Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Cairan dan Elektrolit

Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat pelarut
(Price,2006).Kemudian elektrolit itu sendiri adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan
(Price,Silvia,2006).Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga
tubuh tetap sehat.Keseimbangan cairan dan elektrolit didalam tubuh adalah
merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis.

Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan


berbagai cairan tubuh.Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan,minuman,dan cairan intravena (IV) dann di distribusi ke seluruh bagian
tubuh.Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air
tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.Keseimbangan cairan dan
elektrolit saling bergantung satu dengan lainnya.Jika salah satu terganggu maka akan
berpengaruh pada yang lainnya.

B. Komposisi Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia

Komponen terbesar tunggal dari tubuh adalah air.Air merupakan pelarut


bagi semua yang terlarut.Air tubuh total atau total body water (TBW) adalah
persentase dari berat air dibagi dengan berat badan total,yang bervariasi berdasarkan
kelamin,umur,dan kandungan lemak yang ada di dalam tubuh.Air membuat sampai
sekitar 60% pada laki-laki dewasa,sedangkan untuk wanita dewasa terkandung
50% dari total berat badan.Pada neonates dan anak-anak,persentase ini relatif
lebih besar dibandingkan orang dewasa.

Semua cairan tubuh adalah air larutan pelarut,substansi terlarut (zat terlarut)

1. Air
Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia.Rata-rata pria dewasa
hampir 60% dari berat badannya adalah air dan rata-rata wanita
mengandung 55% air dari berat badannya

2. Solut (terlarut)

Selain air,cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat


terlarut) elektrolit dan non-elektrolit

a. Elektrolit

Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) didalam larutan dan akan


menghantarkan arus listrik.Elektrolit berdiasosiasi menjadi ion positif dan
negatif dan diukur dengan kapasitasnya untuk saling berikatan satu sama lain
(miliekuivalen/liter).Jumlah kation dan anion,yang diukur dalam
miliekuivalen,dalam larutan selalu sama (mol/L) atau dengan berat molekul
dalam garam (milimol/liter,mEq/L).

1) Kation : Ion-ion yang membentuk muatan positif dalam larutan.Kation


ekstraseluler utama adalah natrium (Na),sedangkan kation intraseluler utama
adalah kalium (K).Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa
natrium ke luar dan kalium ke dalam.

2) Anion : Ion-ion yang menbentuk muatan negatif dalam larutan.Anion


ekstraseluler utama adalah klorida (Cl-),sedangkan anion intraseluler utama
adalah ion fosfat (PO43).

b. Non-elektrolit

Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdiasosiasi dalam larutan
dan diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl).Non-elektrolit
lainnya yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin.

C. Bagaimana Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia


D. Fungsi Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia
Cairan memiliki banyak fungsi didalam tubuh, seperti:
 Memberi struktur dan bentuk terhadap sel
 Membantu membentuk struktur molekul besar, seperti protein dan
glikogen
 Berperan sebagai pelumas (contohnya pada mata dan sendi)
 Membantu suhu tubuh (contohnya, cairan menyerap panas yang
dihasilkan saat demam; darah kemudian membawa panas yang
berlebihan tersebut ke kulit, tempatnya dibuang)
 Bekerja sebagai pelarut mineral, vitamin, glukosa, asam amino, dan molekul
kecil lainnya
 Membantu pencernaan dan penyerapan nutrien
 Mengangkut nutrien ke sel
 Membawa produk buangan dari sel melalui urine, fases, dan ekspirasi
 Berperan sebagai media semua reaksi biokimia dalam tubuh
 Berperan serta dalam reaksi kimia, termasuk pemecahan protein menjadi asam
amino, serta sintesis hormon dan enzim.

Elektrolit memiliki fungsi sebagai berikut:

 Membantu dalam perpindahan cairan antara ruangan dalam sel dan di


luar sel terutama denga adanya natrrium. Apabila jumlah natrium dalam
CES meningkat maka sejumlah cairan akan berpindah menuju CES
untuk keseimbangan cairan.
 Mengatur keseimbangan asam basa dan menentukan pH darah dengan
adanya sistem bufer.
 Dengan adanya perbedaan komposisi elektrolit di CES dan CIS maka
akan terjadi perpindahan yang menghasilkan implus – implus saraf dan
mengakibatkan terjadinya kontraksi otot.
E. Pergerakan Cairan dan Elektrolit dalam Tubuh Manusia
Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui tiga proses, yaitu :
1. Difusi
Merupakan proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan
dan elektrolit didifusikan sampai menenambus membran sel. Kecepatan difusi
dipengaruhi oleh ukuran molekul, konsenrasi larutan, dan temperatur.
2. Osmosis
Merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membran
semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke konsentrasi
yang lebih tinggi yang sifatnya menarik.
3. Transpor aktif
Proses transpor aktif memerlukan energi metabolisme. Proses tranpor aktif
penting untuk mempertahankan keseimbangan natrium dan kalium antara cairan
intraseluler dan ekstraseluler. Dalam kondisi normal, konsentrasi natrium lebih
tinggi pada cairan intraseluler dan kadar kalium lebih tinggi pada cairan
ekstraseluler.
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
 Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan
nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
 Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan
sel
 Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan
interstitial masuk ke dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membran sel
yang merupakan membran semipermiabel mampu memfilter tidak semua
substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah.
F. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Cairan tubuh yang terbagi menjadi beberapa kompartemen cairan relatif
konstan pada keadaan yang normal. Antara satu kompartemen dengan yang
lainnya dibatasi oleh membran yang bersifat semipermeabel. Masing-masing
kompartemen mengandung elektrolit yang sangat berperan dalam
mempertahankan keseimbangan cairan pada masing-masing kompartemen.
Ada beberapa mekanisme pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit
yakni:
1. Keseimbangan Donnan
Keseimbangan Donnan merupakan keseimbangan antara caira intraseluler
dengan cairan ekstraseluler yang timbul akibat adanya peran dari sel membran.
Protein yang merupakan suatu molekul besar bermuatan negatif, bukan hanya
ukuran molekulnya yang besar namun merupakan suatu partikel aktif yang
berperan mempertahankan tekanan osmotik. Protein ini tidak dapat berpindah,
tetapi akan mempengaruhi ion untuk mempertahankan netralitas elektron
(keseimbangan muatan positif dan negatif) sebanding dengan keseimbangan
tekanan osmotik di kedua sisi membran. Pergerakan muatan pada ion akan
menyebabkan perbedaan konsentrasi ion yang secara langsung mempengaruhi
pergerakan cairan melalui membran ke dalam dan keluar dari sel tersebut.
2. Osmolalitas dan Osmolaritas
Osmolalitas dan Osmolaritas hampir sering dikenakan jika membahas
tentang cairan tubuh manusia. Osmolalitas digunakan untuk menampilkan
konsentrasi larutan osmotik berdasarkan jumlah partikel, sehubungan dengan
berat pelarut. Lebih khusus, itu adalah jumlah osmol disetiap kilogram pelarut.
Sedangkan osmolaritas merupakan metode yang digunakan untuk
menggambarkan konsentrasi larutan osmotik. Hal ini didefinisikan sebagai
jumlah osmol zat terlarut dalam satu liter larutan. Osmolaritas adalah properti
koligatif, yang berarti bahwa tergantung pada jumlah partikel terlarut dalam
larutan. Selain itu osmolaritas juga tergantung pada perubahan suhu.
3. Tekanan Koloid Osmotik
Tekanan koloid osmotik merupakan tekanan yang dihasilkan oleh molekul
koloid yang tidak dapat berdifusi, misalnya protein, yang bersifat menarik air
ke dalam kapiler dan melawan tekanan filtrasi. Koloid merupakan molekul
protein dengan BM lebih dari 20.000-30.000.
Walaupun hanya merupakan 0,5% dari osmolalitas plasma total, namun
mempunyai arti yang sangat penting. Karena, hal ini menyebabkan
permeabilitas kapiler terhadap koloid sangat kecil sehingga mempunyai efek
penahan air dalam komponen plasma, serta mempertahankan air antar
kompartemen cairan di tubuh. Bila terjadi penurunan tekanan koloid osmotik,
akan menyebabkan timbulnya edema paru.
Cairan tubuh relatif juga sering mengalami fluktuasi. Apabila terjadi
ketidakseibangan cairan tubuh, terdapat mekanisme kendali yang akan segera
bekerja supaya cairan di tubuh selalu berada di ambang normal. Pengaturan
keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting yaitu volume
cairan ekstrasel dan osmolaritasnya. Ginjal mengatur volume cairan ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan garam dan cairan, dengan cara
mengatur keluaran garam dan air dalam bentuk urin sesuai kebutuhan untuk
mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.

4. Kendali osmolar dan kendali non osmolar.


Pada kendali osmolar sangat dominan dan efektif dalam mengatur cairan
ekstraseluler. Kendali osmolar dibagi menjadi dua sistem yakni, sistem
osmoreseptor Hipothalamus-Hipofisis-ADH. Pada daerah hipotalamus bagian
anterior, terdapat neuron khusus yang dikenal sebagai osmoreseptor. Sel ini
mengandung vesikel-vesikel besar yang mengandung cairan. Vesikel ini dapat
mengembang atau mengeriput sesuai dengan osmolaritas cairan ekstraseluler.
Apabila cairan ekstraseluler pekat, maka osmolaritasnya akan meningkat dan
akan menyebabkan vesikel mengeriput. Hal tersebut akan merangsang hipofise
anterior lebih banyak melepaskan ADH (anti diuretic hormone) yang akan
menurunkan produksi urin dan membuatnya lebih pekat. Sebaliknya, jika
osmolaritas cairan ekstraseluler menurun, vesikel akan mengembang dan akan
merangsang hipofise anterior untuk menurunkan produksi hormon ADH. Hal ini
akan membuat produksi urin meningkat. Yang kedua adalah sistem Renin-
Angiotensin-Aldosteron. Sistem ini akan bekerja apabila terjadi perubahan
keseimbangan cairan yang bersifat isotonik. Mekanismenya dimulai dari
pengaturan Na terutama melalui ekskresi Na lewat urin. Pengaturan ini dimulai
dari interaksi antara aktivitas ginjal dengan hormon korteks adrenal.
Keseimbangan natrium diatur melalui proses proses filtrasi natrium melewati
glomerulus dan reabsorbsi tubulus. Dari sekian banyak natrium yang
dikeluarkan dari glomerulus, lebih dari 95% akan direabsorbsi oleh tubulus.
Korteks adrenal merupakan factor utama yang menjaga volume cairan
ekstraseluler melalui efek hormon aldosterone terhadap natrium. Pada kendali
non osmolar, terdapat beberapa mekanisme neural yang berperan dalam
pengaturan volume cairan untuk mendapatkan keseimbangan. Pertama terdapat
mekanisme refleks “Stretch Receptor”. Pada dinding atrium terdapat “Stretch
Receptor” yang dirangsang oleh perubahan kapasitas atrium kiri. Bila atrium kiri
mengalami distensi, reseptor ini akan merangsang hipotalamus untuk
menimbulkan impuls aferen melalui jalur simpatis dan merangsang hipofisis
untuk mensekresikan ADH. Mekanisme kendali non osmolar kedua terdapat
refleks Baroreseptor. Baroreseptor akan terangsang apabila terjadi perubahan
tekanan darah, lalu akan diteruskan pada sistem hipotalamus-hipofisis yang akan
memberikan respons melalui penahanan atau pelepasan ADH kedalam
sirkulasi.2 Terdapat dua jenis refleks baroreseptor yakni baroreseptor Karotid
dan baroreseptor lengkung Aorta. Refleks baroreseptor karotid akan terangsang
jika terjadi penurunan tekanan darah arteri, yang menyebabkan impuls pada jalur
parasimpatis menurun, sehingga membuat hambatan efek hipotalamus terhadap
hipofisis. Hal ini membuat sekresi ADH akan meningkat. Sebaliknya pada
refleks baroreseptor lengkung Aorta, jika tekanan darah arteri meningkat, impuls
aferen di hipotalamus akan menginhibisi hipofisis posterior untuk menurunkan
sekresi ADH
G. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh antara lain :
a. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant
dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan
dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan
cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.

b. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit
melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang
panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.

c. Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga
akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya
sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan
menyebabkan edema.

d. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.

e. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat b3erpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh, misalnya :
 Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
 Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
 Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk
memenuhinya secara mandiri.

f. Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.

g. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada
kondisi cairan dan elektrolit tubuh.

H. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


 Gejala Gangguan Elektrolit
Gangguan elektrolit ringan umumnya tidak menunjukkan gejala. Gejala
akan mulai terlihat pada kondisi gangguan yang semakin berat. Bahkan,
gangguan elektrolit yang tidak ditangani bisa menyebabkan kematian.
Dianjurkan untuk menemui dokter jika mengalami salah satu dari gejala
berikut ini:
1. Lemas
2. Mual
3. Muntah
4. Detak jantung cepat
5. Kram di perut dan otot
6. Diare atau sembelit
7. Kejang
8. Sakit kepala
9. Kesemutan
10. Mati rasa

 Penyebab Gangguan Elektrolit


Gangguan elektrolit umumnya disebabkan karena kehilangan cairan
tubuh melalui keringat berlebih, diare atau muntah yang berlangsung
lama, atau karena luka bakar. Obat-obatan yang dikonsumsi juga bisa
menyebabkan seseorang menderita gangguan elektrolit. Penyebab dari
gangguan elektrolit tergantung dari jenis elektrolit yang terganggu.
Misalnya, penyebab kekurangan fosfat akan berbeda dengan penyebab
kekurangan magnesium. Berikut ini akan dipaparkan berbagai jenis elektrolit,
juga penyebab kekurangan atau kelebihannya dalam tubuh.

Anda mungkin juga menyukai