Anda di halaman 1dari 18

 

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
      Cairan dan elektrolit sangat penting  untuk mempertahankan keseimbangan atau homeostasis
tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi fungsi
fisiologis  tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air yang mengandung partikel-partikel
bahan organic dan anorganik yang vital untuk hidup. Elektrolit tubuh mengandung komponen-
komponen kimiawi. Elektrolit tubuh ada yang bermuatan positif (kation) dan bermuatan negative
(anion). Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh, termasuk fungsi neuromuscular dan
keseimbangan asam-basa. Pada fungsi neuromuscular, elektrolit memegang peranan penting
terkait dengan transmisi impuls saraf.
      Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan
berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan
elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung
satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
      Disini kami akan membahas lebih spesifik lagi mengenai keseimbangan cairan dan elektrolit
berserta gangguannya itu sendiri. Untuk itu Dalam makalah ini penulis akan menguraikan
mengenai pengertian dari cairan dan elektrolit, komposisi cairan dan elektrolit dalam tubuh
manusia, cairan dan elektolit dalam tubuh manusia, fungsi cairan dan elektrolit dalam tubuh
manusia, pergerakan cairan dan elektrolit tubuh manusia, keseimbangan cairan dan elektrolit,
faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan keseimbangan
cairan dan elektolit.

1.2  Rumusan Masalah
1. Apaitu cairan tubuh dan elektrolit di dalam tubuh ?
2. Terdapat cairan apa sajakah yang terdapat didalam tubuh ?
3. Apakah pria dan wanita mempunyai cairan yang sama di didalam tubuh ?
4. Apakah ada gangguan terhadap keseimbangan Ciaran dan elektrolit ?
5. Apakah ada gangguan terhadap keseimbangan asam dan basa ?
1.3  Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu cairan tubuh dan elektrolit di dalam tubuh.
2. Untuk mengetahui terdapat apa saja cairan yang ada didalam tubuh ?
3. Untuk mengetahui apakah pria dan wanita mmpunyai cairan yang sama didalam tubuh.
4. Untuk mengetahui apakah ada gangguan terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit.
5. Untuk mengetahui apakah ada gangguan terhadap keseimbangan asam dan basa.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Cairan dan Elektrolit


      Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut (Price, 2006). Kemudian
elektrolit itu sendiri  adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan (Price, Silvia, 2006). Cairan dan elektrolit sangat
diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit
di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis.
      Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan
tubuh. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,minuman,dan cairan
intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika
salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
      Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume
cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini
dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan
kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Tubuh manusia tersusun kira-kira 50%-60%
cairan.

A.    Komposisi Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia 


      Semua cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut (zat terlarut)
1. Air
      Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-rata pria Dewasa hampir 60% dari berat
badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air dari berat badannya.
2. Subtansi terlarut
      Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut) elektrolit
dannon-elektrolit.
a. Elektrolit : Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan akan menghantarkan arus
listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif dan diukur dengan kapasitasnya
untuk saling berikatan satu sama lain (miliekuivalen/liter). Jumlah kation dan anion, yang diukur
dalam miliekuivalen, dalam larutan selalu sama. mol/L ) atau dengan berat molekul dalam
garam ( milimol/liter mEq/L)
         i.Kation : ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Kation ekstraselular utama
adalah natrium (Na˖), sedangkan kation intraselular utama adalah kalium (K˖). Sistem pompa
terdapat di dinding sel tubuh yang memompa natrium ke luar dan kalium ke dalam.
      ii.Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion ekstraselular utama adalah
klorida ( Clˉ ), sedangkan anion intraselular utama adalah ion fosfat (PO4ɜ).
b.  Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam larutan dan
diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl). Non-elektrolit lainnya yang secara klinis
penting mencakup kreatinin dan bilirubin.
B.     Fungsi Cairan
1. Pelarut Universal
      a.   Senyawa bergerak lebih cepat dan mudah
b.   Berperan dalam reaksi kimia. Contoh: Glukosa larut dalam darah dan masuk ke sel
      c.   Sebagai medium untuk reaksi metabolisme dalam sel
      d.   Transport nutrient, membersihkan produk metabolisme dan substansi lain
2. Pengaturan suhu tubuh
       a.   Mampu menyerap panas dalam jumlah besar
       b.   Membuang panas dari jaringan yang menghasilkan panas. Contoh: Otot-otot selama
excercise
3. Pelicin, Mengurangi gesekkan (sebagai pelumas)
4. Reaksi kimia
5. Pemecahan karbohidrat
6. Membentuk protein
7. Pelindung, Cairan Cerebro-spinal, dan cairan amniotic

2.2 Cairan dan Elektrolit Dalam Tubuh


A.    Cairan Dalam Tubuh Manusia
Air tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam tubuh, yaitu :
1.   Cairan intraselular (CIS). CIS adalah cairan yang berada dalam sel di seluruh tubuh. Cairan
ini berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia. Jumlahnya sekitar 2/3 dari jumlah
cairan tubuh atau 40% dari berat badan. Elektrolit kation terbanyak adalah K+, Mg+, sedikit
Na+. Elektolit anion terbanyak adalah HPO42-, protein-protein, sedikit HCO3-, SO42-, Cl-
2.  Cairan ekstraselular (CES). CES merupakan cairan yang terdapat di luar sel dan menyusun
sekitar 30% dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan intravascular, cairan interstisial, dan cairan
transeluler. Cairan  interstisial terdapat dalam ruang antar-sel, plasma darah, cairan serebrospinal,
limfe, serta cairan rongga serosa dan sendi. Akan tetapi,  jumlahnya terlalu sedikit untuk berperan
dalam keseimbangan cairan. Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta
mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran dua arah antara CIS dan
CES. Elektrolit yang berperan adalah :  kation dan anion.
B.     Prosentase Cairan Tubuh
   1.  Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung beberapa
hal antara lain :
a. Umur
b. Cairan tubuh menurun dengan bertambahnya usia.
c. Kondisi lemak tubuh
d. Mengandung sedikit air, air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh.
e. Jenis Kelamin Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibanding
pada pria, kerena jumlah lemak dalam tubuh wanita dewasa lebih banyak dibandingkan
dengan pria.
2.      Jumlah normal air pada tubuh manusia antara lain :
a. Bayi (baru lahir): 75 % Berat Badan
b. Dewasa :
- Wanita dewasa (20-40 tahun): 50 – 55% Berat Badan
- Pria dewasa (20-40 tahun): 55 – 60% Berat Badan
- Usia lanjut : 45-50% Berat Badan

C.    Komposisi Cairan Tubuh


      Cairan  tubuh berisikan:
a. Oksigen yang berasal dari paru-paru
b. Nutrien yang berasal dari saluran pencernaan
c. Produk metabolisme seperti karbondiokasida
d. Ion-ion yang merupakan bagian dari senyawa atau molekul yang disebut juga
elektrolit. Ion-ion positif disebut kation. Contoh kation antara lain natrium, kalium,
kalsium, dan magnesium. ion-ion negatif disebut anion. Contoh anion antara lain
klorida, bikarbonat, dan fosfat.

2.3  Definisi Elektrolit dan Kebutuhan Elektrolit


      Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan. Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh
mengandung oksigen, nutrien, dan sisa metabolisme (seperti karbondioksida), yang semuanya
disebut ion. Beberpa jenis garam akan dipecah menjadi elektrolit. Contohnya NaCl akan dipecah
menjadi Na+ dan Cl–. Pecahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat mengahantarkan
arus litrik. Elektrolit adalah substansi ion-ion yang bermuatan listrik yang terdapat pada cairan.
Satuan pengukuran elektrolit menggunakan istilah milliequivalent (mEq). Satu milliequivalent
adalah aktivitass secara kimia dari 1 mg dari hidrogen.
A.    Keseimbangan Elektrolit
      Keseimbangan elektrolit sangat penting, karena total konsentrasi elektrolit akan
mempengaruhi  keseimbangan cairan dan konsentrasi elektrolit berpengaruh pada fungsi sel.
Elektrolit berperan dalam mempertahankan keseimbangan cairan, regulasi asam basa,
memfasilitasi reaksi enzim dan transmisi reaksi neuromuscular. Ada 2 elektrolit yang sangat
berpengaruh terhadap konsentrasi cairan intasel dan ekstrasel yaitu natrium dan kalium.
1)      Keseimbangan Natrium/sodium (Na+)
Natrium merupakan kation paling banyak pada cairan ekstrasel serta sangat berperan dalam
keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. Ion natrium didapat dari saluran
pencernaan, makanan atau minuman kemudian masuk ke dalam cairan ekstrasel melalui proses
difusi. Pengeluaran ion natrium melalui ginjal, pernapasan, saluran pencernaan dan kulit.
Pengaturan konsentrasi ion natrium dilakukan oleh ginjal, jika konsentrasi natrium serum
menurun maka ginjal akan mengeluarkan cairan sehingga konsentrasi natrium akan meningkat.
Sebaliknya jika terjadi peningkatan konsentrasi natrium serum maka akan merangsang pelepasan
ADH sehingga ginjal akan menahan air. Jumlah normal 135-148 mEq/Lt
2)      Keseimbangan kalium/potassium (K+)
Kalium adalah kation yang paling banyak pada intraseluler. Ion kalium 98% berada pada cairan
intasel, hanya 2% berada pada cairan ekstrasel. Kalium dapat diperoleh melalaui makanan seperti
daging, buah-buahan dan sayuran. Jumlah normal 3,5-5,5 mEq/Lt.
3)      Keseimbangan Kalsium (Ca2+)
Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, terutama berikatan dengan fosfor
membentuk mineral untuk pembentukan tulang dan gigi. Diperoleh dari reabsorpsi usus dan
reabsorpsi tulang. Dikeluarkan melalui ginjal, sedikit melalui keringat dan disimpan dalam
tulang. Pengaturan konsentrasi kalsium dilakukan hormon kalsitonin yang dihasilkan oleh
kelnjar tiroid dan hormon paratiroid. Jika kadar kalsium rendah maka hormon paratiroid
dilepaskan sehingga terjadi peningkatan reabsorpsi kalsium pada tulang dan jika terjadi
peningkatan kadar kalsium maka hormon kalsitonin dilepaskan untuk menghambat reabsorpsi
tulang. Jumlah normal 4-5mEq/Lt.
4)      Keseimbangan Magnesium (Mg2+)
Magnesium biasanya ditemukan pada cairan intrasel dan tulang, berperan dalam metabolisme
sel, sintesis DNA, regulasi neuromuscular dan fungsi jantung. Sumbernya didapat dari makanan
seperti sayuran hijau, daging dan ikan. Magnesium Diabsorpsi dari usus halus, peningkatan
absorpsi dipengaruhi oleh vitamin D dan hormon paratiroid.
5)      Keseimbangan Fosfor (PO4–)
Fosfor merupakan anion utama cairan intasel, ditemukan juga di cairan ekstrasel, tulang, otot
rangka dan jaringan saraf. Fosfor sangat berperan dalam berbagai fungsi kimia, terutama fungsi
otot, sel darah merah, metabolisme protein, lemak dan karbohidrat, pembentukan tulang dan gigi,
regulasi asam basa, regulassi kadar kalsium. Di reabsorpsi dari usus halus dan banyak ditemukan
dari makanan daging, ikan dan susu. Disekresi dan reabsorpsi melalui ginjal. Pengaturan
konsentrasi fosfor oleh hormon paratiroid dan berhubungan dengan kadar kalsium. Jika kadar
kalsium meningkat akan menurunkan kadar fosfat demikian sebaliknya. Jumlah normal sekitar
2,5-4,5 mEq/Lt.
6)      Keseimbangan Klorida (Cl–)
Klorida merupakan anion utama pada cairan ekstrasel. Klorida berperan dalam pengaturan
osmolaritas serum dan volume darah bersama natrium, regulasi asam basa, berperan dalam
buffer pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam sel darah merah. Disekresi dan direabsorpsi
bersama natrium diginjal. Pengaturan klorida oleh hormon aldosteron. Kadar klorida yang
normal dalam darah orang dewasa adalah 95-108mEq/Lt.
7)      Keseimbangan Bikarbonat
Bikarbonat berada di dalam cairan intrasel maupun di dalam ekstrasel dengan fungsi utama yaitu
regulasi keseimbangan asam basa. Disekresi dan direabsorpsi oleh ginjal. Bereaksi dengan asam
kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana garam untuk menurunkan PH. Nilai normal
sekitar 25-29mEq/Lt.
B.     Jenis Cairan Elektrolit
      Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan tetap.
Cairan saline terdiri atas cairan isotonik, hipotonik, dan  hipertonik. Konsentrasi isotonik disebut
juga normal saline yang banyak dipergunakan. Contohnya:
1. Cairan Ringer’s, terdiri atas: Na+, K+, Cl–, dan Ca2+
2. Cairan Ringer’s Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl–, Ca2+, dan HCO3–
3. Cairan Buffer’s, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl–,  dan HCO3–

2.4  Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektolit


A.    Gangguan/ Maslah Kebutuhan Cairan
      Hal ini dapat terjadi apabila mekanisme kompensasi tubuh tidak mampu mempertahankan
homeostatis. Gangguan keseimbangan cairan dapat berupa defisit volume cairan atau sebaliknya.
1.      Defisit volume cairan (fluid volume defisit [FVD]).
      Defisit volume cairan adalah suatu kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan
defisiensi cairan dan elektrolit di ruang ekstrasel, namun proporsi antara keduanya (cairan dan
elektrolit) mendekati normal. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah hipovolemia. Pada keadaan
hipovolemia, tekanan osmotik mengalami perubahan sehingga cairan interstisial menjadi kosong
dan cairan intrasel masuk ke ruang interstisial sehingga mengganggu kehidupan sel. Secara
umum, kondisi defisit volume cairan (dehidrasi) terbagi menjadi tiga, yaitu :
a)   Dehidrasi isotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang sebanding dengan jumlah
elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-145 mEq/l.
b)   Dehidrasi hipertonik. Ini terjadi jika jumlah cairan yang hilang sebanding dengan jumlah
elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-150 mEq/l.
c)   Dehidrasi hipotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang lebih sedikit daripada
jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma darah adalah 130 mEq/l.

      Kehilangan cairan ekstrasel secara berlebihan dapat menimbulkan beberapa perubahan. Di


antaranya adalah penurunan volume ekstrasel (hipovolemia) dan perubahan hematokrit. Pada
dasarnya, kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, seperti kurangnya asupan cairan,
tingginya asupan pelarut (mis., protein dan klorida atau natrium) yang dapat menyebabkan
eksresi urine berlebih, berkeringat banyak dalam waktu yang lama, serta kelainan lain yang
menyebabkan pengeluaran urine berlebih. Lebih lanjut, kondisi dehidrasi dapat digolongkan
menurut derajat keparahan menjadi :
a)   Dehidrasi ringan. Pada kondisi ini, kehilangan cairan mencapai 5% dari berat tubuh atau
sekitar 1,5-2 liter. Kehilangan cairan sebesar 5% pada anak yang lebih besar dan individu dewasa
sudah dikategorikan sebagai dehidrasi berat. Kehilangan cairan yang berlebih dapat berlangsung
melalui kulit, saluran pencernaan, perkemihan, paru-paru, atau pembuluh darah.
b)   Dehidrasi sedang. Kondisi ini terjadi apabila kehilangn cairan mencapai 5-10% dari berat
tubuh atau sekitar 2-4 liter. Kaddar natrium serum berkisar 152-158 mEq/l. Salah satu gejalanya
adalah mata cekung.
c)   Dehidrasi berat. Kondisi ini terjadi apabila kehilangan cairan mencapai 4-6 liter. Kadar
natrium serum berkisar 159-166 mEq/l. Pada kondisi ini penderita dapat mengalami hipotensi.
2. Volume cairan berlebih (fluid volume eccess[FVE]).
      Volume cairan berlebih (overhidrasi) adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai
dengan kelebihan (retensi) cairan dan natrium di ruang ekstrasel. Kondisi ini dikenal juga dengan
istilah hipervolemia. Overhidrasi umumnya disebabkan oleh gangguan pada fungsi ginjal.
Manifestasi yang kerap muncul terkait kondisi ini adalah peningkatan volume darah dan edema.
Edema terjadi akibat peningkatan tekanan hidrostatik dan penurunan tekanan osmotic. Edema
sering muncul di daerah mata, jari, dan pergelangan kaki. Edema pitting adalah edema yang
muncul di daerah perifer. Jika area tersebut ditekan, akan terbentuk cekungan yang tidak
langsung hilang setelah tekanan dilepaskan. Ini karena perpindahan cairan ke jaringan melalui
titik tekan edema pitting tidak menunjukkan kelebihan cairan yang menyeluruh. Sebaliknya pada
edema non-pitting, cairan di dalam jaringan tidak dapat dialihkan ke area dengan penekanan jari.
Ini karena edema non-pitting tida menunjukkan kelebihan cairan ekstrasel, melainkan kondisi
infeksi dan trauma yang menyebabkan pengumpulan dan pembekuan cairan di permukaan
jaringan. Kelebihan cairan vascular meningkatkan tekanan hidrostatik dan tekanan cairan pada
permukaan interstisial. Edema anasarka adalah edema yang terdapat diseluruh tubuh. Manifestasi
edema paru antara lain penumpukan sputum, dispnea, batuk, dan bunyi nafas ronkhi basah.
B.     Gangguan/Masalah Kebutuhan Elektolit
1.      Hiponatremia
      Hiponatremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang
ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari 135 mEq/Lt, mual, muntah dan
diare.
2.      Hipernatremia
      Hipernatremia merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi yang
ditandai dengan addanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit
membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan kemerahan, konvulsi, suhu badan naik, serta
kadar natrium dalam plasma lebih dari 145 mEq/Lt. kondisi demikian dapat disebabkan oleh
dehidrasi, diare, dan asupan, air yang berlebihan sedangkan asupan garamnya sedikit.
3.      Hipokalemia
      Hipoklemia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Hipokalemia
ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare yang
berkepanjangan dan juga ditandai dengan lemahnya denyut nadi, turunnya tekanan darah, tidak
nafsu makan dan muntah-muntah, perut kembung, lemah dan lunaknya otot, denyut jantung tidak
beraturan (aritmia), penurunan bising usus, kadar kalium plasma menurun kurang dari 3,5
mEq/L.
4.      Hiperkalemia
      Hiperkalemia merupakan suatu keadaan di mana kadar kalium dalam darah tinggi, sering
terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik, pembe:rian kalium yang
berlebihan melalui intravena yang ditandai dengan adanya mual, hiperaktivitas sistem
pencernaan, aritmia, kelemahan, jumlah urine sedikit sekali, diare, adanya kecemasan dan
irritable (peka rangsang), serta kadar kalium dalam plasma mencapai lebih dari 5 mEq/L.
5.      Hipokalsemia
      Hipokalsemia me:rupakan keekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang ditandai
dengan adanya kram otot dan kram perut, kejang, bingung, kadar kalsium dalam plasma kurang
dari 4,3 mEq/L dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh pengaruh
pengangkatan kelenjar gondok atau kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi intestinal.
6.      Hiperkalsemia
      Hiperkalsemia merupakan suatu ke;adaan kelebihan kadar kalsium dalam darah yang dapat
terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D secara
berlebihan, ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual,
koma, dan kadar kalsium dalam plasma lebih dari 4,3 mEq/L.
7.      Hipomagnesia
      Hipomagnesia merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah yang ditandai dengan
adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi, disorientasi dan
konvulsi. Kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L.
8.      Hipermagnesia
      Hipermagnesia merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam darah yang ditandai
dengan adanya, koma, gangguan pernapasan, dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.

C.    Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain :
1.      Umur
      Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada
luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah
mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi
gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
2.      Iklim
      Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan
seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L
per hari.
3.      Diet
      Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak
adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan
cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
4.      Stress
      Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot.
Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat
meningkatkan volume darah
5.      Kondisi Sakit
      Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
Misalnya :
         Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL. Penyakit ginjal
dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
6.      Tindakan Medis
      Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
7.      Pengobatan
     Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan
elektrolit tubuh.
8.      Pembedahan
      Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.

2.5  Keseimbangan Asam Basa


      Disamping air dan elektrolit cairan tubuh juga mengandung asam-basa, seperti asam karbonat
(  ). Keadaan asam dan basa ditentukan oleh adanya pH cairan tubuh. pH adalah sImbol dari
adanya ion hydrogen dalam larutan pH netral adalah 7, jika dibawah 7 maka disebut asam dan
diatas 7 disebut basa. Sedangkan pH plasma normal aldalah 7,35-7,45. Untuk memperthankan
pH plasma normal dalam tubuh terdapat buffer asam-basa yaitu larutan yang terdiri dari dua atau
lebih zat kimia untuk mencegah terjadinya perubahan ion hydrogen.
A.    Keseimbangan asam-basa ditentukan oleh pengaturan buffer pernafasan dan ginjal.
1.      Sistem Buffer
      Buffer membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan menetralisir kelebihan
asam melalui pemindahan atau pelepasan ion hydrogen. Jika terjadi kelebihan ion hydrogen pada
cairan tubuh maka buffer akan meningkat ion hydrogen sehingga perubahan pH dapat
diminimalisir. Sistem buffer utama pada cairan ekstraseluler adalah bikarbonat ) dan asam
karbonat (  ). Selain itu untuk mempertahankan keseimbangan pH juga berperan plasma
protein,hemoglobin,dan posfat.
2.      Pengaturan pernapasan
      Paru-paru membantu mengatur keseimbangan asam-basa dengan cara mengeluarkan
karbondioksida. Karbondioksida secara kuat menstimulasi pusat pernapasan. Ketika
karbondioksida dan asam bikarbonat dalam darah meningkat pusat pernapasan distimulasi
sehingga menjadi meningkat. Karbondioksida dikeluarkan dan asam karbonat menjadi
turun.  Apabila bikarbonat berlabihan maka jumlah pernapasan akan diturunkan.
Pengaturan pernapasan dan ginjal saling bekerja sama dalam mempertahankan keseimbangan
asam basa. Di paru-paru karbondioksida bereaksi dengan air membentuk asam karbonat, yang
kemudian asam karbonat akan dipecah di ginjal menjadi hidrogen dan bikarbonat.  CO2 +
H2O  ↔  H2CO3 ↔  H + HCO3 (asam karbonat)
3.      Pengaturan oleh Ginjal
      Pengaturan keseimbangan asam-basa oleh ginjal relative lebih lama dibandingkan dengan
pernapasan dan sistem buffer yaitu beberapa jam atau beberapa hari stelah adanya ketidak-
seimbangan asam-basa. Ginjal mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan pengeluaran
selektif bikarbonat dan ion hydrogen. Ketika kelebihan hydrogen terjadi dan pH menjadi turun
(asidosis) maka ginjal mereabsorpsi bikarbonat dan mengeluarkan ion hydrogen. Pada  keadaaan
alkalosis atau pH tinggi,maka ginjal akan mengeluarkan bikarbonat dan menahan ion hydrogen.
Normalnya kadar serum bikarbonat 22-26 mEq/L.
B.     Keseimbangan Asam dan Basa dalam darah
      Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairan tubuh
lainnya. Satuan derajat keasaman adalah pH:
# pH 7,0 adalah netral
# pH diatas 7,0 adalah basa (alkali)
# pH dibawah 7,0 adalah asam.
Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0); sedangkan suatu basa kuat
memiliki pH yang sangat tinggi (diatas 14,0).
Darah memiliki pH antara 7,35-7,45.
      Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH yang
sangat kecilpun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ.
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah:
1.      Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk ammonia Ginjal
memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa yang dibuang, yang biasanya
berlangsung selama beberapa hari.
2.      Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap
perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga pH bekerja secara
kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan. Penyangga pH yang paliing penting
dalam darah menggunakan bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam
kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam). Jika lebih banyak asam yang
masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit
karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan
lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
3.      Pembuangan karbondioksida. Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme
oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-
paru dan di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan). Pusat pernafasan di
otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan
kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksidadarah menurun dan
darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan
darah menjadi lebih asam. Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat
pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.

      Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tersebut, bisa
menyebabkan salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis
atau alkalosis.
Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu
sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah.
Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu
sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.
1.      Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu akibat
dari sejumlah penyakit.
2.      Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk penting dari adanya masalah
metabolisme yang serius.
Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik, tergantung kepada
penyebab utamanya.
1.      Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam
pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal.
2.      Asidosis respiratorik atau alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru
atau kelainan pernafasan.

2.6  Gangguan Keseimbangan Asam dan Basa

A.    Asidosis  Respiratorik
1.      Pengertian
      Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan
karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan
yang lambat. Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam
darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah
menjadi asam. Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur
pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
2.      Penyebab
      Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan karbondioksida secara
adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru,
seperti: Emfisema, Bronkitis kronis, Pneumonia berat, Edema pulmoner dan Asma.
      Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur
yang kuat, yang menekan pernafasan Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-
penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan.
3.      Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk.
     Jika keadaannya memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut menjadi stupor (penurunan
kesadaran) dan koma. Stupor dan koma dapat terjadi dalam beberapa saat jika pernafasan
terhenti atau jika pernafasan sangat terganggu; atau setelah berjam-jam jika pernafasan tidak
terlalu terganggu. Ginjal berusaha untuk mengkompensasi asidosis dengan menahan bikarbonat,
namun proses ini memerlukan waktu beberapa jam bahkan beberapa hari.
4.      Diagnosa
      Biasanya diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan pH darah dan pengukuran
karbondioksida dari darah arteri.
5.      Pengobatan
      Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari paru-paru. Obat-
obatan untuk memperbaiki pernafasan bisa diberikan kepada penderita penyakit paru-paru seperti
asma dan emfisema.
Pada penderita yang mengalami gangguan pernafasan yang berat, mungkin perlu diberikan
pernafasan buatan dengan bantuan ventilator mekanik.
B.     Asidosis Metabolik
1.      Pengertian
      Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya
kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH,
darah akan benar-benar menjadi asam. Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan
menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam
dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga
berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam
dalam air kemih. Tetapi, kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus
menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan
koma.
2.      Penyebab
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama adalah :
a.       Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau suatu bahan
yang diubah menjadi asam. Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan
dianggap beracun. Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen
glikol).Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
b.      Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.Tubuh dapat
menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah satu
diantaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan
memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton. Asam yang berlebihan juga
ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
c.       Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam jumlah
yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal
tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis,
yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi
kemampuan ginjal untuk membuang asam.
1. Penyebab utama dari asidois metabolik : Gagal ginjal
2. Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
3. Ketoasidosis diabetikum
4. Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
5. Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid,
     asetazolamid atau amonium klorida.
6.Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare,
     leostomi atau kolostomi.
3.      Gejala
      Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya penderita
merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih cepat,
namun kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini. Sejalan dengan memburuknya
asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang luar biasa, rasa mengantuk, semakin mual
dan mengalami kebingungan. Bila asidosis semakin memburuk, tekanan darah dapat turun,
menyebabkan syok, koma dan kematian.
4.      Diagnosa
      Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH darah yang diambil
dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan). Darah arteri digunakan sebagai contoh
karena darah vena tidak akurat untuk mengukur pH darah. Untuk mengetahui penyebabnya,
dilakukan pengukuran kadar karbon dioksida dan bikarbonat dalam darah. Mungkin diperlukan
pemeriksaan tambahan untuk membantu menentukan penyebabnya. Misalnya kadar gula darah
yang tinggi dan adanya keton dalam urin biasanya menunjukkan suatu diabetes yang tak
terkendali. Adanya bahan toksik dalam darah menunjukkan bahwa asidosis metabolik yang
terjadi disebabkan oleh keracunan atau overdosis. Kadang-kadang dilakukan pemeriksaan air
kemih secara mikroskopis dan pengukuran pH air kemih.
5.      Pengobatan
      Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya. Sebagai contoh, diabetes
dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi dengan membuang bahan racun tersebut dari
dalam darah. Kadang-kadang perlu dilakukan dialisa untuk mengobati overdosis atau keracunan
yang berat. Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung.Bila terjadi asidosis ringan,
yang diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap penyebabnya. Bila terjadi
asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara intravena; tetapi bikarbonat hanya
memberikan kesembuhan sementara dan dapat membahayakan.
C.    Alkalosis Respiratorik
1.      Pengertian
      Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena pernafasan
yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi
rendah.
2.      Penyebab
      Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu
banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab hiperventilasi
yang paling sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah
: Rasa nyeri, Sirosis hati, Kadar oksigen darah yang rendah, Demam dan Overdosis aspirin.
3.      Gejala
      Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat menyebabkan rasa
gatal disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya makin memburuk, bisa terjadi kejang otot dan
penurunan kesadaran.
4.      Diagnosa
      Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran kadar karbondioksida dalam darah arteri.
pH darah juga sering meningkat.
5.      Pengobatan
      Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat pernafasan. Jika
penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini. Jika
penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri. Menghembuskan nafas dalam
kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu meningkatkan kadar karbondioksida
setelah penderita menghirup kembali karbondioksida yang dihembuskannya. Pilihan lainnya
adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin, kemudian menarik
nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang
dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali. Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala
hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan
serangan alkalosis respiratorik.

D.    Alkalosis Metabolik
1.      Pengertian 
      Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena
tingginya kadar bikarbonat.
2.      Penyebab
      Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam. Sebagai contoh adalah
kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam
lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit,
terutama setelah pembedahan perut).
Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi terlalu
banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat.
Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah
yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa
darah. Penyebab utama akalosis metabolik : Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam
etakrinat), kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung dan kelenjar adrenal yang
terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan     kortikosteroid).
3.      Gejala
      Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot berkedut dan
kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis yang berat, dapat terjadi
kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang berkepanjangan (tetani).
4.      Diagnosa
      Dilakukan pemeriksaan darah arteri untuk menunjukkan darah dalam keadaan basa.
5.      Pengobatan
      Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit (natrium dan
kalium) . Pada kasus yang berat, diberikan amonium klorida secara intravena.

2.7  Adaptasi Fisiologi Cairan dan Elektrolit pada Ibu Hamil


      Cairan dan elektrolit pada masa kehamilan sangat penting dipertahankan,karena pada awal
kehamilan sering mengalami mual dan muntah serta diare yang berakibat pada kekurangan
cairan dan elektrolit. Perasaan mual dan muntah pada awal kehamilan disebabkan karena
peningkatan hormon human Chorionic Gonadotropin ( hCG). Selama kehamilan sekitar 500-900
mEq sodium dipertahankan untuk kebutuhan fetus. Untuk mencegah pengeluaran sodium yang
berlebihan,ginjal meningkatkan reabsorpsi tubular.
Pada ibu hamil sering disertai penimbunan cairan pada ekstremitas bawah karena terhambatnya
aliran darah sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus rate menurun,hal ini menyebabkan
edema.
Prinsip Kebutuhan Cairan pada Ibu Hamil :
1.      Jumlah masukan cairan yang direkomendasikan dalam sehari adalah sekitar  6-8 gelas (1500-
2000 ml).
2.      Pada wanita hamil kebutuhan air akan meningkat sampai 10-12 gelas per hari. atau  paling
tidak minum setiap 15 menit sekali.
3.      Cairan diperlukan untuk meningkatkan volume darah dan air ketubah.
4.      Jika mual-mual dan muntah di trimester pertama tidak diimbangi dengan usaha memasukkan
kembali makanan dan minuman, maka terjadi dehidrasi.
BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
1.      Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut (Price, 2006). Kemudian
elektrolit itu sendiri  adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan (Price, Silvia, 2006).
2.      Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai
kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
Tubuh manusia tersusun kira-kira 50%-60% cairan.
3.      Jumlah kation dan anion, yang diukur dalam miliekuivalen, dalam larutan selalu sama. mol/L )
atau dengan berat molekul dalam garam ( milimol/liter mEq/L)
4.      Cairan intraselular (CIS). CIS adalah cairan yang berada dalam sel di seluruh tubuh. Cairan ini
berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia.
5.      Cairan ekstraselular (CES). CES merupakan cairan yang terdapat di luar sel dan menyusun
sekitar 30% dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan intravascular, cairan interstisial, dan
cairan transeluler.
6.      Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut
ion jika berada dalam larutan. Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh.
7.      Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH yang
sangat kecilpun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ.

3.2  Saran
      Demikian makalah yang dapat penulis paparkan mengenai Keseimbangan Cairan dan
Elektrolit Serta Keseimbangan Asam dan Basa. Semoga makalah ini berguna bagi pembaca,
khususnya bagi mahasiswa. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat
kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun kami harapkan untuk perbaikan
makalah kami selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai