Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ASUHAN PADA KLIEN DENGAN KEHILANGAN

DAN BERDUKA

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 3

1. PITRINI 6. RIZA MELITA


2. ROIHATUN JANNAH 7. SEPTI KARYANI
3. RANI 8. SITI MASRIKAH
4. RAFIKA 9. SUNARTI
5. RAVITA SARI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA ADIGUNA


PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
PALEMBANG
2017

1
KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum Wr.Wb

Puji syukur hanya kepada Allah Azzawa jala, terucap dari lubuk hati penulis
yang menghamba. Sungguh, karena Dia-lah karya kecil ini selesai, tumbuh dalam
kesempurnaannya yang tidak sempurna. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada
Nabi Muhammad, SAW. cintanya yang agung kepada Sang Pencipta dan kepada
sesama makhluk adalah inspirasi cinta sejati yang tak ada bandingnya dalam sejarah
umat manusia.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Yuli Bahriah, SKM, SST,
M.Kes. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, memberikan arahan
dan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Asuhan Pada Pasien Yang Menghadapi Kehilangan dan Kematian”.
Demikianlah makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam pembuatan
makalah ini kami mohon maaf dan kepada Allah kami mohon ampun. Wassalam.

Palembang, Januari 2017

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan

kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup

seseorang. Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan

umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini

dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang

bersangkutan atau disekitarnya.

Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan

berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami

proses ini ada keinginan untuk mencari bentuan kepada orang lain. Pandangan-

pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang petugas kesehatan apabila

menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang

pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang

komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada

informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap.

Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe

kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk

menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk

memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga

1
kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak

berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar

artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius.

Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam

lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar petugas kesehatan berinteraksi

dengan klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting

bagi petugas kesehatan memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat

klien dan keluarga, petugas kesehatan juga mengalami kehilangan pribadi

ketika hubungan klien-kelurga- petugas kesehatan berakhir karena perpindahan,

pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan

pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung

klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).

1.2 Permasalahan

Adapun permasalahan yang kami angkat dari makalah ini adalah

bagaimana asuhan pada klien yang menghadapi kehilangan dan kematian.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, adalah:

1. Tujuan umum

 Mengetahui konsep kehilangan dan berduka.

 Mengetahui asuhan pada klien yang menghadapi kehilangan dan

kematian

2
2. Tujuan khusus

 Mengetahui jenis-jenis kehilangan.

 Menjelaskan konsep dan teori dari proses berduka.

 Mengetahui faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kehilangan
2.1.1 Definisi Kehilangan

Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan.

Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai

sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin

terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik,

diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa

kembali atau tidak dapat kembali.

Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan

sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi

sebagian atau keseluruhan. Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah

dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu

sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali

walaupun dalam bentuk yang berbeda.

Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami

suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau

pernah dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah

4
dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau

seluruhnya.

2.1.2 Aspek Kehilangan atau Berduka

Pasien yang menghadapi kematian mempunyai harapan tertentu kesiapan

seseorang menghadapi kematian tergantung pada beberapa aspek antara lain:

1. Aspek Psikologis

Usia Loneliness (kesendirian) merasa sudah cukup berarti tugas sudah

selesai.

2. Aspek Spiritual

Tiga keutuhan dasar spiritual seseorang menghadapi kematian: menyadari

dan menemukan makna hidup, meninggal dengan tenang menemukan

makna hidup, meninggal dan tenang menemukan harapan hidup setelah

mati.

3. Aspek Sosial

Sosial isolation, menurunnya hubungan dengan orang lain.

4. Aspek Fisik:

a. Sakit terminal, sakit dalam waktu yang lama (kronis).


b. Sakit yang akut

Dr.Elisabeth Kublerr-Ross telah mengidentifikasi lima tahap berduka yang

dapat terjadi pada pasien menjelang ajal :

1. Denial ( pengingkaran )

5
Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia akan meninggal dan dia tidak

dapat menerima informasi ini sebagai kebenaran dan bahkan mungkin

mengingkarinya

2. Anger ( Marah )

Terjadi ketika pasien tidak dapat lagi mengingkari kenyataan bahwa ia

akan meninggal

3. Bergaining ( tawar-menawar )

Merupakan tahapan proses berduka dimana pasien mencoba menawar

waktu untuk hidup

4. Depetion ( depresi )

Tahap dimana pasien datang dengan kesadaran penuh bahwa ia akan

segera mati.ia sangat sedih karna memikirkan bahwa ia tidak akan lama

lagi bersama keluarga dan teman-teman.

5. Acceptance ( penerimaan)

Merupakan tahap selama pasien memahami dan menerima kenyataan

bahwa ia akan meninggal. Ia akan berusaha keras untuk menyelesaikan

tugas-tugasnya yang belum terselesaikan.

2.1.3 Tipe Kehilangan

Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu:

1. Aktual atau nyata


Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi,

kematian orang yang sangat berarti / di cintai.

6
2. Persepsi

Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya;

seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan

kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.


2.1.3 Jenis-jenis Kehilangan

Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:

1. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai

Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang

berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari

tipe-tioe kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang.

Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai.

Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan

yang ada, kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa

dampak emosional yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.

2. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)

Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang

mental seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan,

diri sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan

dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap,

sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari

seseorang misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi

tubuh.

7
3. Kehilangan objek eksternal

Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau

bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang

dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan

kegunaan benda tersebut.

4. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal

Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat

dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu

periode atau bergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota lain,

maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.

5. Kehilangan kehidupan/ meninggal

Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon

pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang

sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian.

2.1.4 Rentang Respon Kehilangan

Denial  Anger  Bergaining  Depresi  Acceptance

1. Fase denial
a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan
b. Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya itu terjadi ”.

8
c. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan,

detak jantung cepat, menangis, gelisah.


2. Fase anger / marah
a. Mulai sadar akan kenyataan
b. Marah diproyeksikan pada orang lain
c. Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan

mengepal.
d. Perilaku agresif.
3. Fase bergaining / tawar- menawar.
a. Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau saja yang sakit

bukan saya “ seandainya saya hati-hati “.


4. Fase depresi
a. Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.
b. Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
5. Fase acceptance
a. Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
b. Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh”,

“yah, akhirnya saya harus operasi “


2.2 Konsep Berduka
2.2.1 Definisi Berduka

Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan

yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas,

susah tidur, dan lain-lain.

Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman

individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan

seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional

sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.

Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan

pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu

9
kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan

ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal,

abnormal, atau kesalahan/kekacauan.

2.2.2 Teori dari Proses Berduka

Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah

berorientasi pada perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:

1. Penyangkalan (Denial)

Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak

untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti

“Tidak, tidak mungkin seperti itu,” atau “Tidak akan terjadi pada saya!”

umum dilontarkan klien.

2. Kemarahan (Anger)

Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak lebih” pada

setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan.

Pada fase ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung

dan marah. Hal ini merupakan koping individu untuk menutupi rasa

kecewa dan merupakan menifestasi dari kecemasannya menghadapi

kehilangan.

3. Penawaran (Bargaining)

Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau

jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari

pendapat orang lain.

10
4. Depresi (Depression)

Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna

kehilangan tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk

berupaya melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah.

5. Penerimaan (Acceptance)

Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross

mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi

kenyataan dari pada hanya menyerah pada pengunduran diri atau berputus

asa.

2.2.3 Dampak Kehilangan


1. Pada masa anak-anak, kehilangan dapat mengancam kemampuan untuk

berkembang, kadang-kadang akan timbul regresi, serta merasa takut saat

ditinggalkan atau dibiarkan kesepian.


2. Pada masa remaja atau dewasa muda, kaehilangan dapat menimbulkan

disintegrasi dalam keluarga.


3. Pada masa dewasa tua, kehilangan khususnya karena kematian pasangan

hidup, dapat menjadi pukulan yang sangat berat dan menghilangkan

semangat huyidup individu yang ditinggalkan


2.2.4 Tindakan Petugas Saat Menangani Pasien yang Mengalami Sakaratul
Maut
1. Memberi tahu pada keluarga tentang tindakan yg akan dilakukan.

2. Mendekatkan alat.

3. Memisahkan pasien dgn pasien lain.

11
4. Mengizinkan keluarga untuk mendampingi pasien tdk boleh ditinggalkan

sendiri.

5. Membersihkan pasien dari keringat.

6. Membasahi bibir pasien dgn kassa lembab, bila tampak kering

menggunakan pinset.

7. Membantu melayani dalam upacara keagamaan.

8. Mengobservasi tanda-tanda kehidupan (vital sign) terus menerus.

9. Mencuci tangan.

10. Melakukan dokumentasi tindakan.

2.2.5 Perawatan Pasien Sakaratul Maut


a. Pengertian:

Memberikan perawat khusus kepada pasien yang akan meninggal

sakaratul maut.

b. Tujuan:
1. Memberi kepuasan dan ketenagaan kepada pasien dan keluarganya.
2. Memberi kesan baik pada pasien lain disekitar.
c. Persiapan alat:

1. Tempat/ruang khusus (bila memungkinkan)

2. Alat pemberian O2

3. Alat Resusitasi

4. Tensi meter

12
5. Stetoskop

6. Pinset

7. Kain kasa penekan dan air matang pada tempatnya

8. Kertas tissue

9. Kapas

10. Handuk kecil/washlap untuk menyeka keringat pasien

11. Alat tenun

d. Persiapan Pasien:
1. Disisipkan sesuai agama dan kepercayaan
2. Keluarga pasien diberitahu secara bijaksana
e. Pelaksanaan:
1. Pasien ditempatkan terpisah dari pasien lain.
2. Pasien didampingi oleh keluarga dan petugas
3. Memberi penjelasan kepada keluarga tentang keadaan pasien
4. Usahakan pasien dalam keadaan bersih dan suasana tenang
5. Bila bibir pasien kering, basahi dengan kain kasa basah
6. Berikan bantuan kepada keluarga klien untuk kelancaran pelaksanaan

upacara keagamaan.
2.2.6 Perawatan Pasien Yang Meninggal
a. Pengertian:

Perawatan khusus kepada pasien yang baru saja meninggal.

b. Tujuan:
1. Memberihkan dan merapikan jenazah.
2. Memberi rasa puas kepada keluarga pasien.
c. Persiapan alat:
1. Pakaian khusus (berakshort)

13
2. Pembalut atau verban
3. Bengkak
4. Pinset
5. Kapas lembab dan kain kasa secukupnya
6. Pralatan yang diperlukan untuk membersihkan jenazah misal baskom
7. Sprey/kain penutup jenazah
8. Tempat pakaian kotor
9. Surat kematian sesuai peraturan yang berlaku

d. Pelaksanaan:
1. Keluarga pasien diberitahu dengan seksama, bagaimana jenazah akan

dibersihkan.
2. Petugas memakai pakaian khusus.
3. Jenazah dibersihkan dan dirapikan sesuai kebutuhan.
4. Letak tangan pasien diatur menurut agama.
5. Kelopak mata dirapatkan dan lubang-lubang pada tubuh ditutup.
6. Mulut dirapatkan dengan cara mengikat dagu
7. Kedua kaki dirapatkan, pergelangan kaki dan kedua ibu jari diikat

verban.
8. Jenazah ditutup rapi dengan kain penutup.
9. Surat kematian harus diisi dengan lengkap.
10. Jenazah dibawa ke kamar mayat.

14
BAB III

ASUHAN PADA PASIEN YANG MENGHADAPI KEHILANGAN

DAN KEMATIAN

3.1 Pengkajian

Data yang dapat dikumpulkan adalah:

a. Perasaan sedih, menangis.


b. Perasaan putus asa, kesepian
c. Mengingkari kehilangan
d. Kesulitan mengekspresikan perasaan
e. Konsentrasi menurun
f. Kemarahan yang berlebihan
g. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.
h. Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan.
i. Reaksi emosional yang lambat
j. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas
3.2 Diagnosa: Berduka disfungsional

Definisi: sesuatu respon terhadap kehilangan yang nyata maupun yang

dirasakan dimana individu tetap terfiksasi dalam satu tahap proses berduka

untuk suatu periode waktu yang terlalu lama, atau gejala berduka yang normal

menjadi berlebih-lebihan untuk suatu tingkat yang mengganggu fungsi

kehidupan.

3.3 Kemungkinan Etiologi (“yang berhubungan dengan”)

 Kehilangan yang nyata atau dirasakan dari beberapa konsep nilai untuk

individu

15
 Kehilangan yang terlalu berat (penumpukan rasa berduka dari kehilangan

multiple yang belum terselesaikan)

 Menghalangi respon berduka terhadap suatu kehilangan

 Tidak adanya antisipasi proses berduka

 Perasaan bersalah yang disebabkan oleh hubungan ambivalen dengan

konsep kehilangan.

3.4 Batasan Karakteristik (“dibuktikan dengan”)

 Idealisasi kehilangan (konsep)

 Mengingkari kehilangan

 Kemarahan yang berlebihan, diekspresikan secara tidak tepat


 Obsesi-obsesi pengalaman-pengalaman masa lampau
 Merenungkan perasaan nersalah secara berlebihan dan dibesar-

basarkan tidak sesuai dengan ukuran situasi.

 Regresi perkembangan

 Gangguan dalam konsentrasi

 Kesulitan dalam mengekspresikan kehilangan

 Afek yang labil

 Kelainan dalam kebiasaan makan, pola tidur, pola mimpi, tingkat

aktivitas, libido.

3.4 Sasaran/Tujuan
1. Sasaran jangka pendek

Pasien akan mengekspresikan kemarahan terhadap konsep

kehilangan dalam 1 minggu.

16
2. Sasaran jangka panjang

Pasien akan mampu menyatakan secara verbal perilaku-perilaku

yang berhubungan dengan tahap-tahap berduka yang normal. Pasien akan

mampu mengakui posisinya sendiri dalam proses berduka sehingga ia

mampu dengan langkahnya sendiri terhadap pemecahan masalah.

3.5 Intervensi dengan Rasional Tertentu

1. Tentukan pada tahap berduka mana pasian terfiksasi. Identifikasi perilaku-

perilaku yang berhubungan dengan tahap ini.

Rasional

Pengkajian data dasar yang akurat adalah penting untuk perencanaan

keperawatan yang efektif bagi pasien yang berduka.

2. Kembangkan hubungan saling percaya dengan pasien. Perlihatkan empati

dan perhatian. Jujur dan tepati semua janji

Rasional

Rasa percaya merupakan dasar unutk suatu kebutuhan yang terapeutik.

3. Perlihatkan sikap menerima dan membolehkan pasien untuk

mengekspresikan perasaannya secara terbuka

Rasional

Sikap menerima menunjukkan kepada pasien bahwa anda yakin bahwa ia

merupakan seseorang pribadi yang bermakna. Rasa percaya meningkat.

17
4. Dorong pasien untuk mengekspresikan rasa marah. Jangan menjadi

defensif jika permulaan ekspresi kemarahan dipindahkan kepada perawat

atau terapis. Bantu pasien untuk mengeksplorasikan perasaan marah

sehingga pasien dapat mengungkapkan secara langsung kepada objek atau

orang/pribadi yang dimaksud.

Rasional

Pengungkapan secara verbal perasaan dalam suatu lingkungan yang tidak

mengancam dapat membantu pasien sampai kepada hubungan dengan

persoalan-persoalan yang belum terpecahkan.

5. Bantu pasien untuk mengeluarkan kemarahan yang terpendam dengan

berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas motorik kasar (mis, joging, bola

voli,dll)

Rasional

Latihan fisik memberikan suatu metode yang aman dan efektif untuk

mengeluarkan kemarahan yang terpendam.

6. Ajarkan tentang tahap-tahap berduka yang normal dan perilaku yang

berhubungan dengan setiap tahap. Bantu pasien untuk mengerti bahwa

perasaan seperti rasa bersalah dan marah terhadap konsep kehilangan

adalah perasaan yang wajar dan dapat diterima selama proses berduka.

Rasional

18
Pengetahuan tentang perasaan-perasaan yang wajar yang berhubungan

dengan berduka yang normal dapat menolong mengurangi beberapa

perasaan bersalah menyebabkan timbulnya respon-respon ini.

7. Dorong pasien untuk meninjau hubungan dengan konsep kehilangan.

Dengan dukungan dan sensitivitas, menunjukkan realita situasi dalam

area-area dimana kesalahan presentasi diekspresikan.

Rasional

Pasien harus menghentikan persepsi idealisnya dan mampu menerima baik

aspek positif maupun negatif dari konsep kehilangan sebelum proses

berduka selesai seluruhnya.

8. Bantu pasien dalam memecahkan masalahnya sebagai usaha untuk

menentukan metoda-metoda koping yang lebih adaptif terhadap

pengalaman kehilangan. Berikan umpan balik positif untuk identifikasi

strategi dan membuat keputusan.

Rasional

Umpan balik positif meningkatkan harga diri dan mendorong pengulangan

perilaku yang diharapkan.

3.6 Hasil Pasien yang Diharapkan/Kriteria Pulang

19
1. Pasien mampu untuk menyatakan secara verbal tahap-tahap proses

berduka yang normal dan perilaku yang berhubungan debgab tiap-tiap

tahap.

2. Pasien mampu mengidentifikasi posisinya sendiri dalam proses berduka

dan mengekspresikan perasaan-perasaannya yang berhubungan denga

konsep kehilangan secara jujur.

3. Pasien tidak terlalu lama mengekspresikan emosi-emosi dan perilaku-

perilaku yang berlebihan yang berhubungan dengan disfungsi berduka dan

mampu melaksanakan aktifitas-aktifitas hidup sehari-hari secara mandiri.

BAB IV

20
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami

suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau

pernah dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah

dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau

seluruhnya.

Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.

NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi

dan berduka disfungsional.

Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman

individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan

seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional

sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal.

Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan

pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu

kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan

ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal,

abnormal, atau kesalahan/kekacauan.

Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau nyata dan persepsi.

Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:Kehilangan seseorang seseorang yang

21
dicintai, kehilangan lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan objek

eksternal, kehilangan yang ada pada diri sendiri/aspek diri, dan kehilangan

kehidupan/meninggal.

DAFTAR PUSTAKA

22
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.

Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan,


Kematian dan Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.

Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatn Psikiatri,


Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Perawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.

https://pastakyu.wordpress.com/asuhan keperawatan kehilangan dan berduka

23

Anda mungkin juga menyukai