Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN PADA KLIEN YANG MENGHADAPI

KEHILANGAN DAN KEMATIAN

Dosen Pengampu :
FIKA LESTARI,S.Tr.Keb, M.K.M

Disusun Oleh Kelompok VIII :

PUTRI AMANDA
SRI DEVI SYALNA SR

AKADEMI KEBIDANAN NURUL HASANAH KUTACANE

1
KATA
PENGANTAR

Assalamuallaikum Wr.Wb

Puji syukur hanya kepada Allah Azzawa jala, terucap dari lubuk hati
penulis yang menghamba. Sungguh, karena Dia-lah karya kecil ini selesai, tumbuh
dalam kesempurnaannya yang tidak sempurna. Shalawat dan salam penulis haturkan
kepada Nabi Muhammad, SAW. cintanya yang agung kepada Sang Pencipta dan
kepada sesama makhluk adalah inspirasi cinta sejati yang tak ada bandingnya dalam
sejarah umat manusia.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu FIKA LESTARI,S.Tr.Keb,


M.K.M
selaku dosen pengampu yang telah meluangkan waktu, memberikan arahan dan
bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Asuhan Pada Pasien Yang Menghadapi Kehilangan dan Kematian”.
Demikianlah makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam pembuatan
makalah ini kami mohon maaf dan kepada Allah kami mohon ampun. Wassalam.

Kutacane, 22 November 2021

Kelompok VIII

2
DAFTAR ISI
           
Kata Pengantar  ............................................................................................             
Daftar Isi  .....................................................................................................             
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang  .......................................................................................             
B. Rumusan Masalah  ..................................................................................             
C. Tujuan  ....................................................................................................             
BAB II LANDASAN TEORI
A.KEHILANGAN……………………………...…………………………
2.1.Defenisi Kehilangan...………………………………………………….             
2.2.Aspek Kehilangan……………..……………………………………….
2.3.Tipe Kehilangan………………………………………………………..
2.4.Jenis-Jenis Kehilangan…………………………………………………
2.5.Rentang Respon Kehilangan…………………………………………...
B.KONSEP BERDUKA…...……………………………………………...
2.1.Defenisi Berduka……………………………………………………….
2.2.Teori Dari Proses Berduka.…………………………………………….
2.3.Dampak Kehilangan……………………………………………………
2.4.Tindakan Petugas Saat Menangani Pasien Yang Menjalani Sakratul …
Maut………………………………………………………………………..
2.5.Perawatan Pasien Sakratul Maut…………………..…………………...
BAB III ASUHAN PADA PASIEN YANG MENGHADAPI…………...
KEHILANGAN DAN KEMATIAN……………………………………..
A.PENGKAJIAN………………………………………………………….
B.DIAGNOSA : BERDUKA DISFUNGSIONAL………………………
C.KEMUNGKINAN ETIOLOGI………………………………………..
D.BATAS KARAKTERISTIK…………………………………………...
E.SASARAN/TUJUAN……………………………………………………
F.INTERVENSI DENGAN RASIONAL TERTENTU…………………
G.HASIL PASIEN…………………………………………………………
BAB IV PENUTUP………………………………………………………... 
4.1  Kesimpulan  ............................................................................................           
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan


kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup
seseorang. Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan
umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal
ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari
yang bersangkutan atau disekitarnya.
Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan
berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami
proses ini ada keinginan untuk mencari bentuan kepada orang lain. Pandangan-
pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang petugas kesehatan apabila
menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang
pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan kebidanan yang
komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada
informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap.
Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe
kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk
memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka
sehingga
kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak
berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar
artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius.
Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam
lingkungan asuhan kebidanan. Sebagian besar petugas kesehatan berinteraksi
dengan klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting
bagi petugas kesehatan memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat
klien dan keluarga, petugas kesehatan juga mengalami kehilangan pribadi
ketika hubungan klien-kelurga- petugas kesehatan berakhir karena perpindahan,
pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan
pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung
klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).

B. Permasalahan

4
Adapun permasalahan yang kami angkat dari makalah ini adalah
bagaimana asuhan pada klien yang menghadapi kehilangan dan kematian.

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini,


adalah:

1. Tujuan umum

 Mengetahui konsep kehilangan dan berduka.

 Mengetahui asuhan pada klien yang menghadapi kehilangan dan


kematian
2. Tujuan khusus

 Mengetahui jenis-jenis kehilangan.

 Menjelaskan konsep dan teori dari proses berduka.

 Mengetahui faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kehilangan

1. Definisi Kehilangan

Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan.


Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai
sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin
terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik,
diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa
kembali atau tidak dapat kembali.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan
sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi
sebagian atau keseluruhan. Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah
5
dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu
sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali
walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami
suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau
pernah dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah

dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian
atau seluruhnya.

2. Aspek Kehilangan atau Berduka

Pasien yang menghadapi kematian mempunyai harapan tertentu


kesiapan seseorang menghadapi kematian tergantung pada beberapa aspek
antara lain:
1. Aspek Psikologis

Usia Loneliness (kesendirian) merasa sudah cukup berarti tugas sudah


selesai.
2. Aspek Spiritual

Tiga keutuhan dasar spiritual seseorang menghadapi kematian: menyadari


dan menemukan makna hidup, meninggal dengan tenang menemukan
makna hidup, meninggal dan tenang menemukan harapan hidup setelah
mati.
3. Aspek Sosial

Sosial isolation, menurunnya hubungan dengan orang lain.

4. Aspek Fisik:

a. Sakit terminal, sakit dalam waktu yang lama


(kronis). b. Sakit yang akut

Dr.Elisabeth Kublerr-Ross telah mengidentifikasi lima tahap berduka


yang dapat terjadi pada pasien menjelang ajal :
1. Denial ( pengingkaran )
Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia akan meninggal dan dia tidak
dapat menerima informasi ini sebagai kebenaran dan bahkan mungkin
mengingkarinya

2. Anger ( Marah )
Terjadi ketika pasien tidak dapat lagi mengingkari kenyataan bahwa
ia akan meninggal
6
3. Bergaining ( tawar-menawar )
Merupakan tahapan proses berduka dimana pasien mencoba menawar
waktu untuk hidup

4. Depetion ( depresi )
Tahap dimana pasien datang dengan kesadaran penuh bahwa ia akan
segera mati.ia sangat sedih karna memikirkan bahwa ia tidak akan lama
lagi bersama keluarga dan teman-teman.

5. Acceptance ( penerimaan)
Merupakan tahap selama pasien memahami dan menerima kenyataan
bahwa ia akan meninggal. Ia akan berusaha keras untuk menyelesaikan
tugas-tugasnya yang belum terselesaikan.

3. Tipe Kehilangan

Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:

1. Aktual atau nyata


Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi,
kematian orang yang sangat berarti / di cintai.
2. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya;
seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan
kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.

4. Jenis-jenis Kehilangan

Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:

1. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai

Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang
berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari
tipe-tioe kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang.
Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang
dicintai. Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan
atau jalinan yang ada, kematian pasangan suami/istri atau anak
biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa dan tidak dapat
ditutupi.

2. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)

7
Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang
mental seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan,
diri sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan
dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap,
sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari
seseorang misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi
tubuh.

3. Kehilangan objek eksternal

Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau


bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang
dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan
kegunaan benda tersebut.
4. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal

Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat


dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu
periode atau bergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota lain,
maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.
5. Kehilangan kehidupan/ meninggal

Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon
pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang
sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian.

5. Rentang Respon Kehilangan

Denial  Anger  Bergaining  Depresi  Acceptance

1. Fase denial
a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai
kenyataan
b. Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya itu terjadi
”.
c. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan,
detak jantung cepat, menangis, gelisah.

2. Fase anger / marah


a. Mulai sadar akan kenyataan
b. Marah diproyeksikan pada orang lain
c. Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan
mengepal.
d. Perilaku agresif.

8
3. Fase bergaining / tawar- menawar.
a. Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau saja yang sakit
bukan saya “ seandainya saya hati-hati “.

4. Fase depresi
a. Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.
b. Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.

5. Fase acceptance
a. Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
b. Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh”,
“yah, akhirnya saya harus operasi “

B. Konsep Berduka

1. Definisi Berduka

Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan


yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas,
susah tidur, dan lain-lain.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan
seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional
sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan
pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat
individu
kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan
ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal,
abnormal, atau kesalahan/kekacauan.

2. Teori dari Proses Berduka

Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah


berorientasi pada perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:

1. Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak
untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan
seperti “Tidak, tidak mungkin seperti itu,” atau “Tidak akan terjadi pada
saya!” umum dilontarkan klien.

9
2. Kemarahan (Anger)
Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak lebih”
pada setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
lingkungan. Pada fase ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah sekali
tersinggung dan marah. Hal ini merupakan koping individu untuk
menutupi rasa kecewa dan merupakan menifestasi dari kecemasannya
menghadapi kehilangan.

3. Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau
jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari
pendapat orang lain.

4. Depresi (Depression)
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna
kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan
untuk berupaya melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah.

5. Penerimaan (Acceptance)
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross
mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi
kenyataan dari pada hanya menyerah pada pengunduran diri atau berputus
asa.

3. Dampak Kehilangan

1. Pada masa anak-anak, kehilangan dapat mengancam kemampuan untuk


berkembang, kadang-kadang akan timbul regresi, serta merasa takut saat
ditinggalkan atau dibiarkan kesepian.

2. Pada masa remaja atau dewasa muda, kaehilangan dapat menimbulkan


disintegrasi dalam keluarga.

3. Pada masa dewasa tua, kehilangan khususnya karena kematian pasangan


hidup, dapat menjadi pukulan yang sangat berat dan menghilangkan
semangat huyidup individu yang ditinggalkan

4. Tindakan Petugas Saat Menangani Pasien yang Mengalami Sakaratul


Maut
1. Memberi tahu pada keluarga tentang tindakan yg akan dilakukan.
2. Mendekatkan alat.
3. Memisahkan pasien dgn pasien lain.

10
4. Mengizinkan keluarga untuk mendampingi pasien tdk boleh
ditinggalkan sendiri.
5. Membersihkan pasien dari keringat.
6. Membasahi bibir pasien dgn kassa lembab, bila tampak kering
menggunakan pinset.
7. Membantu melayani dalam upacara keagamaan.
8. Mengobservasi tanda-tanda kehidupan (vital sign) terus menerus.
9. Mencuci tangan.
10. Melakukan dokumentasi tindakan.

5. Perawatan Pasien Sakaratul Maut

a. Pengertian:

Memberikan perawat khusus kepada pasien yang akan meninggal


sakaratul maut.

b. Tujuan:

1. Memberi kepuasan dan ketenagaan kepada pasien dan keluarganya.


2. Memberi kesan baik pada pasien lain
disekitar.

c. Persiapan alat:

1. Tempat/ruang khusus (bila memungkinkan)


2. Alat pemberian O2
3. Alat Resusitasi
4. Tensi meter
5. Stetoskop
6. Pinset
7. Kain kasa penekan dan air matang pada tempatnya
8. Kertas tissue
9. Kapas
10. Handuk kecil/washlap untuk menyeka keringat pasien
11. Alat tenun

d. Persiapan Pasien:

1. Disisipkan sesuai agama dan kepercayaan


2. Keluarga pasien diberitahu secara bijaksana

e. Pelaksanaan:
1. Pasien ditempatkan terpisah dari pasien lain.
11
2. Pasien didampingi oleh keluarga dan petugas
3. Memberi penjelasan kepada keluarga tentang keadaan pasien
4. Usahakan pasien dalam keadaan bersih dan suasana tenang
5. Bila bibir pasien kering, basahi dengan kain kasa basah
6. Berikan bantuan kepada keluarga klien untuk kelancaran pelaksanaan
upacara keagamaan.

6. Perawatan Pasien Yang Meninggal

a. Pengertian:
Perawatan khusus kepada pasien yang baru saja meninggal.

b. Tujuan:
1. Memberihkan dan merapikan jenazah.
2. Memberi rasa puas kepada keluarga pasien.

c. Persiapan alat:
1. Pakaian khusus (berakshort)
2. Pembalut atau verban
3. Bengkak
4. Pinset
5. Kapas lembab dan kain kasa secukupnya
6. Pralatan yang diperlukan untuk membersihkan jenazah misal baskom
7. Sprey/kain penutup jenazah
8. Tempat pakaian kotor
9. Surat kematian sesuai peraturan yang berlaku

d. Pelaksanaan:

1. Keluarga pasien diberitahu dengan seksama, bagaimana jenazah akan


dibersihkan.
2. Petugas memakai pakaian khusus.
3. Jenazah dibersihkan dan dirapikan sesuai kebutuhan.
4. Letak tangan pasien diatur menurut agama.
5. Kelopak mata dirapatkan dan lubang-lubang pada tubuh ditutup.
6. Mulut dirapatkan dengan cara mengikat dagu
7. Kedua kaki dirapatkan, pergelangan kaki dan kedua ibu jari diikat
verban.
8. Jenazah ditutup rapi dengan kain penutup.
9. Surat kematian harus diisi dengan lengkap.
10. Jenazah dibawa ke kamar mayat.

BAB III

ASUHAN PADA PASIEN YANG MENGHADAPI


KEHILANGAN DAN KEMATIAN
12
A. Pengkajian

Data yang dapat dikumpulkan adalah:


a. Perasaan sedih, menangis.
b. Perasaan putus asa, kesepian
c. Mengingkari kehilangan
d. Kesulitan mengekspresikan perasaan
e. Konsentrasi menurun
f. Kemarahan yang berlebihan
g. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.

h. Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan.


i. Reaksi emosional yang lambat
j. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas

B. Diagnosa: Berduka disfungsional

Definisi: sesuatu respon terhadap kehilangan yang nyata maupun yang


dirasakan dimana individu tetap terfiksasi dalam satu tahap proses berduka
untuk suatu periode waktu yang terlalu lama, atau gejala berduka yang normal
menjadi berlebih-lebihan untuk suatu tingkat yang mengganggu fungsi
kehidupan.

C. Kemungkinan Etiologi (“yang berhubungan dengan”)

 Kehilangan yang nyata atau dirasakan dari beberapa konsep nilai untuk
individu
 Kehilangan yang terlalu berat (penumpukan rasa berduka dari
kehilangan multiple yang belum terselesaikan)
 Menghalangi respon berduka terhadap suatu kehilangan

 Tidak adanya antisipasi proses berduka

 Perasaan bersalah yang disebabkan oleh hubungan ambivalen


dengan konsep kehilangan.

D. Batasan Karakteristik (“dibuktikan dengan”)

 Idealisasi kehilangan (konsep)

 Mengingkari kehilangan

13
 Kemarahan yang berlebihan, diekspresikan secara tidak tepat
 Obsesi-obsesi pengalaman-pengalaman masa lampau
 Merenungkan perasaan nersalah secara berlebihan dan dibesar-

basarkan tidak sesuai dengan ukuran situasi.

 Regresi perkembangan

 Gangguan dalam konsentrasi

 Kesulitan dalam mengekspresikan kehilangan

 Afek yang labil

 Kelainan dalam kebiasaan makan, pola tidur, pola mimpi,


tingkat aktivitas, libido.

E. Sasaran/Tujuan

1. Sasaran jangka pendek

Pasien akan mengekspresikan kemarahan terhadap


konsep kehilangan dalam 1 minggu.
2. Sasaran jangka panjang

Pasien akan mampu menyatakan secara verbal perilaku-perilaku


yang berhubungan dengan tahap-tahap berduka yang normal. Pasien akan
mampu mengakui posisinya sendiri dalam proses berduka sehingga ia
mampu dengan langkahnya sendiri terhadap pemecahan masalah.

F. Intervensi dengan Rasional Tertentu

1. Tentukan pada tahap berduka mana pasian terfiksasi. Identifikasi


perilaku- perilaku yang berhubungan dengan tahap ini.

Rasional

Pengkajian data dasar yang akurat adalah penting untuk perencanaan


kebidanan yang efektif bagi pasien yang berduka.

14
2. Kembangkan hubungan saling percaya dengan pasien. Perlihatkan
empati dan perhatian. Jujur dan tepati semua janji

Rasional

Rasa percaya merupakan dasar unutk suatu kebutuhan yang terapeutik.

3. Perlihatkan sikap menerima dan membolehkan pasien


untuk mengekspresikan perasaannya secara terbuka

Rasional

Sikap menerima menunjukkan kepada pasien bahwa anda yakin bahwa ia


merupakan seseorang pribadi yang bermakna. Rasa percaya meningkat.

4. Dorong pasien untuk mengekspresikan rasa marah. Jangan menjadi


defensif jika permulaan ekspresi kemarahan dipindahkan kepada perawat
atau terapis. Bantu pasien untuk mengeksplorasikan perasaan marah
sehingga pasien dapat mengungkapkan secara langsung kepada objek atau
orang/pribadi yang dimaksud.

Rasiona
l

Pengungkapan secara verbal perasaan dalam suatu lingkungan yang tidak


mengancam dapat membantu pasien sampai kepada hubungan dengan
persoalan-persoalan yang belum terpecahkan.

5. Bantu pasien untuk mengeluarkan kemarahan yang terpendam dengan


berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas motorik kasar (mis, joging, bola
voli,dll)

Rasiona
l

Latihan fisik memberikan suatu metode yang aman dan efektif untuk
mengeluarkan kemarahan yang terpendam.
6. Ajarkan tentang tahap-tahap berduka yang normal dan perilaku yang
berhubungan dengan setiap tahap. Bantu pasien untuk mengerti bahwa
perasaan seperti rasa bersalah dan marah terhadap konsep kehilangan
adalah perasaan yang wajar dan dapat diterima selama proses berduka.

Rasional

15
Pengetahuan tentang perasaan-perasaan yang wajar yang berhubungan
dengan berduka yang normal dapat menolong mengurangi beberapa
perasaan bersalah menyebabkan timbulnya respon-respon ini.
7. Dorong pasien untuk meninjau hubungan dengan konsep kehilangan.
Dengan dukungan dan sensitivitas, menunjukkan realita situasi dalam
area-area dimana kesalahan presentasi diekspresikan.

Rasiona
l

Pasien harus menghentikan persepsi idealisnya dan mampu menerima


baik aspek positif maupun negatif dari konsep kehilangan sebelum proses
berduka selesai seluruhnya.

8. Bantu pasien dalam memecahkan masalahnya sebagai usaha untuk


menentukan metoda-metoda koping yang lebih adaptif terhadap
pengalaman kehilangan. Berikan umpan balik positif untuk identifikasi
strategi dan membuat keputusan.

Rasiona
l

Umpan balik positif meningkatkan harga diri dan mendorong pengulangan


perilaku yang diharapkan.

G. Hasil Pasien yang Diharapkan/Kriteria Pulang

1. Pasien mampu untuk menyatakan secara verbal tahap-tahap proses


berduka yang normal dan perilaku yang berhubungan debgab tiap-tiap
tahap.
2. Pasien mampu mengidentifikasi posisinya sendiri dalam proses berduka
dan mengekspresikan perasaan-perasaannya yang berhubungan denga
konsep kehilangan secara jujur.
3. Pasien tidak terlalu lama mengekspresikan emosi-emosi dan perilaku-
perilaku yang berlebihan yang berhubungan dengan disfungsi berduka dan
mampu melaksanakan aktifitas-aktifitas hidup sehari-hari secara mandiri.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

16
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami
suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau
pernah dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah
dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau
seluruhnya.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.
NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi
dan berduka disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan
seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional
sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.

Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan


pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu
kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan
ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal,
abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau nyata dan persepsi.
Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:Kehilangan seseorang seseorang
yang
dicintai, kehilangan lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan objek
eksternal, kehilangan yang ada pada diri sendiri/aspek diri, dan kehilangan
kehidupan/meninggal.

17
DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. 2005. Fundamental Kebidanan volume 1. Jakarta: EGC.

Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia:


Kehilangan, Kematian dan Berduka dan Proses kebidanan. Jakarta: Sagung
Seto.
Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Kebidanan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.
Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Kebidanan pada Keperawatn Psikiatri,
Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Perawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
https://pastakyu.wordpress.com/asuhan kebidanan kehilangan dan berduka

18

Anda mungkin juga menyukai