Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH
PENATALAKSANAAN KURATIF TERBATAS

Tim Penyusun:
KELOMPOK 4

1. RINA KURNIAWATI
NIM :P20625122034
2. ROULI NAIBAHO
NIM :P20625122035
3. SENNY RACHAYU
NIM :P20625122036
4. SITI AMINAH
NIM :P20625122037
5. SURYANDI
NIM :P20625122038
6. TATANG TARDIYANA
NIM:P20625122039
7. TIKA KARTIKA
NIM :P20625122040
8. YATI
NIM :P20625122041
9. YAYU SRI RAHAYU
NIM :P20625122042
10. .ZAINAL NURUL ARIPIN
NIM :P20625122043

DOSEN MATA KULIAH :


Drg.Cahyo Nugroho,MDSc

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG TERAPIS GIGI


PROGRAM SARJANA TERAPAN
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan mulut merupakan bagian fundamental kesehatan umum dan kesejahteraan
hidup. Kesehatan gigi atau sekarang sering disebut sebagai kesehatan mulut adalah kesejahteraan
rongga mulut, termasuk gigi-geligi dan struktur serta jaringan-jaringan pendukungnya, bebas dari
penyakit dan rasa sakit, dan berfungsi secara optimal. Peningkatan kesehatan gigi yang
merupakan bagian integral dari kesehatan umum, sangat perlu dilakukan. Tenaga kesehatan gigi
hendaknya senantiasa meningkatkan kemampuan sesuai dengan perkembangan kesehatan pada
umumnya, penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat salah satunya
adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut oleh karena kurangnya
pengetahuan tentang memelihara kebersihan gigi dan mulut.
Kesehatan gigi dan mulut adalah suatu keadaan yang terjadi di rongga mulut, baik
menyangkut kebersihan, kesehatan maupun adanya gangguan dan kelainan yang terjadi di
rongga mulut. Mulut terdiri dari : bibir atas dan bawah, gusi, lidah, pipi bagian dalam, langit-
langit. Lapisan gusi, pipi dan langit-langit, selalu basah berlendir, oleh karena itu selaput-selaput
tersebut permukaan-permukaannya disebut selaput lendir, jadi ada selaput lendir gusi, langit-
langit dan pipi. Tugas dari gigi adalah : 1) untuk berbicara, 2) untuk mengunyah makanan, sesuai
dengan bentuk gigi maka, gigi seri memotong dan menggunting makanan, gigi taring mencabik
makanan, gigi geraham menghaluskan dan menggiling makanan, 3) untuk kecantikan atau
kebagusan. Di dalam mulut juga terdapat gusi yang menutupi leher gigi dan tulang rahang.
Terapis Gigi dan Mulut merupakan salah satu tenaga kesehatan yang mempunyai
kemampuan di bidang promotif dan preventif serta mampu berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain dalam mengatasi permasalahan kesehatan gigi dan mulut. Tugas pokok Terapis
Gigi dan Mulut berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 20 Tahun 2016 adalah
melaksanakan Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut, di bidang promotif, preventif, dan
kuratif terbatas untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut. Pada Standar profesi
Terapis Gigi dan Mulut Nomor HK.01.07/MENKES/671/ Tahun 2020 halaman 43 poin D
tercantum tindakan terapeutik (Kuratif) terbatas dalam kerangka kolaboratif. Adapun salah satu
butir butir kegiatannya yaitu pengenalan atau identifikasi penyakit dan kelainan 2 dalam rongga
mulut, penambalan gigi tetap dan gigi susu menggunakan ART, pencabutan gigi tetap akar
tunggal tanpa penyulit menggunakan infiltrasi anastesi, pencabutan gigi tetap tanpa penyulit
yang sudah goyang derajat 3 - 4 menggunakan infiltrasi atau topikal anestesi.
Pada kesempatan yang baik ini kami mahasiswa alih jenjang Program Studi Terapis Gigi
dan Mulut Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Tasikmalaya kelompok I akan
memaparkan kembali “ Penatalaksanaan Kuratif Terbatas Pada Pencabutan Gigi Posterior
Rahang Bawah Dewasa”. Pemaparan ini sebagai salah satu tugas utama dari mata kuliah
penatalaksanaan kuratif terbatas semester I tahun Tahun Ajaran 2022/2023.
BAB II
LANDASAN TEORI

1. TERAPIS GIGI DAN MULUT


Terapis Gigi dan Mulut merupakan salah satu tenaga kesehatan yang mempunyai kemampuan di
bidang promotif dan preventif serta mampu berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam
mengatasi permasalahan kesehatan gigi dan mulut. Keberadaan profesi Terapis Gigi dan Mulut
bermula dari didirikannya Sekolah Perawat Gigi (SPG) pada Tahun 1951, yang dilandasi oleh
terbitnya Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 27998 / Kab tertanggal 30 Desember 1950.
Pada 1957 SPG diubah menjadi Sekolah Pengatur Rawat Gigi (SPRG). Kurikulum pendidikan
pada sekolah tersebut mengacu kepada model tenaga Dental Nurse di New Zealand yang
disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan pada saat itu. Selanjutnya SPRG ditingkatkan menjadi
Akademi Kesehatan Gigi (AKG) pada Tahun 1993, dan seiring berkembangnya pendidikan
tinggi di lingkungan Kementerian Kesehatan, berbagai akademi kesehatan millik Kementerian
Kesehatan bergabung menjadi Politeknik Kesehatan, dan pada Tahun 2000 AKG pun berubah
menjadi Jurusan Kesehatan Gigi dan kembali mengalami perubahan nama menjadi Jurusan
Keperawatan Gigi pada Tahun 2004 hingga sekarang.
Tugas pokok Terapis Gigi dan Mulut berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 20 Tahun
2016 adalah melaksanakan Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut, di bidang promotif,
preventif, dan kuratif terbatas untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut yang
optimal pada individu, kelompok, dan masyarakat. Berdasarkan latar belakang di atas dan
dicabutnya Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 378/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar
Profesi Perawat Gigi maka dipandang perlu penyusunan kembali Standar Kompetensi Terapis
Gigi dan Mulut yang diharapkan dapat menjadi panduan bagi setiap Terapis Gigi dan Mulut,
institusi penyelenggara pendidikan, pemerintah, masyarakat serta semua stakeholders kesehatan
gigi dan mulut dalam pelaksanaan keprofesian Terapis Gigi dan Mulut di Indonesia yang
dilaksanakan dengan prinsip interprofessional collaboration atau kolaborasi dengan profesi
dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya.
2. AREA KOMPETENSI
Berdasarkan kajian peran, fungsi serta tugas pokok Terapis Gigi dan Mulut, kebutuhan
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Pelayanan Kesehatan serta
benchmarking area kompetensi dental hygienist & oral health therapist internasional, area
kompetensi Terapis Gigi dan Mulut terdiri dari:
1. Area Profesionalisme dan Kepatuhan Hukum
a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Memiliki moral, etika dan kepribadian yang baik
c. Profesional dan patuh terhadap hukum
2. Area Keterampilan Sosial, Komunikasi dan Pengelolaan Informasi
a. Menerapkan komunikasi efektif dengan pasien/klien, keluarga
pasien/klien, masyarakat, sejawat dan tenaga kesehatan lain.
b. Mengelola informasi dengan baik
c. Menyajikan dan/atau menyampaikan informasi yang benar dan
akurat untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut
pasien/klien atau kelompok masyarakat
3. Area Berpikir Kritis dan Pengembangan Diri
a. Menerapkan teknik pengambilan keputusan berbasis data
(evidence base), penalaran klinis, dan penilaian yang diperlukan
untuk keberhasilan asuhan kesehatan gigi dan mulut pada
pasien/klien atau kelompok masyarakat.
b. Menerapkan komitmen untuk belajar sepanjang hayat.
c. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Menginternalisasi semangat dan karakteristik wirausaha untuk
meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat
yang optimal.
4. Landasan Ilmiah Ilmu Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut
Menerapkan ilmu Komunikasi, Manajemen Kesehatan, Etika dan
Hukum Kesehatan, Promosi Kesehatan, Kesehatan Masyarakat,
Kesehatan Dasar/Kebutuhan Dasar Manusia, Human Bioscience
and Anatomy, Mikrobiologi, Pedodonti, Periodonti, Oral Pathology,
Dental Radiography, Dental Asisting, Dental Hygiene Care dan Oral
Health Therapy untuk memberikan Pelayanan Asuhan Kesehatan
Gigi dan Mulut yang holistik dan komprehensif.
5. Area Keterampilan Klinis Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut
a. Melakukan prosedur diagnosis asuhan kesehatan gigi dan
mulut (Dental Hygiene Diagnosis)
b. Melakukan prosedur penatalaksanaan intervensi klinis asuhan
kesehatan gigi dan mulut (Oral Health Therapy) sesuai
kewenangannya
6. Area Pengelolaan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut
a. Melaksanakan manajemen Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi
dan Mulut
b. Melaksanakan pengkajian/pengumpulan data kesehatan gigi
dan mulut individu, keluarga, dan kelompok masyarakat
c. Melaksanakan identifikasi masalah/diagnosis asuhan
kesehatan gigi dan mulut individu, keluarga, dan kelompok
masyarakat
d. Menyusun rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut individu,
keluarga, dan kelompok masyarakat
e. Melaksanakan intervensi/implementasi asuhan kesehatan gigi
dan mulut individu, keluarga, dan kelompok masyarakat
f. Mengevaluasi asuhan kesehatan gigi dan mulut individu,
keluarga, dan kelompok masyarakat
3. TINDAKAN TERAPEUTIK KURATIF TERBATAS
Pada Standar profesi Terapis Gigi dan Mulut Nomor HK.01.07/MENKES/671/ Tahun 2020 halaman 43
poin D tercantum 4 tindakan terapeutik (Kuratif) terbatas dalam kerangka kolaboratif diantaranya :

Tindakan Terapeutik ( Kuratif ) Terbatas dalam kerangka kolaboratif


diantaranya :
1. Oral Diagnostic
Pengenalan/ identifikasi penyakit dan kelainan dalam rongga
mulut
2. Penatalaksanaan perawatan lesi karies
 Penambalan gigi tetap dan gigi susu menggunakan ART
 Perawatan pulp capping
 Perawatan saluran akar
3. Pencabutan gigi
 Pencabutan gigi tetap akar tunggal tanpa penyulit menggunakan
infiltrasi anestesi
Pencabutan gigi tetap tanpa penyulit yang
sudah goyang derajat 3 - 4 menggunakan
infiltrasi atau topikal anestesi
 Pencabutan gigi susu tanpa penyulit menggunakan
infiltrasi dan/atau topikal anestesi
 Pencabutan gigi tetap tanpa penyulit yang sudah goyang
derajat 3 - 4 menggunakan infiltrasi atau topikal anestesi
Pencabutan gigi susu yang sudah goyang
derajat 3 – 4 tanpa penyulit menggunakan
infiltrasi dan/atau topikal anestesi

4. NOMENKLATUR DENGAN METODE FDI ( Sistem Dua Angka International Dental


Federation)
Gigi Posterior
Gigi posterior terdiri dari gigi premolar dan molar.

Nomenklatur FDI

Menurut masa pertumbuhan gigi manusia terbagi menjadi dua, yaitu :

1.Gigi susu

Gigi susu berjumlah 20 buah dan mulai tumbuh pada umur 6 -9 bulan dan lengkap pada umur 2 –
2,5 tahun. Gigi susu terdiri dari 5 gigi pada setiap daerah rahang masing – masing adalah : 2 gigi
seri (incicivus),1 gigi taring, 2 gigi Molar

2. Gigi permanen

Gigi permanen berjumlah 28 – 32 terdiri dari 2 gigi seri, 1 gigi taring, 2 gigi premolar, dan 3 gigi
molar pada setiap daerah rahang. Gigi permanen menggantikan gigi susu. Antara umur 6 – 14
tahun 20 gigi susu diganti gigi permanen. Gigi molar 1 dan 2 mulai erupsi pada umur 6 – 12
tahun sedangkan gigi molar 3 mulai erupsi pada umur 17 – 21 tahun.

Nomenklatur adalah cara menulis gigi geligi .

Nomenklatur FDI merupakan nomeklatur yang digunakan hampir diseluruh cabang ilmu
kegigian diseluruh dunia. Nomenklatur ini memerlukan dua digit kode. Digit yang pertama untuk
menentukan regio gigi, dan digit kedua untuk urutan gigi dari arah garis midline ke lateral.

Berdasarkan regionya, maka gigi di bagi menjadi empat bagian, yakni Dextra Superior (ditandai
dengan angka 1 untuk gigi permanen dan 5 untuk decidui), Sinistra Superior (ditandai dengan
angka 2 untuk gigi permanen dan 6 untuk decidui), Sinistra Inferior (diatandai dengan angka 3
untuk gigi permanen dan 7 untuk decidui), dan Dextra Inferior (ditandai dengan angka 4 untuk
gigi permanen dan 8 untuk decidui).
Ada beberapa cara nomenklatur yaitu:
Cara FDI

System 2 angka dari federation dental international (FDI)

1. Angka pertama menunjukan kuadran gigi

2. Angka kedua menunjukan elemen gigi

Gigi Permanen

1-4 untuk gigi permanent

1 = rahang atas kanan 1 2

2 = rahang atas kiri 4 3

3 = rahang bawah kiri

4 = rahang bawah kanan

1817161514131211 2122232425262728

4847464544434241 3132333435363738

Gigi decidui/Gigi Sulung

5 – 8 untuk gigi susu

5 = rahang atas kanan 5 6

6 = rahang atas kiri 8 7

7 = rahang bawah kiri

8 = rahang bawah kanan

55 54 53 52 51 61 62 63 64 65

85 84 83 82 81 71 72 73 74 75
1. KURATIF TERBATAS PADA PENCABUTAN GIGI PERMANEN POSTERIOR RAHANG
BAWAH

ELEMEN GIGI Kuratif Terbatas Pada Gigi Permanen


Posterior Rahang Bawah yang menjadi
kewenangan TGM Berdasarkan UU No 12
Tahun 2016/KepMenKes RI No
HK.01.07/MENKES/671/2020 Tentang standar
profesi terapis gigi dan mulut
Gigi 34 = Permanen, Premolar satu bawah  Pencabutan gigi tetap akar tunggal
kiri tanpa penyulit menggunakan infiltrasi
anestesi
 Pencabutan gigi tetap tanpa penyulit
yang sudah goyang derajat 3 - 4
menggunakan infiltrasi atau topikal
anestesi

Gigi 35 = Permanen, Premolar dua bawah  Pencabutan gigi tetap akar tunggal
kiri tanpa penyulit menggunakan infiltrasi
anestesi
 Pencabutan gigi tetap tanpa penyulit
yang sudah goyang derajat 3 - 4
menggunakan infiltrasi atau topikal
anestesi

Gigi 36 = Permanen,Molar satu bawah kiri  Pencabutan gigi tetap tanpa penyulit
menggunakan infiltrasi anestesi
 Pencabutan gigi tetap tanpa penyulit
yang sudah goyang derajat 3 - 4
menggunakan infiltrasi atau topikal
anestesi

Gigi 37 = Permanen,Molar dua bawah kiri  Pencabutan gigi tetap tanpa penyulit
menggunakan infiltrasi anestesi
 Pencabutan gigi tetap tanpa penyulit
yang sudah goyang derajat 3 - 4
menggunakan infiltrasi atau topikal
anestesi

Gigi 38 = Permanen, Molar tiga bawah kiri


 Melakukan skrining
 Rujukan faskes ke 2
Gigi 44 = Permanen, Premolar satu bawah  Pencabutan gigi tetap akar tunggal
kanan tanpa penyulit menggunakan infiltrasi
anestesi
 Pencabutan gigi tetap tanpa penyulit
yang sudah goyang derajat 3 - 4
menggunakan infiltrasi atau topikal
anestesi

Gigi 45 = Permanen, Premolar dua bawah  Pencabutan gigi tetap akar tunggal
kanan tanpa penyulit menggunakan infiltrasi
anestesi
 Pencabutan gigi tetap tanpa penyulit
yang sudah goyang derajat 3 - 4
menggunakan infiltrasi atau topikal
anestesi

Gigi 46 = Permanen,Molar satu bawah  Pencabutan gigi tetap tanpa penyulit


kanan menggunakan infiltrasi anestesi
 Pencabutan gigi tetap tanpa penyulit
Gigi 47 = Permanen,Molar dua bawah yang sudah goyang derajat 3 - 4
kanan menggunakan infiltrasi atau topikal
anestesi

Gigi 48 = Permanen, Molar tiga bawah  Melakukan skrining


kanan  Rujukan faskes ke 2

2. KURATIF TERBATAS PADA PENCABUTAN GIGI SULUNG POSTERIOR RAHANG


BAWAH

ELEMEN GIGI Kuratif Terbatas Pada Gigi Permanen


Posterior Rahang Bawah yang menjadi
kewenangan TGM Berdasarkan UU No 12
Tahun 2016/KepMenKes RI No
HK.01.07/MENKES/671/2020 Tentang standar
profesi terapis gigi dan mulut
Gigi 74 = Sulung, molar satu bawah kiri  Pencabutan gigi susu tanpa
penyulit menggunakan infiltrasi
dan/atau topikal anestesi
 Pencabutan gigi susu yang sudah
goyang derajat 3 – 4 tanpa penyulit
menggunakan infiltrasi dan/atau
topikal anestesi

Gigi 75 = Sulung, molar dua bawah kiri  Pencabutan gigi susu tanpa
penyulit menggunakan infiltrasi
dan/atau topikal anestesi
 Pencabutan gigi susu yang sudah
goyang derajat 3 – 4 tanpa penyulit
menggunakan infiltrasi dan/atau
topikal anestesi

Gigi 84 = Sulung, molar satu bawah kanan  Pencabutan gigi susu tanpa
penyulit menggunakan infiltrasi
Gigi 85 = Sulung, molar dua bawah kanan dan/atau topikal anestesi
 Pencabutan gigi susu yang sudah
goyang derajat 3 – 4 tanpa penyulit
menggunakan infiltrasi dan/atau
topikal anestesi

BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN

Standar profesi Terapis Gigi dan Mulut tindakan terapeutik (Kuratif) terbatas dalam kerangka
kolaboratif Kuratif terbatas pada gigi Posterior rahang bawah yang menjadi kewenangan TGM
berdasarkan UU No 12 tahun 2016/KepMenKes RI No HK.01.07/MENKES/671/2020 Tentang standar
profesi terapis gigi dan mulut diantaranya pencabutan gigi tetap tanpa penyulit menggunakan infiltrasi
anestesi dan Pencabutan gigi tetap tanpa penyulit yang sudah goyang derajat 3 - 4 menggunakan
infiltrasi atau topikal anestesi.

2. SARAN
Dengan memahami regulasi dan kewenangan dalam melakukan tindakan kuratif terbatas pada
pencabutan gigi tetap posterior rahang atas diharapkan TGM mampu mengontrol, mewujudkan rasa
aman, dan menjaga mutu pelayanan

Anda mungkin juga menyukai