tidak di balut, mengeluarkan
nanah, darah, tampak menghitam sedikit di area luka dan kulit disekitar
luka tampak kering, Ny.B mengatakan kaki terasa kebas dan terkadang
terasa ditusuk-tusuk, Ny.B tampak menutupi luka nya dengan kain. Ny.B
juga mengatakan cemas atau takut dengan penyakitnya karena, baru
pertama kali ada luka seperti ini yang tidak sembuh-sembuh dan Ny. B
mengatakan takut kakinya diamputasi.Ny.B mengatakan tidak dapat
beraktivitas karena badan terasa lemah, pusing dan luka di kaki, Ny. B
mendapatkan Diit ML DD 1900 Kkal dengan jenis nasi, lauk pauk dan
sayur. Ditambah dengan 1 potong buah. Makan 3x sehari dan hanya
menghabiskannya sepermpat porsi, istirahat tidur terganggu karenasering
terbangun karena kaki terkadang terasa kesemutan tiba-tiba seperti
ditusuk jarum,Ny.B mengatakan tidak dapat bekerja dan karena badan
terasa lemah, pusing dan ada luka pada telapak kaki, sehingga menjadi
penghambat saat bergerak dan melakukan aktifitas.
160 cm, Berat Badan : 60 kg, IMT : 23,4. Pasien terpasang infus Nacl 0,9
% 8 jam/kolf ditangan kiri. Pada ekstermitas bawah Terdapat ulkus di
punngung kaki sebelah kiri,dengan panjang luka 7,5 cm, lebar 4 cm, dan
kedalaman 1,5 cm. sedangkan telapak kaki panjang 3 cm, lebar 4 cm dan
kedalaman 1 cm. kaki tampak mengeluarkan nanah (pus),memerah
(rubor) dan menghitam (nekrosis) di area punggung kaki dan disamping
ibu jari, serta telapak kaki. Edema pada kaki sebelah kiri, akral teraba
hangat, CRT > 2 detik, teraba nadi dorsalis pedis lemah, turgor kulit
jelek, pada area kulit sekitar luka teraba dingin,luka tampak
meluas,edema, pada kulit kaki tampak kering dan pecah-pecah, warna
pada luka yaitu warna merah dan hitam.
yaitu 294 mg/dl, Ny. B mendapatkan diet ML DD 1900 Kkal dan terapi
obat Injeksi novorapid 2 kali 10 unit dengan dosis koreksi melalui
subkutan, injeksi levemir 1 kali 10 unit dengan dosisi koreksi melalui
subkutan.
luka berada pada derajat 2,CRT >2 detik, teraba nadi dorsalis pedis
lemah, turgor kulit pada kaki jelek, teraba nadi dorsalis pedis lemah,pada
area kulit sekitar luka teraba dingin,luka tampak meluas,edema, pada
kulit kaki tampak kering dan pecah-pecah, TD: 130/ 90 mmHg, RR:
20x/I, HR : 89x/I, S: 37,0°c, Hasil pemeriksaan Hemoglobin pada
tanggal 15 maret 2019 : 9,9 gr/dl, pemeriksaan ABI : 0,8 (sebagian
berisiko).
3. Intervensi keperawatan
Perencanaan yang di susun mulai tanggal 18 maret 2019. Intervensi pada
diagnosis pertama yaitu ketidakstabilan kadar glukosa darah ditandai
dengan hiperglikemi. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6
hari diharapkana masalahketidakstabilan kadar glukosa darah ditandai
dengan hiperglikemi, teratasi yaitu dengan indikator penilaian. Intervensi
yang dapat dilakukan yaitu monitor kadar glukosa darah, monitor tanda
dan gejala hiperglikemi, identifikasi kemungkinan penyebab
hiperglikemi, batasi aktifitas ketika kadar glukosa lebih dari 250 mg/dl,
instruksikan pasien dan keluarga mengenai pencegahan,pengenalan
tanda-tanda hiperglikemi dan manajemen hiperglikemi, dorong
pemantauan diri dengan kadar glukosa darah, tetapkan kolaborasi dengan
46
ahli gizi yang sesuai jumlah kalori dan tipe nutrisi yang diperlukan dan
memenuhi persyaratan gizi.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi dilaksanakan dari tanggal 18 maret- 23 maret 2019 .
Implementasi pada diagnosis pertama yaitu ketidakstabilan kadar glukosa
darah berhubungan dengan kurang kepatuhan dengan manajemen
diabetes melitus. Implementasi yang dilakukan yaitu memantau dan
melakukan pemeriksaan hasil kadar gula darah, memberikan injeksi
insulin sesuai dosis, memantau tanda dan gejala hiperglikemi,
menganjurkan pasien selalu rutin untuk pemeriksaan kadar gula darah,
menganjurkan pasien menghabiskan diet ML DD IV dan berkolaborasi
dengan ahli gizi tentang diet pasien.
5. Evaluasi keperawatan
Setelah dilakukan implementasi keperawatan pada diagnosis
ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kurang
kepatuhan dengan manajemen diabetes mellitus. Didapatkan hasil
evaluasi yaitu hasil pemeriksaan gula darah masih tinggi, pasien masih
merasakan kesemutan pada kaki, pusing dan badan terasa lemah. Pada
hari rawatan ke 6 masalah ketidakstabilan kadar glukosa darah teratasi
sebagian ini ditunjukan pada hasil gula darah dalam batas normal,
manajemen hiperglikemi dan manajemen nutrisi dilanjutkan. Hari
rawatan ke 9 masalah ketidakstabilan kadar glukosa darah teratasi dan
intervensi manajemen hiperglikemi dan manajemen nutrisi dihentikan.
51
F. Pembahasan kasus
Setelah melaksanakan asuhan keperwatan melalui pendekatan proses
keperawatan yang meliputi pengkajian, menegakkan diagnosis keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, maka pada bab ini penulis akan
membahas mengenai kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang ditemukan
dalam perawatan kasus Diabetes mellitus tipe II dengan ulkus diabetikum pada
Ny. B yang telah dilakukan pengkajian mulai tanggal 18 Maret 2019 dan telah
dilakukan asuhan keperawatan mulai tanggal 18-23 Maret 2019 di ruang
Kutilang RS.Tk. III Dr. Reksodiwiryo Padang, yang dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Pengkajian
Dari hasil pengkajian pada tanggal 18 Maret 2019 yang didapat peneliti,
menunjukkan bahwa Ny. B (perempuan) berumur 56 tahun pekerjaan ibu
rumah tangga, dengan diagnosis diabetes mellitus tipe II dengan ulkus
diabetikum. Menurut penelitianAmilia, dkk (2018),pada 90 orang ulkus
DM yang diteliti, laki–laki lebih sedikit kejadian ulkus kaki DM
dibandingkan dengan perempuan, dimana laki–laki ada kejadian ulkus
kaki sebesar 79,2% dan perempuan sebesar 80,4%. Hasil penelitian ini
selaras dengan penelitian Mustafa,dkk (2016) ,dimana pasien yang
menderita ulkus DM banyak pada penderita mayoritas perempuanyang
umumya terjadi pada sebagian besar perkejaan dengan ibu rumah tangga.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis kieperawatan teoritis sesuai NANDA (2015-2017) dan SDKI
(2017), terdapat 16 diagnosis keperawatan pada kasus ditemukan 8
diagnosis keperawatan. Hal ini disebabkan karena tidak mendukungnya
data-data untuk menegakkan diagnosis keperawatan tersebut adalah
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
hiperglikemi. Diagnosis ini ditegakan pada Ny. B sesuai dengan
teori Brunner, sudarth (2013) Menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah untuk mengurangi munculnya komplikasi
vaskuler dan neuropati, oleh karena itu terlebih dahulu pentingnya
pemantauan kadar glukosa darah. Hal ini didukung dengan hasil
pemeriksaan gula darah sewaktu pada tanggal 18 maret 2019 yaitu
290 mg/dl, mengeluh badan terasa lemah, kepala pusing, sering
haus dan tampak mukosa bibir kering, menurut batasan
karakteristik SDKI NIC NOC yaitu adanya variasi kadar glukosa
darah dari rentang normal ditandai dengan hiperglikemi, lelah atau
lesu, haus meningkat dan mulut kering. Menurut peneliti diagnosis
ini sesuai dengan data pengkajian Ny. B.
Terdapat 8 diagnosis yang tidak bisa ditegakkan dalam kasus Ny. B, hal
ini disebabakan karena tidak mendukungnya data-data untuk menegakkan
diagnosis keperawatan tersebut:
a. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
diabetes mellitus. Menurut analisa peneliti pada kasus Ny. B saat
ini tidak berisiko karena hasil pemeriksaan gula darah sewaktu
pada tanggal 18 maret 2019 yaitu 290 mg/dl (tidak
59
3. Intervensi keperawatan
Perencanaan keperawatan dirumah sakit maupun perncanaan dibuat
peneliti sama dengan teori yaitu mengacu pada Nic-Noc, adapun
perencanaan tindakan keperawatan sebagai berikut:
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
Intervensi yang ditemukan tidak jauh berbeda antara teori dengan
kasus.Dalam teori terdapat 6 intervensi pada kasus juga terdapat 6
intervensi. Intervensi yang direncanakan: manajemen
hiperglikemia yaitu monitor kadar glukosa darah, monitor tanda
dan gejala hiperglikemi, identifikasi kemungkinan penyebab
hiperglikemi, batasi aktifitas ketika kadar glukosa lebih dari 250
mg/dl, instruksikan pasien dan keluarga mengenai pencegahan,
61
d. Nyeri akut
Intervensi yang yang ditemukan tidak jauh berbeda antara teori
dengan kasus.Dalam teori terdapat 4 intervensi pada kasus juga
terdapat 4 intervensi. Intervensi yang direncanakan yaitu kaji
nyeri secara komprehensif, lakukan teknik non farmakologis
(nafas dalam), lakukan dengan cara mengalihkan perhatian dan
relaksasi, kolaborasi pemberian farmakologis dengan tim
kesehatan.
f. Defesiensi pengetahuan
Intervensi yang yang ditemukan tidak jauh berbeda antara teori
dengan kasus.Dalam teori terdapat 4 intervensi pada kasus juga
terdapat 4 intervensi. Tindakan keperawatan yaitu berikan
pendidikan kesehatan tentang manajemen DM dengan
menggunakan media leaflet. Selanjutnya fasilitasi pembelajaran
yaitu atur informasi dalam urutan yang logis, sediakan petunjuk
dan pengingat.Selanjutnya penguranagn kecemasan yaitu
63
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan harus sesuai dengan perencanaan keperawatan
yang dilandaskan pada teori nanda, sdki, noc-nic. Terkadang dalam
pelaksanaan asuhan keperawatn tidak sesuai dengan apa yang
direncanakan dengan yang dilakukan.
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
hiperglikemi. Pada teori tindakan keperawatan yang di
rencanakan adalah sebanyak 6 tindakan keperawatan, didalam
implementasi yang dilaksanakan 6 tindakan yaitu memonitor
kadar glukosa darah, memonitor tanda dan gejala hiperglikemi,
mengidentifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemi,
membatasi aktifitas ketika kadar glukosa lebih dari 250 mg/dl,
menginstruksikan pasien dan keluarga mengenai pencegahan,
mengenalkan tanda-tanda hiperglikemi. Ny.B mendapatkan
bicnat 1x3 (Po) ditandai dengan poliuria. Manajemen nutrisi yaitu
menetetapkan kolaborasi dengan ahli gizi yang sesuai jumlah
kalori dan tipe nutrisi yang diperlukan dan memenuhi persyaratan
gizi. Ini sesuai menurut teori Eliana, (2015) dalam PERKENI,
64
5. Evaluasi keperawatan
Setelah dilakukan implementasi keperawatan pada diagnosis pertama,
ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hiperglikemi.
Implementasi dilakukan selam 6 hari, didapatkan pada hari rawatan ke 4
hasil evaluasi yaitu hasil pemeriksaan gula darah masih tinggi, pasien
masih merasakan kesemutan pada kaki, pusing dan badan terasa lemah.
Pada hari rawatan ke 6 masalah ketidakstabilan kadar glukosa darah
teratasi sebagian ini ditunjukan pada hasil gula darah dalam batas normal,
manajemen hiperglikemi dan manajemen nutrisi dilanjutkan. Hari
rawatan ke 9 masalah ketidakstabilan kadar glukosa darah teratasi dan
intervensi manajemen hiperglikemi dan manajemen nutrisi dihentikan.
pemeriksaan leukosit pada tanggal 23 maret 2019 yaitu 9.890 mm³, hasil
pemeriksaan hemoglobin pada tanggal 23 maret yaitu 12 mg/dl.
Intervensi perawatan luka, penilaian kulit, kontrol infeksi dan
perlindungan infeksi dihentikan pasien pulang dan dilakukan perawatan
luka oleh perawat homecare.
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tentang penelitian asuhan keperawatan pada pasien dengan
diabetes mellitus tipe II dengan ulkus diabetikum di Ruang Kutilang RS. Tk III
dr. Reksodiwiryo Padang pada tahun 2019, maka dapat diambil kesimpulan.
1. Hasil pengkajian didapatkan data partisipan mengalami luka di punggung
kaki dan telapak kaki sebelah kiri yang tidak sembuh-sembuh sejak 10
hari yang lalu telah membengkak, bernanah dan menghitam. Sensasi rasa
pada kaki tidak ada, pada area luka terasa berdenyut-denyut, pada kaki
terasa kebas, kesemutan dan terasa tertusuk jarum, badan terasa
lemah,kepala pusing. Pada luka tampak tidak di balut, mengeluarkan
nanah, darah, tampak menghitam sedikit di area luka dan kulit disekitar
luka tampak kering.Nadi dorsalis pedis teraba lemah, turgor kulit jelek/
menurun, luka teraba panas. Derajat luka menurut klasifikasi wagner-
meggit kedalaman luka berada pada derajat 2. TD: 130/80 mmHg, N: 89x/
menit, RR: 20x/ menit, S: 37,0°c.
2. Diagnosis keperawatan yang muncul terhadap partisipan ketidakstabilan
kadar glukosa darah berhubungan dengan hiperglikemi, kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan gangguan sensasi akibat diabetes
mellitus, ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan sirkulasi darah keperifer,nyeri akutberhubungan denganagen
cedera biologis, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kekuatan otot, defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang
informasi, harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan
citra tubuh.
3. Intervensi keperawatan disusun berdasarkan diagnosis keperawatan yang
ditemukan pada kasus. Intervensi keperawatan tersebut terdiri dari
Nursing Intervention classification (NIC) dan Nursing Outcomes
Classification (NOC) yaitu manajemen hiperglikemi, manajemen nutrisi,
perawatan luka,pengecekan kulit,kontrol infeksi, perlindungan infeksi,
perawatan kaki, manajemen sensasi perifer, manajemen nyeri, latihan
70
71
B. Saran
Untuk pengembangan lebih lanjut maka peneliti memberikan saran sebagai
berikut:
1. Perawat RS.Tk III Dr. Reksodiwiryo Padang.
Diharapkan perawat yang ada diruangan dapat berperan penting untuk
melakukanmengontrol gula darah, melakukan perawatan luka dan
72
Bulechek, C.M, Butcher, H.K, Dochterman, J.M & Wangner, C.M. (2016). Nursing
Interventions Clasification (NIC). Indonesia: CV. Mocomedia and is published
by arrangements with Elsevier Inc.
Damayanti, Santi (2015).'Diabetes Melitus dan Penatalaksanaan
Keperawatan'.Yogyakarta: Nuha Medika.
Eliana, F. (2015). Penatalaksanaan DM Sesuai Konsensus Perkeni 2015. Satelit
Simposium,Diakses pada tanggal 4 Desember 2018pukul 09.00 WIB.1–7.
https://doi.org/10.1002/ijc.25801
Hans,Tandra (2017). 'Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang
Diabetes'.Jakarta:PT Gramedia.
Hardianti, D. (2018). ‘Description of Factorrs Related To Severity Of Diabetic Melitus
Patient Type 2 Study in RSUD Kota Semarang Dwi’,Jurnal Kesehatan
Masyarakat,diakses : tanggal 18 Desember 2018
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm%0ADESCRIPTION.
Hermansyah Setiawan. (2018). Efektifitas Foot Care Dalam Praktik Perawatan Kaki
Dalam Upaya Pencegahan Risiko Pada Penderita Diabetes Di Wilayah
Kuningan, jurnal ilmu kesehatan bakhti husada.
IDF (2017). ‘IDF Worldwide table 2017’, Diakses pada tanggal 7 Desember 2018pukul
09.00 WIB .http://www.diabetesatlas.org/.
Infodatin (2016). ‘infodatin-diabetes’, infodatin diabetes.Diakses pada tanggal 5
Desember 2018 pukul 14.00
73
74
WIB.http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
diabetes.pdf.
Kartika, R. W. (2015). ‘Perawatan Luka Kronis dengan Modern Dressing’,
TeknikDiakses pada tanggal 2 Desember 2018pukul 20.00
WIB.https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/51114312/22_230Te
knik-Perawatan_Luka_Kronis_dengan_Modern_Dressing.pdf.
Khariyatul, A. (2017). 'Penerimaan diri pada penderita diabetes melitus pasca amputasi
di wilayah lombok Nusa Tenggara Barat'. Diakses tanggal 10 desember 2018,
pukul 09.00 WIB.
http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.php/TSCNers/article/view/8.
Maryunani, Anik (2013).'Perawatan Luka (Moderrn Woundcare) Modern Terkini Dan
Terlengkap'.Jakarta: In Media.
Mutaqqin, A. (2016).Asuhan Keperawatan Klien dengan Sistem Persarafan. Jakarta;
Salemba Medika.Diakses pada tanggal 1 Desember 2018pukul 20.00 WIB.
Mustafa (2016). 'Determinan Epidemiologis Kejadian Ulkus Kaki Diabetik Pada
Penderita Diabetes Melitus di RSUD Dr. Chasan', Jurnal Wiyata:Diakses pada
tanggal 6 Desember 2018pukul 09.00 WIB.
Moorhead, S, Johnson, Maas, M.L, Swanson, E. (2016). Nursing Outcomes Clasification
(NOC). ISBNIndonesi : CV. Mocomedia and is published by arragement with
Elsevier Inc
NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan Defenisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10.
(Budi Anna keliat dkk, penerjemah). Jakarta: EGG
RSTk III.Dr Reksodiwiryo Padang (2018).'Data Rekam Medik Pasien Diabetes Melitus'
Padang.
Rusnoto, C. (2017). Pengetahuan dan Kepatuhan Kontrol Gula Darah Sebagai
75
A. PENGKAJIANKEPERAWATAN
1. PENGUMPULANDATA
a. Identifikasi Pasien:
1) Nama : Ny.B
2) Tempat/ tanggal lahir :Muaro Labuah, 6 September 1963
3) Jeniskelamin : Perempuan
4) Status kawin :Cerai mati
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SMP
7) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
8) Alamat : Pondok Ranah Minang H.7 RT 03/RW 05
9) Diagnosamedis : DM Tipe II + Ulkus Pedis sinistra
10) No. MR : 14.52.30
b. IdentifikasiPenanggung Jawab
1) Nama :Ny. N
2) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
3) Alamat : Pondok Ranah Minang H.7 RT 03/RW 05
4) Hubungan : Anak
c. RiwayatKesehatan
1) RiwayatKesehatan Sekarang:
a) Keluhan Utama:
Ny. B masuk ke RS.Tk III dr.Resksodiwiryo melalui IGD pada
tanggal 15 maret 2019 pada pukul 19.15 WIB dengan keluhan
kepala pusing dan badan terasa lemah sejak 3 hari yang lalu.
Demam sejak 2 hari yang lalu.Terdapat luka di punggung kaki
dan telapak kaki sebelah kiri yang tidak sembuh-sembuh sejak
10 hari yang lalu telah membengkak, bernanah dan menghitam.
Ny.B mengatakan pada luka terkadang terasa nyeri berdenyut-
denyut dan terasa seperti ditusuk-tusuk, hilang timbul, nyeri
hilang jika beraktivitas pada siang hari dan nyeri timbul pada
saat istirahat pada malam hari.Ny. B mengatakan luka pada kaki
awalnya tidak menyadari goresan kecil pada kaki nya sehingga
menjadi luka yang telah membesar menyebar sampai ke pungung
kaki dan telapak kaki, luka tersebut kemudian berisi cairan.
3) RiwayatKesehatan Keluarga:
Ny.B mengatakan tidak tahu keluarga yang mengalami penyakit
yang sama dengan pasien, pasien juga mengatakan ada anggota
keluarga yang memiliki penyakit keturunan yaitu Asma. Tidak
ada anggota keluarga yang memiliki penyakitHipertensi, DM
dan jantung
d.Pola Aktivitas Sehari-hari
1) Pola Nutrisi
Sehat :
Makan :
makan 3x sehari dengan nasi dan lauk pauk dalam 1-2
porsi makan. Ny. B mengatakan pola makan tidak teratur
dan banyak mengkonsumsi gula.
Minum:
minum ± 7-8 gelas sehari, Ny.B mengatakan sering
merasa haus sehingga banyak minum.
Sakit:
Makan:
Diit ML DD 1900 Kkal dengan jenis nasi,lauk pauk dan
sayur.Ditambah dengan 1 potong buah. Makan 3x sehari dan
hanya menghabiskan seperempat porsi
Minum:
minum ± 6-7 gelas sehari, Ny.B mengatakan hanya mengkonsumsi
air putih
2) Pola Eliminasi
Sehat :
BAB: pasien biasanya BAB 1 kali sehari.
Sakit :
BAB: pasien BAB tetap 1 kali sehari. Ny B masih bisa berjalan
buang air besar ke toilet.
5) Pola Bekerja
Sehat : Ny.B mengatakan dapat mengerjakan pekerjaan dengan
baik tanpa ada hambatan
Sakit: Ny.B mengatakan tidak dapat bekerja dan karena badan
terasa lemah,pusing dan susah beraktivitas
2) Telinga
Inspeksi: simetris kiri dan kanan, sejajar kantus mata, terdapat
serumen, tidak ada luka/bengkak, pendengaran baik.
3) Mata
Inspeksi: simetris kiri dan kanan, bersih, konjungtiva tidak anemis,
sclera tidak ikterik, reflek pupil isokor ,reflek kedip mata ada,
pasien mengatakan post op katarak karena penglihatan kabur.
4) Hidung
Inspeksi: simetris, tidak ada polip, tidak ada kotoran hidung, tidak
ada peradangan, cuping hidung (-), sianosis (-).
5) Mulut
Mukosa bibir kering, mulut tidak bersih, tampak sariawan pada
mukosa mulut, Wajah tampak pucat.
6) Leher
Inspeksi: tidak ada luka, tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening, tidak ada pembesaran tiroid.
7) Thoraks
1. Paru
a) Inspeksi : simetris kiri dan kanan, pergerakan dinding dada
simetris kiri dan kanan, irama napas ireguler, tidak ada
retraksi dinding dada.
b) Palpasi : premitus kiri dan kanan sama ,tidak ada teraba
pembengkakan.
c) Perkusi : bunyi perkusi sonor
d) Auskultasi: bunyi napas vesikuler, terdengar suara wheezing
dan tidak terdengar bunyi ronchi
2. Jantung
a) Inspeksi : simetris kiri dan kanan, iktus kordis tidak terlihat
b) Palpasi : iktus kordis teraba di RIC 5,kuat angkat, regular
dan lambat
c) Perkusi : bunyi perkusi pekak
d) Auskultasi: irama irregular tidak ada suara tambahan (mur-
mur)
8) Abdomen:
a) Inspeksi : simetris kiri dan kanan, tidak ada distensi
abdomen
b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa
c) Perkusi : bunyi timpani
d) Auskultasi: bising usus 20x/i
9) Ekstermitas:
a) Ekstermitas Atas:
Terpasang infus Nacl 0,9 % ditangan sebelah kiri, kulit
kering, tidak ada edema akral teraba hangat, CRT <2 detik,
turgor kulit baik dan sensai rasa baik.
b) Ekstermitas Bawah:
Pada kaki sebelah kanan kulit tampak kering mengelupas
dan pecah-pecah, akral teraba hangat, CRT < 2 detik,teraba
nadi dorsalis pedis kuat dan jelas, turgor kulit baik.
Pada kaki sebelah kiri terdapat ulkus di punngung kaki
dengan panjang luka 7,5 cm, lebar 4 cm, dan kedalaman 1,5
cm. sedangkan padatelapak kaki panjang 3 cm, lebar 4 cm
dan kedalaman 1 cm. Kaki tampak mengeluarkan nanah
(pus),memerah (rubor) dan menghitam (nekrosis) di area
punggung kaki dan disamping ibu jari, serta telapak kaki.
Edema pada kaki sebelah kiri, akral teraba hangat, CRT >2
detik, teraba nadi dorsalis pedis lemah, turgor kulit jelek,
pada area kulit sekitar luka teraba dingin,luka tampak
meluas,edema, pada kulit kaki tampak kering dan pecah-
pecah, warna pada luka yaitu warna merah dan hitam.
Kekuatan otot :
5555 5555
5555 4444
3. Reflex Hammer:
Kaki kiri
Patella: reflek (+)
Posterior tibial: reflek (-)
Kaki kanan
Patella: reflek (+)
Posterior tibial: reflek (+)
f. DataPsikologis
g. Data sosial
Ny.B termasuk dalam ekonomi menengah kebawah.Ny.B
menggunakan BPJS dalam pelayanan kesehatan, Ny.B dapat
berinteraksi dan bersosialisasi dengan baik terhadap orang lain
h. Data Spritual
i. DataPenunjang
Pemeriksaan rontgen thorak pada Ny.B dilakukan tanggal 16 maret 2019
dengan hasil pemeriksaan tidak normal (PPOK) , selain itu Ny.B
mendapatkan pemeriksaan EKG pada tanggal 15 maret 2019 dengan
hasil pemeriksaan normal (sinus rythem). Pemeriksaan radiografi pedis
proyeksi AP dan oblik pada tanggal 20 maret 2019 dengan hasil tidak
tampak kelainan ada pedis sinistra (normal) Ny.B juga direncanakan
Debridemen oleh dokter.
Hasil Pemeriksaan Hemotologi pada tanggal 15 maret 2019
j. ProgramdanRancanaganPengobatan:
IVFD Nacl 0,9 8 jam/Kolf (IV)
Inj. Ceftriaxone 2x 1 gr (IV)
Metronidazole 3x500 mg (IV)
Levofloxacin 1x500 mg (IV)
Paracetamol 1x 500 mg (IV)
jika suhu diatas 36,5°c
Bignat 3x 500 mg (Po)
Inj. Novorapid 2x10 IU (SC)
Inj.Levemir 1x10 IU (SC)
dengan dosis koreksi:
Jika gula darah >300 : +5 IU
>200-300 : +2 IU
<200 : Tidak ditambah
Diit ML DD 1900 Kkal
Redressing (Perawatan luka) : 1x1hari
2. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
DO: Hiperglikemi Ketidakstabilan
- Hasil pemeriksaan glukosa sewaktu kadar glukosa
pada tanggal 15 maret 2019 yaitu darah
509 mg/dl
- Hasil pemeriksaan glukosa sewaktu
pada tanggal 16 maret 2019 yaitu
504 mg/dl
- Hasil pemeriksaan glukosa sewaktu
pada tanggal 17 maret 2019 yaitu
294 mg/dl
- Hasil pemeriksaan glukosa sewaktu
pada tanggal 18 maret 2019 yaitu
290 mg/dl
- Ny. B mendapatkan diet ML DD
1900 Kkal
- Mulut tampak kering
- Ny. B mendapatkan terapi obat
Injeksi Lantus 1x12 IU, Inj.
Levemir: 1x10 IU
dengan dosis koreksi
DS:
- Ny. Bmengatakan sudah 3 bulan
tidak mengontrol gula darahnya ke
pelayanan kesehatan.
- Ny. B mengatakan sering
mengkonsumsi makanan yang
mengandung banyak gula
- Ny. B mengatakan kaki terasa
kesemutan dan punggung kaki serta
telapak kaki kiri belum sembuh-
sembuh
- Ny. B mengatakan badan terasa
lemah,kepala pusing, sering haus.
Gangguan Kerusakan
DO: sensasi akibat integritas kulit
- Tampak ada luka pada punggung DM
kaki panjang 7,5 cm, lebar 4 cm, dan
kedalaman 1,5 cm sedangkan telapak
kaki panjang 3 cm, lebar 4 cm dan
kedalaman 1 cm.
- Tampak warna pada luka merah dan
hitam, mengeluarkan nanah dan
menghitam
- Derajat luka menurut klasifikasi
Wagner-meggit kedalaman luka
berada pada derajat 2, pada sekitar
luka tampak edema, akral teraba
hangat, CRT > 2 detik, teraba nadi
dorsalis pedis lemah, turgor kulit
jelek.
- Pada kaki terasa seperti tertusuk-
tusuk, kebas dan kesemutan.
- Pada area kulit sekitar luka teraba
dinginm luka tampak meluas,
edema, pada kulit kaki tampak
kering dan pecah-pecah.
- TTV:
TD: 130/ 90 mmHg RR: 20x/i
HR : 89x/i S: 37,0°c
- Hasil pemeriksaan Leukosit pd tgl
15 maret 2019 : 21.980 mm3
- Ny.B mendapatkan Inj.
Ceftriaxone2x1 gr (IV)
- Ny.B mendapatkan order infus
Metronidazole 3x500 mg
DS:
- Ny. B mengatakan luka pada
pungung kaki dan telapak kaki yang
tidak sembuh-sembuh telah
membengkak mengeluarkan nanah
dan menghitam
- Ny. B mengatakan luka pada kaki
kiri semakin membesar dan meluas
serta mengeluarkan nanah dan darah
- Ny.B mengatakan kaki terasa
tertusuk- tusuk dan kebas
DO:
- Ny. B teraba panas
Ditandai Risiko Infeksi
- Tampak ada luka pada punggung
dengan
kaki dan telapak kaki
kerusakan
- Pada sekitar lukapada kaki kiri
integritas kulit,
tampak edema,mengeluarkan nanah
penurunan
dan menghitam
Hemoglobin.
- Ny.B mendapatkan Inj.Ceftriaxone
2x1 gr (IV)
- Ny.B mendapatkan order infus
Metronidazole 3x500 mg
- TTV:
TD: 130/ 90 mmHg RR: 20x/i
HR : 89x/i S: 37,0°c
- Hb pada tanggal 15 maret 2019
yaitu: 9,9 gr/dl
- Skala Nyeri: 2
- Ny. B tampak meringis
- Ny. B tampak berkeringat dingin
DS:
- Ny. B mengatakan setelah operasi
debridemen nyeri hilang timbul,
nyeri hilang jika beraktivitas pada
siang hari dan nyeri timbul pada saat
istirahat pada malam hari.
- Ny.B mengatakan setelah operasi
debridemen, pada luka terkadang
terasa nyeri berdenyut-denyut dan
terasa seperti ditusuk-tusuk,
- Ny. B mengatakan tidur terganggu
karena kaki terasa kesemutan dan
nyeri, tiba-tiba seperti ditusuk jarum
- Ny. B mengatakan kaki terasa nyeri Penurunan Hambatan
DO:
- Derajat luka menurut klasifikasi
Wagner-meggit kedalaman luka
berada pada derajat 2
- Tampak ada luka pada punggung
kaki panjang 7,5 cm, lebar 4 cm, dan
kedalaman 1,5 cm sedangkan telapak
kaki panjang 3 cm, lebar 4 cm dan
kedalaman 1 cm.
- Ny.B tampak lemah
- Aktivitas Ny.B dibantu oleh
keluarga dan perawat
- Kekuatan
5555 5555
otot :
5555 4444
DO:
- Ny. B tampak malu dengan Gangguan citra Harga diri rendah
kondisinya. tubuh situasional
- Ny.B tampak berpikir-pikir dengan
penyakitnya
- Ny.B tampak menutupi luka nya
dengan kain
- Ny.Btampaktidak menerima keadaan
dan kondisinya saat ini.
- TTV:
TD: 130/ 90 mmHg RR: 20x/i
HR : 89x/i S: 37,0°c
DS:
- Ny.B mengatakan malu dengan
penyakitnya karena,baru pertama
kali ada luka seperti ini yang tidak
sembuh-sembuh.
- klien mengatakan pasrah dengan
penyakitnya karena luka pada kaki
kiri belum sembuh,membengkak,
mengeluarkan darah dan nanah
- Ny. B juga mengatakantakut kakinya
diamputasi
No Diagnosa Ditemukan Masalah Dipecahkan
Keperawatan
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
b. manajemen nutrisi
1) Tetapkan kolaborasi dengan ahli yang
diet sesuai, jumlah kalorri dan tipe
nutrisi yang diperlukan dan memenuhi
persyaratan gizi
2) anjurkan pasien tentang kebutuhan
gizi (membahas pedoman diet DM)
3) kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan diet pasien
4) informasikan pada klien dan keluarga
tentang manfaat diet DM
2 NOC NIC
Kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan luka a. Integritas jaringan: kulit dan membran a. Perawatan luka
mukosa 1. ukur dan mengambarkan karateristik
akibat DM
indikator: ulkus
1) Sensasi 2. tentukan tingkat pembentukkan ulkus :
2) Tekstur tahap 0 sampai 5
3) Perfusi jaringan 3. jaga ulkus agar tetap lembab
4) Integritas kulit 4. bersihkan kulit disekitar ulkus dengan
5) Lesi kulit dan selaput lendir sabun lembut dan air
6) Nekrosis 5. monitor tanda-tanda dan gejala infeksi
pada luka
b. Penyembuhan luka 6. monitor asupan kalori untuk
indikator: memastikan asupan yang memadai
1) Pembentukkan bekas luka 7. berikan antibiotic sesuai dengan order
2) Drainase purulent dokter
3) Bau luka busuk
b. perawatan luka
c. status neurologis: perifer 1. pertahankan teknik steril ketika
indikator: melakukan perawatan luka
1) Sensasi di ekstermitas bagian atas dan 2. bandingkan setiap perubahan luka
bawah secara teratur
2) Fungsi motoric
3) Warna kulit c. penilaian kulit
1. amati ekstermitas untuk warna,
d. fungsi sensorik: kulit kehangatan ,edema, pulse, tekstur, dan
indikator: ulserasi
1) Hilangnya sensasi 2. monitor adanya infeksi, trauma dan
2) parasthesia daerah edema
3. monitor warna kulit
e. Keparahan Infeksi
indikator: d. kontrol infeksi
1) kemerahan 1. bersihkan lingkungan dengan baik
2) cairan luka yang berbau busuk 2. ajarkan teknik cuci tangan dengan
3) demam tepat
4) ketidakstabilan suhu 3. gunakan sabun antimikroba untuk cuci
5) nyeri tangan yang sesuai
6) hilang nafsu makan 4. pakai sarung tangan steril dengan tepat
7) kolonisasi kultur area luka 5. gunakan teknik perawatan luka yang
8) peningkatan sel darah putih tepat
6. gosok kulit pasien dengan anti bakteri
f. kontrol risiko: proses infeksi yang sesuai
indikator: 7. tingkaatkan intake nutrisi yang tepat
1) faktor risiko infeksi berikan terapi antibiotic
2) tanda dan gejala infeksi
3) faktor lingkungan terhadap infeksi e. perlindungan infeksi
NOC
3 Ketidakefektifan perfusi NIC
jaringan perifer berhubungan a. Status sirkulasi
dengan penurunan srkulasi Indikator: a. Perawatan Kaki
darah keperifer. 1) kekuatan nadi dorsalis kanan dan 1) memeriksa kulit apakah
kiri iritasi,retak,lesi,kapalan, cacat atau
2) capillary refill edema
b. Perfusi jaringan: perifer 2) mendiskusikan dengan pasien
Indikator: kebiasaan rutin dalam perawatan kaki
1) capillary refill jari tangan dan 3) Anjurkan pasien atau keluarga tentang
kaki pentingnya perawatan kaki
2) suhu kulit ekstermitas 4) Anjurkan pasien pentingnya pada
c. Fungsi sensorik: kulit pemeriksaan, terutama ketika sensasi
Indikator: berkurang
1) kemampuan untuk merasakan
stimulasi b. Pencegahan tekanan ulkus
2) parasthesia 1) Memonitor setiap daerah kemerahan
2) Melembapkan luka kering,kulit tak
terputrus
3) Menjaga seprei atau alas kasur agar
bersih ,kering
4) Mencegah cedera pada kuit rapuh
5) Memastikan nutrisi yang
cukup,terutama protein,vitamin B dan
C.
c. manajemen sensasi perifer
1) Pantau parasthesia
2) Diskusikan atau identifikasi penyebab
sesuai abnormal atau perubahan
sensasi
4 NOC NIC
Hambatan mobilitas fisik a. Tingkat mobilitas a. latihan terapi
berhubungan dengan indikator: 1. kaji kemampuan pasien dalam
penurunan kekuatan otot 1) keseimbangan mobilisasi
2) cara berjalan 2. latih pasien dalam pemenuhan
3) kemampuan untuk berpindah posisi kebutuhan ADL secara mandiri sesuai
b. perawatan diri : aktifitas sehari-hari kemampuan
indikator: 3. damping dan bantu pasien saat
1) kemampuan makan, mobilisasidan bantu penuhi kebutuhan
berpakaian,toileting, mandi, berjalan ADL pasien
2) posisi diri 4. ajarkan pasien bagaimana merubah
3) merubah penampilan posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
b. perawatan
1. monitor kondisi kulit
2. bantu aktivitas sehari-hari
3. ubah posisi pasien setidaknya setiap 2
jam
4. gunakan pengaman tempat tidur
5
NOC: NIC:
a. Kontol nyeri a. Manajemen nyeri
Indikator: 1. Lakukan pengkajian secara
Nyeri Akut berhubungan
1) mengetahui faktor penyebab komprehensif meliputi: lokasi,durasi,
dengan agen cidera biologis 2) mengetahui permulaan terjadinya kulitas, keparahan nyeri dan faktor
nyeri pencetus nyeri
3) mengggunakan tindakan 2. Observasi kenyamanan verbal
pencegahan 3. mengajarkan teknik non farmakologi
4) melaporkan gejala nyeri misalnya: relaksi/nafas dalam, guided
imagery,terapi musik dll
b. Tingkat nyeri 4. Kendalikan faktor lingkungan yang
Indikator: mempengaruhi respon pasien
1) melaporkan nyeri berkurang 5. Kolaborasi: pemberian analgetik
2) frekuensi nyeri berkurang sesuai indikasi
3) lamanya nyeri berlangsung
4) ekspresi wajah saat nyeri NIC:
5) posisi tubuh melindungi a. pendidikan kesehatan
1. Identifikasi faktor internal maupun
eksternal yang dapat meningkatkan
atau mengurangi motivasi untukl
belajar
b. fasilitasi pembelajaran
NOC: 1. Atur informasi dalam urutan yang
6 a. Manajemen diabetes: pengetahuan logis
Indikator: 2. Sediakan lisan petunuk atau
1) pengertian diabetes pengingat yang sesuai
2) penyebab diabetes
Defisiensi Pengetahuan
3) tanda dan geajala diabetes
berhubungan dengan kurang 4) 6 pilar diabetes
5) cara menangani luka diabetes
informasi
6) cara peerawatan kaki
NOC: NIC :
7 a. bantuan emosional
a. adaptasi cacat fisik 1. Mendiskusikan dengan pasien
indikator: pengalaman emosional
1) disesuaikan dengan keterbatasan 2. dengarkan dengan penuh perhatian
fungsional 3. berikan pendampingan dalam
Harga diri rendah situasional
2) strategi untuk mengurangi stress yang pengambilan keputusan
berhubungan dengan terkait dengan kecacatan
3) memodifikasi gaya hidup b. peningkatan koping
Gangguan citra tubuh
4) mengidentifikasi rencana untuk 1. evaluasi pengambilan keputusan
melakukan ADL kemampuan pasien
2. evaluasi pengetahuan spritualpasien
3. hadapi perasaan pasien (marah atau
depresi)
c. citra tubuh:
indikator:
1) penyesuaian untuk perubahan fungsi
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
S:
20 maret 2019 Ketidakstabilan kadar a. Manajemen Hiperglikemi
(Rabu) glukosa darah 1) Memonitor Kadar Glukosa, sesuai - Ny. B mengatakan badan masih
Jam 10.00- berhubungan dengan indikasidarah 1x3 jam: terasa lemah
Hiperglikemi 1. Jam 09.00 WIB - Ny. B mengatakan pusing sudah
13.00 WIB
hasil pemeriksaan gula darah berkurang
sewaktu : 250 mg/dl
2. Jam 12.00 WIB
hasil pemeriksaan gula darah O:
sewaktu : 200 mg/dl
- Hasil pemeriksaan gula darah
2) Memonitor tanda dan gejala
sewaktu : 200 mg/dl
Hiperglikemi : (poliura, polidipsi,
- Hasil pemeriksaan GDP: 101
polifagi dan kelemahan)
mg/dl
3) Mengidentifikasi kemungkinan
- Ny. B tampak mengikuti instruksi
penyebab Hiperglikemi
untuk membatasi aktifitas
4) Membatasi aktifitas ketika kadar
- Ny. B tampak memahami tanda-
glukosa lebih dari 250 mg/dl
tanda hiperglikemi
5) Menginstruksikan pasien dan
- Makanan diet ML DD 1900 Kkal
keluarga mengenai
habis 1 porsi
pencegahan,pengenalan tanda-tanda
hiperglikemi dan manajemen
hiperglikemi
A: Masalah Risiko ketidakstabilan
b. Manajemen nutrisi kadarglukosa darah teratasi sebagian
1) Menetapkan kolaborasi dengan ahli P: Intervensi manajemen hiperglikemi
yang diet sesuai, jumlah kalorri dan
tipe nutrisi yang diperlukan dan dan manajemen nutrisi di lanjutkan
S:
20 maret 2019 Kerusakan integritas a. Perawatan Ulkus Tekanan - teraba nadi dorsalis pedis lemah,
(Rabu) kulit berhubungan 1) Mengukur dan mengambarkan
turgor kulit baik.
Jam 10.00- dengan gangguan karateristik ulkus
13.00 WIB sensasi akibat DM 2) Menentukan tingkat pembentukkan - Pus/nanah telah dikeluarkan, luka
ulkus : tahap 0 sampai 5 saat ini bewarna merah
3) Menjaga ulkus agar tetap lembab
kekuningan.
4) Membersihkan kulit disekitar ulkus
dengan sabun lembut dan air - Kulit ari/ kulit yang terkelupas
5) Memonitor tanda-tanda dan gejala sudah di hilangkan
infeksi pada luka
O:
6) Memonitor tanda-tanda dan gejala
infeksi pada luka - TTV:
7) Memonitor asupan kalori untuk TD: 120/ 90 mmHg RR: 20x/i
memastikan asupan yang memadai HR : 89x/i S: 37,0°c
8) Memberikan antibiotic sesuai dengan - Ny.B mendapatkan Inj.
order dokter Ceftriaxone 2x1 gr (IV)
a. Manajemen Hiperglikemi S:
21 maret 2019 Ketidakstabilan kadar
1) Memonitor Kadar Glukosa, sesuai
(Kamis) glukosa darah - Ny. B mengatakan badan sudah
indikasiMemonitor Kadar Glukosa
Jam 09.00- berhubungan dengan darah 1x3 jam: tidak lemah
13.00 WIB Hiperglikemi 1. Jam 09.00 WIB - Ny. B mengatakan pusing tidak
hasil pemeriksaan gula darah ada
sewaktu : 150 mg/dl O:
2. Jam 12.00 WIB - Hasil pemeriksaan gula darah
hasil pemeriksaan gula darah
sewaktu : 139 mg/dl
sewaktu : 139 mg/dl
2) Memonitor tanda dan gejala - Ny. B tampak mengikuti instruksi
Hiperglikemi : (poliura, polidipsi, untuk membatasi aktifitas
polifagi dan kelemahan) - Ny. B tampak memahami tanda-
3) Mengidentifikasi kemungkinan tanda hiperglikemi
penyebab Hiperglikemi - Makanan diet ML DD 1900 Kkal
4) Membatasi aktifitas ketika kadar habis 1 porsi
glukosa lebih dari 250 mg/dl
5) Menginstruksikan pasien dan A:Masalah Risiko ketidakstabilan kadar
keluarga mengenai glukosa darah teratasi sebagian
pencegahan,pengenalan tanda-tanda
P:Intervensi manajemen hiperglikemi
S:
21 maret 2019 Kerusakan integritas - Ny. B mengatakan luka pada
kulit berhubungan a. Perawatan Ulkus Tekanan
(Kamis) pungung kaki dan telapak kaki
Jam 09.00- dengan gangguan 1) Mengukur dan mengambarkan
sensasi akibat DM yang tidak sembuh-sembuh
13.00 WIB karateristik ulkus
2) Menentukan tingkat pembentukkan - Ny. B mengatakan luka pada kaki
ulkus : tahap 0 sampai 5 kiri tidak bengkak lagi
3) Menjaga ulkus agar tetap lembab - Ny. B mengatakan operasi
4) Membersihkan kulit disekitar ulkus debridement akan dilakukan pada
dengan sabun lembut dan air jam 15.00 WIB
5) Memonitor tanda-tanda dan gejala O:
infeksi pada luka - Derajat luka menurut klasifikasi
6) Memonitor tanda-tanda dan gejala
infeksi pada luka Wagner-meggit kedalaman luka
7) Memonitor asupan kalori untuk berada pada derajat 2,
memastikan asupan yang memadai - akral teraba hangat, CRT < 2
8) Memberikan antibiotic sesuai dengan
order dokter detik,
- luka tidak tampak karena luka
b. Perawatan Luka
pasien akan di debridement dan
1) Mempertahankan teknik steril ketika dilakukan perawatan luka oleh
melakukan perawatan luka
dokter
2) Membandingkan setiap perubahan
luka secara teratur - TTV:
TD: 120/ 90 mmHg RR: 20x/i
HR : 99x/i S: 36,8°c
- Ny.B mendapatkan order infus
c. Penilaian Kulit
Metronidazole 3x500
4) Mengamati ekstermitas untuk warna,
kehangatan ,edema, pulse, tekstur, - pada sekitar luka tampak edema,
dan ulserasi
akral teraba hangat, CRT > 2
5) Memonitor adanya infeksi, trauma
dan daerah edema detik,
6) monitor warna kulit
- teraba nadi dorsalis pedis lemah,
turgorkulit jelek.
- TTV:
TD: 130/ 90 mmHg RR: 20x/i
HR : 89x/i S: 37,0°c
- Hasil pemeriksaan Leukosit pd
tgl 15 maret 2019 : 21.980 mm3
- Ny.B mendapatkan Inj.
Ceftriaxone 2x1 gr (IV)
- Ny.B mendapatkan order infus
Metronidazole 3x500 mg
b. manajemen nutrisi
Pertemuan 1 ( Pengkajian )
Pertemuan 2
Pertemuan 4
DAFTAR PUSTAKA