Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FARMAKOLOGI

TENTANG PERAN PERAWAT SEBELUM, SAAT, DAN


SETELAH PEMBERIAN OBAT YANG MEMPENGARUHI
DARAH, LARUTAN ELEKTROLIT, NUTRISI, LARUTAN
DIALISIS DAN NAPZA

DISUSUN OLEH :
1. Alena Putri (1914490101)
2. Diana Agustina (191440105)
3. Getti Pratiwi (191440111)
4. Henny Nopianti (191440114)
5. Intan Permatasari (191440115)
6. Rio Anggara Pratama (19144031)
7. Rori Reviza (19144034)

Dosen Pembimbing : Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH (T)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PANGKALPINANG
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat-Nya lah kami akhirnya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
“Peran Perawat Sebelum, Saat, dan setelah Pemberian Obat yang Mempengaruhi
Darah, Larutan Elektrolit, Nutrisi, Larutan Dialisis, dan NAPZA” ini dengan baik
dan tepat waktu.

Meskipun kami berhasil menyelesaikan makalah ini dengan baik, kami


menyadari bahwa masih ada kekurangan serta kekeliruan di dalam makalah ini,
sehingga kami akan sangat terbuka dengan kritik, saran serta masukan dari
berbagai pihak. Akhir kata kami juga berharap agar makalah ini sangat
bermanfaat bagi para pembaca guna menambah wawasan bagi pembaca.

Pangkalpinang, 10 Maret 2020

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat-obatan yang aman,
perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan
mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis
yang diberikan diluar batas yang direkomendasikan. Secara hukum perawat
bertanggung jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya
tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan
klien. Sekali obat telah diberikan, perawat bertanggung jawab pada efek obat yang
diduga akan terjadi.
Daftar Obat Indonesia (DOI), Physicians’ Desk Reference (PDR), dan
sumber daya manusia, seperti ahli farmasi, harus dimanfaatkan perawat jika
merasa tidak jelas mengenai reaksi terapeutik yang diharapkan, kontraindikasi,
dosis, efek samping yang mungkin terjadi, atau reaksi yang merugikan dari
pengobatan. Sebelum sesuatu obat diberikan atau dikonsumsi seseorang, obat
telah melalui berbagai proses antara lain proses penyediaan, pengolahan,
pengijinan, perdagangan, pengorderan, pembelian dan pemakaian. Pada aspek
pemberian obat, perawat harus yakin tentang order pengobatan yang dibuat oleh
dokter sehingga tidak terjadi tumpang tindih kewenangan dan pelaksanaannya.

1.2. Rumusan Maslah

1.3. Tujuan

3
BAB II
PEAMBAHASAN

2.1 Obat-obat yang mempengaruhi darah


3 Kelainan darah yang penting
 Trombosis
 Perdarahan
 Anemia
Respon normal terhadap trauma vaskular
1. Pembentukan bekuan
Memerlukan aktivasi trombosit, agregasi yang diikuti pembentukan
trombin. Trombosit memberikan respon vaskular karena proses aktivasi,
menyangkut 3 tahap, adesi pada sisi luka, pelepasan granul intraseluler,
agregasi trombosit. Secara normal trombosit berbentuk tidak aktif.
Trombosit tidak aktif rangsangan menjadi trombosit bentuk aktif
mengalami modifikasi perubahan morfologik dan dalam ekspresi protein
daan reseptor sel.
Contoh: trombosit menempel pada kolagenyang terbuka dala lapisan sub
endotel dapembuluh darah yang luka, trombosit melepaskan granul yang
mengandung mediator kimia, memantau agregasi trombosit dan
pembentukan bekuan (terdiri dari trombosit yang hancur, neutrofil, dan
monosit yang menghentikan perdarahan secara cepat). Stimulasi lokal dari
proses koagulasi (pada jaringan yang luka) menghasikan trombin, trombin
mengubah fibrinogen menjadi fibrin, fibrin berikatan silang dan
memantapkan bekuan dan membentuk suatu sumbatan hemostatik. Trombi
dan emboli dapat menyumbat pembuluh darah dan jaringan kekurangan
makanan dan oksigen

2. Fibrinolisis
Selama pembentukan bekuan trombosit,reaksi fibrinolitik secara lokal
dirangsang. Plasminogen diubah menjadi plasmin, plasmin akan
menganggu tebentuknya bekuan dan mencairkan jaringan fibrin sementara
luka membaik. Ezim fibrinolitik digunakan untuk pengobatan infark
miokard atau emboli paru.
Sinyal kimiawi yang mamacu agregasi trombosit
 Penurunan kadar prostasiklinSel endotel yang rusak
menghasilkanprostasiklin lebih sedikit
 Kolagen terekspos
 Peningkatan sintesis tromboksan
Koagulasi darah

4
 Proses koagulasi membentuk trombinmelalui dua jalur (estrinsik/faktor
VII danintrinsik/faktor XII)
 Kedua faktor tersebut melaui reaksienzimatik mengubah protrombin
menjaditrombin
 trombin mengubah fibrinogenmenjadi fibrin
 Trombin juga mengaktifkan faktor XIII yangmembuat fibrin menjadi tidak
larut
 Jika trombin tidak tebentuk maka tidakterjadi koagulasi
Penghambat agregasi trombosit
1. Aspirin
Menghambat sistesis tromboksan A2 dari asam arakidonat dalam
trombosit dan inhisibi siklooksigenase. Supresi agregasi trombosit
berlangsung selama kehidupaan trombosit. Untuk mengurangi infark
miokard berulang, untuk mengurangi iskemik serebral. Waktu perdarahan
diperpanjang menyebabkan komplikasi (stroke hemoragik dan perdarahan
GI, terutama pada dosis tinggi).
2. Tikoplidin
Menghambat jalan ADP yang ikut dalam pengikatan trombosit menjadi
fibrinogen. Obat dapat menyebabkan perdarahan yang lama, efek samping
serius neutropenia. Obat terakhir pada [asien yang tidak dapat
menggunakan aspirin.
3. Dipiridamol
Vasolidator koroner untuk mencegah angina pektoris. Bersama dengan
warfarin, efektif menghambat embolisasi katup jantung prostetik.
Anti koagulan
1. Heparin
Anti koagulan suntikan, kerja cepat dansering digunakan untuk keadaan
daruratpenghambat pembentukan trombus. Heparin dalam keadaan normal
terdapat sebagai kompleks makromolekul bersama histamin dalam sel
mast. Zat ini diekstrak untuk keperluankomersil dari usus sapi atau babi
Mekanisme kerja heparin
a. Terikat pada antitrombin III
b. perubahanbentuk yang memudahkan antitrombinmenyatu dan
menghambat trombin
c. Pemberian jangka panjang menyebabkanpenurunan aktivitas antirombin
III
d. meningkatan resiko trombosis
Kegunaan terapi
a. Heparin digunakan untuk enbolisme paru
b. menurunkan rsiko tromboembolik berulang
c. pencegahan trombosis vena pasca bedah elektif dan penderita infark
miokard akut

5
d. digunakan saat penggunaan alat ekstrakorporeal untuk mencegah
trombosis
e. antikoagulan pilihan pada wanita hamil dengakatup jantung prostetik
atau tromboembolisme vena karena tidak melewati plasenta
Farmakokinetik heparin
a. Diberikan parenteral secara sc atau iv
b. Waktu paruh diperpanjang pada pasiensirosis hati dan insufisiensi
ginjal
Efek samping
1. Komplikasi perdarahan
2. Reaksi hipertensif
3. Trombositopeni
4. Kontraindikasi (heparin tidak boleh di berikan kepada pasien pecandu
alkohol, bedah otak, mata atau medula spinalis).
2. Warfarin
Bekerja dengan menghasilkan faktor pembentukan darah yang tidak aktif.
Diberikan secara PO. Efek samping gangguan perdarahan.
Obat Trombolitik
Penyakit trombolitik akut pada pasien dapat diobati dengan obat yang
mengaktifkan konversi plasminogen menjadi plasmin. Contoh : alteplase,
streptokinase, anistreplase, urokinase.
1. Alteplase
Aktivator plasminogen, suatu protease serinyang berasal dari kultur sel
melanomamanusia (sekarang didapat dari tekonologi DNA
rekombinan). Afinitas rendah tehadap plasminogen bebas, cepat
mengaktifkan plasminogen yang terikat fibrin. Untuk pengobatan infark
miokard,embolisme paru, stroke iskemik akut. Efek samping:
perdarahan GI dansrebrospinal
2. Streptokinase
Mekanisme kerja: membentuk kompleks aktif dengan plasminogen
mengubah plasminogen bebas menjadi plasmin aktif. Menghidrolisis
sumbatan fibrin. Mengkatalisis degradasi fibrinogen. Digunakan untuk
terapi embolisme paruakut, infark miokard (diberikan 4 jam setelah
serangan dan diinfus untuk 1 jam), trombosisarteri. Efek samping:
gangguan perdarahan dan hipersensitivitas
3. Anistreplase
Memperbaiki kinetik kompleks sterptokinase-plasminogen. Waktu
paruh lebih panjang dari strepkinase. Efek samping perdarahan.
4. Urokinase
Enzim yang langsung dapat menguraikan fibrin dan fibrinogen. Harga
lebih mahal dari streptokinase dan digunakan pada pasien yang tidak

6
dapat menggunakannya. Untuk terapi emboli paru dan trombosis vena.
Efek samping perdarahan.
Obat untuk mengatasi perdarahan
Masalah perdarahan mungki terjadi karenakondisi patologis (hemofilia)
atau keadaanfibrinolitik yang terjadi pasca bedah GIatau prostatektomi.
Contoh obat : Asam amino kaproat dan traneksamat (menghambat aktivasi
plasminogen), Protamin sulfat, Vitamin K (respon lambat)
Obat obatan untuk anemia
Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin plasma lebih
renda dari normal akibat penurunan jumlah sel darah merah yang beredar
atau total hemoglobin yang abnormal lebih rendah per unit volume darah.
Dapat disebabkan oleh: kehilangan darah kronis, peningkatan hemolisis,
infeksi, keganasan, defisiensi endokrin.
pengobatan
 Zat besi
 Asam folat
 Sianokobalamin
 Eritropoetin (glikoprotein yang dibuatoleh ginjal), mengatur proliferasi
eritrositdan diferensiasi dalam sumsum tulang. Efektif untuk
pengobatan anemia pasien ginjal stadium akhir, anemia pada pasien
HIV, dan anemia pasien kanker
2.2 Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Keseimbangan caira dan elektrolot berarti adanya distribusi yang normal
dari air tubuh total dan elektrolit kedalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah
satu terganggu maka akan berpengaruh padaa yang lainnya. Cairan Cairan
elektrolit tubuh dibagi dalam dua kelompok:
1. intraseluler (CIS)
Adalah cairan yang berada didalam sel diseluruh tubuh.
2. Cairan ekstraseluler (CES)
Adalah cairan yang berada diluar sel.
Jenis dan jumlah cairan tubuh:
 Fungsi cairan tubuh:
1. Sarana untuk mengangkut zat-zat makanan ke sel-sel
2. Mengeluarkan buangan-buangan sel
3. Membentuk dalam metabolism sel
4. Sebagai pelarut untuk elektrolit dan non elektrolit
5. Membantu memelihara suhu tubuh
6. Membantu pencernaan
7. Mempermudah eliminasi

7
8. Mengangkut zat-zat seperti (hormone, enzim, SDP, SDM)
 Komposisi cairan tubuh:
1. Air
Adalah senyawa utma dari tubuh manusia. Rata-rata pria dewasa
hampir 60% dari berat badannya adalah air dan rata-rata wanita
mengandung 55% air dari berat badannya.
2. Solute (terlalut)
Cairan tubuh mengandung dua jenis substrat terlalut (zat terlalut)
elektrolit dan non elektrolit. Elektrolit adalah Substansi yang
berdiasosiasi (terpisah) didalam larutan dan akan menghantarkan arus
listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif
a. Kation: ion-ion yang membentuk muatan positif dalam larutan.
Kation ekstaseluler utama adalah natrium (Na), sedangkan
kation intraseluler utama adalah kalium (K)
b. Anion: ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan.
Anion ekstaseluler utama adalah klorida (Cl), sedangkan anion
intraseluler utama adalah ion fosfat (PO43)
Non elektrolit adalah Substansi seperti glukosa dan urea yang tidak
berdisosiasi dalam larutan. Larutan non elektrolit lainnya yang secara
klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubun.
 Factor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit
1. Usia
2. Jenis kelemin
3. Sel-sel lemak
4. Stress
5. Sakit
6. Temperature lingkungan
7. Diet
 Jenis-jenis cairan infuse
1. Cairan hipotonik
Adalah osmolaritasnya lebih redang dibandungkan serum (konsentrasi
ion Na+ lebih randah dibandingkan serum. Cairan ini digunakan apda
keadaan sel mengalami dehidrasi misalnya pada pasien cuci darah
(dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglkemia (pada
gula dara tinggi) dengan ketoaksidosis diabetic.
2. Isotonic
Adalah osmoaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum
(bagian cair dari komponen darah) sehingga terus berada dipembuluh
darah. Bermanfaat bagi pasien yang mengalami hipervolemi
(kekurangan cairan tubuh sehingga tekanan darah terus terus menurun).
Memiliki resiko overload contohnya RL dan NaCL 0.9%.
3. Cairan hipertonik

8
Adalah osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum sehingga
menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel kedalam pembuluh
darah. Mampu menstabilkan tekanan dararh menstabilkan,
meningkatkan produksi urin, dan menguru edema (bengkaak).
 Tindakan untuk mengatasi masalah/gangguan kebutuhan cairan dan
elektrolit.
a. Pemberian cairan melalui per-oral atau intravena (infus)
Tindakan keperawatan ini dilakukan pada klien yang memerlukan
masukan cairan melalui intravena (infus). Pemberian infus dapat
diberikan pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan atau nutrisi
yang berat. Tindakan ini memerlukan kesterilan mengingat langsung
berhubungan dengan pembuluh darah.
b. Pemberian melalui infus dengan memasukan kedalam vena (pembuluh
darah pasien) diantara vena lengan (vena cefalisa basilica dan mediana
cubitti) atau vena yang ada dikepala seperti vena temporalis frontalis
(khususnya untuk anak-anak). selain pemberian infus pada pasien yang
mengalami pengeluaran cairan juga dapat dilakukan pada pasien
schock, intoksikasi berat, pra dan pasca bedah, sebelum tranfusi darah
atau pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu.
 Langkah atau Prosedur
a. Alat
1. Baki yang telah dialasi
2. Perlak dan pengalasnya
3. Pengalas (handuk kecil)
4. Bengkok
5. Tiang infus
6. Sarung tangan ( handskun)
7. Tourniquet
8. Kapas alcohol
9. Cairan infus yang diperlukan
10. Infus set
11. Abocat
12. Plester
13. Kasa steril
14. Gunting plester
15. Betadin
b. Persiapan pasien
1. Identifikasi pasien
2. Memberitahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
3. Menyiapkan lingkungan
4. Mengobservasi reaksi pasien
5. Pasang penutup tirai
6. Atur posisi pasien senyaman mungkin
7. Pasang perlak dan pengalasnya dibawah daerah yang akan dipasang
infus

9
c. Langkah –langkah
1. Mencuci tangan
2. Pakai sarung tangan
3. Gantungkan pletboth pada tiang infus
4. Bukan kemasan steril infus set
5. Atur klem rol sekitar 2-4 cm dibawah bilik drip dan tutup klem
yang ada pada saluran infus
6. Tusukan pipa saluran infus kedalam botol cairan dan tabung tetesan
diisi setengah dengan cara memencet tabung tetesan infuse
7. Buka klem dan alirkan cairan keluar sehingga tidak ada udara pada
selang infuse lalu tutup kembali (klem)
8. Cari dan pilih vena yang akan dipasang infuse
9. Letakan tourniquet 10-12 cm diatas tempat yang akan ditusuk
10. Disinfeksi daerah pemasangan dengan kapas alcohol 70% secara
sirkular
11. Tusukan jarum abocath ke vena dengan lubang jarum menghadap
keatas (bila berhasil darah akan keluar dan dapat dilihat dipipa
abocath
12. Dorong pelan–pelan abocath masuk kedalam vena, tarik pelan-
pelan jarum abocath sehingga semua pelastik abocath masuk semua
kedalam vena
13. Sambungkan segera abocath dengan selang infus
14. Lepaskan tourniquet dan longgarkan tourniquet untuk melihat
kelancaran tetesan sudah lancer, pangkal jarum direkatkan pada
kulit dengan plester(piksasi)
15. Atur tetesan sesuai dengan kebutuhan
16. Tutup tempat tusukan dengan kasa steril dan beri plester
17. Bereskan alat dan lepas sarung tangan
18. Cuci tangan
19. Dokumentasi tindakan yang sudah dilakukan
 Rumus menghitung tetes infus
1. Macro
Keterangan : 1cc = 20 tetes/menit
Tetes infuse macro
Tetes/menit = jumlah cairan x 20/lama infus x 60
Lama infus macro
Lama infus = ( jumlah cairan x 20) / (tetes/menit x 60)
2. Micro
Keterangan : 1cc = 60 tetes/menit
Tetes infus micro
Tetes/menit = (Jumlah cairan x 60) / (lama infus x 60)
Lama infus micro
Lama infus = ( jumlah cairan x 60) / ( tetes/menit x 60)

10
2.3 Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar manusia
yang sangat penting. Nutrisi sangat penting bagi manusia karena nutrisi
merupakan kebutuhan vital bagi semua makhluk hidup. Nutrisi itu sendiri
sangat bermanfaat bagi tubuh kita karena apabila tidak ada nutrisi maka tidak
ada gizi dalam tubuh kita. Sehingga bisa menyebabkan penyakit atau terkena
gizi buruk oleh karena itu kita harus memperbanyak nutrisi untuk tubuh kita.
Pemberian nutrisi pada orang sakit yang tidak mampu secara mandiri dapat
dilakukan dengan cara membantu memenuhinya melalui oral (mulut), enteral
(pipa lambung), atau parenteral, ketiga cara tersebutbertujuan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
1. Pemberian nutrisi melalui oral (mulut)
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan nutrisi per oral secara mandiri. Bisa dibantu oleh
keluarga pasien atau perawat itu sendiri.
2. Pemberian nutrisi melalui pipa lambung
Tindakan ini dilakukan pada pasien yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan nutrisi per oral atau adanya gangguan fungsi menelan. Tindakan
pemberian nutrisi melalui pipa lambung dapat dilakukan dengan
pemasangan pipa lambung terlebih dahulu, pada saat pipa tersebut
dimasukkanmelalui hidung anjurkan pasien untuk menelannya secara
perlahan-lahan. kemudian dapat dilakukan pemberian nutrisi pada pasien
tersebut. Memberi makan enteral lebih dipilih daripada nutrisi parenteral
karena ini memperbaiki penggunaan nutrisi, lebih aman untuk pasien dan
sedikit lebih murah.
3. Pemberian nutrisi parenteral
Pemberian nutrisi pareteral yaitu pemberian nutrisi berupa cairan infuse
yang dimasukkan kedalam tubuh melalui darah vena baik sentral (untuk
nutrisi parenteral total) atau vena perifer (untuk nutrisi parenteral parsial).
Pemberian nutrisi melalui parenteral dilakukan pada pasien yang tidak
dapat dipenuhi kebutuhan nutrisinya melalui oral atau enteral.
2.5 Obat golongan NAPZA
Berikut adalah obat golongan narkotika yang sering digunakan dalam
pelayanan medis:
1. Morfina. Termasuk ke dalam narkotika golongan dua. Tersedia dalam
bentuk cairan untuk injeksi, serta tablet immediate release maupun
controlled release.
2. Fentanil. Tersedia dalam bentuk injeksi untuk cairan juga transdermal
patch untuk ditempelkan di kulit. Sama halnya dengan morfin, obat ini
termasuk narkotika golongan dua.
3. Petidin. Tersedia dalam bentuk cairan injeksi dan juga termasuk narkotika
golongan dua.

11
4. Oksikodon. Juga termasuk narkotika golongan dua. Tersedia dalam bentuk
cairan injeksi maupun tablet controlled release.
5. Hidromorfon. Tersedia dalam bentuk tablet controlled release dan
termasuk pula ke dalam narkotika golongan dua.
6. Kodein. Termasuk narkotika golongan tiga dan tersedia dalam bentuk
sirup maupun tablet. Uniknya selain digunakan untuk mengatasi nyeri,
kodein juga berfungsi sebagai obat batuk karena dapat menekan pusat
batuk yang ada di otak.
Harus berhati-hati dalam penggunaannya
Obat golongan narkotika memang berguna sebagai analgesik, namun perlu
diperhatikan bahwa efek samping yang dihasilkan juga tidak main-main. Efek
samping utama dari narkotika adalah depresi napas, yang dapat menyebabkan
seseorang menjadi apnea atau tidak bernapas. Oleh karena itu, kita banyak
mendengar kalau orang yang mengalami overdosis narkotika dapat berakhir
meninggal. Selain itu, narkotika juga mengurangi motilitas alias kontraksi
usus. Hal ini dapat menyebabkan konstipasi. Oleh sebab itu, penggunaan
narkotika harus benar-benar dilakukan dalam supervisi medis, yakni
digunakan secara tepat dengan dosis yang tepat pula. Untuk kepentingan
pengamanan dari kemungkinan penyalahgunaan, pemberian resep narkotika
juga diberlakukan ketentuan-ketentuan khusus. Misalnya, resep yang berisi
obat golongan narkotika tidak boleh diberi tanda ‘iter’ alias pengulangan,
sehingga satu resep hanya dapat digunakan untuk sekali penebusan saja.
Selain itu pada saat menebus obat narkotika di apotek

12
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pemberian obat pada kien merupakan fungsi dasar keperawatan yang
membutuhkan keterampilan teknik dan pertimbangan terhadap perkembangan
klien. Perawat yang memberikan obat-obatan pada klien diharapkan
mempunyai pengetahuan dasar mengenai obat dan prinsip-prinsip dalam
pemberian obat. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi
yang normal dari air tubuh total dan elektrolit kedalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang
lainnya, jika salah satu terganggu maka akan pada yang lainnya. Kebutuhan
nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang sangat
penting. Nutrisi sangat penting bagi manusia karena nutrisi merupakan
kebutuhan vital bagi semua makhluk hidup. Nutrisi itu sendiri sangat
bermanfaat bagi tubuh kita karena apabila tidak ada nutrisi maka tidak ada
gizi dalam tubuh kita. Sehingga bisa menyebabkan penyakit atau terkena gizi
buruk oleh karena itu kita harus memperbanyak nutrisi untuk tubuh kita.
Pemberian nutrisi pada pasien yang tidak mampu secara mandiri dapat
dilakukan dengan cara membantu memenuhinya melalui oral (mulut), enteral
(pipa lambung), atau parenteral, ketiga cara tersebut bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
3.2 SARAN
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang
membangun dari para pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

A. Aziz Alimul Hidayat, Musrifatul Uliyah. 2004. Buku Saku Ketrampilan Dasar
Manusia. Alih Bahasa: Rosidah, Monika Ester. Jakarta: EGC.

14

Anda mungkin juga menyukai