Anda di halaman 1dari 8

EFEKTIVITAS PENYULUHAN DENGAN MEDIA POSTER DAN ANIMASI BERGAMBAR TERHADAP PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA

USIA 7- 10 TAHUN DI MI.NU MAUDLUUL ULUM KOTA MALANG Purwani Tirahiningrum*, Diwya Nugrahini*, Fatty Nada Pertiwi* ABSTRAK Pertiwi, Fatty Nada. 2013. Efektivitas Penyuluhan dengan Media Poster dan Animasi Bergambar Terhadap Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa Usia 7-10 Tahun di MI.NU Maudluul Ulum Kota Malang. Tugas Akhir, Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing : (1) drg. Purwani Tirahiningrum, MPd. (2) drg. Diwya Nugrahini, SpPros. Penyakit kesehatan gigi dan mulut menduduki urutan pertama dari daftar 10 besar penyakit yang paling sering dikeluhkan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu diperlukan upaya peningkatan pendidikan kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat yaitu dengan penyuluhan. Untuk memaksimalkan pemanfaatan indra dan meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut perlu alat bantu yang menarik minat siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penyuluhan dengan media poster dan animasi bergambar terhadap pengetahuan kesehatan gigi dan mulut siswa usia 7-10 tahun. Metode penelitian yang digunakan adalah quasy experimental (eksperimen semu) dengan rancangan nonequivalent control group pre-test post-test design dilakukan terhadap siswa usia 7-10 tahun di MI NU Maudluul Ulum Kota Malang. Pengambilan sampel dengan teknik proportionate stratified random sampling untuk dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok penyuluhan dengan media poster dan animasi bergambar. Masing-masing kelompok dibandingkan antara pre test dan post test dengan menggunakan kuesioner, kemudian hasil post test poster dibandingkan dengan animasi bergambar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan kesehatan gigi dan mulut siswa sesudah penyuluhan dengan media poster maupun dengan media animasi bergambar meningkat (wilcoxon, p<). Selain itu, pengetahuan kesehatan gigi dan mulut siswa usia 7-10 tahun setelah diberikan penyuluhan dengan media animasi bergambar lebih tinggi dibandingkan dengan media poster (mann whitney, p<). Kesimpulan dari penelitian ini adalah penyuluhan dengan media animasi bergambar lebih mudah dipahami dari pada media poster dalam meningkatkan kesehatan gigi dan mulut siswa usia 7-10 tahun di MI.NU Maudluul Ulum Kota Malang.

Kata kunci: kesehatan gigi dan mulut, poster, animasi bergambar

ABSTRACT Pertiwi, Fatty Nada. 2013. The Effectiveness of Media Education With Posters and Animated Picture of Dental and Oral Health Knowledge of Students Ages 7-10 Years in MI.NU Maudluul Ulum Malang. Final Task, Dentistry Program of Medical Faculty in Brawijaya University. Advisors: (1) drg. Purwani Tirahiningrum, MPd. (2) drg. Diwya Nugrahini, SpPros.

The Dental and oral diseases was at first list of 10 diseases that most often complained of Indonesian society. So, It is necessary efforts to improve dental and oral health education to the community with media education. To maximize the use of the senses and to improve dental and oral health knowledge, we also need tools that can be attracted the students. The purpose of this research was to determine the effectiveness of media education with posters and animated picture of dental and oral health knowledge of students ages 7-10 years. The research method used is a quasy experiment with the nonequivalent control group pre-test post-test design conducted on students aged 7-10 years in MI.NU Maudluul Ulum Kota Malang. Sampling was done by proportionate stratified random sampling to be divided into two groups, with media posters and animated picture. Each group was compared between pre test and post test using a questionnaire, and the results of posters post-test compared with animated picture. The results showed that the knowledge of dental and oral health before and after counseling both in the media poster and animated picture was increase (Wilcoxon, p <). In addition, the knowledge of dental and oral health counseling after the media animated picture higher than posters (mann whitney, p <). The conclusion of this research is counseling with animated pictorial media easier to understand than the media poster of dental and oral health knowledge of students ages 7-10 years in MI.NU Maudluul Ulum Malang. Keywords: dental and oral health, poster, animated picture * Program Studi Pendidikan Dokter Gigi FAkultas Kedokteran Universitas Brawijaya PENDAHULUAN Penyakit kesehatan gigi dan mulut menduduki urutan pertama dari daftar 10 besar penyakit yang sering diderita oleh masyarakat Indonesia. Persepsi dan perilaku masyarakat Indonesia terhadap kesehatan gigi dan mulut masih buruk. Ini terlihat dari masih besarnya angka karies gigi dan penyakit mulut di Indonesia yang cenderung meningkat. Hasil studi Depkes RI (2002) bahwa masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dikeluhkan adalah penyakit karies gigi. Dari Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 disebutkan pula bahwa prevalensi karies gigi aktif pada umur 7 tahun ke atas sebesar 52% dan akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya umur hingga mencapai 63% pada golongan umur 45-54 tahun, Khusus pada kelompok umur anak usia sekolah dasar sebesar 66,8%-69,9%.3 Pendidikan kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu proses pendidikan yang timbul atas dasar kebutuhan kesehatan yang bertujuan untuk menghasilkan kesehatan gigi dan mulut yang baik dan meningkatkan taraf hidup. Pada anak,

penyuluhan harus dibuat semenarik mungkin, atraktif, tanpa mengurangi isinya. Sehingga diperlukan upaya peningkatan pendidikan kesehatan gigi dan mulut kepada masyarakat.7 Pendidikan kesehatan gigi pada anak yaitu suatu usaha yang secara emosional akan menghilangkan rasa takut, menumbuhkan rasa ingin tahu, mau mengamati, dan akhirnya secara fisik akan melakukan aktivitas sedemikian rupa sehingga baik untuk kesehatan pribadi. Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut seharusnya dilakukan sejak usia dini. Usia sekolah dasar merupakan saat yang ideal untuk melatih kemampuan motorik seorang anak, karena usia sekolah dasar, anak sudah dapat membedakan tetapi belum dapat menghubungkan masalah yang satu dengan yang lain. Proses pendidikan kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu proses pendidikan yang timbul atas dasar kebutuhan akan kesehatan gigi dan mulut.8 Penyuluhan merupakan metode yang sering digunakan di dalam pendidikan kesehatan gigi dan mulut. Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan mampu melakukan anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.9 Penyuluhan kesehatan adalah upaya mempengaruhi masyarakat agar menghentikan perilaku beresiko tinggi dan menggantikannya dengan perilaku yang aman atau tidak beresiko rendah. Penyuluhan kesehatan dilakukan dengan berbagai metode dan alat peraga. Dengan metode yang benar dan penggunaan alat peraga yang tepat sasaran, maka materi atau bahan isi yang perlu dikomunikasikan dalam penyuluhan kesehatan akan mudah diterima, dicerna dan diserap oleh sasaran, sehingga kesadaran masyarakat akan kesehatan gigi dan mulut lebih mudah terwujud.3 Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa seseorang dapat mempelajari sesuatu

dengan lebih baik apabila menggunakan lebih dari satu indera ketika menerima penyuluhan, apa yang diingat dari isi penyuluhan adalah 50% dari apa yang didengar dan dilihat. Semakin banyak menggunakan pengindraan dalam belajar maka akan semakin baik, panca indra yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke otak adalah mata (kurang lebih sampai 87%), sedangkan 13% pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan melalui indra lainnya.3 Pada rentang Sekolah Dasar anak mengalami perubahan sensorimotorik, dimana anak lebih dapat mempresentasikan sesuatu dalam bentuk gambar. Sehingga, media penyampaian yang sesuai dengan tahap perkembangan kognitifnya akan lebih mudah diserap dengan baik oleh anak. Guna memaksimalkan pemanfaatan indera dan meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada siswa, diperlukan penyuluhan kesehatan gigi dengan alat bantu yang dapat menarik minat siswa serta memaksimalkan penggunaan indera siswa, contohnya adalah media poster karena selain berisikan materi penyuluhan juga disertai gambar yang dituangkan dalam bentuk kertas. Berbeda dengan media animasi bergambar yang menyajikan informasi disertai dengan gambar namun dituangkan dalam bentuk film animasi.4 Penelitian efektivitas penyuluhan dengan media poster dan animasi bergambar terhadap peningkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut ini dilakukan pada siswa usia 7-10 tahun MI.NU Maudluul Ulum kota Malang. Siswa sekolah dasar pada usia tersebut adalah usia yang dianjurkan WHO untuk dilakukan penelitian kesehatan gigi karena perilaku kesehatan gigi pada usia tersebut lebih kooperatif daripada kelompok umur yang lebih muda dan juga dianggap sudah mandiri dalam kegiatan menyikat gigi. Pada usia tersebut juga merupakan periode kritis dalam pengadopsian, pemeliharaan dan peningkatan gaya hidup seseorang. Pada tahap ini terjadi peningkatan proses metabolisme yang mengakibatkan kebutuhan energi meningkat. Meningkatnya

kebutuhan energi menyebabkan perilaku mengkonsumsi makanan atau mengemil pada anak juga meningkat dan pola makan yang tidak teratur dibandingkan tingkat usia anak lainnya.3 Berdasarkan data Rekapitulasi Laporan Bulanan Puskesmas Dinas Kesehatan kota Malang tahun 2010, karies gigi tertinggi terjadi di Puskesmas Cisadea. Terdapat beberapa SD dan Sederajat SD yang berada di bawah pengamatan Puskesmas Cisadea, diantaranya adalah MI.NU Maudluul Ulum kota Malang. MI.NU Maudluul Ulum kota Malang dipilih karena dilaporkan bahwa minimnya pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut, sedangkan siswa usia 7- 10 tahun dipilih karena merupakan usia yang tepat sehingga dapat mempermudah proses penyuluhan kesehatan.7 Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian untuk melihat efektivitas penyuluhan dengan media poster dan animasi bergambar terhadap pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan sasaran penyuluhan adalah siswa usia 7-10 tahun di MI.NU Maudluul Ulum kota Malang . METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah quasy experimental (eksperimen semu) dengan rancangan nonequivalent control group pre-test post-test design. Desain ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas penyuluhan dengan media poster dan animasi bergambar terhadap pengetahuan kesehatan gigi dan mulut siswa usia 7- 10 tahun di MI.NU Maudluul Ulum Kota Malang. Dalam desain ini akan membandingkan dua kelompok yang akan diberi perlakuan yang berbeda. Dua kelompok yang ada diberi pre-test, kemudian diberi perlakuan, dan terakhir diberikan post-test.1 Besar Sampel Populasi dari penelitian ini adalah siswa usia 7-10 tahun di MI.NU Maudluul

Ulum kota Malang yang berjumlah 120 siswa. Dari 120 orang sampel, didapatkan sampel yang diinginkan adalah sebanyak 55 sampel dipilih dengan menggunakan teknik proportionate stratified random sampling. Selanjutnya 55 sampel tersebut dbagi menjadi 2 kelompok sampel, kelompok sampel pertama diberi penyuluhan dengan metode poster sedangkan kelompok sampel kedua diberi penyuluhan dengan metode animasi bergambar. Analisis Data Analisis Data dengan Uji Wilcoxon Fungsi uji wilcoxon pada analisa data penelitian ini adalah: 1. Menguji pre-test dan post-test untuk mengetahui pengetahuan kesehatan gigi dan mulut siswa usia 7-10 tahun di MI.NU Maudluul Ulum Kota Malang sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan dengan media poster. 2. Menguji pre-test dan post-test untuk mengetahui pengetahuan kesehatan gigi dan mulut siswa usia 7-10 tahun di MI.NU Maudluul Ulum Kota Malang sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan dengan media animasi bergambar. Analisis Data dengan Uji Mann-Whitney Fungsi uji mann-whitney pada analisa data penelitian ini adalah menguji post-test pada siswa yang diberi penyuluhan dengan media poster dan posttest pada siswa yang diberi penyuluhan dengan media animasi bergambar untuk membandingkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut siswa usia 7-10 tahun setelah diberi penyuluhan dengan media poster dan animasi bergambar di MI.NU Maudluul Ulum kota Malang. HASIL PENELITIAN Hasil uji Wilcoxon didapatkan ratarata skor pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada saat pre-test adalah sebesar 7,321 dengan standar deviasi 1,611. Kemudian setelah diberikan penyuluhan dengan media poster, terdapat peningkatan

pengetahuan dengan rata-rata sebesar 8,607 dan standar deviasi sebesar 1,833. Sehingga didapatkan Z-hitung sebesar 4,111 dengan signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi yang didapatkan dari proses penghitungan lebih kecil daripada = 0,05. Sehingga dari pengujian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan media poster terhadap pengetahuan kesehatan gigi dan mulut. Atau dengan kata lain, terdapat perbedaan rata-rata antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sebelum dan sesudah penyuluhan media poster. Hasil uji Wilcoxon didapatkan ratarata skor pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada saat pre-test adalah sebesar 8,407 dengan standar deviasi 1,338. Kemudian setelah diberikan penyuluhan dengan media animasi bergambar, terdapat peningkatan pengetahuan dengan rata-rata sebesar 9,889 dan standar deviasi sebesar 0,320. Sehingga didapatkan Z-hitung sebesar -3,863 dengan signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi yang didapatkan dari proses penghitungan lebih kecil daripada = 0,05. Sehingga dari pengujian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan media animasi bergambar terhadap pengetahuan kesehatan gigi dan mulut. Atau dengan kata lain, terdapat perbedaan rata-rata antara pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sebelum dan sesudah penyuluhan media animasi bergambar. Hasil uji Mann-Whitney didapatkan rata-rata post test media poster adalah sebesar 8,607 dengan standar deviasi 1,833 dan rata-rata post test media animasi bergambar adalah sebesar 9,889 dengan standar deviasi sebesar 0,320. Sehingga didapatkan Z-hitung sebesar -3,524 dengan signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi yang didapatkan dari proses penghitungan lebih kecil daripada = 0,05. Sehingga dari pengujian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbandingan pengetahuan yang signifikan antara penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan menggunakan media poster dengan media animasi bergambar. dimana siswa yang diberikan penyuluhan

kesehatan gigi dan mulut dengan media animasi bergambar memiliki rata-rata pengetahuan yang lebih tinggi daripada siswa yang diberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan media poster. Atau dengan kata lain, terdapat perbedaan ratarata pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sesudah penyuluhan media poster dan animasi bergambar. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan uji Wilcoxon, diketahui bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sebelum dan sesudah penyuluhan dengan penggunaan media poster. Perbedaan pengetahuan responden yang bermakna tersebut dapat dilihat dari skor rata-rata nilai jawaban responden, pada pre-test skor rata-rata 7,321, sedangkan setelah diberikan post-test terjadi peningkatan skor rata-rata menjadi 8,607. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan media poster efektif dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut siswa usia 7-10 tahun di MI NU Maudluul Ulum Kota Malang. Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi penyuluhan kesehatan adalah dalam aspek pemilihan metode, alat bantu atau media, dan jumlah kelompok sasaran, artinya untuk mendapatkan hasil dari penyuluhan dengan maksimal ketiga faktor tersebut sangat mempengaruhi. Media yang digunakan ditentukan oleh intensitas media tersebut dalam memberikan pengalaman belajar kepada siswa, poster sarat dengan tampilan visual gambar, sehingga lebih melibatkan indera penglihatan siswa, apa yang dilihat siswa hanya melibatkan 30% dari indera penglihatan, semakin banyak mengerahkan indera ketika menerima materi penyuluhan maka tingkat penerimaan siswa dalam menangkap pesan/materi penyuluhan akan semakin efektif.3 Dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa pengetahuan kesehatan gigi dan mulut siswa sesudah penyuluhan dengan media poster meningkat karena dipengaruhi oleh ilustrasi

gambar, tampilan tulisan yang menarik dan tema poster yang singkat dan mudah dipahami, sehingga memudahkan responden dalam memahami isi pesan poster dan memotivasi responden untuk menyampaikan isi pesan dari poster yang dibacanya kepada orang lain.4 Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan uji Wilcoxon, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sebelum dan sesudah penyuluhan dengan penggunaan media animasi bergambar. Perbedaan pengetahuan responden yang bermakna tersebut dapat dilihat dari skor rata-rata nilai jawaban responden, pada pre-test skor rata-rata 8,407, sedangkan setelah diberikan posttest terjadi peningkatan skor rata-rata menjadi 9,889. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan media animasi bergambar efektif dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut siswa usia 7-10 tahun di MI NU Maudluul Ulum Kota Malang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah berpengaruh terhadap penggunaan alat-alat bantu mengajar di sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Dewasa ini pembelajaran di sekolah mulai disesuaikan dengan perubahan dan pergeseran paradigma pendidikan. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan teknologi informasi dalam proses pembelajaran di kelas, sudah menjadi suatu kebutuhan sekaligus tuntutan di era global ini. Guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran, perlu dikembangkan berbagai model pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Hal ini perlu dilakukan agar proses pembelajaran tidak terkesan kurang menarik, monoton dan membosankan sehingga akan menghambat terjadinya transfer of knowledge. Oleh karena itu peran media animasi dalam proses pembelajaran menjadi penting karena akan menjadikan proses pembelajaran tersebut menjadi lebih bervariasi dan tidak membosankan.5 Menurut teori Pieget pemikiran anak usia kelas tinggi sekolah dasar (kelas 4-6) berada pada masa

operasional konkret. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muhson, menggunakan media cetak seperti gambar, skema, grafik, model dan sebagainya dapat mengkonkretkan konsep-konsep yang bersifat abstrak, sehingga dapat mengurangi verbalisme. Oleh karena itu, digunakan animasi bergambar yang berisi gambar-gambar yang dapat menarik perhatian siswa sehingga dapat mempermudah siswa dalam memahami informasi yang diberikan dalam penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut.5 Dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sesudah penyuluhan dengan media animasi bergambar meningkat. Animasi bergambar lebih dapat mempermudah siswa untuk mengerti tentang isi penyuluhan, karena media animasi bergambar tersebut merupakan hal yang baru dalam promosi kesehatan. Animasi bergambar yang digunakan menyajikan gambar-gambar menarik yang dapat menyedot seluruh perhatian anak-anak.10 Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan uji Mann-Whitney, diketahui bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada pengetahuan kesehatan gigi dan mulut siswa setelah penyuluhan dengan media poster dan media animasi bergambar dimana siswa yang diberikan penyuluhan dengan media animasi bergambar memiliki rata-rata pengetahuan yang lebih tinggi daripada siswa yang diberikan penyuluhan dengan media poster. Menurut Notoatmodjo, promosi kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok dan individu. Dengan adanya pesan tersebut, diharapkan sasaran dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik dan pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap perubahan perilaku sasaran. Promosi kesehatan merupakan suatu proses yang mempunyai masukan (input) dan keluaran (output). Suatu proses promosi kesehatan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut, disamping faktor masukannya

sendiri juga faktor metode, faktor materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya, dan alat-alat bantu atau alat peraga pendidikan yang dipakai. Agar mencapai suatu hasil yang optimal, maka faktor-faktor tersebut harus bekerja sama secara harmonis. Hal ini berarti bahwa untuk sasaran pendidikan tertentu harus menggunakan cara tertentu pula. Materi juga harus disesuaikan dengan sasaran, demikian juga alat bantu pendidikan. Untuk sasaran kelompok, metode harus berbeda dengan sasaran massa dan sasaran individual dan begitu sebaliknya.6 Menurut hasil pengujian statistik terdapat perbedaan yang bermakna pada nilai rata-rata post test dari penyuluhan dengan media poster yaitu 8,607 dan nilai post test pada penyuluhan dengan media animasi bergambar yaitu 9,889. Hal ini menunjukkan media animasi bergambar merupakan media yang efektif untuk proses perubahan, membuat konsep yang lebih abstrak menjadi konkrit, dan dapat menjelaskan konsep yang sulit, mendorong motivasi belajar sehingga mudah dimengerti dibadingkan media poster yang hanya menyajikan gambar dan tulisan saja. Selain itu kelebihan animasi sebagai media ilmu pengetahuan dapat merangsang pikiran, prasaan, perhatian, dan kemauan anak sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Kesimpulannya adalah penyuluhan dengan media animasi bergambar lebih mudah dipahami dari pada media poster.10 KESIMPULAN 1. Penyuluhan dengan media poster efektif dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut siswa usia 7-10 tahun di MI.NU Maudluul Ulum Kota Malang. 2. Penyuluhan dengan media animasi bergambar efektif dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut siswa usia 7-10 tahun di MI.NU Maudluul Ulum Kota Malang. 3. Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut siswa usia 7-10 tahun setelah diberikan penyuluhan dengan media animasi

bergambar lebih tinggi dibandingkan dengan pengetahuan siswa usia 7-10 tahun setelah diberikan penyuluhan dengan media poster di MI.NU Maudluul Ulum Kota Malang. SARAN Penelitian Selanjutnya diharapkan untuk mengembangkan alat peraga penyuluhan kesehatan gigi dan mulut yang lebih kreatif dan inovatif. Diperlukan penelitian lain yang dapat menggambarkan kebutuhan siswa sekolah dasar tentang kesehatan gigi dan mulut dan mengkaji penyebab masalah kesehatan gigi dan mulut tersebut. DAFTAR PUSTAKA 1. Aziz AH. 2011. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika, Jakarta, hal. 49105. 2. Depkes RI. 2004. Pedoman UKGM. Dirjen Yanmed, Jakarta, hal. 1-2. 3. Depkes RI.2008. Pusat Promosi Kesehatan. Pedoman Pengelola Promosi Kesehatan, Jakarta, hal. 3. 4. Herijulianti E, Indriani TS, dan Artini S. 2002. Pendidikan Kesehatan Gigi. EGC, Jakarta, hal. 5- 6. 5. Muhson A. 2010. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Tekhnologi Informasi. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, hal. 1-10. 6. Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta, Jakarta, hal. 1-10. 7. PusDinKes Malang. 2012. Data Rekapitulasi Laporan Bulanan Puskesmas Dinas Kota Malang Tahun 2010. Dinas Kesehatan , Malang. 8. Riyanti E, Saptarini R. 2010. Upaya Peningkatan Kesehatan Gigi dan Mulut Melalui Perubahan Perilaku

anak. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran, Bandung, hal. 1-10. 9. Rusli. 2011. Perbedaan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode bermain dengan metode ceramah pada murid-murid SD St. Paulus kelas III dan V Jakarta Barat. Tugas Akhir. Universitas Sumatera Utara, Medan, hal. 29-36. 10. Satya. 2011. Pedoman Pemanfaatan Program Media Pembelajaran. Media Pembelajaran, Jakarta, hal. 57-56.

Anda mungkin juga menyukai