Oleh :
KRESNA BAYU ERLANGGA
1010161054
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan
Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan
banyak mendapat dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
1. Bapak Drs. Sediarso, M.Farm, Apt. Selaku Ketua Program Studi DIII
Thamrin Jakarta.
2. Ibu Dr. Dra. Ellis Susanti, M.M., M.Pd., M.Si., Apt selaku pembimbing
3. Bapak Erie Aditia, S.Si selaku dosen pembimbing teknis yang telah
serta semangat dalam penulisan karya tulis ilmiah ini sehingga Karya
i
4. Pihak Diklat, Rekam medis dan Laboratorium klinik RSUD Budhi Asih
membantu baik secara moral maupun materi sehingga karya tulis ini
dapat terselesaikan.
ilmiah ini serta teman seperjuangan saya Amaylia Puspita Hudha yang
Karya Tulis Ilmiah ini, baik secara langsung maupun tidak langsung
Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR .......................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................... 4
C. Pembatasan Masalah .................................................... 5
D. Perumusan Masalah ...................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ........................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ......................................................... 6
iii
B. Hati ............................................................................... 24
1. Anatomi ................................................................... 24
2. Enzim Hati ............................................................... 28
3. Pemeriksaan Laboratorium SGOT dan SGPT ......... 31
C. Kerangka Berpikir ......................................................... 32
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Naskah
1. Jenis, sifat dan dosis OAT ............................................................ 24
2. Distribusi Frekuensi Hasil Pemeriksaan Kadar SGOT Dan SGPT
Pada Penderita Tuberkulosis Di RSUD Budhi Asih
Berdasarkan Nilai Normal dan Abnormal ....................................... 37
3. Distribusi Frekuensi Penderita Tuberkulosis Paru Berdasarkan
Lamanya Mengkonsumsi OAT Di RSUD Budhi ASIH ................... 38
4. Hubungan Kadar SGOT Dan SGPT Pada Penderita TB Yang
Mengkonsumsi OAT Pada Fase Lanjut ......................................... 38
Lampiran
5. Hasil Pemeriksaan Kadar SGOT dan SGPT Dengan Lamanya
Mengkonsumsi OAT Pada Fase Lanjut Di RSUD Budhi Asih ........ 47
6. Uji Normalitas ................................................................................ 53
7. Uji Korelasi SGOT dan SGPT Dengan Lamanya Mengkonsumsi
OAT ............................................................................................... 53
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Naskah
1. Anatomi Hati ................................................................................. 26
Lampiran
2. Instrumentasi alat ABX Pentra 400 ................................................ 51
3. Surat Tugas Bimbingan KTI ........................................................... 54
4. Surat Izin Pengambilan Data Penelitian di RSUD Budhi Asih ....... 55
5. Surat Balasan Izin Pengambilan Data Rekam Medik Di RSUD
Budhi Asih ..................................................................................... 57
6. Kartu Konsultasi Bimbingan KTI Pembimbing 1 dan 2 .................. 58
7. Kartu Konsultasi Perbaikan Karya Tulis Ilmiah ............................... 59
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pembunuh nomor satu penyakit menular dan menduduki urutan ketiga dari
1
2
Makin tinggi derajat kepositifan maka makin besar juga resiko tertular TB
Rifampisin (R) dan Pirazinamid (P). Efek samping yang paling sering
penglihatan, serta gangguan fungsi hati dan fungsi ginjal. Salah satu
(Aminah, 2013).
reaksi serupa antara alanin dan asam alfa ketoglutamat. Selain kerusakan
sel hati efek samping obat Tuberkulosis terhadap sistem peredaran darah
demam, pruritus, urtikaria, berbagai macam kelainan kulit, rasa sakit pada
insufisiensi ginjal dan gagal ginjal akut. Efek samping dari Isoniazid dan
RSUD Budhi Asih dengan hasil yang didapatkan untuk hasil Abnormal
SGOT 49% dan SGOT 47%. Pada penelitian ini akan dilakukan penelitian
dan SGPT pada pasien Tubekulosis yang sudah mendapat terapi obat
anti Tuberkulosis fase lanjut di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Budhi
Asih.
B. Identifikasi Masalah
serius.
dan SGPT.
5
C. Pembatasan Masalah
paru yang telah mendapat terapi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) fase lanjut.
D. Perumusan Masalah
adalah Bagaimana hubungan kadar enzim SGOT dan SGPT pada pasien
tuberkulosis paru yang sudah mendapat terapi obat anti tuberkulosis fase
E. Tujuan Penelitian
1.Tujuan Umum
tuberkulosis paru yang sudah mendapat terapi obat anti tuberkulosis fase
2. Tujuan Khusus
normal.
F. Manfaat Penelitian
bahan diskusi, dan bahan kajian lanjutan bagi pembaca dan peneliti
selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tuberkulosis
1. Definisi
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Karim,
2013).
Mycobacterium tuberculosis
Kingdom : Bacteria
Phylum : Actinobacteria
Ordo : Actinomycetales
Family : Mycobactericeae
Genus : Mycobacterium
b. Morfologi
kokoid, berfilamen, tidak berspora dan tidak bersimpai. Kuman ini tahan
7
8
Mycobacterium tuberculosis
ikut di batukan keluar dan bila terhisap orang lain maka kuman
Tuberkulosis itu akan ikut pula terhisap dan mungkin akan menimbulkan
2. Epidemiologi
salah satu negara dengan penularan yang tinggi. Laporan WHO tentang
Artinya setiap tahun di dunia ini akan ada sekitar 8 juta penderita TB paru,
dan akan ada sekitar 3 juta orang meninggal oleh karena penyakit ini.
Ditahun 1990 tercatat ada lebih dari 45 juta kematian di dunia karena
berbagai sebab, dimana 3 juta (7%) terjadi karena kasus TB. Selain itu
25% dari seluruh kematian yang sebenarnya dapat dicegah terjadi akibat
Tuberkulosis. Tahun 1990 dikawasan Asia Tenggara telah muncul 3,1 juta
9
penderita baru Tuberkulosis dan terjadi lebih dari satu juta kematian akibat
penyakit ini. Pada tahun 2005 di Asia Tenggara ada lebih dari 8,8 juta
penderita baru Tuberkulosis dan lebih dari 1,6 juta kematian (Bakri, 2016).
untuk deteksi kasus dan keberhasilan pengobatan pada tahun 2006. Pada
ditemukan dan diobati (data awal Mei 2010) dan lebih dari 169.213
pada kohort tahun 2008 mencapai 91%. Pencapaian target global tersebut
Tuberkulosis aktif.
10
dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu
ini.
5) Gagal adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau
4. Patogenesis
kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat
yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler).
bersangkutan akan menjadi sakit TB. Masa inkubasi yaitu waktu sejak
pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis post primer mempunyai nama yang
dengan sarang dini, yang umumnya terletak di segmen apikal dari lobus
5. Faktor Resiko
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti status sosial ekonomi, status gizi,
syarat-syarat kesehatan.
b. Status Gizi
c. Umur
penyakit TB.
14
d. Jenis Kelamin
6. Pengendalian TB di Indonesia
2016).
selama enam bulan. Pada fase ini, terdapat indikator utama untuk
diobati dan dilaporkan yang angka ini merupakan penjumlahan dari angka
yang tercatat. Angka minimal yang harus dicapai adalah 85%. Angka
7. Diagnosis TB
b. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan Mikroskopis
pandang.
pandang.
pandang.
lapang pandang).
2014).
TB (Bakri, 2016).
3) Pemeriksaan GeneXpert
4) Bayangan milier.
d. Pemeriksaan penunjang
terbuka, biopsi pleura, biopsi kelenjar dan organ lain diluar paru.
kepatuhan yang rendah untuk berobat secara teratur oleh karena itu
dibuat sediaan obat baru yang berisi 2 atau lebih OAT yang di sebut
a. Tahapan Pengobatan TB
Pada tahap intensif awal pasien mendapat obat setiap hari dan
1) Isoniazid
2) Rifampisin
3) Etambutol
4) Pirazinamide
5) Streptomisin
Tabel 1.
Jenis, sifat dan dosis OAT
B. Hati
1. Anatomi
atau lebih 25% berat badan orang dewasa dan merupakan pusat
sebagian kuadran kanan atas abdomen. Batas hati berada sejajar dengan
kanan ke iga VIII kiri. Permukaan posterior hati berbentuk cekung dan
Ornentum minor terdapat mulai dari sistem porta yang mengandung arteri
hepatica, vena porta dan ductus koledokus. Sistem porta terletak di depan
falciform yaitu lobus kiri dan lobus kanan yang berukuran kira-kira 2 kali
lobus kiri. Hati terbagi 8 segmen dengan fungsi yang berbeda. Pada
dasarnya garis cantlie yang terdapat mulai dari vena cava sampai
lobuli, setiap lobules berbentuk heksagonal yang terdiri atas sel hati
Gambar 1.
Anatomi Hati
Sumber : Buku Anatomi Tubuh Manusia
(Setiadi, 2011).
ini berfungsi untuk sekresi empedu, namun juga memiliki fungsi antara lain
b. Detoksifikasi atau degradasi zat sisa dan hormon serta obat dan
dan kolesterol.
sentral. Hati memiliki bagian terkecil yang melakukan tugas diatas disebut
sel hati (hepatosit), sel epithelial system empedu dalam jumlah yang
sel kupffer dan sel stellata yang berbentuk seperti bintang. Tugas aktivitas
fagositik dilakukan oleh makrofag residen yang disebut sel kupffer. Setiap
Darah vena yang langsung datang dari saluran pencernaan dan darah
arteri yang dating dari aorta. Darah dari cabang-cabang arteri hepatica
dan vena porta mengalir dari perifer lobules kedalam ruang kapiler yang
dan kompleks yang dikenal sebagai sistem porat hati. Vena yang mengalir
dari saluran cerna tidak secara langsung menyatu dengan vena cava
inferior akan tetapi vena-vena dari lambung dan usus terlebih dahulu
memasuki sistem vena porta. Pada sistem ini produk-produk yang diserap
2. Enzim Hati
Pyruvate Transaminase).
3) Implikasi klinik :
nilai normal.
Oxaloacetic Transaminase)
sirkulasi.
3) Implikasi Klinik :
diabetes mellitus.
bilier, ginjal dan usus halus. Pelepasan enzim ini seperti juga
3) Implikasi Klinik :
dengan aktivitas ALT dan diukur secara fotometrik (Kit Insert Indo
Reagen).
32
C. Kerangka Berfikir
Penderita
Tuberkulosis
Penderita
Pengobatan Anti
Tuberkulosis
Pengobatan Anti
Pemeriksaan
LaboratoriumPemer
iksaan
METODE PENELITIAN
A. Definisi Operasional
3. Kadar SGOT adalah kadar enzim SGOT dari sampel serum yang
4. Kadar SGPT adalah kadar enzim SGPT dari sampel serum yang
33
34
1. Waktu Penelitian
2. Tempat Penelitian
1. Populasi
2. Sampel
dengan tahapan :
MH. Thamrin.
35
Budhi Asih.
mengkonsumsi OAT.
Februari-Juli 2019.
7. Rekapitulasi data.
1. Hitung Sampel
Software Statistik.
𝑁
n = 1+𝑁.𝑒²
205
= 1+205.(0,05)²
205
= 1,5125
n = 150
36
Keterangan :
N = Populasi.
2. Pengolahan Data
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang bertujuan untuk menilai sebaran data
b. Uji Korelasi/Hubungan
A. Hasil
SGPT pada penderita Tuberkulosis Paru RSUD Budhi Asih terdapat 150
pasien dari bulan Februari hingga Juli tahun 2019 di dapatkan hasil
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Hasil Pemeriksaan Kadar SGOT dan SGPT
Pada Penderita Tuberkulosis di RSUD Budhi Asih Berdasarkan Nilai
Normal dan Abnormal.
37
38
Tabel 3.
Distribusi Frekuensi Penderita Tuberkulosis Paru Berdasarkan Nilai
Normal dan Abnormal Terhadap Lamanya Mengkonsumsi OAT di
RSUD Budhi Asih.
selama 4-6 bulan dan 54,7% kadar SGOT melebihi nilai normal dengan
lama mengkonsumsi OAT selama 4-6 bulan. Kadar SGPT yang sesuai
dengan nilai normal sebanyak 72% dengan lama konsumsi OAT selama
4-6 bulan sedangkan kadar SGPT yang melebihi nilai normal sebanyak
Tabel 4.
Hubungan Kadar SGOT dan SGPT Pada Penderita TB Yang
Mengkonsumsi OAT Pada Fase Lanjut.
OAT fase lanjut dengan nilai Signifikasi 0,005 (p<0,05) dan nilai r (0,428)
B. Pembahasan.
sebanyak 57 orang (38%) melebihi nilai normal. Hal ini mungkin dapat
disebabkan oleh efek obat yaitu hepatotoksik dari OAT itu sendiri, salah
metabolisme asam amino dan membuat protein, ketika sel-sel hepar rusak
atau mati, Enzim SGOT dan SGPT bocor ke aliran darah sehingga
al., 2010). Hal ini didukung oleh peneliti sebelumnya oleh Risdianto pada
tahun 2015, didapatkan kadar SGOT sebanyak 50% yang abnormal dan
kadar SGPT sebanyak 20% yang abnormal. Dikatakan bahwa nilai SGOT
54,7% melebihi nilai normal dengan lama mengkonsumsi OAT selama 4-6
Hal ini menambah beban kerja dari organ hati karena harus
memetabolisme berbagai macam obat dalam kurun waktu yang lama. Jika
hal ini berlangsung akan menyebabkan hati lebih rentan untuk mengalami
semua obat menimbulkan efek toksik pada hati, hal ini tergantung dari
jenis obat dan dosis obat (Aminah, 2013). Hal ini didukung penelitian
sebelumnya oleh Siti Aminah pada tahun 2013, didapatkan hasil kadar
SGOT sebanyak 54,7% melebihi nilai normal dan kadar SGPT 49.3%
OAT fase lanjut dengan nilai Signifikasi 0,005 (p<0,05) dan nilai r (0,428)
yang dapat disimpulkan adanya hubungan yang cukup dan searah. Hal ini
kenaikan kadar SGPT. Pada penyakit hati kadar enzim SGOT dan SGPT
enzim-enzim itu yang dalam keadaan normal terdapat didalam sel hati
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada 150 orang Penderita
42
43
B. Saran
dilakukan pengendalian.
Tuberkulosis.
semakin menyempit.
44
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, Pribadini. Stella Palar, Julia. (2014) ‘Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 2,
Nomor 3, November 2014’, 2(November).
Butuan, Velma. (2014) ‘Gambaran Basil Tahan Asam (BTA) Positif Pada
Penderita Diagnosa Klinis Tuberkulosis Paru Di Rumah Sakit Islam
Sitti Maryam Manado Periode Januari 2014 S/D Juni 2014’, Jurnal e-
Biomedik, 2(2).
Dwi Atmoko, Nugroho. (2012) ‘Hubungan Antara Status Gizi dengan Efek
Samping Obat Anti Tuberkulosis pada Pasien Dewasa di BKPM Pati
tahun 2011’, pp. 1–14.
Sari, Ida Diana., Yuniar, Yuni. and Syaripuddin, Muhammad. (2017) ‘Studi
Monitoring Efek Samping Obat Antituberkulosis Fdc Kategori 1 Di
Provinsi Banten Dan Provinsi Jawa Barat’, Media Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 24(1), pp. 28–35. doi:
10.22435/mpk.v24i1.3484.28-35.
Lampiran 1
Hasil Pemeriksaan
Tabel 5.
Hasil Pemeriksaan Kadar SGOT Dan SGPT Dengan Lamanya
Mengkonsumsi OAT Pada Fase Lanjut Di RSUD Budhi Asih
Lama
Nama Usia Jenis SGOT SGPT
No. Pengobatan
(Inisial) (Tahun) Kelamin (<31 IU/L) (<34 IU/L)
(Bulan)
1. S 36 L 24 30 4 Bulan
2. M 68 P 14 7 4 Bulan
3. S 32 L 21 10 4 Bulan
4. A 40 L 15 14 4 Bulan
5. E 29 L 27 31 4 Bulan
6. E 57 L 15 23 4 Bulan
7. R 49 L 27 61 4 Bulan
8. F 51 L 18 18 4 Bulan
9. D 24 L 12 20 4 Bulan
10. A 22 P 19 24 4 Bulan
11. A 24 P 13 8 4 Bulan
12. B 38 L 24 32 4 Bulan
13. R 39 L 15 10 4 Bulan
14. S 50 P 34 14 4 Bulan
15. I 24 P 65 58 4 Bulan
16. G 22 P 22 11 4 Bulan
17. R 32 L 32 47 4 Bulan
18. A 25 L 25 22 4 Bulan
19. R 23 L 23 79 4 Bulan
20. Y 27 P 22 31 4 Bulan
21. H 40 L 40 29 4 Bulan
22. N 41 P 41 19 4 Bulan
23. R 32 L 32 37 4 Bulan
24. U 31 L 31 21 4 Bulan
25. R 45 L 45 47 4 Bulan
26. N 28 P 28 29 4 Bulan
27. C 33 L 33 18 4 Bulan
28. A 37 L 37 45 4 Bulan
29. M 40 L 40 48 4 Bulan
30. E 31 P 31 20 4 Bulan
31. D 42 L 42 25 4 Bulan
32. H 49 L 49 40 4 Bulan
33. S 41 L 41 30 4 Bulan
34. M 29 P 29 29 4 Bulan
48
Lama
Nama Usia Jenis SGOT SGPT
No. Pengobatan
(Inisial) (Tahun) Kelamin (<31 IU/L) (<34 IU/L)
(Bulan)
35. M 35 P 35 30 4 Bulan
36. S 41 P 41 30 4 Bulan
37. M 24 P 23 24 4 Bulan
38. E 61 L 42 17 5 Bulan
39. T 65 L 16 17 5 Bulan
40. R 31 P 30 38 5 Bulan
41. K 61 L 14 13 5 Bulan
42. R 40 P 18 9 5 Bulan
43 C 44 L 23 49 5 Bulan
44. N 58 L 16 49 5 Bulan
45. S 54 L 24 13 5 Bulan
46. A 28 L 96 54 5 Bulan
47. R 37 L 13 43 5 Bulan
48. S 54 L 20 66 5 Bulan
49. Z 44 P 44 31 5 Bulan
50. K 65 P 8 13 5 Bulan
51. Y 40 L 32 40 5 Bulan
52. K 51 L 8 13 5 Bulan
53. R 44 P 27 17 5 Bulan
54. T 70 P 12 9 5 Bulan
55. K 69 P 32 41 5 Bulan
56. H 42 L 40 48 5 Bulan
57. D 23 P 18 17 5 Bulan
58. S 45 L 32 27 5 Bulan
59. L 55 L 10 15 5 Bulan
60. R 46 L 20 30 5 Bulan
61. R 44 P 24 10 5 Bulan
62. E 43 P 34 36 6 Bulan
63. W 59 P 18 17 6 Bulan
64. T 58 L 34 28 6 Bulan
65. D 57 L 45 46 6 Bulan
66. R 46 L 33 13 6 Bulan
67. A 64 P 18 15 6 Bulan
68. M 64 L 27 28 6 Bulan
69. H 49 L 36 40 6 Bulan
70. M 48 P 39 40 6 Bulan
71. B 69 L 17 40 6 Bulan
72. I 57 P 13 26 6 Bulan
73. S 37 P 45 48 6 Bulan
74. P 67 P 20 38 6 Bulan
75. E 27 L 14 18 6 Bulan
76. A 48 L 21 22 6 Bulan
49
Lama
Nama Usia Jenis SGOT SGPT
No. Pengobatan
(Inisial) (Tahun) Kelamin (<31 IU/L) (<34 IU/L)
(Bulan)
77. S 44 P 12 9 6 Bulan
78. S 56 P 23 11 6 Bulan
79. S 35 L 17 9 6 Bulan
80. R 33 L 24 19 6 Bulan
81. M 61 P 21 39 6 Bulan
82. A 66 L 26 10 6 Bulan
83. M 45 L 48 30 6 Bulan
84. N 54 L 20 17 6 Bulan
85. U 53 L 63 42 6 Bulan
86. D 28 P 14 8 6 Bulan
87. M 57 L 18 31 6 Bulan
88. S 58 L 68 71 6 Bulan
89. F 39 L 18 24 6 Bulan
90. H 25 L 21 11 6 Bulan
91. S 50 L 19 7 6 Bulan
92. I 39 L 36 45 6 Bulan
93. H 30 L 13 30 6 Bulan
94. A 45 P 20 31 6 Bulan
95. I 40 L 39 28 6 Bulan
96. S 50 L 28 40 6 Bulan
97. W 41 P 45 11 6 Bulan
98. A 68 P 33 10 7 Bulan
99. N 48 P 45 20 7 Bulan
100. I 60 L 18 35 7 Bulan
101. M 65 P 20 13 7 Bulan
102. A 48 L 33 26 7 Bulan
103. S 57 P 26 21 7 Bulan
104. Y 55 P 42 10 7 Bulan
105. B 31 L 10 36 7 Bulan
106. H 45 L 32 36 7 Bulan
107. R 45 P 9 5 7 Bulan
108. Y 21 L 21 73 7 Bulan
109. D 50 L 27 16 7 Bulan
110. E 52 P 44 43 7 Bulan
111. N 21 P 9 14 7 Bulan
112. A 54 P 37 98 7 Bulan
113. J 24 L 40 50 7 Bulan
114. R 36 L 35 30 7 Bulan
115. Y 60 P 31 46 7 Bulan
116. B 60 L 5 37 7 Bulan
117. A 50 L 46 37 7 Bulan
118. M 40 L 22 45 8 Bulan
50
Lama
Nama Usia Jenis SGOT SGPT
No. Pengobatan
(Inisial) (Tahun) Kelamin (<31 IU/L) (<34 IU/L)
(Bulan)
119. A 54 L 39 73 8 Bulan
120. R 35 L 40 39 8 Bulan
121. S 64 L 29 36 8 Bulan
122. T 20 L 24 46 8 Bulan
123. I 60 L 46 44 8 Bulan
124. S 31 P 35 20 8 Bulan
125. L 47 P 69 80 8 Bulan
126. N 42 P 56 60 8 Bulan
127. H 40 L 25 30 8 Bulan
128. T 55 P 30 48 8 Bulan
129. N 51 L 35 20 8 bulan
130. T 51 L 28 21 9 Bulan
131. A 71 L 34 21 9 Bulan
132. I 64 L 33 31 9 Bulan
133. Y 36 L 15 11 9 Bulan
134. S 64 L 31 25 9 Bulan
135. S 63 L 27 38 9 Bulan
136. N 48 P 39 40 9 Bulan
137. P 59 P 56 42 10 Bulan
138. H 72 P 39 26 10 Bulan
139. H 66 P 15 113 10 Bulan
140. S 57 L 22 55 10 Bulan
141. H 59 P 39 20 10 Bulan
142. S 47 P 54 28 11 Bulan
143. S 47 P 35 42 11 Bulan
144. N 42 P 24 18 11 Bulan
145. P 50 L 40 15 11 Bulan
146. K 44 P 18 24 12 Bulan
147. A 28 P 41 32 12 Bulan
148. D 57 P 18 29 12 Bulan
149. N 54 P 34 42 12 Bulan
150. S 45 P 41 53 12 Bulan
51
Lampiran 2
Instrumentasi Penelitian
Gambar 2.
ABX PENTRA 400
Lampiran 3
Perhitungan Statistik
Tabel 6.
Uji Normalitas
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
SGOT ,084 150 ,011 ,932 150 ,000
SGPT ,107 150 ,000 ,907 150 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
Tabel 7.
Uji Korelasi SGOT dan SGPT Dengan Lamanya Mengkonsumsi OAT
SGOT SGPT
Spearman's rho SGOT Correlation
1,000 ,428**
Coefficient
Sig. (2-tailed) . ,000
N 150 150
SGPT Correlation
,428** 1,000
Coefficient
Sig. (2-tailed) ,000 .
N 150 150
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
54
Lampiran 4
Surat Tugas Bimbingan KTI
Gambar 3.
Surat Tugas Pembimbing 1 dan 2
55
Lampiran 8
Gambar 4.
Surat Izin Pengambilan Data Rekam Medik
56
57
Lampiran 9
Surat Balasan Izin Pengambilan Data Rekam Medik
di RSUD Budhi Asih
Gambar 5.
Surat Balasan Izin Pengambilan Data Rekam Medik
di RSUD Budhi Asih
58
Lampiran 10
Gambar 6.
Kartu Konsultasi Bimbingan KTI Pembimbing 1 dan 2
59
Lampiran 11
Kartu Konsultasi Perbaikan Karya Tulis Ilmiah
Gambar 7.
Kartu Konsultasi Perbaikan
60
BIODATA