P DENGAN
DIAGNOSIS MEDIS CEREBRAL VASCULAR
ACCIDENT (CVA)
ALAMAN JUDUL
DISUSUN OLEH:
NIRTA
NIM 2104093
ACCIDENT (CVA)
HALAMAN PEN
Yogyakarta, Juli 2022
Mengetahui,
Preceptor Akademik
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan dan
Proses penyusunan laporan asuhan keperawatan ini telah dibantu dan didukung
oleh berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Vivi Retno Intening, S.Kep., Ns., MAN., selaku Ketua STIKES Bethesda
Yakkum Yogyakarta.
masih terdapat banyak kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik
Nirta (2104093)
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN
HALAMAN LEMBAR PERSETUJUAN........................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I: PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan........................................................................ 3
C. Waktu dan Tempat Praktik......................................................... 3
D. Metode........................................................................................ 3
iii
C. Konsep Dasar Keperawatan....................................................... 53
1. Pengkajian............................................................................ 53
2. Diagnosa Keperawatan......................................................... 62
3. Rencana Tindakan Keperawatan.......................................... 63
BAB V: PENUTUP........................................................................................ 89
A. Kesimpulan................................................................................ 89
B. Saran........................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 90
Lampiran ..........................................................................................................
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Lansia atau menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
dan semakin banyak keluhan yang dilontarkan karena tubuh tidak dapat lagi
bekerja sama dengan baik seperti kala muda, sehingga akan banyak
penyakit jantung 4,5 %, stroke 4,4 %, masalah mulut 17 %, gagal ginjal 0,8
stroke menempati urutan ketiga setelah asma dan kanker. Hasil Riskesdas
2018).
1
detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan tanda dan gejala klinis
2
3
baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, disebabkan
ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai bagian
otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau
peredaran darah diotak. Secara global, 15 juta orang terserang stroke setiap
stroke dikenal sebagai faktor resiko stroke, adapun faktor tersebut antara lain
obat dan konsumsi alkohol (Tutu April Ariani, 2014 dalam Masriadi, 2019).
angka kematian akibat stroke sebesar 51% diseluruh dunia disebabkan oleh
tekanan darah tinggi. Selain itu, diperkirakan sebesar 16% kematian stroke
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1. Waktu
D. Metode
diantaranya :
1. Wawancara
Dengan cara tanya jawab tentang hal-hal yang perlu diketahui berkaitan
2. Observasi / Pengamatan
3. Pemeriksaan fisik
4. Studi dokumentasi
status pasien.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Menurut WHO (2018), lansia adalah orang yang berumur 60-74 tahun,
alamiah, dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk
hidup. Lansia atau menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
hanya di mulai dari suatu waktu tertentu, tetapi di mulai sejak permulaan
karena tubuh tidak dapat lagi bekerja sama dengan baik seperti kala
tahapan yaitu:
6
7
a. Teori Biologis
Teori biologis tentang penuaan dibagi menjadi:
1) Teori Instrinsik. Teori ini berati perubahan yang berkaitan
dengan usia timbul akibat penyebab dalam diri sendiri.
2) Teori Ekstrinsik. Teori ini menjelaskan bahwa perubahan yang
terjadi diakibatkan pengaruh lingkungan.
Teori lain menyatakan bahwa teori biologis dapat dibagi menjadi:
1) Teori Genetik Clock
Teori tersebut menyatakan bahwa menua telah terprogram
secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Tiap spesies
mempunyai di dalam inti selnya suatu jam genetik yang telah
diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan
menghitung mitosis dan akan menghentikan replikasi sel bila
tidak diputar, jadi menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita
akan meninggal dunia, meskipun tanpa disertai kecelakaan
lingkungan atau penyakit akhir yang katastrofal. Konsep ini
didukung kenyataan bahwa ini merupakan cara menerangkan
mengapa pada beberapa species terlihat adanya perbedaan
harapan hidup yang nyata. Menua terjadi sebagai akibat dari
perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul /DNA dan
setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
8
2) Teori Pembebasan
Salah satu teori sosial yang berkenaan dengan proses penuaan
adalah teori pembebasan (disengagement teori). Teori tersebut
menerangkan bahwa dengan berubahnya usi seseorang secara
berangsur – angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia
menurun, baik secara kualitatif maupun kuantitasnya sehingga
sering terjadi kehilangan ganda yaitu:
a) Kehilangan peran
b) Hambatan kontrol social
c) Berkurangnya komitmen
3) Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus
kehidupan lansia. Dengan demikian pengalaman hidup
seseorang pada usatu saat merupakan gambarannya kelak pada
saat ini menjadi lansia.
Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah:
a) Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus
aktif dalam proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada
pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang harus
dipertahankan atau dihilangkan
b) Peran lansia yang hilang tak perlu diganti
c) Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi
c. Teori Psikologi
1) Teori Kebutuhan manusia menurut Hirarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam
diri, kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia
(Maslow 1954). Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang
berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia sidah terpenuhi,
mereka berusaha menemukannya pada tingkat selanjutnya
10
yaitu:
a. Jenis Kelamin
Lansia lebih banyak wanita dari pada pria.
b. Status Perkawinan
Status pasangan masih lengkap dengan tidak lengkap akan
mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun
psikologi.
c. Living Arrangement
Keadaan pasangan, tinggal sendiri, bersama istri atau suami, tinggal
bersama anak atau keluarga lainnya.
11
d. Kondisi Kesehatan
Pada kondisi sehat, lansia cenderung untuk melakukan aktivitas
sehari-hari secara mandiri. Sedangkan pada kondisi sakit
menyebabkan lansia cenderung dibantu atau tergantung kepada
orang lain dalam melaksanakan aktivitas sehai-hari.
e. Keadaan Ekonomi
Pada dasarnya lansia membutuhkan biaya yang tinggi untuk
kelangsungan hidupnya, namun karena lansia tidak produktif lagi
pendapatan lansia menurun sehingga tidak semua kebutuhan lansia
tadat terpenuhi.
5. Ciri-ciri lansia
tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang
yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula.
Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, sosial dan
a. Perubahan Fisik
1) Kekuatan fisik secara menyeluruh berkurang, merasa cepat lelah
dan stamina menurun.
2) Sikap badan yang semula tegap menjadi membungkuk, otot-otot
mengecil, hipotrofis, terutama dibagian dada dan lengan.
3) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses
keratinasiserta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis.
4) Rambut memutih dan pertumbuhan berkurang sedang rambut
dalam hidung dan telinga mulai menebal.
5) Perubahan pada indera. Misal pada penglihatan, hilangnya
respon terhadap sinar, hilangnya daya akomodasi. Pada
pendengaran pengumpulan cerumen dapat terjadi karena
meningkatnya keratin.
13
1. Pengertian
menyerang semua golonga usia dan sebagian besar akan dijumpai pada
usia 55 tahun keatas serta stroke merupakan kelainan fungsi otak yang
darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja (Bustan, 2015).
Gambar 1. Stroke
Sumber: www.gambarstroke.com
Stroke iskemik atau Stroke Non Hemoragik disebabkan oleh
penyumbatan arteri dari gumpalan darah atau pembuluh darah tersumbat
karena aterosklerosis. Aterosklerosis, plak kolesterol diendapkan di
dalam dinding arteri, mempersempit diameter arteri sehingga menyempit
dan mengakibatkan aliran darah berkurang ke otak, sehingga tekanan
darah meningkat untuk memenuhi tuntutan kebutuhan tubuh (Lewis,
2014 dalam Hermanto, 2021).
Sedangkan stroke perdarahan intraserebral (Intracerebral Hemorrhage,
seringkali diikuti gejala nyeri kepala yang berat pada saat melakukan
2. Anatomi fisiologi
Menurut LeMone et al. (2016), secara struktural sistem saraf dibagi menjadi
sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf tepi (SST). SSP terdiri dari otak,
medula spinalis yang dilindungi oleh kranium dan tulang vertebra. SST terdiri
dari saraf kranilalis dan saraf spinalis serta ganglianya. Satu fungsi saraf
lain. Susunan saraf pusat terdiri dari otak dan medulla spinalis,
sedangkan saraf perifer terdiri atas saraf-saraf yang keluar dari otak (12
pasang) dan saraf-saraf yang keluar dari medulla spinalis (31 pasang).
Menurut fungsinya saraf perifer dibagi atas saraf afferent (sensorik) dan
dari reseptor- reseptor khusus yang berada pada organ permukaan atau
Saraf motorik kemudian dibagi menjadi dua yaitu system saraf somatic
pada sel-sel otot rangka. Sistem saraf otonomik dibagi atas simpatis dan
SSP dan SST sangat terintegrasi dan hanya terdiri atas dua jenis sel,
Sumber: www.gambarstruktursel.com
1) Neuron
pada area yang tidak dilapisi mielin yang disebut nodus Ranvier,
spinalis.
2) Potensial Aksi
ke dan dari SSP dapat terjadi karena adanya neuron aferen dan
3) Neurotransmiter
1) Otak
.
Sumber: www.gambarotakmanusia.com
bagian system saraf pusat (SSP) diatas korda spinalis. Fungsi dari
19
a) Serebrum
Fungsi serebrum
Sumber: www.gambarbagianotak.com
a) Lobus parietal
tubuhnya.
b) Lobus oksipital
ingatan.
c) Lobus temporal
panjang.
d) Lobus frontal
b) Diensefalon
(1) Thalamus
(2) Hipotalamus
haus.
23
(3) Epitalamus
perkembangan.
c) Batang Otak
Gambar 5. Otak
Sumber: www.gambarotakmanusia.com
Sumber: www.gambarfungsiotak.com
diensephalon yaitu:
pergerakan mata.
adalah:
oblongata.
a) Otak tengah
b) Pons
c) Medula oblongata
d) Serebelum
2016).
27
melindungi otak, terdiri dari tulang kranium dan tulang muka. Otak
2) Meningen
Gambar 7. Meingens
Sumber: www.gambarmeningens.com
(a) Duramater
(Syaifudin, 2011).
(b) Arachnoid
(c) Piamater
secara regional sabagai saraf spinal atau saraf kranial (LeMone et al.,
2016).
1) Saraf Spinal
33 pasang saraf spinal dinamakan menurut lokasinya: tujuh
pasang servikal, 12 pasang torakal, lima pasang lumbal, lima
pasangsakral, dan empat pasang koksigis. Setiap saraf spinal
mengandung serat sensori dan motorik.
2) Saraf Kranial
12 pasang saraf kranial berasal dari otak depan dan batang otak
(Sulistiyawati, 2020).
penglihatan ke otak.
otot iris.
yaitu:
sumsum penyambung.
2012).
33
Sumber: www.gambarpembuluhdarahotak.com
a) Arteri vertebralis
2) Ventrikel otak
pori kecil yang disebut foramina, serta oleh saluran yang lebih
Ventrikel Lateral:
Ventrikel lateral terdiri dari ventrikel kiri dan kanan, dengan satu
Ventrikel Ketiga:
antara kiri dan kanan thalamus. Bagian dari pleksus koroid yang
tengah.
Ventrikel Keempat:
3. Etiologi
a. Thrombosis cerebral
darah.
b. Emboli
bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari
serebrak. Emboli berlangsung cepat dan tanda gejala kurang dari 10-
30 detik.
39
4. Faktor Risiko
a. Hipertensi
Tekanan darah sistolik ≥140 mm/Hg dan tekanan darah diastolic ≥90
b. Kolesterol
c. Jenis kelamin
d. Usia
Usia < 45 tahun lebih sedikit dibandingkan dengan usia ≥45 tahun,
e. Obesitas
f. Riwayat keluarga
genetik yang sangat berperan pada kasus stroke antara lain adalah
g. Merokok
h. Diabetes mellitus
i. Life style
gula yang tinggi dan berbagai jenis makanan yang ditambah zat
jantung dan stroke (Farida & Amalia, 2009 dalam Ummaroh, 2019).
j. Penyakit jantung
k. Stress emosional
l. Ras
kulit putih. Pada kulit hitam diduga karena angka kejadian hipertensi
5. Manifestasi
saat aktivitas dan pada saat emosi atau marah, sifat nyei yang
koma. 65% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara ½ sampai
secara mendadak
badan.
memahami ucapan)
gangguan menelan.
1) Kehilangan motoric
motorik,
d. Kehilangan komunikasi
proses bicara.
e. Gangguan persepsi
45
dari sisi tubuh yang sakit dan mengabaikan sisi atau ruang
spasial.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. CT-Scan
infark.
f. Pemeriksaan EKG
g. Pemeriksaan darah
i. Angiografi serebral
j. Sinar X tengkorak
ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada
a. Agriografi serebral
b. Elektro encefalography
c. Sinar X tengkorak
pendarahan subarachnoid.
d. Ultrasonography Doppler
e. CT Scan
permukaan otak
f. MRI
g. Foto thorax
50
Membentuk
Agregas trombus
trombosit
Stroke Non Hemoragic
Infark pada bagian Plak yang tertimbun TIK meningkat Batang otak
otak yang mengntrol dipembuluh darah
gerakan dari korteks Kompresi batang otak Merangsang ARASS (As-cending
depan Otak kurang suplai O2 Articular Activating System)
Depresi saraf pernafasan
Hemiparase/hemipalgia Resiko Perfusi Serebral Penurunan kesadaran
Tidak Efektif Pola Napas Tidak Efektif
Gg.Mobilitas Fisik Iskemia cerebri Retensi sputum
Nervus X
Imobilisasi Permeabilitas kapiler Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Muntah proyektil
Resiko Gangguan Metabolisme anaerob
Integritas Kulit Defisit Nutrisi
Pasien tidak dapat Penumpukan asam laktat Nervus V, VII, IX dan XII
merawat diri
Defisit Perawatan Diri Oedema serebri Disfagia Gg. Menelan
51
52
Sumber:
Rachmawati (2017), Bustan (2015), Nurarif & Hardhi (2015), Sulistyawati (2020),
Anakardian (2017), LeMone et al. (2016), SDKI (2017).
53
54
Proses keperawatan terdiri atas lima tahap yang berurutan dan saling
mulai dari pengumpulan data, identitas dan evaluasi status kesehatan klien
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
2. Keluhan utama
Serangan stroke sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
badan atau gangguan fungsi otak yang lain. Adanya penurunan atau
penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh
terdahulu.
6. Pengkajian psikososiospiritual
yang digunakan klien juga penting untuk menilai respons emosi klien
7. Pengkajian FAST:
a. Face: menilai pada otot wajah dengan cara meminta pasien untuk
tersenyum jika bibir pasien ada deviasi sebelah kiri atau kanan tandai
derajat bisa pasien duduk dan 45 derajat bila pasien terlentang, minta
pasien menahan selama 5 detik. Jika ada tanda lengan terjatuh tersebut,
adakah suara pelo dan apakah ada kesulitan untuk mengungkapkan atau
menemukan kata-kata.
sakit
secara permanen
b. 1 jam berlalu lebih banyak jaringan otak yang mati namun dengan
Menurut LeMone et al. (2016), pengkajian pada pasien stroke terdiri dari:
a. Riwayat kesehatan
2) Pola eliminasi
6) Pola kognitif-persepsi
8) Pola peran-berhubungan
keluarga.
9) Pola seksualitas-reproduksi
c. Pemeriksaan Fisik
Warna, tekstur, turgor kulit, teraba hangat atau dingin, ada bekas
2) Kepala
Bentuk kepala, kulit kepala ada luka atau tidak, ada kutu atau tidak,
kornea mata dengan kapas halus, pasien akan menutup kelopak mata.
simetris kiri dan kanan tergantung lokasi lemah dan saat diminta
3) Mata
Mata bersih atau tidak, ada gangguan pada mata: kemerahan, air
mata, dll atau tidak, warna konjungtiva dan sklera, pemeriksaan otot-
4) Telinga
5) Hidung
Posisi septum, sekret hidung atau tidak, fungsi pembauan baik atau
pink putih, keadaan palatum, posisi uvula, gigi masih utuh atau
tidak, kebersihan mulut, orofaring: bau napas atau tidak, suara jelas
7) Leher
thiroid atau tidak, ada deviasi thrakea atau tidak, teraba kelenjar
8) Tengkuk
9) Dada
a) Inspeksi
Dada kanan dan kiri semetris atau tidak, ada kelainan bentuk
dada atau tidak, retraksi dada, ketinggalan gerak atau tidak, jenis
b) Palpasi
Simetris pada waktu bernafas atau tidak, nyeri tekan atau tidak,
c) Perkusi
Suara perkusi dari seluruh dada kanan dan kiri sama atau tidak,
d) Auskultasi
10) Payudara
11) Punggung
a) Inspeksi
atau tidak.
b) Auskultasi
c) Palpasi
14) Genetalia
Bersih atau tidak, ada edema atau tidak, ada varices atau tidak,
15) Ekstermitas
a) Atas
kuku, Capilary Reptil Time < 2 detik, ada oedema atau tidak
b) Bawah
normal, telapak kaki tidak ada (drop food, flatfood), ada kaki
gajah. Atau tidak, varices atau tidak, ada oedema atau tidak
atau tidak
Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi
neuromuskuler
Do:pasien mengatakan sesak, sulit bicara
Ds: batuk tidak efektif, tdak mampu batuk, sputum berlebih, mengi,
whezing, onki kering, gelisah, sianosis, bunyi napas menurun , pola napas
berubah, frekuensi berubah
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neuromuscular
Ds: pasien mengatakan sesak
Do: penggunaan otot bantu pernapasan, fase kespirasi memanjang, pola
napas abnormal, pernapasan cuping hidung
3. Risiko perfusi serebral tidak efektif dengan faktor risiko hipertensi
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular
Ds:mengeluh sulit mengerakan ekstremitas, nyeri saat bergerak, measa
cemas saat bergerak
Do:kekuatan otot menurun, rentang gerak/ ROM menurun, sendi kaku,
gerakan tidak terkordinasi, gerakan terbatas, fisik lemah
5. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
Ds: cepat kenyang setelah makan, kra atau nyeri abdomen, nafsu makan
menurun
Do:berat badan menurun 10%, bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemas,
otot menelan lemah, membran mukosa pucat, serum albumin menurun,
diare
6. Gangguan menelan berhubungan dengan gangguan serebrovaskular
Ds:mengeluh sulit menelan
Do: batuk sebelm menelan, bbatuk setelah makan atau minum, tersedak,
makanan tertnggal dirongga mulut, makan jatuh dar mulut, sulit
mengunyah, muntah sebelum menelan
7. Risiko gangguan integritas kulit dengan faktor risiko penurunan mobilitas
Ds:-
Do:kerusakan jaringan atau lapisan kulit
Rencana Keperawatan
TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan
Tujuan dan Kriteria Tindakan Rasional
Tanggal: Tanggal: Tanggal: Tanggal:
Jam: Jam: Jam: Jam:
Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas:
efektif berhubungan dengan keperawatan selama …x24 jam, 1. Monitor pola napas 1. Mendeteksi pola napas
disfungsi neuromuskuler maka bersihan jalan napas 2. Monitor bunyi napas 2. Mendeteksi adanya suara
meningkat, dengan kriteria hasil: tambahan( ronch,mengi) tambahan
- Batuk efektif meningkat 3. Monitor sputum 3. Jumlah sputum yang keluar
- Produksi sputum menurun 4. Memperlancar saluran
- Mengi menurun 4. Pertahankan kepatenan pernapasan
- Wheezing menurun jalan napas 5. Memposisikan yang nyaman
- Frekuensi napas membaik 5. Posisikan semi fowler unntuk mengekuarkan sekret
- Pola napas membaik
6. Berikan oksigen 6. Membantu mengurangi hipoxia
7. Suctioning akan membersihkan
7. Lakukan pengisapan lendir jalan napas
8. Membantu mengencerkan
8. Kolaborasi pemberian dahak
bronkodilator
Tanggal: Tanggal: Tanggal: Tanggal:
Jam: Jam: Jam: Jam:
Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas:
berhubungan dengan keperawatan selama …x24 jam, 1. Monitor pola napas 1. Mengetahui keadekuatan pola
gangguan neuromuscular maka bersihan pola napas pernafasan dan kapasitas paru-
meningkat, dengan kriteria hasil: paru
- Dispnea menurun 2. Posisikan semi-fowler atau 2. Meningkatkan ekspansi paru
- Penggunaan otot bantu fowler dan memudahkan pernasapan
napas menurun 3. Untuk mencukupi suplai
64
- Frekuensi napas membaik oksigenasi
- Kedalaman napas membaik 3. Berikan oksigen 4. Membantu dalam proses
pengeluaran sekret
4. Ajarkan teknik batuk efektif 5. Membantu mengencerkan
5. Kolaborasi pemberian dahak
bronkodilator 6.
Tanggal: Tanggal: Tanggal: Tanggal:
Jam: Jam: Jam: Jam:
Risiko perfusi serebral Setelah dilakukan tindakan Manajemen peningkatan tekanan
tidak efektif dengan faktor keperawatan selama ….x24 intracranial 1. Untuk mengetahui tanda
risiko hipertensi jam, maka perfusi serebral 1. Monitor tanda dan gejala peningkatan tekanan intracranial
meningkat, dengan kriteria hasil: peningkatan tekanan dan intervensi selanjutnya
- Tingkat kesadaran kognitif intracranial 2. Memfasilitasi peningkatan aliran
meningkat darah ke cerebral sehingga
- Tekanan intracranial 2. Berikan posisi semi fowler. oksigenasi ke cerebral adequate.
menurun 3. Peningkatan suhu tubuh akan
- Sakit kepala menurun mengakibatkan peningkatan
- Gelisah menurun kebutuhan oksigen sehingga
- Kecemasan menurun 3. Pertahankan suhu tubuh suplai oksigen ke cerebral
- Nilai rata-rata tekanan darah normal. menurun.
membaik 4. Pelunak tinja akan mencegah
- Refleks saraf membaik terjadinya konstipasi sehingga
pasien tidak mengejan dan
4. Kolaborasi pemberian peningkatan TIK tidak akan
pelunak tinja bila diperlukan. terjadi.
5. Oksigenasi dapat menghindarkan
metabolism araerob sehingga
5. Pertahankan pemberian terapi perfusi cerebral adekuat
oksigen. 6. Terapi medikamentosa dapat
menekan faktor risiko
65
6. Kolaborasi pemberian obat
sesuai faktor risiko
66
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
Tanggal Pengkajian : 19 Juli 2022
Jam : 10:00 WIB
Pengkajian dilakukan oleh : Nirta
1. Identitas Klien
Data biografi
Nama : Ny. P
Jenis Kelamin : P (perempuan)
Tempat & tanggal lahir : Yogyakarta, 27 Mei 1962 (60 tahun)
Pendidikan terakhir : SMP
Gol.Darah :A
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
TB/BB : 155 cm / 70 kg
Penampilan : Menggunakan daster
Ciri-ciri tubuh : rambut berwarna putih dan hitam, kulit
berwarna coklat
Orang yang dekat dihubungi: Tn. H
Telp : tidak terkaji
Jenis Kelamin : L (Laki-laki)
Hubungan dengan usila : Suami
Alamat : Yogyakarta
67
68
2. Riwayat Keluarga
Genogram
Keterangan:
: Perempuan hidup : Perempuan meninggal
: Laki-laki hidup : Laki-laki meninggal
: Pasien : Tinggal serumah
: Cerai Mati : Asma
: Kanker Lidah
Keterangan: Ny. P usia 60 tahun, memiliki memiliki riwayat penyakit
Hiperensi dan gula. Ny. P menikah dengan suaminya dan dikaruniai 3
orang anak laki-laki dan perempuan. Ny. P tinggal bersama suami, dan
saat ini Ny. P sedang sakit stroke.
3. Keluhan Utama:
Lemas pada kaki kiri dan tangan kiri.
4. Pemahaman dan Penatalaksanaan Masalah Kesehatan :
Ny. P mengatakan bahwa penyakitnya adalah Stroke yang dirasakan
kebanyakan orang yang sudah berumur, dan terjadi 6 bulan yang lalu,
tetapi klien tidak tahu stroke apa dan karna apa. Sudah pernah berobat ke
rumah sakit dan dokter menyarankan untuk control ke rumah sakit. Ny. P
juga tengah menjalani fisioterapi.
69
6. Status imunisasi:
Vaksin Covid-19 yang kedua pada bulan Maret.
7. Alergi
Obat-obatan : tidak ada
70
Kekuatan Otot:
5 2
5 2
Rentang gerak: maksimal
Deformitas : Tidak ada perubahan bentuk kaki
Tremor : tidak ada
Edema : tidak ada
Penggunaan alat bantu : tidak ada
Nyeri persendian : tidak
Paralysis : tidak
Refleks : Tidak terkaji
10) Integumen :
Bersih, tidak ada gangguan pada kulit, kulit berwarna coklat,
kulit masih kencang.
17. Status kognitif/ afektif dan sosial
Pengkajian: 19 Juli 2022
a. Mini Mental State Exam (MMSE) (orientasi musim apa sekarang?,
benda diminta mengulang, menghitung): skor 26 (taka da gangguan
kognitif).
b. Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ) (tgl berapa,
bulan berapa, hari apa, apa nama tempat ini, nomor telepon, berapa
umur anda, kapan anda lahir?): kesalahan 3 (kerusakan intelektual
ringan).
c. APGAR keluarga: total nilai 10 (tidak ada disfungsi keluarga).
18. Spiritual
a. Apakah usila telah teratur melaksanakan ibadahnya? Ny.P
mengatakan selama stroke tidak bisa sholat 5 waktu tetapi selalu
berdoa.
b. Apakah usila terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan/amal? Saat ini
tidak ikut kegiatan karena kondisi tubuh.
75
B. Analisa Data
Tabel 2 Analisa Data
19 Juli 2022
NO Data Masalah Penyebab
Sign/ Simptom
1. DS: Resiko Jatuh Kekuatan
Ny.P mengatakan tangan kiri dan kaki kiri otot menurun
lemah, pernah jatuh saat belajar jalan
menggunakan tongkat
DO:
Kekuatan otot tangan kiri 2, kekuatan otot kaki
kiri 2
Hanya mampu mengerakkan jari-jari tangan kiri
dan kaki kiri saja
Hasil pengkajian risiko jatuh dengan instrumen
TUGT, Ny.P tidak mampu berdiri tanpa dibantu
orang lain, dan saat jalan harus dibantu serta
berpegangan pada dinding atau alat. Ny.P
beresiko tinggi untuk jatuh.
2. DS: Defisit perawatan Kelemahan
Ny.P mengatakan tangan kiri dan kaki kiri diri : makan,
lemah. Untuk aktivitas kehidupan sehari-hari mandi,
klien dibantu oleh suami berpakaian,
DO: toleting, berhias
Kekuatan otot tangan kiri 2, kekuatan otot kaki
kiri 2
Hanya mampu mengerakkan jari-jari tangan kiri
dan kaki kiri saja
3. DS: Defisit Kurang
Klien mengatakan 6 bulan yang lalu sakit pengetahuan mampu
stroke, tetapi tidak tahu stroke apa dan karna tentang penyakit mengingat
apa Stroke
DO:
Klien berusaha menjelaskan apa yang sudah
dipahami
77
C. Diagnosis Keperawatan
Tabel 3 Daftar Diagnosa Keperawatan
19 Juli 2022
No Diagnosa Keperawatan
1 Defisit perawatan diri : makan, mandi, berpakaian, toleting, berhias
berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan:
DS:
Ny.P mengatakan tangan kiri dan kaki kiri lemah. Untuk aktivitas kehidupan
sehari-hari klien dibantu oleh suami
DO:
Kekuatan otot tangan kiri 2, kekuatan otot kaki kiri 2
Hanya mampu mengerakkan jari-jari tangan kiri dan kaki kiri saja
2 Risiko jatuh dibuktikan dengan faktor risiko kekuatan otot menurun
3 Defisit pengetahuan tentang penyakit stroke berhubungan kurang mampu
mengingat dibuktikan dengan
DS:
Klien mengatakan 6 bulan yang lalu sakit stroke, tetapi tidak tahu stroke apa
dan karna apa
DO:
Klien berusaha menjelaskan apa yang sudah dipahami
D. Rencana Tindakan Keperawatan
Tabel 3 Rencana Tindakan Keperawatan
Nama pasien : Ny. P
Tempat : Surokarsan kelurahan Wirogunan RT 24 RW 07
DIAGNOSIS KEPERAWATAN & TINDAKAN KEPERAWATAN RASIONAL
DATA PENUNJANG Tujuan dan kriteria Tindakan
Tgl : 19/7/22 Jam: 10.30 WIB Tgl : 19/7/22 Jam: 10.31 WIB Tgl : 19/7/22 Jam: 10.32 WIB Tgl : 19/7/22 Jam: 10.33 WIB
D. 0109 Perawatan Diri L.11103 Dukungan Perawatan Diri: Mandi
Defisit perawatan diri : makan, Setelah dilakukan intervensi I.11352
mandi, berpakaian, toleting, berhias keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Monitor kebersihan tubuh 1. Tubuh yang kotor meningkatkan
berhubungan dengan kelemahan diharapkan perawatan diri (rambut, mulut, kulit) bakteri dan membuat tubuh
dibuktikan dengan: meningkat dengan kriteria hasil : rentan sakit
DS: 1. Kemampuan mandi meningkat 2. Fasilitasi mandi 2. Membantu membersihkan
Ny.P mengatakan tangan kiri dan 2. Kemampuan ke toilet Dukungan Perawatan Diri: rambut dan kulit pasien
kaki kiri lemah. Untuk aktivitas (BAB/BAK) meningkat BAB/BAK I.11349
kehidupan sehari-hari klien dibantu 3. Kemampuan makan meningkat 3. Bantu pasang pampers 3. Membantu dalam toileting
oleh suami Dukungan Perawatan Diri:
DO: Makan/Minum I.11351
Kekuatan otot tangan kiri 2, 4. Berikan bantuan makan dan 4. Membantu dalam upaya
kekuatan otot kaki kiri 2 minum pemenuhan kebutuhan
Hanya mampu mengerakkan jari- Dukungan Perawatan Diri:
jari tangan kiri dan kaki kiri saja berpakian I.11350
5. Bantu dalam berpakaian 5. Membantu dalam menggunakan
pakian
6. Kolaborasi dengan dokter 6. Vitamin memiliki sifat
pemberian vitamin antioksidan yang bisa
melindungi sel otak
78
Tgl : 19/7/22 Jam: 10.34 WIB Tgl : 19/7/22 Jam: 10.35 WIB Tgl : 19/7/22 Jam: 10.36 WIB Tgl : 19/7/22 Jam: 10.37 WIB
D.0143 Risiko jatuh dibuktikan Tingkat Jatuh L.14138 Pencegahan jatuh I.14540
dengan faktor risiko kekuatan otot Setelah dilakukan intervensi 1. Identifikasi faktor resiko jatuh 1. Mengetahui faktor yang
menurun keperawatan selama 3 x 24 jam meneyebabkan jatuh
diharapkan tingkat jatuh menurun 2. Gunakan alat bantu berjalan 2. Membantu pemenuhan ADL
dengan kriteria hasil dan mengurangi risiko jatuh
1. Jatuh dari tempat tidur menurun akibat berjalan
2. Jatuh saat berdiri menurun 3. Anjurkan berkonsentrasi untuk 3. Mencegah pasien jatuh
3. Jatuh saat duduk menurun menjaga keseimbangan tubuh
4. Jatuh saat berjalan menurun 4. Kolaborasi dengan ahli 4. Mengurangi risiko jatuh dan
fisioterapi terkait fisioterapi keluarga adalah orang terdekat
klien
79
Tgl : 19/7/22 Jam: 10.38 WIB Tgl : 19/7/22 Jam: 10.39 WIB Tgl : 19/7/22 Jam: 10.40 WIB Tgl : 19/7/22 Jam: 10.41 WIB
80
81
E. Catatan Perkembangan
Tabel 4 Catatan Perkembangan
Hari ke 1
10.00 E:
S: klien mengatakan untuk melakukan aktvitas
dibantu oleh suami
O: klien sudah mandi, bersih, tidak bau
TTV TD 120/80 mmHg, nadi 92 x/menit, suhu
36,7 C, RR 22 x/menit, SpO2 97%
A: masalah defisit perawatan diri belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi no 1,2,3,4,5,6
82
Hari ke 2
10.00 E:
S: klien mengatakan memerlukan bantuan
dalam melakukan aktivitas
O: klien sudah mandi, bersih, tidak bau
TTV TD 120/80 mmHg, nadi 95 x/menit, suhu
36,5 C, RR 20 x/menit, SpO2 96%
A: masalah defisit perawatan diri belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi no 1,2,3,4,5,6
84
Hari ke 3
11.48 E:
S: klien mengatakan untuk melakukan aktvitas
dibantu oleh suami
O: klien sudah mandi, bersih, tidak bau
TTV TD 120/80 mmHg, nadi 92 x/menit, suhu
36,7 C, RR 22 x/menit, SpO2 97%
A: masalah defisit perawatan diri belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi no 1,2,3,4,5,6
86
11.49 E:
S: klien mengatakan akan berhati-hati dan
sabar
O: pasien cemas dan sudah tidak menangis
A: masalah resiko jatuh teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi no 1,2,3,4
3 Defisit 20/7/22 I:
pengetahuan 11.13 1. Menyediakan materi dan media pendidikan
tentang kesehatan
penyakit DS: klien mengatakan mau mendengar
stroke informasi
berhubungan DO: klien duduk di kursi.
kurang mampu 11.14 2. Memberi kesempatan untuk bertanya
mengingat DS: klien dan keluarga mengatakan belum
ada yang ditanyakan
DO: klien dan keluarga antusias
11.50 E:
S: klien dan keluarga mengatakan merasa
bersyukur dapat informasi tentang stroke dan
pengetahuan yang baru untuk meningkatkan
kekuatan otot
O: klien dan keluarga memerhatikan dengan
baik dan memberikan pertanyaan terkait
diskusi
A: masalah deficit pengetahuan belum teratasi
P: lanjut intervensi no 1,2,3,4,5,6
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny.P dengan
penyakit stroke, maka dalam bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara
teori dan kenyataan yang diperoleh sebagai hasil pelaksanaan studi kasus. Penulis
juga akan membahas kesulitan yang ditemukan dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap Ny. P dengan penyakit stroke, dalam penyusunan asuhan
keperawatan penulis merencanakan keperawatan yang meliputi pengkajian,
merumuskan diagnose keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan,
pelaksanaan dan evaluasi dengan uraian sebagai berikut:
A. Pengkajian
Menurut LeMone et al (2016), hasil pengkajian yang muncul pada pasien
stroke adalah sebagai:
Face: bibir pasien ada deviasi sebelah kiri atau kanan ditandai dengan
yes,jika tidak ada deviasi no.
Arm: terdapat kelemahan pada ekstremitas
Speech: pasien berusaha untuk mengucapkan sesuatu ada gangguan dalam
bicara, suara pelo dan ada kesulitan untuk mengungkapkan atau menemukan
kata-kata.
Time: jika memiliki seluruh gejala yang disebutkan diatas mungkin orang
tersebut mengalami stroke dan harus segera dibawa ke rumah sakit
Pada kasus Ny. P ditemukan masalah kelemahan pada ekstremitas atas kiri
dan bawah kiri dengan kekuatan otot 2. Klien tidak pelo, dapat mengucapkan
kata dengan baik dan benar.
B. Diagnosa keperawatan
Menurut Rachmawati (2017), Bustan (2015), Nurarif & Hardhi (2015),
Sulistyawati (2020), Anakardian (2017), LeMone et al. (2016), SDKI (2017),
87
88
diagnosa kepewatan yang muncul pada kasus dengan stroke adalah sebagai berikut:
1. Gangguan mobilitas fisik
2. Risiko perfusi serebral tidak efektif
3. Pola napas tidak efektif
4. Bersihan jalan napas tidak efektif
5. Defisit perawatan diri
6. Defisit nutrisi
7. Gangguan komunikasi verbal
8. Gangguan persepsi sensori
9. Nyeri akut
10. Penurunan kapasitas adaptif intracranial
11. Risiko jatuh
12. Deficit pengetahuan
D. Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan keperawan selama 3 x 24 jam evaluasi adalah
sebagai berikut:
1. Defisit perawatan diri
Subyektif: Klien mengatakan untuk melakukan aktvitas dibantu oleh suami
Obyektif: klien sudah mandi, bersih, tidak bau, TTV TD 120/80 mmHg,
nadi 92 x/menit, suhu 36,7 C, RR 22 x/menit, SpO2 97%.
2. Risiko jatuh
Subyektif: klien mengatakan akan berhati-hati dan sabar
Obyektif: pasien cemas dan sudah tidak menangis
3. Defisit pengetahuan
Subyektif: klien dan keluarga mengatakan merasa bersyukur dapat
informasi tentang stroke dan pengetahuan yang baru untuk meningkatkan
kekuatan otot
Obyektif: klien dan keluarga memerhatikan dengan baik dan memberikan
pertanyaan terkait diskusi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
pada pasien lansia dengan Stroke, yang dimulai dari pengkajian, perumusan
yang ada dalam teori tidak semuanya muncul di dalam kasus Ny.P hal ini
sangat tergantung pada kondisi pasien, tanda dan gejala yang muncul, serta
B. Saran
1. Untuk Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat memanfaatkan waktu yang diberikan untuk
melakukan asuhan keperawatan, aktif membaca dan meningkatkan
keterampilan serta menguasai kasus yang diambil.
2. Untuk Institusi
Laporan ini diharapkan bisa digunakan sebagai referensi yang menunjang
pembelajaran dan referensi untuk penulisan laporan selanjutnya.
90
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal Bedah (12th ed.). EGC.
LeMone, P., Burke, K.M ., & Bauldoff, G. 2016. Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Mediaction Jogja.
Pritasari, L. (2019). Asuhan Keperawatan pada Pasien CVA Dengan Masalah
Keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik Di Ruang Aster RSUD Dr. Harjono
Ponorogo.
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Indikator
Diagnostik, Edisi : 1.. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Tindakan
Keperawtan, Edisi : 1.. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Kriteria
Haisl, Edisi : 1.. Jakarta : DPP PPNI.
Ramadani, A. F., Pujarini, L. A., & Candrasari, A. (2013). Hubungan Diabetes
Melitus dengan Kejadian Stroke Iskemik Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Tahun 2010.
Sarani, D. (2021). Asuhan Keperawatan pada Pasien Sroke Non Hemoragik
dengan Masalah Keperawatan Ketidakberdayaan.
Sulistiyawati. (2020). Asuhan Keperawatan pada Klien Dengan Stroke Non
Hemoragik yang Di Rawat Di Rumah Sakit. Politeknik Kesehatan.
Udani, G. (2013). Faktor Resiko Kejadian Stroke. Jurnal Kesehatan Metro Sai
Wawai.
Ummaroh, E. N. (2019). Asuhan Keperawatan Pasien CVA dengan Gangguan
Komunikasi Verbal Di Ruang Aster RSUD Dr. Harjono.
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah: Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Nuha Medika.
American Hearts Association. (2018). Heart Diseases and Stroke Statistic 2018
At-a- Glance. America Heart Association.
Bender, D. A., & Mayes, P. A. 2014. Glukoneogenesis dan Kontrol Glukosa
Darah. In R. K. Murray, D. K. Granner, & V. W. Rodwell, Biokimia
Harper (Vol. 29). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Cardiac Care Network. (2013). Management Of Acute Coronary Syndromes In
Remote Communities. Kori Kingsburry
Daga LC, Kaul U, Mansoor A. . (2011) Approach to STEMI and NSTEMI. J
Assoc Physicians IndiaDec; 59 Suppl:19-25
DiPiro C.V., 2015, Oncologic Disorders : Breast Cancer dalam Wells B.G.,
DiPiro J.T., Schwinghammer T.L., Pharmacotherapy Handbook 9th
edition, McGraw- Hill Companies, USA
91
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) RANGE OF MOTION (ROM)
DAN KOMPRES HANGAT MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT
EKSTREMITAS PADA PASIEN POST STROKE
Disusun Oleh:
NIRTA (2104093)
E. Kegiatan Penyuluhan
G. Evaluasi
1. Sumatif
Pasien mampu menjelaskan tentang cara melakukan ROM dan kompres
hangat.
2. Formatif
a. Mampu menjelaskan kembali pengertian stroke
b. Mampu menjelaskan kembali pengertian Range Of Motion (ROM)
c. Mampu menjelaskan kembali pengertian kompres hangat
d. Mampu menjelaskan kembali cara melakukan Range Of Motion
(ROM) dan Kompres Hangat
H. Hasil
1. Jelaskan kembali pengertian pengertian stroke
2. Jelaskan pengertian Range Of Motion (ROM)
3. Jelaskan pengertian kompres hangat
4. Jelaskan cara melakukan Range Of Motion (ROM) dan Kompres Hangat
I. Daftar Pustaka
Devi Listiana, dkk (2021). Pengaruh Terapi Latihan Range Of Motion (Rom)
Aktif Dan Kompres Hangat Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas Pada Pasien
Post Stroke. Bengkulu: STIKES Tri Mandiri Sakti.
Yogyakarta, 22 Januari 2022
A. Pengertian Stroke
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit
neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf
otak. Istilah stroke biasanya digunakan secara spesifik untuk menjelaskan
infark serebrum (Nurarif & Hardhi, 2015).
Stroke iskemik atau Stroke Non Hemoragik disebabkan oleh penyumbatan
arteri dari gumpalan darah atau pembuluh darah tersumbat karena
aterosklerosis. Aterosklerosis, plak kolesterol diendapkan di dalam dinding
arteri, mempersempit diameter arteri sehingga menyempit dan mengakibatkan
aliran darah berkurang ke otak, sehingga tekanan darah meningkat untuk
memenuhi tuntutan kebutuhan tubuh (Lewis, 2014 dalam Hermanto, 2021).
Sedangkan stroke perdarahan intraserebral (Intracerebral Hemorrhage, ICH)
atau yang biasa dikenal sebagai stroke hemoragik, yang diakibatkan
pecahnya pembuluh intraserebral. Kondisi tersebut menimbulkan gejala
neurologis yang berlaku secara mendadak dan seringkali diikuti gejala nyeri
kepala yang berat pada saat melakukan aktivitas akibat efek desak ruang atau
peningkatan tekanan intrakranial (TIK) (Putri Ayundari, 2021).
Menurut Pudiastuti (2011) dalam Pritasari (2019), CVA biasanya disebabkan
dari salah satu keadaan dibawah ini diantaranya:
c. Thrombosis cerebral
Trombhosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak dan dapat menimbulkan
edema dan kongesti disekitarnya. Terdapat beberapa keadaan yang
menyebabkan thrombosis otak antara lain:
3) Ateroskelorosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.
4) Hyperkoagulasi pada polysitemia, darah bertambah kental,
peningkatan vikositas/hematokrit yang dapat melambatkan aliran
darah otak.
d. Emboli
Emboli serebral merupakan sumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di
jantung yang terlepas dan menyumbat system arteri serebrak. Emboli
berlangsung cepat dan tanda gejala kurang dari 10-30 detik.