Status kebersihan Gigi dan Mulut pada Siswa Peserta Dokter Kecil Program
BAB I
PENDAHULUAN
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan optimal yang ditandai dengan adanya perilaku
sehat dari penduduk .1 Pembangunan di bidang kesehatan gigi dan mulut merupakan
salah satu bagian integral dari pembangunan kesehatan tersebut, karena kesehatan
mulut yang baik mencerminkan status kesehatan keseluruhan seorang individu. Oleh
karena itu, kesehatan gigi dan mulut harus terpelihara secara baik. Tindakan menjaga
Kebersihan gigi dan mulut yang buruk merupakan salah satu faktor lokal yang
pengaruhnya sangat dominan terhadap masalah gigi dan mulut, sehingga masalah
kesehatan gigi dan mulut dapat dinilai dengan status kebersihan gigi dan mulut
seseorang yang ditentukan melalui suatu indeks. Ada beberapa indeks yang dapat
digunakan untuk menentukan status kebersihan gigi dan mulut seseorang yaitu indeks
oral hygiene (oral hygiene index).2 Oral Hygiene Index (OHI) digunakan untuk
mengukur kebersihan permukaan gigi, terdiri dari dua komponen yakni indeks debris
dan indeks kalkulus. Namun, karena terlalu banyak memakan waktu, OHI kemudian
Usia sekolah dasar merupakan periode dimana anak sedang mengalami masa
berkualitas dan salah satu aspek kesehatan yang sangat menentukan adalah aspek
rentan terhadap penyakit gigi dan mulut terutama karies gigi karena sekitar lokasi
sekolah banyak sekali terdapat fasilitas jajanan anak-anak, pada umumnya jajanan
anak-anak bersifat manis dan melekat seperti coklat, biskuit dan permen. Hasil
gigi dan mulut mencapai 19,5%. Nilai ini meningkat dibandingkan hasil Riskesdas
cara memelihara kebersihan gigi dan mulut yang masih kurang.3 Hal tersebut
mungkin dapat diatasi dengan adanya program UKGS yang diharapkan dapat
sehingga timbul perilaku untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut.5 Dokter kecil
adalah salah satu kader yang menerima pendidikan dan pelatihan secara langsung dari
mengenai kebersihan gigi dan mulut.5 Berdasarkan uraian diatas, peneliti akhirnya
tertarik untuk mengetahui status oral hygiene pada siswa peserta dokter kecil program
4
ada penelitian mengenai status kebersihan rongga mulut pada peserta dokter kecil
Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana status kebersihan gigi dan
mulut pada siswa peserta dokter kecil program UKGS di SD Negeri 54 Palembang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status kebersihan gigi dan
mulut pada siswa peserta dokter kecil program UKGS di SD Negeri 54 Palembang.
Hasil penelitian dapat dijadikan pedoman bagi dokter gigi dalam menilai
tingkat kebersihan gigi dan mulut pada siswa peserta program UKGS di
tua maupun murid itu sendiri untuk menjaga kebersihan giginya serta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Oral hygiene adalah tindakan pemeliharaan atau menjaga rongga mulut agar
tetap bersih dan sehat untuk mencegah terjadinya karies, penyakit jaringan
periodontal serta bau mulut.2 Tujuan pemeliharaan oral hygiene adalah untuk
menyingkirkan atau mencegah timbulnya plak gigi dan sisa-sisa makanan yang
melekat di gigi. Menurut Taylor et al (2000), oral hygiene adalah tindakan yang
ditujukan untuk:2
Kebersihan gigi dan mulut seseorang dapat dilihat dari kehadiran debris dan
1) Debris
Debris adalah bahan lunak di permukaan gigi yang dapat berupa plak
liquifikasi oleh enzim bakteri dan bersih 5-30 menit setelah makan, tetapi
terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi dan obyek lain di dalam
mulut, misalnya tambalan dan gigi tiruan. Kalkulus adalah plak yang
terkalsifikasi. Kalkulus banyak terdapat pada bagian gigi geraham atas dan
bagian dalam gigi depan rahang bawah, juga pada gigi yang sering tidak
digunakan.7
Ada beberapa indeks yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah debris
dan kalkulus seseorang, salah satu yang sering digunakan yaitu Oral Hygiene Index -
Simplified (OHI-S).6
dipengaruhi oleh:2
8
menyediakan alat dan bahan penunjang seperti sikat dan pasta gigi.
yang memiliki orang tua dengan perilaku kebersihan mulut yang buruk
individu untuk menyikat gigi, ataupun cacat fisik lainnya yang membatasi
gerak seseorang.
adalah:9
II.2.1. Pengertian Oral Hygiene Index dan Oral Hygiene Index- Simplified
Greene dan Vermillion mengembangkan OHI pada tahun 1960, yakni suatu
indeks yang digunakan untuk mengetahui tingkat kebersihan rongga mulut seseorang
dengan cara mendeteksi keberadaan debris dan kalkulus pada keseluruhan gigi.6 OHI
terdiri atas komponen indeks debris dan indeks kalkulus yang dijumlahkan.2 Debris
index adalah nilai dari endapan lunak yang terjadi karena adanya sisa makanan yang
melekat pada gigi penentu. Calculus index adalah nilai dari endapan keras/karang gigi
10
terjadi karena debris yang mengalami pengapuran yang melekat pada gigi penentu.
Semua gigi diperiksa baik gigi-gigi pada rahang atas atas maupun rahang
bawah. Setiap rahang dibagi menjadi tiga segmen, yaitu: (1) Segmen pertama, mulai
dari distal kaninus sampai molar ketiga kanan rahang atas, (2) Segmen kedua,
diantara kaninus kanan dan kiri dan (3) Segmen ketiga, mulai dari mesial kaninus
sampai molar ketiga kiri. Setelah semua gigi diperiksa, pilih gigi yang paling kotor
dari setiap segmen.6 Namun, Green dan Vermilion selanjutnya menyadari bahwa OHI
tidak praktis untuk menentukan level kebersihan mulut setiap orang karena:2
2. Pemeriksa harus menyeleksi gigi yang paling banyak mempunyai debris dan
Oleh sebab itu, pada tahun 1964, Greene dan vermillion menyederhanakan
menjumlahkan Debris Index (DI) dan Calculus Index (CI) yang disederhanakan
hanya pada enam permukaan yang dinilai, yaitu empat gigi posterior dan dua gigi
anterior.2
Alat yang digunakan untuk menentukan nilai tersebut adalah kaca mulut dan sonde
menempatkan sonde pada 1/3 insisal atau oklusal gigi dan kemudian digerakkan ke
untuk kelenjar saliva yaitu pada glandula parotis terletak di darah bukal.
Apabila salah satu gigi indeks telah hilang atau tinggal sisa akar, maka
1. Apabila gigi M1 RA atau RB tidak ada, maka penilaian dilakukan pada gigi
M2 Ra atau RB.
3. Apabila gigi M1, M2 dan M3 RA dan RB tidak ada, maka penilaian tidak
dapat dilakukan.
4. Apabila gigi I1 kanan RA tidak ada, maka penilaian dilakukan pada gigi I1
kiri RA.
5. Apabila gigi I1 kanan dan kiri RA tidak ada, maka tidak dapat dilakukan
penilaian.
6. Apabila gigi I1 kiri RB tidak ada, maka penilaian dilakukan pada gigi I1
kanan RB.
7. Apabila gigi I1 kanan dan kiri RB tidak ada, maka tidak dapat dilakukan
penilaian.
lakukan pemeriksaan debris pada 1/3 permukaan insisal/oklusal gigi. Jika pada
daerah ini ada debris yang terbawa sonde, nilai yang diperoleh untuk gigi tersebut
adalah 3. Sonde diletakkan secara mendatar pada permukaan gigi. Bila pada
14
daerah 1/3 insisal/oklusal tidak ada debris yang terbawa sonde, pemeriksaan
dilanjutkan pada bagian 1/3 tengah. Jika ada debris yang terbawa oleh sonde
dibagian ini, nilai untuk gigi tersebut adalah 2. Jika pada pemeriksaan di daerah
1/3 tengah tidak ada ada debris yang terbawa sonde, pemeriksaan dilanjutkan ke
1/3 bagian servikal. Jika ada debris yang terbawa sonde pada bagian ini, penilaian
utuk gigi tersebut adalah 1. Jika pada pemeriksaan di daerah 1/3 servikal tidak ada
debris yang terbawa sonde (bersih), penilaian untuk gigi tersebut adalah 0. 2
sonde secara hati hati dicelah gingiva pada bagian distal, yang selanjutnya menarik
secara subgingival dari daerah kontak distal ke daerah kontak mesial.6 Yang diperiksa
adalah permukaan enamel gigi tanpa menimbulkan pendarahan, sama seperti apa
jumlah skor tiap tahap terlebih Kemudian hasil dibagi dengan banyaknya jumlah gigi
Sebelum dilakukan pemeriksaan, perlu kita perhatikan jenis karang gigi yang
berada pada permukaan gigi. Apakah karang gigi supragingival atau subgingival
posisi karang gigi tersebut. Cara pemberian score sama dengan DI.
sebagai berikut :
Tabel 3. Kriteria skor indeks OHI-S
No Kriteria Skor
yang ditujukan untuk memelihara, meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh
peserta didik di sekolah binaan yang ditunjang dengan upaya kesehatan perorangan
berupa upaya kuratif bagi individu (peserta didik) yang memerlukan perawatan
kesehatan gigi dan mulut. Upaya Kesehatan Masyarakat pada UKGS berupa kegiatan
Pendidikan kesehatan gigi oleh guru, sikat gigi bersama dengan pasta gigi
b. Intervensi lingkungan
1. Tujuan Umum: Tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut peserta didik yang
optimal.
2. Tujuan Khusus:
b. Meningkatnya peran serta guru, dokter kecil, orang tua dalam upaya
promotif -preventif.
2. Sasaran sekunder: guru, petugas kesehatan, pengelola pendidikan, orang tua murid.
Ruang lingkup program UKGS sesuai dengan Tiga Program Pokok Usaha
kesehatan dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat, maka ruang lingkup
UKGS yaitu:5
Latihan atau demonstrasi cara memelihara kebersihan dan kesehatan gigi dan
mulut.
19
II.3.5. Dokter kecil dalam Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)
Dokter kecil adalah pesserta didik yang telah memenuhi kriteria dan telah
kesehatan terhadap diri sendiri, teman, keluarga dan lingkungannya. Adapun tugas
dokter kecil dalam peningkatan kesehatan gigi dan mulut sebagai berikut:5
20
Status sosial-
ekonomi
Praktik Sosial
Status Status
Kebersihan gigi Kesehatan
dan mulut
Tingkat Dokter Kecil
Program UKGS
Pengetahuan
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan
Gigi insisivus dan molar pertama permanen telah erupsi di tiap rahang
1. Status kebersihan gigi dan mulut adalah tingkat kebersihan rongga mulut
seseorang yang diukur dengan melihat jumlah debris dan klakulus yang
2. Dokter kecil adalah siswa yang terdaftar atau ditunjuk pihak sekolah
lingkungan sekitarnya.
1. Sonde
2. Kaca mulut
Palembang.
24
54 Palembang.
3. Peneliti mempersiapkan sonde dan kaca mulut untuk deteksi debris dan
kalkulus.
berikut:
perhitungan data.
Data yang dikumpulkan adalah data primer yang dihitung dari hasil
pemeriksaan secara langsung oleh peneliti pada subjek penelitian. Data yang
25
Penyajian data
26
BAB IV
IV.1 Hasil
yang mengikuti program UKGS dari Puskesmas 5 Ilir Kota Palembang provinsi
Sumatera Selatan. Karakteristik subjek dalam penelitian ini yaitu siswa-siswi yang
merupakan peserta dokter kecil program UKGS dengan jumlah populasi 30 anak
Perempuan 18 60%
Total 30 100%
(DI) dan Calculus Index (CI). Keenam gigi perwakilan dari setiap segmen diperiksa,
yakni gigi 16, 26, pada permukaan bukal, gigi 11,31, pada permukaan labial gigi dan
gigi 36,46 pada permukaan lingual. Skor OHI-S selanjutnya dihitung dengan
menjumlahkan skor DI-S dan CI-S yang didapat. Persentase status Oral Hygiene
Tabel 6. Persentase Indeks OHI-S pada siswa peserta dokter kecil program UKGS SD
Negeri 54 Palembang
Kategori
Buruk - - - - - 0%
mulut siswa berdasarkan Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) dari 30 subjek
penelitian dimana diperoleh siswa yang memiliki skor OHI-S dengan kategori baik
sebanyak 83,33% dan dengan kategori sedang 16,67%. Tidak ada subjek yang
IV.2 Pembahasan
Status kesehatan gigi dan mulut masyarakat atau perorangan menurut Hendrik
L. Blum dipengaruhi oleh empat faktor yaitu lingkungan (fisik maupun sosial
yang penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut. Perilaku
kesehatan gigi meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan yang berkaitan dengan
kebersihan gigi dan mulut baik (83,33%) serta tidak ada subjek yang memiliki status
kebersihan mulut buruk. Hal ini berarti proses belajar yang mereka dapat melalui
program penyuluhan dan pelatihan yang diberikan dari petugas UKGS dapat
dimengerti dan dipraktekkan dalam keseharian murid-murid ini.12 Hasil penelitian ini
dilakukan oleh Wirata et al10 yang menunjukkan bahwa terdapat 66,7% subjek pada
SD dengan UKGS aktif yang memiliki skor OHI-S dengan kategori baik sedangkan
pada SD dengan UKGS tidak aktif, hanya 17,2% subjek saja yang mendapatkan skor
dengan kategori baik. Hasil penilitian Ringga et al12 juga menyatakan bahwa
sebanyak 62% subjek pada SD dengan UKGS sangat aktif memiliki status
tidak mendapat paparan informasi secara intensif seperti siswa SD dengan UKGS
aktif, sehingga kemungkinan besar memiliki perilaku yang kurang baik dalam
menjaga kebersihan gigi dan mulutnya yang tercermin dari tingkat kebersihan gigi
dan mulutnya rendah.10 Pernyataan ini sesuai dengan teori Notoadmodjo13 yang
perilaku sebagai hasil jangka panjang dari pendidikan kesehatan. Hal ini didukung
kesehatan yang sangat relevan, dalam mengatasi pencegahan masalah kesehatan gigi
dan mulut siswa sekolah dasar. Upaya-upaya yang dilakukan berupa pendidikan dan
penyuluhan anak sekolah yang dilakukan tiga bulan sekali, sikat gigi bersama yang
dilakukan satu bulan sekali. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut anak sekolah yang
dilakukan satu tahun sekali serta melakukan rujukan apabila ditemukan kasus pada
Adanya subjek dengan nilai OHI-S kategori sedang pada penelitian ini
menunjukkan bahwa keadaan ini mungkin terjadi disebabkan oleh subjek yang
tua siswa tentang pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut, serta status sosial
ekonomi orang tua siswa yang menentukan akses terhadap layanan kesehatan gigi dan
mulut.11 Hasil penelitian Shifa16 yang menunjukkan adanya korelasi antara status
OHI-S anak dengan tingkat pengetahuan dan sosial ekonomi ibu. Worang et al17
berpendapat bahwa peran serta dan perhatian dari orang tua dibutuhkan anak usia
sekolah, seperti selalu mengajarkan anak tentang waktu yang tepat dan cara yang baik
untuk menggosok gigi serta selalu mengingatkan agar setelah mengonsumsi makanan
BAB V
V.1 Kesimpulan
peserta program dokter kecil mempunyai kebersihan gigi dan mulut baik, keadaan ini
disebabkan karena siswa telah mengetahui informasi menjaga kebersihan mulut dengan benar
V.2 Saran
UKGS secara rutin karena UKGS mempunyai peranan penting dalam upaya
pembentukan perilaku anak untuk tetap menjaga kesehatan gigi dan mulut siswa
sekolah dasar dan juga orang tua lebih memerhatikan perilaku pemeliharaan
DAFTAR PUSTAKA
OHI-
1 AYU 5 P 0
2 SYAKHILIA 5 P 0
3 5 P 1
4 5 P 1
5 5 L 0
6 5 L 1
7 6 P 1
8 6 P 0
9 4 L 0
10 6 L 1
11 6 L 1
12 6 L 0
32
13 6 L 0
14 6 P
15 5 P
16 5 P
17 6 P
18 5 P
19 5 P
20 6 P
21 5 P
22 5 L
23 5 L
24 6 P
25 6 P
26 6 P
27 6 P
28 5 L
29 5 L
30 5 L