Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KODE ETIK PROFESI KEBIDANAN


Disusun dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Etikolegal dalam Praktik
Kebidanan yang diampu oleh Ibu Ni Wayan Armini

Disusun Oleh:
Kelompok I/Semester 2 Kelas A

I Gusti Ayu Putu Sunari Asih (P07124018 002)


Ni Kadek Dian Lita Dewi (P07124018 003)
Kadek Windi Natria (P07124018 004)
Luh Putu Ika Cahyani Juniantari (P07124018 005)
Komang Sukmawati (P07124018 006)
Ketut Trisika Pibryana (P07120418 007)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang
kehidupan terus berkembang pesat hingga saat ini, terutama di bidang
kesehatan. Perkembangan iptek tersebut merupakan fondasi utama untuk
menciptakan tenaga kesehatan yang bermutu, profesional, dan kompetitif
dalam dunia kerja. Tenaga kesehatan merupakan salah satu profesi yang
mengabdikan diri pada bidang kesehatan, memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan di bidang tertentu, dan
tentunya memiliki peran penting dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Pada era modern ini tenaga kesehatan sudah tidak asing lagi bagi
masyarakat, salah satu contohnya yaitu bidan. Bidan menjadi salah satu
tenaga kesehatan yang dikenal masyarakat luas karena tenaga kesehatan yang
identik dengan wanita yang memiliki sifat keibuan ini banyak membuka
praktik mandiri di berbagai pelosok wilayah sehingga bidan bukan hanya
menjadi tenaga kesehatan yang berperan meningkatkan derajat kesehatan ibu
dan anak saja, tetapi telah menjadi sahabat dari masyarakat di wilayah praktik
tersebut. Bidan merupakan salah satu profesi yang telah diberikan
kepercayaan oleh masyarakat untuk melaksanakan kewajibannya sebagai
pendamping wanita, baik itu membantu calon ibu dalam merawat kehamilan,
persalinan hingga membantu ibu dalam masa nifas, oleh karena peran dan
fungsi utama bidan adalah mendampingi wanita, maka dalam kehidupan
sehari-hari bidan dikenal dengan istilah midwife.
Setiap profesi mutlak mengenal atau mempunyai kode etik. Oleh karena
itu, bidan sebagai bidang pekerjaan profesi juga mempunyai kode etik. Kode
etik kebidanan berperan untuk memberikan tuntunan bagi setiap bidan untuk
melaksakan praktik dalam profesinya baik yang berhubungan dengan klien
atau pasien, keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi dan dirinya sendiri.
Kode etik memberikan petunjuk tentang apa saja yang boleh dan tidak boleh
dilakukan oleh anggota profesi, tak hanya itu kode etik profesi juga

1
menyangkut tingkah laku dalam pergaulan sehari-hari. Jadi dengan
memahami kode etik kebidanan, seorang bidan diharapkan mampu untuk
menjalankan tugasnya sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP),
serta memiliki karakter yang baik. Dari uraian latar belakang tersebut, penulis
merumuskan judul “Kode Etik Profesi Kebidanan”.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi, tujuan, dan fungsi kode etik.
2. Untuk mengetahui kode etik kebidanan di Indonesia.
3. Untuk mengetahui hak dan kewajiban bidan.
4. Untuk mengetahui hak dan kewajiban pasien.
5. Untuk mengetahui penyimpangan dan sanksi penyimpangan kode etik
bidan.

C. Manfaat
1. Mengetahui definisi, tujuan, dan fungsi kode etik.
2. Mengetahui kode etik kebidanan di Indonesia.
3. Mengetahui hak dan kewajiban bidan.
4. Mengetahui hak dan kewajiban pasien.
5. Mengetahui penyimpangan dan sanksi penyimpangan kode etik bidan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Profesi Bidan


Profesi berasal dari kata prosefio (latin) yang berarti pengakuan.
Selanjutnya profesi bidan adalah suatu tugas atau kegiatan fungsional dari
suatu kelompok tertentu yang diakui dalam melayani masyarakat. Profesi
adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap
suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi,
kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang
profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada bidang hukum, kedokteran,
keuangan, militer, dan teknik.
Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan
persyaratan yang berlaku, dicatat (register), dan diberi izin secara sah untuk
menjalankan praktik.
Bidan adalah salah satu profesi tertua. Bidan terlahir sebagai wanita
terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu dalam melahirkan bayinya
sampai ibu dapat merawat bayinya dengan baik. Bidan bekerja berdasarkan
pandangan filosofi yang dianut keilmuan, metode kerja, standar praktik,
pelayanan dan kode etik profesi yang dimiliki.
Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus yaitu
sebagai pelayan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan. Bidan mempunyai tugas yang sangat unik, yaitu:
1. Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya.
2. Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat
melalui proses pendidikan dan jenjang tertentu.
3. Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang bertugas
meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat.
4. Anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap
memegang teguh kode etik profesi.

3
Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan profesi bidan
adalah suatu jabatan profesi yang disandang oleh anggota profesi tertentu
yang mempunyai ciri-ciri yang mampu menunjukkan sebagai jabatan yang
profesional yang memiliki pengetahuan khusus, melaksanakan peran
bermutu, melaksanakan cara yang disepakati, merupakan idiologi, terikat
pada kesetiaan yang diyakini, dan melalui pendidikan perguruan tinggi.
Bidan merupakan suatu profesi, oleh karena itu bidan memiliki ciri
sebagai berikut.
1. Disiapkan melalui pendidikan formal.
2. Memiliki standar pelayanan kebidanan, kode etik, dan etika kebidanan.
3. Mempunyai kelompok pengetahuan yang jelas dan ilmiah dalam
menjalankan tugas profesinya.
4. Memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya.
5. Memberikan pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai dengan
kebutuhan klien.
6. Mengembangkan pelayanan yang unik bagi masyarakat.
7. Memiliki organisasi profesi IBI yang senantiasa meningkatkan kualitas
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat oleh anggotanya.
8. Memiliki karakteristik khusus, dikenal dan dibutuhkan oleh masyarakat.
9. Anggotanya bebas mengambil keputusan dalam menjalankan profesinya.
10. Anggotanya wajar menerima imbalan jasa/pelayanan yang diberikan.
11. Suatu profesi yang bisa dijadikan sebagai suatu pekerjaan dan sumber
utama penghidupan.

B. Tujuan Kode Etik dalam Pelayanan Kebidanan


Kode etik profesi merupakan “suatu pernyataan komprehensif dari
profesi yang memberikan tuntunan bagi anggotanya untuk melaksanakan
praktik dalam bidang profesinya, baik yang berhubungan dengan
klien/pasien, keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi dan dirinya
sendiri.”

4
Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus
diindahkan oleh setiap anggota profesi yang bersangkutan didalam
melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat.
Norma-norma tersebut berisi tentang petunjuk-petunjuk bagi anggota
tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya dan larangan-
larangan yaitu ketentuan-ketentuan tentang apa yang boleh dan tidak boleh
diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak saja dalam
menjalankan tugas profesinya, melainkan juga menyangkut tingkah laku pada
umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat.
Pada dasarnya tujuan menciptakan atau merumuskan kode etik suatu
profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi. Secara
umum tujuan meciptakan kode etik adalah sebagai berikut.
1. Untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesi
Dalam hal ini yang dijaga adalah image dari pihak luar atau masyarakat
untuk mencegah orang luar memandang rendah atau remeh suatu profesi.
Oleh karena itu, setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai
bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggota profesi yang dapat
mencemarkan nama baik profesi di dunia luar. Dari segi ini kode etik juga
disebut kode kehormatan.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota
Yang dimaksud kesejahteraan ialah kesejahteraan material dan spiritual
atau mental. Dalam hal kesejahteraan material anggota profesi kode etik
umumnya menerapkan larangan-larangan bagi anggotanya untuk
melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan. Kode etik juga
menciptakan peraturan-peraturan yang ditujukan kepada tingkah laku
yang tidak pantas atau tidak jujur para anggota profesi dalam interaksinya
dengan sesama anggota profesinya.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
Dalam hal ini kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu,
sehingga para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan
tanggung jawab pengabdian profesinya. Oleh karena itu kode etik

5
merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu di lakukan oleh para
anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi
Kode etik juga memuat tentang norma-norma serta anjuran agar profesi
selalu berusaha dalam meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang
pengabdiannya. Selain itu kode etik juga mengatur bagaimana cara
memelihara dan meningkatkan mutu organisasi profesi.

C. Fungsi Kode Etik


1. Paduan
Kode etik memberikan bantuan dalam memberikan paduan dengan
fasilitas dalam menjalankan pekerjaan profesional.
2. Peraturan
Menentukan beberapa peraturan dalam suatu kelompok profesi seperti
tanggung jawab moral, tindakan yang terstandar, nilai-nilai khas suatu
profesi dan izin profesi.
3. Disiplin
Mengatur tingkah laku yang melangggar hukum dengan mengidentifikasi
dan menentukan jenis tindakan serta membuat instrumen yang menjadi
peraturan tetap dimana profesi berada.
4. Pelindung
Melindungi masyarakat termasuk anggota masyarakat yang menerima
profesi.
5. Informasi
Memberikan informasi kepada masyarakat di luar profesi (klien, kolega,
pekerja, masyarakat) tentang standar sehingga profesi mendapat
kepercayaan.
6. Pernyataan
Menyatakan eksistensi dengan mengumumkan aspirasi kelompok tentang
status profesi dengan kehormatan moral dan otonomi.

6
7. Negosiasi
Menyediakan alat dalam negosiasi dan perdebatan antara profesi, kolegal,
pekerjaan ataupun pemerintahan dengan memberikan penjelasan tentang
kebenaran sikap termasuk tindakan.

D. Dimensi Kode Etik


1. Anggota profesi dan klien/pasien.
2. Anggota profesi dan sistem kesehatan.
3. Anggota profesi dan profesi kesehatan.
4. Anggota profesi dan sesama anggota profesi.

E. Prinsip Kode Etik


1. Menghargai otonomi (prinsip autonomy).
2. Melakukan tindakan yang benar (beneficence).
3. Mencegah tindakan yang dapat merugikan (nonmaleficence).
4. Memberlakukan manusia dengan adik (prinsip justice).
5. Menjelaskan dengan benar (prinsip veracity).
6. Menghargai kehidupaan manusia (avoiding killing).
7. Menjaga kerahasiaan (prinsip videlity).

F. Kode Etik Kebidanan


Kode etik bidan di Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan
disahkan dalam kongres nasional IBI X tahun 1988, sedangkan petunjuk
pelaksanaannya disahkan dalam rapat kerja nasional (RAKERNAS) IBI tahun
1991, kemudian disempurnakan dan disahkan pada kongres nasional IBI XII
tahun 1998. Sebagai pedoman dalam berperilaku, kode etik bidan Indonesia
mengandung beberapa kekuatan yang semuanya tertuang dalam mukadimah,
tujuan dan bab.
Secara umum Kode Etik tersebut berisi 7 bab yaitu:
1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir)

7
a. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati, dan
mengamalkan sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas
pengabdiannya.
b. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesi menjunjung
tinggi harkat dan martabat kemanusian yang utuh dan
memelihara citra bidan.
c. Setiap bidan menjalankan tugasnya senatiasa berpedoman pada
peran, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien,
keluarga dan masyarakat.
d. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan
kepentingan klien, menghormati hak klien dan menghormati
nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
e. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa
mendahulukan kepentingan klien, keluarga, dan masyarakat
dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
f. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam
hubungan pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi
masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara
optimal.
2. Kewajiban bidan terhadap tugasnnya ( 3 butir)
a. Setiap bidan senatiasa memberikan pelayanan paripurna
terhadap klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan
kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan
klien, keluarga, dan masyarakat.
b. Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai
kewenangan dalam mengambil keputusan dalam tugasnya
termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan/atau rujukan.
c. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat
dan/atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh
pengadilan atau diperlukan sehubungan kepentingan klien.

8
3. Kewajiban dan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2
butir)
a. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya
untuk menciptakan suasana kerja yang serasi.
b. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya harus saling
menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga
kesehatan lainnya.
4. Kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir)
a. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi
citra profesinya dengan menampilkan keperibadian yang tinggi
dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
b. Setiap bidan harus senatiasa mengembangkan diri dan
meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c. Setiap bidan senatiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian
dan kegiatan sejenis yang dapat meningkatkan mutu dan citra
profesinya.
5. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir)
a. Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat
melaksanakan tugas profesinya dengan baik.
b. Setiap bidan harus berusaha secara terus menerus untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
6. Kewajiban bidan terhdap pemerintah, bangsa dan tanah air (2 butir)
a. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senatiasa
melaksanakan ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang
kesehatan, khususnya dalam pelayanan, KIA/KB, Kesehatan
Keluarga dan Masyarakat.
b. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan
menyumbangkan pemikirannya kepada pemerintah untuk
meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan terutama
pelayanan KIA/KB dan Kesehatan Keluarga.

9
7. Penutup (1 butir)
Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa
menghayati dan mengamalkan kode etik bidan Indonesia.

G. Hak dan Kewajiban Bidan


1. Hak Bidan
a. Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas sesuai dengan profesinya.
b. Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi pada setiap
tingkat/jenjang pelayanan kesehatan.
c. Bidan berhak menolak keinginan pasien/klien dan keluarga yang
bertentangan dengan peraturan perundangan dan kode etik profesi.
d. Bidan berhak atas privasi/kedirian dan menuntut apabila nama
baiknya dicemarkan baik oleh pasien, keluarga maupun profesi lain.
e. Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan
jabatan yang sesuai.
f. Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan ketrampilan baik
melalui pendidikan maupun pelatihan.
g. Bidan berhak mendapat kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai.

2. Kewajiban Bidan
a. Kewajiban Bidan Terhadap Pasien dan Masyarakat.
1) Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati, dan
mengamalkan sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas
pengabdiannya.
2) Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung
tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan
memelihara citra bidan.
3) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman
pada peran, tugas, dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan
klien, keluarga, dan masyarakat.

10
4) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan
kepentingan klien, menghormati hak-hak klien, dan menghormati
nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
5) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa
mendahulukan kepentingan klien, keluarga, dan masyarakat
dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
kemampuan yang dimilikinya.
6) Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam
hubungan pelaksanaan tugasnya, dengan mendorong partisipasi
masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara
optimal.
7) Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai
dengan standar profesi dengan menghormati hak-hak pasien.
8) Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang
mempunyai kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan
pasien.
9) Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk
didampingi oleh suami atau keluarga.
10) Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan.
11) Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang
seorang pasien.
b. Tanggung Jawab Bidan Terhadap Tugasnya
1) Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna terhadap
klien, keluarga, dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi
yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga, dan
masyarakat.
2) Setiap bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai
kewenangan dalam mengambil keputusan dalam tugasnya
termasuk keputusan mengadakan konsultasi atau rujukan.

11
3) Setiap bidan harus menjamin kerahasian, keterangan yang didapat
atau dipercayakan kepadanya kecuali bila diminta oleh pengadilan
atau diperlukan sehubungan kepentingan klien.
4) Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan
hubungan hukum antara bidan tersebut dengan rumah bersalin dan
sarana pelayanan dimana ia bekerja.
5) Bidan wajib memberi informasi yang akurat tentang tindakan
yang akan dilakukan serta risiko yang mungkin timbul.
6) Bidan wajib meminta persetujuan tertulis atas tindakan yang akan
dilakukan.
7) Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang
diberikan.
c. Kewajiban Bidan terhadap Sejawat dan Tenaga Kesehatan Lainnya.
1) Setiap bidan harus menjalin hubungan yang baik dengan teman
sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja yang serasi.
2) Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling
menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan
lainnya.
3) Bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dan pihak yang
terkait secara timbal balik dalam memberikan asuhan kebidanan.
d. Kewajiban Bidan Terhadap Diri Sendiri.
1) Setiap bidan wajib menjaga nama baik dan menjunjung tinggi
citra profesinya dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan
memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
2) Setiap bidan wajib senantiasa mengembangkan diri dan
meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3) Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian
dan kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra
profesinya.

12
e. Kewajiban Bidan Terhadap Diri Sendiri
1) Setiap bidan wajib memelihara kesehatannya agar dapat
melaksanakan tugas profesinya dengan baik.
2) Setiap bidan wajib meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3) Setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan penampilan diri.
4) Bidan wajib mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta menambah ilmu pengetahuannya melalui
pendidikan formal atau non formal.
f. Kewajiban bidan terhadap pemerintah nusa, bangsa dan tanah air.
1) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa
melaksanakan ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang
kesehatan khususnya dalam pelayanan KIA atau KB dan
Kesehatan Keluarga.
2) Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan
menyumbangkan pemikirannya kepada pemerintah untuk
meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan terutama
pelayanan KIA atau KB dan Kesehatan Keluarga.

H. Hak dan Kewajiban Pasien


1. Hak Pasien
a. Hak untuk mendapatkan pelayanan yang manusiawi.
b. Hak memperoleh asuhan perawatan yang bermutu baik.
c. Hak untuk memilih bidan atau tenaga kesehatan yang merawat.
d. Hak untuk meminta dokter atau tenaga kesehatan yang merawat agar
mengadakan konsultasi dengan dokter atau tenaga kesehatan lain.
e. Hak atas “privacy” dan kerahasiaan berkenaan penyakit yang diderita.
f. Hak untuk mendapatkan informasi yang jelas tentang:
1) Penyakit yang diderita;
2) Tindakan medis apa yang akan dilakukan dan kemungkinan
timbulnya penyulit sebagai akibat tindakan tersebut;
3) Alternatif pengobatan lain;

13
4) Prognosis atau perjalanan penyakit; serta
5) Perkiraan biaya pengobatan,
g. Hak meminta untuk tidak diinformasikan tentang penyakitnya kepada
orang atau pihak lain.
h. Hak untuk menolak tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya.
i. Hak untuk mengajukan keluhan-keluhan dan memperoleh tanggapan
segera.
j. Hak untuk didampingi keluarga pada saat kondisi kritis.
k. Hak mengakhiri pengobatan dan rawat inap atas tanggung jawab
sendiri.
l. Hak untuk menjalankan ritual agama dan kepercayaannya di rumah
sakit, selama tidak menganggu pengobatan dan pasien yang lain.
2. Kewajiban Pasien
a. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan
dan tata tertib di rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya.
b. Pasien wajib untuk menceritakan secara jujur tentang segala sesuatu
mengenai penyakit yang dideritanya.
c. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter dalam
rangka pengobatannya.
d. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk memenuhi segala
perjanjian yang ditandatanganinya.

I. Penyimpangan Kode Etik Profesi Kebidanan


Kode etik adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap
anggota profesi yang bersangkutan di dalam melaksanakan tugas profesinya
dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk-
petunjuk bagi anggota profesi tentang bagaimana mereka harus menjalankan
profesinya dan larangan-larangan yang diatur didalamnya, yaitu berupa
ketentuan-ketentuan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh
diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota profesi, serta menyangkut tingkah
laku pada umumnya dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

14
Sebagai tenaga profesional, bidan memikul tanggung jawab dalam
melaksanakan tugasnya. Seorang bidan harus dapat mempertahankan
tanggung jawabnya terhadap tindakan yang dilakukannya. Salah satu
tanggung jawab bidan yaitu “tanggung jawab terhadap masyarakat”. Bidan
turut bertanggung jawab dalam memecahkan masalah kesehatan masyarakat
baik secara mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lainnya, bidan
berkewajiban memanfaatkan sumber daya yang ada untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat.
Derasnya arus globalisasi yang semakin memengaruhi kehidupan sosial
masyarakat dunia, maka juga akan memengaruhi munculnya masalah atau
penyimpangan etik sebagai akibat kemajuan teknologi/ilmu pengetahuan
yang menimbulkan konflik terhadap nilai. Arus kesejagatan yang tidak dapat
dibendung ini pasti akan memengaruhi pelayanan kebidanan. Dengan
demikian penyimpangan etik mungkin saja terjadi juga dalam praktek
kebidanan misalnya dalam praktek mandiri. Bidan praktik mandiri
mempunyai tanggung jawab yang lebih besar karena harus mempertanggung
jawabkan sendiri apa yang dilakukan. Dalam hal ini bidan praktik mandiri
menjadi pekerja yang bebas mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan besar
sekali pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan etik.

J. Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Kode Etik Bidan


Negara hukum (rechtstaat), mengandung sekurang-kurangnya dua
makna:
a. Yang pertama adalah pengaturan mengenai batasan-batasan negara atau
pemerintahan dalam mencampuri kehidupan dan pergaulan masyarakat,
sedangkan
b. Yang kedua adalah jaminan-jaminan hukum akan hak-hak, baik sipil atau
hak-hak pribadi (individual rights), hak-hak politik (political rights),
maupun hak-hak sebagai sebuah kelompok atau hak-hak sosial sebagai
hak asasi yang melekat secara alamiah pada setiap insan, baik secara
pribadi atau kelompok.

15
Secara konvensional, pembangunan sumber daya manusia diartikan
sebagai investasi human capital yang harus dilakukan sejalan dengan
investasi physical capital. Cakupan pembangunan sumber daya manusia ini
meliputi pendidikan dan pelatihan, kesehatan, gizi, penurunan fertilitas, dan
pengembangan enterprenerial, yang ke semuanya bermuara pada peningkatan
produktivitas manusia. Karenanya, indikator kinerja pembangunan sumber
daya manusia mencakup indikator-indikator pendidikan, kesehatan, gizi, dan
sebagainya.
Pemerintah dalam mengatur jalannya pemerintahan tidak terlepas
dengan instansi-instansi yang dapat membantu untuk melancarkan
pembangunan, salah satunya dengan membentuk Departemen Kesehatan
(Depkes) dalam bidang kesehatan. Selain membentuk Depkes, pemerintah
juga membuat kelompok-kelompok profesi. Hal ini dilakukan untuk
mengontrol pembangunan di bidang kesehatan, sehingga bisa mempertegas
peranan pemerintah dalam mengusahakan perkembangan kesehatan yang
lebih baik. Pemerintah juga mengeluarkan beberapa peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan kesehatan, yaitu UU No. 23 tahun 1992
tentang Kesehatan, yang mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tindakan,
kewenangan, sanksi, maupun pertanggungjawaban terhadap kesalahan atau
pelanggaran yang dilakukan oleh tenaga kesehatan sebagai subyek peraturan
tersebut.
Menurut pasal 1 ayat (3) UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan,
yang dimaksud dengan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan
dan/atau ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Tenaga kesehatan berdasarkan pasal 50 UU Kesehatan adalah bertugas
menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang
keahlian dan/atau kewenangan tenaga kesehatan yang bersangkutan.
Sedangkan mengenai ketentuan, mengenai kategori, jenis, dan kualifikasi
tenaga kesehatan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

16
No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Berdasarkan pasal 2 ayat (1),
tenaga kesehatan terdiri dari:
a. Tenaga medis;
b. Tenaga keperawatan dan bidan;
c. Tenaga kefarmasian;
d. Tenaga kesehatan masyarakat;
e. Tenaga gizi;
f. Tenaga keterapian fisik; dan
g. Tenaga keteknisan medis.
Dalam rangka penempatan terhadap jenis tenaga kesehatan tertentu
ditetapkan kebijaksanaan melalui pelaksanaan masa bakti terutama bagi
tenaga kesehatan yang sangat potensial di dalam kebutuhan penyelenggaraan
upaya kesehatan. Disamping itu, tenaga kesehatan tertentu yang bertugas
sebagai pelaksana atau pemberi pelayanan kesehatan diberi wewenang sesuai
dengan kompetensi pendidikan yang diperolehnya, sehingga terkait erat
dengan hak dan kewajibannya. Kompetensi dan kewenangan tersebut
menunjukkan kemampuan profesional yang baku dan merupakan standar
profesi untuk tenaga kesehatan tersebut.
Dari sejumlah tenaga medis tersebut, bidan merupakan salah satu unsur
tenaga medis yang berperan dalam mengurangi angka kematian bayi dan ibu
yang melahirkan, baik dalam proses persalinan maupun dalam memberikan
penyuluhan atau panduan bagi ibu hamil. Melihat besarnya peranan bidan
tersebut, maka haruslah ada pembatasan yang jelas mengenai hak dan
kewajiban dalam pelaksanaan tugas dan kewenangan bidan tersebut. Maka,
dibuatlah kode etik bidan, dimana kode etik tersebut merupakan suatu
pernyataan komprehensif dan profesi yang memberikan tuntutan bagi anggota
untuk melaksanakan praktik profesinya, baik yang berhubungan dengan klien
sebagai individu, keluarga, masyarakat, maupun terhadap teman sejawat,
profesi dan diri sendiri sebagai kontrol kualitas dalam praktik kebidanan.
Untuk melengkapi peraturan yang ada, maka dibuatlah sebuah kode etik yang
dibuat oleh kelompok-kelompok profesi yang ada di bidang kesehatan,

17
dengan ketentuan pokok bahwa peraturan yang dibuat tersebut tidak
bertentangan dengan peraturan yang berada di atasnya.
Proses implementasi kebijakan dapat dirumuskan sebagai tindakan-
tindakan baik dari institusi pemerintah maupun swasta atau kelompok
masyarakat yang diarahkan oleh keinginan untuk mencapai tujuan
sebagaimana dirumuskan di dalam kebijakan. Sedangkan implementasinya
adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program
dinyatakan berlaku atau dirumuskan. Fokus perhatian implementasi kebijakan
mencakup kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah
diberlakukannya kebijakan negara baik usaha untuk mengadministrasikannya
maupun akibat atau dampak nyata pada masyarakat. Kebijakan
ditransformasikan secara terus menerus melalui tindakan-tindakan
implementasi sehingga secara simultan mengubah sumber-sumber dan tujuan-
tujuan yang pada akhirnya fase implementasi akan berpengaruh pada hasil
akhir kebijakan.
Besarnya dampak kesehatan dalam perkembangan nasional menuntut
adanya perhatian untuk kesehatan di Nusantara. Gangguan kesehatan akan
menimbulkan kerugian ekonomi negara. Upaya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi pembangunan negara. Upaya
peningkatan kesehatan tersebut harus berdasarkan pengetahuan yang luas
tentang kesehatan demi peningkatan kesejahteraan (kesehatan) masyarakat.
Mengingat Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan yang
sudah tidak mampu menghadapi perkembangan sistematika dan dinamika
kesehatan saat ini, mendorong lahirnya UU No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan. Pembentukan UU Kesehatan terbaru tersebut juga demi
pembentukan sebuah peraturan perundang-undangan dan perwujudnyataan
implementasi pasal 20, pasal 28 H ayat (1), dan pasal 34 ayat (3) UUD RI
1945.

K. Sanksi Penyimpangan Kode Etik Bidan


Sanksi penyimpangan kode etik bidan dalam berbagai aspek, sebagai
berikut.

18
a. Aspek Hukum
Dalam melakukan praktik kebidanan, seorang bidan berpedoman
pada KEPMENKES No. 900/MENKES/S/VII/2002 tentang Registrasi
dan Praktik Bidan. Tugas dan wewenang bidan terurai dalam Bab V Pasal
14 sampai dengan Pasal 20, yang garis besarnya berisi tentang bidan
dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan pelayanan
kesehatan yang meliputi pelayanan kebidanan, pelayanan keluarga
berencana, dan pelayanan kesehatan masyarakat. Sebagai pedoman dan
tata cara dalam pelaksanaan profesi, sesuai dengan wewenang peraturan
kebijaksanaan yang ada, maka bidan harus senantiasa berpegang pada
kode etik bidan yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
b. Aspek Etika
Kode etik dibuat oleh kelompok-kelompok profesi yang ada di
bidang kesehatan dengan ketentuan pokok bahwa peraturan yang dibuat
tersebut tidak bertentangan dengan peraturan yang ada di atasnya. Contoh
kode etik profesi adalah kelompok dokter yang mempunyai kode etik
kedokteran, dan untuk kelompok bidan mempunyai kode etik kebidanan.
Dalam kode etik tersebut terdapat pengenaan sanksi apabila ada
pelanggaran yang berupa sanksi administratif, seperti penurunan pangkat,
pencabutan izin atau penundaan gaji.
c. Aspek Agama
Semua agama melarang tindakan yang bisa mengancam nyawa
manusia bahkan membunuh, karena pada dasarnya semua makhluk hidup
(manusia) ciptaan Tuhan memiliki hak untuk hidup, meskipun masih
berada dalam kandungan.

L. Peran Organisasi Profesi Terhadap Penyimpangan Kode Etik


Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh organisasi untuk para
anggotanya. Contohnya penetapan kode etik IBI harus dilakukan dalam
kongres IBI. Kode etik suatu organisasi akan mempunyai pengaruh yang kuat
dalam menegakkan disiplin di kalangan profesi jika semua orang yang
menjalankan profesi yang sama tergabung dalam suatu organisasi profesi.

19
Apabila setiap orang yang menjalankan suatu profesi secara otomatis
tergabung dalam organisasi atau ikatan profesi maka barulah ada jaminan
bahwa profesi tersebut dapat dijalankan secara murni dan baik, karena setiap
anggota profesi yang melakukan pelanggaran terhadap kode etik dapat
dikenakan sanksi. Apabila ada anggota yang tidak terbukti salah maka
organisasi profesi akan membela dan memberi dukungan secara penuh, akan
tetapi bila terbukti bersalah maka organisasi akan memberikan sanksi sesuai
dengan pelanggaran yang ditetapkan.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kode etik profesi merupakan suatu pernyataan konprehensif dari
profesi yang memberikan tuntunan bagi anggotanya untuk melaksanakan
pratik dalam bidang profesinya baik yang berhubungan dengan klien/pasien,
keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi, dan dirinya sendiri. Kode etik
suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap
anggota profesi yang bersangkutan didalam melaksanakan tugas profesinya
dan dalam hidupnya di masyarakat. Secara umum tujuan meciptakan kode
etik adalah untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesi, menjaga dan
memelihara kesejateraan para anggota, meningkatkan pengabdian para
anggota profesi, dan untuk meningkatkan mutu profesi. Fungsi kode etik
yaitu sebagai paduan dalam menjalankan pekerjaan, peraturan, menciptakan
tingkah laku disiplin, pelindung, sumber informasi, pernyataan, dan
negosiasi.
Profesi bidan adalah suatu jabatan profesi yang disandang oleh anggota
profesi tertentu yang mempunyai ciri-ciri yang mampu menunjukkan sebagai
jabatan yang profesional yang memiliki pengetahuan khusus, melaksanakan
peran bermutu, melaksanakan cara yang di sepakati, merupakan idiologi
terikat pada kesetian yang diyakini, dan melalui pendidikan perguruan tinggi.
Kode etik bidan Indonesia mengandung beberapa kekuatan yang semuannya
tertuang dalam mukadimah, tujuan, dan bab. Secara umum kode etik tersebut
berisi 7 bab yaitu: Kewajiban Bidan Terhadap Klien dan Masyarakat (6
butir), Kewajiban Bidan Terhadap Tugasnya (3 butir), Kewajiban Bidan
Terhadap Sejawat dan Tenaga Kesehatan Lainnya (2 butir), Kewajiban Bidan
Terhadap Profesinya (3 butir), Kewajiban Bidan Terhadap Diri Sendiri (2
butir), Kewajiban Bidan Terhadap Pemerintah, Bangsa, dan Tanah Air (2
butir) dan Penutup (1 butir).
Derasnya arus globalisasi yang semakin mempengaruhi kehidupan
sosial masyarakat dunia, maka juga akan mempengaruhi munculnya masalah

21
atau penyimpangan etik sebagai akibat kemajuan teknologi/ilmu pengetahuan
yang menimbulkan konflik terhadap nilai. Penyimpangan etik mungkin saja
terjadi juga dalam praktek kebidanan misalnya dalam praktek mandiri. Bidan
praktik mandiri mempunyai tanggung jawab yang lebih besar karena harus
mempertanggung jawabkan sendiri apa yang dilakukan. Dalam hal ini bidan
praktik mandiri menjadi pekerja yang bebas mengontrol dirinya sendiri.
Situasi ini akan besar sekali pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya
penyimpangan etik. Sanksi penyimpangan kode etik bidan ada tiga aspek
yaitu aspek hukum, aspek etika (berupa sanksi administratif, seperti
penurunan pangkat, pencabutan izin atau penundaan gaji), dan aspek agama.

B. Saran
Dari uraian pada tinjauan pustaka, penulis menyarankan agar setiap bidan
memahami dan mematuhi kode etik kebidanan agar terciptanya
profesionalitas dalam bekerja dan tidak membuat kesalahan dalam
melaksanakan pekerjaaan. Bidan merupakan suatu pekerjaan yang menangani
manusia secara langsung sehingga kode etik sangat penting diterapkan selain
untuk menjaga citra diri dan citra profesi, juga agar pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat tidak mengecewakan dan tidak ada pihak yang dirugikan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Heryani, Reni. 2016. Buku Ajar Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan Untuk
Mahasiswa Kebidanan – Edisi Revisi. Jakarta: CV. Trans Info Media
Azzahra, Ryan. 2012. Makalah Etika Bidan. http://hyulovelyta.blogspot.com
(Diakses pada tanggal 08 Februari 2019)

23

Anda mungkin juga menyukai