OTONOMI DAERAH
“Kewarganegaraan”
Disusun Oleh :
Kelompok 8
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat, taufik, dan hidayah-Nya kepada kami. Sehingga
kami mampu menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dengan bantuan dari
berbagai buku dan jurnal sehingga bisa memperlancar dalam pembuatan makalah
ini. Dan juga dalam rangka melengkapi tugas dari Mata Kuliah Kewarganegaraan
dengan judul “Otonomi Daerah”.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari
kata sempurna baik dari segi susunan kalimat, maupun isi dari makalah dan tata
bahasanya. Maka dari itu, kami dengan senang hati untuk menerima masukan dan
kritik yang bersifat membangun dari pembaca, harapannya agar kami bisa
melakukan perbaikan makalah ini sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bisa memberi manfaat atau
inspirasi kepada pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Kesimpulan 16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara yang memiliki
letak geografis kepulauan. Oleh karena itu, untuk memudahkan dalam penataan
pemerintahan yang efisien dan mandiri di Indonesia, maka dibentuklah suatu
kebijakan pemerintah pada tingkat daerah yang biasa disebut dengan otonomi
daerah.
Adanya kebijakan tersebut sesuai dengan landasan konstitusi pemerintah
yaitu pada UUD 1945 pasal 18 (2) yang berbunyi “pemerintah daerah provinsi,
daerah kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan”. Dan pasal 18 (5)
yang berbunyi “pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya,
kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai
urusan pemerintah pusat”.1
Pengelolaan pemerintah pada tingkat daerah dimaksudkan agar
pembangunan daerah-daerah di Indonesia bisa teratasi dengan baik. Selain itu,
dengan adanya otonomi daerah, diharapkan mampu mengembangkan potensi-
potensi yang terdapat pada daerah dan sekaligus mengembangannya. Akan
tetapi, pengelolaan otonomi daerah tetap dibawah pengawasan dari pemerintah
pusat.
Untuk memperluas wawasan mengenai otonomi daerah, pada makalah ini
akan dijelaskan bagaimana hakekat otonomi daerah di Indonesia dan tujuan apa
yang hendak dicapai dari kebijakan otonomi daerah. Di dalam makalah ini juga
akan dipaparkan beberapa dampak yang ditimbulkan dari adanya otonomi
daerah.
1
Syarbaini, Syahrial, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi (Bogor : Ghalia
Indonesia, 2014) hlm. 168
iv
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
v
BAB II
PEMBAHASAN
Seperti yang tertera dalam UU No.23 Tahun 2014 dan UU No. 9 Tahun
2015 tentang Pemerintah Daerah bahwa otonomi daerah ialah hak, wewenang
dan kewajiban suatu daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
segala urusan terkait daerahnya (kabupaten/kota) dan kepentingan masyarakat
setempat serta tidak menyalahi peraturan perundang-undangan.
vi
Berdasarkan ketetapan MPR No.IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi
Kebijakan dalam penyelenggaraan Otonomi Daerah terkhusus di bagian
lampirannya salah satunya memuat “Dalam rangka penyelenggaraan otonomi
daerah, dibentuklah tim koordinasi antar-instansi pada masing-masing daerah
untuk menyelesaikan permasalahan yang ada”.3
vii
kemerdekaan. Di dalamnya berisi tentang sejarah pemerintahan di masa
kerajaan-kerajaan dan kolonial. UU ini menetapkan adanya 3 jenis daerah
otonom, karasidenan, kabupaten dan kota. Selama 3 tahun UU ini
diberlakukam dan dikarenakan sangat terbatas, maka waktu itu belum ada
peraturan pemerintah yang mengatur tentang penyerahan kewenangan dari
pusat ke daerah (desentralisasi). Dan kemudian digantikan oleh UU No. 22
tahun 1948. Dalam UU No. 22 tahun 1948 ini terfokus pada susunan
pemerintahan daerah demokratis. Ada 2 jenis daerah otonom yakni daerah
otonom biasa dan daerah otonom istimewa, serta tingkatan daerah yaitu
provinsi, kabupaten/kota besar, dan desa/kota kecil.7
Munculnya otonomi daerah di Indonesia merupakan akibat dari adanya
sentralisasi pada masa Orde Baru dimana selama 30 tahun tidak membawa
perubahan pengembangan daerah. Tahun 1997 Indonesia mengalami krisis
ekonomi yang mengakibatkan terjadinya permasalahan yang mendatangkan
korupsi, kolusi dan nepotisme. Sejarah otonomi daerah di Indonesia tidak lepas
dari lahirnya berbagai produk perundangan-undangan baru yang selalu
menggantikan produk lama. Adanya perubahan itu menandai dinamika arah
pembangunan Indonesia dari masa ke masa yang bisa dikatakan jauh lebih
baik. Namun jika dilihat dari sisi lain, adanya pergantian peranturan
perundang-undangan ini merupakan eksperimen/uji coba pemerintah dalam
pelaksanaan kebijakannya. Adapun UU yang muncul setelah UU No. 22 Tahun
1948 yakni, UU No. 1 Tahun1957 sebagai peraturan tunggal pertama yang
berlaku di Indonesia, UU No. 18 Tahun 1965 yang berisi tentang otonomi yang
seluas-luasnya, dan UU No. 5 Tahun 1974 mengatur pokok-pokok
penyelenggaraan tugas pemerintah pusat di daerah. Dengan menerapkan
prinsip otonomi nyata dan bertanggungjawab. Kemudian UU ini diganti
dengan UU No. 22 Tahun 1999 masa orde baru dan UU No. 25 Tahun 1999
setelah tuntutan reformasi dikumandangkan.8
7
A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Demokrasi, Hak
Asasi Manusia dam Masyarakat Madani, (Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016),
hlm.180
8
Yudi Suparyanto, Otonomi Daerah dalam Kerangka NKRI, (Klaten: Cempaka Putih, 2019), Hlm.6-
7
viii
Pembahasan terkait otonomi daerah tetap terikat dengan penyerahan
sebagian kewenangan pusat kepada daerah sebagai bentuk pembagian
kekuasaan. Hal ini tertera dalam Pasal 10 ayat (3) UU PEMDA 2004, yang
berisi pembagian secara tegas antara kewenangan pemerintah pusat dan daerah.
Dibahas lebih lanjut dalam UU PEMDA 2004 Pasal 1 ayat 5.9
9
Vieta Imelda Cornelis, Hukum Pemerintah Daerah (Pengaturan dan Pembentukan Daerah
Otonomi Baru di Wilayah Perbatasan dan Pedalaman dalam Perspektif Kedaulatan Bangsa),
(Surabaya: Aswaja Pressindo, 2016), Hlm.79
10
A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Demokrasi, Hak
Asasi Manusia dam Masyarakat Madani, (Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016),
hlm.179
11
Ibid, hlm. 179
ix
pendayagunaan potensi ekonomi di daerahnya masing-
masing.12
c. Bidang administratif
Pencapaian otonomi daerah di Indonesia dalam bidang ini yaitu
ingin mewujudkan suatu sistem pelaksanaan pemerintah
dengan cara pembagian urusan pemerintah pusat dan
pemerintah di daerah.
d. Bidang sosial dan budaya
Visi dari otonomi daerah pada bidang sosial dan budaya adalah
untuk menjaga atau memelihara dan mengembangkan berbagai
tradisi, nilai, karya seni, karya cipta, bahasa serta karya sastra
lokal yang terdapat di berbagai daerah di Indonesia untuk dapat
memberikan suatu pandangan positif kepada masyarakat dalam
memahami dinamika kehidupan.13
2. Tujuan Otonomi Daerah
Salah satu alasan mengapa Indonesia tidak menggunakan sistem
sentralisasi yaitu karena keadaan wilayah NKRI yang sangat luas,
sehingga dirasa kurang efektif jika hanya diatur melalui pemerintah pusat
saja. Pada UUD 1945 (amandemen kedua) Pasal 18 (1) menyatakan bahwa
“Negara Kesatuan RI dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah
provinsi dibagi atas kabupaten dan kota, yang setiap provinsi, kabupaten
dan kota itu mempunyai pemerintah daerah yang diatur oleh Undang-
Undang”. Sesuai dengan pasal tersebut maka terbitlah landasan Undang-
Undang Otonomi daerah yaitu UU No. 32 tahun 2004 yang mana tujuan
otonomi ialah “pelayanan kepada rakyat oleh pemerintah daerah”. Dengan
mengacu bahwa14 :
“Pemerintah daerah ada karena adanya rakyat”
“Rakyat memberikan legitimasi politik kepada pemerintah daerah”
12
Suparyanto, Yudi, Otonomi Daerah dalam kerangka NKRI (Klaten : Cempaka Putih, 2019)
13
Ubaedillah, A, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) Pancasila, Demokrasi, Dan
Pencegahan Korupsi (Jakarta : Prenadamedia Group, 2015) hlm. 193
14
Syahri, M, Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi (Malang : Universitas
Muhammadiyah Malang, 2013) hlm. 107
x
Sesuai amanat Undang-Undang tersebut maka pemerintah daerah
mempunyai wewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri berbagai
urusan pemerintahannya sesuai dengan asas otonomi dan tugas
pembantuan. Adapun beberapa tujuan dari adanya otonomi daerah adalah
sebagai berikut :
15
Suprihatini, Amin, Otonomi Daerah dari Masa ke Masa (Klaten : Cempaka Putih, 2018) hlm.6
xi
pertimbangan keuangan antara pemerintahan pusat dan pemerintahan
daerah.16
16
Bungaran Antonius Simanjuntak, Otonomi Daerah, Etnonasionalisme, dan Masa Depan
Indonesia. (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011) hlm. 1
xii
perlu sama atau uniformitas. Bentuk dan kondisi dari daerah
ditentukan oleh berbagai keadaan khususnya daerah tersebut.
xiii
beragam suku, maka untuk melaksanakan pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia itu strukturnya dibagi menjadi daerah pusat dan provinsi,
daerah provinsi kemudian dibagi lagi menjadi daerah yang lebih kecil atau
disebut juga dengan kabupaten atau kota.19. Otonomi daerah tidak jauh
berbeda dengan daerah pusat. Semua sistemnya sama hanya saja wilayahnya
berbeda. Hal ini dikarenakan tidak ada pembeda antara politik pusat dan
politik provinsi maupun kota selain pada cakupan wilayahnya saja.. 20 Dengan
pembagian wilayah mampu meningkatkan efisiensi perwakilan pemerintah
pusat sehingga dapat dikerjakan lebih efektif oleh pegawai daerah dan
mampu meningkatkan partisipasi penduduk dalam perancangan
pembangunan.21
Prinsip desentralisasi atau otonomi daerah yang tertuang dalam pasal UUD
1945 lebih tegas dituangkan dalam penjelasannya yang menyatakan:
xiv
perwakilan daerah. Oleh karena itu, di daerah pun pemerintahan akan
bersendi atas dasar permusyawaratan.
22
Agus Santoso. Menyingkap Tabir Otonomi Daerah Di Indonesia. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2015) hlm. 108-113.
xv
E. Dampak yang ditimbulkan dari Otonomi Daerah
Pasang surut pelaksanaan otonomi daerah telah berjalan selama 23 tahun. Hingga
kini terdapat 542 daerah otonom baru yang terdiri dari 34 provinsi, 415
kabupaten, dan 93 kota. Secara umum otonomi daerah sudah berjalan dengan
baik, ditandai dengan berbagai macam inovasi bermunculan. Kendati begitu masih
banyak kekurangan yang harus dibenahi
Berbicara tentang perjalanan otonomi daerah yang telah lalu, lekat pula dengan
kata dampak. Apa sih dampak dari adanya otonomi daerah ?
a. Dampak postif
23
Agus Santoso, Menyingkap Tabir Otonomi Daerah Di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2013), hlm. 131.
24
Hardiyansah, Komunikasi Pelayanan Publik Konsep dan Aplikasi, (Yogyakarta: Gava Media,
2015), hlm. 239.
25
Amrah Sumantri, Aspek-Aspek Hukum Otonomi Daerah, (Bandung: Alumni, 2000), hlm. 17
xvi
Indonesia merupakan negara kesatuan. Hakikat negara kesatuan
yang sesungguhnya kedaulatan yang tidak terbagi baik di luar maupun ke
dalam kekuasaan pemerintah pusat tidak dibatasi26. Lalu dengan otonomi
daerah, energi positif yang muncul adalah berkurang wewenang dan
kendali pemerintah pusat mendapatkan respon tinggi dan pemerintah
daerah dalam menghadapi masalah yang berada di derahnya sendiri. Selain
dana yang diperoleh lebih banyak daripada dana yang didapatkan melalui
jalur birokrasi, dari pemerintah pusat sehingga dengan dana yang banyak
tersebut dapat digunakan untuk peningkatan kualitas lokal, promosi
kebudayaan di daerah tersebut dan juga pariwisata yang memungkinkan
akan lebih baik lagi ke depannya.
b. Dampak Negatif
Buddy Sudjijono dan Deddy Rudianto, Manajemen Pemerintah Federal, Perspektif Indonesia
26
xvii
sejumlah pejabat daerah yang ada di Indonesia maka kata rakyat sejahtera
hanya fiktif belaka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Otonomi Daerah merupakan suatu bentuk kewenangan pemerintah
daerah mengolal dan mengurus sendiri sumber daya yang ada di daerahnya
dan dapat dipertanggungjawabkan. Pemerintah pusat mengalokasikan dana
yang cukup besar untuk pemerintah daerah, hal ini diharapkan supaya
pemerintah daerah mampu membangun daerahnya ke yang lebih baik dan
jangan sampai daerahnya menjadi daerah tertinggal dan kekurangan segala
bentuk kesejahteraan serta fasilitas yang telah didanai oleh pemerintah pusat.
xviii
pembangunan Indonesia menjadi lebih baik dan tertata. Otonomi daerah di
Indonesia merupakan akibat dari adanya sentralisasi di masa Orde Baru.
DAFTAR PUSTAKA
xix
Antonius Simanjuntak, Bungaran. 2013. Dampak Otonomi Daerah di
Indonesia: Merangkai Sejarah Politik dan Pemerintahan Indonesia. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
xx
Syarbaini, Syahrial. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan
Tinggi. Bogor : Ghalia Indonesia.
xxi