Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPOTERMI DAN HIPERTERMI

Tugas baca: pengaturan suhu tubuh manusia, metode pengukuran suhu tubuh inti
HIPOTERMI
A. Definisi
Hipotermi adalah suatu kondisi terjadinya penurunan suhu tubuh inti hingga kurang
dari 350C atau 950F akibat panas yang keluar dari tubuh ke lingkungan sekitar lebih
besar dari panas yang dihasilkan oleh tubuh (Lewis, Heitkemper & Dirksen, 2000).
Hipotermi adalah keadaan kacaunya mekanisme pengaturan suhu tubuh dalam
menghadapi stresor dingin, diklasifikasikan menjadi hipotermi aksidental atau
intensional, hipotermi primer atau sekunder, dan berdasarkan derajat hipotermi (Li,
2016)
Hipotermi adalah salah satu bentuk dari cedera dingin (cold injury) dimana terjadi
penurunan suhu tubuh inti hingga < 350C akibat kehilangan panas tubuh melalui
radiasi, evaporasi, konduksi, ataupun konveksi (Edlich, 2016).
Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh inti < 36,60C diikuti oleh penurunan kadar
glukosa darah dapat mengakibatkan terjadinya asidosis metabolik, biasa terjadi pada
pasien dengan kondisi intraoperatif (Bare & Smeltzer, 2007).
B. Penyebab
1. Lingkungan: terpapar lama suhu dingin, menyelam lama, perspirasi berlebih,
pakaian yang tidak sesuai di lingkungan dingin
2. Fisiologi: cedera kepala, hipoglikemi
3. Iatrogenik: cairan infus dingin, tranfusi, penghangatan tidak adekwat di ruang
operasi atau IGD
4. Lainnya: drugs, ethanol

Primer (aksidental): yaitu hipotermia yang terjadi pada orang sehat dengan pakaian
yang tidak cukup adekwat dan terpapar oleh suhu yang sangat dingin.
- Immersion: basah oleh air. Suhu air mempengaruhi derajat hipotermi yang terjadi
- Non immersion: bukan akibat terbasah oleh air. Contoh: tertimbun salju
Sekunder: yaitu hipotermia yang terjadi pada orang dengan kondisi sakit menjadi
predisposisi terjadinya hipotermi. Pada jenis ini terjadi kegagalan akut termoregulasi.
Pasien tidak mengalami menggigil sebagai mekanisme awal untuk menghasilkan
panas tubuh. Hal tersebut diakibatkan oleh alkohol, karena alkohol mengakibatkan
terjadinya vasodilatasi perifer, kehilangan kemampuan menggigil, terjadi disfungsi
hipotalamus, dan penurunan kemampuan penilaian terhadap lingkungan dingin.

Faktor lain yang dapat menyebabkan seseorang mengalami hipotermi akut adalah:
- Penyakit endokrin: hipotiroid, insifisiensi pituitary, addison, dan DM
- Penyakit kardiovaskuler: MCI, CHF, insufisiensi vaskuler
- Penyakit neurologi: CVA, cedera kepala, tumor, SCI, alzheimer
- Obat-obatan: phenothiazine, barbiturat, antidepressant
- Pankreatitis, sirosis hati
- Hipoglikemia

C. Manifestasi klinis
1. Suhu tubuh < 350C
2. Kulit teraba dingin
3. Menggigil
4. Mengantuk
5. Apatis
6. Arefleksia
7. Koma
8. Sianosis
9. Frekwensi nafas menurun, nadi menurun, tekanan darah menurun
10. Ekstremitas berwarna putih, biru, atau membeku
11. Aritmia, bradikardi, asistol, VF

Edlich (2016), menyebutkan manifestasi klinis pada penderita hipotermi meliputi:


1. Awal: terjadi peningkatan laju metabolisme untuk mengatasi kehilangan panas
tubuh: takikardi, takipnea, peningkatan tonus otot dan resistensi vaskuler perifer
sebagai upaya maksimal untuk meningkatkan menggigil. Jika keadaan hipotermi
tetap berlanjut maka terjadi penurunan metabolisme secara progresif:bradikardi,
hipoventilasi, retensi karbonsioksida. Nadi berkurang hingga separo (pada suhu
280C dan kontraksi ventrikel menurun. Pada suhu <200C resiko VF meningkat.
Penurunan tingkat kesadaran (CBF turun 6-7% setiap penurunan suhu 10C).
otoregulasi CBF terganggu pada suhu <250C. Mekanisme menggigil terhenti pada
suhu tubuh inti 310C
2. Hipotermi ringan (suhu >340C)
Penderita mengalami keluhan yang tidak menentu, pusing, rasa lelah, kaku sendi,
mual, pruritus, kulit pucat dan dingin, letargi, afek datar, gangguan penilaian,
konfusi ringan mengarah pada inkoordinasi motorik, ataksia dan bicara meracau.
3. Hipotermia sedang (suhu 280 340C)
4. Hipotermi berat (suhu <280C)
a. Pada hipotermi berat terjadi penurunan tingkat kesadaran, pasien dapat
mengalami halusinasi, stupor, dan koma.
b. Aritmia ventrikel dan atrium (pada hipotermi sedang)
c. Adanya Osborn (J) point, defleksi positif pada junction komplek QRS dan
segmen ST.

Gambar gelombang Osborn (J) point sadapan V3 pada penderita hipotermi


suhu 26,70C
d. Pasien bisa terlihat mati secara klinis dengan nadi perifer tidak teraba, pupil
dilatasi dan tidak berespon terhadap cahaya, refleks okuler negatif, postur
menegang kaku (stiff extensor posturing).
e. Cardiac standstill pada suhu 200C
D. Diagnosis medik
Diperlukan pengukuran suhu tubuh inti dengan metode dan cara yang tepat untuk
mendapatkan suhu tubuh inti yang akurat. Beberapa metode pengukuran suhu tubuh
inti yang dapat digunakan yaitu melalui rektal, inframerah timpani, esofagus, blader
termistor.
E. Penatalaksanaan medik
Penderita hipotermi dapat pulih tanpa cacat permanen, tetapi hipotermi sedang dan
berat dapat mengakibatkan komplikasi, bahkan kematian. Angka kematian pada lansia
mencapai 50%. Komplikasi hipotermia yang dapt terjadi meliputi:
- Hipoksia
- Frostbite dengan gangren di tangan dan kaki
- Inflamasi pankreas
- Hidrothorax
- Pneumonia
- Gagal ginjal
- Masalah jantung
1. Pertolongan pertama dan penanganan pra rumah sakit
Prinsip: mencegah kehilangan panas yang berlanjut, menghangatkan kembali suhu
tubuh inti terlebih dahulu, hindari presipitasi VF
Penerapan penanganan disesaikan dengan suhu inti penderita, peralatan yang
tersedia, ada tidaknya komplikasi cedera atau kelainan yang terjadi
a. Hipotermi ringan (330C)
1) Cari adanya cedera lain pada pederita
2) Hangatkan suhu tubuh inti hingga normal sebelum dan selama
perjalanan menuju rumah sakit
a) Pindahkan pasien ke tempat yang terlindung dari angin dan basah
b) Tanggalkan pakaian yang basah
c) Insulasi harus dipasang mengalasi tubuh dan menutupi tubuh
penderita, posisi berbaring, dengan kepala ditutupi kerudung
d) Nyalakan sumber api
e) Hindari pemberian minuman untuk penderita
f) Pindahkan paisen ke rumah sakit dengan ambulans bersuhu 300C.
b. Hipotermi berat (< 280 C)
1) Wajib ditangani sebagai kondisi yang mengancam nyawa
2) Penanganan pertama pada sistem kardiopulmonal (CAB)
3) Jika penderita bernafas, berikan oksigen lembab NRM 10L/mt
4) Jika penderita tidak bernafas
a) Lakukan resusitasi paru atau ventilator sungkup dengan oksigen yang
dilembabkan dengan hangat
b) Jangan dilakukan hiperventilasi karena dapat memicu terjadinya VF
5) Jika bradikardi dan hipotensi, jangan melakukan kompresi dada, karena
dapat memicu VF
6) Jika tidak ada nadi
a) Resusitasi jantung paru harus dilakukan, kecuali dinding dada
eksternal sangat kaku sehingga tidak memungkinkan dilakukan RJP.
b) RJP tetap dilanjutkan hingga penderita tiba di rumah sakit
7) Harus menjadi pedoman bahwa pasien hipotermi berat tidak dianggap
meninggal sampai penderita dihangatkan dan meninggal.
2. Rumah sakit
a. Pada unit gawat darurat berfokus pada fungsi kardiopulmonal (suport
kardiopulmonal, cairan, rewarming)
b. Jika penderita tidak bernafas, lakukan pemasangan ETT, jika kulit pasien beku
dapat dilakukan krikotiroidotomi
c. Jika nadi tidak teraba, kompresi jantung luar jika dada dapat dikompresi
d. Pasang akses vena sentral
e. Moitor tekanan vena sentral
f. Pemeriksaan lab: CBC, glukosa darah, elektrolit, fosfor, kreatinin, amilase,
LDH isoenzim, PT, aPTT, AGD
g. EKS 12 lead, dilanjutkan EKG monitor
h. Pemasangan kateter foley (termasuk kadar myoglobin urin)
i. Kadar CO2 ekspirasi
j. Resusitasi cairan menggunakan kristaloid untuk mempertahankan volume
cairan dan perfusi koroner.
1) Pada penderita dewasa kecepatan infus disesuaikan dengan tekanan darah
2) Cairan infus dihangatkan hingga suhu 450C menggunakan penghangat.
Waspadai peningkatan kerja ventrikel dan edema pulmonal
k. Pemberian oksigen untuk mencegah hipoksia, menurunkan ersiko VF dan
mengatasi edema pulmonal. Pemberian oksigen 100% selama prosedur
rewarming.
l. Hindari melakukan hiperventilasi
m. VF bersifat refrakter terhadap terapi hingga pasien dihangatkan minimal pada
suhu 340C
n. Saat suhu tubuh inti < 300C biasanya jantung tidak responsif terhadap
defibrilasi, stimulasi pacemaker, dan obat-obat kardioaktif.
o. Jika pasien mengalami VF dengan suhu > 280C, lakukan upaya defibrilasi.
Upaya tersebut dapat dilakukan hingga 12 kali.
1) Pemberian bretylium (Bretylol) 1 dosis 10mg/kg. Jika masih tidak
berhasil, lakukan RJP atau lanjutkan rewarming aktif hingga suhu tubuh
pasien > 320C.
p. Pemberian vitamin B1 100 mg IM dilanjutkan dengan pemberian 50-100ml
dekstrosa 50%, dan pertimbangkan pemberian antibiotik (dapat ditunda hingga
munculnya tanda infeksi), steroid (pada pasien supresi adrenal dan cachexia)
dan hormoh thyroid (pada koma myxedema atau lansia).

3. Tehnik rewarming
a. Passive rewarming
Tubuh melakukan tindakan penghangatan secara spontan setelah dipindahkan
dari lingkungan hipotermi. Hal ini dapat terjadi pada hipotermi ringan dan
sedang. Metode ini merupakan cara yang aman dan sederhana untuk
mengatasi hipotermi ringan, dan yang paling mungkin dapat dilakukan di
kondisi pra rumah sakit. Metode ini dan metode non invasif dapat digunakan
untuk penanganan hipotermi berat (<280C) dengan status ritme jantung stabil
dan tanda vital stabil, tetapi tidak direkomendasikan pada penderita dengan
gangguan kardiovaskuler. Termasuk dalam metode ini adalah insulasi efektif
yang memungkinkan panas metabolisme spontan untuk menghangatkan tubuh.
1) Letakkan penderita ditempat kering dan terlindung dari hembusan angin,
dengan suhu ruangan 25 330C
2) Pasang selimut pengalas dibawah tubuh penderita
3) Selimuti penderita dengan 1-2 lapis selimut hangat
4) Peningkatan suhu tubuh inti bervariasi antara 0,5 20C per jam. Untuk
mencapai suhu tubuh normal dapat mencapai 24 jam. Jika peningkatan
suhu tubuh inti < 0,50C /jam dapat menunjukkan adanya penyakit
komplikasi yang harus dipertimbangkan.
b. Active rewarming
Metode ini meliputi peningkatan suhu tubuh inti melalui tindakan internal dan
eksternal.
1) Active external rewarming, sangat baik untuk penderita hipotermi ringan
atau sedang karena memanfaatkan panas eksogen pada permukaan tubuh
melalui kamasan hangat (warm pack), selimut pemanas, radiant heat, dan
rendam air hangat (warm water immersion). Hati-hati dapat berpotensi
menimbulkan syok sebagai efek vasodilatasi perifer pada pasien yang
mengalami hipovolemi, dan meningkatkan resiko terjadinya VF.
2) Active internal rewarming merupakan metode paling aman untuk
meningkatkan suhu tubuh inti penderita hipotermi berat. Digunakan pada
pasien dengan suhu < 320C yang mengalami hemodinamik tidak stabil,
atau tidak berhasil dengan cara-cara konservatif. Suhu tubuh inti
ditingkatkan lebih dahulu melalu sirkulasi inti sehingga resiko syok sangat
minimal. Metode ini dapat dilakukan dengan penggunaan inhalasi dengan
humidikasi yang dihangatkan, dialisis peritoneal, irigasi mediastinum,
irigasi saluran cerna, AV-shunting (termasuk dialisis), ataupun bypass
ekstrakorporal.
a) Airway rewarming dengan suhu 40 450C dapat mencegah hilangnya
panas tubuh melalu perspirasi dan meningkatkan suhu tubuh hingga 1-
20C /jam. Metode ini juga dapat menghangatkan darah yang menuju
arteri koronaria. Gunakan metode ini sebagai pelengkap untuk metode
rewarming lainnya yang lebih cepat.
b) Peritoneal lavage menggunakan dialisat tanpa potasium yang
dihangatkan dengan suhu 40-450C lebih efektif dalam meningkatkan
suhu tubuh inti hingga 2-40C/jam.
c) Irigasi lambung atau kolon dengan air hangat dapat menghangatkan
suhu tubuh inti meskipun minimal, karena luas permukaan yang
tersedia hanya sedikit, dan cara ini dapat mengakibatkan sloughing
pada jaringan yang sangat dingin.
d) AV-shunt dan hemodialisis dapat menghangatkan tubuh secara
langsung tetapi memerlukan kanula yang harus dimasukkan ke dalam
arteri melalui arteriotomi.
e) Extracorporeal rewarming adalah cara yang paling cepat dan efektif
diindikasikan pada pasien dengan henti jantung atau impending henti
jantung. Dibuat sayatan untuk memasang kanula menuju jantung,
aorta, atau pembuluh darah femoralis.
f) Pemintasan sirkulasi kardiopulmonal dapat menghangatkan tubuh
hingga 1-20C setiap 3-5 menit, tetapi mengharuskan pemberian
antikoagulan. Kontraindikasi metode ini adalah cedera kepala berat,
hiperkalemia (kalium >7 mEq/L), dan darah yang membeku atau
menjadi gel di dalam arteri
g) ECMO, extracorporeal membrane oxygenator.
F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian utama pada pengukuran suhu tubuh inti < 350C dan manifestasi klinis
yang muncul.
a. Riwayat: penyakit, pekerjaan, aktivitas
b. Tanda vital
c. Status kardiovaskuler
d. Tanda cedera lokal
2. Diagnosa Keperawatan : hipertermi
3. Perencanaan
NOC: Termoregulasi
Indikator: melaporkan kenyamanan suhu (4), menggigil saat dingin (5),
hipotermia (5)
NIC:
Perawatan hipotermia
- Monitor suhu pasien, menggunakan alat pengukur dan rute yang paling tepat
- Bebaskan pasien dari lingkungan yang dingin
- Bebaskan pasien dari pakaian yang dingin dan basah
- Tempatkan pasien pada posisi telentang, minimalkan perubahan ortostatik
- Minimalkan stimulasi pada pasien
- Dorong pasien yang mengalami hipotermia uncomplicated untuk
mengkonsumsi cairan hangat, tinggi karbohidrat tanpa alkohol atau kafein
- Berikan pemanas pasief
- Berikan pemanas eksternal aktif
- Hindari pemanasan eksternal aktif pada pasien yang mengalami hipotermi
berat
- Berikan pemanasan internal aktif atau pemanas inti
- Monitor adanya komplikasi yang berhubungan dengan pemanasan eksternal
korporeal
- Monitor gejala-gejala yang berhubungan dengan hipotermia ringan ataupun
hipotermia berat
- Monitor warna dan suhu kulit
- Identifikasi faktor medis, lingkungan dan faktor lain yang mungkin memicu
hipotermia
Pengaturan suhu
- Monitor suhu sesuai kebutuhan
- Pasang alat monitor suhu inti secara kontinyu
- Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi sesuai kebutuhan
- Monitor suhu dan warna kulit
- Monitor adanya tanda dan gejala hipotermiainstruksikan pasien bagaimana
mencegah keluarnya panas
- Instruksikan pasien, khusunya lansia mengenai tindakan mencegah hipotermia
karena paparan dingin
- Gunakan matras penghangat, selimut hangat, dan hangatkan lingkungan
sekitar untuk meningkatkan suhu tubuh sesuai kebutuhan
- Sesuaikan suhu lingkungan untuk kebutuhan pasien
HIPERTERMI
A. Definisi
Peningkatan suhu tubuh inti > 380C karena peningkatan titik pengaturan suhu tubuh
yang dapat diakibatkan oleh proses infeksi. Hipertermi diklasifikasikan menjadi sub
febris (>37,5-380C), demam (>38,30C), dan hiperpireksia ( 400C), hipertermi yang
merupakan kondisi yang mengancam nyawa ( 41,50C) (Faulds, 2013). Terjadi 15-
50% pasien setelah pembedahan yang menunjukkan adanya respon inflamasi post
operasi.
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh melebihi rentang diurnal normal
(NANDA, 2015)

B. Penyebab
Hipertermi disebabkan oleh produksi panas yang lebih tinggi dibandingkan
pengeluaran panas oleh tubuh, ataupun tubuh menyerap panas lebih banyak dari
lingkungan sekitar.
Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya hipertermi meliputi:
1. Infeksi: lokal, sistemik
2. Exertion: berolahraga / aktivitas fisik di lingkungan dengan cuaca panas
3. Situasional. Lansia atau anak-anak muda mengalami peningkatan suhu tubuh
akibat efek obat ataupun suhu lingkungan dengan gelombang panas tinggi (suhu
lingkungan panas tinggi
4. Obat. Beberapa obat dapat meningkatkan suhu tubuh internal:
a. Psikotropika: SSRIs, MAOIs, tricyclic antidepressants
b. obat stimulan: amfetamin, kokain
c. obat anestesi: succinylcholine malignant hyperthermia
d. antikolinerjik: muscarinic antagonist
5. Gangguan mengeluarkan panas tubuh: penggunaan APD tertentu,
ketidakmampuan berkeringat
6. Kondisi sakit: tirotksikosis, tumor kelenjar adrenal, cedera kepala yang
melibatkan hipotalamus

C. Manifestasi klinis
1. Tahap awal: heat exhaustion yang meliputi: keringat berlebihan, nafas cepat, nadi
lemah dan cepat.
2. Kulit kering dan teraba panas. Dilatasi pembuluh darah untuk meningkatkan
pengeluaran panas.
3. Tanda dehidrasi, mual, muntah, pusing, penurunan tekanan darah, pusing, pingsan
terutama pada posisi berdiri tegak.
4. Pada heat stroke berat: bingung, mudah terstimulasi, perilaku intoksikasi,
takikardi dan takipnea, tekanan darah semakin turun, kulit berwarna pucat atau
kebiruan.
D. Penatalaksanaan medik
1. Metode pendinginan secara fisik
- Membuka pakaian pasien dengan memperhatikan privasi
- Memasangkan handuk dingin diatas pasien atau di aksila
- Penggunaan ice pack tidak langsung bersentuhan dengan pasien
- Penggunaan cooling blanket system: air dingin yang dialirkan dengan
mekanisme kontrol feedback pengawasan suhu tubuh inti
- Pemberian cairan infus yang didinginkan dengan cepat
- Pemberian cairan dingin kedalam rongga tubuh seperti lambung, pleura,
kandung kemih, peritonium.
- Intravascular cooling catheter, hemodialisis atau hemofiltrasi, bypass
kardiopulmonal
2. Metode pendinginan secara farmakologi
- Antipiretik: parasetamol, NSAID
- Pemberian antibiotik pada pasien infeksi
- Dantrolene (pada malignant hiperthermia), menghambat keluarnya kalsium
dari retikulum sarkoplasmik.
E. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian: suhu tubuh inti > 380C, dan manifestasi klinik yang sesuai
2. Diagnosa Keperawatan : hipertermia
3. Perencanaan
NOC: Termoregulasi
Indikator: hipertermia (5), peningkatan suhu kulit (4), kram panas (5), stroke
panas (5), denyut nadi radial (5), tingkat pernafasan (5)
NIC:
Perawatan demam
- Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya
- Monitor warna kulit dan suhu
- Monitor asupan dan keluaran
- Beri obat atau cairan IV
- Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan sesuai tahap demam
- Dorong konsumsi cairan
- Fasilitasi istirahat, terapkan pembatasan aktivitas jika diperlukan
- Mandikan dengan spons hangat dengan hati-hati
- Tingkatkan sirkulais udara
- Pantau komplikasi-komplikasi yang berhubunga ndengan demamserta tanda
dan gejala kondisi penyebab demam
- Pastikan keamanan pasien yang gelisah
- Lembabkan mukosa bibir dan mukosa hidung yang kering
Pencegahan hipertermia maligna

Pengaturan suhu
- Monitor suhu setiap 2 jam atau lebih sering
- Pasang monitor suhu inti secara kontinyu
- Monitor nadi, tekanan darah dan respirasi sesuai kebutuhan
- Monitor suhu dan warna kulit
- Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekwat
- Diskusikan pentingnya termoregulasi dan dan kemungkinan efek negatif dari
demam yang berlebihan
- Informasikan pasien mengenai adanya tanda kelelahan akibat panas dan
penanganan emergency yang tepat
- Gunakan matras pendingin, selimut yang mensirkulasikan air, mandi air
hangat, kantong es atau bantalan jel, dan kateterisasi pendingin intravaskular
untuk menurunkan suhu tubuh, sesuai kebutuhan
- Berikan medikasi yang tepat untuk mencegah atau mengontrol menggigil
- Berikan pengobatan antipiretik sesuai kebutuhan
Referensi
Refleksi kasus

Anda mungkin juga menyukai