Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Sejarah menunjukkan bahwa bidan adalah salah satu profesi tertua di dunia sejak
adanya peradaban umat manusia. Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam
mendampingi dan menolong ibu yang melahirkan. Peran dan posisi bidan di masyarakat
sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat,
membesarkan hati, mendampingi, serta menolong ibu yang melahirkan sampai ibu dapat
merawat bayinya dengan baik.
Sejak zaman pra sejarah, dalam naskah kuno sudah tercatat bidan dari Mesir yang
berani ambil resiko membela keselamatan bayi-bayi laki-laki bangsa Yahudi yang
diperintahkan oleh Firaun untuk di bunuh. Mereka sudah menunjukkan sikap etika moral
yang tinggi dan takwa kepada Tuhan dalam membela orang-orang yang berada dalam posisi
yang lemah, yang pada zaman modern ini, kita sebut peran bidan dalam praktiknya. Bidan
sebagai pekerja profesional dalam menjalankan tugas dan prakteknya, bekerja berdasarkan
pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja, standar praktik pelayanan serta
kode etik yang dimilikinya.
Di era globalisasi sekarang ini, keberadaan seorang bidan sangat diperlukan. Bidan
diakui sebagai profesional yang bertanggung jawab yang bekerja sebagai mitra perempuan
dalam memberikan dukungan yang diperlukan. Misalnya, asuhan dan nasihat selama
kehamilan, periode persalinan dan post partum, melakukan pertolongan persalinan di bawah
tanggung jawabnya sendiri, dan memberikan asuhan pada bayi baru lahir. Ruang lingkup
asuhan yang diberikan oleh seorang bidan dan telah ditetapkan sebagai wilayah kompetensi
bidan di Indonesia.
Dalam hal ini diharapkan agar bidan tidak memandang pasiennya dari sudut
biologis.Akan tetapi juga sebagai unsur sosial yang memiliki budaya tertentu dan di
pengaruhi oleh kondisi ekonomi serta lingkungan disekelilingnya. Sehingga nantinya dapat
menurunkan angka mortalitas dan morbiditas yang sudah dicanangkan oleh pemerintah.
Bidan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam asuhan yang mandiri, kolaborasi
dan melakukan rujukan yang tepat. Oleh karena itu bidan dituntut untuk mampu mendeteksi
dini tanda dan gejala komplikasi kehamilan, memberikan pertolongan kegawatdaruratan
kebidanan dan perinatal dan merujuk kasus.

1
Praktik kebidanan telah mengalami perluasan peran dan fungsi dari focus terhadap ibu
hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, serta anak balita bergeser kepada upaya mengantisipasi
tuntutan kebutuhan masyarakat yang dinamis yaitu menuju kepada pelayanan kesehatan
reproduksi sejak konsepsi hingga usia lanjut, meliputi konseling pre konsepsi, persalinan,
pelayanan ginekologis, kontrasepsi, asuhan pre dan post menopause, sehingga hal ini
merupakan suatu tantangan bagi bidan.
Berdasarkan penjelasan di atas, penyusun akan menjabarkan pembahasan tentang
“Refleksi Praktik dalam Pelayanan Kebidanan.”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dirumuskan masalah “Bagaimana Refleksi
Praktik dalam Pelayanan Kebidanan?”

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui Refleksi Praktik
dalam Pelayanan Kebidanan.

D. Manfaat Penulisan

1. Sebagai salah satu tugas kelompok dalam mata kuliah konsep kebidanan lanjut.
2. Sebagai bahan masukan dan tambahan pengetahuan untuk penyusun dan teman kelas
mengenai Refleksi Praktik dalam Pelayanan Kebidanan
3. Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan atau pengetahuan para pembaca.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Reflektif Practice
1. Pengertian Reflektif practice
Praktek reflektif ( Reflektif Practice) adalah cara mempelajari pengalaman
seseorang untuk memperbaiki cara bekerja.
Refleksi praktik dalam pelayanan kebidanan dimaksudkan sebagai bentuk
pedoman/acuan yang merupakan kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan
asuhan kebidanan, dipengaruhi oleh filosofi yang dianut bidan (filosofi asuhan
kebidanan) meliputi unsur-unsur yang terdapat dalam paradigma kesehatan (manusia-
perilaku, lingkungan & pelayanan kesehatan).
Dalam praktek kebidanan, pemberian asuhan kebidanan yang berkualitas
sangat dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara bidan membina
hubungan, baik sesama rekan sejawat ataupun dengan orang yang diberi asuhan.
Upaya meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan juga ditentukan oleh ketrampilan
bidan untuk berkomunikasi secara efektif dan melakukan konseling yang baik kepada
klien.
Bidan merupakan ujung tombak memberikan pelayanan yang berkuliatas dan
sebagai tenaga kesehatan yang professional, bekerja sebagai mitra masyarakat,
khususnya keluarga sebagai unit terkecilnya, yang berarti bidan memiliki posisi
strategis untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat holistik komprehensif
(berkesinambungan, terpadu, dan paripurna), yang mencakup upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam upaya mencapai terwujudnya paradigma
sehat. Jadi seorang bidan dituntut untuk menjadi individu yang professional dan
handal memberikan pelayanan yang berkualitas karena konsep kerjanya berhubungan
dengan nyawa manusia.

2. Pengertian Otonom
Otonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu autos ( self atau diri sendiri ) dan
nomos yang artinya aturan ( rule). Dengan demikian otonomi mengandung arti
mengatur diri sendiri yaitu bebas dari kontrol pihak lain dan dari perbatasan pribadi.

3
Bidan harus menghormati otonomi pasien oleh karena itu kita mengenal yang
namanya informed consent. Persetujuan penting dari sudut pandang bidan, karena itu
berkaitan dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang
dilakukan oleh bidan. Sedangkan pilihan (choice) lebih penting dari sudut pandang
wanita (pasien)sebagai konsumen penerima jasa asuhan kebidanan.
Tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih asuhannya. Peran bidan
tidak hanya membuat asuhan dalam manajemen asuhan kebidanan tetapi juga
menjamin bahwa hak wanita untuk memilih asuhan dan keinginannya terpenuhi. Hal
ini sejalan dengan kode etik internasional bidan yang dinyatakan oleh ICM 1993,
bahwa bidan harus menghormati hak wanita setelah mendapatkan penjelasan dan
mendorong wanita untuk menerima tanggung jawab untuk hasil dari pilihannya.
3. Pengertian Beneficience dan Nonmaleficiene
Beneficience berarti berbuat baik . ini adalah prinsip yang mengharuskan
bidan untuk bertindak dengan menguntungkan pasien. Nonmaleficience berarti tidak
merugikan pasien. Jika bidan tidak bisa berbuat baik kepada pasien atau melakukan
tindakan yang menguntungkan pasien, paling tidak bidan tidak merugikan pasien.
Beneficience dan nonmaleficience merupakan keharusan untuk meningkatkan
kesehatan klien dan tidak merugikannya. Hal ini sering bertentangan dengan otonomi.
Sebagai contoh Seorang klien melahirkan bayinya namun mengalami robekan
jalan lahir. Oleh karena itu perlu dilakukan inspeksi khusus pada vulva, vagina dan
serviks dengan menggunakan spekulum . Dan untuk tindakan selanjutnya semua
sumber perdarahan harus diklem ,diikat, dan luka ditutup dengan penjahitan sampai
perdarahan berhenti. Teknik penjahitan memerlukan rekan ,anastesi lokal , dan
penerangan yang cukup. Namun klien tidak ingin jika rekan bidan tersebut ikut
membantu. Pertimbangan bidan yaitu perdarahan akan lebih parah jika tetap
dibiarkan. Teman sejawat ataupun asisten perawat tentu dibutuhkan karena akan sulit
jika melakukannya sendiri.
Dalam hal ini bidan harus pandai membaca keadaan spiritual , psikologis
klien, menenangkan klien, meminta bantuan keluarga ( misalnya suami) untuk
menyakinkan klien ,dan memberi penjelasan pada klien dan keluarga akan tindakan
yang akan dilakukan serta akibat buruk yang terjadi jika klien tetap mempertahankan
egonya. Bidan harus menolak otonomi pasien demi mewujudkan beneficience dan
nonmaleficience.

4
B. Hak Dan Kewajiban Bidan
Hak dan kewajiban adalah hubungan timbal balik dalam kehidupan sosial sehari-
hari. Pasien memiliki hak terhadap bidan atas pelayanan yang diterimanya. Hak pasti
berhubungan dengan individu, yaitu pasien. Sedangkan bidan mempunyai
kewajiban/keharusan untuk pasien, jadi hak adalah sesuatu yang diterima oleh pasien.
Sedang kewajiban adalah suatu yang diberikan oleh bidan. Seharusnya juga ada hak yang
harus diterima oleh bidan dan kewajiban yang harus diberikan oleh pasien.
1. Hak Bidan

a. Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melakasanakan tugsa sesuai


denga profesinya.
b. Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap
tingkat/jenjang pelayanan kesehatan.
c. Bidan berhak menolak keinginan pasien/ kliendan keluarga yang beertentangan
dengan peraturan perundangan, dan kode etik profesi.
d. Bidan berhak atas privasi/kedirian dan menuntut apabila nama baiknya
dicemarkan oleh pasien, keluarga maupun profesi lain.
e. Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan
maupun pelatihan.
f. Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan jabatan
yang sesuai.
g. Bidan berhak mendapatkan kompensasi dan kesahjeteraan yang sesuai.
2. Kewajiban Bidan
Kode Etik Bidan Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan
disahkan dalam Kongres Nasional Ikatan Bidan Indonesia X tahun 1988, sedangkan
petunjuk pelaksanaannya disahkan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IBI tahun
1991 sebagai pedoman dalam prilaku. Ketujuh bab ini dapat dibedakan atas tujuh
bagian yaitu :

a. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat ( 6 butir)


b. Kewajiban bidan terhadap tugasnya ( 3 butir)
c. Kewajiban Bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2 butir)
d. Kewajiban Bidan terhadap profesinya (3 butir)
e. Kewajiban Bidan terhadap dia sendiri (2 butir)

5
f. Kewajiban Bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air (2 butir)
g. Penutup (1 butir)

Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir)

a. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan


sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
b. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggiharkat dan
martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
c. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran,
tugas dan tanggungjawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan
masyarakat.
d. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentinganklien,
menghormati hak klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat.
e. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukankepentingan
klien, keluarga dan masyarakat dengan identitas yang samasesuai dengan
kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
f. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalamhubungan
pelaksanaan – tugasnya, dengan mendorong partisipasimasyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.

Kewajiban bidan terhadap tugasnya (3 butir)

a. Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna terhadap klien,keluarga


dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan
kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
b. Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangandalam
mengambil keputusan dalam tugasnya termasuk keputusan
mengadakankonsultasi dan atau rujukan.
c. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat danatau
dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan ataudipedukan
sehubungan kepentingan klien.

6
Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2butir)

a. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk


menciptakan suasana kerja yang serasi.
b. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya harus saling menghormati baik
terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.

Kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir)

a. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra
profesinyadengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan
pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
b. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan did dan
meningkatkankemampuan profesinya seuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
c. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan
kegiatansejenis yang dapat meningkatkan mute dan citra profesinya.

Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir)

a. Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan


tugas profesinya dengan baik.
b. Setiap bidan harus berusaha secara terus menerus untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuandan teknologi.

Kewajiban bidan terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air (2 butir)

a. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-


ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan
KIA/KB dan kesehatan keluarga dan masyarakat.
b. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan
pemikirannya kepada pemerintah untuk- meningkatkan mutu jangakauan
pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.

7
C. Etiko Legal
1. Pengertian Etika
Etika dalam bahasa Yunani adalah “Ethos” (tunggal), yang berarti kebiasaan-
kebiasaan tingkah laku manusia, adab, akhlak, watak, perasaan, sikap dan cara
berfikir serta “ta etha” (jamak), yang berarti adab kebiasaan. Dalam bahasa Inggris,
“ethics”,  berarti ukuran tingkah laku atau perilaku manusia yang baik, tindakan yang
tepat, yang harus dilaksanakan  oleh manusia sesuai denga moral pada umumnya.
Menurut aristoteles etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang
buruk serta tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
Etika diartikan “sebagai ilmu yang mempelajari kebaikan dan keburukan
dalam hidup manusia khususnya perbuatan manusia yang didorong oleh kehandak
dengan didasari pikiran yang jernih dengan pertimbangan perasaan”.
Etika merupakan bagian filosofis yang berhubungan erat dengan nilai manusia
dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah, dan penyelesaiannya baik
atau tidak (Jones, 1994)
Etik adalah aplikasi dari proses & teori filsafat moral terhadap kenyataan yg
sebenarnya. Hal ini berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar & konsep yg
membimbing makhluk hidup dalam berpikir & bertindak serta menekankan nilai-nilai
mereka.(Shirley R Jones- Ethics in Midwifery)
Jadi, etika adalah ilmu pengetahuan tentang kebiasaan perilaku manusia baik
yang bersifat baik maupun buruk  seperti adab, perasaan, cara berfikir, dan akhlak.
2. Pengertian Legal
Legal adalah sesuatu yang di anggap sah oleh hukum dan undang-undang
(Kamus Besar Bahasa Indonesia).
3. Kode Etik Bidan
Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus dipatuhi  oleh
setiap anggota profesi yang bersngkutan didalam melaksanakan tugas profesinya dan
dalam hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi
anggota profesi tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya dan
larangan-larangan yaitu ketentuan-ketentuan tentang apa saja yang boleh dan apa saja
yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak saja dalam
menjalankan tugas profesinya, melainkan juga menyangkut tingkah laku pada
umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat.

8
Kode etik kebidanan merupakan suatu pernyataan komprehensif profesi yang
memberikan tuntunan bagi bidan untuk melaksanakan praktek kebidanan baik yang
berhubungan dengan kesejahteraan, keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi dan
dirinya.
4. Pengertian Hukum
Pengertian hukum menuru para ahli hukum di antaranya:
a. Definisi Hukum dari Kamus Besar Bahasa Indonesia  (1997):
a

b. Peraturan atau adat, yang secara resmi dianggap mengikat dan dikukuhkan oleh
penguasa, pemerintah atau otoritas.
c. Undang-undang, peraturan dan sebagainya untuk mengatur kehidupan
masyarakat.
d. Patokan (kaidah, ketentuan).
e. Keputusan (pertimbangan) yang ditentukan oleh hakim dalam pengadilan, vonis.
f. Plato
g. Dilukiskan dalam bukunya Republik. Hukum adalah sistem peraturan-peraturan
yang teratur dan tersusun baik yang mengikat masyarakat.
h. Aristoteles
i. Hukum yaitu kumpulan peraturan yang tidak hanya mengikat masyarakat tetapi
juga hakim.
j. Austin
k. Hukum adalah sebagai peraturan yang diadakan untuk memberi bimbingan
kepada makhluk berakal oleh makhluk berakal yang berkuasa atasnya
(Friedmann, 1993: 149).
l. Jadi, hukum adalah himpunan peraturan-peraturan yang dibuat oleh penguasa
negara atau pemerintah secara resmi melalui lembaga atau intuisi hukum untuk
mengatur tingkah laku manusia dalam bermasyarakat, bersifat memaksa, dan
memiliki sanksi yang harus dipenuhi oleh masyarakat.
5. Pengertian paradigma Etiko Legal
Paradigma etikolegal adalah cara berfikir yang menganggap pelayanan
kedokteran dan kesehatan serta hukum adalah suatu kristalisasi dari etika, dimana
etika sebagai moralitas berkedudukan lebih tinggi.
Etikolegal mendalilkan, etika dan hukum masih merupakan suatu proses
berkesinambungan, seraya menggabungkan kekuatan keduanya sambil
menyingkirkan kelemahan masing-masing. Paradigma etikolegal bertolak dari konsep
9
dasar pentingnya hukum dan etika pada lapangan biomedis sebagai sesuatu yang amat
peka moral.
Tenaga kesehatan sebagai masukan dalam sistem etikolegal selanjutnya akan
mengalami proses hukum dan menjadi keluaran. Hasil keluaran berupa dinamika nilai
kesehatan pada tataran mikro dan makro yaitu tercapainya keseimbangan trias antara
tujuan kedokteran berupa kesembuhan penyakit pasien, keselamatan pasien serta
terjaganya keluhuran dan martabat profesi dokter.
Dengan demikian sistem etikolegal merupakan sarana untuk memertajam
profesionalisme tenaga kesehatan agar tetap terpercaya dan andal sehingga senantiasa
dibutuhkan masyarakatnya. Kalau sistem etikolegal dijalankan secara sungguh-
sungguh oleh para dokter, tidak akan ada lagi mal praktik kecuali kecelakaan medik.
6. Isu etika yang terjadi antara bidan dengan klien, teman sejawat, dan lain sebagainya.
Kini masyarakat semakin kritis sehingga terjadi penguatan tuntutan terhadap
mutu pelayanan kebidanan. Mutu pelayanan kebidanan yang baik perlu landasaan
komitmen yang kuat dengan basis etik dan moral yang baik. Dalam praktik kebidanan
sering kali bidan dihadapkan beberapa permasalahan yang dilematis, artinya
pengambilan yang sulit berkaitan dengan etik. Bidan dituntut berperilaku hati-hati
dalam setiap tindakannya dalam memberikan asuhan kebidanan dengan menampilkan
perilaku yang etis professional dengan mengambil keputusan yang tepat.
Kerangka pengambilan keputusan dalam asuhan kebidanan memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
a. Bidan harus mempunyai responsibility dan accountability
b. Bidan harus menghargai wanita sebagai individu dan melayani dengan rasa
hormat.
c. Pusat perhatian pelayanan bidan adalah safety and wellbeing mother
d. Bidan berusaha menyokong pemahaman ibu tentang kesejahteraan dan
menyatkan pilihannya pada pengalaman situasi yang aman.
e. Sumber proses pengambilan keputusan dalam kebidanan adalah : knowledge,
ajaran intrinsik, kemampuan berfikir kritis, kemampuan membuat keputusan
klinis yang logis.

10
7. Hak – hak klien
Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien :
a. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan.
b. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi adil dan makmur.
c. Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan profesi bidan
tanpa diskriminasi.
d. Pasien berhak memperoleh asuhan kebidanan sesuai dengan profesi bidan tanpa
diskriminasi.
e. Pasien berhak memilih bidan yang akan menolongnya sesuai dengan
keinginannya.
f. Pasien berhak mendapat pendampingan suami selama proses persalinan
berlansung.
g. Pasien berhak mendapatkan informasi yang meliputi kehamilan, persalinan,
nifas, dan bayinya yang baru dilahirkan.
h. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya
dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
i. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat kritis
dan mendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar.
j. Pasien berhak menerima konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar dirumah
sakit tersebut terhadap penyakit yang dideritanya, sepengetahuan dokter yang
merawat.
k. Pasien berhak meminta atas “privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya.
l. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi :
 Penyakit yang diderita.
 Tindakan kebidanan yang akan dilakukan.
 Alternative terapi lainnya.
 Prognosanya.
 Perkiraan biaya pengobatan
m. Pasien berhak menyetujui / memberikan ijin atas tindakan yang akan dilakukan
oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritannya.

11
n. Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah
memperoleh informasi yang jelas tentang penyakit.
o. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
p. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang
dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien yang lainnya.
q. Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
di rumah sakit.
r. Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual.
s. Pasien berhak mendapatkan perlindungan hokum atas terjadinya kasus
malpraktek.
t. Hak untuk menentukan diri sendiri, merupakan dasr dari seluruh hak pasien.
u. Pasien berhak melihat rekam medic.

8. Pengertian Legislasi, Registrasi dan lisensi


a. Legislasi
 Pengertian Legislasi
Legislasi adalah proses pembuatan undang-undang atau
penyempurnaan perangkat hukum yang sudah ada melalui serangkaian
kegiatan sertifikasi ( pengaturan kompetensi ), registrasi ( pengaturan
kewenangan ), dan lisensi ( pengaturan penyelenggaraan kewenangan ).
 Tujuan legislasi adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap
pelayanan yang telah diberikan. Bentuk perlindungan tersebut adalah
meliputi :
 Mempertahankan kualitas pelayanan
 Memberi kewenangan
 Menjamin perlindungan hukum
 Meningkatkan profisionalisme
b. Registrasi
 Pengertian Registrasi
adalah proses pendaftaran, pendokumentasian dan pengakuan terhaap
bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal kopetensi inti atau standar
penampilan minimal yang ditetapkan, sehingga secara fisik dan mental

12
mampu melaksanakan praktik profesinya (Registrasi menurut keputusan
menteri kesehatan republik indonesia nomor 900/MENKES/SK/VII/2002).
Dengan teregistrasinya seorang tenaga profesi, maka akan
mendapatkan haknya untuk ijin praktik ( lisensi ) setelah memenuhi beberapa
persyaratan administrasi untuk lisensi.
 Tujuan Registrasi
 Meningkatkan keemampuan tenaga profesi dalam mengadopsi kemajuan
ilmu pengetahuan dan tehnologi yang berkembang pesat.
 Meningkatkan mekanisme yang obyektif dan komprehensif dalam
penyelesaian kasus mal praktik.
 Mendata jumlah dan kategori melakukan praktik

c. Lisensi
 Pengertian Lisensi
Lisensi adalah proses administrasi yang dilakukan oleh pemerintah atau yang
berwenang berupa surat ijin praktik yang diberikan kepada tenaga profesi
yang teregistrasi untuk pelayanan mandiri.
 Tujuan Lisensi
Tujuan lisensi adalah:
 Memberikan kejelasan batas wewenang
 Menetapkan sarana dan prasarana
 Meyakinkan klien

D. Sistem Penghargaan Dan Sanksi Bidan Yang Berhubungan Dengan Hak, Kewajiban Dan
Etiko Legal Dalam Praktek Asuhan Kebidanan
1. Pengertian Praktek kebidanan
Praktik Kebidanan adalah asuhan yang diberikan oleh bidan secara mandiri
baik pada perempuan yang menyangkut proses reproduksi, kesejahteraan ibu dan
janin / bayinya, masa antara dalam lingkup praktek kebidanan juga termasuk
pendidikan kesehatan dalam hal proses reproduksi untuk keluarga dan komunitasnya.
Praktik kebidanan berdasarkan prinsip kemitraan dengan perempuan, bersifat
holistik dan menyatukannya dengan pemahaman akan pengaruh sosial, emosional,
budaya, spiritual, psikologi dan fisik dari pengalaman reproduksinya.  Praktik

13
kebidanan bertujuan menurunkan / menekan mortalitas dan morbilitas ibu dan bayi
yang berdasarkan ilmu-ilmu kebidanan, kesehatan, medis dan sosial untuk
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan ibu dan janin / bayinya.

2. Pengertian Asuhan Kebidanan


Asuhan Kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi
tanggungjawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai
kebütuhan masalah dalam bidang kesehatan ibu hamil, masa persalinan, masa nifas,
bayi setelah lahir serta keluarga berencana (Depkes RI, 1999).
3. Penghargaan bagi bidan
Penghargaan adalah sebuah bentuk apresiasi kepada suatu prestasi tertentu
yang diberikan baik oleh perorangan ataupun suatu lembaga.
Penghargaan yang diberikan kepada bidan tidak hanya dalam bentuk imbalan
jasa, tetapi juga dalam bentuk pengakuan profesi dan pemberian kewenangan / hak
untuk menjalankan praktik sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3, hak adalah kewenangan
untuk berbuat sesuatu yang telah ditentukan oleh undang-undang atau aturan tertentu.
Bidan di Indonesia memiliki organisasi profesi yaitu Ikatan Bidan Indonesia atau IBI
yang mengatur hak dan kewajiban serta penghargaan dan sanksi bagi bidan. Setiap
bidan yang telah menyelesaikan pendidikan kebidanan berhak dan wajib menjadi
anggota IBI.
Wewenang bidan ,antara lain:
a. Pemberian kewenangan lebih luas kepada bidan untuk mendekatkan pelayanan
kegawatan obstetric dan neonatal.
b. Bidan harus melaksanakan tugas kewenagan sesuai standar profesi,memiliki
kemampuan dan ketrampilan sebagai bidan,mematuhi dan melaksanakan protap
yang berlaku di wilayahnya dan bertanggung jawab atas pelayanan yang
diberikan dengan mengutamakan keselamatan ibu dan bayi.
c. Pelayanan kebidanan kepada wanita oleh bidan meliputi pelayanan pada masa
pranikah termasuk remaja putri, pra hamil, kehamilan, persalinan, nifas,
menyusui, dan masa antara kehamilan.
d. Dan masih banyak lagi.

14
Dalam lingkup IBI,anggota mempunyai hak tertentu sesuai dengan
kedudukannya,yaitu:

a. Anggota Biasa
 Berhak mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh organisasi.
berhak mengemukakan pendapat ,saran, dan usul untuk kepentingan
organisasi
 Berhak memilih dan dipilih.
b. Anggota Luar Biasa
 Dapat mengikuti kegiatan yang dilakukan organisasi.
 Dapat mengemukakan pendapat ,saran,dan usul untuk kepentingan
organisasi.
 Anggota Kehormatan dapat mengemukakan pendapat,saran,dan usul untuk
kepentingan organisasi.
Tujuan dari penghargaan adalah :
a. Meningkatkan prestasi kerja staf, baik secara individu maupun dalam kelompok
setinggi-tingginya.
b. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan meningkatkan hasil
kerja melalui prestasi pribadi.
c. Memberikan kesempatan kepada staf untuk menyampaikan perasaannya tentang
pekerjaan sehingga terbuka jalur komunitas dua arah antara pimpinan dan staf.
4. Sanksi bagi bidan
Tidak hanya memberikan penghargaan bagi bidan yang mampu melaksanakan
prakteknya sesuai kode etik dan standar profesi bidan, Setiap penyimpangan baik itu
disengaja atau tidak, akan tetap di audit oleh dewan audit khusus yang telah dibentuk
oleh organisasi bidan atau dinas kesehatan di kabupaten tersebut. Dan bila terbukti
melakukan pelanggaran atau penyimpangan maka bidan tersebut akan mendapat
sanksi yang tegas, supaya bidan tetap bekerja sesuai kewenangannya. 
Sanksi adalah imbalan negatif, imbalan yang berupa pembebanan atau
penderitaan yang ditentukan oleh hukum aturan yang berlaku.  Sanksi berlaku bagi

15
bidan yang melanggar kode etik dan hak/kewajiban bidan yang telah diatur oleh
organisasi profesi. 
Bagi bidan yang melaksanakan pelayanan kebidanan tidak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku maka akan diberikan sanksi sesuai dengan Permenkes RI No.
1464/Menkes/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan.
Sanksi berlaku bagi bidan yang melanggar kode atau etik dan hak/ kewajiban bidan
yang telah di atur oleh organisasi profesi.
Dalam organisasi profesi kebidanan terdapat Majelis Pertimbangan Etika
Bidan ( MPEB) & Majelis Pembelaan Anggota ( MPA) yang memiliki tugas :
a. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan bidang sesuai dengan ketetapan
pengurus pusat .
b. Melaporkan hasil kegiatan bidang tugasnya secara berkala
c. Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas pengurus
pusat.
d. Membentuk tim teknis sesuai kebutuhan, tugas dan tanggung jawabnya di
tentukan pengurus.

MPEB dan MPA merupakan majelis independen yang berkonsultasi dan


berkoordinasi dengan pengurus inti dalam organogram IBI tingkat nasional.
MPEB secara internal memberikan saran, pendapat, dan buah pikiran tentang
masalah pelik yang sedang dihadapi, khususnya yang menyangkut pelaksanaan kode
etik bidan dan pembelaan anggota. MPEB dan MPA, bertugas mengkaji, menangani
dan mendampingi anggota yang mengalami permasalahan dan praktik kebidanan serta
masalah hukum. Kepengurusan MPEB dan MPA terdiri dari ketua, sekertaris,
bendahara, dan anggota. MPA tingkat pusat melaporkan pertanggungjawabannya
kepada pengurus pusat IBI dan pada kongres nasional IBI. MPA tingkat provinsi
melaporkan pertanggungjawabannya kepada IBI tingkat provinsi (pengurus daerah).
Tugas dan wewenang MPA dan MPEB adalah memberikan bimbingan dan
pembinaan serta pengawasan etik profesi, meneliti dan menentukan adanya kesalahan
atau kelalaian bidan dalam memberikan pelayanan. Etika profesi adalah norma-norma
yang berlaku bagi bidan dalam memberikan pelayanan profesi seperti yang tercantum
dalam kode etik bidan.

Anggota MPEB dan MPA, adalah:

16
a. Mantan pengurus IBI yang potensial.
b. Anggota yang memiliki perhatian tinggi untuk mengkaji berbagai aspek dan
perubahan serta pelaksanaan kode etik bidan, pembelaan anggota, dan hal yang
menyangkut hak serta perlindungan anggota.
c. Anggota yang berminat dibidang hukum

Keberadaan MPEB bertujuan untuk:

a. Meningkatkan citra IBI dalam meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan


bidan.
b. Membentuk lembaga yang akan menilai ada atau tidaknya pelanggaran terhadap
Kode Etik Bidan Indonesia.
c. Meningkatkan kepercayaan diri anggota IBI.
d. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bidan dalam memberikan
pelayanan.
Contoh sanksi bidan adalah pencabutan ijin praktek bidan, pencabutan SIPB
sementara, atau bisa juga berupa denda. Penyimpangan yang dilakukan oleh bidan
misalnya :
a. Bidan melakukan praktek aborsi,yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh
bidan karena termasuk tindakan kriminal.
b. Bidan tidak melakukan rujukan pada ibu yang mengalami persalinan premature,
bidan ingin melakukan persalinan ini sendiri. Ini jelas tidak boleh dilakukan, dan
harus dirujuk. Karena ini sudah bukan kewenangan bidan lagi, selain itu jika
dilakukan oleh bidan itu sendiri,persalinan akan membahayakan ibu dan bayi
yang dikandungnya.
Alur saksi bidan yaitu malpraktek yang dilakukan oleh bidan dapat disebabkan
oleh banyak faktor, misalnya kelalaian, kurangnya pengetahuan, faktor ekonomi,
rutinitas,dan juga perubahan hubungan antara bidan dengan pasien. Untuk dapat
mencegah terjadinya malpraktek yang dilakukan oleh bidan dapat dilakukan dengan
beberapa cara, misalnya dengan tidak memberikan jaminan atau garansi akan
keberhasilan usahanya, dalam melakukan tindakan harus ada informed consent,
mencatat semua tindakan kedalam rekam medik, dan lain-lain.
Untuk  penyelesaian tindak pidana malpraktek yang dilakukan oleh bidan yang
telah masuk ke pengadilan, semua tergantung kepada pertimbangan hakim yang
menangani kasus tersebut untuk menentukan apakah kasus yang ditanganinya termsuk

17
kedalam malpraktek atau tidak. Atau apakah si pelaku dapat dimintai pertanggung
jawaban secara pidana atau tidak.
Melakukan malpraktek yuridis (melanggar hukum) berarti juga melakukan
malpraktek etik (melanggar kode etik). Sedangkan malpraktek etik belum tentu
merupakan malpraktek yuridis. Apabila seorang bidan melakukan malpraktek etik
atau melanggar kode etik. Maka penyelesaian atas hal tersebut dilakukan oleh wadah
profesi bidan yaitu IBI. Dan pemberian sanksi dilakukan berdasarkan peraturan-
peraturan yang berlaku didalam organisasi IBI tersebut. Sedangkan apabila
seorang bidan melakukan malpraktek yuridis dan dihadapkan ke muka pengadilan.
Maka IBI melalui MPA dan MPEB wajib melakukan penilaian apakah bidan tersebut
telah benar-benar melakukan kesalahan.
Apabila menurut penilaian MPA dan MPEB kesalahan atau kelalaian tersebut
terjadi bukan karena kesalahan atau kelalaian bidan, dan bidan tersebut telah
melakukan tugasnya sesuai dengan standar profesi, maka IBI melalui MPA wajib
memberikan bantuan hukum kepada bidan tersebut dalam menghadapi tuntutan atau
gugatan di pengadilan.
Tentunya dengan segala kebijakan hukum yang ada kita tidak bisa
meninggalkan etika dan moral yang berlaku. Kebijakan yang dibuat harus tetap
memperhatikan kaidah etika dan moral yang diakui secara umum. Tanpa etika dan
moral kebijakan hukum akan menjadi hukum yang kaku tanpa adanya dinamisasi
yang harmonis dan selaras antara peraturan dan yang menerapkan peraturan tersebut
dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi, dalam praktik pelayanan kebidanan sistem harus sejalan dengan etika dan
moral yang berlaku agar sistem tata hukum berlaku dengan baik dan mencapai tingkat
efisien dan efektif untuk pelayan kesehatan terutama bidan.

E. Contoh kasus
ANALISA KASUS “Ortu akan Polisikan RS yang Vonis Bayi Upik Meninggal”

1. Jakarta - Ali Zuar (33) dan Mayarni (27) tidak menyangka bayi mereka yang sudah
divonis mati oleh bidan sebuah rumah sakit tiba-tiba masih bernafas. Keduanya akan
melaporkan hal ini kepada polisi.
2. Kisah itu bermula saat Mayarni melahirkan anak keduanya, Upik, pada Rabu
(20/2/2013) kemarin sekitar pukul 14.25 WIB. Pihak RS menyatakan bayi
18
perempuan itu langsung meninggal karena partus immaturus alias kelahiran
prematur.
3. "Ketika lahir diperiksa sama bidan dan dinyatakan bahwa Upik meninggal dalam
kondisi lahir prematur," ujar Ramdan Alamsyah, kuasa hukum Ali Zuar, kepada
wartawan di kediaman Ali di Gang Damai, Petukangan Selatan, Pesanggrahan,
Jaksel, Kamis (21/2/2013).
4. Setelah vonis itu, jenazah Upik dibawa ke rumahnya. Jenazah sudah dibungkus kain
kafan. Di atas jenazah sudah diletakkan surat kematian bayi.
5. Namun, setelah sampai ke rumah dan diperiksa oleh keluarga, bayi Upik masih hidup
walaupun bernafas terengah-engah. Keluarga dan warga sekitar kaget. Upik lalu
diberi oksigen dari tabung kecil, milik seorang warga yang memiliki usaha pijat
refleksi.
6. Warga juga sempat memberikan bayi Upik penghangat dari alat terapi. Kondisi bayi
Upik yang tadinya membiru menjadi memerah kembali.
7. "Pak RT menyarankan bayi Upik dibawa ke RS untuk mendapatkan pertolongan
kembali. Namun karena hujan baru dikirim pukul 20.00 WIB kemarin oleh
tetangga," kata Ramdan.
8. Sesampainya di RS, dilakukan upaya maksimal pada bayi Upik. Setelah itu, pihak
RS memberikan surat rujukan RS tempat bayi Upik dirawat.
9. Jika ingin dibantu RS tersebut terkait rujukan RS, maka pihak keluarga harus
membayar uang muka Rp 15 juta.
10. Akhirnya pihak keluarga datang lagi membawa uang tersebut. Malang, bayi Upik
menghembuskan nafas terakhir pada Rabu (20/2/2013) pukul 23.15 WIB.
11. "Kita menganggap ini bagian malpraktik RS, ketika bayi masih hidup malah
dinyatakan meninggal. Di situ ada 2 surat kematian, pertama dijelaskan lahir Rabu
(20/2/2013) pukul 14.25 WIB lalu dinyatakan meninggal. Kemudian dibuat surat
lahir lagi Rabu (20/2/2013) pukul 23.00 WIB dan dinyatakan meninggal pukul 23.15
WIB," beber Ramdan.
12. Bayi Upik lalu dimakamkan di kuburan Islam di musala Darul Muttaqin, Petukangan
Selatan, siang tadi usai salat zuhur.
13. Ali Zuar, ayah bayi Upik, berprofesi sebagai tukang jahit konveksi. Sedangkan
istrinya berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Bayi Upik merupakan anak kedua.
Anak pertama pasangan itu meninggal dunia, juga karena lahir prematur.
14. "Akan dilaporkan ke Polres Jakarta Selatan besok," tutur Ramdan.
19
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Bidan merupakan salah satu profesi bidang kesehatan yang memiliki tugas yang
berat dan harus dipertanggung jawabkan. Membantu persalinan adalah salah satu tugas
berat bidan. Karena berhubungan dengan nyawa bayi dan ibunya. Jadi bidan berhak dan
berkewajiban untuk mendapat penghargaan.
Penghargaan bagi bidan adalah bentuk apresiasi yang diberikan kepada bidan
tidak hanya berupa imbalan jasa tetapi juga dalam bentuk pengakuan profesi dan
pemberian kewenangan atau hak untuk menjalankan praktik sesuai dengan kompetensi
yang dimiliki. Sedangkan sanksi bagi bidan adalah imbalan negatif, imbalan yang berupa
pembebanan atau penderitaan yang ditentukan oleh hukum aturan yang berlaku. Sanksi
berlaku bagi bidan yang melanggar kode etik dan hak/kewajiban bidan yang telah diatur
oleh organisasi profesi.

B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan pengetahuan
dan ketrampilan, maka penyusun mengharapkan kritikan dan saran demi pengembangan
penulisan selanjutnya. Dan untuk senantiasa mencari tahu lebih dalam dan
memperbaharui pengetahuan mengenai ilmu kebidanan khususnya mengenai Konsep
Kebidanan karena ilmu pengetahuan akan terus berkembang dari waktu ke waktu.

20
DAFTAR PUSTAKA

Kumala, Popy, dr. 2007. Manajemen Pelayanan Primer. Jakarta: EGC

Mufdilah,dkk.2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika

Mustika, Sofyan dkk. (2003). 50 Tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta: PP
IBI

Purwandari, Atik. A.Md.Keb.,SKM. 2008. Konsep Kebidanan: Sejarah dan Profesionalisme.


Jakarta: EGC

Simatupang, Juliana, Erna. (2008). Manajemen Kebidanan. Jakarta: EGC

Soepardan, Suryani, Hajjah. (2006). Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC

Sujianti, S.ST (2009). Buku Ajar Konsep Kebidanan. Yogjakarta: Numed

http://www.waspada.co.id/index.php/templates/index.php?
option=com_content&view=article&id=58965:audit-maternal-
perinatal&catid=25:artikel&Itemid=44

21

Anda mungkin juga menyukai