Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang mengandung konsentrasi
nutrien, gas dan elektrolit yang di butuhkan untuk mempertahankan fungsi normal sel.
Kelangsungan hidup memerlukan lingkungan internal yang konstan (homeostatis).
Mekanisme regulator penting untuk mengendalikan keseimbangan volume, komposisi dan
keseimbangan asam basa cairan tubuh selama fluktuasi metabolik normal atau saat terjadi
abnormalisasi seperti penyakit atau trauma.
Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relatif konstan dan komposisinya tetap stabil
adalah penting untuk homeostatis. Sistem pengaturan mempertahankan konstannya cairan
tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit dan asam basa, dan pertukaran kompartemen cairan
ekstraseluler dan intraseluler.
Kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang ada di sekelilingnya termasuk
dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan minum lebih kurang 60% berat badan
orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air dan elektrolit). Faktor yang
mempengaruhi jumlah cairan tubuh adalah umur, jenis kelamin, dan kandungan lemak dalam
tubuh.
Secara umum orang yang lebih muda mempunyai persentase cairan tubuh yang lebih
tinggi dibanding dengan orang yang lebih tua, dan pria secara proporsional mempunyai lebih
banyak cairan tubuh dibanding dengan wanita. Orang yang lebih gemuk mempunyai jumlah
cairan yang lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang lebih kurus, karena sel lemak
mengandung sedikit air.

B. Rumusan Masalah
1. PengertianKeseimbanganCairandan elektrolit tubuh
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Faktor yang mempengaruhi keseimbangan normal cairan dan elektrolit
4. Asuhan keperawatan pada keseimbangan cairan dan elektrolit

C. Tujuan Masalah
1. Mahasiswa dapat menjelaskan keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Mahasiswa dapat menjelaskan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Mahasiswa dapat menjelaskan variabel apa saja yang mempengaruhi keseimbangan
normal cairan dan elektrolit
4. Mahasiswa dapat melaksanakan proses keperawatan dan ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit
BAB II
TINJAUAN MATERY

I. Pengertian
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian
dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut)
dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan.

1
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan
intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh
bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya
jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi
dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan
cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu :
cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler
(plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak
diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

a) Distribusi Cairan Tubuh


Didistribusikan dalam dua kompartemen yang berbeda :
1. Cairan Ekstrasel, tediri dari cairan interstisial (CIS) dan Cairan Intravaskular. Cairan
interstisial mengisi ruangan yang berada diantara sebagian besar sel tubuh dan
menyusun sebagian besar cairan tubuh. Sekitar 15% berat tubuh merupakan cairan
tubuh interstisial. Cairan intravascular terdiri dari plasma, bagian cairan limfe yang
mengandung air tidak berwarna, dan darah mengandung suspensi leukosit, eritrosit,
dan trombosit. Plasma menyusun 5% berat tubuh.
2. Cairan Intrasel adalah cairan didalam membran sel yang berisi subtansi terlarut atau
solut yang penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit serta untuk metabolisme.
Cairan intrasel membentuk 40% berat tubuh. Kompartemen cairan intrasel memiliki
banyak solute yang sama dengan cairan yang berada diruang ekstrasel. Namun
proporsi subtansi subtansi tersebut berbeda. Misalnya, proporsi kalium lebih besar
didalam cairan intrasel daripada dalam cairan ekstasel. Secara Skematis Jenis dan
Jumlah Cairan Tubuh dapat digambarkan sebagai berikut :
Distribusi cairan tubuh adalah relatif tergantung pada ukuran tubuh itu sendiri.
dewasa 60%
anak-anak 60 77%
infant 77%
embrio 97%
manula 40 50 %
Pada manula, prosentase total cairan tubuh berkurang dikarenakan sudah mengalami
kehilangan jaringan tubuh.
intracellular volume = total body water extracellular volume
interstitial fluid volume = extracellular fluid volume plasma volume
total bloods volume = plasma volume / (1 - hematocrite)
Fungsi Cairan Tubuh :
memberi bentuk pada tubuh
berperan dalam pengaturan suhu tubuh
berperan dalam berbagai fungsi pelumasan
sebagai bantalan
sebagai pelarut dan tranfortasi berbagai unsur nutrisi dan elektrolit
media untuk terjadinya berbagai reaksi kimia dalam tubuh
untuk performa kerja fisik

2
b) Pergerakan Cairan Tubuh
Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui enam proses, yaitu :
1. Difusi
Perpindahan partikel melewati membran permeabel sehingga kedua kompartemen
larutan atau gas menjadi setimbang. Partikel listrik juga dapat berdifusi karena ion
yang berbeda muatan dapat tarik menarik. Kecepatan difusi (perpindahan yang terus
menerus dari molekul dalam suatu larutan atau gas) dipengaruhi oleh :
ukuran molekul ( molekul kecil lebih cepat berdifusi dari molekul besar).
konsentrasi molekul (molekul berpindah dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah).
temperatur larutan (temperatur tinggi meningkatkan kecepatan difusi).
2. Osmosis
Pelarut bergerak melewati membran menuju larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi.
Tekanan osmotik terbentuk ketika dua larutan berbeda yang dibatasi suatu membran
permeabel yang selektif. Proses osmosis (perpindahan pelarut dari dari yang
konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi), dipengaruhi oleh :
pergerakan air
semi permeabilitas membran.
c) Pengaturan Cairan tubuh
Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara jumlah cairan yang
masuk dan jumlah cairan yang keluar.
1. Asupan
Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah 2500cc per
hari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari makanan lain.
Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan mekanisme haus. Pusat
pengaturan rasa haus dalam rangka mengatur keseimbangan cairan adalah
hipotalamus. Apabila terjadi ketidakseimbangan volume cairan tubuh di mana asupan
cairan kurang atau adanya perdarahan, maka curah jantung menurung, menyebabakan
terjadinya penurunan tekanan darah.
2. Pengeluaran
Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan cairan pada
orang dewasa, dalam kondisi normal adalah 2300 cc. Jumlah air yang paling banyak
keluar berasal dari ekskresi ginjal (berupa urine), sebanyak 1500 cc per hari pada
orang dewasa. Hal ini juga dihubugkan dengan banyaknya asupan air melalui mulut.
Asupan air melalui mulut dan pengeluaran air melalui ginjal mudah diukur, dan sering
dilakukakan melalui kulit (berupa keringat) dan saluran pencernaan (berupa feses).
Pengeluaran cairan dapat pula dikategorikan sebagai pengeluaran cairan yang tidak
dapat diukur karena, khususnya pada pasien luka bakar atau luka besar lainnya,
jumlah pengeluaran cairan (melalui penguapan) meningkat sehingga sulit untuk
diukur. Pada kasus seperti ini, bila volume urine yang dikeluarkan kurang dari 500 cc
per hari, diperlukan adanya perhatian khusus. Setiap 1 derajat celcius akan
berpengaruh pada output cairan.
Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan pengawasan
asupan dan pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan jumlah dan kecepatan
pernapasan, deman, keringat, dan diare dapat menyebabkan kehilangan cairan secara
berlebihan adalah muntah secara terus menerus. Hasil-hasil pengeluaran cairan adalah:
1. Urine
Pembentukan urine terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui vesika urinaria (kandung
kemih). Proses ini merupakanproses pengeluaran cairan tubuh yang utama. Cairan
3
dalam ginjal disaring pada glomerulus dan dalam tubulus ginjal untuk kemudian
diserap kembali ke dalam aliran darah. Hasil ekskresi terakhir proses ini adalah urine.
Jika terjadi penurunan volume dalam sirkulasi darah, reseptor atrium jantung kiri dan
kanan akan mengirimkan impuls kembali ke ginjal dan memproduksi ADH sehingga
mempengaruhi pengeluaran urine.
2. Keringat
Keringat terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh suhu yang panas.
Keringat banyak mengandung garam, urea, asam laktat, dan ion kalium. Banyaknya
jumlah keringat yang keluar akan memengaruhi kadar natrium dalam plasma.

3. Feses
Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat. Pengeluaran air
melalui feses merupakan pengeluaran cairan yang paling sedikit jumlahnya. Jika
cairan yang keluar melalui feses jumlahnya berlebihan,maka dapat mengakibatkan
tubuh menjadi lemas. Jumlah rata-rata pengeluaran cairan melalui feese adalah 100
ml/hari.

II. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


1. Ketidakseimbangan cairan
Ketidakseimbangan cairan meliputi dua kelompok dasar, yaitu gangguan
keseimbangan isotonis dan osmolar.Ketidakseimbangan isotonis terjadi ketika sejumlah
cairan dan elektrolit hilang bersamaan dalam proporsi yang seimbang. Sedangkan
ketidakseimbangan osmolar terjadi ketika kehilangan cairan tidak diimbangi dengan
perubahan kadar elektrolit dalam proporsi yang seimbang sehingga menyebabkan
perubahan pada konsentrasi dan osmolalitas serum. Berdasarkan hal tersebut, terdapat
empat kategori ketidak seimbangan cairan, yaitu :
Kehilangan cairan dan elektrolit isotonic
Kehilangan cairan (hanya air yang berkurang)
Penigkatan cairan dan elektrolit isotonis
Penigkatan osmolal (hanya air yang meningkat)
2. Defisit Volume Cairan
Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga
hipovolemia.Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler,
lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga
menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler.Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini,
tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, defisit volumecairan
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit,
penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi
tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula
dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah
dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium,
perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisitertentu, seperti terperangkapnya
cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.
3. Defisit Cairan
Faktor Resiko meliputi :
kehilangan cairan berlebih (muntah, diare,dan pengisapan lambung)
Tanda klinis : kehilangan berat badan

4
ketidakcukupan asupan cairan (anoreksia, mual muntah, tidak ada cairan dan depresi
konfusi)
Tanda klinis : penurunan tekanan darah
4. Dehidrasi
Dehidrasi disebut juga ketidakseimbangan hiper osmolar, terjadi akibat kehilangan cairan
yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit dalam jumlah proporsional, terutama
natrium.Kehilangan cairan menyebabkan peningkatan kadarnatrium, peningkatan
osmolalitas, serta dehidrasi intraseluler. Air berpindah dari sel dan kompartemen
interstitial menuju ruang vascular. Kondisi ini menybabkan gangguan fungsi sel da
kolaps sirkulasi. Orang yang beresiko mengalami dehidrasi salah satunya adalah individu
lansia.Mereka mengalami penurunan respons haus atau pemekatan urine.Di samping itu
lansia memiliki proporsi lemak yang lebih besar sehingga beresiko tunggi mengalami
dehidrasi akibat cadangan air yang sedikit dalam tubuh.Klien dengan diabetes insipidus
akibat penurunan hormon diuretik sering mengalami kehilangan cairan tipe hiperosmolar.
Pemberian cairan hipertonik juga meningkatkan jumlah solute dalam aliran darah.
5. Kelebihan Volume Cairan (Hipervolemia)
Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan elektrolit dalam
kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang. Karena adanya retensi cairan
isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh
hampir selalu disebabkan oleh penungkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan
cairan terjadi akibat overload cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatispada proses
regulasi keseimbangan cairan.
Penyebab spesifik kelebihan cairan, antara lain :
Asupan natrium yang berlebihan
Pemberian infus berisi natrium terlalu cepat dan banyak, terutama pada klien dengan
gangguan mekanisme regulasi cairan.
Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti gangguan jantung (gagal ginjal
kongestif), gagal ginjal, sirosis hati, sindrom Cushing
Kelebihan steroid
Kelebihan Volume Cairan
Faktor resiko :
Kelebihan cairan yang mengandung natrium dari terapi intravena
Tanda klinis : penambahan berat badan
Asupan cairan yang mengandung natrium dari diet atau obat-obatan
Tanda klinis : edema perifer dan nadi kuat
6. Edema
Pada kasus kelebihan cairan, jumlah cairan dan natrium yang berlebihan dalam
kompartemen ekstraseluler meningkatkan tekanan osmotik. Akibatnya, cairan keluar dari
sel sehingga menimbulkan penumpukan cairan dalm ruang interstitial (Edema). Edema
yang sering terlihat disekitar mata, kaki dan tangan. Edema dapat bersifat local atau
menyeluruh, tergantung pada kelebihan cairan yang terjadi. Edema dapat terjadi ketika
adapeningkatan produksi cairan interstisial/gangguan perpindahan cairan interstisial. Hal
ini dapat terjadi ketika:
Permeabilitas kapiler meningkat (mis.,karena luka bakar, alergi yang menyebabkan
perpindahan cairan dari kapiler menuju ruang interstisial).
Peningkatan hidrostatik kapiler meningkat (mis., hipervolemia, obstruksisirkulasi
vena) yang menyebabkan cairan dalam pembuluh darahterdorong ke ruang interstisial.
Perpindahan cairan dari ruangan interstisial terhambat (mis., pada blokade limfatik)

5
Edema pitting adalah edema yang meninggalkan sedikit depresi atau cekungan setelah
dilakukan penekanan pada area yang bengkak. Cekungan ini terjadi akibat pergerakan
cairan dari daerah yang ditekan menuju jaringan sekitar (menjauhi lokasi tekanan).
Umumnya, edema jenis ini adalah edema yang disebabkan oleh gangguan natrium.
Adapun edema yang disebabkan oleh retensi cairan hanya menimbulkan edema non
pitting.

III.Variabel Yang Mempengaruhi Keseimbangan Normal Cairan Dan Elektrolit


1. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usiaberpengaruh
terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan.
Bayi dan anak di masa pertunbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar
dibandingkan orang dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan
yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada
bayi dan anak-anak juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal
mereka yang belum atur dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat
terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu
lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung
atau gangguan ginjal
2. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit.
Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini
mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian,
jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,kehilangan cairan yang tidak
disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi
kelenjar keringat.
3. Iklim
Normalnya,individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas tidak
akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam
situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss, IWL).
Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat
metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di
dearah dengan kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan
cairandan elektrolit. Demikian pula pada orang yang bekerja berat di lingkungan yang
bersuhu tinggi, mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehari melalui
keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan
cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang
tidak biasa berada di lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
4. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan
makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih
dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan
kadar albumin.
5. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh
mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan
glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu,
stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat
mengurangi produksi urine.

6
6. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar sel atau
jaringan yang rusak (mis., Luka robek, atau luka bakar). Pasien yang menderita diare juga
dapat mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran
gastro intestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga dapat menyebabkan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Saat aliran darah ke ginjal menurun karena
kemampuan pompajantung menurun, tubuh akan melakukan penimbunan cairan dan
natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban cairan (hipervelomia). Lebih
lajut, kondisi inidapat menyebabkan edema paru. Normalnya, urine akan dikeluarkan
dalam jumlah yang cukup untukmenyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam
dan basa dalam tubuh. Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan lebih
banyak dan menahan ADH sehingga produksi urine akan meningkat. Sebaliknya, dalam
keadaan kekurangan cairan, ginjal akan menurunkanproduksi urine dengan berbagi cara.
Diantaranya peningkatan reapsorpsi tubulus, retensi natrium dan pelepasan renin. Apabila
ginjal mengalami kerusakan, kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi akan menurun.
Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal (mis., gagal ginjal) individu dapat mengalami
oliguria (produksi urine kurang dari 40ml/ 24 jam) sehingga anuria (produksi urine
kurang dari 200 ml/ 24 jam).
7. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan
kadar kalsium dan kalium.
8. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defist cairan
tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar
kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi
natrium dan air dalam tubuh.
9. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidakseimbangan cairan.
Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama perode operasi, sedangkan
beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan beban cairan akibat asupan cairan
berlebih melalui intravena selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa
stress akibat obat-obat anastesia.

IV. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Keseimbangan Cairan Elektrolit


Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi
pengkajian riwayat kesehatan (keperawatan), pengukuran klinis (berat badan harian, tanda
vital, serta asupan dan haluaran cairan), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium
untuk mengevaluasi keseimbangan cairan dan elektrolit.

Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan dalam pengkajian meliputi asupan makanan dan cairan, haluaran cairan,
tandatanda kehilangan atau kelebihan cairan, tanda-tanda gangguan keseimbangan elektrolit,
penyakit yang diderita, obat atau tindakan yang dapat menyebabkan gangguan keseimbangan
cairan.

Pengukuran klinis

7
Tiga jenis pengukuran klinis yang dapat dilakukan oleh perawat adalah pengukuran berat
badan harian, tanda-tanda vital, serta asupan dan haluaran cairan.
Pengukuran berat badan
Pengukuran berat badan harian menyediakan informasi yang relatif akurat tentang status
cairan sebab perubahan berat badan menunjukkan adanya perubahan cairan akut. Setiap
penurunan berat badan satu kilogram menunjukkan tubuh kekurangan cairan sebanyak satu
liter. Perubahan berat badan menunjukkan terjadinya perubahan cairan pada seluruh
kompartemen tubuh. Apabila kehilangan/kelebihan berta badan mencapai 5%-8% dari total
berat badan, ini mengindikasikan terjadinya kelebihan/kehilangan cairan sedang hingga berat.
Untuk memperoleh hasil pengukuran berat badan yang akurat, diperlukan standardisasi alat
ukur yang digunakan sebelun dan sesudah penimbangan. Selain itu, penimbangan berat badan
sebaiknya dilakukan pada waktu yang sama (mis. sebelum sarapan atau setelah buang air
besar) dan dengan mengenakan pakaian yang sama. Secara umum, jumlah cairan yang hilang
dapat dihitung dengan rumus berikut.

Kehilangan air = berat badan normal berat badan sekarang

Jika berat badan turun lebih dari 500 g/hari, ini mungkin menunjukkan telah terjadi
kehilangan cairan dari tubuh. Akan tetapi, jika penurunan kurang dari 300 g/hari, ini mungkin
disebabkan oleh penyebab lain. Begitu juga bila ada penambahan berat bdan, mungkn ini
menunjukkan retensi cairan.

Tanda vital
Perubahantanda vital mungkin mengindikasikan adanya ketidakseimbangan cairan, elektrolit,
dan asma basa, atau sebagai upaya kompensasi dalam mempertahankan keseimbangan dalam
tubuh. Peningkatan suhu tubuh mungkin menunjukkan kondisi dehidrasi, sedangkan
takikardia merupakan tanda pertama yang menunjukkan adanya hipovolemia akibat
kekurangan cairan. Denyut nadi cenderung menguat pada kondisi kelebihan cairan dan
melemah pada kekurangan cairan. Perubahan laju dan kedalaman pernapasan mungkin
menunjukkan adanya gangguan keseimbangan asam-basa. Tekanan darah cenderung
meningkat pada kelebihan cairan dan menurun pada kekurangan cairan.

Asupan dan haluaran


Pengukuran klinis ketiga yang tidak kalah pentingnya adalah besarnya asupan dan haluaran
cairan. Pengukuran dan pencatatan asupan dan haluaran cairan dalam 24 jam diperlukan
sebagai data dalam menentukan keseimbangan cairan tubuh. Perawat harus memberikan
informasi pada klien, keluarga, dan seluruh tenaga kesehatan tentang perlunya penghitungan
asupan dan haluaran cairan yang akurat. Penghitungan asupan cairan meliputi asupan minum
per oral, makanan, makanan cair, cairan parenteral, obat-obat intravena, serta irigasi kateter
atau selang. Adapun penghitungan haluaran cairan meliputi haluaran urine, feses encer,
muntahan, keringat, drainase (lambung atau usus), drainase luka/fistula, serta dari pernapasan
yang cepat dan dalam. Untuk menentukan apakah asupan dan haluaran cairan proporsional,
kita dapat melakukan beberapa teknik, seperti membandingkan total asupan cairan per 24 jam
dengan total haluaran dalam 24 jam atau dengan membandingkan hasil pengukuran saat ini
dengan sebelumnya. Langkah ini terutama dilakukan untuk mengukur jumlah cairan yang
besar, seperti urine. Normalnya, orang dewasa memproduksi urine 40-80 ml/jam. Jika volume

8
urine melebihi kisaran tersebut, kemungkinan tubuh mengalami kelebihan cairan. Sebaliknya,
jika volume urine kurang dari 30ml/jam, kemungkinan terjadi dehidrasi.

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk mengkaji kebutuhan cairan dan elektrolit
difokuskan pada kulit, rongga mulut, mata, vena jugularis,vena-vena tangan, dan sistem
neurologis.

Turgor kulit
Turgor kulit menggambarkan cairan intertisial dan elastisitas kulit. Penurunan turgor terkait
dengan elastisitas kulit. Normalnya, jika dicubit, kulit akan kembali ke posisi normal setelah
dilepaskan. Pada klien dengan defisit volume cairan, kulit akan kembali datar dalam jangka
waktu yang lebih lama(hingga beberapa detik). Pada orang dewasa, pengukuran turgor kulit
paling baik dilakukan di atas sternum, kening, dan paha sebelah dalam. Pada anak,
pengukuran turgor sebaiknya dilakukan di area abdomen atau paha bagian tengah. Pada orang
tua, turgor kulit mengalami penurunan sehingga perlu dilakukan penimbangan berat badan
untuk mengukur status hidrasi disamping dengan pengukuran turgor kulit.

Iritabilitas neuromuscular
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengkaji ketidakseimbangan kalsium dan magnesium.
Pemerikaan fisik meliputi pemeriksaan tanda chovstek dan tanda trousseau. Pemeriksaan
tanda chovstek dilakukan dengan mengetuk saraf wajah (sekitar 2cm di depan liang telinga).
Jika pada saat diketuk terjadi refleks meringis pada otot wajah, termasuk bibir, berarti tanda
chovstek positif (mungkin terjadi hipomagnesemia atau hipokalsemia). Untuk melakukan test
trousseau, pasang manset tekanan darah pada lengan, pompa dengan tekanan di bawah sistole
selama 2-3 menit. Apabila timbul spasme karpal dan tetani, mengindikasikan terjadinya
hipokalsemia dan hipomagnesemia.

Pemeriksaan laboratorium
Elektrolit serum
Pemeriksaan kadar elektrolit serum sering dilakukan untuk mengkaji adanya gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Pemeriksaan yang paling sering adalah natrium,
kaliium , klorida, dan ion bikarbonat. Penghitungan kebutuhan cairan dengan
menggunakan nilai Na+adalah:
Air yang hilang = 0,6 x BB x(Na+ serum terukur 142)
Na+serum terukur
Hitung darah
Hematokrit (Ht) menggambarkan persentase total darah dengan sel darah merah. Karena
hematokrit adalah pengukuran volume sel dalam plasma, nilainya akan dipengaruhi oleh
jumlah cairan plasma. Dengan demikian, nilai Ht pada klien yang mengalami dehidrasi
atau hipovolemia cenderung meningkat, sedangkan nilai Ht pada pasien yang mengalami
overdehidrasi dapat menurun. Normalnya, nilai Ht pada laki-laki adalah 40%-54% dan
perempuan 37%-47%. Biasanya, peningkatan kadar hemoglobin diikuti dengan
peningkatan kadar hematokrit.
Air yang hilang= PAT x BB x [1- (Ht normal/Ht terukur)
Keterangan :
Perbandingan air tubuh (PAT)

9
a) nilai 0,2 untuk dehidrasi akut
b) nilai 0,6 untuk dehidrasi kroni
Osmolalitas
Osmolalitas merupakan indikator konsentrasi sejumlah partikel yang terlarut dalam serum
dan urine. Biasanya dinyatakan dalam mOsm/kg.
Ph urine
pH urine menunjukkan tingkat keasaman urine yang dapat digunakan untuk
menggambarkan ketidakseimbangan asam-basa. pH urine normal adalah 4,6-8 pada
kondisi asidosis metabolik.

Berat jenis urine


Berat jenis urine dapat digunakan sebagai indikator gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit, walaupun hasilnya kurang reliabel. Akan tetapi, pengukuran BJ urine
merupakan cara paling mudah dan cepat untuk menentukan konsentrasi urine. Berat jenis
urine dapat meningkat saat terjadi pemekatan akibat kekurangan cairan dan menurun saat
tubuh kelebihan cairan. Nilai BJ urine normal adalah 1,005-1,030 (biasanya 1,010-1,025).
Selain itu, BJ urine juga meningkat saat terdapat glukosa dalam urine, juga pada
pemberian dekstran, obat kontras radiografi, dan beberapa jenis obat lainnya.

Diagnosis keperawatan
1. kekurangan volume cairan
Batasan karakteristik
Mayor :
ketidakcukupan asupan cairan per oral
balance negatif antara asupan dan haluaran
penurunan berat badan
kulit/membran mukosa kering(turgor menurun)
Minor :
peningkatan natrium serum
penurunan haluaran urine atau haluaran urine berlebihan
urine pekat atau sering berkemih
penurunan turgor kulit
haus, mual/anoreksia
Faktor yang berhubungan :
berhubungan dengan haluaran urine berlebihan, sekunder akibat diabetes insipidus
berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan melalui
evaporasi akibat luka bakar
berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder akibat demam, drainase abnormal
dari luka, diare
berhubungan dengan penggunaan laksatif, diuretik atau alkohol berlebihan
berhubungan dengan mual, muntah
berhubungan dengan penurunan motivasi untuk minum, sekunder akibat depresi atau
keletihan
berhubungan dengan masalah diet
berhubungan dengan pemberian makan per slang dengan konsentrasi tinggi
berhubungan dengan kesulitan menelan atau kesulitan makan sendiri akibat nyeri
mulut
10
2. kelebihan volume cairan
Batasan karakteristik
Mayor :
Edema
kulit tegang, mengilap
Minor :
asupan melebihi haluaran
sesak napas
kenaikan berat badan
Faktor yang berhubungan :
berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan, sekunder akibat gagal
jantung
berhubungan dengan peningkatan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan
curah jantung, sekunder akibat infark miokard, gagal jantung, penyakit katup jantung
berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotik koloid plasma yang rendah,
retensi natrium, sekunder akibat penyakit hepar, sirosis hepatis, asites, dan kanke
berhubungan dengan gangguan aliran balik vena, sekunder akibat varises vena,
trombus, imobilitas, flebitis kronis
berhubungan dengan retensi natrium dan air, sekunder akibat penggunaan
kortikosteroi
berhubungan dengan kelebihan asupan natrium/cairan
berhubungan dengan rendahnya asupan protein pada diet lemak, malnutrisi
berhubungan dengan venostasis/bendungan vena, sekunder akibat imobilitas, bidai
atau balutan yang kuat, serta berdiri atau duduk dalam waktu lama.
Berhubungan dengan kompresi vena oleh uterus saat hamil
Berhubungan dengan drainase limfatik yang tidak adekuat, sekunder akibat
mastektomi
3. gangguan keseimbangan elektrolit(K)
Batasan karakteristik
Mayor :
Perubahan kadar kalium
Minor :
Aritmia
Kram tungkai
Mual
Hipotensi
Bradikardia
Kesemutan
Faktor yang berhubungan :
Berhubungan dengan kerusakan jaringan, sekunder akibat trauma panas
Berhubungan dengan pengeluaran kalium berlebihan karena muntah, diare
Berhubungan dengan gangguan regulasi elektrolit, sekunder akibat kerusakan ginjal
Berhubungan dengan diet tinggi-kalium/rendah-kalium

Rencana dan Implementasi Keperawatan


1. .kekurangan volume cairan
Kriteria hasil

11
Terjadi peningkatan asupan cairan minimal 2000 ml per hari(kecuali ada kontra
indikasi)
Menjelaskan perlunya meningkatkan asupan cairan pada saat stres atau cuaca
panas
Mempertahankan berat jenis urine dalam batas normal
Tidak menunjukkan adanya tanda atau gejala dehidrasi
Intervensi
Kaji cairan yang disukai klien dalam batasan diet.
Rencanakan target pemberian asupan cairan untuk setiap sif, misalnya siang 1000 ml,
sore 800 ml, dan malam 200 m.
Kaji pemahaman klien tentang alasan/pentingnya mempertahankan hidrasi yang
adekuat dan metode yang dapat digunakan untuk mempertahankan hidrasi yang
adekua
Catat asupan dan haluaran
Pantau asupan cairan per oral, minimal 1500 ml/24 jam
Pantau haluaran cairan, minimal 1000-1500 ml/24 jam. Pantau penurunan berat jenis
urin
Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan mengenakan
pakaian yang sama.
Penurunan BB 2%-4% menunjukkan dehidrasi ringan; penurunan 5%-9%
menunjukkan dehidrasi sedang.
Pantau kadar elektrolit urine dan serum, BUN, dan osmolalitas, kreatinin, hematokrit,
dan hemoglobin.
Jelaskan bahwa kopi, teh dan jus buah anggur merupakan diuretik dan dapat
menyebabkan kehilangan cairan.
Untuk drainase luka, dapat dilakukan pengukuran jumlah dan jenis drainase, bila
perlu dengan menimbang balutan. Balut luka untuk meminimalkan kehilangan cairan

2. kelebihan volume cairan


Kriteria hasil
- Klien akan menyebutkan faktor penyebab dan metode pencegahan edema
- Klien memperlihatkan penurunan edema
Intervensi
Kaji asupan diet dan kebiasaan yang mendorong terjadinya retensi cairan
Anjurkan klien untuk menurunkan konsusi garam
Anjurkan klien untuk: menghindari makanan gurih, makanan kaleng, dan makanan
beku;
mengonsumsi makanan tanpa garam dan menambahkan bumbu aroma (lemon,
kemangi, mint);
menggunakan cuka pengganti garam untuk penyedap rasa sop, rebusan, dll.
Kaji adanya tanda venostasis dan bendungan vena pada bagian tubuh yang
menggantung
Posisikan ekstremitas yang mengalami edema diatas level jantung, bila
memungkinkan (kecuali ada kontra indikasi)
Untuk drainase limfatik yang tidak adekuat
tinggikan ekstemitas dengan menggunakan bantal
ukur tekanan darah pada lengan yang tidak sakit
jangan memberikan suntikan/infus pada lengan yang sakit
12
lindungi lengan yang sakit dari cidera
ingatkan klien untuk menghindari detergen yang keras, membawa beban berat,
memegang rokok, mencabut kutikula atau bintil kuku, menyentuh kompor panas,
mengenakan perhiasan atau jam tangan
lindungi kulit yang edema dari cidera

3. gangguan keseimbangan elektrolit (kalium)


Kriteria hasil
- Klien menjelaskan diet yang sesuai untuk mempertahankan kadar kalium dalam batas
normal
- Klien berpartisipasi untuk melaporkan tanda-tanda klinis hipokalenia/hiperkalenia
- Kadar kalium dalam batas normal/dapat ditoleransi

Intervensi
Penurunan kadar kalium
Observasi tanda dan gejala hipokalenian(mis., vertigo, hipotensi, aritmia, mual, muntah,
diare, distensi abdomen, penurunan peristalsis, kelemahan otot, dan kram tungkai)
Catatan asupan dan haluaran (poliuria dapat menyebabkan pengeluaran kalium secara
berlebihan)
Tentukan status hidrase klien bila terjadi hipokalemia (kelebihan cairan dapat
menyebabkan penurunan kadar kalium serum
Kenali perubahan tingkah laku yang merupakan tanda-tanda hipokalemia. Nilai kalium
yang rendah dapat menyebabkan konfusi, mudah marah, depresi mental.

Anjurkan klien dan keluarga untuk mengonsumsi makanan tinggi-kalium (mis., buah-
buahan, sari buah, buah kering, sayur, daging, kacang-kacangan, teh, kopi, dan kola).
Laporkan perubahan EKG; segmen ST yang memanjang, depresi segmen ST, dan
gelombang T yang datar atau terbalik merupakan indikasi hipokalemia.
Encerkan suplemen kalium per oral sedikitnya dalam 113,2 gram air atau sari buah
untuk mengurangi resiko iritasi mukosa lambung.Pantau nilai kalium serum pada klien
yang mendapat obat diuretik dan steroid. (steroid kortison dapat menyebabkan retensi
natrium dan ekskresi kalium)
Kaji tanda dan gejala toksisitas digitalis jika klien tengah mendapat obat golongan
digitalais dan diuretik atau steroid. (nilai kalium yang rendah dapat meningkatkan kerja
digitalis).
Peningkatan kadar kalium
Observasi tanda dan gejala hiperkalemia (mis., bradikardia, kram abdomen, oliguria,
kesemutan, dan kebas pada ekstremitas)
Kaji haluaran urine. Sedikitnya 25 ml/jam atau 600 ml/hari. (haluaran urine yang
sedikit dapat menyebabkan hiperkalemia).
Laporkan nilai kalium serum yang melebihi 5mEq/l. Batasi asupan kalium jika perlu.
(nilai kaliu lebih dari 7mEq/l dapat menyebabkan henti jantung).
Pantau EKG untuk melihat adanya pelebaran kompleks QRS dan gelombang T tinggi
yang merupakan tanda hiperkalemia.
Tindakan Keperawatan
1. Peningkatan Asupan Cairan Per Oral
Tindakan ini dilakukan pada klien yang mengalami atau beresiko mengalami kekurangan
cairan (mis., klien yang menderita diare, demam tinggi, atau baru pulih dari pemberian
anestesia). Dalam pemberiannya, pasien umunya mendapat makanan/cairan dengan
13
konsentrasi rendah. Jika dapat ditoleransi, selanjutnya pasien akan mendapat
makanan/minuman dengan jumlah dan konsentrasi yang lebih tinggi hingga memenuhi
kebutuhan diet yang diharapkan
.
2. Pembatasan asupan per oral
Pembatasan cairan per oral diperlukan pada klien yang mengalami retensi cairan(mis.,
klien yang menderita gagal ginjal, gagal jantung, atau SIADH).
3. Pemberian makan
Pada kondisi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, diperlukan asupan makanan yang
sesuai kebutuhan diet guna memulihkan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
Sebagai contoh, pada klien yang mendapat furosemit (diuretik), dapat diberikan banyak
pisang dan jaruk guna mencegah hipokalemia, sedangkan pada pasien yang kekurangan
zat besi dapat diberikan sayuran dan daging.

4. Pemberian terapi intravena


Terapi intravena merupakan metode yang efektif yang efisian untuk menyuplai kebutuhan
cairan dan elektrolit tubuh. Perawat berperan dalam melakukan pemasangan terapi
intravena, perawatan, serta pemantauan terapi intravena

5. Kateterisasi vena sentral


Kateterisasi vena sentral adalah pemasangan kateter ke dalam vena besar di tubuh. Ujung
kateter umumnya menjangkau vena besar (mis., vena kava inferior atau atrium kanan).
Pemasangan kateter vena sentral dapat dilakukan dengan atau tanpa teknik pembedahan.
Pemasangan kateter vena sentral melalui teknik pembedahan dapat dilakukan dalam tiga
cara, yaitu pemasangan pada vena subklavia, vena jugularis interna, dan vena parifer.
Pemasangan dengan teknik intraklavikular (di bawah klavikula) memungkinkan tubuh
untuk melakukan ambulasi, namun tindakan ini beresiko menimbulkan pneumotoraks
yang ditandai dengan nyeri dada berat dan mendadak, sesak napas, hipotensi,sianosis, dan
gelisah.
6. Mengobservasi terapi intravena
Hal-hal yang harus diobservasi dalam terapi intravena antara lain jenis cairan yang
diberikan; jumlah cairan yang telah, sedang, dan akan diberikan; serta kecepatan tetesan
cairan infus. Cairan yang diberikan secara cepat berpotensi menyebabkan gagal jantung
dan edema paru. Karenanya, kecepatan tetesan infus harus diobservasi setiap jam atau,
jika cairan diberikan secara cepat, observasi harus dilakukan lebih sering.

Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan dengan melakukan pengumpulan data selama
tindakan keperawatan (mis., turgor , asupan dan haluaran cairan, serta pengukuran berat
badan) di samping menentukan apakah kriteria hasil yang telah ditetapkan menurut
masing-masing diagnosis telah tercapai atau belum. Jika kriteria hasil belum tercapai,
perawat harus menggali mengapa kriteria tersebut belum tercapai dengan mengajukan
pertanyaan- pertanyaan berikut.
Mengapa belum terjadi keseimbangan cairan dan elektrolit?
1. Apa alasan yang diberikan oleh klien
2. Apakah klien tidak mampu mengonsumsi cairan melalui oral?
3. Apakah klien merasa mual?
4. Adakah kehilangan cairan abnormal?
5. Apakah obat yang diberikan mempengaruhi asupan dan haluaran cairan?
14
BAB III
PENUTUP

I. Kesimpulan
Cairan tubuh merupakan media semua reaksi kimia di dalam sel. Tiap sel
mengandung cairan intraseluler (cairan di dalam sel) yang komposisinya paling cocok
untuk sel tersebut dan berada di dalam cairan ekstraseluler (cairan di luar sel) yang cocok
pula.
Tubuh harus mampu memelihara konsentrasi semua elektrolit yang sesuai didalam
cairan tubuh, sehingga tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit. Keseimbangan cairan
tubuh adalah keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk dan keluar.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh
tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari
tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan
transeluler. Cairan tubuh terdiri dari air (pelarut) dan substansi terlarut (zat terlarut).
Air menyusun 50 60% dari total berat badan. Hubungan antara berat badan
total dan total air dalam tubuh relatif konstan pada tiapindividu dan merupakan refleksi
dari lemak tubuh. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan
elektrolit diantaranya adalah :
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Sel-sel lemak
d. Stres
e. Sakit
f. Temperatur lingkungan
g. Diet

15
II. Saran
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat
menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah ini
bagi para pembacanya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

http://nendapurnama.blogspot.com/2013/05/materi-cairan-dan-elektrolit.html
http://hasanah619.wordpress.com/2009/11/13/keseimbangan-cairan-dan-elektrolit/
http://eonman95.blogspot.com/2011/11/fisiologi-cairan-dan-elektrolit-tubuh.html
http://eckobms.blogspot.com/p/micin.html
Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Keseimbangan Cairan &
Elektrolit . Jakarta: ECG

16
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN Ny.E DENGAN GASTROENTERITIS

A.PENGKAJIAN
Tgl pengkajian : 02 desember 2016

1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. E
Umur : 31 Tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama : islam
Pendidikan : sarjana
Pekerjaan : swasta
Suku/bangsa : WNI
Alamat :-
Status perkawinan : Kawin

PENANGGUNG JAWAB KLIEN


Nama : Tn. S
Umur : 34 Tahun
Jenis kelamin : laki- laki
Pendidikan : sarjana
Pekerjaan : swasta
Hubungan dengan pasien : Suami
Alamat :-

2. PENGKAJIAN RIWAYAT KESEHATAN

Keluhan Utama
Klien mengatakan badannya terasa lemas.
Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan 2 hari sebelum masuk puskesmas badannya lemas,diare 2x, muntah
1x, pusing berputar, tidak mau makan. Saat pengkajian klien masih merasakan saat

17
aktivitas tiba seluruh badannya terasa lemas terutama dibagian kaki dan tangan,klien
istirahat bila capek dan aktivitas dibantu oleh keluarga.hal ini disebabkan karena intake
cairan yang menurun.

Riwayat Penyakit Dahulu


Klien mengatakan menderita penyakit maag.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit yang dialami klien
sekarang.

3. PEMERIKSAAN FISIK

1) Tnda-tanda Vital
S: 360C N:70 x/mnt T: 110/90 mmHg RR: 20 x/mnt
Keadaan Umum : lemah
Kesadaran Pasien : composmentis

2) Pengkajian pernapasan

- Saat pengkajian tidak mengeluh sesak


- Irama jantung teratur
- Jenis pernapasan normal
- Suara napas vesikuler
MK : tidak muncul masalah keperawatan

3) Pengkajian sirkulasi/ kardiovaskular

- Irama jantung regular dan mengeluh nyeri dada


- Suara jantung normal
- MK : Tidak ada

4) Pengkajian neurosensori/persyarafan

- Saat pengkajian klien mengatakan pusing.


- Sclera anemis
- Konjungtiva anemis
- Tidak ada masalah gangguan pandangan,pendengaran dan penciuman
- Klien istirahat /tidut >8 jam/hari
- MK : kekurangan volume cairan
18
5) Pengkajian eliminasi/perkemihan

- Saat pengkajian klien mengatakan BAK normal 3-4x/hari


- Produksi urin <1000/hari
- Warna kuning jernih
- Bau amoniak
- MK : Tidak ada masalah keperawatan

6) Pengkajian makanan dan cairan /pencernaan

- Mulut kotor
- Mukosa kering
- Nafsu makan menurun
- Makan hanya sedikit
- MK : ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan masukan
makanan tak adekuat.

7) Pengkajian musculoskeletal dan integument

- Pergerakan sendi bebas


- Turgor kulit kurang elastic
- Kulit kering
- MK : resiko kekurangan volume cairan.

8) Personal Hygine dan Kebesaran

- Klien hanya disibin 2x/hari


- Ganti pakain 2x/hari

9) Pengkajian psikososial
- Klien mengatakan bahwa sakit yang diderita karena kecapekan
- Perilaku klien terhadap penyakit yang diderita cenderung murung/diam
- Klien sangat kooperatif saat berinteraksi
- MK : Tidak ada masalah keperawatan.

19
10)Pengkajian spiritual

- Kebiasaan beribadah
- Selama sakit klien beribadah
- Sebelum sakit klien rajin beribadah
- MK : tidak ada masalah

11) Terapi Obat

- Infuse RL 30 tpm
- Per oral :
-Antasid 3x1
-Hemafort 2x1
-lanzoprazo 2x1
-Nodiar 3x1 tab

ANALISA DATA

TGL DATA ETIOLOGI MASALAH


02 Ds : klien mengeluh Menurunnya intake Kekurangan
desembe badannya terasa lemas cairan secara oral volume cairan
r 2016 Do :
- KU lemah
- turgor kulit kurang
elastic
- kulit kering
-sclera anemis
TTV
-T : 110/80 mmHg
-N : 70 x/mnt
-RR: 20 x/mnt
-S:360C
-mukosa kering
-penurunan haluaran urine

02 Ds : klien mengatakan Asupan makanan Gangguan nutrisi


desembe tidak mau makan,makan tidak adekuat kurang dari
r 2016 hannya sedikit kebutuhan
20
Do :
-mulut berbau busuk
-mukosa kering
-TTV
T : 110/80 mmHg
N: 70 x/mnt
R : 20 x/mnt
S : 36 0C

Prioritas Diagnosa keperawatan


1. Resiko kekurangan volume cairan b.d menurunnya intake cairan secara oral
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d asupan makanan tak adekuat.

INTERVENSI KEPERAWATAN

NO HR/TGL Diagnosa Tujuan/criteria intervensi rasional


Keperawatan hasil
1 02 Resiko kekurangan Setelah diberikan 1.monitor TTV 1.hipotensi
desember volume cairan b.d asuhan keperawatan 2.tingkatkan cairan takikardial,demam
2016 menurunnya intake selama 3x30 menit per oral 1-2 gelas dpt menunjukkan
cairan secara oral klien mampu setiap 24 jam respon terhadap
memnuhi 3.observasi tanda efek kehilangan
kebutuhan volume dehidrasi cairan
cairan yang adekuat 4.kolaborasi 2.catatan masukan
dengan criteria dengan tim medis membantu
hasil dalam pemberian mendeteksi tanda
-KU baik terapi cairan infus dini ketidak
-Turgor kulit seimbangan cairan
kurang elastic 3.mengetahui
-sclera tdk anemis keadaan klien
-TTVdalam batas untuk
normal mempermudah
-mukosa lembab tindakan
-kulit lembab selanjutnya
4.mengganti cairan
dan elektrolit
secara adekuat.

21
2 02 Ketidakseimbangan Setelah diberikan 1.anjurkan klien 1.menjaga
desember nutrisi kurang dari asuhan keperawatan untuk menjaga kebersihan mulut
2016 kebutuhan b.d asupan selama 1x24 jam kebersihan mulut dapat
makanan tak adekuat klien dapat 2.jelaskan meningkatkan
memnuhi pentingnya nafsu makan
kebutuhan nutrisi konsumsi nutrisi 2.dapat
dengan criteria dan cairan yang terrpenuhnya
hasil : adekuat nutrisi sesuai
-ku baik 3.motivasi keluarga kebutuhan
-mukosa lembab untuk member metabolism
-TTV dalam batas makanan yang 3.makanan yang
normal bervariasi bervariasi dapat
4.kolaborasi meningkatkan
dengan ahli gizi nafsu makan
untuk kebutuhan 4.memberikan
nutrisi yang asupan diet/nutrisi
dibutuhkan yang tepat

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Shift HR/TGL Diagnosa Jam IMPLEMENTASI Jam EVALUASI PARAF


Keperawatan

22
pagi 02 Resiko kekurangan 08.00 1.memonitor TTV 14.00 S : klien
desember volume cairan b.d S: 36 0 c N :70x/mnt mengatakan
2016 menurunnya intake T:130/90 mmHg badannya
cairan secara oral Rr : 20x/mnt cukup
2.meningkatkan membalik
cairan per oral 1-2 O:
gelas setiap 24 jam -Ku cukup
Respon : klien akan -turgor kulit
berusaha kurang
meningkatkan cairan elastic
sedikit demi sedikit -sclera
3.mengobservasi anemis
tanda-tanda dehidrasi -TTV
-turgor kulit kurang Td :130/85
elastis mmHg
-sclera anemis N : 72 x/mnt
-ku lemah R : 20 x/mnt
4.berkolaborasi S : 360 C
dengan tim medis A : Masalah
dalam pemberian teratasi
terapi cairan infuse sebagian
Respon : klien tegang P :lanjutkan
saat di injeksi. intervensi
1,2 dan 4
pagi 02 Ketidakseimbangan 08.00 1.menganjurkan klien 14.00 S: klien
desember nutrisi dari untuk menjaga mengatakan
2016 kebutuhan b.d kebersihan mulut nafsu makan
asupan makanan Respon: klien gosok meningkat
tak adekuat gigi 1x/hri O:
2.menjelaskan -mulut
pentingnya konsumsi cukup
nutrisi dan cairan berbau
yang adekuat -mukosa
Respon:klien akan kering
berusaha -TTV
menghabiskan porsi T:120/80
makan,dan makan mm Hg
sedikit tapi sering N:75 x/mnt

23
3.memotivasi RR:20
keluarga untuk x/mnt
member makanan S:36 0C
yang bervariasi A: masalah
Respon : klien mau teratasi
makan makanan yang sebagian
bervariasi bubur P:intervensi
kedelai di lanjutkan
4.berkolaborasi 1 dan 4
dengan ahli gizi untuk
kebutuhan nutrisi
yang dibutuhkan

CATATAN PERKEMBANGAN

Shift Hari/tgl Diagnosa jam Catatan perkembangan paraf


keperawatan
sore 03 Resiko kekurangan 19.00 S: klien mengatakan badannya
desember volume cairan b.d sudah baik,tdak lemas
2016 menurunnya intake O:
secara oral -KU baik
-turgor kulit elastic
-sclera tdk anemis
A:masalah tertasi
P: hentikan intervensi
SORE 03desember Ketidakseimbangan 16.00 S: klien mengatakan porsi
2016 nutrisi kurang dari makan dihabiskan
kbutuhan b.d O:
asupan makanan -mukosa lembab
tidak adekuat -mulut tdk kotor
-TVV
T: 120/80 mm Hg
N: 75x/mnt
RR: 20x/mnt
S: 360 C
A: masalah teratasi
P: intevensi dihentikan klien
dibolehkan pulang
24
25

Anda mungkin juga menyukai