Anda di halaman 1dari 21

PROSES DEGENERATIF

Memenuhi tugas Mata Kuliah Patofisiologi

Nama Kelompok :

1. Ayu Lestari 201801009


2. Putri Anggraini 201801033
3. Suci Rahmawati 201801035
4. Tesa Evitasari 201801040
5. Wiwit Widiawati 201801043

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA KELUARGA

BEKASI TIMUR

TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama allah swt yang maha pengasih lagi maha penyayang .
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratnya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah patofisiologi tentang “Proses Degeneratif”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkonstribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah patofisiologi tentang “Proses


Degeneratif” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Bekasi, 29 Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................... 1

Daftar Isi .................................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 3


1.2 Tujuan ................................................................................................................ 4
1.3 Sistematika Penulisan ....................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi ................................................................................................................ 5

2.2 Penyebab degenerative ........................................................................................ 5

2.3 Proses degenerative ............................................................................................. 6

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Degeneratif .................................................. 7

2.5 Penyakit degenerative ......................................................................................... 7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 19

3.2 Saran .................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 20


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sel adalah satuan kehidupan yang paling mendasar. Sel merupakan unit
terkecil yang masih dapat menjalankan proses yang berhubungan dengan
kehidupan. Tubuh manusia bersifat dinamis, dalam arti selalu berubah setiap saat.
Sel – sel yang menyusun tubuh memiliki usia tertentu yang kemudian akan
diganti lagi dengan yang baru, namun pada akhirnya semua sel - sel akan
mengalami kematian secara total. Sepanjang usia kehidupan akan terjadi efek
proses penuaan pada tubuh yang berlangsung terus sampai batas - batas tertentu,
dan akhirnya akan muncul proses degenerasi (penuaan) dari semua organ dalam
tubuh. Menjadi tua adalah alamiah, namun percepatan atau perburukan proses
degenerasi adalah kesalahan manusia.
Degenerasi sel atau kemunduran sel adalah kelainan sel yang terjadi akibat
cedera ringan. Cedera ringan yang mengenai struktur dalam sel seperti
mitokondria dan sitoplasma akan mengganggu proses metabolisme sel.
Kerusakan ini sifatnya reversibel artinya bisa diperbaiki apabila penyebabnya
segera dihilangkan. Apabila tidak dihilangkan, atau bertambah berat, maka
kerusakan menjadi ireversibel, dan sel akan mati. Kelainan sel pada cedera ringan
yang bersifat reversible inilah yang dinamakan kelainan degenerasi. Degenerasi
ini akan menimbulkan tertimbunnya berbagai macam bahan di dalam maupun di
luar sel.
Degenerasi sel atau penuaan sel ditandai dengan menurunnya fungsi
berbagai organ tubuh. Gejala menua tampak secara fisik dan psikis. Tanda fisik
misalnya, masa otot berkurang, lemak meningkat, fungsi seksual terganggu, sakit
tulang dan kemampuan kerja menurun. Sedangkan tanda psikis berupa sulit tidur,
mudah cemas, mudah tersinggung, gairah hidup menurun dan merasa sudah tidak
berarti lagi. Faktor pemicu degenerasi sel antara lain adalah faktor genetis,
defisiensi nutrisi dan cedera pada sel.

1.2. Tujuan
Umum : Dapat mengetahui proses degenerasi
Khusus :
1. Mengetahui pengertian degenerasi
2. Mengetahui penyebab degenerasi
3. Mengetahui manifestasi degenerasi

1.3 Sistematika Penulisan

Untuk memahami lebih jelas dalam penyampaian makalah ini, maka materi-
materi yangdisampaikan dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. BAB I PENDAHULUAN
2. BAB II TINJAUAN TEORI
3. BAB III PENUTUP
4. DAFTAR PUSTAKA
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. DEFINISI

Degenerasi merupakan suatu perubahan keadaan secara fisika dan kimia


dalam sel, jaringan atau organ yang bersifat menurunkan efisiensinya. Jika stimulus
berbahaya terlewati tanpa memberikan kerusakan tetap pada system enzim, sel dapat
memperoleh kembali fungsi normalnya, tetapi jika tidak mereka akan mati dan
membentuk nekrosis.

Degenerasi dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu pembengkakan sel dan
perubahan perlemakan. Pembengkakan sel timbul jika sel tidak dapat mengatur
keseimbangan ion dan cairan yang menyebabkan hidrasi sel. Sedangkan perubahan
perlemakan bermanifestasi sebagai vakuola-vakuola lemak didalam sitoplasma dan
terjadi karena hipoksia atau bahan toksisk. Perubahan perlemakan dijumpai pada sel
yang tergantung pada metabolism lemak seperti sel hepatosit dan sel miokard.

2.2 PENYEBAB DEGENERATIF

Jejas sel merupakan keadaan dimana sel beradaptasi secara berlebihan atau
sebaliknya, sel tidak memungkinkan untuk beradaptasi secara normal. Dibawah ini
merupakan penyebab-penyebab dari jejas sel :

1. Kekurangan oksigen
2. Kekurangan nutrisi/malnutrisi
3. Infeksi sel
4. Respons imun yang abnormal/reaksi imunologi
5. Faktor fisik (suhu, temperature, radiasi, trauma, dan gejala kelistrikan)
dan kimia (bahan-bahan kimia beracun)
6. Cacat/kegagalan genetic
7. Penuaan
Berdasarkan tingkat kerusakannya, jejas sel dibedakan menjadi dua kategori
utaa,yaitu jejas reversible (degenerasi sel) dan jejas irreversible (kematian sel).
Contoh degenerasi sel ialah mola hidatidosa termasuk jejas sel yang reversible yaitu
apabila penyebabnya dihilangkan organ atau jaringan bisa berfungsi normal. Sel
dapat cidera akibat sebagai stressor. Cidera terjadi apabila stressor tersebut melebihi
kapasitas adaptif sel.
Selain jejas sel, proses degenerative ini juga bisa disebabkan karena gaya
hidup yang salah seperti :
1. Merokok
2. Konsumsi alcohol yang berlebih
3. Kurang aktivitas fisik
4. Kurang konsumsi serat
5. Konsumsi padat energy
6. Obesitas
7. Makan makanan yang berlemak, junk foods

2.3 PROSES DEGENERATIF

Terjadinya kerusakan terhadap jaringan atau organ tubuh yang disebabkan


oleh penggunaan seiring dengan usia maupun karna gaya hidup yang tidak sehat. Dan
bisa terjadi pula karena penurunan fungsi salah satu atau beberapa organ tubuh yang
sangat rentan dialami oleh orang berusia lanjut.
2.4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DEGENERATIF

1. Pola hidup
2. Pola makan
3. Aktivitas fisik
4. Lingkungan
5. Mutasi gen
6. Keturunan

2.5. PENYAKIT DEGENERATIF

2.5.1. Stroke

Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak


terputus akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah sehingga terjadi
kematian sel-sel pada sebagian area diotak. Stroke adalah kondisi kesehatan
yang serius yang membutuhkan penanganan cepat.

Otak dapat berfungsi dengan baik jika pasokan oksigen dan nutrisi
yang disediakan darah mengalir dengan baik. Jika pasokan darah terhambat,
otak akan rusak, bahkan seseorang yang terkena stroke akan meninggal.

Jenis stroke jika dilihat dari penyebabnya dibagi menjadi dua, yaitu
stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke iskemik terjadi jika pasokan
darah berhenti akibat gumpalan darah dan stroke hemoragik terjadi jika
pembuluh darah yang memasok darah ke otak pecah.

1. Tanda dan gejala


a) Rasa bebal atau mati rasa mendadak atau kehilangan rasa dan lemas pada
muka, tangan atau kaki, terutama pada satu bagian tubuh.
b) Rasa bingung yang mendadak, sulit bicara atau sulit mengerti.
c) Cara bicara penderita tidak jelas atau kacau, bahkan ada juga penderita
yang tidak bisa bicara sama sekali walau meskipun terlihat sadar.
d) Mata dan mulut pada salahsatu sisi wajah penderita terlihat turun.
e) Satu mata atau kedua mata mendadak kabur.
f) Mendadak sukar berjalan, terhuyung, dan kehilangan keseimbangan.
g) Mendadak merasa pusing dan sakit kepala tanpa diketahui penyebabnya.
h) Lengan penderita mengalami kelumpuhan sehingga mereka tidak mampu
mengangkat salah satu atau bahkan kedua lengannya.

2. Pencegahan
a) Berolahraga secara teratur dan terukur
b) Makan makanan bergizi dan sehat, tidak mengonsumsi minuman keras
secara berlebihan, tidak merokok, dan hindari atau atasi stress.
c) Jaga pola makan
d) Konsumsi garam yang baik adalah sebanyak 6gr atau 1 sdt/hari
e) Aktivitas aerobic
f) Tidak merokok
g) Hindari konsumsi minuman keras

3. Komplikasi
1) Aritmia (detak jantung tidak beraturan) dan infark miokardial (kematian
sel-sel jantung)
2) Pneumonia dan edema paru
3) Disfagia (kesulitan menelan)
4) Thrombosis vena
5) Infeksi saluran kemih, tidak dapat menahan kencing (inkontinensia urine),
disfungsi seksual
6) Perdarahan pada saluran cerna
7) Mudah jatuh sehingga berisiko mengalami patah tulang
8) Depresi

4. Metode pengobatan
Pengobatan stroke tergantung dari jenisnya, stroke iskemik atau
hemoragik. Pengobatan juga disesuaikan pada area otak mana stroke terjadi.
Pada umumnya, stroke diobati dengan obat-obatan, termasuk obat pencegahan
untuk menurunkan tekanan darah, menurunkan tingkat kolesterol, dan
menghilangkan pembekuan darah. Dalam beberapa kasus, operasi diperlukan
untuk memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh stroke hemoragik atau
menghilangkan lemak di arteri.

5. Patofisiologi
1. Stroke Iskemik

Dibagi menjadi dua yaitu: vaskuler dan metabolisme.

a) Iskemia disebabkan oleh oklusi vaskuler. Oklusi vaskuler yang


menyebabkan iskemia ini dapat disebabkan oleh emboli, thrombus,
flag dan penyebab lainnya. Iskemia menyebakan hipoksia dan
kematian jaringan otak. Oklusi vaskuler yang terjadi menyebakan
terjadinya tandan dan gejala pada stroke iskemik yang muncul
berdasarkan lokasi terjadinya iskemia. Sel-sel pada otak akan mati
dalam hitungan menit dari awal terjadinya oklusi. Hal ini berujung
pada onset struk yang tiba-tiba.
b) Gangguan metabolisme
Kerusakan pompa natrium yang meningkatkan kadar natrium dalam
sel. Hal ini menyebabkan air tertarik masuk kedalam sel dan berujung
pada kematian sel akibat uedem sitotoksik. Selain pompa natrium
kalium, pertukaran natrium dan kalsium juga terganggu. Gangguan ini
menyebabkan influx kalsium yang melepaskan berbagai neuro
transmiter dan pelepasan glutamat yang memperparah iskemia serta
mengaktifasi enzim degradatif. Kerusakan sawar darah otak juga
terjadi, disabkan oleh kerusakan pembuluh darah oleh proses diatas,
yang menyebabkan masuknya air kedalam rongga ekstra sel yang
berujung pada edema. Hal ini terus berlanjut hingga 3-5 hari dan
sembuh beberapa minggu kemudian. Setelah beberapa jam, sitokin
terbentuk dan terjadi imflamasi
Akumulasi asam laktat pada jaringan otak bersifat neurotoksik dan
berperan dalam perluasan kerusakan sel. Hal ini terjadi apabila kadar
glukosa darah otak tinggi sehingga terjadi peningkatakan glikolisis
dalam keadaan iskemia.
Stroke iskemi dapat berubah menjadi stroke himoragik. Pendarahan
yang tidak selalu menyebabkan defisit neurologi. Defisit neurologic
terjadi apabila pendarahan yang terjadi luas. Hal ini dapat disebabkan
oleh rusaknya sawar darah otak, sehingga sel darah merah
terekstravasasi dari dinding kapiler yang lemah.

2.Stroke hemoragik

Dibagi menjadi perdarahan intraserebral dan pendarah subaraknoit.

a) Pendarahan Intraserebral
Pada perdarahan intrasebral, perdarahan masuk kedalam parenkim
otak akibat pecahnya arteri penetrans yang merukan cabang dari
pembuluh darah superfisial dan berjalan tegak lurus menuju parenkim
otak yang di bagian distalnya berupa anyaman kapiler. Hal ini dapat
disebabkan oleh daitheis perdarahan dan penggunaan antikoagulan
seperti heparin, hipertensi kronis, serta aneurisma.
Masuknya darah kedalam parenkim otak menyebabkan terjadinya
penekanan pada bagian otak seperti serebelum, batang otak, dan
thalamus. Darah mendorong struktur otak dan merembes sekitarnya
melalui ventrikel atau ke rongga subarachnoid yang akan bercampur
dengan serebrosspinal dan akan merangsang meningen. Hal ini
menyebabkan peningkatan tekanan intracranial yang menimbulkan
tanda dan gejala seperti nyeri kepala hebat, papil edema dan mudah
muntah proyektil.

b). Perdarahan subarachnoid


Perdarahan ini terletak pada daerah ganglia basalis, pons, cerebellum,
dan thalamus. Perdarahan ganglia basalis sering luas sehingga
mengenai kapsula interna dan kadang-kadang struktur kedalam
ventrikel lateral lalu menyebar melalui system ventrikuler kedalam
rongga subarachnoid.

2.5.2 Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi kronis ketika
tekanan pada dinding arteri (pembuluh darah bersih) meningkat. Kondisi ini
dikenal sebagai pembunuh diam-diam karena jarang memiliki gejala yang
jelas. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah seseorang memiliki
hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah.
1. Penyebab
a. Usia. Semakin bertambah usia seseorang semakin berkurang elastisitas
pembuluh darahnya sehingga tekanan darah di dalam tubuh akan
mengalami kenaikan dan dapat melebihi batas normal
b. Keturunan. Orang yang mempunyai tekanan darah tinggi atau
hipertensi ada kemungkinan dapat menurunkan kepadan anaknya.
c. Jenis kelamin. Pria yang berusia 45 tahun lebih berisiko terkenan darah
tinggi ketimbang wanita. Sementara itu wanita yang berusia diatas 65
tahun lebih berisiko terkena penyakit ini.
d. Olahraga. Orang yang tidak pernah melakukan berbagai olahraga
e. Pola makan. Seseorang yang sering mengonsumsi makanan-makanan
yang mempunyai kadar lemak tinggi akan berisiko terkena hipertensi.
f. Minum alcohol. Minuman beralkohol akan meningkatkan kadar
trigliserida dalam darah.
g. Stress. Orang yang sering mengalami stress biasanya tekanan darahnya
akan menjadi naik.
2. Tanda dan gejala
a. Sakit kepala, pusing yang sering dirasakan akibat tekanan darah naik
melebihi batas normal
b. Wajah akan menjadi kemerahan
c. Detak jantung berdebar-debar
d. Sulit berkonsentrasi
e. Sering mudah mengalami kelelahan saat melakukan aktivitas
f. Mimisan
g. Gejala hipertensi yang parah dapat menyebabkan seseorang mengalami
vertigo
h. Orang yang mempunyai darah tinggi biasanya akan sensitive dan
mudah marah terhadap hal-hal sepele yang tidak disukainya
3. Pencegahan
Untuk menghindari terjadinya hipertensi dapat dilakukan hal-hal seperti :
a. Pola hidup sehat
Dengan memilih makanan yang sehat dan bergizi. Kurangi asupan
makanan yang banyak mengandung garam, terutama pada seseorang yang
sudah terkena hipertensi.
b. Kurangi garam
Pengurangan konsumsi garam juga dapat menurunkan tekanan darah
hingga 8 mmHg. Oleh karena itu, dianjurkan untuk mengurangi konsumsi
garam dalam makanan sehari-hari.
c. Berhenti merokok
Merokok dapat mempercepat proses pengerasan pembuluh darah. Oleh
Karena itu, berhenti merokok merupakan salah satu upaya untuk mengubah
gaya hidup sehat dan melakukan pencegahan hipertensi.
d. Olahraga
Jika seseorang menderita tekanan darah tinggi, dianjurkan untuk
melakukan olahraga ringan seperti jalan kaki, bersepeda, lari santai, dan
berenang. Lakukan selama 30-45 menit sehari, sebanyak 3 kali seminggu.

4. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
AngiotensinII dari Angiotensin I conferting enzyme (ACE). ACE
memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah
mengandung Angiotensinnogen yang diproduklsi di hati. Selanjutnya
hormone renin (diproduksi dalm ginjal akan diubah menjadi Angiotensin I
. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru. Angiotensin I diubah menjadi
Angiotensin II . Angiotensin II inilah memegang peranan penting dalam
menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah
meningkatkan sekresi hormone antidiuretic (ADH) dan rasa haus. ADH
diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitary) dan bekerja pada ginjal
untuk mengatur osmolaritas dan volume urine. Dengan meningkatnya
ADH sama sedikit urine yg dieksresikan diluar tubuh (Antidiuresis),
sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolaritasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ektraselluler akan ditingkatkan dengan
cara menarik cairan dari bagian intraselluler. Akibatnya, volume darah
meningkat dan pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
2.5.3. Osteoporosis
Istilah osteoporosis menjadi terminologi kedokteran pertama kali pada
Abad ke-19 di Prancis dan Jerman. Istilah tersebut mendeskripsikan porositas
penampakan histologis tulang manusia lanjut usia. Sebelumnya, publikasi dari
Sir Astley Cooper meyakinkan bahwa fraktur tipe tertentu terjadi akibat
penurunan massa atau kualitas tulang terkait usia.
Berdasarkan penyebabnya osteoporosis dibagi menjadi osteoporosis primer &
osteoporosis sekunder. Osteoporosis primer terjadi pada lanjut usia,
penurunan kuantitas hormon seks merupakan salah satu faktor penting
penyebab pengeroposan tulang, osteoporosis sekunder dapat ditemukan pada
usia muda dan tua sebagai konsekuensi penyakit atau efek dari terapi,
penyebab osteoporosis sekunder adalah hiperkortisolisme.

1. Faktor osteoporosis
a. Umur
b. Jenis kelamin wanita
c. Merokok
d. Alcohol
e. Inaktifitas
f. Asupan kalsium rendah

2. Penyebab
a. Osteoporosi primer
Diakibatkan oleh penuaan dan menopause.
b. Osteoporosis sekunder
Diakibatkan oleh penyakit dasar (tuberculosis tulang dan diabetes
mellitus 1) maupun pengguanaan obat-obatan yang berpotensi
meningkatkan kerapuhan tulang (pengguanaan kortikosteroid jangka
panjang dan antikonfulsan.
3. Pencegahan
a. Konsumsi makanan yang banyak mengandung kalium dan vitamin K
untuk mencegah kalsium dalam tulang tidak berkurang, dan makan
kedelai untuk mempertahankan kepadatan tulang.
b. Konsumsi kalsium dan vitamin D yang dibutuhkan setiap hari.
Kalsium penting untuk membangun kekuatan tulang.
c. Olahraga secara teratur untuk menjaga kesehatan tulang,
meningkatkan stamina, kekuatan postur tubuh, mencegah keroposnya
tulang.
4. Patofisiologi
Patofiologi osteoporis berkaitan dengan perubahan kepadatan dan
kekuatan tulang akibat ketidakseimbangan pembentukan dan reabsorbsi. Hal
ini ditentukan oleh aktivitas osteoblast untuk membentuk tulang dan aktivasi
osteoklas untuk resorpsi tulang. Ketidakseimbangan proses berupa
peningkatan resorpsi hingga melebihi pembentukan tulang dalam jangka
panjang akan menyebabkan osteoporosis.
5. Pengobatan osteoporosis
Cara paling efektif untuk mencegah osteoporosis adalah dengan
mengonsumsi obat yang diresepkan seperti obat-obatan seperti :
a. Bifosfat : alendronate, ibandronate, risedronate, zoledronic acid
b. Antibodi : denosumab

2.5.3. Penyakit jantung bawaan

Penyakit jantung bawaan adalah kelainan pada struktur jantung yang


sudah dialami sejak lahir. Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan [ada
aliran darah kejantung, sehingga dapat membahayakan nyawa. Penderita
penyakit jantung disarankan untuk memantau kondisi jantungnya seumur
hidup, walaupun sudah pernah di obati saat masih kecil. Hal ini dilakukan
untuk menditeksi apabila terdapat gejala atau tanda-tanda yang
membahayakan sejak dini.

1. Penyebab
Terdapat beberapa factor penyebab yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya penyakit ini, diantaranya:
a. Genetika
Oenyakit yang diturunkan dari salah satu atau kedus orang tua,
maupun dari anggota keluarga lainnya. Penyakit jantung bawaan
dialami sejak lahir.
b. Diabetes
Sebanyak 3-6% wanita yang menderita diabetes tipe1 dan 2 lebih
beresiko melahirkan bayi dengan kelainan jantung, khususnya pada
bagian arteri. Hal ini terjadi dikarenakan terjadinya kadar insulin
dalam darah
c. Alkohol
Wanita hamil yang mengonsumsi minuman alkohol berlebih
berpotensi melahirkan bayi dengan kelainan struktur arteri atau
ventriklel jantung. Selain itu, paparan alkohol yang terdapat pada
kosmetik seperti cat dan pembersih kuku, atau pada lem serta produk
lainnya, juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini.
d. Flu
Meskipun penjelasannya secara medis belum dipastikan, terdapat
beberapa kasus dimana wanita hamil yang mengalami flu pada
trimester pertama, dua kali lebih berisiko melahirkan bayi dengan
kelainan jantung. Dalam hal ini, vaksinasi flu sangat disarankan.

e. Infeksi rubella atau campak Jerman


Infeksi virus ini berisiko membahayakan pertumbuhan janin jika
dialami oleh wanita yang hamil pada 8-10 minggu pertama kehamilan,
termasuk organ jantung.
f. Merokok
Enam puluh persen kasus bayi dengan penyakit jantung bawaan dipicu
oleh kandungan rokok yang dapat mempengaruhi perkembangan janin
dalam kandungan.
g. Obat-obatan
Obat antikejang, obat anti jerawat, dan ibuprofen yang dikonsumsi
tanpa petujuk dokter dapat membahayakan pertumbuhan janin,
khususnya pada trimester pertama kehamilan.

2. Manifestasi klinis
Terdapat berbagai macam gejala yang dapat terlihat atau dirasakan pada
penyakit jantung bawaan, tergantung jenis dan berat ringannya kelainan,
antara lain:

a. Mengeluarkan keringat berlebihan.


b. Mudah lelah.
c. Tidak nafsu makan.
d. Berat badan menurun.
e. Kesulitan berolahraga atau melakukan aktivitas tertentu.
f. Detak jantung yang tidak beraturan (aritmia)
g. Napas terasa cepat dan pendek.
h. Terasa sakit pada dada.
i. Sianosis atau kulit menjadi kebiruan.
j. Kelainan bentuk ujung jari dan kuku yang dikenal dengan jari tabuh
(clubbing fingers).
k. Pembengkakan pada jaringan atau organ tubuh (edema).
3. Komplikasi

Meski sudah menjalani pengobatan, penderita penyakit jantung bawaan


berpotensi mengalami komplikasi, seperti:

a. Pertumbuhan yang lambat


Seperti kesulitan berbicara, berjalan, menggerakan tubuh, berkonsentrasi,
dan bertindak.
b. Infeksi saluran pernapasan dan jantung
Seperti pneumonia, endoarditis, dan masalah pada katup jantung.
c. Aritmia
Kondisi ini terjadi akibat aliran listrik jantung yang tidak berfungsi dengan
baik dan mengakibatkan denyut jantuk tidak beraturan. Kondisi ini juga
dapat memicu kematian mendadak jika tidak bisa ditangani.
d. Gagal Jantung
Kondisi ini terjadi akibat jantung yang tidak mampu memompa darah ke
organ tubuh lainnya. Gagal jantung juga dapat memicu kondisi-kondisi,
seperti hipertensi pada jantung atau paru-paru serta penyakit jantung
koroner.
e. Pembekuan darah
Kondisi ini dapat menyebabkan aliran darah menuju paru-paru atau otak
tersumbat dan memicu penyakit lain, seperti emboli paru atau stroke.
BAB III
PENUTUP

2.6. KESIMPULAN
Degenerasi merupakan suatu perubahan keadaan secara fisika dan kimia
dalam sel, jaringan atau organ yang bersifat menurunkan efisiensinya.
Jejas sel merupakan keadaan dimana sel beradaptasi secara berlebih atau
sebaliknya, sel tidak memungkinkan untuk beradaptasi secara normal.
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang menyebabkan terjadinya
kerusakan atau penghacuran terhadap jaringan atau organ tubuh. Misalnya
diabetes militus tipe 2, osteoporosis, dan lain sebagainya.

2.7. SARAN
Degenerasi merupakan suatu bentuk kerusakan sel sebagai akibat dari
adanya kerusakan sel akut atau trauma, di mana kerusakan sel tersebut terjadi
secara tidak terkontrol. Oleh karena itu kita perlu memperhatikan makanan yang
akan kita konsumsi, menjaga aktivitas fisik serta selalu mengutamakan prilaku
sehat agar tidak menyebabkan timbulnya gejala-gejala degenerasi yang dapat
merusak sel dan berpotensi menimbulkan masalah kesehatan yang serius.
DAFTAR PUSTAKA
.

Janti S, Budi K, Andhy H, Bing D. 2003. Ilmu Patologi Buku Kedokteran. Jakarta :
EGC.

Prof. Dr. dr. ANIES, M.Kes, PKK . 2018. Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media

www.alodokter.com

doktersehat.com

Anda mungkin juga menyukai