Dental Assistant bertugas sebagai asisten yang mengisi Rekam Medis, melakukan tindakan
Preventive Dentistry seperti membersihkan karang gigi secara mandiri, serta membantu dokter
gigi mengambil alat, menyiapkan bahan, mengontrol saliva, membersihkan mulut, serta
mengatur cahaya lampu selama suatu prosedur perawatan sedang dilakukan
Pada saat suatu pelayanan kedokteran gigi dilakukan hanya akan ada 2 orang yang
berada disekitar pasien yaitu Dokter Gigi dan Perawat Gigi. Tugas kedua orang ini berbeda
namun saling mendukung, ini kemudian melahirkan istilah Four Handed Dentistry.
3. Bagian
bukal
Kepala serong/menengok ke kanan
Kaca mulut untuk meretrak pipi
Quadran III
4.Bagian bukal
Kepala menghadap ke operator
Pandangan dan sinar secara langsung
Kaca mulut meretrak mukosa bibir
5. Bagian lingual dan oklusal
7. Bagian lingual
kepala serong ke kanan
Pandangan langsung/tidak langsung
Kaca mulut untuk meretrak pipi atau menghantarkan sinar
Dalam hal ini yang berkompeten membantu tugas dokter gigi dalam melakukan perawatan dan
pengobatan gigi dan mulut terhadap pasien adalah perawat gigi, namun oleh karena keterbatasan tenaga,
maka perawat umum dapat dilatih sebagai chairside assistant meskipun mempunyai ilmu pengetahuan
dan keterampilan yang sedikit.
Tugas / pekerjaan seorang assistant gigi sangat menunjang didalam praktek dokter gigi karena ikut
menentukan keberhasilan perawatan yang akan dilakukan oleh dokter gigi terhadap pasien yang
berobat.
· Kemampuan membantu operator dalam perawatan rutin pada klinik gigi (sebagaichair side assistant).
· Kemampuan membantu prosedur restorasi gigi dan prosedur bedah mulut dan periodontal.
· Kemampuan menyiapkan dan menerapkan penggunaan bahan – bahan pada pengobatan gigi pasien.
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan atau informasi dari seseorang kepada
orang lain baik secara verbal maupun nonverbal.
Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan menggunakan symbol, tanda, atau tingkah laku.
Unsur-unsur komunikasi adalah ; komunikator, pesan, komunikan, media, dan respon atau
umpan balik.
Komunikasi terapeutik adalah proses yang digunakan oleh perawat memakai pendekatan yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan pada klien.
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan
pengertian antara perawat dengan klien. Persoalan yang mendasar dari komunikasi ini adalah adanya
saling membutuhkan antara perawat dan klien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi di
antara perawat dan klien, perawat membantu dan klien menerima bantuan.
1. Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat
mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila klien percaya pada hal yang
diperlukan.
2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahan
kekuatan egonya.
Dalam hal ini perawat berusaha mengerti klien dengan cara mendengarkan apa yang disampaikan
klien. Mendengar merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan mendengar perawat
mengetahui perasaan klien. Beri kesempatan lebih banyak pada klien untuk berbicara. Perawat harus
menjadi pendengar yang aktif.
2. Menunjukkan penerimaan.
Menerima tidak berarti menyetujui, menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa
menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan.
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai apa yang
disampaikan oleh klien.
Melalui pengulangan kembali kata-kata klien, perawat memberikan umpan balik bahwa perawat
mengerti pesan klien dan berharap komunikasi dilanjutkan.
5. Mengklasifikasi.
Klasifikasi terjadi saat perawat berusaha untuk menjelaskan dalam kata-kata ide atau pikiran yang
tidak jelas dikatakan oleh klien.
6. Memfokuskan.
Metode ini bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga percakapan menjadi lebih
spesifik dan dimengerti.
Dalam hal ini perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh isyarat non verbal klien.
8. Menawarkan informasi.
Memberikan tambahan informasi merupakan tindakan penyuluhan kesehatan untuk klien yang
bertujuan memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan.
9.Diam.
Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir. Diam
memungkinkan klien untuk berkomunikasi dengan dirinya sendiri, mengorganisir pikiran dan
memproses informasi.
10.Meringkas.
Penghargaan janganlah sampai menjadi beban untuk klien dalam arti jangan sampai klien berusaha
keras dan melakukan segalanya demi untuk mendapatkan pujian dan persetujuan atas perbuatannya.
Memberi kesempatan kepada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan.
Teknik ini memberikan kesempatan kepada klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan.
Mengurutkan kejadian secara teratur akan membantu perawat dan klien untuk melihatnya dalam
suatu perspektif.
Apabila perawat ingin mengerti klien, maka perawat harus melihat segala sesuatunya dari perspektif
klien.
16. Refleksi.
Refleksi memberikan kesempatan kepada klien untuk mengemukakan dan menerima ide dan
perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri.
Setelah selesai perawatan, memandu pasien ke ruang administrasi disertai mengingatkan kembali
kepada pasien perihal instruksi – instruksi yang telah disampaikan oleh dokter gigi kepada pasien
Pengadukan Basis semen ( zinkphosphat semen ), Bahan pengisian saluran akar ( zinkokside + Chkm )
· Kaca mulut
· Sonde
· Pinset
· Ekskavator
· Plastis filling
· Agate spatula
· Paper pad
· Alkohol
· Varnish
· Kaca mulut
· Sonde
· Pinset
· Ekskavator
· Plastis filling
· Aplikator tip
· Etsa asam
· Bonding agent
· Komposit resin
· Alkohol
1. Siapkan alat & bahan ekstraksi sesuai dengan indikasi elemen gigi
2. Siapkan alat & bahan anestesi local ( citoject / disposable syringe )
3. Memfiksasi kepala pasien jika operator sedang melakukan gerakan exo
4. Jika gigi sudah terambil, siapkan tampon yang sudah diberi povidon / bahan antiseptic
5. Mentransfer tampon tersebut ke operator
6. Membersihkan sisa darah di sekitar mulut pasien
7. Membekali pasien dengan tampon
DAFTAR PUSTAKA
1. Standart Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut, Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, 2006
2. Petunjuk praktikum “Four Handed Dentistry” , JKG Poltekkes Semarang, 2007, hal 20 –
48Cangara, Hafid. (2006), Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada,Jakarta
3. Keperawatan: Teori dan Praktik.Alih Bahasa :Susi Purwoko. Jakarta,EGC.
4. Keliat, B.A. (2002), Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, EGC, Jakarta.
5. Notoatmodjo, S 1997, Ilmu Perilaku dan komunikasi Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta