Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA PASIEN STROKE


HEMORAGIK

DISUSUN OLEH:

MASRIAH 2315901058
MONICA SRI PAMUNGKAS 2315901059
RAHMA JUNITA 2315901007
PUTRI JULISMA SARI 2315901061

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
RIAU
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji kami panjatkan kehadirat Allah Subhana Wata’ala yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “ASUHAN KEBIDANAN PADA PASIEN
STROKE HEMORAGIK DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU
2023”.
Laporan kasus ini diajukan guna memenuhi salah satu syarat dalam

menyelesaikan stase satu KDPK Program Studi Profesi Kebidanan Universitas

Pahlawan Tuanku Tambusai. Dalam penyelesaian laporan kasus ini kami banyak

mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami mengucapkan

terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Amir Luthfi selaku Rektor Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.

2. Ibu Dewi Anggriani Harahap, M.Keb selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

3. Ibu Fitri Apriyanti, M.Keb selaku Ketua Program Studi Profesi kebidanan

Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

4. Ibu Endang Mayasari, SST, M.Kes selaku CI akademik dari Universitas

Pahlawan Tuanku Tambusai, terimakasih tak kami ucapkan karena telah

memberikan masukan dalam materi, meluangkan waktu, pikiran, bimbingan

serta petunjuk dan membantu dalam menyelesaikan Laporan ini.

5. Ibu Riris Ernawati, S.Tr.Keb selaku CI lahan dari RSUD Arifin Achmad

Pekanbaru, terimakasih tak kami ucapkan karena telah memberikan masukan

dalam materi, meluangkan waktu, pikiran, bimbingan serta petunjuk dan

membantu dalam menyelesaikan Laporan ini.

ii
6. Bang M. Ridho Wahyudi ,amd. Kep selaku fasilitator di ruang Krisan,

terimakasih atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan selama kami berada

di ruangan Krisan.

7. Untuk seluruh kakak perawat di ruang Krisan untuk semua kesempatan dan

ilmu yang telah diberikan pada kami.

8. Untuk semua teman-teman seperjuangan yang ikut berpartisipasi dalam

pembuatan laporan kasus ini.

Kami menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak kekurangan baik

dari segi penampilan dan penulisan. Oleh karena itu, kami senantiasa

mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan

laporan kasus ini.

Pekanbaru , Januari 2024

Hormat kami

iii
iv
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR .......................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Stroke Hemorrogik.................................................. 5
a.Definisi..................................................................... 5
b.Klasifikasi Stroke Hemorrogik................................ 5
c. Etiologi.................................................................... 7
d.Faktor Risiko............................................................ 8
e.Patofisiologi............................................................. 10
f. Manifestasi Klinis.................................................... 12
g. Gejala Peningkatan Intrakarnial.............................. 13
h. Pemeriksaan Diagnostik.......................................... 14
I Penatalaksanaan Farmakologi dan
Non farmakologio.................................................... 15
j. Komplikasi............................................................... 17
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan.........................................
Pada balita .................................................................. 18
a.Data Subjektif........................................................... 18
b.Data Objektif............................................................ 18
c.Analisys.................................................................... 18
d. Penatalaksanaan......................................................
2.3 Rancangan Format Pendokumentasian
a. Pengkajian............................................................... 19
b. Perumusan Diagnosa............................................... 19
c. Perencanaan............................................................. 20
d. Pelaksanaan............................................................ 21
e. Evaluasi................................................................... 21
f. Dokumentasi........................................................... 21

v
BAB III TEMPAT DAN WAKTU PENGKAJIAN
3.1 Tempat dan Waktu............................................................... 23
3.1.1 Tempat Pengkajian...................................................... 23
3.1.2 Waktu Pengkajian....................................................... 23
3.2 Pengumpulan Data............................................................... 23
3.3 Instrumen Pengumpulan Data.............................................. 24
3.4 Analisa Data dan Penyajian Data......................................... 24

BAB IV ASUHAN KEBIDANAN PADA


PAIEN STROKE HEMORROGIK.................................... 24
A. Pengkajian............................................................................... 24
1. Data Subjektif................................................................... 24
2. Data Objektif.................................................................... 28
3. Asessment......................................................................... 30
4. Penatalaksanaan (Rencana, Tindakan Dan Evaluasi)...... 31
B. Catatan Perkembangan........................................................... 33

BAB V PEMBAHASAN
5.1 Kesimpulan............................................................................ 38
5.2 Saran ..................................................................................... 38

BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan............................................................................ 38
6.2 Saran ..................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA

vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Stroke merupakan penyakit serebrovaskular yang menjadi penyebab

utama kematian di Indonesia. Jumlah penderita stroke di seluruh dunia yang

berusia dibawah 45 tahun terus meningkat. Kematian akibat stroke diprediksi

akan meningkat seiring dengan kematian akibat penyakit jantung dan kanker.

Stroke merupakan penyebab kematian tersering ketiga di Amerika dan

merupakan penyebab utama disabilitas permanen.

Stroke di dunia dibagi menjadi dua jenis yaitu stroke iskemik dan stroke

hemoragik. Di dunia sebanyak 7,6 juta orang menderita stroke iskemik

dengan angka kematian sebanyak 3,3 juta orang pertahun. Sedangkan

sebanyak 3,4 juta orang menderita stroke hemoragik dengan angka kematian

sebesar 3 juta orang pertahun (Feigin dkk., 2022). Sedangkan di Indonesia,

jumlah penderita stroke iskemik mencapai 85% dan 15 % sisanya menderita

stroke hemoragik (Handayani & Dominica, 2019). Dari data tersebut

menunjukkan bahwa penderita stroke iskemik lebih mendominasi daripada

penderita stroke hemoragik dan persentase kematian penderita stroke

hemoragik lebih tinggi jika dibandingkan antara jumlah penderita dan jumlah

kematian pada kedua jenis stroke.

Stroke iskemik maupun stroke hemoragik dapat menimbulkan gejala

atau dampak baik secara fisiologis, psikologis, sosial maupun emosional

(Abdu dkk., 2022). Pada pasien stroke sering ditemui gejala seperti kesulitan

bicara atau afasia, kelumpuhan atau mati rasa baik di wajah ataupun di

1
2

ekstremitas, gangguan penglihatan serta gangguan pada fungsi kognitif dan

memori (Haryanto & Utami, 2 Shyawmi Irdianti, 2023). Gejala-gejala sisa

pasca stroke ini dapat membuat proses pemulihan menjadi lebih sulit

(Barbosa dkk., 2022). Adanya hal tersebut membuat pasien harus menghadapi

tantangan dan kesulitan untuk beradaptasi dengan keadaan (Martini dkk.,

2022). Akibatnya terjadi perubahan pada kebiasaan sehari-hari yang biasanya

dilakukan dan nantinya akan mempengaruhi kualitas hidup

Tingkat kualitas hidup dapat juga mempengaruhi aktivitas sehari-hari

atau Activity of Daily Living (ADL). ADL merupakan aktivitas perawatan

diri yang dilakukan setiap hari seperti makan, mandi, berpakaian, buang air

besar dan buang air kecil, serta mobilitas. Kemampuan dalam melakukan

aktivitas fisik bagi pasien stroke dapat mengalami penurunan akibat dari

keterbatasan pergerakan yang dialami (Palinggi & Anggraeni, 2020).

Sebanyak 70-80% kelemahan otot (hemiparesis) dialami oleh pasien stroke

akibat dari gangguan pada fungsi motoriknya (Nofrel, 2020). Gangguan

fungsi motorik atau kecacatan akibat stroke dapat menurunkan aspek

produktivitas, sosioekonomi dan dan aktifitas fisik yang selalu dilakukan

sehari-hari (Hartley, Burger & Inglis-Jassiem, 2022). Menurut (Zhu & Jiang,

2019), gangguan dalam beraktivitas memiliki pengaruh besar terhadap

kualitas hidup. Hasil penilaian Fatema dkk. (2022) juga menunjukan bahwa

terdapat hubungan positif antara Activity Daily Living (ADL) dengan

kualitas hidup setelah 90 hari pascastroke. Pasien dengan ketergantungan

hidup yang lebih tinggi memiliki skor kualitas hidup lebih rendah
3

Faktor risiko stroke hemoragik di antaranya adalah hipertensi,

dislipidemia, diabetes melitus,penyakit jantung penggunaan anti koagulan

serta kebiasaan merokok. Diantara faktor risiko yang dapat dimodifikasi

tersebut , hipertensi menjadi penyebab paling umum terjadinya pendarahan

intraserebral nontraumatik. Beratnya faktor risiko yang mendasari akan

mempengaruhi kualitas hidup pasien stroke hemoragik. Selain faktor risiko,

luaran stroke hemoragik tergantung dari volume pendarahan, lokasi

pendarahan, dan perluasan hingga ke ventrikel. Penderita stroke cenderung

memiliki peluang untuk bertahan hidup lebih baik dibandingkan stroke

hemoragik. Hal ini disebabkan karena stroke hemoragik merusak sel jaringan

otak hingga menyebabkan peningkatan tekanan pada otak. Studi sebelumnya

menunjukkan bahwa pendarahan intraserebral yang termasuk subtipe stroke

hemoragik, memprediksi hasil neurologis buruk berupa disabilitas jangka

panjang dan mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan stroke iskemik.

Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Ahmad (RSUD) di kota pekanbaru

khususnya di ruang rawatan Krisan, banyak pasien yang menderita stroke

hemoragik. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti asuhan kebidanan pada

pasien stroke hemoragik di ruang krisan di RSUD Arifin Ahmad tahun 2024

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Pasien Stroke Hemoragik Di Ruang


Krisan Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru?
1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui asuhan kebidanan yg diberikan kepada pasien Stroke

Hemoragik Di Ruang Krisan RSUD Arifin Ahmad


4

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memperluas wawasan dan meningkatkan pengetahuan

terkait Asuhan Kebidanan Pasien Stroke Hemoragik


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Stroke Hemoragik

A. Definisi

Stroke hemoragik adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh

pecahnya pembuluh darah di sekitar atau di dalam otak, sehingga

suplai darah ke jaringan otak akan tersumbat. Darah yang pecah bisa

membanjiri jaringan otak yang ada disekitarnya, sehingga fungsi otak

akan terganggu (Kanggeraldo, Sari, & Zul, 2018). Stroke hemoragik

terjadi pada otak yang mengalami kebocoran atau pecahnya pembuluh

darah yang ada di dalam otak, sehingga darah menggenangi atau

menutupi ruang-ruang jaringan sel di dalam otak (Setiawan, 2021).

Stroke hemoragik merupakan stroke yang terjadi karena

pecahnya pembuluh darah, sehingga mengakibatkan darah di otak

mengalir ke rongga sekitar jaringan otak. Seseorang yang menderita

stroke hemoragik akan mengalami penurunan kesadaran, karena

kebutuhan oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah ke otak tidak

terpenuhi akibat pecahnya pembuluh darah (Ainy & Nurlaily, 2021).

B. Klasifikasi Stroke Hemoragik

Klasifikasi stroke hemoragik dibagi menjadi 2 yaitu :

a). Perdarahan intraserebral (PIS)

Perdarahan intraserebral diakibatkan oleh pecahnya

pembuluh darah intraserebral sehingga darah keluar dari

5
6

pembuluh darah dan kemudian masuk ke dalam jaringan

otak. Bila perdarahan luas dan secara mendadak sehingga

daerah otak yang rusak cukup luas, maka keadaan ini biasa

disebut ensepaloragia (Junaidi, 2018).

Perdarahan intraserebral menyumbang sekitar 10%-

20% dari semua stroke dan berhubungan dengan morbiditas

danmortalitas yang lebih besar daripada stroke iskemik (Garg

& Biller, 2022). Perdarahan Intraserebral diakibatkan oleh

pecahnya pembuluh darah intraserebral sehingga darah keluar

dari pembuluh darah dan kemudian masuk ke dalam jaringan

otak. Penyebab Perdarahan Intraserebral biasanya karena

hipertensi yang berlangsung lama lalu terjadi kerusakan

dinding pembuluh darah dan salah satunya adalah terjadinya

mikroaneurisma.

Faktor pencetus lain adalah stresfisik, emosi,

peningkatan tekanan darah mendadak yang mengakibatkan

pecahnya pembuluh darah. Sekitar 60-70% Perdarahan

Intraserebral disebabkan oleh hipertensi. Penyebab lainnya

adalah deformitas pembuluh darah bawaan, kelainan

koagulasi. Bahkan, 70% kasus berakibat fatal, terutama

apabila perdarahannya luas (masif) (Setiawan, 2021).


7

b). Perdarahan subarachnoid (PSA)

Perdarahan subarachnoid adalah masuknya darah

keruang subarachnoid baik dari tempat lain (perdarahan

subarachnoid sekunder) dan sumber perdarahan berasal dari

rongga subarachnoid itu sendiri (perdarahan subarachnoid

primer). Penyebab yang paling sering dari PSA primer adalah

robeknya aneurisma (51-75%) dan sekitar 90% aneurisma

penyebab PSA berupa aneurisma sakuler congenital, angioma

(6-20%), gangguan koagulasi (iatrogenic/obat anti koagulan),

kelainan hematologic (misalnya trombositopenia, leukemia,

anemia aplastik), tumor, infeksi (missal vaskulitis, sifilis,

ensefalitis, herpes simpleks, mikosis, TBC), serta trauma

kepala (Junaidi, 2018).

Sebagian kasus Perdarahan subarachnoid terjadi tanpa

sebab dari luar tetapi sepertiga kasus terkait dengan stres

mental dan fisik. Kegiatan fisik yang menonjol

seperti :mengangkat beban, menekuk, batuk atau bersin yang

terlalu keras, mengejan dan hubungan intim (koitus) kadang

bisa jadi penyebab (Junaidi, 2018).

C. Etiologi

Terjadinya penyakit stroke hemoragik dapat melalui beberapa

mekanisme. Stroke hemoragik yang berkaitan dengan penyakit

hipertensi terjadi pada stroke bagian otak dalam yang diperdarahi oleh
8

penetrating artery seperti pada area ganglia basalis (50%), lobus

serebral (10% hingga 20%), talamus (15%), pons dan batang otak (10%

hingga 20%), dan serebelum (10 %), stroke lobaris yang terjadi pada

pasien usia lanjut dikaitkan dengan cerebral amyloid angiopathy. Selain

diakibatkan oleh hipertensi, stroke hemoragik juga bisa diakibatkan

oleh tumor intrakranial, penyakit moyamoya, gangguan pembekuan

darah, leukimia, serta dipengaruhi juga oleh usia, jenis kelamin,

ras/suku, dan faktor genetik (Setiawan, 2021).

Pada umumnya stroke hemoragik terjadi pada lanjut usia,

dikarenakan penyumbatan terjadi pada dinding pembuluh darah yang

sudah rapuh (aneurisma), pembuluh darah yang rapuh disebabkan oleh

factor usia (degeneratif), tetapi juga disebabkan oleh factor keturunan

(genetik) (Junaidi, 2018).

Menurut Junaidi (2018) Stroke hemoragik disebabkan oleh arteri

yang mensuplai darah ke otak pecah. Pembuluh darah pecah umumnya

karena arteri tersebut berdinding tipis berbentuk balon yang disebut

aneurisma atau arteri yang lecet bekas plak aterosklerotik. Penyebabnya

terjadi peningkatan tekanan darah yang mendadak tinggi dan atau oleh

stress psikis berat. Peningkatan tekanan darah yang mendadak tinggi

juga disebabkan oleh trauma kepala atau peningkatan lainnya seperti

mengedan, batuk keras, mengangkat beban dan sebagainya.

D. Faktor Resiko

Menurut (Haryono & Sari Utami, 2019) banyak faktor yang dapat
9

meeningkatkan resiko stroke yaitu :

a. Faktor resiko gaya hidup:

1) Kelebihan berat badan atau obesitas

2) Ketidakaktifan fisik

3) Minum-minuman keras

4) Penggunaan obat-obatan terlarang seperti kokain dan

metamfetamin

b. Faktor medis

1) Hipertensi

2) Merokok atau terpapar asap rokok bekas

3) Kolesterol tinggi

4) Diabetes

5) Apnea tidur obstruktif

6) Penyakit kardiovaskular, termasuk gagal jantung, cacat jantuk,

infeksi jantung atau irama jantung yang tidak normal

7) Riwayat pribadi atau keluarga terkait stroke, serangan jantung,

atau serangan iskemik transien

c. Faktor-faktor lain terkait stroke hemoragik adalah

1) Usia.

Orang berusia 55 tahun atau lebih memiliki risiko stroke yang

lebih tinggi daripada orang yang lebih muda.

2) Hormon.
10

Penggunaan pil KB atau terapi hormone yang termasuk

estrogen, serta peningkatan kadar estrogen dari kehamilan dan

persalinan

Sedangkan menurut (Unnithan & Mehta, 2022) faktor resiko stroke

hemoragik yaitu:

1) Merokok dan konsumsi alkohol sedang atau berat dan alkoholisme

kronis.

2) Penyakit hati kronis meningkatkan kemungkinan ICH karena

koagulopati dan trombositopenia.

3) Penurunan kolesterol lipoprotein densitas rendah dan trigliserida

rendah. Simpatomimetik seperti kokain, heroin, amfetamin,

efedrin, dan fenilpropanolamin meningkatkan risiko perdarahan

otak.

4) Microbleeds serebral (CMBs) yang terkait dengan hipertensi,

diabetes mellitus, dan merokok meningkatkan risiko ICH.

5) Usia tua dan jenis kelamin laki-laki. Insiden ICH meningkat setelah

usia 55 tahun. Risiko relatif setelah 70 tahun

6) Tumor yang lebih mudah berdarah adalah glioblastoma,

7) limfoma, metastasis, meningioma, adenoma hipofisis, dan

hemangioblastoma.

E. Patofisiologi

Stroke hemoragik disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah

yang disertai ekstravasasi darah ke parenkim otak akibat penyebab


11

nontraumatis. Stroke perdarahan sering terjadi pada pembuluh darah

yang melemah. Penyebab kelemahan pembuluh darah tersering pada

stroke adalah aneurisma dan malaformasi arteriovenous (AVM).

Ekstravasasi darah ke parenkim otak ini berpotensi merusak jaringan

sekitar melalui kompresi jaringan akibat dari perluasan hematoma.

Faktor predisposisi dari stroke hemoragik yang sering terjadi

adalah peningkatan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah adalah

salah satu faktor hemodinamika kronis yang menyebabkan pembuluh

darah mengalami perubahan struktur atau kerusakan vaskular.

Perubahan struktur yang terjadi meliputi lapisan elastik eksternal dan

lapisan adventisia yang membuat pembuluh darah mendadak dapat

membuat pembuluh darah pecah.

Ekstravasasi darah ke parenkim otak bagian dalam berlangsung

selama beberapa jam dan jika jumlahnya besar akan memengaruhi

jaringan sekitarnya melalui peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan

tersebut dapat menyebabkan hilangnya suplai darah ke jaringan yang

terkena dan pada akhirnya dapat menghasilkan infark, selain itu, darah

yang keluar selama ekstravasasi memiliki efek toksik pada jaringan

otak sehingga menyebabkan peradangan jaringan otak.

Peradangan jaringan otak ini berkontribusi terhadap cedera otak

sekunder setelahnya. Proses dan onset yang cepat pada stroke

perdarahan yang cepat, penanganan yang cepat dan menjadi hal yang

penting (Haryono & Sari Utami, 2019). Stroke hemoragik terjadi


12

akibat pecahnya pembuluh darah didalam otak sehingga darah

menutupi atau menggenangi ruang-ruang pada jaringan sel otak,

dengan adanya darah yang menggenangi dan menutupi ruang-ruang

pada jaringan sel otak tersebut maka akan menyebabkan kerusakan

jaringan sel otak dan menyebabkan fungsi kontrol pada otak.

Genangan darah bisa terjadi pada otak sekitar pembuluh darah yang

pecah (intracerebral hemoragie) atau juga dapat terjadi genangan darah

masuk kedalam ruang disekitar otak (subarachnoid hemoragik) dan bila

terjadi stroke bisa sangat luas dan fatal dan bahkan sampai berujung

kematian. Biasanya keadaan yang sering terjadi adalah kerapuhan

karena mengerasnya dinding pembuluh darah akibat tertimbun plak atau

arteriosclerosis bisa akan lebih parah lagi apabila disertai dengan gejala

tekanan darah tinggi (Setiawan,2021).

F. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis Stroke hemoragik:

a. Tanda Stroke Hemoragik menurut (Setiyawan, Nurlely, &

Hatati,2019):

1) Sakit kepala hebat tiba-tiba

2) Kelemahan di lengan atau di kaki

3) Penurunan kesadaran

4) Kehilangan ketrampilan motorik (gerak) halus

5) Kehilangan keseimbangan tubuh

b. Gejala stroke hemoragik menurut (Tarwoto, 2017) meliputi:


13

1) Kejang tanpa riwayat kejang sebelumnya

2) Mual atau muntah

3) Gangguan penglihatan

4) Kelumpuhan pada wajah atau separuh anggota tubuh

(hemiparise) atau hemiplegia (paralisis) yang timbul secara

mendadak.

5) Kesulitan bicara (Afasia)

6) Bicara cadel atau pelo (Disatria)

7) Kesulitan menelan (Disfagia). Kesulitan menelan terjadi karena

kerusakan nervus cranial IX.

8) Kehilangan kesadaran

9) Vertigo, mual, muntah, nyeri kepala terjadi karena peningkatan

tekanan intrakranial, edema serebri.

G. Gejala Peningkatan Tekanan Intrakranial

Tekanan intrakranial normal berkisar pada 8-10 mmHg untuk

bayi, nilai kurang dari 15 mmHg untuk anak dan dewasa, sedangkan

bila lebih dari 20 mmHg dan sudah menetap dalam waktu lebih dari 20

menit dikatakan sebagai hipertensi intrakranial. Gejala yang umum

dijumpai pada peningkatan TIK menurut Amri, I. (2017) yaitu:

a. Sakit kepala merupakan gejala umum pada peningkatan TIK.

Sakit kepala terjadi karena traksi atau distorsi arteri dan vena dan

duramater akan memberikan gejala yang berat pada pagi hari dan

diperberat oleh aktivitas, batuk, mengangkat, bersin.


14

b. Muntah proyektil dapat menyertai gejala pada peningkatan TIK.

c. Edema papil disebabkan transmisi tekanan melalui selubung

nervus optikus yang berhubungan dengan rongga subarakhnoid di

otak. Hal ini merupakan indikator klinis yang baik untuk

hipertensi intrakranial.

d. Defisit neurologis seperti didapatkan gejala perubahan tingkat

kesadaran; gelisah, iritabilitas, letargi; dan penurunan fungsi

motorik.

e. Kejang umum/fokal dapat terjadi pada 20-50% kasus tumor otak,

dan merupakan gejala permulaan pada lesi supratentorial pada

anak sebanyak 15%. Frekuensi kejang akan meningkat sesuai

dengan pertumbuhan tumor.

f. Bila peningkatan TIK berlanjut dan progresif berhubungan

dengan penggeseran jaringan otak maka akan terjadi sindroma

herniasi dan tanda-tanda umum Cushing’s triad (hipertensi,

bradikardi, respirasi ireguler) muncul. Pola nafas akan dapat

membantu melokalisasi level cedera

H. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diaknostik menurut (Sutarwi, Bakhtiar, & Rochana,

2020)

a. Angiografiserebral

b. Single-photon emission computed tomography (SPECT)

c. Computed tomography (CT-scan)


15

d. MRI

e. Elektroencefalography

f. Sinar X tengkorak

g. Ultrasonography doopler

h. Pemeriksaan foto thorax

i. Pemeriksaan laboratorium

1) Fungsi lumbal

2) Pemeriksaan darah rutin

3) Pemeriksaan kimia darah

I. Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi

a. Menurut (Unnithan & Mehta, 2022) penatalaksanaan farmakologi

sebagai berikut :

1) Manajemen tekanan darah. Peningkatan tekanan darah adalah

faktor risiko paling umum untuk ICH.

2) Penatalaksanaan peningkatan tekanan intrakranial (TIK)

Perawatan awal untuk peningkatan TIK adalah meninggikan

kepala tempat tidur hingga 30 derajat dan agezosmotik (manitol,

salin hipertonik). Manitol 20% diberikan dengan dosis 1,0

hingga 1,5 g/kg. Hiperventilasi setela intubasi dan sedasi, hingga

pCO 28-32 mmHg akan diperlukan jika TIK meningkat lebih

lanjut.

3) Terapi hemostatik Terapi hemostatik


16

Diberikan untuk mengurangi perkembangan hematoma. Ini

sangat penting untuk membalikkan koagulopati pada pasien

yang memakai antikoagulan. Pada saat akan melakukan koreksi

koagulopati, diperlukan pemeriksaan hemostasis, misalnya

Prothrombin Time (PT), Activated Aartial Thrombin Time

(APTT), International Normalized Ratio (INR) dan trombosit

4) Terapi antipilepsi

Sekitar 3- 17% pasien akan mengalami kejang dalam dua

minggu pertama, dan 30% pasien akan menunjukkan aktivitas

kejang listrik pada pemantauan EEG. Mereka yang mengalami

kejang klinis atau kejang elektrografik harus diobati dengan obat

antiepilepsi. Hematoma lobaris dan pembesaran hematoma

menghasilkan kejang, yang berhubungan dengan perburukan

neurologis. Kejang subklinis dan status epilepsi non-konvulsif

juga dapat terjadi. Pemantauan EEG berkelanjutan diindikasikan

pada pasien dengan penurunan tingkat kesadaran . Jika tidak,

obat antikonvulsan profilaksis tidak dianjurkan, menurut

pedoman ASA.

5) Pembedahan

Penatalaksanaan bedah untuk stroke hemoragik adalah

kraniotomi, kraniektomi dekompresi, aspirasi stereotaktik,

aspirasi endoskopi, dan aspirasi kateter. Beberapa percobaan

yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak didapatkan manfaat


17

secara keseluruhan dari operasi dini untuk perdarahan

intraserebral bila dibandingkan dengan pengobatan konservatif

awal. Pasien yang mengalami perdarahan lobaris dalam jarak 1

cm dari permukaan otak dan defisit klinis yang lebih ringan

(GCS>9) mendapatkan manfaat dari pembedahan dini.

b. Penatalaksanaan terapi non-farmakologis menurut (Saidi &

Andrianti, 2021).

1) Posisi tubuh dan kepala pada 15-30 derajat. Gerakan bertahap

dapat dimulai setelah pasien berada di sisinya dengan muntah

dan hemodinamik stabil.

2) Jaga agar jalan nafas tetap bersih dan ventilasi memadai

3) Mempertahankan tanda-tanda vital stabil

4) stirahat di tempat tidur

5) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

6) Hindari demam, batuk, sembelit dan minum berlebihan

J. Komplikasi

Komplikasi stroke menurut (Mutiarasari,2019) yaitu :

a. Hipoksi serebral

b. Penurunan aliran darah serebral

c. Emboli serebral

d. Disritmia
18

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

Konsep asuhan dasar kebidanan yang digunakan pada

pendokumentasian ialah metode SOAP, didalam metode SOAP, S adalah

subjektif, O adalah objektif, A adalah analisys, P adalah planning.

1. Data subjektif

Data subjektif adalah data yang didapatkan dari sudut pandang klien.

Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhan yang dicatat sebagai

kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan dengan

diagnosis.

2. Data objektif

Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur,

hasil pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium, catatan

medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukan

kedalam data ini sebagai data penunjang. Data ini akan memberikan bukti

gejala klinis klien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.

3. Analisys

Langkah ini merupakan pendokumentasian hasil analis dan interpretasi

(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Analisis data adalah

melakukan interpretasi data yang telah dikumpulkan, mencakup

diagnosis, masalah kebidanan dan kebutuhan.

4. Penatalaksanaan
19

Mencatat seluruh perncanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan

seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara

komprehensif (penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan

rujukan.tujuan penatalaksanaanuntuk mengusahakan tercapainya kondisi

pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya.

2.3 Rancangan Format Pendokumentasian

1. pengkajian

Pengkajian ini dilakukan dengan mengumulkan semua informasi yang

akurat, relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaiitan dengan

kondisi klien, yaitu meliputi data subyektif dan data obyektif.

a. Data subyektif

1) Identitas

Nama, umur, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan dan

alamat

2) Keluhan utama

Untuk mengetahui keluhan apa yang paling dirasakan seorang

pasien.

3) Riwayat penyakit yang lalu

Mengetahui apakah pasien pernah mengalami penyakit

sebelumnya

4) Riwayat penyakit sekarang

5) Riwayat penyakit keturunan


20

Untutk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit

keluarga

6) Pola nutrisi

7) Pola eliminasi

8) Kebiasaan hidup sehari-hari

b. Data objektif

1) Pemeriksaan umum

a) Keadaan umum

b) Kesadaran

c) Keadaan emosional

d) Tinggi badan

e) Berat badan

f) Tanda-tanda vital

2) Pemeriksaan fisik

a) Kepala : muka, mata, hidung, mulut dan telinga.

b) Leher

c) Dada

d) Ekstremitas

e) Pemeriksaan genetalia

f) Anus

3) Pemeriksaan penunjang

2. Perumusan Diagnosa

Disesuaikan dengan keluhan dan hasil dari pemeriksaan


21

3. Perencanaan

Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah, dan

kondisi klien, tindakan segera, tindakan antisipasi,dan asuhan secra

komprehensif

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan asuhan kebidanan pada klien sesuai dengan rencana

asuhan yang telah disusun dan dilakukan secra komprehensif, efektif,

efisien, dan aman berdasarkan evidence based kepada klien dalam bentuk

upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

5. Evaluasi

Penilaian atau evaluasi dilakukan segera setelah selesai melaksanakan

asuhan sesuai dengan kondisi klien, kemudian dicatat, dikomunikasikan

dengan ibu dan/atau keluarga serta ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi

pasien.

6. Dokumentasi

Pencatatan atau pendokumentasian dilakukan secara lengkap, akurat,

singkat dan jelas mengenai keadaan atau kejadian yang ditemukan dan

dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan pada formulir yang

tersedia dan ditulis dalam bentuk SOAP.

S : mencatat hasil anamnesa dengan klien

O : mencatat hasil pemeriksaan dari klien

A : mencatat diagnosa dan masalah kebidanan


22

P : mencatat seluruh perencanaan an penatalaksanaan yang sudah

dilakukan, seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara

komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi dan rujukan.


23

BAB III
LOKASI DAN WAKTU PENGKAJIAN

3.1. Tempat dan Waktu

3.1.1 Tempat Pengkajian

Pelaksanaan Asuhan Kebidanan pada Ny. Z dengan masalah nyeri

kepala, mual dan muntah, badan terasa lemas dilakukan diruangan

krisan yang salah satu ruang rawat inap yang ada di RSUD Arifin

Achmad.

3.1.2 Waktu Pengkajian

Pengkajian ini dilaksanakan pada tanggal 26 Januari 2024 sampai

selesai.

3.2. Rencans Asuhan Pasien Stroge hemoragik

1. Personal Hygiene

Pengaruh langsung dari immobilisasi salah satunya tidak terpenuhinya

personal higiene karena terbatasnya kemampuan untuk memenuhinya.

Dengan membantu memelihara kebersihan perorangan bermanfaat

untuk mencegah penyakit- penyakit tertentu akibat dari penekanan tubuh

yang terlalu lama sehingga vaskularisasi ke area takanan

terganggu/terhenti. Selain itu dengan membantu memelihara kebersihan

perorangan pada pasien stroke dapat membantu mencegah terjadinya luka

pada jaringan menjadi nekrosis yang disebut dekubitus dan mencegah

terjadinya beberapa penyakit nosokomial serta mencegah berlanjutnya

keadaan immobilitas seseorang


24

2. Eliminasi

Gangguan eliminasi pasien stroke hemoragik dapat dipengaruhi

ketidakmampuan pasien berkomunikasi, mobilisasi atau gangguan pada

sistem persarafan pengontrolan berkemih. Penatalaksanaan keadaan ini

bisa dilakukan dengan pemasangan kateter atau penggunaan pempers.

3. Pemenuhan Nutrisi

Penderita stroke hamoragik dapat mengalami gangguan fisik yang

meliputi kesulitan mengunyah dan menelan makanan (disfagia).

Kesulitan menelan makanan (disfagia) cenderung dialami oleh sekitar

40-60% pasien stroke (Lingga, 2013). Hal ini diakibatkan karena

munculnya reaksi hipermetabolik (metabolisme yang berlebihan)

akibat gangguan fungsi hipotalamus di otak. Karena itu, pemberian

nutrisi pada pasien stroke memerlukan perhatian pada pemenuhan

jumlah kebutuhan dan bentuk pemberian nutrisi.

4. Mobilisasi

Pemenuhan kebutusan mobilitas, penderita stroke memerlukan bantuan

keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Kemunduran fisik akibat

stroke menyebabkan kemunduran gerak fungsional baik kemampuan

mobilisasi atau perawatan diri (Pudjiastuti, 2003). Pada pasien Stroke

Hemoragik biasanya akan bedrest di tempat tidur dalam waktu yang lama,

perlu dilakukannya reposisi di tempat tidur seperti miring kanan dan miring kiri

untuk mencegah terjadinya ulkus dekubitus, yaitu cedera atau luka terbuka

pada kulit yang disebabkan adanya tekanan berkepanjangan dalam jangka


25

waktu panjang di area tertentu seperti tonjolan tulang. Pemenuhan kebutuhan

mobilitas kiranya memerlukan bantuan ahli fisioterapi atau spesialis

olahraga (Thomas, 2000).


BAB IV
ASUHAN KEBIDANAN PADA PASIEN STROKE
HEMORAGIK

No. RM : 01140848
Hari/Tanggal : Rabu / 24 Januari 2024
Waktu Pengkajian : 10.00 WIB
Tempat Pengkajian : Ruang Krisan RSUD Arifin Achmad

A. PENGKAJIAN

1. DATA SUBJEKTIF

A. Identitas
Nama : Ny.Zurna
Umur : 77 Tahun
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Islam
Pendidikan : SMP/Sederajat
Suku/Bangsa : Minang/Indonesia
Alamat : Jl.Pepaya No 10 Sukajadi
B. Keluhan Utama
Sebelum masuk rumah sakit keluarga mengatakan pasien
mengeluh nyeri kepala hebat dan mual muntah hingga 10x,
sebelumnya pasien mempunyai hipertensi. Saat ini pasien
mengeluh lemas dan tidak merespon jika diajak berbicara
C. Riwayat Kesehatan / Penyakit

- Riwayat penyakit yang pernah di derita


- Riwayat hipertensi : Ada (Sudah 1 Tahun)
- Riwayat diabetes : Tidak Ada
- Riwayat penyakit paru : Tidak Ada

26
27

- Riwayat penyakit jantung : Tidak Ada


- Riwayat stroke : Tidak Ada

- Riwayat penyakit sekarang

Keluarga pasien mengatakan pasien punya penyakit


Hipertensi dan Stroke Hemoragik

- Riwayat penyakit keturunan


- Riwayat asma : Tidak Ada
- Riwayat hipertensi : Tidak Ada
- Riwayat diabetes mellitus : Tidak Ada
D. Pola Nutrisi

- Nutrisi

Pola makan (frekuensi) : 3 x sehari


Jenis makanan yang dikonsumsi : Nasi, lauk pauk, sayur
Jenis Makanan yang tidak disukai : Ayam
porsi makan : 1 piring

- Eliminasi

BAB :
Frekuensi : 1 x sehari (Pepmpers)
Konsistensi : Lunak, Kadang Keras

BAK :
Frekuensi : 6 x sehari (Pampers)
Warna : Kuning Jernih
- Pola istirahat dan tidur

Tidur malam : 5 jam


Tidur siang : 1 jam
- Kebiasaan hidup sehari-hari

Obat-obatan/Jamu : Tidak ada


28

Alergi terhadap obat : Tidak ada


Merokok : Tidak ada
Minuman beralkohol : Tidak ada
NAPZA : Tidak ada

2. DATA OBJEKTIF

A. Keadaan Umum

- Kesadaran : Composmentis

- Keadaan Emosional : Cemas

- Tanda Vital

Tekanan darah : 147/98 mmHg

Pernafasan : 22x/m

Suhu : 36,5 ºC

Nadi : 90x/m
B. Antropometri
- TB : 155 cm
- BB : 48 kg
- IMT : 19,97 (Normal)
- LILA : 20cm

A. Pemeriksaan Fisik

1. Kepala

Rambut : Putih, sedikit rontok


Muka : tidak pucat
Mata : Simetris
Konjungtiva : Tidak anemis
Sclera : Tidak ikterik
Hidung : Tidak ada benjolan, tidak ada polip
29

Telinga : Simetris, pendengaran (+)


Mulut : Tidak ada gigi, bicara tidak jelas.
2. Leher

Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak Ada

Pembesaran Vena Jugularis : Tidak Ada


3. Dada

Retraksi dinding dada : Tidak Ada


Bunyi pernafasan : Normal

4. Ekstremitas
Tangan : Kedua tangan bisa digerakan
Kaki : Kedua kaki tidak bisa digerakkan
Reflek patella : Tidak Dilakukan

B. Pemeriksaan Genetalia

1. Pemeriksaan
Genetalia Eksternal

Benjolan : Tidak ada benjolan

Pembengkakan : Tidak ada pembengkakan

Kebersihan : Kotor dan agak berbau


2. Anus (Haemoroid)
Tidak ada hemoroid
C. Terapi
1. IVFD RL 20 tmp
2. Inj Ceftrioxone 2 x 1gr
3. Inj Kalnex 3 x 1 ampul
4. Inj Vit K 3 x 1 ampul
5. Inj Citicolin 2x1gr
6. Inj Ranitidine 2 x 1 ampul
7. Inf Manitol 2 x 125 ml
30

8. Candesertan 1 x 16 mg
9. Atrovastatin 1 x 20 mg
10. Hebesser (Diltiazem HCL) 1 x 200 mg
11. Hidroclorthiazide 1 X 25 mg

D. Pemeriksaan Penunjang Tanggal 20-01-2024


Laboratorium
Leukosit : 15,10103 μ L
Hemoglobin : 15.0 gr/dL
Hematokrit : 44.7 %
Trombosit : 261 10103 μ L
Cholesterol total : 248 mg/dL
Elektrolit
Natrium : 148 mmo/L
Kalium : 3,8 mmo/L
Clorida : 110 mmo/L

CT- Scan kepala tanpa kontras


Kesan
- Pendarahan intra ventrikular
- Pemdarahan intra cerebelum kedua hemisfer
- Hydrocephalus

Rontgen Dada
Kesan
- Cor : Dalam batas normal
- Pulmo : Tidak tampak kelainan

C. ASSESMENT
Diagnosa : Stroke Hemoragik ec ICH Cerebellum
Masalah : Imobilisasi, Personal Hygiene
31

D. PENATALAKSANAAN
No Jam Tindakan dan Evaluasi
1 10.00 Beritahu hasil pemeriksaan pada pasien dan
keluarga tentang pemeriksaan yang dilakukan
Evaluasi : Pasien mengangguk dan keluarga
paham dengan hasil pemeriksaan yang telah
dijelaskan
2 10.15 Memandikan pasien dengan waslap dan
melakukan vulva hygine serta mengganti
pampers pasien.
3 10.40 Mengganti alat tenun dengan pasien berada
diatas tempat tidur
4 11.10 Lakukan pemeriksaan TTV
TD 130/107 mmHg N 104x/m S 36,5ºC RR
22x/m
Evaluasi : Memberitahu pasien dan keluarga
hasil pemeriksaan
6 11.15 Bantu pasien miring kiri setiap untuk mencegah
terjadi dekubitus.
Evaluasi : Pasien bersedia miring kiri dan
keluarga bersedia untuk selalu membantu pasien
untuk melakukannya.
7 12.00 Ganti infus RL dengan Manitol sebanyak 125ml,
observasi tetesan infus hingga habis 125ml lalu
ganti kembali dengan infus RL
Evaluasi : Sudah diberikan Infus Manitol
sebanyak 125 ml
7 12.15 Bantu pasien untuk makan siang
Evaluasi : Pasien habis setengah porsi makan
siang dan akan dilanjutkan nanti
8 13.00 Kolaborasi dengan dokter untuk rehabilitasi
32

medik, sudah dikonsul tetapi petugas belum


datang
33

CATATAN PERKEMBANGAN

CATATAN BIDAN

No Hari/Tanggal SOAP
1 Kamis S:
25 Januari 2024 Keluarga pasien mengatakan pasien masih tidak merespon jika
diajak bicara, dan anggota gerak kiri masih lemah
O:
• Terpasang infus RL dan tergantung infus Manitol 1x125ml
• Kesadaran Composmentis
• Keadaan emosional sudah mulai tenang

TD 141/91 mmHg N 77x/m RR 20x/m S 36ºC, kebersihan


genetalia eksterna masih kotor tapi sudah tidak berbau
A:
Diagnosa :
Diagnosa : Stroke Hemoragik ec ICH Cerebellum
Masalah : Imobilisasi, Personal Hygiene
P:
Jam Tindakan Asuhan
10.45 Beritahu hasil pemeriksaan pada pasien dan
keluarga tentang pemeriksaan yang dilakukan
Evaluasi : Pasien mengangguk dan keluarga paham
dengan hasil pemeriksaan yang telah dijelaskan
10.55 Ajarkan dan edukasi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan personal hygiene pasien
Evaluasi : keluarga mengerti dan akan melakukan
anjuran dari bidan
11.00 Mengganti alat tenun dengan pasien berada di atas
tempat tidur
11.40 Lakukan pemeriksaan TTV
TD 141/58 mmHg N 91x/m S 36,7ºC RR 22x/m
Evaluasi : Memberitahu pasien dan keluarga hasil
pemeriksaan
11.50 Bantu Pasien untuk miring kanan untuk mencegah
terjadi dekubitus
Evaluasi : Pasien bersedia miring kanan dan
keluarga bersedia untuk selalu membantu pasien
untuk melakukannya.

12.05 Bantu pasien untuk makan siang


Evaluasi : Pasien mau makan
12.40 Bantu pasien untuk makan obat siang yang terlebih
dahulu dihancurkan dahulu lalu diberi air
Evaluasi : Pasien mau minum obat hebbersen
1x200mg dan HCT 1x25mg
13.10 Bantu pasien miring kiri untuk mencegah terjadi
34

dekubitus.
Evaluasi : Pasien bersedia miring kiri dan keluarga
bersedia untuk selalu membantu pasien untuk
melakukannya.
15.00 Berikan injeksi IV Kalnex
Evaluasi : sudah diberikan injeksi IV Kalnex
16.00 Lakukan pemeriksaan TTV
TD 141/68 mmHg N 92x/m S 36,5ºC RR 22x/m
Evaluasi : Memberitahu pasien dan keluarga hasil
pemeriksaan
18.00 Ganti infus RL dengan Manitol sebanyak 125ml,
observasi tetesan infus hingga habis 125ml lalu
ganti kembali dengan infus RL
Evaluasi : Sudah diberikan Infus Manitol sebanyak
125 ml
19.00 Memberikan injeksi IV Ceftriaxone, Vit K,
Citicolin, dan Ranitidin serta obat oral Heberssen

22.00 Memberikan obat oral Atorvastatin yang sudah


digerus
23.00 Memberikan Injeksi Kalnex
05.00 Melakukan pemeriksaan TTV
TD 130/82 mmHg N 98x/m RR 21x/m S 36ºC
Evaluasi : Memberitahu pasien dan keluarga hasil
pemeriksaan
07.00 Memberikan injeksi IV Ceftriaxone, Vit K,
Citicolin, I Kalnex, Candesartan dan Ranitidin serta
obat oral Heberssen
07.10 Mengedukasi Keluarga untuk menjaga personal
hygiene pasien
Evaluasi : Keluarga mengerti dan akan melakukan
anjuran bidan
07.30 Mengganti alat tenun dengan pasien berada diatas
tempat tidur
08.00 Kolaborasi dengan dokter untuk rehabilitasi medik,
sudah dikonsul tetapi petugas belum datang
2 Jumat S:
26 Januari 2023 Keluarga pasien mengatakan pasien sudah mulai merespon jika
diajak bicara, dan anggota gerak kiri masih lemah
O:
• Terpasang infus RL
• Kesadaran Composmentis

TD 139/81 mmHg N 88x/m RR 21x/m S 36ºC, kebersihan


genetalia eksterna sudah tidak terlalu kotor dan tidak berbau
A:
Diagnosa : Stroke Hemoragik ec ICH Cerebellum
Masalah : Imobilisasi
35

P:
Jam Tindakan Asuhan
15.00 Berikan injeksi IV Kalnex
Evaluasi : sudah diberikan injeksi IV Kalnex
16.00 Lakukan pemeriksaan TTV
TD 141/68 mmHg N 92x/m S 36,5ºC RR 22x/m
Evaluasi : Memberitahu pasien dan keluarga hasil
pemeriksaan
19.00 Memberikan injeksi IV Ceftriaxone, Vit K,
Citicolin, dan Ranitidin serta obat oral Heberssen

22.00 Memberikan obat oral Atorvastatin yang sudah


digerus
23.00 Memberikan Injeksi Kalnex
05.00 Melakukan pemeriksaan TTV
TD 130/82 mmHg N 98x/m RR 21x/m S 36ºC
Evaluasi : Memberitahu pasien dan keluarga hasil
pemeriksaan
07.00 Memberikan injeksi IV Ceftriaxone, Vit K,
Citicolin, I Kalnex, Candesartan dan Ranitidin serta
obat oral Heberssen
07.10 Mengedukasi Keluarga untuk menjaga personal
hygiene pasien
Evaluasi : Keluarga mengerti dan akan melakukan
anjuran bidan
07.30 Mengganti alat tenun dengan pasien berada diatas
tempat tidur
08.00 Kolaborasi dengan dokter untuk rehabilitasi medik,
sudah dikonsul tetapi petugas belum datang
3 Sabtu S:
27 Januari 2023 Keluarga pasien mengatakan anggota gerak kiri masih
lemah
O:
• Terpasang infus Nacl
• Kesadaran composmentis
• Keadaan emosional : sudah tenang
TD :141/83 mmHg, N : 62 x/m, RR : 21x/m, S : 36,3ºc,
genetalia eksterna sudah bersih
A:
Diagnosa : Stroke Hemoragik ec ICH Cerebellum
Masalah : Imobilisasi

Tanggal 28 Januari 2024


Jam Tindakan Asuhan
15.00 Memberikan injeksi IV Kalnex
17.00 Mekukan pemeriksaan TTV
TD :141/83 mmHg, N : 62 x/m, RR : 21x/m, S :
36,3ºc
Evaluasi : Memberitahu pasien dan keluarga hasil
36

pemeriksaan
19.00 Memerikan injeksi IV ranitidine HCL, VIT K,
Citicolin, dan Heberssen
18.00 Mengdukasi keluarga untuk menjaga personal
hygine pasien
Evaluasi : keluarga sudah melakukan
19.10 Mengdukasi keluarga untuk mengganti posisi
pasien miring kiri dan kanan untuk mencegah
terjadi decubitus setiap 2 jam
Evaluasi : Pasien bersedia miring kanan dan
keluarga sudah melakukannya.
19.15 Mengganti cairan infus pasien dengan RL karena
infus habis
Evaluasi : infus sudah diganti dengan RL 20 tmp
22.00 Memberikan obat oral Atorvastatin yang sudah
digerus
23.00 Memberikan injeksi IV Kalnex

05.00 Melakukan pemeriksaan TTV


TD 122/80 mmHg N 88x/m RR 21x/m S 36ºC
Evaluasi : Memberitahu pasien dan keluarga hasil
pemeriksaan
07.00 Memberikan injeksi IV Ceftriaxone, Vit K,
Citicolin, I Kalnex, dan Ranitidin serta obat oral
Candesartan
07.10 Mengedukasi Keluarga untuk menjaga personal
hygiene pasien
Evaluasi : Keluarga mengerti dan akan melakukan
anjuran bidan
07.30 Mengganti alat tenun dengan pasien berada diatas
tempat tidur
08.00 Kolaborasi dengan dokter untuk rehabilitasi medik,
sudah dikonsul tetapi petugas belum datang

P:
Tanggal 28 Januari 2024
S:
Keluarga pasien mengatakan anggota gerak kiri masih
lemah dan pasien merasakan sakit di tenggorokannya
O:
• Terpasang infus Nacl
• Kesadaran composmentis
TD :123/83 mmHg, N : 71 x/m, RR : 20x/m, S : 36,3ºc

A:
Diagnosa : Stroke Hemoragik ec ICH Cerebellum
Masalah : Imobilisasi
37

P:
Jam Tindakan Asuhan
22.00 Memberikan obat oral Atorvastatin yang sudah
digerus
23.00 Memberikan injeksi IV Kalnex
05.00 Melakukan pemeriksaan TTV
TD :123/83 mmHg, N : 71 x/m, RR : 20x/m, S :
36,3ºc
Evaluasi : Memberitahu pasien dan keluarga hasil
pemeriksaan
06.00 Memberikan edukasi pada keluarga untuk menjaga
personal hygeien pasien
Evaluasi : Keluarga pasien mengerti dan akan
melakukan anjuran bidan
07.00 Berikan inj kalnex, vit K, citicolin dan ranitidin
secara iv serta obat oral Candesartan
Evaluasi : injeksi kalnex, vit K, citicolin dan
ranitidin sudah diberikan dan obat oral Candesartan
08.30 Kolaborasi dengan dokter untuk rehabilitasi medik,
sudah dikonsul tetapi petugas belum datang

Tanggal 29 Januari 2024


S:
Keluarga pasien mengatakan anggota gerak kiri masih
lemah dan tenggorokan pasien sakit ( sulit menelan)
O:
• Terpasang infus Nacl
• Kesadaran composmentis
• TD 125/58 mmHg N 91x/m S 36,7ºC RR 22x/m,
A:
Diagnosa : Stroke Hemoragik ec ICH Cerebellum
Masalah : Imobilisasi
Jam Tindakan Asuhan
10.55 Mengedukasi pasien untuk menjaga personal
hygiene
Evaluasi : keluarga mengerti dan akan melakukan
anjuran dari bidan
11.00 Petugas Fisioterapi datang
11.40 Meakukan pemeriksaan TTV
TD 125/58 mmHg N 91x/m S 36,7ºC RR 22x/m
Evaluasi : Memberitahu pasien dan keluarga hasil
pemeriksaan
12.05 Membantu pasien untuk makan siang
Evaluasi : Pasien mau makan
13.10 Membantu pasien miring kiri untuk mencegah
terjadi dekubitus.
Evaluasi : Pasien bersedia miring kiri dan keluarga
bersedia untuk selalu membantu pasien untuk
melakukannya.
38

13.45 Kolaborasi dengan dokter untuk rehabilitasi medik,


sudah dikonsul tetapi petugas belum datang

Tanggal 30 Januari 2024


S:
Keluarga pasien mengatakan anggota gerak kiri pasien
masih lemah dan tenggorokan sakit (sulit menelan).
O:
• Terpasang infus Nacl
• Kesadaran composmentis
• TD 125/58 mmHg N 91x/m S 36,7ºC RR 22x/m
A:
Diagnosa : Stroke Hemoragik ec ICH Cerebellum
Masalah : Imobilisasi

Jam Tindakan Asuhan


10.00 Mengedukasi pasien untuk menjaga personal
hygiene
Evaluasi : keluarga mengerti dan akan melakukan
anjuran dari bidan
10.30 Mengganti alat tenun dengan pasien berada di atas
tempat tidur
11.00 Petugas terapi wicara datang
11.45 Meakukan pemeriksaan TTV
TD 125/58 mmHg N 91x/m S 36,7ºC RR 22x/m
Evaluasi : Memberitahu pasien dan keluarga hasil
pemeriksaan
12.30 Membantu pasien untuk makan siang
Evaluasi : Pasien mau makan
15.00 Memberikan injeksi IV Kalnex
Evaluasi : sudah diberikan injeksi IV
17.00 Melakukan pemeriksaan TTV
TD 139/81 mmHg N 88x/m RR 21x/m S 36ºC
Evaluasi : Memberitahu pasien dan keluarga hasil
pemeriksaan
17.30 Membantu Pasien untuk miring kanan untuk
mencegah terjadi decubitus serta edukasi keluarga
untuk rutin mengganti posisi pasien setiap 2 jam
Evaluasi : Pasien bersedia miring kanan dan
keluarga bersedia untuk selalu membantu pasien
mengganti posisi pasien
19.00 Berikan injeksi IV Kalnex, VIT K, Citicolin dan
Ranitidin HCL, serta obat oral Heberssen
Evaluasi : sudah diberikan injeksi Kalnex, VIT K,
citicolin dan Ranitidin HCL serta obat oral
Heberssen
19.10 Melakukan pelepasan infus karena pasien sudah
boleh pulang
39

19.30 Mengantar pasien pulang


BAB V

PEMBAHASAN

Dalam kasus ini pengkaji melakukan Asuhan Kebidanan pada pasien

Stroke Hemoragik (ICH) pada Ny.Z usia 77 tahun pada tanggal 24 Januari 2024

sampai 30 Januari 2024.

Stroke hemoragik terbagi atas 2 yaitu PIS (perdarahan intraserebral)

dan PSA (perdarahan subaraknoid). Pasien yang di kaji diagnosa menderita ICH

(intra cerebral hemorrghe) yaitu termasuk kedalam perdarahan intraserebral (PIS),

didalam pengkajian diperoleh hasil bahwa pasien menderita hipertensi dan sudah

berusia lanjut, hal ini sejalan dengan teori setiawan (2021) mengatakan bahwa

sekitar 60-70% perdarahan intraserebral disebabkan oleh hipertensi, selain

hipertensi stroke hemoragik juga bisa dipengaruhi oleh usia. Hal ini diperkuat

dengan teori junaidi (2018) yang menyatakan pada umumnya stroke hamoragik

terjadi pada lanjut usia dikarenakan penyumbatan terjadi pada dinding pembuluh

darah yang sudah rapuh (aneurisma).

Saat pengkajian didapatkan informasi dari keluarga pasien bahwa ny.

zurna sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh nyeri kepala hebat dan mual

muntah hingga 10x, pada hari pertama dan kedua pengkajian keluarga pasien

mengatakan pasien tidak merespon jika diajak bicara dan anggota gerak kiri lemah

,mual dan muntah sudah berkurang, pada hari ketiga pasien sudah mulai merespon

jika diajak bicara dan anggota gerak kiri masih lemah, pada hari ke empat dan ke

lima keluarga pasien mengatakan tenggorokan ny. z sakit dan sulit untuk menelan

40
41

dan anggota gerak kiri masi lemah. Keluhan pasien sesuai dengan gejala-gejala

pada stroke hemoragik menurut Setiyawan et al, (2019) dan Tarwoto (2017) yaitu

sakit kepala hebat tiba-tiba, kelemahan dilengan atau kaki, mual dan muntah,

kesulitan bicara, kesulitan menelan.

penderita stroke hamoragik dapat mengalami gangguan fisik yang

meliputi kesulitan mengunyah dan menelan makanan (disfagia). Kesulitan

menelan makanan (disfagia) cenderung dialami oleh sekitar 40-60% pasien

stroke (Lingga, 2013). Hal ini diakibatkan karena munculnya reaksi

hipermetabolik (metabolisme yang berlebihan) akibat gangguan fungsi

hipotalamus di otak. Karena itu, pemberian nutrisi pada pasien stroke memerlukan

perhatian pada pemenuhan jumlah kebutuhan dan bentuk pemberian nutrisi.

Hal ini sesuai dengan pasien, keluarga mengatakan bahwa pasien mengalami sakit

tenggorokan dan sulit untuk makan (memenuhi kebutuhan nutrisinya).

Pemenuhan kebutusan mobilitas, penderita stroke memerlukan bantuan

keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Kemunduran fisik akibat stroke

menyebabkan kemunduran gerak fungsional baik kemampuan mobilisasi atau

perawatan diri (Pudjiastuti, 2003). Pada pasien Stroke Hemoragik biasanya akan

bedrest di tempat tidur dalam waktu yang lama, perlu dilakukannya reposisi di

tempat tidur seperti miring kanan dan miring kiri untuk mencegah terjadinya

ulkus dekubitus, yaitu cedera atau luka terbuka pada kulit yang disebabkan

adanya tekanan berkepanjangan dalam jangka waktu panjang di area tertentu

seperti tonjolan tulang. Pemenuhan kebutuhan mobilitas kiranya memerlukan

bantuan ahli fisioterapi atau spesialis olahraga (Thomas, 2000). Hal ini sesuai
42

dengan pasien ny. Zurna

Friedman (2014), menyatakan bahwa pada pasien stroke dimana

keadaan fisiknya tidak lagi seperti saat sehat tetapi keadaan fisiknya sudah

mengalami keterbatasan. Dalam hal ini pasien stroke perlu mendapatkan

dukungan keluarga supaya personal hygienenya dapat berjalan dengan baik.

Pengaruh langsung dari immobilisasi salah satunya tidak terpenuhinya personal

higiene karena terbatasnya kemampuan untuk memenuhinya. Dengan

membantu memelihara kebersihan perorangan bermanfaat untuk

mencegah penyakit- penyakit tertentu akibat dari penekanan tubuh yang terlalu

lama sehingga vaskularisasi ke area takanan terganggu/terhenti. Selain itu dengan

membantu memelihara kebersihan perorangan pada pasien stroke dapat

membantu mencegah terjadinya luka pada jaringan menjadi nekrosis yang disebut

dekubitus dan mencegah terjadinya beberapa penyakit nosokomial serta

mencegah berlanjutnya keadaan immobilitas seseorang. Menurut Dorothea Orem,

Personal hygine / perawatan diri adalah kegiatan memenuhi kebutuhan dalam

mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan individu baik dalam

keadaan sehat maupun sakit.


43

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil laporan kasus dan pembahasan diatas dapat diambil

kesimpulan bahwa:

Stroke hemoragik dapat dibedakan berdasarkan penyebab

perdarahannya yaitu perdarahan intraserebral dan pendarahan subarachnoid.

Gejala klinis dari stroke hemoragik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

gejala perdarahan intraserebral dan gejala pendarahan subarachnoid.

Tatalaksana stroke hemoragik dibagi menjadi stadium hiperakut, stadium

akut berupa terapi umum dan terapi khusus dan stadium sub-akut. Prognosis

dapat dibagi menjadi dua berdasarkan pendarahan intraserebral maupun

pendarahan sub arachnoid.

Pasien yang menderita stroke hemoragik mengalami lemah anggota

gerak sehingga tidak dapat melakukan aktivitas sendiri seperti memenuhi

kebutuhan dasar, peran keluarga dan tenaga kesehatan sangat diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien yang menderita stroke hemoragik.

6.2 Saran

5.2.1 Bagi responden

Bagi pasien diharapkan dapat secara rutin untuk melakukan

chek up ke rumah sakit agar mengetahui perkembangan dari

perdarahan yang disebabkan stroke hemoragik dan diharapkan


44

pasien patuh dalam mengkonsumsi obat dan rutin melakukan

kontrol.

5.2.2. Bagi tempat pengkajian

Diharapkan dari hasil laporan kasus ini bisa menjadi masukan

untuk rumah sakit atau instansi terkait pemberian asuhan kepada

pasien yng menderita stroke hemoragik seperti memenuhi atau

membantu kebutuhan dasar pada pasien yang menderita stroke

hemoragik.

5.2.3 Bagi pengkaji selanjutnya

Diharapkan pada pengkaji berikutnya dapat mengembangkan

kajian ini dengan melakukan dan menerapkan evidence based pada

pasien yang menderita stroke.


45

DAFTAR PUSTAKA

Abdu, S., Satti, Y.C., Payung, F. & Soputan, H.A. 2022. ‘Analisis Kualitas Hidup Pasien
Pasca Stroke Berdasarkan Karakteristik’, Jurnal Keperawatan Florence Nightingale, 5(2),
pp. 50–59. Available at: https://doi.org/10.52774/jkfn.v5i2.107
Barbosa, P.M., Ferreira, L.N., Cruz, V.T., Silva, A. & Szrek, H. 2022. ‘Healthcare,
Clinical Factors and Rehabilitation Predicting Quality of Life in First-time Stroke
Patients: A 12-month Longitudinal Study’, Journal of Stroke and Cerebrovascular
Diseases, 31(4), p. 106300. Available at:
https://doi.org/10.1016/j.jstrokecerebrovasdis.2021.106300
Fatema, Z., Sigamani, A., G, V. & Manuel, D. 2022. ‘“Quality of Life at 90 DaysAfter
Stroke and Its Correlation to Activities of Daily Living”: A Prospective Cohort Study’,
Journal of Stroke and Cerebrovascular Diseases, 31(11), p. 106806. Available at:
https://doi.org/10.1016/j.jstrokecerebrovasdis.2022.106806
Feigin, V.L., Brainin, M., Norrving, B., Martins, S., Sacco, R.L., Hacke, W., Fisher, M.,
Pandian, J. & Lindsay, P. 2022. ‘World Stroke Organization (WSO): Global Stroke Fact
Sheet 2022’, International Journal of Stroke, 17(1), pp. 18–29. Available at:
https://doi.org/10.1177/1747493021106591
Handayani, F., Utami, R.S., Ropyanto, C.B., Kusumaningrum, N.S.D. & Hastuti, Y.D.
2022. ‘The Associated Factors of Quality of Life Among Stroke Survivors: A Study in
Indonesia’, Nurse Media Journal of Nursing, 12(3), pp. 404–413. Available at:
https://doi.org/10.14710/nmjn.v12i3.45763.
Hartley, T., Burger, M. & Inglis-Jassiem, G. 2022. ‘Post stroke health-related quality of
life, stroke severity and function: A longitudinal cohort study’, African Journal of
Disability, 11, pp. 1–10. Available at: https://doi.org/10.4102/ajod.v11i0.947.
Haryanto, R. & Utami, M.P.S. 2019. Keperawatan Medikal Bedah II. Yogyakarta:
PUSTAKA BARU PRES
Nofrel, V. 2020. ‘Pengaruh Latihan Range Of Motion terhadap Peningkatan Kemampuan
Melakukan Activity Daily Living pada Penderita Pasca Stroke’, Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi, 20(2), p. 564. Available at: https://doi.org/10.33087/jiubj.v20i2.992
Palinggi, Y. & Anggraeni, L.P. 2020. ‘Gambaran Pemenuhan Activity Daily Living
(ADL) Pada Pasien Post Stroke Di Poliklinik Saraf RSUD Andi Makkasau Kota
Parepare’, jurnal Kesehatan Lentera Acitya, 7(1), pp. 16–24.
Zhu, W. & Jiang, Y. 2019. ‘Determinants of Quality of Life in Patients with Hemorrhagic
Stroke; A Path Analysis’, Medicine (United States), 98(5), pp. 1–7. Available at:
https://doi.org/10.1097/MD.0000000000013928
Amri, I. (2017). Pengelolaan Peningkatan Tekanan Intrakranial. Jurnal ilmiah kedoketran,
1-17.

Garg, R., & Biller, J. (2022). Recent advances in spontaneous intracerebral hemorrhage.
F1000 Research , 2-11
46

Haryono, R., & Sari Utami, M. P. (2019). Keperawatan medikal Bedah II.Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.

Junaidi, I. (2018). Panduan Praktis Pencegahan dan Pengobatan Stroke. Jakarta: PT.
Bhuana Ilmu Populer.

Junaidi, I. (2018). Stroke Waspadai Ancamannya. Yogyakarta: ANDI.

Kanggeraldo, J., Sari, R. P., & Zul, M. I. (2018). Sistem Pakar Untuk Mendiagnosis
Penyakit Stroke Hemoragik dan Iskemik Menggunakan Metode Dempster Shafer.
Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi , 498-505.

Mutiarasari, D. (2019). Ischemic Stroke: Symptoms, Risk Factors, and Prevention. Jurnal
Ilmiah Kedokteran Medika Tandukulo 1 , 60-73.

Setiawan, P. A. (2021). Diagnosa dan Tatalaksana Hemoragik. Jurnal Medika Hutama ,


1660-1665.

Sutarwi, Bakhtiar, Y., & Rochana, N. (2020). Sensitivitas dan Spesifitas Skor Stroke
Literature Review. Gaster Vol 18 , 186-193.

Hasdianah, dkk. (2015). Buku Ajar Dasar-Dasar Riset Keperawatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
47

Anda mungkin juga menyukai