Latar belakang
Kode etik profesi penting diterapkan, karena semakin meningkatnya tuntutan
terhadap pelayanan kesehatan dan pengetahuan serta kesadaran hukum masyarakat
tentang prinsip dan nilai moral yang terkandung dalam pelayanan profesional. Kewenangan
bidan di atur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan. Peraturan didalamnya menyebutkan bahwa bidan memiliki
wewenang dalam memberikan pelayanan meliputi kesehatan ibu dan anak, kesehatan
reproduksi perempuan, dan KB. Sehingga bidan dapat memberikan pelayanan yang sesuai
dengan wewenangnya dan tidak melakukan penyimpangan atau yang bukan seharusnya
dilakukan bidan (Permenkes, 2017). Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan
pelayanan KIA/KB untuk studi pendahuluan di Puskesmas Mantrijeron yang dilakukan pada
tanggal 29 Januari 2018 dari data yang dimiliki Puskesmas Mantrijeron terdapat 4 PMB yang
berada di wilayah Puskesmas Mantrijeron. Bidan di Puskesmas Mantrijeron mengatakan
untuk pencatatan, pelaporan, pelayanan ANC Terpadu yang wajib minimal 1 kali dilakukan
rujukan ke Puskesmas telah dilakukan oleh bidan PMB sudah cukup baik dan sesuai dengan
peraturan pemerintah, akan tetapi untuk hal rujukan mengenai keterlambatan dalam
penanganan pelayanan kesehatan tidak dapat dipastikan karena memerlukan penapisan dan
berkaitan langsung dengan bidan PMB yang memiliki SOP yang diterapkan dalam pelayanan
di PMB nya. Oleh karena itu, bidan harus memperhatikan dan memahami mengenai kode
etik profesi bidan agar terhindar dari masalah hukum yang dapat menjerat bidan ke meja
hijau.
BAB II
PEMBAHASAN
Kode etik bidan di Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disahkan dalam
kongres nasional IBI X tahun 1988, sedangkan petunjuk pelaksanaannya disahkan dalam rapat kerja
nasional (RAKERNAS) IBI tahun 1991, kemudian disempurnakan dan disahkan pada kongres nasional
IBI XII tahun 1998. Sebagai pedoman dalam berperilaku, kode etik bidan indonesia mengandung
beberapa kekuatan yang semuanya bertuang dalam mukadimah, tujuan dan bab. Secara umum kode
etik tersebut berisi 7 bab yaitu:
1. Setiap bidan senantiasa memberi pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga dan masyarakat
sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan pada kebutuhan klien, keluarga dan
masyarakat.
Penerapannya :
1) Melaksanakan pelayanan yang bersifat pencegahan seperti asuhan antenatal, memberi imunisasi,
KIE, sesuai dengan kebutuhan.
2. Setiap bidan berhak memberi pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam mengambil
keputusan dalam tugasnya, termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan atau rujukan.
Penerapannya :
2) Mengadakan pelayanan konsultasi terhadap ibu, bayi dan KB sesuai dengan wewenangnya.
3) Merujuk klien yang tidak dapat ditolong ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas lebih lengkap.
3. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau dipercayakan kepadanya,
kecuali jika diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan kepentingan klien.
Penerapannya :
Ketika bertugas, bidan tidak dibenarkan menceritakan segala sesuatu yang diketahuinya kepada
siapapun termasuk keluarganya.
Bab III. Kewajiban Bidan terhadap Sejawat dan Tenaga Kesehatan Lainnya (2 Butir)
1. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja
yang serasi.
Penerapannya :
1) Dalam melaksanakan tugas kebidanan baik pemerintah/non pemerintah, jika ada sejawat yang
berhalangan (cuti), bidan dapat saling menggantikan, sehingga tugas pelayanan tetap berjalan.
2) Sesama sejawat harus saling mendukung, misalnya dengan mengadakan arisan, piknik bersama,
mengunjungi teman yang sakit, memenuhi undangan perkawinan keluarga, khitanan.
2. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap sejawatnya
maupun tenaga kesehatan lainnya.
Penerapannya :
1) Dalam menetapkan lokasi BPM, perlu diperhatikan jarak dengan lokasi yang sudah ada.
2) Jika mengalami kesulitan, bidan dapat saling membantu dengan mengkonsultasikan kesulitan
kepada sejawat.
3) Dalam kerja sama antar teman sejawat, konsultasi atau pertolongnan mendadak hendaknya
melibatkan imbalan yang sesuai dengan kesepakatan bersama.
1. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan menampilkan
kepribadian yang tinggi dan memberi pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
Penerapannya :
4) Menjaga mutu pelayanan profesinya sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
2. Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan profesinya
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penerapannya :
3. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya yang
dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.
1. Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya dengan
baik.
Penerapannya :
4) Jika mengalami sakit atau keseimbangan tubuh terganggu, segera memeriksakan diri ke dokter.
2. Setiap bidan harus berusaha terus-menerus untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penerapannya :
5) Mengadakan latihan berkala seperti simulasi atau demonstrasi untuk tindakan yang jarang terjadi,
pada kesempatan pertemuan IBI di tingkat kecamatan, cabang, daerah atau pusat.
6) Mengundang pakar untuk memberi ceramah atau diskusi pada kesempatan pertemuan rutin,
misalnya bulanan.
7) Mengadakan kunjungan atau studi perbandingan ke rumah sakit-rumah sakit yang lebih maju ke
daerah-daerah terpencil.
8) Membuat tulisan atau makalah secara bergantian, yang disajikan dalam kesempatan pertemuan
rutin.
Bab VI. Kewajiban Bidan Terhadap Pemerintah, Nusa, Bangsa dan Tanah Air (2 Butir)
Penerapannya :
Penerapannya :
1) Bidan harus menyampaikan laporan kepada setiap jajaran IBI tentang berbagai hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan tugas bidan di daerah, termasuk faktor penunjang maupun
penghambat pelaksanaan tugas itu.
2) Mencoba membuat penelitian tentang masalah yang sering terjadi di masyarakat yang berhubungan
dengan tugas profesi kebidanan, misalnya penelitian mengenai :
a. Berapa biaya standar persalinan normal di suatu daerah
b. Berapa banyak animo masyarakat di suatu daerah terhadap fasilitas KIA/KB yang telah disediakan
oleh masyarakat.
Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa menghayati dan mengamalkan Kode
Etik Bidan Indonesia
Sumber :
http://kebidanan-smt2.blogspot.com/2016/10/kode-etik-profesi-bidan_20.html?m=1