Anda di halaman 1dari 43

BAWANG PUTIH (Allium sativum) SEBAGAI PESTISIDA

ALAMI PEMBASMI KUTU KASUR (Cimex hemipterus)


PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan pada Bidang Kajian Sains sebagai syarat mengerjakan karya tulis ilmiah
di
Pondok Pesantren Daar el-Qolam 2 Program Excellent Class

Disusun oleh:
HAIDAR NAHDA TAJALLAIKA AP
KELAS: 6 IPA A/NIS: 1415.1.30043

PROGRAM EXCELLENT CLASS


PONDOK PESANTREN DAAR EL QOLAM
GINTUNG, JAYANTI, TANGERANG
2019 M/1439 H
LEMBAR PERSETUJUAN

BAWANG PUTIH (Allium sativum)


SEBAGAI PESTISIDA ALAMI PEMBASMI KUTU BUSUK (Cimex
hemipterus)

Oleh :
HAIDAR NAHDA TAJALLAIKA AP
Kelas: 6 IPA A/NIS: 1415.1.30043

Karya Tulis Ilmiah ini telah disahkan dan diterima sebagai salah satu syarat kelulusan pada
Program Excellent Class, Pondok Pesantren Daar el-Qolam,
Gintung, Jayanti, Tangerang.

Pembimbing Tanda Tangan Tanggal

Ai Yanti Fujianti , S.Pd. ……………….. ………………..

Gintung, …../…../2019
Mengetahui,
Koordinator Kajian Sains

Ade Rismanto, S.T,M.M.

2
LEMBAR PENGESAHAN

BAWANG PUTIH (Allium sativum) SEBAGAI PESTISIDA ALAMI


PEMBASMI KUTU KASUR (Cimex hemipterus)
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Oleh
HAIDAR NAHDA TAJALLAIKA AP
Kelas: 6 IPA A/NIS: 1415.1.30043

Karya Tulis Ilmiah ini telah disahkan dan diterima sebagai salah satu syarat kelulusan pada
Program Excellent Class, Pondok Pesantren Daar el-Qolam,
Gintung, Jayanti, Tangerang.

Penguji I Penguji II

(...........................................) (...........................................)

Gintung, …../…../2018
Mengetahui,
Kepala SMA Daar el-Qolam

Aam Amarullah, M.Pd.

3
LEMBAR PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul "Bawang
putih (Allium sativum) sebagai pestisida alami pembasmi kutu kasur (Cimex hemipterus)". ini
saya susun sebagai syarat kelulusan dari Program Excellent Class Pondok Pesantren Daar el-
Qolam ini merupakan hasil karya saya sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan karya tulis ilmiah yang saya kutip dari
hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan
etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian karya tulis ilmiah ini bukan
hasil karya saya sendiri atau adanya plagiarisme dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia
menerima sanksi pencabutan ijazah pondok yang saya dapatkan dan sanksi-sanksi lainnya sesuai
dengan peraturan dan kebijakan Pengasuh dan Pemimpin Pondok Pesantren Daar el-Qolam.

Tangerang, 6 September 2019

Haidar Nahda Tajallaika AP

4
Abstrak
Pestisida adalah subtansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan
untuk mengendalikan berbagai hama. Bawang putih merupakan salah satu tanaman umbi
umbian yang sudah biasa dipakai sebagai penyedap masakan oleh penduduk Indonesia
tanaman yang satu ini selain dijadikan sebagai peneyedap masakan dan dapat dijadikan
sebagai obat tradisional karena dalam bawang putih mengandung antioksidan yang
merupakan bahan anti kanker. Tanaman yang satu ini mempunyai bau yang sangat
menyengat yang dapat di jadikan sebagai bahan pestisida yang ramah lingkungan dan
higenis. kutu kasur (Cimex hemipterus) atau kutu busuk merupakan salah satu jenis
serangga parasit. Kutu kasur dikenal sebagai spesies yang meminum darah manusia dan
hewan berdarah panas lainnya. Kutu Kasur senang tinggal di rumah manusia, khususnya
pada tempat tidur. Kutu kasur biasa tinggal dan bertelur di lipatan tempat tidur atau bantal
dan tempat-tempat tersembunyi lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
cara pembuatan pestisida alami berbahan dasar bawang putih, dan untuk mengetahui
berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membasmi kutu kasur dengan pestisida alami
berbahan dasar bawang putih. Metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah
eksperimen. Penulis mencoba membuat pestisida alami berbahan dasar bawang putih
sebagai bahan alternatif dalam pembuatan pestisida. Pada penelitian ini 100 gram bawang
putih ditimbuk secara halus lalu dimasukan kedalam gelas ukur lalu ditambahkan dengan
100 ml minyak sayur dan dibiarkan selama 24 jam agar dapat meresap secara maksimal
lau campurkan satu sendok teh sabun cair, sabun cair berperan sebagai pengawet lalu
cairan yang sudah jadi di masukan dalam 3 wadah yang berbeda yaitu botol A,B,C
dengan rincian, Botol A 100% ekstrak bawng putih, Botol B 50% alkohol dan 50%
ekstark bawang putih, Botol C 50% alkohol dan 50% air (0% ekstrak bawang putih).
Kemudian setiap botol disemprotkan pada sampel 10 kutu busuk yang telah disediakan
lalu diamati dari ketiga larutan mana yang paling efektif untuk membasmi kutu kasur.

Kata kunci :Pestisida, Kutu kasur, Bawang putih

i
Abstract
Pesticides are chemical substances and other materials as well as microorganisms
and viruses that are used to control various pests. Garlic is one of the tubers that is
commonly used as a flavoring dish by the Indonesian population. This one plant is
not only used as a recipe for cooking and can be used as a traditional medicine
because it contains antioxidants which are anti-cancer ingredients. This one plant
has a very strong odor that can be made as an environmentally friendly and
hygienic pesticide. bed bugs (Cimex hemipterus) or bedbugs are one type of
parasitic insect. Bed bugs are known as a species that drinks human blood and
other warm-blooded animals. Mites Mattresses love to live in human homes,
especially on beds. Bed bugs usually live and lay eggs in folds of beds or pillows
and other hidden places. The purpose of this study was to find out how to make
natural garlic-based pesticides, and to find out how long it would take to eradicate
bed bugs with natural garlic-based pesticides. The research methodology used by
the author is an experiment. The author tries to make natural garlic-based
pesticides as an alternative ingredient in making pesticides. In this study 100
grams of garlic were finely ground and then put into a measuring cup and then
added with 100 ml of vegetable oil and left for 24 hours to be able to absorb the
maximum and mix one teaspoon of liquid soap, liquid soap acts as a preservative
and the liquid is finished input in 3 different containers, namely bottle A, B, C
with details, Bottle A 100% extract of white bawng, Bottle B 50% alcohol and
50% extract of garlic, Bottle C 50% alcohol and 50% water (0% extract garlic).
Then each bottle was sprayed on a sample of 10 bed bugs that had been provided
and then observed from the three solutions which were the most effective for
eradicating bed bugs.

Keywords: Pesticides, Bed bugs, Garlic

ii
LEMBAR DEDIKASI

Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini Saya persembahkan untuk kedua orang tua Saya
Bapak Johardi,S.E. dan Ibu Kurniasih, kedua adik Saya Faariz dan Faeyza yang
senantiasa mendukung jalannya pendidikan Saya dari segi mental, dan doa.
“Hidup yang berarti adalah hidup yang disetiap waktu kita melakukan
gerakan dan jangan sia-siakan kesempatan dan waktumu yang berharga”
“Berprasangka baiklah kepada Allah .Sesungguhnya Allah telah menuliskan
takdir kita yang baik diatas Lauhul mahfuz”

iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah subhanahu wa Ta`ala yang telah memberikan
karunia dan rahmat-Nya kepada penulis, hingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunanini dengan judul "Bawang putih (Allium sativum) sebagai pestisida
alami pembasmi kutu kasur (Cimex hemipterus)". Karya sederhana ini penulis
susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat kelulusan di Program Excellent
Class Pondok Pesantren Daar el-Qolam, Gintung, Jayanti, Tangerang.
Penulis menyadari, bahwa karya tulis ini tidak dapat diselesaikan tanpa
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis berterima
kasih kepada semua pihak yang memberikan kontribusi dan dukungan dalam
penyusunan karya tulis ini. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima
kasih sebesar-besarnya dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Al-Ustadz Drs. K. H. Ahmad Syahiduddin sebagai Pengasuh
Pondok Pesantren Daar el-Qolam yang telah mencurahkan segenap
perhatian dan pemikiran untuk kemajuan pondok dan
perkembangan Umat Islam.
2. Al-Ustadz Drs. K. H. Odhy Rosihuddin, M. Pd., sebagai Pemimpin
Pondok yang telah bekerja keras dalam peningkatan kualitas
pendidikan di Pondok Pesantren Daar el-Qolam.
3. Al-Ustadz Tata Suwanta, M.Pd., sebagai Koordinator Kajian Sosial
dan Humaniora, yang telah membantu penulis dalam proses
penyusunan karya tulis ini.
4. Al-Ustadzah Ai Yanti Fujianti , S.pd., sebagai Pembimbing yang
telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam
penyusunan karya tulis ini.
5. Asatidz dan ustadzat yang telah memberikan ilmu dan pendidikan
yang berharga pada penulis.
6. Staf administrasi yang telah membantu penulis dalam
merampungkan karya tulis ini.
7. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada asatidz wali
kelas enam dan segenap santri kelas enam Program Excellent Class

iv
yang telah banyak membantu penulis untuk memperoleh data
penelitian dan karya tulis ilmiah ini.
8. Akhirnya, secara khusus lagi, penulis mengucapkan terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada ayahanda dan
ibunda, yang telah tidak henti-hentinya memberikan semangat, doa
dan selalu memotivasi penulis dalam penulisan karya tulis ini.
Tidak ada gading yang tidak retak. Tidak ada yang sempurna di dunia ini.
Demikian pula dengan penulisan karya tulis ilmiah ini. Kritik dan saran sangatlah
penulis harapkan dan dapat disampaikan secara langsung maupun tidak langsung.
Semoga karya tulis ini menjadi tambahan khazanah pengetahuan bagi siapa pun
yang membacanya.

Tangerang, September 2019

Haidar Nahda Tajallaika AP

v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... 2

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... 3

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... 4

Abstrak ..................................................................................................................... i

Abstract ................................................................................................................... ii

LEMBAR DEDIKASI ........................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv

DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

B. Batasan Masalah ..................................................................................... 2

C. Rumusan Masalah................................................................................... 2

D. Tujuan Penelitian .................................................................................... 2

E. Manfaat Penelitian .................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4

A. Tinjauan pustaka..................................................................................... 4

1.Bawang putih ......................................................................................... 4

a) Ciri-ciri Bawang Putih .................................................................. 4

b) Manfaat Bawang Putih.................................................................. 5

2. Pestisida ................................................................................................ 5

a) Pestisida Kimia.............................................................................. 5

b) Pestisida Alami ............................................................................. 7

3.Kutu kasur ............................................................................................. 8

vi
a) Kutu kasur (CimexHemipterus) .................................................... 8

b) Karakteristik kutu kasur(Cimexhemipterus)................................. 9

c) siklus hidup kutu kasur................................................................ 10

d) Dampak yang ditimbulkan kutu busuk terhadap manusia .......... 11

B. Hubungan Antara Bawang Putih Dan Pestisida ................................... 12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 13

1. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. 13

2. Populasi ............................................................................................... 13

3. Sampel ................................................................................................. 13

4. Variabel Penelitian .............................................................................. 13

5. Jenis Metodologi Penelitian ................................................................ 14

6. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 14

7. Teknik Analisis Data ........................................................................... 14

8 InstrumenPenelitian............................................................................. 14

a) Bahan Penelitian ............................................................................. 15

b) Langkah Kerja ................................................................................ 15

9 . Kerangka berfikir ............................................................................... 16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 17

1. Deskripsi Data ........................................................................................... 17

a. Langkah 1 Ekstraksi bawang putih ........................................................ 17

b. Langkah 2 membuat varian larutan ........................................................ 17

c. Langkah 3 melakukan percobaan ........................................................... 18

d. Langkah 4 hasil percobaan ..................................................................... 20

2. Pembahasan ............................................................................................... 21

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 24

1. Kesimpulan ............................................................................................... 24

vii
2. Saran .......................................................................................................... 24

DAFTAR PUSAKA .............................................................................................. 26

LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................... 27

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 29

viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bawang putih……………..………………………………………...5
Gambar 2.2 pestisida kimia……………………………………………………...6
Gambar 2.3 Pestisida alami ……………………………………………………..7
Gambar 2.4 Kutu kasur…...……………………………………………...……..10
Gambar 2.5 Siklus hidup kutu kasur…..……………………………………......12
Gambar 4.1 Hasil pemnyemprotan larutan A…………..………………………18
Gambar 4.2 Hasil pemnyemprotan larutan B……………..……………………19
Gambar 4.3 Hasil pemnyemprotan larutan C……………..……………………20

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Giant Chart….…………………………………………..……….....13


Tabel 3.2 Tabel bahan………………………………………………..…….....14
Tabel 4.1 Tabel hasil penyemprotan larutan A………………………………18
Tabel 4.2 Tabel hasil penyemprotan larutan B………………………………19
Tabel 4.3 Tabel hasil penyemprotan larutan C……………………………...19
Tabel 4.1 Tabel hasil penyamprotan ekstrak bawang putih…………………20

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pestisida sekarang ini merupakan hal yang umum yang kita temui
karena saat ini penggunaan pestisida merupakan salah satu bahan utama
dalam bercocok tanam karena dengan menggunakan pestisida dapat
meningkatkan hasil panen termasuk meningkatkan kualitas dan bobot
tanaman dari organisme pengganggu seperti hewan pembusuk, daun
pembusuk buah maupun pembusuk batang pada sebuah tanaman.
Pestisida terbagi atas dua kategori yaitu pestisida alami/nabati yang
berasal dari bahan bahan alami/herbal yang ramah lingkungan karena
terdiri dari bahan herbal sehingga mudah diuraikan pada tanaman yang
disemprotkan dan pestisida buatan yang berasal dari campuran beberapa
bahan kimia sintesis yang tidak dapat diolah secara alami pada suatu
tanaman karena terdiri dari campuran bahan kimia yang sukar diuraikan
Bawang putih merupakan salah satu tanaman umbi-umbian yang
sudah biasa dipakai sebagai penyedap masakan oleh penduduk Indonesia
tanaman yang satu ini selain dijadikan sebagai penyedap masakan dan
dapat dijadikan sebagai obat tradisional karena dalam bawang putih
mengandung antioksidan yang merupakan bahan anti kanker. Tanaman
yang satu ini mempunyai bau yang sangat menyengat yang dapat di
jadikan sebagai bahan pestisida yang ramah lingkungan dan higenis
Kutu kasur (Cimex hemipterus) atau kutu busuk merupakan salah
satu jenis serangga parasit. Kutu kasur dikenal sebagai spesies yang
meminum darah manusia dan hewan berdarah panas lainnya. Kutu Kasur
senang tinggal di rumah manusia, khususnya pada tempat tidur. Kutu kasur
biasa tinggal dan bertelur di lipatan tempat tidur atau bantal dan tempat-
tempat tersembunyi lainnya. Kutu busuk bisa mengigit tanpa disadari
korbannya.
Biasanya ia akan agresif pada malam hari. ia akan menimbulkan
bekas gigitannya yang berupa bentol dan terasa gatal serta panas pada

1
2

korbannya. Serangga parasit ini bisa menimbulkan penyakit ruam-


ruam, efek psikologis, dan gejala alergi. Hewan ini beraroma tidak sedap
dan sangat menyengat di hidung.
Berdasarkan masalah diatas maka sangat perlu di buat pestisida
alami untuk membasmi kutu kasur dengan bahan alami. Dengan diadakan
penelitian ini di harapakan dapat membuat pestisida alami yang berbahan
dasar bawang putih yang ramah lingkungan yang mudah untuk diuraikan
oleh tanah dibandingkan pestisisda kimia yang sulit untuk diuraikan oleh
tanah
Menurut pernyataan diatas maka penulis tertarik mengkaji karya
tulis ilmiah yang berjudul “BAWANG PUTIH (Allium Sativum)
SEBAGAI PESTISIDA ALAMI PEMBASMI KUTU KASUR (Cimex
hemipterus)”

B. Batasan Masalah
Keterbasan peneliti dalam hal waktu, dan tenaga, serta mengacu
pada uraian latar belakang masalah di atas maka penelitian ini dibatasi
pada : Pemanfaatan bawang putih (Aliium Satium) (X) Sebagai Pestisida
Alami Pembasmi Kutu Kasur (Cimex hemipterus) (Y).

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pembuatan pestisida alami berbahan dasar bawang
putih?
2. Apakah bawang putih dapat dimanfaatkan sebagai pestisida alami?

D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui cara pembuatan bawang putih sebagai pestisida alami
pembasmi kutu kasur
2. Mengetahui Apakah bawang putih (Allium Sativum) dapat
dimanfaatkan sebagai pestisida alami
3

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis:
Secara teori dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang
pemanfataan bawang putih sebagai pestisida alami.
2. Manfaat praktis:
a. Bagi penulis:
Hasil dari penelitian ini dapat menambah wawasan penulis
dan dapat melakukan penelitian terhadap bawng putih secara
baik dan benar.
b. Bagi instansi pemerintah terkait:
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan suatu terobosan
pemerintah agar dapat membuat pestisida alami tanpa bahat
kimia berbahaya yang dapat merusak lingkungan.
c. Bagi masyarakat:
Hasil dari penelitian ini dapat menambah wawasan terhadap
kutu busuk dan pemanfaatan bawang putih yang berpotensi
sebagai pestisida alami
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan pustaka
1. Bawang putih
a) Ciri-ciri Bawang Putih
Taksonomi:

Kingdom : Plantae
Super division : : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Order : Liliales
Family : Liliaceae
Genus : Allium
Species : Allium sativum L
Menurut Litayani Dafrosa (2014.hlm 12) bawang putih
(Allium sativum; bahasa Inggris garlic) adalah nama tanaman dari
genus Allium sekaligus nama dari umbi bawang putih. Bawamg
putih Mempunyai sejarah penggunaan oleh manusia selama lebih
dari 7.000 tahun, terutama bawang putih tumbuh di Asia Tengah,
dan sudah lama menjadi bahan makanan di daerah sekitar Laut
Tengah, serta bumbu umum di Asia, Afrika, dan Eropa. Bawang
putih dikenal di dalam catatan Mesir kuno, digunakan baik sebagai
campuran masakan maupun pengobatan. Umbi dari tanaman
bawang putih merupakan bahan utama untuk bumbu dasar
masakan Indonesia.
Ciri-ciri bawang putih adalah tumbuhan yang berdiri tegak,
tingginya bisa mencapai 30-60 cm, memiliki akar yang serabut,
pada ujung pangkalnya memiliki umbi atau siung, pada umbi atau
siungnya dilapisi oleh lapisan/sisik pada bagian luarnya, serta ada
juga beberapa yang memiliki bunga dan ada juga yang tidak

4
4
5

memiliki bunga. Bunga-bunga tersebut berwarna pink atau merah


jambu.

Gambar 2. 1 Bawang Putih


(sumber www.googleimage.com)

b) Manfaat Bawang Putih


Menurut buku “Khasiat & manfaat bawang putih raja
antibiotik alami” karangan Dra.Iyam Siti Syamiah (2007,hlm 120),
Apt. & Tajhudin, S.Si Manfaat bawang putih untuk kesehatan
manusia antara lain adalah mengentalkan darah, mengurangi
tekanan darah, melindungi jantung, mengurangi kolestrol, melawan
alergi, diabetes, mengobati masalah pernapasan, efektik dalam
mengatasi kulit dan bisul, pencegahan kanker, meningkatkan
metabolisme zat besi, meningkatkan gairah, mengurangi berat
badan, serta meringankan tukak lambung.
Selain manfaat kesehatan, bawang ptuih juga memiliki
manfaat untuk kecantikkan manusia antara lain adalah
menghaluskan kulit, mencegah penuaan dini, serta bawang putih
juga dapat menghilangkan komedo. Selain itu, bawang putih
ternyata juga dapat menghilangkan jerawat
2. Pestisida
a) uPestisida Kimia
Menurut Sidik Aulia dari buku “Dampak Negatif
Penggunaan Insektisida”(2012 hlm 24) Pestisida adalah subtansi
kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan
untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama disini
6

adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu,


penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur (fungi), bakteria dan
virus, kemudian nematode (berbentuk seperti cacing dengan
ukuran mikrosopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang
dianggap merugikan.
Di alam, pestisida diserap oleh berbagai komponen
lingkungan yang kemudian terangkut ke tempat lain oleh air, angin
atau jasad hidup yang berpindah tempat. Penyerapan oleh residu
tanah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
kemampuan absorpsi pestisida oleh partikel-partikel tanah, adanya
air hujan sebagai pencuci tanah, penguapan air tanah, kemampuan
degradasi tanah oleh jasad renik serta dekomposisis secara fisik
kimia dan cahaya matahari. Selain itu sifat-sifat pestisida sendiri
juga merupakan penentu, sebagai contoh pestisida yang sulit untuk
larut didalam air dan sulit menguap sehingga sulit untuk
terdegradasi.

Gambar 2. 2 Pestisida Kimia


(sumber www.googleimage.com)

Dengan adanya dampak buruk pada pestisida kimia para


petani lebih dianjurkan menggunakan sistem organik yaitu dengan
memanfaatkan tanaman pestisida nabati yang tidak menagandung
bahan kimia. Dengan menggunakan pestisida.alami para petani
diharapkan menggunakan sistem pertanian organik dan tidak
terlalu banyak menggunakan pestisida kimia. Karena dengan
menggunakan sistem pertanian organik akan sangat bermanfaat dan
tidak membahayakan kesehatan lingkungan.
7

b) Pestisida Alami
Menurut Meidiane Soenandar, dari buku Membuat
Pestisida Organik (Jakarta:PT AgroMedia Pustaka,2012) Pestisida
alami adalah bahan pengendali hama, serangga dan penyakit
tanaman yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan-tumbuhan.
Secara umum. pestisida nabati merupakan sejenis cairan pembasmi
serangga dengan bahan dasar dari tumbuhan. Pembuatannya relatif
mudah dengan kemampuan dan pengetahuan terbatas. Pestisida
alami bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam serta relatif
aman bagi manusia dan tumbuhan.

Gambar 2. 3 Pestisida Alami


(sumber www.google image.com)

Pestisida alami bersifat “pukul dan lari” (hit and run). Saat
diaplikasikan, pestisida alami akan membunuh hama saat itu juga,
dan saat hamanya mati residunya akan hilang saat itu juga di alam.
Dengan demikian produk bebas dari residu pestisida sehingga
aman untuk dikonsumsi manusia.
Fungsi atau cara kerja pestisida organik sangat spesifik:
1. Merusak perkembangan telur,larva dan pupa
2. Penolak kehadiran serangga (repelan)
3. Menghambat pergantian kulit
4. Menggangu komunikasi serangga
5. Menyebabkan serangga menolak makanan
6. Menghambat reproduksi serangga betina
7. Mengurangi nafsu makan
8. Memblokir kemampuan makan serangga
9. Menghambat perkembangan pathogen penyakit
8

Keunggulan pestisida alami :


1. Mudah dan murah dibuat
2. Relatif aman untuk lingkungan
3. Tidak terjadi resitensi pada hama atau serangga
4. Tidak menyebabkan keracunan
5. Sulit menimbulkan kekebalan pada hama atau serangga
6. Sebagai anitifidan sehingga hama atau serangga tidak
menyukai tanaman yang telah disemprot pestisida alami
7. Menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu
pestisida kimia

3. Kutu kasur
a) Kutu kasur (Cimex Hemipterus)
Taksonomi:
Kingdom : Animalia
Super division : : Arthopoda
Division : Insecta
Class : Hemiptera
Order : Heteroptera
Family : Cimicomorrpha
Genus : Cimicoidea
Species : Cimicidae
Menurut artikel “Kutu Busuk” dani-sains.com. Salah satu
sumber penyakit yang berbasis lingkungan adalah kutu kasur yang
termasuk serangga nokturnal family cimicidae yang menghisap
darah. Dalam bahas lokal dikenal dengan nama “Tinggi” (jawa)
dan tumbila (sunda). Kutu busuk di Indonesia sampai akhir tahun
1970-an masih banyak ditemukan di rumah tinggal,gedung
bioskop, hotel, losmen, tempat tidur dan tempak duduk. Karena
bentuk tubuhnya yang gepeng, kutu busuk ini mampu merayap dan
menyelinap ke tempat yang sempit. Ada dua jenis kutu kasur yang
9

biasa dan sering ditemukan yaitu Cimex hemipterus dan Cimex


lectularius

Gambar 2. 4 Kutu Kasur


(sumber www.google image.com)

Pada malam hari kutu kasur ini mampu menghisap darah


manusia dan hewan. Gigitan kutu kasur ini sangat menyakitkan
sehingga menimbulkan rasa gatal kulit memerah dan bentol-bentol
yang sangat mengganggu. Ia akan menimbulkan bekas gigitannya
yang berupa bentol kulit yang memerah dan sulit untuk
dihilangkandan terasa gatal serta panas pada korbannya.
Ketika menggigit, kutu kasur tersebut mengeluarkan suatu
zat anaestesi (zat pembuat bal) sehingga orang yang digigit tidak
akan merasakan gigitan. Setelah beberapa saat, barulah kutu kausr
tersebut menghisap darah. Selain itu zat anaestasi yang dikeluarkan
dapat menyebabkan alergi. Tubuh manusia akan mendeteksi zat
anaestaesi sebagai benda asing yang harus dilawan. Akibat
perlawannan tersebut, bekas gigitan kutu akan melebar dan
memerah dan sulit dihilangkan
b) Karakteristik kutu kasur (Cimex hemipterus)
Kutu kasur dewasa, memiliki tubuh oval, dan berwarna
kecoklatan sampai merah kecoklatan, tidak bersayap dan memiliki
tubuh pipih. Sedangkan kutu kasur betina biasanya memiliki tubuh
lebih panjang dan lebih lebar dari pada jantan ketika belum
menghisap darah ukuran panjang kutu kasur adalah 5mm sampai
9mm dan memiliki permukaan atas tubuh berkerut. Dan bila kutu
10

busuk sedang menghisap darah, tubuhnya memanjang dan


membengkak,warnanya menjadi kusam. Telur kutu busuk
berwarna putih memiliki panjang sekitar 0,7 mm. anak kutu busuk
yang baru menetas hampir tidak berwarna. Kepalanya memiliki
sepasang antena yang panjang, mata majemuk yang menonjol di
lateral,dan alat mulut yang khas sebagai proboscis yang dapat
dilipat kebelakang di bawah kepala dan toraks bila tidak
digunakan. Tubuhnya tertutup oleh rambut rambut kasar (seta) dan
beberapa rambut halus (tibia). Kaki panjang dan mempunyai tiga
ruas. (“Kutu Busuk-Bed Bugas”pengendalian hama .com)
c) siklus hidup kutu kasur
Menurut artikel “informasi kutu busuk”www.rentokil.co.id.
Kutu kasur betina dapat meletakan sampai lima telur dalam sehari
dan 500 telur selama seumur hidup. Telur-telur yang terlihat oleh
mata telanjang berukuran 1 mm panjang (sekitar dua butir garam).
Telur kutu busuk biasanya diletakan disimpan dalam beberapa
bagian/tempat di celah-celah bingkai tempat tidur,lantai dinding
dan pada permukaan kasur. Telur yang dilapisi oleh zat lengket
yang menyebabkan mereka lengket sehingga tidak mudah
berpindah tempat setelah diletakan.oleh induk kuutu busuk
Telur kutu busuk akan menetas dalam satu atau dua minggu. Kutu
busuk termasuk serangga yang mengalami metamorfosis tidak
sempurna (perubahan bentuk) kutu busuk muda yang sudah
menetas sebelumnya mempunyai bentuk tubuh menyerupai kutu
busuk dewasa. Kutu busuk yang baru menetas disebut nimfa.
Mereka mengalami lima tahap pergantian kulit sebelum mereka
mencapai dewasa (imago) dan periodenya berlangsung selama
sekitar enam minggu.
11

Gambar 2. 5 Siklus Hidup Kutu Kasur


(sumber www.googleimage.com)

Kutu busuk makan 3 sampai 5 menit tubuh mereka


membesar dan darah keluar baru mereka berhenti menghisap darah.
Kutu busuk merayap ketempat persembunyiannya dan tinggal
disana selama beberapa hari untuk mencerna makanan. Ketika
lapar lagi, mereka muncul lagi dari tempat persembunyiaan dan
mencari inangnya (manusia).anakan baru dapat hidup setelah
beberapa minggu dalam cuaca hangat, atau beberapa bulan dalam
cuaca dingin. Kutu busuk dewasa akan dapat bertahan selama 2
bulan atau lebih lama tanpa makan.
Hewan ini beraroma tidak sedap dan sangat menyengat di
hidung hewan ini dapat berganti-ganti kulit yang berbeda-beda
tergantung jenis, makanan dan suhu. Hewan ini tidak membawa
penyakit akan tetapi menyebabkan infeksi pada kulit. Pemencaran
kutu busuk dari satu tempat ke tempat yang lainnya ialah melalui
baju yang dipakai orang, tas, atau peralatan kandang yang
mengandung kutu busuk. Dan ia sangat rentan terhadap
kelembapan yang tinggi dan pada suhu 44-45 C
d) Dampak yang ditimbulkan kutu busuk terhadap manusia

Menurut artikel “dampak buruk kutu busuk”


www.hellosehat.com Dampak yang digigit kutu busuk tidak terlalu
menimbulkan masalah yang serius, dan meski kutu busuk bukan
inang dari penyakit lain, reaksi yang ditimbulkan tubuh ketika
digigit biasanya adalah bentol. Bentol yang sangat gatal ini juga
akan cepat sembuh dalam waktu satu minggu setelah pengolesan
12

krim antihistamin sebagai obat anti alergi. Pada beberapa kasus, ada
orang yang sampai mengalami bercak kemerahan pada kulit, bahkan
bentol berair. Kasus lainnya adalah munculnya infeksi ketika bentol
digaruk. Kasus yang lebih akut ini dapat disembuhkan dengan
pemberian antibiotik dari tenaga medis yang bersangkutan.
Kebanyakan dari mereka yang pernah digigit kutu kasur tidak
menimbulkan reaksi alergi apa-apa.
Namun,ternyata kutu kasur dapat perlahan-lahan
menurunkan kualitas hidup dari seseorang. Seseorang yang digigit
oleh kutu ini akan mengalami ketidaknyamanan saat tidur, kurang
tidur, kecemasan, dan rasa malu. Selain itu juga, menurut ahli
kesehatan, stres yang ditimbulkan ketika digigit kutu kasur ternyata
dapat berefek pada kesehatan seseorang dalam mengontrol
emosinya, dan menurunkan kesejahteraan hidup seseorang.

B. Hubungan Antara Bawang Putih Dan Pestisida


Didalam bawang putih mengandung kandungan Allicin yang
bersifat racun atau pengusir (repellent) bagi tikus, kutu daun, wereng, dan
serangga.sehingga pertumbuhan serangga pun tidak sempurna karan ketika
serangga betina berproduksi akan terhambat dan mengacaukan sistem
hormon pada serangga. Dan hal inilah yang mengakibatkan serangga tidak
akan mau mendekati tumbuhan atau tempat yang sudah disemprot oleh
pestisida alami. Secara perlahan serangga pun akan meninggalkan
tumbuhan atau tempat tersebut.
13

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

1. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Program Excellent Class Pondok Pesantren
Daar el-Qolam 2 pada bulan Maret sampai bulan Juli 2019
Tabel 3.1 Giant Chart
2019-2020
No Tahap pembimbingan
Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt
1 Penelitian pendahuluan
2 Penyusunan Proposal
3 Penjaringan data
4 Analisis data
5 Penyusunan naskah
6 sidang karya tulis
Sumber :Penulis, 2019
2. Populasi
Pada penelitian kali ini penulis menggunakan populasi bawang putih
(Allium Sativum) dan Kutu kasur (Cimex hemipterus)
3. Sampel
Sampel dari penelitian ini penulis menggunakan 100 gram bawang
putih dan Kutu kasur (Cimex hemipterus) dengan sampel bawang putih
(Allium sativum) dan 30 kutu kasur (Cimex hemipterus)
4. Variabel Penelitian
Variabel yang terdapat pada penelitian ini adalah pestisida alami
sebgai variabel bebas dan Kutu busuk (Cimex hemipterus) sebagai variabel
terikat. Lalu penulis memanfaatkan bawang bawang putih (Allium
sativum) yang akan digunakan sebagai pestisida alami untuk membasmi
kutu busuk (Cimex hemipterus).
14

5. Jenis Metodologi Penelitian


Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian
eksperimen. karena penulis melakukan suatu percobaan dan
mengamatinya secara langsung agar data yang diperoleh benar-benar valid
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah observasi
(pengamatan). Teknik pengumpulan data ini sengaja dipilih agar data yang
didapat cukup valid.
7. Teknik Analisis Data
1. Pengumpulan data. Pengumpulan data dalam hal ini berupa data-data
mentah dari hasil penelitian.
2. Reduksi data. Setelah data terkumpul dari hasil pengamatan, serta
bahan-bahan data lain yang ditemukan di lapangan dikumpulkan dan
diklasifikasikan dengan membuat catatan-catatan ringkasan.
3. Penyajian data. Data yang sudah dikelompokkan dan disesuaikan
dengan golongan sampel, kemudian disajikan dalam bentuk tulisan
deskriptif agar mudah dipahami secara keseluruhan dan juga dapat
menarik kesimpulan untuk melakukan penganalisisan dan penelitian
selanjutnya.
4. Kesimpulan. Hasil penelitian yang telah terkumpul dan terangkum
harus diulang kembali dengan mencocokkan pada reduksi data dan
penyajian data, agar kesimpulan yang telah dikaji dapat disepakati
untuk ditulis sebagai laporan yang memiliki tingkat tingkat
kepercayaan yang benar.

8.Instrumen Penelitian
Dalam Penelitian ini penulis membutuhkan beberapa alat,
bahan, dan juga langkah kerja yang akan digunakan saat melakukan
eksperiment seperti yang terlampir dalam lampiran berikut:
15

a) Bahan Penelitian
Tabel 3.2 Tabel bahan
NO Bahan Jumlah
1 Bawang putih 100 gram
2 Alkohol/Spirtus 100 ml
3 Air tawar 100 ml
4 Sabun cair 100 ml
5 Tumbukan/penggiling 1 Buah
6 Sendok 1 Buah
7 Gelas ukur 3 Buah
8 Semprotan 3 Buah
9 Minyak sayur 100 ml
Sumber:Penulis, 2019

b) Langkah Kerja
Pada penelitian ini langkah-langkah yang dilakukan diantaranya:

1. Tumbuk atau giling 100 gram bawang putih hingga halus


2. Tempatkan pada wadah dan tambahkan 100 ml minyak sayur
3. Simpan dan biarkan selama sehari semalam (24 jam)
4. 24 jam kemudian tambahkan 1 liter air dan deterjen atau sabun
colek
5. Aduk hingga tercampur rata
6. Siapkan botol dan saring campuran bahan-bahan tersebut untuk
memisahkan ampasnya
7. Pestisida nabati bawang putih siap digunakan
8. Segera aplikasikan dan jangan disimpan lebih dari 3 hari

Cara pengaplikasian
1. Larutan pestisida bawang putih tersebut dicampur dengan air ,
dengan perbandingan 1: 10 (1 bagian larutan pestisida alami
dan 10 bagian air)
2. Aduk hingga tercampur rata sebelum diaplikasikan
3. Jika telah siap, lalu pisahkan menjadi 3 bagian (3 wadah ), lalu
buat menjadi 3 larutan yamg berbeda yang akan dijadikan
perbandingan
16

LARUTAN A 100% ekstrak bawang putih


LARUTAN B 50% air dan 50% ekstrak bawang putih
LARUTAN C 50% air dan 50% alkohol (0% ekstrak bawang
putih)
4. Pisahkan masing-masing wadah berisi 10 ekor kutu busuk
5. Semprotkan masing-masing wadah dengan larutan yang
berbeda
6. Lalu amati larutan mana yang paling cepat dalam membasmi
kutu busuk

9.Kerangka berfikir

Dampak Kutu Busuk

Penanganan dengan
pestisida

Pestisida alami Pestisida kimia

Manfaaat Karasteristik
k

Bau yang
menyengat

Pembunuh
kutu busuk
17

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Deskripsi Data

a. Langkah 1 Ekstraksi bawang putih


Penelitian ini diawali dengan meremas-remas atau menghaluskan
100 gram bawang putih yang kemudian dilarutkan dengan 100 ml minyak
sayur pada suatu wadah. Setelah itu wadah tersebut didiamkan selama 24
jam agar senyawa organik yang terdapat pada bawang dapat terlarut
dengan sempurna. Penulis menggunakan minyak sayur dalam
mengekstraksi bawang putih karena minyak sayur merupakan pelarut
organik yang dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada
bawang putih.

b. Langkah 2 membuat varian larutan

Setelah bawang putih terekstrasi, penulis menambahkan sabun cair,


sabun cair berperan sebagai pengawet dalam larutan pestisida setelah
dilarutkan penulis membuat beberapa varian larutan yang akan dijadikan
sebagai perbandingan penelitian . Untuk larutan yang pertama, penulis
menggunakan 100% ekstrak bawang putih yang kemudian dimasukan
kedalam sebuah botol parfum bekas dengan label A. Untuk larutan yang
kedua penulis menggunakan campuran 50% ekstrak bawang putih dengan
50% air, kemudian dimasukan kedalam sebuah botol parfum bekas dengan
label B. Dan untuk larutan yang ketiga, penulis mencoba membuat larutan
lain yaitu dengan mencampurkan 50% air dan 50% alkohol (0% ekstrak
bawang putih) yang kemudian dimasukan ke dalam sebuah botol parfum
bekas dengan label C pada larutan ini penulis mengganti ekstrak bawang
putih dengan alkohol.penulis menggunakan alkohol hanya untuk pengganti
dari ekstrak bawang putih

17
18

c. Langkah 3 melakukan percobaan

Jika semua larutan sudah siap, maka langkah selanjutnya adalah


menyemprotkan masing –masing larutan yang telah dibagi menjadi ke
varian yaitu larutan A,larutan B, dan larutan C pada masing-masing
sampel dalam wadah masing-masing yang telah disiapkan sebelumnya
yaitu 10 kutu kasur (Cimex hemipterus) untuk setiap wadah lalu pada
peneletian ini penulis melakukan 3 kali percobaan pada wadah yang telah
disediakan berupa sampel total sebanyak 30 ekor kutu busuk.

1) Percobaan ke-1
Tabel 4.1 hasil penyemprotan larutan A
Jumlah kematian kutu kasur
Konsentrasi pada menit ke-
Jumlah
Nama ekstrak
Percobaan kutu Menit ke-1 Menit ke-4
Larutan bawang
kasur
putih Kutu Persen Kutu Persen
busuk (%) busuk (%)
Larutan 10
Ke-1 100% 8 80% 2 100%
A ekor
Sumber:penulis,2019
pada percobaan pertama penulis menyemprotkan wadah
dengan larutan A kepada 10 kutu kasur yang telah disediakan
sebelumnya dengan 100% ekstrak bawang putih, berdasarkan tabel
diatas pada menit 1 larutan A dapat membunuh 8 kutu busuk atau
80% dari populasi lalu pada menit ke-4 dapat membunuh 2 kutu
busuk atau 100% dari total populasi.

Gambar 4.1 hasil penyemprotan larutan A


(Sumber:Dokumen penulis)
19

2) Percobaan ke-2
Tabel 4. 2 hasil penyemprotan larutan B
Jumlah kematian kutu kasur
Konsentrasi pada menit ke-
Jumlah
Nama ekstrak
Percobaan kutu Menit ke-1 Menit ke-4
Larutan bawang
kasur Kutu Persen Kutu Persen
putih
busuk (%) busuk (%)
10
Ke-2 Larutan B 50% 4 40% 3 70%
ekor
Sumber:penulis,2019
pada percobaan kedua penulis menyemprotkan wadah
dengan larutan B kepada 10 kutu busuk yang telah disediakan
sebelumnya dengan 50% ekstrak bawang putih dan 50% air
berdasarkan tabel diatas pada menit 1 larutan B dapat membunuh
4 kutu busuk atau 40% dari populasi lalu pada menit ke-4 dapat
membunuh 3 kutu busuk atau 70% dari total populasi.

Gambar 4.2 hasil penyemprotan larutan B


(Sumber:Dokumen penulis)

3) Percobaan ke-3
Tabel 4. 3 hasil penyemprotan larutan C
Jumlah kematian kutu kasur
Konsentrasi pada menit ke-
Jumlah
Nama ekstrak
Percobaan kutu Menit ke-1 Menit ke-4
Larutan bawang
kasur Kutu Persen Kutu Persen
putih
busuk (%) busuk (%)
10
Ke-3 Larutan C 0% 3 30% 1 40%
ekor
Sumber:penulis,2019
pada percobaan ketiga penulis menyemprotkan wadah
dengan larutan C kepada 10 kutu busuk yang telah disediakan
sebelumnya dengan 50% alkohol dan 50% air (0% ekstrak
20

bawang putih) berdasarkan tabel diatas pada menit 1 larutan C


dapat membunuh 3 kutu busuk atau 30% dari populasi lalu pada
menit ke-4 dapat membunuh 1 kutu busuk atau 40% dari total
populasi.

Gambar 4.3 hasil penyemprotan larutan C


(Sumber:Dokumen penulis)

d. Langkah 4 hasil percobaan

Tabel 4.4 Hasil penyemprotan ekstrak bawang putih


Jumlah kematian kutu kasur
Konsentrasi pada menit ke-
Jumlah
Nama ekstrak
Eksperiment kutu Menit ke-1 Menit ke-4
Larutan bawang
kasur Kutu Persen Kutu Persen
putih
kasur (%) kasur (%)
Larutan 10
Ke-1 100% 8 80% 2 100%
A ekor
Larutan 10
Ke-2 50% 4 40% 3 70%
B ekor
Larutan 10
Ke-3 0% 3 40% 1 40%
C ekor
Sumber:Penulis,2019
Berdasarkan tabel diatas larutan yang paling cepat dalam
membunuh kutu kasur adalah larutan A pada menit ke-1 dapat membunuh
8 ekor kutu busuk atau 80% dari total sampel yang ada. Lalu pada menit
ke-4 dapat membunuh 2 ekor kutu busuk yang tersisa atau 100% dari
sampel yang tersedia. Lalu larutan yang paling cepat mumbunuh kutu
busuk setelah larutan A adalah larutan B pada menit ke-1 dapat membunuh
4 ekor kutu busuk atau 40% dari total sampel yang ada lalu pada menit ke-
4 dapat membunuh 3 ekor sisa kutu busuk yang tesedia atau 70% dari
sampel yang tersedia.lalu larutan yang paling lambat dalam membunuh
21

kutu busuk yaitu larutan C pada menit ke-1 hanya dapat membunuh 3 ekor
kutu busuk atau 30% dari total sampel, lalu pada menit ke-4 hanya bisa
membunuh 1 ekor kutu busuk atau 40% dari total sampel yang ada. Pada
penelitian ini penulis menggunakan menit pertama dan menit keempat
sebagai perbandingan karena padap menit ke-1 cairan dari setiap larutan
baru saja di semprotkan dan belum terkontaminasi dengan udara sekitar
sehingga bisa membunuh lebih efektif sedankan pada menit ke-4 cairan
yang disemprotkan dari setiap larutan sudah terkontaminasi oleh udara
sekitar, sehingga penulis ingin menelitiperbedaan efektifitas larutan pada
saat baru disemprotkan dengan yang sudah terkontaminasi dengan udara
bebas.

2. Pembahasan
Berdasarkan tabel diatas dari ketiga larutan yang sudah disemprotkan
kepada sebuah wadah yang berisi 10 ekor kutu busuk (Cimex hemipterus),
larutan A pada percobaan pertama yang paling efektif dalam membunuh kutu
busuk (Cimex hemipterus) dibandingkan larutan B dan larutan C, pada
percobaan pertama larutan A dalam menit ke-1 dapat membunuh 8 ekor kutu
busuk atau 80% dari total sampel yang ada. Lalu pada menit ke-4 dapat
membunuh 2 ekor kutu busuk yang tersisa atau 100% dari sampel yang
tersedia hal ini dikarenakan di dalam larutan A mengandung 100% ekstrak
bawang putih yang dimana zat Allicin dalam bawang purih dapat membunuh
kutu busuk. Hal ini membuktikan bahwa larutan A dapat dijadikan pestisida
alami pembasmi kutu busuk.
Setelah itu larutan kedua tercepat membasmi kutu busuk yaitu pada
percobaan ke-2 yang memakai larutan B 50% ekstrak bawang putih dengan
50% air, pada menit ke-1 larutan B dapat membunuh 4 ekor kutu busuk atau
40% dari total sampel yang ada lalu pada menit ke-4 dapat membunuh 3 ekor
sisa kutu busuk yang tesedia atau 70% dari sampel yang tersedia dalam
membunuh kutu busuk larutan B lebih lambat dalam membunuh kutu busuk
dibandingkan larutan A hal ini dikarenakan dalam larutan B hanya memakai
50% ekstrak kutu kasur dengan penambahan 50% alkohol dalam percobaan ini
22

zat Allicin yang terkandung dalam bawang putih yang berperan membunuh
kutu busuk lebih sedikit dibandingkan larutan A yang memakai 100% ekstrak
bawang ini yang menngakibatkan larutan B lebih lambat membunuh kutu
busuk dibandingkan larutan, hal ini membuktikan bahwa larutan B dapat
dijadikan pestisida alami akan tetapi membutuhkan waktu lebih lama
dibandingkan percobaan pertama.
Setelah itu Larutan C larutan C 50% air dan 50% alkohol (0% ekstrak
bawang putih) merupakan larutan yang paling lama dalam membunuh kutu
busuk pada menit ke-1 larutan C hanya dapat membunuh 3 ekor kutu busuk
atau 20% dari total sampel, lalu pada menit ke-4 hanya bisa membunuh 1 ekor
kutu busuk atau 40% dari total sampel yang ada, hal ini dikarenakan dalam
larutan C tidak mengandung zat Allicin yang terkandung dalam ekstrak
bawang putih pada larutan C hanya menggunakan 50% alkohol dan 50% air
tanpa ekstrak bawang putih, hal ini yang menyebabkan larutan C paling
lambat dalam membunuh kutu busuk, alkohol dalam larutan C tidak terlalu
efektif untuk membunuh kutu busuk karena alkohol hanya berperan sebagai
zat pelarut dan hanya kecil potensi yang dimiliki alkohol dalam memnbunuh
kutu busuk. Hal ini membuktikan bahwa larutan C dapat membunuh kutu
busuk akan tetapi hanya kemungkinan kecil bahwa larutan C dapat dijadikan
sebagai pestisida alami.

Berdasarkan data yang tertulis pada tabel hasil penelitian dari tahap ke
tahap. Maka bawang putih dapat dijadikan sebagai bahan alternatif pembuatan
pestisida alami khususnya untuk membasmi kutu busuk (Cimex hemipterus)
senyawa Allicin yang terkandung pada bawang putih dapat bereaksi sebagai
pestisida yang beracun bagi kutu busuk (Cimex hemipterus). Penulis
menggunakan alkohol dalam mengekstraksi bawang putih, Karena pada
dasarnya alkohol merupakan pelarut organik yang dapat melarutkan senyawa
organik yang terdapat pada bawang putih, Sehingga senyawa tersebut dapat
terekstraksi dengan sempurna. Pada pengaplikasiannya cukup dengan
menyemprotkan secukupnya pada ranjang atau bagian yang terdapat kutu
busuk secara rutin.
23

Dengan hasil yang di dapat dari percobaan yang dilakukan oleh penulis
bahwa bawang putih dapat dijadikan sebagai pestisida alami akan tetapi
keterbatasan penulis dalam pembuatan secara material dan pembuatan maka
penulis merekomendasikan dalam pembuatan ekstrak bawang putih dapat
menggunakan alat-alat yang lebih canggih dan higenis agar bawang putih
yang diekstrakkan mendapatkan hasil yang maksimal.
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang manfaat
bawang putih sebagai pestisida alami pembasmi kutu kasur, dan memacu pada
rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil data yang di peroleh, bahwa zat Allicin yang
terkandung dalam bawang putih dapat dijadikan menjadi pestisida
alami yang sangat berpengaruh dalam kematian kutu busuk (Cimex
hemipterus) Dengan menggunakan larutan A (100% ekstrak bawang
putih) kematian kutu kasur (Cimex hemipterus) terhitung lebih cepat
dibandingkan dengan menggunakan larutan B (50% ekstrak bawang
putih dengan 50% air) ataupun larutan C (50% air dengan 50% alkohol
0% ekstrak bawang putih).
2. Pembuatan pestisida alami dari bawang putih dapat dibuat dengan cara
pengekstrakan bawang tersebut tersebut sehingga senyawa Allicin
yang terdapat pada bawang putih tersebut dapat terpisah dari isi
bawang putih tersebut.
3. Penelitian terhadap kematian kutu busuk (Cimex hemipterus) dengan
menggunakan pestisida alami bawang putih selama 1 menit dapat
disimpulkan bahwa bawang putih memiliki potensi untuk dijadikan
pestisida alami pembasmi kutu busuk (Cimex hemipterus).
4. Pada hasil penelitian ini larutan bawang putih yang sudah jadi dapat
diaplikasikan dengan cara menyemprotkan secukupnya pada bagian
yang terdapat kutu busuk secara rutin

2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, maka penulis
menyarankan:
1. Tahap penggilingan bawang putih dan tahap pengekstrakan lebih baik
dilakukan menggunakan peralatan yang berteknologi digital dan

24
berkualitas tinggi, karena penulis mengalami sedikit kesulitan yang
disebabkan oleh peralatan yang digunakan penulis belum berteknologi
digital melainkan masih berteknologi analog dan berkualitas rendah

2. Penelitian ini dapat dilakukan di rumah maupun lingkungan sekitar


Karena bahan-bahan yang dibutuhkan mudah didapatkan dan berbahan
dasar alami sehingga ampas atau residu yang dihasilkan dapat
diuraikan secara alami.
3. Penelitian ini mungkin perlu diadakan penelitian lebih dalam lagi agar
didapatkan data yang lebih spesifik yang dapat dijadikan terobosan
baru pestisida alami yang ramah lingkungan.

25
DAFTAR PUSAKA
Sumber buku
Syamiah , Dra Iyam siti dan Tajhudin, Apt.2007.halaman 120.
Khasiat dan manfaat bawang putih raja antibioik alami.
Soenandar , Meidiane. 2012. Membuat Pestisida Organik
Jakarta:PT AgroMedia
Sidik Aulia Apt. 2012. halaman 24 Dampak buruk penggunaan insktisida.
Sumber artikel
http//“Informasi Kutu Busuk” www.rentokil.co.id (2016 Mei 12)
http//“Kutu Busuk” dani-sains.com (2018 Agustus 3)
http//“Kutu Busuk-Bed Bugas” pengendalian hama .com (2019 Januari 23)
http//“Dampak buruk kutu busuk ” www.hellosehat.com (2016 April 22)
Sumber Internet
www.wikipedia.com

26
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Bahan-bahan yang dibutuhkan Alat-alat yang dibutuhkan

Pelumatan bawang putih Hasil pelumatan bawang putih

Penambahan dengan minyak sayur Setelah didiamkan selama 24 jam

Penyaringan ekstrak bawang putih Penambahan dengan sabun cair

27
Hasil ekstrak bawang putih Pembagian varian larutan

Hasil penyemprotan larutan A Hasil penyemprotan larutan B

Hasil penyemprotan larutan C

28
29

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di denpasa,Bali pada
tanggal 01 Januari 2002 anak ketiga dari
perkawinan Bapak Drs Andry syaukani, M.M
dan Ibu Pramesti
Adapun pendidikan formal yang telah
diselesaikan oleh penulis adalah sebagai
berikut: taman anak-anak as-sallam semarang
pada tahun 2007 Sekolah Dasar Islam Al-
amanah sunter agung dan lulus pada tahun
2014, SMP di Pondok Pesantren Daar el-Qolam
2 Program Excellent Class lulus pada tahun 2017, kemudian melanjutkan ke SMA
Daar el-Qolam 2 Program Excellent class dan insya Allah lulus pada tahun 2020.
Selama menjadi santri di Pondok Pesantren Daar el-Qolam penulis aktif
dalam berbagai organisasi ekstrakulikuler. Dan juga aktif dalam mengikuti
berbagai lomba atau kompetisi. Pada organisasi ekstrakulikuler aktif sebagai
anggota EXACT (Excellent Sains Club) tahun 2014-2020, RODA (Roket Air
Daar el-Qolam) tahun 2014-2020,Marching Band nada syiar daar el-qolam
(NSDQ Corps) tahun 2014-2020.Sedangkan prestasi yang diperoleh melalui
kompetisi adalah: juara harapan 3 lomba kompetisi roket air regional 2015,
peserta kompetisi roket air nasional 2015, juara harapan 3 lomba kompetisi roket
air regional 2016 , peserta pada lomba pada Pekan Rakyat Fisika (PRF)
universitas indonesia cabang roket air 2015, juara 1 pada Pekan Rakyat
Fisika(PRF) universitas Indonesia cabang roket air 2016 dan Juara 1 dan Juara
umumMarching Band nasional IDCC (Indonesia drum coprs championsip) pada
tahun 2016, Juara 1 dan Juara umum nasional Marching Band IDCC (Indonesia
drum corps championship) pada tahun 2018, dan sebagai peserta kejuaraan
olimpiade sains kabupaten cabang biologi pada tahun 2019

Anda mungkin juga menyukai