Disusun Oleh :
Kelompok 2
Kepetrawatan Reguler A
Semester VI
Meski disususn secara maksimal, namun penulis sebagai manusia biasaynya menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membantu penyusunan makalah ini.
Demikian apa yang penulis sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil manfaat dari
makalh ini. Atas kritik dan sarannya penulis menyampaikan terimakasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
1. Umum .................................................................................................................................
2. Khusus ................................................................................................................................
2.3 .................................................................................................................................................
2.4 .................................................................................................................................................
2.5 .................................................................................................................................................
2.6 .................................................................................................................................................
2.7 ................................................................................................................................................
2.8 .................................................................................................................................................
2.9 .................................................................................................................................................
PENDAHULUAN
Pengobatan komplementer merupakan suatu fenomena yang muncul saat ini diantara
banyaknya fenomena-fenomena pengobatan non konvensional yang lain, seperti pengobatan
dengan ramuan atau terapi herbal, akupunktur, dan bekam. Definisi CAM (Complementary
and Alternative Madacine) suatu bentuk penyembuhan yang bersumber pada berbagai
system, modalitas dan praktek kesehatan yang didukung oleh teori dan kepercayaan
(Hamijoyo, 2003)
Masyarakat luas saat ini mulai beralih dari pengobatan modern (Medis) ke pengobatan
komplementer, meskipun pemgobatan modern juga sangat popular di perbincangkan di
kalangan masyarakat, sebagai contoh banyak masyarakat yang memilih mengobatkan
keluarga mereka yang patah tulang ke pelayanan non medis (sangkal putung) dari pada
mengobatkan ke Rumah Sakit ahli tulang. Sakit adalah suatu alasan yang paling umum untuk
mencari pengobatan demi memperoleh kesembuhan. Hal ini dibuktikan di salah satu Negara
modern (Israel), dimana dalam subuah penelitian tentang penggunaan klinik pengobatan
komplementer untuk pengobatan nyeri. Di negara tersebut ada 395% terlihat warga yang
mengunjungi klinik pengobatan komplementer, 69 pasien (46,6%) dengan nyeri punggung,
nyeri lutut 65 (43,9%), dan 28 (32,4%) lainnya nyeri tungkai (Peleg, 2011).
Menurut World Health Organization (WHO, 2003) dalam Lusiana (2006), Negara-negara
di Afrika, Asia, dan Amerika Latin menggunakan obat herbal sebagai pelengkap pengobatan
primer yang mereka terima. Bahkan di Afrika sebanyak 80% dari populasi menggunakan
obat herbal untuk pengobatan primer (WHO, 2003). Bahkan (WHO) merekomendasikan
penggunaan obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat,
pencegahan, dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis, penyakit
degenerative, dan kanker. WHO juga mendukung upaya-upaya dalam peningkatan keamanan
dan khasiat dari obat tradisional.
Diantara banyaknya masyarakat yang memilih menggunakan pengobatan komplementer
saat ini, ada beberapa alasan yang menyebabkan mereka takut untuk menggunakan
pengobatan komplementer ialah pengalaman berobat di kedokteran yang tidak kunjung
sembuh, banyaknya pengobatan modern yang gagal, pengobatan komplementer lebih murah
dibandingkan dengan pengobatan modern. Kepercayaan terhadap pengobatan komplementer
bahkan budaya juga dapat mempengaruhi anggapan tersebut. Hal ini senada dengan Undang-
undang No. 36 tahun 2009, pasal 59 menyatakan berdasarkan cara pengobatannya, pelayanan
kesehatan tradisional terbagi menjadi pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan
keterampilan dan pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan ramuan.
Tanaman dapat menghasilkan metabolit sekunder yang memiliki banyak khasiat dalam
mengatasi berbagai penyakit (Heinrich et al, 2012). Kemampuan tanaman dalam mengatasi
berbagai penyakit disebabkan adanya efek sinergisme antar senyawa metabolit sekunder.
Selain itu, senyawa metabolit sekunder memiliki polivalent activity, sehingga
memungkinkan mengatasi berbagai penyakit (Bone & Mills, 2013). Obat tradisional yang
digunakan oleh masyarakat yang ada dibeberapa daerah di Indonesia sangat beragam.
Masyarakat disuatu daerah tertentu memiliki obat tradisional yang berbeda dengan
masyarakat daerah lainnya, hal ini dikarenakan keanekaragaman hayati yang terdapat
dilingkungan tempat mereka hidup serta kearifan lokal yang mereka miliki menjadi penyebab
munculnya bermacam-macam produk budaya.
2. Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan yang berkaitan dengan “Penggunaan Obat-Obat Herbal”
pada mahasiswa yang lain, yaitu :
a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian terapi komplementer
b. Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi terapi komplementer
c. Mahasiswa mampu menjelaskan
d. Mahasiswa mampu menjelaskan
e. Mahasiswa mampu menjelaskan
f. Mahasiswa mampu menjelaskan
g. Mahasiswa mampu menjelaskan
h. Mahasiswa mampu menjelaskan
i. Mahasiswa mampu menjelaskan
TINJAUAN TEORI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terapi adalah usaha untuk memulihkan
kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit, perawatan penyakit. Komplementer
adalah bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan. Pengobatan komplementer dilakukan
dengan tujuan melengkapi pengobatan medis konvensional dan bersifat rasional yang tidak
bertentangan dengan nilai dan hukum kesehatan di Indonesia. Standar praktek pengobatan
komplementer telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer adalah
pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan, sehingga
untuk Indonesia jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan
pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang
sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu
negara.
Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam sistem pengobatan
dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara umum tidak menjadi bagian dari
pengobatan konvensional (Widyatuti, 2012).
BAB III
JURNAL
BAB IV
SOP
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Masyarakat Indonesia sudah mengenal adanya terapi tradisional seperti jamu yang
telahberkembang lama. Kenyataannya klien yang berobat di berbagai jenjang pelayanan
kesehatan tidak hanya menggunakan pengobatan Barat (obat kimia) tetapi secara mandiri
memadukan terapi tersebut yang dikenal dengan terapi komplementer.
Perkembangan terapi komplementer atau alternatif sudah luas, termasuk didalamnya
orang yang terlibat dalam memberi pengobatan karena banyaknya profesional kesehatan dan
terapis selain dokter umum yang terlibat dalam terapi komplementer. Hal ini dapat
meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan melalui penelitian-penelitian yang dapat
memfasilitasi terapi komplementer agar menjadi lebih dapat dipertanggungjawabkan.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA