Anda di halaman 1dari 33

1

Status kebersihan Gigi dan Mulut pada Siswa Peserta Dokter Kecil Program

UKGS di SD Negeri 54 Palembang


2

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Program Pembangunan Kesehatan Indonesia adalah program yang digunakan

untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan optimal yang ditandai dengan adanya perilaku

sehat dari penduduk .1 Pembangunan di bidang kesehatan gigi dan mulut merupakan

salah satu bagian integral dari pembangunan kesehatan tersebut, karena kesehatan

mulut yang baik mencerminkan status kesehatan keseluruhan seorang individu. Oleh

karena itu, kesehatan gigi dan mulut harus terpelihara secara baik. Tindakan menjaga

kebersihan rongga mulut merupakan bagian dari perilaku pemeliharaan kesehatan

gigi dan mulut tersebut.

Kebersihan gigi dan mulut yang buruk merupakan salah satu faktor lokal yang

pengaruhnya sangat dominan terhadap masalah gigi dan mulut, sehingga masalah

kesehatan gigi dan mulut dapat dinilai dengan status kebersihan gigi dan mulut

seseorang yang ditentukan melalui suatu indeks. Ada beberapa indeks yang dapat

digunakan untuk menentukan status kebersihan gigi dan mulut seseorang yaitu indeks

oral hygiene (oral hygiene index).2 Oral Hygiene Index (OHI) digunakan untuk

mengukur kebersihan permukaan gigi, terdiri dari dua komponen yakni indeks debris

dan indeks kalkulus. Namun, karena terlalu banyak memakan waktu, OHI kemudian

disederhanakan menjadi Oral Hygiene Index-Simplified (OHI-S) yang lebih sering


3

digunakan saat ini.2

Usia sekolah dasar merupakan periode dimana anak sedang mengalami masa

pertumbuhan dan perkembangan sehingga semua aspek kesehatan bagi murid-murid

SD haruslah menjadi perhatian utama demi terciptanya generasi penerus yang

berkualitas dan salah satu aspek kesehatan yang sangat menentukan adalah aspek

kesehatan gigi dan mulut.3 Murid-murid di SD yang terdapat di Sumatera Selatan

rentan terhadap penyakit gigi dan mulut terutama karies gigi karena sekitar lokasi

sekolah banyak sekali terdapat fasilitas jajanan anak-anak, pada umumnya jajanan

anak-anak bersifat manis dan melekat seperti coklat, biskuit dan permen. Hasil

Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa Sumatera Selatan memiliki prevalensi masalah

gigi dan mulut mencapai 19,5%. Nilai ini meningkat dibandingkan hasil Riskesdas

2007 yang hanya mencapai 17%.4

Salah satu faktor penyebab lainnya adalah kurangnya pengetahuan mengenai

cara memelihara kebersihan gigi dan mulut yang masih kurang.3 Hal tersebut

mungkin dapat diatasi dengan adanya program UKGS yang diharapkan dapat

meningkatkan pengetahuan siswa mengenai pemeliharan kesehatan rongga mulut

sehingga timbul perilaku untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut.5 Dokter kecil

adalah salah satu kader yang menerima pendidikan dan pelatihan secara langsung dari

petugas kesehatan sehingga seharusnya mempunyai pengetahuan yang banyak

mengenai kebersihan gigi dan mulut.5 Berdasarkan uraian diatas, peneliti akhirnya

tertarik untuk mengetahui status oral hygiene pada siswa peserta dokter kecil program
4

UKGS. SD Negeri 54 Palembang digunakan sebagai tempat penelitian karena belum

ada penelitian mengenai status kebersihan rongga mulut pada peserta dokter kecil

UKGS sekolah tersebut.

I.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana status kebersihan gigi dan

mulut pada siswa peserta dokter kecil program UKGS di SD Negeri 54 Palembang.

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status kebersihan gigi dan

mulut pada siswa peserta dokter kecil program UKGS di SD Negeri 54 Palembang.

I.4 Manfaat Penelitian

I.4.1 Bagi IPTEK

Hasil penelitian dapat dijadikan pedoman bagi dokter gigi dalam menilai

efektivitas program UKGS pada siswa usia SD dalam meningkatkan

kesehatan gigi dan mulut.

I.4.2 Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penelitian mengenai

kesehatan gigi dan mulut pada peserta program UKGS.

I.4.3 Bagi Institusi

Sebagai bahan referensi dalam kegiatan belajar mengajar, khususnya

mengenai kebersihan rongga mulut pada siswa peserta program UKGS.


5

I.4.4 Bagi Masyarakat

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

tingkat kebersihan gigi dan mulut pada siswa peserta program UKGS di

SD Negeri 54 Palembang sehingga dapat menjadi motivasi bagi orang

tua maupun murid itu sendiri untuk menjaga kebersihan giginya serta

mencari perawatanan sedini mungkin jika sudah terbentuk karang gigi.

2. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam

perencanaan program upaya pelaksanaan kesehatan gigi pada siswa.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Kebersihan Rongga Mulut (Oral Hygiene)

II.1.1. Pengertian Kebersihan Rongga Mulut (Oral Hygiene)

Oral hygiene adalah tindakan pemeliharaan atau menjaga rongga mulut agar

tetap bersih dan sehat untuk mencegah terjadinya karies, penyakit jaringan

periodontal serta bau mulut.2 Tujuan pemeliharaan oral hygiene adalah untuk

menyingkirkan atau mencegah timbulnya plak gigi dan sisa-sisa makanan yang

melekat di gigi. Menurut Taylor et al (2000), oral hygiene adalah tindakan yang

ditujukan untuk:2

1. Menjaga kontiunitas bibir, lidah dan mukosa membran mulut

2. Mencegah terjadinya infeksi rongga mulut

3. Melembabkan mukosa membran mulut dan bibir.

Selain itu, menurut Clark (2005), oral hygiene bertujuan untuk:2

1. Mencegah penyakit gigi dan mulut

2. Mencegah penyakit yang penularannya melalui mulut

3. Mempertinggi daya tahan tubuh

4. Memperbaiki fungsi mulut untuk meningkatkan nafsu makan.


7

Kebersihan gigi dan mulut seseorang dapat dilihat dari kehadiran debris dan

kalkulus pada permukaan gigi. Pemeriksaan klinis dilakukan untuk memudahkan

penilaian.6 Adapun pengertian debris dan kalkulus sebagai berikut:7

1) Debris

Debris adalah bahan lunak di permukaan gigi yang dapat berupa plak

dan debris makanan. Kebanyakan debris makanan akan segera mengalami

liquifikasi oleh enzim bakteri dan bersih 5-30 menit setelah makan, tetapi

ada kemungkinan sebagian masih tertinggal pada permukaan gigi. Debris

dapat dihilangkan dengan cara menyikat gigi.7

2) Karang Gigi / Kalkulus

Kalkulus merupakan suatu massa yang mengalami kalsifikasi yang

terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi dan obyek lain di dalam

mulut, misalnya tambalan dan gigi tiruan. Kalkulus adalah plak yang

terkalsifikasi. Kalkulus banyak terdapat pada bagian gigi geraham atas dan

bagian dalam gigi depan rahang bawah, juga pada gigi yang sering tidak

digunakan.7

Ada beberapa indeks yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah debris

dan kalkulus seseorang, salah satu yang sering digunakan yaitu Oral Hygiene Index -

Simplified (OHI-S).6

II.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Kebersihan Rongga Mulut (Oral Hygiene)

Perry dan Potter berpendapat bahwa status kebersihan mulut personal

dipengaruhi oleh:2
8

1) Status sosial-ekonomi: berpengaruh terhadap kemampuan klien

menyediakan alat dan bahan penunjang seperti sikat dan pasta gigi.

2) Praktik Sosial: Keluarga atau pun lingkungan terdekat akan menjadi

contoh baggi seseorang utnuk melakukan tindakan tertentu. Anak-anak

yang memiliki orang tua dengan perilaku kebersihan mulut yang buruk

kemungkinan akan melakukan hal yang sama.

3) Status Kesehatan: terdapat beberapa penyakit sistemik yang

mempengaruhi perilaku seseorang dalam menjaga kebersihan mulut

seseorang, seperti Parkinsons Disease yang mempengaruhi kemampuan

individu untuk menyikat gigi, ataupun cacat fisik lainnya yang membatasi

gerak seseorang.

4) Tingkat Pengetahuan: berhubungan dengan motivasi dan cara seseorang

menjaga kesehatan gigi dan mulut. Menurut McKinsey (2011),

Pengetahuan adalah pemahaman terhadap hubungan sebab akibat, hal ini

sangat penting dalam menghasilkan tindakan yang efektif.8 Pengetahuan

dapat melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan sangat penting dalam

terbentuknya tindakan. Pengetahuan diperoleh melalui proses pendidikan.9

Pendidikan kesehatan adalah suatu proses belajar yang timbul karena

adanya kebutuhan akan kesehatan, dijalankan dengan pengetahuan

mengenai kesehatan dan yang menimbulkan aktivitas perorangan dan

masyarakat dengan tujuan menghasilkan kesehatan yang baik. Seperti


9

halnya pendidikan kesehatan, pendidikan kesehatan gigi adalah semua

aktivitas yang membantu menghasilkan penghargaan masyarakat akan

kesehatan gigi dan memberikan pengertian akan cara-cara bagaimana

memelihara kesehatan gigi dan mulut. Tujuan pendidikan kesehatan gigi

adalah:9

1. Memperkenalkan kepada masyarakat tentang kesehatan gigi.

2. Mengingatkan kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga

kesehatan gigi dan mulut.

3. Menjabarkan akibat yang akan timbul karena kelalaian menjaga

kebersihan gigi dan mulut.

4. Menanamkan perilaku sehat sejak dini dengan kunjungan ke sekolah.

5. Menjalin kerjasama dengan masyarakat melalui RT, Kelurahan dalam

memberikan penyuluhan secara langsung kepada masyarakat.

II.2. Oral Hygiene Index dan Oral Hygiene Index- Simplified

II.2.1. Pengertian Oral Hygiene Index dan Oral Hygiene Index- Simplified

Greene dan Vermillion mengembangkan OHI pada tahun 1960, yakni suatu

indeks yang digunakan untuk mengetahui tingkat kebersihan rongga mulut seseorang

dengan cara mendeteksi keberadaan debris dan kalkulus pada keseluruhan gigi.6 OHI

terdiri atas komponen indeks debris dan indeks kalkulus yang dijumlahkan.2 Debris

index adalah nilai dari endapan lunak yang terjadi karena adanya sisa makanan yang

melekat pada gigi penentu. Calculus index adalah nilai dari endapan keras/karang gigi
10

terjadi karena debris yang mengalami pengapuran yang melekat pada gigi penentu.

Setiap indeks menggunakan skala nilai dari 0-3.

Semua gigi diperiksa baik gigi-gigi pada rahang atas atas maupun rahang

bawah. Setiap rahang dibagi menjadi tiga segmen, yaitu: (1) Segmen pertama, mulai

dari distal kaninus sampai molar ketiga kanan rahang atas, (2) Segmen kedua,

diantara kaninus kanan dan kiri dan (3) Segmen ketiga, mulai dari mesial kaninus

sampai molar ketiga kiri. Setelah semua gigi diperiksa, pilih gigi yang paling kotor

dari setiap segmen.6 Namun, Green dan Vermilion selanjutnya menyadari bahwa OHI

tidak praktis untuk menentukan level kebersihan mulut setiap orang karena:2

1. Panjang waktu yang dibutuhkan untuk mengevaluasi debris dan kalkulus

2. Pemeriksa harus menyeleksi gigi yang paling banyak mempunyai debris dan

kalkulus pada setiap segmen

3. Prosedur OHI menghabiskan banyak waktu sehingga mengurangi minat

pemeriksa dan tidak cocok untuk survei epidemiologi.


11

Oleh sebab itu, pada tahun 1964, Greene dan vermillion menyederhanakan

OHI menjadi oral hygiene Index-Simplified. Pemeriksaan OHI-S (Oral Hygiene

Index-Simplified) adalah pemeriksaan kebersihan gigi dan mulut dengan

menjumlahkan Debris Index (DI) dan Calculus Index (CI) yang disederhanakan

hanya pada enam permukaan yang dinilai, yaitu empat gigi posterior dan dua gigi

anterior.2

II.2.2. Penatalaksanaan Pemeriksaan Oral Hygiene Index- Simplified

Pemeriksaan DI-S dan CI-S dilakukan dengan memeriksa 6 gigi perwakilan.

Alat yang digunakan untuk menentukan nilai tersebut adalah kaca mulut dan sonde

berbentuk sabit, tanpa menggunakan zat pewarna. Pemeriksaan dilakukan dengan

menempatkan sonde pada 1/3 insisal atau oklusal gigi dan kemudian digerakkan ke

arah 1/3 gingival.2

Gambar 1. Sonde Sabit dan Kaca Mulut


12

1. Rahang atas yang diperiksa adalah :6

Permukaan bukal gigi M1 kanan atas

Permukaan labial gigi I1 kanan atas

Permukaan bukal gigi M1 kiri atas

Pemeriksaan dilakukan di permukaan bukal karena saluran muara

untuk kelenjar saliva yaitu pada glandula parotis terletak di darah bukal.

2. Rahang bawah yang diperiksa adalah :6

Permukaan lingual gigi M1 kiri bawah,

Permukaan labial gigi I1 kiri bawah dan

Permukaan lingual gigi M1 kanan bawah.

Pemeriksaan pada permukaan lingual karena saluran muara untuk

kelenjar saliva yaitu pada glandula sublingualis terletak di daerah lingual.

Gambar 2. Gigi Indeks OHI-S


13

Apabila salah satu gigi indeks telah hilang atau tinggal sisa akar, maka

penilaian dapat dilakukan pada gigi pengganti yang dapat mewakili :2

1. Apabila gigi M1 RA atau RB tidak ada, maka penilaian dilakukan pada gigi

M2 Ra atau RB.

2. Apabila gigi M1 dan M2 RA dan RB tidak ada, maka penilaian dilakukan

pada gigi M3 RA atau RB.

3. Apabila gigi M1, M2 dan M3 RA dan RB tidak ada, maka penilaian tidak

dapat dilakukan.

4. Apabila gigi I1 kanan RA tidak ada, maka penilaian dilakukan pada gigi I1

kiri RA.

5. Apabila gigi I1 kanan dan kiri RA tidak ada, maka tidak dapat dilakukan

penilaian.

6. Apabila gigi I1 kiri RB tidak ada, maka penilaian dilakukan pada gigi I1

kanan RB.

7. Apabila gigi I1 kanan dan kiri RB tidak ada, maka tidak dapat dilakukan

penilaian.

1. Pemeriksaan Debris Index- Simplified

Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan alat sonde. Pertama-tama,

lakukan pemeriksaan debris pada 1/3 permukaan insisal/oklusal gigi. Jika pada

daerah ini ada debris yang terbawa sonde, nilai yang diperoleh untuk gigi tersebut

adalah 3. Sonde diletakkan secara mendatar pada permukaan gigi. Bila pada
14

daerah 1/3 insisal/oklusal tidak ada debris yang terbawa sonde, pemeriksaan

dilanjutkan pada bagian 1/3 tengah. Jika ada debris yang terbawa oleh sonde

dibagian ini, nilai untuk gigi tersebut adalah 2. Jika pada pemeriksaan di daerah

1/3 tengah tidak ada ada debris yang terbawa sonde, pemeriksaan dilanjutkan ke

1/3 bagian servikal. Jika ada debris yang terbawa sonde pada bagian ini, penilaian

utuk gigi tersebut adalah 1. Jika pada pemeriksaan di daerah 1/3 servikal tidak ada

debris yang terbawa sonde (bersih), penilaian untuk gigi tersebut adalah 0. 2

Debris Index = Jumlah Skor / Jumlah gigi yang


diperiksa

Gambar 3. Kriteria skor untuk Indeks Debris


Tabel 1. Kriteria skor indeks debris
No Kriteria Skor

1 Tidak ada debris maupun stain 0

2 Adanya debris lunak menutupi tidak lebih 1/3

permukaan gigi atau adanya stein (bercak) ekstrinsik 1

dengan tidak memperhitungkan perluasan


15

3 Adanya debris lunak menutupi lebih 1/3 tetapi belum 2

mencapai 2/3 permukaan gigi

4 Adanya debris lunak menutupi lebih 2/3 permukaan gigi 3

2. Simplfied Calculus Index (CI-S)

Pemeriksaan calculus indek (CI S) dapat dilakukan dengan cara menaruh

sonde secara hati hati dicelah gingiva pada bagian distal, yang selanjutnya menarik

secara subgingival dari daerah kontak distal ke daerah kontak mesial.6 Yang diperiksa

adalah permukaan enamel gigi tanpa menimbulkan pendarahan, sama seperti apa

yang dilakukan pada pemeriksaan DI S. Skor CI S dapat diperoleh dengan

jumlah skor tiap tahap terlebih Kemudian hasil dibagi dengan banyaknya jumlah gigi

yang diperiksa dahulu sesuai daerah pemeriksaan permukaan gigi.2

Sebelum dilakukan pemeriksaan, perlu kita perhatikan jenis karang gigi yang

berada pada permukaan gigi. Apakah karang gigi supragingival atau subgingival

posisi karang gigi tersebut. Cara pemberian score sama dengan DI.

Gambar 4. Kriteria skor untuk indeks kalkulus


16

Tabel 2. Kriteria skor indeks CI-S


No Kriteria Skor

1 Tidak dijumpai kalkulus 0

Supragingival kalkulus menutupi tidak lebih 1/3


2 1
permukaan gigi

Supragingival kalkulus menutupi lebih 1/3 s.d tidak lebih


3 2
2/3 permukaan gigi / subgingival calculus sedikit

Supragingival kalkulus menutupi lebih 2/3 permukaan gigi


4 3
/ subgingival calculus banyak

Calculus Index = Jumlah skor / Jumlah gigi yang


diperiksa

3. Nilai akhir OHI S

OHI-S = Debris Indeks Simplified (DI-S) + Calculus Indeks Simplified (CI-S)

Tingkat kebersihan mulut secara klinis pada OHI-S dapat dikategorikan

sebagai berikut :
Tabel 3. Kriteria skor indeks OHI-S
No Kriteria Skor

2 Baik 0,1 1,2

3 Sedang 1,3 - 3,0

4 Kurang 3,1 6,0


17

II.3. Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)

II.3.1. Pengertian Upaya Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah upaya kesehatan masyarakat

yang ditujukan untuk memelihara, meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh

peserta didik di sekolah binaan yang ditunjang dengan upaya kesehatan perorangan

berupa upaya kuratif bagi individu (peserta didik) yang memerlukan perawatan

kesehatan gigi dan mulut. Upaya Kesehatan Masyarakat pada UKGS berupa kegiatan

yang terencana, terarah dan berkesinambungan.5

a. Intervensi perilaku yaitu:

Penggerakan guru, dokter kecil, orang tua murid melalui lokakarya/pelatihan.

Pendidikan kesehatan gigi oleh guru, sikat gigi bersama dengan pasta gigi

berfluor, penilaian kebersihan mulut oleh guru/dokter kecil.

Pembinaan oleh tenaga kesehatan.

b. Intervensi lingkungan

II.3.2. Tujuan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)5

1. Tujuan Umum: Tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut peserta didik yang

optimal.

2. Tujuan Khusus:

a. Meningkatnya pengetahuan, sikap dan tindakan peserta didik dalam

memelihara kesehatan gigi dan mulut.


18

b. Meningkatnya peran serta guru, dokter kecil, orang tua dalam upaya

promotif -preventif.

c. Terpenuhinya kebutuhan pelayanan medik gigi dan mulut bagi peserta

didik yang memerlukan.

II.3.3. Sasaran Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)

Sasaran pelaksanaan dan pembinaan UKGS meliputi:5

1. Sasaran primer: peserta didik (murid sekolah) TKSD-SMP-SMA

2. Sasaran sekunder: guru, petugas kesehatan, pengelola pendidikan, orang tua murid.

3. Sasaran tersier: Lembaga pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan kesehatan

dan pelayanan kesehatan serta lingkungan.

II.3.4. Ruang Lingkup Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)

Ruang lingkup program UKGS sesuai dengan Tiga Program Pokok Usaha

Kesehatan Sekolah (TRIAS UKS) yang meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan

kesehatan dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat, maka ruang lingkup

UKGS yaitu:5

1. Penyelenggaraan Pendidikan kesehatan gigi dan mulut yang meliputi :

Pemberian pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut

Latihan atau demonstrasi cara memelihara kebersihan dan kesehatan gigi dan

mulut.
19

Penanaman kebiasaan pola hidup sehat dan bersih agar dapat di

implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Penyelenggaraan Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam bentuk:

Pemeriksaan dan penjaringan kesehatan gigi dan mulut peserta didik;

Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut perorangan;

Pencegahan/pelindungan terhadap penyakit gigi dan mulut;

Perawatan kesehatan gigi dan mulut;

Rujukan kesehatan gigi dan mulut.

3. Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah kerjasama antara masyarakat sekolah

(guru, murid, pegawai sekolah, orang tua murid, dan masyarakat).

II.3.5. Dokter kecil dalam Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)

Dokter kecil adalah pesserta didik yang telah memenuhi kriteria dan telah

dilatih untuk ikut melaksanakan sebagian usaha pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan terhadap diri sendiri, teman, keluarga dan lingkungannya. Adapun tugas

dokter kecil dalam peningkatan kesehatan gigi dan mulut sebagai berikut:5
20

Tabel 4. Tugas Dokter Kecil

II.4 Kerangka Teori

Status sosial-
ekonomi

Praktik Sosial

Status Status
Kebersihan gigi Kesehatan
dan mulut
Tingkat Dokter Kecil
Program UKGS
Pengetahuan

Jumlah debris Oral Hgiene Index-


DI-S dan CI-S
dan kalkulus Simplified
21

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan

pendekatan cross sectional.

III.2 Tempat dan Waktu Penelitian

III.2.1 Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di SD Negeri 54 Palembang.

III.2.2 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 25 September 2017.

III.3 Populasi dan Sampel Penelitian

III.3.1 Populasi Penelitian

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa peserta

dokter kecil program UKGS di SD Negeri 54 Palembang

III.3.2 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling,

yaitu seluruh siswa peserta dokter kecil program UKGS di SD Negeri 54

Palembang dengan jumlah 30 orang.


22

III.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

III.4.1 Kriteria Inklusi

Murid SD yang mengikuti Program UKGS

Gigi insisivus dan molar pertama permanen telah erupsi di tiap rahang

Bersedia menjadi sampel penelitian dan diizinkan orang tua

III.4.2 Kriteria Ekslusi

Murid yang berkebutuhan khusus.

Memakai alat ortodonti

Seluruh gigi insisivus atau molar pertama permanen tidak tumbuh

(tidak mempunyai benih) atau hilang (missing)

Tidak bersedia menjadi sampel penelitian.

III.5 Variabel Penelitian

1. Variabel terikat: status kebersihan gigi dan mulut

2. Variabel bebas: peserta dokter kecil program UKGS

3. Variabel tak terkendali: jenis kelamin, usia, penyakit yang diderita

III.6 Definisi Operasional

1. Status kebersihan gigi dan mulut adalah tingkat kebersihan rongga mulut

seseorang yang diukur dengan melihat jumlah debris dan klakulus yang

kemudian dihitung dengan indeks OHI-S, dapat dikategorikan baik (0-

1,2), sedang (1,3-3,0), dan buruk (3,0-6,0).10


23

2. Dokter kecil adalah siswa yang terdaftar atau ditunjuk pihak sekolah

sebagai kader kesehatan yang mendapatkan pelatihan dari program UKGS

sehingga dapat memberikan penyuluhan sekaligus menjadi panutan bagi

lingkungan sekitarnya.

3. UKGS adalah upaya kesehatan masyarakat yang ditujukan untuk

memelihara, meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta didik

di sekolah binaan yang ditunjang dengan upaya kesehatan perorangan

berupa upaya kuratif bagi individu (peserta didik) yang memerlukan

perawatan kesehatan gigi dan mulut.5

III.7 Kerangka Konsep

Siswa Peserta Dokter Kebersihan gigi dan


Kecil Program UKGS Mulut

III.8 Bahan dan Alat

1. Sonde

2. Kaca mulut

3. Tabel catatan dan pena

III.9 Pelaksanaan Penelitian

III.9.1 Tahap Persiapan

1. Peneliti mengajukan surat rencana penelitian ke Puskesmas 5 ilir

Palembang.
24

2. Peneliti mengajukan surat permohonan izin untuk penelitian ke SD Negeri

54 Palembang.

3. Peneliti mempersiapkan sonde dan kaca mulut untuk deteksi debris dan

kalkulus.

III.9.2 Tahap Pelaksanaan

1. Peneliti meminta 30 murid yang dijadikan 1 kelompok untuk masuk ke ruang

kelas yang telah disediakan untuk dilakukan observasi.

2. Peneliti selanjutnya melakukan pengenalan diri dan menjelaskan mengenai

apa yang akan dilakukan kepada peserta.

3. Peneliti menuliskan identitas subjek penelitian yaitu nama, umur, jenis

kelamin, dan kelas.

4. Peneliti mengobservasi dan mendeteksi debris dan kalkulus dengan cara

berikut:

Pemeriksaan debris dan kalkulus dilakukan dengan meletakan sonde

secara horizontal pada permukaan gigi perwakilan dan ditelusuri dari

bagian oklusal/insisal hingga ke servikal.

Nilai DI dan CI akan dicatat peneliti untuk selanjutnya dilakukan

perhitungan data.

III.10 Pengumpulan dan Penyajian Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer yang dihitung dari hasil

pemeriksaan secara langsung oleh peneliti pada subjek penelitian. Data yang
25

dikumpulkan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan dipresentasikan

dalam bentuk persentase.

III.11 Alur Penelitian

Siswa-siswi peserta dokter kecil program UKGS


SD Negeri 54 Palembang berjumlah 30 siswa

Subjek penelitian sesuai kriteria

Deteksi debris dan


kalkulus dengan alat
diagnostik

Perhitungan skor OHI-S

Pengolahan dan pengumpulan data

Penyajian data
26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 54 Palembang yang merupakan sekolah

yang mengikuti program UKGS dari Puskesmas 5 Ilir Kota Palembang provinsi

Sumatera Selatan. Karakteristik subjek dalam penelitian ini yaitu siswa-siswi yang

merupakan peserta dokter kecil program UKGS dengan jumlah populasi 30 anak

seperti pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Subjek Penelitian

Jenis Kelamin Jumlah (N) Persentase (%)

Laki- laki 12 40%

Perempuan 18 60%

Total 30 100%

Pemeriksaan status kebersihan rongga mulut subjek dilakukan dengan cara

pengukuran Oral Hygiene Index-Simplified (OHI-S) dengan menilai Debris Index

(DI) dan Calculus Index (CI). Keenam gigi perwakilan dari setiap segmen diperiksa,

yakni gigi 16, 26, pada permukaan bukal, gigi 11,31, pada permukaan labial gigi dan

gigi 36,46 pada permukaan lingual. Skor OHI-S selanjutnya dihitung dengan

menjumlahkan skor DI-S dan CI-S yang didapat. Persentase status Oral Hygiene

Index Simplified (OHI-S) pada 30 siswa peserta dokter kecil SD Negeri 54

Palembang dapat dilihat pada Tabel 6.


27

Tabel 6. Persentase Indeks OHI-S pada siswa peserta dokter kecil program UKGS SD
Negeri 54 Palembang

Kategori

OHI-S Laki-laki % Perempuan % Total %

Baik 10 83,33% 15 83,33% 25 83,33%

Sedang 2 16,67% 3 16,67% 5 16,67%

Buruk - - - - - 0%

Total 12 100% 18 100% 30 100%

Hasil penelitian pada Tabel 2 memperlihatkan distribusi status kebersihan

mulut siswa berdasarkan Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) dari 30 subjek

penelitian dimana diperoleh siswa yang memiliki skor OHI-S dengan kategori baik

sebanyak 83,33% dan dengan kategori sedang 16,67%. Tidak ada subjek yang

memiliki skor OHI-S dengan kategori buruk.

IV.2 Pembahasan

Status kesehatan gigi dan mulut masyarakat atau perorangan menurut Hendrik

L. Blum dipengaruhi oleh empat faktor yaitu lingkungan (fisik maupun sosial

budaya), perilaku, keturunan dan pelayanan kesehatan. Perilaku memegang peranan

yang penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut. Perilaku

kesehatan gigi meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan yang berkaitan dengan

pemeliharaan kesehatan gigi.11


28

Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar subjek mempunyai status

kebersihan gigi dan mulut baik (83,33%) serta tidak ada subjek yang memiliki status

kebersihan mulut buruk. Hal ini berarti proses belajar yang mereka dapat melalui

program penyuluhan dan pelatihan yang diberikan dari petugas UKGS dapat

dimengerti dan dipraktekkan dalam keseharian murid-murid ini.12 Hasil penelitian ini

didukung dengan penelitian tentang kebersihan mulut di sekolah dasar yang

dilakukan oleh Wirata et al10 yang menunjukkan bahwa terdapat 66,7% subjek pada

SD dengan UKGS aktif yang memiliki skor OHI-S dengan kategori baik sedangkan

pada SD dengan UKGS tidak aktif, hanya 17,2% subjek saja yang mendapatkan skor

dengan kategori baik. Hasil penilitian Ringga et al12 juga menyatakan bahwa

sebanyak 62% subjek pada SD dengan UKGS sangat aktif memiliki status

kebersihan gigi dan mulut dengan kategori baik.

Wirata et al berpendapat bahwa siswa pada SD dengan UKGS tidak aktif,

tidak mendapat paparan informasi secara intensif seperti siswa SD dengan UKGS

aktif, sehingga kemungkinan besar memiliki perilaku yang kurang baik dalam

menjaga kebersihan gigi dan mulutnya yang tercermin dari tingkat kebersihan gigi

dan mulutnya rendah.10 Pernyataan ini sesuai dengan teori Notoadmodjo13 yang

menyatakan bahwa pengetahuan mengenai kesehatan akan berpengaruh terhadap

perilaku sebagai hasil jangka panjang dari pendidikan kesehatan. Hal ini didukung

oleh penelitian Widyawati14 yang menyebutkan bahwa penyuluhan kesehatan gigi

dan mulut berpengaruh pada sikap untuk memelihara kebersihan mulut.


29

Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah merupakan salah satu upaya

kesehatan yang sangat relevan, dalam mengatasi pencegahan masalah kesehatan gigi

dan mulut siswa sekolah dasar. Upaya-upaya yang dilakukan berupa pendidikan dan

penyuluhan anak sekolah yang dilakukan tiga bulan sekali, sikat gigi bersama yang

dilakukan satu bulan sekali. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut anak sekolah yang

dilakukan satu tahun sekali serta melakukan rujukan apabila ditemukan kasus pada

waktu dilakukan pemeriksaan anak sekolah.15

Adanya subjek dengan nilai OHI-S kategori sedang pada penelitian ini

menunjukkan bahwa keadaan ini mungkin terjadi disebabkan oleh subjek yang

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, diantaranya adalah rendahnya kesadaran orang

tua siswa tentang pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut, serta status sosial

ekonomi orang tua siswa yang menentukan akses terhadap layanan kesehatan gigi dan

mulut.11 Hasil penelitian Shifa16 yang menunjukkan adanya korelasi antara status

OHI-S anak dengan tingkat pengetahuan dan sosial ekonomi ibu. Worang et al17

berpendapat bahwa peran serta dan perhatian dari orang tua dibutuhkan anak usia

sekolah, seperti selalu mengajarkan anak tentang waktu yang tepat dan cara yang baik

untuk menggosok gigi serta selalu mengingatkan agar setelah mengonsumsi makanan

manis sebaiknya segera berkumur dengan air.


30

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Data hasil penelitian di SD Negeri 54 Palembang menunjukkan bahwa siswa

peserta program dokter kecil mempunyai kebersihan gigi dan mulut baik, keadaan ini

disebabkan karena siswa telah mengetahui informasi menjaga kebersihan mulut dengan benar

melalui pendidikan dan pelatihan yang dilakukan pada program UKGS.

V.2 Saran

Pihak sekolah dasar sebaiknya terus melakukan penyelenggaraan kegiatan

UKGS secara rutin karena UKGS mempunyai peranan penting dalam upaya

pembentukan perilaku anak untuk tetap menjaga kesehatan gigi dan mulut siswa

sekolah dasar dan juga orang tua lebih memerhatikan perilaku pemeliharaan

kebersihan gigi dan mulut yang benar.


31

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran 1. Hasil Perhitungan OHI-S pada Subjek

OHI-

NO. NAMA SISWA KELAS L/P 16 11 26 36 31 46 16 11 26 36 31 S

1 AYU 5 P 0

2 SYAKHILIA 5 P 0

3 5 P 1

4 5 P 1

5 5 L 0

6 5 L 1

7 6 P 1

8 6 P 0

9 4 L 0

10 6 L 1

11 6 L 1

12 6 L 0
32

13 6 L 0

14 6 P

15 5 P

16 5 P

17 6 P

18 5 P

19 5 P

20 6 P

21 5 P

22 5 L

23 5 L

24 6 P

25 6 P

26 6 P

27 6 P

28 5 L

29 5 L

30 5 L

Lampiran 1. Skor OHI-S pada Subjek Penelitian


33

Anda mungkin juga menyukai