Anda di halaman 1dari 15

PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

“ KONSEP KEHILANGAN”

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK I:

1. I GEDE AGUS NARAYANA (01)


2. KOMANG TRISNA HANDAYANI (02)
3. PUTU GEDE SURYA SWARNATA (03)
4. I KETUT SUARDIKA (04)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
Makalah Psikososial dan Budaya Dalam Keperawatan yang berjudul “Konsep
Kehilangan”.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang sudah terkait dalam penyusunan tugas makalah ini karena
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk penyusunan makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari sepenuhnya bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi
penampilan maupun dari segi kualitas penulisan. Oleh sebab itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun jika terdapat
kesalahan, kekurangan, dan kata – kata yang kurang berkenan dalam makalah
ini, dan tentu saja dengan kebaikan bersama dan untuk bersama.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak dan pembaca.

Denpasar, 18 Juni 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Konsep Kehilangan............................................................................................3
1. Definisi kehilangan......................................................................................3
2. Jenis-jenis kehilangan..................................................................................3
3. Sifat kehilangan............................................................................................4
4. Tipe kehilangan............................................................................................4
5. Kategori kehilangan.....................................................................................5
6. Tahapan proses kehilangan..........................................................................5
7. Dampak Kehilangan.....................................................................................7
8. Faktor yang Mempengaruhi Cara Setiap Individu Merespon Kehilangan...7
BAB III PENUTUP...............................................................................................11
A. Simpulan..........................................................................................................11
B. Saran.................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian
yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang.
Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti
sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena
kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya.
Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka
sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada
keinginan untuk mencari bentuan kepada orang lain. Pandangan-pandangan tersebut
dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang demikian.
Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan dalam memberikan
asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi
menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap
(Suseno, 2004).
Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe
kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami
dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka
dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita
setelah mengalami kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah
emosi, mental dan sosial yang serius. Dengan demikian perlu dilakukan pembahasan
lebih lanjut mengenai konsep kehilangan secara umum agar kita sebagai pasien dapat
memahami pasien dengan masalah kehilangan dengan tepat.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah “Bagaimanakah


Konsep Kehilangan?”

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimanaimana


konsep kehilangan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Kehilangan
1. Definisi kehilangan
Kehilangan adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami
individu ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau
keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan
kehilangan (Hidayat, 2012). Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang
berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik
terjadi sebagian atau keseluruhan (Iyus Yosep, 179). Kehilangan merupakan
pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya.
Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan
mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Dapat diambil kesimpulan dari definsi-definisi di atas bahwa kehilangan
adalah sebuah perasaan pada diri individu yang diakibatkan dari peristiwa menjadi
tidak adanya suatu hal baik orang atau apapun yang sebelumnya ada. Peristiwa
tersebut bisa berupa kematian, perceraian, kecelakaan, bencana alam, PHK, dan lain
lain. Kehilangan akibat kematian merupakan kehilangan yang paling berat dan sulit
diterima, seperti yang diungkapkan oleh suntrock (2004) kehilangan dapat datang
dalam kehidupan dengan berbagai bentuknya seperti perceraian, kehilangan
pekerjaan, matinya binatang peliharaan, tetapi tidak ada kehilangan yang lebih besar
selain kematian seseorang yang dicintai dan disayangi seperti orang tua, saudara
kandung, pasangan hidup, sanak saudara atau teman.

2. Jenis-jenis kehilangan
Menurur Hidayat (2012) terdapat beberapa jenis kehilangan yakni sebagai
berikut :
a. Kehilangan objek eksternal, misalnya kecurian atau kehancuran akibat bencana
alam.

3
b. Kehilangan lingkungan yang dikenal misalnya berpindah rumah, dirawat di
rumah sakit, atau berpindah pekerjaan.
c. Kehilangan sesuatu atau seseorang yang berarti misalnya pekerjaan,
anggota keluarga, dan teman dekat.
d. Kehilangan suatu aspek diri misalnya anggota tubuh dan fungsi psikologis atau
fisik.
e. Kehilangan hidup misalnya kematian anggota keluarga di rumah dan diri sendiri.

3. Sifat kehilangan
a. Tiba-tiba (tidak dapat diramalkan)
Kehilangan secara tiba-tiba dan tidak diharapkan dapat mengarah pada
pemulihan dukacita yang lambat. Kematian karena tindak kekerasan, bunuh diri,
pembunuhan atau pelalaian diri akan sulit diterima.
b. Berangsur-angsur (dapat Diramalkan)
Penyakit yang sangat menyulitkan, berkepanjangan, dan menyebabkan yang
ditinggalkan mengalami keletihan emosional (Rando : 1984).

4. Tipe kehilangan
a. Actual Loss
Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, sama dengan
individu yang mengalami kehilangan. Contoh : kehilangan anggota badan, uang,
pekerjaan, anggota keluarga.
b. Perceived Loss (Psikologis)
Kehilangan Sesuatu yang dirasakan oleh individu bersangkutan namun tidak
dapat dirasakan/dilihat oleh orang lain. Contoh : Kehilangan masa remaja,
lingkungan yang berharga.
c. Anticipatory Loss
Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi. Individu
memperlihatkan perilaku kehilangan dan berduka untuk suatu kehilangan yang
akan berlangsung. Sering terjadi pada keluarga dengan klien (anggota)
menderita sakit terminal.

4
5. Kategori kehilangan
a. Kehilangan objek eksternal
Kehilangan benda eksternal mencakup segala kepemilikan yang telah menjadi
usang berpindah tempat, dicuri, atau rusak karena bencana alam. Kedalaman
berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang bergantung pada
nilai yang dimiliki orang tersebut terhadap nilai yang dimilikinya, dan kegunaan
dari benda tersebut.
b. Kehilangan lingkungan yang telah dikenal
Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan yang telah
dikenal mencakup lingkungan yang telah dikenal. Selama periode tertentu atau
kepindahan secara permanen. Contohnya pindah ke kota baru atau perawatan di
rumah sakit.
c. Kehilangan orang terdekat
Orang terdekat mencakup orangtua, pasangan, anak-anak, saudara sekandung,
guru, teman, tetangga, dan rekan kerja. Artis atau atlet terkenal mungkin
menjadi orang terdekat bagi orang muda. Riset membuktikan bahwa banyak
orang menganggap hewan peliharaan sebagai orang terdekat. Kehilangan dapat
terjadi akibat perpisahan atau kematian.
d. Kehilangan aspek diri
Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologis,
atau psikologis. Orang tersebut tidak hanya mengalami kedukaan akibat
kehilangan tetapi juga dapat mengalami perubahan permanen dalam citra tubuh
dan konsep diri.
e. Kehilangan hidup
Kehilangan dirasakan oleh orang yang menghadapi detik-detik dimana orang
tersebut akan meninggal.

6. Tahapan proses kehilangan


Menurut Kubler-Ross dalam Potter dan Perry (2005), respon berduka

5
seseorang terhadap kehilangan dapat melalui tahap-tahap seperti pengingkaran,
marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.
a. Pengingkaran
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah shok, tidak percaya
atau mengingkari kenyataan bahwa kehidupan itu memang benar terjadi, dengan
mengatakan “Tidak, saya tidak percaya itu terjadi” atau “itu tidak mungkin
terjadi”. Bagi individu atau keluarga yang didiagnosa dengan penyakit terminal,
akan terus mencari informasi tambahan. Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini
adalah : letih, lemah, pucat, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat,
menangis, gelisah, dan tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berakhir
dalam beberapa menit atau beberapa tahun.
b. Fase Marah
Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataan terjadinya
kehilangan. Individu menunjukkan rasa marah yang meningkat yang sering
diproyeksikan kepada orang lain atau pada dirinya sendiri. Tidak jarang ia
menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menolak pengobatan, menuduh
dokter-perawat yang tidak becus. Respon fisik yang sering terjadi antara lain
muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
c. Fase Tawar-menawar
Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia
akan maju ke fase tawar-menawar dengan memohon kemurahan pada Tuhan.
Respon ini sering dinyatakan dengan kata- kata “ kalau saja kejadian ini bisa
ditunda, maka saya akan sering berdoa”. Apabila proses ini oleh keluarga maka
pernyataan yang sering keluar adalah “ kalau saja yang sakit, bukan anak saya”.
d. Fase Depresi
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang sebagai
klien sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan, perasaan tidak
berharga, ada keinginan bunuh diri, dan sebagainya. Gejala fisik yang
ditunjukkan antara lain : menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido
manurun.

6
e. Fase Penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang selalu
berpusat kepada obyek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau hilang.
Individu telah menerima kehilangan yang dialaminya. Gambaran tentang obyek
atau orang yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap perhatiannya akan
beralih kepada obyek yang baru. Fase ini biasanya dinyatakan dengan “saya
betul-betul kehilangan baju saya tapi baju yang ini tampak manis” atau “apa
yang dapat saya lakukan agar cepat sembuh”. Apabila individu dapat memulai
fase ini dan menerima dengan perasaan damai, maka dia akan mengakhiri proses
berduka serta mengatasi perasaan kehilangannya dengan tuntas. Tetapi bila tidak
dapat menerima fase ini maka ia akan mempengaruhi kemampuannya dalam
mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.

7. Dampak Kehilangan
Kehilangan bisa mengakibatkan dampak dalam hidup seseorang seperti berikut ini :
a. Pada masa anak-anak
Kehilangan dapat mengancam kemampuan untuk berkembang, kadang akan
timbul regresi serta rasa takut untuk ditinggalkan atau dibiarkan kesepian.
b. Pada masa remaja atau dewasa muda
Kehilangan dapat menyebabkan disintegrasi dalam keluarga atau suatu
kehancuran keharmonisan keluarga.
c. Pada masa dewasa tua
Kehilangan khususnya kematian pasangan hidup dapat menjadi pukulan yang
sangat berat dan menghilangkan semangat hidup orang yang ditinggalkan.

8. Faktor yang Mempengaruhi Cara Setiap Individu Merespon Kehilangan.


Ada beberapa factor yang mempengaruhi setiap individu dalam merespon
kehilangan. Karakteristik personal termasuk usia, jenis kelamin, setatus social
ekonomi, karakteristik kehilangan, keyakinan cultural, dan spiritual, system
pendukung, dan potensi pencapaian tujuan mempengaruhi respon terhadap
kehilangan.

7
a. Karakteristik Personal
1) Usia.
Usia memainkan peran dalam pengenalan dan reaksi individu yerhadap
kehilanga. Respon anak beragam sesuai dengan usia, pengalaman kehilangan
sebelumnya, hubungan dengan yang meninggal, kepribadian, persepsi tentang
kehilangan, makna tertentu dari kehilangan yang mereka miliki dan yang
terpenting respon kelarga mereka terhadap kehilangan. Meskipun anak-anak
mungkin tidak memahami konsep kematian karena usia mereka, mereka tetap
mengembangkan persepsi tentang apa makna kehilangan bagi mereka. Anak-
anak mungkin merasa bersalah karena tetap hidup, tetap sehat, atau mempunyai
permintaan untuk kematian orang yang mereka cintai.
Dewasa muda menghubungkan kehilangan signifikasinya terhadap
status, peran, dan gaya hidup. Kehilangan pekerjaan, perceraiandan kerusakan
fisik menyebabkan dukacita lebih mendalam dan mengan cam keberhasilan.
Konsep dewasa muda tentang kematian sebagian besar merupakan produk dari
keyakinan keagamaan dan cultural. Kematian seorang dewasa muda terutama
sekali dipandang sebagai hal yang tragis oleh masyarakatkarena kematian
tersebut adalah kehilangan kehidupan seseorang yang disadari sbg suatu potensi.
Kehilangan seseorang yang mempunyai hubungan dekat menyebabkan ancaman
bermakna terhadap gaya hidup. Setiap kehilangan pekerjaaan atau kemampuan
untuk melakukan pekerjaan menyebabkan duka cita yang sangat besar bagi orag
dewasa.
Lansia mengalami kepenumpukan kedukaan akibat dari banyak
perubahan. Lansia sering takut tentang kejadoan sekitar kematian melebihi
kematian itu sendiri. Mereka mungkin merasa kesepian, isolasi, kehilangan
peran social, penyakit yang berkepanjangan dan kehilangan determinasi diri dan
jati diri sebagai sesuatu yang lebih buruk dari kematian (Rando, 1986).
2) Peran jenis kelamin.
Reaksi kehilangn dipengaruhi oleh harapan social tentang peran pria dan
wanita. Dalam banyak budaya di Amerika Serikat dan Kanada,umunya lebiah

8
sulit bagi pria disbanding dengan wanita untuk mengespresikan dukacita secara
terbuka. Pria dan wanita melekatkan makna berbeda terhadap bagian tubuh,
fungsi, hubungan interpersonal, dan benda.
3) Pendidikan dan status sosioekonomi.
Kehilangan adalah universal, dialami oleh setiap orang apapun status
ekonominya.Umunyan, kekurangan sumber financial, pendidikan atau
keteramoilan pekerjaan memperbesar tuntutan kepada pihak yang mengalmi
dukacita.
b. Sifat hubungan
Pepatah mengatakan bahwa kehilangan orang tua berarti kehilanga masa
lalu, kehilangan pasangan berati kehilangan masa kini dan kehilangan anak berarti
kehilangan masa depan. Litelatur mendukung keyakinan bahwa kehilangan akan
menciptakan respon kehilangn yang paling dalam. Reaksi terhadap kehilangan di
pengaruhi oleh kualitas hubungan. Makna hubungan pada hubungan duka akan
mempengaruhi respon dukacita, apakah kehilangan tersebut akibat kematian,
perpisahan atu bercerai. Hubungan yang ditandai dengan ambivalen yang ekstrem
lebih sulit untuk diselesaikan dibandingkan hubungan yang normal.
Salah satu peristiwa yang paling memyulitkan dalam hidup aslah kehilangan
pasangan. Kehilangan pasangan dapat menyebabkan pasangannya menjadi kurang
terampil dalam menghadapi tangung jawab keseluruhan. Kehilangna pasangan juga
menimbulkan kesulitan bagi pasangan yang ditinggalkan untuk membina hubungan
baru atau untuk mempertahankan hubungan yang sebelumnya sudah terbina atau
dibentuk bersama.
c. Faktor Kultural
Kultur mempengaruhi manifestasi fisik dan emosi. Kultur barat menganggap
kesedihan adalah sesuatu yang sifatnya pribadi sehingga hanya diutarakan pada
keluarga, kesedihan tidak ditunjukkan pada orang lain. Kultur lain menganggap
bahwa mengekspresikan kesedihan harus dengan berteriak dan menangis keras-
keras.
d. Sistem pendukung sosial

9
Vasibilitas kehilanga, seperti kehilanga rumah akibat bencana alam, sering
memunculkan dukungan dari sumber yang tidak diperkirakan. Vasibilitas kehilangan,
seperti deformitas wajah, dapat menyebabkan kehilangan dukungan dari teman atau
keluarga sehinga menambah proses kehilangan tersebut. Seperti seorang anggota
keluarga yang dipenjara atau kematian pasangan gay-nya, sering mengalami kurang
dukungan dari teman atau keluarganya. Kurangnya dukungan biasanya menyebabkan
kesulitan dalm keberhasilan resolusi berduka. Ketepata waktu dalam pemberian
dukungan sangat penting. Dukungan harus tersedia ketika klien yang berduka melalui
proses berkabung. Berbagai pengalaman dengan individu yang pernah berkabung dan
pendukung bermanfaat sebagai dukungan yang dibutuhkan. Namun, bahkan ketika
hal ini di berikan, umunya klien yang berduka belum dapat memanfaatkan
kesempatan tersebut.
e. Keyakinan spiritual dan budaya
Nilai, sikap, keyakinan, dan kebiasaan adalah aspek cultural yang
mempengaruhi reaksi terhadap kehilangan, dukacita, dan kematian. Latar belakang
budaya dan dinamika keluarga mempengaruhi pengekspresian berduka. Seseorang
mungkin akan menemukan dukungan, ketenangan dan makna dalam kehilangan
melalui keyakinan-keyakinan spiritual. Bagi sebagian klien kehilangan menimbulkan
pertanyaan tentang makna hidup, nilai pribadi, dan keyakinan. Secara khas hal ini di
tunjukan dengan respon”mengapa saya?” Konflik internal mengenai keyakinan
keagamaan dapat juga terjadi.

10
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa,
kehilangan adalah suatu keadaan saat individu berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau
keseluruhan. Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap
individu selama rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami
kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk
yang berbeda.
Tipe dari kehilangan mempengaruhi tingkat distres. Misalnya, kehilangan
benda mungkin tidak menimbulkan distres yang sama ketika kehilangan seseorang
yang dekat dengan kita. Nanun demikian, setiap individunberespon terhadap
kehilangan secara berbeda. Kematian seorang anggota keluargamungkin
menyebabkan distress lebih besar dibandingkan kehilangan hewan peliharaan,
tetapi bagi orang yang hidup sendiri kematian hewan peliharaan menyebaabkan
disters emosional yang lebih besar dibanding saudaranya yang sudah lama tidak
pernah bertemu selama bertahun-tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kehilangan merupakan suatu keadaan gangguan jiwa yang biasa terjadi pada
orang- orang yang menghadapi suatu keadaan yang berubah dari keadaan semula
(keadaan yang sebelumya ada menjadi tidak ada).

B. Saran
Demikianlah pokok bahasan makalah ini yang dapat kami paparkan, besar
harapan kami makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Karena
keterbatasan pengetahuan dan referensi, penulis menyadari makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi kedepannya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A, Aziz Alimul. 2012. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan


Proses Keperawatan jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.
Patricia A. Potter. 2005. Fundamental of Nursing: Concept, Proses, and Practice.
Jakarta: EGC
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.
Rando TA. 1986. Loss and Anticipatory Grief. Lexington: Lexiton Mass
Patricia A. Potter. 2005. Fundamental of Nursing: Concept, Proses, and
Practice. Jakarta: EGC
Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan,
Kematian dan Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

12

Anda mungkin juga menyukai