Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KELOMPOK BIOREGENETIKA PROFESI

BIDAN IMMUNULOGI REPRODUKSI


Dosen pembimbing : Asmawati Gasma,SKM,M.Kes

DISUSUN :

A. Nur Amelia (PO714211204001)


Amanda Damayanti (PO714211204003)
Hanifah SABILAH (PO714211204012)
Luthfiah Alysa Aksari (PO714211204013)
Muflihatul Marsuki (PO714211204014)

PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas
limpahan rahmat, rida, dan karunia-Nya pembuatan makalah dengan judul
IMMUNULOGI REPRODUKSI, dapat diselesaikan tepat waktu. Selawat serta
salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu menjadi
teladan bagi umatnya.

Makalah ini merupakan bentuk hasil pengamatan penulis terhadap berbagai


literatur yang menyangkut tentang materi perkuliahan kita saat ini yaitu, Biologi
Reproduksi dan Genetika Dasar.

Kelancaran penyusunan makalah ini, tidak terlepas dari bantuan berbagai


pihak, baik secara langsung maupun tidak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu. Kepada bapak/ibu dosen
pengampuh mata kuliah Biologi Reproduksi dan Genetika Dasar, Ibu Asmawati
Gasma, SKM, M.Kes. yang telah membimbing dan kepada seluruh mahasiswa
Prodi Pendidikan Profesi Bidan 2020 atas segala partisipasi dan
kerjasamanya. Penulis menyadari dalam proses pembuatan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis
harapkan demi perbaikan makalah penulis selanjutnya. Sekian.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Makassar, 01 Maret 2021

Tim Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3

BAB I ...................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN .................................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 4

1.4 Manfaat .......................................................................................................... 5

BAB II .................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN .................................................................................................... 6

2.1 Kelainan Imun ............................................................................................... 6

2.2 Anti Sperma ( ASA ) ..................................................................................... 8

2.3 Inkompatibilitas ........................................................................................... 10

BAB III ................................................................................................................. 14

PENUTUP ............................................................................................................ 14

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 14

3.2 Saran ............................................................................................................ 14

3.3 Daftar Pustaka ............................................................................................. 15

LAMPIRAN PPT ................................................................................................ 16


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang
mencakup kajian mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua
organisme. Sistem imun adalah suatu organisasi yang terdiri atas sel-sel dan
molekul-molekul yang memiliki peranan khusus dalam menciptakan suatu
sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi atau benda asing.
Immunologi reproduksi sangatlah penting untuk diketahui, sehingga
sejak awal dapat memberikan konseling genetic kepada wanita usia subur,
orang tua dan khalayak, sehingga dapat mengantisipasi hal-hal tidak diinginkan
khususnya dalam persiapan masa reproduksi sehat baik pria maupun wanita.
Melihat pentingnya peran imun reproduksi dalam tubuh manusia, maka
kami akan mencoba mengkaji lebih dalam tentang imun reproduksi secara
ringkas dan jelas di dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini sebagai berikut:


1. Apa itu kelainan imun?
2. Apa itu anti sperma?
3. Apa itu inkompatibilitas?

1.3 Tujuan

Tujuan yang dapat kita peroleh setelah mengamati berbagai literatur


dan membuat makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa itu kelainan imun?
2. Untuk mengetahui apa itu anti sperma?
3. Untuk mengetahui apa itu inkompatibilitas?

1.4 Manfaat

Manfaat yang akan kita peroleh setelah membuat makalah ini adalah
wawasan kita akan bertambah tentang kajian seputar imunologi reproduksi
pada tubuh manusia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kelainan Imun

Penyakit autoimun adalah penyakit yang terjadi akibat sistem kekebalan


tubuh (sistem imun) menyerang sel-sel sehat dalam tubuh. Penyakit ini berkembang
ketika sistem kekebalan tubuh salah dalam menilai sel sehat yang ada dalam tubuh,
dan malah menganggapnya sebagai zat asing. Akibatnya, tubuh mulai
memproduksi antibodi yang akan menyerang dan merusak sel sehat dalam tubuh
tersebut. Sementara itu, penyebab pasti mengapa sistem imun menyerang sel sehat
dalam tubuh belum diketahui.

Imunodefisiensi adalah kondisi menurunnya keefektifan sistem imunitas


atau ketidakmampuan sistem imunitas untuk merespons antigen. Ada 2 jenis
imunodefisiensi, yaitu defisiensi imun kongenital dan AIDS. Penderita defisiensi
imun kongenital harus hidup dalam lingkungan steril karena tidak memiliki sel B
dan sel T sejak lahir. Sedangkan jumlah sel T helper pada penderita AIDS terus
berkurang sehingga sistem imunitasnya melemah. Penyakit AIDS disebabkan oleh
virus HIV. Isoimunitas adalah keadaan ketika tubuh mendapatkan kekebalan dari
individu lain yang melawan sel tubuhnya sendiri. Biasanya muncul akibat transfusi
darah atau cangkok organ. Oleh karena itu, sebelum mendonorkan darah atau organ,
ada serangkaian tes yang harus dijalani untuk mengetahui tingkat kecocokan antara
organ dan penerima.

Contoh penyakit autoimun adalah penyakit artritis reumatoid, lupus


eritematosis sistemik (SLE), tiroiditis, demam reumatik, glomerulonefritis, anemia
hemolitika, miastenia gravis, multipel sklerosis, dan diabetes tipe I.

Penyakit autoimun dapat memengaruhi hampir semua bagian tubuh,


termasuk otak, saraf, otot, kulit, sendi, mata, jantung, paru-paru, ginjal, saluran
pencernaan, kelenjar, dan pembuluh darah. Ada sebanyak 80 jenis penyakit
autoimun.
Bergantung pada jenisnya, penyakit autoimun ini dapat memengaruhi satu
atau banyak jaringan tubuh. Hal ini menyebabkan pertumbuhan organ menjadi
abnormal dan mengakibatkan perubahan fungsi pada organ. Pengobatan untuk
penyakit autoimun fokus pada mengurangi gejala dan aktivitas sistem imun karena
tidak ada pengobatan yang benar-benar bisa menyembuhkannya.

• Efek defisiensi system imun

Membantu sel tumor untuk menghindar dari dikenali dan dirusak oleh sel T
 sistem imun dapat bereaksi berlebihan (imunoproliferatif) dalam bentuk reaksi
hipersensitivitas (alergi).

 Antigen yang dikenal sebagai alergen dapat menghasilkan reaksi alergi.

 Alergen ini dapat berupa makanan, obat, serbuk sari, debu, kosmetik, tanaman,
atau minyak tumbuhan.

Akibat system kekebalan tubuh kurang aktif bias menyebabkan :

a) Immmune Deficiency Conditions merupakan suatu kondisi dimana system


imun untuk melawan penyakit dan infeksi mengalami gangguan atau
melemah
b) SCID (Severe combined Immunodeficiency merupakan gangguan yang
disebabkan oleh cacatnya sel B dan sel T karena keleinan genetic penyebab
SCID adalah serangkaian kelainan genetik terutama dari kromosom x
c) AIDS menyebabkan system kekebalan tubuh gagal total setelahnya kondisi
kesehatan penderita akan menurun perlahan lahan
d) Myasthenia Gravis Penyakit autoimun kronis dari transmisi neuromuskular
yang menghasilkan kelemahan otot. Terjadi karena terputusnya komunikasi
antara saraf dan otot.
e) Thymus Displasia Cacat lahir di mana anak-anak yang lahir tanpa kelenjar
timus, adalah contoh dari penyakit T-limfosit primer. Kelenjar timus adalah
tempat limfosit T normal dewasa.
f) Chediak-Higashi Syndrome Penyakit granulomatosa kronis keduanya
melibatkan ketidakmampuan untuk
g) Defisiensi IgA kondisi sistem kekebalan tubuh di mana Anda kekurangan
atau tidak memiliki cukup immunoglobulin A (IgA)
h) Human T-cell lymphotropic viruses Orang dengan ulkus kelamin dan
riwayat sifilis juga rentan terhadap HTLV. Modus penularan HTLV adalah
melalui hubungan seksual, transfusi darah, atau selama kehamilan.
i) Hyper-IgE Syndrome Infeksi staphylococcus berulang disertai dengan ruam
kulit yang mirip dengan eksim. Ini adalah kelainan genetik,
j) ADDISON’S DISEASE Antibodi yang menyerang kelenjar adrenalin. Hal
ini mengakibatkan tubuh kehilangan berat badan, kadar gula darah
menurun, mudah lelah, dan pigmentasi kulit meningkat
k) HY ER- IGM SYNDROME Penyebab penyakit ini adalah gen di T-sel yang
rusak. Karena kecacatan ini, sel B tidak mendapatkan sinyal untuk
menghasilkan antibodi IgA dan IgG, dan dengan demikian akan terus
memproduksi antibodi IgM.
l) Alergi Suatu respons imun yang berlebihan terhadap suatu senyawa yang
masuk ke dalam tubuh. Senyawa yang dapat menimbulkan alergi disebut
alergen. Alergen dapat berupa debu, serbuk sari, gigitan serangga, rambut
kucing, dan jenis makanan tertentu misal udang.

2.2 Anti Sperma ( ASA )

ASA (Antibody Sperm Autoimmune) adalah sebuah keadaan tubuh


wanita yang mengalami peningkatan antibodi terhadap sperma yang
masuk. Antibodi ini diproduksi oleh sel limfosit B tubuh yang fungsi
awalnya untuk melawan mikroorganisme asing yang berbahaya untuk
tubuh.

Kehadiran antibodi anti sperma pada pria infertil pertama kali


dilaporkan pada tahun 1954 oleh Rumke dan Wilson. Telah diketahui bahwa
jumlah kasus autoimunitas sperma lebih tinggi pada populasi infertil yang
mengarah pada gagasan bahwa autoimunitas dapat menjadi penyebab
infertilitas. Telah dijelaskan sebagai tiga isotop imunoglobulin (IgG, IgA,
IgM) yang masing-masing menargetkan bagian berbeda dari spermatozoa.
Jika lebih dari 10% sperma terikat pada antibodi anti-sperma (ASA), maka
diduga infertilitas. memisahkan sistem kekebalan dan spermatozoa yang
berkembang. antara membentuk sawar darah-testis tetapi biasanya dilanggar
oleh kebocoran fisiologis. Tidak semua sperma dilindungi oleh penghalang
karena spermatogonia dan spermatosit awal terletak di bawah
persimpangan. Mereka dilindungi dengan cara lain seperti toleransi
imunologi dan infertilitas setelah pengikatan antibodi antisperma dapat
disebabkan oleh sperma interaksi sperma-ovum, dan motilitas yang tidak
memadai. Masing-masing menampilkan dirinya sendiri tergantung pada
ASA.

Infertilitas diklasifikasikan menjadi 2 yaitu infertilitas primer dan


sekunder. Infertilitas primer adalah pasangan yang gagal untuk
mendapatkan keturunan sekurang-kurangnya dalam satu tahun
berhubungan seksual secara teratur tanpa kontrasepsi dengan angka
kejadian sebanyak 62,0% dan infertilitas sekunder yaitu pasangan yang
sudah atau pernah mempunyai anak sebelumnya tetapi saat ini belum
mampu mempunyai anak lagi sesudah 1 tahun berhubungan seksual tanpa
memakai alat kontrasepsi dengan angka kejadian sebanyak 38,0%.

Terdapat beberapa faktor resiko penyebab infertilitas pada laki-laki


seperti umur, konsumsi alkohol, merokok, kafein, olahraga, stress, obesitas,
laptop dan seluler, suplementasi vitamin, obat herbal, obatobatan, radiasi,
keracunan logam berat, antibodi anti sperma, paparan pestisida, dan riwayat
varikokel yang dapat mempengaruhi kualitas sperma. Kualitas sperma
seseorang pria dapat ditentukan dengan melakukan pemeriksaan analisis
semen. Pemeriksaan analisis semen pada pria merupakan suatu analisa
lengkap yang penting untuk pasangan yang berkonsultasi masalah
infertilitas, mengetahui kualitas semen dan adanya gangguan pada sperma
serta untuk menilai fungsi organ reproduksi pria. Pemeriksaan yang
dianalisa secara rutin adalah kualitas dan kuantitas spermatozoa serta fungsi
sakretoris kalenjar asesoris seks.

• Antibodi untuk sperma menjadi tinggi dan berlebihan aktivitasnya bisa


disebabkan oleh:

a) Aktivitas sel limfosit-B tubuh yang berlebihan.

b) Produksi antibodi yang tidak terkendali.

c) Aktivitas bakteri vagina dan produksi cairan vagina yang berlebihan.

d) Bentuk sperma yang tidak normal.

• 5 tanda fisik/gejala terkena ASA


a) Seringnya keputihan dan jumlahnya berlebihan terutama saat
berhubungan.
b) Ada gejala alergi yang hilnag timbul seperti alergi kulit yang lama tidak
sembuh.
c) Sering terjadi infeksi disekitar vagina dan Rahim.
d) Sering terkena infeksi saluran kemih.
e) Sel telur, kondisi organ Rahim dan sperma normal tetapi belum berhasil
hamil.

2.3 Inkompatibilitas

❖ Inkompatibilitas Rhesus
• Diagnosis

Pada inkompatibilitas rhesus (Rh) meliputi anamnesis, pemeriksaan


fisik dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis meliputi riwayat paparan
dengan Rh positif. Pada pemeriksaan fisik, inkompatibilitas rhesus tidak
memberikan tanda yang signifikan pada ibu, namun dapat tampak pada
janin dalam bentuk anemia ringan sampai hydrops fetalis. [17]
Pemeriksaan penunjang diawali dengan menentukan golongan darah serta
tipe Rh ibu. Apabila ibu memiliki Rh negatif, maka perlu dilakukan
pengecekan rhesus ayah.
• Anamnesis
Hal yang harus digali dalam penegakan diagnosis inkompatibilitas
Rh adalah riwayat transfusi, tipe rhesus ibu, tipe rhesus ayah, riwayat
kehamilan sebelumnya (termasuk riwayat abortus dan kehamilan ektopik),
riwayat pemberian Rh IgG, riwayat trauma selama kehamilan, adanya
perdarahan atau discharge vagina, dan riwayat tindakan selama kehamilan
seperti amniocentesis, cordocentesis, dan pengambilan sampel chorionic.
Hal-hal tersebut adalah faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
inkompatibilitas rhesus. Selain itu, juga perlu digali segala tindakan
profilaksis dan pengobatan yang sudah dijalani pasien.
• Pemeriksaan fisik
Seperti yang dikatakan sebelumnya, inkompatibilitas rhesus tidak
memberikan gejala dan tanda yang jelas pada ibu hamil. Evaluasi pada ibu
mencakup tanda vital dan survei jalan napas dan sistem kardiovaskular
untuk memastikan ibu dalam keadaan stabil. Pada kondisi di mana dicurigai
terjadi trauma abdomen atau pelvis, lakukan inspeksi adanya hematoma
atau bukti perdarahan fetomaternal lainnya.

Pada bayi, dapat timbul keadaan yang disebut dengan hemolytic


disease of the newborn (HDN). Ketika ibu dengan Rh negatif melahirkan,
lakukan pemeriksaan fisik menyeluruh pada bayi segera setelah stabilisasi
inisial. Temuan pemeriksaan fisik pada bayi dapat bervariasi, mulai dari
ikterus ringan hingga anemia dengan hydrops fetalis
• Pemeriksaan banding
Diagnosis banding pada inkompatibilitas rhesus (Rh) meliputi
berbagai keadaan yang melibatkan transpor antibodi maternal lewat
plasenta ke janin, seperti inkompatibilitas ABO dan Kell system antibodies.
• Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada inkompatibilitas rhesus yang terutama adalah
golongan darah beserta tipe Rh ibu. Sebenarnya pemeriksaan ini merupakan
pemeriksaan rutin yang dilakukan pada antenatal care (ANC) untuk ibu
hamil. Selain itu, dapat pula dilakukan tes skrining Rosette yang dapat
mendeteksi alloimunisasi akibat perdarahan fetomaternal.
❖ Inkompatibilitas ABO adalah kondisi yang muncul karena pasien
menerima darah yang berbeda dengan golongan darahnya. Hal itu memicu
reaksi sistem kekebalan tubuh yang dapat menimbulkan beragam gejala,
di antaranya adalah ikterus (penyakit kuning), pusing, dan sesak napas.
• Inkompatibilitas ABO akan lebih baik ditangani dengan segera. Jika
tidak, itu akan meningkatkan risiko komplikasi, berupa:
a) Penggumpalan darah
b) Gagal jantung
c) Menurunnya tekanan darah.

• Gejala Inkompatibilitas ABO

Kondisi ini dapat menimbulkan ikterus atau penyakit kuning. Ketika


ikterus muncul, warna kulit dan bagian putih pada mata akan berubah
menjadi kekuningan.
Selain ikterus, inkompatibilitas ABO juga dapat menimbulkan gejala lain
berupa :
• Demam
• Sesak napas
• Nyeri otot
• Mual dan muntah
• Nyeri pada perut, dada, atau punggung
• Urine disertai darah
• Pembengkakan atau infeksi pada area suntik untuk transfusi darah.

❖ Kell System Antibodies


Merupakan kasus yang jarang ditemukan. Antigen kell merupakan
salah satu antigen yang terdapat pada permukaan eritrosit orang dengan kell
positif. Seperti halnya dengan inkompatibilitas rhesus, pada kell system
antibodies, ibu memiliki antibodi terhadap antigen kell. Hal ini akan
menyebabkan hemolisis eritrosit janin dan berakhir pada hdn.

Kell system antibodies dapat dibedakan dengan inkompatibilitas Rh


dengan melihat adanya antibodi Kell pada darah ibu dan antigen Kell pada darah
janin. Seperti halnya dengan inkompatibilitas Rh, pada Kell system antibodies
dibutuhkan sensitisasi ibu untuk membentuk IgG anti-Kell.
Selain menyebabkan destruksi eritrosit, IgG anti-Kell juga mensupresi
eritropoiesis dengan menyebabkan destruksi eritroid oleh makrofag pada hepar
fetus. Pemeriksaan penunjang pada

inkompatibilitas rhesus yang terutama adalah golongan darah beserta tipe Rh


ibu. Sebenarnya pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan
pada antenatal care (ANC) untuk ibu hamil. Selain itu, dapat pula dilakukan tes
skrining Rosette yang dapat mendeteksi alloimunisasi akibat perdarahan
fetomaternal.

• Deteksi Perdarahan Fetomaterna

Tes skrining Rosette sering kali menjadi pemeriksaan yang pertama


dilakukan. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi alloimunisasi yang
disebabkan oleh perdarahan fetomaternal, walaupun dalam jumlah kecil.
Apabila kecurigaan klinis terkait adanya perdarahan fetomaternal cukup
tinggi, dapat dilakukan tes elusi asam Kleihauer-Betke. Tes ini adalah
pengukuran kuantitatif dari sel darah merah fetus di darah maternal.
• Coombs Test
Coombs test dapat menunjukkan adanya anemia hemolitik yang
diinduksi antibodi. Hal ini mampu membantu mengarahkan kecurigaan ke
inkompatibilitas ABO atau Rh.
• Pencitraan
Pada pemeriksaan USG pelvis, bisa tampak ascites dan edema
jaringan lunak fetus yang menandakan kondisi inkompatibilitas rhesus yang
berat. Apabila terjadi hydrops fetalis, akan tampak edema scalp,
kardiomegali, hepatomegali, efusi pleura, dan ascites.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Kelainan sistem imun adalah gangguan atau penyakit pada


sistem pertahanan atau kekebalan tubuh yang membuat sistem imun tidak
mampu berperan dalam mengenal, menghancurkan benda-benda asing atau
sel abnormal yang merugikan sebagaimana fungsi sistem imun. Ada 4 jenis
gangguan sistem pertahanan tubuh yang berpotensi menyerang sistem
pertahanan tubuh kita. Keempat gangguan tersebut adalah hipersensitivitas
(alergi), autoimun, imunodefisiensi, isoimunitas.

ASA (Antibody Sperm Autoimmune) adalah sebuah keadaan tubuh


wanita yang mengalami peningkatan antibodi terhadap sperma yang
masuk. Antibodi ini diproduksi oleh sel limfosit B tubuh yang fungsi awalnya
untuk melawan mikroorganisme asing yang berbahaya untuk tubuh.Antibodi
untuk sperma menjadi tinggi dan berlebihan aktivitasnya bisa disebabkan
oleh: Aktivitas sel limfoit B tubuh yang berlebihan, Produksi antibodi yang
tidak terkendali, Aktivitas bakteri vagina dan produksi cairan vagina yang
berlebihan serta Bentuk sperma yang tidak normal.

Inkompatibilitas ABO adalah kondisi yang muncul karena pasien


menerima darah yang berbeda dengan golongan darahnya. Hal itu memicu
reaksi sistem kekebalan tubuh yang dapat menimbulkan beragam gejala, di
antaranya adalah ikterus (penyakit kuning), pusing, dan sesak napas.

3.2 Saran

Demikian yang dapat penulis susun, semoga bermanfaat. Penulis


mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari ibu maupun
pembaca untuk perbaikan makalah ini. Atas kritik dan saran pembaca, penulis
mengucapkan terima kasih.
3.3 Daftar Pustaka

• Apa Saja Gangguan Sistem Pertahanan Tubuh? | Biologi Kelas 11


(ruangguru.com)
• http://vilep-
pusdik.kemkes.go.id/poltekkesmakasar/pluginfile.php/73068/mod_resourc
e/content/2/2%20OK%20revisi.pdf
• https://www.alomedika.com/penyakit/kesehatan-anak/inkompatibilitas-
rhesus/diagnosis
• https://www.nakedpress.co/blogs/stories/apa-itu-asa-antibody-sperm-
autoimmune
• Meeting-Gangguan Sistem Imun-compressed.pdf
LAMPIRAN PPT

Anda mungkin juga menyukai