Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Tubuh manusia merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai
proses fisikokimia yang menunjang kehidupan sehari-hari. Tubuh selalu
berusaha agar segala sesuatu yang ada didalamnya berada dalam rentang
konstan agar tercapai keadaan homeostatis.
Elektrolit dan cairan merupakan salah satu faktor yang berperan
dalam menjaga keseimbangan ini. Secara kimiawi, elektrolit adalah unsur-
unsur yang berperan sebagai ion dalam larutan dan memiliki kapasitas
untuk konduksi listrik. Keseimbangan elektrolit merupakan suatu hal yang
penting agar sel dan organ dapat berfungsi secara normal. Elektrolit terdiri
atas kation dan anion. Di dalam tubuh ada beberapa kation yang penting
yaitu natrium, kalsium, dan magnesium. Sedangkan anion yang penting
adalah klorida, bikarbonat dan fosfat.
Gangguan keseimbangan elektrolit diartikan sebagai suatu kadar
dimana kadar elektrolit di dalam darah berada dalam rentang nilai yang
tidak normal. Bisa melebihi nilai normal atau dibawah nilai normal.
Implikasi dari keadaan ini berpengaruh dalam hal keseimbangan cairan
dan fungsi – fungsi organ tubuh lainnya. Berbagai macam hal dapat
menyebabkan ketidakseimbangan ini. Ketidakseimbangan antara
kebutuhan dengan asupan serta ekskresi adalah penyebab utamanya.
Adanya gangguan dari sistem regulasi yang berperan, juga memberikan
dampak dalam keseimbangan elektrolit.
Dalam praktek klinik sehari-hari gangguan elektrolit merupakan
kelainan yang sering dijumpai. Keadaan ini biasanya merupakan bagian
manifestasi klinis dari penyakit dasar yang diderita pasien. Hampir 20%
pasien rawat inap mengalami gangguan elektrolit yang disebabkan oleh
berbagai macam hal, terutama pada pasien - pasien dengan penyakit kritis.
Insidensi gangguan elektrolit terbanyak adalah gangguan kalium dan
natrium.

1
Mengingat tingginya angka kejadian gangguan keseimbangan
elektrolit dalam praktek sehari-hari, terutama gangguan keseimbangan
natrium, kalium, kalsium dan magnesium, maka perlu adanya suatu
pemahaman yang lebih baik salah satunya dalam prosedur dan
pemeriksaan khusus elektrolit dan mineral.

1.2. RUMUSAN MASALAH


a. Apakah tujuan dari pemeriksaan elektrolit dan mineral?
b. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi kadar elektrolit dan
mineral dalam tubuh?
c. Bagaimanakah persiapan pada tahap pra analitik?
d. Apa sajakah jenis metode dalam pemeriksaan elektrolit dan mineral?

1.3. TUJUAN PENELITIAN


a. Mengetahui tujuan dari pemeriksaan elektrolit dan mineral
b. Mengetahu faktor-faktor yang mempengaruhi kadar elektrolit dan
mineral dalam tubuh
c. Mengetahui persiapan dalam tahap pra analitik
d. Mengetahui jenis metode dalam pemeriksaan elektrolit dan mineral

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI

Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan
nonelektrolit. Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel

2
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Non elektrolit adalah
zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik, seperti :
protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asam organik.
Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+), kalium (K+), Kalsium (Ca2+),
magnesium (Mg+), Klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat
(SO42-). Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian
dengan bagian yang lainnya, tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap
bagian berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-
muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif. Elektrolit yang
terdapat pada cairan tubuh akan berada dalam bentuk ion bebas (free ions). Secara
umum elektrolit dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu kation dan anion. Jika
elektrolit mempunyai muatan positif (+) maka elektrolit tersebut disebut sebagai
kation sedangkan jika elektrolit tersebut mempunyai muatan negatif (-) maka
elektrolit tersebut disebut sebagai anion. Contoh dari kation adalah natrium (Na +)
dan nalium (K+) & contoh dari anion adalah klorida (Cl - ) dan bikarbonat (HCO3- ).
Elektrolit - elektrolit yang terdapat dalam jumlah besar di dalam tubuh antara lain
adalah natrium (Na+), kalium (K+ ), kalsium (Ca+), magnesium (Mg+), klorida
(Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-) dan sulfat (SO42-). Di dalam tubuh
manusia, kesetimbangan antara air (H2O) - elektrolit diatur secara ketat agar sel-
sel dan organ tubuh dapat berfungsi dengan baik. Pada tubuh manusia, elektrolit-
elektrolit ini akan memiliki fungsi antara lain dalam menjaga tekanan osmotik
tubuh, mengatur pendistribusian cairan ke dalam kompartemen badan air (body’s
fluid compartement), menjaga pH tubuh dan juga akan terlibat dalam setiap reaksi
oksidasi dan reduksi serta ikut berperan dalam setiap proses metabolisme.

Elektrolit yang positif dan negatif yang disebut ion molekul bermuatan,
yang ditemukan dalam sel-sel tubuh dan cairan ekstraselular, termasuk plasma
darah. Sebuah tes untuk elektrolit meliputi pengukuran natrium, kalium, klorida,
dan bikarbonat. Ion-ion ini diukur untuk menilai ginjal (ginjal), endokrin
(kelenjar), dan asam-basa fungsi, dan merupakan komponen dari kedua fungsi
ginjal dan profil metabolik yang komprehensif biokimia. Elektrolit penting

3
lainnya secara rutin diukur dalam serum atau plasma termasuk kalsium dan
fosfor. Kalsium dan fosfor diukur bersama-sama karena keduanya dipengaruhi
oleh tulang dan penyakit paratiroid, dan sering bergerak berlawanan
arah. Magnesium adalah elektrolit lain yang secara rutin diukur. Seperti kalsium,
magnesium akan menyebabkan tetani (kontraksi otot yang tidak terkontrol) ketika
kadar yang terlalu rendah dalam cairan ekstraselular.
Kadar normal elektrolit dalam cairan tersebut bervariasi. Beberapa sel
ditemukan dalam konsentrasi tinggi di dalam sel dan dalam konsentrasi rendah di
luar sel. Elektrolit lainnya ditemukan dalam konsentrasi rendah di dalam sel dan
dalam konsentrasi tinggi di luar sel. Untuk dapat berfungsi secara baik, tubuh
harus menjaga konsentrasi elektrolit pada masing-masing bagian tubuh tersebut
dalam rentang yang sangat terbatas. Hal itu dilakukan dengan cara memindahkan
elektrolit ke dalam atau keluar sel. Ginjal menyaring elektrolit dalam darah dan
membuang elektrolit secukupnya ke dalam air kemih untuk mempertahankan
keseimbangan antara asupan dan pembuangan elektrolit harian. Konsentrasi
elektrolit dapat diukur dalam contoh darah atau air kemih di laboratorium. Tujuan
dari pemeriksaan elektrolit adalah tes yang mengukur konsentrasi elektrolit yang
dibutuhkan untuk diagnosis dan manajemen ginjal, endokrin, asam-basa,
keseimbangan air, dan kondisi lainnya. Lebih penting lagi, pemeriksaan elektrolit
yang dilakukan dapat mengetahui adanya perubahan yang relative kecil dari nilai
rujukan yang mengintrepretasikan adanya gangguan / abnormalitas atau penyakit
atau dengan kata lain pengukuran konsentrasi elektrolit darah dilakukan untuk
menemukan adanya kelainan atau untuk mengetahui respon terhadap pengobatan.
Elektrolit yang paling sering terlibat dalam gangguan keseimbangan garam adalah
natrium, kalium, kalsium, fosfat dan magnesium. Kadar klorida dan bikarbonat
juga biasa diukur. Konsentrasi klorida darah biasanya sejalan dengan konsentrasi
natrium darah dan bikarbonat terlibat pada gangguan keseimbangan asam
basa. Diagnosis dan manajemen pasien dengan gangguan elektrolit yang terbaik
dilayani dengan mengukur keempat elektrolit. Elektrolit diukur dengan proses
yang dikenal sebagai potensiometri. Metode ini mengukur tegangan yang
berkembang antara permukaan dalam dan luar sebuah elektroda selektif

4
ion. Elektroda (membran) terbuat dari bahan yang selektif permeabel terhadap ion
yang diukur. Potensi ini diukur dengan membandingkannya dengan potensi dari
elektroda referensi. Karena potensi elektroda referensi tetap konstan, perbedaan
tegangan antara dua elektroda yang dihubungkan dengan konsentrasi ion dalam
sampel.
Tes elektrolit dilakukan pada seluruh darah, plasma, atau serum, biasanya
dikumpulkan dari vena atau kapiler. Prosedur khusus yang diikuti ketika
mengumpulkan sampel keringat untuk analisis elektrolit. Prosedur ini, yang
disebut iontophoresis pilocarpine, menggunakan arus listrik diterapkan ke lengan
pasien (biasanya bayi) dalam rangka untuk menyampaikan pilocarpine ke kelenjar
keringat di mana ia akan merangsang berkeringat. Perawatan harus diambil untuk
memastikan bahwa perangkat koleksi (tabung macroduct atau kasa) tidak menjadi
terkontaminasi dan bahwa orang tua atau wali pasien memahami kebutuhan untuk
peralatan listrik yang digunakan. Biasanya tidak ada persiapan khusus yang
diperlukan oleh pasien. Sampel untuk kalsium dan fosfor dan magnesium harus
dikumpulkan menyusul cepat delapan jam.

Ketidaknyamanan atau memar bisa terjadi pada situs tusukan, atau orang
dapat merasa pusing atau pingsan. Tekanan ke situs tusukan sampai perdarahan
berhenti mengurangi memar. Menerapkan paket hangat ke situs tusukan
melegakan ketidaknyamanan. Ketidaknyamanan sementara minor dapat terjadi
dengan tes darah, tetapi tidak ada komplikasi khusus untuk elektrolit pengujian.
Konsentrasi elektrolit yang serupa baik diukur dalam serum atau plasma. Nilai
dinyatakan sebagai mmol / L untuk natrium, kalium, klorida, dan
bikarbonat. Hasil Magnesium sering dilaporkan sebagai miliekuivalen per liter
(meq / L) atau dalam mg / dL. Total kalsium biasanya dilaporkan dalam mg
kalsium / dL dan terionisasi dalam mmol / L. Karena gangguan elektrolit yang
parah dapat dikaitkan dengan kehidupan-mengancam konsekuensi seperti gagal
jantung, syok, koma, atau tetani, nilai waspada digunakan untuk memperingatkan
dokter dari krisis yang akan datang.

5
2.2. FAKTOR PENGARUH KADAR ELEKTROLIT
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
antara lain :

a. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena
usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat
badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan
keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi
gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau
jantung.

b. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan
kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan
tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang
beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai
dengan 5 L per hari.

c. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit.
Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein
dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan
menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan
cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
d. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium
dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume
darah.

e. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh Misalnya :
 Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air
melalui IWL (Insensible Water Loss).

6
 Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
 Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami
gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan
kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.

f. Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.

g. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat
berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.

h. Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi
mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh,
dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.

2.3. KELAINAN ELETROLIT

Ada dua macam kelainan elektrolit yang terjadi ; kadarnya terlalu tinggi
(hiper) dan kadarnya terlalu rendah (hipo). Peningkatan kadar konsentrasi
Natrium dalam plasma darah atau disebut hipernatremia akan mengakibatkan
kondisi tubuh terganggu seperti kejang akibat dari gangguan listrik di saraf dan
otot tubuh. Natrium yang juga berfungsi mengikat air juga mengakibatkan
meningkatnya tekanan darah yang akan berbahaya bagi penderita yang sudah
menderita tekanan darah tinggi. Sumber natrium berada dalam konsumsi makanan
sehari-hari kita; garam, sayur-sayuran dan buah-buahan banyak mengandung
elektrolit termasuk natrium.
Banyak kondisi yang mengakibatkan meningkatnya kadar natrium dalam
plasma darah. Kondisi dehidrasi akibat kurang minum air, diare, muntah-muntah,
olahraga berat, sauna menyebabkan tubuh kehilangan banyak air sehingga darah
menjadi lebih pekat dan kadar natrium secara relatif juga meningkat. Adanya
gangguan ginjal seperti pada penderita Diabetes dan Hipertensi juga menyebabkan

7
tubuh tidak bisa membuang natrium yang berlebihan dalam darah. Makan garam
berlebihan serta penyakit yang menyebabkan peningkatan berkemih (kencing)
juga meningkatkan kadar natrium dalam darah.
Sedangkan hiponatremia atau menurunnya kadar natrium dalam darah
dapat disebabkan oleh kurangnya diet makanan yang mengandung natrium,
sedang menjalankan terapi dengan obat diuretik (mengeluarkan air kencing dan
elektrolit), terapi ini biasanya diberikan dokter kepada penderita hipertensi dan
jantung, terutama yang disertai bengkak akibat tertimbunnya cairan. Muntah-
muntah yang lama dan hebat juga dapat menurunkan kadar natrium darah, diare
apabila akut memang dapat menyebabkan hipernatremia tapi apabila berlangsung
lama dapat mengakibatkan hiponatremia, kondisi darah yang terlalu asam
(asidosis) baik karena gangguan ginjal maupun kondisi lain misalnya diabetes
juga dapat menjadi penyebab hiponatremia. Akibat dari hiponatremia sendiri
relatif sama dengan kondisi hipernatremia, seperti kejang, gangguan otot dan
gangguan syaraf.

Disamping natrium, elektrolit lain yang penting adalah kalium. Fungsi


kalium sendiri mirip dengan natrium, karena kedua elektrolit ini ibarat kunci dan
anak kunci yang saling bekerja sama baik dalam mengatur keseimbangan osmosis
sel, aktivitas saraf dan otot serta keseimbangan asam – basa.
Kondisi hiperkalemia atau meningkatnya kadar kalium dalam darah
menyebabkan gangguan irama jantung hingga berhentinya denyut jantung,
Kondisi ini merupakan kegawat daruratan yang harus segera diatasi karena
mengancam jiwa. Beberapa hal yang menjadi penyebab meningkatnya kadar
kalium adalah pemberian infus yang mengandung kalium, dehidrasi, luka bakar
berat, kenjang, meningkatnya kadar leukosit darah, gagal ginjal, serangan jantung
dan meningkatnya keasaman darah karena diabetes. Keadaan hiperkalemia ini
biasanya diketahui dari keluhan berdebar akibat detak jantung yang tidak teratur,
yang apabila dilakukan pemeriksaan rekam jantung menunjukkan gambaran yang
khas.

8
Kondisi yang berkebalikan terjadi pada hipokalemia, penderita biasanya
mengeluhkan badannya lemas dan tak bertenaga. Hal ini terjadi mengingat fungsi
kalium dalam menghantarkan aliran saraf di otot maupun tempat lain. Penyebab
hipokalemia lebih bervariasi, penurunan konsumsi kalium akibat kelaparan yang
lama dan pasca operasi yang tidak mendapatkan cairan mengandung kalium
secara cukup adalah penyebab hipokalemia. Terapi insulin pada diabet dengan
hiperglikemia, pengambilan glukosa darah ke dalam sel serta kondisi darah yang
basa (alkalosis) menyebabkan kalim berpindah dari luar sel (darah) ke dalam sel-
sel tubuh.Akibatnya kalium dalam darah menjadi menurun.
Kehilangan cairan tubuh yang mengandung kalium seperti muntah
berlebih, diare, terapi diuretik, obat-obatan, dan beberapa penyakit seperti
gangguan ginjal dan sindroma Cushing (penyakit akibat gangguan hormon) juga
menyebabkan penurunan kalium dalam darah. Penanganan kondisi hipokalemia
adalah dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung kalium tinggi seperti
buah-buahan, mengobati penyakit penyebabnya dan apabila kadar kalium darah
rendah sekali dapat dikoreksi dengan memasukkan kalium melalui infus.

PENYEBAB TANDA DAN GEJALA

HIPONATERMIA Pemeriksaan Fisik: Denyut nadi cepat namun


lemah, hipotensi, pusing, ketakutan, dan
 Penyakit ginjal
kecemasan, kram abdomen, mual, dan muntah,
 Insufisiensi
diare, koma dan konvulsi, sidik jari meninggalkan
 Kehilangan melalui gastrointestinal
bekas pada sternum setelah palpasi, koma, kulit
 Pengeluaran keringat meningkat
lembab dan dingin,perubahan kepribadian.
 Penggunaan diuretic (terutama yang
disertai dengan diet rendah natrium) Hasil Pemeriksaan Laboratorium: natrium serum
 Gangguan pompa natrium- kalium < 135 mEq/ L, osmolalitas serum < 280 mOsm/
disertai penurunan kalium sel dan natrium kg
serum
 Asidosis metabolic
HIPERNATREMIA Pemeriksaan Fisik: demam tingkat rendah,

9
 Mengkonsumsi sejumlah besar larutan hipotensi postural, lidah dan membran mukosa
pekat kering, agitasi, konvulsi, gelisah, eksitabilitas,
 Pemberian larutan salin hipertonik lewat oliguria/ anuria, rasa haus
IV secara iatrogenik
Hasil Pemeriksaan Laboratorium: natrium serum
 Sekresi aldosteron yang berlebihan
> 145 mEq/L, osmolalitas serum >295 mOsm/ kg,
dan berat jenis urine > 1,030(jika kehilangan air
bukan disebabkan disfungsi ginjal)

HIPOKALEMIA Pemeriksaan Fisik: denyut nadi lemah dan tidak


teratur, pernafasan dangkal, hipotensi, kelemahan,
 Penggunaan diuretik yang dapat
bising usus menurun, blok jantung (pada
membuang kalium
hipokalemia berat), parestesia, keletihan, tonus
 Diare, muntah, muntah, atau kehilangan
otot menurun, distensi usus.
cairan yang lain melalui saluran g.i
 Alkalosis Hasil Pemeriksaan Laboratorium: kalium serum <
 Sindrom Cushing atau tumor yang dapat 3 mEq/L menyebabkan depresi gelombang ST,
memproduksi hormon adrenal gelombang T datar, gelombang U lebih tinggi,
 Poliuria pada pemeriksaan EKG; kadar kalium serum 2
 Pengeluaran keringat yang berlebihan mEq/ L menyebabkan kompleks QRS melebar,
 Penggunaan cairan IV- bebas kalium depresi ST, inversi gelombang T (Raimer, 1994)
secara berlebihan
HIPERKALEMIA Pemeriksaan Fisik: denyut nadi tidak menurun
dan lambat, hipotensi, kecemasan/ ansietas,
 Gagal ginjal
iritabilitas, parestesia, kelemahan.
 Dehidrasi hipertonik
 Kerusakan seluler yang parah seperti Hasil Pemeriksaan Laboratorium: kalium serum >
akibat luka bakar dan trauma 5,3 mEq/L menyebabkan repolarisasi lebih cepat
 Insufisiensi adrenal (gelombang T mencapai puncaknya, frekuensi
 Asidosis denyut jantung 60- 110), kadar kalium serum >
 Infus darah yang berlangsung cepat 7mEq/L menyebabkan konduksi interatial rusak
 Penggunaan diuretik yang (gelombang P lebar dan rendah) sedangkan kadar
mempertahankan kalium kalium > 8 mEq/L menyebabkan tidak adanya

10
aktivitas atrial (tidak ada gelombang P) pada
pemeriksaan EKG (Raimer, 1994)

HIPOKALSEMIA Pemeriksaan Fisik: baal dan kesemutan pada


daerah jari- jari dan sirkumoral (daerah sekeliling
 Pemberian darah yang mengandung sitrat
mulut), refleks hiperaktuf, tanda trousseau positif
dengan cepat
(spasme karpopedal disertai hipoksia), tanda
 Hipoalbuminemia
Chvostek positif (kontraksi otot- otot wajah pada
 Hipoparatiroidisme
saat syaraf wajah tersebut diketuk), tetani, kram
 Defisiensi vitamin D
otot, fraktur patologis disertai hipokalsemia
 Pankreatitis
kronik.

Hasil Pemeriksaan Laboratorium: kalsium serum


< 4,3 mEq/L dan perubahan EKG

HIPERKALSEMIA Pemeriksaan Fisik: penurunan tonus otot,


anoreksia, mual dan muntah, kelemahan, letargi,
 Hiperparatiroidisme
nyeri pada punggung bagian bawah akibat batu
 Metastase tumor tulang
ginjal, penurunan level kesadaran, henti jantung
 Penyakit Paget
 Osteoporosis Hasil Pemeriksaan Laboratorium: kalsium serum
 Imobilitas yang lama > 5 mEq/ L, sinar X menunjukan adanya
osteoporosisyang menyeluruh, kavitasi tulang
yang menyebar, dan batu saluran kemih radioopak
(terlihat berwarna putih pada foto rontgen),
peningkatan BUN > 25 mEq/ 100 ml,
peningkatan kreatini > 1,5 mg/ 100 ml karena
kekurangan cairan atau kerusakan renal akibat
urolitiasis

HIPOMAGNESEMIA Pemeriksaan Fisik: tremor otot, refleks tendon


dalam yang hiperaktif, kebingungan, disorientasi,
 Asupan yang tidak adequat: malnutrisi
takikardi, tanda Chvostek dan tanda Trousseau
dan alkoholisme
positif
 Absorpsi yang tidak adequat: diare,

11
muntah, drainase nasogastrik, fistula, diet Hasil Pemeriksaan Laboratorium: magnesium
kalsium yang berlebihan, (bersaing dengan serum > 1,5 mEq/ L (juga berhubungan dengan
magnesium untuk mencari tempat transpor), hipokalsemia dan hipokalemia)
penyakit usus kecil
 Hipoparatiroidisme
 Kehilangan magnesium yang berlebihan
akibat penggunaan diuretik tiazid
 Kelebihan aldosteron
 Poliuria
HIPERMAGNESEMIA Pemeriksaan Fisik: pada hipermagnesemia akut:
refleks tendon dalam hipoaktif, pernafasan dan
 Gagal ginjal
frekuensi denyut jantung dangkal dan lambat,
 Pemberian magnesium parenteral yang
hipotensi, kemerahan
berlebihan
Hasil Pemeriksaan Laboratorium: magnesium
serum > 2,5 mEq/L

2.4. JENIS PEMERIKSAAN

2.4.1. NATRIUM (NA+)

Di dalam produk pangan atau di dalam tubuh, natrium biasanya berada


dalam bentuk garam seperti natrium klorida (NaCl). Di dalam molekul ini,
natrium berada dalam bentuk ion sebagai Na. Diperkirakan hampir 100 gram
dari ion natrium (Na+ ) atau ekivalen dengan 250 gr NaCl terkandung di dalam
tubuh manusia. Garam natrium merupakan garam yang dapat secara cepat
diserap oleh tubuh dengan minimum kebutuhan untuk orang dewasa berkisar
antara 1.3-1.6 gr/hari (ekivalen dengan 3.3-4.0 gr NaCl/hari). Setiap kelebihan
natrium yang terjadi di dalam tubuh dapat dikeluarkan melalui urin & keringat.
Hampir semua natrium yang terdapat di dalam tubuh akan tersimpan di
dalam soft body tissue dan cairan tubuh. Ion natrium (Na+ ) merupakan kation
utama di dalam cairan ekstrasellular (ECF) dengan konsentrasi berkisar antara

12
135-145 mmol/L. Ion natrium juga akan berada pada cairan intrasellular (ICF)
namun dengan konsentrasi yang lebih kecil yaitu ± 3 mmol/L. Sebagai kation
utama dalam cairan ekstrasellular, natrium akan berfungsi untuk menjaga
keseimbangan cairan di dalam tubuh, menjaga aktivitas saraf , kontraksi otot
dan juga akan berperan dalam proses absorpsi glukosa. Pada keadaan normal,
natrium (Na+ ) bersama dengan pasangan (terutama klorida, Cl- ) akan
memberikan kontribusi lebih dari 90% terhadap efektif osmolalitas di dalam
cairan ekstrasellular. Sodium atau natrium adalah kation kalium ekstraseluler
pokok dan kation intraseluler utama. Kation adalah sebuah ion dengan muatan
positif. Anion adalah ion dengan muatan negatif. Kadar natrium secara
langsung berhubungan dengan tekanan osmotik plasma. Bahkan, sejak anion
selalu dikaitkan dengan natrium (biasanya klorida atau bikarbonat), osmolalitas
plasma (konsentrasi zat terlarut terlarut Total) dapat diperkirakan. Karena air
sering akan mengikuti natrium oleh difusi, kehilangan natrium menyebabkan
dehidrasi dan retensi natrium menyebabkan edema. Kondisi yang
mempromosikan natrium meningkat, disebut hipernatremia, melakukannya
tanpa mempromosikan gain setara dalam air. Kondisi tersebut termasuk
diabetes insipidus (kehilangan air oleh ginjal), penyakit Cushing, dan
hiperaldosteronisme (reabsorpsi natrium meningkat). Banyak kondisi lain,
seperti gagal jantung kongestif, sirosis hati, penyakit ginjal dan hasil dalam
retensi natrium ginjal, tetapi jumlah air yang setara dipertahankan juga. Hal ini
menyebabkan kondisi yang disebut badan berlebih natrium total, yang
menyebabkan hipertensi dan edema, tapi bukan konsentrasi natrium serum
meningkat. Natrium serum rendah, disebut hiponatremia, mungkin hasil dari
penyakit Addison, terapi diuretik berlebihan, sindrom sekresi hormon
antidiuretik yang tidak tepat (SIADH), luka bakar, diare, muntah, dan cystic
fibrosis.Bahkan, diagnosis fibrosis kistik dibuat dengan menunjukkan
konsentrasi klorida tinggi (lebih dari 60 mmol / l) dalam keringat.

Nilai normal dalam serum :

Dewasa 135 – 145 mEq/L

13
Anak 135 – 145 mEq/L

Bayi 134 – 150 mEq/L

Nilai normal dalam urin :

40 - 220 mEq/L/24 jam

Penurunan Na terjadi pada diare, muntah, cedera jaringan, bilas


lambung, diet rendah garam, gagal ginjal, luka bakar, penggunaan obat diuretik
(obat untuk darah tinggi yang fungsinya mengeluarkan air dalam tubuh).
Peningkatan Na terjadi pada pasien diare, gangguan jantung kronis, dehidrasi,
asupan Na dari makanan tinggi, gagal hepatik (kegagalan fungsi hati), dan
penggunaan obat antibiotika, obat batuk, obat golongan laksansia (obat
pencahar). Sumber garam Na yaitu: garam dapur, produk awetan (cornedbeef,
ikan kaleng, terasi, dan Iain-Iain.), keju,/.buah ceri, saus tomat, acar, dan Iain-
Iain.

2.4.2. KALIUM (K+)

Merupakan ion bermuatan positif (kation) utama yang terdapat di dalam


cairan intrasellular (ICF) dengan konsentrasi ±150 mmol/L. Sekitar 90% dari
total kalium tubuh akan berada di dalam kompartemen ini. Sekitar 0.4% dari
total kalium tubuh akan terdistribusi ke dalam ruangan vascular yang terdapat
pada cairan ekstraselular dengan konsentrasi antara 3.5-5.0 mmol/L.
Konsentrasi total kalium di dalam tubuh diperkirakan sebanyak 2g/kg berat
badan. Namun jumlah ini dapat bervariasi bergantung terhadap beberapa faktor
seperti jenis kelamin, umur dan massa otot (muscle mass). Kebutuhan
minimum kalium diperkirakan sebesar 782 mg/hari. Di dalam tubuh kalium
akan mempunyai fungsi dalam menjaga keseimbangan cairan-elektrolit
dan keseimbangan asam basa. Selain itu, bersama dengan kalsium (Ca+ ) dan
natrium (Na+ ), kalium akan berperan dalam transmisi saraf, pengaturan enzim
dan kontraksi otot. Hampir sama dengan natrium, kalium juga merupakan

14
garam yang dapat secara cepat diserap oleh tubuh. Setiap kelebihan kalium
yang terdapat di dalam tubuh akan dikeluarkan melalui urin serta keringat.

Nilai normal :

Dewasa 3,5 – 5,0 mEq/L

Anak 3,6 – 5,8 mEq/L

Bayi 3,6 – 5,8 mEq/L

Peningkatan kalium (hiperkalemia) terjadi jika terdapat gangguan


ginjal, penggunaan obat terutama golongan sefalosporin, histamine, epinefrin,
dan Iain-Iain. Hiperkalemia adalah komplikasi yang paling signifikan dan
mengancam nyawa gagal ginjal. Hiperkalemia juga sering disebabkan oleh
anemia hemolitik (pembebasan dari hemolysed sel darah merah), diabetes
insipidus, penyakit Addison, dan toksisitas digitalis. Penurunan kalium
(hipokalemia) terjadi jika pemasukan kalium dari makanan rendah,
pengeluaran lewat urin meningkat, diare, muntah, dehidrasi, luka pembedahan.
Garam adalah suatu senyawa kimia sederhana yang terdiri dari atom-atom yang
membawa ion positifmaupun ion negatif, alkalosis, diare dan muntah,
penggunaan yang berlebihan dari diuretik thiazide, penyakit Cushing,
pemberian cairan intravena, dan SIADH. Misalnya garam meja (natrium
klorida) terdiri dari ion positif natrium dan ion negatif klorida. Natrium
klorida membentuk kristal pada keadaan kering, tetapi seperti garam lainnya
dalam tubuh, mudah dilarutkan dalam air. Jika garam larut dalam air,
komponennya terpisah sebagai partikel yang disebut ion. Partikel ion terlarut
ini dikenal sebagai elektrolit. Kadar (konsentrasi) setiap elektrolit dalam
larutan dari garam terlarut dapat diukur dan biasanya dihitung dalam
satuan miliekuivalen dalam setiap volume larutan (mEq/L). Sumber : Pisang,
alpokad, jeruk, tomat, dan kismis, dll.

2.4.3. CHLORIDA (Cl-)

15
Elektrolit utama yang berada di dalam cairan ekstraselular (ECF)
adalah elektrolit bermuatan negatif yaitu klorida (Cl- ). Jumlah ion klorida
(Cl- ) yang terdapat di dalam jaringan tubuh diperkirakan sebanyak 1.1 g/Kg
berat badan dengan konsentrasi antara 98-106 mmol/L. Konsentrasi ion klorida
tertinggi terdapat pada cairan serebrospinal seperti otak atau sumsum tulang
belakang, lambung dan juga pankreas. Sebagai anion utama dalam cairan
ekstraselullar, ion klorida juga akan berperan dalam menjaga keseimbangan
cairan-elektrolit. Selain itu, ion klorida juga mempunyai fungsi fisiologis
penting yaitu sebagai pengatur derajat keasaman lambung dan ikut berperan
dalam menjaga keseimbangan asam-basa tubuh. Bersama dengan ion natrium
(Na+), ion klorida juga merupakan ion dengan konsentrasi terbesar yang keluar
melalui keringat.

2.4.4. CALCIUM (Ca2+)

Kalsium dan fosfor diukur bersama-sama karena keduanya mungkin


abnormal pada tulang dan negara paratiroid penyakit. Hormon paratiroid
menyebabkan resorpsi mineral ini dari tulang. Namun, meningkatkan
penyerapan usus dan reabsorpsi ginjal kalsium dan ekskresi ginjal fosfor. Pada
hiperparatiroidisme, kalsium serum akan meningkat dan fosfor akan
menurun. Pada hipoparatiroidisme dan penyakit ginjal, kalsium serum akan
rendah tetapi fosfor akan tinggi. Pada rakitis vitamin D tergantung (VDDR),
baik kalsium dan fosfor akan rendah, namun, kalsium normal sementara fosfor
rendah vitamin D rakhitis resisten (VDRR). Diferensial diagnosis dari kalsium
serum yang abnormal dibantu oleh pengukuran kalsium terionisasi (yaitu,
kalsium tidak terikat oleh protein). Sekitar 45% dari kalsium dalam darah
terikat dengan protein, 45% terionisasi, dan 10% dikomplekskan untuk anion
dalam bentuk garam terdisosiasi. Hanya kalsium terionisasi secara fisiologis
aktif, dan tingkat kalsium terionisasi diatur oleh hormon paratiroid (PTH)
melalui umpan balik negatif (kalsium terionisasi tinggi menghambat sekresi

16
PTH). Sementara hipoparatiroidisme, VDDR, gagal ginjal, hipoalbuminemia,
hypovitaminosis D, dan kondisi lain dapat menyebabkan kalsium total yang
rendah, hipoparatiroidisme hanya (dan alkalosis) akan menghasilkan kalsium
terionisasi rendah. Sebaliknya, sementara hiperparatiroidisme, keganasan (yang
mengeluarkan hormon paratiroid-related protein), multiple myeloma, antasid,
hyperproteinemia, dehidrasi, dan hypervitaminosis D menyebabkan kalsium
total tinggi, hiperparatiroidisme hanya, keganasan, dan asidosis menyebabkan
kalsium terionisasi tinggi.
Fungsi utama kalsium adalah sebagai penggerak dari otot-otot, deposit
utamanya berada di tulang dan gigi, apabila diperlukan, kalsium ini dapat
berpindah ke dalam darah. Sumber : susu dengan kalsium tinggi, ikan dengan
tulang, sayuran, dll.

2.4.5. MAGNESIUM (Mg2+)

Berperan penting dalam aktivitas elektrik jaringan, mengatur


pergerakan Ca2+ ke dalam otot serta memelihara kekuatan kontraksi jantung
dan kekuatan pembuluh darah tubuh.

Elektrolit terlarut dalam tiga bagian utama dari cairan tubuh:

 Cairan dalam sel


 Cairan dalam ruang di sekeliling sel
 Darah (elektrolit terlarut dalam serum, yang merupakan bagian cair dari
darah).

Tingkat magnesium serum dapat ditingkatkan dengan anemia


hemolitik, gagal ginjal, penyakit Addison, hiperparatiroidisme, dan magnesium
berbasis antasida. Alkoholisme kronis adalah penyebab paling umum dari
magnesium yang rendah karena gizi yang buruk serum. Magnesium serum juga
menurun pada diare, hipoparatiroidisme, pankreatitis, penyakit Cushing, dan
dengan penggunaan diuretik berlebihan. Magnesium yang rendah bisa
disebabkan oleh sejumlah antibiotik dan obat lain dan dengan pemberian cairan

17
infus.Magnesium diperlukan untuk sekresi hormon paratiroid, dan karena itu,
magnesium serum rendah dapat menyebabkan hipokalsemia. Kekurangan
magnesium sangat umum di daerah di mana pasokan air tidak mengandung
garam magnesium yang cukup.Magnesium bertindak sebagai penghambat
saluran kalsium, dan ketika magnesium seluler rendah, hasil tinggi kalsium
intraseluler. Hal ini menyebabkan hipertensi, takikardia, dan tetani. Sayangnya
serum magnesium Total tidak berkorelasi dengan baik dengan tingkat
magnesium intraseluler, dan pengukuran serum tidak sangat sensitif untuk
mendeteksi defisiensi kronis karena kontribusi kompensasi dari tulang. Kadar
magnesium yang terionisasi lebih baik berkorelasi dengan tingkat intraseluler
karena bentuk terionisasi dapat bergerak bebas antara sel-sel dan cairan
ekstraseluler.

2.4.6. ZINC (Zn2+)

Zinc adalah salah satu mineral penting yang paling banyak ditemukan
dalam tubuh kita. Secara alami mineral ini ditemukan pada beberapa makanan
dan juga tersedia dalam bentuk suplemen kesehatan. Tubuh kita memiliki
sekitar 2 – 3g zinc atau sekitar 60 % pada otot, dan 30 % dalam tulang. Jadi,
dengan kata lain, zinc sangat berperan penting supaya tubuh kita bisa berdiri
dengan tegak. Sisanya yang 10 %, seng atau zinc ditemukan pada gigi, rambut,
kuku, kulit, hati, leukosit (sel darah putih), prostat, semen, dan lain-lain.
Beberapa fungsi dari Zinc dalam tubuh Fungsi enzim dan pembentukan
Seng digunakan oleh lebih dari 100 enzim yang berbeda dalam tubuh kita,
dimana yang ikut serta dalam proses kimiawi dalam membangun apapun yang
dibutuhkan tubuh atau mencegah hal-hal yang bisa mengganggu kesehatan.
Berikut adalah beberapa contohnya : Fungsi tiroid – Zinc digunakan untuk
membuat hormon TRH, atau hormon yang berperan memberi sinyal pada tiroid
untuk membuat hormon tiroid. Hal ini dengan cara mengubah protein dari
makanan yang kita makan menjadi asam amino, termasuk tirosin yang

18
menguatkan produksi hormon tiroid. Pada akhirnya zinc ikut serta dalam
pembuatan T3 bentuk aktif yang digunakan dalam otot. Pembentukan tulang –
Zinc digunakan oleh enzim untuk memproduksi kolagen dan alkali fosfatase
(ALP), yaitu zat yang sangat penting untuk pembentukan tulang. Hal ini juga
digunakan untuk memproduksi kalsitonin, atau hormon yang berfungsi untuk
menghambat kerusakan tulang. 30 % zinc yang ditemukan dalam sel berada
dalam nukleus. Hal ini wajar karena mineral ini sangat berperan dengan DNA
dan replikasi sel dan protein yang dibutuhkan oleh tubuh. Zinc sangat penting
bagi fungsi kekebalan tubuh Zinc sangat penting sebagai garis pertama
pertahanan dalam tubuh kita. Baris pertama ini diwakili oleh pencegahan
penyakit secara fisik, seperti kulit dan lapisan selaput lendir di dalam tubuh.
Zinc ditemukan dalam sekresi lendir pada sistem pernapasan kita, dan juga
pada permukaan paru-paru dan tenggorokan.Hal ini memiliki efek antimikroba,
sehingga membantu untuk mematikan bakteri dan virus sebelum sempat
menginfeksi. Zinc juga disekresikan dalam air liur dan selaput lendir dari
sistem pencernaan untuk mematikan bakteri yang ikut tertelan bersama
makanan. Lihat juga : Manfaat Vitamin B kompleks Bagi kesehatan Kita Tidak
hanya bermanfaat mendukung pertahanan dari kekebalan tubuh, zinc juga
mendukung produksi sel darah putih dan mengaktifkan sel B dan T yang
dibutuhkan oleh sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus dan bakteri. Zinc
merupakan antioksidan Zinc juga bermanfaat untuk melindungi membran sel
kita dari kerusakan akibat dampak radikal bebas yang bisa disebabkan oleh
logam berat dalam tubuh, seperti besi atau tembaga. Zinc juga merupakan
bagian penting dari antioksidan dalam tubuh yang disebut dengan superoksida
dismutase, yang perlukan oleh organ hati untuk mengikat racun yang akan
dibuang dari tubuh. Tanda-tanda umum kekurangan zinc stretch mark jerawat
Bintik-bintik putih pada kuku Gangguan pertumbuhan – terutama pada anak-
anak. Baca juga : Pentingnya zinc bagi pertumbuhan anak-anak rambut rontok
anorexia Penyembuhan luka yang lama Diare kronis dan parah kekebalan
tubuh rendah Penglihatan malam rendah kulit kering Penyebab kekurangan
zinc Pitates yang ditemukan dalam makanan seperti gandum, padi, jagung dan

19
kacang-kacangan, bisa mengurangi penyerapan zinc. Hal ini artinya vegetarian
dan vegan ketat beresiko mengalami kekurangan zinc, karena makanan ini
seringkali sangat tinggi dalam diet mereka . Penyerapan zinc bisa terganggu
oleh zat besi, tembaga dan kalsium Pil kontrasepsi Kehilangan banyak keringat
– biasanya olahragawan dan pekerja berat Diare – orang dengan diare persisten
– termasuk orang dengan penyakit radang usus, serta gangguan pencernaan
dengan gangguan penyerapan . Penyakit diabetes, liver, atau penyakit ginjal
Asupan klafein dan asupan alk*hol berlebihan Antasida dan antibiotik Stres
Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kekurangan Zinc Serum Zinc –
Mengukur zinc dalam darah Uji rambut – Zinc adalah salah satu mineral yang
bisa diuji melalui rambut Uji rasa pada mulut – uji ini sering dilakukan di
apotek. Makanan yang tinggi Zinc Protein hewani seperti ayam, domba, sapi,
dan telur Ikan dan seafood terutama tiram Sumber nabati termasuk kacang-
kacangan, biji-bijian, tahu, ragi, jamur, kacang hijau, biji labu kuning atau
wijen, sayuran berdaun hijau, dan alpukat. Sayuran laut seperti rumput laut dan
spirulina.

2.4.7. SELENIUM (Se)

Selenium adalah mineral yang ditemukan di dalam tanah. Selenium


secara alami muncul dalam air dan beberapa makanan. Selenium diperlukan
oleh tubuh kita dalam jumlah yang sangat kecil untuk melakukan fungsi dalam
metabolisme terutama fungsi kelenjar teroid. Mineral ini tidak dapat dapat
diproduksi oleh tubuh kita. Untuk memperolehnya kita bisa mengkonsumsi
beberapa jenis makanan. Tubuh kita memerlukan Selenium untuk
berfungsinya kelenjar tiroid, Selain itu ia juga diperlukan untuk melindungi
tubuh kita dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas. Rendahnya
jumlah selenium dalam tubuh akan menyebabkan beberapa penyakit seperti
penyakit otot dan sendi, rambut tidak sehat, dan bintik-bintik putih pada kuku.
Jika kekurangan selenium dalam tubuh terus dibiarkan maka akan
menyebabkan penyakit hashimoto, yaitu sebuah penyakit yang terjadi karena

20
sistem kekebalan tubuh menyerang tiroid. Melihat efek buruk dari kekurangan
selenium tersebut, maka sangat penting bagi kita untuk menjaga jumlah
selenium dalam tubuh agar selalu seimbang. Untuk mencukupi jumlah
selenium dalam tubuh, kita perlu mengkonsumsi beberapa jenis makanan yang
mengandung selenium. Di antara makanan yang mengandung selenium antara
lain adalah kacang brazil, buah ini mengandung 1917.0µg dalam setiap 100 g.
Selain itu makanan yang juga mengandung selenium adalah tiram mengandung
154µ, ikan tuna mengandung 108.2µg, roti gandung mengandung 40.3µg,
kuaci atau biji bunga matahari mengandung 79.3µg, daging sapi mengandung
44.8µg, daging ayam mengandung 37.8µg, jamur mengandung 26.0µg, dan
gandum hitam mengandung 26.0µg masing masing dalam setiap 100 g.
Selenium merupakan mineral penting yang bekerja sama dengan
vitamin E untuk dalam tubuh kita untuk memberikan perlindungan antioksida
dengan merlawan radikal bebas yang menjadi pemicu terjadinya berbagai jenis
penyakit termasuk kanker, penyakit jantung, dan arthritis. Selenium melindungi
tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas dalam dua cara: Hal ini dimasukkan
ke dalam protein untuk membuat selenoproteins, yang enzim antioksidan
penting, dan membantu tubuh memproduksi itu antioksidan alami sendiri yang
disebut glutathione. Selenium memiliki manfaaat dalam meningkatkan sistem
kekebalan tubuh, mengurangi risiko penyakit jantung, menjaga pembuluh
darah yang sehat, mengurangi risiko stroke. Selain itu ia juga dapat
mengurangi kecemasan dan depresi, dan bahkan meningkatkan kesuburan pada
pria. Anak-anak dengan usia antara 1-3 direkomendasikan mengkonsumsi
selenium 20 µg per hari, usia 4-8 tahun direkomendasika 30 µg per hari, dan
untuk usia 9-13 di rekomendasikan 40 µg per hari. sementara itu untu usia 14
tahun dan sterusnya direkondasikan mengkonsumsi selenium 55 µg per hari.
Selain itu untuk wanita 60 µg per hari dan wanita menyusui dianjurkan
mengkonsumsi 70 µg per hari Kelebihan selenium dapat menyebabkan bau
mulut, diare, dan bahkan rambut rontok.

21
2.5. CARA PEMERIKSAAAN (SAMPLING) DAN NILAI RUJUKAN

2.5.1. PEMERIKSAAN KADAR NATRIUM (Na+)

Pemeriksaan natrium (Na) berguna untuk mengetahui konsentrasi Na


(elekrolit dan mineral) di dalam darah. Natrium berfungsi untuk menjaga
keseimbangan air (sejumlah cairan di dalam maupun di luar sel tubuh) dan
elektrolit di dalam tubuh, mengontrol tekanan darah, serta berperan penting
dalam fungsi kerja saraf dan otot. Konsentrasi Na banyak terdapat di dalam
darah dan cairan limfa. Keabnormalan Na dalam darah mengindikasikan
adanya gangguan kesehatan. Biasanya pemeriksaan ini dilakukan bersamaan
dengan pemeriksaan elektrolit darah yang lain seperti kalium (K), klorida (Cl),
kalsium (Ca), dan magnesium (Mg).

Pemeriksaan kadar natrium bertujuan untuk menilai keseimbangan


elektrolit tubuh dan asam basa, dehidrasi, sindrom nefrotik, gagal jantung
kongestif, dan keadaan klinis lainnya. Berikut adalah tahap pra analisis pada
pemeriksaan kadar natrium :

Persyaratan & Jenis : Serum atau plasma


Sampel
Stabilitas Sampel : 2 minggu pada 15 - 25°C
2 minggu pada 2 - 8°C
Persiapan Pasien : Untuk pemeriksaan elektrolit urin.
Hitung volume urin 24 jam dan catat pada internal note
di (SISPRO), jika pemeriksaan dirujuk maka cantumkan
volume urin di patient note SISPRO.
Hari Kerja :
Metode : ISE
Nilai Rujukan : 132 - 147 mmol/L
Tempat Rujukan :
Catatan :

22
2.5.2. PEMERIKSAAN KADAR KALIUM (K+)

Pemeriksaan yang berguna untuk mengetahui konsentrasi kalium (K) di


dalam serum atau plasma darah. Kalium merupakan suatu elektrolit dan
mineral yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan air (sejumlah cairan di
dalam maupun di luar sel tubuh) dan elektrolit di dalam tubuh, serta berperan
penting dalam fungsi kerja saraf dan otot. Keabnormalan K dalam serum atau
plasma darah dapat mengindikasikan adanya gangguan kesehatan tubuh.
Biasanya pemeriksaan ini dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan elektrolit
darah yang lain seperti natrium (Na), klorida (Cl), kalsium (Ca), dan
magnesium (Mg).
Pemeriksaan kadar kalium bertujuan untuk menilai keseimbangan
elekrolit tubuh dan beberapa kondisi seperti hipertensi, penyakit ginjal, aritmia
jantung, kelemahan muskular & iritabilitasm, penyakit saluran cerna, penyakit
mental, dan leukimia; mendiagnosis dan memantau kelebihan mineral
kortikoid. Berikut adalah tahap pra analisis pada pemeriksaan kadar kalium :

Persyaratan & Jenis Sampel : Serum atau plasma


Stabilitas Sampel : 1 minggu pada 15-
25°C
1 minggu pada 2-8°C
Persiapan Pasien : Hitung volume urin 24 jam dan catat pada
internal note di (SISPRO), jika pemeriksaan
dirujuk maka cantumkan volume urin di patient
note SISPRO.
Hari Kerja :
Metode : ISE
Nilai Rujukan : 3,5 - 5,1 mmol/L
Tempat Rujukan :
Catatan :

23
2.5.3. PEMERIKSAAN KADAR CHLORIDA (Cl-)

Pemeriksaan yang berguna untuk mengukur konsentrasi klorida (Cl) di


dalam tubuh. Klorida merupakan suatu elektrolit yang memiliki peranan
penting dalam menjaga keseimbangan cairan di dalam dan di luar sel-sel tubuh,
serta mempertahankan volume darah normal, tekanan darah, dan pH cairan
tubuh. Nilai Cl harus diinterpretasikan dengan nilai elektolit dan asam-basa
yang lain seperti natrium (Na), kalium (K), dan bikarbonat (HCO3).
Pemeriksaan kadar chloride bertujuan untuk membedakan diagnosis
asidemia dan alkalemia, dan mendeteksi beberapa kondisi seperti defisiensi
mineral kortikoid, asidosis, diare, renal tubular asidodis, penyakit Addison,
alkalosis metabolik, diabetik ketoasidosis, dan gangguan kesehatan lain.
Berikut adalah tahap pra analisis pada pemeriksaan kadar klorida :

Persyaratan & Jenis Sampel : Serum atau plasma


Stabilitas Sampel : 7 hari pada 15 -
25°C
7 hari pada 2 - 8°C
Persiapan Pasien : Untuk pemeriksaan elektrolit urin
Hitung volume urin 24 jam dan catat pada
internal note di (SISPRO), jika pemeriksaan
dirujuk maka cantumkan volume urin di patient
note SISPRO
Hari Kerja :
Metode : ISE
Nilai Rujukan : 95 - 116 mmol/L
Tempat Rujukan :
Catatan :

2.5.4. PEMERIKSAAN KADAR CALCIUM (Ca2+)

24
Pemeriksaan kalsium (Ca) mengukur konsentrasi total calcium dalam
darah. Sekitar setengah dari calcium dalam darah terikat pada protein, terutama
albumin. Calcium adalah salah satu mineral yang melimpah dan berperan
penting dalam tubuh. Calcium terutama berperan penting untuk cell signaling
dan berfungsinya kerja otot, saraf, dan jantung. Calcium juga dibutuhkan untuk
pembekuan darah dan sangat penting dalam pembentukan, kepadatan, dan
pemeliharaan tulang. Pemeriksaan calcium membutuhkan sampel darah yang
diambil dari pembuluh darah vena di lengan.
Pemeriksaan kadar calcium bertujuan untuk menyaring, mendiagnosis,
dan memantau berbagai kondisi yang dapat mempengaruhi konsentrasi calcium
dalam darah seperti penyakit atau gangguan pada ginjal, tulang, tiroid,
paratiroid, atau saraf, dan kanker tertentu. Berikut adalah tahap pra analisis
pada pemeriksaan kadar klorida :

Persyaratan & Jenis Sampel : Serum atau plasma

Stabilitas Sampel : 15 – 25°C : 7 hari


2 – 8°C : 3 minggu
(-15) – (-25)°C : 8 bulan
Persiapan Pasien : Tidak terdapat persiapan pemeriksaan yang
dibutuhkan, namun mungkin Anda diminta untuk
menghentikan konsumsi obat tertentu seperti
lithium, antacid, diuretic, dan suplemen vitamin D
untuk memastikan hasil pemeriksaan yang lebih
akurat.

Hari Kerja :
Metode : O-cresolphthalein complexone

Nilai Rujukan : 8,3 - 10,6 mg/dL

Tempat Rujukan :
Catatan :

2.5.5. PEMERIKSAAN KADAR MAGNESIUM (Mg2+)

25
Defisiensi magnesium biasanya ditemukan pada asupan diet yang rendah
(pada usia lanjut, malnutrisi, alcoholism); gangguan pencernaan (misal:
penyakit Crohn's); uncontrolled diabetes; hipoparatiroidism; penggunaan
diuretik jangka panjang; diare berkepanjangan; paska pembedahan; luka bakar
berat. Peningkatan kadar magnesium jarang ditemui terkait sumber nutrisi akan
tetapi biasanya akibat masalah ekskresi atau suplementasi yang berlebihan,
yang dapat dilihat pada keadaan : gagal ginjal, hiperparatiroidisme,
hipotiroidisme, dehidrasi, diabetic acidosis, Addison's disease, penggunaan
antasida yang mengandung magnesium atau laksatif.
Pemeriksaan magnesium digunakan untuk mengukur kadar magnesium
dalam darah. Kadar magnesium dapat digunakan untuk monitoring pasien
preeklampsia yang diterapi dengan magnesium sulfat, meskipun dalam
kebanyakan kasus pemantauan gejala klinis (tingkat respiratori dan deep
tendon reflexes) sudah cukup dan level magnesium darah tidak diperlukan.
Kadar level magnesium dapat mengindikasikan bahwa seseorang tidak
mengkonsumsi atau mengabsorbsi maupun mengekskresikan magnesium
terlalu banyak. Berikut adalah tahap pra analisis pada pemeriksaan kadar
magnesium :

Persyaratan & Jenis Sampel : Serum atau plasma


Stabilitas Sampel : 15 – 25°C : 7 hari
2 – 8°C : 7 hari
(-15) – (-25)°C : 1 tahun
Persiapan Pasien : -
Hari Kerja :
Metode : Kolorimetri (xylidilblue reaction)
Nilai Rujukan : 1,7 - 2,5 mg/Dl
Tempat Rujukan :
Catatan :

2.5.6. PEMERIKSAAN KADAR ZINC (Zn2+)

26
Pemeriksaan Zinc (Zn) mengukur jumlah Zinc dalam darah. Zinc
merupakan salah satu jenis trace element (mineral) yang dibutuhkan tubuh
manusia dalam jumlah sangat kecil untuk pertumbuhan, perkembangan, dan
fisiologis normal; namun tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh. Defisiensi
Zinc dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti gangguan pertumbuhan,
impotensi, gangguan haid, infertilitas, gangguan pembekuan (penutupan luka),
kehilangan indra perasa dan penciuman, keguguran; sedangkan kelebihan Zinc
dalam jumlah sangat besar dapat menyebabkan toksisitas yang menimbulkan
mual, muntah, nyeri perut, diare, pusing, dan lain-lain. Pemeriksaan Zinc
membutuhkan sampel darah yang diambil dari pembuluh darah vena di lengan.
Pemeriksaan kadar seng bertujuan sebagai evaluasi awal kondisi
malnutrisi atau malabsorbsi; memantau suplementasi trace element untuk
mencegah kelebihan trace element; menunjang diagnosis dugaan defisiensi
trace element. Berikut adalah tahap pra analisis pada pemeriksaan kadar seng :

Persyaratan & Jenis Sampel : Serum atau plasma

Stabilitas Sampel : Beku : 30 hari


2 - 8°C : 10 hari
Suhu kamar : 5 hari
Persiapan Pasien : Mohon menghubungi petugas laboratorium.

Hari Kerja :
Metode : ICP/MS

Nilai Rujukan : 26 - 141 ug/dL

Tempat Rujukan :
Catatan :

2.5.7. PEMERIKSAAN KADAR SELENIUM (Se)

Pemeriksaan Selenium (Se) mengukur jumlah Selenium dalam darah.


Selenium merupakan salah satu jenis trace element (mineral) yang dibutuhkan

27
tubuh manusia dalam jumlah sangat kecil untuk pertumbuhan, perkembangan,
dan fisiologis normal; namun tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh.
Defisiensi Selenium dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti asma,
eksim, gangguan sendi, penyakit jantung, infeksi, mudah terpapar logam berat,
kanker, penurunan kesuburan, penurunan glutation peroxidase (GPx),
hipotiroid, dan peningkatan degenerasi; sedangkan kelebihan Selenium dalam
jumlah sangat besar dapat menyebabkan toksisitas yang menimbulkan rambut
rontok, gigi tanggal, kuku rapuh dan bergelombang, gangguan kulit, gangguan
gastrointestinal, bau nafas, dan keletihan. Pemeriksaan Selenium membutuhkan
sampel darah yang diambil dari pembuluh darah vena di lengan.
Pemeriksaan kadar selenium bertujuan sebagai evaluasi awal kondisi
malnutrisi atau malabsorbsi; memantau suplementasi trace element untuk
mencegah kelebihan trace element; menunjang diagnosis dugaan defisiensi
trace element.

Persyaratan & Jenis Sampel : Serum

Stabilitas Sampel : 2 hari pada 15 – 25°C


14 hari pada 2 – 8°C
14 pada (-15) – (-20)°C
Persiapan Pasien : Mohon menghubungi petugas laboratorium.

Hari Kerja :
Metode : ICP/MS

Nilai Rujukan : 23 - 190 ug/L

Tempat Rujukan :
Catatan :

2.6. METODE DAN PRINSIP PEMERIKSAAN

2.6.1. METODE ISE

Elektroda selektif ion adalah elektroda yang responsif terhadap spesi


ion. Elektroda ini terbagi menjadi dua bagian yaitu elektroda membran kristal

28
dan elektroda non kristal.Elektroda selektif-ion (ESI) merupakan suatu alat
yang digunakan untuk menentukan secara kuantitatif dari ion-ion, molekul-
molekul atau spesi-spesi tertentu, karena elektroda tersebut merupakan
elektrokimia yang akan berubah secara reversibel terhadap perubahan
keaktifan dari spesi-spesi yang diukur. Pada dasarnya cara analisis dengan
menggunakan elektroda selektif ion adalah menentukan potensial dari larutan
yang akan diukur sehingga penentuan dengan cara ini termasuk di dalam
metode potensiometri.Metoda potensiometri telah digunakan untuk
mendeteksi titik akhir titrasi.Sekarang, metode ini dapat digunakan secara
langsung untuk menentukan konsentrasi suatu ion (Ion selective electrode).
Elektroda Selektif ion (ESI) adalah sel paro elektrokimia (elektroda)
yang menggunakan membran selektif ion sebagai elemen pengenal (sensor),
karenanya ESI akan lebih merespon analit yang disensornya dibandingkan ion
lain yang berada bersama-sama dalam sampel. Membran merupakan lapisan
tipis bersifat semipermeabel yang memisahkan 2 fasa dengan permeabilitas
yang terkontrol. Pada saat kontak dengan larutan analit, bahan aktif membran
akan mengalami disosiasi menjadi ion-ion bebas pada antarmuka membran
dengan larutan. Jika anion yang berada dalam larutan dapat menembus batas
antarmuka membran dengan larutan yang tidak saling campur, maka akan
terjadi reaksi pertukaran ion dengan ion bebas pada sisi aktif membran
sampai mencapai kesetimbangan elektrokimia.

2.6.2. METODE O-Cresolphthalein Complexone

Pada suasana alkali, calsium dalam serum akanbereaksi


dengan cresolpthalein membentuk senyawa kompleks berwarna violet. Ion
Mg2+ yang mengganggu dapat diatasi dengan penambahan 8- hidroquinolein.

2.6.3. METODE KOLORIMETRI (Xylidil Blue Reaction)

29
Pengujian reagen Magnesium adalah sebuah metode uji kolorimetri
langsung berdasarkan reaksi biru Xylidyl tanpa deproteinization sampel.
Penentuan magnesium didasarkan pada reaksi magnesium dengan Xylidyl
biru. Xylidyl biru (sebagai chelator) pada pH basa, yang menghasilkan
warna ungu kompleks. Intensitas warna yang dibentuk sebanding
konsentrasi Magnesium dalam sampe. Absorbansi kompleks Mg2+ diukur
pada 660 nm.

2.6.4. METODE ICP - MS

Inductively Coupled Plasma (ICP) adalah sebuah teknik analisis yang


digunakan untuk deteksi dari trace metals dalam sampel lingkungan pada
umumnya. Prinsip utama ICP dalam penentuan elemen adalah
pengatomisasian elemen sehingga memancarkan cahaya panjang gelombang
tertentu yang kemudian dapat diukur. Efisiensi dari ICP dalam memproduksi
singly-charged positive ions bagi sebagian besar elemen menjadikannya
sumber yang efektif untuk ionisasi spectrometry massa. ICP-spectrometry
massa memiliki kemampuan untuk membedakan antara massa dari berbagai
isotopes elemen yang mana lebih dari satu isotop stabil terjadi.
Atom dapat dibelokkan dalam sebuah medan magnet (dengan anggapan
atom tersebut diubah menjadi ion terlebih dahulu). Karena partikel-partikel
bermuatan listrik dibelokkan dalam medan magnet dan partikel-partikel yang
tidak bermuatan (netral) tidak dibelokkan. Urutannya adalah sebagai berikut:

Tahap pertama : Ionisasi

Atom di-ionisasi dengan mengambil satu atau lebih elektron dari atom
tersebut supaya terbentuk ion positif. Ini juga berlaku untuk unsur-unsur yang
biasanya membentuk ion-ion negatif (sebagai contoh, klor) atau unsur-unsur
yang tidak pernah membentuk ion (sebagai contoh, argon). spektrometer
massa ini selalu bekerja hanya dengan ion positif.

30
Tahap kedua : Percepatan

Ion-ion tersebut dipercepat supaya semuanya mempunyai energi kinetik


yang sama.

Tahap ketiga : Pembelokan

Ion-ion tersebut dibelokkan dengan menggunakan medan magnet,


pembelokan yang terjadi tergantung pada massa ion tersebut. Semakin ringan
massanya, akan semakin dibelokan. Besarnya pembelokannya juga
tergantung pada besar muatan positif ion tersebut. Dengan kata lain, semakin
banyak elektron yang ediambilf pada tahap 1, semakin besar muatan ion
tersebut, pembelokan yang terjadi akan semakin besar.

Tahap keempat : Pendeteksian

Sinar-sinar ion yang melintas dalam mesin tersebut dideteksi dengan


secara elekton.

Hasil dari pencatat diagram disederhanakan menjadi diagram garis. Ini


menunjukkan arus listrik yang timbul oleh beragam ion yang mempunyai
perbandingan m/z masing-masing.

31
BAB III

KESIMPULAN

1. Tujuan dari pemeriksaan elektrolit adalah tes yang mengukur konsentrasi


elektrolit yang dibutuhkan untuk diagnosis dan manajemen ginjal,
endokrin, asam-basa, keseimbangan air, dan untuk mengetahui adanya
perubahan yang relative kecil dari nilai rujukan yang mengintrepretasikan
adanya gangguan / abnormalitas atau penyakit atau dengan kata lain
pengukuran konsentrasi elektrolit darah dilakukan untuk menemukan
adanya kelainan atau untuk mengetahui respon terhadap pengobatan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar elektrolit dan mineral dalam
tubuh adalah umur, iklim, program diet, stress, kondisi sakit, tindakan
medis, pengobatan, dan pembedahan.
3. Persiapan pasien untuk pemeriksaan elektrolit melalui urin adalah
pengumpulan volume urin 24 jam dan catat pada internal note di

32
(SISPRO), jika pemeriksaan dirujuk maka cantumkan volume urin di
patient note SISPRO, serta menghentikan konsumsi obat tertentu seperti
lithium, antacid, diuretic, dan suplemen vitamin D untuk memastikan hasil
pemeriksaan yang lebih akurat terutama untuk pemeriksaan Ca2+. Selain
melalui urin, juga dapat berasal dari serum atau plasma. Penyimpanan
serum dan plasma disimpan dalah suhu 2-15 oC atau dibekukan (tergantung
pada stabilitas zat yang akan diiukur).
4. Metodeyang dapat digunakan dalam pemeriksaan elektrolit dan mineral
adalah ESI, O-Cresolphthalein Complexone, Kolorimetri (Xylidil Blue
Reaction), dan ICP – MS.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, “Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia”
Penulis: A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, Musrifatul Uliyah, S.Kp; Editor: Monica
Ester. EGC, Jakarta, 2004.

Almatsier, S, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia, Jakarta, 2003.

Barbara Kozier, Fundamental Of Nursing Concept, Process and Practice, Fifth


Edition, Addison Wesley Nursing, California, 1995.

Cheng, Y.L. and Yu, A.W. Water-Electrolyte Balance. In Encyclopedia of Food


Sciences & Nutrition, 2nd Edition, Caballero, B. Trugo, L.C., & Finglas,
P.M.,Eds,. Academic Press. 2003.

Dolores F. Saxton, Comprehensive Review Of Nursing For NCLEK-RN, Sixteenth


Edition, Mosby, St. louis, Missouri, 1999.

Graves-Freeland ,J.H & Trotter P.J. Mineral-Dietary Importance. In Encyclopedia of


Food Sciences & Nutrition, 2nd Edition, Caballero, B. Trugo, L.C., & Finglas,
P.M.,Eds,. Academic Press. 2003.

33
G.R. Ahmad & D.R.Ahmad, Electrolytes Analysis. In Encyclopedia of Food Sciences
& Nutrition, 2nd Edition, Caballero, B. Trugo, L.C., & Finglas, P.M.,Eds,.
Academic Press. 2003.

Schieberle, P., Grosch, W. And Belitz,H.D. Food Chemistry, 3d ed Springer,


Garching, 2004.

Sherwood, Lauralee. Human Physiology: From cells to system

5th ed. Brooks/Cole-Thomson Learning Inc, California, 2004.

Silverthorn, D.U. Human Physiology: An Integrated approach. 3th ed. Pearson


Education, San Fransisco, 2004.

Sylvia Anderson Price, Alih bahasa : Peter Anugerah, Pathofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit, Edisi kedua, EGC, Jakarta, 1995.

Tamsuri, Anas. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan Keseimbangan Cairan


& Elektrolit”. EGC, Jakarta, 2009.

34

Anda mungkin juga menyukai