Anda di halaman 1dari 9

Nama : Haswan

Nim : 60700119078

Kelas : C

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR :


722/MENKES/PER/IX/88 BAHAN TAMBAHAN MAKANAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA

Menimbang :

a. bahwa makanan berisi bahan tambahan yang tidak memenuhi peraturan dapat merugikan
kesehatan konsumen;

b. bahwa konsumen perlu dilindungi dari makanan mengandung bahan tambahan yang tidak
memenuhi standar kesehatan.

 KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :

1. Bahan berarti setiap substansi yang tidak umum dikonsumsi sebagai makanan dan tidak
umum dipakai sebagai suatu kandungan tertentu dari makanan, apakah ada atau tidak
nilai gizinya, maksud tambahan kepada makanan untuk suatu tujuan teknologi (termasuk
organoleptic) dalam manufaktur, proses, perlakuan, pengepakan, transportasi atau
mendapatkan hasil makanan tersebut, atau hasil yang diharapkan (langsung atau tidak
langsung) didalamnya atau dari produk tersebut menjadi komponen atau dengan kata lain
mempengaruhi karakteristik dari makanan tersebut;

2. Nama dari Bahan termasuk nama spesifik, nama Indonesia atau nama Inggris;

3. Kemasan eceran berarti suatu kemasan kecil berlabel untuk konsumer langsung, tidak
untuk manufaktur atau industri makanan;

4. Sertifikat Analisis berarti suatu laporan sebagai hasil dari test analitikal dari suatu produk
yang dikeluarkan oleh laboratorium analitikal yang diketahui oleh Menteri Kesehatan
atau produser dari produk impor;

5. Antioksidan berarti suatu bahan yang dapat mencegah atau memperlambat oksidasi;

6. Anti-caking berarti suatu bahan yang dapat mencegah caking dan/atau menyediakan free
flowing produk;
7. Regulator Acidity berarti suatu bahan yang dapat menetralkan acuidify dan memelihara
acidity makanan;

8. Pemanis Buatan berarti suatu bahan yang dapat menambah rasa manis pada makanan,
yang mempunyai atau hampir tidak mempunyai nilai gizi;

9. Tepung bleaching dan maturing agent (flour improver) berarti suatu bahan yang dapat
mempecepat proses pemutihan dan pemasakan tepung sehingga dapat meningkatkan
peragian;

10. Emulsifier, stabilizer dan thickener berarti suatu bahan yang dapat membantu dalam
pembentukan atau stabilisasi sistem disperse homogenous makanan;

11. Preservative berarti bahan yang dapat memperlambat atau memberhentikan proses
fermentasi, acidifikasi atau deterioratasi lainnya dari makanan dengan menghindarkan
pengembangan microorganisme;

12. Firming agent berarti substansi yang ditambahkan kepada precipitate recidual pectin,
sehingga memperkuat daya dukung tissue dan mencegah dari kehancuran selama proses;

13. Warna berarti bahan yang dapat meningkatkan pewarnaan pada makanan;

14. Flavour dan flavour enhancer berarti substansi yang ditambahkan untuk mengimpart atau
menolong mengimpart suatu rasa atau aroma pada makanan;

15. Sequestrant berarti substansi yang dikombinasikan dengan polyvalent metal ions untuk
membentuk suatu kompleks metal yang soluble, untuk meningkatkan mutu dan stabilitas
produk.

 BAHAN YANG DIIZINKAN

Pasal 2

1) Bahan Tambahan Makanan yang diizinkan dengan pemakaian maksimum terlimit dalam
makanan tertentu ditetapkan dalam Lampiran I dari Peraturan ini;

2) Bahan Tambahan Makanan selain dari yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dapat digunakan sebagai bahan tambahan makanan setelah mendapat persetujuan
sebelumnya dari Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan berdasarkan evaluasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.

 BAHAN YANG DILARANG

Pasal 3
1) Bahan Tambahan yang dilarang untuk dipergunakan sebagai bahan tambahan makanan
adalah sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II Peraturan ini.

2) Sebagai tambahan terhadap bahan tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bahan
pewarna dilarang untuk digunakan sebagai bahan tambahan makanan. Adalah
sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang
Zat Pewarna Tertentu Yang Dinyatakan sebagai suatu Substansi Berbahaya.

Pasal 4

1) Bahan tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dinyatakan sebagai suatu
substansi berbahaya jika diguakan dalam makanan;

2) Makanan berisi bahan tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dinyatakan


sebagai suatu makanan berbahaya.

 PRODUKSI, IMPORTASI DAN DISTRIBUSI

Pasal 5

Bahan selain dari yang terdaftar dalam Lampiran I, jika digunakan sebagai bahan, hanya dapat
diproduksi, diimpor atau didistribusikan setelah dievaluasi oleh Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan.
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
NOMOR : 02987/B/SK/XII/90 TENTANG PENDAFTARAN BAHAN TAMBAHAN
MAKANAN TERTENTU DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN OBAT DAN
MAKANAN
Menimbang :
a. bahwa guna pengawasan dan pengendalian mutu bahan tambahan makanan yang beredar
selain melalui sistem sertifikasi, untuk bahan tambahan makanan tertentu perlu dilakukan
pendaftaran pada Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan,
Mengingat :

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/MENKES/PER/IX/88


tentang Bahan Tambahan Makanan;

2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 382/MENKES/PER/VI/89


tentang Pendaftaran Makanan.

 MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN


TENTANG PENDAFTARAN BAHAN TAMBAHAN MAKANAN TERTENTU

 PENDAFTARAN

Pasal 1

Produsen atau importir bahan tambahan makanan tertentu wajib mendaftarkan produk yang
diproduksi atau diimpornya pada Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Pasal 2

1) Bahan tambahan makanan tertentu sebagaimana dimaksud pada pasal 1 adalah :

a) Pewarna

b) Pemanis buatan
c) Pengawet

d) Penguat rasa;

2) Bahan tambahan makanan yang wajib didaftarkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
adalah yang diedarkan dalam kemasan eceran.

Pasal 3

Tata cara pendaftaran bahan tambahan makanan sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 0353/B/SK/VI/89 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 382/MENKES/PER/VI/89 tentang
Pendaftaran Makanan.

 KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 4

Produsen dan importir wajib dalam waktu selambat-lambatnya satu tahun menyesuaikan dengan
ketentuan dalam Keputusan ini.

 KETENTUAN PENUTUP

Pasal 5

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Keputusan ini akan ditetapkan lebih lanjut oleh Direktur
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Ditetapkan di : JAKARTA

Pada tanggal : 6 Desember 1990


DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN KEPUTUSAN
DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN NOMOR :
01415/B/SK/IV/91 TENTANG TANDA KHUSUS PEWARNA MAKANAN DIREKTUR
JENDERAL PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN,

Menimbang :
a) bahwa dalam rangka peningkatan pengamanan dan pengawasan pewarna makanan yang
beredar, penandaan khusus perlu dicantumkan pada label pewarna makanan
 MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
TENTANG TANDA KHUSUS PEWARNA MAKANAN
Pasal 1
Di dalam Surat Keputusan ini yang dimaksud dengan :
1. Tanda khusus adalah tanda dengan bentuk tertentu yang harus tertera secara jelas pada
kemasan atau bungkus luar pewarna makanan, sehingga pewarna makanan tersebut dapat
segera dikenali.
2. Kemasan adalah barang yang dipakai untuk mewadahi atau membungkus makanan yang
berhubungan langsung dengan isi, termasuk penutupnya.
3. Bungkus luar adalah kertas atau pembungkus lain yang membungkus kemasan.
Pasal 3

1. Tanda khusus untuk pewarna makanan adalah lingkaran dengan garis tepi berwarna
hitam dengan huruf M yang menyentuh garis tepi, seperti berikut :
2. Tanda khusus untuk pewarna makanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus
diletakan sedemikian rupa sehingga jelas terbaca dan mudah dikenali.
3. Ukuran lingkaran tanda khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disesuaikan
dengan ukuran dan desain label dan bungkus luar yang bersangkutan, dengan ukuran
diameter lingkaran, tebal garis tepi dan tebal huruf M yang proporsional, berturut-turut
minimal satu cm, satu mm dan satu mm.
4. Penyimpangan dari ketentuan dimaksud dalam ayat (3) harus mendapatkan persetujuan
khusus dari Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan cq. Kepala Direktorat
Pengawasan Makanan dan Minuman.

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN


NOMOR 02240/B/SK/VII/91 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN MUTU SERTA
LABEL DAN PERIKLANAN MAKANAN
A. UMUM

1. Makanan yang dapat diiklankan kepada masyarakat adalah makanan yang memenuhi
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Makanan yang terkena wajib daftar hanya boleh diiklankan setelah mendapat nomor
persetujuan pendaftaran dari Departemen Kesehatan RI.

3. Iklan makanan harus menyatakan informasi yang benar dan tidak menyesatkan.

4. Iklan makanan yang dibuat dengan bahan alami tertentu hannya boleh diiklankan sebagai
berasal dari bahan alami tersebut, apabila makanan itu mengandung bahan alami yang
bersangkutan tidak kurang dari kadar makanan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

Contoh : Sari Apel; Apel Juice

– Adalah produk cair yang keruh atau jernih yang diperoleh dari buah apel.

– Padatan, jumlah tidak kurang dari 10%

5. Iklan makanan yang menyerupai atau dimaksudkan sebagai pengganti jenis makanan
tertentu harus menyebutkan nama bahan yang digunakan.Contoh susu kedelai.
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN
NOMOR : 02592/B/SK/VIII/91 T E N T A N G PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN
MAKANAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN

 Menimbang :
a. bahwa penggunaan bahan tambahan pada pengolahan makanan selain yang diizinkan
 PERMOHONAN PERSETUJUAN
Pasal 1
A. Jenis dan fungsi/tujuan penggunaan bahan tambahan makanan serta jenis makanan yang
diizinkan mengandung bahan tambahan makanan tersebut dengan batas maksimum
penggunaannya seperti tercantum pada Lampiran I Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan.
B. Menggunakan bahan tambahan lain atau menggunakan dengan tujuan lain, selain yang
dimaksud pada ayat (1) hanya dapat diizinkan setelah mendapat persetujuan dari Direktur
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Pasal 2

a. Untuk mendapatkan persetujuan sebagaimana dimaksud pada pasal 1 ayat

b. pemohon wajib menyerahkan atau mengirimkan permohonan kepada Direktur Jenderal


Pengawasan Obat dan Makanan; (2) Kelengkapan permohonan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diserahkan dalam rangkap 3, setelah diisi dengan lengkap dan benar.

Pasal 3 Permohonan sebagaimana dimaksud pada pasal 2 dilengkapi dengan :

a. Formulir BTM 1 berisi keterangan mengenai nama dagang, nama jenis, jenis kemasan dan
netto serta badan usaha yang akan memproduksi atau mengimpor.

b. Formulir BTM 2 berisi keterangan mengenai bahan tambahan makanan termasuk nama
kimia, komposisi, spesifikasi atau mutu bahan, sifat fisika dan kimia, rumus kimia dan
rumus bangun bahan tambahan.
c. Formulir BTM 3 berisi keterangan mengenai metode produksi dan metode analisis untuk
penetapan kadar dan kemurnian bahan tambahan.

d. Formulir BTM 4 berisi keterangan mengenai fungsi/tujuan penggunaan, anjuran dan


petunjuk cara penggunaan, efek fisik, tehnik dan cara penggunaan bahan tambahan serta
jenis makanan dan jumlah maksimum penggunaannya pada makanan.

e. Formulir BTM 5 berisi keterangan untuk membuktikan keamanan penggunaan bahan


tambahan dan batas maksimum sisa bahan tambahan yang mungkin masih ada pada
produk makanan.

f. Formulir BTM 6 berisi keterangan lain yang dianggap perlu oleh pemohon untuk
menunjang penilaian permohonannya, misalnya fotokopi kepustakaan yang menjelaskan
bahwa bahan tambahan tersebut aman digunakan serta peraturan / referensi bahwa bahan
tersebut diizinkan penggunaannya di negara lain.

Anda mungkin juga menyukai