Anda di halaman 1dari 7

Moral

Menurut Wahyuningsih (2006) dalam Dwienda (2014) Moral adalah nilai-nilai


dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Moral juga berarti mengenai apa yang dianggap baik atau
buruk di masyarakat dalam suatu kurun waktu tertentu sesuai dengan perkembangan
atau perubahan norma atau nilai.
Moralitas merupakan suatu gambaran manusiawi yang menyeluruh, moralitas
hanya terdapat pada manusia serta tidak terdapat pada makhluk lain selain manusia.
Moralitas pada dasarnya sama dengan moral, moralitas suatu perbuatan artinya segi
moral atau baik buruknya suatu perbuatan. Moralitas adalah sifat moral atau seluruh
asas dan nilai yang menyangkut baik dan buruk. Kaitan etika dan moralitas adalah
bahwa etika merupakan ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku moral atau ilmu
yang membahas tentang moralitas.
Etika adalah penerapan dari proses dan teori filsafat moral pada situasi nyata.
Sehingga moralitas dalam pelayanan kebidanan dapat di jelaskan dalam kode etik
pelayanan kebidanan yang terdiri atas 7 bab sebagai berikut (Farrelya, 2018):
a. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat
1) Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan
sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
2) Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat
dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
3) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada
peran, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga
dan masyarakat.
4) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien,
menghormati hak klien dan nilai-nilai yang dianut oleh klien.
5) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan
kepentingan klien, keluaraga dan masyarakat dengan identitas yang sama
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
6) Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan
pelaksanaan tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk
meningkatkan derajart kesehatannya secara optimal.
b. Kewajiban bidan terhadap tugasnya
1) Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien,
keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang
dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat
2) Setiap bidan berkewajiaban memberikan pertolongan sesuai dengan
kewenangan dalam mengambil keputusan termasuk mengadakan konsultasi
dan/atau rujukan
3) Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat dan/atau
dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau
diperlukan sehubungan dengan kepentingan klien
c. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya
1) Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk
menciptakan suasana kerja yang serasi.
2) Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik
terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.
d. Kewajiban bidan terhadap profesinya
1) Setiap bidan wajib menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesi
dengan menampilkan kepribadian yang bermartabat dan memberikan
pelayanan yang bermutu kepada masyarakat
2) Setiap bidan wajib senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan
kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
3) Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan
kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.
e. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri
1) Setiap bidan wajib memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas
profesinya dengan baik
2) Setiap bidan wajib meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai
dengan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
3) Setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan penampilan diri.
f. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa, bangsa dan tanah air
1) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan
ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam
pelayananan Kesehatan Reproduksi, Keluarga Berencana dan Kesehatan
Keluarga.
2) Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan
pemikiran kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu dan jangkauan
pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.
g. Penutup
Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa menghayati
dan mengamalkan kode etik bidan Indonesia.

Hukum
Menurut Wahyuningsih (2006) dalam Dwienda (2014), hukum berhubungan
erat dengan moral. Hukum membutuhkan moral. Hukum tidak mempunyai arti kalau
tidak diijinkan oleh moralitas. Sebaliknya moral juga berhubungan erat dengan
adanya hukum. Moral hanya sebatas hal yang abstrak saja tanpa adanya hukum
Analisis moral dalam Permenkes No.28 tahun 2017
Permenkes No. 28 Tahun 2017 berisi tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan.
1. BAB II Perizinan
Dalam menjalankan Praktik Kebidanan, Bidan paling rendah memiliki kualifikasi
jenjang pendidikan diploma tiga kebidanan, serta harus memiliki STRB. Dan
dalam menjalankan praktik keprofesiannya wajib memiliki SIPB. Bidan warga
Negara asing yang akan menjalankan Praktik Kebidanan di Indonesia harus
meiliki sertifikat kompetensi, STR sementara, dan SIPB. Bidan warga Negara
Indonesia lulusan luar negeri yang akan melakukan Praktik Kebidanan di
Indonesia harus memiliki STRB dan SIPB.
Analisis:
Bidan dalam melakukan pelayanan berkewajiban memenuhi persyaratan yang
telah di tentukan oleh Pemerintah sesuai dengan kode etik bidan yang telah
dijelaskan sebelumnya. Salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas
pendidikannya sesuai standar yang telah di tetapkan pada BAB II diatas,
sehingga pengetahuan dan keterampilan dalam pelayanan yang akan diberikan
juga meningkat. Setelah memenuhi hal tersebut, bidan nantinya akan mendaatkan
STRB dan SIPB. Dengan begitu dalam segi moralitas, bidan telah memenuhi
perysaratan yang ada dalam menjalankan pelayanan kebidanan, dengan begitu
kepuasan masyarakat yang mendapatkan pelayanan oleh bidan juga akan
meningkat.
2. BAB III Penyelenggaraan Keprofesian:
Bidan menjalankan praktik kebidanan secara mandiri dan atau bekerja di fasilitas
pelayanan kesehatan seperti klinik, puskesmas, rumah sakit, dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya. Bidan desa juga dapat mengajukan permohonan
SIPB kedua berupa Praktik Mandiri Bidan, selama memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam pasl 8 ayat (1).
Dalam praktiknya bidan berwenang untuk memberika pelayanan kesehatan ibu
(masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui,
dan masa antara dua kehamilan), pelayanan kesehatan anak, pelayaan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
Selain kewenangan diatas, Bidan memiliki kewenangan memberikan pelayanan
berdasarkan penugasan dari pemerintah sesuai kebutuhan dan atau pelimpahan
wewenang melakukan tindakan pelayanan kesehatan secara mandat dari dokter.
Dalam permenkes ini juga diatur mengenai kewajiban bidan yaitu:
a. menghormati hak pasien;
b. memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan pelayanan
yang dibutuhkan;
c. merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat ditangani
dengan tepat waktu;
d. meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan;
e. menyimpan rahasia pasien sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan
undangan;
f. melakukan pencatatan asuhan kebidanan dan pelayanan lainnya yang
diberikan secara sistematis;
g. mematuhi standar profesi, standar pelayanan, dan standar prosedur
operasional;
h. melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan Praktik Kebidanan
termasuk pelaporan kelahiran dan kematian;
i. pemberian surat rujukan dan surat keterangan kelahiran; dan
j. meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai
dengan bidang tugasnya.
Analisis:
Pada BAB III dijelaskan seluruhnya mengenai jenis pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh bidan serta rincian kewajiban bidan dalam prosesnya melakukan
pelayanan kesehatan. Jenis pelayanan kesehatan serta kewajiban bidan telah
sesuai dengan kode etik bidan yaitu bagian kewajiban bidan terhadap klien dan
masyarakat juga kewajiban bidan terhadap tugasnya. Dari segi moralitas,
Permenkes ini telah mengatur jenis pelayanan kebidanan paripurna kepada klien,
keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya
berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan kode etik
bidan.
3. BAB IV Praktik Mandiri Bidan
Bidan yang menyelenggrakan Praktik Mandiri Bidan harus memenuhi
persyaratan, selain ketentuan peryaratan memperolehh SIPB yaitu meliputi
persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, peralatan, serta obat dan bahan habis
pakai
Analisis:
Persyaratan yang datur dalam BAB IV bertujuan agar bidan dapat dengan baik
dan benar memberikan pelayanan kebidanan kepada klien, keluarga, serta
masyarakat. Dengan memenuhi segala persyaratan tersebut, tentu akan
menciptakan suasana lingkungan yang nyaman, serta layak bagi klien yang
menerima pelayanan tersebut. Dari segi moralitas, hal ini tentu akan
meningkatkan kepuasan klien serta akan meminimalisir kemungkinan terjadinya
kesalahan/lalai oleh petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada
klien.
4. BAB V Pencatatan dan Pelaporan
Bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan pelayanan yang
diberikan, yang ditujukan ke puskesmas wilayah tempat praktik, dilaksanakan
dan disimpan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Analisis:
Tugas bidan salah satunya adalah melakukan pencatatan dan pelaporan. Tujuan
dari pencatatan dan pelaporan adalah mengumpulkan data-data kesehatan terkait
pelayanan kebidana yang telah diberikannya kepada kliennya. Data-data tersebut
nantinya akan diolah dan dianalisis, hasil dari analisis data tersebut akan
diinterpretasikan dan dievaluasi. Proses ini semua bertujuan untuk melihat
apakah hasil pelayanan yang diberikan selama ini telah sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan, yang tentunya salah satu ketentuan tersebut adalah untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dari segi moralist, kegiatan
pencatatan dan pelaporan merupakan salah satu cara untuk memantau derajat
kesehatan masyarakat.
5. BAB VI Pembinaan dan Pengawasan
Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, dan/atau Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan dapat mengikutsertakan organisasi profesi, melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan praktik bidan sesuai dengan
kewenangan masing-masing, yang bertujuan untuk meningkatkan mutu
pelayanan, keselamatan pasien, dan melindungi masyarakat terhadap segala
kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan
Analisis:
Kegiatan Pembinaan dan Pengawasan tentu merupakan hal yang sangat penting
untuk dilakukan. Dari segi moralitas, kegiatan pembinaan dan pengawan yang
dilakukan oleh menteri, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, dan/atau Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan dapat mengikutsertakan organisasi profesi telah
secara jelas sekali dijelaskan bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan,
keselamatan pasien, dan melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinan
yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan

Sumber:
1. Farrelya, Gita dan Nurrobhika. 2018. Etikolegal Dalam Pelayanan Kebidanan.
Yogyakarta: Deepbulish
2. Dwienda, Octa dan Widya Juliarti. 2014. Prinsip Etika dan Moralitas dalam
Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta: Deepublish
3. Permenkes No. 28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.

Anda mungkin juga menyukai