Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

CAIRAN ELEKTROLIT

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Klinik II

Dosen pembimbing: Manda Susi H,. Amd.A.K,. S.Psi

Disusun oleh :

Kelompok 2

Andini K C M P : 1614313453003
Citra Nur Indahsari : 1614313453005
Elvira Wani Tuanany : 1614313453007
Kevin Prisnanda Nesa : 1614313453016
Luvita Meileni D : 1614313453020
M. Muksin : 1614313453024
Nurzummiyah : 1614313453030
Reza Rizki R : 1614313453036
Vina Ayu Lestari : 1614313453038
Yustia yuniar : 1614313453044

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG

NOVEMBER, 2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tubuh manusia sebagaimana mahluk hidup yang lain tersusun atas berbagai sistem organ,
puluhan organ, ribuan jaringan, dan jutaan molekul. Secara fisik, molekul pembentuk tubuh
manusia dapat dibedakan menjadi jenis cairan dan matriks molekul padat. Fungsi cairan
dalam tubuh manusia, antara lain sebagai alat transportasi nutrien, elektrolit, dan sisa
metabolisme; sebagai komponen pembentuk sel, plasma, darah, dan komponen tubuh
lainnya; sebagai media pengatur suhu tubuh dan lingkungan seluler (Tamsuri, 2009).

Dalam tubuh seorang individu yang sehat sekitar 60% dari berat badannya terdiri dari air
dan secara umum dianggap terdapat dalam dua kompartemen utama; cairan intraseluler dan
ekstraseluler. Kompartemen cairan ekstraseluler dapat dibagi lagi menjadi cairan interstisial
dan intravaskular. Kurang lebih 2/3 dari jumlah air tubuh adalah cairan intraseluler dan
sisanya ekstraseluler: 2/3 dari cairan ekstraseluler adalah cairan inerstisial dan sisanya cairan
intravaskular. Jadi dalam tubuh seorang dewasa normal dengan berat badan 70 kg
mengandung cairan tubuh kurang lebih 42 liter, 28 liter adalah cairan intraseluler dan 14
liter cairan ekstraseluler (volume plasma) dan sisanya adalah cairan ekstravaskular dan
cairan interstisial (Supriyono. 2012).

Peran elektrolit dalam tubuh manusia sangat penting, sebab tidak ada proses metabolisme
yang tidak bergantung atau tidak terpengaruh oleh elektrolit. Fungsi elektrolit antara lain
mempertahankan tekanan osmotik dan sebaran (distribusi) air di berbagai ruang
(kompartemen) cairan tubuh, mempertahankan pH dalam keadaan terbaik (optimal),
pengaturan (regulasi) fungsi jantung dan otot-otot lain terbaik (optimal), berperan dalam
reaksi oksidasi-reduksi (transfer ion), dan berperan sebagai kofaktor enzim dalam proses
katalisis. Pemeriksaan elektrolit yang sering diminta oleh para klinisi untuk menilai
keseimbangan kadar elektrolit dalam tubuh adalah pemeriksaan Na+, K+, Cl-. Kalium
merupakan analit kimia yang penting karena kelainannya dapat segera mengancam nyawa,
sehingga kesalahan pengukuran dapat menimbulkan konsekuensi serius apabila terapi
didasarkan pada hasil yang tidak akurat. Gangguan keseimbangan elektrolit kalium, lebih
rumit (kompleks) bila dibandingkan dengan natrium, tetapi pengaruhnya lebih berbahaya,
karena kalium merupakan salah satu analit terpenting, sehingga kesalahan pengukuran dapat
menimbulkan akibat parah/berat (konsekuensi serius) apabila pengobatan (terapi) didasarkan
oleh hasil yang tidak teliti (akurat) (Hardjoeno, 2006).

Pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk membantu menegakkan diagnosis


penyakit. Agar hasil pemeriksaan laboratorium akurat dan dapat dipercaya harus
dilakukan pengendalian terhadap pra analitik, analitik, dan pasca analitik. Tahap pra
analitik meliputi persiapan pasien, pengambilan sampel darah, penanganan, persiapan
sampel, persiapan alat dan bahan. Tahap analitik meliputi pengolahan sampel dan
interpretasi hasil. Tahap pasca analitik meliputi pencatatan hasil dan pelaporan.

1.2 Rumusan masalah

1.2.1 Bagaimana SOP pemeriksaan elektrolit fosfor (P) ?

1.2.2 Bagaimana SOP pemeriksaan elektrolit Calcium (Ca) ?

1.2.3 Bagaiamana SOP pemeriksaan elektrolit Kalium (K) ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui SOP pemeriksaan elektrolit fosfor (P)

1.3.2 Untuk mengetahui SOP pemeriksaan elektrolit Calcium (Ca)

1.3.3 Untuk mengetahui SOP pemeriksaan elektrolit Kalium(K)


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Elektrolit

Elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ion-ion dan selanjutnya larutan
menjadi konduktor elektrik, ion-ion merupakan atom-atom bermuatan elektrik. Elektrolit bisa
berupa air, asam, basa atau berupa senyawa kimia lainnya. Elektrolit umumnya berbentuk asam,
basa atau garam. Beberapa gas tertentu dapat berfungsi sebagai elektrolit pada kondisi tertentu
misalnya pada suhu tinggi atau rendah. Elektrolit kuat identik dengan asam, basa, dan garam kuat.

Elektrolit merupakan senyawa yang berikatan ion dan kovalen polar. Sebagian besar senyawa yang
berikatan ion merupakan elektrolit sebagai contoh ikatan ion NaCl yang merupakan salah satu jenis
garam yakni garam dapur. NaCl dapat menjadi elektrolit dalam bentuk larutan atau lelehan atau
bentuk liquid dan aqueous. Sedangkan dalam bentuk solid atau padatan senyawa ion tidak dapat
berfungsi sebagai elektrolit.

2.2 Jenis-Jenis Elektrolit


Sebagian besar proses metabolisme memerlukan dan dipengaruhi oleh elektrolit.
Konsentrasi elektrolit yang tidak normal dapat menyebabkan banyak gangguan.
Beberapa contoh kation dalam tubuh adalah natrium (Na+), Kalium (K+), kalsium (Ca+),
Magnesium (Mg2+). Sedangkan anion adalah Klorida (Cl-), HC03-, HPO4-, SO4-. Dalam
keadaan normal, kadar anion dan kation ini sama besar sehingga potensial listrik cairan
tubuh bersifat netral. Pada cairan ekstrasel (cairan diluar sel), kation utama adalah Na+
sedangkan anion utamanya adalah Cl-. Sedangkan di intrasel (didalam sel) kation
utamanya adalah kalium (K+). (the college of emergency medicine and doctors.net.uk,
2008).
Distribusi elektrolit pada cairan intrasel dan ekstrasel dapat dilihat pada Gambar 1.

2.3 Fungsi Elektrolit Darah


1. Fungsi natrium adalah memelihara tekanan osmotik cairan ekstraselular dan
berhubungan dengan cairan tubuh serta membantu fungsi neuromuskuler. Natrium
juga membantu memelihara keseimbangan asam-basa. berkurangnya natrium tubuh
(hiponetramia) secara akut menimbulkan gejala-gejala hipovolemia, syok dan
kelainan jantung terkait seperti takikardi.
2. Fungsi klorida adalah membantu regulasi volume darah, tekanan arteri dan
keseimbangan asam basa (asidosis-alkalosis). Klorida jarang diperiksa tersendiri
tetapi biasanya bersama-sama dengan elektrolit lain.
3. Fungsi kalium adalah memelihara keseimbangan osmotik dalam sel, meregulasi
aktifitas otot, enzim dan keseimbangan asam basa. Kalium merupakan kation utama
dalam sel.
4. Kalsium berfungsi utama sebagai penggerak dari otot-otot, deposit utamanya berada
di tulang dan gigi, apabila diperlukan, kalsium ini dapat berpindah ke dalam darah.
5. Magnesium berperan penting dalam aktivitas elektrik jaringan, mengatur pergerakan
ca2+ ke dalam otot serta memelihara kekuatan kontraksi jantung dan kekuatan
pembuluh darah tubuh.
2.4 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Elektrolit Tubuh

1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan
anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia
dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan
gangguan fungsi ginjal atau jantung.
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.
Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan
cairan sampai dengan 5L per hari.
3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit. Ketika intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga serum
albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan
dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glikogen
otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila
berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya :
 Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL
(Insensible Water Loss).
 Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
 Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya
secara mandiri.
6. Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
7. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi
cairan dan elektrolit tubuh.
8. Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama
pembedahan.

2.5 Fisioligis Dan Gangguan Elektrolit


Yang dimaksud elektrolit utama dalam darah adalah :

 Natrium : ion Na dalam Serum


 Kalium : ion K dalam Serum
 Klorida : ion Cl dalam Serum

1. Natrium
Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, jumlahnya bisa mencapai 60
mEq per kilogram berat badan dan sebagian kecil (sekitar 1014 mEq/L) berada dalam
cairan intrasel.
Jumlah natrium dalam tubuh merupakan gambaran keseimbangan antara natrium
yang masuk dan natrium yang dikeluarkan. Pemasukan natrium yang berasal dari diet
melalui epitel mukosa saluran cerna dengan proses difusi dan pengeluarannya
melalui ginjal atau saluran cerna atau keringat di kulit. Pemasukan dan pengeluaran
natrium perhari mencapai 48-144 mEq.
Jumlah natrium yang keluar dari traktus gastrointestinal dan kulit kurang dari 10%.
Cairan yang berisi konsentrasi natrium yang berada pada saluran cerna bagian atas
hampir mendekati cairan ekstrasel, namun natrium direabsorpsi sebagai cairan pada
saluran cerna bagian bawah, oleh karena itu konsentrasi natrium pada feses hanya
mencapai 40 mEq/L4.
Ekskresi natrium terutama dilakukan oleh ginjal. Pengaturan eksresi ini dilakukan
untuk mempertahankan homeostasis natrium, yang sangat diperlukan untuk
mempertahankan volume cairan tubuh. Natrium difiltrasi bebas di glomerulus,
direabsorpsi secara aktif 60-65% di tubulus proksimal bersama dengan H2O dan
klorida yang direabsorpsi secara pasif, sisanya direabsorpsi di lengkung henle (25-
30%), tubulus distal (5%) dan duktus koligentes (4%). Sekresi natrium di urine <1%.
Aldosteron menstimulasi tubulus distal untuk mereabsorpsi natrium bersama air
secara pasif dan mensekresi kalium pada sistem renin-angiotensin-aldosteron untuk
mempertahankan elektroneutralitas

Nilai Rujukan Kadar Natrium Pada:


- serum bayi : 134-150 mmol/L
- serum anak dan dewasa : 135-145 mmol/L
- urine anak dan dewasa : 40-220 mmol/24 jam
- cairan serebrospinal : 136-150 mmol/L
- feses : kurang dari 10 mmol/hari

GANGGUAN KESEIMBANGAN NATRIUM

Seseorang dikatakan hiponatremia, bila konsentrasi natrium plasma dalam tubuhnya turun
lebih dari beberapa miliekuivalen dibawah nilai normal (135-145 mEq/L) dan hipernatremia
bila konsentrasi natrium plasma meningkat di atas normal. Hiponatremia biasanya berkaitan
dengan hipoosmolalitas dan hipernatremia berkaitan dengan hiperosmolalitas.

 Hipernatremia
Gejala Klinis : gejala neurologis, antara lain letargi, kelemahan otot, twitching, kejang-
kejang dan koma

Penyebab :

1. Pemasukan ion Na berlebihan seperti pada overhidrasi osmotik atau retensi air
oleh ginjal dapat menyebabkan peningkatan osmolaritas & konsentrasi natrium
klorida dalam cairan ekstrasel. Kepustakaan lain menyebutkan bahwa
hipernatremia dapat terjadi bila ada defisit cairan tubuh akibat ekskresi air
melebihi ekskresi natrium atau asupan air yang kurang. Misalnya pada
pengeluaran air tanpa elektrolit melalui insensible water loss atau keringat, diare
osmotik akibat pemberian laktulose atau sorbitol, diabetes insipidus sentral
maupun nefrogenik, diuresis osmotik akibat glukosa atau manitol, gangguan pusat
rasa haus di hipotalamus akibat tumor atau gangguan vaskular.

2. Kehilangan cairan lebih dari kehilangan ion Na. kehilangan air dan larutan
ekstrasel (dehidrasi hiperosmotik pada diabetes insipidus)
Akibatnya : Air keluar dari sel sehingga terjadi dehidrasi. Daya kompensasi berusaha
mengurangi ekskresi urine dengan pelepasan ADH

 Hiponatremia
Gejala Klinis : Gangguan neurologis, antara lain karena edema otak. Kadar Na < 125
mEq/L; mulai timbul nausea, malaise, antara 110-120 mEq/L; timbul letargi dan sakit kepal,
bila kadar < 110 mEq/L; kejang-kejang dan koma

Penyebab :

1. Kehilangan ion Na seperti pada keadaan berkeringat selama aktivitas berat yang
berkepanjangan, berhubungan dengan penurunan volume cairan ekstrasel seperti
diare, muntah-muntah, dan penggunaan diuretik secara berlebihan
2. Retensi Cairan, Kebanyakan hiponatremia disebabkan oleh ketidakseimbangan
air, bukan karena kehilangan natrium karena kehilangan natrium
3. Beberapa penyakit ginjal yang menyebabkan gangguan fungsi glomerulus dan
tubulus pada ginjal, penyakit addison, serta retensi air yang berlebihan
(overhidrasi hipo-osmotik) akibat hormon antidiuretik
4. Tertekannya pengeluaran ADH dari hipotalamus (osmolaritas urine rendah).
Pseudohiponatremia dapat dijumpai pada penurunan fraksi plasma, yaitu pada
kondisi hiperlipidemia dan hiperkolesterolemia, hiperproteinemia dan
hiperglikemia serta kelebihan pemberian manitol dan glisin.
2. Kalium
Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam cairan intrasel. Jumlah
kalium ini dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Jumlah kalium pada wanita
25% lebih kecil dibanding pada laki-laki dan jumlah kalium pada orang dewasa lebih
kecil 20% dibandingkan pada anak-anak. Perbedaan kadar kalium di dalam plasma
dan cairan interstisial dipengaruhi oleh keseimbangan Gibbs-Donnan, sedangkan
perbedaan kalium cairan intrasel dengan cairan interstisial adalah akibat adanya
transpor aktif (transpor aktif kalium ke dalam sel bertukar dengan natrium).
Jumlah kalium dalam tubuh merupakan cermin keseimbangan kalium yang masuk
dan keluar. Pemasukan kalium melalui saluran cerna tergantung dari jumlah dan jenis
makanan. Orang dewasa pada keadaan normal mengkonsumsi 60-100 mEq kalium
perhari (hampir sama dengan konsumsi natrium). Kalium difiltrasi di glomerulus,
sebagian besar (708-0%) direabsorpsi secara aktif maupun pasif di tubulus proksimal
dan direabsorpsi bersama dengan natrium dan klorida di lengkung henle. Kalium
dikeluarkan dari tubuh melalui traktus gastrointestinal kurang dari 5%, kulit dan
urine mencapai 90%.

Nilai Rujukan Kadar Kalium Pada :


- serum bayi : 3,6-5,8 mmol/L
- serum anak : 3,5-5,5 mmo/L
- serum dewasa : 3,5-5,3 mmol/L
- urine anak : 17-57 mmol/24 jam
- urine dewasa : 40-80 mmol/24 jam
- cairan lambung : 10 mmol/L
-
GANGGUAN KESEIMBANGAN KALIUM
Bila kadar kalium kurang dari 3,5 mEq/L disebut sebagai hipokalemia dan kadar kalium
lebih dari 5,3 mEq/L disebut sebagai hiperkalemia.

 Hiperkalemia
Gejala Klinis: Hiperkalemia dapat menjadi asymptomatic, yang berarti bahwa ia tidak
menyebabkan gejala-gejala. Adakalanya, pasien-pasien dengan hyperkalemia melaporkan
gejala-gejala yang samar-samar termasuk: mual, lelah, kelemahan otot, atau perasaan-
perasaan kesemutan.
Penyebab:

1. Keluarnya Kalium dari Intrasel ke Ekstrasel Kalium. Keluar dari sel dapat terjadi
pada keadaan asidosis metabolik bukan oleh asidosis organik (ketoasidosis,
asidosis laktat), defisit insulin, katabolisme jaringan meningkat, pemakaian obat
penghambat-β adrenergik, dan pseudohiperkalemia.
2. Berkurangnya Ekskresi Kalium melalui Ginjal Berkurangnya ekskresi kalium
melalui ginjal terjadi pada keadaan hiperaldosteronisme, gagal ginjal, deplesi
volume sirkulasi efektif, pemakaian siklosporin atau akibat koreksi ion kalium
berlebihan dan pada kasus-kasus yang mendapat terapi angiotensin-converting
enzyme inhibitor dan potassium sparing diuretics.
3. Pseudohiperkalemia dapat disebabkan oleh hemolisis, sampel tidak segera
diperiksa atau akibat kesalahan preanalitik yang lain yaitu tornikuet pada lengan
atas tidak dilepas sebelum diambil darah setelah penderita menggenggam
tangannya berulangkali (peningkatan sampai 2 mmol/L). Jumlah trombosit
>500.000/mm3 atau leukosit >70.000/mm3 juga dapat meningkatkan kadar
kalium serum.14
 Hipokalemia
Gejala Klinis: Hipokalemia ringan biasanya tidak menyebabkan gejala sama sekali.
Hipokalemia yang lebih berat (kurang dari 3 meq/L darah) bisa menyebabkan kelemahan
otot, kejang otot dan bahkan kelumpuhan. Irama jantung menjadi tidak normal, terutama
pada penderita penyakit jantung. (Dawodu S, 2004).

Penyebab:

1. Asupan Kalium Kurang Orang tua yang hanya makan roti panggang dan teh,
peminum alkohol yang berat sehingga jarang makan dan tidak makan dengan
baik, atau pada pasien sakit berat yang tidak dapat makan dan minum dengan baik
melalui mulut atau disertai oleh masalah lain misalnya pada pemberian diuretik
atau pemberian diet rendah kalori pada program menurunkan berat badan dapat
menyebabkan hipokalemia.
2. Pengeluaran Kalium Berlebihan Pengeluaran kalium yang berlebihan terjadi
melalui saluran cerna seperti muntah-muntah, melalui ginjal seperti pemakaian
diuretik, kelebihan hormon mineralokortikoid primer/hiperaldosteronisme primer
(sindrom bartter atau sindrom gitelman) atau melalui keringat yang berlebihan.
3. Diare, tumor kolon (adenoma vilosa) dan pemakaian pencahar menyebabkan
kalium keluar bersama bikarbonat pada saluran cerna bagian bawah (asidosis
metabolik)
4. Kalium Masuk ke Dalam Sel Kalium masuk ke dalam sel dapat terjadi pada
alkalosis ekstrasel, pemberian insulin, peningkatan aktivitas beta-adrenergik
(pemakaian β2- agonis), paralisis periodik hipokalemik, dan hipotermia.

3. Klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel. Pemeriksaan konsentrasi
klorida dalam plasma berguna sebagai diagnosis banding pada gangguan
keseimbangan asam-basa, dan menghitung anion gap. Jumlah klorida dalam tubuh
ditentukan oleh keseimbangan antara klorida yang masuk dan yang keluar. Klorida
yang masuk tergantung dari jumlah dan jenis makanan. Kandungan klorida dalam
makanan sama dengan natrium. Orang dewasa pada keadaan normal rerata
mengkonsumsi 50-200 mEq klorida per hari, dan ekskresi klorida bersama feses
sekitar 1-2 mEq perhari. Drainase lambung atau usus pada diare menyebabkan
ekskresi klorida mencapai 100 mEq perhari. Kadar klorida dalam keringat bervariasi,
rerata 40 mEq/L. Bila pengeluaran keringat berlebihan, kehilangan klorida dapat
mencapai 200 mEq per hari. Ekskresi utama klorida adalah melalui ginjal.

Nilai Rujukan Kadar Klorida Pada:


- serum bayi baru lahir : 94-112 mmol/L
- serum anak : 98-105 mmol/L
- serum dewasa : 95-105 mmol/L
- keringat anak : <50 mmol/L
- keringat dewasa : <60 mmol/L
- urine : 110-250 mmol/24 jam
- feses : 2 mmol/24 jam
GANGGUAN KESEIMBANGAN KLORIDA
 Hipoklorinemia
Penyebab: Hipoklorinemia terjadi jika pengeluaran klorida melebihi pemasukan.
Penyebab hipoklorinemia umumnya sama dengan hiponatremia, tetapi pada
alkalosis metabolik dengan hipoklorinemia, defisit klorida tidak disertai defisit
natrium. Hipoklorinemia juga dapat terjadi pada gangguan yang berkaitan dengan
retensi bikarbonat, contohnya pada asidosis respiratorik kronik dengan
kompensasi ginjal.
 Hiperklorinemia
Penyebab: Hiperklorinemia terjadi jika pemasukan melebihi pengeluaran pada
gangguan mekanisme homeostasis dari klorida. Umumnya penyebab
hiperklorinemia sama dengan hipernatremia. Hiperklorinemia dapat dijumpai
pada kasus dehidrasi, asidosis tubular ginjal, gagal ginjal akut, asidosis metabolik
yang disebabkan karena diare yang lama dan kehilangan natrium bikarbonat,
diabetes insipidus, hiperfungsi status adrenokortikal dan penggunaan larutan salin
yang berlebihan, alkalosis respiratorik. Asidosis hiperklorinemia dapat menjadi
petanda pada gangguan tubulus ginjal yang luas.
Kadar Klorida dalam serum meningkat :

- Dehidrasi
- Kelainan metabolik
- Hiperparatiroidisme primer

Kadar klorida dalam serum menurun :

- Anemia pernisiosa
- Ulkus lambung
- Karsinoma lambung
- Paliposis lambung
- Defisiensi besi
- Kehamilan
- Gastritis atrofik
- Umur lanjut atau debilitas
- Defisiensi vitamin
- Radiasi

4. Magnesium
Magnesium dalam tubuh adalah untuk membantu proses pencernaan protein dan
mampu memelihara kesehatan otot serta sistem jaringan penghubung. Magnesium
merupakan salah satu mikro mineral terpenting yang dibutuhkan manusia yang
bekerja Membantu relaksasi otot, Membantu transmisi sinyal syaraf, Memproduksi
dan mendistribusi energi, Berperan penting dalam sintesa protein dan Sebagai Co
Faktor membantu enzim yang merupakan katalisator lebih dari 300 reaksi biokimia
termasuk mengatur suhu tubuh manusia

Nilai rujukan kadar magnesium pada serum:


Dewasa : 1,5-2,5 mEg/l
Bayi baru lahir : 1,4-2,9 mEq/l
Anak : 1,6-2,6 mEq/l

GANGGUAN ELEKTROLIT MAGNESIUM


 Hipomagnesemia
Hipomagnesemia adalah kondisi di mana kadar magnesium dalam tubuh rendah.
Magnesium adalah mineral yang terkandung dalam aliran darah, jantung, otot, dan
juga tulang.
 Hipermagnesemia
Hipermagnesemia adalah kondisi medis yang muncul ketika kadar magnesium
dalam darah terlalu tinggi. Hipermagnesemia tergolong salah satu penyakit yang
jarang terjadi. Biasanya terjadi karena ginjal tidak mampu membuang magnesium
yang berlebih dalam darah, sehingga tubuh mengalami kelebihan magnesium atau
hipermagnesemia.
Faktor yang mempengaruhi temuan lab :
- Hipokalemia dan hipokalsemia akan menurunkan kadar magnesium
- Obat : laksatif dan antasid yang mengandung magnesium dapat menyebabkan
hipermagnesemia, sebaliknya obat diuretik, kalsium glukonat, sertainsulin dapat
menyebabkan hipomagnesemia.

5. Kalsium
Kalsium adalah mineral penting yang banyak dibutuhkan manusia. Kalsium
membantu pembentukan tulang dan gigi dan diperlukan untuk pembekuan darah,
transmisi sinyal pada saraf, dan kontraksi otot. Kalsium membantu mencegah
osteoporosis dari semua kalsuim yang terkandung didalam tubuh manusia, 99%
terletak didalam tulang dan gigi.

Nilai Rujukan Kadar Kalsium dalam serum:


- Dewasa : 9,0 – 11,0 mg/dL ( 4,5-5,5 meq/L)
- Anak : 9,0 – 11,5 mg/dL ( 4,5-5,8 meq/L)
- Bayi : 10,0 – 12,0 mg/dL ( 5,0-6,0 meq/L)
- Bayi baru lahir: 7,4 – 14,0 mg/dL ( 3,7-7,0 meq/L)
-

GANGGUAN KESEIMBANGAN KALSIUM


 Hiperkalsemia
Peningkatan kadar kalsium terdapat pada hipertiroid, malignancy pada tulang,
paru-paru, payudara, kandung kencing dan ginjal, hipervitamin D, imobilisasi
lama, fraktur multiple, batu ginjal dan olah raga berlebihan
 Hipokalsemia
Penurunan kalsium dalam serum dapat terjadi pada malabsorbsi saluran cerna,
kekurangan intake Ca dan vitamin D, hipotiroid, gagal ginjal kronis, infeksi yang
luas, luka bakar, pancreatitis, alkoholisme, diare, kehamilan dan dapat juga karena
penggunaan obat laksansia, kortison, gentamycin, antacid Mg, heparin, insulin
dan asetazolamid (diamox).
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 SOP pemeriksaan elektrolit fosfor (P)

3.2 SOP pemeriksaan elektrolit Calcium (Ca)

Metode Test warna Calcium arsenazo III


Pengertian Calcium merupakan kation utama yang berada di ektraseluler
dan termasuk mineral penting yang dibutuhkan manusia untuk
membantu proses pembentukan tulang, gigi, kontraksi otot,
transmisi sinyal pada saraf serta membantu proses pembekuan
darah.
Tujuan  Mengetahui kadar kalsium dalam serum yang diperiksa.
 Mendiagnosa gangguan kesetimbangan asam-basa.
Prinsip Calcium dengan arsenazo III pada pH netral menghasilkan
kompleks warna biru, yang mana intensitas proporsional
dengan konsentrasi calcium.
,Referensi Insert Kit Diasys
Alat dan bahan Alat:
 Spektrofotometer
 Micropipet 1000 ul
 Micropipet 10 ul
 Blue tip
 Yellow tip
 Tabung serologi
 Rak tabung
 Timer
 Tissue
Bahan:
 Serum
Reagen Calcium monoreagen FS
Prosedur
Reangen Standar Sampel
Reagen 1000 ul 1000 ul 1000 ul
Standar - 10 ul -
Sampel - - 10 ul
Homogenkan. Inkubasi selama 2 menit pada suhu 25-37oC.
Baca absorbansi sampel(dAspl) dan standar(dAstd) pada
panjang gelombang 650 nm selama 60 menit.

Nilai normal 9,0-10,7 mg/dl (2,25-2,67 mmol/l)


Perhitungan  (mg/dl)= Cstd/ dAstd x dAspl

 mmol/l= mg/dl x 0,25

3.3 SOP pemeriksaan elektrolit Kalium(K)


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Daftar rujukan

Anda mungkin juga menyukai