Anda di halaman 1dari 187

KONSEP KEBIDANAN

BAB I
SISTEM PENGEHARGAAN BAGI BIDAN

Pendahuluan
Bidan dapat dikatan sebagai salah satu profesi penjual jasa yang dijual berupa
pemberian pelayanan kebidanan. Dalam praktiknya, penjual jasa tentu tidak bisa
terlepas dari kinerja, yang ditunjukkan bidan. Selama melakukan kinerja, bidan
akan selalu berkaitan dengan penghargaan dan sanksi. Sebagaimana yang
tertulis dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1464/Menkes/Per/2010 Bab
V Pasal 19 tentang hak bidan dalam menerima imbalan jasa profesi dan pasal
23 tentang sanksi
1. Penghargaan
Dalam menjalankan wewenangnya bidan terikat dengan adanya suatu kewajiban
dan hak, keterikatan antara kewajiban dan hak tersebut dalam aplikasinya harus
berjalan secara seimbang. Setelah menjalankan kewajibannya, bidan berhak
memperoleh penghargaan (reward).
Penghargaan adalah hal penting bagi seorang bidan karena penghargaan
merupakan kebanggaan dan kepuasan atas hasil kinerja bidan. Wujud nyata dari
penghargaan atas pengakuan bidan sebagai suatu profesi adalah organisasi
profesi yang dimiliki oleh bidan yaitu Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dimana salah
satu kewenangan dari IBI mengatur hak, kewajiban, penghargaan dan sanksi bagi
bidan.
2. Hak-hak Bidan
Hak merupakan kewenangan melakukan sesuatu berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Setiap bidan yang telah menyelesaian
pendidikan kebidanan berhak dan wajib menjadi anggota IBI.
Dalam linkup IBI, setiap anggota mempunyai kesempatan yang sama untuk
memperoleh penghargaan. Salah satu penghargaan yang diberikan kepada bidan
dapat berupa ha-hak tertentu sesuai dengan kedudukannya, ha-hak tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut.:
a. Hak Sebagai Anggota Biasa
1. Mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh organisasi.

2. Mengemukakan pendapat, saran dan usul untuk kepentingan organisasi.


3. Memilih dan dipilih menjadi anggotan maupun pengurus dalam organisasi.
b. Hak Sebagai Anggota Luar Biasa
1. Mengikuti kegiatan yang dilakukan organisasi

2. Mengemukakan pendapat, saran dan usul untuk kepentingan organisasi


c. Hak Sebagai Anggota Kehormatan
Sebagai anggota kehormatan bidan mempunyai hak untuk mengemukakan
pendapat, saran dan usul untukkepentingan organisasi
3. Hak Bidan Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.1464/Menkes/Per/X/2010.Bab V,
Pasal 19

Dalam menjalakan praktik/kerja, seorang bidan berhak untuk:


1. Memperoleh perlindungan hukum dalam menjalankan praktiknya sepanjang sesuai
dengan standar yang berlaku.
2. Memperoleh informasi secara lengkap dan benar dari pasien atau keluarganya

3. Melakukan tugas sesuai dengan kewenangan dan standar yang berlaku


4. Menerima imbalan jasa profesi
4. Kewajiban Bidan
Kewajiban merupakan sesuatu yang harus dijalankan sesuai dengan ketentuan,

prosedur, dan peraturan yang berlaku


Kewajiban Bidan Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
1464/Menkes/Per/X/2010/,Bab V, pasal 19
1. Menghormati hak pasien.
2. Memberikan informasi masalah kesehatan dan pelayanan yang dibutuhkan.
3. Merujuk kasus yang bukan kewenangan atau tindakan yang tidak dapat dilakukan
tepat waktu.
4. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
5. Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan yang berlaku

6. Melakukan pencatatn asuhan kebidanan dan tindakan lain secara sistematis.


7. Mematuhi standar dan melakukan pencatatan dan pelaporan kematian dan

kelahiran.
8. Meningkatan mutu pelayanan, mengembangkan ilmunya dan membantu program
pemerintah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.
Kewajiban bidan di masyarakat adalah sebagai berikut
1. Menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah jabatannya dalam
melaksanakan tugas pengabdiannya.
2. Menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara
citra bidan
3. Dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan
tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
4. Mendahulukan kepentingan klien, keluarga, dan masyarakat dengan identitas yang
sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.

5. Menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan tugasnya dengan


mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya
secara optimal.
Kewajiban bidan terhadap tugas adalah sebagai berikut:

1. Memberikan pelayanan paripurna pada klien, keluarga dan masyara dengan sesuai
kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan
masyarakat

2. Memberikan pertolongan sesuai dengan kewenangan dalam mengambil keputusan


termasuk mengadakan konsultasi dan atau rujukan
3. Menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat dan atau dipercayakan kepadanya,
kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan
kepentingan klien.
Kewajiban bidan terhadap tim kesehatan lain adalah sebagai berikut:
1. Menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja
yang serasi.
2. Saling menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.
Kewajiban bidan terhadap profesi adalah sebagai berikut:

1. Menjaga nama baik dan menjunjung tinngi citra profesi dengan penampilan
kepribadian yang bematabat dan memberikan pelayanan yang bermutu
kepada masyarakat
2. Mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan profesinya sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Melakukan penelitian dan kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan
mutu dan citra profesinya.
Kewajiban bidan terhadap diri sendiri adalah sebagai berikut:

1. Memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya dengan baik.


2. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

3. Menjaga dan memelihara kepribadian dan penampilan menarik


Kewajiba bidan terhadapt pemerintah, nusa, bangsa, dan tanah air:
1. Melaksanakan ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidan kesehatan, khususnya
dalam pelayanan kesehatan reproduksi, keluarga berencana, dan kesehatan
keluarga

2. Berpartisipasi dan menyumbangkan pemikiran kepada pemerintah untuk


meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan
KIA/KB dan kesehatan keluarga melalui organisasi profesi
5. Sanksi
Sanksi adalah bentuk hukuman yang diberikan kepada seseorang atas kelalaian
atau kesengajaan dalam menjalankan kewajibannya. Sanksi juga merupakan
bentuk negatif dari penghargaan bagi bidan yang melakukan pelanggaran terhadap
kode etik, hak dan kewajiban yang telah ditentukan oleh organisasi IBI.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
900/MENKES/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan, ditetapkan sanksi
sebagai berikut:
Bidan yang dengan sengaja:

1. Melakukan praktik kebidanan tanpa mendapat pengakuan adaptasi sebagaimana


dimaksud dalam pasal 6 dan atau,
2. Melakukan praktik kebidanan tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 9.
Melakukan peraktik kebidanan tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 25 ayat (1), ayat (2); dipidana sesuai dengan ketentuan
pasal 35 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
Pimpinan sarana pelayanan kesehatan yang tidak melaporkan bidan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 32 dan atau mempekerjakan bidan yang tidak mempunyai izin
praktik, dapat dikenakan sanksi pidana sesuai ketentuan Pasal 35 Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan.
BAB II
PRINSIP PENGEMBANGAN KARIR BIDAN

Pendahuluan
Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kebidanan, bidan berkewajiban pula untuk meningkatkan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu upaya yang dapat ditempuh oleh bidan
adalah dengan cara mengembangkan kariernya. Pengembangan karier merupakan
cermin adanya peningkatan jenjang jabatan dan pada pegawai negeri.
Pengembangan karier bidan meliputi karier fungsional dan karier structural. Secara
karier fungsional bidan memperoleh jabatan fungsional. Pengembangan karier
fungsional bidan disiapkan melalui pendidikan berkelanjutan baik secara formal
maupun nonformal. Semakin tinggi pendidikan bidan, akan semakin meningkatkan
kemampuan frofesionalnya dalam menjalankan fungsinya sebagai pelaksana,
pendidik, peneliti, bidan koordinator, dan bidan penyelia. Sementara itu, karier bidan
dalam jabatan structural sangat bergantung pada tempat bekerja bidan
bertugas,apakah dirumah sakit, puskesmas, desa, atau instansi swasta. Karier
tersebut dapat dicapai oleh bidan disetiap tatanan pelayanan Kebidanan/kesehatan
sesuai dengan tingkat kemampuan, kesempatan, dan kebijakan yang ada.
1. Pendidikan yang berkelanjutan
Pengertian pendidikan berkelanjutan

Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan teknik hubungan


antarmanusia,ndan moral bidan adalah dengan cara menempuh pendidikan
berkelanjutan. Mengingat semakin meningkatnya kemajuan ilmu teknologi dan
kebutuhan masyarakat, maka pendidikan berkelanjutan sebaiknya menjadi suatu
keharusan bagi bidan agar bidan dapat bersaing secara secara sehat di era global.
Tetap eksis dan bertahan dalam menjalankan fungsinya sebagai bidan. Pendidikan
berkelanjutan dapat ditempuh melalui jalur formal maupun nonformal. Pengembangan
pendidikan kebidanan dirancang secara berkesinambungan, berjenjang, dan berlanjut
sesuai dengan prinsip belajar seumur hidup (long life education) bagi bidan yang
mengabdi di tengah-tengah masyarakat.
2. Visi dan Misi Pendidikan Berkelanjutan Bagi Bidan
a. Visi
Tahun 2010 seluruh bidan telah menerapkan pelayanan yang sesuai standar
praktik bidan internasional dan dasar pendidikan minimal Diploma III Kebidanan
b.Misi
1. Mengembangkan pendidikan berkelanjutan berbentuk “sistem”
2. Membentuk unit pendidikan bidaan di tingkat pusat, provnsi, daerah, kabupaten, dan
cabang.
3. Membentuk tim pelaksana pendidikan berkelanjutan
4. Mengadakan jaringan dan bekerja sama dengan pihak terkait
3. Tujuan dan Sasaran Pendidikan Berkelanjutan
Tujuan

1. Tujuan Umum
Tujuan umum pendidikan berkelanjutan bagi bidan adalah untuk mempertahankan
profesionalisme bidan.
2. Tujuan khusus

Pendidikan berkelanjutan secara khusus mempunyai tujuan sebagai berikut:


a. Pemenuhan standar

Standar kemampuan bidan yang telah ditetapkan oleh IBI dapat ditempuh oleh
anggotanya dengan cara menempuh pendidikan berkelanjutan. Anggota IBI yang telah
lulus program pendidikan kebidanan tersebut wajib melakukan registrasi profesi bidan
untuk mendapatkan izin memberi pelayanan kebidanan kepada pasien.
b. Meningkatkan produktifitas kerja
Pendidikan berkelanjutan untuk meningkatkan produktifitas kerja dari bidan karena
dengan semakin tinggi jenjang pendidikan bidan maka akan semakin meningkat
pengetahuan dan keterampilannya sehingga pelayanan kebidanan yang diberikan akan
semakin meningkat dan berkualitas.
c. Efisiensi

Pendidikan bidan yang berkelanjutan akan melahirkan bidan yang kompeten di


bidangnya sehingga meningkatkan efisiensi kerja bidan dalam memberi pelayanan yang
terbaik bagi klien.
d. Meningkatkan kualitas pelayanan
Pendidikan berkelanjutan bagi bidan merupakan salah satu faktor yang
mendorong bidan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan bersaing di antara
kalangan profesi kebidanan sendiri dan profesi kesehatan lain untuk konsumen

e. Meningkatkan moral
Etika dan moral bidan tidak hanya dibentuk dari linkungan keluarga, akan tetapi
pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap moral bidan. Dengan meningkatkan
pendidikan secara berkelanjutan bidan tidak hanya memperoleh pengetahuan dan
keterampilan akan tetapi pendidikan berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan
etika dan moralitas dari bidan.
f. Meningkatkan karier
Pendidikan berkelanjutan merupakan sarana untuk memperjuangkan karier bidan.
Dengan semakin meningkatnya pendidikan bidan maka semakin besar pula
peluang untuk meningkatkan karier

g. Meningkatkan kemampuan konseptual


Semakin tinggi pendidikan bidan semakin baik kemampuan intelektual dan
konseptual bidan dalam melakukan analisis terhadap suatu masalah, proses
pengambilan keputusan semakin cepat dan tepat pelayanan kebidanan/asuhan yang
diberikan semakin berkualitas
h. Meningkatkan keterampilan kepemimpinan (leadership skill).
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang berpotensi untuk menjadi
pemimpin. Dengan menempuh pendidikan berkelanjutan bidan dibekali dengan
ilmu dan keterampilan tentang manajemen dan human relation bidan akan terasa
keterampilan kepemimpinannya.
i. Imbalan (kompensasi)

Kebanyakan suatu institusi kerja/ unit kerja memberikan imbalan atau kompensasi
berdasarkan ijazah tertinggi yang dimiliki dan kinerja bidan.
j. Meningkatkan kepuasan konsumen
Kepuasan konsumen akan meningkat seiring dengan peningkatan kualitas
pelayanan kebidanan
4. Sasaran pendidikan berkelanjutan

Sasaran dari pendidikan berkelanjutan:


a. Bidan praktik swasta;

b. Bidan berstatus pegawai negeri;


c. Tenaga kesehatan lainnya;

d. Kader kesehatan

e. Dukun beranak
f. Masyarakat umum
5. Jenis dan Karakter Pendidikan Berkelanjutan
Jenis pendidikan berkelanjutan

1. Formal
Pendidikan berkelanjutan secara formal yang telah direncanakan dan di
selenggarakan dan diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta dengan
dukungan IBI adalah program D-3, D-4, S-1, dan S-2 kebidanan. Pemerintah telah
berupaya menyediakan dana bagi bidan disektor pemerintah melalui pengiriman
tugas belajar keluar negeri. Disamping itu, IBI mengupayakan adanya bada- badan
swasta dalam dan luar
negeri khusus untuk program jangka pendek. IBI juga mendorong anggotanya
untuk meningkatkan pendidikan melalui kerja sama dengan universitas di dalam
negeri. Pendidikan berkelanjutan direncanakan dan dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan, dengan materi pendidikan mencakup aspek klinik dan nonklinik.
Skema pendidikan berkelanjutan secara formal dapat digambarkan seperti:

Spesialis II
S- 3
Spesialis I
S- 2

Spesialis IV
S- 1
Kebidanan
Spesialis III
SMU

Bidaan
Pra diploma III

Gambar 13.1 skema pola pendidikan kebidanan


2. Non-formal

Pendidikan berkelanjutan secara in-formal dapat ditempuh melalui pelatihan-


pelatihan, seminar, workshop, dan lain-lain (misalnya pelatihan tentang usulan
persalinan normal/ APN Contraception echnology Update/ CTU

6. Karakteristik Pendidikan Berkelanjutan


Beberapa karakteristik dari pendidikan berkelanjutan adalah sebagai berikut:

1. Komprehensif
Penididikan berkelanjutan bersifat komprehensif atau menyeluruh mempunyai
tujuan pendidikan berkelanjutan harus dapat mencakup seluruh anggota profesi
bidan.
2. Berdasarkan kebutuhan

Analisis kebutuhan masyarakat sangat dibutuhkan untuk pelaksanaan

pendidikan berkelanjutan akan relevan dengan kebutuhan masyarakat

dan berhubungan dengan tugas bidan. (job related).


3. Berkesinambungan/ berkelanjutan

Sesuai dengan prinsip pendidikan seumur hidup (long life education), setiap
anggota IBI mempunyai hak dan kesempatan yang sama memperoleh
pendidikan sehingga pendidikan berkelanjutan harus diselenggarakan secara
berkesinambungan sepanjang kehidupan
4. Terkoordinasi secara internal

Penyelenggaran pendidikan berkelanjutan diselenggaran atas dasar koordinasi


dan bekerja sama dengan institusi pendidikan dan mendayagunakan
sumber daya yang ada dalam pengelolaan program pendidikan
berkelanjutan
5. Terkait dengan sistem lain
Pendidikan berkelanjutan bagi bidan merupakan subsistem dari sistem
pendidikan yang ada. Tiga aspek subsistem yang menjadi bagian dari pendidikan
berkelanjutan adalah sebagai berikut:
a. Health manpower planning

Health manpower planning atau perencanaan tenaga kesehatan merupakan


aspek yang harus diperhatikan dalam pendidikan kesehatan. Perencanaan dapat
dilakukan dengan cara melakukan mapping/ pemetaan dari tenaga bidan yang
ada untuk secara bergantian menempuh pendidikan berkelanjutan. Dengan
melakukan perencanaan yang baik akan membantu mempercepat tercapai visi IBI
dalam meningkatkan pendidikan anggotanya
b. Health manpower production.

pendidikan berkelanjutan bagi bidan merupakan salah saatu sarana untuk


mencetak bidan-bidan yang handal, berkualitas, dan mempunyai etika moral yang baik
segingga dapat memberikan pelayanan yang memenuhi standar nasional maupun
internasional

c. Health manpower management

Health manpower management atau manajemen tenaga kesehatan (bidan)salah


satunya dilakukan untuk mengatur bidan sesuai dengan fungsi dan strukturnya.
Manajement ketenagaan didasarkan atas pendidikan tertinggi yang diperoleh oleh bidan
sehingga dapat dipetakan bidan sebagai pelaksana, pengelola, koordinator,
manajerial dan sebagainya.
7. Jabatan Fungsional dan Struktural
Secara garis besar jabatan dapat dibedakan dari dua aspek, yaitu jabatan fungsional

dan jabatan structural.


a. Jabatan Fungsional

Jabatan fungsional bidan merupakan jabatan yang diberikan kepada bidan berupa
tunjangan fungsional didasarkan atas fungsinya sebagai pelaksana, pengelola,
pendidik, peneliti.
Jabatan fungsional merupakan jabatan yang berorientasi secara kualitatif
ditinjau dan dihargai berdasarkan aspek fungsi dan peran vital dalam kehidupan
dimasyarakat dan negara
b. Jabatan structural
Jabatan structural/jabatan kuantitatif adalah jabatan yang harus secara jelas

tertera dalam struktur yang diatur secara berjenjang dalam suatu organisasi.
Jabatan structural bidan dilihat berdasarkan tempat kerja bidan (rumah sakit,

puskesmas, institusi pendidikan, dan lain-lain). Sebagaimana halnya jabatan


fungsional, bidan yang menduduki jabatan structural juga berhak mendapatkan

tunjangan structural sesuai dengan struktur yang dipegang dan kemampuan


yang dimiliki.
8. Pengembangan Karier (Career Development)
a . Pengertian Pengembangan Karier
Pengertian karier
Karier merupakan suatu rangkaian promosi jabatan atau mutasi ke jabatan yang
lebih tinggi dalam jenjang hierarki yang dialami oelh seseorang tenaga kerja
selama masa kerjanya.
Pengertian pengembangan karier
Pengembangan karier merupakan kondisi yang menunjukkan adanya
peningkatan jenjang jabatan dan jenjang pangkat bagi seorang pegawai negeri
pada suatu organisasi dalam jalur karier yang ditetapkan dalam suatu organisasi.
Menurut Mondy (1993, pengembangan karier meliputi aktivitas- aktivitas untuk
mempersiapkan seorang individu pada kemajuan karier yang direncanakan.
b. Tujuan Pengembangan Karier Bidan

1. Mendapatkan persyaratan untuk menempati posisi atau jabatan tertentu.

2. Pengembangan karier tidak berlaku secara otomatis akan tetapi bergantung

pada lowongan, jabatan.

3. Keputusan, dan tergantung pada kebijakan pimpinan

c. Ketentuan Peraturan Pengembangan Karier

1. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.01/Per/M. PAN/ 1 /

2008.

2. Petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional bidan dalam angka kredit.


d. Prinsip Pengembangan Karier
1. Pekerjaan itu sendiri mempunayai pengaruh yang sangat besar terhadap
pengembangan karier.
2. Bentuk pengembangan skill yang dibutuhkan ditentukan oleh permintaan yang
spesifik.
3. Pengembangan akan terjadi hanya jika seorang individu belum memperolah
skill yang sesuai dengan tuntutan pekerjaan.
4. Waktu yang digunakan untuk pengembangan dapat direduksi/dikurangi dengan
mengidentifikasi rangkaian penempatan individu yang rasional.
e. Komponen Pengembangan Karier

1.Career planning.
Career planning atau perencanaan karier merupakan proses dimana individu
dapat mengidentifikasi dan mengambil langkah untuk mencapai tujuan karier.
2. Career management.

Career management atau manajement karier merupakan proses dimana


organisasi memilih, menilai, menugaskan, dan mengembangkan para
pegawainya guna menyediakan suatu kumpulan orang-orang yang berbobot
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dimasa yang akan datang.
9. Pengembangan Karier Bidan
a.Pengertian Pengembangan Karier Bidan

Pengembangan karier bidan adalah upaya untuk meningkatkan jenjang


jabatan dan jenjang pangkat bagi seorang bidan dimana bidan bekerja,
pengembangan karier bidan adalah perjalanan pekerjaan bidan dalam organisasi
sejak diterima dan berakhir pada saat bidan tidak bekerja lagi.

b. Unsur Pengembangan Karier


pengembangan karier bidan meliputi karier fungsional dan karier structural.
Dimana pun bidan bekerja dan pada setiap tatanan pelayanan kebidanan, bidan
dapat meraih kariermya sesuai dengan kemampuan, kesempatan dan kebijakan
yang ada
c. Prinsip Pengembangan Karier Bidan Dikaitkan Dengan Peran, Fungsi, Dan
Tanggung Jawab

Kaitan pengembangan karier dengan fungsi bidan


1. Pelaksana

Sebagai pelaksana, bidan memiliki tiga kategori tugas, yaitu tugas mandiri,
kolaborasi, dan ketergantungan.

a. Tugas mandiri
- Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap kebidanan yang diberikan;

- Memberikan pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan wanita


dengan melibatkan mereka
- Memberikan asuhan kebidanan kehamilan normal;

- Memberikan asuhan kebidanan masa persalinan dengan melibatkan klien dan


keluarga
- Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir;

- Memberikan asuhan masa nifas dengan melibatkan klien dan keluarga

- Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan

keluarga berencana.
- Memberikan asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi dan wanita dalam masa

klimakterium, serta menopause.


- Memberikan asuha kebidanan kepada bayi dan balita dengan melibatkan keluarga
b. Tugas kolaborasi
Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu:

- Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai


kolaborasi dengan melibatkan klien atau keluarga

- Memberikan asuhan kebidanan kepada ibu hamil dengan resiko tinggi dan
pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi

- Memberikan asuhan kebidanan kepada ibu dalam masa persalinan dengan


risiko tinggi, serta keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan
pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien atau keluarga
- Memberikan asuhan kebidanan kepada ibu dalam masa nifas dengan risiko tnggi,

serta pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan


tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarganya;
- Memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dengan risiko tinggi, serta pertolongan

pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi


bersama klien dan keluarganya
- Memberikan asuhan kebidanan kepada balita dengan risiko tnggi serta pertolongan

pertama keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama


klien dan keluarganya
c. Tugas ketergantungan
-. Menetapkan manajemen kebidanan kepada setiap asuhan kebidanan sesuai
dengan fungsi keterlibatan klien dengan keluarga
- Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kasus
kehamilan dengan risiko tinggi, serta kegawatdaruratan;
- Memberikan asuhan kebidanan melalui dengan penyulit tertentu dengan
melibatkan klien atau keluarga.
- Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan kepada ibu masa
nifas yang disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan
klien dan keluarga.
- Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan

kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan rujuakan dengan melibatkan


keluarga
- Memberikan asuhan kebidanan pada anak balita dengan kelainan tertentu dan

kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan klien


dan keluarga.
2. Pengelola
Sebagai pengelola, bidan memiliki dua tugas yaitu tugas pengembangan pelayanan

dasar kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim.


a. Bidan bertugas mengembangan pelayanan dasar kesehatan, terutama
pelayanan kebidanan untuk indidvidu, keluarga, kelompok khusus, dan
masyarkat diwilayah kerja dengan melibatkan klien atau keluarga.

b. Bidan berpartisipasi dalam tim untuk melaksakan program kesehatan dan


sektor lain di wilayah melalui peningkatan kemampuan duku bayi, kader
kesehatan, serta tenaga kesehatan lain yang berada dibawah bimbingan dalam
wilayah kerjanya.
3. Pendidk
Sebagai pendidik bidan memiliki dua tugas, yaitu sebagai pendidik dan penyuluh
kesehatan bagi klien, serta pelatih dan pembing kader.
a. Bidan memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada klien
(individu, keluarga, kelompok, serta masyarakat) tentang penanggulangan masalah
kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan ibu, anak, dan
keluarga berencana
b. Melatih dan membimbing kader, peserta didik kebidanan dan keperawatan,
serta membina duku diwilayah atau tempat kerjanya.
c. Peneliti atau investor
bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidan kesehatan
baik secara mandiri maupun berkelompok.
d. Kaitan Pengembangan Karier dengan Tanggung Jawab bidan
Sebagai tenaga yang profesional, bidan memilki tanggung jawab dalam
melaksanakan tugasnya.
1. Tanggung jawab terhadap peraturan
2. Tanggung jawab terhadap pengembangan kompetensi
3. Tanggung jawab terhadap dokumentasi
4. Tanggung jawab terhadap keluarga yang dilayani
5. Tanggung jawab terhadap profesi.
6. Tanggung jawab terhadap masyarakat.
BAB III
PROSES BERUBAH

1. Pengertian Perubahan dan Fungsi Perubahan


Pengertian perubahan

Perubahan merupakan suatu proses dimana terjadinya peralihan atau


perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status tetap yang bersifat dinamis,
artinya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada.

Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang direncanakan yaitu usaha


sistematis untuk mendesain ulang satu organisasi dengan cara melakukan adaptasi
pada perubahan yang terjadi dilingkungan eksternal maupun untiternal untuk mencapai
sasaran baru.
2. Fungsi perubahan
Perubahan memiliki beberapa fungsi
1. Perubahan ditujukan untuk menyelesaikan masalah;
2. Perubahan ditujukan untuk membuat prosedur kerja lebih efisien;
3. Perubahan ditujukan untuk mengurangi kegiatan yang tidak penting.
3. Teori Perubahan
Terdapat beberapa teori perubahan menurut beberapa ahli, buku ini mengambil
salah satu teori perubahan menurut Roger (1962). Roger mengembangkan teori
dan lewin (1952) tentang tiga tahap perubahan dengan menekankan pada latar
belakang individu yang terlibat dalam perubahan dan lingkungan di mana
perubahan tersebut dilaksanakan. Roger menjelaskan lima tahap dalam perubahan,
yaitu: kesadaran keinginan, evaluasi, mencoba, dan penerimaan atau dikenal juga
sebagai awareness, interest, Evaluation, Trial, dan Adoption (AIETA).
Menurut Roger, E., untuk mengadakan suatu perubahan perlu adanya langkah
yang ditempuh sehingga harapan atau tujuan akhir dari perubahan dapat tercapai.

1. Tahap awareness
Tahap ini merupakan tahap yang memiliki arti bahwa dalam mengadakan
perubahan diperlukan adanya kesadaran untuk berubah. Apabila tidak ada
kesadaran untuk berubah, maka tidak munkin tercipta suatu perubahan.

2. Tahap interest

Tahap yang kedua mengadakan perubahan harus timbul perasaan minat terhadap
perubahan yang dikenal. Timbul minat yang mendorong dan menguatkan
kesadarn untuk berubah
3. Tahap evaluasi.
Pada tahap ini terjadi penilaian terhadao suatu yang baru agar tidak terjadi
hambatan yang akan ditemukan selama mengadakan perubahan. Evaluasi ini dapat
memudahkan tujuan dan langkah dalam melakukan tujuan dan langkah dalam
melakukan tujuan.
4. Tahap trial.

Tahap ini merupakan tahap uji coba terhadap suatu yang baru atau hasil perubahan
dengan harapan suatu yang baru dapat diketahui hasilnya sesuai dengan kondisi atau
situasi yang ada dan memudahkan untuk diterima oleh lingkungan.

5. Tahap adoption

Tahap ini merupakan tahap terakhir dari perubahan yaitu proses penerimaan terhadap
suatu yang baru setelah dilakukan uji coba dan merasakan adanya manfaat dari suatu
yang baru sehingga selalu mempertahankan hasil perubahan.
4. Tahap Berubah Menurut Roger E
Roger (1962) percaya bahwa proses penerimaan terhadap perubahan lebih
kompleks dari tahap yang dijabarkan lewin (1951). Terutama pada setiap individu
yang terlibat dalam proses peruabahan dapat menerima atau menolaknya.
Meskipun perubahan dapat diterima, munkin saja suatu saat akan ditolah setelah
perubahan tersebut dirasakan sebagai hal yang menghambat keberadaannya.

Roger mengatakan bahwa perubahan yang efektif tergantung individu yang


terlibat, tertarik, dan berupaya selalu untuk berkembang dan maju serta
mempunyai suatu komitmen untuk bekerja dan melaksanankannya.
5. Proses Perubahan
Sifat perubahan

Menurut Lancaster (1982), proses perubahan memiliki tiga sifat diantaranya


perubahan bersifat berkembang, spontan, dan direncanakan.

1. Perubahan bersifat berkembang


Sifat perubahan ini mengikuti dari proses perkembangan yang baik pada individu,
kelompok, atau masyarakat secara umum. Proses perkembangan ini di mulai
dari keadaan atau yang paling besar menuju keadaan yang optimal atau matang,
sebagaimana dalam perkembangan manusia sebagai mahkluk hidup yang
memiliki sifat yang selalu berubah dalam tingkat perkembangannya
2. Perubahan bersifat spontan
Sifat perubahan ini dapat terjadi karena keadaan yang dapat memberikan respons
tersendiri terhadap kejadian-kejadian bersifat alamiah diluar kehendak manusia
yang tidak diramalkan atau diprediksi hingga sulit untuk diantisipasi, seperti
perubahan keadaan alam, tanah longsor banjir, dan lain-lain.
3. Perubahan bersifat direncanakan

Perubahan bersifat direncanakan ini dilakukan bagi individu, kelompok, atau


masyarakat yang ingin mengadakan perubahan kearah yang lebih maju atau
mencapai tingkat perubahan yang lebih baik dari keadaan yang sebelumnya
sebagaimana perubahan dalam sistem pendidikan keperawatan di indonesia yang
selalu mengadakan perubahan sejalan dengan perkembangan ilmu kdokteran dan

sistem pelayanan kesehatan pada umumnya.


6. Tipe Perubahan
Tipe-tipe perubahan adalah sebagai berikut:

1. Tipe indoktrinasi
Suatu perubahan yang dilakukan oleh sekelompok atau masyarakat yang
menginginkan pencapaian tujuan yang diharapkan dengan cara memberi doktrin
atau menggunakan kekuatan sepihak untuk dapat berubah.

2. Tipe paksaan atau kekerasan


Merupakan tipe perubahan dengan melakukan pemaksaan atau kekerasan pada
anggota atau seorang dengan harapan tujuan yang hendak dicapai dapat
terlaksana.
3. Tipe teknokratik
Merupakan tipe perubahan dengan melibatkan kekuatan lain dalam mencapai tujuan
yang diharapkan, terdapat satu pihak yang merumuskan tujuan dan pihak lain
untuk membantu mencapai tujuan.
4. Tipe interaksional
Merupakan perubahan dengan menggunakan kekuatan kelompok yang berinteraksi
satu dengan yang lain dalam mencapai tujuan yang diharapkan dari perubahan
5. Tipe sosialisasi
Merupakan suatu perubahan dalam mencapai tujuan dengan menggunakan kerja
sama dengan kelompok lain, tetapi masih menggunakan kekuatan untuk mencapai
tujuan yang hendak dicapai.
6. Tipe emultif
Merupakan suatu perubahan dengan menggunakan kekuatan unilateral dengan
tidak merumuskan tujuan terlebih dahulu secara sungguh-sungguh. Perubahan ini
dapat dilakukan pada sistem organisasi yang stafnya gigih berusaha.

7. Tipe alamiah
Perubahan yang terjadi akibat sesuatu yang tidak disengaja, tetapi dalam
merumuskan dilakukan secara tidak sungguh-sungguh, seperti kecelakaan maka
seorang Ingin mengadakan perubahan untuk lebih berhati-hati dalam berkendaraan
dan lain sebagainya.
7. Proses Terjadinya Perubahan

Dalam prosesnya perubahan akan terjadi sebuah siklus. Siklus dalam sistem
perubahan tersebut itulah yang dinamakan sebuah proses yang akan menghasilkan
sesuatu dan berdampak pada sesuatu. Dalam proses perubahan terdapat komponen
yang satu dengan lainnya yang dapat mempengaruhi, seperti perubahan perilaku sosial,
perubahan structural dan institusional, serta perubahan teknologi.

Proses perubahan dapat saling mempengaruhi komponen yang ada, sebagai


contoh dengan adanya penemuan teknologi tepat guna, maka dimasyarakat akan
terjadi perubahan dalam perilaku sosial di mana kemunkinan masyarakat akan
menggunakan teknologi yang dihasilkan.
8. Motivasi dalam Perubahan
Berubah timbul karena adanya suatu motivasi yang ada dalam diri manusia.
Motivasi timbul karena ada tuntunan kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan dasar
manusia yang dimaksud antara lain sebagai berikut.

1. Kebutuhan fisiologis seperti makanan, minum, tidur, oksigenasi, dan lain-lain


yang secara fisiologis dibutuhkan manusia untuk mempertahankan hidupnya.
Berdasarkan kebutuhan tersebut, manusia akan selallu ingin mempertahankan
hidupnya dengan jalan memenuhi atau selalu mengadakan perubahan
2. Kebutuhan aman. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan manusia agar mendapat
jaminan keamanan ini merupakan kebutuhan manusia agar mendapat jaminan
keamanan atau perlindungan dari berbagai ancaman bahaya yang ada sehingga
manusia selalu ingin memenuhinya dengan jalan mengadakan perubahan untuk
mempertahankan kebutuhan tersebut, seperti mendapatkan pekerjaan yang tetap,
bertempat tinggal yang aman dan lebih baik
3. Kebutuhan sosial. Ketentuan ini mutlak diperlukan karena manusia tidak akan dapat
hidup sendiri tanpa ada bantuan orang lain. Dengan demikian, untuk memenuhi
kehidupan sosialnya, manusia selalu termotivasi untuk mengadakan perubahan
dalam memenuhi kebutuhan, seperti mengadakan kegiatan sosial kemasyarakatan.
4. Kebutuahn penghargaan dan dihargai. Setiap manusia selalu ingin mendapatkan
penghargaan dimata masyarakat atas prestasi, status dan lain-lain.oleh karena itu,
manusia akan termotivasi untuk mengadakan perubahan.
5. Kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan perwujudan agar diakui masyrakat akan
kemampuannya dan potensi yang dimiliki akan memotivasi seseorang untuk
memacu diri dalam memenuhi suatu perubahan.
9. Tahap Pengelolan Perubahan
Pengelolaan perubahan menjadi kompetensi utama bagi manajer perawat saat
ini, ketidak efektfan penerapan perubahan akan berdampak buruk terhadap manajer,
staf, dan organisasi, serta mebgabiskan waktu dan dana yang sia-sia. Sepuluh tahap
pengelolaan perubahan organisasi dijelaskan pada tabel berikut (Bolton dkk, 1992).
Tabel 14. 1 tahap pengelolaan perubahan (Botton dkk,1992)
Tahap Penjelasan

Mendefinisikan tujuan perubahan dengan melakukan pengkajian kepada orang yang layak,
1
menguju dokumen, dan menulis bahan-bahan yang sudah dikembangkan, serta secara
konsisten menatap ke depan sesuai visi yang telah ditetapkan
2 Meyakinkan tentang kesesuaian tujuan perubahan dengan
3 Dimana tujuan akan dapat dilaksanakan dengan baik dan orang lain akan dengan senang
hati terlibat didalamnya

Menentukan siapa yang akan memimpin perubahan. Pemimpin harus mengemunisasikan


4
visi secara efektif kepada setiap orang di masing-masing tatanan. Jabatan organisasi dan
berperan sebagai pelatih, mentor, pendengar, dan mendukung ekrja kelompok
5 Memfasilitasi komitmen semua pihak yang terlibat (stakeholders)
6 Mengidentifikasi instrumen tujuan yang spesifik yang dapat dipergunakan sebgai tolak ukur
pencapaian perubahan

Membangun suatu tim kerja yang solid. Tim kerja tersebut harus mempunyai tanggung jawab
7
yang jelas, mampu berkomunikasi dengan lainnya, juga mampu melakukan negosiasi dan
penyelesaian masalah
Melibatkan semua tim kesehatan yang turut derta dalam praktik
8
keperawatan profesional kepada pasien. Tim tersebut harus mendukung
dan terlibat dalam perubahan yang diharapkan oleh oraganisasi
9
belajar dari kesalahan masa lalu untuk menghindari kesehatan yang sama

Mengajar kepada kelompok kerja tentang proses interaksi perencanaan


10
yang baik. Selalu mengembang sesuatu yang komprehensif dengan
mengomunikasikannya dengan secara terus menerus
10. Pedoman untuk Pelaksaan Perubahan
Untuk terlaksananya suatu perubahan, maka hal-hal tersebut yang dibawah ini
sebaiknya dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan perubahan.
1. Keterlibatan
2. Motivasi
3. Perencanaan
4. Legitimasi
5. Pendidikan
6. Manajemen
7. Harapan
8. Asuh (nurturen)
9. percaya
11. Agen Pemburu (change agent)
Dalam perkembangan karier profesional, setiap individu akan terpanggil untuk
menjadi agen pembaharu. Menjadi agen pembaharu akan menjadi hal yang
sangat menarik dan menyenangkan sebagian bagian dari peran profesional.
Keadaan tesebut akan terjadi, jika anda merespons setiap perubahan yang terjadi
disekeliling anda (Vestal, 1999).

1. Hal pertama yang harus dilakukan mengontrol perilaku anda dan sebagaimana cara
anda mengelola perubahan. Anda dapat memilih sebagai pionir, penjajah, dan
sesorang yang berpikiran positif, serta pelaku dengan motivasi yang tinggi.
2. Untuk menjadi seorang agen pembaharu efektif. Anda perlu menjadi bagian dari
perubahan dan tidak menjadi orang yang resistan terhadap perubahan.

3. Menyelesaikan setiap fenomena yang terjadi dan memilih hal-hal yang akan diubah.
Perubahan bukan hanya hal-hal yang mudah, tetapi juga hal-hal yang
memerlukan suatu tantangan.
4. Hadapilah setiap perubahan dengan senang dan penuh humor. Yakinkan bahwa
perubahan adalah hal yang menentang dan menjadi agen pembaharu akan lebih
sulit.
12. Respons Terhadap Suatu Perubahan
Bagi sebagian individu perubahan dapat dipandang sebagai suatu motivator
dalam meningkat prestasi atau penghargaan. Akan tetapi, kadang-kadang
perubahan juga dipandang sebagai sesuatu yang mengancam keberhasilan
seseorang dan hilangnya penghargaan yang selama ini didapat. Apakah sesorang
memandang perubahan sebagai sesuatu hal yang penting atau negatit.
Umumnya dalam perubahan sering muncul resistansi atau adanya penolakan
terhadap perubahan dalam berbagai tingkat orang yang mengalami perubahan
tersebut
Menolak perubahan atau mempertahan status quo ketika beusaha melakukan
perubahan, dapat saja terjadi. Perubahan bisa merupakan sumber stress sehingga
timbullah perilaku tersebut. Penolakan sering didasarkan pada ancaman terhadap
keamanan dari individu karena perubahan akan mengubah perilaku yang ada.

Faktor-faktor yang akan meransang penolakan terhadap perubahan, misalnya


kebiasaan, kepuasan akan diri sendiri, dan ketakutan yang melibatkan ego. Orang-
orang biasany takut berubah umumnya karena kurangnya pengetahuan, prasangka
yang dihubungkan dengan pengalaman dan paparan dengan orang lain, serta
ketakutan pada perlunya usaha yang lebih besar untuk menghadapi kesulitan yang
lebih tinggi.
Apabila bidan yang sekarang berada pada proses profesionalisasi untuk menjadi
sebuah profesi yang mandiri memiliki rasa takut atau tidak siap dengan perubahan dan
dampak yang munkin ditimbulkannya, bagaimana profesionalisasi itu akan terjadi?
Beberapa contoh yang munkin dialami seseorang dalam suatu perubahan antara lain:
1. Takut karena tidak tahu;
2. Takut karena kehilangan kemampuan, keterampilan, atau keahlian yang terkait
dengan pekerjaannya;
3. Takut karena kehilangan kepercayaan/kedudukan;
4. Takut karena kehilangan imbalan; serta
5. Takut karena kehilangan penghargaan, dukungan an perhatian orang lain
13. Perubahan dam Kebidanan

Dalam perkembangannya, bidan juga mengalami proses perubahan seiring


dengan kemampuan dan teknologi. Aplikasi bidan dalam perubahan antara lain
sebagai berikut.

1. Memberikan pelayanan kesehatan melalui asuhan kebidanan untuk selalu


berubah ke arah ke mandirian.

2. Melakukan perubahan ke arah yang profesional.

3. Memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat dengan mengadakan perubaha


melalui pendidikan berkelanjutan, pengembangan karier, peerapan asuhan
kebidanan yang tepat, sesuai dengan wewenang dan standar.

4. Mengadakan perubahan melalui penelitian

5. Menunjukkan jiwa profesional dalam tugas dan tanggung jawab


BAB IV
KONSEP PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN

1. Pengertian Pemimpin dan kepemimpinan


a. Pemimpin

Pemimpin berasal dari bahasa inggris leader yang berarti penggerak dan
pembimbing. Secara harfian ada beberapapengertian kepemimpinan, yaitu sebagai
berikut.
- Menurut Fred A. Manske, jr. dalam secret of effective leadership.

Pemimpin adalah seseorang yang membimbing orang lain secara persuasif.


Dengan kata lain, seorang pemimpin mempengaruhi orang lain untuk mencapai
tujuan tertentu.
- Menurut Budi Utomo.

Pemimpin adalah seseorang yang mampu memberi suritauladan kepada anggota


yang dipimpinnya. Seorang pemimpin harus mengayomi, memperjuangkan dan
mendorong kesehjahteraan anggotanya.
b. Kepemimpinan
Kepemimpinan atau leadership adalah cara bagaimana pemimpin
menggerakkan orang lain yang dipimpinnya untuk mengadakan perubahan-
perubahan, dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
c. Cara Membangun Kredibilitas
Sebagai orang yang berpengaruh, seorang bidan mempunyai kapasitas untuk
menjadi penggeak perubahan yang efektif. Bidan harus mengesahkan
kepemimpinannya agar dapat berperan secara aktif. Salah satu cara untuk
mengesahkan kepemimpinannya bidan harus dapat membangun kredibilitas
kepemimpinan, dengan cara sebagai berikut.
1. Mampu menjelaskan nilai-nilai pandangan hidupnya.
Nilai-nilai pandangan hidup menjadi acuan dalam berpikir, berbicara, dan
bertindak.seorang pemimpin waji menerjeahkan nilai-nilai tersebut kedalam
seperangkat prinsip yang dapat pedoman bagi masyarakat atau organisasinya.

2. Mampu menangkap apa yang diinginkan pengikutnya.


Pemimpin harus mampu menyatukan pengikutnya melalui persamaan nilai-nilai
tertentu, serta mampu membangun pemahaman yang sama tentang nilai-nilai
kebersamaan pengikutnya
3. Membangun konsensus.
Seorang pemimpin dapat menghargai perbedaan diantara pengikutnya dan dapat
mencari titik temu dimana setiap orang merasa nyaman berinteraksi.
4. Mampu meyakinkan pengikutnya
Apakah dalam tatap muka satu persatu dalam forum besar, dalam percakapan,
atau presentasi, seorang pemimpin harus mampu memberikan pandangan
hidupnya melalui contoh dan cerita.
5. Berpegang pada hal yang diyakini.
Setelah pemimpin meyakinkan pengikutny tentang pandangan hidup yang diyakini
bisa menjadi pedoman, mereka harus bisa menjaga wibawa dan kepercayaan yang
diberikan kepada pengikutnya; berbicara tegas dan mengkritisi ketidak konsistenan,
atau mendukung orang lain mempertahankan nilai-nilai tersebut.
6. Menjadi panutan

Perilaku pemimpin menjadi contoh mulai dari cara dengan meluangkan waktu,
bagaimana mempertanyakan sesuatu, orang-orang yang dikunjungi dan perilaku yang
dipuji
2. Kepemimpianan dalam Kebidanan

Sebagai seorang bidan sebaiknya tidak hanya mengasah keterampilan klinis atau

kebidanan saja, agar mampu menghadapi tantangan. Sebaiknya bidan juga

mengembangkan kualitas dirinya agar mampu menjadi pemimpin yang efektif di desa

dia bertugas.
Kualitas menjadi pemimpin diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Kepekaan terhadap gender dan budaya.

pemimpin yang efektif seharusnya peka terhadap hubungan kekuasaan antara

perempuan dan laki-laki, budaya dan keyakinan. Nilai dan praktik situasi sosial

dimana ia bertugas.
2. Kapasitas untuk berkomunikasi dan memotivasi orang lain.
Pemimpin yang terampil mampu menjelaskan idenya kepada orang lain
melalui keterampilan berkomunikasi. Bidan harus mampu melakukan
kegiatan peningkatan kesehatan dan memotivasi orang lain untuk
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan.
3. Kemampuan berkolaborasi dan membentuk jejaring.
Pemimpin yang efektif adalah pemain tim yang mengetahui bagaimana
berkolaborasi dengan pemegang dana, pemerintah, dan sektor swasta. Selain
itu, juga mampu membangun jejaring dengan penting lainnya.
4. Keahlian menggerakkan sumber daya
Pemimpin harus efektif dan mampu menggunakan dan menggerakkan sumber
daya baik dalam maupun diluar desa untuk keperluan kesehatan dimana ia
bertugas.

.
5. Kemampuan merencanakan, melaksanakan, mengelola program/proyek.
Pemimpin yang efektif mampu merencanakan, melaksanakan, mengelola
program/proyek didesanya dan tahu perangkat dasar untuk perencanaan dan
pengelolaan.
6. Kapasitas memanfaatkan dan menghimpun bukti dalam merencanakan program.
Pemimpin yang efektif sebaiknya memiliki kapasitas menghimpun data untuk
merencanakan dan merancang program/proyek dikomunitas. Penggunaan data
penelitian sangat membantu dalam mengembangkan program dan membuat
keputusan
7. Kemampuan mengambil keputusan.
Pemimpian harus dapat mengambil keputusan yang tegas, tidak menyakitkan
anggotanya
8. kejujuran/integritas dan menghargai orang lain.
Sebaiknya pemimpin menghormati orang yang berhubungan dengannya, tidak
membohongi dalam rangka mencapai tujuan. Harus menghormati pendapat orang l
ain dan menjelaskan fakta, isu.
9. Komitmen
Pemimpin harus mampu mempunyai dedikasi yang tinggi dan mendedikasikan
dirinya dalam mencapai tujuan programnya. Ia harus dapat diandalkan atau
bertanggung jawab atas tindakannya.
Ada beberapa keterampilan yang dibutuhkan bidan untuk menjadi pemimpin yang
efektif, keterampilan tersebut menyangkut penguasaan teknik-teknik sebagai berikut.

Teknik pengambilan keputusan “DO IT”


D : Define problem - rumusan masalah

O : Open mind and aply creative techniques - berpikir terbuka dan menerapkan teknik
kreatif

I : Identify best solution - mencari solusi terbaik

T : Transform into actions - mampu mengubah ide menjadi tindakan


a. D- Define Problem

Merumuskan masalah sebenarnya bukan sekedar kulit luarnya saja, tetapi


juga penting mencari pertanyaan yang paling tepat, kemudian menentukan tujuan yang
bisa dicapai. Cara terbaik merumuskan masalah adalah mengkristalkan rumusan
dalam dua pertanyaan dan memilih yang paling baik
b. O- open Mind and Apply Creative Techniques

Setelah batasan masalah ditentukan, mulai menyusun atau ide yang munkin
untuk memecahkan masalah. Lebih baik mempunyai lebih dari satu ide
karena kemunkinan mendapatkan sulusi yang lebih baik. Pada tahapan ini, susun
saja dahulu dan jangan mengevaluasi. Terapkan beberapa teknik kreatif untuk
menghasilkan sebanyak munkin ide yang berbeda.
c. I-Identify The Best Solution
Dari susunan daftar ide tersebut, pilihlah ide/ solusi terbaik. Dengan terlebih
dahulu menilai dan mengembangkan ide secara rinci sebelum memilihnya.
d. T- Transform Into Action
Pada tahap akhir ini, bidn harus meluangkan waktu dan tenaga untuk
menyusun rencana tindakan yang nyata dalam merencanakan pelaksanaannya.
Banyak orang kreatif gagal karena tidak bisa mentransformasikan ide menjadi
tindakan yang nyata karena tidak memperhitungkan berapa lama waktu yang
diperhitungkan.

Keterampilan mengelola waktu ( time management) dapat membantu fungsi bidan


dalam menghadapi kendala.
1. Prinsip utama adalah memfokuskan diri pada hasil bukan “sibuk” sendiri.
Aturan yang terkenal adalah aturan 80:20 atau prinsip pareto. Kesibukan tanpa
arah walaupun memakan waktu 80% dari seluruh kegiatan tetapi hanya
menghasilkan 20% dari hasil yang diinginkan.
2. Prinsip kedua adalah melakukan analisis SWOT untuk menilai kekuatan dan
kelemahan, peluang, dan ancaman.
3. Prinsip ketiga, dapat dilakukan melalui metode six Hats yang dikembangkan oleh dr.
Edward de Bono. Six Hats merupakan alat bantu proses berpikir sebelum
mengambil keputusan sehingga keputusan yang diambil berdasarkan data lengkap.
White Hat informasi, fakta, dan data objektif
Red Hat emosi
Black Hat kehati-hatian/resiko negatif
Yellow Hat keuntungan/kesempatan
Green Hat ide/ kemunkinan-kemunkinan baru
Blue Hat arah, tujuan
Dengan metode ini, bidan menjadi terampil dalam:
a. Memecahkan masalah;
b. Menghasilkan ide yang banyak dan lebih baik;
c. Mengurangi konflik;
d. Berpikir dengan jelas;
e. Memimpimin pertemuan dengan tepat dan produktif.
BAB V
KONSEP KEBIDANAN BERPERSPEKTIF GENDER

1. Pengertian Seks, Gender, Kesetaraan Gender, Keahlian Gender, Diskriminasi


Gender, dan Hak Asasi Manusia.
a. Seks
Seks adalah perbedaan secara biologis antara laki-laki dan perempuan
dalam system reproduksi, seperti organ kelamin (penis dan testis dengan vagina,
Rahim, dan payudara), hormone yang dominan dalam tubuh (estrogen dengan
testoteron), kemampuan untuk memproduksi sperma atau ovum, serta kemampuan
untuk melahirkan dan menyusui,
b. Gender
Gender adalah perbedaan peran dan tanggung jawab sosial bagi perempuan
dan laki-laki yang dibentuk oleh masyarakat dan budaya karena sesorang lahir
sebagai perempuan dan laki-laki. Gender adalah perbedaan peran, fungsi tanggung
jawab, harapan, serta karakteristik femininitas dan maskulinitas antara laki-laki
dan perempuan hasil kontruksi sosial.
c. Kesetaraan Gender (Gender Equality)
Kesetaraan gender mengandung makna tentang persamaan, yaitu
perlakukan yang setara antara perempuan dan lak-laki dalam hukum dan
kebijakan, serta akses yang sama ke sumber daya dan pelayanan dalam
keluarga, komunitas dan masyarakat.
d. Keadilan Gender
Keadilan gender merupakan keadilan pendistribusian manfaat dan tanggung
jawab perempuan dan laki-laki.
e. Diskriminasi Gender
Diskriminasi gender adalah perbedaan, pengecualian, atau pembatasan yang
dibuat berdasarkan peran dan norma gender yang dikonstruksikan secara sosial
yang mencegah seseorang untuk menikmati hak asasi manusia secara penuh.
f. Hak Asasi Manusia (HAM)
Berdasarkan universal declaration of human Rights, HAM diartikan sebagai
hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur
hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapapun. Sementara itu, berdasarkan
UU No. 39 Tahun 1999 menyebutkan bahwa HAM adalah hak yang melekat pada
hakikatan keberadaan manusia sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh
negara, hukum pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan, serta perlindungan
harkat dan martabat.
g. Klasifikasi HAM
Berdasarkan Universal Declaration Of Human Rights, HAM diklasifikasikan sebagai
berikut.
Hak asasi pribadi (personal Rights)

a. Hak kebebasan untuk bergerak, dan berpindah-pindah tempat


b. Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat

c. Hak kebebasan memilih dan aktif diorganisasi atau perkumpulan


d. Hak kebebasan untuk memilih, memeluk serta menjalankan agama dan

kepercayaan yang diyakini masing-masing


2. Hak asasi politik (political Rights)
a. Hak untuk dipilih dan memilih dalam suatu pemilihan.

b. Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintah.


c. Hak membuat dan mendirikan partai politik (parpol) dan organisasi politik lainya

d. Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi


3. Ham asasi hukum (Legal Equality Rights
a. Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
b. Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS)
c. Hak mendapatkan pelayanan dan perlindungan
4. Hak asasi ekonomi (property Rights)
a. Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli

b. Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak


c . Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa utang-piutang, dan lain-lain

d. Hak kebebasan untuk memiliki sesuatu


e. Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan
5. Hak asasi peradilan (procedural Rights)
a. Hak mendapatkan pembelaan hukum dipengadilan
b. Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan, dan
penyelidikan dimata hukum
6. Hak asasi sosial budaya (Social Cultural Rights)
a. Hak menentukan, memilih, dan mendapatkan pendidikan

b. Hak mendapatkan pengejaran


c. Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat
Berdasarkan Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 HAM diklasifikasikan sebagai berikut
1. Hak untuk hidup

Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup, meningkatkan taraf


kehidupannya, hidup tentram,aman damai, bahagia, sejahtera laihir dan batin,
serta memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat
2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan.

Setiap orang berhak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan


melalui perkawinanyang sah atas kehendak yang bebas
3. Hak mengembangkan diri
Setiap orang berhak untuk memperjuangkan hak pengembangan dirinya, baik
secara pribadi maupun kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan
negaranya.

4. Hak memperoleh keadilan


Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh keadilan dengan
mengajukan permohonan, pengeaduan, dan gugatan, baik dalam perkara pidana,
peradata, maupun administrasi, serta diadil melalaui proses peradilan yang bebas
dan tidak memihak, sesuai dengan hukum acara yang menjamin pemeriksaan secara
objektif oleh hakim yang jujur dan adil untuk memperoleh putusan adil dan benar
5. Hak atasan kebebasan pribadi
Setiap orang bebas untuk memilih dan mempunyai keyakinan politik,
mengeluarkan pendapat dimuka umum, memeluk agama masing-masing, tidak
boleh diperbudak, memilih kewarganegaraan tanpa diskriminas, bebas bergerak,
berpindah dan bertempat diwilayah Republik Indonesia
6. Hak atas rasa aman
Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, hak milik, rasa aman, dan tentram, serta perlindungan terhadap
ancaman ketakutan untuk berperbuat atau tidak berbuat sesuatu
7. Hak atas kesejahteraan
Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri maupun bersama-sama
dengan orang lain demi pengembangan diriny, bangsa, dan masyarakat dengan cara
tidak melanggar hukum, serta mendapatkan jaminan sosial yang dibutuhkan,
berhak atas pekerjaan, kehidupan yang layak, dan berhak mendirikan serikat
pekerja demi melindungi dan memperjuangkan kehidupannya
8. Hak turut serta dalam pemerintah
Setia Warga Negara berhak turut serta dalam pemerintahan secara langsung atau
prantaraan wakil yang dipilih secara bebas dan dapat diangkat kembali dalam
setiap jabatan pemerintah.
9. Hak wanita
Seorang wanita berhak untuk memilih, dipilih, diangkat dalam jabatan, profesi,
dan pendidikan sesuai dengan persyaratan dan peraturan perundang-undangan.
Disamping itu, berhak mendapatkan perlindungan khusus dalam pelaksanaan
pekerjaan atau profesinya terhadap hal-hal yang dapat mengancam keselamatan
dan atau kesehatannya.
10. Hak anak
Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat, dan
Negara, serta memperoleh pendidikan, pengajaran dalam rangka pengembangan
diri, dan tidak dirampas kebebasannya karena melawan hukum
2. Konsep Kebidanan Berperspektif Gender

Dalam kehidupan dimasyarakat masih banyak ditemukan adanya pelanggaran-


pelanggaran gterhadap hak-hak perempuan terutama hak kesehatan reproduksi
perempuan. Kurangnya kepedulian masyarakat dan permasalahan-permasalahan budaya
menyebabkan semakin terpuruknya kesehatan reproduksi perempuan.
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang peduli terhadap perbaikan
kesehatan reproduksi perempuan selama siklus kehidupan perempuan.

Bidan juga merupakan orang yang paling sering bersinggungan dengan


perempuan sehingga tidak menutup kemunkinan bidan juga melakukan
pelanggaran terhadap hak-hak reproduksi perempuan.
Kerangka konsep bidan dengan kacamata gender dapat digambarkan sebagai berikut.

Budaya
(Agama dan suku)

Budaya
(Agama dan suku)

Aktualisasi
Penghargaan
hak-hak
Sosial Penerapan Ekonomi
(kelas & sebagai hak (kelas)
usia) asasi manusia
Pandangan hak-
hak reproduksi
sebagai hak sensitif
gender

Politik
Keterangan:
Lingakaran dalam

Akulturasi penghargaan hak-hak perempuan sebagai hak asasi perempuan dan


memandang hak-hak reproduksi sebagai hak-hak perempuan.
Lingkaran tengah
1. Hak-hak perempuan adalah hak-hak manusia, sedangkan hak-hak reproduksi adalah
hak-hak perempuan. Bidan sensitif gender melihat pasien dari konteks kehidupan
sosial di masyarakat

2. Gender membantu mengungkap hubungan kekuasaan yang tidak adil antara laki-laki
dan perempuan. Paradigma bidan melihat perempuan sebagai individu khusus harus
menghormati setiap perempuan
3. Bidan sensitif gender tidak hanya menangani masalah fisik, tetapi juga masalah
psikologis sosial dan kultural.

4. Bidan menekankan bahwa isu gender merupakan kunci meningkatkan kualitas


pelayanan perempuan dan secara tidak langsung meningkatkan kualitas kesehatan
laki-laki, keluarga, dan masyarakat
Lingakaran luar
Dalam memberi pelayanan, sebaiknya mempertimbangkan: pluralitas, etnis, dan usia.
Toleransi sensitive terhadap elemen agama merupakan kunci keberhasilan program
kesehatan
BAB VI
PEMASARAN SOSIAL JASA ASUHAN KEBIDANAN

1. Definisi
Dalam ilmu sosial terdapat beberapa pengertian dan tujuan dari pemasaran
diantaranya adalah: American Marketing Association mendefinisikan marketing
sebagai kegiatan bisnis yang mengarahkan arus barang atau jasa dari produsen
ke konsumen atau pengguna.
Menurut Kolter dan Zatman (1971) pemasaran sebagai upaya penggunaan dan
teknik pemasaran untuk meningkatkan penerimaan suatu gagasan atau perilaku sosial

Pemasaran juga dapat diartikan sebagai kegiatan manusia yang diarahkan untuk
kepuasan, keinginan dan kebutuhan melalui proses pertukaran.
2. Tujuan
Tujuan pemasaran adalah agar konsumen lebih mengenal sebuah produk atau
jasa sehingga menjadi tertarik dan membeli produk tersebut.
Manfaat (menurut Kolter & Clarke, 1987)
1. Meningkatkan dari kelompok sasaran dengan orientasi yang kuat terhadap
konsumen, maka perhatian yang besar akan diberikan untuk menyesuaikan ke- 4
bauran. Pemasaran dengan apa yang menjadi kebutuhan dan perilaku konsumen
dalam bidan sosial, seringkali justru provider lebih diutamakan oleh konsumen.
Pelayanan seringkali tidak ditujukan untuk melayani dan memberi kebutuhan pada
konsumen, tetapi untuk kepentingan provider, penggunaan teknik pemasaran
sosial akan merubah pola kegiatan dari berorientasi kepada konsumen
2. Meningkatkan daya tarik program terhadap berbagai kemunkinan sumber daya yang
baru. Dengan menggunakan teknik pemasaran memberikan penekanan kepada
cara pengelolaan program yang rasional dan koordinasi dalam pengembangan
produk, penetapan harga, distribusi dan promosi dalam kebutuhan konsumen.
Kejelasan ini memberikan kemudahan dalam pemantauan dan penilaian, sehingga
mendorong peningakatan dan efisiensi program.
Langkah-langka
1. Perencanaan produk

Mengadakan penelitian pasar diharapkan dapat diperoleh informasi tentang pasar


masa kini seperti: jumlah ibu-ibu/ masyarakat yang mau menerima pelayanan; pasar
masa depan seperti: sasaran yang dicari untuk bekerja sama; sikap masyarakat; tingkat
kepuasan atas pelayanan yang ada (misalnya oleh dukun bayi); tinggi dukungan tokoh-
tokoh masyarakat) luarah, kader, PKK); kemitraan yang ada; tingkat harga/ atau arip
yang dijangkau; pengambilan keputusan dalam rumah tangga. Informasi dapat diambil
secara: langsung (primer); wawancara, pengamatan langsung; sekunder: mengambil
data dari kelurahan, wawancara dengan tokoh masyarakat
2. Keputusan dalam Menetapkan Harga dan Tarip
Harga adalah imbalan uang yang harus dikeluarkan konsumen untuk membayar
produk/ jasa yang diterimanya,dalam penetapan harga, perlu diketahui secara
mendalam tentang kemampuan konsumen/masyarakat
3. Tempat penyaluran barang atau jasa
Distribusikan disini diartikan sebagai tempat jual jasa, dalam hal ini tempat
memberikan pelayanan seperti posyandu, pertolongan persalinan dirumah
penduduk/polindes. Bidan harus bekerja sama dengan kader, PKK, dukun bayi
sebagai agen perantara, bila perlu bekerja sama dengan KUD, lurah membangun
tempat pelayanan kesehatan yang ditunjang dengan pos obat desa.
4. Promosi
Adalah kegiatan komunikasi untuk memotivasi masyarakat agar mereka meyakini
keuntungan yang diperoleh bila menggunakan produk jasa bidan.
5. Komunikasi untuk pemasaran sosial bidan
Dalam hal kegiatan pemasaran sosial bidan disini intinya adalah kegiatan promosi
berupa kegiatan komunikasi untuk memotivasi masyarakat agar mereka meyakini
manfaat yang diperoleh bila mereka mau melaksanakan upaya kesehatan
masyarakat termasuk memanfaatkan jasa bidan. Sebagian besar keberhasilan
pemasaran tergantung kepada kecukupan dalam berkomunikasi. Jika komunikasi
tidak efektif, penjual tidak dapat meyakinkan konsumen/calon pembeli, sehingga
tidak terjadi pertukaran penjualan.
3. langkah-langkah dalam Pemasaran Sosial
1. Merncanakan Dalam Memilih Strategi

2. Dalam melakukan perencanaan yang pertama lakukan riset pasar/sasaran,


kemudian tentukan tujuan komunikasi, dimana untuk tujuan informativ dapat
digunakan media massa, sedangkan untuk tujuan persuasive digunakan media

internasional atau kombinasi keduanya.


Selanjutkan menetapkan sasaran, pesan komunikasi yang spesifik dan tujukan pada
kelompok, sasaran spesifik, (homogen) akan lebih efektif. Perlu dipelajari latar
belakang sosial, ekonomi dan budaya kelompok sasaran, juga pandangan
kebiasaan apa yang mendorong maupun menghemat usaha permasyarakatan,
pendayagunaan bidan. Terakhir menetukan strategi komunikasi, komunikasi lebih
efektif bila antara komunikator dan sasaran bersifat hemorfilli (memiliki atribut,
karakteristik yang sama). Komunikasi memiliki empati yang lebih tinggi.
2. Memilih Saluran Materi
Perlu diidentifikasi materi yang professional, relevan dengan kebutuhan sasaran,
karena sasaran akan lebih memperhatikan informasi serasi dengan kebutuhan.
3. Menyampaikan Pesan
Pesan dapat disampaikan secara langsung (interpersonal) disini bidan dapat
langsung berfungsi sebagai motivator atau tidak langsung sehingga bidan perlu
dimanajemen dengan mediator/komunikator yang telah ada dan dikenal masyarakat
yaitu ibu PKK, guru, dll.
4. Pengembangan Pesan Dan Uji Coba
Kembangkan pesan-pesan sesuai kondisi masyarakat sasaran, lakukan uji coba
(misalnya pada kader kesehatan), lakukan perbaikan-perbaikan pesan.
5. Pelaksanaan kegiatan, diri dan kemampuan sebagai pemateri jasa dan bekerja
sama dengan tokoh masyarakat setempat.
Ada 3 perkembangan dari konsep yang ada:
1. Konsep pelayanan: orientasi rumah sakit hanya untuk memberikan pelayanan dan
fasilitas yang baik.
2. Konsep penjualan, orientasi rumah sakit hanya pada usaha untuk mencapai
pemanfaatan fasilitas dengan memadai.
3. Konsep pemasaran sosial, orientasi pada usaha untuk memenuhi kebutuhan,
keinginan dan permintaan pasien serta memberikan kepuasan.
Pemenuhan itu dilaksanakan dengan efektif dan efisien sehingga mendorong
kesejahteraan pasien. Bila kita lihat definisi dan perkembangan konsep pemasaran,
semakin jelas bahwa adanya pergeseran dari RS dan dokter sebagai sentral. Selain itu
diperhatikannya faktor kebutuhan, keinginan dan permintaan pasien dan lebih lanjut
perhatikan pula faktor kepuasan pasien, jadi tidak melaksanakan kewajiban saja.
4. Unsur Pemasaran
Unsur pemasaran berpusat pada 4P=1C=Konsumen

1c= konsumen adalah siapa yang akan membeli produk jasa asuhan kebidanan.
4P yakni: produk, price, place, promotion

1) Consumer = pemberi produk/klien/ penerima jasa


2) Produk = paket keseluruhan yang dapat berupa barang/ jasa / gagasan yang
diserahkan kepada konsumen.
1) Price (harga) = titik awal dari riset pasar adalah menetapkan harga barang atau
imbalan jasa yang sesuai dengan keadaan tempat pemasaran.
2) Faktor yang mempengaruhi harga: apakah tingkat harga oleh pesaing;apakah
konsumen merasakan keuntungan, kemampuan untuk membeli jasa professional.
4. Place (tempat)= dalam hal ini diperhatikan kendala geografis dan keterbatasan
terhadap kapasitas beban kerja

5. Promotion (promosi) adalah cara bagaimana kesadaran tentang kebutuhan


konsumen terhadap barang/ jasa yang ditawarkan dan meyakinkan konsumen agar

mau membeli.
Peranan kekuatan luar yang akan mempengaruhi pemasaran selain komponen 4 P
dan 1C tersebut yang umumnya merupakan variable terkendali, pemasaran
dipengaruhi oleh kekuatan/ variable dari luar kendali, dapat berupa:
a) Persaingan, penting diketahui data tentang kegiatan kelemahan dan kekuatan
pesaing dan antisipasi “serangan” yang dapat dilontarkan oleh pesaing.
b) Lingkungan budaya, lingkungan budaya dapat merupakan kendala bila konsumen
berasal dari kalangan etnik yang berbeda dengan pemberi jasa. Penjualan produk
(barang/jasa) harus menyesuaikan diri agar agar konsumen dipuaskan.
c) Kebijaksanaan pemerintah, peraturan tersebut banyak memberikan perlindungan
terhadap bangsa pasar, asal dapat digunakan sesuai dengan ketentuan.
d) Institusi, dapat berupa organisasi profesi/ masyarakat yang mencerminkan
kesadaran dan dukungan terhadap hak-hak konsumen.
Pemasaran Sosial vs Pemasaran Komersial
1. Pemasaran sosial mempunyai tujuan akhir: perubahan perilaku/gaya hidup yang
dituju relative tidak mengenakan, merepotkan dan tidak memiliki reward, konsumen
sering merasa keberatan merubah perilaku yang sudah berakar dalam
kehidupannya, apalagi bila perubahan tersebut dinilai berlawanan dengan budaya,
sedangkan pemasaran komersial bertujuan sasaran konsumen berkompetisi
menggunakan produk tersebut dengan menaikkan konsumsi produk. Konsumen
merasakan secara langsung “kenikmatan” yang diperoleh dengan membeli produk.
2. Pemasaran sosial mengaharapkan hasil akhir lebih susah dimonitor, yaitu
perubahan perilaku yang biasanya memerlukan waktu yang lama, sedangkan
pemasaran komersial dianggap sukses sekalipun hanya sebagaian sasaran
menggunakan merk produk tersebut. Hasil akhir mudah di evaluasi karena
penjualan (nilai) produk naik.
3. Dalam pemasaran sosial dana diserahkan untuk kampanye kesehatan biasanya
terbatas dan pemegang keputusan belum banyak menyadari kepentingan
memasarkan jasa sosial itu. Sedangkan pasar komersial itu dana lebih besar karena
pemegang keputusan menyadari perlunya sales force.
BAB VII
BIDAN DELIMA
1. Latar Belakang, Dasar Hukum, Dan Manfaat Program Bidan Delima
Latar belakang

Sebagai salah satu profesi dalam bidan kesehatan, bidan memiliki


kewenangan untuk memberikan pelayanan kebidanan (kesehatan reproduksi)
kepada remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, bersalin, nifas, masa interval,
klimakterium, menopause, bayi baru lahir, anak balita, dan persekolahan.
Selain itu, bidan juga berwenang untuk memberikan pelayanan keluarga
berencana dan kesehatan masyarakat.
Peran aktif bidan dalam pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga
berencana sudah sudah sangat diakui oleh semua pihak. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa 66% persalinan, 93% kunjungan antenatal (KI), serta 80% dari
pelayanan keluarga berencana dilakukan oleh bidan dalam pencapaian 53%
prevalensi pemakaian kontrasepsi pemakaian, 58% pelayanan kontrasepsi suntik
dilakukan oleh bidan praktik swasta dan 25% pemakai kontrasepsi pil, 25% IUD dan
25% implan dilayani oleh bidan praktik swasta (statistik kesehatan, 2001)
Dari tahun ketahun permintaan masyarakat terhadap peran aktif bidan dalam
memberikan pelayanan terus meningkat. Hal ini merupakan bukti bahwa eksistensi
bidan ditengah masyarakat semakin memperoleh kepercayaan, pengakuan, dan
penghargaan. Berdasarkan hal inilah, bidan dituntut untuk selalu berusaha
meningkatkan kemampuan sekaligus mempertahankan dan meningkatkan kualitas
pelayanan termasuk pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. Hanya
melalui pelayanan berkualitas, pelayanan yang terbaik, dan terjangkau yang diberikan
oleh bidan, kepuasan pelanggan baik kepada individu, keluarga, dan masyarakat dapat
tercapai
2. Dasar Hukum
1. UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan.

2. Anggaran dasar IBI Bab II Pasal 8 dan Anggaran Rumah Tangga IBI Bab III Pasal
4

3. Kepmenkes No. 900/ VII/ 2002 tentang registrasi dan praktik bidan.
4. Standar pelayanan kebidanan (SPK) IBI 2002
3. Manfaat

Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan berpartisipasi sebagai bidan Delima
yang tentunya akan mendukung pedoman dan identitas profesionalisme bidan
praktik swasta, diantaranya adalah sebagai berikut

1. Kebanggaan professional

2. Kualitas pelayanan meningkat

3. Pengakuan organisasi profesi

4. Pengakuan masyarakat

5. cakupan klien meningkat

6. Pemasaran dan promosi

7. Penghargaan bidan delima kemudahan lainnya


4. Konsep Bidan Delima
Pengertian

Bidan Delima adalah suatu program terobosan strategis yang mencakup hal-hal
sebagai berikut:

1. Pembinaan peningkatan kualitas pelayanan bidan dalam lingkup keluarga


berencana (KB) dan kesehatan reproduksi

2. Merek dagang/brand

3. Mempunyai standar kualitas, khusus, bernilai tambah, lengkap, dan memiliki hak
paten

4. Rekrutman bidan delima ditetapkan dengan kriteria, system, dan proses baku
yang harus dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan
5. Menganut prinsip pengembangan diri (self development) dan semangat tumbuh
bersama melalui dorongan dari diri sendiri, mempertahankan dan meningkatkan
kualitas, serta dapat memuaskan klien beserta keluarganya.
6. Jaringan yang mencakup seluruh bidan praktik swasta dalam pelayanan keluarga
berencana dan kesehatan reproduksi.
Makna yang ada pada logo Bidan Delima adalah sebagai berikut:
Bidan : petugas kesehatan yang memberikan pelayanan yang berkualitas, ramah-
tamah, aman-nyaman, terjangkau dalam bidan kesehatan Reproduksi,
keluarga berencana, dan kesehatan umum dasar selama 24 jam.
Delima : buah yang terkenal sebagai buah yang cantik, indah, berisi biji dan cairan
manis yang mengembangkan kesuburan (reproduksi)
Merah : warna yang melambangkan keberanian dalam menghadapi tantangan
dan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat dalam membantu
masyarakat.
Hitam : warna yang melambangkan ketegasan dan kesetiaan dalam melayani
perempuan (ibu dan bayi) tanpa membedakan.

Hati : melambangkan pelayanan bidan yang manusiawi, penuh kasih sayang


(sayang ibu dan sayang bayi) dalam semua tindakan/ intervensi pelayanan
Bidan delima melambangkan
Pelayanan berkualitas dalam kesehatan reproduksi dan keluarga berencanayang
berlandasan kasih sayang, sopan santun, ramah-tamah, sentuhan yang manusiawi,
terjangkau, dengan tindakan kebidanan sesuai standar dan kode etik profesi.

Logo/branding/merek Bidan Delima menandakan bahwa BPS tersebut telah


memberikan pelayanan yang berkualitas yang telah serta memberikan pelayanan yang
berorientasi pada kebutuhan dan kepuasan pelanggannya. (service excellence)
6. Tujuan Bidan Delima
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat

2. Meningkatkan profesionalitas bidan


3. Mengembangkan kepemimpinan bidan dimasyarakat

4. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana


5. Mempercepat penurunan angka kesakitan dan kematian ibu, bayi, dan anak
7. Visi dan Misi
a. Visi

Meningkatkan kualitas pelayanan untuk memberikan yang terbaik, agar dapat


memenuhi keinginan masyarakat

b. Misi
Bidan Delima adalah praktik swasata yang mampu memberikan pelayanan
yang berkualitas terbaik dalam bidang kesehatan reproduksi dan keluarga
berencana, bersahabat dan peduli terhadap kepentingan pelanggan, serta
memenuhi bahkan melebihi harapan pelanggan.
8. Kerangka Kerja

Suatu program akan dapat terlaksana dengan baik melalui pengelolaan yang
cermat dan konsisten: dengan orientasi utamanya pada potensi, ketersediaan
sumber daya, dan kemampuan internal organisasi pelaksananya.

Terkait dengan hal tersebut, maka program Bidan Delima dikembangkan


melalui komponen pelaksanaan sebagai berikut.

1. Membentuk Unit pelaksana bidan delima tingkat PP,PD, dan PC

2. Menggalang dukungan internal IBI dan stakeholders

3. Menyelenggarakan pelatihan fasilitator

4. Menyiapkan system logistic


5. Melaksanakan lokakarya bidan delima dimasing-masing cabang
6. Melaksanakan proses validasi

7. Menyelenggarakan upacara pengukuhan bidan delima


8. Menentukan system penarikan dan alokasi iuran tahunan bidan delima

9. Melaksanakan monitoring dan evaluasi program


9. Pelaksanaan Bidan Delima
a. Strategi

Menggalang upaya terpadu dalam meningkatkan kualitas pelayanan dan


profesionalisme bidan praktik swasta dengan hal-hal berikut.

1. Menyiapkan pengelola program Bidan Delima disetiap jenjeng kepengurusan


IBI

2. Mengembangkan jaringan pelayanan Bidan Delima yang dirancang secarara


sistematis sesuai dengan standar kualitas pelayanan yang baku.
3. Mensosialisasikan program Bidan Delima kepada seluruh jajaran IBI dan
Bidan praktik Swasta di 15 provinsi dalam rangka meningkatkan minat dan
jumlah bidan berpredikat Bidan Delima.
4. Memberikan penghargaan kepada Bidan Delima yang berprestasi
5. Meluncurkan program pemasaran Bidan Delima untuk meningkatkan minat
masyarakat menggunakan jejaring pelayanan Bidan Delima
b. Implementasi
1. Komponen penggerak

Komponen penggerak program adalah fasilitator dan Unit


pelaksana Bidan Delima. Fasilitator merupakan orang terdepan dan
pioneer dalam pengemban gan program Bidan Delima
dilingkungannya masing-masing. Fasilitator dipilih dan ditunjuk oleh
pengurus cabang untuk melaksanakan rekrutmen, mentorship/
pembimbingan dan vasilidasi terhadap calon Bidan Delima lainnya. Untuk
menjadi fasilitator melalui pelatihan terlebih dahulu
2. Buku panduan
Program ini telah melengkapi dengan berbagai buku pedoman, panduan, dan
insterumen sebagai berikut.
a. Untuk manajemen
- Panduan pengorganisasian
- Petunjuk teknis pelaksana
- Petunjuk teknis pelaksana tingkat kabupaten/kota
b. Untuk fasilitator
- Buku panduan fasilitator
- Buku acuan fasilitator
- Instrument pra-kualitas
- Instrumen validasi
c. Untuk pelatih fasilitator

- Pedoman pelatih

- Buku acuan pelatih

- Buku acuan peserta pelatihan

d. Untuk Bidan Delima

- Panduan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal

- Panduan praktis pelayanan kontrasepsi

- Panduan pencegah infeksi

- Kode etik profesi

- Panduan pendidikan berkelanjutan

- Standar pelayanan kebidanan

- Buku panduan kajian mandiri

- Poster, leafet
e. Untuk semua (1,2,3,4)
- Buku panduan kajian mandiri

- Buku konsep Bidan Delima


c. Proses Menjadi Bidan Delima

Ada beberapa tahap yang harus dilalui sesorang bidan/BPS yang ingin menjadi
Bidan Delima, yaitu sebagai berikut

1. Untuk menjadi Bidan Delima, seorang bidan praktik swasta harus memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan, yaitu: memiliki SIPB, bersedia membayar
iuran, bersedia membantu BPS menjadi Bidan Delima dan bersedia menaati
semua ketentuan yang berlaku.
2. Melakukan pendaftaran di pengurus cabang
3. Mengisi formulir prakualifikasi

4. Belajar dari buku kajian mandiri dan mendapat bimbingan fasilitator


5. Divalidasi oleh fasilitator dan beri umpan balik

6. Prosedur validasi standar dilakukan terhadap semua jenis pelayanan yang diberikan
oleh Bidan Praktik Swasta yang bersangkutan.

Bagi yang lulus, yaitu yang telah memenuhi seluruh persyaratan minimal dan
prosedur standar, diberikan sertifikat yang berlaku selama 5 tahun dan tanda
pengenal, pin, apron, (celemek), dan buku-buku. Bagi yang belum lulus, fasilitator terus
mementor sampai ia berhasil lulus jadi Bidan Delima.
10. Monitoring dan Evaluasi
Dalam rangka mempertahankan kualitas pelayanan Bidan Delima secara
konsisten, dirancang suatu system monitoring yang mencakup antara lain sebagai
berikut.

1. Laporan bulanan
Secara rutin Bidan Delima diminta untuk mengirimkan laporan kepada PC IBI
untuk diteruskan ke PP dan ditembuskan ke PD sehingga dapat dianalisis
kemajuan, per kembangan, dan hambatan yang dihadapi dilapangan.
2. Merancang instrument penilaian kualitas
Instrument (tools) dan dibagikan dan diisi oleh beberapa sampel Bidan Delima
setelah 6 bulan pelaksanaan program. Kajian ini dibagikan melalui PC IBI
setempat dan kirimkan kepada PD dan PP untuk proses analisis selanjutnya
3. Monitoring lapangan oleh PC, PD, PP, dan Fasilitator akan dilakukan secara
incognito untuk observasi konsistensi kualitas pelayanan Bidan Delima. Semua
hasil temuan akan dianalisis oleh Unit pelaksanaan Bidan Delima pusat untuk
dilaporkan kepada semua cabang dan provinsi dan dipergunakan sebagai
pertimbangan dalam proses perencanaan selanjutnya.
Program bidan delima akan terus dikembangkan secara mandiri. Sosialisasi terus
dilaksanakan, yaitu memotivasi daerah/provinsi lain, termasuk sosialisasi kepada
pemerintah daerah supaya mendukung dengan cara ada penyediaan anggaran
pemerintah daerah supaya mendukung dengan cara ada penyediaan anggaran
pemerintah daerah untuk program ini. Dengan dukungan berbagai pihak, IBI yakin
program ini akan berhasil.

Anda mungkin juga menyukai