i
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
ii
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
iii
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
iv
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
v
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
vi
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
vii
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Peta Kompetensi
Mata kuliah: Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan
Mulut Individu
viii
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Keterangan:
Kompetensi Umum Mata Kuliah (KU MK)
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu menyelesaikan asuhan
kesehatan gigi dan mulut individu meliputi upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut,
upaya pencegahan penyakit gigi, dan pelayanan kesehatan dasar pada kasus kesehatan
gigi terbatas.
Kompetensi khusus
ix
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
x
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
xi
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
xii
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
www.universaldental.com.pk. (2017).
Mengenai Obat anestesi topical:
xiii
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
xiv
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
xv
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
13. Menetapkan rencana a. Penentuan Prioritas VI 100 Barnes,.I dan Walls, A: Gerodontology, George
rencana perawatan perawatan Rencana Perawatan Warman Publications (UK) Ltd., 1994
pasien individu pasien individu b. Cara menentukan Bricker, S.L., Langlais, R.P., and Miller,
prioritas masalah C.S.: Oral Diagnosis, Oral Medicine, and
Treatment Planning. 2nd.Ed., Lea &
14. Menyusun rumusan rumusan a. Petunjuk penulisan VI 100 Febiger, Philadelphia, 1994.
rencana perawatan rencana tujuan dan kriteria Coleman, G.C., and Nelson, J.F., Principles of
pasien individu perawatan hasil Oral Diagnosis, Mosby Year Book St.
pasien individu b. Unsur yang harus
diperhatikan dalam Louis. 1993
menyusun rencana Falace, DA., Emergency Gigi dan mulut Care,
intervensi William & Wilkins, Baltimore, 1995
xvi
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
xvii
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
xviii
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
xix
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Available from:
https://www.pinterest.com/pin/4013833855
10224576/, diunduh 23 Februari 2018.
xx
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
http://www.ralhandentistry.ca/patient-
education/kids-tooth-care/, diunduh 23
Februari 2018.
xxi
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Keperawatan Gigi.
xxii
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
xxiii
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
10 Februari 2018.
xxiv
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Kemenkes Jakarta I.
xxv
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
xxvi
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
xxvii
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
xxviii
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
21. Mengerjakan penambalan 1. Indikasi dan kontra X 100 Dentistry today, 2018. The New Science Of
penambalan Atraumatic indikasi penambalan Strong Teeth Class II Preps [Internet].
Atraumatic Restorative Atraumatic
Restorative Treatment/ART Available from:
Restorative
Treatment/ART
xxix
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Treatment/ART http://www.dentistrytoday.com/restora
2. Alat dan bahan tive/9286-the-new-science-of-strong-
penambalan gigi teeth-class-ii-preps, diunduh 15 Februari
3. Posisi pasien dan
2018.
operator
4. Pemberian
komunikasi Dentodontics, 2014. G.V. Black’s Classification
terapeutik Of Caries [Internet]. Available from:
5. Persetujuan https://dentodontics.files.wordpress.co
tindakan medis m, diunduh 15 Februari 2018.
6. Persiapan gigi Dentaljuce, 2017. Direct Restorations:
7. Manipulasi bahan Occlusal Composite [Internet]. Available
tambalan from:
8. Aplikasi bahan http://www.dentaljuce.com/fruit/page.
tambalan pada gigi
asp?pid=71, diunduh 15 Februari 2018.
9. Pemberian instruksi
Eccles JD. dan Green RM. (1994). Konservasi
setelah penambalan
gigi Gigi. Jakarta: Widya Medika.
https://www.indian-dental.com, 2017. Indian
22. Mengerjakan penambalan 1. Indikasi dan kontra X 100 Dental [Internet]. Available from:
tindakan kuratif gigi 1 bidang indikasi https://www.indian-dental.com,
konservasi berupa penambalan gigi 1
penambalan 1 diunduh 06, Januari, 2018.
bidang
bidang http://pdgicabwngr.blogspot.co.id, 2011. GC
2. Alat dan bahan
Fuji IX – Tambalan sewarna gigi. PDGI
penambalan gigi
3. Posisi pasien dan Cabang Wonogiri [Internet]. Available
operator from:
4. Pemberian http://pdgicabwngr.blogspot.co.id,
komunikasi diunduh 06, Januari, 2018.
terapeutik https://garrisondental.com/learning-
xxx
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
xxxi
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
24. Mengerjakan pencabutan 1. Indikasi dan kontra XI 100 Ceha-kartika (internet). (2015). Posisi pasien
pencabutan gigi gigi dengan indikasi pencabutan dan operator. Diunduh 2 Januari 2018.
dengan surface surface gigi dengan surface Dari http://dokumen.tips.
anastesi anastesi
anastesi Steadyhealth.com, 2017. Steady Health
2. Alat, bahan, dan [Internet]. Available from:
obat pencabutan www.steadyhealth.com, diunduh 24,
gigi
xxxii
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
xxxiii
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
xxxiv
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
www.steadyhealth.com.
www.klinikjoydental.com.(2017). fraktur
setengah mahkota (gigi tetap akar
tunggal) [Internet]. [cited 2017
November 24]. Available from:
www.klinikjoydental.com.
www.doomandbloom.net.(2017).
How to extract a tooth [Internet]. [cited 2017
February 05]. Available from:
www.doomandbloom.net.
27. Menyelesaikan Rujukan, 1. Kesesuaian antara XII 100 Bricker, S. L., Langlais, R. P., Miller, C. S.,
rujukan, evaluasi evaluasi rencana perawatan 1994, Oral Diagnosis, Oral Medicine, and
asuhan asuhan dan pelaksanaan Treatment Planning 2nd ed, A Waverly
keperawatan gigi keperawatan Company.
tindakan/implementa
dan mulut pasien gigi dan mulut
individu pasien individu si Davey P, 2006, At a Glance Medicine, Penerbit
2. Pencatatan evaluasi Erlangga, Jakarta.
pada kartu status Depkes RI, 2004, Standar Nasional Rekam Medik
pasien Kedokteran Gigi. Jakarta: Ditjend Yanmedik
Depkes RI; Jakarta.
28. Menyelesaikan dokumentasi a. Pencatatan setiap XII 100
dokumentasi asuhan tindakan yang Dipiro,J.T.,
asuhan keperawatan dilakukan terhadap Wells.,B.G.,Schwinghammer,T.L., Dipiro, C.
keperawatan gigi gigi dan mulut V., 2005, Pharmacotherapy Handbook,
pasien pada kartu
dan mulut pasien pasien individu The McGraw-Hill Companies, USA.
individu status
b. Penyimpanan kartu Grosssman, L.I., 1995, Ilmu Endodontik dalam
status Praktek Ed:11, Alih Bahasa: Rafiah Abyono.
xxxv
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Jakarta: EGC.
Isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson JD, Martin JB,
Kasper DL, Asdie AH(Ed), 1999,
Harrison: Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit
Dalam, EGC, Jakarta.
Redelmeier, Donald A., 2001, Problems for clinical
judgement: 2. Obtaining a reliable past
medical history, CMAJ, 164(6.
Roberson, T., Heymann H.O., Edward, J. S. Jr,
2006, Sturdevant’s Art and Science of
Operative Dentistry Fifth Edition, Mosby
Elsevier, Missouri.
Sherwood, I. A., 2010, Essentials of Operative
Dentistry, Jaypee Brothers Medical
Publisher, New Delhi.
Sriyono, N.W., 2011, Kumpulan Naskah Ilmiah
6, Seri II Ilmu Kesehatan Oral, Badan
Penerbit FKIK, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
Walton, R.E. dan Torabinejad M., 1998, Prinsip
dan Praktik Ilmu Endodonsi Ed:3, Alih
Bahasa Narlan Sumawinata
dkk., “Principle and Practice of
Endodontics”,Jakarata : EGC
Derby dan Wals 2003, Dental Hygiene Theory
xxxvi
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
xxxvii
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
BAB I
KONSEP DAN PROSES PELAYANAN
ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN
MULUT PADA INDIVIDU
Sisca Mardelita, S.Si.T, M. Kes
S elamat, anda sudah menyelesaikan bahasan-bahasan yang ada pada mata kuliah
konsep dasar 1, 2 dan 3. Sebelum masuk dalam praktikum mata kuliah asuhan
keperawatan gigi individu, mari kita review sedikit tentang konsep asuhan keperawatan
gigi dan mulut serta proses asuhan keperawatan gigi dan mulut. Sehingga anda akan lebih
mudah pada saat melaksanakan praktikum pada mata kuliah ini. Pada BAB I ini akan diajak
untuk mengingat kembali tentang konsep dental hygienist dan kebutuhan manusia dalam
melakukan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut.
Konsep Dental Hygiene memposisikan para klien sebagai pribadi-pribadi aktif yang
terlibat dalam proses klinik dental hygiene, karena pada akhirnya klien tersebut harus
melakukan tindakan pelihara diri dan memanfaatkan pelayanan kesehatan profesional
untuk mencapai kondisi kesehatan gigi dan mulut yang optimal. Dental hygiene
memfokuskan diri pada penyesuaian individu terhadap lingkungan dalam rangka
meningkatkan kesehatan gigi dan mulut serta mencegah terjadinya penyakit gigi dan
mulut.
Anda juga akan mempelajari kembali tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses
keperawatan gigi dan mulut. Dalam mempelajari modul ini, akan sangat bermanfaat bila
pengalaman anda sebagai perawat gigi digunakan dengan baik. Sehingga juga akan
membantu anda mengingat hal-hal yang sudah anda lakukan sebagai perawat gigi, dan
menyesuaikan kembali hal-hal yang mungkin terlewatkan dalam proses keperawatan
individu yang telah anda lakukan.
Dengan mempelajari BAB I ini anda diharapkan dapat mereview ingatan anda dalam
melaksanakan proses keperawatan. Materi dalam BAB I ini meliputi:
1
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
TOPIK 1
Konsep Pelayanan Asuhan
Keperawatan Gigi dan Mulut
2
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
3
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Organisasi IFDH tersebut bertujuan untuk mewakili dan memajukan profesi dental
hygienist dalam ruang lingkup internasional dengan jalan memfasilitasi forum-forum
pengembangan ilmiah dental hygiene yang diharapkan menjadi dasar pengembangan
organisasi profesi dental hygienist yang pada gilirannya diharapkan dapat mendorong
peningkatan status kesehatan gigi masyarakat secara luas (IFDH 2007). IFDH juga
menetapkan standar keilmuan, kompetensi dan etika bagi pelaksanaan praktek dental
hygiene bagi para anggotanya.
Menurut Darby dan Walsh, (2003) Dental hygiene dapat dipahami sebagai ilmu
pengetahuan dalam bidang kesehatan mulut preventif, termasuk di dalamnya adalah
manajemen perilaku untuk pencegahan penyakit gigi dan mulut serta peningkatan status
kesehatan gigi dan mulut. Sedangkan definisi lain disampaikan oleh Wilkins (2005) yang
menyebutkan bahwa dental hygiene adalah pelayanan kesehatan gigi yang diberikan oleh
dental hygienist profesional yang mencakup pelayanan preventif, pendidikan dan
pelayanan terapeutik yang bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan klien melalui
upaya pencegahan penyakit gigi dan upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
(promotif).
IFDH, (2007) memberikan batasan bahwa seorang dental hygienist adalah tenaga
kesehatan profesional yang merupakan lulusan dari lembaga pendidikan dental hygienist
yang terakreditasi yang bertugas melaksanakan pelayanan klinis, pendidikan, perencanaan
dan evaluasi pelaksanaan konsultasi kesehatan gigi, menyediakan layanan pencegahan
penyakit gigi dan mulut, memberikan perawatan penyakit gigi dan mulut, serta membantu
masyarakat dalam upaya pemeliharaan diri guna mencapai derajat kesehatan yang
4
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
optimal. Dental hygienist adalah tenaga kesehatan profesional yang fokus utama
pengabdiannya adalah upaya promotif kesehatan secara keseluruhan melalui pencegahan
penyakit. Dental hygienist juga merupakan tenaga kesehatan gigi dan mulut profesional
yang mempunyai lisensi untuk melakukan peran yang terintegrasi sebagai petugas klinik,
pendidik, pendamping bagi para pasien/ klien, manajer, agen perubahan, dan peneliti
dalam rangka mencegah penyakit gigi dan mulut serta meningkatkan derajat kesehatan
gigi dan mulut masyarakat (Darby dan Walsh, 2003).
Paradigma pelayanan klinis dental hygiene didasarkan pada filosofi dan karakteristik
profesional yang menggabungkan aspek-aspek pengembangan ilmu pengetahuan (konsep
dental hygene) berdasarkan riset yang mendalam, adanya otonomi dan batasan profesi
yang jelas serta orientasi pelayanan kepada klien dan masyarakat secara maksimal. Jadi,
tindakan dental hygiene ditujukan secara sungguh-sungguh untuk membantu klien untuk
mencapai derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan secara umum dan kualitas kehidupan seseorang dan lebih jauhnya
adalah kualitas kehidupan masyarakat.
Konseptualisasi dari tujuan praktek dental hygiene telah mengalami fase-fase evolusi
dimulai dari fase awal konsep dental hygiene yang dikemukakan oleh Dr. Fones pada
tahun 1930an. Dr. Fones menyebutkan bahwa tujuan praktek pelayanan dental hygiene
adalah sebagai jalur penyampaian ilmu kedokteran gigi dalam bidang kebersihan mulut
kepada masyarakat. Sejalan dengan perkembangan zaman, konsep dental hygiene juga
mengalami perubahan yang cukup signifikan, sampai kemudian Darby and Walsh, (2003)
menjabarkan bahwa tujuan praktek dental hygiene adalah untuk membantu individu-
individu dalam rangka memenuhi kebutuhannya melalui intervensi-intervensi yang
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan perilaku
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, sehingga pada gilirannya dapat mendorong
peningkatan status kesehatan gigi dan mulut sepanjang kehidupan individu-individu
tersebut.
Untuk memahami bagaimana implementasi klinis pelayanan kesehatan gigi
menggunakan konsep dental hygiene, terlebih dahulu harus dipahami pengertian-
pengertian dari konsep klien, lingkungan, konsep kesehatan gigi dan mulut serta
pelaksanaan tindakan dental hygiene.
Klien dalam konsep dental hygiene adalah penerima pelayanan kesehatan gigi
(dental hygiene) yang terdiri dari individu-individu, keluarga-keluarga, dan kelompok
masyarakat dari berbagai usia, jenis kelamin, serta status sosial ekonomi, agama, ras serta
budaya.
5
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
6
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Dalam bukunya Darby dan Walsh, (2003) mengemukakan suatu model yang
digambarkan dalam gambar 1.3 berikut ini:
7
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Klien
Lingkungan
Dari gambar tersebut dijabarkan bahwa pelayanan dental hygiene terdiri dari proses
pengkajian, penegakkan diagnosa, implementasi dan evaluasi yang terfokus kepada
penemuan masalah dalam pada klien. Masalah tersebut adalah tidak terpenuhinya
delapan kebutuhan manusia yang terkait dengan kesehatan gigi dan mulut klien. Dalam
pelaksanaan proses tersebut seorang dental hygienist harus memperhatikan konsep-
konsep tentang klien, konsep sehat sakit, konsep tindakan dental hygiene serta
lingkungan.
Konsep Dental Hygiene memposisikan para klien sebagai pribadi-pribadi aktif yang
terlibat dalam proses klinik dental hygiene, karena pada akhirnya klien tersebut harus
melakukan tindakan pelihara diri dan memanfaatkan pelayanan kesehatan profesional
untuk mencapai kondisi kesehatan gigi dan mulut yang optimal. Dental hygiene
memfokuskan diri pada penyesuaian individu terhadap lingkungan dalam rangka
meningkatkan kesehatan gigi dan mulut serta mencegah terjadinya penyakit gigi dan
mulut.
Kompetensi utama dental hygienist adalah mampu melaksanakan upaya
peningkatan kesehatan gigi dan mulut, melalui program-program promotif dan preventif.
Sedangkan kompetensi penunjangnya adalah seorang dental hygienist diharapkan
mampu menyuluh dalam upaya peningkatan derajat kesehatan gigi dan mulut, melakukan
pelatihan kader kesehatan gigi, membuat dan menggunakan media komunikasi,
menginstruksikan teknik menyikat gigi yang baik, melakukan scalling, melakukan topikal
aplikasi dan melakukan fissure sealant.
8
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Menurut Darby dan Walsh, (2003) Dental hygienist dipandang ahli dalam bidangnya,
konsultan intervensi kebersihan gigi yang sesuai, ahli dalam membuat keputusan
kesehatan gigi secara klinis, dan ahli dalam merencanakan, menerapkan evaluasi
komponen kesehatan gigi yang direkomendasikan dalam keseluruhan rencana perawatan.
Dalam hal ini, dental hygienist melakukan pelayanan asuhan kepada para klien.
Menurut Taylor, (1993) perspektif dari asuhan adalah suatu pelayanan yang
diberikan berpusat pada hubungan interpersonal. Asuhan dilakukan berawal dengan
mendengarkan keluhan klien, juga mendengar dan mengolah saran-saran dari orang lain
yang mengarah pada tanggung jawab profesional. Dengan mendengar data/informasi dari
klien, anda dapat mengetahui masalah-masalah yang dihadapi oleh klien tersebut. Selain
mendengarkan, perawat gigi dapat menggali keterangan-keterangan lain yang relevan
untuk mendukung pelaksanaan pelayanan asuhan yang akan diberikan.
Pelayanan asuhan keperawatan diberikan dengan tanggung jawab moral meliputi
simpati dan empati terhadap klien. Perawat gigi hendaknya tidak menganggap klien
sebagai penerima layanan, tetapi dapat berpartisipasi dalam proses pelayanan. Dalam
memberikan pelayanan yang berkualitas, perawat gigi harus memiliki komitmen yang
tinggi untuk memberikan pelayanan yang berkualitas berdasarkan standar perilaku dan
etika profesional.
Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah pelayanan kesehatan gigi dan
mulut yang terencana, ditujukan pada kelompok tertentu yang dapat diikuti dalam kurun
waktu tertentu diselenggarakan secara berkesinambungan dalam bidang promotif,
preventif dan kuratif sederhana yang diberikan kepada individu, kelompok dan
masyarakat.
Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pada individu dilakukan dalam rangka
tercapainya kemampuan pelihara diri di bidang kesehatan gigi dan mulut yang optimal,
diawali dari diri individu itu sendiri. Setiap orang hendaknya peduli dengan kesehatan diri
sendiri. Setelah individu tersebut peduli terhadap kesehatannya sendiri, diharapkan dapat
menjadi contok bagi orang lain, baik dalam keluarga maupun masyarakat dalam kesehatan
gigi dan mulut.
Kemampuan dasar yang diharapkan dalam kesehatan gigi dan mulut individu adalah;
a. Mampu memelihara kesehatan gigi dan mulut bagi diri sendiri,
b. Mampu melaksanakan pencegahan terjadinya penyakit gigi dan mulut bagi diri
sendiri,
c. Mampu mengidentifikasi kelainan-kelainan dalam bidang kesehatan gigi dan
mulut, serta mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasinya, dan
d. Mampu menggunakan sarana pelayanan kesehatan gigi yang tersedia.
9
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Sesuai dengan konsep dasar dari pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut, dalam
memberikan pelayanan asuhan, perawat gigi perlu memperhatikan 5 (lima) kebutuhan
dasar manusia yang diambil dari teori Maslow, (1943) yaitu:
1. Kebutuhan fisiologis; meliputi nutrisi dari makanan, cairan, oksigen, istirahat, tidur,
latihan, kebersihan dan lain lain.
2. Kebutuhan rasa aman (perlindungan), bebas dari ketakutan, aman dari tindakan
yang tidak sesuai dengan profesionalisme.
3. Kebutuhan rasa cinta, mendapat simpati dan empati dari pelayan kesehatan.
4. Kebutuhan aktualisasi diri (ingin dipuji) bekerja sesuai dengan bakat dan potensi
serta dilakukan dengan senang hati dan diakui orang lain.
5. Kebutuhan akan harga diri meliputi dihargai dalam pekerjaan, profesi, kecakapan
dalam lingkungan keluarga, kelompok dan masyarakat.
10
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
11
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
4. Integritas jaringan kulit dan jaringan mulut pada leher dan kepala
Kebutuhan untuk memiliki keutuhan dan fungsi yang baik dari jaringan leher dan
kepala termasuk mukosa mulut, membran-membran dan gingiva yang dipertahankan
atas serangan mikroba berbahaya, penyediaan informasi sensoris dan perlawanan
terhadap luka dan trauma. Hal ini senada dengan kebutuhan klien akan asupan gizi
yang baik.
12
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Kebutuhan untuk terhindar atau bebas dari ketidaknyamanan fisik yang diderita
seputar leher dan kepala.
Latihan
Setelah mempelajari tentang konsep pelayanan asuhan di atas, kerjakanlah latihan berikut
ini:
1. Jelaskan yang dimaksud dengan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pada
individu.
2. Jelaskan tentang apa yang dimaksud dengan konsep klien, lingkungan, kesehatan gigi
dan mulut serta tindakan dental hygiene dalam konsep dental hygiene?
3. Gambarkanlah konsep dental hygiene yang dikembangkan oleh Darby dan Walsh!
4. Jelaskan tentang hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow!
5. Jelaskan tentang kebutuhan dasar manusia yang sesuai dengan konsep dental hygiene!
6. Jelaskan tentang kemampuan dasar yang diharapkan mampu dilakukan individu dalam
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut.
Ringkasan
13
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
preventif dan kuratif sederhana yang diberikan kepada individu, kelompok dan
masyarakat.
Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pada individu dilakukan dalam rangka
tercapainya kemampuan pelihara diri di bidang kesehatan gigi dan mulut yang optimal,
diawali dari diri individu itu sendiri. Setiap orang hendaknya peduli dengan kesehatan diri
sendiri. Setelah individu tersebut peduli terhadap kesehatannya sendiri, diharapkan dapat
menjadi contok bagi orang lain, baik dalam keluarga maupun masyarakat dalam kesehatan
gigi dan mulut.
Tes 1
4. Rangkaian proses dari tindakan pelayanan dental hygienist yang digambarkan oleh
darby dan Walsh adalah kolaborasi antara:
A. Klien, Lingkungan, Kesehatan gigi dan Mulut dan Tindakan Dental Hygiene
B. Pengkajian, Diagnosa, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi
C. Klien dan Perawat Gigi
D. Klien dan Proses Keperawatan
14
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Daftar Pustaka
Darby M.L., dan Walsh, M., 2014, Dental Hygiene; Theory and Practice, Elsevier
Karmawati, I.A., Yulita, I., Pudentiana, . Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut, EGC,
Jakarta
Kemenkes, 2014, Buku Rekam Medik Kedokteran Gigi, Jakarta
Wyche, C.J., 2011. Terapis Gigi dan Mulut Diagnosis and Care Planning
15
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Topik 2
A. Pengkajian
B. Diagnosis Keperawatan Gigi
C. Perencanaan
D. Implementasi
E. Evaluasi
16
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
bantuan kepada klien tersebut. Proses keperawatan gigi dengan penekanan pada
partisipasi klien membuat seorang perawat gigi harus memahami nilai-nilai yang dianut
oleh klien dan juga harus menerapkan strategi terapeutik dan intervensinya.
Teori kebutuhan manusia yang diterapkan pada proses keperawatan gigi menjadi
landasan untuk seorang perawat gigi untuk membuat keputusan klinis dihubungkan
dengan kebutuhan untuk intervensi keperawatan gigi yang ketika diimplementasikan
dapat memuaskan atau mengatasi tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut dan
meningkatkan kualitas hidup individu, keluarga, masyarakat dan kelompok-kelompok
lainnya. Teori Kebutuhan manusia mendukung terhadap teori keperawatan gigi dan
filosofinya. Teori kebutuhan manusia merupakan kerangka kerja teoritis dalam angka
pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan gigi dan untuk melaksanakan pengambilan
keputusan klinis, pemecahan masalah dan penilaian pengambilan keputusan.
Berikut akan dibahas mengenai tahapan dalam proses asuhan keperawatan gigi
menurut konsep dental hygiene dengan teori kebutuhan dasar manusianya:
A. Tahap Pengkajian
Menurut para ahli dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1999), kata
“kajian” berasal dari kata “kaji” yang berarti pelajaran atau penyelidikan (tentang
sesuatu). Bermula dari pengertian kata dasar, kata “kajian” dapat diartikan sebagai
“Proses, cara, perbuatan mengkaji; penyelidikan (pelajaran yang mendalam);
penelaahan.
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang merupakan
kegiatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar
dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien, baik fisik mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1995). Pengkajian
17
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
18
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
19
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
20
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
2. Pengolahan Data
Secara umum, pengolahan data dapat diartikan dengan mengubah data ke
dalam bentuk yang lebih berarti berupa informasi sehingga dapat menjadi dasar
dalam memutuskan tindakan perawatan yang akan dilakukan kepada klien.
Pengolahan data dilakukan setelah semua data subjektif dan objektif dikumpulkan.
3. Analisa Data
Setelah pengolahan data, langkah selanjutnya adalah anda perlu menganalisa
data. Analisa data adalah upaya atau cara untuk mengolah data menjadi informasi
sehingga karakteristik data tersebut dapat dipahami dan bermanfaat untuk solusi
permasalahan. Dalam menganalisis data, diperlukan kemampuan mengaitkan data
dan menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan
untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan
keperawatan pasien.
B. Diagnosis
Diagnosis adalah kesimpulan dari pengkajian dan fokus kepada kebutuhan-
kebutuhan manusia yang dapat dipenuhi melalui pelayanan asuhan kesehatan gigi.
Ketika kebutuhan manusia dari klien tersebut di luar jangkauan pelayanan asuhan
keperawatan gigi maka klien harus dirujuk kepada tenaga kesehatan professional lain
yang sesuai.
21
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Diagnosis adalah suatu proses berpikir kritis berdasarkan data-data klinis klien
yang dianalisa dan ditandai oleh suatu pernyataan diagnosa. Dalam pelayanan asuhan
keperawatan gigi, diagnosis dapat diartikan sebagai analisis dari penyebab dan sifat
dari suatu masalah dan situasi atau pernyataan mengenai solusinya.
Ketika diagnosis keperawatan gigi telah valid, maka hal tersebut merupakan
faktor utama yang dapat membantu klien untuk mencapai pemenuhan kebutuhannya
untuk mencapai kondisi yang baik pada mulutnya melalui intervensi (tindakan)
keperawatan gigi yang layak.
C. Perencanaan
Merupakan tindakan penentuan tipe-tipe intervensi keperawatan gigi yang dapat
dilaksanakan (diimplentasikan) untuk mengatasi masalah klien dan membantu klien
mencapai pemenuhan kebutuhannya yang berhubungan dengan kesehatan gigi dan
mulut. Perencanaan juga merupakan kerangka kerja untuk pembuatan keputusan dan
menguji penilaian klinis dalam pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan gigi. Pada
dasarnya, perencanaan merupakan kesempatan untuk mengintegrasikan keputusan-
keputusan yang mendukung pencapaian tujuan dengan baik.
Sebagai seorang perawat gigi, anda perlu membuat perencanaan tentang asuhan
keperawatan yang menjadi tanggung jawab anda. Membuat rencana keperawatan dan
menentukan pendekatan yang digunakan bertujuan untuk memecahkan masalah
pasien. Rencana asuhan keperawatan yang dibuat seharusnya dapat mengurangi,
menghilangkan dan mencegah masalah gigi yang dihadapi pasien.
Penentuan tindakan dalam rencana perawatan yang akan dilakukan pada pasien
sangat tergantung dari diagnosa keperawatan gigi. Secara garis besar ada 5 (lima)
tahap dalam fase perencanaan asuhan keperawatan gigi yaitu menentukan prioritas,
mengidentifikasi intervensi, menetapkan tujuan dan kriteria hasil serta
mendokumentasikan perencanaan asuhan keperawatan.
Dalam perencanan, asuhan keperawatan gigi dan mulut juga dikelompokkan
berdasarkan jenis tindakan, yaitu promotif, preventif dan kuratif yang merupakan
kompetensi perawat gigi. tindakan promotif terdiri dari penyuluhan tentang
pemeliharaan kesehatan gigi. tindakan preventif terdiri dari pembersihan karang gigi,
oral prophylaxis, aplikasi fluor dan fissure sealing.
22
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Gambar 1.15 Menjelaskan pada pasien Rencana Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut
Sumber:hscfkunsoed.blogspot.co.id (diunduh 9 Maret 2018)
D. Implementasi
Dalam tahap implementasi atau tindakan pelaksanaan, anda akan menerapkan
semua perencanaan yang telah anda rancang secara khusus untuk memenuhi
kebutuhan pasien yang berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut. Implementasi
termasuk tindakan-tindakan yang dilaksanakan perawat gigi atau pihak lain dalam
23
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
rangka mencapai tujuan kesehatan gigi dan mulut pasien. Setiap tindakan yang
dilaksanakan dilakukan pencatatan dalam catatan pasien (medical record/client
record).
E. Evaluasi
Evaluasi memiliki pengertian penilaian terhadap sejumlah informasi yang
diberikan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Potter dan Perry, 2005).
Evaluasi dilakukan dengan memeriksa ulang proses asuhan keperawatan gigi dan
mulut yang telah dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan tersebut.
Tujuan evaluasi adalah menilai apakah perawatan sudah sesuai dengan
perawatan yang diharapkan oleh klien dan perawat. Dengan adanya evaluasi selama
proses perawatan, dapat dilakukan penyesuaian terhadap apa yang direncanakan.
Dalam keperawatan gigi dan mulut, tujuan evaluasi adalah untuk menentukan
perkembangan kesehatan pasien, menilai efektifitas, efisiensi, dan produktivitas
tindakan keperawatan yang telah diberikan, menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.
Evaluasi juga diberikan sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dalam
pelaksanaan pelayanan perawatan.
Latihan
1. Jelaskan 5 (lima) proses dalam asuhan keperawatan gigi.
2. Sebutkan dan jelaskan hal-hal yang dilakukan dalam proses pengkajian.
3. Jelaskan pemeriksaan subjektif dan objektif dalam proses pengkajian asuhan
keperawatan gigi.
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan diagnosis.
5. Jelaskan 5 (lima) tahapan dalam proses perencanaan.
Ringkasan
Dalam penerapan teori kebutuhan manusia, perawat gigi professional
menggunakan dasar pengetahuan ilmiah untuk menilai tidak terpenuhinya kebutuhan
manusia dari klien yang berhubungan dengan pelayanan asuhan keperawatan gigi,
memformulasikan (membuat) diagnosa keperawatan gigi, merencanakan dan
melaksanakan (implementasi) pelayanan asuhan keperawatan gigi serta mengevaluasi
hasil dari pelayanan. Tujuan utama dari penggunaan kerangka kerja kebutuhan manusia
dalam proses keperawatan gigi adalah untuk mengarahkan perawat gigi dalam menangani
perawatan klien secara ilmiah, manusiawi, menyeluruh dan memastikan bahwa pelayanan
24
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Tes 2
1. Tingkatan kebutuhan dasar manusia yang Benar menurut Maslow
a. Kebutuhan fisiologis, keamanan, aktualisasi diri, cinta dan memiliki,
pencapaian diri.
b. Kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta dan memiliki, pencapaian diri, aktualisasi
diri.
c. Kebutuhan fisiologis, cinta dan memiliki, keamanan, pencapaian diri, aktualisasi
diri.
d. Kebutuhan fisiologis, aktulisasi diri, cinta dan memiliki, keamanan, pencapaian diri.
2. Klien atau pasien membutuhkan keadaan bebas dari tekanan, merupakan kebutuhan
dari
a. Perlindungan terhadap resiko- c. Kondisi/kesan wajah yg sehat
resiko kesehatan d. Kondisi biologis gigi yang baik
b. Bebas dari stres
3. Data yang didapat dari mengajukan pertanyaan kepada pasien/klien disebut data :
a. Data Obyektif c. Data Sekunder
b. Data Subyektif d. Data Primer
Daftar Pustaka
Darby M.L., dan Walsh, M., 2014, Dental Hygiene; Theory and Practice, Elsevier
Karmawati, I.A., Yulita, I., Pudentiana, . Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gigi dan
Mulut, EGC, Jakarta
Kemenkes, 2014, Buku Rekam Medik Kedokteran Gigi, Jakarta
Wyche, C.J., 2011. Terapis Gigi dan Mulut Diagnosis and Care Planning
25
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
BAB II
PENGKAJIAN, DIAGNOSIS DAN
PERENCANAAN PELAYANAN ASUHAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT
INDIVIDU
Sisca Mardelita, S.Si.T, M. Kes
P ada BAB I telah dibahas tentang Konsep Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan
Mulut Individu dan Proses Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Individu. Pelayanan Asuhan
Kesehatan Gigi dan mulut yang ditujukan pada suatu kelompok tertentu atau individu
dalam kurun waktu yang dilaksanakan secara terencana, terarah, berkesinambungan
untuk mencapai taraf kesehatan gigi dan mulut yang optimal.
Dalam BAB II ini akan dijabarkan lebih dalam tentang Tahap Pengkajian, diagnosis
dan perencanaan dalam Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu. Pengkajian
kesehatan gigi adala seni mengumpulkan dan menganalisis data baik subjektif maupun
objektif. Tujuan dari proses perawatan kesehatan gigi adalah untuk menyediakan
kerangka kerja dimana kebutuhan individual pasien dapat terpenuhi; dan untuk
mengidentifikasi faktor penyebab atau faktor yang mempengaruhi suatu kondisi yang
dapat dikurangi, dihilangkan, atau dicegah oleh Terapis Gigi dan Mulut.
Tujuan setelah mengikuti mata kuliah ini Anda (mahasiswa) diharapkan dapat
menguasai pengetahuan konsep, proses, dan tahapan pelayanan asuhan kesehatan gigi
dan mulut individu. Pada tahapan pengkajian dimulai suatu hubungan antara perawat gigi
dan klien berupa hubungan kerjasama dengan mendorong perkembangan klien dalam
menyadari dan mengindetifikasi masalah dan membantu pemecahan masalah.
26
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
TOPIK 1
Tahap Pengkajian Asuhan Kesehatan Gigi dan
Mulut
Sisca Mardelita, S.Si.T, M. Kes
Tahap pengkajian adalah komponen pertama dari proses kebersihan gigi. Tahap ini
memberikan dasar untuk perawatan pasien dengan mengumpulkan data subjektif dan
objektif.
Pengkajian melibatkan pengumpulan dan analisis sistematis untuk mengidentifikasi
kebutuhan klien, dan masalah kesehatan mulut yang melibatkan sejarah medis dan gigi,
tanda vital, pemeriksaan ekstraoral dan intraoral, radiograf, indeks, dan penilaian risiko.
Kompetensi yang terkait dengan Penilaian Terapis Gigi dan Mulut mencakup kemampuan
untuk:
Therapeutic / Preventive Therapy
a. Kumpulkan data yang akurat dan lengkap secara umum, lisan, dan psikososial status
kesehatan klien
b. Gunakan penilaian dan metode profesional yang sesuai dengan prinsip etika medis
untuk melengkapi profil klien.
c. Mengidentifikasi klien yang inisiasi atau kelanjutan pengobatannya kontra-ditunjukkan
berdasarkan interpretasi riwayat kesehatan dan data klinis.
d. Identifikasi klien yang berisiko mengalami keadaan darurat medis dan gunakan strategi
untuk meminimalkan risiko tersebut.
e. Gunakan indeks kesehatan mulut yang sesuai untuk identifikasi dan pemantauan
individu dan kelompok berisiko tinggi.
f. Kenali pengaruh faktor penentu kesehatan terhadap status kesehatan mulut.
g. Diskusikan temuan dengan profesional kesehatan lainnya bila sesuai layanan
kesehatan gigi sedang dipertanyakan.
27
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam empat tahap kegiatan,
yang meliputi ; pengumpulan data, analisis data, sistematika data dan penentuan masalah.
Adapula yang menambahkannya dengan kegiatan dokumentasi data (meskipun setiap
langkah dari proses keperawatan harus selalu didokumentasikan).
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan
secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan
keperawatan dan kesehatan klien. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam
proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang
masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk
menentuan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien.
Karakteristik Data
a. Lengkap
Seluruh data diperlukan untuk mengidentifikasi masalah keperawatan klien. Data
yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah klien yang
adekuat. Misalnya klien tidak mau makan, kaji secara mendalam kenapa klien tidak
mau makan (tidak cocok makanannya atau kondisi fisiknya menolak untuk
makan/patologis, atau sebab-sebab yang lain).
28
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
suatu kondisi klien. Misalnya, klien tidak mau makan. Perawat tidak boleh langsung
menuliskan : klien tidak mau makan karena depresi berat. Diperlukan penyelidikan
lanjutan untuk menetapkan kondisi klien. Dokumentasikan apa adanya sesuai yang
ditemukan pada saat pengkajian.
c. Relevan
Pencatatan data yang komprehensif biasanya memerlukan banyak sekali data yang
harus dikumpulkan, sehingga menyita waktu perawat untuk mengidentifikasi.
1. Data subyektif adalah data yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang disampaikan
oleh pasien, data ini didapat dari klien, orang terdekat klien (orang tua, pengasuh)
ataupun komunitas dimana klien tersebut tinggal. Dengan kata lain, pemeriksaan
subyektif adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan jalan wawancara dengan
klien untuk mendapatkan data sebagai dasar pendukung penegakan diagnosa
serta rencana tindakan. Data subyektif lebih sukar diukur daripada data obyektif
dan meliputi gejala, perasaan serta kepercayaan klien yang dinyatakan klien
sehubungan dengan kesehatan mulut dan penyakit.
contoh:
Identitas pasien, keluhan pasien, riwayat kesehatan umum, riwayat kesehatan gigi.
2. Data objektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan
pemeriksaan dengan menggunakan standar yang berlaku misalnya,
pembengkakan, warna kulit, suhu tubuh, tekanan darah. Dengan kata lain,
pemeriksaan objektif adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan pengukuran,
pengamatan terhadap klien untuk mendapatkan data sebagai dasar penetapan
diagnosa serta rencana tindakan/ perawatan. Data ini biasanya lebih mudah
diukur sebab data-data tersebut nampak dan dapat langsung dikenali (diobservasi).
Data objektif ini terdiri dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan gigi dan mulut,
catatan medik klien dan observasi yang dilakukan oleh angota tim pelayanan
kesehatan.
29
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
a. Wawancara
Wawancara merupakan kumpulan informasi subjektif yang diperoleh dari apa yang
dipaparkan oleh pasien terkait dengan keluhan utama yang menyebabkan klien
mengadakan kunjungan ke klinik. wawancara diperoleh dari komunikasi aktif antara
perawat dan klien atau keluarga klien. Wawancara yang baik untuk seorang dewasa
mencakup keluhan utama, informasi mengenai kelainan yang dialami sekarang, riwayat
penyakit terdahulu, riwayat keluarga, dan informasi mengenai keadaan tiap sistem tubuh
pasien.
Dalam proses wawancara, menciptakan interaksi suportif akan mempercepat
pengumpulan informasi dan memicu pasien untuk memberikan penjelasan yang
menyeluruh. Hal tersebut merupakan bagian terpenting dari proses terapeutik.
Komponen anamnesis komprehensif akan menyusun informasi yang diperoleh dari
pasien menjadi lebih sistematis. Komponen anamnesis komprehensif mencakup:
1) Mencantumkan tanggal pengambilan anamnesis
Mencantumkan waktu pengambilan sangat penting dan pertama kali dilakukan
pada saat mencatat hasil anamnesis yang dilakukan pada pasien.
2) Mengidentifikasi data pribadi pasien
3) Tingkat Reliabilitas (Dapat dipercaya atau tidak)
Sebaiknya dicatat jika dapat diketahui. Komponen ini penting untuk menentukan
kualitas dari informasi yang diberikan oleh pasien dan biasanya ditentukan pada
akhir anamnesis. Pasien yang ragu-ragu dalam menjelaskan gejala yang dialami dan
tidak dapat menjelaskan secara detail apa yang dirasakan, mencerminkan bahwa
informasi yang diperoleh dari anamnesis tidak dapat dipercaya sepenuhnya.
Sebaliknya, pasien dengan yang menjelaskan keluhan yang dirasakan secara rinci
dan meyakinkan mencerminkan kualitas informasi yang dapat dipercaya.
4) Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan salah satu dari beberapa keluhan lainnya yang paling
dominan sehingga mengakibatkan pasien melakukan kujungan klinik. Keluhan
Utama adalah symptom subjektif atau masalah yang diutarakan pasien dengan
kata–katanya sendiri yang berhubungan dengan kondisi yang membuat pasien
pergi ke dokter. Keluhan utama harus dicatat dalam istilah yang digunakan pasien,
dan catatlah apabila pasien tidak memiliki keluhan utama atau tidak menyadari
adanya penyakit tetapi pergi ke dokter.
5) Anamnesis terpimpin
Anamnesis terpimpin merupakan infomasi yang lengkap, jelas, detail, dan bersifat
kronologik terkait dengan keluhan utama yang dialami pasien. Komponen ini harus
mencakupi awal keluhan, keadaan yang memicu terjadinya keluhan,
manifestasinya, dan pengobatan yang telah dilakukan. Gejala yang didapatkan
harus memiliki karakteristik yang menjelaskan (1) lokasi; (2) kualitas; (3) kuantitas
atau keparahan; (4) waktu yang mencakup awal, durasi, dan frekuensi; (5) keadaan
yang memicu terjadinya keluhan; (6) faktor lain yang memperberat atau
memperingan gejala; (7) gejala lain yang terkait dengan keluhan utama. Ketujuh
poin tersebut sangat penting diperoleh untuk memahami seluruh gejala pasien.
Harus diingat, informasi mengalir secara spontan dari pasien, tetapi mengorganisir
informasi tersebut merupakan tugas kita.
6) Pengobatan yang telah dikonsumsi sebaiknya didokumentasi, termasuk nama obat,
dosis, cara pemberian, dan frekuensi. Catat pula mengenai vitamin, mineral, atau
suplemen herbal, dan obat KB. Meminta pasien membawa seluruh obat yang
dikonsumsi merupakan ide yang baik agar anda dapat secara langsung melihat
obat apa yang digunakan. Alergi, termasuk reaksi spesifik untuk suatu pengobatan
seperti gatal atau mual, harus ditanyakan, begitupula alergi terhadap makanan,
serangga, atau faktor lingkungan lainnya. Untuk pasien dewasa tanyakan pula
mengenai kebiasaan merokok, termasuk jumlah dan jenis rokok yang dikonsumsi.
Jika ia telah atau pernah berhenti, tanyakan sejak kapan ia berhenti dan seberapa
lama.
30
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Tujuan dari wawancara adalah untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan
dan masalah keperawatan klien, serta untuk menjalin hubungan antara perawat dengan
klien. Selain itu wawancara juga bertujuan untuk membantu klien memperoleh informasi
dan berpartisipasi dalam identifikasi masalah dan tujuan keperawatan, serta membantu
perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut selama tahap pengkajian.
Teknik verbal meliputi pertanyaan terbuka atau tertutup, menggali jawaban dan
memvalidasi respon klien. Teknik non verbal meliputi : mendengarkan secara aktif, diam,
sentuhan dan kontak mata. Mendengarkan secara aktif merupakan suatu hal yang penting
dalam pengumpulan data, tetapi juga merupakan sesuatu hal yang sulit dipelajari.
1) Persiapan.
Sebelum melakukan komunikasi dengan klien, perawat harus melakukan persiapan
dengan membaca status klien. Perawat diharapkan tidak mempunyai prasangka buruk
kepada klien, karena akan mengganggu dalam membina hubungan saling percaya
dengan klien. Jika klien belum bersedia untuk berkomunikasi, perawat tidak boleh
memaksa atau memberi kesempatan kepada klien kapan mereka sanggup. Pengaturan
posisi duduk dan teknik yang akan digunakan dalam wawancara harus disusun
sedemikian rupa guna memperlancar wawancara.
4) Terminasi
31
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara dengan klien adalah :
b. Pengamatan / Observasi
1) Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita lakukan dijelaskan secara terinci kepada
klien (meskipun komunikasi terapeutik tetap harus dilakukan), karena terkadang
hal ini dapat meningkatkan kecemasan klien atau mengaburkan data (data yang
diperoleh menjadi tidak murni). Misalnya : “Pak, saya akan memeriksa gigi bapak
dalam beberapa menit” kemungkinan besar data yang diperoleh menjadi tidak
valid, karena kemungkinan klien akan berusaha untuk mengatur nafasnya.
2) Menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual klien
3) Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan, sehingga dapat dibaca dan
dimengerti oleh perawat yang lain.
2. Analisis Data
32
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
CONTOH PENGKAJIAN
I. Identitas Pasien
Nama Lengkap :
Tempat tgl Lahir :
Pekerjaan :
Alamat :
No. Telpon :
Jenis Kelamin :
Agama :
Bangsa :
Golongan Darah :
33
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Pertimbangan untuk Pemeriksaan Tanda Vital dalam Praktek Terapis Gigi dan Mulut:
a. Penderita mempunyai risiko hipertensi seumur hidup.
b. Hypertensi sering asimtomatik; disebut 'silent killer'
c. Tekanan darah harus selalu diberikan pada klien yang riwayat medisnya
menunjukkan adanya kebutuhan atau riwayat
d. Terapis Gigi dan Mulut perlu memastikan bahwa mereka tidak menempatkan
klien mereka pada risiko sebelum memulai perawatan gigi.
e. Jika riwayat klien jelas, Terapis Gigi dan Mulut didorong untuk melakukan
penilaian awal; prudent dan proaktif untuk memantau secara berkala.
34
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Contoh 2
Pasien datang memeriksakan giginya dengan keluhan gigi pada rahang bawah
sebelah kanan terasa ngilu bila kena makanan/minuman dingin/panas, rasa ngilu
hilang bila rangsangan dihilangkan.
Keluhan tersebut menggambarkan
a. Kedalaman karies sudah mengenai Dentin (2/3 email atau sampai batas dentino
enamel junction)/ KMD.
b. Dalam diagnosa kedokteran Gigi disebut HP (Hyperaemia pulpa)
Contoh 3
Pasien datang memeriksakan giginya dengan keluhan gigi pada rahang bawah
sebelah kiri berlubang tidak ada keluhan ngilu/ sakit
Keluhan tersebut menggambarkan
a. Kedalaman karies baru mengenai email (1/3 email) (KME)
b. Dalam diagnosa kedokteran Gigi disebut IP (Irritation pulpa)
35
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
36
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
37
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
KODE ICD10
2) Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui perabaan terhadap
bagian-bagian tubuh yang mengalami kelainan. Misalnya adanya tumor, oedema,
krepitasi (patah/retak tulang), dan lainnya.
38
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
c) Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan melakukan ketokan, dilakukan dengan
tangkai sonde atau kaca mulut. Caranya tangkai sonde diketokkan pada gigi
yang sehat terlebih dahulu baru kemudian gigi yang sakit dg ketokan yang
sama diketok dari segala arah, jika diketok dari arah buccal/labial terasa
sakit maka menandakan ada keradangan pada pulpa, jika dari arah occlusal /
incisal terasa sakit menandakan ada keradangan pada apex gigi.
d) Sondasi
39
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
f) Druk
Druk adalah pemeriksaan menekan dengan tangkai instrumen pada gigi yang
dikeluhkan, bisa juga penderita disuruh menggigit tangkai instrumen bila
memberikan reaksi berarti ada keradangan (periodontitis).
g) Mobilitiy
Mobility adalah pemeriksaan dengan cara menggoyangkan gigi dapat
dipergunakan dengan pinset derajat kegoyangan gigi
Pemeriksaan gigi dilakukan pada semua gigi geligi diperiksa dengan bantuan kaca
mulut dan sonde. Pemeriksaan dilakukan dari rahang atas kanan, atas kiri, bawah kiri
dan berakhir bawah kanan dan hasil pemeriksaan dicatat pada kartu status pasien
dengan menggunakan kode odontogram.
40
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
41
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Latihan
42
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Ringkasan
Tujuan dari proses perawatan kesehatan gigi adalah untuk menyediakan kerangka
kerja dimana kebutuhan individual pasien dapat terpenuhi; dan untuk mengidentifikasi
faktor penyebab atau faktor yang mempengaruhi suatu kondisi yang dapat dikurangi,
dihilangkan, atau dicegah oleh Terapis Gigi dan Mulut. Ada enam komponen dalam proses
perawatan kesehatan gigi (penilaian, diagnosis kebersihan gigi, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi, dan dokumentasi)
Diagnosis kesehatah gigi adalah komponen kunci dari proses dan melibatkan
penilaian data yang dikumpulkan, konsultasi dengan dokter gigi dan penyedia layanan
kesehatan lainnya, dan pengambilan keputusan yang berdasarkan informasi. Diagnosis
kebersihan gigi dan
Rencana perawatan dimasukkan ke dalam rencana komprehensif yang mencakup
kebutuhan kesehatan restoratif, kosmetik, dan mulut yang nilai pasiennya. Semua
komponen proses perawatan saling terkait dan bergantung pada penilaian dan evaluasi
hasil pengobatan yang sedang berjalan untuk menentukan kebutuhan akan perubahan
dalam rencana perawatan.
Tes 1
Studi Kasus
Keluhan Utama : Pasien datang ke klinik gigi dengan tujuan ingin di tambal dengan
keluhan gigi belakang kanan bawah terasa ngilu jika minum dingin dan makan yang asam
sejak ± 2 bulan yang lalu, sebelumnya pasien belum pernah dilakukan perawatan dan
sekarang tidak ada keluhan.
Setelah dilakukan pemeriksaan lanjutan pada gigi dan mulutnya, dimulai dari kuadran 1
ditemukan bahwa ada karies kecil tanpa keluhan pada gigi geraham 1 kanan atas bagian
oklusal. Pada gigi incisivus 1 kanan atas dan kiri atas, pada gigi geraham 1 kiri bawah, ada
sisa akar tanpa keluhan.
Buatlah odontogram dari kasus di atas!
Kunci Jawaban
11 [51] Sou Sou 21 [61]
16 O car Sou 26
17 Sou Sou 27
18 Sou Sou 28
43
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
48 sou Sou 38
47 sou Sou 37
46 O car rrx 36
Daftar Pustaka
Darby M.L., dan Walsh, M., 2014, Dental Hygiene; Theory and Practice, USA: Elsevier
Karmawati, I.A., Yulita, I., Pudentiana, . Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gigi dan
Mulut, Jakarta : EGC.
Kemenkes, 2014, Buku Rekam Medik Kedokteran Gigi, Jakarta : EGC
Wyche, C.J., 2011. Terapis Gigi dan Mulut Diagnosis and Care Planning, Jakarta : EGC
44
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Topik 2
Diagnosis Asuhan Kesehatan Gigi
Sisca Mardelita, S.Si.T, M. Kes
Ada 3 (tiga) komponen yang esensial dalam suatu diagnosa keperawatan yang telah
dirujuk sebagai bentuk PES (Gordon, 1987). ‘P’ diidentifikasi sebagai problem/masalah
kesehatan, ‘E’ menunjukkan etiologi/penyebab dari problem, dan ‘S’ menggambarkan
signs/sekelompok tanda dan gejala atau apa yang dikenal sebagai ‘batasan karakteristik’.
Ketiga bagian ini dipadukan dalam suatu pernyataan dengan menggunakan ‘yang
berhubungan dengan’.
Dalam kaitannya dengan keperawatan gigi dan mulut, maka diagnosa keperawatan
gigi dituliskan dengan cara berikut: ‘Problem’ yang berhubungan dengan ‘etiologi’
dibuktikan oleh ‘tanda-tanda dan gejala-gejala (batasan karakteristik)’.
45
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
46
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Tanda dan gejala menggambarkan apa yang klien/pasien katakan dan apa yang
diobservasi oleh Terapis Gigi dan Mulut yang mengidentifikasikan adanya masalah
tertentu. Merumuskan diagnosis kesehatan gigi dengan menggunakan pemecahan
masalah dan keterampilan membuat keputusan untuk mensintesis informasi.
CONTOH DIAGNOSA
47
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
48
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
sakit, mal)
sembuh/ Intra oral:
tidak sakit, berlubang)
sekarang - Gigi (ditemukan
tidak ada elemen gigi
keluhan, berlubang)
dll. - Inspeksi (ada
- Keluhan lubang, lokasi dan
tambahan: warnanya)
Kondisi/cuaca - Sondasi (lubang
yang yang dalam/karies
berpengaruh, propunda, reaksi
daya tahan lubang (-)
tubuh - Thermis dingin
berpengaruh, (tidak bereaksi dll)
keadaan - Thermis panas
psikologi (bereaksi)
berpengaruh. - Perkusi sakit (-)
- Pemeriksaan
lainnya, bila
diperlukan
49
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
- Dry Socket
8 Kelainan Gigi Kelainan Gigi lainnya: - - - Menghilangkan
lainnya: faktor penyebab
- Persistensi - Dirujuk ke
- Persistensi - Pericoronitis tenaga ahli
- Pericoronitis - Impaksi dengan adanya
- Impaksi - Agenisi kompensasi
- Agenisi - Paramolar
- Paramolar - Mesiodent
- Mesiodent - Resorbsi akar
- Resorbsi akar fisiologis
fisiologis - Calculus
- Calculus - Abrasi, Erosi,
- Abrasi, Erosi, Atrisi, dll
Atrisi, dll
Latihan
Kasus
Pasien datang ke klinik gigi dengan tujuan ingin di tambal dengan keluhan gigi depan kanan
atas terasa ngilu jika minum dingin dan makan yang asam sejak ± 3 bulan yang lalu,
sebelumnya pasien belum pernah dilakukan perawatan dan sekarang rasa ngilu masih terasa
sesekali tanpa ada rangsangan.
Kunci Jawaban:
Tidak terpenuhinya kebutuhan pasien akan kesehatan dan kenyamanan saat minum
dingin dan makan ditandai dengan rasa ngilu, disebabkan oleh adanya karies dentin
pada bagian mesial gigi 1.1.
Ringkasan
Diagnosis adalah kesimpulan dari pengkajian dan fokus kepada kebutuhan-
kebutuhan manusia yang dapat dipenuhi melalui pelayanan asuhan keperawatan gigi.
Ketika kebutuhan manusia dari klien tersebut di luar jangkauan pelayanan asuhan
keperawatan gigi maka klien harus dirujuk kepada tenaga kesehatan professional lain
yang sesuai. Diagnosis keperawatan gigi harus diprioritaskan untuk mengarahkan
tindakan keperawatan gigi selanjutnya. Diagnosis keperawatan gigi diperluas
berdasarkan kemungkinan bahwa pelayanan asuhan keperawatan gigi bersifat
individual dan terfokus daripada sesuatu yang bersifat ritual atau rutin. Diagnosis
keperawatan gigi harus diperkuat (divalidasi) untuk meyakinkan bahwa kebutuhan
manusia merupakan focus dari perencanaan pelayanan.
Diagnosis keperawatan gigi dapat dikatakan valid (absah) apabila :
50
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Tes 2
Kasus
Pasien datang ke klinik gigi dengan tujuan ingin dicabut giginya dengan keluhan gigi
geraham kiri bawah terasa sakit jika minum dingin dan masuk makan yang rasa
sakitnya telah dirasakan sejak sebulan yang lalu tetapi kemudian rasa sakitnya hilang
setelah beberapa menit, sebelumnya pasien belum pernah dilakukan perawatan dan
sekarang rasa sakit semakin terasa sehingga pasien sering terbangun pada malam hari
dan tidak bisa tidur.
Coba saudara analisa kasus di atas, dan buatlah kesimpulan sesuai dengan ilmu terapis
gigi dan mulut.
Kunci Jawaban:
Tidak terpenuhinya kebutuhan pasien akan kesehatan dan kenyamanan saat minum
dingin dan makan juga ketidaknyamanan emosi ditandai dengan rasa sakit, disebabkan
oleh adanya karies pulpa pada bagian oklusal gigi 3.6.
Daftar Pustaka
Darby M.L., dan Walsh, M., 2014, Dental Hygiene; Theory and Practice, USA: Elsevier
Karmawati, I.A., Yulita, I., Pudentiana, . Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gigi dan
Mulut, Jakarta : EGC.
Wyche, C.J., 2011. Terapis Gigi dan Mulut Diagnosis and Care Planning, Jakarta : EGC
51
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Topik 3
TAHAP PERENCANAAN ASUHAN KESEHATAN
GIGI DAN MULUT
Sisca Mardelita, S.Si.T, M. Kes
Rencana perawatan kesehatan gigi harus menjadi wahana perawatan yang aman,
berbasis bukti, sehat secara klinis, bermutu tinggi, dan setara. Rencananya harus
dipersonalisasi sesuai dengan kebutuhan kesehatan mulut unik seseorang, status
kesehatan umum, nilai, harapan, dan kemampuan. Saat merumuskan rencana tersebut,
hygienists gigi harus sensitif dan responsif terhadap budaya, usia, jenis kelamin, bahasa,
dan gaya belajar pasien. Mereka harus menunjukkan rasa hormat dan simpati terhadap
pilihan dan prioritas pasien secara individu.
52
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
tim perawatan kesehatan gigi berfokus pada kesehatan mulut klien. Tujuan utamanya
adalah mengendalikan penyakit mulut.
a. Fokus utama perencanaan adalah pada masalah actual atau potensial yang dapat
menimbulkan tidak terpenuhinya kebutuhan manusia dari klien yang berhubungan
dengan kesehatan mulut.
b. Sumberdaya yang tersedia pada Terapis Gigi dan Mulut dan klien mempengaruhi
prioritas perawatan
c. Prioritas klien berpengaruh kuat terhadap perencanaan
d. Penentuan prioritas dipengaruhi oleh dasar teori dan pengetahuan
e. Perencanaan dipengaruhi oleh peraturan/regulasi dari pemerintah mengenai
praktek dan standar praktek Terapis Gigi dan Mulut.
f. Tingkat pemenuhan kebutuhan manusia dari klien merupakan pedoman dari
perencanaan pelayanan asuhan keperawatan gigi.
Contoh:
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. TUJUAN PERENCANAAN
GIGI
53
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
karies
3 Gangguan fungsi Pasien dapat mengunyah 1. Lakukan rujukan ke
mengunyah sehubungan kembali tanpa gangguan dokter gigi untuk gigi
dengan rasa nyeri yang ditandai dengan: 36 dan 84
ditandai adanya lubang gigi 2. Lakukan pencabutan
- Lubang pada gigi 36 gigi 73
pada gigi 36 dengan KMP di
sudah diatasi
oklusal, gigi 73 persistensi
goyang derajat 2, dan gigi - Gigi 73 sudah dicabut
84 sisa akar. - Gigi 84 sudah diatasi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. TUJUAN PERENCANAAN
GIGI
Informed Consent
54
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Latihan
Ringkasan
Tes 3
Kasus
Keluhan Utama : Pasien datang ke klinik gigi dengan tujuan ingin di tambal dengan
keluhan gigi belakang kanan bawah terasa ngilu jika minum dingin dan makan yang asam
55
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
sejak ± 2 bulan yang lalu, sebelumnya pasien belum pernah dilakukan perawatan dan
sekarang tidak ada keluhan.
Setelah dilakukan pemeriksaan lanjutan pada gigi dan mulutnya, dimulai dari kuadran 1
ditemukan bahwa ada karies kecil tanpa keluhan pada gigi geraham 1 kanan atas bagian
oklusal. Pada gigi incisivus 1 kanan atas dan kiri atas, pada gigi geraham 1 kiri bawah, ada
sisa akar tanpa keluhan.
11 [51] sou Sou 21 [61]
12 [52] sou Sou 22 [62]
13 [53] sou Sou 23 [63]
14 [54] Sou Sou 24 [64]
15 [55] Sou Sou 25 [65]
16 O car Sou 26
17 Sou Sou 27
18 Sou Sou 28
V
48 sou Sou 38
47 sou Sou 37
46 O car Rrx 36
45 [85] sou Sou 35 [75]
44 [84] sou Sou 34 [74]
43[83] sou Sou 33[73]
42[82] sou Sou 32[72]
41[81] sou Sou 31[71]
Dari gambaran odontogram di atas, coba saudara buat perencanaan asuhan kesehatan
gigi dan mulut pasien.
Kunci Jawaban:
56
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Daftar Pustaka
Darby M.L., dan Walsh, M., 2014, Dental Hygiene; Theory and Practice, USA: Elsevier
Karmawati, I.A., Yulita, I., Pudentiana, . Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gigi dan
Mulut, Jakarta : EGC.
Wyche, C.J., 2011. Terapis Gigi dan Mulut Diagnosis and Care Planning, Jakarta : EGC
57
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
BAB III
TINDAKAN, EVALUASI DAN
DOKUMENTASI PELAYANAN ASUHAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT
INDIVIDU
Sisca Mardelita, S.Si.T, M. Kes
P Ada BAB I dan telah dibahas tentang konsep dasar asuhan pelayanan kesehatan
gigi dan mulut. Di BAB II telah dibahas secara mendalam tentang proses pengkajian,
diagnosa dan perencanaan pada pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu.
Anda juga telah mencoba menyelesaikan kasus sederhana yang berhubungan dengan
pengkajian, diagnosa dan perencanaan.
Pada BAB III ini akan dibahas juga tentang proses Tindakan keperawatan, evaluasi
dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan dan juga dokumentasi yang dilakukan
dalam setiap proses keperawatan yang dilakukan.
58
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
TOPIK 1
Tahap Tindakan Asuhan Kesehatan Gigi dan
Mulut
Sisca Mardelita, S.Si.T, M. Kes
Intervensi terdiri dari banyak aktivitas, mulai dari tindakan promotif, preventif,
kuratif maupun rujukan. Tindakan Promotif meliputi penyuluhan dan membimbing cara
menyikat gigi yang benar. Preventif terdiri dari pembersihan karang gigi, oral prophylaxis,
pengolesan larutan Fluor, dan fissure sealing. Tindakan Kuratif sesuai kompetensi Terapis
Gigi dan Mulut yaitu meliputi penambalan gigi 1 bidang dan 2 bidang, serta pencabutan
gigi non invasif. Apabila ditemukan kasus yang memerlukan perawatan di luar kompetensi
Terapis Gigi dan Mulut, maka pasien harus dirujuk ke dokter gigi.
A. Tindakan Promotif
Menurut Budiharto (2009) dalam Prasko (2011), Pendidikan kesehatan gigi (Dental
Health Education) merupakan salah satu program kesehatan gigi dengan tujuan
menanggulangi masalah kesehatan gigi di Indonesia. Program pendidikan kesehatan gigi
merupakan salah satu program yang harus dilaksanakan Pusat Kesehatan Masyarakat
secara terpadu dengan usaha kesehatan lainnya dan ditujukan kepada individu.
Menurut Herijulianti, dkk (2001), tujuan utama tindakan penyuluhan adalah
adanya perubahan perilaku dari masyarakat kearah perilaku sehat sehingga tercapai
derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal, tentunya perubahan perilaku yang diharapkan setelah menerima pendidikan
tidak dapat terjadi sekaligus.
59
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Herijulianti (2001) dalam Prasko (2011) dapat kita lihat bahwa ada beberapa faktor
yang mempengaruhi keberhasilan penyuluhan yaitu: komponen penyuluhan dan
pendekatan penyuluhan.
Yang dimaksud dengan komponen-komponen penyuluhan adalah sebagai berikut:
1. Penyuluh
Penyuluh adalah pihak yang memberikan pesan/ informasi kepada sasaran.
2. Sasaran
Sasaran adalah pihak yang menerima pesan/ informasi dari pihak penyuluh.
3. Pesan
Pesan adalah materi/ informasi yang disampaikan oleh penyuluh kepada sasaran (yang
disuluh). Pesan yang disusun harus disesuaikan dengan sasaran yang akan diberikan
penyuluhan. Supaya pesan dapat diterima oleh masyarakat atau sasaran, maka pesan
harus memenuhi syarat sebagai berikut : pesan harus jelas dan tidak rumit, bahasa
yang digunakan mudah dipahami, pesan harus singkat, pesan dapat diterima, artinya
tidak bertentangan dengan norma, adat istiadat, dan agama, pesan tersebut mudah
dilaksanakan, pesan diberikan sesuai dengan kebutuhan.
4. Media
Media adalah sarana untuk menyampaikan pesan penyuluhan kepada sasaran
sehingga mudah dimengerti oleh sasaran yang dituju. Jenis media yang dapat
digunakan untuk memberikan penyuluhan dapat dikelompokkan dalam dua bentuk
yaitu : media cetak jenis buku, misalnya buku pedoman, media cetak bukan jenis buku,
misalnya poster dan leaflet.
60
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Menurut Astoeti (2006) alat bantu atau media merupakan alat-alat yang
digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan/ pengajaran.
Sarwono (2007), menyatakan bahwa pendidikan kesehatan pada dasarnya adalah
proses mendidik individu atau masyarakat supaya mereka dapat memecahkan
masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Pendidikan kesehatan mencakup
kegiatan peningkatan kesadaran dan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan
dan rehabilitasi.
61
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
2. Penyuluhan kelompok
Penyuluhan kelompok adalah penyuluhan pada sekelompok individu yang mempunyai
ciri-ciri khusus, jumlah orangnya masih dapat dihitung, dan siapa saja orang dalam
kelompok tersebut masih dapat diketahui. Misalnya: kelompok kader kesehatan.
62
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
3. Penyuluhan massa
Penyuluhan masa adalah penyuluhan yang diberikan sekaligus kepada orang yang
jumlah tidak terhitung dan bias terdiri dari berbagai macam kelompok.
1. Penyuluhan tatap muka yaitu kelompok sasaran yang disuluh berhadapan langsung
dengan penyuluh. Yang termasuk dalam penyuluhan tatap muka adalah ceramah,
diskusi.
2. Penyuluhan non tatap muka yaitu kelompok sasaran tidak secara langsung
berhubungan denhgan penyuluh. Penyuluh berhubungan dengan kelompok sasaran
menggunakan medium/ perantara yang berupa media cetak seperti brosur, leaflet
ataupun media non cetak seperti kaset, film, dan sebagainya.
3. Penyuluhan campuran yaitu penyuluhan dilakukan dengan cara penggabungan antara
penyuluhan tatap muka dan non tatap muka, jadi dalam menyampaikan pesan,
penyuluh bertatap muka secara langsung juga menggunakan media cetak atau non
cetak sebagai pendukung.
B. Tindakan Preventif
Gigi merupakan salah satu organ tubuh manusia yang berfungsi sebagai alat
pencernaan, pembantu dalam pengucapan kata, pembentukan wajah yang salah satu
penunjang dalam kecantikan.
Manusia dapat kehilangan giginya akibat dari kerusakan dari pada gigi itu sendiri
atau kerusakan pada jaringan penyangganya sehingga gigi terlepas dari jaringan yang
menyangganya. Sedangkan kerusakan pada gigi dapat berupa keropos/karies atau
(karena trauma, misalnya benturan keras, jatuh).
63
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Pada zaman dahulu orang beranggapan bahwa keropos itu disebabkan oleh
adanya ulat yang memakan gigi. Dengan perkembangan zaman kita mengetahui
penyebab dari kerusakan, jaringan penyangga sehingga diperlukan usaha-
usaha/tindakan khusus untuk mencegahnya.
Untuk menunjang hal ini tentunya kita harus menguasai ilmu-ilmu yang lain
seperti Anatomi dan Pendidikan Kesehatan Gigi. Dengan mengetahui macam-macam
kerusakan gigi diharapkan masyarakat menyadari akan pentingnya kesehatan gigi dan
mulut dan melaksanakan cara-cara pencegahannya dalam kehidupan sehari-hari.
Secara umum, meningkatnnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan gigi dan
mulut akan menurunkan angka penyakit gigi dan mulut.
Ilmu pencegahan penyakit gigi dan mulut dibagi atas 3 (tiga), yaitu pencegahan
primer, sekunder dan tertier.
1. Pencegahan Primer
Adalah pencegahan penyakit dan dengan demikian terjadi apabila kliennya
sehat. ini dapat diarahkan pada masyarakat, kelompok dan individu. pencegahan
primer diarahkan kepada kelompok kecil atau besar dan Individu
Pencegahan primer untuk kelompok kecil atau besar kebanyakan
merupakan penyuluhan, meskipun dapat juga diambil pengaturan lain yaitu
contohnya flouridasi air minum dan aplikasi fluoride secara individual.
Penyuluhan dapat diberikan secara umum dan individu.
Penyuluhan umum mempunyai judul-judul umum contohnya : hal
makanan, kesehatan. Sementara itu penyuluhan terarah mempunyai judul
khusus, contohnya : Perlunya menghilangkan karang gigi dan pembatasan
makan makanan kecil
Pencegahan primer untuk individu dapat banyak macamnya, contohnya:
a. keinginan pembatasan makan makanan kecil
b. pemeriksaan periodik
c. pemberian instruksi tentang kesehatan mulut
d. penghilangan karang gigi dan memoles
2. Pencegahan Sekunder
64
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
3. Pencegahan Tersier
C. Tindakan Kuratif
Pengertian Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian
kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.
65
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Jenis Kuratif yang sesuai dengan Kompetensi Terapis Gigi dn Mulut adalah:
1. Tindakan Penambalan dengan Attraumatic Restorative Treatment (ART)
prinsip tambalan ART adalah:
a. Menghilangkan lesi karies menggunakan instrumen genggam (hand
instrument);
b. Mengembalikan bentuk kavita menggunakan bahan restorasi yang menempel
pada gigi.
66
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
5. Pencabutan Gigi Tetap Akar Tunggal atau Akar dua yang telah terpisah dengan
infiltrasi anasthesia.
Anda harus dapat mengidentifikasi kasus gigi tetap akar tunggal yang memenuhi
kriteria indikasi pencabutan dengan menggunakan anestesi infiltrasi. Selanjutnya
identifikasi keadaan umum pasien sesuai indikasi pencabutan gigi, sehingga Anda
dapat menentukan obat anestesi yang sesuai.
Latihan
1. Jelaskanlah komponen-komponen dalam penyuluhan
2. Dalam ilmu pencegahan, terdapat komponen pencegahan primer, jelaskan minimal 3
(tiga), contoh dari pencegahan primer pada individu.
3. Pada saat anda akan melakukan preparasi kavita gigi, anda memakai handpiece yang
dilengkapi dengan mata bor. Jelaskan fungsi dari masing-masing bor yang anda
pergunakan dalam preparasi gigi.
4. Klasifikasikan karies menurut G.V Black.
Ringkasan
Intervensi terdiri dari banyak aktivitas, mulai dari tindakan promotif, preventif,
kuratif maupun rujukan. Tindakan Promotif meliputi penyuluhan dan membimbing cara
menyikat gigi yang benar. Preventif terdiri dari pembersihan karang gigi, oral prophylaxis,
pengolesan larutan Fluor, dan fissure sealing. Tindakan Kuratif sesuai kompetensi Terapis
Gigi dan Mulut yaitu meliputi penambalan gigi 1 bidang dan 2 bidang, serta pencabutan
gigi non invasif. Apabila ditemukan kasus yang memerlukan perawatan di luar kompetensi
Terapis Gigi dan Mulut, maka pasien harus dirujuk ke dokter gigi.
67
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Tes 1
Studi Kasus
Keluhan Utama : Pasien datang ke klinik gigi dengan tujuan ingin di tambal dengan
keluhan gigi belakang kanan bawah terasa ngilu jika minum dingin dan makan yang
asam sejak ± 2 bulan yang lalu, sebelumnya pasien belum pernah dilakukan
perawatan dan sekarang tidak ada keluhan.
Tugas:
1. Buatlah pernyataan diagnosa dari kasus di atas.
2. Kasus di atas termasuk dalam tahap pencegahan apa dan klasifikasi karies kelas
berapa?
3. Persiapan apa yang anda lakukan dalam melakukan tindakan kuratif pada kasus
di atas.
Kunci Jawaban:
1. Tidak terpenuhinya kesehatan dan kenyamanan pasien saat minum dingin dan makan
ditandai rasa ngilu oleh adanya karies dentin pada oklusal gigi 4.6
2. Pencegahan Sekunder dan Klasifikasi Kelas I G.V Black.
a. Alat yang digunakan adalah; alat diagnosa, handpiece, mata bur, plastish,
instrument, agate spatula, papper pad.
b. Bahan yang digunakan: Bahan Tambalan GIC Fuji IX, dentin conditioner, varnish,
cotton pellet, cotton roll.
Daftar Pustaka
Darby M.L., dan Walsh, M., 2014, Dental Hygiene; Theory and Practice, Elsevier
Karmawati, I.A., Yulita, I., Pudentiana, . Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gigi dan
Mulut, EGC, Jakarta
Wyche, C.J., 2011. Terapis Gigi dan Mulut Diagnosis and Care Planning
68
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
www.pakar gigi.com. (2014). Cara Mencabut Gigi Sulung Pada Anak. [Internet]. [cited
2017 Nov 21]. Available from: http://www.pakargigi.com.
69
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Topik 2
EVALUASI PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN
GIGI INDIVIDU
Sisca Mardelita, S.Si.T, M. Kes
Dalam proses keperawatan, evaluasi adalah suatu aktivitas yang direncanakan, terus
menerus, aktifitas yang disengaja dimana klien, keluarga dan perawat serta tenaga
kesehatan professional lainnya menentukan:
Evaluasi dimulai dengan pengkajian dasar dan dilanjutkan selama setiap kontak
perawat dengan pasien. Frekuensi evaluasi tergantung dari frekuensi kontak yang
ditentukan oleh status klien atau kondisi yang dievaluasi.
Fungsi Evaluasi
Kriteria Evaluasi
Tehnik Evaluasi
1. Wawancara
Wawancara adalah menanyakan atau membuat tanya-jawab yang berkaitan
dengan masalah yang dihadapi oleh klien, biasa juga disebut dengan anamnesa.
Wawancara berlangsung untu menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan
masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan.
70
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Selama tahap kerja dalam wawancara, Terapis Gigi dan Mulut memfokuskan arah
pembicaraan pada masalah khusus yang ingin diketahui. Hal-hal yang perlu
diperhatikan :
d. Terminasi
Terapis Gigi dan Mulut mempersiapkan untu penutupan wawancara. Untuk itu
klien harus mengetahui kapan wawancara dan tujuan dari wawancara pada awal
perkenalan, sehingga diharapkan pada akhir wawancara Terapis Gigi dan Mulut
dan klien mampu menilai keberhasilan dan dapat mengambil kesimpulan
71
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
2. Pengamatan/observasi
a. Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita lakukan dijelaskan secara terinci
kepada klien (meskipun komunikasi terapeutik tetap harus dilakukan), karena
terkadang hal ini dapat meningkatkan kecemasan klien atau mengaburkan
data (data yang diperoleh menjadi tidak murni). Misalnya : “Pak, saya akan
menghitung nafas bapak dalam satu menit”. Kemungkinan besar data yang
diperoleh menjadi tidak valid, karena kemungkinan klien akan berusaha
untuk mengatur nafasnya.
b. Menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual klien
c. Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan, sehingga dapat dibaca dan
dimengerti oleh perawat yang lain.
3. Studi Dokumentasi
Komponen Evaluasi
Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 komponen (Pinnell dan Meneses, 1986,
hlm. 229-230) :
72
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
b) Standar Praktik
Standar asuhan keperawatan dapat digunakan untuk mengevaluasi praktik
keperawatan secara luas. Standar tersebut menyatakan hal yang harus
dilaksanakan dan dapat digunakan sebagai suatu model untuk kualitas
pelayanan. Standar harus berdasarkan hasil penelitian, konsep teori, dan dapat
diterima oleh praktik klinik keperawatan saat ini. Standar harus secara cermat
disusun dan diuji untuk menentukan kesesuaian dalam penggunaannya.
c) Pertanyaan Evaluatif
Untuk menentukan suatu kriteria dan standar, perlu digunakan pertanyaan
evaluative (evaluative questions) sebagai dasar mengevaluasi kualitas asuhan
keperawatan dan respons klien terhadap intervensi. Pertanyaan-pertanyaan
yang dapat digunakan untuk mengevaluasi :
1) Pengkajian : apakah dapat dilakukan pengkajian pada klien?
2) Diagnosis : apakah diagnosis disusun bersama dengan klien?
3) Perencanan : apakah tujuan telah diidentifikasi dalam perencanaan?
4) Implementasi : apakah klien mengetahui tentang intervensi yang akan
diberikan?
5) Evaluasi : apakah modifikasi asuhan keperawatan diperlukan?
Terapis Gigi dan Mulut professional yang pertama kali mengkaji data klien dan
menyusun perencanaan adalah orang yang bertanggung jawab dalam
mengevaluasi respon klien terhadap intervensi yang diberikan. Perawat lain yang
membantu memberikan intervensi kepada klien harus berpartisipasi dalam proses
evaluasi. Validitas informasi meningkat jika lebih dari satu orang yang ikut
melakukan evaluasi.
Terapis Gigi dan Mulut memerlukan ketrampilan dalam berfikir kritis, kemampuan
menyelesaikan masalah, dan kemampuan mengambil keputusan klinik.
Kemampuan ini diperlukan untuk menentukan kesesuaian dan pentingnya suatu
data dengan cara membandingkan data evaluasi dengan kriteria serta standar dan
menyesuaikan asuhan keperawatan yang diberikan dengan kriteria dan standar
yang sudah ada. Pada tahap ini perawat dituntut untuk dapat mengidentifikasi
faktor-faktor yang mungkin dapat memengaruhi efektifitas asuhan keperawatan.
Pertama kali yang perlu dilaksanakan oleh Terapis Gigi dan Mulut pada tahap ini
adalah menyimpulkan efektivitas semua intervensi yang telah dilaksanakan.
Kemudian menentkan kesimpulan pada setiap diagnosis yang telah dilakukan
intervensi. Yang perlu diingat disini adalah tidak mungkin membuat suatu
perencanaan 100% berhasil oleh karena itu memerlukan suatu perbaikan dan
perubhan-perubahan, sebaliknya tidak mungkin perencanaan yang telah disusun
100% gagal. Untuk itu diperlukan kejelian dalam menyusun perencanaan,
intervensi yang tepat, dan menilai respon klien setelah diintervensi seobjektif
mungkin.
73
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Pada tahap ini Terapis Gigi dan Mulut melakukan intervensi berdasarkan hasil
kesimpulan yang sudah diperbaiki dari perencanaan ulang, tujuan, kriteria hasil,
dan rencana asuhan keperawatan. Meskipun pengajian dilaksanakan secara rutin
dan berkesinambungan, aspek-aspek khusus perlu dikaji ulang dan penambahan
data untuk akurasi suatu asuhan keperawatan gigi.
Jenis Evaluasi
Setelah seorang Terapis Gigi dan Mulut melakukan seluruh proses keperawatan gigi
dari pengkajian sampai dengan evaluasi kepada pasien, seluruh tindakannya harus
didokumentasikan dengan benar dalam dokumentasi keperawatan gigi (kartu status
pasien).
RENCANA
No. KEGIATAN KENDALA
TINDAK LANJUT
Promotif :
Preventif :
74
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Latihan
Kasus
Pasien datang ke klinik gigi dengan tujuan ingin di tambal dengan keluhan gigi depan kanan
atas terasa ngilu jika minum dingin dan makan yang asam sejak ± 3 bulan yang lalu,
sebelumnya pasien belum pernah dilakukan perawatan dan sekarang rasa ngilu masih terasa
sesekali tanpa ada rangsangan.
Kunci Jawaban:
Tidak terpenuhinya kebutuhan pasien akan kesehatan dan kenyamanan saat minum dingin
dan makan ditandai dengan rasa ngilu, disebabkan oleh adanya karies dentin pada bagian
mesial gigi 1.1.
Ringkasan
Diagnosis adalah kesimpulan dari pengkajian dan fokus kepada kebutuhan-
kebutuhan manusia yang dapat dipenuhi melalui pelayanan asuhan keperawatan gigi.
Ketika kebutuhan manusia dari klien tersebut di luar jangkauan pelayanan asuhan
keperawatan gigi maka klien harus dirujuk kepada tenaga kesehatan professional lain
yang sesuai. Diagnosis keperawatan gigi harus diprioritaskan untuk mengarahkan
tindakan keperawatan gigi selanjutnya. Diagnosis keperawatan gigi diperluas
berdasarkan kemungkinan bahwa pelayanan asuhan keperawatan gigi bersifat
individual dan terfokus daripada sesuatu yang bersifat ritual atau rutin. Diagnosis
keperawatan gigi harus diperkuat (divalidasi) untuk meyakinkan bahwa kebutuhan
manusia merupakan focus dari perencanaan pelayanan.
Diagnosis keperawatan gigi dapat dikatakan valid (absah) apabila :
75
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Tes 2
Kasus
Keluhan Utama : Pasien datang ke klinik gigi dengan tujuan ingin di tambal dengan
keluhan gigi belakang kanan bawah terasa ngilu jika minum dingin dan makan yang
asam sejak ± 2 bulan yang lalu, sebelumnya pasien belum pernah dilakukan
perawatan dan sekarang tidak ada keluhan.
Setelah dilakukan pemeriksaan lanjutan pada gigi dan mulutnya, dimulai dari
kuadran 1 ditemukan bahwa ada karies kecil tanpa keluhan pada gigi geraham 1
kanan atas bagian oklusal. Pada gigi incisivus 1 kanan atas dan kiri atas, pada gigi
geraham 1 kiri bawah, ada sisa akar tanpa keluhan.
Kemudian setelah dilakukan diagnosa dan perencanaan, didapat hasil sebagai berikut:
Bagaimanakah cara anda mengevaluasi tindakan perawatan gigi yang telah dilakukan?
76
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Kunci Jawaban:
TINDAKAN
GIGI/ ASUHAN SOLUSI
RENCANA
TANGGAL KODE KEPERAWATAN KENDALA MENGATASI
PERAWATAN
ICD10 GIGI DAN KENDALA
MULUT
Daftar Pustaka
Darby M.L., dan Walsh, M., 2014, Dental Hygiene; Theory and Practice, Elsevier
Karmawati, I.A., Yulita, I., Pudentiana, . Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gigi dan
Mulut, EGC, Jakarta
Potter & Perry, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik,
Jakarta: EGC
Wyche, C.J., 2011. Terapis Gigi dan Mulut Diagnosis and Care Planning
77
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Topik 3
REKAM MEDIS/DOKUMENTASI ASUHAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT INDIVIDU
Sisca Mardelita, S.Si.T, M. Kes
Isi Rekam Medis merupakan catatan keadaan tubuh dan kesehatan, termasuk data
tentang identitas dan data medis seorang pasien. Secara umum isi Rekam Medis dapat
dibagi dalam dua kelompok data yaitu:
1. Data medis atau data klinis: Yang termasuk data medis adalah segala data tentang
riwayat penyakit, hasil pemeriksaan fisik, diagnosis, pengobatan serta hasilnya,
laporan dokter, perawat, hasil pemeriksaan laboratorium, rontgent dan sebagainya.
Data-data ini merupakan data yang bersifat rahasia (confidential) sebingga tidak dapat
dibuka kepada pibak ketiga tanpa izin dari pasien yang bersangkutan kecuali jika ada
alasan lain berdasarkan peraturan atau perundang-undangan yang memaksa
dibukanya informasi tersebut.
2. Data sosiologis atau data non-medis: Yang termasuk data ini adalah segala data lain
yang tidak berkaitan langsung dengan data medis, seperti data identitas, data sosial
ekonomi, alamat dsb. Data ini oleh sebagian orang dianggap bukan rahasia, tetapi
menurut sebagian lainnya merupakan data yang juga bersifat rahasia (confidensial).
78
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Pada saat seorang pasien berobat ke dokter, sebenarnya telah terjadi suatu hubungan
kontrak terapeutik antara pasien dan dokter. Hubungan tersebut didasarkan atas
kepercayaan pasien bahwa dokter tersebut mampu mengobatinya, dan akan
merahasiakan semua rahasia pasien yang diketahuinya pada saat hubungan tersebut
terjadi.
Dalam hubungan tersebut se«ara otomatis akan banyak data pribadi pasien tersebut
yang akan diketahui oleh dokter serta tenaga kesehatan yang memeriksa pasien tersebut.
Sebagian dari rahasia tadi dibuat dalam bentuk tulisan yang kita kenal sebagai Rekam
Medis. Dengan demikian, kewajiban tenaga kesehatan untuk menjaga rahasia kedokteran,
mencakup juga kewajiban untuk menjaga kerahasiaan isi Rekam Medis.
Pada prinsipnya isi Rekam Medis adalah milik pasien, sedangkan berkas Rekam Medis
(secara fisik) adalah milik Rumah Sakit atau institusi kesehatan. Pasal 10 Permenkes No.
749a menyatakan bahwa berkas rekam medis itu merupakan milik sarana pelayanan
kesehatan, yang harus disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5 tahun
terhitung sejak tanggal terakhir pasien berobat. Untuk tujuan itulah di setiap institusi
pelayanan kesehatan, dibentuk Unit Rekam Medis yang bertugas menyelenggarakan
proses pengelolaan serta penyimpanan Rekam Medis di institusi tersebut.
Dalam kepustakaan dikatakan bahwa rekam medis memiliki 5 manfaat, yang untuk
mudahnya disingkat sebagai ALFRED, yaitu:
1. Adminstratlve value: Rekam medis merupakan rekaman data adminitratif pelayanan
kesehatan.
2. Legal value: Rekam medis dapat.dijadikan bahan pembuktian di pengadilan
3. Financial value: Rekam medis dapat dijadikan dasar untuk perincian biaya pelayanan
kesehatan yang harus dibayar oleh pasien
4. Research value: Data Rekam Medis dapat dijadikan bahan untuk penelitian dalam
lapangan kedokteran, keperawatan dan kesehatan.
5. Education value: Data-data dalam Rekam Medis dapat bahan pengajaran dan
pendidikan mahasiswa kedokteran, keperawatan serta tenaga kesehatan lainnya.
Diantara semua manfaat Rekam Medis, yang terpenting adalah aspek legal Rekam
Medis. Pada kasus malpraktek medis, keperawatan maupun farmasi, Rekam Medis
merupakan salah satu bukti tertulis yang penting. Berdasarkan informasi dalam Rekam
Medis, petugas hukum serta Majelis Hakim dapat menentukan benar tidaknya telah
terjadi tindakan malpraktek, bagaimana terjadinya malpraktek tersebut serta menentukan
siapa sebenarnya yang bersalah dalam perkara tersebut.
Dokumentasi atau Rekam data gigi merupakan catatan mengenai apa yang ditemukan
dokter gigi atau Terapis gigi dan Mulut pada saat pasien datang dan kemudian tindakan
apa yang dilakukan termasuk perawatan yang dilakukan pada gigi dan mulut pasien.
Membuat rekam medik merupakan kewajiban seorang dokter gigi terhadap pasiennya
sebagai bukti tentang pelayanan kesehatan gigi yang telah diberikan kepada pasien. Saat
ini telah ditetapkan Standar Nasional Rekam Medik Kedokteran Gigi yang disusun bersama
oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, bersama-sama dengan Fakultas Kedokteran
Gigi baik Swasta maupun Pemerintah di seluruh Indonesia serta profesi-profesi terkait dan
Kepolisian Negara RI.
79
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Dalam rekam medik gigi, data-data penting yang perlu dicatat, dirangkum dalam lembar
rekam medik gigi sehingga berfungsi sebagai check list agar selalu dapat diperiksa :
1. Identitas Pasien
2. Keadaan Umum Pasien
3. Odontogram
4. Data Perawatan Kedokteran Gigi
5. Nama Dokter Gigi/ Terapis Gigi dan Mulut yang merawat.
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : T
Pekerjaan : PNS
Alamat Kantor : Jl. Lebak Bulus III No. 1 Cilandak Barat JakSel
2. ANAMNESA
Keluhan Utama : Pasien datang ke klinik gigi dengan tujuan ingin di tambal dengan
keluhan gigi belakang kanan bawah terasa ngilu jika minum dingin dan makan yang
asam sejak ± 2 bulan yang lalu, sebelumnya pasien belum pernah dilakukan
perawatan dan sekarang tidak ada keluhan.
Keluhan Tambahan:
Mulut terasa bau dan gusi mudah berdarah ……………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………….............................
.............
3. RIWAYAT KESEHATAN UMUM
Golongan darah : ........
80
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Permukaan labial/buccal
Permukaan kunyah
3) Menurut pasien bagaimana cara memelihara kesehatan gigi dan mulut selain
menyikat gigi: Bersiwak..............................................................
81
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
12,11,21,22 Anterior - -
bawah
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23
24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33
34 35 36 37 38
Debris Calculus
2 0 2 Skor 1 0 1
16 11 26 Gigi Indeks RA 16 11 26
46 31 36 Gigi Indeks RB 46 31 36
2 1 2 Skor 1 0 1
82
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
PRE
PRE
48 PRE PRE 38
47 O car Sou 37
46 sou Sou 36
45 [85] sou Sou 35 [75]
44 [84] sou Sou 34 [74]
43[83] sou Sou 33[73]
42[82] sou sou 32[72]
41[81] sou sou 31[71]
83
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
SINGKATAN TAMBAHAN :
KODE ICD10
: K 046
Persistensi : K 006 Abses RA Gangrenpulpa : K 041
84
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
Gigi susu :
d : -
e : -
f : -
def-t : -
5) Pengolahan Data:
def-t ≤1 - - - -
Terlihat karies
16 (-) (-) - - - Gigi tidak ada
email di distal
keluhan
Terlihat karies
Gigi tidak ada
27 email di oklusal (-) (+) - - -
keluhan
85
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
RENCANA
GIGI/ PERAWATAN
KEMUNGK
KODE DIAGNOSIS INDIKAT TANG
INAN KOMP TUJUAN
ICD1 WATGILUT RASIO OR GAL
PENYEBAB ETEN
0 NAL
SI
86
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
87
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
88
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu
89
Latihan
1. Jelaskan Aspek yang perlu dicatat/ dibuatkan rekam medik dalam proses asuhan
kesehatan gigi dan mulut.
2. Rekam medik mempunyai 5 (lima) manfaat yang disebut ALFRED, coba saudara
jelaskan satu per satu.
Ringkasan
Dokumentasi atau Rekam data gigi merupakan catatan mengenai apa yang ditemukan
dokter gigi atau Terapis gigi dan Mulut pada saat pasien datang dan kemudian tindakan
apa yang dilakukan termasuk perawatan yang dilakukan pada gigi dan mulut pasien.
Membuat rekam medik merupakan kewajiban seorang dokter gigi terhadap pasiennya
sebagai bukti tentang pelayanan kesehatan gigi yang telah diberikan kepada pasien. Saat
ini telah ditetapkan Standar Nasional Rekam Medik Kedokteran Gigi yang disusun bersama
oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, bersama-sama dengan Fakultas Kedokteran
Gigi baik Swasta maupun Pemerintah di seluruh Indonesia serta profesi-profesi terkait dan
Kepolisian Negara RI.
Dalam rekam medik gigi, data-data penting yang perlu dicatat, dirangkum dalam lembar
rekam medik gigi sehingga berfungsi sebagai check list agar selalu dapat diperiksa :
1. Identitas Pasien
2. Keadaan Umum Pasien
3. Odontogram
4. Data Perawatan Kedokteran Gigi
5. Nama Dokter Gigi/ Terapis Gigi dan Mulut yang merawat.
Tes 3
Kasus
Keluhan Utama : Pasien datang ke klinik gigi dengan tujuan ingin di tambal dengan
keluhan gigi belakang kanan bawah terasa ngilu jika minum dingin dan makan yang
asam sejak ± 2 bulan yang lalu, sebelumnya pasien belum pernah dilakukan
perawatan dan sekarang tidak ada keluhan.
Setelah dilakukan pemeriksaan lanjutan pada gigi dan mulutnya, dimulai dari
kuadran 1 ditemukan bahwa ada karies kecil tanpa keluhan pada gigi geraham 1
kanan atas bagian oklusal. Pada gigi incisivus 1 kanan atas dan kiri atas, pada gigi
geraham 1 kiri bawah, ada sisa akar tanpa keluhan.
Buatlah rekam medik pasien tersebut secara lengkap, mulai dari proses pengkajian
sampai dengan evaluasi.
90
Kunci Jawaban:
Lihat contoh dari materi, maka anda diharapkan dapat mengidentifikasi dan
mendokumentasikan tiap proses keperawatan.
Daftar Pustaka
Darby M.L., dan Walsh, M., 2014, Dental Hygiene; Theory and Practice, Elsevier
Karmawati, I.A., Yulita, I., Pudentiana, . Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gigi dan
Mulut, EGC, Jakarta
nurdiariani.blogspot.co.id/2011/11/contoh-format-rekam-medik_19.html
Wyche, C.J., 2011. Terapis Gigi dan Mulut Diagnosis and Care Planning
91
BAB IV
PENGKAJIAN PELAYANAN ASUHAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT
INDIVIDU
Sulur Joyo Sukendro, S.SiT,M.Kes
Pendahuluan
S audara-saudara mahasiswa, salam sukses untuk Anda semua. Pada bab sebelumnya
Anda sudah mempelajari konsep, proses, dan tahapan pelayanan asuhan kesehatan gigi
dan mulut individu.
Pada bab ini Anda akan mempelajari dua topik yang meliputi pemeriksaan subyektif
pada klien individu, dan pemeriksaan obyektif pada klien individu. Kedua tindakan
tersebut dilakukan sebagai tindakan pengkajian pelayanan asuhan kesehatan gigi dan
mulut individu.
Pemeriksaan subyektif adalah cara mengumpulkan data berdasarkan keluhan gigi
dan mulut dari klien. Anda akan mempelajari tahapan pemeriksaan subyektif yang
meliputi pengumpulan data identitas klien; keluhan klien; riwayat kesehaan umum;
riwayat kesehatan gigi. Pemeriksaan obyektif adalah cara mengumpulkan data
berdasarkan kondisi gigi dan mulut klien. Anda akan mempelajari tahapan pemeriksaan
obyektif yang meliputi pemeriksaan ekstra oral; pemeriksaan intra oral; penilaian risiko
penyakit gigi dan mulut; pemeriksaan gigi geligi.
Tujuan setelah mengikuti mata kuliah ini Anda (mahasiswa) mampu melakukan
pengkajian berupa pemeriksaan subyektif dan obyektif pada klien pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut individu sesuai prosedur.
Namun demikian sebelum Anda melakukan praktik pengkajian pada klien pelayanan
asuhan kesehatan gigi dan mulut individu di klinik, Anda sudah harus menguasai
pengetahuan konsep, proses, dan tahapan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
individu. Untuk itu persiapkan diri Anda dengan mempelajari kembali ilmu-ilmu di atas,
sebagai bekal untuk melakukan pengkajian berupa pemeriksaan subyektif dan obyektif
pada klien pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu.
Pada tahapan pengkajian dimulai suatu hubungan antara perawat gigi dan klien berupa
hubungan kerjasama yang ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan
pengamalan dalam membina hubungan yang terapeutik. Dalam prosesnya, perawat gigi membina
hubungan sesuai dengan tingkat perkembangan klien dengan mendorong perkembangan klien
dalam menyadari dan mengindetifikasi masalah dan membantu pemecahan masalah.
92
Proses berhubungan perawat gigi dengan klien dapat dibagi dalam 4 tahap yaitu tahap pra
interaksi, tahap orientasi, tahap kerja, dan tahap terminasi. Penjelasan dari empat tahapan
tersebut adalah sebagai berikut :
93
kesehatan klien merupakan kekuatan untuk menciptakan rasa percaya pada
klien.
c. Identification of problem and goals
Pada awal bertemu dengan klien, pada saat itu pula perawat telah memulai
mengkaji status kesehatan klien melalui pengamatan dan interaksi yang
terjadi, perawat mulai membuat diagnosis masalah yang dihadapi klien.
d. Clarification of role
setelah masalah teridentifikasi, perawat dan klien bersama-sama
menetapkan tujuan yang akan dicapai. Ketika klien mampu berpartisipasi
dalam pembuatan tujuan tersebut dan memahami keuntungan yang akan
diraih, intervensi keperawatan yang dilakukan akan lebih efektif
e. Contract formation
perawat melakukan kontrak kerja dengan klien berdasarkan tujuan yang
sudah disepakati
C. Tahap kerja
1 Tahap ini merupakan inti hubungan perawat dengan klien yang terkait dengan
pelaksanaan rencana tindakan yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
2 Perawat harus bekerja keras untuk memenuhi tujuan yang ditetapkan pada tahap
sebelumnya.
3 Terbagi dalam 2 kegiatan pokok, yaitu :
a. Menyatukan proses komunikasi dengan tindakan keperawatan.
b. Membangun suasana yang mendukung untuk proses perubahan.
4 Fokus tahap ini adalah merubah perilaku mal adaptif menjadi adaptif
D. Tahap terminasi
1 Merupakan akhir pertemuan perawat dan klien
2 Meliputi : evaluasi hasil kegiatan dan evaluasi tindak lanjut
Proses berhubungan perawat gigi dengan klien tersebut dimulai pada dimulai saat pengumpulan
data.
94
Informasi yang diperlukan meliputi :
A. Sumber data primer, adalah data-data yang dikumpulkan dari klien, yang dapat
memberikan informasi yang lengkap tentang masalah kesehatan dan keperawatan
yang dihadapinya.
B. Sumber data Sekunder, adalah data-data yang diumpulkan dari orang terdekat klien
(keluarga), seperti orang tua, saudara, atau pihak lain yang mengerti dan dekat dengan
klien
C. Sumber data lainnya, catatan klien (perawatan atau rekam medis klien) yang
merupakan riwayat penyakit dan perawatan klien di masa lalu.
A. Wawancara
Wawancara adalah menanyakan atau membuat tanya-jawab yang berkaitan dengan
masalah yang dihadapi oleh klien, biasa juga disebut dengan anamnesa. Wawancara
berlangsung untu menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang
dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan. Teknik
pengumpulan data yang kurang efektif :
1. Pertanyaan tertutup : tidak ada kebebasan dalam mengemukakan pendapat /
keluhan / respon. contoh : Apakah Anda menyikat gigi dua kali sehari ?.
2. Pertanyaan terrarah : secara khas menyebutkan respon yang diinginkan.
Contoh : Anda setuju bukan?
3. Menyelidiki : mengajukan pertanyaan yang terus-menerus
4. Menyetujui / tidak menyetujui. Menyebutkan secara tidak langsung bahwa
klien benar atau salah. Contoh : Anda tidak bermaksud seperti itu kan?
Untuk itu gunakan selalu pertanyaan terbuka, seperti sebutkan nama dan
tanggal kelahiran anda?, berapa kali keluhan rasa sakit timbul dalam sehari?
B. Observasi
Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data
tentang masalah kesehatan umum dan kesehatan gigi dan mulut klien. Observasi
dilakukan dengan menggunakan penglihatan dan alat indra lainnya, penglihatan,
perabaan/sentuhan, pendengaran.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi adalah :
1. Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita lakukan dijelaskan secara terinci
kepada klien (meskipun komunikasi terapeutik tetap harus dilakukan), karena
terkadang hal ini dapat meningkatkan kecemasan klien atau mengaburkan data
(data yang diperoleh menjadi tidak murni). Misalnya : Pak, saya akan
95
menghitung nafas bapak dalam satu menit`, kemungkinan besar data yang
diperoleh menjadi tidak valid, karena kemungkinan klien akan berusaha untuk
mengatur nafasnya.
2. Menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual klien
3. Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan, sehingga dapat dibaca dan
dimengerti oleh perawat yang lain.
C. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik klien untuk menentukan
masalah kesehatan klien. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan berbagai cara,
diantaranya adalah
1. Inspeksi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh dan
rongga mulut yang diperiksa melalui pengamatan. Hasilnya seperti : kulit
kebiruan (sianosis), wajah yang tidak simetris, , dll
2. Palpasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui perabaan terhadap bagian-
bagian tubuh yang mengalami kelainan. Misalnya adanya tumor, oedema,
krepitasi pada tulang rahang, dll.
3. Aukultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui pendengaran. Biasanya
menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan
adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
4. Perkusi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengetuk bagian tubuh/gigi
geligi menggunakan tangan atau alat bantu, Contohnya seperti ujung kaca
mulut yang digunakan untuk mengetuk gigi geligi yang dikeluhkan klien.
5. Studi Dokumentasi
Berdasarkan hasil analisa dari rekam medik kesehatan klien pada waktu
lampau hingga aktual
Dalam proses pengumpulan data, ada beberapa format yang dapat dipakai sebagai acuan,
antara lain format SOAPIE, catatan fokus,dan Catatan SOAP-TOPE.
A. Format SOAPIE
SOAPIE merupakan metoda sistematis untuk mencatat beberapa peristiwa perawatan.
Singkatan SOAPIE ini terdiri dari S (data subjektif), O (data objektif), A (analisis atau
diagnosa), P (perencanaan), I (implementasi), dan E (evaluasi). Adapun penjelasan dari
SOAPIE adalah sebagai berikut :
S : SUBJEKTIF adalah catatan berhubungan dengan masalah dari sudut pandang
klien. Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai
kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa. Pada orang
yang bisu, di bagian data di belakang “S” diberi tanda “0” atau “X” ini
menandakan orang itu bisu. Data subyektif menguatkan diagnosa yang akan
dibuat.
96
O : OBYEKTIF adalah data atau bukti gejala klinis klien dan fakta yang berhubungan
dengan diagnosa. Data phisiologi, obserfasi yang jujur , informasi kajian teknologi
(hasil laboratorium, sinar X, rekamam EKG, dll ) dapat digolongkan kategori ini .
Apa yang di obserfasi oleh perawat gigi akan menjadi komponen penting dari
diagnose yang akan ditegakkan. Catatan ini menggambarkan pendokumentasian
hasil pemeriksaan fisik lain, hasil pemeriksaan laboratorium dan test diagnostic
lainnya yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung asuhan atau
menegakan diagnosa.
A : ASSESMENT adalah pengkajian yaitu masalah atau diagnosa yang ditegakkan
berdasarkan data atau informasi subyektif dan obyektif yang dikumpulkan dan
disimpulkan. Karena keadaan disimpukan secara berpisah-pisah, maka proses
pengkajian adalah sesuatu yang penting dalam mengikuti perkembangan klien
dan menjamin sesuatu perubahan baru cepat diketahui dan dapat diikuti
sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
P : PLANNING adalah membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang, ini
untuk mengusahakan mencapai kondisi klien sebaik mungkin atau menjaga
/mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu
dari kebutuhan klien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan
yang diambil harus membantu klien mencapai kemajuan dalam kesehatan dan
harus mendukung rencana dokter gigi jika melakukan kolaborasi.
I : IMPLEMENTASI adalah pelaksanaan rencana tindakan untuk mengatasi masalah,
keluhan, atau mencapai tujuan klien. Tindakan ini harus disetujui oleh klien
kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan klien. Oleh
karena itu, pilihan klien harus sebanyak mungkin menjadi bagian dari proses ini.
Apabila kondisi klien berubah, intervensi mungkin juga harus berubah atau
disesuaikan.
E : EVALUASI adalah tafsiran dari efek tentang tindakan yang telah diambil adalah
penting untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisa dari hasil yang
dicapai menjadi fokus dari penilaian ketepatan tindakan. Kalau tujuan tidak
tercapai, proses evaluasi dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan
alternatif sehingga dapat mencapai tujuan.
B. Catatan fokus
Catatan fokus memakai singkatan Fokus DAR, yaitu Data, Aksi/tindakan, dan Respons,
untuk mencatat data perawatan. Berikut merupakan contohnya:
Fokus : Ketakutan yang berhubungan dengan kemungkinan efek negatif karena
pembersihan karang gigi.
D : Klien menyatakan “Saya takut sesuatu yang mengerikan saat pembersihan karang
gigi akan terjadi.”
C. Catatan SOAP-TOPE
Catatan SOAP-TOPE merupakan metoda sistematis untuk mencatat asuhan kesehatan
gigi. Singkatan SOAP-TOPE ini terdiri dari S (Subjective : data subyektif), O (Objective :
data obyektif), A (Assessment : analisis atau diagnosa), P (Plan : perencanaan), T
97
(Treatment : tindakan/implementasi), O(Oral Hygiene Education : pendidikan
kesehatan gigi), P (Personal Notes : Catatan perawatan pribadi) dan E (Exam : Latihan
menjaga kesehatan gigi). Adapun penjelasan dari SOAP-TOPE adalah sebagai berikut :
S : SUBYEKTIF adalah catatan berhubungan dengan keluhan pasien dan gejala yang
dilaporkan, seperti saat rasa nyeri/linu, sakit, berapa lama hal itu terjadi, kapan
dan di mana keluhan itu terjadi, dan lain-lain. Bagian ini juga mencakup catatan
riwayat kesehatan gigi dan mulut saat pasien datang.
O : OBYEKTIF adalah catatan berhubungan dengan hasil pemeriksaan sebenarnya
dari tekanan darah, kondisi kesehatan pasien saat ini, temuan pemeriksaan
ekstra dan intra oral, radiograf, mobilitas, perkusi, tes dingin, deskripsi gingiva ,
dan deskripsi singkat pemeriksaan jaringan periodontal.
A : Assessment adalah catatan berhubungan dengan penilaian / analisis / diagnosa
kebersihan gigi berdasarkan semua temuan sebelumnya.
P : Planing adalah catatan berhubungan dengan rencana tindakan saat itu atau yang
akan datang, ini untuk mengusahakan mencapai kondisi klien sebaik mungkin
atau menjaga /mempertahankan kesehaan gigi dan mulutnya.
T : Treatment : tindakan/implementasi adalah catatan berhubungan dengan asuhan
kesehatan gigi dan mulut berupa oral propilaksis, fluoride, fissure sealant,
scalling, dan perawatan kesehatan gigi dan mulut lainnya.
O : Oral Hygiene Education : pendidikan kesehatan gigi adalah catatan berhubungan
dengan tindakan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut, teknik menyikat gigi, cara
mencegah kerusakan gigi dan mulut, kesehatan gusi dan jaringan periodontal,
dan lain sebagainya.
P : Personal Notes : Catatan perawatan pribadi adalah catatan berhubungan dengan
beberapa catatan dari apa yang Anda bicarakan dengan pasien, termasuk
perjanjian perawatan selanjutnya, informasi kegiatan pekerjaan atau sekolah
yang berkaitan dengan program kesehatan gigi, kejadian keluarga atau peristiwa
penting yang akan terjadi berkaitan dengan program kesehatan gigi. Catatan
perjanjian berikutnya dalam 6 bulan kedepan atau sesuai kebutuhan pasien. Pada
tahap ini juga membangun hubungan yang bermakna dengan pasien agar tujuan
asuhan kesehatan gigi dan mulut tercapai.
E : Exam : Latihan menjaga kesehatan gigi adalah catatan berhubungan dengan
program asuhan kesehatan gigi dan mulut bagi klien. Selain itu dilakukan
dokumentasi rencana kegiatan perawatan yang perlu diselesaikan selanjutnya.
Tahap awal pengumpulan data adalah pemeriksaan subyektif pada klien individu, pada tahap ini
dilakukan pengkajian asuhan kesehatan gigi dan mulut.
98
Topik 1
1. tempat tinggal
2. pekerjaan
3. sosial-ekonomi
4. data mengenai keadaan fisik
5. hobbi (bila perlu)
Data mengenai diri klien maupun yang berkaitan dengan latar belakang klien dapat
memberikan informasi yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan dalam
rangka mengelola klien. Misalnya nama seseorang dipakai sebagai identitas diri supaya tidak
keliru dengan orang lain.
99
Data nama penting pula untuk digunakan pada waktu penggalian data subyektif dengan
cara kita menyebut namanya. Seseorang yang diajak bicara bila kita sebut namanya akan
merasa lebih akrab dan lebih dianggap sebagai manusia dari pada kita sebut "Anda" atau
"Tuan". Penyebutan nama juga akan menunjukkan bahwa kita memperhatikan lawan bicara.
Hal ini penting untuk melanjutkan pembinaan sambung rasa. Kadang-kadang nama juga
menunjukkan tentang kaitannya dengan suku atau bangsa tertentu, tentang agama atau
kepercayaan, atau tentang status sosial. Misalnya nama Hasibuan berkaitan dengan seorang
suku Batak, sedangkan Dwijosubroto berkaitan dengan seorang suku Jawa. Nama Nurul Aini
mungkin sekali berkaitan dengan seorang yang memeluk agama Islam sedangkan Maria
Kristiani mungkin sekali berkaitan dengan pemeluk agama Kristen. Nama Joyokusumo
mungkin sekali berkaitan dengan status seseorang yang cukup tinggi di lingkungan kraton
Yogyakarta sedangkan Joyoirono mungkin sekali adalah orang desa. Dapat pula ditanyakan
nama panggilan atau lebih senang dipanggil siapa.
Umur seseorang disamping untuk melengkapi identitas seseorang, juga dapat digunakan
untuk memikirkan kecenderungan penyakit pada usia tersebut. Pada orang lanjut usia
cenderung terserang penyakit kardiovaskuler atau penyakit degenerasi.
Jenis kelamin merupakan data mengenai diri klien yang digunakan untuk melengkapi
data klien. Jenis kelamin juga dapat dikaitkan dengan penyakit tertentu. Jenis kelamin ini juga
dapat dipakai sebagai dasar pemikiran tentang jenis hormon yang berbeda antara laki-laki dan
wanita yang mempengaruhi faali tubuh secara berbeda pula. Bangsa dan suku tertentu
memiliki ketahanan yang berbeda terhadap penyakit tertentu.
Data pribadi yang berkaitan dengan klien misalnya alamat, disamping dipakai
sebagai identitas dan untuk keperluan surat menyurat, juga dapat memberikan
informasi tentang kondisi lingkungan yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi.
Alamat juga dapat memberikan gambaran tentang kelas ekonomi penghuninya.
Pekerjaan klien juga dapat memberikan informasi yang dapat diperkirakan seberapa
tinggi status sosial-ekonomi seseorang. Mungkin juga pekerjaan berkaitan
dengan tingginya gaji/penghasilan seseorang yang dihubungkan dengan latar
belakang pendidikan. Misalnya apakah si "A" itu di bidang kesehatan atau bidang
teknik, sebagai lulusan SD, SMP, SMU, Diploma, S1, S2, S3 dan sebagainya. Disamping
itu jenis pekerjaan tertentu merupakan faktor risiko terhadap penyakit tertentu.
Misalnya orang yang bekerja di pabrik yang bising cenderung ada gangguan
pendengarannya dan sebagainya.
Data sosial dan riwayat pribadi klien merupakan suatu data yang menjelaskan
mengenai gambaran subjektif mengenai pekerjaan klien, status pernikahan, serta
menerangkan kebiasaan dan gaya hidup yang biasa dilakukan oleh klien. Data
kehidupan sosial klien dapat membantu seorang perawat gigi untuk mengetahui
kemungkinan adanya hubungan antara faktor kehidupan sosial dengan riwayat sakit
yang dikeluhkan oleh klien saat ini.
Data identitas klien meliputi : Nama lengkap; Tempat dan tanggal lahir;
Pekerjaan; Alamat rumah; Jenis Kelamin; Agama; Golongan darah; Status pernikahan
(bila perlu); Pendidikan dan kewarganegaraan; Nomor Telpon.
B. Keluhan klien
Keluhan klien saat datang ke sarana pelayanan gigi akan berpengaruh terhadap
pertimbangan dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan kepada klien. Selain
mengetahui keluhan klien, juga perlu dilakukan pengembangan masalah yang ada
100
dalam keluhan klien dan lain - lain. Mencari tahu kapan klien merasakan sakit/ rasa
tidak nyaman sejak pertama kali terasa, apakah bersifat berselang atau terus menerus,
dilihat apakah terlalu klien merasakan sakit, dilihat faktor pemicunya contoh lokasi,
faktor pemicu, karakter, keparahan, penyebaran.
Mengumpulkan keluhan klien dengan cara melakukan ketrampilan penggalian
data subyektif . Penggalian data subyektif adalah wawancara yang dilakukan
terhadap seseorang yang bertujuan untuk mengumpulkan data dari orang tersebut.
Penggalian data subyektif biasanya dilakukan dalam bidang kesehatan dan psikologi.
Penggalian data subyektif dapat dilakukan oleh seorang dokter kepada kliennya,
perawat kepada kliennya atau petugas kesehatan lainnya kepada klien atau kliennya,
ataupun psikolog terhadap kliennya. Penggalian data subyektif dapat dilakukan pada
orang yang bersangkutan ataupun kepada keluarga/teman dekat/orang yang
mengetahui keadaan orang/klien tersebut. Pada penggalian data subyektif, sambung
rasa dan pendekatan perlu dilakukan. Tanpa pendekatan dan sambung rasa yang baik,
data yang dikumpulkan tidak akan lengkap dan akurat, karena tidak semua klien/klien
dapat mengungkapkan segala penderitaan/sakitnya dengan lengkap. Mereka perlu
diberi kepercayaan, rasa aman, sehingga dapat memberikan keterangan dengan
leluasa, hingga dapat memberikan keterangan dengan leluasa. Kadang-kadang klien
juga lupa atau malu memberikan keterangan, sehingga kemampuan untuk menggali
keterangan dari klien memang diperlukan oleh seorang perawat gigi.
Agar penggalian data subyektif dapat berjalan dengan baik dan lancar,
beberapa keterampilan komunikasi sebaiknya dimiliki. Syarat utama mempunyai
keterampilan komunikasi yang baik adalah seringnya melakukan latihan keterampilan
komunikasi. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam penggalian data subyektif
adalah :
1. Menunjukkan empati (empati adalah kemampuan untuk dapat merasakan dan
memahami perasaan orang lain). Empati dapat dilakukan dengan menjadi pembicara
dan pendengar yang baik, dapat bertanya dengan baik, menjaga suasana, serta
memahami bahasa verbal dan non verbal.
2. Melakukan cross check/klarifikasi sehingga perawat gigi tidak keliru dalam
menangkap pembicaraan klien. Cross check dapat dilakukan dengan :
a. Melakukan paraphrase
b. Pengulangan bisa dilakukan dengan seluruh kalimat jika perlu
c. Pertanyaan dapat menggunakan cara dan bahasa yang benar dan hasil yang sama
d. Cross-check dapat dilakukan di akhir penggalian data subyektif dengan memberikan
ringkasan terhadap data yang telah diungkapkan klien
3. Mendapatkan umpan balik, sehingga dokter dapat mengetahui, pertanyaannnya jelas
atau tidak, informasi yang diberikan dapat diterima dengan jelas atau tidak. Cara
mendapatkan umpan balik adalah sebagai berikut :
a. bila ada pertanyaan mendapatkan jawaban "dahi berkerut", berarti klien tidak
paham dengan pertanyaan yang diajukan. tanyakan pada klien : "Apakah Bapak
kurang begitu jelas terhadap pertanyaan saya?" Bila jawabannya ya, cobalah untuk
bertanya kembali, gunakan bahasa yang lebih sederhana dan singkat.
b. Setelah Anda memberikan nasihat atau informasi, berikan kesempatan pada klien
untuk bertanya, adakah informasi/nasihat yang kurang jelas.
c. Umpan balik dapat diberikan klien setelah selesai penggalian data subyektif .
Tanyakan pada klien apakah ada hal-hal yang kurang jelas, atau pertanyaan yang
kurang jelas.
101
Saat melakukan penggalian data subyektif , perawat gigi bertugas untuk menggali data
klien dan nantinya menyelesaikan masalah yang dihadapi klien. Diantaranya memberikan
terapi, memeriksa dan memberikan penjelasan serta nasihat. Oleh karena itu perawat gigi
harus dapat menggali data, menguasai cara menjelaskan penyakit serta menggali masalah
klien dengan menjelaskan penyakit klien dengan detail.
Pada prakteknya, perawat gigi akan berhadapan dengan berbagai macam sifat, sikap dan
perilaku manusia. Oleh karenanya kemampuan melakukan pembicaraan betul-betul
dibutuhkan. Hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan penggalian data subyektif
adalah :
Proses penggalian data subyektif dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut klien
individu sesuai tahapan sebagai berikut :
Informasi yang diperoleh saat menanyakan keluhan klien dicatat dalam bentuk
resume/kesimpulan yang penting-penting saja. Dituliskan secara berurutan sesuai
tahapan proses penggalian data subyektif dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut
klien individu. Adapun contoh penulisan resume/kesimpulan keluhan subyektif adalah
sebagai berikut :
Contoh keluhan subyektif :
Klien datang dengan keluhan sejak 3 hari yang lalu gigi geraham atas kiri terasa linu
bila digunakan untuk makan, minum yang dingin, asam dan manis. Rasa linu bertahan
beberapa saat setelah selesai makan minum yang dingin , asam dan manis. Bila
digunakan makan tidak ada keluhan. Sebelumnya kurang lebih 3 minggu yang lalu gigi
yang sama kadang terasa linu kadang tidak bila digunakan makan minum dingin, asam
dan manis. Rasa linu hilang setelah rangsangan dihilangkan. Pada malam hari tidak ada
keluhan. Selama ini belum pernah diobati dan khawatir kerusakan bertambah parah,
sekarang giginya minta dirawat.
Selain dengan pertanyaan tersebut dapat juga dilakukan pengumpulan data dengan
menggunaan metode mnemonik PQRST (Provokatif Quality Region Severity Time),
yaitu mengumpulkan informasi vital yang berkaitan dengan proses nyeri pasien.
Berikut adalah metode Mnemonik tersebut :
P : Provocative or Palliative
Apa penyebab timbulnya keluhan ?
Hal apa yang memperberat/mengurangi keluhan ?
Keluhan psikologis yang dirasakan ?
Q : Quality or Quantity
Bagaimana gambaran dari keluhan yang dirasakan, dilihat, didengar ?
Seberapa sering merasakan keluhan tersebut ?
R : Region or Radiation
Dimana lokasi atau area yang dikeluhkan ?
Bagaimana penjalaran keluhannya ?
S : Skala or Severity
Bagaimana skala nyeri yang disraskan jika keluhan di beri nilai 1-10 ?
T : Timing and Treatment
Kapan keluhan mulai dirasakan ?
Apakah keluhan terjadi mendadak atau bertahap ?
Seberapa lama keluhan berlangsung ketika kambuh ?
103
Pada tahapan ini, perawat gigi menanyakan keluhan sistem pada semua sistem
badan dengan menanyakan baik yang kemungkinan dirasakan atau tidak, tanpa
menggali keluhan tersebut mengenai durasi, kualitas dan kuantitasnya, dimulai dari
sistem yang terkait dilanjutkan dengan keluhan sistem lainnya, juga tidak menjadi
riwayat penyakit sekarang, dahulu dan keluarga.
Pada proses ini kemampuan perawat gigi dalam mengekplorasi sistem-sistem
tubuh klien sangat ditentukan oleh pemahaman macam-macam keluhan yang ada
pada setiap sistem badan. Lengkap tidaknya keluhan yang dapat digali oleh perawat
gigi dan kliennya akan lebih dapat mengarahkan pada diagnosis yang tepat. Pada
prakteknya penelusuran penggalian data subyektif sistem harus relevan dengan
keluhan utama klien dan dugaan terhadap diagnosis yang akan ditegakkan, termasuk
diagnosis bandingnya. Tingkat relevansinya keluhan umum dengan keluhan sistem
yang akan digali mencerminkan pemandangan seutuhnya dan kecermatan perawat
gigi kepada klien. Untuk menjaga agar proses penggalian data subyektif tidak bertele-
tele terutama dalam menggali keluhan dalam sistem badan, maka perlu dilatih dan
dibiasakan menanyakan dengan lengkap keluhan pada masing-masing sistem badan.
Menanyakan keluhan sistem pada semua sistem badan yang berkaitan dengan
penyakit gigi dan mulut dengan menanyakan baik yang kemungkinan dirasakan atau
tidak, tanpa menggali keluhan tersebut mengenai durasi, kualitas dan kuantitasnya.
Riwayat kesehatan umum klien merupakan satu hal yang sangat penting dalam
pemeriksaan subjektif. Hal-hal yang perlu dicatat pada riwayat kesehatan umum klien
yaitu penyakit sistemik yang diderita, pernah diderita, pengobatan yang pernah
dilakukan dan sedang dilakukan, alergi, kehamilan, pendarahan, dan status
emosionalnya.
Riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan juga perlu diperhatikan, hal ini
berguna untuk menentukan alternatif pemberian obat ataupun tindakan lain.
Riwayat kesehatan umum penting diketahui untuk mencari kemungkinan hubungan
antara sakit yang pernah dialami dengan kelainan gigi dan mulutnya. Mengidentifikasi
riwayat kesehatan umum dapat berguna untuk:
1. Mengetahui penyakit medik itu sendiri.
2. Menjadi faktor predisposisi masalah kondisi oral seperti gangguan hematological.
3. Menyebabkan masalah oral seperti sindrom.
4. Mempengaruhi perawatan dalam rencana perawatan.
104
Pada tahapan ini, perawat gigi menanyakan riwayat kesehatan gigi lain yang akan
mendukung atau berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan keluhan
utama pada klien. Riwayat kesehatan gigi merupakan ringkasan dari penyakit gigi yang
pernah diderita. Riwayat ini memberi informasi yang sangat berharga mengenai sikap
klien terhadap kesehatan gigi, pemeliharaan, serta perawatannya. Informasi demikian
tidak hanya berperan penting dalam penegakan diagnosis, melainkan berperan pula
pada rencana perawatan. Pertanyaan yang diajukan hendaknya menanyakan informasi
mengenai tanda dan gejala baik kini maupun di masa lalu. Riwayat kesehatan gigi ini
merupakan langkah awal teramat penting dalam menentukan diagnosis yang
spesifik. Informasi dalam riwayat kesehatan gigi mengungkapkan pula penyakit-
penyakit gigi yang pernah dialami klien di masa lalu serta petunjuk mengenai masalah
psikologis yang mungkin ada dan menerangkan sejumlah temuan klinis yang tidak
jelas. Contohnya, akar yang pendek dan asimptomatik atau resorpsi akar mungkin
disebabkan oleh perawatan ortodonsia. Nyeri dapat timbul pada gigi yang baru saja
direstorasi atau setelah perawatan periodontium yang luas. Informasi ini tidak hanya
mengidentifikasikan sumber keluhan klien, melainkan juga membantu dalam memilih
tes atau cara perawatannya.
Riwayat kesehaan gigi keluarga mempunyai beberapa kegunaan. Pertama, pada
kelainan gen tunggal dan langka, riwayat positif adanya keluarga dengan kelainan
serupa atau riwayat konsanguinitas (hubungan lewat darah) dapat memberikan
implikasi diagnostik yang penting. Yang kedua, pada penyakit dengan etiologi yang
bersifat multifaktorial dan memiliki agregasi keluarga terdapat kemungkinan untuk
mengenali klien yang beresiko menderita penyakit tersebut dan melakukan intervensi
sebelum timbulnya manifestasi yang nyata. Sebagai contoh, pertambahan berat badan
berlebih yang baru saja dialami merupakan perkembangan yang mengancam pada
seorang perempuan dengan riwayat penyakit diabetes dalam keluarga dibandingkan
dengan individu tanpa riwayat penyakit tersebut dalam keluarga. Dalam situasi
tertentu, riwayat keluarga mempunyai implikasi penting bagi ilmu kedokteran
pencegahan. Apabila suatu keadaan mengarah pada kelainan herediter yang diketahui
sebagai faktor predisposisi terjadinya kanker ditegakkan, perawat gigi mempunyai
kewajiban untuk mengikuti kemungkinan ini dengan seksama dalam diri klien, untuk
mengamati keluarga klien dan untuk memberikan penyuluhan kepada mereka tentang
perlunya pemeriksaan follow-up jangka panjang.
Data riwayat kesehatan gigi yang perlu ditanyakan oleh seorang perawat gigi
diantaranya :
1. Riwayat perawatan gigi sebelumnya.
2. Pengalaman perawatan gigi sebelumnya.
3. Informasi bagaimana cara memelihara kesehatan gigi dan mulut.
4. Informasi waktu menyikat gigi.
5. Kemampuan menyikat gigi.
6. Diet makanan yang manis dan lengket.
7. Informasi makan buah-buahan dan sayuran yang berserat.
8. Informasi kebiasaan sebagai berikut :
a. Minum teh/kopi.
b. Minum minuman beralkohol.
c. Minum minuman bersoda.
105
d. Merokok.
e. Mengunyah satu sisi.
f. Mengunyah sirih/tembakau.
g. Menggigit-gigit benda keras.
h. Bruxism.
9. Lain-lain : berkaitan informasi kesehatan gigi dan mulut yang dibutuhkan.
Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah
latihan berikut!
1. Sebutkan dan jelaskan tahapan pemeriksaan subyektif.
Ringkasan
Pemeriksaan subyektif berisi informasi atau data tentang keluhan yang dirasakan
klien, agar dapat di identifikasi masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan gigi. Pada
bagian ini setidaknya ada 4 hal yaitu identitas klien, keluhan klien, riwayat kesehatan
umum, riwayat kesehatan gigi. Data identitas klien meliputi : Nama lengkap; Tempat dan
tanggal lahir; Pekerjaan; Alamat rumah; Jenis Kelamin; Agama; Golongan darah; Status
pernikahan (bila perlu); Pendidikan dan kewarganegaraan; Nomor Telpon. Data keluhan
klien meliputi : data riwayat penyakit saat ini/yang menyebabkan klien datang; bagian
mana yang ada keluhan; bagaimana keluhannya; sejak kapan; bagaimana jika terkena
rangsangan mekanis, chemis, thermos; bagaimana pada malam hari; riwayat penyakit
sebelumnya; riwayat pengobatan gigi yang pernah dilakukan baik medis maupun
tradisional; permintaan pengobatan/perawatan gigi dari klien; kecemasan pasien. Data
riwayat kesehatan umum meliputi : Perasaan kesehatan secara umum saat ini; Riwayat
kesehatan secara umum kurang lebih selama 5 tahun terakhir; Riwayat alergi; Riwayat
klien sedang dalam perawatan/mengkonsumsi obat yang diresepkan/tidak diresepkan
oleh dokter/dokter gigi. Data riwayat kesehatan gigi meliputi : Riwayat perawatan gigi
sebelumnya; Pengalaman perawatan gigi sebelumnya; Informasi bagaimana cara
memelihara kesehatan gigi dan mulut; Informasi waktu menyikat gigi; Kemampuan
menyikat gigi; Diet makanan yang manis dan lengket; Informasi makan buah-buahan dan
sayuran yang berserat; Informasi kebiasaan sebagai berikut : Minum teh/kopi; Minum
minuman beralkohol; Minum minuman bersoda; Merokok; Mengunyah satu sisi;
Mengunyah sirih/tembakau; Menggigit-gigit benda keras; Bruxism; Lain-lain : berkaitan
informasi kesehatan gigi dan mulut yang dibutuhkan.
Tes 1
1 Lakukanlah pemeriksaan subyektif pada klien dengan keluhan sakit gigi ringan!
2 Mintalah pembimbing anda untuk mengawasi dan menilai tindakan pemeriksaan
subyektif yang anda lakukan menggunakan Kartu Pencatatan Asuhan Kesehatan Gigi
dan Mulut (Kesgimul) dan Format Penilaian yang tersedia.
106
Kartu Pencatatan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut (Kesgimul) bagian pemeriksaan subyektif
A. PENGKAJIAN
….........................................
2. Keluhan Klien
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
107
4. Riwayat Kesehatan Gigi :
108
Format Penilaian Tes 1
ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN
JUMLAH ......
109
Topik2
110
Tabel 4.1 pengkajian tingkat kesadaran dengan
menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS)
Pengukuran berat badan adalah untuk mengetahui kondisi pertumbuhan dan gizi
anak. Pengukuran berat badan digunakan untuk mengukur pertumbuhan secara umum
dan menyeluruh. Pastikan kualitas alat yang digunakan untuk mengukur berat badan serta
ketelitian perawat gigi saat melakukan pengukuran, untuk menghindari error data.
Persiapan saat mengukur berat badan :
A. Letakkan alat timbang di bagian yang rata/datar dan keras
B. Jika berada di atas rumput yang tebal atau karpet atau permadani, maka pasang kaki
tambahan pada alat timbangan untuk bisa mengatasi daya pegas dari als yang tebal
C. Pastikan alat timbang menunjukkan angka 00.00 sebelum digunakan
D. Jelaskan kepada klien tujuan dari pengykuran berat badan
E. Pastikan klien tidak menggunakan pakaian tebal, popok, selimut, dan lain-lain untuk
mendapatkan hasil pengukuran yang akurat.
A. Dengan bantuan orang tua klien, baringkan anak dipermukaan keras yang rata dengan
memegang punggung anak dengan satu tanagan dan bagian bawah badan dengan
tangan lainnya. Perlahan-lahan turunkan anak ke atas permukaan keras tersebut
dengan bagian kaki menempel ke ke kayu pembatas
B. Pegang kepala anak dari kedua sisi telinga. Tempelkan kepala anak di abgian atas
papan ukur, pastikan anak memendang lurus ke depan.
C. Tempetkan tangan kiri terapis gigi di ujung tulang kering anak atau pada lutut anak
dan tekan dengan kuat ke arah permukaan meja ukur.
D. Gunakan tangan kanan terapis gigi untuk menggeser alat pengukur ke arah kepala
anak. Pastikan terapis menekan rambut si anak
E. Baca dan catatlah hasil pengukuran
Pengkajian tanda-tanda vital adalah pengukuran tanda-tanda fungsi vital tubuh yang paling
dasar. Tanda-tanda vital antara lain :
111
A. Pengukuran tekanan darah.
Tekanan darah adalah kekuatan yang mendorong darah terhadap dinding arteri.
Tekanan darah ditentukan oleh kekuatan dan jumlah darah yang dipompa, dan ukuran
serta fleksibelitas dari arteri,diukur dengan alat pengukur tekanan darah (tensimeter)
dan stetoskop. Tekanan darah terus-menerus berubah tergantung pada aktivitas,
suhu, makanan, keadaan emosi, sikap, keadaan fisik, dan obat-obatan yang yang
sedang dikonsumsi.
Tabel 4.2 Jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia seseorang adalah :
Bayi usia di bawah 1 tahun 85/15 mmHg
Usia 1 – 6 bulan 90/60 mmHg
Usia 6 -12 bulan 96/65 mmHg
Usia 1 – 4 tahun 99/65 mmHg
Usia 4 – 6 tahun 160/60 mmHg
Usia 6 - 8 tahun 185/60 mmHg
Usia 8 – 10 tahun 110/60 mmHg
Usia 10 -12 tahun 115/60 mmHg
Usia 12 -14 tahun 118/60 mmHg
Usia 14 – 16 tahun 120/65 mmHg
Usia 16 tahun ke atas 130/75 mmHg
Usia lanjut 130-139/85-89 mmHg
Sumber : Perry dan Potter, (2005)
B. Penghitungan nadi
Nadi adalah denyut nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah arteri yang
berdasarkan systol dan dyastole dari jantung. Denyut nadi adalah jumlah denyut
jantung, atau berapa kali jantung berdetak per menit. Tempat untuk menghitung
denyut nadi yaitu arteri radialis, temporalis, carotis, femoralis, dorsalis pedis, politela,
barcialis.
Tabel 4.3 Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah :
Usia Kali per menit
Bayi baru lahir 140
Usia di bawah 1 bulan 110
Usia 1 – 6 bulan 130
Usia 6 – 12 bulan 115
1 – 2 tahun 110
2 – 6 tahun 105
6 – 10 tahun 95
10 – 14 tahun 85
14 – 18 tahun 82
Di atas 18 tahun 60 - 100
Usia lanjut 60 - 70
Sumber : Perry dan Potter, (2005)
112
C. Pengukuran suhu tubuh
Suhu tubuh adalah derajat panas yang dihasilkan oleh tubuh manusia sebagai
keseimbangan pembakaran dalam tubuh dengan pengeluaran panas melalui keringat,
pernapasan, sisa-sisa pembuangan dan penyinaran, hantaran dan convection.
Pemeriksaan suhu digunakan untuk menilai kondisi metabolisme di dalamtubuh
dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui metabolisme darah. Suhu
tubuh dapat diukur melalui oral, dubur, aksilaris, dan telinga. Suhu tubuh normal
seseorang bervariasi, tergantung pada jenis kelamin, aktivitas, lingkungan, makanan
yang dikonsumsi, gangguan organ, dan waktu.
D. Penghitungan respirasi
Respirasi merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses pengambilan
oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Menilai frekuensi, irama, kedalaman, dan
tipe
ataupola pernapasan. Tingkat respirasi biasanya diukur ketika seseorang dalamposisi
diam dan hanya melibatkan penghitungan jumlah napas selama satu menit dengan
menghitung berapa kali dada meningkat. Respirasi dapat meningkat pada saat demam,
berolahraga, dan emosi.
E. Pengkajian nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan yang dapat
berkisar dari ketidak nyamanan ringan sampai penderitaan. nyeri dimediasi oleh
serabut saraf sfesifik yang kemudian membawa impuls nyeri keotak dimana apresiasi
sadarnya dapat dimodifikasi oleh banyak faktor.
Secara umum nyeri dibagi menjadi dua yaitu :
1. nyeri akut, nyeri yang dialami secara mendadak dan dalam kurun waktu yang
singkat ( sekitar 6 bulan ) dan akan segera hilang
113
2. nyeri kronis, nyeri ini timbul secara perlahan dan berlangsung dalam waktu yang
lama ( lebih dari 6 bulan )
Nyeri juga dapat dibedakan kedalam jenis nyeri neuropatik dan nosiseptik. Nyeri
neuropatik dirasakan seperti rasa kesemutan, panas terbakar, kebas/baal,
kesetrum, nyeri bertambah bila tersentuh. Sementara nyeri nosiseptik yaitu nyeri
yang terbatas pada persendian / otot / gigi.
Penanganan nyeri yang efektif tergantung pada pemeriksaan dan penilaian
nyeri yang seksama berdasarkan informasi subjektif maupun objektif.
Penggalian data subyektif klien nyeri sebaiknya menggunakan kombinasi
pertanyaan terbuka dan tertutup untuk memperoleh informasi masalah klien.
Selain itu, perhatikan juga faktor-faktor seperti tempat wawancara, sikap yang
suportif dan tidak menghakimi, tanda-tanda verbal dan nonverbal, dan
meluangkan waktu yang cukup.
Pengkajian atau penilaian nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan skala sebagai
berikut :
1. Skala Wajah (Wong-Baker Faces Pain Rating Scale)
Penilaian nyeri menggunakan skala Wong-Baker sangatlah mudah namun perlu
kejelian sipenilai pada saat memperhatikan ekprei wajah penderita karena
penilaian menggunakan skala ini dilakukan dengan hanya melihat ekspresi
wajah penderita pada saat bertatap muka tanpa menanyakan keluhannya.
Skala penilaian nyeri ini disarankan untuk klien usia >3 tahun.
114
Gambar 4.2 Pengkajian Nyeri dengan Skala Wajah
Sumber : Perry dan Potter, (2005)
Dari sepuluh skala diatas dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu
a. Skala nyeri 1 - 3 (nyeri ringan) nyeri masih dapat ditahan dan tidak
mengganggu pola aktivitas sipenderita.
b. Skala nyeri 4 - 6 (nyeri sedang) nyeri sedikit kuat sehingga dapat
mengganggu pola aktivitas penderita
c. Skala nyeri 7 - 10 (nyeri berat) nyeri yang sangat kuat sehingga
memerlukan therapy medis dan tidak dapat melakukan pola aktivitas
mandiri.
115
Pada pemeriksaan obyektif klien individu berisi informasi atau data sebenarnya dari
jaringan lunak, jaringan keras/gigi dan mulut klien, agar dapat di identifikasi masalah,
kebutuhan kesehatan dan keperawatan gigi. Pada bagian ini setidaknya ada 4 hal yaitu
Pemeriksaan ekstra oral, Pemeriksaan intra oral, Pemeriksaan gigi geligi, Penilaian risiko
penyakit gigi dan mulut.
A. Pemeriksaan ekstra oral
Kesan umum klien, pemeriksaan ini dilakukan sejak klien masuk ke klinik, dengan
maksud untuk mendapat gambaran umum mengenai status fisik maupun mental
klien, diantaranya dengan melakukan pengamatan terhadap unsur-unsur sebagai
berikut: melalui gaya berjalan, tinggi badan, status nutrisi, perawakan dan bentuk
muka. Sehingga pada waktu wawancara, disamping kapasitas mentalnya perlu
diperhatikan mengenai gambaran singkat status fisik dan kesehatan umum klien.
Beberapa kondisi tertentu yang menggangu gaya berjalan dapat mempengaruhi
diagnosis atau rencana perawatan. Pada klien tertentu bahkan dapat memberikan
petunjuk yang berharga, klien dengan gaya yang sangat hati-hati akan berbeda
pengelolaannya dengan klien yang energik dan melangkah dengan pasti. Klien dengan
mobilitasnya terbatas, perlu ditelusuri penyebabnya sehingga kemungkinan
memerlukan modifikasi jumlah kunjungan. Posisi tubuh apakah dapat berdiri tegak,
atau kepala sedikit miring ke salah satu sisi, dan bagaimana klien dapat duduk dengan
nyaman di kursi gigi perlu dicermati. Cara berjalan klien mungkin dapat
mengisyaratkan adanya carat ortopedik, neurologik atau penyakit pada otot. Sikap,
emosi dan cara menjawab pertanyaan yang diajukkan kepadanya perlu diperhatikan.
Warna kulit sering memberi petunjuk bermanfaat, sianosis, ikterus dan pucat yang
memberi dugaan anemia dapat diketahui melalui pemeriksaan kulit, juga memberi
kunci penting kemungkinan adanya penyakit yang serius. Kesan mengenai status fisik
umum klien ini harus disimpulkan dengan hati-hati; dan hal demikian sudah tentu
tidak akan diperoleh secara pasif. Bersamaan dengan penggalian data subyektif
pemeriksa dapat sekaligus memperhatikan ekspresi, kesan usia, emosi, sikap klien dan
keadaan sakitnya.
Pemeriksaan kepala dan leher. Dimaksudkan untuk evaluasi kemungkinan adanya
kelainan yang berhubungan dengan kesehatan umum dan mempunyai relevansi
dengan diagnosis dan perawatan oral. Tersirat disini untuk selalu dipertimbangkan
apakah perubahan-perubahan yang terjadi disebabkan karena faktor lokal atau
sistemik. Walaupun dalam pemeriksaan rutin tidak dilakukan identifikasi untuk setiap
struktur diregio kepala dan leher, kemampuan mengenali semua struktur yang ada
merupakan dasar untuk melakukan pemeriksaan klinis; sehingga kondisi-kondisi
asimetri, perubahan warna, tekstur, dan gangguan fungsi dapat dibedakan dengan
kondisi yang normal.
Data yang diperlukan pada pemeriksaan ekstra oral meliputi : kesan umum,
kondisi muka, pemeriksaan kelenjar limfe kanan dan kiri.
B. Pemeriksaan intra oral
Dari aspek ilmu penyakit mulut harus dicermati bahwa setiap gigi merupakan
kesatuan unit fungsional dalam sistem pengunyahan. Oleh karena itu dalam merawat
gigi tidak boleh hanya memandang gigi secara individual, tetapi harus lebih luas yaitu
pengaruhnya terhadap individu secara keseluruhan. Ada dua penanganan penting
116
yang perlu dilakukan pada pemeriksaan gigi geligi. Pertama penanganan gigi secara
individual dan yang kedua gigi sebagai kesatuan unit fungsional yang lebih besar.
Aspek kedua dalam pelaksanaan lebih sulit karena melibatkan berbagai faktor.
Sebagai contoh misalnya kasus karies servikalis yang melibatkan beberapa gigi
pada klien lanjut usia dengan pengobatan antidepressant. Sebelum melakukan
perawatan karies tersebut harus dipertimbangkan dua kondisi, yaitu karies servikal
dan xerostomia yang sering berkaitan. Jika xerostomia tidak dirawat penambalan
karies servical akan mengalami kegagalan. Untuk itu maka kedua pendekatan tersebut
di atas tidak boleh diabaikan. Pemeriksaan jaringan lunak. Karena letak mulut yang
strategis, berbagai lesi oral umumnya dapat mudah dilihat. Secara klinis seluruh
permukaan mukosa mulai bibir, mukosa bukal dan labial, mukosa pipi, palatum, oro-
faring, lidah, dasar mulut dan gingiva umumnya tidak sulit dijangkau untuk dilakukan
pemeriksaan baik langsung atau tidak langsung. Tetapi perlu dicermati bahwa
sebagian besar lesi di jaringan lunak mulut tidak pathognomonik. Untuk itu maka
bekal pengetahuan mengenai berbagai struktur oral dan patofisiologi penyakit
merupakan salah satu prasyarat untuk dapat mengenali berbagai perubahan patologis
mukosa oral. Sebagai contoh pada kasus tumor di regio retromolar, jika
memperhatikan struktur daerah retromolar maka disamping tumor yang berasal
epitel dan jaringan ikat, kemungkinan suatu tumor dari kelenjar ludah tidak dapat
dikesampingkan. Bahkan tidak tertutup kemungkinan bahwa tumor tersebut
merupakan tumor odontogen yang telah menembus kortek dan meluas ke jaringan
lunak.
Data yang diperlukan pada pemeriksaan intra oral meliputi : Pemeriksaan mukosa
mulut, Kelainan/anomali gigi, Kelainan gusi.
C. Pemeriksaan gigi geligi
Hasil pemeriksaan gigi geligi secara lengkap berupa catatan rekam medik
kedokteran gigi bila diperlukan dapat menjadi pendukung data obyektif dalam
menegakkan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut.
Pemeriksaan abnormalitas gigi umumnya tidak begitu kompleks karena
mempunyai ciri-ciri klinis dan radiologis yang khas, dan tidak ditimbulkan oleh
penyakit lain. Untuk menyederhanakan proses diagnostik dapat dilakukan misalnya
dengan cara mengelompokkannya kedalam: abnormalitas perkembangan gigi,
abnormalitas erupsi, perubahan regressif, karies, patosis pulpa dan periapikal.
Sebagian besar abnormalitas gigi umumnya dapat dikelompokan kedalam katagori
tersebut. Abnormalitas perkembangan gigi umumnya mempunyai ciri-ciri yang khas
dalam bentuk, warna dan ukuran besarnya, dapat melibatkan gigi secara individual
atau beberapa gigi sekaligus. Abnormalitas gigi yang bersifat genetis umumnya akan
disertai kelainan yang sama pada gigi kontra lateralnya.
Pencatatan hasil pemeriksaan gigi-geligi ditulis pada odontogram. Pembuatan
odontogram dilakukan pada kunjungan 1. Odontogram terletak pada lembar 1 Rekam
medis, dilengkapi setiap 1 tahun sekali dan setiap kontrol atau jika klien akan pindah
kota/dokter gigi. Odontogram berisi:
a. Tanggal pemeriksaan odontogram
b. Gambar denah gigi
c. Hubungan oklusi
d. Ada tidaknya torus palatinus, torus mandibularis
e. Tipe palatum : dalam/sedang/rendah
117
f. Ada tidaknya supernumerery
g. Ada tidaknya diastema sentral
h. Ada tidaknya anomali atau ciri-ciri gigi yang lain
Z = Tidak ada informasi mengenai gigi / sebagian rahang hilang paska kejadian
Y = Gigi ada, tak ada informasi lain / sebagian gigi hilang paska kejadian
S = gigi sehat
C = gigi karies
F = tambalan
K = mahkota
W = sisa akar
118
X = Gigi hilang (akibat pencabutan, tidak tumbuh, hilang kongenital)
misal: U 4 = rongga 4 mm
ROT = sisa akar dalam rahang, hanya terlihat dengan Rontgent foto
M = mesial
O = occlusal, incisal
D = distal
L = lingual, palatinal
V = vestibular,labial,buccal
am = amalgam
g = gold / emas
p = porcelain / porcelen
ac = acrylic / akrilik
POS = post (pulpal anchorage), POS post (pulpal anchorage), Penjangkaran dalam
pulpa
119
N = normal occlusal relationship between first molars ( Class I )
Z = no information.
Z = unknown
FU = full upper
FL = full lower
PU = partial upper
PL = partial lower
COLOUR CODES
RED = gold
120
12 K pg POS : Gigi seri kedua atas kanan mahkota tiruan bahan porcelain gold
dengan pulpal anchorage
24 X U3 : Gigi premolar pertama atas kiri dicabut atau hilang dengan jarak 3
mm.
Contoh lengkap secara berurutan kodifikasi gigi berdasarkan data odontogram pada seorang
manusia dewasa dapat ditulis sebagai berikut :
18X17S16Cmesocc15S14S13S12S11S21S22S23S24S25S26Cmesocc27S28X38X37S36Cdisoc
c35S34S33S32SM31SM41SM42SM43S44S45S46Famocc47Cdisocc48Cocc
121
menggunakan gutta percha point yang dimasukan melalui fistula tersebut
kemudian dilakukan rontgent foto.
3. Perkusi
Teknik pemeriksaan ini dilakukan dengan mengetukkan jari atau instrument ke
arah jaringan, dan pemeriksa mendengarkan bunyi yang ditimbulkannya serta
mengamati reaksi dari klien. Perkusi pada gigi geligi akan memberikan nuansa
bunyi dan warna suara yang mempunyai informasi diagnostik tentang kondisi
jaringan pendukung gigi khususnya status jaringan periodontal. Reaksi penderita
terhadap perkusi sangat bervariasi, oleh karena itu perlu dibandingkan dengan
reaksi gigi di sampingnya yang normal.
4. Palpasi
Merupakan teknik pemeriksaan untuk mengetahui kondisi suatu jaringan dengan
menggunakan indra peraba. Pada umumnya jaringan tubuh mempunyai
konsistensi yang khas sehingga jaringan yang satu dengan yang lain dapat
dibedakan dengan cara palpasi. Agar pemeriksaan ini dapat dilakukan secara
efektif, maka pemeriksa harus mengenal betul karakteristis masing-masing
daerah yang akan diperiksa, dan variasi struktur anatomisnya yang normal.
Palpasi dapat dilakukan dengan cara menekan jaringan yang diperiksa ke arah
tulang atau jaringan di sekitarnya, atau menekan jaringan tersebut diantara
kedua jari (bidigital) atau diantara kedua tangan (bimanual). Pemeriksaan ini akan
memberikan informasi lebih jelas mengenai kondisi-kondisi yang tidak dapat
terungkap melalui inspeksi seperti; texture/struktur, dimensi/ketebalan,
konsistensi, temperatur. Aktivitas atau gerakan-gerakan fungsional tertentu
seperti detak nadi atau getaran-getaran yang ditimbulkan oleh lesi vaskuler, dan
getaran gigi pada tulang alveoler pada waktu gerak oklusi. dapat dideteksi dengan
cara palpasi.
Sasaran pemeriksaan dengan cara palpasi pada dasarnya bukan untuk
mengetahui adanya rasa sakit, tetapi cara pemeriksaan ini dapat menimbulkan
reaksi rasa sakit
sebelum abnormalitas jaringan yang akan diperiksa terdeteksi. Oleh karena itu
respon terhadap pemeriksaan palpasi ini perlu juga diperhatikan.
5. Tes mobilitas
Tes mobilitas dilakukan untuk mengetahui integritas apparatus-aparatus pengikat
di sekeliling gigi, mengetahui apakah gigi terikat kuat atau longgar pada
alveolusnya. Tes mobilitas dilakukan dengan menggerakkan gigi ke arah lateral
dalam soketnya dengan menggunakan jari atau tangkai dua instrumen. Jumlah
gerakan menunjukkan kondisi periodonsium, makin besar gerakannya, makin
jelek status periodontalnya. Hasil tes mobilitas dapat berupa tiga klasifikasi
derajat kegoyangan. Derajat pertama sebagai gerakan gigi yang nyata dalam
soketnya, derajat kedua apabila gerakan gigi dalam jarak 1 mm bahkan bisa
bergerak dengan sentuhan lidah dan mobilitas derajat ketiga apabila gerakan
lebih besar dari 1 mm atau bergerak ke segala arah. Sedangkan, tes depresibilitas
dilakukan dengan menggerakkan gigi ke arah vertikal dalam soketnya
menggunakan jari atau instrumen
6. Tes Vitalitas
122
Tes vitalitas merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah
suatu gigi masih bisa dipertahankan atau tidak. Tes vitalitas terdiri dari empat
pemeriksaan, yaitu tes termal, tes kavitas, tes jarum miller dan tes elektris.
a. Tes termal, merupakan tes kevitalan gigi yang meliputi aplikasi panas dan
dingin pada gigi untuk menentukan sensitivitas terhadap perubahan
termal.
b. Tes dingin, dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan, yaitu
etil klorida, salju karbon dioksida (es kering) dan refrigerant (-50oC).
Aplikasi tes dingin dilakukan dengan cara sebagai berikut :
i. Mengisolasi daerah gigi yang akan diperiksa dengan menggunakan
cotton roll maupun rubber dam
ii. Mengeringkan gigi yang akan dites.
iii. Apabila menggunakan etil klorida maupun refrigerant dapat dilakukan
dengan menyemprotkan etil klorida pada cotton pellet.
iv. Mengoleskan cotton pellet pada sepertiga servikal gigi.
v. Mencatat respon klien.
vi. Apabila klien merespon ketika diberi stimulus dingin dengan keluhan
nyeri tajam yang singkat maka menandakan bahwa gigi tersebut vital.
Apabila tidak ada respon atau klien tidak merasakan apa-apa maka gigi
tersebut nonvital atau nekrosis pulpa. Respon dapat berupa respon
positif palsu apabila aplikasi tes dingin terkena gigi sebelahnya tau
mengenai gingiva (Grossman, dkk, 1995). Respon negatif palsu dapat
terjadi karena tes dingin diaplikasikan pada gigi yang mengalami
penyempitan (metamorfosis kalsium).
c. Tes panas, pemeriksaan ini jarang digunakan karena dapat menyebabkan
vasodilatasi pembuluh darah apabila stimulus yang diberikan terlalu
berlebih. Tes panas dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan yaitu
gutta perca panas, compound panas, alat touch and heat dan instrumen
yang dapat menghantarkan panas dengan baik. Gutta perca merupakan
bahan yang paling sering digunakan dokter gigi pada tes panas.
Pemeriksaan dilakukan dengan mengisolasi gigi yang akan di periksa.
Kemudian gutta perca dipanaskan di atas bunsen. Selanjutnya gutta perca
diaplikasikan pada bagian okluso bukal gigi. Apabila tidak ada respon maka
oleskan pada sepertiga servikal bagian bukal. Rasa nyeri yang tajam dan
singkat ketika diberi stimulus gutta perca menandakan gigi vital,
sebaliknya respon negatif atau tidak merasakan apa-apa menandakan gigi
sudah non vital.
d. Tes kavitas, bertujuan untuk mengetahui vitalitas gigi dengan cara
melubangi gigi. Alat yang digunakan bor tajam dengan cara melubangi
atap pulpa hingga timbul rasa sakit. Jika tidak merasakan rasa sakit
dilanjutkan dengan tes jarum miller. Hasil vital jika terasa sakit dan tidak
vital jika tidak ada sakit.
e. Tes jarum miller, diindikasikan pada gigi yang terdapat perforasi akibat
karies atau tes kavitas. Tes jarum miller dilakukan dengan cara
memasukkan jarum miller hingga ke saluran akar. Apabila tidak dirasakan
nyeri maka hasil adalah negatif yang menandakan bahwa gigi sudah non
123
vital, sebaliknya apabila terasa nyeri menandakan gigi masih vital (Walton
dan Torabinejad, 2008).
f. Tes elektris, merupakan tes yang dilakukan untuk mengetes vitalitas gigi
dengan listrik, untuk stimulasi saraf ke tubuh. Alatnya menggunakan
Electronic Pulp Tester (EPT). Tes elektris ini dilakukan dengan cara gigi yang
sudah dibersihkan dan dikeringkan disentuh dengan menggunakan alat
EPT pada bagian bukal atau labial, tetapi tidak boleh mengenai jaringan
lunak. Sebelum alat ditempelkan, gigi yang sudah dibersihkan diberi
konduktor berupa pasta gigi. Tes ini dilakukan sebanyak tiga kali supaya
memperoleh hasil yang valid. Tes ini tidak boleh dilakukan pada orang
yang menderita gagal jantung dan orang yang menggunakan alat pemacu
jantung. Gigi dikatakan vital apabila terasa kesemutan, geli, atau hangat
dan gigi dikatakan non vital jika sebaliknya. Tes elektris tidak dapat
dilakukan pada gigi restorasi, karena stimulasi listrik tidak dapat melewati
akrilik, keramik, atau logam. Tes elektris ini terkadang juga tidak akurat
karena beberapa faktor antara lain, kesalahan isolasi, kontak dengan
jaringan lunak atau restorasi, akar gigi yang belum immature, gigi yang
trauma dan baterai habis.
Data yang diperlukan pada pemeriksaan gigi-geligi meliputi : Pemeriksaan
jaringan keras gigi, Pemeriksaan fisik dasar seperti: Inspeksi, Sondasi,
Perkusi, Palpasi, Tes mobilitas, Tes vitalitas.
D. Penilaian risiko penyakit gigi dan mulut.
Pada tahapan ini dilakukan pemeriksaan Index pengalaman karies (DMF-T, def-t),
Community Periodontal Index for Treatment Needs (CPITN), Index kebersihan mulut
(OHI-S), pH dan Viskositas Saliva.
1. Index pengalaman karies (DMF-T, def-t)
Indeks DMF-T diperkenalkan oleh Slack, (1981) waktu mempelajari distribusi karies
pada anak-anak di Hagerstone, Maryland. Indeks ini didasarkan pada kenyataan
bahwa kalau jaringan keras gigi mengalami kerusakan maka gigi tersebut tidak
dapat pulih sendiri dan akan meninggalkan bekas kerusakan yang menetap.
Gigi yang rusak tersebut akan tetap tinggal rusak (D - Decay), dan kalau dirawat
dengan dicabut maka akan disebut gigi hilang (M - Missing due to caries) atau
ditambal (F - Filling due to caries). Maka dari itu indeks karies DMF adalah indeks
yang irreversible, yang berarti indeks tersebut mengukur total life time caries
experience.
Pengertian masing-masing komponen dari DMF-T adalah :
D : Decay adalah kerusakan gigi permanen karena karies yang masih dapat
ditambal.
M : Missing adalah gigi permanen yang hilang, karena karies atau gigi karies
yang mempunyai indikasi untuk dicabut.
F : Filling yaitu gigi permanen yang telah ditambal karena karies.
Sedangkan indeks karies dmf-t dipakai pertama kali oleh Slack, (1981) yang garis
besarnya sama dengan indeks DMF.
Untuk dmf-t kriteria masing-masing komponen sama dengan DMF diatas, hanya
saja dipergunakan untuk gigi sulung. Dalam perjalannya indeks dmf sering diganti
124
dengan indeks def, karena untuk komponen "m" sulit untuk mendeteksi apakah
gigi sulung telah hilang karena karies atau tanggal secara normal atau sebab lain,
sehingga komponen "m" diganti dengan komponen "e" (extraction), berarti hanya
gigi karies yang terindikasi untuk dicabut karena karies dicatat sebagai "e".
Selain itu terdapat perbedaan pertimbangan klinis mengenai gigi rusak karena
karies yang masih dapat ditambal atau harus dicabut untuk beberapa alasan.
Misalnya gigi molar yang karies telah sampai pulpa yang sebenarnya masih dapat
ditambal namun karena keadaan peralatan, maka gigi tersebut lalu di indikasikan
untuk dicabut.
Maka dari itu, lalu dibuat kesepakatan yaitu untuk mengindikasikan gigi tersebut
dengan menganut teori yang seharusnya, bukan berdasarkan indikasi peralatan
yang tersedia. Namun untuk kepentingan perencanaan suatu daerah, mungkin
diperlukan kesepakatan tersendiri, dengan melihat situasi dan kondisi masing-
masing daerah, apakah menganut teori yang seharusnya atau kenyataan
dilapangan.
2. Community Periodontal Index for Treatment Needs (CPITN)
Pengertian CPITN atau Community Periodontal Index for Treatment Needs adalah
indeks resmi yang digunakan oleh WHO untuk mengukur kondisi jaringan
periodontal serta perkiraan akan kebutuhan perawatannya dengan menggunakan
sonde khusus yaitu WHO Periodontal Examining Probe.
Sonde khusus yang dipergunakan untuk pemeriksaan CPITN ini memiliki bentuk
ujung bulat dengan diameter 0,5 mm, dengan kode warna 3,5 sampai 5,5 mm.
Tujuan Pengukuran atau Pemeriksaan CPITN adalah :
a. Mendapatkan data tentang status periodontal masyarakat.
b. Merencanakan program penyuluhan.
c. Menentukan kebutuhan perawatan (jenis tindakan, beban kerja, kebutuhan
tenaga).
d. Memantau kemajuan kondisi periodontal individu.
Pemeriksaan CPITN ini menggunakan 6 sektan yaitu :
a. Sektan kanan atas : elemen gigi 1.7, 1.6, 1.5, 1.4 (sektan 1)
b. Sektan anterior (depan) atas : elemen gigi 1.3, 1.2, 1.1, 2.1, 2.2, 2.3 (sektan 2)
c. Sektan kiri atas : elemen gigi 2.4, 2.5, 2.6, 2.7 (sektan 3)
d. Sektan kiri bawah : elemen gigi 3.7, 3.6. 3.5, 3.4 (sektan 4)
e. Sektan anterior bawah : elemen gigi 3.3, 3.2, 3.1, 4.1, 4.2, 4 (sektan 5)
f. Sektan kanan bawah : elemen gigi 4.4, 4.5, 4.6, 4.7 (sektan 6)
Gigi Index CPITN terbagi dan tergantung atas tiga kelompok umur yaitu :
125
a. Umur 20 tahun atau lebih
b. Umur 16 tahun sampai 19 tahun
c. Umur kurang dari 15 tahun
Lebih mudah tentang kelompok umur, gigi index dan skornya adalah sebagai
berikut:
a. Umur 20 tahun atau lebih, gigi index yang diperiksa adalah 1.7, 1.6, 1.1, 2.1,
2.6, 2.7, 3.7, 3.6, 3.1, 4.1, 4.6, 4.7, dengan skor 0, 1, 2, 3, 4.
b. Umur 16 tahun sampai 19 tahun, gigi index yang diperiksa adalah 1.6, 1.1, 2.6,
3.6, 3.1, 4.6, dengan skor 0, 1, 2, 3, 4.
c. Umur kurang dari 15 tahun, gigi index yang diperiksa adalah sama dengan 16-
19 tahun, dengan skor 0,1, 2.
Bila ada kasus diantara keenam gigi indeks yang seharusnya diperiksa tidak ada,
maka penilaian debris indeks dan kalkulus indeks masih dapat dihitung apabila ada
dua gigi indeks yang dapat dinilai.
Kriteria penilaian kebersihan gigi dan mulut (OHI-S) seseorang dapat dilihat dari
adanya debris dan kalkulus pada permukaan gigi. Untuk menentukan kriteria
127
penilaian debris atau penilaian OHI-S, maka dipakai tabel debris score dan calculus
score
No KRITERIA NILAI
Debris Index =
128
Dalam pemeriksaan calculus kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut :
No KRITERIA NILAI
Calculus Index =
Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah
latihan berikut!
1. Sebutkan dan jelaskan tahapan pemeriksaan obyektif.
Ringkasan
Pemeriksaan obyektif berisi informasi atau data sebenarnya dari jaringan lunak,
jaringan keras/gigi dan mulut klien, agar dapat di identifikasi masalah, kebutuhan
kesehatan dan keperawatan gigi. Pada bagian ini setidaknya ada 4 hal yaitu Pemeriksaan
ekstra oral, Pemeriksaan intra oral, Pemeriksaan gigi geligi, Penilaian risiko penyakit gigi
dan mulut. Data pemeriksaan ekstra oral meliputi : kesan umum; kondisi muka;
pemeriksaan kelenjar limfe kanan dan kiri. Data pemeriksaan intra oral meliputi :
Pemeriksaan mukosa mulut; Kelainan/anomali gigi; Kelainan gusi. Data pemeriksaan gigi
geligi meliputi : Pemeriksaan jaringan keras gigi; Pemeriksaan fisik dasar seperti: Inspeksi,
Sondasi, Perkusi, Palpasi, Tes mobilitas, Tes vitalitas. Data penilaian risiko penyakit gigi dan
mulut meliputi: Index pengalaman karies (DMF-T, def-t), Community Periodontal Index for
Treatment Needs (CPITN), Index kebersihan mulut (OHI-S), pH dan Viskositas Saliva.
130
Tes 2
1. Lakukanlah pemeriksaan obyektif pada klien dengan keluhan sakit gigi ringan!
2. Mintalah pembimbing anda untuk mengawasi dan menilai tindakan pemeriksaan
obyektif yang anda lakukan menggunakan Kartu Pencatatan Asuhan Kesehatan Gigi
dan Mulut (Kesgimul) dan Format Penilaian yang tersedia.
Kartu Pencatatan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut (Kesgimul) bagian pemeriksaan obyektif
1. Kesan Umum :
a. Kesadaran : ................................ e. Nadi : ........ kali/menit
b. Tinggi Badan : ........ cm f. Suhu : ........ C
c. Berat Badan : ........ Kg g. Respirasi : ........ kali/menit
d. Tensi Darah : ........ mm/Hg h. Nyeri : Skala ........
2. Pemeriksaan Extra Oral :
a. Kesadaram : .................................
b. Kesan Umum : Normal / ada kelaianan : ..................
c. Muka : Simetris/ tidak simetris
d. Kelenjar limpe : Kanan Kiri
Teraba / Tidak Teraba Teraba / Tidak Teraba
1. Lidah : 1. Bentuk :
2. Pipi : 2. Ukuran :
3. Bibir : 3. Posisi :
4. Palatum : 5. Warna :
5. Kelaianan yg ditemukan : 6. Gusi :
c. Kelainan gusi
131
d. Pemeriksaan jaringan gigi geligi
Gigi/ Data/
Inspeksi Thermis Sondasi Perkusi Druk Mobiliti
REGIO masalah
d= D=
e= F=
Skor OHI-S :
Kriteria OHI-S :
132
Sesudah Oral Prophylaxis Treatment
Skor OHI-S :
Kriteria OHI-S :
JUMLAH ..........
133
Kunci JawabanTes
Tes 1
ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN
JUMLAH 100
134
Tes 2
ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN
JUMLAH 100
135
DaftarPustaka
Bricker, S. L., Langlais, R. P., Miller, C. S., (1994). Oral Diagnosis, Oral Medicine, and Treatment
Planning 2nd ed, A Waverly Company.
Depkes RI, (2004). Standar Nasional Rekam Medik Kedokteran Gigi. Jakarta: Ditjend Yanmedik
Depkes RI.
Grosssman, L.I., (1995). Ilmu Endodontik dalam Praktek Ed:11, Alih Bahasa: Rafiah Abyono. Jakarta:
EGC.
Isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Kasper DL, Asdie AH(Ed), (1999).
Harrison: Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta : EGC.
Kemenkes RI., (2014), Panduang Rekam Medis Kedokteran Gigi, Kemenkes, Jakarta
Redelmeier, Donald A., (2001). Problems for clinical judgement: 2. Obtaining a reliable past
medical history, CMAJ, 164(6).
Roberson, T., Heymann H.O., Edward, J. S. Jr, (2006). Sturdevant’s Art and Science of Operative
Dentistry Fifth Edition, USA : Mosby Elsevier, Missouri.
Sherwood, I. A., (2010). Essentials of Operative Dentistry, New Delhi : Jaypee Brothers Medical
Publisher.
Sriyono, N.W., 2005,Pengantar Ilmu Kedookteran Gigi Pencegahan, Medika Fakultas Kedokteran
UGM, Yogyakarta.
Sriyono, N.W., (2011). Kumpulan Naskah Ilmiah 6, Seri II Ilmu Kesehatan Oral, Yogyakarta :
Badan Penerbit FKIK, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah.
Walton, R.E. dan Torabinejad M., (1998). Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsi Ed:3, Alih
Bahasa Narlan Sumawinata dkk., “Principle and Practice of Endodontics”,Jakarata :
EGC.
136
BAB V
DIAGNOSIS PELAYANAN ASUHAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT
INDIVIDU
Sulur Joyo Sukendro, S.SiT,M.Kes
Pendahuluan
S audara-saudara mahasiswa, salam sukses untuk Anda semua. Pada bab sebelumnya
Anda sudah mempelajari tahapan pengkajian pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
individu.
Pada bab ini Anda akan mempelajari dua topik yang meliputi diagnosa asuhan
kesehatan gigi dan mulut, dan menyusun rumusan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan
mulut. Kedua tindakan tersebut dilakukan sebagai tindakan diagnosa pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut individu.
Diagnosa pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu merupakan penilaian
klinis tentang respons individu terhadap masalah kesehatan gigi dan mulut secara aktual.
Diagnosa pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu dilakukan oleh perawat gigi
yang mempunyai lisensi dan kompeten untuk mengatasinya. Diagnosa pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut individu disusun setelah menganalisis data pengkajian untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan gigi dan mulut yang melibatkan klien dan keluarganya
dan untuk memberikan arah pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Pernyataan diagnosa
asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah hasil dari proses diagnostik selama perawat gigi
menggunakan pemikiran kritis, dikembangkan untuk klien, keluarga, atau komunitas dan
mencakup data fisik perkembangan, intelektual, emosi, sosial dan spiritual yang
didapatkan selama pengkajian.
Tujuan setelah mengikuti mata kuliah ini Anda (mahasiswa) mampu menentukan
diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut pada klien individu, dan menyusun rumusan
diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut pada klien individu sesuai prosedur.
Namun demikian sebelum Anda melakukan praktik diagnosa pada klien pelayanan
asuhan kesehatan gigi dan mulut individu di klinik, Anda sudah harus menguasai
pengetahuan konsep, proses, dan tahapan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
individu. Untuk itu persiapkan diri Anda dengan mempelajari kembali ilmu-ilmu di atas,
sebagai bekal untuk melakukan diagnosa pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
individu berupa merumuskan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut pada klien
individu, dan menyusun rumusan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut pada klien
individu.
137
Topik 1
Diagnosa Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut
Sulur Joyo Sukendro, S.SiT,M.Kes
Diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut merupakan tahap kedua dari proses
asuhan kesehatan gigi dan mulut setelah tahap assesment (pengkajian). Mari kita masuk
pada topik pertama, yaitu topik tentang diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut pada
klien individu.
Dalam pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut, diagnosis dapat diartikan
sebagai analisis dari penyebab dan sifat dari suatu masalah dan atau situasi atau suatu
pernyataan mengenai solusinya. Miller memperkenalkan suatu konsep dari diagnosis
asuhan kesehatan gigi dan mulut (Dental Hygiene Diagnosis) sebagai bentuk yang tepat
untuk mengambarkan ekspresi dari kemampuan pembuatan keputusan dan penilaian dari
perawatan gigi. Diagnosis adalah suatu proses berpikir kritis berdasarkan data – data klinis
klien yang dianalisa dan ditandai oleh sebuah pernyatan diagnosa.
Darby & Walsh (2003) mengemukakan suatu teori diagnosa asuhan kesehatan gigi
dan mulut sebagai bagian dari proses diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut yang
menggunakan teori kebutuhan manusia dengan penekanan kepada 8 kebutuhan manusia
dari klien yang berhubungan dengan perawatan gigi. Menggunakan teori kebutuhan
manusia sebagai kerangka kerja konsepnya diagnosa kesehatan gigi dan mulut adalah
suatu identifikasi dari tidak terpenuhinya kebutuhan manusia dari pasien yang
berhubungan dengan perawatan gigi. Diagnosa keperawatan gigi menurut Darby dan
Walsh (2005) ini dibuat oleh seorang perawat gigi professional yang mempunyai lisensi
dengan mengidentifikasi faktor-faktor aktual maupun potensial dari ketidakterpenuhinya
kebutuhan manusia dari pasien.
Sedangkan Wilkins (2005) mengemukakan sebuah teori diagnosis keperawatan gigi
yang berdasarkan teori Dental Hygiene Care. Diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut
menurut Wilkins (2005) diformulasikan berdasarkan kondisi masalah aktual dan atau
potensi masalah yang ditemukan dalam rongga mulut klien (pasien) yang dapat dicegah,
diminimalisir, atau diatasi dengan tindakan perawatan mandiri atau perawatan kolaboratif
(rujukan).
Lebih jelasnya diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut ini ditulis berdasarkan
masalah, faktor risiko masalah dan atau signs (tanda-tanda) kelainan, atau penyakit dan
disebutkan pula kemungkinan etiologinya berdasarkan seluruh data dari hasil pengkajian.
Diagnosa Keperawatan Gigi ditegakkan berdasarkan :
138
Pengambilan Data – Data klien atau pasien yang akurat:
A. Mengidentifikasi adanya masalah atau ketidak terpenuhinya kebutuhan manusia
yang berhubungan dengan kesehatan mulut yang dapat dipenuhi oleh proses
keperawatan gigi.
B. Perilaku penting untuk perencanaan dan implementasi keperawatan gigi yang
efektif dan mengevaluasi hasilnya (keluarannya).
139
DIAGNOSA ASUHAN KESGIMUL DIAGNOSA KEDOKTERAN GIGI
Diaplikasikan untuk individu dan kelompok Diaplikasikan untuk penyakit individual
masyarakat
Dapat berubah seiring perubahan perilaku Tetap sama selama penyakitnya ada
dan respon-respon klien
140
Gambar 5.3 Diagnosis Asuhan Kesgimul
Sumber : Darby, 2010
142
menunjukkan respons manusia terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan
yang aktual dan potensial.
Gambar 5.6 Beda Antara Diagnosa Medis Dengan Diagnosa Asuhan Kesgimul
Sumber : www.swatt.online.com, (diakses 9 Maret 2018)
Berikut adalah tabel perbedaan antara diagnosa medis dengan diagnosa asuhan
kesgimul.
Hal Diagnosa Medis Diagnosa asuhan kesgimul
Sifat Tidak berubah Berubah karena perubahan
pemulihan situasi atau perspektif
pasien
Tujuan Untuk mengidentifikasi dan Untuk mengarahkan rencan asuhan
merancang rencana pengobatan untk membantu klien dan
untuk menyembuhkan penyakit keluarganya beradaptasi terhadap
atau proses patologis penyakit mereka dan untuk
menghilangkan masalah perawatan
kesehatan
Sasaran Untuk meresepkan pengobatan Untuk mengembangkan suatu
rencana asuhan yang bersifat
individual
143
D. Tahap-tahap identifikasi masalah
Ada enam tahap yang terlibat dalam identifikasi masalah yang terdiri dari
aktivitas penentuan diagnosa. Hasilnya adalah pernyataan diagnosa pasien yang
mengidentifikasi masalah pasien. Enam tahap tersebut antara lain:
1. Tahap merasakan masalah
Data ditinjau untuk mengidentifikasi masalah atau kebutuhan pasien yang dapat
digambarkan dengan label diagnosa keperawatan.
2. Tahap proses penapisan
Pada tahap ini, seorang perawat membandingkan dan membedakan hubungan di
antara data dan faktor yang diidentifikasi ke dalam kategori-kategori yang
berdasakan pada pemahaman tentang ilmu biologi, ilmu fisika, dan ilmu perilaku.
3. Tahap mensintesis data
Tahap ini, seorang perawat harus mampu memberikan gambaran yang
komprehesif tentang pasien dalam hubungannya dengan status kesehatan masa
lalu, sekarang, dan yang akan dating berdasarkan data yang dikumpulkan oleh
anggota tim perawatan kesehatan lainnya. Hal inilah yang disebut sebagai
mensintesis data.
4. Tahap mengevaluasi hipotesis
Maksudnya adalah meninjau diagnosa keperawatan kemudian bandingkan etiologi
yang telah dikaji dengan faktor “yang berhubungan”.
5. Tahap membuat daftar masalah atau kebutuhan pasien
Berdasarkan data yang diperoleh dari tahap 3 dan 4, label diagnosa keperawatan
yang akurat digabung dengan etiologi dan tanda atau gejala, jika ada, untuk
menyelesaikan pernyataan diagnosa pasien.
6. Tahap mengevaluasi ulang daftar masalah
Pada tahap ini, seorang perawat mengevaluasi daftar masalah yang telah didapat
pada tahap kelima.
145
3). Adanya inisiatif promosi kesehatan untuk meningkatkan derajat
kesehatan yang optimal misalnya pendidikan kesehatan pada keluarga,
komunitas, dan individu.
b. Masalah kemungkinan
c. Masalah aktual
146
Gambar 5.11 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Akan Kesan Wajah Yang Sehat
Sumber : www.info.kecantikan.com, (diakses 9 Maret 2018)
2. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan bebas dari kecemasan atau stress sehubungan
dengan:
No. Masalah No. Masalah
1 Cemas jika giginya berlubang 7 Cemas jika giginya goyang
2 Cemas jika giginya harus dicabut 8 Cemas jika harus dioperasi
3 Cemas jika giginya patah 9 Cemas jika harus disuntik
4 Cemas jika giginya sakit 10 Cemas jika giginya harus dibor
5 Cemas jika giginya ngilu 11 Cemas jika berdarah
6 Cemas jika gusinya bengkak
Gambar 5.12 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Akan Bebas Dari Kecemasan atau Stress
Sumber : www.hipnoterapijakartabekasi.com, (diakses 9 Maret 2018)
4. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan perlindungan dari resiko penyakit gigi dan mulut
sehubungan dengan :
No. Masalah No. Masalah
1 Pit dan fissure yang dalam 10 Kekurangan vitamin C
2 Gigi berjejal 11 Kekurangan kalsium
3 pH Air ludah terlalu tinggi 12 Kekurangan vitamin D
4 pH Air ludah terlalu rendah 13 Kekurangan fluoride
5 Tidak bisa menyikat gigi sendiri 14 Air ludah yang pekat
6 Bernafas melalui mulut 15 Mulut kering
7 Kebiasaan minum susu botol 16 Kebiasaan mengemut makanan
manis
8 Kebiasaan menggigit benda 17 Kebiasaan mengeratkan gigi
keras saat tidur
9 Gemar makan makanan manis 18 Tidak suka makan buah-buahan
dan lengket yang berserat dan berair
148
Gambar 5.14 Gigi Berjejal Dan Abrasi
Sumber : www. CaraMembuatResepCantik.com, (diakses 9 Maret 2018)
5. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan bebas dari rasa nyeri pada leher dan kepala
sehubungan dengan :
No. Masalah No. Masalah
1 Sakit berdenyut tiba-tiba pada 7 Nyeri pada pipi yang bengkak
gigi yang berlubang
2 Ngilu atau linu pada gigi yang 8 Nyeri pada leher karena ada
berlubang kelenjar yang bengkak
3 Sakit berdenyut pada gigi yang 9 Ngilu atau linu pada gigi yang
berlubang jika dipakai abrasi
mengunyah
4 Sakit berdenyut pada gigi yang 10 Ngilu atau linu pada gigi yang
berlubang jika ada makanan mengalami penurunan gusi
masuk
5 Nyeri pada gusi yang radang 11 Nyeri pada pipi, bibir, lidah,
atau bengkak langit-langit yang luka,
sariawan
6 Sakit kepala, leher yang
diakibatkan oleh adanya
gangguan atau penyakit yang
bermanifestasi pada rongga
mulut
149
Gambar 5.15 Gigi Nyeri Atau Linu Dan Sakit Berdenyut
Sumber : www.gejalarasasakitdalamtubuh.com, (diakses 9 Maret 2018)
6. Tidak terpenuhinya kondisi biologis gigi geligi yang baik sehubungan dengan :
No. Masalah No. Masalah
1 Gigi berlubang 8 Deep bite
2 Gigi berjejal 9 Hipokalsifkasi
3 Protusif 10 Hipoplasi
4 Progenese 11 Agenese
5 Cross bite 12 Mesiodent atau supernumerary
teeth
6 Impacted 13 Persistensi
7 Mal posisi
150
7. Tidak terpenuhinya kebutuhan untuk bertanggung jawab akan kesehatan gigi dan
mulutnya sendiri sehubungan dengan :
No. Masalah No. Masalah
1 Pewarnaan gigi akibat nikotin, 6 Bau nafas yang tidak sedap
rokok, teh, kopi akibat pembusukan sisa
makanan pada rongga mulut
2 Penumpukan plak akibat jarang 7 Bau nafas yang tidak sedap
menyikat gigi akibat penumpukan karang gigi
3 Penumpukan plak akibat cara 8 Bau nafas yang tidak sedap
menyikat gigi yang kurang tepat akibat konsumsi makanan,
minuman berbau tajam
4 Terbentuknya karang gigi akibat 9 Terbentuknya lubang gigi akibat
kelalaian menyikat gigi terpapar asam dalam waktu
yang cukup lama
5 Tidak menyikat gigi minimal 2x 10 Tidak menyikat gigi dengan cara
sehari setelah sarapan dan yang baik dan benar
sebelum tidur
151
9. Tidak terpenuhinya kebutuhan pengetahuan atau pemahaman yang baik tentang
kesehatan gigi dan mulut sehubungan dengan :
No. Masalah No. Masalah
1 Kurangnya pengetahuan 7 Kurangnya pengetahuan
tentang cara menyikat gigi tentang akibat lebih lanjut dari
yang baik dan benar karang gigi
2 Kurangnya pengetahuan 8 Kurangnya pengetahuan
tentang waktu menyikat gigi tentang radang gusi
yang tepat
3 Kurangnya pengetahuan 9 Kurangnya pengetahuan
tentang cara memelihara tentang akibat gigi sulung yang
kesehatan gigi dan mulut tanggal dicabut sebelum
selain menyikat gigi waktunya
4 Kurangnya pengetahuan 10 Kurangnya pengetahuan
tentang plak dan akibatnya tentang obat-obat tradisional
untuk kesehatan gigi
5 Kurangnya pengetahuan 1Kurangnya pengetahuan
tentang akibat lebih lanjut tentang penyakit-penyakit yang
karies yang tidak dirawat bermanifestasi di rongga mulut
6 Kurangnya pengetahuan
tentang konsumsi makanan
yang menyehatkan gigi
152
Latihan
Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah Latihan berikut!
1) Sebutkan dan jelaskan komponen diagnosa asuhan keperawatan gigi dan mulut?
Ringkasan
Diagnosa pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu merupakan penilaian
klinis tentang respons individu terhadap masalah kesehatan gigi dan mulut secara aktual,
yang dilakukan oleh perawat gigi yang mempunyai lisensi dan kompetensi. Diagnosa
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu disusun setelah menganalisis data
pengkajian untuk mengidentifikasi masalah kesehatan gigi dan mulut yang melibatkan
klien dan keluarganya dan untuk memberikan arah pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
Pernyataan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah hasil dari proses diagnostik
selama perawat gigi menggunakan pemikiran kritis, dikembangkan untuk klien, keluarga,
atau komunitaas dan mencakup data fisik perkembangan, intelektual, emosi, sosial dan
spiritual yang didapatkan selama pengkajian.
Tes 1
1. Berdasarkan hasil pemeriksaaan subyektif dan obyektif pada pembelajaran
sebelumnya, rumuskan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut pada klien!
2. Mintalah pembimbing anda untuk mengawasi dan menilai rumusan diagnosa asuhan
kesehatan gigi dan mulut yang anda lakukan menggunakan Format Penilaian yang
tersedia.
153
Format Penilaian Tes 1
ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN
100
A Kelengkapan informasi Max = 9 50
1. Problem 0,1,2,3 x 50 =
2. Etiology 0,1,2,3 .........
3. Symptom 0,1,2,3 9
B Kebenaran rumusan Max = 9 50
1. Problem 0,1,2,3
2. Etiology 0,1,2,3 x 50 =
3. Symptom 0,1,2,3 .......
9
JUMLAH ......
154
Topik2
Menyusun Rumusan Diagnosa Asuhan
Kesehatan Gigi dan Mulut
Sulur Joyo Sukendro, S.SiT,M.Kes
Mari kita masuk pada topik kedua, yaitu topik tentang menyusun rumusan diagnosa
asuhan kesehatan gigi dan mulut. Rumusan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut
disusun untuk membantu perawat gigi dalam menerapkan asuhan kesehatan kesehatan
gigi dan mulut pada klien individu. Sebuah diagnosis kesehatan gigi menjelaskan kondisi
atau masalah dari klien yang dapat diobati dalam lingkup kesehatan gigi praktek aktual
atau potensial. Kondisi ini atau masalah diidentifikasi melalui interpretasi data penilaian,
dan harus mengambil kebutuhan, nilai-nilai dan keyakinan klien menjadi pertimbangan.
Perawat Gigi akan menganalisis dan menafsirkan data subyektif dan data obyektif
untuk merumuskan diagnosis asuhan kesehatan gigi dan mulut. Sifat dari diagnosis asuhan
kesehatan gigi dapat bervariasi antara satu klien dengan klien yang lain. Rumusan
diagnosa keperawatan mengandung tiga komponen utama, yaitu :
A. Problem (P = masalah), merupakan gambaran keadaan klien dimana tindakan asuhan
kesehatan gigi dan mulut dapat diberikan. Masalah adalah kesenjangan atau
penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya tidak terjadi.
Tujuan : menjelaskan status kesehatan klien atau masalah kesehatan klien secara jelas
dan sesingkat mungkin. Diagnosis keperawatan disusun dengan menggunakan standar
yang telah disepakati, supaya ?
1. Perawat gigi dapat berkomunikasi dengan istilah yang dimengerti secara umum
2. Memfasilitasi dan mengakses diagnosa keperawatan gigi
3. Sebagai metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah keperawatan gigi
dengan masalah medis
4. Meningkatkan kerjasama perawat dalam mendefinisikan diagnosis dari data
pengkajian dan intervensi keperawatan, sehingga dapat meningkatkan mutu
asuhan keperawatan.
B. Etiologi (E = penyebab), keadaan ini menunjukkan penyebab keadaan atau masalah
kesehatan yang memberikan arah terhadap terapi asuhan kesehtan gigi dan mulut.
Penyebabnya meliputi : perilaku, lingkungan, interaksi antara perilaku dan lingkungan.
Unsur-unsur dalam identifikasi etiologi :
1. Patofisiologi penyakit : adalah semua proses penyakit, akut atau kronis yang
dapat menyebabkan atau mendukung masalah.
2. Situasional : personal dan lingkungan (kurang pengetahuan, isolasi sosial, dan
lainnya)
3. Medikasi (berhubungan dengan program pengobatan atau perawatan) :
keterbatasan institusi atau rumah sakit, sehingga tidak mampu memberikan
perawatan.
4. Maturasional
5. Adolesent : ketergantungan dalam kelompok
6. Young Adult : menikah, hamil, menjadi orang tua
7. Dewasa : tekanan karier, tanda-tanda pubertas.
C. Sign atau symptom (S = tanda dan gejala), adalah ciri, tanda atau gejala, yang
merupakan informasi yang diperlukan untuk merumuskan diagnosis keperawatan.
Jadi rumusan diagnosis asuhan kesehatan gigi dan mulut pada individu adalah : PES.
155
Gambar 5.19 Rumusan Diagnosis Asuhan Kesgimul Harus Benar
Sumber : www.mediagigi.com, (diakses 9 Maret 2018)
Perumusan harus jelas dan singkat dari respon klien terhadap situasi atau keadaan
yang dihadapi:
A. Spesifik dan akurat (pasti)
B. Dapat merupakan pernyataan dari penyebab
C. Memberikan arahan pada asuhan keperawatan
D. Dapat dilaksanakan oleh perawat pencerminan keadaan kesehatan klien
156
Cara menyusun rumusan diagnosis asuhan keperawatan gigi dan mulut yaitu sebagai
berikut :
A. Tulis masalah klien atau perubahan status kesehatan klien.
B. Pastikan bahwa masalah klien didahului adanya penyaebab dan keduanya
dihubungkan dengan kata “Sehubungan dengan (related to)”
C. Definisi karakteristik. Jika diikuti dengan penyebab kemudian dihubungkan dengan
kata “ ditandai dengan (as manifested by)”.
D. Tulis istilah yang umum digunakan.
E. Gunakan bahasa yang tidak memvonis.
F. Pastikan bahwa pernyataan masalah menandakan apakah keadaan yang tidak sehat
dari klien atau apa yang diharapkan klien bisa dirubah.
G. Hindarkan menggunaan definisi karakteristik, diagnosa medis atau sesuatu yang tidak
bisa dirubah dalam pernyataan masalah.
H. Baca ulang diagnosa keperawatan untuk memastikan bahwa pernyataan masalah bisa
dicapai dan penyebabnya bisa diukur oleh perawat.
158
Berikut adalah cara merumuskan diagnosa asuhan keperawatan gigi dan mulut :
A. Tuliskan diagnosa asuhan keperawaan pada kolom yang tersedia dengan mengacu
dari 8 jenis diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut.
B. Lanjutkan dengan membuat satu isian atau lebih masalah yang terjadi.
C. Lanjutkan dengan beberapa tanda-tanda atau gejala yang di keluhkan klien
159
MASALAH SIGNS atau
No. Diagnosa Askepgimul
sehubungan dengan: SYMPTOM
Tidak terpenuhinya Gigi berlubang pada gigi 1. ...............
10. kebutuhan akan bebas dari depan 2. ...............
kecemasan / stress 3. ...............
Cemas jika giginya harus 1. ...............
11. dicabut 2. ...............
3. ...............
Cemas jika giginya patah 1. ...............
12. 2. ...............
3. ...............
Cemas jika giginya sakit 1. ...............
13. 2. ...............
3. ...............
Cemas jika giginya ngilu 1. ...............
14. 2. ...............
3. ...............
Cemas jika gusinya 1. ...............
15. bengkak 2. ...............
3. ...............
Cemas jika giginya harus 1. ...............
16. dicabut 2. ...............
3. ...............
Cemas jika giginya goyang 1. ...............
17. 2. ...............
3. ...............
Cemas jika harus dioperasi 1. ...............
18. 2. ...............
3. ...............
Cemas jika harus disuntik 1. ...............
19. 2. ...............
3. ...............
Cemas jika giginya harus 1. ...............
20. dibor 2. ...............
3. ...............
Cemas jika berdarah 1. ...............
21. 2. ...............
3. ...............
160
MASALAH SIGNS atau
No. Diagnosa Askepgimul
sehubungan dengan: SYMPTOM
Tidak terpenuhinya Radang gusi 1. ...............
22. integritas (keutuhan) 2. ...............
jaringan kulit, mukosa dan 3. ...............
membrane pada leher dan Gusi mengalami penurunan 1. ...............
23. kepala 2. ...............
3. ...............
Luka/sariawan pada 1. ...............
24. gusi/lidah/palatal/pipi 2. ...............
3. ...............
Bibir pecah-pecah 1. ...............
25. 2. ...............
3. ...............
Periodontitis 1. ...............
26. 2. ...............
3. ...............
Bengkak/memar/lebam 1. ...............
27. pada pipi/bibir 2. ...............
3. ...............
Luka pada sudut bibir 1. ...............
28. 2. ...............
3. ...............
162
yang bermanifestasi pada
rongga mulut
Nyeri pada pipi yang 1. ...............
53. bengkak 2. ...............
3. ...............
Nyeri pada leher karena ada 1. ...............
54. kelenjar yang bengkak 2. ...............
3. ...............
Ngilu atau linu pada gigi 1. ...............
55. yang abrasi 2. ...............
3. ...............
Ngilu atau linu pada gigi 1. ...............
56. yang mengalami penurunan 2. ...............
gusi 3. ...............
Nyeri pada pipi, bibir, lidah, 1. ...............
57. langit-langit yang luka, 2. ...............
sariawan 3. ...............
Nyeri pada pipi yang 1. ...............
58. bengkak 2. ...............
3. ...............
Nyeri pada leher karena ada 1. ...............
59. kelenjar yang bengkak 2. ...............
3. ...............
Ngilu, linu pada gigi yang 1. ...............
60. abrasi 2. ...............
3. ...............
Ngilu, linu pada gigi yang 1. ...............
61. mengalami penurunan gusi 2. ...............
3. ...............
Nyeri pada pipi, bibir, lidah, 1. ...............
62. langit-langit yang luka, 2. ...............
sariawan 3. ...............
163
3. ...............
Impacted 1. ...............
68. 2. ...............
3. ...............
Mal posisi 1. ...............
69. 2. ...............
3. ...............
Deep bite 1. ...............
70. 2. ...............
3. ...............
Hipokalsifkasi 1. ...............
71. 2. ...............
3. ...............
Hipoplasi 1. ...............
72. 2. ...............
3. ...............
Agenese 1. ...............
73. 2. ...............
3. ...............
Mesiodent atau 1. ...............
74. supernumerary teeth 2. ...............
3. ...............
Persistensi 1. ...............
75. 2. ...............
3. ...............
164
tentang akibat lebih lanjut 2. ...............
dari karang gigi 3. ...............
Kurangnya pengetahuan 1. ...............
83. tentang radang gusi 2. ...............
3. ...............
Kurangnya pengetahuan 1. ...............
tentang akibat gigi sulung 2. ...............
84.
yang tanggal, dicabut 3. ...............
sebelum waktunya
Kurangnya pengetahuan 1. ...............
tentang obat-obat 2. ...............
85.
tradisional untuk 3. ...............
kesehatan gigi
Kurangnya pengetahuan 1. ...............
tentang penyakit-penyakit 2. ...............
86.
yang bermanifestasi di 3. ...............
rongga mulut
165
Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah
latihan berikut!
1. Sebutkan dan jelaskan tahapan merumuskan diagnosa asuhan keperawatan
gigi dan mulut?
Ringkasan
Rumusan diagnosa keperawatan mengandung tiga komponen utama, yaitu :
Problem (P/masalah), merupakan gambaran keadaan klien dimana tindakan asuhan
kesehatan gigi dan mulut dapat diberikan. Masalah adalah kesenjangan atau
penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya tidak terjadi. Etiologi (E/penyebab),
keadaan ini menunjukkan penyebab keadaan atau masalah kesehatan yang
memberikan arah terhadap terapi asuhan kesehtan gigi dan mulut. Penyebabnya meliputi
: perilaku, lingkungan, interaksi antara perilaku dan lingkungan. Sign/symptom (S/tanda
dan gejala), adalah ciri, tanda atau gejala, yang merupakan informasi yang diperlukan
untuk merumuskan diagnosis keperawatan.
Jadi rumusan diagnosis asuhan kesehatan gigi dan mulut pada indivudi adalah : PES.
Tes 2
1 Berdasarkan hasil pemeriksaaan subyektif dan obyektif pada pembelajaran
sebelumnya, susunlah rumusan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut pada
klien!
2 Mintalah pembimbing anda untuk mengawasi dan menilai rumusan diagnosa asuhan
kesehatan gigi dan mulut yang telah Anda susun menggunakan Format Penilaian
yang tersedia.
166
Kartu Pencatatan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut bagian diagnosa
ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN
Diagnosa Asuhan Kesgimul 100
1 Elemen atau regio gigi Max = 4 10
Elemen atau regio gigi ada 0,1,2 x 10 = .........
Penulisan elemen atau regio gigi benar 0,1,2 4
2 Data Max = 5 15
Data ada 0,1,2 x 15 = .........
Penulisan data benar 0,1,2,3 5
3 Diagnosa Askepgimul Max = 5 25
Diagnosa ada 0,1,2 x 25 = .........
Penulisan diagnosa benar 0,1,2,3 5
4 MASALAH Max = 5 25
Masalah ada 0,1,2 x 25 = .........
Penulisan masalah benar 0,1,2,3 5
5 SIGNS atau SYMPTOM Max = 5 25
Signs atau Symptom ada 0,1,2
x 25 = .......
Penulisan Signs atau Symptom benar 0,1,2,3 5
JUMLAH ......
167
Kunci JawabanTes
Tes 1
ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN
100
A Kelengkapan informasi Max = 9 50
1. Problem 0,1,2,3 9 x 50 = 50
2. Etiology 0,1,2,3 9
3. Symptom 0,1,2,3
B Kebenaran rumusan Max = 9 50
1. Problem 0,1,2,3 9 x 50 = 50
0,1,2,3 9
2. Etiology
3. Symptom 0,1,2,3
JUMLAH 100
Tes 2
ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN
Diagnosa Asuhan Kesgimul 100
1 Elemen atau regio gigi Max = 4 10
Elemen atau regio gigi ada 0,1,2 4 x 10 = 10
Penulisan elemen atau regio gigi benar 0,1,2 4
2 Data Max = 5 15
Data ada 0,1,2 5 x 15 = 15
Penulisan data benar 0,1,2,3 5
3 Diagnosa Askepgimul Max = 5 25
Diagnosa ada 0,1,2 5 x 25 = 25
Penulisan diagnosa benar 0,1,2,3 5
4 MASALAH Max = 5 25
Masalah ada 0,1,2 5 x 25 = 25
Penulisan masalah benar 0,1,2,3 5
5 SIGNS atau SYMPTOM Max = 5 25
Signs atau Symptom ada 0,1,2
5 x 25 = 25
Penulisan Signs atau Symptom benar 0,1,2,3
5
JUMLAH 100
168
DaftarPustaka
Darby LM, Walsh MM. (2010). Dental Hygiene Theory And Practice. 3rd ed. St. Louis:
Saunders Elsevier.
Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, & Carranza FA. (2012). Carranza's Clinical
Periodontology. 11th ed. St. Louis: Elsevier.
CDHBC Practice Standards and Practice Standard Policies. (2013) Victoria: College of
Dental Hygienists of British Columbia.
CDHBC Scope of Practice. (2013). Victoria: College of Dental Hygienists of British Columbia.
Wilkins EM. (2013). Clinical Practice Of The Dental Hygienist. 11th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
169
BAB VI
PERENCANAAN PELAYANAN ASUHAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT INDIVIDU
Sulur Joyo Sukendro, S.SiT,M.Kes
Pendahuluan
S udara-saudara mahasiswa, salam sukses untuk Anda semua. Pada bab sebelumnya
Anda sudah mempelajari diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut individu.
Pada bab ini Anda akan mempelajari dua topik yang meliputi menetapkan rencana
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu, dan menyusun rencana pelayanan
asuhan kesehatan gigi dan mulut individu. Kedua tindakan tersebut dilakukan sebagai
tindakan perencanaan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu.
Perencanaan adalah perilaku asuhan kesehatan gigi dan mulut dimana tujuan yang
berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi asuhan
kesehatan gigi dan mulut dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Ada juga yang
mendefinisikan perencanaan adalah sesuatu yang telah dipertimbangkan secara
mendalam, tahap yang sistematis dari proses asuhan kesehatan gigi dan mulut meliputi
kegiatan pembuatan keputusan dan pemecahan masalah.
Tahap perencanaan asuhan kesehatan gigi dan mulut memberi kesempatan kepada
perawat, klien, keluarga, dan orang terdekat klien untuk merumuskan rencana tindakan
asuhan kesehatan gigi dan mulut guna mengatasi masalah yang dialami klien.
Perencanaan merupakan petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat rencana
tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan
kebutuhannya berdasarkan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut.
Tujuan setelah mengikuti mata kuliah ini Anda (mahasiswa) mampu menetapkan
dan merumuskan rencana pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu sesuai
prosedur. Namun demikian sebelum Anda melakukan praktik perencanaan pada klien
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu di klinik, Anda sudah harus
menguasai pengetahuan konsep, proses, dan tahapan pelayanan asuhan kesehatan gigi
dan mulut individu. Untuk itu persiapkan diri Anda dengan mempelajari kembali ilmu-ilmu
di atas, sebagai bekal untuk melakukan pengkajian berupa pemeriksaan subyektif dan
obyektif pada klien pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu.
Perencanaan adalah suatu proses menentukan kegiatan yang akan dilakukan secara
sistematis sesuai dengan keinginan. Sedangkan produk suatu perencanaan adalah:
Para manajer harus memutuskan apa yang ingin dikerjakan, menetapkan tujuan jangka
pendek dan jangka panjang untuk organisasi, serta memutuskan alat apa yang akan digunakan
untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam rangka melakukan hal itu manajer harus mengestimasikan
sejauh mana kemungkinan dapat dicapai, baik dilihat dari aspek ekonomi, sosial, politik dan
lingkungan, serta dihubungkan dengan sumber-sumber yang ada untuk menwujudkan rencana
tersebut.
1. Organisasi akan mencadangkan sejumlah sumber daya tertentu yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.
2. Anggota-anggota organisasi akan menjalankan kegiatan-kegiatan sesuai dengan cara yang
telah ditentukan.
3. Kemajuan dalam pencapaian tujuan akan dipantau dan diukur sehingga tindakan-tindakan
koreksi dapat diputuskan bila pencapaian tujuan tersebut tidak memuaskan.
Rencana dapat dibedakan menjadi:
171
Topik 1
Rencana asuhan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah catatan yang berisi tentang
intervensi dan rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut. Rencana asuhan kesehatan gigi
dan mulut adalah pengkajian dan pengidentifikasian masalah yang sistematis, penentuan
tujuan, serta strategi pelaksanaan pemecahan masalah. Perencanaan asuhan kesehatan
gigi dan mulut adalah penyusunan rencana tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut
yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosa asuhan
kesehatan gigi dan mulut yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan
klien.
Tujuan rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut dapat dibagi menjadi dua, yaitu
tujuan administratif dan tujuan klinik :
A. Tujuan administratif
1. Untuk mengidentifikasi fokus asuhan kesehatan gigi dan mulut kepada klien atau
kelompok.
2. Untuk membedakan tanggung jawab perawat dan profesi kesehatan yang lain.
3. Untuk menyediakan suatu kriteria guna pengulangan dan evaluasi asuhan
kesehatan gigi dan mulut.
4. Untuk menyediakan kriteria klasifikasi klien.
B. Tujuan klinik
1. Menyediakan suatu pedoman penulisan.
2. Mengkomunikasikan dengan staf perawat, apa yang diajarkan, apa yang
diobservasi dan apa yang dilaksanakan.
3. Menyediakan kriteria hasil sebagai pengulangan dan evaluasi asuhan kesehatan
gigi dan mulut.
4. Rencana tindakan yang spesifik secara langsung bagi individu, keluarga, dan tenaga
kesehatan lainnya untuk melaksanakan tindakan.
172
Gambar. 6.2 Rencana adalah memberikan arah kegiatan
Sumber : www.definisimu.blogspot.com. (diakses 10 maret 2018)
Langkah-langkah perencanaan:
Langkah dalam rencana asuhan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah :
menentukan proritas, menetapkan tujuan, menentukan kriteria hasil.
A. Menentukan prioritas
Dalam menentukan perencanaan perlu disusun suatu sistem untuk menentukan
diagnosa yang akan diambil pertama kali. Salah satu sistem yang bisa digunakan
adalah hirarki “kebutuhan manusia”.
Penetapan prioritas adalah penyusunan urusan diagnosis asuhan kesehatan gigi dan
mulut dengan menggunakan tingkat kepentingan untuk memperoleh tahapan
intervensi keperawatan yang dibutuhkan bersama klien, anda akan memilih prioritas
berdasarkan kedaruratan masalah, keselamatan dan keinginan klien,sifat terapi dan
hubungan antar diagnosis.
Berdasarkan kepentingan, prioritas dapat dikategorikan menjadi :
1. Prioritas Tingggi: prioritas yang mencerminkan situasi yang mengancam kehidupan
(nyawa seseorang sehingga perlu dilakukan tindakan terlebih dahulu
2. Prioritas Sedang : prioritas ini menggambarkan situasi yang tidak gawat dan tidak
mengancam kehidupan klien
3. Prioritas Rendah : prioritas yang menggambarkan situasi yang tidak berhubungan
langsung dengan prognosis dari suatu penyakit yang secara spesifik.
Dengan mengidentifikasi prioritas kelompok diagnosa asuhan kesehatan gigi dan
mulut dan masalah kolaboratif, perawat gigi dapat memprioritaskan peralatan yang
diperlukan.
Perbedaan antara prioritas diagnosa atau diagnosa yang penting adalah :
1. Prioritas diagnosa adalah diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut atau masalah
asuhan kesehatan gigi dan mulut, jika tidak diatasi saat ini, akan berdampak
buruk terhadap keadaan fungsi dan status kesehatan.
173
Gambar. 6.3 Prioritas itu penting
Sumber : www.futuready.com. (diakses 10 maret 2018)
2. Diagnosa yang penting adalah diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut atau
masalah kolaboratif dimana intervensi dapat ditunda untuk beberapa saat tanpa
berdampak terhadap status fungsi kesehatan.
174
b) Hirarki Kalish, (tahun) lebih jauh menjelaskan kebutuhan maslow dengan
berbagai macam perkembangan, yaitu :
1) Kebutuhan bertahan hidup : makanan, udara, air, suhu, istirahat,
eliminasi, penghindaran nyeri.
2) Kebutuhan stimuli : seks, aktivitas, eksplorasi, manipulasi,
kesenangan baru.
3) Kebutuhan keamanan : keselamatan, keamanan, kedekatan.
4) Mencintai, memiliki, kedekatan.
5) Penghargaan, harga diri.
6) Aktualisasi diri.
B. Menetapkan tujuan
Tujuan asuhan kesehatan gigi dan mulut merupakan pedoman yang luas/umum
dimana klien diharapkan mengalami kemajuan dalam berespon terhadap tindakan.
Tujuan dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Tujuan jangka panjang
Tujuan jangka panjang adalah tujuan yang mengidentifikasi arah keseluruhan atau
hasil akhir asuhan kesehatan gigi dan mulut. Tujuan ini tidak tercapai sebelum
pemulangan. Tujuan jangka panjang memerlukan perhatian yang terus menerus
dari klien dan (atau) orang lain.
Tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam waktu yang lama, biasanya lebih dari
satu minggu atau satu bulan. Kriteria hasil dalam tujuan jangka panjang ditujukan
pada unsur “problem (masalah)” dalam diagnosa asuhan kesehatan gigi dan
mulut. Misalnya : klien mampu mempertahankan kontrol kadar gula darah satu
kali dalam satu minggu selama dua bulan pertama pasca asuhan kesehatan gigi
dan mulut di rumah sakit.
2. Tujuan jangka pendek
Tujuan jangka pendek adalah tujuan yang harus dicapai sebelum pemulangan.
Misalnya : rasa nyeri klien berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan
asuhan kesehatan gigi dan mulut selama 2×24 jam. Tujuan yang diharapkan bisa
dicapai dalam waktu yang singkat, biasanya kurang dari satu minggu. Tujuan
jangka pendek ditujukan pada unsur E/S (etiologi, tanda dan gejala) dalam
diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut.
175
Gambar. 6.7 Tujuan akan memberikan arah
Sumber : www.1071klitefm.com. (diakses 10 maret 2018)
176
Kriteria hasil ditujukan pada klien. Kriteria hasil harus menunjukan apa yang akan
dilakukan klien, kapan, dan sejauh mana tindakan akan bisa dilaksanakan.
S : Spesifik (tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda).
M : Measurable (harus dapat diukur, dilihat, didengar, diraba, dirasakan dan
dibau)
A : Tujuan harus dapat dicapai (Achievable)
R : Tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (Reasonable)
T : Time (batasan waktu atau tujuan asuhan kesehatan gigi dan mulut)
2. Singkat dan jelas.
Menggunakan kata-kata yang singkat dan jelas, sehingga akan memudahkan
perawat untuk mengidentifikasikan tujuan dan rencana tindakan.
3. Dapat diobservasi dan diukur untuk menentukan keberhasilan atau
kegagalan.Tujuan yang dapat diobservasi dan diukur meliputi pertanyaan “apa”
dan “sejauh mana”. Contoh kata kerja yang bisa diukur, meliputi ; menyatakan,
melaksanakan, mengidentifikasi, adanya penurunan dalam……., adanya
peningkatan pada……., tidak adanya……. Contoh kata kerja yang tidak dapat diukur
melalui penglihatan dan suara adalah : menerima, mengetahui, menghargai dan
memahami.
4. Ada batas waktunya.
5. Realistik.
Kriteria hasil harus dapat dicapai sesuai dengan sarana dan prasarana yang
tersedia, meliputi : biaya, peralatan, fasilitas, tingkat pengetahuan, afek emosi dan
kondisi fisik. Jumlah staf perawat harus menjadi satu pertimbangan dalam
penyusunan tujuan dan kriteria hasil.
6. Ditentukan oleh perawat dan klien.
Setelah menentukan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut yang ditentukan,
perlu dilakukan diskusi antara perawat dan klien untuk menentukan kriteria hasil
dan rencana tindakan untuk memvalidasi.
Penulisan kriteria hasil mencakup semua respon manusia, meliputi : kognitif
(pengetahuan), afektif (emosi dan perasaan), psikomotor dan perubahan fungsi
tubuh (keadaan umum dan fungsi tubuh, serta gejala).
Gambar. 6.9 Kriteria hasil disusun bersama perawat gigi dan klien
Sumber : www.intisari.grid.id.com. (diakses 10 maret 2018)
177
E. Menentukan rencana tindakan
Rencana tindakan adalah desain spesifik intervensi untuk membantu klien dalam
mencapai kriteria hasil. Rencana mendefinisikan suatu aktifitas yang diperlukan untuk
membatasi faktor-faktor pendukung terhadap suatu permasalahan.
Intervensi asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu tindakan langsung kepada
klien yang dilaksanakan oleh perawat gigi. Tindakan tersebut meliputi tindakan
independen asuhan kesehatan gigi dan mulut berdasarkan diagnosa asuhan kesehatan
gigi dan mulut, tindakan medis berdasarkan diagnosa medis dan membantu
pemenuhan kebutuhan dasar fungsi kesehatan kepada klien yang tidak dapat
melakukannya.
Diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut, intervensi ditujukan untuk :
1. Mengurangi atau membatasi faktor penyebab dan masalah.
2. Meningkatkan status kesehatan klien.
3. Memonitor status kesehatan.
4. Mengurangi dan membatasi faktor resiko.
5. Mencegah masalah yang akan timbul.
6. Memonitor terjadinya masalah.
7. Pengkajian aktifitas untuk menyusun diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut
dan masalah kolaborasi.
8. Memonitor aktifitas untuk mengevaluasi status fisiologi tertentu.
9. Rencana tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut.
10. Tindakan medis, berhubungan dengan respon dari tindakan medis.
11. Aktifitas fungsi kesehatan sehari-hari yang mungkin tidak berpengaruh terhadap
diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut atau medis tetapi telah dilakukan oleh
perawat kepada klien yang tidak dapat melaksanakan kebutuhannya.
12. Aktifitas untuk mengevaluasi dampak dan tindakan asuhan kesehatan gigi dan
mulut dan medis.
13. Memonitor perubahan status kesehatan.
14. Mengelola perubahan status kesehatan terhadap intervensi asuhan kesehatan
gigi dan mulut dan medis.
15. Mengevaluasi respon.
G. Perencanaan Pulang
Perawat juga harus mempertimbangkan kebutuhan yang akan datang bagi klien,
khususnya pemulangan dari fasilitas asuhan kesehatan gigi dan mulut kesehatan.
Perencanaan pulang/discharge planning dimulai atau direncanakan disaat klien
memasuki tatanan asuhan kesehatan gigi dan mulut kesehatan. Hal ini perlu dilakukan
untuk menentukan kesinambungan asuhan kesehatan gigi dan mulut dan untuk
menentukan tempat pemulangan yang diantisipasi, misalnya rumah atau fasilitas
asuhan kesehatan gigi dan mulut yang terlatih.
Perawat bertanggung jawab untuk :
179
1. merencanakan kesinambungan asuhan kesehatan gigi dan mulut antara personal
asuhan kesehatan gigi dan mulut antara pelayanan dalam tatanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut dan antara tatanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
dan komunitas.
2. Memulai rujukan ke pelayanan komunitas lainnya dan memberikan arahan yang
diperlukan bagi klien atau keluarga yang sedang belajar untuk mempercepat
penyembuhan dan meningkatkan keadaan sehat.
H. Dokumentasi
Dokumentasi rencana tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut merupakan
penulisan rencana tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut dalam suatu bentuk
yang bervariasi guna mempromosikan asuhan kesehatan gigi dan mulut yang meliputi
: asuhan kesehatan gigi dan mulut individu, asuhan kesehatan gigi dan mulut yang
kontinyu, komunikasi, dan evaluasi.
Karakteristik dokumentasi rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah :
1. Ditulis oleh perawat
Rencana tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut disusun dan ditulis oleh
perawat profesional yang mempunyai dasar pendidikan yang memadai.
2. Dilaksanakan setelah kontak pertama kali dengan klien.
Setelah kontak pertama kali dengan klien. Pengkajian merupakan waktu yang
tepat dilakukan dokumentasi diagnosa aktual atau resiko, kriteria hasil dan
rencana tindakan.
3. Diletakkan di tempat yang strategis (mudah didapatkan).
Bisa diletakkan dicatatan medis klien, di tempat tidur atau di kantor perawat. Hal
ini terus dilakukan karena rencana tindakan ini disediakan untuk semua tenaga
kesehatan yagn ada.
4. Informasi yang baru.
Semua komponen rencana tindakan harus selalu diperbaharui. Hal ini ditujukan
agar waktu perawat bisa dipergunakan secara efektif.
180
Gambar. 6.13 Dokumentasi itu penting
Sumber : http://dickerson-bakker.com. (diakses 10 maret 2018)
Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah
latihan berikut!
1. Sebutkan dan jelaskan tahapan menetapkan rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut.
Ringkasan
Rencana pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu, dan menyusun
rencana pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu. Kedua tindakan tersebut
dilakukan sebagai tindakan perencanaan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
individu.
Perencanaan adalah perilaku asuhan kesehatan gigi dan mulut dimana tujuan yang
berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi asuhan
kesehatan gigi dan mulut dipilih untuk mencapai tujuan. Rencana tindakan adalah desain
spesifik intervensi untuk membantu klien dalam mencapai kriteria hasil.
Rencana mendefinisikan suatu aktifitas yang diperlukan untuk membatasi faktor-
faktor pendukung terhadap suatu permasalahan. Komponen rencana tindakan asuhan
kesehatan gigi dan mulut terdiri dari : Waktu, menggunakan kata kerja, Fokus pada
pertanyaan: siapa, apa, dimana, kapan, yang mana, dan bagaimana.
Tes 1
1 Berdasarkan hasil diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut pada pembelajaran
sebelumnya, tetapkan rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut pada klien!
2 Mintalah pembimbing anda untuk mengawasi dan menilai rencana asuhan
kesehatan gigi dan mulut yang telah Anda tetapkan menggunakan Format Penilaian
yang tersedia.
181
Penetapkan rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut
15 Mengevaluasi respon.
182
Format Penilaian Tes 1
ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN
100
JUMLAH ......
183
Topik2
184
Gambar. 6.14 Perencanaan perlu dikomunikasikan kepada klien
Sumber : www.healtcare.com. (diakses 10 maret 2018)
Catatan yang runtut setiap masalah dengan berbagai solusinya tersebut sangat
berguna sekali untuk memformulasikan asuhan kesehatan gigi dan mulut yang
komprehensip pada seorang klien, dan akan menjadi rujukan penting dalam
menentukan berbagai alternatif asuhan kesehatan gigi dan mulut yang akan
diberikan. Bentuk rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut umumnya bersifat
fleksibel dapat berubah atau dimodifikasi sesuai dengan prioritas kegawatan dan
kebutuhan klien dengan mengikuti pola; penanganan kondisi akut, pengendalian
penyakit, mengembalikan gangguan fungsi dan pemantauan atau tindak lanjut.
Tindakan yang harus segera dilakukan untuk solusi masalah yang terkait dengan
keluhan dapat berupa asuhan kesehatan gigi dan mulut pada klien. Asuhan kesehatan
gigi dan mulut pada klien ditujukan untuk mengurangi gejala-gejala yang berkembang
sedang tindakan kuratif ditujukan untuk menghilangkan masalah. Sebagai contoh
misalnya pada kasus infeksi gingiva; untuk mengendalikan infeksi dan mengurangi
nyeri dapat diberikan kumur anseptik, sedang untuk asuhan kesehatan gigi dan mulut
preventif dapat dilakukan scalling. Bilamana dimungkinkan tujuan utama asuhan
kesehatan gigi dan mulut adalah kuratif, yaitu menghilangkan penyebab dan masalah.
185
Tabel 6-1: beberapa alternatif rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut
Masalah Pasien Beberapa kemungkinan solusi
Keluhan
Meliputi berbagai kondisi seperti nyeri, A. Asuhan kesehatan gigi dan mulut terbaik
kelukaan, infeksi atau perdarahan ialah mengendalikan kondisi akut meliputi
pengendalian infeksi dan nyeri, scaling.
Masalah kesehatan
A. Memodifikasi prosedure asuhan kesehatan
Kondisi pasien dengan gusi meradang dan gigi dan mulut
turun B. Untuk masalah medik yang kompleks dan
bila dari riwayat dan pemeriksaan fisik pasien
tidak diperoleh kejelasan penyakitnya perlu
konsultasi medik
Pengobatan yang sedang dijalani pasien A. Menyelidiki aksi, interaksi dan efek
samping obat
Alergi atau idiosinkrasi atau reaksi A. Menghindari pemakaian obat yang sama
terhadap obat B. Menghindari penggunaan obat yang
menimbulkan reaksi
Beberapa alternatif rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut perlu pendekatan
menyeluruh berbagai faktor terkait termasuk fleksibilitas, dan efektifitasnya untuk
menyelesaikan masalah. Untuk memudahkan hal ini maka dibuat daftar solusi untuk
setiap masalah gigi dan mulut. Hal-hal yang bertentangan, kurang memuaskan atau
suatu solusi yang mungkin sulit untuk dilaksanakan dapat dikesampingkan sampai
dicapai suatu keputusan rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut yang paling sesuai
dengan kebutuhan pasien. Harus diperhatikan bahwa untuk sebagian asuhan
kesehatan gigi dan mulut dan mulut perlu mempertimbangkan adanya asuhan
kesehatan gigi dan mulut sebagai konsekuensi difinitif yang harus dimasukkan dalam
proses perencanaan asuhan kesehatan gigi dan mulut. Sebagai contoh misalnya untuk
kasus gigi molar pertama mandibula dengan pulpa yang nekrose, solusinya dapat
dilakukan rujukan ke dokter gigi. Asuhan kesehatan gigi dan mulut tersebut
186
membawa konsekuensi tambahan dalam perencanaan asuhan kesehatan gigi dan
mulut.
Terhadap beberapa masalah yang potensial menimbulkan komplikasi medik,
perlu dipikirkan langkah-langkah alternatif dengan cara memodifikasi asuhan
kesehatan gigi dan mulut gigi dan mulut atau melakukan konsultasi untuk
mendapatkan asesmen medik yang definitif. Tujuan utama dalam tahapan ini ialah
mencegah timbulnya komplikasi medik yang tidak diinginkan. Sebagai contoh
misalnya untuk pasien dengan riwayat kelainan jantung, maka perlu dirujuk untuk
mencegah terjadinya infeksi selama dilakukan asuhan kesehatan gigi dan mulut. Pada
pasien dengan gagal ginjal perlu dipikirkan bahwa sisa pemakaian heparin dapat
menimbulkan kecenderungan nyeri pada rahang.
Pilihan asuhan kesehatan gigi dan mulut untuk kelainan jaringan lunak mulut
sangat bervariasi tergantung pada jenis dan kharakterisitik kelainan yang ada.
Penggabungan dengan perencanaan asuhan kesehatan gigi dan mulut gigi dan mulut
umumnya tidak menimbulkan kesulitan asal diagnosis difinitif sudah ditetapkan.
Namun perlu dicermati bahwa untuk diagnosis kasus jaringan lunak mulut harus
mempertimbangkan keterkaitan faktor lokal di mulut dengan berbagai kemungkinan
kondisi sistemik. Bahkan tidak jarang setelah dilakukan pemeriksaan yang lengkap
pada seorang pasien ditemukan beberapa masalah atau penyakit. Diantara berbagai
masalah atau kelainan tersebut tidak tertutup kemungkinan mempunyai etiologi atau
faktor predesposisi yang saling tumpang tindih, atau bahkan ditemukan penyakit yang
lebih berat daripada yang dikeluhkan. Sebagai contoh:
Seorang pasien datang keluhan " lidah kotor “. Setelah dilakukan pemeriksaan
lengkap diperoleh diagnosis sebagai berikut:
1. Leukoplakia pada lidah dan palatum
2. Gigi banyak yang karies
3. Gingivitis kronis
4. Anemia mikrositik dengan defisiensi besi
187
Gambar. 6.15 Leukoplakia
Sumber : www.healtcare.com. (diakses 10 maret 2018)
Dari contoh di atas terlihat bahwa kasus yang semula tampaknya sederhana
yaitu lidah kotor, ternyata diagnosisnya sangat kompleks, sehingga rencana
pemeriksaan dan asuhan kesehatan gigi dan mulutnya tidak sesederhana seperti yang
diperkirakan sebelumnya.
Pada waktu mengelola kasus-kasus gigi dan mulut perlu diperhatikan beberapa
unsur yang harus dilibatkan dalam perencanaan asuhan kesehatan gigi dan mulut,
antara lain:
1. Rencana prosedur diagnostik yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis difinitif
perlu dinyatakan dalam perencanaan asuhan kesehatan gigi dan mulut.
2. Perencanaan harus disusun runtut sesuai dengan masalah yang ada.
3. Edukasi pasien dimasukkan dalam perencanaan asuhan kesehatan gigi dan mulut.
4. Perlu dinyatakan langkah-langkah asesmen dan tindak lanjut yang akan dilakukan
termasuk evaluasi pasca pemberian asuhan kesehatan gigi dan mulut.
5. Asuhan kesehatan gigi dan mulut tambahan yang harus dilakukan sebagai
konsekuensi asuhan kesehatan gigi dan mulut atau tindakan yang akan dilakukan.
188
5. Rujuk ke Internis untuk pemeriksaan dan asuhan kesehatan gigi dan mulut lebih
lanjut anemianya.
191
4. Pelayanan kesehatan dasar pada kasus kesehatan gigi terbatas meliputi:
a. pencabutan gigi sulung dan gigi tetap satu akar dengan lokal anestesi;
b. penambalan gigi satu atau dua bidang dengan glass ionomer atau bahan
lainnya; dan
c. perawatan pasca tindakan.
c. Kriteria input
192
1) Adanya perawat gigi yang memiliki SIPG dan SIK.
2) Adanya sarana pelayanart kesehatan
3) Adanya sasaran
4) Adanya Standar Operating Procedure (SOP) pelayanan
d. Kriteria proses
a. Melaksanakan upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut (promotif) :
a) Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada individu, kelompok dan
masyarakat
b) Pelatihan kader
c) Pembuatan dan penggunaan alat peraga penyuluhan
b. Melaksanakan upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut (preventif) :
a) Pemeriksaan plak.
b) Teknik sikat gigi yang baik.
c) Pembersihan karang gigi.
d) Pencegahan karies gigi dengan fluor dengan teknik kumurkumur dan
pengolesan fluor pada gig.i
e) Penumpatan pit dan fissure gigi dengan bahan fissure sealant.
f) Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pasien umum rawat inap.
c. Melakukan tindakan penyembuhan penyakit gigi :
a) Pengobatan darurat sesuai dengan standar pelayanan
b) Pencabutan sigi sulung dengan topikal anestesi
c) Penumpatan gigi sulung dan gigi tetap satu bidang dengan bahan sewarna gigi
dan bahan amalgam
d) Perawatan pasca tindakan
d. Melakukan pelayanan hygiene kesehatan gigi :
a) Higiene petugas kesehatan gigi dan mulut
b) Sterilisasi alat-alat kesehatan gigi
c) Pemeliharaan alat-alat kesehatan gigi
d) Lingkungan kerja
e. Kriteria output
Adanya upaya pelayanan asuhan kesehatan gigi dan oleh perawat gigi yang bermutu
untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat.
a. Pernyataan
Melakukan pemeriksaan gigi dan mulut secara sepintas dan sederhana terhadap
adanya kelainan-kelainan gigi dan mulut.
2. Rasional
Data tentang kesehatan gigi dan mulut untuk menentukan prioritas masalah dalam
menyusun program kesehatan gigi dan mulut.
3. Kriteria input
1) Adanya sasaran dan tempat
2) Adanya jadwal pelaksanaan penjaringan
3) Adanya formulir pemeriksaan
4) Adanya alat pemeriksaan
193
5) Adanya bahan disclosing solution
4. Kriteria proses
a. Mencatat identitas murid
Nama
Orang tua
Alamat
a. Pernyataan
Pemeriksaan endapan lunak dan calculus yang melekat pada gigi untuk memperoleh
data kebersihan gigi dan mulut sasaran untuk tindakan promotif, preventif dan kuratif.
2. Rasional
Diperolehnya data kebersihan gigi dan mulut yaitu nilai OHI-S untuk tindakan
promotif, preventif dan kuratif.
3. Kriteria Input
1) Adanya sasaran dan tempat
2) Adanya formulir OHIS
3) Adanya alat pemeriksaan
4) Adanya bahan disclosing solution
4. Kriteria Proses
1) Menentukan gigi-gigi yang diperiksa untuk pemeriksaan Debris Indeks (DI). dan
Calculus Indeks (CI).
2) Menentukan gigi-gigi pengganti apabila ada gigi index yang tidak ada.
3) Pemeriksaan Debris sesuai kriteria penilaian debris.
4) Pemeriksaan calculus sesuai kriteria penilaian calculus.
5) Menghitung Debris score dan calculus score.
6) Menghitung OHIS score menurut standar WHO.
194
e. Kriteria Out Put
1) Mendapatkan data kebersihan gigi dan mulut
2) Merencanakan tindakan promotif dan preventif
4. Standar pemeriksaan DMF -T (Decayed Missing Filled Teeth) dan d e f - t (decayed extractie
Filled teeth)
a. Pernyataan
Pemeriksaan pengalaman kerusakan, hilang dan perbaikan karena karies pada gigi
geligi dengan pengukuran : DMF-T untuk gigi tetap, dan def-t untuk gigi sulung untuk
memperoleh status kesehatan gigi masyarakat.
b. Rasional
Adanya pemeriksaan pengalaman karies gigi, maka diperoleh status kesehatan gigi,
untuk perencanaan upaya promotif, preventif dan kebutuhan kuratif.
c. Kriteria Input
1) Adanya sasaran dan tempat.
2) Adanya formulir DMF-T/d e f-t.
3) Adanya alat pemeriksaan.
4) Adanya bahan desinfektan.
d. Kriteria Proses
1) Pasien dalam posisi pemeriksaan.
2) Melakukan pemeriksaan gigi.
3) Pemeriksaan jumlah keadaan gigi geligi yang mengalami kerusakan (decayed),
hilang (missing) dan perbaikan (filled) yang disebabkan caries.
4) Menghitung index DMF - T / d e f – t.
e. Kriteria Out Put
1. Pernyataan
Mengukur kondisi jaringan periodontal serta perkiraan akan kebutuhan perawatannya
dengan menggunakan dental probe standar World Health Organization (WHO).
2. Rasional
Dengan pengukuran jaringan periodontal, maka diperoleh skor atau nilai untuk
menentukan tingkatan kondisi jaringan periodontal dan kebutuhan perawatannya.
c. Kriteria Input
1) Adanya kelompok sasaran
2) Adanya formulir CPITN
3) Adanya alat pemeriksaan dan Periodontal probe
4) Adanya bahan desinfektan
d. Kriteria Proses
195
1) Melaksanakan prinsip kerja CPITN
2) Memantau sasaran dan gigi index
3) Melakukan pemeriksaan
4) Menetapkan skor untuk menentukan tingkatan kondisi jaringan periodontal
5) Mencatat data CPITN
6) Menentukan kebutuhan perawatan
e. Kriteria Output
1) Data status periodontal dan kebutuhan perawatan sasaran
2) Perawatan jaringan periodontal sesuai kebutuhannya
3) Pantauan kemajuan kondisi periodontal individu
6. Standar penyusunan rencana kerja penyuluhan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
a. Pernyataan
Menyusun rencana kerja penyuluhan dengan mengidentifikasi masalah, menentukan
prioritas masalah, menyusun materi, membuat alat bantu pendidikan dan menentukan
jadwal serta membuat rencana evaluasi penyuluhan.
b. Rasional
Tersusunnya rencana kerja penyuluhan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut.
3. Kriteria Input
1) Adanya data tentang status kesehatan gigi dan mulut sasaran
2) Adanya tenaga pelaksana penyuluhan
3) Adanya materi penyuluhan
4) Adanya bahan untuk membuat alat bantu pendidikan
5) Adanya izin memberikan penyuluhan
4. Kriteria Proses
1) Melakukan identifikasi masalah
2) Menentukan prioritas masalah
3) Menyusun materi penyuluhan sesuai masalah
4) Membuat alat bantu pendidikan (ABP) yang sesuai dengan materi penyuluhan
5) Membuat jadwal pelaksanaan penyuluhan
6) Membuat rencana evaluasi penyuluhan.
5. Kriteria Output
1) Adanya rencana penyuluhan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut.
2) Tersedianya satuan pelajaran untuk setiap materi penyuluhan yang sesuai dengan
masalah.
3) Tersedianya alat bantu pendidikan yang sesuai dengan materi penyuluhan.
4) Adanya jadual pelaksanaan penyuluhan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan
mulut.
5) Adanya rencana evaluasi kegiatan penyuluhan.
7. Standar penyuluhan kesehatan gigi dan mulut
a. Pernyataan
Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dilaksanakan untuk merubah perilaku individu,
kelompok atau masyarakat yang belum mempunyai pengetahuan, kemampuan dan
kebiasaan berperilaku hidup sehat di bidang kesehatan gigi.
b. Rasional
196
Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan individu, kelompok atau masyarakat,
sehingga merubah perilaku dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
c. Kriteria Input
1) Adanya sasaran penyuluhan
2) Adanya metode penyuluhan
3) Adanya materi penyuluhan
4) Tersedianya alat bantu pendidikan (ABP)
5) Adanya instrumen evaluasi penyuluhan
d. Kriteria Proses
1) Melaksanakan penyuluhan pada sasaran yang telah ditentukan
2) Memilih materi penyuluhan sesuai dengan kebutuhan sasaran
3) Memilih metode penyuluhan sesuai dengan materi penyuluhan dan kelompok
sasaran
4) Memilih ABP sesuai dengan materi penyuluhan
5) Melakukan evaluasi setelah penyuluhan.
e. Kriteria Output :
1) Meningkatnya pengetahuan sasaran di bidang kesehatan gigi dan mulut
2) Sasaran mampu memelihara kesehatan gigi dan mulut
3) Sasaran mampu melakukan upaya pencegahan terjadinya penyakit gigi dan mulut
8. Standar pelatihan kader
a. Pernyataan
Proses alih pengetahuan dan keterampilan tentang kesehatan gigi dan mulut
kepada kader kesehatan (guru, dokter kecil, kader posyandu, dan sebagainya)
agar mereka dapat berperan serta aktif dalam upaya peningkatan kesehatan
gigi dan pencegahan penyakit gigi.
2. Rasional
Kader mampu memberikan penyuluhan dan memotivasi masyarakat untuk dapat
berperilaku sehat serta mampu melakukan deteksi dini, pengobatan darurat
sederhana dan malakukan rujukan.
3. Kriteria Input :
1) Adanya daerah binaan
2) Adanya pendekatan lintas program dan lintas sektoral
3) Adanya guru / orang yang dilatih
4) Adanya materi pelatihan
5) Adanya metode pelatihan
6) Adanya media pembelajaran
7) Adanya evaluasi pelatihan
4. Kriteria proses :
1) Memilih materi pelatihan sesuai dengan kebutuhan daerah binaan
2) Memilih metode pelatihan sesuai dengan materi pelatihan
3) Memilih media pembelajaran sesuai dengan materi pelatihan
4) Melaksanakan pelatihan pada sasaran yang telah ditentukan
5) Melakukan evaluasi dengan cara mempraktekkan materi yang telah diberikan.
5. Kriteria Output :
1) Kader mampu melakukan penyuluhan kepada masyarakat.
2) Kader mampu melakukan upaya pencegahan terjadinya penyakit gigi', dan mulut.
197
9. Standar sikat gigi massal kesehatan gigi dan mulut
a. Pernyataan
Kegiatan menyikat gigi yang dilakukan bersama-sama dibawah bimbingan instruktur
(guru, petugas kesehatan, kader).
2. Rasional
Sasaran dapat melakukan sikat gigi dengan cara yang baik dan benar sehingga dapat
meningkatkan kebersihan gigi dan mulut.
3. Kriteria Input
1) Adanya sasaran dan tempat
2) Tersedianya waktu pelaksanaan
3) Tersedianya alat dan bahan sikat gigi
4) Terus Menyikat Gigi
4. Kriteria Proses
1) Mengumpulkan sasaran
2) Menginstruksikan sasaran untuk berbaris
3) Meneteskan disclosing solution diujung lidah dan menginstruksikan agar
ujung lidah mengoleskan keseluruh permukaan gigi
4) Menginstruksikan untuk kumur-kumur dengan air putih bersih
5) Melakukan penyikatan gigi sesuai dengan teknik/ metode penyikatan gigi.
5. Kriteria Output :
1) Sasaran berbaris rapi
2) Gigi sasaran sudah teroles dengan disclosing solution
3) Sasaran dapat melakukan sikat gigi dengan baik dan benar
4) Gigi sasaran bersih dari plak dan debris.
10. Standar bimbingan kumur-kumur dengan larutan fluor
a. Pernyataan
Membimbing kumur-kumur dengan larutan fluor (NaF 0,2%) kepada murid-murid,
dilaksanakan 1 kali dalam 2 minggu selama 2 tahun minimal 20 kali per tahun.
2. Rasional
Kumur-kumur dengan larutan fluor yang rutin sesuai ketentuan, dapat mencegah
terjadinya karies,
3. Kriteria Input
1) Adanya sasaran dan tempat
2) Adanya jadwal pelaksanaan
3) Tersedianya alat dan bahan NaF 0,2%
4) Adanya gigi sasaran yang telah bersih bebas dari sisa makanan
4. Kriteria Proses
1) Mengumpulkan sasaran sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
2) Menginstruksikan sasaran duduk di dalam kelas di kursi masing-masing.
3) Menyediakan gelas kumur plastik dan mengisinya dengan larutan NaF 0,2 0/0.
4) Membagikan gelas kumur yang berisi larutan NaF kepada masing -masing murid.
5) Memberitahukan cara berkumur.
6) Posisi kepala anak harus tunduk.
198
7) Gelas dipegang setinggi dada.
8) Kumur selama + 3 menit.
9) Menginstruksikan mulai berkumur secara serentak.
10) Memberi instruksi untuk meludahkan cairan fluor ke gelas masing-masing.
5. Kriteria Out Put
a. Pernyataan
Membersihkan karang gigi yang melekat pada permukaan gigi.
2. Rasional
Pembersihan karang gigi dapat mencegah terjadinya gangguan jaringan penyangga
gigi.
3. Kriteria Input
1) Adanya sasaran dan tempat
2) Tersedianya alat pemeriksaan dan alat-alat skaling
3) Tersedianya bahan-bahan poles dan desinfektan
4. Kriteria Proses
1) Menyiapkan posisi sasaran untuk pembersihan karang gigi
2) Melakukan pemeriksaan dengan alat pemeriksaan
3) Melakukan komunikasi terapeutik pembersihan karang gigi
4) Melakukan pembersihan karang gigi per kwadran
5) Melakukan pemolesan pada seluruh permukaan gigi
6) Mengoleskan larutan desinfektan
7) Melakukan instruksi setelah pembersihan karang gigi
5. Kriteria Out Put
1) Sasaran bebas karang gigi
2) Sasaran terhindar penyakit jaringan penyangga gigi
a. Pernyataan
Pengolesan fluor pada gigi geligi yang telah dibersihkan dan dikeringkan terlebih
dahulu.
2. Rasional
Tindakan pengolesan fluor dapat mencegah terjadinya karies atau mengheatikan
proses penjalaran karies yang masih dini.
3. Kriteria Input
1) Adanya sasaran dan tempat
2) Tersedianya alat pemeriksaan dan bahan-bahan NaF 2%, SnF8
3) Adanya indikasi karies dini
4. Kriteria Proses
1) Menyiapkan posisi sasaran untuk pengolesan fluor
2) Melakukan pemeriksaan dengan alat pemeriksaan
199
3) Melakukan komunikasi terapeutik pengolesan fluor
4) Membersihkan dan mengeringkan permukaan gigi
5) Memblokir daerah sekitar gigi per kwadran yang akan di oles flour
6) Mengoleskan permukaan gigi dengan :
a) NaF 2 % selama 2 — 3 menit
b) SnF 8 % selama 2 - 3 menit
7) Menginstruksikan setelah selesai dioles penderita tidak boleh makan/ minum
/sikat gigi selang waktu 3 jam
5. Kriteria Out Put
Sasaran bebas karies
a. Pernyataan
Tindakan untuk mencegah terjadinya karies dengan melakukan penumpatan pit dan
fissure yang dalam dengan bahan pengisi/ pelapis.
b. Rasional
Dengan penumpatan pit dan fissure yang dalam dengan recountcuring dan polishing
yang baik dan benar untuk mencegah terjadinya karies.
c. Kriteria Input
1) Adanya pasien
2) Adanya alat pemeriksaan
3) Adanya alat penumpatan pit dan fissure sealant
4) Adanya bahan resin komposit pit dan fissure sealant
5) Adanya cotton roll untuk memblokir saliva.
6) Adanya cotton pellet untuk membersihkan/mengeringkan kavita
d. Kriteria Proses
a. Pernyataan
Mengeluarkan gigi sulung goyang derajat 2(dua) atau lebih dari socketnya dengan
anestesi topikal.
2. Rasional
200
Pencabutan gigi sulung goyang dari socket, sehingga gigi permanen/tetap dapat
tumbuh dengan baik
3. Kriteria Input
1) Adanya sasaran
2) Adanya alat pemeriksaan
3) Adanya alat pencabutan gigi sulung
4) Adanya Obat anestesi topikal
5) Adanya cotton roll dan tampon
6) Adanya Obat antiseptik
4. Kriteria Proses
1) Melakukan identifikasi kasus sesuai dengan indikasi pencabutan gigi sulung goyang
derajat 2(dua) atau lebih
2) Melakukan komunikasi terapeutik untuk tindakan pencabutan gigi sulung goyang
derajat 2(dua) atau lebih
3) Melakukan anestesi topikal pada mukosa sekitar gigi yang akan dicabut
4) Melakukan pencabutan gigi
5) Meletakkan tampon dengan antiseptik pada Iuka bekas cabutan
6) Memberikan instruksi sesudah pencabutan gigi.
5. Kriteria Output
1) Tercabutnya gigi sulung dengan indikasi pencabutan goyang derajat 2 atau lebih
2) Adanya tampon dengan antiseptik yang menekan Iuka bekas pencabutan
3) Pasien mengetahui hal-hal yang harus dihindari dan diperhatikan sesudah
pencabutan gigi.
15. Standar atraumatic restorative treatment (ART)
1. Pernyataan
Teknik penumpatan gigi hanya menggunakan hand instrument (ART set) pada karies gigi
yang masih dangkal.
2. Rasional
Penumpatan gigi tanpa menghilangkan jaringan gigi yang sehat.
3. Kriteria Input
1) Adanya sasaran
2) Adanya alat pemeriksaan
3) Adanya dental unit/ meja datar untuk melaksanakan ART
4) Adanya alat untuk melakukan ART
5) Tersedianya bahan tumpatan glass ionomer untuk ART
6) Adanya cotton roll untuk memblokir saliva
7) Adanya cotton pellet untuk membersihkan/mengeringkan kavita.
4. Kriteria Proses
1) Melakukan identifikasi kasus dengan indikasi ART
2) Mclakukan komunikasi terapeutik untuk tindakan ART
3) Memposisikan pasien dengan posisi mendatar di atas dental unit/meja datar
4) Melakukan ekskavasi gigi yang bersangkutan
5) Melakukan manipulasi bahan glass ionomer
6) Menumpat dan menekan dengan jari pada gigi yang bersangkutan
7) Mengambil kelebihan tumpatan menggunakan ekskavator.
8) Melakukan polising
201
9) Menginstruksikan tidak makan/ minum selama ± 1 jam
5. Kriteria Output
1) Adanya bahan tumpatan yang menutupi kavita
2) Tidak adanya peninggian gigitan.
16. Standar penumpatan gigi 1-2 bidang dengan bahan amalgam
1. Pernyataan
Penumpatan amalgam pada gigi dengan karies 1 - 2 bidang.
2. Rasional
Mengembalikan bentuk sesuai anatomisnya dan mengembalikan fungsi gigi seperti
semula
3. Kriteria Input
1) Adanya sasaran
2) Adanya alat pemeriksaan
3) Adanya alat untuk preparasi gigi
4) Adanya alat penumpatan dengan bahan amalgam untuk 1-2 bidang
5) Tersedianya bahan desinfeksi kavita
6) Tersedianya bahan semen dasar
7) Tersedianya bahan amalgam
8) Adanya cotton roll untuk memblokir saliva
9) Adanya cotton pellet untuk membersihkan/mengeringkan kavita
d. Kriteria Proses
1) Melakukan identifikasi kasus dengan indikasi penumpatan amalgam 1-2 bidang
2) Melakukan komunikasi terapeutik untuk penumpatan amalgam 1-2 bidang
3) Melakukan preparasi gigi yang bersangkutan berbentuk boks
4) Memblokir area kerja dari saliva
5) Melakukan desinfeksi kavita
6) Memasang matrix pada tumpatan 2 bidang
7) Memanipulasi semen dasar dengan konsistensi seperti pasta
8) Meletakkan semen dasar pada dasar kavita secara merata setinggi dentino enamel
junction
9) Memanipulasi amalgam dengan hasil bila di mulling ada krepitasi
10) Meletakkan amalgam pada kavita selapis demi selapis dengan kondensasi yang baik
11) Membentuk lumpatan amalgam sesuai dengan bentuk anatomis gigi
12) Mengecek peninggian gigitan
13) Menghaluskan permukaan tumpatan
14) Memberi instruksi setelah penumpatan amalgam.
15) Memoles tumpatan amalgam pada kunjungan berikutnya.
e. Kriteria Output
a. Pernyataan
Penumpatan bahan sewarna gigi pada gigi dengan karies 1 - 2 bidang.
b. Rasional
202
Mengembalikan bentuk sesuai anatomisnya dan mengembalikan fungsi gigi seperti
semula.
c. Kriteria Input
1) Adanya sasaran
2) Adanya alat pemeriksaan
3) Adanya alat untuk preparasi gigi
4) Adanya alat penumpatan dengan bahan sewarna gigi untuk 1-2. bidang
5) Tersedianya bahan untuk desinfeksi kavita
6) Tersedianya bahan semen dasar
7) Tersedianya bahan sewarna gigi
8) Adanya cotton roll untuk memblokir saliva
9) Adanya cotton pellet untuk membersihkan/ mengeringkan kavita
d. Kriteria Proses
a. Pernyataan
Mengeluarkan gigi permanen akar tunggal dari socketnya dengan anestesi infiltrasi.
b. Rasional
Pencabutan gigi permanen akar tunggal tanpa menimbulkan rasa sakit dan tidak ada
sisa akar tertinggal.
c. Kriteria Input
1) Adanya sasaran
2) Adanya alat pemeriksaan
3) Adanya alat pencabutan gigi permanen akar tunggal
203
4) Adanya obat anestesi infiltrasi
5) Adanya cotton roll dan tampon
6) Adanya obat antiseptik.
d. Kriteria Proses
Dalam hal bukan tindakan invasif, dapat dilakukan oleh tenaga yang berwewenang.
Yang berhak memberikan persetujuan :
1. Pasien dewasa, sadar dan sehat mental.
2. Dewasa : 21 tahun atau telah menikah.
3. Bagi pasien dewasa yang berada di bawah pengampunan, persetujuan diberikan oleh
wali/curator. Bagi pasien dewasa yang menderita gangguan mental, persetujuan oleh
orang tua/ wali/curator.
4. Paien di bawah umur 21 tahun, tidak mempunyaiorang tua/wali atau berhalangan,
persetujuan diberikan keluarga terdekat/induk semang.
5. Tidak sadar/pingsan -à tidak didampingi oleh keluarga terdekat dan berada dalam
kegawatan dan memerlukan tindakan segera untuk kepentingannya, tidak perlu
persetujuan.
205
Contoh Informed Consent
INFORMED CONSENT
Saya, pasien :
Nama : ...............................................................
Umur : ................................................................
Alamat : ................................................................
Nama : ................................................................
Umur : ................................................................
Alamat : ................................................................
Menyatakan telah mendapat penerangan mengenai pemeriksaan dan perawatan yang akan
dilaksanakan terhadap saya / anak saya*), dengan akibat sampingan yang mungkin terjadi, jumlah
kunjungan yang harus dilaksanakan serta biaya yang harus dibayar untuk pemeriksaan dan
perawatan dimaksud.
Selanjutnya saya memberikan persetujuan kepada perawat gigi yang di tunjuk untuk
melaksanakan tindakan asuhan keperawatan gigi kepada saya/anak saya sesuai dengan yang telah
dijelaskan kepada saya sebelumnya.
Persetujuan ini diberikan dengan penuh kesadaran akan kemungkinan terjadinya akibat
sampingan dari tindakan tersebut diatas.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan penuh rasa tanggungjawab
Semarang
..................................
Yang menyatakan
Pasien
206
Pernyataan pelaksana perawatan gigi :
Saya menyatakan bahwa saya telah menjelaskan sifat dan tujuan serta kemungkinan akibat yang
akan timbul dari tindakan perawatan gigi ini kepada pasien sendiri/orang
tua/wali/istri/suami/keluarga lainnya terkecuali pasien tak sadar/gangguan mental*).
Semarang ..................................
Yang menyatakan
( ................................................ )
Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah
latihan berikut!
1. Sebutkan dan jelaskan tahapan rumusan rencana asuhan keasuhan kesehatan gigi dan
mulut gigi dan mulut.
Ringkasan
Perencanaan adalah sesuatu yang telah dipertimbangkan secara mendalam, tahap
yang sistematis dari proses asuhan kesehatan gigi dan mulut meliputi kegiatan pembuatan
keputusan dan pemecahan masalah.
Tahap perencanaan asuhan kesehatan gigi dan mulut memberi kesempatan kepada
perawat, klien,keluarga, dan orang terdekat klien untuk merumuskan rencana tindakan
asuhan kesehatan gigi dan mulut guna mengatasi masalah yang dialami klien.
Perencanaan merupakan petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat rencana
tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan
kebutuhannya berdasarkan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut.
Tes 2
1 Berdasarkan penetapan rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut pada
pembelajaran sebelumnya, rumuskan rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut
pada klien!
2 Mintalah pembimbing anda untuk mengawasi dan menilai rumusan rencana
asuhan kesehatan gigi dan mulut yang telah Anda tetapkan menggunakan Format
Penilaian yang tersedia.
207
Kartu Pencatatan Asuhan Kesgimul bagian perencanaan
2. TUJUAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DAN WAKTU ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN
MULUT
REGIO
Promotif :
Preventif :
Kuratif :
208
Format Penilaian Tes 2
ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN
Preventif 0,1,2,3 12
Kuratif 0,1,2,3
JUMLAH ..........
209
Kunci JawabanTes
Tes 1
ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN
100
210
15 Mengevaluasi respon. 0,1,2,3
JUMLAH 100
Tes 2
ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN
Promotif 0,1,2,3 12
Preventif 0,1,2,3
Kuratif 0,1,2,3
JUMLAH 100
211
DaftarPustaka
Barnes,.I dan Walls, A: Gerodontology, George Warman Publications (UK) Ltd., 1994
Bricker, S.L., Langlais, R.P., and Miller, C.S.: Oral Diagnosis, Oral Medicine, and
Treatment Planning. 2nd.Ed., Lea & Febiger, Philadelphia, 1994.
Coleman, G.C., and Nelson, J.F., Principles of Oral Diagnosis, Mosby Year Book St. Louis.
1993
Falace, DA., Emergency Gigi dan mulut Care, William & Wilkins, Baltimore, 1995
Greenberg, M.S. dan Glick, M. Burket's Oral Medicine : Diagnosis & Treatment,
10th.Ed., BC Decker Inc., Philadelphia, 2003.
Hooly, JR dan Daun, LG: Hospital Gigi dan mulut Practice, The CV Mosby Company. St
Louis, 1989
Kerr,DA, Ash, MM., and Millard, HD., Oral Diagnosis, 6th. Ed. St. Louis, C.V. Mosby, 1983.
Katz, M., S., Geriatric Medicine, Churchill Livingstone, New York, 1991
Lewis, M.A.O., dan Lamey, P.J., Clinical Oral Medicine. Butterworth-Heinemann, Ltd.
London, 1993
Marx, R.E., Stern, D.: Oral and Maxillofacial Pathology: A rationale for Diagnosis and
Treatment, Quintessence Publishing Co., Hongkong, 2003.
Miller, CH., dan Palenk, C., J. Infection Control, 2" ed., The CV Mosby Company. St Louis,
1998
Nally, F.L., Eggleston, D.J., A Manual of Oral Medicine, 2nd.Ed., Manchester University
Press, 1983.
Nevill, B.W., Damm, D.D., Allen, C.M., dan Bouquot, J.E.: Oral and Maxillofacial Pathology.,
2nd Ed. WB. Sauders Co., Philadelphia, 2002
Peterson, L.J., Ellis, E., Hupp, J.R., dan Tucker, M.R. Contemporary Oral and Maxi Ilofacial
Surgery, 2' Ed, Mosby-Year Book, Inc., St. Louis, 1998
Price, S.A., dan Wilson, L.M.W., Pathophysiology : Clinical Concepts of Disease Processes,
4th Ed. Mosby-Year book, Inc., St. Louis, 1994
Sonis, ST, Fazio, RC, dan Fang, L., Principles and Practice of Oral Medicine, WB Saunders
Co., Toronto, 1984
Terry, Leslie, Dasar-Dasar Manajemen,Penerjemah: G.A. Ticoalu (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2013),
World Health Organization: Oral Mucosal Manual, WHO, Geneva, 1980.
212
BAB VII
TINDAKAN PROMOTIF PADA
PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN
GIGI DAN MULUT INDIVIDU
PENDAHULUAN
Pendahuluan
S audara mahasiswa, salam semangat untuk Anda semua. Pada bab ini Anda akan
213
Topik 1
5. Penyuluh
Penyuluh adalah pihak yang memberikan pesan/ informasi kepada sasaran.
6. Sasaran
Sasaran adalah pihak yang menerima pesan/ informasi dari pihak penyuluh.
214
Sasaran penyuluhan kesehatan gigi secara umum dapat dibedakan menjadi :
masyarakat umum dengan orientasi masyarakat pedesaan sesuai dengan orientasi
kebijakan pembangunan, masyarakat sekolah sebagai masyarakat yang mudah dicapai
meliputi sekolah umum dan sekolah kejuruan, kelompok masyarakat tertentu misalnya
kader kesehatan yang membantu menggerakkan dan menyebarkan informasi.
7. Pesan
Pesan adalah materi/ informasi yang disampaikan oleh penyuluh kepada sasaran (yang
disuluh). Pesan yang disusun harus disesuaikan dengan sasaran yang akan diberikan
penyuluhan. Supaya pesan dapat diterima oleh masyarakat atau sasaran, maka pesan
harus memenuhi syarat sebagai berikut : pesan harus jelas dan tidak rumit, bahasa
yang digunakan mudah dipahami, pesan harus singkat, pesan dapat diterima, artinya
tidak bertentangan dengan norma, adat istiadat, dan agama, pesan tersebut mudah
dilaksanakan, pesan diberikan sesuai dengan kebutuhan.
8. Media
Media adalah sarana untuk menyampaikan pesan penyuluhan kepada sasaran
sehingga mudah dimengerti oleh sasaran yang dituju. Jenis media yang dapat
digunakan untuk memberikan penyuluhan dapat dikelompokkan dalam dua bentuk
yaitu : media cetak jenis buku, misalnya buku pedoman, media cetak bukan jenis buku,
misalnya poster dan leaflet.
Menurut Astoeti (2006) alat bantu atau media merupakan alat-alat yang digunakan
oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan/ pengajaran.
215
Gambar 7.1. Contoh Media Cetak Berupa Poster Tentang Anjuran Menjaga Gigi Pada Anak
Sumber: www.pinterest.com, diunduh 23 Februari 2018
216
Gambar 7.2. Contoh Poster 10 Masalah Gigi
Sumber: www.dreamstime.com, diunduh 23 Februari 2018.
Dalam ilmu Pendidikan Kesehatan Gigi (PKG), kita mengenal beberapa pendekatan dalam
penyuluhan, diantaranya adalah pendekatan berdasarkan jumlah sasaran (Tauchid, 2017),
yaitu:
4. Penyuluhan individu/perorangan
Penyuluhan secara individual dapat dilakukan secara formal maupun informal. Secara
formal biasanya dilakukan dengan teknik chair side talk, dapat dilakukan pada saat
memberikan pengobatan. Sedangkan penyuluhan individu secara informal biasanya
dilakukan di sela obrolan dan bersifat tidak resmi misal obrolan di warung kopi, di
kereta, dan lain-lain.
5. Penyuluhan kelompok
Penyuluhan kelompok adalah penyuluhan pada sekelompok individu yang mempunyai
ciri-ciri khusus, jumlah orangnya masih dapat dihitung, dan siapa saja orang dalam
kelompok tersebut masih dapat diketahui. Misalnya: kelompok karang taruna.
6. Penyuluhan massa
Penyuluhan masa adalah penyuluhan yang diberikan sekaligus kepada orang yang
jumlah tidak terhitung dan bias terdiri dari berbagai macam kelompok.
Pendekatan penyuluhan berdasarkan cara penyampaian meliputi 3 cara yaitu:
217
4. Penyuluhan tatap muka yaitu kelompok sasaran yang disuluh berhadapan langsung
dengan penyuluh. Yang termasuk dalam penyuluhan tatap muka adalah ceramah,
diskusi.
5. Penyuluhan non tatap muka yaitu kelompok sasaran tidak secara langsung
berhubungan denhgan penyuluh. Penyuluh berhubungan dengan kelompok sasaran
menggunakan medium/ perantara yang berupa media cetak seperti brosur, leaflet
ataupun media non cetak seperti kaset, film, dan sebagainya.
6. Penyuluhan campuran yaitu penyuluhan dilakukan dengan cara penggabungan antara
penyuluhan tatap muka dan non tatap muka, jadi dalam menyampaikan pesan,
penyuluh bertatap muka secara langsung juga menggunakan media cetak atau non
cetak sebagai pendukung.
Dalam praktik chair side talk kali ini, Anda diminta untuk melakukan penyuluhan
untuk sasaran individu dengan cara penyampaian penyuluhan campuran, karena Anda
akan melaksanakan penyuluhan secara tatap muka kepada pasien, namun menggunakan
pula media cetak berupa flashcard atau flipchart.
A. Persiapan
Sebelum pelaksanaan penyuluhan dimulai, maka Anda harus melakukan beberapa
persiapan sebelumnya, salah satunya adalah pembuatan satuan pelajaran (SATPEL)
yang berisi poin-poin dalam tindakan penyuluhan bagi individu. Berikut ini adalah
poin-poin yang harus ada di dalam sebuah SATPEL:
- Identitas pasien; yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, sekolah,
pekerjaan
- Penentuan kasus; ditentukan berdasarkan perhitungan prioritas masalah pada saat
pengkajian
- Judul penyuluhan; judul yang dipilih sesuai dengan penentuan kasus.
- Pokok bahasan; harus sesuai dengan judul yang telah dipilih
- Waktu; dituliskan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk penyuluhan
- TIU; berisi tujuan umum yang ingin dicapai setelah pasien diberikan penyuluhan
dengan judul dan pokok bahasan yang dipilih
- TIK; berisi beberapa tujuan khusus yang merupakan rincian dari tujuan umum
- Pokok materi; berisi inti materi dari pokok bahasan yang telah dipilih
- Metode; berisi cara penyuluhan yang akan dilakukan
- Media; berisi media yang akan digunakan pada penyuluhan
- Sumber; berisi referensi/rujukan yang diacu dalam menentukan pokok bahasan
atau pokok materi
- Langkah penyuluhan; berisi langkah-langkah dalam tindakan penyuluhan
- Evaluasi; berisi sejumlah pertanyaan yang sesuai dengan TIK, yang akan diajukan
kepada pasien guna mengetahui apakah pasien sudah memahami materi
penyuluhan
218
- Penyusunan materi; berisi pokok materi berikut jabarannya, agar penyuluhan
dapat berlangsung sistematis dan komprehensif
Agar Anda dapat membuat SATPEL dengan lancar, pelajarilah kembali mata kuliah
Pendidikan Kesehatan Gigi. Untuk menyegarkan ingatan Anda, berikut ini adalah
contoh formulir pelaksanaan chair side talk. Silahkan berlatih untuk membuat SATPEL
menggunakan contoh formulir ini.
219
220
Gambar 7.3. Contoh Formulir SATPEL Chair Side Talk
221
Yang termasuk dalam alat bantu lihat dapat dikelompokkan lagi menjadi 2 hal,
yaitu:
a. alat yang diproyeksikan: slide, film, dan film strip
b. alat yang tidak diproyeksikan:
- dalam dua dimensi seperti: gambar, peta, bagan
- dalam tiga dimensi seperti: bola dunia, boneka, dan lain-lain.
2. Alat bantu dengar (audio aids)
Termasuk didalamnya adalah: piringan hitam, radio, pita suara, dan sebagainya.
3. Alat bantu lihat dengar (audio visual aids)
Termasuk didalamnya adalah televisi dan VCD.
Alat bantu pendidikan (ABP) yang cocok untuk digunakan pada penyuluhan dengan
teknik chair side talk adalah berupa alat bantu lihat yang tidak diproyeksikan, yaitu
gambar yang disusun dalam bentuk flashcard atau flipchart.
Gambar 7.4. Contoh Flip Chart Dengan Berbagai Judul dan Model Rahang
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018.
Posisi pasien adalah duduk dengan sandaran punggung tegak, wajah pasien sedikit
menengok ke kanan dan posisi operator berada pada arah jam 8. Perhatikan jarak
antara operator dengan pasien kurang lebih 40-60 cm.
222
Gambar 7.5. Posisi Pasien Dan Operator Saat Menunjukkan Kasus
223
Gambar 7.6. Posisi Pasien Dan Operator Saat Chair Side Talk Menggunakan Flipchart
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018.
D. Pelaksanaan Penyuluhan
Setelah pasien dan operator berada pada posisi yang nyaman, maka penyuluhan
dapat segera dilaksanakan. Mulailah dengan memberikan apersepsi, yaitu memberikan
informasi singkat tentang materi penyuluhan yang akan diberikan, disamping juga
mengungkapkan pengetahuan yang sudah dimiliki pasien (ditanyakan saat pengkajian).
Selanjutnya disampaikan pula relevansi dengan pengetahuan yang sudah dimiliki, serta
menghubungkan antara masalah yang dimiliki oleh pasien dengan materi penyuluhan
yang akan diberikan.
Langkah berikutnya adalah menyampaikan pembukaan, dengan menyebutkan
judul dari materi penyuluhan, yang dirangkai pula dengan mengemukakan tujuan dari
penyuluhan yang akan diberikan. Berikutnya adalah menyampaikan isi materi penyuluhan,
jelaskanlah dengan perlahan agar pasien dapat benar-benar memahami materi yang
diberikan. Jangan lupa beri kesempatan kepada pasien untuk klarifikasi, dimana pasien
boleh menanyakan hal-hal yang belum dimengerti, dan berikan jawaban yang jelas dan
benar sehubungan dengan pertanyaan pasien.
Setelah isi materi disampaikan dan pasien sudah diberi kesempatan untuk
klarifikasi, maka langkah selanjutnya adalah memberikan evaluasi untuk mengukur
seberapa banyak materi yang sudah dipahami oleh pasien. Evaluasi dilakukan dengan
memberikan sejumlah pertanyaan yang sesuai dengan TIK. Perhatikan jawaban-jawaban
dari pasien, catat bagian mana yang belum dimengerti dengan baik oleh pasien, dan bila
perlu sampaikan ulang bagian-bagian dari materi penyuluhan yang belum dipahami
224
tersebut. Jangan lupa selama menyampaikan penyuluhan perhatikan penggunaan ABP,
agar ABP benar-benar bisa membantu pasien untuk dapat memahami materi penyuluhan
dengan baik.
Akhirnya sampailah pada langkah penutup, yaitu Anda harus memberikan
kesimpulan atas penyuluhan yang telah diberikan, juga tak lupa sampaikan saran kepada
pasien, dimana saran tersebut dapat ditindak lanjuti oleh pasien.
Latihan
Untuk menguatkan pemahaman Anda mengenai materi praktikum di atas,
kerjakanlah latihan berikut:
1. Buatlah SATPEL untuk penyuluhan dengan teknik chair side talk dengan pokok bahasan
tentang Lubang Gigi !
2. Buatlah SATPEL untuk penyuluhan dengan teknik chair side talk dengan pokok bahasan
tentang Karang Gigi !
3. Buatlah SATPEL untuk penyuluhan dengan teknik chair side talk dengan pokok bahasan
tentang Cara Pemeliharaan Kesehatan Gigi !
4. Lakukanlah chair side talk pada pasien dengan pokok bahasan tentang Karang Gigi
menggunakan ABP flipchart. Mintalah pembimbing untuk mengawasi !
5. Lakukanlah chair side talk pada pasien dengan pokok bahasan tentang Lubang Gigi
menggunakan ABP flashcard. Mintalah pembimbing untuk mengawasi !
225
6. Lakukanlah chair side talk pada pasien dengan pokok bahasan tentang Cara
Pemeliharaan Kesehatan Gigi menggunakan ABP flipchart. Mintalah pembimbing
untuk mengawasi !
Ringkasan
Tindakan penyuluhan dengan teknik chair side talk pada pasien pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut individu dilakukan disamping kursi gigi. Persiapan yang harus
dilakukan adalah pembuatan SATPEL dengan penentuan kasus sesuai dengan prioritas
pertama masalah yang dihadapi pasien, dimana hal ini didapatkan dari perhitungan
prioritas saat pengkajian. Alat yang digunakan saat penyuluhan dengan teknik chair side
talk adalah ABP berupa flashcard atau flipchart dengan judul sesuai pokok bahasan. Saat
pelaksanaan penyuluhan, penting untuk memperhatikan posisi pasien dan operator,
dimana pasien didudukkan dengan sandaran punggung tegak lurus, dan operator berada
pada arah jam 8. Sampaikan materi penyuluhan dengan suara yang cukup keras untuk bisa
didengar oleh pasien, menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien, dan
tidak bertele-tele. Jangan lupa untuk memberikan kesimpulan diakhir penyuluhan, dan
memberikan saran sesuai dengan masalah yang dihadapi dan dapat ditindaklanjuti oleh
pasien.
Tes 1
1. Lakukanlah penyuluhan dengan teknik chair side talk kepada pasien dengan pokok
bahasan Lubang Gigi, atau Karang Gigi, atau Cara Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan
Mulut (sesuai kebutuhan pasien)!
2. Mintalah pembimbing Anda untuk mengawasi dan menilai tindakan penyuluhan
dengan teknik chair side talk yang Anda lakukan menggunakan Format Penilaian
yang tersedia.
226
ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN
1 Persiapan Max = 7 30
Pembuatan SATPEL
x 30 = .........
Ada judul sesuai prioritas utama 0,1
7
Menuliskan TIU sesuai judul 0,1
Persiapan ABP
3 Penutup Max = 2 10
JUMLAH
Penguji,
(………………………………………)
227
Topik2
Tindakan Demonstrasi Sikat Gigi
Selanjutnya kita masuk pada topik kedua, yaitu topik tentang tindakan
Demonstrasi Sikat Gigi. Tujuan tindakan demonstasi sikat gigi adalah mengajarkan kepada
pasien cara menyikat gigi yang benar agar pasien mempunyai kebiasaan menyikat gigi
dengan gerakan dan waktu yang tepat, dimana pada akhirnya diharapkan pasien akan
terhindar dari karies gigi.
Menurut Tauchid dkk. (2017), mengubah perilaku masyarakat ke arah perilaku
sehat sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah merupakan
tujuan dari penyuluhan. Hasil yang diharapkan dari penyuluhan dalam jangka pendek
adalah tercapainya perubahan pengetahuan dari masyarakat. Sementara dari tujuan
jangka menengah, hasil yang diharapkan adalah adanya peningkatan pengertian, sikap,
dan keterampilan yang akan mengubah perilaku masyarakat ke arah perilaku sehat.
Tujuan jangka panjangnya adalah masyarakat dapat menjalankan perilaku sehat dalam
kehidupan sehari-harinya.
Pemilihan metode penyuluhan menjadi sangat penting, masih menurut Tauchid
dkk. (2017), untuk mengembangkan sikap disarankan menggunakan metode simulasi,
dimana sasaran perlu menyaksikan kejadian secara langsung maupun melalui film. Apabila
dikembangkan sampai tingkat keterampilan, sasaran harus diberi kesempatan untuk
mencoba sendiri, disini diperlukan metode demonstrasi atau pertunjukan dengan
melibatkan peserta di dalamnya.
Untuk itu agar Anda dapat mengubah perilaku pasien untuk dapat membersihkan
gigi dan mulutnya dengan baik, maka perlu diberikan tindakan Demonstrasi Sikat Gigi,
dimana pasien akan mempraktekkan secara langsung cara menyikat gigi yang benar.
Sebelum Anda melaksanakan demonstrasi sikat gigi, tentunya Anda harus
mengetahui terlebih dahulu cara menyikat gigi yang benar. Pertama-tama adalah
pemilihan sikat gigi, kemudian yang berikutnya adalah gerakan menyikat gigi.
Hal yang perlu diperhatikan pada saat pemilihan sikat gigi adalah:
1. Gagang sikat lurus
2. Kepala sikat kecil
3. Ujung kepala sikat membulat
4. Bulu sikat lembut
5. Ujung bulu sikat membulat
6. Bulu sikat terdiri dari 3-5 baris
7. Gantilah sikat gigi apabila bulu sikat sudah megar atau setiap 3 bulan sekali
228
Gambar 7.8. Bentuk Sikat Gigi Yang Ideal
Gambar 7.10 Contoh Sikat Gigi Untuk Daerah Proximal Gigi Posterior (end-tuft brush)
229
Berikut ini adalah gerakan menyikat gigi yang benar, perhatikan ilustrasi dari
gambar di bawah ini:
Di bawah ini adalah gambar yang lain dari gerakan menyikat gigi yang benar,
sedikit berbeda dengan gambar 2.4, dimana pada gambar 2.5 lidah juga ikut disikat. Hal ini
mengingat pada permukaan lidah juga terdapat banyak plak dan kuman.
230
Gambar 7.12. Gerakan Menyikat Gigi dan Lidah
Sumber: www.klinikjoydental.com, diunduh 23 Februari 2018
Gambar 7.13. Disclosing Agent Dalam Bentuk Solution, Gel Dan Tablet
Sumber: www.pattersondental.com diunduh 03 Maret 2018
231
Gambar 7.14 Gigi Dengan Plak Yang Terlihat Jelas Karena Disclosing Agent
Sumber: pocketdentistry.com, diunduh 02 Maret 2018
Agar kebersihan mulut selalu terjaga, maka selain menyikat gigi ajarkan juga ke
pasien untuk membersihkan gigi menggunakan dental floss (benang gigi). Berikut ini
adalah teknik membersihkan gigi menggunakan dental floss:
232
Sumber: www.klinikjoydental.com, diunduh 23 Februari 2018
Pertama-tama potonglah dental floss sepanjang kurang lebih 30 cm, lalu lilitkan
pada jari tengah kanan dan kiri. Kemudian dengan memegang bentangan benang
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk kanan dan kiri, sisipkan benang pada interdental
gigi. Lalu gerakkan benang ke arah keluar dan kedalam, juga atas dan bawah. Untuk
memudahkan saat flossing, maka sebaiknya melakukannya dengan bantuan cermin, agar
kita bisa mengontrol gerakan benang. Lakukan gerakan flossing untuk setiap gigi,
terutama saat malam setelah melakukan sikat gigi malam sebelum tidur.
Gambar 7.16 Pasien Mempraktekkan Cara Membersihkan Gigi Menggunakan Dental Floss
Sumber: pocketdentistry.com, diunduh 02 Maret 2018
Sekarang saatnya Anda untuk melakukan demonstrasi sikat gigi kepada pasien di
klinik gigi. Perhatikan prosedur yang harus Anda lakukan.
A. Persiapan
Setelah Anda mengetahui tujuan yang diharapkan dari penyuluhan tentang cara
menyikat gigi kepada pasien dengan metode demonstrasi, maka selanjutnya Anda harus
menyiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan.
Alat yang harus disiapkan antara lain:
1. Oral Diagnostic set
2. Model rahang + sikat gigi
3. Sikat gigi sesuai ukuran mulut pasien
4. Cermin
5. Gelas kumur
233
Gambar 7.17. Alat Untuk Demonstrasi Sikat Gigi
Gambar 7.18. Beragam Bentuk Dan Ukuran Sikat Gigi Yang Beredar Di Pasaran
234
Gambar 7.19. Sikat Gigi Manual Dan Sikat Gigi Elektrik
1. Disclosing agent
2. Cotton pellet
3. Alkohol
4. Pasta gigi
235
Gambar 7.21. Cotton roll dan cotton pellet
Sumber: Atraumatic Restorative Treatment, diunduh 06 Januari 2018
Posisi pasien adalah duduk dengan sandaran punggung tegak, wajah pasien sedikit
menengok ke kanan dan posisi operator berada pada arah jam 8. Perhatikan jarak antara
operator dengan pasien kurang lebih 40-60 cm.
236
E. Pelaksanaan Demonstrasi Sikat Gigi
Setelah pasien dan operator berada pada posisi yang nyaman, maka kegiatan
demonstrasi sikat gigi dapat segera dilaksanakan. Mulailah dengan memberikan
apersepsi, yaitu memberikan informasi singkat tentang materi kegiatan yang akan
diberikan, disamping juga mengungkapkan pengetahuan yang sudah dimiliki pasien
(ditanyakan saat pengkajian). Selanjutnya disampaikan pula relevansi dengan
pengetahuan yang sudah dimiliki, serta menghubungkan antara masalah yang dimiliki
oleh pasien dengan kegiatan demonstrasi sikat gigi yang akan diberikan. Jangan lupa
sampaikan pula tujuan dilakukannya kegiatan demonstrasi sikat gigi, yaitu agar pasien
dapat melakukan sikat gigi dengan benar sehingga kebersihan mulutnya akan terjaga,
dan pada akhirnya akan terhindar dari karies.
237
Gambar 7.23. Operator Memperagakan Sikat Gigi Pada Model Gigi
Sumber: www.adavb.net, diunduh 23 Februari 2018
238
Gambar 7.25. Pasien Memperagakan Cara Sikat Gigi Pada Model Rahang
Sumber: Ralhan Dental, diunduh 23 Februari 2018
239
Gambar 7.27. Pengolesan Disclosing Solution (kontrol plak)
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018
240
Gambar 7.29. Pasien Menyikat Gigi
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018
Gambar 7.30. Pasien Menyikat Gigi Sambil Bercermin Dibimbing Oleh Operator
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018
241
Gambar 7.31. Semua Usia Menyikat Gigi
Sumber: segiempat.com, diunduh 03 Maret 2018
Latihan
Untuk menguatkan pemahaman Anda mengenai materi praktikum di atas,
kerjakanlah latihan berikut:
1. Sebutkan alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan demonstrasi sikat gigi !
2. Peragakan cara menyikat gigi yang benar menggunakan model rahang ! Mintalah
pembimbing untuk mengawasi.
3. Lakukanlah demonstrasi sikat gigi pada pasien ! Mintalah pembimbing untuk
mengawasi.
Ringkasan
Tindakan demonstrasi sikat gigi pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi dan
mulut individu dengan cara mengajarkan cara menyikat gigi yang benar, dilakukan pada
setiap pasien yang dirawat di klinik gigi. Tujuan dari kegiatan demonstrasi sikat gigi adalah
agar pasien dapat melakukan sikat gigi dengan cara yang benar agar kesehatan gigi dan
242
mulutnya terjaga, dan pada akhirnya gigi pasien dapat terhindar dari karies. Alat yang
digunakan adalah model rahang dan model sikat gigi, berikut sikat gigi yang sesuai ukuran
pasien. Bahan yang digunakan adalah pasta gigi dan disclosing agent sebagai bahan untuk
membantu mendeteksi keberadaan plak pada permukaan gigi. Agar prosedur demonstrasi
sikat gigi dapat berjalan dengan lancar, maka penting untuk memperhatikan tahap
persiapan; posisi pasien dan operator; penyampaian apersepsi dan tujuan serta
pelaksanaan demonstrasi itu sendiri. Pada akhirnya anjurkan pasien untuk membiasakan
menyikat giginya dengan cara yang benar pada kesehariannya di rumah.
Tes 2
1. Lakukanlah kegiatan demonstrasi sikat gigi pada pasien di klinik gigi !
2. Mintalah pembimbing Anda untuk mengawasi dan menilai tindakan penambalan
yang Anda lakukan menggunakan Format Penilaian yang tersedia!
243
Format penilaian tes 2
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ............................
ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN
1 Persiapan Max = 7 30
Cermin 0,1
244
Membimbing pasien menyikat gigi 0,1
3 Evaluasi Max = 2 10
JUMLAH
Penguji,
(………………………………………)
245
KUNCI JAWABAN TES
Tes 1
ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN
1 Persiapan Max = 7 30
Pembuatan satpel
7 x 30 = 30
Ada judul sesuai prioritas utama 0,1 1
7
Menuliskan TIU sesuai judul 0,1 1
Persiapan ABP
246
Menyampaikan pembukaan 0,1 1 9
3 Penutup Max = 2 10
JUMLAH 100
Penguji,
(………………………………………)
247
Tes 2
ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN
1 Persiapan Max = 7 30
Cermin 0,1 1
248
Membimbing pasien menyikat gigi 0,1 1
3 Evaluasi Max = 2 10
JUMLAH 100
Penguji,
(………………………………………)
DaftarPustaka
Dreamstime.com, 2018. Dental Problem Health Care Infographic [Internet]. Available from:
https://www.dreamstime.com/stock-illustration-dental-problem-health-care-infographic-
top-image50822748, diunduh 23 Februari 2018.
Evy, 2007. Cara Menyikat Gigi Yang Baik dan Benar. Senyum Itu Sehat [Internet]. Available from:
https://senyumsehat.wordpress.com/2007/03/03/cara-menyikat-gigi-yang-baik-
dan-benar/, diunduh 2 Maret 2018.
Feb, 2014. Mengenal Jenis Pasta Gigi Fluoride dan Plak Untuk Perawatan Gigi.
Vemale.com [Internet]. Available from:
https://www.vemale.com/kesehatan/75316-mengenal-jenis-pasta-gigi-fluoride-
dan-plak-untuk-perawatan-gigi.html, diunduh 3 Maret 2018.
249
Garcia, V., 2018. Dental Adice for Kids [Internet]. Available from:
https://www.pinterest.com/pin/401383385510224576/, diunduh 23 Februari 2018.
Herijulianti, E., Indriani, T.S., Artini, S., 2001. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta : EGC.
Jeong, Y.N., Rudy, R.J., Coleman, D.K., 2016. Methods of Plaque Removal by the Patient. Pocket
Dentistry.com [Internet]. Available from: https://pocketdentistry.com/methods-of-plaque-
removal-by-the-patient/, diunduh 2 Maret 2018.
Patterson Dental, 2018. Oral Hygiene Product – Disclosing Agent [Internet]. Available from:
https://content.pattersondental.com/items/LargeSquare/images/136153.jpg, diunduh 3
Maret 2018.
Prasko, 2011. Pengertian dan Tujuan Penyuluhan Kesehatan Gigi [Internet]. Available
from: http://prasko17.blogspot.co.id/2011/08/pengertian-dan-tujuan-
penyuluhan.html, diunduh 17 Februari 2018.
Ralhan Dental, 2018. Kids Tooth Care [Internet]. Available from:
http://www.ralhandentistry.ca/patient-education/kids-tooth-care/, diunduh 23 Februari
2018.
Schmidt, W., 2018. Assistant’s Corner: Providing Care and Earning Patients’ Trust
[Internet]. Available from: http://glidewelldental.com/education/chairside-dental-
magazine/volume-11-issue-2/assistant-corner-earning-trust, diunduh 23 Februari
2018.
Susilawati, 2012. Teknik Chair Side Talk [Internet]. Available from:
http://susilawati1379.blogspot.co.id/2012/09/teknik-chair-side-talk.html, diunduh 12
Februari 2018.
Tauchid, S.N., 2014. Pedoman Praktikum Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: Jurusan
Keperawatan Gigi.
Tauchid, S.N., Enggarwati, P.Rr.R., Subandini, S.L., 2017. Buku Ajar – Pendidikan Kesehatan Gigi.
Jakarta : EGC.
Ustom, A., 2009. Alat Bantu dan Media Pendidikan Kesehatan. Health Is My Right [Internet].
Available from: https://chevichenko.wordpress.com/2009/11/26/alat-bantu-dan-media-
pendidikan-kesehatan/, diunduh 2 Maret 2018.
250
BAB VIII
TINDAKAN SCALLING DAN FISSURE
SEALING PADA PELAYANAN ASUHAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT
INDIVIDU
PENDAHULUAN
Pendahuluan
S audara mahasiswa, salam semangat untuk Anda semua. Pada bab ini Anda akan
dipandu untuk dapat melakukan tindakan Pencegahan dalam kesehatan gigi yang meliputi
Scaling dan Fissure Sealing, dimana keduanya merupakan tindakan preventif pada
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien individu.
Tujuan setelah Anda mengikuti mata kuliah ini adalah agar mampu mengerjakan
tindakan preventif: Scaling (pembersihan karang gigi), dan Fissure Sealing (penutupan
fisura gigi).
Sebelum Anda melakukan praktik scaling dan fissure sealing, Anda sudah harus
menguasai pengetahuan dan keterampilan tentang Preventive Dentistry, Penggunaan dan
Pemeliharaan Alat Kedokteran Gigi, Dental Morphologi, Dental Material, Komunikasi
Terapeutik, serta Etika Profesi. Untuk itu persiapkan diri Anda dengan mempelajari
kembali ilmu-ilmu di atas, sebagai bekal untuk melakukan tindakan pembersihan karang
gigi dan penutupan fissure gigi pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi individu.
Selain itu semua, perlu diperhatikan pula posisi pasien maupun operator saat melakukan
tindakan, agar saat mengerjakan scaling maupun fissure sealing dapat berlangsung
dengan lancar dan hasilnya baik.
Saat Anda mempelajari ilmu Preventive Dentistry, pasti Anda sudah mengenal
tentang macam-macam calculus (kalkulus/karang gigi) dan plak, bagaimana terbentuknya,
serta akibat yang dapat ditimbulkannya. Selain itu juga Anda pasti sudah memahami apa
kegunaan menutup fissure gigi yang dalam sebagai pencegahan terhadap terjadinya
karies gigi.
Bahan yang dipergunakan pada praktikum ini adalah bahan Glass Ionomere Cement
yang khusus untuk penutupan fissure gigi yang dalam, biasanya menggunakan merk GC
Fuji VII. Sedangkan pada tindakan pembersihan karang gigi tidak diperlukan bahan khusus,
namun harus tersedia antiseptik yang akan digunakan setelah tindakan dengan tujuan
untuk mencegah terjadinya pendarahan dan infeksi.
251
Topik 1
Sekarang kita masuk pada topik pertama, yaitu topik tentang tindakan
pembersihan karang gigi atau yang dikenal pula dengan istilah scaling. Tentunya Anda
masih ingat pengertian scaling, bila menurut Kamus Kesehatan, (2018) artinya adalah
pembersihan gigi di atas gusi untuk menghilangkan plak, kalkulus, dan noda gigi.
Sedangkan bila menurut Elly, (2015) scaling adalah suatu proses membuang plak dan
kalkulus dari permukaan gigi baik supragingiva maupun subgingiva.
Tujuan utama tindakan scaling adalah untuk mengembalikan kesehatan gusi
dengan cara membuang semua elemen yang menyebabkan radang gusi (plak, kalkulus,
endotoksin) dari permukaan gigi (Elly, 2015).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar teknik scaling memberikan hasil yang
baik adalah:
1. Melakukan pemeriksaan secara teliti pada kalkulus baik letaknya, banyaknya
maupun sifatnya.
2. Melihat keadaan jaringan gusi di sekeliling kalkulus, misalnya dalamnya saku gusi,
warna gusi dan bentuk gusi.
3. Menanyakan keluhan sakit kepada pasien, karena dari keluhan sakit pasien dapat
ditentukan apakah pasien menderita penyakit periodontal yang ringan atau berat.
4. Mengatur posisi pasien dan operator, visibilitas ke daerah kerja dengan mengatur
pencahayaan, melakukan retraksi bibir, pipi maupun lidah pasien, memegang alat
dengan benar, melakukan tumpuan dan melakukan gerakan scaling dengan tepat.
5. Melakukan scaling dalam sistem bertahap, dengan maksud agar dapat
membandingkan antara daerah yang belum dibersihkan dengan daerah yang
sudah dibersihkan. Hal ini penting untuk menyadarkan/memberikan pengertian
pada pasien akan pentingnya dilakukan scaling (Elly, 2015).
252
Persiapkan diri Anda untuk berhadapan dengan pasien di klinik gigi. Perhatikan
prosedur yang harus Anda lakukan.
Pada gambar di bawah ini dapat dilihat perbedaan antara Kalkulus Supragingiva (di
atas gusi) dan Subgingiva (di bawah gusi), serta perbedaannya Kalkulus Supragingiva
dan Subgingiva dengan kondisi mulut yang sehat serta tidak terdapat kalkulus:
253
Gambar 8.2. Subgingival Calculus dan Supragingival Calculus
Sumber: www.tankonyvtar.hu, diunduh 10 Februari 2018
254
5. Scaler manual bentuk chisel
6. Scaler elektrik
7. Saliva ejector atau suction
Berikut ini adalah gambar dari alat diagnostik yang terdiri dari kaca mulut, sonde, dan pinset:
255
Keterangan dari gambar 8.5 dapat kita lihat bahwa ada lima macam bentuk scaler manual
yaitu:
A. Sickle (half moon)
B. Sickle
C. File
D. Chisel
E. Hoe
A B
Keterangan dari gambar 8.6 dapat dilihat bentuk scaler sickle pada gambar A dan wing
shape pada gambar B.
Sedangkan scaler manual bentuk curret dan sickle dapat dilihat dengan jelas pada gambar
8.7 di bawah ini.
256
Gambar 8.7. Sickle Scaler dan Curette Scaler
Sumber: www.doktergigi.web.id, diunduh 10 Februari 2018
257
Gambar 8.9. Macam-macam bentuk mata scaler elektrik
Sumber: www.ebay.co.uk, diunduh 10 Februari 2018
1. Disclosing agent
2. Cotton pellet
3. Cotton roll
4. Alkohol
5. Antiseptik (betadine solution)
258
Gambar 8.12. Antiseptik Betadine Solution
Sumber: www.ebay.co.uk, diunduh 14 Februari 2018
Bila gigi geligi yang akan dibersihkan ada pada regio rahang atas kiri, maka posisi pasien
ditidurkan telentang (supine), wajah pasien menengok ke kanan dan mulut pasien setinggi siku
operator, serta posisi operator berada pada arah jam 11.
Sebaliknya bila gigi geligi yang akan dibersihkan ada pada regio rahang atas kanan, maka posisi
pasien ditidurkan telentang (supine), wajah pasien menengok ke kiri dan mulut pasien setinggi
siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 11.
259
Bila scaling dilakukan untuk gigi geligi di regio rahang bawah kiri, maka posisi pasien ditidurkan
dengan telentang, wajah pasien menengok ke kanan (menghadap operator) dan mulut pasien
setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 10.
Namun bila gigi yang akan dibersihkan adalah gigi geligi di regio rahang bawah kanan, maka
posisi pasien ditidurkan telentang, wajah pasien lurus ke depan, dan mulut pasien setinggi siku
operator, serta posisi operator berada pada arah jam 9 atau jam 10.
Khusus untuk gigi geligi anterior rahang bawah di bagian lingualnya, maka posisi pasien
ditidurkan telentang, wajah pasien lurus ke depan, mulut pasien setinggi operator, dan posisi
operator berada pada arah jam 12.
Gambar 8.14. Posisi Arah Jam 12, Retraksi Menggunakan Jari Telunjuk dan Ibu Jari
Pada gambar 8.14 terlihat operator pada posisi arah jam 12 sedang membersihkan gigi geligi di
regio rahang bawah anterior menggunakan contra angle handpiece dengan tumpuan extra oral
palm down, dibantu retraksi bibir menggunakan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri dengan fixasi
dagu menggunakan 3 jari yang lain.
E. Tumpuan jari
Pada penggunaan scaler manual penting diperhatikan tumpuan jari saat aktivasi
instrument dan retraksi jaringan lunak mulut. Ada beberapa cara tumpuan jari, dapat
dilihat pada gambar berikut ini:
260
Gambar 8.15. Tumpuan Jari Secara Intra Oral - Konvensional
Sumber: www.slideshare.net, diunduh 16 Februari 2018
Pada gambar 8.15. disebut tumpuan jari Konvensional, dimana jari manis terletak pada
permukaan oklusal gigi yang berdekatan dengan gigi yang dibersihkan. Dapat dilihat
retraksi bibir menggunakan jari tangan kiri.
261
Gambar 8.16. menunjukkan tumpuan jari yang disebut sebagai Cross – Arch, dimana
jari manis bertumpu pada permukaan insisal gigi yang berseberangan dari gigi yang
dibersihkan, tetapi masih pada rahang yang sama (rahang bawah). Dapat dilihat kaca
mulut digunakan untuk meretraksi lidah agar didapat visibilitas yang baik.
Pada gambar 8.17. disebut tumpuan Opposite Arch, dimana jari manis bertumpu pada
gigi geligi di rahang bawah ketika operator melakukan scaling pada gigi geligi posterior
rahang atas. Terlihat pula pencahayaan didapat melalui pantulan dari kaca mulut.
Tumpuan jari pada gambar 8.18. disebut sebagai tumpuan Finger On Finger, yaitu jari
manis bertumpu pada jari telunjuk tangan kiri (tangan yang tidak melakukan scaling).
262
Gambar 8.19. Retraksi Pipi dan Tumpuan Jari Secara Extra Oral Palm Down
Sumber: www.slideshare.net, diunduh 16 Februari 2018
Gambar 8.19. menunjukkan tumpuan jari ekstra oral yang disebut Palm Down, yaitu
dengan cara meletakkan ujung jari tengah dan jari manis pada kulit wajah di sisi lateral
mandibula pada sisi kiri wajah.
Gambar 8.20. Cara Memegang Electric Scaler Atau Ultrasonic Scaler Secara Pen Grasp
Sumber: alamodentistry.com, diunduh 16 Februari 2018
Tumpuan jari pada penggunaan scaler elektrik sama dengan pada penggunaan scaler
manual. Yang perlu diperhatikan adalah penggunaan alat bantu saliva ejector atau
suction, dikarenakan pada saat scaler elektrik maupun ultrasonic digunakan pasti akan
disertai keluarnya air yang berfungsi untuk mendinginkan alat scaler tersebut.
E. Gerakan Scaling
Gerakan instrument dalam scaling berupa menarik atau mendorong ke dalam arah
verikal, horizontal maupun oblique (miring), seperti terlihat pada gambar 8.21 yang
memperlihatkan tindakan arah gerakan scaler, adapun tindakan tersebut terdiri dari
tindakan A yang merupakan gerakan ke arah tarikan vertikal, sedangkan tindakan B
263
merupakan gerakan ke arah tarikan oblique (miring), dan tindakan C merupakan
gerakan ke arah tarikan horizontal. Yang paling sering digunakan adalah tarikan
vertikal dan oblique, sedangkan tarikan horizontal dipakai secara selektif pada sudut
gigi atau pada saku dalam (poket dalam) dimana tarikan vertikal maupun oblique sulit
dilakukan.
Gambar 8.22. Scaling Kalkulus Supragingiva Dengan Tarikan Vertikal Dari Dasar
Kalkulus.
Gambar 8.23. Scaling Menggunakan Scaler Manual Dengan Tumpuan Intra Oral
265
Gambar 8.24. Scaling Menggunakan Ultrasonic Scaler
266
Gambar 8.26. Scaling Menggunakan Electric Scaler
Perlu diperhatikan resiko pada saat scaling berupa rasa sakit dan perdarahan gusi. Hal ini
diakibatkan dari pengaturan sudut sisi potong scaler yang tidak baik, oleh karenanya penting
untuk menerapkan prinsip-prinsip teknik instrumentasi yang baik.
Evaluasi tindakan scaling perlu dilakukan guna mendapatkan proses penyembuhan yang
sempurna. Perabaan dengan sonde harus dilakukan segera setelah scaling, begitu pula dengan
cara visual melalui pencahayaan yang optimal dengan bantuan kaca mulut setelah dibersihkan
dengan aliran air.
267
Permukaan gigi di subgingiva harus keras dan licin, karena kalau dibersihkan dengan sempurna
dan menyeluruh, sementum yang bersih akan menjadi tempat perlekatan serat-serat baru
antara sementum dan jaringan lunak yang berdekatan.
Setelah pemolesan selesai, lakukan pengecekan dengan cara melewatkan sonde pada
permukaan gigi yang dibersihkan untuk mengetahui apakah masih kasar (yang
menunjukkan masih ada sisa kalkulus), dan oleskan kembali disclosing solution (gel)
untuk memastikan tidak ada plak maupun debris yang tertinggal.
Setelah Anda benar-benar yakin pemolesan sudah berhasil dengan baik, maka jangan
lupa oleskan antiseptik pada permukaan gusi dari gigi yang baru dibersihkan, guna
membantu menghentikan pendarahan dan mencegah terjadinya infeksi.
Latihan
Untuk menguatkan pemahaman Anda mengenai materi praktikum di atas,
kerjakanlah latihan berikut:
1. Sebutkan prosedur Scaling menggunakan scaler manual.
2. Lakukanlah scaling pada pasien dengan indikasi pembersihan karang gigi
menggunakan scaler manual. Mintalah pembimbing untuk mengawasi !
3. Lakukanlah scaling pada pada pasien dengan indikasi pembersihan karang gigi
menggunakan scaler elektrik. Mintalah pembimbing untuk mengawasi !
Ringkasan
Tes 1
1. Lakukanlah pembersihan karang gigi pada pasien dengan supragingival calculus
menggunakan scaler elektrik!
2. Mintalah pembimbing Anda untuk mengawasi dan menilai tindakan pembersihan
karang gigi yang Anda lakukan menggunakan Format Penilaian yang tersedia.
269
Format penilaian tes 1
ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN
Langkah-langkah scaling:
Langkah-langkah pemolesan
270
Pengolesan antiseptic 0,1
JUMLAH
Penguji,
(………………………………………)
271
Topik2
Persiapkan diri Anda untuk berhadapan dengan pasien di klinik gigi. Perhatikan prosedur
yang harus Anda lakukan.
272
4. Gigi erupsi hanya sebagian dan tidak memungkinkan isolasi dari kontaminasi saliva.
5. Umur erupsi gigi lebih dari 4 tahun.
Gambar 8.30. Pit Dan Fisur Dalam Sebelum Dan Sesudah Fissure Sealing
Sumber: www.srivinayagadental.com, diunduh 16 Februari 2018
C. Alat dan Bahan
Setelah Anda mengetahui indikasi dan kontra indikasi penutupan pit dan fisura dalam,
maka selanjutnya Anda harus menyiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan
dalam melakukan fissure sealing pada gigi dengan menggunakan bahan GIC.
Alat yang harus disiapkan antara lain:
1. Oral Diagnostic set
2. Contra angle handpiece
3. Bristle brush
4. Agate Spatel
5. Papper Pad
6. Plastis filling instrument
7. Articulating paper
273
8. Saliva ejector tip
Gambar 8.31 Bahan Fissure Sealant GC Fuji VII Bentuk Powder dan Liquid
Sumber: dentalshop.in, 16 Februari 2018
274
Gambar 8.32 Bahan Fissure Sealant Glass Ionomere Cement Dalam Kemasan
Kapsul
Sumber: www.dentalcompare.com. Diunduh 10 Februari 2018
Bila gigi yang akan diberi fissure sealant ada pada regio rahang atas kiri maupun kanan,
maka posisi pasien ditidurkan telentang (supine), wajah pasien lurus ke depan dan
mulut pasien setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 11.
Bila fissure sealing untuk gigi di regio rahang bawah kiri, maka posisi pasien ditidurkan
dengan telentang, wajah pasien menengok ke kanan (menghadap operator) dan mulut
pasien setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 10.
Namun bila gigi yang akan diberi fissure sealant adalah gigi posterior di regio rahang
bawah kanan, maka posisi pasien ditidurkan dengan sandaran punggung membentuk
sudut 30˚ dari lantai, wajah pasien sedikit menengok ke kiri, dan mulut pasien setinggi
siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 9.
275
H. Persetujuan tindakan medis
Setelah Anda menjelaskan komunikasi terapeutik, jelaskan pula risiko yang akan
terjadi berkaitan dengan tindakan fissure sealing pada pasien atau orang tua/wali
pasien. Bila pasien dan atau orang tua/wali pasien sudah memahami dan menyetujui
tindakan medis yang akan dilakukan, mintalah tanda tangan pasien atau orang
tua/wali pasien.
276
- Sesudah pengolesan dengan dentin conditioner maka kavita harus dibilas
dengan air selama 60 detik, selanjutnya dikeringkan dengan udara kering
selama 20 – 30 detik.
3. Pengadukan
- Satu sendok bubuk diletakkan pada papper pad, lalu dibagi menjadi dua bagian
yang sama, kemudian letakkan satu tetes liquid disebelah bubuk tersebut.
- Botol cairan dipegang sebentar dalam keadaan horizontal untuk mengeluarkan
udara dari bagian ujungnya dan kemudian dalam posisi vertikal dikeluarkan satu
tetes cairan pada papper pad. Bila perlu botol ditekan sedikit, tapi cairan jangan
tertekan keluar.
- Mula-mula cairan disebarkan dengan spatula pada suatu permukaan sebesar 1,5
cm2. Pengadukan dimulai dengan mencampur setengah dari bubuk dengan cairan
yang menggunakan spatula.
- Bubuk dicampur dengan gerakan menggulung, sehingga partikel-partikel bubuk
secara perlahan-lahan terbasahi tanpa tersebar.
- Jika seluruh bubuk telah basah, bagian kedua dicampur dalam adukan tersebut
setelah itu diaduk kuat sambil menjaga agar adukannya tetap berupa satu
kesatuan massa.
277
- Pengadukan harus selesai 20 – 30 detik, hasil adukan yang baik harus seperti pasta
cair.
278
Gambar 8.37. Selesai Peletakan Bahan Fissure Sealant
279
- Hari-hari selanjutnya disarankan untuk mengunyah menggunakan kedua sisi
rahang agar peredaran darah lancar, gigi terbersihkan secara alami karena
pengunyahan, dan gigi geligi menjadi lebih sehat.
Latihan
Untuk menguatkan pemahaman Anda mengenai materi praktikum di atas,
kerjakanlah latihan berikut:
1. Sebutkan prosedur persiapan untuk fissure sealing menggunakan bahan GIC Fuji VII
2. Lakukan penutupan pit dan fisura dalam pada gigi tetap rahang atas posterior dengan
indikasi pit dan fisura dalam. Mintalah pembimbing untuk mengawasi !
3. Lakukan penutupan pit dan fisura dalam pada gigi tetap rahang bawah posterior
dengan indikasi pit dan fisura dalam. Mintalah pembimbing untuk mengawasi
Ringkasan
Tindakan fissure sealing atau fissure sealant menggunakan bahan GIC (glass
ionomere cement) pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu
dilakukan pada pasien dengan permukaan gigi yang memiliki pit dan fisura yang dalam.
Bahan yang digunakan adalah Glass Ionomere Cement dengan merk GC Fuji VII. Agar
prosedur fissure sealing dapat berjalan dengan lancar, maka penting untuk
memperhatikan indikasi; pemilihan alat dan bahan penambalan; posisi pasien dan
operator; pemberian komunikasi terapeutik, persetujuan tindakan medis; pelaksanaan
persiapan, pengolesan dentin conditioner, pengadukan bahan sealant, dan aplikasi bahan
sealant; serta pemberian instruksi setelah fissure sealing.
Tes 2
1. Lakukanlah tindakan fissure sealing pada gigi posterior (boleh rahang atas maupun
rahang bawah) dengan indikasi pit dan fisura yang dalam, menggunakan bahan GIC
GC Fuji VII !
2. Mintalah pembimbing Anda untuk mengawasi dan menilai tindakan penambalan
yang Anda lakukan menggunakan Format Penilaian yang tersedia.
280
Format penilaian tes 2
ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN
Langkah-langkah persiapan:
Pembilasan 0,1
Pengadukan 0,1
281
Pengolesan Varnish 0,1
JUMLAH
Penguji,
(………………………………………)
282
KUNCI JAWABAN TES
Tes 1
ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN
Langkah-langkah scaling:
Langkah-langkah pemolesan
283
Permukaan gigi bersih dari plak 0,1 1
JUMLAH 100
Penguji,
(………………………………………)
284
Tes 2
ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN
Langkah-langkah persiapan:
Pembilasan 0,1 1
285
Pengadukan 0,1 1
JUMLAH
Penguji,
(………………………………………)
286
DaftarPustaka
Alamo Family and Implant Dentistry, 2015. Scaling and Root Planning [Internet]. Available
from: https://alamodentistry.com/preventive-dentistry/scaling-and-root-planning/,
diunduh 16 Februari 2018.
Ali Express, 2017. Whole Sale Dental Scaling Tools [Internet]. Available from:
fr.aliexpress.com, diunduh 10 Februari 2018.
Angelia, 2017. Cara Menghilangkan Karang Gigi Secara Cepat Dengan Alat Scaling Gigi
[Internet]. Available from: www.kesehatanmulut.com, diunduh 10 Februari 2018.
Angelia, 2017. Cara Mencegah dan Menghilangkan Karang Gigi [Internet]. Available from:
www.kesehatanmulut.com, diunduh 10 Februari 2018.
Burgess O.J., 2012. Dimensions Of Dental Hygiene – The Journal Of Professional Excelence.
Material Revolution [Internet]. Available from:
http://www.dimensionsofdentalhygiene.com/print.aspx?id=14664, diunduh 16
Februari 2018
Dental Compare, 2017. GC Fuji TRIAGE Pit and Fissure Sealant from GC America Inc
[Internet]. Available from: www.dentalcompare.com, diunduh 10 Februari 2018.
Mohammad Siblini, 2012. Pit and Fissure Seaants [Internet]. Available from:
https://www.youtube.com/watch?v=zOSxEaZSCiE, diunduh 16 Februari 2018.
Pattison A.M. and Pattison G.L, 1992. Periodontal Instrumentation, 2 nd ed. California:
Prentice-Hall International Inc.
Rastogi A. 2016. Atraumatic Restorative Treatment [Internet]. Available from:
https://www.slideshare.net, diunduh 06, Januari, 2018.
Setiyani W., https://www.scribd.com/document/369425896/pit-dan-fisssure-sealent-
makalah-bab-1-42-4-doc, diunduh 16 Februari 2018.
Shabeel PN., 2009. in.SlideShare. Periodontal Instrument And Instrumentation [Internet].
Available from: https://www.slideshare.net/shabeelpn/periodontal-instruments-
instrumentation, diunduh 16 Februari 2018.
Sri Vinayaga Dental Clinic, 2018. Pit and Fissure Sealants [Internet]. Available from:
https://www.srivinayagadental.com/pit-and-fissure-sealants/, diunduh 16 Februari
2018.
Tooth & Gum, 2010. Dental Cleaning – Dental Scaling [Internet]. Available from: tooth-
gums.blogspot.co.id, diunduh 14 Februari 2018.
288
BAB IX
TINDAKAN APLIKASI FLUOR DAN
APLIKASI CASEIN PHOSPHEPTIDE-
AMORPHOUS CALSIUM PHOSPHATE
(CPP-ACP) PADA PELAYANAN
ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN
MULUT INDIVIDU.
Sisca Mardelita, S.Si.T., M. Kes
Pendahuluan
Selamat Belajar
290
Topik 1
Aplikasi Fluor
Sisca Mardelita, S.Si.T., M. Kes
A. Bahan Fluor
Fluor adalah mineral alamiah yang terdapat di semua sumber air termasuk laut.
Fluor tidak pernah ditemukan dalam bentuk bebas di alam. Ia bergabung dengan unsur
lain membentuk senyawa fluoride. Fluor (F) merupakan salah satu unsur yang
melimpah pada kerak bumi. Unsur ini ditemukan dalam bentuk ion Fluoride (F). Fluor
yang berikatan dengan kation monovalen, misalnya NaF, AgF, dan KF bersifat mudah
larut, sedangkan fluor yang berikatan dengan kation divalen, misalnya CaF 2 dan PbF2,
bersifat tidak larut dalam air.
Fluor penting untuk kesehatan gigi terutama pada anak-anak, karena jumlah
asupan (intake) yang tepat dapat mendukung pembentukan enamel gigi yang lebih
tahan terhadap kerusakan akibat asam-asam yang dihasilkan mulut. Fluor juga
menghambat metabolisme pembentukan asam dari bakteri penyebab terjadinya karies
(Streptococcus mutans).
Fluoride dapat mencegah dan mengontrol karies gigi dengan aman dan efektif
bila penggunaanya diberikan secara tepat. Peranan fluoride dalam pencegahan karies
gigi ini sudah dikenal sejak lebih dari 60 tahun yang lalu. Aplikasi fluoride secara umum
dapat berupa fluoridasi air minum, tablet dan tetes fluor, penambahan pada susu,
garam dan bahan makanan lain serta penggunaan fluor pada pasta gigi dan obat
kumur.
C. Sifat Fluor
Senyawa yang banyak mendapat perhatian antara lain Neutral Sodium Fluoride
(NaF), Acidulated Sodium Fluoride Phosphate, Stannous Fluoride (SnF2). Acidulated
291
Sodium Fluoride Phosphate dan SnF secara konsisten memberikan daya perlindungan
lebih besar terhadap karies dibandingkan Neutral Sodium Fluoride. Acidulated
solution dari NaF dan SnF2 lebih efektif daripada larutan netralnya. Dari hasil
penelitian menunjukkan adanya reduksi karies sebesar 70% (untuh OH baik) dan
reduksi karies sebesar 36% (untuk OH jelek) pad apemberian 1,23% NaF dan 0,1 M
Asam Fosfat dengan 1x pemberian / tahun. Rata – rata terjadi 30-45% reduksi karies
sekunder setelah perawatan topikal aplikasi fluor.
D. Manfaat Fluor
Pra Erupsi Gigi
a. Selama pembentukan gigi, fluor melindungi email dari pengurangan sejumlah
matriks yang dibentuk.
b. Pembentukan email yang lebih baik dengankristal yang lebih resisten terhadap
asam.
c. Pemberian yang optimal, kristal yang besar, kandungan karbonat lebih rendah
kelarutan terhadap asam berkurang.
d. Pengurangan jumlah dan ukuran daerah yang menyebabkan akumulasi makanan
dan plak.
Pasca Erupsi
a. Fluorapatit menurunkan kelarutan email dalam asam.
b. Fluorapatit lebih padat dan membentuk kristal sehingga daerah permukaan yang
bereaksi dengan asam lebih sedikit.
c. Pembentukan kalsium fluorida pada permukaan kristal.
d. Fluoride menggantikan ion karbonat dalam struktur apatit.
e. Meningkatkan remineralisasi dalam saliva, sehingga merangsang perbaikan dan
menghentikan lesi karies awal.
f. Flouride menghambat benyak enzim yang terlibat dalam pembentukan asam.
g. Mencegah demineralisasi
h. Memiliki sifat antibakteri
E. Indikasi dan Kontra Indikasi Penggunaan Fluor
Menurut Donley (2003):
a. Indikasi:
1) Pasien anak dibawah umur 5 tahun yang memiliki resiko karies sedang sampai
tinggi.
2) Gigi dengan permukaan akar terbuka.
3) Gigi yang sensitif.
4) Anak-anak dengan kelainan motorik, sehingga sulit untuk membersihkan gigi.
5) Pasien yang sedang dalam perawatan orthodontik.
b. Kontra Indikasi:
1) Pasien anak dengan resiko karies rendah.
2) Pasien yang tinggal di kawasan dengan air minum mengandung fluor.
3) Ada kavitas besar yang terbuka.
293
d. Garam Berfluor
Garam terbukti sebagai media penambahan iod pada diet, sehingga dapat pula
dipakai sebagai pembawa fluor. Disarankan untuk menambahkan 200-300 mg
fluor pada 1 kg garam.
e. Penambahan pada susu
Satu miligram fluor dalam bentuk sodium fluorida ditambahkan pada setengah
pint susu per hari (1 pint = 0,568 liter). Hasil penelitian menunjukkan terjadi
reduksi karies 80%. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa pemberian fluor
pada susu sama efektifnya dengan fluoridasi air minum dalam hal mereduksi
karies.
294
enamel yang lebih tahan asam sehingga dapat menghambat proses
demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi.
Dimana remineralisasi merupakan proses perbaikan kristal hidroksiapatit
dengan cara penempatan mineral anorganik pada permukaan gigi yang telah
kehilangan mineral tersebut. Demineralisasi adalah proses pelarutan kristal
hidroksiapatit email gigi, yang terutama disusun oleh mineral anorganik yaitu
kalsium dan fosfat, karena penurunan pH plak sampai mencapai pH kritis (pH
5) oleh bakteri yang menghasilkan asam.
Penggunaan fluor sebagai bahan topikal aplikasi telah dilakukan sejak lama
dan telah terbukti menghambat pembentukan asam dan pertumbuhan
mikroorganisme sehingga menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam
mempertahankan permukaan gigi dari proses karies.
Ada tiga bahan yang biasa digunakan untuk topikal aplikasi fluor, yaitu:
1) Sodium Fluoride (Na F)
Ada dua prosedur/teknik topikal aplikasi dengan menggunakan bahan
sodium fluoride sebagaimana dikemukakan oleh Knutson dan Bibby.
Teknik Knuston
a) Bersihkan seluruh permukaan gigi secara teliti dengan menggunakan
pasta prophylaxis standard (misal: Pumice). Untuk permukaan licin
gunakan rubber cup, sedangkan untuk permukaan oklusal digunakan
pointed brush.
b) Isolasi gigi dengan cotton roll
c) Keringkan dengan seksama
d) Aplikasikan larutan sodium fluoride 2% dan biarkan selama 3 menit
agar kering.
295
Tiap perawatan memerlukan 4 kali aplikasi dengan interval 1 minggu.
Prohylaxis tidak dilakukan pada kunjungan kedua, ketiga dan keempat.
Teknik Bibby
a) Tahap a sampai dengan c sama dengan teknik Knutson.
b) Dilakukan topikal aplikasi dengan larutan sodium fluoride 0,1%; gigi
dijaga tetap basah dengan larutan selama 7-8 menit.
Perawatan dilakukan 3 kali dalam setahun.
Keberhasilan Perawatan
a) Topikal aplikasi dengan Sodium Fluoride efektif untuk anak yang
tinggal di daerah rendah fluor, yaitu terjadi reduksi karies 30-40%.
Pada daerah dengan kandungan fluor optimum dan orang dewasa,
manfaatnya hanya sedikit.
b) Konsentrasi sodium fluoride untuk topikal aplikasi yang disetujui oleh
Food and Drug Administration (FDA)/American Dental Association
(ADA) adalah 2% dalam bentuk gel atau pun solution (larutan).
c) Keuntungan sodium fluoride adalah pH netral, rasa lebih dapat
diterima, tidak ada pengaruh yang merugikan pada bahan restorasi,
larutan bersifat stabil.
2) Stannous Fluorida (SnF2)
Konsentrasi yang disetujui oleh FDA/ADA untuk topikal aplikasi adalah 8%
SnF2 dalam bentuk larutan (solution).
SnF2 dapat diaplikasikan pada permukaan gigi dalam bentuk larutan,
sebagai komponen pasta prophylaxis atau pun komponen pasta gigi.
Meskipun tiap bentuk komponen SnF2 efektif untuk mereduksi karies,
tetapi manfaat optimum dicapai jika tiga bentuk komponen tersebut
digunakan bersama-sama.
296
g) Frekuensi perawatan bervariasi, tergantung pada kebutuhan individual,
biasanya untuk anak-anak setiap 6 bulan dan orang dewasa setiap 1
tahun.
Keuntungan SnF2 :
Tidak menyebabkan pengetsaan pada restorasi porcelain.
Kerugian SnF2
a) Rasa tidak enak
b) Menyebabkan pigmentasi pada lesi karies awal
c) Mengiritasi gingiva
d) Menyebabkan stainning pada restorasi silicat.
e) Berbahaya jika tertelan dalam jumlah besar
f) Larutan tidak stabil
297
Multiple Fluoride Therapy
Untuk mendapatkan manfaat optimal fluor dalam mereduksi karies dapat
melakukan multiple fluoride terapi yang meliputi:
1. Pemberian fluor secara sistemik (pilih salah satu)
a. Fluoridasi air minum
b. Pemberian suplemen fluor
2. Pemberian fluor secara lokal
a. Topikal aplikasi fluor di klinik
b. Penggunaan pasta gigi berfluor
c. Pemakaian obat kumur berfluor atau gel berfluor
298
Latihan
Untuk lebih memahami tentang topikal aplikasi fluor, maka kerjakanlah latihan di bawah
ini:
1. Jelaskan tentang cara fluoridasi yang dilakukan dalam pencegahan karies gigi.
2. Sebutkan prosedur aplikasi fluor dengan menggunakan bahan APF!
Ringkasan
Topikal aplikasi fluor adalah, tindakan pengolesan langsung bahan fluor pada
email. Setelah gigi dioleskan fluor lalu dibiarkan kering selama 5 menit, dan selama
1 jam tidak boleh makan, minum atau berkumur.
Tujuan penggunaan fluor adalah untuk melindungi gigi dari karies, fluor bekerja
dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak yang dapat memfermentasi
karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit
yang lebih stabil dan lebih tahan terhadap pelarutan asam. Reaksi
Ca10(PO4)6(OH)2+F→ Ca10(PO4)6(OHF) menghasilkan enamel yang lebih tahan asam
sehingga dapat menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan
remineralisasi.
Tes 1
1. Lakukan topikal aplikasi fluor dengan bahan yang tersedia di tempat kerja anda.
2. Mintalah Clinical Instructure anda untuk melakukan penilaian dengan menggunakan
form yang tersedia.
299
300
Topik 2
TINDAKAN APLIKASI CASEIN
PHOSPHEPTIDE-AMORPHOUS CALSIUM
PHOSPHATE(CPP-ACP)
Sisca Mardelita, S.Si.T., M. Kes
301
Gambar 9.8 CPP-ACP menghalangi perlekatan dari bakteri Streptococcus mutans.
(Sumber: Ingegerd, Johansson., 2002)
Penelitian yang dilakukan pada hewan, dimana 0.5% mg/ml larutan dari CPP-
ACP nanokompleks diibaratkan setara dengan 500 ppm larutan fluoride dapat
mereduksi aktivitas karies. Larutan CPP-ACP ini diaplikasikan 2 kali sehari pada
permukaan gigi tikus yang sebelumnnya sudah diinjeksikan bakteri Streptococcus
sobrinus, yang merupakan bakteri penyebab karies pada manusia. Secara signifikan
mampu mengurangi aktivitas karies dengan 0.1% mg/ml CPP-ACP mereduksi
sebesar 14%. Sedangkan pada kadar 1% mg/ml CPP-ACP mereduksi sebesar 55%
aktivitas karies.
C. Kegunaan CPP-ACP
Selain pada kemampuan CPP-ACP dalam membantu proses remineralisasi pada
email gigi, serta kemampuannya dalam mereduksi perlekatan bakteri, dalam bidang
kedokteran gigi CPP-ACP juga memiliki kegunaan lain, seperti:
302
a. Memperbaiki keseimbangan mineral pada pasien-pasien yang mengalami
defisiensi saliva seperti xerostomia atau ketika tindakan membersihkan gigi sulit
dilakukan.
b. Memperbaiki keseimbangan setelah tindakan perawatan seperti scalling,
root planing dan kuretase, juga mengurangi akibat apapun dari hipersensitif
dentin.
c. Riset membuktikan Recaldent (CPP - ACP) juga dapat mengubah warna gigi karena
white-spot ke arah gigi yang terlihat translusens alamiah.
d. Dapat digunakan untuk gigi permanen, aman untuk diaplikasikan pada bayi
terutama anak-anak di bawah usia dua tahun dengan lesi karies awal.
e. Digunakan untuk pasien dengan kebutuhan khusus seperti yang dengan gangguan
intelektual, gangguan perkembangan dan fisik, serebral palsi, down sindrom dan
pasien dengan masalah medis seperti terapi radiasi
f. Selain itu CPP-ACP juga dianjurkan pada individu yang rawan kares (anak yang
mempunyai resiko karies yang tinggi, anak dengan gigi berjejal, pasien dalam
perawatan menggunakan pengobatan jangka panjang, pasien dalam perawatan
orthodonsi dan usia lanjut).
303
Gambar 9.10. Cara Penggunaan CPP-ACP
Sumber: (https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images).
Diunduh Tanggal 1 Februari 2018
Latihan
Untuk dapat memperdalam pemahama anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan
berikut:
1. Apa kepanjangan dari CPP-ACP?
2. Apa peranan CPP-ACP pada gigi?
3. Bagaimana penatalaksanaan aplikasi bahan CPP-ACP?
4. Apa saja yang harus anda jelaskan kepada klien, orang tua/wali klien pada tindakan
aplikasi CPP-ACP?
Ringkasan
Fosfopeptida kasein (CPP) adalah kelompok peptida yang berasal dari
kasein, bagian dari protein yang terjadi secara alami dalam susu. Susu adalah
makanan protein yang sangat baik dalam menyediakan asam amino esensial dan
nitrogen organik untuk manusia dan hewan dari segala usia. Susu juga
mengandung faktor yang memiliki sifat antikariogenik: kalsium, fosfat, kasein, dan
lipid. Produk susu mulai diakui di akhir 1950-an sebagai kelompok makanan yang
efektif dalam mencegah karies gigi.
Selain meningkatkan kadar konsentrasi kalsium dan fosfor pada saliva guna
membantu proses remineralisasi. Pada tahun 1980an, Reynold menarik perhatian
dengan mengungkapkan fakta bahwa kalsium fosfat amorf kasein fosfopeptida,
yang merupakan salah satu produk dari kasein susu, mampu masuk ke dalam
permukaan email dan mempengaruhi proses karies. Gambar di bawah ini ketika
CPP-ACP diaplikasikan pada permukaan gigi maka CPP-ACP akan menghasilkan k-
casien, b-casein serta ikatan nano-kompleks yang akan bertindak sebagai barrier
penghalang dalam mencegah perlekatan dari Sterptococcus mutans.
Tes 2
1. Lakukan prosedur aplikasi CPP-ACP pada pasien sesuai dengan kriteria.
2. Mintalah clinical instrucktur anda untuk menilai dengan menggunakan format yang
tersedia.
304
PENILAIAN APLIKASI CPP-ACP
Nama Mahasiswa : Nama Pasien :
NIM : Pembimbing :
No ASPEK PENILAIAN NILAI BOBOT
I PERSIAPAN 120
A Persiapan Operator 48 .../12x30
1 Kontrol fungsi dental unit 0,4
2 Pakaian kerja dan perlengkapannya bersih 0,4
3 Rambut disisir rapi, jilbab rapi 0,4
4 Kuku dipotong pendek dan bersih 0,4
5 Tanda pengenal dipasang di dada 0,4
6 Memakai masker, sarung tangan dan jas laboratorium 0,4
B Persiapan Pasien
1 Mempersiapkan pasien duduk di dental chair dengan sopan dan ramah 0,4
2 Memasang handuk /celemek pada pasien 0,4
3 Pengaturan posisi operator terhadap pasien termasuk pengaturan tempat 0,4
duduk, sandaran pasien dalam posisi yang benar
C Persiapan Alat dan Bahan
1 Peralatan diagnostik 0,4
2 Gelas kumur, tempat kapas kotor dan bersih 0,4
3 CPP-ACP, Alkohol, kapas steril, cotton roll, cotton pelet 0,4
chip blower, dental brush atau sikat gigi, pumish
II IDENTIFIKASI 40
- Pemeriksaan kebersihan gigi dan mulut 20 .../5x10
1 Tidak ada kalkulus 0,4
2 Tidak ada debris/stain 0,4
3 Tidak ada lubang gigi dengan pulpa terbuka 0,4
4 Tidak ginggivitis 0,4
5 Adanya gigi bercampur 4
III PELAKSANAAN 200
A Persiapan tindakan 52 .../13x50
1 persetujuan tindak medik (infomed consent) 0,4
B Pelaksanaan tindakan
2 Melakukan pengolesan fluor
a. Gigi yang akan diaplikasi dalam keadaan kering 0,4
b. Kuadran yang dikerjakan berurutan (kuadran I, II, III & IV) 0,4
c. Pengolesan sesuai tata cara (bagian bukal, oklusal dan palatal/lingual 0,4
(dimulai dari posterior ke anterior)
3 Penggunaan alat
a. Menggunakan cotton roll 0,4
b. Menggunakan tongue holder 0,4
c. Menggunakan cotton pelet 0,4
d. Menggunakan pinset 0,4
e. Menggunakan chip blower 0,4
C Posisi operator benar 0,4
D Hasil tindak topikal aplikasi
1 Semua permukaan gigi dalam kwadran dilakukan pengolesan fluor 0,4
2 Permukaan gigi dalam keadaan kering 0,4
3 Penggunaan larutan fluor, cotton roll dan cotton pellet tidak boros 0,4
IV INSTRUKTUR/TINDAK LANJUT DAN WAKTU TINDAKAN : 40
A Tindak lanjut 16 .../4x10
1 Instruksi tidak boleh makan dan minum selama 30 menit 0,4
2 Instruksi tidak boleh langsung sikat gigi selang waktu 3 jam 0,4
3 Memberikan alasan untuk instruksi di atas 0,4
B Pelaksanaan komunikasi terapeutik 0,4
TOTAL
305
KUNCI JAWABAN TES
Tes 1
306
Tes 2
Daftar Pustaka
Angela, Ami. 2005. Pencegahan Primer Pada Anak yang Berisiko Keries Tinggi. Maj. Ked.
Gigi, (Dent. J.). 38, (3), 130-134.
Charleshamel. 2008. Fluoridasi pada air minum publik dan Fluorosis. Diunduh
tanggal 3 Januari 2018.
Ingegerd, Johansson., Milk and dairy products: possible effect on dental health. Scand J
Nutr. 2002; 46(3):120). Diunduh tanggal 7 Februari 2017
307
BAB X
TINDAKAN PENAMBALAN GIGI
PADA PELAYANAN ASUHAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT
INDIVIDU
PENDAHULUAN
Pendahuluan
S audara mahasiswa, salam semangat untuk Anda semua. Anda pasti sudah
mengenal bahwa salah satu tindakan kuratif dalam kesehatan gigi adalah tindakan
penambalan gigi. Pada kesempatan sebelumnya Anda pasti sudah pernah mempelajari
teori tentang Konservasi Gigi.
Pada bab ini Anda akan mempelajari tiga topik yang meliputi penambalan gigi
dengan metode Atraumatic Restorative Treatment (ART), penambalan gigi 1 bidang, dan
penambalan gigi 2 bidang, dimana ketiganya dilakukan sebagai tindakan kuratif pada
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien individu.
Tujuan setelah Anda mengikuti mata kuliah ini adalah agar mampu mengerjakan
tindakan kuratif penambalan ART, mengerjakan tindakan konservasi berupa penambalan
1 (satu) bidang, dan penambalan gigi dengan 2 (dua) bidang.
Sebelum Anda melakukan praktik penambalan gigi pada pasien pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut individu di klinik, Anda sudah harus menguasai pengetahuan dan
keterampilan tentang Konservasi Gigi, Penggunaan dan Pemeliharaan Alat Kedokteran
Gigi, Dental Morphologi, Dental Material, Komunikasi Terapeutik, serta Etika Profesi.
Untuk itu persiapkan diri Anda dengan mempelajari kembali ilmu-ilmu di atas, sebagai
bekal untuk melakukan tindakan penabalan gigi pada pasien pelayanan asuhan kesehatan
gigi individu. Selain itu semua, perlu diperhatikan pula posisi pasien maupun operator saat
melakukan penambalan gigi, agar saat mengerjakan penambalan gigi dapat berlangsung
dengan lancar dan menghasilkan tambalan yang baik.
Saat Anda mempelajari ilmu konservasi gigi tentu Anda sudah mengenal Klasifikasi
Kavita menurut GV Black yang terdiri dari kavita kelas I, II, III, IV, dan V. Namun demikian
berdasarkan kompetensi yang Anda miliki, maka yang dikerjakan adalah penambalan gigi
pada kavita kelas I, II, III dan V baik 1 bidang maupun 2 bidang. Bahan tambal yang
dipergunakan pada praktikum ini adalah bahan Glass Ionomere Cement, baik yang type
untuk tambalan ART, type untuk tambalan posterior, dan type untuk tambalan anterior.
308
Topik 1
Sekarang kita masuk pada topik pertama, yaitu topik tentang tindakan penambalan
gigi dengan teknik ART. Dua prinsip tambalan ART adalah: 1) menghilangkan lesi karies
menggunakan instrumen genggam (hand instrument); 2) mengembalikan bentuk kavita
menggunakan bahan restorasi yang menempel pada gigi. Persiapkan diri Anda untuk
berhadapan dengan pasien di klinik gigi. Perhatikan prosedur yang harus Anda lakukan.
309
Gambar 10.2. Lokasi Karies Gigi
Sumber: Atraumatic Restorative Treatment, diunduh 06 Januari 2018.
1. Bahan Glass Ionomere Cement ART yang terdiri dari powder dan liquid.
2. Dentin conditioner
3. Varnish
310
4. Vaseline (cocoa butter)
5. Cotton pellet
6. Cotton roll
7. Alkohol
8. EDTA 10% untuk desinfeksi kavita
311
Gambar 10.6. Vaselin dan Celluloid Strips
312
Setelah alat, bahan, dan obat tersedia di atas tray dental unit, maka segera posisikan
pasien dan operator (Anda) sesuai dengan lokasi gigi yang akan ditambal.
Bila gigi yang akan ditambal ada pada regio rahang atas kiri maupun kanan, maka
posisi pasien ditidurkan telentang (supine), wajah pasien lurus ke depan dan mulut
pasien setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 11.
Bila penambalan untuk gigi di regio rahang bawah kiri, maka posisi pasien ditidurkan
dengan telentang, wajah pasien menengok ke kanan (menghadap operator) dan mulut
pasien setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 10.
Namun bila gigi yang akan ditambal adalah gigi posterior di regio rahang bawah kanan,
maka posisi pasien ditidurkan telentang, wajah pasien sedikit menengok ke kiri, dan
mulut pasien setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 9.
- Setelah preparasi selesai pasien dianjurkan oklusi untuk melihat kontak lubang.
- Pemberian dentin conditioner yaitu 1 tetes liquid + tetes air dibasahi pada cotton
pellet dan dioleskan pada kavita yang sudah disiapkan selama 10 – 15 detik.
Maksud pemberian ini adalah agar keadaan lembab sesuai kondisi tambalan yang
akan digunakan. Sesudah pengolesan dengan dentin conditioner maka kavita harus
313
dibilas dengan cotton pellet yang dibasahi air sebanyak 3 kali, selanjutnya
dikeringkan dengan cotton pellet kering dan kavita siap ditambal.
314
2. Pengadukan
- Satu sendok bubuk diletakkan pada papper pad, lalu dibagi menjadi dua bagian
yang sama, kemudian letakkan satu tetes liquid disebelah bubuk itu.
- Botol cairan dipegang sebentar dalam keadaan horizontal untuk mengeluarkan
udara dari bagian ujungnya dan kemudian dalam posisi vertikal dikeluarkan satu
tetes cairan pada papper pad. Bila perlu botol ditekan sedikit, tapi cairan jangan
tertekan keluar.
- Mula-mula cairan disebarkan dengan spatula pada suatu permukaan sebesar 1,5
cm2. Pengadukan dimulai dengan mencampur setengah dari bubuk dengan cairan
yang menggunakan spatula.
- Bubuk dicampur dengan gerakan menggulung sehingga partikel-partikel bubuk
secara perlahan-lahan terbasahi tanpa tersebar.
- Jika seluruh bubuk telah basah, bagian kedua dicampur dalam adukan tersebut
setelah itu diaduk kuat sambil menjaga agar adukannya tetap berupa satu
kesatuan massa.
- Pengadukan harus selesai 20 – 30 detik, hasil adukan yang baik harus licin seperti
permen karet.
- Penambalan dapat langsung dilakukan pada cavitas tanpa preparasi terlebih
dahulu, digunakan Vaseline agar tambalan tidak mudah melengket dan untuk
menghaluskan.
315
3. Penambalan :
- Masukkan bahan tambaln ke dalam lubang, pit dan fissure dengan plastis filling
atau carver dengan tekanan ringan.
- Tekan dengan jari yang sudah memakai sarung tangan selama 30 detik
- Buang bahan yang berlebih
- Olesi dengan Varnish tunggu 6 menit
- Periksa gigitan kurangi bila masih ada peninggian gigit
- Vaseline diberikan setelah penambalan dan pengurangan sisa-sisa tumpatan yang
berlebih.
Latihan
Untuk menguatkan pemahaman Anda mengenai materi praktikum di atas,
kerjakanlah latihan berikut:
1. Sebutkan prosedur preparasi untuk penambalan menggunakan bahan GIC dengan
teknik ART.
2. Sebutkan penggunaan alat dan bahan dalam penambalan menggunakan bahan GIC
dengan teknik ART.
3. Lakukanlah penambalan pada Gigi Tetap posterior rahang atas dengan indikasi
menggunakan bahan GIC dengan teknik ART. Mintalah pembimbing untuk mengawasi!
4. Lakukanlah penambalan pada Gigi Tetap posterior rahang bawah dengan indikasi
menggunakan bahan GIC dengan teknik ART. Mintalah pembimbing untuk mengawasi!
Ringkasan
Tindakan penambalan gigi menggunakan bahan GIC (glass ionomere cement)
dengan teknik ART (atraumatic restorative treatment) pada pasien pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut individu dilakukan pada pasien dengan lubang gigi yang
mencapai karies email dan karies dentin. Bahan penambalan yang digunakan adalah Glass
Ionomere Cement khusus yang aplikasinya menggunakan teknik Atraumatic Restorative
Treatment, atau dengan kata lain yaitu teknik penambalan gigi tanpa menggunakan alat
mesin. Agar prosedur penambalan dapat berjalan dengan lancar, maka penting untuk
memperhatikan indikasi; pemilihan alat dan bahan penambalan; posisi pasien dan
operator; pemberian komunikasi terapeutik, persetujuan tindakan medis; pelaksanaan
preparasi gigi dan penambalan; serta pemberian instruksi setelah penambalan gigi.
Tes 1
1. Lakukanlah penambalan gigi molar (boleh rahang atas maupun rahang bawah)
menggunakan bahan GIC dengan teknik ART!
2. Mintalah pembimbing Anda untuk mengawasi dan menilai tindakan penambalan
yang Anda lakukan menggunakan Format Penilaian yang tersedia.
317
Format penilaian tes 1
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ..................
Langkah-langkah preparasi:
Preparasi 0,1
Desinfeksi 0,1
Langkah-langkah penambalan
Pembilasan 0,1
Pengadukan 0,1
Penambalan 0,1
318
Pengolesan Varnish 0,1
JUMLAH
Penguji,
(…………………………………)
319
Topik 2
Selanjutnya kita masuk pada topik kedua, yaitu topik tentang tindakan penambalan
gigi pada karies yang mengenai satu bidang. Tujuan penambalan gigi adalah
mengembalikan bentuk dan fungsi gigi, serta mempertahankan gigi selama mungkin di
dalam mulut. Prinsip penambalan satu bidang adalah: 1) menghilangkan lesi karies; 2)
mengembalikan bentuk kavita menggunakan bahan restorasi yang menempel pada gigi.
Persiapkan diri Anda untuk berhadapan dengan pasien di klinik gigi. Perhatikan prosedur
yang harus Anda lakukan.
320
Gambar 10.14. Klasifikasi Lubang Gigi Menurut GV.Black
Sumberilmucutpz.blogspot.co.id, diunduh 15 Februari 2018
321
4. Agate Spatel
5. Papper Pad
6. Plastis filling instrument
7. Burnisher / cement stopper
8. Celluloid Strip
9. Articulating paper
1. Bahan Glass Ionomere Cement yang terdiri dari powder dan liquid.
2. Dentin conditioner
3. Varnish
4. Vaseline (cocoa butter)
5. Cotton pellet
6. Cotton roll
7. Alkohol
322
Gambar 10.18GIC Untuk Gigi Posterior
Bila gigi yang akan ditambal ada pada regio rahang atas kiri maupun kanan, maka
posisi pasien ditidurkan telentang (supine), wajah pasien lurus ke depan dan mulut
pasien setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 11.
Bila penambalan untuk gigi di regio rahang bawah kiri, maka posisi pasien ditidurkan
dengan telentang, wajah pasien menengok ke kanan (menghadap operator) dan mulut
pasien setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 10.
Namun bila gigi yang akan ditambal adalah gigi posterior di regio rahang bawah kanan,
maka posisi pasien ditidurkan dengan sandaran punggung membentuk sudut 30˚ dari
lantai, wajah pasien sedikit menengok ke kiri, dan mulut pasien setinggi siku operator,
serta posisi operator berada pada arah jam 9.
1. Preparasi
- Lakukan preparasi menggunakan mesin bur dan bersihkan kavita dari jaringan
karies dengan ekskavator sampai tak ada lagi dentin lunak
- Setelah preparasi selesai pasien dianjurkan oklusi untuk melihat kontak lubang.
323
- Pemberian dentin conditioner dan ditunggu selama 20 detik, atau bila tidak ada
dentin conditioner dapat digunakan: 1 tetes liquid + tetes air dibasahi pada cotton
pellet dan dioleskan pada kavita yang sudah disiapkan selama 10 – 15 detik.
- Sesudah pengolesan dengan dentin conditioner maka kavita harus dibilas dengan
cotton pellet yang dibasahi air sebanyak 3 kali, selanjutnya dikeringkan dengan
cotton pellet kering dan kavita siap ditambal.
2. Pengadukan
- Satu sendok bubuk diletakkan pada papper pad, lalu dibagi menjadi dua bagian
yang sama, kemudian letakkan satu tetes liquid disebelah bubuk itu.
- Botol cairan dipegang sebentar dalam keadaan horizontal untuk mengeluarkan
udara dari bagian ujungnya dan kemudian dalam posisi vertikal dikeluarkan satu
tetes cairan pada papper pad. Bila perlu botol ditekan sedikit, tapi cairan jangan
tertekan keluar.
- Mula-mula cairan disebarkan dengan spatula pada suatu permukaan sebesar 1,5
cm2. Pengadukan dimulai dengan mencampur setengah dari bubuk dengan cairan
yang menggunakan spatula.
- Bubuk dicampur dengan gerakan menggulung sehingga partikel-partikel bubuk
secara perlahan-lahan terbasahi tanpa tersebar.
- Jika seluruh bubuk telah basah, bagian kedua dicampur dalam adukan tersebut
setelah itu diaduk kuat sambil menjaga agar adukannya tetap berupa satu
kesatuan massa.
- Pengadukan harus selesai 20 – 30 detik, hasil adukan yang baik harus licin seperti
permen karet.
324
3. Penambalan :
- Masukkan bahan tambalan ke dalam kavita yang sudah dipreparasi menggunakan
plastis filling instrument
- Bentuk tambalan sesuai bentuk anatomi gigi dengan plastis filling/carver/burnisher
- Buang bahan yang berlebih
- Olesi dengan Varnish dan tunggu selama 6 menit
- Periksa gigitan dengan articulating paper
- Poles menggunakan batu poles arkansas
- Vaseline atau cocoa butter diberikan setelah penambalan dan pengurangan sisa-
sisa tumpatan yang berlebih.
Latihan
Untuk menguatkan pemahaman Anda mengenai materi praktikum di atas,
kerjakanlah latihan berikut:
1. Sebutkan prosedur preparasi untuk penambalan satu bidang menggunakan bahan GIC!
2. Sebutkan langkah-langkah dalam penambalan gigi satu bidang menggunakan bahan
GIC!
3. Lakukanlah penambalan Gigi Susu rahang atas atau rahang bawah dengan indikasi
penambalan satu bidang kelas I menggunakan bahan GIC. Mintalah pembimbing untuk
mengawasi !
326
4. Lakukanlah penambalan Gigi Tetap rahang atas atau rahang bawah dengan indikasi
penambalan satu bidang kelas I menggunakan bahan GIC. Mintalah pembimbing untuk
mengawasi !
5. Lakukanlah penambalan Gigi Susu rahang atas atau rahang bawah dengan indikasi
penambalan satu bidang kelas V menggunakan bahan GIC. Mintalah pembimbing
untuk mengawasi !
6. Lakukanlah penambalan Gigi Tetap rahang atas atau rahang bawah dengan indikasi
penambalan satu bidang kelas V menggunakan bahan GIC. Mintalah pembimbing
untuk mengawasi !
Ringkasan
Tindakan penambalan gigi satu bidang menggunakan bahan glass ionomere
cement (GIC) pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu dilakukan
pada pasien dengan lubang gigi yang mencapai karies email dan karies dentin, dan hanya
mengenai 1 bidang saja. Bahan penambalan yang digunakan adalah Glass Ionomere
Cement, dan teknik preparasinya menggunakan mesin bor. Agar prosedur penambalan
dapat berjalan dengan lancar, maka penting untuk memperhatikan indikasi; pemilihan alat
dan bahan penambalan; posisi pasien dan operator; pemberian komunikasi terapeutik,
persetujuan tindakan medis; pelaksanaan preparasi gigi dan penambalan; serta pemberian
instruksi setelah penambalan gigi.
Tes 2
1. Lakukanlah penambalan gigi anterior atau posterior (boleh rahang atas maupun
rahang bawah) dengan karies yang mengenai satu bidang, menggunakan bahan
GIC !
2. Mintalah pembimbing Anda untuk mengawasi dan menilai tindakan penambalan
yang Anda lakukan menggunakan Format Penilaian yang tersedia.
327
Format penilaian tes 2
Langkah-langkah preparasi:
Preparasi 0,1 9
Desinfeksi 0,1
Langkah-langkah penambalan
Pembilasan 0,1
Pengadukan 0,1
Penambalan 0,1
328
3 Instruksi/tindak lanjut Max = 4 20
JUMLAH
Penguji,
(………………………………)
329
Topik 3
Akhirnya kita masuk pada topik ketiga, yaitu topik tentang tindakan penambalan
gigi pada karies yang mengenai dua bidang. Pada prinsipnya penambalan dua bidang sama
dengan penambalan satu bidang, dimana tujuan penambalan gigi adalah mengembalikan
bentuk dan fungsi gigi, serta mempertahankan gigi selama mungkin di dalam mulut.
Prinsip penambalan dua bidang adalah: 1) menghilangkan lesi karies; 2) mengembalikan
bentuk kavita menggunakan bahan restorasi yang menempel pada gigi. Persiapkan diri
Anda untuk berhadapan dengan pasien di klinik gigi. Perhatikan prosedur yang harus Anda
lakukan.
330
Gambar 10.24 Klasifikasi Lubang Gigi Menurut GV.Black
Sumber: ilmucutpz.blogspot.co.id, diunduh 15 Februari 2018
331
Gambar 10.26. Kavita Kelas III
Sumber: dentodontics.files.wordpress.com, diunduh 15 Februari 2018
1. Bahan Glass Ionomere Cement yang terdiri dari powder dan liquid.
2. Dentin conditioner
3. Varnish
4. Vaseline (cocoa butter)
5. Cotton pellet
6. Cotton roll
7. Alkohol
332
Gambar 10.28 GIC Untuk Gigi Posterior
Bila gigi yang akan ditambal ada pada regio rahang atas kiri maupun kanan, maka
posisi pasien ditidurkan telentang (supine), wajah pasien lurus ke depan dan mulut
pasien setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 11.
Bila penambalan untuk gigi di regio rahang bawah kiri, maka posisi pasien ditidurkan
dengan telentang, wajah pasien menengok ke kanan (menghadap operator) dan mulut
pasien setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 10.
Namun bila gigi yang akan ditambal adalah gigi posterior di regio rahang bawah kanan,
maka posisi pasien ditidurkan dengan sandaran punggung membentuk sudut 30˚ dari
lantai, wajah pasien sedikit menengok ke kiri, dan mulut pasien setinggi siku operator,
serta posisi operator berada pada arah jam 9.
333
tindakan medis yang akan dilakukan, mintalah tanda tangan pasien atau orang
tua/wali pasien.
1. Preparasi
- Lakukan preparasi menggunakan mesin bor dan bersihkan kavita dari jaringan
karies dengan ekskavator sampai tak ada lagi dentin lunak
- Setelah preparasi selesai pasien dianjurkan oklusi untuk melihat kontak lubang.
- Pemberian dentin conditioner dan ditunggu selama 20 detik, atau bila tidak ada
dentin conditioner dapat digunakan: 1 tetes liquid + tetes air dibasahi pada cotton
pellet dan dioleskan pada kavita yang sudah disiapkan selama 10 – 15 detik.
- Sesudah pengolesan dengan dentin conditioner, maka kavita harus dibilas dengan
cotton pellet yang dibasahi air sebanyak 3 kali, selanjutnya dikeringkan dengan
cotton pellet kering dan kavita siap ditambal
- Selanjutnya adalah pemasangan celluloid strip untuk gigi anterior, atau matriks
untuk gigi posterior, yang berfungsi sebagai dinding sementara.
334
Gambar 10.30. Hasil Preparasi Kavita Kelas II Dua Bidang
2. Pengadukan
- Satu sendok bubuk diletakkan pada papper pad, lalu dibagi menjadi dua bagian
yang sama, kemudian letakkan satu tetes liquid disebelah bubuk itu.
- Botol cairan dipegang sebentar dalam keadaan horizontal untuk mengeluarkan
udara dari bagian ujungnya dan kemudian dalam posisi vertikal dikeluarkan satu
335
tetes cairan pada papper pad. Bila perlu botol ditekan sedikit, tapi cairan jangan
tertekan keluar.
- Mula-mula cairan disebarkan dengan spatula pada suatu permukaan sebesar 1,5
cm2. Pengadukan dimulai dengan mencampur setengah dari bubuk dengan cairan
yang menggunakan spatula.
- Bubuk dicampur dengan gerakan menggulung sehingga partikel-partikel bubuk
secara perlahan-lahan terbasahi tanpa tersebar.
- Jika seluruh bubuk telah basah, bagian kedua dicampur dalam adukan tersebut
setelah itu diaduk kuat sambil menjaga agar adukannya tetap berupa satu
kesatuan massa.
- Pengadukan harus selesai 20 – 30 detik, hasil adukan yang baik harus licin seperti
permen karet.
3. Penambalan :
- Masukkan bahan tambalan ke dalam kavita yang sudah dipreparasi menggunakan
plastis filling instrument
- Bentuk tambalan sesuai bentuk anatomi gigi dengan plastis filling/carver/burnisher
- Buang bahan yang berlebih
- Setelah tambalan mengeras lepaskan celluloid strip / matriks
- Olesi dengan Varnish dan tunggu selama 6 menit
- Periksa bentuk anatomis, titik kontak, dan gigitan dengan articulating paper
- Poles menggunakan batu poles arkansas
336
- Vaseline atau cocoa butter diberikan setelah penambalan dan pengurangan sisa-
sisa tumpatan yang berlebih.
337
Gambar 10.34. Langkah-langkah Penambalan Kelas II Dua Bidang
Sumber: garrisondental.com, diunduh 13 Januari 2018
338
Latihan
Untuk menguatkan pemahaman Anda mengenai materi praktikum di atas,
kerjakanlah latihan berikut:
1. Gambarkan bentuk preparasi untuk penambalan dua bidang menggunakan bahan GIC
pada gigi anterior dan gigi posterior.
2. Lakukanlah penambalan Gigi Susu rahang atas atau rahang bawah dengan indikasi
penambalan dua bidang kelas II menggunakan bahan GIC. Mintalah pembimbing untuk
mengawasi !
3. Lakukanlah penambalan Gigi Tetap rahang atas atau rahang bawah dengan indikasi
penambalan dua bidang kelas II menggunakan bahan GIC. Mintalah pembimbing untuk
mengawasi !
4. Lakukanlah penambalan Gigi Susu rahang atas atau rahang bawah dengan indikasi
penambalan dua bidang kelas III menggunakan bahan GIC. Mintalah pembimbing
untuk mengawasi !
5. Lakukanlah penambalan Gigi Tetap rahang atas atau rahang bawah dengan indikasi
penambalan dua bidang kelas III menggunakan bahan GIC. Mintalah pembimbing
untuk mengawasi !
Ringkasan
Tindakan penambalan gigi dua bidang menggunakan bahan glass ionomere cement
(GIC) pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu dilakukan pada
pasien dengan lubang gigi yang mencapai karies email dan karies dentin, dan mengenai
dua bidang. Bahan penambalan yang digunakan adalah Glass Ionomere Cement, dan
teknik preparasinya menggunakan mesin bor. Agar prosedur penambalan dapat berjalan
dengan lancar, maka penting untuk memperhatikan indikasi; pemilihan alat dan bahan
penambalan; posisi pasien dan operator; pemberian komunikasi terapeutik, persetujuan
tindakan medis; pelaksanaan preparasi gigi dan penambalan; serta pemberian instruksi
setelah penambalan gigi.
Tes 3
1. Lakukanlah penambalan gigi anterior atau posterior (boleh rahang atas maupun
rahang bawah) dengan karies yang mengenai dua bidang, menggunakan bahan GIC
!
2. Mintalah pembimbing Anda untuk mengawasi dan menilai tindakan penambalan
yang Anda lakukan menggunakan Format Penilaian yang tersedia.
339
FORMAT PENILAIAN PRAKTIK PENAMBALAN GIGI
DENGAN BAHAN GIC / ART*
PASIEN PAKGM INDIVIDU
Langkah-langkah preparasi:
Preparasi 0,1 9
Desinfeksi 0,1
Langkah-langkah penambalan
Pembilasan 0,1
Pengadukan 0,1
Penambalan 0,1
340
Dengan alasan 0,1
JUMLAH
Penguji,
(……………………………….)
341
KUNCI JAWABAN TES
Tes 1
Langkah-langkah preparasi:
Preparasi 0,1 1 9
Desinfeksi 0,1 1
Langkah-langkah penambalan
Pembilasan 0,1 1
Pengadukan 0,1 1
Penambalan 0,1 1
342
Pengolesan Varnish 0,1 1
JUMLAH 100
Penguji,
(…………………………………..)
343
Tes 2
Langkah-langkah preparasi:
Preparasi 0,1 1 9
Desinfeksi 0,1 1
Langkah-langkah penambalan
Pembilasan 0,1 1
Pengadukan 0,1 1
Penambalan 0,1 1
344
3 Instruksi/tindak lanjut Max = 4 20
JUMLAH 100
Penguji,
(……………………………………….)
345
Tes 3
Langkah-langkah preparasi:
Preparasi 0,1 1 9
Desinfeksi 0,1 1
Langkah-langkah penambalan
Pembilasan 0,1 1
Pengadukan 0,1 1
Penambalan 0,1 1
346
3 Instruksi/tindak lanjut Max = 4 20
JUMLAH 100
Penguji,
(………………………………..)
347
DaftarPustaka
Dentistry today, 2018. The New Science Of Strong Teeth Class II Preps [Internet]. Available
from: http://www.dentistrytoday.com/restorative/9286-the-new-science-of-strong-
teeth-class-ii-preps, diunduh 15 Februari 2018.
Widitya.blogspot.co.id, 2017. GC Fuji IX ART Mini Pack. My Inspiration [Internet]. Available from:
widitya.blogspot.co.id, diunduh 07 Februari 2018.
www.youtube.com, 2016. How to Manipulate Fuji Cem Glass Ionomere Restorative Cement type
9. Dentbay.com [Internet]. Available from: www.youtube.com, diunduh 06, Januari 2018
348
BAB XI
TINDAKAN PENCABUTAN GIGI PADA
PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN
GIGI DAN MULUT INDIVIDU
drg. Ita Astit Karmawati, MARS
PENDAHULUAN
S audara mahasiswa, salam semangat untuk Anda semua. Anda pasti sudah mengenal
bahwa salah satu tindakan kuratif dalam kesehatan gigi adalah tindakan pencabutan gigi.
Pada kesempatan sebelumnya Anda pasti sudah pernah mempelajari teori tentang
pencabutan gigi, baik gigi susu maupun gigi tetap.
Pada bab ini Anda akan mempelajari dua topik yang meliputi pencabutan gigi susu
dengan anestesi permukaan (surface anesthesia) dan gigi tetap akar tunggal dengan
anestesi infiltrasi (infiltration anesthesia), dimana keduanya dilakukan sebagai tindakan
kuratif pada pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien individu.
Cara anestesi lokal yang dipakai adalah yang termasuk dalam jenis anestesi
permukaan (surface anesthesia) dan anestesi infiltrasi (infiltration anesthesia). Selain
menentukan jenis obat anestesi yang dipakai, Anda juga akan dipandu untuk dapat
menentukan kasus pencabutan gigi sesuai indikasi; menyiapkan alat, bahan, dan obat;
mengatur posisi pasien dan operator; pemberian komunikasi terapeutik; persetujuan
tindakan medis; pelaksanaan anestesi permukaan (surface anesthesia) atau anestesi
infiltrasi (infiltration anesthesia); fiksasi dan tumpuan jari; gerakan pencabutan; serta
pemberian instruksi setelah pencabutan gigi.
Tujuan setelah mengikuti mata kuliah ini Anda (mahasiswa) mampu melakukan
tindakan pencabutan gigi pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu
sesuai prosedur dengan cara anestesi permukaan (surface anesthesia) dan anestesi
infiltrasi (infiltration anesthesia).
Namun demikian sebelum Anda melakukan praktik pencabutan gigi pada pasien
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu di klinik, Anda sudah harus
menguasai pengetahuan dan keterampilan tentang Dasar-dasar Pencabutan Gigi,
Penggunaan dan Pemeliharaan Alat Kedokteran Gigi, Komunikasi Terapeutik, serta Etika
Profesi. Untuk itu persiapkan diri Anda dengan mempelajari kembali ilmu-ilmu di atas,
sebagai bekal untuk melakukan tindakan pencabutan gigi pada pasien pelayanan asuhan
kesehatan gigi individu.
349
Topik 1
Tindakan Pencabutan Gigi Susu Dengan
Anestesi Permukaan (surface anesthesia)
drg. Ita Astit Karmawati, MARS
Mari kita masuk pada topik pertama, yaitu topik tentang tindakan pencabutan gigi
susu dengan anestesi permukaan (surface anesthesia). Siapkan diri Anda untuk
berhadapan dengan pasien yang berusia antara 5 - 13 tahun. Perhatikan prosedur yang
harus Anda lakukan.
C. Indikasi dan Kontra indikasi pencabutan gigi susu dengan anestesi permukaan.
Disini Anda harus dapat mengidentifikasi kasus gigi susu yang memenuhi kriteria
indikasi pencabutan dengan menggunakan anestesi permukaan. Untuk itu pelajari
kembali matakuliah Dasar-dasar Pencabutan Gigi. Dari kasus yang diidentifikasi sesuai
indikasi, maka Anda dapat menentukan obat anestesi yang sesuai. Misalnya bila gigi
susu dengan indikasi pencabutan disertai derajat kegoyangan 2, maka obat anestesi
yang digunakan adalah Xylonor Spray, atau Anesthetic Gel. Bila gigi susu dengan
indikasi pencabutan disertai derajat kegoyangan 3 atau 4, maka dapat digunakan obat
anestesi Chloraethyl.
350
akan digunakan, menutup luka bekas pencabutan dan kemudian meminta pasien untuk
menggigitnya dengan keras.
351
Gambar 11.4. Mengenai Obat Anestesi Topical: Xylonor Spray. .
Sumber: www.universaldental.com.pk, diunduh 06 Desember 2017.
352
2. Bila gigi yang akan dicabut ada pada regio rahang atas kiri, maka posisi pasien
ditidurkan dengan sandaran punggung membentuk sudut 30˚ dari lantai, muka
pasien menengok ke kanan (menghadap operator) dan mulut pasien setinggi bahu
operator, serta posisi operator berada pada arah jam 8.
3. Bila pencabutan untuk gigi di regio rahang bawah kiri, maka posisi pasien ditidurkan
dengan sandaran punggung membentuk sudut 30˚ dari lantai, muka pasien
menengok ke kanan (menghadap operator) dan mulut pasien setinggi siku operator,
serta posisi operator berada pada arah jam 8.
4. Bila gigi yang akan dicabut adalah gigi anterior di regio rahang bawah kanan, maka
posisi pasien ditidurkan dengan sandaran punggung membentuk sudut 45˚ dari
lantai, muka pasien menengok ke kiri (menjauhi operator) dan mulut pasien setinggi
siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 7. Namun bila gigi yang
akan dicabut adalah gigi posterior di regio rahang bawah kanan, maka posisi pasien
ditidurkan dengan sandaran punggung membentuk sudut 45˚ dari lantai, muka
pasien lurus ke depan dan mulut pasien setinggi siku operator, serta posisi operator
berada pada arah jam 11.
Gigi susu anterior rahang atas kanan dan kiri: ibu jari di sebelah palatal dan jari
telunjuk di sebelah labial
354
Gambar 11.8. Fiksasi Jari Pada
Gigi susu anterior rahang atas kanan dan kiri
Sumber: Howe, 1989.
Gigi susu posterior rahang atas kiri: ibu jari di sebelah palatal dan jari telunjuk di
sebelah bukal
Gigi susu posterior rahang bawah kiri: jari tengah di sebelah lingual dan jari
telunjuk di sebelah bukal, ketiga jari yang lain menyangga dagu
355
Gambar 11.10. Fiksasi Jari Pada
Gigi susu posterior rahang bawah kiri
Sumber: Howe, 1989.
Gigi susu anterior rahang bawah kanan dan kiri: jari telunjuk di sebelah lingual dan
ibu jari di sebelah labial, ketiga jari yang lain menyangga dagu
Gigi susu posterior rahang bawah kanan: jari telunjuk di sebelah bukal dan ibu jari
di sebelah lingual, ketiga jari yang lain menyangga dagu. Perhatikan bahwa
operator ada di arah jam 11, dengan lengan sedikit merangkul pasien.
356
Gambar 11.12. Fiksasi Jari Pada
Gigi susu posterior rahang bawah kanan
Sumber: Howe, 1989.
H. Gerakan pencabutan
Yang perlu diperhatikan saat melakukan gerakan pencabutan gigi adalah jumlah akar
gigi yang akan dicabut. Disini diingatkan kembali gerakan pencabutan sebagai berikut:
Gigi susu posterior rahang atas kanan dan kiri: luksasi ke arah bukal-palatal,
lalu ekstraksi ke arah bawah dan keluar dari mulut
Gigi susu anterior rahang atas kanan dan kiri: luksasi ke arah labial-palatal, bila
sudah longgar lakukan rotasi, lalu ekstraksi ke arah bawah dan keluar dari
mulut
Gigi susu posterior rahang bawah kiri dan kanan: luksasi ke arah bukal-lingual,
lalu ekstraksi ke arah atas dan keluar dari mulut
Gigi susu anterior rahang bawah kanan dan kiri: luksasi ke arah labial-lingual,
bila sudah longgar lakukan rotasi, lalu ekstraksi ke arah atas dan keluar dari
mulut
Segera setelah gigi tercabut lakukan pengecekan apakah masih ada sisa akar
atau serpihan gigi yang tertinggal
Bila tidak ada, lakukan penekanan luka pencabutan menggunakan cotton roll
atau tampon selama 10 detik untuk menghentikan pendarahan
Kemudian instruksikan pasien untuk berkumur 1 kali saja untuk menghilang
sisa darah dan rasa pahit karena obat anestesi
Segera ambil tampon yang sudah diberi antiseptik dan letakkan pada luka bekas
pencabutan
357
G
a
m
b
a
r
358
5. Lakukanlah pencabutan Gigi Susu anterior rahang bawah dengan indikasi pencabutan
menggunakan obat anestesi yang berbentuk Gel. Mintalah pembimbing untuk
mengawasi !
6. Lakukanlah pencabutan Gigi Susu posterior rahang bawah dengan indikasi pencabutan
menggunakan obat anestesi Chloraethyl. Mintalah pembimbing untuk mengawasi !
Ringkasan
Tindakan pencabutan gigi susu dengan anestesi permukaan pada pasien pelayanan
asuhan kesehatan individu dilakukan pada pasien dengan rentang usia 5-13 tahun. Obat
anestesi yang biasanya digunakan adalah Chloraethyl, Xylonor Spray dan Gel Anesthetic.
Agar prosedur pencabutan dapat berjalan dengan lancar dan aman, maka penting untuk
memperhatikan indikasi; pemilihan alat, bahan dan obat anestesi yang tepat; posisi pasien
dan operator; pemberian komunikasi terapeutik; persetujuan tindakan medis;
pelaksanaan anestesi permukaan; fiksasi jari; gerakan pencabutan; dan pemberian
instruksi setelah pencabutan gigi.
Tes 1
1. Lakukanlah pencabutan gigi 85 sisa akar goyang derajat 3!
2. Mintalah pembimbing anda untuk mengawasi dan menilai tindakan pencabutan
yang anda lakukan menggunakan Format Penilaian yang tersedia.
ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN
359
Persiapan alat dan bahan pencabutan 0,1
Langkah-langkah anestesi:
Langkah-langkah pencabutan
JUMLAH
Penguji,
(…………………………………)
360
Topik2
Tindakan Pencabutan Gigi Tetap Akar
Tunggal Dengan Anestesi Permukaan
(infiltration anesthesia)
Mari kita masuk pada topik kedua, yaitu topik tentang tindakan pencabutan gigi
tetap akar tunggal dengan anestesi infiltrasi (infiltration anesthesia). Yang dimaksud
dengan gigi tetap akar tunggal disini adalah Gigi Tetap Anterior Rahang Atas dan Rahang
Bawah. Siapkan diri Anda untuk berhadapan dengan pasien yang berusia lebih dari 7
tahun, kebanyakan pada usia remaja dan dewasa, atau bahkan tua. Perhatikan prosedur
yang harus Anda lakukan.
C. Indikasi dan Kontra indikasi pencabutan gigi tetap akar tunggal dengan anestesi
infiltrasi.
Gigi geligi yang termasuk gigi tetap akar tunggal adalah Gigi Tetap Anterior Rahang Atas
(13 sampai dengan 23) dan Anterior Rahang Bawah (33 sampai dengan 43). Disini Anda
harus dapat mengidentifikasi kasus gigi tetap akar tunggal yang memenuhi kriteria
indikasi pencabutan dengan menggunakan anestesi infiltrasi. Untuk itu pelajari kembali
matakuliah Dasar-dasar Pencabutan Gigi. Selain itu, pahami pula indikasi dan kontra
indikasi keadaan umum pasien untuk tindakan anestesi infiltrasi. Dari kasus dan
keadaan umum pasien yang diidentifikasi sudah sesuai indikasi, maka Anda dapat
menentukan obat anestesi yang sesuai.
Perhatikan 4 hal utama bila Anda akan melakukan pencabutan gigi menggunakan
anestesi infiltrasi yaitu: pasien harus cukup tidur (minimal 6 jam), pasien sudah makan
pagi terlebih dahulu, tekanan darah (tensi) pasien normal, pasien tidak meminum obat
pengencer darah.
Misalnya pasien Ny. X umur 35 th, dengan keadaan umum sehat, semalam pasien tidur
selama 7 jam, sudah sarapan pagi, tidak ada kontra indikasi penyakit sistemik, tensi
normal dan tidak mengkonsumsi obat pengencer darah. Dalam mulut Tn. X ada kasus
gigi 11. nekrosis pulpa, fraktur setengah mahkota (gigi tetap akar tunggal), disertai
derajat kegoyangan 1. Pada pasien ini baru boleh dilakukan pencabutan dengan
anestesi infiltrasi.
361
Gambar 11.14. Fraktur Setengah Mahkota
(Gigi Tetap Akar Tunggal)
Sumber: www.klinikjoydental.com, diunduh 24 November 2017.
362
(menghadap operator) dan mulut pasien setinggi bahu operator, sedangkan posisi
operator pada arah jam 7 atau jam 8.
Bila gigi yang akan dicabut adalah gigi anterior rahang bawah maka posisi pasien
ditidurkan sandaran punggung membentuk sudut 45˚ dari lantai, muka pasien
menengok ke kanan (menghadap operator) dan mulut pasien setinggi siku operator,
serta posisi operator berada pada arah jam 7 atau jam 8.
I. Fiksasi jari
Perlu diperhatikan fiksasi jari dalam memegang gigi yang akan dicabut, pada
prinsipnya sama dengan cara fiksasi jari pada gigi susu di atas, yaitu:
Untuk Gigi Tetap anterior rahang atas: ibu jari di sebelah palatal dan jari telunjuk di
sebelah labial
Gigi Tetap anterior rahang bawah: jari telunjuk di sebelah lingual dan ibu jari di
sebelah labial, ketiga jari yang lain menyangga dagu
Bila untuk gigi Tetap Caninus rahang bawah kanan dapat pula dengan cara: jari
telunjuk di sebelah bukal dan ibu jari di sebelah lingual, ketiga jari yang lain
menyangga dagu. Perhatikan bahwa operator ada di arah jam 11, dengan lengan
sedikit merangkul pasien.
J. Gerakan pencabutan
Yang perlu diperhatikan saat melakukan gerakan pencabutan gigi adalah bahwa Gigi
Tetap akarnya masih panjang dan tertanam dalam tulang. Untuk itu perlu digoyangkan
dan dilonggarkan terlebih dahulu sebelum dicabut. Disini diingatkan kembali gerakan
pencabutan sebagai berikut:
Gigi tetap anterior rahang atas: lepaskan perlekatan gigi dari jaringan
periodontium menggunakan bein, goyangkan gigi dengan bein, bila gigi telah
364
longgar maka pegang gigi menggunakan tang yang sesuai, luksasi ke arah labial-
palatal, bila sudah longgar lakukan rotasi, lalu ekstraksi ke arah bawah dan keluar
dari mulut. Di bawah ini adalah contoh gambar penggunaan bein.
Gigi tetap anterior rahang bawah: lepaskan perlekatan gigi dari jaringan
periodontium menggunakan bein, goyangkan gigi dengan bein, bila gigi telah
longgar maka pegang gigi menggunakan tang yang sesuai, luksasi ke arah labial-
palatal, bila sudah longgar lakukan rotasi, lalu ekstraksi ke arah atas dan keluar
dari mulut
Segera setelah gigi tercabut lakukan pengecekan apakah masih ada sisa akar atau
serpihan gigi yang tertinggal
Bila tidak ada, lakukan penekanan luka pencabutan menggunakan cotton roll atau
tampon selama 10 detik untuk menghentikan pendarahan
Kemudian instruksikan pasien untuk berkumur 1 kali saja Segera ambil tampon
yang sudah diberi antiseptik dan letakkan pada luka bekas pencabutan
365
Gambar 11.17. Teknik Melletakkan Tampon
Sumber: www.steadyhealth.com, diunduh 24 November 2017
366
Ringkasan
Tindakan pencabutan gigi tetap akar tunggal dengan anestesi infiltrasi pada pasien
pelayanan asuhan kesehatan individu dilakukan pada pasien dengan usia lebih dari 7
tahun. Obat anestesi yang biasanya digunakan adalah Lidocaine HCl, Pehacain,
Scandonest, atau Xylestesin. Agar prosedur pencabutan dapat berjalan dengan lancar dan
aman, maka penting untuk memperhatikan indikasi; keadaan umum dan penyakit sistemik
yang diderita oleh pasien; pemilihan alat, bahan dan obat anestesi yang tepat; posisi
pasien dan operator; pemberian komunikasi terapeutik; persetujuan tindakan medis;
pelaksanaan anestesi permukaan; fiksasi jari; gerakan pencabutan; dan pemberian
instruksi setelah pencabutan gigi.
Tes 2
1. Lakukanlah pencabutan gigi 11 fraktur setengah mahkota, pada pasien wanita usia
24 tahun dengan tensi normal dan tidak menderita penyakit sistemik.
2. Mintalah pembimbing anda untuk mengawasi dan menilai tindakan pencabutan
yang anda lakukan menggunakan Format Penilaian yang tersedia.
367
Format penilaian tes 2
ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN
Langkah-langkah anestesi:
Langkah-langkah pencabutan
368
Peletakan tampon antiseptik pada luka bekas pencabutan 0,1
JUMLAH
PENGUJI,
(……………………………….)
369
Kunci Jawaban Tes
Tes 1
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES .....................
ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN
Langkah-langkah anestesi:
Langkah-langkah pencabutan
370
Peletakan tampon antiseptik pada luka bekas pencabutan 0,1 1
JUMLAH 100
Penguji,
(……………………………………)
371
Tes 2
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES .....................
ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN
Langkah-langkah anestesi:
Langkah-langkah pencabutan
372
Peletakan tampon antiseptik pada luka bekas pencabutan 0,1 1
JUMLAH 100
Penguji,
(…………………………………..)
Daftar Pustaka
Ceha-kartika (internet). (2015). Posisi pasien dan operator. Diunduh 2 Januari 2018. Dari
http://dokumen.tips.
Steadyhealth.com, 2017. Steady Health [Internet]. Available from:
www.steadyhealth.com, diunduh 24, November, 2017.
klinikjoydental.com, 2017. Gambar Gigi Geraham, klinikjoydental.com [Internet]. [cited
2017 November 24]. Available from: https://www.bing.com,diunduh 24,
November, 2017.
Howe GL. 1989. Pencabutan Gigi Geligi – Edisi II. Jakarta: EGC. Halaman 29.
Sariningsih E. 2006. Teknik Mengeluarkan Gigi Fraktur Dengan Mudah Dan Cepat. Jakarta:
EGC. Halaman 23.
……………. , Universal Dental (PVT) LTD [Internet]. [cited 2017 Desember 06]. Available
from: http://www.universaldental.com,diunduh 06, Desember, 2017
………….. , PT Rining Prima Putra – Dr. Henning Ethyl Chloride [Internet]. [cited 2017
Desember 06].Available from: https://www.google.com,diunduh 06, Desember,
2017.
………… , AMT [Internet]. [cited 2017 Desember 06]. Available from:
https://www.google.com, ,diunduh 06, Desember, 2017.
373
www.Aimsurgical.com. (2017). Tang Gigi Susu, AIM surgical devices.trustpass.[Internet].
[cited 2017 November 24]. Available from: www. Aimsurgical.com.
www.pakar gigi.com. (2014). Cara Mencabut Gigi Sulung Pada Anak. [Internet]. [cited
2017 Nov 21]. Available from: http://www.pakargigi.com.
www.doomandbloom.net.(2017).
How to extract a tooth [Internet]. [cited 2017 February 05]. Available from:
www.doomandbloom.net
374
BAB XII
RUJUKAN, EVALUASI,
DOKUMENTASI PELAYANAN
ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN
MULUT INDIVIDU
Sulur Joyo Sukendro, S.SiT,M.Kes
Pendahuluan
S audara-saudara mahasiswa, salam sukses untuk Anda semua. Pada bab sebelumnya
Anda sudah mempelajari konsep, mempraktekan tahapan pengkajian, diagnosa,
implementasi pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu.
Pada bab ini Anda akan mempelajari tiga topik yang meliputi rujukan, evaluasi,
dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut pada pasien individu. Ketiga tindakan
tersebut dilakukan pada bagian akhir kegiatan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
individu.
Rujukan adalah sesuatu yang digunakan pemberi informasi (pembicara) untuk
menyokong atau memperkuat pernyataan dengan tegas. Evaluasi adalah penilaian hasil
dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai
keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap
tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi
asuhan kesehatan gigi dan mulut itu sendiri. Dokumentasi adalah kegiatan pencatatan
tentang keadaan klien yang dilihat tidak saja dari tingkat kesakitan akan tetapi juga dilihat
dari jenis, kualitas dan kuantitas dari layanan yang telah diberikan perawat gigi dalam
memenuhi kebutuhan pasien.
Tujuan setelah mengikuti mata kuliah ini Anda (mahasiswa) mampu melakukan
rujukan, evaluasi, dan dokumentasi pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu
sesuai prosedur.
Namun demikian sebelum Anda melakukan praktik rujukan, evaluasi dan
dokumentasi pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu di klinik,
Anda sudah harus menguasai pengetahuan konsep, proses, dan tahapan pelayanan
asuhan kesehatan gigi dan mulut individu. Untuk itu persiapkan diri Anda dengan
mempelajari kembali ilmu-ilmu di atas, sebagai bekal untuk melakukan pengkajian berupa
pemeriksaan subyektif dan obyektif pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi dan
mulut individu.
375
Topik 1
Perencanaan Rujukan
Komunikasikan rencana merujuk dengan pasien dan keluarganya, karena rujukan harus
medapatkan pesetujuan dari pasien dan/atau keluarganya. Tenaga kesehatan perlu memberikan
kesempatan, apabila situasi memungkinkan, untuk menjawab pertimbangan dan pertanyaan
pasien serta keluarganya. Beberapa hal yang disampaikan sebaiknya meliputi:
A. Indikasi rujukan
B. Kondisi pasien
C. Rencana terkait prosedur teknis rujukan (termasuk kondisi lingkungan dan cuaca menuju
tujuan rujukan)
D. Kesiapan sarana dan prasarana di tujuan rujukan
377
Gambar. 12.3 Pahami alur Rujukan
Sumber : www.sirsulteng. wordpress.com. (diakses 11 maret 2018)
Hal yang perlu dicatat oleh pusat layanan kesehatan yang akan menerima pasien adalah:
A. Nama pasien
B. Nama tenaga kesehatan yang merujuk
C. Indikasi rujukan
D. Kondisi pasien
E. Penatalaksanaan yang telah dilakukan sebelumnya
Saat berkomunikasi lewat telepon, pastikan hal-hal tersebut telah dicatat dan diketahui oleh
tenaga kesehatan di pusat layanan kesehatan yang akan menerima pasien.
Lengkapi dan kirimlah berkas-berkas berikut ini (secara langsung ataupun melalui faksimili)
sesegera mungkin:
A. Formulir rujukan pasien (minimal berisi identitas pasien, hasil pemeriksaan, diagnosis
kerja, terapi yang telah diberikan, tujuan rujukan, serta nama dan tanda tangan tenaga
kesehatan yang memberi pelayanan)
B. Fotokopi rekam medis yang berkaitan dengan kondisi saat ini
C. Hasil pemeriksaan penunjang
D. Berkas-berkas lain untuk pembiayaan menggunakan jaminan kesehatan
378
Gambar. 12.4 Lengkapi Dokumen Rujukan
Sumber : www.rinatnunay.com. (diakses 11 maret 2018)
A. Tujuan Rujukan
B. Lokasi tujuan rujukan
C. Permohonan penanganan
D. Nomor RM
E. Umur
F. Nama
G. Kelamin
H. Alamat
I. Diagnosa sementara
J. Tindakan yang telah diberikan
K. Nama dan tandatangan pengirim
379
Contoh Surat Rujukan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut :
ALAMAT.....................................
SURAT RUJUKAN
Kepada Yth : drg. .......................
Alamat : .............................................
Diagnosa : .............................................
Semarang,
Untuk ................................
memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah
latihan berikut! Salam,
1. Sebutkan dan jelaskan tahapan melakukan rujukan asuhan kesehatan gigi dan mulut.
Ringkasan
.................................
Rujukan adalah sesuatu yang digunakan pemberi informasi (pembicara) untuk
menyokong atau memperkuat pernyataan dengan tegas. Dikenal juga dengan sebutan
referensi. Rujukan mungkin menggunakan faktual ataupun non faktual. Rujukan faktual
terdiri atas kesaksian, statistik contoh, dan objek aktual. Rujukan dapat berwujud dalam
bentuk bukti, nilai-nilai, dan/ atau kredibilitas. Sumber materi rujukan adalah tempat
materi tersebut ditemukan. kesehatan gigi dan mulut serta hal-hal yang mencakup
perilaku kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan pasien.
Tes 1
1. Lakukanlah simulasi rujukan pada pasien dengan keluhan sakit gigi spontan!
2. Mintalah pembimbing anda untuk mengawasi dan menilai tindakan rujukan yang
anda lakukan menggunakan Kartu Rujukan Asuhan Kesgimul dan Format Penilaian
yang tersedia.
380
Kartu Rujukan
XXXX...ALAMAT...XXXX
SURAT RUJUKAN
Alamat : .............................................
Diagnosa : .............................................
100
2 0,1,2 .................................
20
Nama profesi yang akan dirujuk
3 Nomor RM 0,1,2
4 Umur 0,1,2
5 Nama 0,1,2
6 Kelamin 0,1,2
7 Alamat 0,1,2
8 Diagnosa 0,1,2
JUMLAH ......
381
Topik2
Evaluasi Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi
dan Mulut Individu
Mari kita masuk pada topik kedua, yaitu evaluasi pelayanan asuhan kesehatan gigi
dan mulut. Ada beberapa definisi tentang yaitu :
A. Evaluasi pelayanan adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses pelayanan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa, rencana tindakan, dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai. Monitor kealpaan yg terjadi selama tahap pengkajian, diagnosa,
perencanaan, dan pelaksanaan tindakan.
B. Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh
keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan
apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri.
C. Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan
pelayanan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah.
Pada tahap evaluasi, dapat diketahui seberapa jauh diagnosa, rencana tindakan, dan
pelaksanaan pelayanan telah tercapai.
Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses asuhan kesehatan gigi dan
mulut tetapi tahap ini merupakan bagian integral pada setiap tahap proses asuhan
kesehatan gigi dan mulut. Pengumpulan data perlu direvisi untuk menentukan kecukupan
data yang telah dikumpulkan dan kesesuaian perilaku yang observasi. Diagnosis juga perlu
dievaluasi dalam hal keakuratan dan kelengkapannya. Evaluasi juga diperlukan pada tahap
intervensi untuk menentukan apakah tujuan intervensi tersebut dapat dicapai secara
efektif. Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
perencanaan, membandingkan hasil tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut yang telah
dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas
proses asuhan kesehatan gigi dan mulut mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan
pelaksanaan.
382
Tugas dari evaluator adalah melakukan evaluasi, menginterpretasi data sesuai
dengan kriteria evaluasi, menggunakan penemuan dari evaluasi untuk membuat
keputusan dalam memberikan asuhan asuhan kesehatan gigi dan mulut.
Tujuan Evaluasi :
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mecapai tujuan. Hal
ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon
klien terhadap tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut yang diberikan, sehingga
perawat gigi dapat mengambil keputusan:
A. Mengakhiri rencana tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut (klien telah mencapai
tujuan yang ditetapkan)
B. Memodifikasi rencana tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut (klien mengalami
kesulitan untuk mencapai tujuan)
C. Meneruskan rencana tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut (klien memerlukan
waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan
383
3. Evaluasi hasil. Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons
prilaku klien merupakan pengaruh dari intervensi asuhan kesehatan gigi dan mulut
dan akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil.
Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi meliputi:
1. Masalah teratasi; jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah ditetapkan.
2. Masalah sebagian teratasi; jika klien menunjukkan perubahan sebahagian dari
kriteria hasil yang telah ditetapkan.
3. Masalah tidak teratasi; jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan
atau bahkan timbul masalah/ diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut baru.
384
Gambar. 12.8 Gunakan Metode Evaluasi Yang Sesuai
Sumber : www.sudutpendidikan7. blogspot.com. (diakses 11 maret 2018)
Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah
latihan berikut!
1. Sebutkan dan jelaskan jenis evaluasi asuhan kesehatan gigi dan mulut?
Ringkasan
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang rencana
asuhan kesehatan gigi dan mulut. Tahap Evaluasi asuhan kesehatan gigi dan mulut, yaitu:
A. Membaca kembali diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut, rencana asuhan
kesehatan gigi dan mulut, intervensi asuhan kesehatan gigi dan mulut.
B. Mengidentifikasi tolak ukur keberhasilan yang akan digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan atau tingkat pencapaian tujuan. Pada bagian ini berisi serangkaian
kegiatan berupa :
1. Evaluasi struktur.
2. Evaluasi proses.
3. Evaluasi hasil.
Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi meliputi:
1. Masalah teratasi.
2. Masalah sebagian teratasi.
3. Masalah tidak teratasi.
Tes 2
1 Lakukanlah evaluasi asuhan kesehatan gigi dan mulut pada pasien berkaitan dengan
implementasi yang sudah ada berikan pada pembelajaran yang lalu!
2 Mintalah pembimbing anda untuk mengawasi dan menilai tindakan evaluasi yang
anda lakukan menggunakan Kartu Pencatatan Asuhan Kesgimul dan Format
Penilaian yang tersedia.
385
Kartu Pencatatan Asuhan Kesgimul bagian evaluasi
EVALUASI
KUNJUNGAN
PERAWATAN KLINIS
KE :
STRUKTUR PROSES HASIL
386
Format Penilaian Tes 2
ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN
JUMLAH ..........
387
Topik 3
Mari kita masuk pada topik ketiga, yaitu tentang dokumentasi pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut pada pasien individu. Dokumentasi merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang kompleks dan sangat beragam serta memerlukan waktu dalam proses
pembuatannya. Perkiraan waktu pembuatan dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan
mulut dapat mencapai 35-40 menit, hal ini dikarenakan seringnya perawat gigi melakukan
pencatatan yang berulang¬ulang atau duplikatif. Walaupun demikian, terkadang
dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut yang dihasilkan masih sering kurang
berkualitas.
Sementara pengertian-pengertian lain dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut
sebagai berikut :
A. Suatu dokumen atau catatan yang berisi data tentang keadaan pasien yang dilihat
tidak saja dari tingkat kesakitan akan tetapi juga dilihat dari jenis, kualitas dan
kuantitas dari layanan yang telah diberikan perawat gigi dalam memenuhi kebutuhan.
B. Rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat gigi dimulai dari proses pengkajian,
diagnosa, rencana tindakan, tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut dan evaluasi
yang dicatat baik berupa elektronik maupun manual serta dapat
dipertanggungjawabkan oleh perawat gigi.
Dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari proses asuhan
kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan secara sistematis dengan cara mencatat tahap-
tahap proses perawat gigian yang diberikan kepada pasien. Dokumentasi asuhan
kesehatan gigi dan mulut merupakan catatan penting yang dibuat oleh perawat gigi baik
dalam bentuk elektronik maupun manual berupa rangkaian kegiatan yang dikerjakan oleh
perawat gigi meliputi lima tahap yaitu:
A. Pengkajian
B. Penentuan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut
388
C. Perencanaan tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut
D. Pelaksanaan/implementasi rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut
E. Evaluasi asuhan kesehatan gigi dan mulut.
Tujuan pendokumentasian asuhan kesehatan gigi dan mulut, antara lain sebagai berikut:
A. Sebagai media untuk mendefinisikan fokus asuhan kesehatan gigi dan mulut bagi klien
dan kelompok.
B. Untuk membedakan tanggung gugat perawat gigi dengan anggota tim kesehatan
lainnya.
C. Sebagai sarana untuk melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah diberikan
kepada klien.
D. Sebagai data yang dibutuhkan secara administratif dan legal formal.
E. Memenuhi persyaratan hukum, akreditasi dan professional.
F. Untuk memberikan data yang berguna dalam bidang pendidikan dan penelitian.
Komponen dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut yang konsisten harus meliputi
beberapa hal berikut ini:
1. Riwayat asuhan kesehatan gigi dan mulut yang terdiri dari masalah-masalah yang
sedang terjadi maupun yang diperkirakan akan terjadi.
2. Masalah-masalah yang terjadi.
3. Perencanaan serta tujuan saat ini dan yang akan datang.
4. Pemeriksaan, pengobatan dan promosi kesehatan untuk membantu pasien mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
5. Evaluasi dari tujuan asuhan kesehatan gigi dan mulut serta modifikasi rencana tindakan
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Secara spesifik lingkup dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut secara spesifik
antara lain :
389
D. Rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut yang terdiri dari rencana tindakan, tujuan,
rencana intervensi serta evaluasi dari tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut.
E. Pendidikan kepada pasien.
F. Dokumentasi parameter pemantauan dan intervensi asuhan kesehatan gigi dan mulut
lain nya.
G. Perkembangan dari hasil yang telah ditetapkan dan yang diharapkan.
H. Evaluasi perencanaan.
I. Rasionalisasi dari proses intervensi jika diperlukan.
J. Sistem rujukan.
K. Persiapan pasien pulang.
Sedangkan manfaat dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut, dokumentasi asuhan
kesehatan gigi dan mulut menurut beberapa aspek berikut :
A. Aspek hukum : Dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut yang dibuat merupakan
aspek legal didepan hukum. Dokumentasi merupakan bukti catatan dari tindakan yang
diberikan dan sebagai dasar untuk melindungi pasien, perawat gigi dan institusi.
B. Kualitas pelayanan, komunikasi: Melalui audit asuhan kesehatan gigi dan mulut
dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut dijadikan alat untuk mengukur dalam
membandingkan antara tindakan yang diberikan dengan standar yang dijadikan
rujukan. Dengan demikian dapat diketahui apakah dalam bekerja telah sesuai dengan
standar yang ditetapkan.
C. Keuangan: Dokumentasi yang baik dan teliti akan menjadi bukti bahwa tindakah telah
dilakukan oleh perawat gigi. Dan dengan dokumentasi ini maka besarnya jasa yang
diberikan akan diberikan sesuai dengan aturan yang ditetapkan ditempat masing-
masing.
D. Pendidikan: Dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut dapat dijadikan sebagai
rujukan bagi siswa-siswa perawat gigi.
E. Penelitian: Penelitian asuhan kesehatan gigi dan mulut dengan menggunkan data-data
sekunder akan sangat bergantung dengan kualitas dari dokumentasi asuhan
kesehatan gigi dan mulut yang dibuat. Kesalahan dalam membuat atau pengisian
390
dokumentasi yang tidak lengkap akan membuat informasi tentang riwayat pasien
menjadi kabur.
Terdapat tiga komponen penting yang berperan dalam pembuatan dokumentasi asuhan
kesehatan gigi dan mulut yaitu:
A. Sarana komunikasi: Komunikasi yang baik antara perawat gigi dengan klien atau
keluarganya akan diperoleh informasi yang akurat sehingga dokumentasi asuhan
kesehatan gigi dan mulut akan dilaksanakan dengan optimal. Dengan komunikasi yang
baik akan memudahkan dalam proses pengumpulan data serta tercipta hubungan
yang harmonis antara perawat gigi dan klien sehingga akan membantu dalam
memecahkan masalah yang dihadapi oleh klien.
B. Dokumentasi proses asuhan kesehatan gigi dan mulut: Proses asuhan kesehatan gigi
dan mulut merupakan inti dari praktik asuhan kesehatan gigi dan mulut dan juga
sebagai isi pokok dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut. Beberapa tahap
proses asuhan kesehatan gigi dan mulut meliputi beberapa pengelompokan
dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut :
1. Dokumentasi pengkajian asuhan kesehatan gigi dan mulut,
2. Dokumentasi diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut,
3. Dokumentasi perencanaan asuhan kesehatan gigi dan mulut,
4. Dokumentasi tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut,
5. Dokumentasi evaluasi asuhan kesehatan gigi dan mulut.
C. Standar asuhan kesehatan gigi dan mulut: Standar asuhan kesehatan gigi dan mulut
merupakan gambaran dari kualitas, karakteristik, sifat, dan kompetensi yang
diharapkan dari beberapa aspek dalam praktik asuhan kesehatan gigi dan mulut.
Standar asuhan kesehatan gigi dan mulut diperlukan oleh perawat gigi karena sebagai
dasar menentukan arah atau petunjuk dalam dokumentasi kegiatan serta dalam
pembuatan format pencatatan yang tepat.
391
Gambar. 12.13 Dokumentasi Sangat Bermanfaat di Pelayanan Kesehatan
Sumber : www.ayahfiqi.blogspot.com (diakses 11 maret 2018)
Terkait dengan model dalam pendokumentasian asuhan kesehatan gigi dan mulut,
terdapat beberapa model dari penerapan dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut
yang sering diterapkan di tempat praktik yaitu:
392
Format model dokumentasi SOR (source-oriented-record)
Tanggal Waktu Sumber Catatan Perkembangan
Di isi : Di isi : Di isi : Di isi meliputi:
(Tanggal/Bulan/ (Waktu (P/D/F/G)
Tahun) Intervensi) Dimana : 1. Pengkajian
P : perawat
2. Diagnosa
D : dokter
F : fisioterapi 3. Rencana
G : ahli gigi
4. Tindakan
5. Evaluasi
Rencana Catatan
Data dasar Daftar masalah
intervensi perkembangan
DS : 1 1 S
DO: 2 O
3 A
DS : 2 1 S
DO: 2 O
3 A
395
C. Catatan bagan dengan pengecualian (Charting by exception),
Model dokumentasi CBE (charting by exeption) adalah sistem dokumentasi yang hanya
mencatat hasil atau penemuan yang menyimpang dari keadaan normal tubuh.
Penyimpangan yang dimaksud dalam hal ini menyangkut keadaan yagn tidak sehat
yang menganggu kesehatan klien.
Komponen model dokumentasi CBE (charting by exeption),meliputi :
1. Dokumentasi berupa kesimpulan dari penemuan-penemuan penting dan
menjabarkan indikator pengkajian. Dalam hal ini penemuan tersebut termasuk
instruksi dari Dokter, serta catatan pendidikan dan penemulangan klien.
2. Dokumentasi ini dilakukan berdasarkan standart praktik pelayanan.
Keuntungan Model dokumentasi CBE (charting by exeption) adalah :
1. Tersusun standart minimal untuk pengkajian dan investasi pelayanan.
2. Data yang tidak nomal tampak jelas.
3. Data yang tidak normal mudah ditandai.
4. Menghemat waktu ataupun lembar pendokumentasian.
5. Pendokumentasian duplikasi atau ganda dapat dikurangi.
Kerugian Model dokumentasi CBE (charting by exeption) adalah :
396
D. Catatan Evaluasi Intervensi Masalah (Problem Intervention Evaluation)
Model dokumentasi PIE (problem-intervention-evaluation) merupakan suatu
pendekatan orientasi–proses pada dokumentasi pelayanan dengan penekanan pada
masalah pelayanan, intervensi dan evaluasi pelayanan.
Karakteristik Model dokumentasi PIE (problem-intervention-evaluation) adalah:
1. Dimulai dari pengkajian ketika pertama kali klien masuk ke Rumah sakit, diikuti
dengan pelaksanaan pengkajian sistem tubuh pada setiap pergantian dinas.
2. Data masalah dipergunakan untuk asuhan pelayanan dalam waktu yang lama dan
juga untuk masalah yang kronis.
3. Intervensi yang dilaksanakan dan rutin, didokumentasi dalam flow sheet.
4. Catatan perkembangan digunakan untuk intervensi yang spesifik.
5. Masalah yang ditemukan pada klien, dibuat dengan simbol “P (problem)”.
6. Intervensi terhadap penyelesaian masalah, dibuat dengan simbol “ I
(intervention)”.
7. Keadaan klien sebagai pengaruh dari intervensi, dengan simbol “E (evaluation)”.
8. Setiap masalah yang diidentifikasi harus dievaluasi minimal 8 jam.
Keuntungan Model dokumentasi PIE (problem-intervention-evaluation) adalah:
1. Memungkinkan dalam penggunaan proses pelayanan.
2. Intervensi dan catatan perkembangan dapat dihubungkan.
3. Memungkinkan dalam pemberian asuhan pelayanan yang kontinu.
4. Perkembanganklien selama dirawat dapat digambarkan.
5. Pendokumentasian yang otomatis dapat diadaptasikan.
Kerugian Model dokumentasi PIE (problem-intervention-evaluation) adalah :
Tidak dapat dipergunakan untuk pendokumentasian semua disiplin ilmu.
Model dokumentasi PIE (problem-intervention-evaluation):
Tanggal Jam Pendokumentasian (Remarks)
............ ............ P# 1.................
2..................
............ ............
............ ............ E# S................
O................
A................
P.................
397
Gambar. 12.17 Dokumentasi Evaluasi Intervensi Masalah
Sumber : www.sarjanakesehatan.blogspot.com (diakses 11 maret 2018)
Action :
Response :
Tanda Tangan
398
Gambar. 12.18 Dokumentasi Proses Berorientasi Sistem
Sumber : www.sarjanakesehatan.blogspot.com (diakses 11 maret 2018)
Tanggal : Data :
Action :
Evaluation :
Tanda Tangan
399
Gambar. 12.19 Dokumentasi Core
Sumber : www.sarjanakesehatan.blogspot.com (diakses 11 maret 2018)
Agar pelaksanaan kegiatan dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut berjalan efektif
hendaknya memperhatikan hal di bawah ini:
A. Pengkajian;
B. Penegakan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut;
C. Perencanaan;
D. Implementasi; dan
E. Evaluasi.
Dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut menggunakan model Catatan SOAP-TOPE.
Catatan SOAP-TOPE merupakan metoda sistematis untuk mencatat asuhan kesehatan gigi
400
dan mulut. Singkatan SOAP-TOPE ini terdiri dari S (Subjective : data subyektif), O
(Objective : data obyektif), A (Assessment : analisis atau diagnosa), P (Plan :
perencanaan), T (Treatment : tindakan/implementasi), O(Oral Hygiene Education :
pendidikan kesehatan gigi), P (Personal Notes : Catatan perawatan pribadi) dan E (Exam :
Latihan menjaga kesehatan gigi). Adapun penjelasan dari SOAP-TOPE adalah sebagai
berikut :
S : SUBYEKTIF adalah catatan berhubungan dengan keluhan pasien dan gejala yang
dilaporkan, seperti saat rasa nyeri/linu, sakit, berapa lama hal itu terjadi, kapan dan
di mana keluhan itu terjadi, dan lain-lain. Bagian ini juga mencakup catatan riwayat
kesehatan gigi dan mulut saat pasien datang.
O : OBYEKTIF adalah catatan berhubungan dengan hasil pemeriksaan sebenarnya dari
tekanan darah, kondisi kesehatan pasien saat ini, temuan pemeriksaan ekstra dan
intra oral, radiograf, mobilitas, perkusi, tes dingin, deskripsi gingiva , dan deskripsi
singkat pemeriksaan jaringan periodontal.
A : Assessment adalah catatan berhubungan dengan penilaian / analisis / diagnosa
kebersihan gigi berdasarkan semua temuan sebelumnya.
P : Planing adalah catatan berhubungan dengan rencana tindakan saat itu atau yang
akan datang, ini untuk mengusahakan mencapai kondisi klien sebaik mungkin atau
menjaga /mempertahankan kesehaan gigi dan mulutnya.
T : Treatment : tindakan/implementasi adalah catatan berhubungan dengan asuhan
kesehatan gigi dan mulut berupa oral propilaksis, fluoride, fissure sealant, scalling,
dan perawatan kesehatan gigi dan mulut lainnya.
O : Oral Hygiene Education : pendidikan kesehatan gigi adalah catatan berhubungan
dengan tindakan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut, teknik menyikat gigi, cara
mencegah kerusakan gigi dan mulut, kesehatan gusi dan jaringan periodontal, dan
lain sebagainya.
P : Personal Notes : Catatan perawatan pribadi adalah catatan berhubungan dengan
beberapa catatan dari apa yang Anda bicarakan dengan pasien, termasuk perjanjian
perawatan selanjutnya, informasi kegiatan pekerjaan atau sekolah yang berkaitan
dengan program kesehatan gigi, kejadian keluarga atau peristiwa penting yang akan
terjadi berkaitan dengan program kesehatan gigi. Catatan perjanjian berikutnya
dalam 6 bulan kedepan atau sesuai kebutuhan pasien. Pada tahap ini juga
membangun hubungan yang bermakna dengan pasien agar tujuan asuhan kesehatan
gigi dan mulut tercapai.
E : Exam : Latihan menjaga kesehatan gigi adalah catatan berhubungan dengan
program asuhan kesehatan gigi dan mulut bagi klien. Selain itu dilakukan
dokumentasi rencana kegiatan perawatan yang perlu diselesaikan selanjutnya.
401
Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah
latihan berikut!
1. Sebutkan dan jelaskan tahapan asuhan kesehatan gigi dan mulut?
2. Sebutkan dan jelaskan model dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut?
Ringkasan
Dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut merupakan catatan penting yang dibuat oleh
perawat gigi baik dalam bentuk elektronik maupun manual berupa rangkaian kegiatan yang
dikerjakan oleh perawat gigi meliputi lima tahap yaitu:
A. Pengkajian
B. Penentuan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut
C. Perencanaan tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut
D. Pelaksanaan/implementasi rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut
E. Evaluasi asuhan kesehatan gigi dan mulut.
Catatan SOAP-TOPE merupakan metoda sistematis untuk mencatat asuhan
kesehatan gigi dan mulut. Singkatan SOAP-TOPE ini terdiri dari S (Subjective : data
subyektif), O (Objective : data obyektif), A (Assessment : analisis atau diagnosa), P (Plan :
perencanaan), T (Treatment : tindakan/implementasi), O(Oral Hygiene Education :
pendidikan kesehatan gigi), P (Personal Notes : Catatan perawatan pribadi) dan E (Exam :
Latihan menjaga kesehatan gigi).
Tes 3
1 Lakukanlah dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut pada pasien dengan
keluhan sakit gigi ringan!
2 Mintalah pembimbing anda untuk mengawasi dan menilai tindakan pemeriksaan
obyektif yang anda lakukan menggunakan Kartu Pencatatan Asuhan Kesgimul dan
Format Penilaian yang tersedia.
402
Kartu Pencatatan Asuhan Kesgimul bagian pemeriksaan obyektif
A. PENGKAJIAN
2. Keluhan Klien
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
403
A. Kesan Umum :
404
a. Pemeriksaan Extra Oral :
a. Kesadaram : .................................
b. Kesan Umum : Normal / ada kelaianan : ..................
c. Muka : Simetris/ tidak simetris
d. Kelenjar limpe : Kanan Kiri
Teraba / Tidak Teraba Teraba / Tidak Teraba
a. Lidah : a. Bentuk :
b. Pipi : b. Ukuran :
c. Bibir : c. Posisi :
d. Palatum d. Warna : :
405
Gigi/ Data/
Inspeksi Thermis Sondasi Perkusi Druk Mobiliti
REGIO masalah
5). Index pengalaman karies 6). Community Periodontal Index for Treatment
Needs
def-t : DMF-T : Sextan 1 Sextan 2 Sextan 3
d= D=
e= F=
Skor OHI-S :
Kriteria OHI-S :
Skor OHI-S :
Kriteria OHI-S :
406
8). pH Saliva = Viskositas Saliva =
GIGI/ MASALAH
DATA DIAGNOSA Gejala
REGIO sehubungan dengan:
407
2. TUJUAN DAN WAKTU ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
REGIO
Promotif :
Preventif :
Kuratif :
D. IMPLEMENTASI
GIGI/ PENYULUHAN/
KUNJUNGAN
PERAWATAN KLINIS KONSELING/ HASIL EVALUASI
KE : REGIO INTRUKSI
GIGI/ JENIS
TAHAP PERSIAPAN TAHAP PELAKSANAAN TAHAP TERMINASI
INTERVENSI
REGIO
408
E. EVALUASI
(…………………………...........)
(…………………………...........)
409
INFORMED CONSENT
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Saya, pasien :
Nama : ...............................................................
Umur : ................................................................
Alamat : ................................................................
Nama : ................................................................
Umur : ................................................................
Alamat : ................................................................
Menyatakan telah mendapat penerangan mengenai pemeriksaan dan perawatan yang akan
dilaksanakan terhadap saya / anak saya*), dengan akibat sampingan yang mungkin terjadi, jumlah
kunjungan yang harus dilaksanakan serta biaya yang harus dibayar untuk pemeriksaan dan
perawatan dimaksud.
Selanjutnya saya memberikan persetujuan kepada perawat gigi yang di tunjuk untuk
melaksanakan tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut kepada saya/anak saya sesuai dengan
yang telah dijelaskan kepada saya sebelumnya.
Persetujuan ini diberikan dengan penuh kesadaran akan kemungkinan terjadinya akibat
sampingan dari tindakan tersebut diatas.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan penuh rasa tanggungjawab.
Pasien
Saya menyatakan bahwa saya telah menjelaskan sifat dan tujuan serta kemungkinan akibat yang
akan timbul dari tindakan perawatan gigi ini kepada pasien sendiri/orang
tua/wali/istri/suami/keluarga lainnya terkecuali pasien tak sadar/gangguan mental*).
Semarang ..................................
( ................................................ )
ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN
2 Diagnosa Max = 22 20
Diagnosa 0,1,2,3,4,5 22
Masalah 0,1,2,3,4,5
Gejala 0,1,2,3,4,5
411
4 Implementasi Max = 16 20 x 20 = .........
Penyuluhan/Konseling/Instruksi 0,1,2
Kunjungan 0,1,2 19
JUMLAH ..........
Tes 1
ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN
100
3 Nomor RM 0,1,2
4 Umur 0,1,2
5 Nama 0,1,2
6 Kelamin 0,1,2
7 Alamat 0,1,2
412
8 Diagnosa 0,1,2
JUMLAH 100
Tes 2
ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN
JUMLAH 100
413
Tes 3
ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN
1 Pengkajian Max = 70 20 70 x 20 = 20
2 Diagnosa Max = 22 20
Data 0,1,2,3,4,5 22 x 20 = 20
Diagnosa 0,1,2,3,4,5 22
Masalah 0,1,2,3,4,5
Gejala 0,1,2,3,4,5
3 Perencanaan Max = 15 20 15 x 20 = 20
414
4 Implementasi Max = 16 20 16 x 20 = 20
Penyuluhan/Konseling/Instruksi 0,1,2
5 Evaluasi Max = 19 20 19 x 20 = 20
Kunjungan 0,1,2 19
JUMLAH 100
415
DaftarPustaka
Bricker, S. L., Langlais, R. P., Miller, C. S., 1994, Oral Diagnosis, Oral Medicine, and Treatment
Planning 2nd ed, A Waverly Company.
Davey P, 2006, At a Glance Medicine, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Depkes RI, 2004, Standar Nasional Rekam Medik Kedokteran Gigi. Jakarta: Ditjend Yanmedik
Depkes RI; Jakarta.
Dipiro,J.T., Wells.,B.G.,Schwinghammer,T.L., Dipiro, C.V., 2005, Pharmacotherapy Handbook,
The McGraw-Hill Companies, USA.
Grosssman, L.I., 1995, Ilmu Endodontik dalam Praktek Ed:11, Alih Bahasa: Rafiah Abyono. Jakarta:
EGC.
Isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Kasper DL, Asdie AH(Ed), 1999, Harrison: Prinsip-
Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, EGC, Jakarta.
Redelmeier, Donald A., 2001, Problems for clinical judgement: 2. Obtaining a reliable past medical
history, CMAJ, 164(6.
Roberson, T., Heymann H.O., Edward, J. S. Jr, 2006, Sturdevant’s Art and Science of Operative
Dentistry Fifth Edition, Mosby Elsevier, Missouri.
Sherwood, I. A., 2010, Essentials of Operative Dentistry, Jaypee Brothers Medical Publisher, New
Delhi.
Sriyono, N.W., 2011, Kumpulan Naskah Ilmiah 6, Seri II Ilmu Kesehatan Oral, Badan
Penerbit FKIK, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
Walton, R.E. dan Torabinejad M., 1998, Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsi Ed:3, Alih
Bahasa Narlan Sumawinata dkk., “Principle and Practice of Endodontics”,Jakarata :
EGC
Derby dan Wals 2003, Dental Hygiene Theory and Practice 2nd, Sounders Missouri USA
Depkes RI 1995, Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pelayanan Asuhan kesgilut.
Wilkins EM, 2005, Clinical Practice of Dental Hygiene 9 ed edition, Lippicot Williams &
Wilkins, Massachutes
Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Pedoman paket
dasar pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas,-- Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI. 2012
Kamus Besar Bahasa Indonesia 1999: 431.
Karmawati Ita Astit dkk, 2014, Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut, Ed
1,Cet1-Yogyakarta Deepublish.
416