DAN BERDUKA
DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
1
KATA PENGANTAR
Assalamuallaikum Wr.Wb
Puji syukur hanya kepada Allah Azzawa jala, terucap dari lubuk hati penulis
yang menghamba. Sungguh, karena Dia-lah karya kecil ini selesai, tumbuh dalam
kesempurnaannya yang tidak sempurna. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada
Nabi Muhammad, SAW. cintanya yang agung kepada Sang Pencipta dan kepada
sesama makhluk adalah inspirasi cinta sejati yang tak ada bandingnya dalam sejarah
umat manusia.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Yuli Bahriah, SKM, SST,
M.Kes. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, memberikan arahan
dan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Asuhan Pada Pasien Yang Menghadapi Kehilangan dan Kematian”.
Demikianlah makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam pembuatan
makalah ini kami mohon maaf dan kepada Allah kami mohon ampun. Wassalam.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup
umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini
dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang
berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami
proses ini ada keinginan untuk mencari bentuan kepada orang lain. Pandangan-
pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang petugas kesehatan apabila
1
kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak
berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar
artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius.
dengan klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting
klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).
1.2 Permasalahan
1. Tujuan umum
kematian
2
2. Tujuan khusus
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kehilangan
2.1.1 Definisi Kehilangan
Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai
sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin
terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik,
sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi
dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu
suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau
4
dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau
seluruhnya.
1. Aspek Psikologis
selesai.
2. Aspek Spiritual
mati.
3. Aspek Sosial
4. Aspek Fisik:
1. Denial ( pengingkaran )
5
Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia akan meninggal dan dia tidak
mengingkarinya
2. Anger ( Marah )
akan meninggal
3. Bergaining ( tawar-menawar )
4. Depetion ( depresi )
segera mati.ia sangat sedih karna memikirkan bahwa ia tidak akan lama
5. Acceptance ( penerimaan)
6
2. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya;
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang
berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari
Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang
diri sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan
sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari
tubuh.
7
3. Kehilangan objek eksternal
dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan
dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu
maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon
1. Fase denial
a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan
b. Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya itu terjadi ”.
8
c. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan,
mengepal.
d. Perilaku agresif.
3. Fase bergaining / tawar- menawar.
a. Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau saja yang sakit
9
kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan
1. Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak
“Tidak, tidak mungkin seperti itu,” atau “Tidak akan terjadi pada saya!”
2. Kemarahan (Anger)
Pada fase ini orang akan lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung
dan marah. Hal ini merupakan koping individu untuk menutupi rasa
kehilangan.
3. Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau
jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari
10
4. Depresi (Depression)
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna
5. Penerimaan (Acceptance)
kenyataan dari pada hanya menyerah pada pengunduran diri atau berputus
asa.
2. Mendekatkan alat.
11
4. Mengizinkan keluarga untuk mendampingi pasien tdk boleh ditinggalkan
sendiri.
menggunakan pinset.
9. Mencuci tangan.
sakaratul maut.
b. Tujuan:
1. Memberi kepuasan dan ketenagaan kepada pasien dan keluarganya.
2. Memberi kesan baik pada pasien lain disekitar.
c. Persiapan alat:
2. Alat pemberian O2
3. Alat Resusitasi
4. Tensi meter
12
5. Stetoskop
6. Pinset
8. Kertas tissue
9. Kapas
d. Persiapan Pasien:
1. Disisipkan sesuai agama dan kepercayaan
2. Keluarga pasien diberitahu secara bijaksana
e. Pelaksanaan:
1. Pasien ditempatkan terpisah dari pasien lain.
2. Pasien didampingi oleh keluarga dan petugas
3. Memberi penjelasan kepada keluarga tentang keadaan pasien
4. Usahakan pasien dalam keadaan bersih dan suasana tenang
5. Bila bibir pasien kering, basahi dengan kain kasa basah
6. Berikan bantuan kepada keluarga klien untuk kelancaran pelaksanaan
upacara keagamaan.
2.2.6 Perawatan Pasien Yang Meninggal
a. Pengertian:
b. Tujuan:
1. Memberihkan dan merapikan jenazah.
2. Memberi rasa puas kepada keluarga pasien.
c. Persiapan alat:
1. Pakaian khusus (berakshort)
13
2. Pembalut atau verban
3. Bengkak
4. Pinset
5. Kapas lembab dan kain kasa secukupnya
6. Pralatan yang diperlukan untuk membersihkan jenazah misal baskom
7. Sprey/kain penutup jenazah
8. Tempat pakaian kotor
9. Surat kematian sesuai peraturan yang berlaku
d. Pelaksanaan:
1. Keluarga pasien diberitahu dengan seksama, bagaimana jenazah akan
dibersihkan.
2. Petugas memakai pakaian khusus.
3. Jenazah dibersihkan dan dirapikan sesuai kebutuhan.
4. Letak tangan pasien diatur menurut agama.
5. Kelopak mata dirapatkan dan lubang-lubang pada tubuh ditutup.
6. Mulut dirapatkan dengan cara mengikat dagu
7. Kedua kaki dirapatkan, pergelangan kaki dan kedua ibu jari diikat
verban.
8. Jenazah ditutup rapi dengan kain penutup.
9. Surat kematian harus diisi dengan lengkap.
10. Jenazah dibawa ke kamar mayat.
14
BAB III
DAN KEMATIAN
3.1 Pengkajian
dirasakan dimana individu tetap terfiksasi dalam satu tahap proses berduka
untuk suatu periode waktu yang terlalu lama, atau gejala berduka yang normal
kehidupan.
Kehilangan yang nyata atau dirasakan dari beberapa konsep nilai untuk
individu
15
Kehilangan yang terlalu berat (penumpukan rasa berduka dari kehilangan
konsep kehilangan.
Mengingkari kehilangan
Regresi perkembangan
aktivitas, libido.
3.4 Sasaran/Tujuan
1. Sasaran jangka pendek
16
2. Sasaran jangka panjang
Rasional
Rasional
Rasional
17
4. Dorong pasien untuk mengekspresikan rasa marah. Jangan menjadi
Rasional
voli,dll)
Rasional
Latihan fisik memberikan suatu metode yang aman dan efektif untuk
adalah perasaan yang wajar dan dapat diterima selama proses berduka.
Rasional
18
Pengetahuan tentang perasaan-perasaan yang wajar yang berhubungan
Rasional
Rasional
19
1. Pasien mampu untuk menyatakan secara verbal tahap-tahap proses
tahap.
BAB IV
20
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau
dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau
seluruhnya.
NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau nyata dan persepsi.
21
dicintai, kehilangan lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan objek
eksternal, kehilangan yang ada pada diri sendiri/aspek diri, dan kehilangan
kehidupan/meninggal.
DAFTAR PUSTAKA
22
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.
Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.
23