Anda di halaman 1dari 11

BAB II

KODE ETIK PERAWAT GIGI

Tujuan Intruksional Umum


Setelah mengikuti proses belajar ini mahasiswa keperawatan gigi diharapkan
mampu menjelaskan kode etik keperawatan.

Tujuan Instruksional Khusus


1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian kode etik
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan kode etik keperawatan
3. Mahasiswa mampu menjelaskan mukadimah kode etik keperawatan
4. Mahasiswa mampu menjelaskan batang tubuh kode etik keperawatan

A. Pengertian Kode Etik


Kode etik (Latin: “codex” = Himpunan) berarti usaha menghimpun apa
yang tersebar. Kode etik adalah himpunan norma-norma yang disepakati dan
ditetapkan oleh dan untuk para pengemban profesi tertentu. Contoh: Kode Etik
Rumah Sakit Indonesia, Kode Etik Kedokteran Indonesia, Kode Etik
Keperawatan, Kode Etik Apoteker. Sebuah kode etik seharusnya bersifat
mencakup apa-apa yang dicita-citakan (das Sollen) dan tidak merupakan uraian
apa adanya kenyataan sekarang (das Sein). Karena sifatnya yang normatif,
maka perumusan suatu kode etik harus memakai istilah-istilah seperti: “harus,
seharusnya, wajib, tidak boleh bersifat anjuran atau larangan..........” Dengan
demikian maka dapat diketahui apa yang dianggap baik atau buruk dan dapat
dipakai sebagai tolok-ukur (bench-mark).
Kode etik adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap profesi
didalam melaksanakan tugas profesinya dan didalam kehidupan masyarakat.
kode etik merupakan ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan
eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu
profesi yang memberikan tuntutan bagi anggota dalam melaksanakan
pengabdian profesi. Lebih lanjut kode etik profesi sebaiknya dibuat oleh profesi
itu sendiri, dan kode etik tidak efektif bila dibuat oleh atasan atau instansi
pemerintah karena tidak akan hidup dan dijiwai oleh kalangan profesi itu sendiri.
Agar bisa berfungsi dengan baik suatu kode etik harus bisa menjadi hasil self
regulation dari profesi.
Kode etik merupakan norma etik yang dapat berfungsi: 1) Sebagai sarana
kontrol sosial, 2) Sebagai pencegah campur tangan pihak lain, 3) Sebagai
pencegah kesalahpahaman dan konflik. Kode etik memuat hak dan kewajiban
profesional anggotanya sehingga setiap anggota profesi dapat mengawasi
apakah kewajiban profesi telah dipenuhi. Tentang bagaimana anggota profesi
melaksanakan kewajiban profesionalnya, kode etik telah menentukan standarnya
sehingga masyarakat dan pemerintah tidak perlu campur tangan dalam hal ini.

B. Kode Etik Perawat


Profesi adalah suatu moral community (masyarakat moral) yang memiliki
cita-cita dan nilai-nilai bersama. Sebagai suatu profesi, keperawatan memiliki
kode etik profesi. Berdasarkan Kozier (1995), tujuan dari kode etik keperawatan
adalah sebagai berikut:
1. Sebagai aturan dasar terhadap hubungan antara perawat, pasien, tenaga
kesehatan, masyarakat, dan profesi.
2. Sebagai standar dasar untuk mengeluarkan perawat yang tidak mentaati
peraturan dan untuk melindungi perawat yang menjadi pihak tertuduh secara
tidak adil.
3. Sebagai dasar pengembangan kurikulum pedidikan keperawatan dan untuk
mengorientasi lulusan baru pendidikan keperawatan dalam memasuki jajaran
praktik keperawatan profesional.
4. Membantu masyarakat dalam memahami perilaku keperawatan profesional.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) telah menyusun kode etik
keperawatan Indonesia yang isinya tidak bertentangan dengan kode etik ICN.
Kode etik perawat Indonesia terdiri dari Mukadimah dan Batang Tubuh.
Mukadimah berisi:
1. Pedoman kehidupan profesi keperawatan, bahwa masyarakat Indonesia
membutuhkan pelayanan keperawatan.
2. Sifat dan dasar pelayanan keperawatan
3. Ruang lingkup pelayanan keperawatan
4. Kesiapa perawat untuk melaksanakan pelayanan keperawatan secara
profesional
5. Perawat berjiwa Pancasila dan UUD 1945 dalam melaksanakan pekerjaan
berpedoman kepada ketentuan kode etik.
Batang tubuh berisi sebagai berikut:
1. Tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga, dan masyarakat
Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan terhadap individu,
keluarga, dan masyarakat:
a. Senantiasa berpedoman kepada adanya kebutuhan keperawatan individu,
keluarga, dan masyarakat
b. Dilakukan dengan tetap menjaga suasana lingkungan yang menghormati
nilai-nilai yang dianut oleh individu, keluarga, dan masyarakat.
c. Dilaksanakan dengan iktikad baik dan ikhlas
d. Bekerjasama dengan individu, keluarga, dan masyarakat dalam upaya
kesehatan
2. Tanggung jawab perat terhadap tugas
Perawat dalam melaksanakan tugas pelayanan keperawatan bertanggung
jawab untuk:
a. Menjaga mutu pelayanan keperawatan
b. Menjaga rahasia yang dipercayakan kepadanya
c. Tidak menyalahgunakan ilmu pengetahuan dan ketrampilannya
d. Tidak terpengaruh oleh perbedaan suku, agama, ras, dan adat-istiadat
e. Mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien, juga dalam hal
terjadi pengalihan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
3. Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan
lain
Perawat dengan sesama perawat dan tenaga kesehatan lain harus selalu
memelihara hubungan baik dan bersikap terbuka dalam bidang pengetahuan
keperawatan
4. Tanggung jawab perawat terhadap profesi keperawatan
Perawat sebagai profesi harus mampu mengikuti perkembangan ilmu dan
teknologi yang terus meningkat. Hal tersebut dilakukan dengan:
a. Senantiasa menambah ilmu, ketrampilan, dan pengalaman dalam upaya
meningkatkan kemampuan profesional
b. Menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan
c. Berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan dan
mengimplementasikannya dalam pelayanan dan pendidikan keperawatan.
d. Memelihara mutu organisasi.
5. Tanggung jawab perawat terhadap pemerintah, bangsa, dan tanah air
Sebagai warga negara, perawat mempunyai tanggung jawab untuk:
a. Melaksanakan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
b. Berperan aktif menyumbangkan pikiran kepada pemerintah dalam upaya
meningkatkan pelayanan kesehatan dan perawatan kepada masyarakat.

C. Kode Etik Perawat Gigi


Seiring dengan terbitnya Undang-undang No 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga
Kesehatan, maka Persatuan Perawat Gigi Indonesia (PPGI) mengganti nama
menjadi Persatuan Terapis Gigi dan Mulut Indonesia (PTGMI) pada Musyawarah
Nasional di Padang Tahun 2017. Perubahan ini merujuk kepada Undang-undang
No 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan dimana perawat gigi tidak lagi
masuk dalam kelompok keperawatan bersama perawat dan bidan tetapi masuk
dalam kelompok keteknisan medis. Namun demikian karena peraturan turunan
sampai dengan kode etik yang baru belum ada, maka dalam modul
pembelajaran ini masih mengacu pada kode etik perawat gigi yaitu:

Kewajiban Umum

Pasal 1

Setiap Perawat Gigi Indonesia harus senantiasa menjalankan profesinya secara


optimal.

Perawat gigi melakukan pekerjaannya sesuai dengan pelayanan asuhan


kesehatan gigi dan mulut, etika umum, etika kesehatan gigi, hukum dan agama.
Pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang kesehatan gigi dan mulut perlu
dipelihara dan ditingkatkan sesuai dengan kompetensi perawat gigi, etika umum
dan etika kesehatan gigi dan mulut dilakukan dalam rangka member pelayanan
terbaik pada pasien.
Sebagai contoh seorang perawat gigi dalam memberikan pelayanan
kesehatannya perlu memperhatikan prinsip etika dan pengetahuan yang didapat
supaya mendapat hasil yang maksimal.

Pasal 2

Setiap Perawat Gigi Indonesia wajib menjunjung tinggi norma-norma hidup yang
luhur.

Seorang perawat gigi dalam menjalankan profesinya harus membawa diri dalam
sikap yang terpuji. Baik dalam hubungannya terhadap pasien, masyarakat,
teman sejawat maupun profesinya. Dalam menjalankan tugasnya, perawat gigi
harus mematuhi norma-norma luhur yang berlaku di daerah dimana ia
menjalankan tugas sebagai perawat gigi. Oleh karena itu Perawat gigi Indonesia
berkewajiban untuk menjaga tingkah laku, tutur kata serta sikapnya agar selalu
seimbang dengan martabat jabatan Perawat Gigi sebagai salah satu tenaga
kesehatan gigi. Masyarakat memandang perawat gigi yang terampil adalah
perawat gigi yang menjunjung tinggi norma hidup yang luhur baik dalam
kehidupan pribadi maupun dalam menjalankan profesinya. Karena Masyarakat
menilai seorang perawat gigi tidak hanya berdasarkan kemampuan dalam

memberikan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat,


tetapi juga berdasarkan cara dan sikap hidupnya dalam masyarakat.

Pasal 3

Dalam menjalankan profesi, setiap Perawat Gigi Indonesia tidak dibenarkan


melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Kode Etik.

Dalam hal ini sebagai seorang perawat yang profesional harus bekerja
berdasarkan kode etik yang telah diatur dan disepakati. Apabila ada pelanggaran
yang dilakukan dalam proses perawatan maka akan diberi sanksi yang telah
dimuat dalam kode etik profesi perawat gigi. Contoh: apabila seorang perawat
gigi membuka praktik tanpa lisensi maka akan diberi peringatan dan jika hal itu
terus berlanjut maka akan dikeluarkan dari organisasi profesi.
Pasal 4

Setiap Perawat Gigi Indonesia harus memberikan kesan dan keterangan atau
pendapat yang dapat dipertanggung jawabkan.

Yang dimaksud dalam pasal 4 itu adalah bahwa setiap perawat gigi harus
mampu mempertanggungjawabkan tentang apa yang telah disampaikan kepada
pasien. Misalnya dalam hal melakukan tindakan scaling pada pasien, apa saja
langkah-langkah yang akan dilakukan dan dihadapi oleh pasien, seberapa besar
kemungkinan perawatan akan berhasil dan bahkan resiko seperti apa yang akan
dihadapi ketika pasien melakukan tindakan scaling.

Kemudian perawat gigi juga berwenang dalam hal mempertanggung jawabkan


rekam medis pasien dan harus sesuai dengan keadaan pasien yang sebenarnya
terjadi pada diri pasien itu sendiri, bahkan ketika terjadi kesalahan dalam
melakukan tindakan pelayanan kesehatan terhadap diri pasien sang perawat
akan mempertanggunjawabkan nya ataupun mempertanggunggugatkan.

Pasal 5

Setiap perawat gigi Indonesia agar menjalin kerja sama yang baik dengan tenaga
kesehatan lainnya.

Perawat gigi harus dapat menjalin kerjasama dengan pelaksana tenaga


kesehatan menyeluruh seperti dokter gigi, dokter umum, bidan, perawat umum,
ahli gizi maupun penyuluh kesehatan masyarakat agar terjalin hubungan yang
baik, harmonis dan saling menghargai. Hubungan kerjasama yang baik dapat
mendukung terjalinnya kolaborasi perawat gigi dengan tenaga kesehatan yang
lain sehingga dapat melakukan asuhan pelayanan kesehatan dengan terapeutik.

Pasal 6

Setiap perawat gigi Indonesia wajib bertindak sebagai motivator dan pendidik
masyarakat.
Perawat bertindak sebagai motivator bertujuan untuk memberi suatu
motivasi/semangat dalam hal kesehatan gigi dan mulut pasien. Hal ini diterapkan
karena motivasi merupakan suatu pencegahan primer.

Pasal 7

Setiap perawat gigi Indonesia wajib berupaya meningkatkan kesehatan gigi dan
mulut masyarakat dalam bidang promotif, preventif, dan kuratif sederhana.

Perawat gigi Indonesia dalam rangka meningkatkan kesehatan gigi dan mulut
diwajibkan untuk melakukan usaha baik secara pencegahan, promotif, maupun
tindakan kuratif sederhana. Peran perawat gigi dalam upaya promotif dan
preventif dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit gigi dan mulut, upaya ini
dilakukan sebagai rencana berjangka guna menekan angka terjadinya penyakit
gigi dan mulut dalam masyarakat, sedangkan peran perawat gigi dalam upaya
kuratif sederhana adalah dengan memberikan tindakan yang bersifat kuratif yakni
disaat penyakit gigi dan mulut

Kewajiban Perawat Gigi Terhadap Masyarakat

Pasal 8

Dalam melaksanakan profesinya, setiap Perawat Gigi Indonesia wajib


memberikan pelayanan yang sebaik mungkin kepada individu masyarakat.

Perawat gigi juga termasuk tenaga kesehatan yang di didik dan nantinya juga
bekerja untuk masyarakat luas. Jadi sudah seharusnya menjadi kewajiban untuk
perawat gigi memberikan pelayanan sebaik mungkin kepada individu
masyarakat.

Selain itu perawat gigi juga wajib untuk memperhatikan dan mendapat
persetujuan apa yang akan dilakukan terhadap pasien. Jika tidak, perawatan
tidak mungkin bisa diteruskan. Jika iya, harus laksanakan semaksimal mungkin.
Dengan adanya prosedur seperti ini, tidak mendapat kesan kalau pasien tidak
tahu apa yang dilakukan perawat terhadapnya, walaupun si perawat sudah
menjelaskan tentang indikasi yang sesuai dengan keadaan penderitanya, tapi
pasien lah yang sepenuhnya menentukan akan dilakukan tindakan atau tidak.

Pasal 9

Dalam hal ini ketidakmampuan dan diluar kewenangan Perawat Gigi Indonesia
berkewajiban merujuk kasus yang ditemukan kepada tenaga yang lebih ahli.

Setuju, karena apabila seorang perawat gigi tidak dapat menangani sebuah
kasus, dikarenakan hal tersebut bukan kompetensinya, maka ia harus
merujuknya ke tenaga medis yang lebih ahli atau berkompeten dalam bidangnya
misalnya ke dokter gigi atau dokter gigi spesialis.

Pasal 10

Setiap Perawat Gigi Indonesia wajib merahasiakan segala sesuatu yang ia


ketahui tentang kliennya.

Setuju, hal tersebut merupakan hal yang sangat sensitive bagi pasien.
Ketidaknyamanan si pasien, merasa rendah diri, minder, atau lingkungan
sosialisasinya akibat rahasia medis yang tidak dijaga dapat menurunkan
semangat untuk sembuh karena pasien tersebut sudah tidak nyaman dengan
lingkungannya.

Namun, jika harus dirahasiakan kepada keluarganya, nampaknya kurang setuju.


Karena keluarga adalah orang terdekat pasien sehingga diharapkan mereka bisa
membantu dalam proses penyembuhan, seperti memberikan semangat,
mengupayakan pelayanan yang lebih baik, dan sebagai wujud kasih sayang
terhadap pasien.

Pasal 11

Setiap Perawat gigi indonesia wajib memberikan pertolongan darurat dalam


batas-batas kemampuan, sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali pada
waktu itu ada orang lain yang lebih mampu memberikan pertolongan.
Pasal tersebut menjelaskan kewajiban perawat gigi terhadap masyarakat. Dalam
keadaan darurat seorang Perawat Gigi wajib memberikan pertolongan kepada
siapapun yang membutuhkan dan apapun yang dideritanya. Pertolongan yang
diberikan tentu dalam batas-batas tindakan keterampilan, keahlian dan
pengetahuan yang dimilikinya. Walaupun sangat terbatas, namun tetap harus
mengerjakan segala sesuatu dalam upaya menyelamatkan seseorang.
Pertolongan harus diberikan apabila tidak ada orang lain yang mampu
memberikan.

Kami sependapat, karena bagaimanapun juga kita sebagai tenaga kesehatan


harus siap dan sigap dalam melayani masyarakat dalam kondisi apapun dan
kapanpun. Namun memang perlu diperhatikan sejauh mana kemampuan yang
kita miliki agar tidak terjadi kesalah yang tidak diinginkan. Sebaiknya jangan
menangani kasus di luar kompetensi kita sebagai perawat gigi, lakukan
pertolongan sederhana sesuai kompetensi kita, kemudian rujuk pada orang yang
lebih mampu menangani kasus tersebut, misalnya dokter gigi. Jangan sampai
kita melakukan kesalahan yang dapat berakibat fatal dan merugikan pasien, alih
– alih bertujuan menolong tapi yang terjadi malah membahayakan pasien.

Kewajiban Perawat Gigi Terhadap Teman Sejawatnya.

Pasal 12

Setiap Perawat Gigi Indonesia harus memperlakukan teman sejawatnya


sebagaimana ia sendiri diperlakukan.

Sesama Perawat Gigi sebaiknya tidak merasa lebih tinggi dari rekan kerjanya.
Hal ini dikarenakan untuk menciptakan proses kerja yang, adil serta tidak
menimbulkan kesenjangan. Selain itu, bertujuan untuk membentuk lingkungan
kerja yang nyaman, sehingga kinerja yang dihasilkan pun optimal.

Dalam usaha menciptakan suasanan kerja yang diinginkan, tentunya tidak


terlepas dari andil organisasi profesi yang menaungi. Pengetahuan yang dimiliki
hendknya dibagikan kepada sesama perawat gigi. Untuk memudahkan adanya
sharing pengalaman antar sesama perawat gigi, alangkah baiknya jika setiap
perawat gigi menjadi anggota dari organisasi Persatuan Perawat Gigi Indonesia.
Bisa juga aktif untuk mengikuti pertemuan yang diselenggarakan oleh PPGI,
sehingga feel kerjasama dan penerimaan dalam sebuah komunitas itu ada.

Forum antar perawat gigi juga dapat memfasilitasi dalam pencarian solusi atas
kesalahpahaman yang timbul antar sesama perawat gigi. Selain itu dapat
dijadikan sebagai sarana curah pendapat tentang isu-isu teraktual dalam dunia
kedokteran gigi.
Kewajiban Perawat Gigi Terhadap Diri Sendiri

Pasal 13

Setiap perawat gigi Indonesia wajib mempertahankan dan meningkatkan


martabat dirinya.

Meningkatkan martabat dirinya, berarti bahwa perawat gigi wajib bekerja secara
teleti dan hendaknya selalu berusaha mawas diri untuk meningkatkan citra
perawat gigi di masyarakat.

Pasal 14

Setiap Perawat Gigi Indonesia wajib mengikuti secara aktif perkembangan


pengetahuan dan teknologi.

Kami setuju dengan pasal 14 karena bagaimanapun ilmu pengetahuan itu terus
berkembang seimbang dengan kemajuan zaman. Oleh sebab itu, sebagai
seorang perawat gigi tentunya kita juga harus aktif mengikuti perkembangan
tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan pasien dengan ilmu – ilmu baru yang
lebih memadai. Dapat kita

Pasal 15

Setiap Perawat Gigi Indonesia harus memelihara kesehatannnya supaya dapat


bekerja dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai