Anda di halaman 1dari 453

 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Tinjauan Mata Kuliah

Mata kuliah Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut


Individu mengharuskan mahasiswa melatih keterampilan dan
kemampuan dalam menyelesaikan asuhan kesehatan gigi dan
mulut pada individu yang meliputi upaya peningkatan
kesehatan gigi dan mulut, upaya pencegahan penyakit gigi, dan
pelayanan kesehatan dasar pada kasus kesehatan gigi terbatas.

Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan mampu:

1. Mampu melakukan tindakan Pelayanan Asuhan Kesehatan


Gigi dan Mulut (Dental Hygiene) secara holistik meliputi
promotif dan preventif yang dilaksanakan kepada individu
dengan standar pelayanan, etika profesi dan peraturan
yang berlaku
2. Menguasai konsep prosedural dan teori Pelayanan Asuhan
Kesehatan gigi dan mulut (Dental Hygiene Care) sehingga
mampu menghasilkan proses Pelayanan Asuhan Kesehatan
gigi dan mulut secara holistik terhadap sasaran individu
3. Mampu mengambil keputusan secara mandiri untuk
melakukan tindakan promotif dan preventif yang tepat
dalam menunjang pelaksanaan Pelayanan Asuhan
Kesehatan gigi dan mulut terhadap sasaran individu
4. Mampu merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi,

i
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

melaporkan dan mendokumentasikan hasil pelaksanaan


Pelayanan Asuhan Kesehatan gigi dan mulut secara
bertanggungjawab
Susunan judul-judul Modul Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi
dan Mulut Individu adalah sebagai berikut:
BAB 1 : Konsep dan proses pelayanan asuhan kesehatan
gigi dan mulut pada individu
Topik 1: Konsep Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi
Dan Mulut
Topik 2: Proses Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi
Dan Mulut

BAB 2 : Pengkajian, diagnosis dan perencanaan pelayanan


asuhan kesehatan gigi dan mulut individu
Bab 2 terdiri atas 3 topik. Topik 1 Tahap Pengkajian
asuhan kesehatan gigi dan mulut. Topik 2 Diagnosis
asuhan kesehatan gigi dan mulut, serta Topik 3
membahas Tahap Perencanaan asuhan kesehatan
gigi dan mulut.

BAB 3 : Tindakan, evaluasi dan dokumentasi pelayanan


asuhan kesehatan gigi dan mulut individu
Bab 3 terdiri atas 3 topik. Topik 1 membahas
mengenai Tahap Tindakan dalam asuhan kesehatan
gigi dan mulut. Topik 2 membahas tentang Evaluasi

ii
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

dalam pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut,


sedangkan topik 3 membahas tentang Rekam Medis
atau Dokumentasi dalam pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut.

BAB 4 : Pengkajian pelayanan asuhan kesehatan gigi dan


mulut individu
Bab 4 terdiri atas 2 topik, Topik 1 Pemeriksaan
Subjektif pada klien Individu. Topik 2 Pemeriksaan
Objektif pada klien Individu.
BAB 5 : Diagnosis pelayanan asuhan kesehatan gigi dan
mulut individu
Bab 5 terdiri atas 2 topik, yaitu Topik 1 Diagnosa
Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut. Topik 2 menyusun
rumusan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut.
BAB 6 : Perencanaan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan
mulut individu
Bab 6 terdiri atas 2 topik, yaitu topik 1 Menetapkan
Rencana Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan
Mulut. Topik 2 Merumuskan Rencana Pelayanan
Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut.
BAB 7 : Tindakan Promotif pada Pelayanan Kesehatan Gigi
dan Mulut Individu
Bab 7 terdiri atas 2 Topik. Topik 1 Tindakan
Penyuluhan Dengan Teknik Chair Side Talk. Topik 2

iii
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Tindakan Demonstrasi Sikat Gigi.

BAB 8 : Tindakan Scaling dan fissure sealing pada


pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu
Bab 8 terdiri atas 2 topik, dimana Topik 1 melatih
mengerjakan tindakan preventif berupa Scaling
(pembersihan karang gigi) pada pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut individu, dan topik 2
melatih mengerjakan tindakan preventif Fissure
Sealing (penutupan fisura gigi) pada pelayanan
asuhan kesehatan gigi dan mulut individu.

BAB 9 : TINDAKAN APLIKASI FLUOR DAN APLIKASI CASEIN


PHOSPHEPTIDE-AMORPHOUS CALSIUM PHOSPHATE
(CPP-ACP) PADA PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN
GIGI DAN MULUT INDIVIDU.
Babl 9 ini terdiri atas 2 topik. topik 1 aplikasi flour.
Topik 2 Tindakan aplikasi CPP-ACP.

BAB 10 : Tindakan penambalan gigi pada pelayanan asuhan


kesehatan gigi dan mulut individu
Bab 10 terdiri atas 3 topik. topik 1 melatih
mengerjakan tindakan kuratif Penambalan dengan
teknik Atraumatic Restorative Treatment/ART pada
pelayanan asuhan kesehatan gigi individu. Topik 2
melatih mengerjakan tindakan kuratif konservasi

iv
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

berupa Penambalan 1 Bidang, sedangkan topik 3


akan melatih mengerjakan tindakan kuratif
konservasi berupa Penambalan 2 Bidang pada
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu.

BAB 11: Tindakan pencabutan gigi pada pelayanan asuhan


kesehatan gigi dan mulut individu
Bab 11 ini terdiri atas 2 topik. Topik 1 melatih
mengerjakan Pencabutan Gigi Susu Dengan Surface
Anesthesia pada pelayanan asuhan kesehatan gigi
dan mulut individu. Topik 2 melatih mengerjakan
Pencabutan Gigi tetap akar tunggal dengan
Infiltration Anesthesia pada pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut individu.

BAB 12: Rujukan, evaluasi dan dokumentasi pada pelayanan


asuhan kesehatan gigi dan mulut individu
Bab 12 terdiri atas 3 Topik. Topik 1 melatih
Melaksanakan Rujukan Pelayanan Asuhan Kesehatan
Gigi dan Mulut Individu. Topik 2 melatih
melaksanakan Evaluasi Pelayanan Asuhan Kesehatan
Gigi dan Mulut Individu. Topik 3 Dokumentasi
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu.

v
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Buku bab mata kuliah Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan


Mulut ini merupakan kelanjutan dari Buku bab mata kuliah
Konsep Dasar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut.
Oleh karenanya apabila Anda sudah menguasai materi-materi
dalam modul Konsep Dasar Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi
dan Mulut, maka Anda akan dengan mudah memahami Teori
dan mempraktikkan latihan-latihan yang ada dalam Buku
materi pokok mata kuliah Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi
dan Mulut ini. Mintalah bantuan Pembimbing selama Anda
berlatih. Silahkan Anda mengerjakan latihan dan tes dengan
teliti dan benar, karena hal ini akan membantu mengukur
kemampuan Anda sendiri, sejauh mana pemahaman Anda
terhadap materi yang dibahas serta mempersiapkan Anda
dalam mengerjakan praktikum.

Cara mempelajari Modul Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan


Mulut Individu:
1. Pelajari setiap modul dengan sebaik-baiknya, dan cobalah
mendiskusi-kannya dengan teman-teman Anda.
2. Kerjakan setiap soal latihan dengan meminta pembimbing
untuk mengawasi kerja praktik Anda.
3. Kerjakan setiap tes formatif, mintalah pembimbing untuk
menilai pekerjaan Anda, dan kemudian bandingkan
jawaban Anda dengan kunci jawaban yang tersedia di
bagian akhir setiap bab.

vi
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

4. Diskusikan jawaban-jawaban pertanyaan yang ada dan


carilah jawaban yang tepat dalam uraian materi di dalam
bab yang bersangkutan.

vii
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Peta Kompetensi
Mata kuliah: Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan
Mulut Individu

viii
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

RANCANGAN BAHAN AJAR MATA KULIAH

Mata kuliah : Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Dan Mulut


Individu
Deskripsi Mata Kuliah : Mata kuliah ini menguraikan tentang proses
keperawatan gigi yang didasarkan pada teori
Dental Hygiene yang meliputi pengkajian,
diagnosis, perencanaan, implementasi serta
evaluasi asuhan keperawatan gigi dan mulut
yang diterapkan dengan berbagai kasus pada
sasaran individu (pasien) di klinik.
Pembelajaran dilakukan dengan metode
ceramah, diskusi dan praktikum di klinik.
Materi ini diberikan setelah mahasiswa
menyelesaikan mata kuliah Konsep Dasar
Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut
I, II dan III, Preventif dentistry, Konservasi,
Pencabutan gigi, Etika Profesi dan Hukum
Kesehatan.

Keterangan:
Kompetensi Umum Mata Kuliah (KU MK)
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu menyelesaikan asuhan
kesehatan gigi dan mulut individu meliputi upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut,
upaya pencegahan penyakit gigi, dan pelayanan kesehatan dasar pada kasus kesehatan
gigi terbatas.

Kompetensi khusus

Anda diharapkan mampu menjelaskan:


1. Menjelaskan konsep pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
2. Menjelaskan proses pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
3. Menjelaskan tahap pengkajian pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
4. Menjelaskan tahap diagnosis pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
5. Menjelaskan tahap perencanaan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
6. Menjelaskan tahap tindakan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
7. Menjelaskan tahap evaluasi pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
8. Menjelaskan dokumentasi pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
9. Melakukan pemeriksaan subyektif pada pasien individu
10. Melakukan pemeriksaan obyektif pada pasien individu
11. Merumuskan diagnosis keperawatan gigi pasien individu
12. Menyusun kembali rumusan diagnosis keperawatan gigi pasien individu

ix
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

13. Menetapkan rencana perawatan pasien individu


14. Menyusun rencana perawatan pasien individu
15. Melaksanakan tindakan promotif penyuluhan dengan cara chair side talk
16. Membimbing tindakan promotif cara menyikat gigi yang benar
17. Mengerjakan tindakan preventif berupa scaling
18. Mengerjakan tindakan preventif berupa fissure sealant
19. Mengerjakan tindakan preventif berupa pemberian Casein Phosphopeptide-
Amorphous Calcium Phosphate (CPP-ACP)
20. Mengerjakan tindakan preventif berupa aplikasi fluor
21. Mengerjakan penambalan Atraumatic Restorative Treatment/ART
22. Mengerjakan tindakan kuratif konservasi berupa penambalan 1 bidang
23. Mengerjakan penambalan gigi dengan 2 bidang
24. Mengerjakan pencabutan gigi dengan surface anesthesia
25. Mengerjakan pencabutan gigi dengan infiltrasi anestesi
26. Melaksanakan rujukan pada kasus-kasus yang bukan merupakan kompetensi
27. Menyelesaikan evaluasi asuhan keperawatan gigi dan mulut pasien individu
28. Menyusun dokumentasi pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu

x
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

GARIS BESAR PROGRAM BAHAN AJAR MATA KULIAH


PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT INDIVIDU
No. Bab Penyajian (%)
Teori Praktik

Kompetensi
No Topik Sub Topik Daftar Pustaka/ Referensi Rujukan
Khusus

1. Menjelaskan konsep konsep konsep pelayanan I 100


pelayanan asuhan pelayanan asuhan kesehatan gigi Darby M.L., dan Walsh, M., 2014, Dental
kesehatan gigi dan asuhan dan mulut
mulut individu kesehatan gigi
Hygiene; Theory and Practice,
dan mulut Elsevier
2. Menjelaskan proses proses a. Pengkajian asuhan I 100
pelayanan asuhan pelayanan kesehatan gigi dan Jo-Anne, J., 2014,
kesehatan gigi dan asuhan mulut http://www.cdha.ca/pdfs/Compete
mulut kesehatan gigi
dan mulut
b. Diagnosis asuhan ncies_and_Standards.pdf, diakses
kesehatan gigi dan 09 Maret 2018
mulut
c. Perencanaan Karmawati, I.A., Yulita, I., Pudentiana, .
asuhan kesehatan Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
gigi dan mulut Gigi dan Mulut, EGC, Jakarta
d. Tindakan asuhan
Kemenkes, 2014, Buku Rekam Medik Kedokteran
kesehatan gigi dan
Gigi, Jakarta
mulut
e. Evaluasi asuhan
Wyche, C.J., 2011. Terapis Gigi dan Mulut
kesehatan gigi dan
mulut
Diagnosis and Care Planning

xi
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

3. Menjelaskan tahap tahap 1. Riwayat Pasien II 100


pengkajian dalam pengkajian 2. Evaluasi Klinis Darby M.L., dan Walsh, M., 2014, Dental
pelayanan asuhan asuhan Secara Menyeluruh Hygiene; Theory and Practice, USA:
kesehatan gigi dan kesehatan gigi 3. Faktor Resiko Elsevier
mulut dan mulut
4. Menjelaskan tahap tahap a. Klasifikasi dan II 100 Jo-Anne, J., 2014,
diagnosis dalam diagnosis Analisis Data
pelayanan asuhan asuhan Kesehatan Gigi http://www.cdha.ca/pdfs/Competenci
kesehatan gigi dan kesehatan gigi b. Interpretasi es_and_Standards.pdf, diakses 09
mulut dan mulut Data/Masalah Maret 2018
Kesehatan Gigi
5. Menjelaskan tahap tahap a. Tipe Perencanaan II 100 Karmawati, I.A., Yulita, I., Pudentiana, .
perencanaan dalam perencanaan b. Proses Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
pelayanan asuhan asuhan Perencanaan Gigi dan Mulut, Jakarta : EGC.
kesehatan gigi dan kesehatan gigi
mulut dan mulut

Kemenkes, 2014, Buku Rekam Medik


Kedokteran Gigi, Jakarta : EGC

Wyche, C.J., 2011. Terapis Gigi dan Mulut


Diagnosis and Care Planning, Jakarta :
EGC
6. Menjelaskan tahap tahap tindakan a. Promotif III 100
tindakan dalam asuhan b. Preventif Darby M.L., dan Walsh, M., 2014, Dental
pelayanan asuhan kesehatan gigi c. Kuratif Hygiene; Theory and Practice, Elsevier
kesehatan gigi dan dan mulut
mulut
7. Menjelaskan tahap tahap evaluasi a. Evaluasi Struktur III 100 Dentodontics, 2014. G.V. Black’s Classification
evaluasi dalam asuhan b. Evaluasi Proses Of Caries [Internet]. Available from:
pelayanan asuhan kesehatan gigi c. Evaluasi Akhir
https://dentodontics.files.wordpress.co
kesehatan gigi dan dan mulut
mulut m, diunduh 15 Februari 2018.

xii
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

8. Menjelaskan dokumentasi a. Model Dokumentasi III 100


dokumentasi asuhan b. Dokumentasi dalam
pelayanan asuhan kesehatan gigi Keperawatan Gigi Jo-Anne, J., 2014,
kesehatan gigi dan dan mulut
mulut
http://www.cdha.ca/pdfs/Competenci
es_and_Standards.pdf, diakses 09
Maret 2018

Karmawati, I.A., Yulita, I., Pudentiana, .


Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Gigi dan Mulut, EGC, Jakarta

Kemenkes, 2014, Buku Rekam Medik


Kedokteran Gigi, Jakarta

Wyche, C.J., 2011. Terapis Gigi dan Mulut


Diagnosis and Care Planning
www.pakar gigi.com. (2014). Cara Mencabut
Gigi Sulung Pada Anak. [Internet].
[cited 2017 Nov 21]. Available from:
http://www.pakargigi.com.

www.rining.co.id. (2015). MengenaiObat


anestesi topical: Chloraethyl.
[Internet]. [cited 2017 Des 06].
Available from: www.rining.co.id.

www.universaldental.com.pk. (2017).
Mengenai Obat anestesi topical:

xiii
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Xylonor Spray. [Internet]. [cited 2017


Desember 06]. Available from:
http://www.universaldental.com.
9. Melakukan pemeriksaan 1. Identitas pribadi IV 100 Bricker, S. L., Langlais, R. P., Miller, C. S., (1994).
pemeriksaan subyektif pada 2. Anamnesis Oral Diagnosis, Oral Medicine, and
subyektif pada pasien individu 3. Wawancara riwayat Treatment Planning 2nd ed, A Waverly
pasien individu kesehatan umum Company.
dan kebiasaan
Davey P, (2006). At a Glance Medicine, Jakarta :
pemeliharaan Penerbit Erlangga.
kesehatan gigi
10. Melakukan pemeriksaan 1. Pemeriksaan ekstra IV 100 Depkes RI, (2004). Standar Nasional Rekam Medik
pemeriksaan obyektif pada oral Kedokteran Gigi. Jakarta: Ditjend Yanmedik
obyektif pada pasien individu 2. Pemeriksaan intra Depkes RI.
pasien individu oral Dipiro,J.T.,
3. Penilaian risiko Wells.,B.G.,Schwinghammer,T.L., Dipiro, C.
penyakit gigi dan V., (2005). Pharmacotherapy Handbook,
mulut USA : The McGraw-Hill Companies.
4. Pemeriksaan gigi
geligi Grosssman, L.I., (1995). Ilmu Endodontik dalam
Praktek Ed:11, Alih Bahasa: Rafiah Abyono.
Jakarta: EGC.

Isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson JD, Martin JB,


Kasper DL, Asdie AH(Ed), (1999).
Harrison: Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit
Dalam, Jakarta : EGC.

Kemenkes RI., (2014), Panduang Rekam Medis


Kedokteran Gigi, Kemenkes, Jakarta

Redelmeier, Donald A., (2001). Problems for


clinical judgement: 2. Obtaining a reliable

xiv
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

past medical history, CMAJ, 164(6).

Roberson, T., Heymann H.O., Edward, J. S. Jr,


(2006). Sturdevant’s Art and Science of
Operative Dentistry Fifth Edition, USA :
Mosby Elsevier, Missouri.

Sherwood, I. A., (2010). Essentials of Operative


Dentistry, New Delhi : Jaypee Brothers
Medical Publisher.

Sriyono, N.W., 2005,Pengantar Ilmu Kedookteran


Gigi Pencegahan, Medika Fakultas
Kedokteran UGM, Yogyakarta.

Sriyono, N.W., (2011). Kumpulan Naskah


Ilmiah 6, Seri II Ilmu Kesehatan Oral,
Yogyakarta : Badan Penerbit FKIK,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, Universitas Muhammadiyah.
Walton, R.E. dan Torabinejad M., (1998).
Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsi
Ed:3, Alih Bahasa Narlan Sumawinata
dkk., “Principle and Practice of
Endodontics”,Jakarata : EGC.
11. Merumuskan diagnosis a. Masalah Kesehatan V 100 Darby LM, Walsh MM. (2010). Dental Hygiene
diagnosis keperawatan Gigi Pada Individu Theory And Practice. 3rd ed. St. Louis:
keperawatan gigi gigi pasien b. Penyebab Masalah Saunders Elsevier.
pasien individu individu Kesehatan Gigi
Individu

xv
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

c. Gejala yang Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, &


dirasakan pasien Carranza FA. (2012). Carranza's Clinical
12. Menyusun kembali rumusan a. Proses Penyusunan V 100 Periodontology. 11th ed. St. Louis:
rumusan diagnosis diagnosis Diagnosa Elsevier.
keperawatan gigi keperawatan Keperawatan
pasien individu gigi pasien
b. Validasi Diagnosa CDHBC Practice Standards and Practice
individu
Keperawatan Standard Policies. (2013) Victoria:
College of Dental Hygienists of British
Columbia.

CDHBC Scope of Practice. (2013). Victoria:


College of Dental Hygienists of British
Columbia.

Wilkins EM. (2013). Clinical Practice Of The


Dental Hygienist. 11th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.

13. Menetapkan rencana a. Penentuan Prioritas VI 100 Barnes,.I dan Walls, A: Gerodontology, George
rencana perawatan perawatan Rencana Perawatan Warman Publications (UK) Ltd., 1994
pasien individu pasien individu b. Cara menentukan Bricker, S.L., Langlais, R.P., and Miller,
prioritas masalah C.S.: Oral Diagnosis, Oral Medicine, and
Treatment Planning. 2nd.Ed., Lea &
14. Menyusun rumusan rumusan a. Petunjuk penulisan VI 100 Febiger, Philadelphia, 1994.
rencana perawatan rencana tujuan dan kriteria Coleman, G.C., and Nelson, J.F., Principles of
pasien individu perawatan hasil Oral Diagnosis, Mosby Year Book St.
pasien individu b. Unsur yang harus
diperhatikan dalam Louis. 1993
menyusun rencana Falace, DA., Emergency Gigi dan mulut Care,
intervensi William & Wilkins, Baltimore, 1995

xvi
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Greenberg, M.S. dan Glick, M. Burket's


Oral Medicine : Diagnosis & Treatment,
10th.Ed., BC Decker Inc., Philadelphia,
2003.
Hooly, JR dan Daun, LG: Hospital Gigi dan
mulut Practice, The CV Mosby Company.
St Louis, 1989
Kerr,DA, Ash, MM., and Millard, HD., Oral
Diagnosis, 6th. Ed. St. Louis, C.V. Mosby,
1983.
Katz, M., S., Geriatric Medicine, Churchill
Livingstone, New York, 1991
Lewis, M.A.O., dan Lamey, P.J., Clinical Oral
Medicine. Butterworth-Heinemann, Ltd.
London, 1993
Marx, R.E., Stern, D.: Oral and Maxillofacial
Pathology: A rationale for Diagnosis and
Treatment, Quintessence Publishing Co.,
Hongkong, 2003.
Miller, CH., dan Palenk, C., J. Infection Control,
2" ed., The CV Mosby Company. St
Louis, 1998
Nally, F.L., Eggleston, D.J., A Manual of Oral
Medicine, 2nd.Ed., Manchester
University Press, 1983.
Nevill, B.W., Damm, D.D., Allen, C.M., dan
Bouquot, J.E.: Oral and Maxillofacial
Pathology., 2nd Ed. WB. Sauders Co.,
Philadelphia, 2002
Peterson, L.J., Ellis, E., Hupp, J.R., dan Tucker,

xvii
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

M.R. Contemporary Oral and Maxi


Ilofacial Surgery, 2' Ed, Mosby-Year
Book, Inc., St. Louis, 1998
Price, S.A., dan Wilson, L.M.W.,
Pathophysiology : Clinical Concepts of
Disease Processes, 4th Ed. Mosby-Year
book, Inc., St. Louis, 1994
Sonis, ST, Fazio, RC, dan Fang, L., Principles
and Practice of Oral Medicine, WB
Saunders Co., Toronto, 1984
Terry, Leslie, Dasar-Dasar
Manajemen,Penerjemah: G.A.
Ticoalu (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013),
World Health Organization: Oral Mucosal
Manual, WHO, Geneva, 1980.
15. Melaksanakan penyuluhan 1. Pemilihan materi VII 100 ADA Victoria, 2018. Bing.Com [Internet].
tindakan promotif dengan cara penyuluhan Available from:
penyuluhan dengan chair side talk berdasarkan https://www.bing.com/images/search?
cara chair side talk masalah utama q=healthy+teeth&qpvt=healthy+teeth
pasien &FORM=IGRE, diunduh 3 Maret 2018.
2. Materi penyuluhan
Plak dan Karang ADA Victoria, 2018. Dental Assistant
Gigi [Internet]. Available from:
3. Materi penyuluhan http://www.adavb.net/FrequentlyAsked
Karies Gigi Questions/CareersinDentistry/DentalAss
4. Materi penyuluhan istant/tabid/230/language/en-
Cara Pemeliharaan AU/Default.aspx#ADAVB-the-voice-of-
Kesehatan Gigi dan dentistry-in-Victoria-
Mulut
0100110110001001, diunduh 23
5. Materi penyuluhan

xviii
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Cara Pemeliharaan Februari 2018.


Kebersihan Gigi dan Depkes RI, 1996. Pedoman Pelaksanaan Usaha
Mulut Kesehatan Gigi Sekolah. Jakarta : Direktorat
Jenderal Pelayanan Medik - Direktorat
16. Membimbing cara menyikat 1. Teknik Fones VII 100
tindakan promotif gigi Kesehatan Gigi.
2. Teknik Vertikal
cara menyikat gigi 3. Teknik Horizontal
yang benar Dreamstime.com, 2018. Dental Problem Health
4. Teknik Roll
Care Infographic [Internet]. Available from:
5. Teknik Bass
https://www.dreamstime.com/stock-
6. Teknik Kombinasi
illustration-dental-problem-health-care-
infographic-top-image50822748, diunduh 23
Februari 2018.

Evy, 2007. Cara Menyikat Gigi Yang Baik dan


Benar. Senyum Itu Sehat [Internet]. Available
from:
https://senyumsehat.wordpress.com/2
007/03/03/cara-menyikat-gigi-yang-
baik-dan-benar/, diunduh 2 Maret 2018.

Feb, 2014. Mengenal Jenis Pasta Gigi


Fluoride dan Plak Untuk Perawatan
Gigi. Vemale.com [Internet]. Available
from:
https://www.vemale.com/kesehatan/7
5316-mengenal-jenis-pasta-gigi-
fluoride-dan-plak-untuk-perawatan-
gigi.html, diunduh 3 Maret 2018.

Garcia, V., 2018. Dental Adice for Kids [Internet].

xix
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Available from:
https://www.pinterest.com/pin/4013833855
10224576/, diunduh 23 Februari 2018.

Herijulianti, E., Indriani, T.S., Artini, S., 2001.


Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta :
EGC.
Jeong, Y.N., Rudy, R.J., Coleman, D.K., 2016.
Methods of Plaque Removal by the Patient.
Pocket Dentistry.com [Internet]. Available
from: https://pocketdentistry.com/methods-
of-plaque-removal-by-the-patient/, diunduh
2 Maret 2018.

Patterson Dental, 2018. Oral Hygiene Product –


Disclosing Agent [Internet]. Available from:
https://content.pattersondental.com/items/
LargeSquare/images/136153.jpg, diunduh 3
Maret 2018.

Prasko, 2011. Pengertian dan Tujuan


Penyuluhan Kesehatan Gigi [Internet].
Available from:
http://prasko17.blogspot.co.id/2011/08
/pengertian-dan-tujuan-
penyuluhan.html, diunduh 17 Februari
2018.
Ralhan Dental, 2018. Kids Tooth Care [Internet].
Available from:

xx
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

http://www.ralhandentistry.ca/patient-
education/kids-tooth-care/, diunduh 23
Februari 2018.

Rastogi A. 2016. Atraumatic Restorative


Treatment [Internet]. Available from:
https://www.slideshare.net, diunduh
06, Januari, 2018.
ReferensiMakalah.com, 2013. Apersepsi Dalam
Pembelajaran [Internet]. Available from:
http://www.referensimakalah.com/2013/02
/apersepsi-dalam-pembelajaran.html,
diunduh 2 Maret 2018.

Schmidt, W., 2018. Assistant’s Corner:


Providing Care and Earning Patients’
Trust [Internet]. Available from:
http://glidewelldental.com/education/c
hairside-dental-magazine/volume-11-
issue-2/assistant-corner-earning-trust,
diunduh 23 Februari 2018.
Susilawati, 2012. Teknik Chair Side Talk [Internet].
Available from:
http://susilawati1379.blogspot.co.id/2012/0
9/teknik-chair-side-talk.html, diunduh 12
Februari 2018.

Tauchid, S.N., 2014. Pedoman Praktikum


Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: Jurusan

xxi
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Keperawatan Gigi.

Tauchid, S.N., Enggarwati, P.Rr.R., Subandini, S.L.,


2017. Buku Ajar – Pendidikan Kesehatan
Gigi. Jakarta : EGC.

Ustom, A., 2009. Alat Bantu dan Media Pendidikan


Kesehatan. Health Is My Right [Internet].
Available from:
https://chevichenko.wordpress.com/2009/1
1/26/alat-bantu-dan-media-pendidikan-
kesehatan/, diunduh 2 Maret 2018.

17. Mengerjakan scalling 1. Penentuan indikasi VIII 100


tindakan preventif dan kontra indikasi Alamo Family and Implant Dentistry, 2015.
berupa scaling scaling
Scaling and Root Planning [Internet].
2. Alat dan bahan
Available from:
scaling
https://alamodentistry.com/preventive-
3. Posisi pasien dan
operator dentistry/scaling-and-root-planning/,
4. Pemberian diunduh 16 Februari 2018.
komunikasi
terapeutik Ali Express, 2017. Whole Sale Dental Scaling
5. Persetujuan Tools [Internet]. Available from:
tindakan medis fr.aliexpress.com, diunduh 10 Februari
6. Pemilihan scaler 2018.
7. Fiksasi dan tumpuan
jari
Angelia, 2017. Cara Menghilangkan Karang
8. Pelaksanaan scaling
Gigi Secara Cepat Dengan Alat Scaling
9. Instruksi setelah

xxii
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

scaling Gigi [Internet]. Available from:


www.kesehatanmulut.com, diunduh 10
18. Mengerjakan fissure sealant 1. Indikasi dan kontra VIII 100
tindakan preventif indikasi fissure Februari 2018.
berupa fissure sealant
sealant Angelia, 2017. Cara Mencegah dan
2. Alat dan bahan
fissure sealant Menghilangkan Karang Gigi [Internet].
3. Posisi pasien dan Available from:
operator www.kesehatanmulut.com, diunduh 10
4. Pemberian Februari 2018.
komunikasi
terapeutik
Betadine.com, 2018. Betadine (Povidone-
5. Persetujuan
iodine) [Internet]. Available from:
tindakan medis
6. Persiapan gigi www.betadine.com, diunduh 14
7. Manipulasi bahan Februari 2018.
fissure sealant
8. Aplikasi bahan Burgess O.J., 2012. Dimensions Of Dental
fissure sealant pada Hygiene – The Journal Of Professional
gigi Excelence. Material Revolution
9. Pemberian instruksi [Internet]. Available from:
setelah fissure http://www.dimensionsofdentalhygiene
sealant
.com/print.aspx?id=14664, diunduh 16
Februari 2018

Colgate Professional, 2018. Periodontitis -


Pocketing and Bleeding On Probing
[Internet]. Available from:
www.colgateprofessional.com, diunduh

xxiii
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

10 Februari 2018.

Dental Compare, 2017. GC Fuji TRIAGE Pit and


Fissure Sealant from GC America Inc
[Internet]. Available from:
www.dentalcompare.com, diunduh 10
Februari 2018.

DentalShop.in, 2018. GC Fuji VII White


[Internet]. Available from:
http://dentalshop.in/fuji-7, diunduh 16
Februari 2018.

DentalShop.in, 2018. eBay [Internet].


Available from: www.ebay.co.uk,
diunduh 14 Februari 2018.
Dental Lovers, 2016. Dental Scaling – Plaque
Removed. Dental Calculus [Internet].
Available from: www.youtube.com,
diunduh 14 Februari 2018.
Derham P., 2017. Dr. Peter Derham Family
Dentistry, Dental Hygiene and
Prevention [Internet]. Available from:
drderhamdental.com, diunduh 14
Februari 2018
Elly D., 2015. Buku Ajar – Preventive Dentistry.
Jurusan Keperawatan Gigi – Poltekkes

xxiv
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Kemenkes Jakarta I.

Family Care Dental, 2011. Fissure Sealants


[Internet]. Available from:
http://familycarebp.blogspot.co.id/2011
/07/fissure-sealants.html, diunduh 16
Februari 2018.

Go Dental, 2017. Scaling [Internet]. Available


from:
http://thedentist.com/services/scaling/,
diunduh 14 Februari 2018.

Haddad, 2014. 5 Things Your Dental Hygienist


Wishes You Knew [Internet]. Available
from:
https://www.rochesteradvanceddentistr
y.com/blog/5-things-your-dental-
hygienist-wishes-you-knew/, diunduh 16
Februari 2018.
Haisch MA., 2018. Pit & Fissure Sealants: The
Added Link in Preventative Dentistry
[Internet]. Available from:
se.dentalcare.com, diunduh 10 Februari
2018.

…………, 2018. Kamus Kesehatan [Internet].

xxv
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Available from: kamuskesehatan.com,


diunduh 13 Februari 2018.
Henderson House Dentistry, 2018.. Fissure
Sealant [Internet]. Available from:
www.hendersonhousedentistry.co.uk,
diunduh 10 Februari 2018.
Intelligent Dental, 2010. How to Identify Risk
Factors For Gingivitis [Internet].
Available from:
www.intelligentdental.com, diunduh 14
Febbruari 2018.
Mayko ER, 2014. Informasi Kesehatan Gigi
Dan Mulut. Alat Atau Instrument Untuk
Scaling Membersihkan Karang Gigi
[Internet]. Available from:
www.doktergigi.web.id, diunduh 10
Februari 2018.

Medipex, 2018. ResusPod [Internet]. Available


from: www.medipex.co.uk, diunduh 02
Februari 2018.

Mohammad Siblini, 2012. Pit and Fissure


Seaants [Internet]. Available from:
https://www.youtube.com/watch?v=zO
SxEaZSCiE, diunduh 16 Februari 2018.

xxvi
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Pattison A.M. and Pattison G.L, 1992.


Periodontal Instrumentation, 2nd ed.
California: Prentice-Hall International
Inc.
Rastogi A. 2016. Atraumatic Restorative
Treatment [Internet]. Available from:
https://www.slideshare.net, diunduh
06, Januari, 2018.
Setiyani W.,
https://www.scribd.com/document/369
425896/pit-dan-fisssure-sealent-
makalah-bab-1-42-4-doc, diunduh 16
Februari 2018.
Shabeel PN., 2009. in.SlideShare. Periodontal
Instrument And Instrumentation
[Internet]. Available from:
https://www.slideshare.net/shabeelpn/
periodontal-instruments-
instrumentation, diunduh 16 Februari
2018.

Sri Vinayaga Dental Clinic, 2018. Pit and


Fissure Sealants [Internet]. Available
from:
https://www.srivinayagadental.com/pit-
and-fissure-sealants/, diunduh 16
Februari 2018.

xxvii
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

TheDentist.com, 2017. Scaling [Internet].


Available from:
http://thedentist.com/services/scaling/,
diunduh 13 Februari 2018.

Tooth & Gum, 2010. Dental Cleaning – Dental


Scaling [Internet]. Available from: tooth-
gums.blogspot.co.id, diunduh 14
Februari 2018.

Valyi P., 2011. Handbook Of Dental Hygienist


[Internet]. Available from:
www.tankonyvtar.hu, diunduh 10
Februari 2018
www.Dentist.Com, 2017. Community Dentist
Network. What Is Scaling? [Internet].
Available from: www.123dentist.com,
diunduh 14 Febuari 2018.
19. Mengerjakan pemberian 1. Indikasi dan kontra IX 100 Angela, Ami. 2005. Pencegahan Primer Pada
tindakan preventif CPP-ACP indikasi CPP-ACP Anak yang Berisiko Keries Tinggi. Maj. Ked.
berupa pemberian 2. Alat dan bahan Gigi, (Dent. J.). 38, (3), 130-134.
CPP-ACP
CPP-ACP Charleshamel. 2008. Fluoridasi pada
3. Posisi pasien dan air minum publik dan Fluorosis.
operator Diunduh tanggal 3 Januari 2018.
4. Pemberian Ingegerd, Johansson., Milk and dairy products:
komunikasi possible effect on dental health. Scand J
terapeutik

xxviii
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

5. Persetujuan Nutr. 2002; 46(3):120). Diunduh tanggal 7


tindakan medis Februari 2017
6. Aplikasi bahan
CPP-ACP pada gigi
7. Pemberian instruksi
setelah aplikasi
CPP-ACP

20. Mengerjakan aplikasi fluor 1. Indikasi dan kontra IX 100


tindakan preventif indikasi aplikasi fluor
berupa aplikasi 2. Alat dan bahan
fluor
aplikasi fluor
3. Posisi pasien dan
operator
4. Pemberian
komunikasi
terapeutik
5. Persetujuan
tindakan medis
6. Pemolesan gigi
geligi
7. Aplikasi bahan fluor
pada gigi
8. Pemberian instruksi
setelah aplikasi fluor

21. Mengerjakan penambalan 1. Indikasi dan kontra X 100 Dentistry today, 2018. The New Science Of
penambalan Atraumatic indikasi penambalan Strong Teeth Class II Preps [Internet].
Atraumatic Restorative Atraumatic
Restorative Treatment/ART Available from:
Restorative
Treatment/ART

xxix
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Treatment/ART http://www.dentistrytoday.com/restora
2. Alat dan bahan tive/9286-the-new-science-of-strong-
penambalan gigi teeth-class-ii-preps, diunduh 15 Februari
3. Posisi pasien dan
2018.
operator
4. Pemberian
komunikasi Dentodontics, 2014. G.V. Black’s Classification
terapeutik Of Caries [Internet]. Available from:
5. Persetujuan https://dentodontics.files.wordpress.co
tindakan medis m, diunduh 15 Februari 2018.
6. Persiapan gigi Dentaljuce, 2017. Direct Restorations:
7. Manipulasi bahan Occlusal Composite [Internet]. Available
tambalan from:
8. Aplikasi bahan http://www.dentaljuce.com/fruit/page.
tambalan pada gigi
asp?pid=71, diunduh 15 Februari 2018.
9. Pemberian instruksi
Eccles JD. dan Green RM. (1994). Konservasi
setelah penambalan
gigi Gigi. Jakarta: Widya Medika.
https://www.indian-dental.com, 2017. Indian
22. Mengerjakan penambalan 1. Indikasi dan kontra X 100 Dental [Internet]. Available from:
tindakan kuratif gigi 1 bidang indikasi https://www.indian-dental.com,
konservasi berupa penambalan gigi 1
penambalan 1 diunduh 06, Januari, 2018.
bidang
bidang http://pdgicabwngr.blogspot.co.id, 2011. GC
2. Alat dan bahan
Fuji IX – Tambalan sewarna gigi. PDGI
penambalan gigi
3. Posisi pasien dan Cabang Wonogiri [Internet]. Available
operator from:
4. Pemberian http://pdgicabwngr.blogspot.co.id,
komunikasi diunduh 06, Januari, 2018.
terapeutik https://garrisondental.com/learning-

xxx
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

5. Persetujuan center/ajax/516, 2017. Learning Center


tindakan medis [Internet]. Available from:
6. Persiapan gigi https://garrisondental.com/learning-
7. Manipulasi bahan
center/ajax/516, diunduh 13 Januari
tambalan
2018
8. Aplikasi bahan
tambalan pada gigi http://ilmucutpz.blogspot.co.id/2015_05_01_
9. Pemberian instruksi archive.html, 2015. Klasifikasi Karies
setelah penambalan [Internet]. Available from:
gigi http://ilmucutpz.blogspot.co.id/2015_0
5_01_archive.html, diunduh 15 Februari
23. Mengerjakan penambalan 1. Indikasi dan kontra X 100
2018.
penambalan gigi gigi dengan 2 indikasi
dengan 2 bidang bidang Intech, 2017. Are the Approximal Caries
penambalan gigi 2
Lesions in Primary Teeth a Challenge to
bidang
Deal With?— A Critical Appraisal of
2. Alat dan bahan
Recent Evidences in This Field.
penambalan gigi
[Internet]. Available from:
3. Posisi pasien dan
www.intechopen.com, diunduh 07
operator
Februari 2018.
4. Pemberian
komunikasi
siti-anggareni.blogspot.com, 2008. Tahap
terapeutik Perkembangan Lubang Gigi [Internet].
5. Persetujuan Available from: siti-
tindakan medis anggareni.blogspot.com, diunduh 13
6. Persiapan gigi Januari 2018.
7. Manipulasi bahan Spear, 2017. Treating Class V Lesions
tambalan [Internet]. Available from:
8. Aplikasi bahan https://www.speareducation.com/spear
tambalan pada gigi
-review/2013/03/treating-class-v-
9. Pemberian instruksi
lesions, diunduh 15 Februari 2018.

xxxi
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

setelah penambalan Rastogi A. (2016). Atraumatic Restorative


gigi Treatment [Internet]. Available from:
https://www.slideshare.net, diunduh
06, Januari, 2018.
Tarigan R. (1993). Karies Gigi. Jakarta: EGC.

Widitya.blogspot.co.id, 2017. GC Fuji IX ART Mini


Pack. My Inspiration [Internet]. Available
from: widitya.blogspot.co.id, diunduh 07
Februari 2018.

www.teethsavers.org, 2016. ART – Teeth


Savers International [Internet]. Available
from: www.teethsavers.org, diunduh 06,
Januari, 2018.

www.youtube.com, 2016. How to Manipulate Fuji


Cem Glass Ionomere Restorative Cement
type 9. Dentbay.com [Internet]. Available
from: www.youtube.com, diunduh 06,
Januari 2018

24. Mengerjakan pencabutan 1. Indikasi dan kontra XI 100 Ceha-kartika (internet). (2015). Posisi pasien
pencabutan gigi gigi dengan indikasi pencabutan dan operator. Diunduh 2 Januari 2018.
dengan surface surface gigi dengan surface Dari http://dokumen.tips.
anastesi anastesi
anastesi Steadyhealth.com, 2017. Steady Health
2. Alat, bahan, dan [Internet]. Available from:
obat pencabutan www.steadyhealth.com, diunduh 24,
gigi

xxxii
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

3. Posisi pasien dan November, 2017.


operator klinikjoydental.com, 2017. Gambar Gigi
4. Pemberian Geraham, klinikjoydental.com
komunikasi [Internet]. [cited 2017 November 24].
terapeutik Available from:
5. Persetujuan https://www.bing.com,diunduh 24,
tindakan medis November, 2017.
6. Pelaksanaan Howe GL. 1989. Pencabutan Gigi Geligi – Edisi
surface anestesi II. Jakarta: EGC. Halaman 29.
7. Fiksasi dan tumpuan
jari Sariningsih E. 2006. Teknik Mengeluarkan Gigi
8. Gerakan Fraktur Dengan Mudah Dan Cepat.
pencabutan Jakarta: EGC. Halaman 23.
9. Pemberian instruksi ……………. , Universal Dental (PVT) LTD
setelah pencabutan [Internet]. [cited 2017 Desember 06].
gigi Available from:
http://www.universaldental.com,diun
25. Mengerjakan pencabutan 1. Indikasi dan kontra XI 100
pencabutan gigi gigi dengan
duh 06, Desember, 2017
indikasi pencabutan
dengan infiltrasi infiltrasi ………….. , PT Rining Prima Putra – Dr. Henning
gigi dengan infiltrasi
anestesi anestesi Ethyl Chloride [Internet]. [cited 2017
anastesi
Desember 06].Available from:
2. Alat, bahan, dan
https://www.google.com,diunduh 06,
obat pencabutan
Desember, 2017.
gigi
………… , AMT [Internet]. [cited 2017
3. Posisi pasien dan
Desember 06]. Available from:
operator
https://www.google.com, ,diunduh
4. Pemberian
06, Desember, 2017.
komunikasi
terapeutik
www.Aimsurgical.com. (2017). Tang Gigi Susu,
5. Persetujuan

xxxiii
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

tindakan medis AIM surgical


6. Pelaksanaan devices.trustpass.[Internet]. [cited
anestesi infiltrasi 2017 November 24]. Available from:
7. Fiksasi dan tumpuan www. Aimsurgical.com.
jari
8. Gerakan www.pakar gigi.com. (2014). Cara Mencabut
pencabutan Gigi Sulung Pada Anak. [Internet].
9. Pemberian instruksi [cited 2017 Nov 21]. Available from:
setelah pencabutan http://www.pakargigi.com.
gigi
www.rining.co.id. (2015). MengenaiObat
26. Melaksanakan rujukan pada 1. Indikasi kasus XII 100
anestesi topical: Chloraethyl.
rujukan pada kasus- kasus-kasus rujukan
kasus yang bukan yang bukan [Internet]. [cited 2017 Des 06].
2. Penulisan surat
merupakan merupakan Available from: www.rining.co.id.
rujukan
kompetensi kompetensi
www.universaldental.com.pk. (2017). Mengenai
Obat anestesi topical: Xylonor Spray.
[Internet]. [cited 2017 Desember 06].
Available from:
http://www.universaldental.com.

www.amt-dental.com. (2014). Mengenai Obat


anestesi topical: Precaine Gel
[Internet]. [cited 2017 Des 06].
Available from: www.amt-dental.com.

www.steadyhealth.com. (2017). Teknik


meletakkan tampon [Internet]. [cited
2017 November 24]. Available from:

xxxiv
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

www.steadyhealth.com.

www.klinikjoydental.com.(2017). fraktur
setengah mahkota (gigi tetap akar
tunggal) [Internet]. [cited 2017
November 24]. Available from:
www.klinikjoydental.com.

www.doomandbloom.net.(2017).
How to extract a tooth [Internet]. [cited 2017
February 05]. Available from:
www.doomandbloom.net.
27. Menyelesaikan Rujukan, 1. Kesesuaian antara XII 100 Bricker, S. L., Langlais, R. P., Miller, C. S.,
rujukan, evaluasi evaluasi rencana perawatan 1994, Oral Diagnosis, Oral Medicine, and
asuhan asuhan dan pelaksanaan Treatment Planning 2nd ed, A Waverly
keperawatan gigi keperawatan Company.
tindakan/implementa
dan mulut pasien gigi dan mulut
individu pasien individu si Davey P, 2006, At a Glance Medicine, Penerbit
2. Pencatatan evaluasi Erlangga, Jakarta.
pada kartu status Depkes RI, 2004, Standar Nasional Rekam Medik
pasien Kedokteran Gigi. Jakarta: Ditjend Yanmedik
Depkes RI; Jakarta.
28. Menyelesaikan dokumentasi a. Pencatatan setiap XII 100
dokumentasi asuhan tindakan yang Dipiro,J.T.,
asuhan keperawatan dilakukan terhadap Wells.,B.G.,Schwinghammer,T.L., Dipiro, C.
keperawatan gigi gigi dan mulut V., 2005, Pharmacotherapy Handbook,
pasien pada kartu
dan mulut pasien pasien individu The McGraw-Hill Companies, USA.
individu status
b. Penyimpanan kartu Grosssman, L.I., 1995, Ilmu Endodontik dalam
status Praktek Ed:11, Alih Bahasa: Rafiah Abyono.

xxxv
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Jakarta: EGC.
Isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson JD, Martin JB,
Kasper DL, Asdie AH(Ed), 1999,
Harrison: Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit
Dalam, EGC, Jakarta.
Redelmeier, Donald A., 2001, Problems for clinical
judgement: 2. Obtaining a reliable past
medical history, CMAJ, 164(6.
Roberson, T., Heymann H.O., Edward, J. S. Jr,
2006, Sturdevant’s Art and Science of
Operative Dentistry Fifth Edition, Mosby
Elsevier, Missouri.
Sherwood, I. A., 2010, Essentials of Operative
Dentistry, Jaypee Brothers Medical
Publisher, New Delhi.
Sriyono, N.W., 2011, Kumpulan Naskah Ilmiah
6, Seri II Ilmu Kesehatan Oral, Badan
Penerbit FKIK, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
Walton, R.E. dan Torabinejad M., 1998, Prinsip
dan Praktik Ilmu Endodonsi Ed:3, Alih
Bahasa Narlan Sumawinata
dkk., “Principle and Practice of
Endodontics”,Jakarata : EGC
Derby dan Wals 2003, Dental Hygiene Theory

xxxvi
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

and Practice 2nd, Sounders Missouri


USA
Depkes RI 1995, Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Pelayanan Asuhan kesgilut.
Wilkins EM, 2005, Clinical Practice of Dental
Hygiene 9 ed edition, Lippicot Williams
& Wilkins, Massachutes
Kementerian Kesehatan RI. Direktorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan,
Pedoman paket dasar pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas,-
- Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
2012
Kamus Besar Bahasa Indonesia 1999: 431.
Karmawati Ita Astit dkk, 2014, Konsep Dasar
Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut, Ed
1,Cet1-Yogyakarta Deepublish.

xxxvii
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

BAB I
KONSEP DAN PROSES PELAYANAN
ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN
MULUT PADA INDIVIDU
Sisca Mardelita, S.Si.T, M. Kes

S elamat, anda sudah menyelesaikan bahasan-bahasan yang ada pada mata kuliah
konsep dasar 1, 2 dan 3. Sebelum masuk dalam praktikum mata kuliah asuhan
keperawatan gigi individu, mari kita review sedikit tentang konsep asuhan keperawatan
gigi dan mulut serta proses asuhan keperawatan gigi dan mulut. Sehingga anda akan lebih
mudah pada saat melaksanakan praktikum pada mata kuliah ini. Pada BAB I ini akan diajak
untuk mengingat kembali tentang konsep dental hygienist dan kebutuhan manusia dalam
melakukan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut.

Konsep Dental Hygiene memposisikan para klien sebagai pribadi-pribadi aktif yang
terlibat dalam proses klinik dental hygiene, karena pada akhirnya klien tersebut harus
melakukan tindakan pelihara diri dan memanfaatkan pelayanan kesehatan profesional
untuk mencapai kondisi kesehatan gigi dan mulut yang optimal. Dental hygiene
memfokuskan diri pada penyesuaian individu terhadap lingkungan dalam rangka
meningkatkan kesehatan gigi dan mulut serta mencegah terjadinya penyakit gigi dan
mulut.

Anda juga akan mempelajari kembali tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses
keperawatan gigi dan mulut. Dalam mempelajari modul ini, akan sangat bermanfaat bila
pengalaman anda sebagai perawat gigi digunakan dengan baik. Sehingga juga akan
membantu anda mengingat hal-hal yang sudah anda lakukan sebagai perawat gigi, dan
menyesuaikan kembali hal-hal yang mungkin terlewatkan dalam proses keperawatan
individu yang telah anda lakukan.

Dengan mempelajari BAB I ini anda diharapkan dapat mereview ingatan anda dalam
melaksanakan proses keperawatan. Materi dalam BAB I ini meliputi:

1. Topik 1 : Konsep pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut


2. Topik 2 : Proses pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut meliputi: pengkajian,
diagnosis, perencanaan, tindakan dan evaluasi.

Mari kita mulai pelajari BAB 1.

1
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

TOPIK 1
Konsep Pelayanan Asuhan
Keperawatan Gigi dan Mulut

Sisca Mardelita, S.Si.T, M. Kes

Perkembangan kehidupan masyarakat dunia dewasa ini menunjukkan bahwa pada


umumnya masyarakat di sebagian besar bagian dunia telah menjadi masyarakat yang
lebih cerdas, peduli teknologi, kritis serta tidak mudah terpuaskan, yang pada gilirannya
telah mendorong setiap sektor dalam upaya pelayanan kesehatan untuk dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat. Pelayanan kesehatan kepada masyarakat telah menuntut para
pelaku pelayanan kesehatan untuk dapat memberikan kualitas pelayanan terbaik yang
bertumpu pada prinsip-prinsip profesionalisme yakni pelayanan dengan menggunakan
keterampilan tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan yang mendalam, akuntabilitas profesi
serta menjunjung tinggi nilai-nilai etika berdasarkan prinsip-prinsip hak asasi manusia.
Dilatarbelakangi oleh situasi demikian, dunia kesehatan gigi sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari dunia kesehatan secara keseluruhan telah pula mengalami
perkembangannya tersendiri. Sebagai contoh, perubahan tersebut ditunjukkan oleh
perkembangan pelayanan kedokteran gigi yang dewasa ini tidak hanya ditujukan untuk
pelayanan pengobatan penyakit gigi dan mulut semata tetapi juga telah berkembang
menjadi pelayanan untuk kepentingan estetika atau penampilan seseorang yang dapat
mendorong peningkatan kualitas kehidupannya. Di samping itu, kesadaran masyarakat
akan pentingnya upaya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kualitas
kesehatan (promotif) dalam dunia kesehatan gigi juga telah berkembang secara luas.
Konsep promotif dan preventif tersebut kemudian telah mendorong
pengembangan dasar-dasar konsep profesi kesehatan gigi selain dokter gigi yakni dental
hygienist (dental nurse/hygienist). Profesi ini tumbuh, berkembang dan dikenal secara luas
terutama di negara-negara maju seperti Amerika, Kanada, Inggris dan Australia. Pelayanan
kesehatan pada masyarakat telah menuntut para pelaku pelayanan kesehatan untuk
dapat memberikan kualitas pelayanan terbaik. Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan dalam bidang
promotif, preventif dan kuratif sederhana yang diberikan kepada individu, kelompok dan
masyarakat dengan menggunakan konsep Dental Hygiene (Darby and Walsh, 2003).
Sejarah Dental Hygiene bermula pada tahun 1913 ketika Dr. Albert C. Fones, seorang
dokter gigi Amerika, mempelopori berdirinya lembaga pendidikan untuk para wanita yang
disiapkan untuk menjadi tenaga penyuluh kesehatan gigi dan pelaksana perawatan

2
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

pencegahan penyakit gigi khusus untuk anak-anak di daerah Bridgeport, Connecticut,


Amerika Serikat. Hal tersebut sejalan dengan tumbuhnya ilmu kedokteran gigi pencegahan
di negara-negara maju termasuk Amerika, tetapi tidak banyak dokter gigi Amerika pada
waktu itu yang tertarik untuk menekuni bidang tersebut. Dr. Fones kemudian menamakan
sekolah yang dibangunnya tersebut sebagai sekolah bagi para dental hygienist, hal ini
sejalan dengan konsep teori dental hygiene yang dia kembangkan dan diajarkan di sekolah
tersebut. Dr. Fones kemudian dianggap sebagai bapak dari Dental Hygiene (Darby dan
Walsh, 2003)
Teori dental hygiene tersebut menekankan pentingnya peranan upaya pendidikan
dan penyuluhan kesehatan gigi guna meningkatkan status kesehatan gigi masyarakat
secara optimal. Sedangkan para pelaku konsep dental hygiene tersebut dinamakan dental
hygienist dan bukan dental nurse, hal ini dikarenakan Dr. Fones berpendapat bahwa
dental hygienist ini lebih terfokus kepada pekerjaan pendidikan dan upaya pencegahan
penyakit gigi dan mulut dan tidak hanya berorientasi kepada sakit dan penyakit (Darby
dan Walsh, 2003). Seiring dengan berjalannya waktu, konsep dental hygiene dan profesi
dental hygienist ini kemudian menyebar dan diterapkan di banyak negara-negara lain di
luar Amerika, yang pada umumnya negara-negara industri seperti Inggris, Kanada,
Australia, Belanda dan juga Jepang. Kemudian pada tahun 1986 para dental hygienist
tersebut membentuk organisasi Internasional yang dinamakan International Federation of
Dental hygienist (IFDH) yang dideklarasikan pembentukannya di Oslo, Norwegia pada
tanggal 28 Juni 1986. Pembentukan IFDH tersebut merupakan pergantian wujud dari
gerakan Internasional dental hygiene yang terangkum dalam wadah The International
Liaison Committee on Dental hygiene yang terbentuk pada tahun 1973. Sampai saat ini
anggota IFDH terdiri dari para dental hygienist yang berasal dari 25 negara di dunia yaitu
Amerika Serikat, Australia, Austria, Afrika Selatan, Belanda, Kanada, Denmark, Jerman,
Finlandia, Irlandia, Israel, Inggris, Italia, Republik Slovakia, Swedia, Spanyol, Swiss,
Portugis, Norwegia, Nigeria, Selandia Baru, Lituania, Latvia dan termasuk dua negara asia
yaitu Jepang dan Korea (IFDH, 2007).

3
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Gambar 1.1 Peran Dental Hygienist


Sumber: massdha.org (diunduh 16 Maret 2018)

Organisasi IFDH tersebut bertujuan untuk mewakili dan memajukan profesi dental
hygienist dalam ruang lingkup internasional dengan jalan memfasilitasi forum-forum
pengembangan ilmiah dental hygiene yang diharapkan menjadi dasar pengembangan
organisasi profesi dental hygienist yang pada gilirannya diharapkan dapat mendorong
peningkatan status kesehatan gigi masyarakat secara luas (IFDH 2007). IFDH juga
menetapkan standar keilmuan, kompetensi dan etika bagi pelaksanaan praktek dental
hygiene bagi para anggotanya.
Menurut Darby dan Walsh, (2003) Dental hygiene dapat dipahami sebagai ilmu
pengetahuan dalam bidang kesehatan mulut preventif, termasuk di dalamnya adalah
manajemen perilaku untuk pencegahan penyakit gigi dan mulut serta peningkatan status
kesehatan gigi dan mulut. Sedangkan definisi lain disampaikan oleh Wilkins (2005) yang
menyebutkan bahwa dental hygiene adalah pelayanan kesehatan gigi yang diberikan oleh
dental hygienist profesional yang mencakup pelayanan preventif, pendidikan dan
pelayanan terapeutik yang bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan klien melalui
upaya pencegahan penyakit gigi dan upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
(promotif).
IFDH, (2007) memberikan batasan bahwa seorang dental hygienist adalah tenaga
kesehatan profesional yang merupakan lulusan dari lembaga pendidikan dental hygienist
yang terakreditasi yang bertugas melaksanakan pelayanan klinis, pendidikan, perencanaan
dan evaluasi pelaksanaan konsultasi kesehatan gigi, menyediakan layanan pencegahan
penyakit gigi dan mulut, memberikan perawatan penyakit gigi dan mulut, serta membantu
masyarakat dalam upaya pemeliharaan diri guna mencapai derajat kesehatan yang

4
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

optimal. Dental hygienist adalah tenaga kesehatan profesional yang fokus utama
pengabdiannya adalah upaya promotif kesehatan secara keseluruhan melalui pencegahan
penyakit. Dental hygienist juga merupakan tenaga kesehatan gigi dan mulut profesional
yang mempunyai lisensi untuk melakukan peran yang terintegrasi sebagai petugas klinik,
pendidik, pendamping bagi para pasien/ klien, manajer, agen perubahan, dan peneliti
dalam rangka mencegah penyakit gigi dan mulut serta meningkatkan derajat kesehatan
gigi dan mulut masyarakat (Darby dan Walsh, 2003).
Paradigma pelayanan klinis dental hygiene didasarkan pada filosofi dan karakteristik
profesional yang menggabungkan aspek-aspek pengembangan ilmu pengetahuan (konsep
dental hygene) berdasarkan riset yang mendalam, adanya otonomi dan batasan profesi
yang jelas serta orientasi pelayanan kepada klien dan masyarakat secara maksimal. Jadi,
tindakan dental hygiene ditujukan secara sungguh-sungguh untuk membantu klien untuk
mencapai derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan secara umum dan kualitas kehidupan seseorang dan lebih jauhnya
adalah kualitas kehidupan masyarakat.
Konseptualisasi dari tujuan praktek dental hygiene telah mengalami fase-fase evolusi
dimulai dari fase awal konsep dental hygiene yang dikemukakan oleh Dr. Fones pada
tahun 1930an. Dr. Fones menyebutkan bahwa tujuan praktek pelayanan dental hygiene
adalah sebagai jalur penyampaian ilmu kedokteran gigi dalam bidang kebersihan mulut
kepada masyarakat. Sejalan dengan perkembangan zaman, konsep dental hygiene juga
mengalami perubahan yang cukup signifikan, sampai kemudian Darby and Walsh, (2003)
menjabarkan bahwa tujuan praktek dental hygiene adalah untuk membantu individu-
individu dalam rangka memenuhi kebutuhannya melalui intervensi-intervensi yang
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan perilaku
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, sehingga pada gilirannya dapat mendorong
peningkatan status kesehatan gigi dan mulut sepanjang kehidupan individu-individu
tersebut.
Untuk memahami bagaimana implementasi klinis pelayanan kesehatan gigi
menggunakan konsep dental hygiene, terlebih dahulu harus dipahami pengertian-
pengertian dari konsep klien, lingkungan, konsep kesehatan gigi dan mulut serta
pelaksanaan tindakan dental hygiene.
Klien dalam konsep dental hygiene adalah penerima pelayanan kesehatan gigi
(dental hygiene) yang terdiri dari individu-individu, keluarga-keluarga, dan kelompok
masyarakat dari berbagai usia, jenis kelamin, serta status sosial ekonomi, agama, ras serta
budaya.

5
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Lingkungan diartikan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian status


kesehatan gigi dan mulut klien yang terdiri dari lingkungan ekonomi, psikologis, budaya,
fisik, lingkungan hukum (legal/peraturan/moral), pendidikan, etik dan geografis.
Kesehatan gigi dan mulut adalah kondisi mulut klien yang terdapat dalam satu
rentang (kontinum) yang dimulai dari kondisi kesehatan yang optimal sampai kepada
kondisi sakit. Kondisi tersebut bersifat fluktuatif sepanjang waktu yang dipengaruhi oleh
kondisi biologis, psikologis, spiritual, serta faktor-faktor perkembangan. Kesehatan mulut
dan kesehatan umum merupakan kondisi yang saling berhubungan dan saling
mempengaruhi satu sama lain.
Tindakan dental hygiene adalah intervensi-intervensi yang dilakukan oleh dental
hygienist yang ditujukan untuk peningkatan derajat kesehatan gigi dan mulut klien serta
untuk mencegah dan mengontrol terjadinya penyakit gigi dan mulut. Tindakan tersebut
melibatkan unsur-unsur kognitif, afektif serta psikomotor. Tindakan dental hygiene dapat
merupakan tindakan mandiri serta kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain.
Setelah mengetahui pengertian-pengertian dasar dalam tindakan dental hygiene
tersebut di atas, kemudian kita dapat memahami model pelayanan dental hygiene. Pada
era yang lampau, konsep tindakan dental hygiene lebih merupakan tindakan okupasi yang
berdasarkan ciri keahlian pekerjaan teknis, akan tetapi kemudian konsep tersebut
berkembang sejalan dengan tumbuhnya profesi dental hygiene menjadi pekerjaan yang
bersifat profesional, sehingga seorang dental hygienist dapat disebut sebagai seorang
profesional dengan perannya sebagai pelaksana pelayanan klinis kesehatan gigi
pencegahan, pendidik/penyuluh, manajer, agen perubahan, pemberi bantuan (advokasi)/
pendamping klien serta peneliti berdasarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
diperolehnya dari pendidikan dental hygiene.
Konsep tindakan dental hygiene itu sendiri merupakan suatu lingkaran proses yang
terdiri dari pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut dengan menggunakan pendekatan teori
kebutuhan dasar manusia, penegakkan diagnosa dental hygiene menggunakan
terminologi konsep kebutuhan manusia, pembuatan perencanaan tindakan, implementasi
tindakan serta evaluasi. Seluruh rangkaian proses tersebut ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan klien yang berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulutnya.

6
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Gambar 1.2 Evidence-Based Decision Making Process


Sumber: www.dimensionsofdentalhygiene.com (diunduh 16 Maret 2018)

Konsep pelayanan dental hygiene diarahkan kepada upaya peningkatan derajat


kesehatan gigi dan mulut klien sepanjang masa kehidupannya. Oleh karenanya seorang
dental hygienist mutlak harus memahami seluruh aspek dari kepribadian seseorang dan
atau masyarakat. Dalam pelaksanaan tugasnya seorang dental hygienist dituntut untuk
mengaplikasikan pengetahuan khusus yang berkaitan dengan emosi-emosi klien, nilai-nilai
yang dianut oleh klien tersebut, kondisi keluarga, budaya, lingkungan serta pengetahuan
tentang sistem tubuh secara keseluruhan dan terintegrasi.

Dalam bukunya Darby dan Walsh, (2003) mengemukakan suatu model yang
digambarkan dalam gambar 1.3 berikut ini:

7
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Klien

Proses Dental Hygiene:

- Pengkajian 8 kebutuhan manusia


- Diagnosis berdasarkan kebutuhan
Kesehatan/ yang tak terpenuhi Tindakan
Kesehatan gigi - Perencanaan untuk memenuhi D Dental hygiene
dan dan mulut kebutuhan
- Implementasi berupa intervensi-
intervensi yang ditujukan untuk
mengatasi penyebab yang tidak
terpenuhinya kebutuhan
- Evaluasi untuk menilai keberhasilan
intervensi tersebut

Lingkungan

Gambar 1.3 pelayanan dental hygiene


Sumber : Darby dan Walsh, 2013

Dari gambar tersebut dijabarkan bahwa pelayanan dental hygiene terdiri dari proses
pengkajian, penegakkan diagnosa, implementasi dan evaluasi yang terfokus kepada
penemuan masalah dalam pada klien. Masalah tersebut adalah tidak terpenuhinya
delapan kebutuhan manusia yang terkait dengan kesehatan gigi dan mulut klien. Dalam
pelaksanaan proses tersebut seorang dental hygienist harus memperhatikan konsep-
konsep tentang klien, konsep sehat sakit, konsep tindakan dental hygiene serta
lingkungan.
Konsep Dental Hygiene memposisikan para klien sebagai pribadi-pribadi aktif yang
terlibat dalam proses klinik dental hygiene, karena pada akhirnya klien tersebut harus
melakukan tindakan pelihara diri dan memanfaatkan pelayanan kesehatan profesional
untuk mencapai kondisi kesehatan gigi dan mulut yang optimal. Dental hygiene
memfokuskan diri pada penyesuaian individu terhadap lingkungan dalam rangka
meningkatkan kesehatan gigi dan mulut serta mencegah terjadinya penyakit gigi dan
mulut.
Kompetensi utama dental hygienist adalah mampu melaksanakan upaya
peningkatan kesehatan gigi dan mulut, melalui program-program promotif dan preventif.
Sedangkan kompetensi penunjangnya adalah seorang dental hygienist diharapkan
mampu menyuluh dalam upaya peningkatan derajat kesehatan gigi dan mulut, melakukan
pelatihan kader kesehatan gigi, membuat dan menggunakan media komunikasi,
menginstruksikan teknik menyikat gigi yang baik, melakukan scalling, melakukan topikal
aplikasi dan melakukan fissure sealant.

8
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Menurut Darby dan Walsh, (2003) Dental hygienist dipandang ahli dalam bidangnya,
konsultan intervensi kebersihan gigi yang sesuai, ahli dalam membuat keputusan
kesehatan gigi secara klinis, dan ahli dalam merencanakan, menerapkan evaluasi
komponen kesehatan gigi yang direkomendasikan dalam keseluruhan rencana perawatan.
Dalam hal ini, dental hygienist melakukan pelayanan asuhan kepada para klien.
Menurut Taylor, (1993) perspektif dari asuhan adalah suatu pelayanan yang
diberikan berpusat pada hubungan interpersonal. Asuhan dilakukan berawal dengan
mendengarkan keluhan klien, juga mendengar dan mengolah saran-saran dari orang lain
yang mengarah pada tanggung jawab profesional. Dengan mendengar data/informasi dari
klien, anda dapat mengetahui masalah-masalah yang dihadapi oleh klien tersebut. Selain
mendengarkan, perawat gigi dapat menggali keterangan-keterangan lain yang relevan
untuk mendukung pelaksanaan pelayanan asuhan yang akan diberikan.
Pelayanan asuhan keperawatan diberikan dengan tanggung jawab moral meliputi
simpati dan empati terhadap klien. Perawat gigi hendaknya tidak menganggap klien
sebagai penerima layanan, tetapi dapat berpartisipasi dalam proses pelayanan. Dalam
memberikan pelayanan yang berkualitas, perawat gigi harus memiliki komitmen yang
tinggi untuk memberikan pelayanan yang berkualitas berdasarkan standar perilaku dan
etika profesional.
Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah pelayanan kesehatan gigi dan
mulut yang terencana, ditujukan pada kelompok tertentu yang dapat diikuti dalam kurun
waktu tertentu diselenggarakan secara berkesinambungan dalam bidang promotif,
preventif dan kuratif sederhana yang diberikan kepada individu, kelompok dan
masyarakat.
Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pada individu dilakukan dalam rangka
tercapainya kemampuan pelihara diri di bidang kesehatan gigi dan mulut yang optimal,
diawali dari diri individu itu sendiri. Setiap orang hendaknya peduli dengan kesehatan diri
sendiri. Setelah individu tersebut peduli terhadap kesehatannya sendiri, diharapkan dapat
menjadi contok bagi orang lain, baik dalam keluarga maupun masyarakat dalam kesehatan
gigi dan mulut.
Kemampuan dasar yang diharapkan dalam kesehatan gigi dan mulut individu adalah;
a. Mampu memelihara kesehatan gigi dan mulut bagi diri sendiri,
b. Mampu melaksanakan pencegahan terjadinya penyakit gigi dan mulut bagi diri
sendiri,
c. Mampu mengidentifikasi kelainan-kelainan dalam bidang kesehatan gigi dan
mulut, serta mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasinya, dan
d. Mampu menggunakan sarana pelayanan kesehatan gigi yang tersedia.

9
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Gambar 1.4 Mengajarkan Individu Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut


Sumber: www.conceptdentalcentre.com (diunduh 16 Maret 2018)

Sesuai dengan konsep dasar dari pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut, dalam
memberikan pelayanan asuhan, perawat gigi perlu memperhatikan 5 (lima) kebutuhan
dasar manusia yang diambil dari teori Maslow, (1943) yaitu:
1. Kebutuhan fisiologis; meliputi nutrisi dari makanan, cairan, oksigen, istirahat, tidur,
latihan, kebersihan dan lain lain.
2. Kebutuhan rasa aman (perlindungan), bebas dari ketakutan, aman dari tindakan
yang tidak sesuai dengan profesionalisme.
3. Kebutuhan rasa cinta, mendapat simpati dan empati dari pelayan kesehatan.
4. Kebutuhan aktualisasi diri (ingin dipuji) bekerja sesuai dengan bakat dan potensi
serta dilakukan dengan senang hati dan diakui orang lain.
5. Kebutuhan akan harga diri meliputi dihargai dalam pekerjaan, profesi, kecakapan
dalam lingkungan keluarga, kelompok dan masyarakat.

Gambar 1.5 Hierarki Kebutuhan Manusia Maslow


Sumber: en.wikipedia.org (diunduh 09 Maret 2018)

10
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Selanjutnya Darby dan Walsh, (2003) mengidentifikasi delapan kebutuhan dasar


manusia yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut seseorang dalam pelayanan
dental hygiene. Kebutuhan-kebutuhan tersebut berhubungan dengan dimensi-dimensi
fisik, emosional, intelektual, sosial, dan budaya klien yang melekat pada proses
pelayanan dental hygiene.

Kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Perlindungan terhadap risiko-risiko kesehatan


Artinya adalah kebutuhan untuk menghindari risiko-risiko/ kontraindikasi medis yang
berhubungan dengan perawatan dental hygiene. Sebagai contoh, klien membutuhkan
tindakan pengobatan karies untuk mencegah terjadinya penyakit sistemik seperti
penyakit jantung.

2. Bebas dari stress


Artinya, klien membutuhkan kondisi yang bebas dari tekanan, ketakutan,
ketidaknyamanan emosi pada lingkungan pelayanan kesehatan gigi dan mulut,
selanjutnya klien juga membutuhkan pujian, penghargaan dan perhatian. Contohnya,
klien membutuhkan perawatan yang tidak menyakitkan, klien juga butuh diberi
penghargaan ketika berhasil merubah perilaku pelihara dirinya menjadi lebih baik.

Gambar 1.6 Kebutuhan Manusia Bebas Dari Rasa Stress


Sumber: www.aktual.com (diunduh 16 Maret 2018)

3. Kondisi/ kesan wajah yang sehat


Klien membutuhkan kepuasan yang berhubungan dengan kondisi penampakan wajah
dan kondisi nafasnya. Artinya, klien mempunyai kebutuhan untuk mempunyai
struktur gigi geligi, penampakan rahang dan wajah yang baik serta nafas yang tidak
berbau yang tidak enak.

11
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Gambar 1.7 Kondisi Kesan Wajah yang Sehat


Sumber: http://www.hindimilap.in (diunduh 16 Maret 2018)

4. Integritas jaringan kulit dan jaringan mulut pada leher dan kepala
Kebutuhan untuk memiliki keutuhan dan fungsi yang baik dari jaringan leher dan
kepala termasuk mukosa mulut, membran-membran dan gingiva yang dipertahankan
atas serangan mikroba berbahaya, penyediaan informasi sensoris dan perlawanan
terhadap luka dan trauma. Hal ini senada dengan kebutuhan klien akan asupan gizi
yang baik.

5. Kondisi biologis gigi yang baik


Kebutuhan untuk memiliki gigi-geligi/ tambalan yang bertahan terhadap serangan
mikroba berbahaya dan mempunyai fungsi yang baik serta fungsi kecantikan. Hal ini
juga berkaitan dengan kebutuhan klien akan pola makan yang baik dan sehat.

12
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Gambar 1.8 Kondisi Biologis Gigi


Sumber: rebanas.com (diunduh 16 Maret 2018)

6. Konseptualisasi dan pemecahan masalah


Adalah kebutuhan klien akan ilmu pengetahuan mengenai bagaimana caranya
meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulutnya

7. Bebas dari rasa sakit pada leher dan kepala

Kebutuhan untuk terhindar atau bebas dari ketidaknyamanan fisik yang diderita
seputar leher dan kepala.

8. Tanggung jawab akan kesehatan gigi dan mulut

Klien membutuhkan tanggung jawab akan dirinya sendiri berkaitan dengan


pemeliharaan kesehatan gigi dan mulutnya sendiri sebagai hasil dari interaksi antara
motivasi, kemampuan fisik dan kondisi lingkungan sosialnya.

Latihan

Setelah mempelajari tentang konsep pelayanan asuhan di atas, kerjakanlah latihan berikut
ini:

1. Jelaskan yang dimaksud dengan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pada
individu.
2. Jelaskan tentang apa yang dimaksud dengan konsep klien, lingkungan, kesehatan gigi
dan mulut serta tindakan dental hygiene dalam konsep dental hygiene?
3. Gambarkanlah konsep dental hygiene yang dikembangkan oleh Darby dan Walsh!
4. Jelaskan tentang hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow!
5. Jelaskan tentang kebutuhan dasar manusia yang sesuai dengan konsep dental hygiene!
6. Jelaskan tentang kemampuan dasar yang diharapkan mampu dilakukan individu dalam
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut.

Ringkasan

Pelayanan asuhan keperawatan diberikan dengan tanggung jawab moral meliputi


simpati dan empati terhadap klien. Perawat gigi hendaknya tidak menganggap klien
sebagai penerima layanan, tetapi dapat berpartisipasi dalam proses pelayanan. Dalam
memberikan pelayanan yang berkualitas, perawat gigi harus memiliki komitemen yang
tinggi untuk memberikan pelayanan yang berkualitas berdasarkan standar perilaku dan
etika profesional.
Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah pelayanan kesehatan gigi dan
mulut yang terencana, ditujukan pada kelompok tertentu yang dapat diikuti dalam kurun
waktu tertentu diselenggarakan secara berkesinambungan dalam bidang promotif,

13
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

preventif dan kuratif sederhana yang diberikan kepada individu, kelompok dan
masyarakat.
Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pada individu dilakukan dalam rangka
tercapainya kemampuan pelihara diri di bidang kesehatan gigi dan mulut yang optimal,
diawali dari diri individu itu sendiri. Setiap orang hendaknya peduli dengan kesehatan diri
sendiri. Setelah individu tersebut peduli terhadap kesehatannya sendiri, diharapkan dapat
menjadi contok bagi orang lain, baik dalam keluarga maupun masyarakat dalam kesehatan
gigi dan mulut.

Tes 1

1. Pengertian pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah:


A. Ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan gigi dan mulut preventif, termasuk
manajemen perilaku untuk pencegahan penyakit gigi dan mulut serta peningkatan
status kesehatan gigi dan mulut.
B. Upaya pendidikan dan penyuluhan yang bertujuan untuk pencegahan penyakit gigi
dan mulut.
C. Pelayanan klinis, dimulai dari perencanaan, layanan pencegahan penyakit gigi dan
mulut, perawatan penyakit gigi dan mulut, pendidikan, evaluasi, pelaksanaan
konsultasi kesehatan gigi dan mulut.
D. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang terencana, ditujukan pada kelompok
tertentu yang dapat diikuti dalam kurun waktu tertentu diselenggarakan secara
berkesinambungan dalam bidang promotif, preventif dan kuratif sederhana yang
diberikan kepada individu, kelompok dan masyarakat

2. Konsep pelayanan dental hygienist, yaitu:


A. Pelayanan Asuhan
B. Pencegahan
C. Pelayanan Medis
D. Tindakan Rehabilitatif

3. Kompetensi utama dental hygienist adalah:


A. Menyuluh dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut
B. Melaksanakan upaya kesehatan gigi dan mulut melalui program promotif dan
preventif
C. Melakukan tindakan topikal aplikasi
D. Melakukan fissure sealant

4. Rangkaian proses dari tindakan pelayanan dental hygienist yang digambarkan oleh
darby dan Walsh adalah kolaborasi antara:
A. Klien, Lingkungan, Kesehatan gigi dan Mulut dan Tindakan Dental Hygiene
B. Pengkajian, Diagnosa, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi
C. Klien dan Perawat Gigi
D. Klien dan Proses Keperawatan

14
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Daftar Pustaka

Darby M.L., dan Walsh, M., 2014, Dental Hygiene; Theory and Practice, Elsevier

Jo-Anne, J., 2014, http://www.cdha.ca/pdfs/Competencies_and_Standards.pdf, diakses 09 Maret


2018

Karmawati, I.A., Yulita, I., Pudentiana, . Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut, EGC,
Jakarta
Kemenkes, 2014, Buku Rekam Medik Kedokteran Gigi, Jakarta

Wyche, C.J., 2011. Terapis Gigi dan Mulut Diagnosis and Care Planning

15
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Topik 2

Proses Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan


Mulut
Sisca Mardelita, S.Si.T, M. Kes

Mengadopsi konsep dental hygiene, asuhan keperawatan gigi dapat diartikan


sebagai suatu proses menggunakan pendekatan sistematik dalam pelayanan perawatan
gigi. Di dalam pelaksanaannya terdapat beberapa aspek atau perilaku kunci yaitu sebagai
berikut:

A. Pengkajian
B. Diagnosis Keperawatan Gigi
C. Perencanaan
D. Implementasi
E. Evaluasi

Aspek-aspek tersebut merupakan kesatuan yang menyeluruh dalam proses


keperawatan gigi yang merupakan kerangka kerja untuk penyelengaraan pelayanan
asuhan keperawatan gigi yang berkualitas yang ditujukan kepada semua klien dan
masyarakat. Proses keperawatan Gigi yang ditujukan untuk pemberian pelayanan klinis
keperawatan gigi menunjukkan bahwa seorang perawat gigi bertangung jawab untuk
mengidentifikasi dan memecahkan masalah dalam ruang lingkup praktek pelayanan
asuhan keperawatan gigi. Proses tersebut kurang lebih sama dengan proses ilmiah
pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan metoda ilmiahnya:

Gambar 1.9 Proses Asuhan Keperawatan


Sumber : Carpenito-Moyet (2002)
Proses demikian merupakan suatu acuan atau pedoman bagi pelaksanaan asuhan
keperawatan gigi secara individual. Dalam setiap prosesnya perawat gigi dan klien bekerja
sama sebagai partner. Ketika status atau perkembangan kesehatan klien menunjukkan
ketidakmampuan klien untuk bekerjasama maka proses tersebut membutuhkan
pertolongan dari orang tua, orang terdekat atau siapa saja yang dapat memberikan

16
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

bantuan kepada klien tersebut. Proses keperawatan gigi dengan penekanan pada
partisipasi klien membuat seorang perawat gigi harus memahami nilai-nilai yang dianut
oleh klien dan juga harus menerapkan strategi terapeutik dan intervensinya.
Teori kebutuhan manusia yang diterapkan pada proses keperawatan gigi menjadi
landasan untuk seorang perawat gigi untuk membuat keputusan klinis dihubungkan
dengan kebutuhan untuk intervensi keperawatan gigi yang ketika diimplementasikan
dapat memuaskan atau mengatasi tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut dan
meningkatkan kualitas hidup individu, keluarga, masyarakat dan kelompok-kelompok
lainnya. Teori Kebutuhan manusia mendukung terhadap teori keperawatan gigi dan
filosofinya. Teori kebutuhan manusia merupakan kerangka kerja teoritis dalam angka
pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan gigi dan untuk melaksanakan pengambilan
keputusan klinis, pemecahan masalah dan penilaian pengambilan keputusan.

Dalam penerapan teori kebutuhan manusia, perawat gigi professional


menggunakan dasar pengetahuan ilmiah untuk menilai tidak terpenuhinya kebutuhan
manusia dari klien yang berhubungan dengan pelayanan asuhan keperawatan gigi,
memformulasikan (membuat) diagnosa keperawatan gigi, merencanakan dan
melaksanakan (implementasi) pelayanan asuhan keperawatan gigi serta mengevaluasi
hasil dari pelayanan. Tujuan utama dari penggunaan kerangka kerja kebutuhan manusia
dalam proses keperawatan gigi adalah untuk mengarahkan perawat gigi dalam menangani
perawatan klien secara ilmiah, manusiawi, menyeluruh dan memastikan bahwa pelayanan
asuhan dilaksanakan terpusat kepada klien bukan hanya melaksanakan tugas/pekerjaan
semata.

Berikut akan dibahas mengenai tahapan dalam proses asuhan keperawatan gigi
menurut konsep dental hygiene dengan teori kebutuhan dasar manusianya:

A. Tahap Pengkajian
Menurut para ahli dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1999), kata
“kajian” berasal dari kata “kaji” yang berarti pelajaran atau penyelidikan (tentang
sesuatu). Bermula dari pengertian kata dasar, kata “kajian” dapat diartikan sebagai
“Proses, cara, perbuatan mengkaji; penyelidikan (pelajaran yang mendalam);
penelaahan.
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang merupakan
kegiatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar
dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien, baik fisik mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1995). Pengkajian

17
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-


data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada.
Dalam asuhan keperawatan gigi, tahap pengkajian merupakan fondasi dari proses
keperawatan gigi. Menurut Effendy (1995), pengkajian adalah seni mengumpulkan dan
menganalisis data-data subjektif maupun objektif dari pasien dengan mengarahkan
penilaian kepada kebutuhan manusia dari pasien dan hal-hal yang dapat menghalangi
pemenuhan kebutuhan tersebut yang berhubungan dengan pelayanan asuhan
keperawatan gigi. Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam tiga
tahapan kegiatan yang meliputi pengumpulan data, analisis data dan penentuan
masalah.
Pengkajian dilakukan dengan:
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-
kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien. Pengumpulan informasi merupakan
tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan
data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar
tersebut digunakan untuk menentuan diagnosis keperawatan, merencanakan
asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-
masalah klien.
Pengumpulan data dimulai sejak klien masuk ke rumah sakit (initial
assessment), selama klien dirawat secara terus-menerus (ongoing assessment),
serta pengkajian ulang untuk menambah/ melengkapi data (re-assessment).
Pengkajian klien meliputi pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh, data pribadi,
riwayat sosioetnokultural, pemeriksan extra dan intra oral, analisis serta
pengambilan keputusan berdasarkan hal-hal yang ditemukan selama pemeriksaan.
Data yang dikumpulkan terdiri dari data subjektif dan data objektif. Data
subjektif adalah data yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang disampaikan
oleh pasien, seperti rasa sakit/nyeri yang dirasakan pasien, sakit kepala dan hal-
hal lain yang membuat pasien harus datang ke klinik untuk berobat. Saat
mengumpulkan data subjektif, khususnya pada keluhan utama, anda dapat
menggunakan prinsip 5 W + 1 H yaitu Who (Siapa nama pasien), Why (kenapa dia
datang ke klinik), When (kapan merasa sakit), Where (dimana gigi yang sakit) dan
How (bagaimana rasa sakitnya).

18
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Gambar 1.10 Wawancara dengan klien


Sumber: shinysmiledentalclinic.com

Selanjutnya, dalam pengumpulan data subjektif dilakukan juga wawancara


tentang keadaan kesehatan umum pasien meliputi golongan darah, penyakit
degenerasi atau penyakit lain termasuk alergi obat dan makanan, berhubungan
dengan rencana perawatan yang akan dilakukan. Sebaiknya dalam pengumpulan
data kesehatan umum dilakukan juga pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi
tekanan darah, pernafasan, denyut nadi dan suhu tubuh.

Gambar 1.11 Pemeriksaan Vital Sign


Sumber: tokoalkes.com

19
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Keberhasilan pengumpulan data subjektif dipengaruhi oleh kemampuan


perawat gigi dalam melakukan komunikasi kepada klien, baik secara verbal
maupun non verbal. Kemampuan berkomunikasi dapat anda pelajari dan
praktikkan dalam melaksanakan pekerjaan sebagai perawat gigi.
Setelah semua data subjektif dikumpulkan, pengkajian selanjutnya dilakukan
dengan melihat dan melakukan pemeriksaan sebagai data objektif. Data objektif
merupakan data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan
dengan menggunakan standar yang diakui (berlaku). Data objektif yang
dikumpulkan dengan pemeriksaan pada extra oral (di luar mulut) dan intra oral
(di dalam mulut).

Gambar 1.12 Pemeriksaan Extra Oral; Palpasi


Sumber: drdigambiro.blogspot.co.id (diunduh tanggal 15 Maret 2018)

20
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Gambar 1.13 Pemeriksaan Intra Oral


Sumber: 94wifesclub.blogspot.co.id (diunduh 15 Maret 2018)

2. Pengolahan Data
Secara umum, pengolahan data dapat diartikan dengan mengubah data ke
dalam bentuk yang lebih berarti berupa informasi sehingga dapat menjadi dasar
dalam memutuskan tindakan perawatan yang akan dilakukan kepada klien.
Pengolahan data dilakukan setelah semua data subjektif dan objektif dikumpulkan.

3. Analisa Data
Setelah pengolahan data, langkah selanjutnya adalah anda perlu menganalisa
data. Analisa data adalah upaya atau cara untuk mengolah data menjadi informasi
sehingga karakteristik data tersebut dapat dipahami dan bermanfaat untuk solusi
permasalahan. Dalam menganalisis data, diperlukan kemampuan mengaitkan data
dan menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan
untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan
keperawatan pasien.

B. Diagnosis
Diagnosis adalah kesimpulan dari pengkajian dan fokus kepada kebutuhan-
kebutuhan manusia yang dapat dipenuhi melalui pelayanan asuhan kesehatan gigi.
Ketika kebutuhan manusia dari klien tersebut di luar jangkauan pelayanan asuhan
keperawatan gigi maka klien harus dirujuk kepada tenaga kesehatan professional lain
yang sesuai.

21
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Diagnosis adalah suatu proses berpikir kritis berdasarkan data-data klinis klien
yang dianalisa dan ditandai oleh suatu pernyataan diagnosa. Dalam pelayanan asuhan
keperawatan gigi, diagnosis dapat diartikan sebagai analisis dari penyebab dan sifat
dari suatu masalah dan situasi atau pernyataan mengenai solusinya.
Ketika diagnosis keperawatan gigi telah valid, maka hal tersebut merupakan
faktor utama yang dapat membantu klien untuk mencapai pemenuhan kebutuhannya
untuk mencapai kondisi yang baik pada mulutnya melalui intervensi (tindakan)
keperawatan gigi yang layak.

C. Perencanaan
Merupakan tindakan penentuan tipe-tipe intervensi keperawatan gigi yang dapat
dilaksanakan (diimplentasikan) untuk mengatasi masalah klien dan membantu klien
mencapai pemenuhan kebutuhannya yang berhubungan dengan kesehatan gigi dan
mulut. Perencanaan juga merupakan kerangka kerja untuk pembuatan keputusan dan
menguji penilaian klinis dalam pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan gigi. Pada
dasarnya, perencanaan merupakan kesempatan untuk mengintegrasikan keputusan-
keputusan yang mendukung pencapaian tujuan dengan baik.
Sebagai seorang perawat gigi, anda perlu membuat perencanaan tentang asuhan
keperawatan yang menjadi tanggung jawab anda. Membuat rencana keperawatan dan
menentukan pendekatan yang digunakan bertujuan untuk memecahkan masalah
pasien. Rencana asuhan keperawatan yang dibuat seharusnya dapat mengurangi,
menghilangkan dan mencegah masalah gigi yang dihadapi pasien.
Penentuan tindakan dalam rencana perawatan yang akan dilakukan pada pasien
sangat tergantung dari diagnosa keperawatan gigi. Secara garis besar ada 5 (lima)
tahap dalam fase perencanaan asuhan keperawatan gigi yaitu menentukan prioritas,
mengidentifikasi intervensi, menetapkan tujuan dan kriteria hasil serta
mendokumentasikan perencanaan asuhan keperawatan.
Dalam perencanan, asuhan keperawatan gigi dan mulut juga dikelompokkan
berdasarkan jenis tindakan, yaitu promotif, preventif dan kuratif yang merupakan
kompetensi perawat gigi. tindakan promotif terdiri dari penyuluhan tentang
pemeliharaan kesehatan gigi. tindakan preventif terdiri dari pembersihan karang gigi,
oral prophylaxis, aplikasi fluor dan fissure sealing.

22
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Gambar 1.14 Menjelaskan Kondisi Kesehatan Gigi dan Mulut Klien


Sumber: https://myfave.com (diunduh 15 Maret 2018)

Gambar 1.15 Menjelaskan pada pasien Rencana Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut
Sumber:hscfkunsoed.blogspot.co.id (diunduh 9 Maret 2018)

D. Implementasi
Dalam tahap implementasi atau tindakan pelaksanaan, anda akan menerapkan
semua perencanaan yang telah anda rancang secara khusus untuk memenuhi
kebutuhan pasien yang berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut. Implementasi
termasuk tindakan-tindakan yang dilaksanakan perawat gigi atau pihak lain dalam

23
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

rangka mencapai tujuan kesehatan gigi dan mulut pasien. Setiap tindakan yang
dilaksanakan dilakukan pencatatan dalam catatan pasien (medical record/client
record).

E. Evaluasi
Evaluasi memiliki pengertian penilaian terhadap sejumlah informasi yang
diberikan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Potter dan Perry, 2005).
Evaluasi dilakukan dengan memeriksa ulang proses asuhan keperawatan gigi dan
mulut yang telah dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan tersebut.
Tujuan evaluasi adalah menilai apakah perawatan sudah sesuai dengan
perawatan yang diharapkan oleh klien dan perawat. Dengan adanya evaluasi selama
proses perawatan, dapat dilakukan penyesuaian terhadap apa yang direncanakan.
Dalam keperawatan gigi dan mulut, tujuan evaluasi adalah untuk menentukan
perkembangan kesehatan pasien, menilai efektifitas, efisiensi, dan produktivitas
tindakan keperawatan yang telah diberikan, menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.
Evaluasi juga diberikan sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dalam
pelaksanaan pelayanan perawatan.

Latihan
1. Jelaskan 5 (lima) proses dalam asuhan keperawatan gigi.
2. Sebutkan dan jelaskan hal-hal yang dilakukan dalam proses pengkajian.
3. Jelaskan pemeriksaan subjektif dan objektif dalam proses pengkajian asuhan
keperawatan gigi.
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan diagnosis.
5. Jelaskan 5 (lima) tahapan dalam proses perencanaan.

Ringkasan
Dalam penerapan teori kebutuhan manusia, perawat gigi professional
menggunakan dasar pengetahuan ilmiah untuk menilai tidak terpenuhinya kebutuhan
manusia dari klien yang berhubungan dengan pelayanan asuhan keperawatan gigi,
memformulasikan (membuat) diagnosa keperawatan gigi, merencanakan dan
melaksanakan (implementasi) pelayanan asuhan keperawatan gigi serta mengevaluasi
hasil dari pelayanan. Tujuan utama dari penggunaan kerangka kerja kebutuhan manusia
dalam proses keperawatan gigi adalah untuk mengarahkan perawat gigi dalam menangani
perawatan klien secara ilmiah, manusiawi, menyeluruh dan memastikan bahwa pelayanan

24
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

asuhan dilaksanakan terpusat kepada klien bukan hanya melaksanakan tugas/pekerjaan


semata.

Tes 2
1. Tingkatan kebutuhan dasar manusia yang Benar menurut Maslow
a. Kebutuhan fisiologis, keamanan, aktualisasi diri, cinta dan memiliki,
pencapaian diri.
b. Kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta dan memiliki, pencapaian diri, aktualisasi
diri.
c. Kebutuhan fisiologis, cinta dan memiliki, keamanan, pencapaian diri, aktualisasi
diri.
d. Kebutuhan fisiologis, aktulisasi diri, cinta dan memiliki, keamanan, pencapaian diri.
2. Klien atau pasien membutuhkan keadaan bebas dari tekanan, merupakan kebutuhan
dari
a. Perlindungan terhadap resiko- c. Kondisi/kesan wajah yg sehat
resiko kesehatan d. Kondisi biologis gigi yang baik
b. Bebas dari stres
3. Data yang didapat dari mengajukan pertanyaan kepada pasien/klien disebut data :
a. Data Obyektif c. Data Sekunder
b. Data Subyektif d. Data Primer

Daftar Pustaka

Darby M.L., dan Walsh, M., 2014, Dental Hygiene; Theory and Practice, Elsevier

Jo-Anne, J., 2014, http://www.cdha.ca/pdfs/Competencies_and_Standards.pdf, diakses 09


Maret 2018

Karmawati, I.A., Yulita, I., Pudentiana, . Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gigi dan
Mulut, EGC, Jakarta
Kemenkes, 2014, Buku Rekam Medik Kedokteran Gigi, Jakarta

Wyche, C.J., 2011. Terapis Gigi dan Mulut Diagnosis and Care Planning

25
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

BAB II
PENGKAJIAN, DIAGNOSIS DAN
PERENCANAAN PELAYANAN ASUHAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT
INDIVIDU
Sisca Mardelita, S.Si.T, M. Kes

P ada BAB I telah dibahas tentang Konsep Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan
Mulut Individu dan Proses Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Individu. Pelayanan Asuhan
Kesehatan Gigi dan mulut yang ditujukan pada suatu kelompok tertentu atau individu
dalam kurun waktu yang dilaksanakan secara terencana, terarah, berkesinambungan
untuk mencapai taraf kesehatan gigi dan mulut yang optimal.

Dalam BAB II ini akan dijabarkan lebih dalam tentang Tahap Pengkajian, diagnosis
dan perencanaan dalam Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu. Pengkajian
kesehatan gigi adala seni mengumpulkan dan menganalisis data baik subjektif maupun
objektif. Tujuan dari proses perawatan kesehatan gigi adalah untuk menyediakan
kerangka kerja dimana kebutuhan individual pasien dapat terpenuhi; dan untuk
mengidentifikasi faktor penyebab atau faktor yang mempengaruhi suatu kondisi yang
dapat dikurangi, dihilangkan, atau dicegah oleh Terapis Gigi dan Mulut.

Tujuan setelah mengikuti mata kuliah ini Anda (mahasiswa) diharapkan dapat
menguasai pengetahuan konsep, proses, dan tahapan pelayanan asuhan kesehatan gigi
dan mulut individu. Pada tahapan pengkajian dimulai suatu hubungan antara perawat gigi
dan klien berupa hubungan kerjasama dengan mendorong perkembangan klien dalam
menyadari dan mengindetifikasi masalah dan membantu pemecahan masalah.

26
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

TOPIK 1
Tahap Pengkajian Asuhan Kesehatan Gigi dan
Mulut
Sisca Mardelita, S.Si.T, M. Kes

Tahap pengkajian adalah komponen pertama dari proses kebersihan gigi. Tahap ini
memberikan dasar untuk perawatan pasien dengan mengumpulkan data subjektif dan
objektif.
Pengkajian melibatkan pengumpulan dan analisis sistematis untuk mengidentifikasi
kebutuhan klien, dan masalah kesehatan mulut yang melibatkan sejarah medis dan gigi,
tanda vital, pemeriksaan ekstraoral dan intraoral, radiograf, indeks, dan penilaian risiko.

Gambar 2.1 Proses Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut


Sumber: Dental Hygiene Diagnosis and Care Planning, (2002)

Kompetensi yang terkait dengan Penilaian Terapis Gigi dan Mulut mencakup kemampuan
untuk:
Therapeutic / Preventive Therapy
a. Kumpulkan data yang akurat dan lengkap secara umum, lisan, dan psikososial status
kesehatan klien
b. Gunakan penilaian dan metode profesional yang sesuai dengan prinsip etika medis
untuk melengkapi profil klien.
c. Mengidentifikasi klien yang inisiasi atau kelanjutan pengobatannya kontra-ditunjukkan
berdasarkan interpretasi riwayat kesehatan dan data klinis.
d. Identifikasi klien yang berisiko mengalami keadaan darurat medis dan gunakan strategi
untuk meminimalkan risiko tersebut.
e. Gunakan indeks kesehatan mulut yang sesuai untuk identifikasi dan pemantauan
individu dan kelompok berisiko tinggi.
f. Kenali pengaruh faktor penentu kesehatan terhadap status kesehatan mulut.
g. Diskusikan temuan dengan profesional kesehatan lainnya bila sesuai layanan
kesehatan gigi sedang dipertanyakan.

Pendidikan Kesehatan Gigi

27
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

a. Mendapatkan informasi tentang hambatan yang dirasakan klien dan dukungannya


belajar saat merencanakan pendidikan pada klien.
b. Mendapatkan informasi tentang pengetahuan kesehatan, kepercayaan, pengetahuan,
sikap dan keterampilan sebagai bagian dari proses pendidikan.
c. Kaji motivasi klien untuk mulai belajar dan untuk mempertahankan aktivitas kesehatan
yang mapan.
d. Menilai kebutuhan klien untuk mempelajari informasi atau keterampilan yang spesifik
untuk dicapai, memulihkan, dan menjaga kesehatan mulut dan meningkatkan
kesejahteraan secara keseluruhan.
e. Menilai gaya belajar klien individual sebagai bagian dari proses perencanaan.

Hal yang perlu dicatat dalam pengkajian adalah:

Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam empat tahap kegiatan,
yang meliputi ; pengumpulan data, analisis data, sistematika data dan penentuan masalah.
Adapula yang menambahkannya dengan kegiatan dokumentasi data (meskipun setiap
langkah dari proses keperawatan harus selalu didokumentasikan).

1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan
secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan
keperawatan dan kesehatan klien. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam
proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang
masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk
menentuan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien.

Pengumpulan data dimulai sejak klien masuk ke rumah sakit/klinik (initial


assessment), selama klien dirawat secara terus-menerus (ongoing assessment), serta
pengkajian ulang untuk menambah/ melengkapi data (re-assessment). Pengkajian klien
meliputi pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh, data pribadi, riwayat
sosioetnokultural, pemeriksan extra dan intra oral, analisis serta pengambilan keputusan
berdasarkan hal-hal yang ditemukan selama pemeriksaan.

Tujuan Pengumpulan Data

a. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien


b. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien
c. Untuk menilai keadaan kesehatan klien
d. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah
berikutnya.

Karakteristik Data

a. Lengkap
Seluruh data diperlukan untuk mengidentifikasi masalah keperawatan klien. Data
yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi masalah klien yang
adekuat. Misalnya klien tidak mau makan, kaji secara mendalam kenapa klien tidak
mau makan (tidak cocok makanannya atau kondisi fisiknya menolak untuk
makan/patologis, atau sebab-sebab yang lain).

b. Akurat dan nyata


Untuk menghindari kesalahan, maka perawat harus berfikir secara akurat dan nyata
untuk membuktikan benar tidaknya apa yang telah didengar, dilihat, diamati dan
diukur melalui pemeriksaan ada tidaknya validasi terhadap semua data yang
sekiranya meragukan. Perawat tidak boleh langsung membuat kesimpulan tentang

28
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

suatu kondisi klien. Misalnya, klien tidak mau makan. Perawat tidak boleh langsung
menuliskan : klien tidak mau makan karena depresi berat. Diperlukan penyelidikan
lanjutan untuk menetapkan kondisi klien. Dokumentasikan apa adanya sesuai yang
ditemukan pada saat pengkajian.

c. Relevan
Pencatatan data yang komprehensif biasanya memerlukan banyak sekali data yang
harus dikumpulkan, sehingga menyita waktu perawat untuk mengidentifikasi.

Cara Pengumpulan Data

Data diambil menggunakan pengertian data subyektif dan obyektif :

1. Data subyektif adalah data yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang disampaikan
oleh pasien, data ini didapat dari klien, orang terdekat klien (orang tua, pengasuh)
ataupun komunitas dimana klien tersebut tinggal. Dengan kata lain, pemeriksaan
subyektif adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan jalan wawancara dengan
klien untuk mendapatkan data sebagai dasar pendukung penegakan diagnosa
serta rencana tindakan. Data subyektif lebih sukar diukur daripada data obyektif
dan meliputi gejala, perasaan serta kepercayaan klien yang dinyatakan klien
sehubungan dengan kesehatan mulut dan penyakit.
contoh:
Identitas pasien, keluhan pasien, riwayat kesehatan umum, riwayat kesehatan gigi.
2. Data objektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan
pemeriksaan dengan menggunakan standar yang berlaku misalnya,
pembengkakan, warna kulit, suhu tubuh, tekanan darah. Dengan kata lain,
pemeriksaan objektif adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan pengukuran,
pengamatan terhadap klien untuk mendapatkan data sebagai dasar penetapan
diagnosa serta rencana tindakan/ perawatan. Data ini biasanya lebih mudah
diukur sebab data-data tersebut nampak dan dapat langsung dikenali (diobservasi).
Data objektif ini terdiri dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan gigi dan mulut,
catatan medik klien dan observasi yang dilakukan oleh angota tim pelayanan
kesehatan.

Pedoman Pengumpulan Data Selama Proses Keperawatan Gigi


a. Data dikumpulkan menggunakan format yang sistematik
b. Data harus difokuskan kepada status kesehatan gigi mulut klien dan dikelompokkan
ke dalam kerangka kerja kebutuhan manusia
c. Data dikumpulan menggunakan interaksi, observasi dan pengukuran
d. Data terdiri dari data obyektif dan subyektif dengan upaya untuk selalu
memvalidasi (mensahkan/ memperkuat) kedua tipe informasi.
e. Pengumpulan data dilakukan secara berkesinambungan selama proses
keperawatan gigi dilaksanakan.
f. Data harus diperbaharui terus menerus selama proses keperawatan gigi
berlangsung
g. Data harus dicatat dan didiskusikan dengan klien dan tenaga kesehatan
professional lain yang bertanggung jawab terhadap perawatan klien.
h. Data harus dicatat secara permanen untuk kepentingan selanjutnya dan
kepentingan peningkatan mutu (quality assurance)
Agar data dapat terkumpul dengan baik dan terarah, sebaiknya dilakukan
penggolongan atau klasifikasi data berdasarkan identitas klien, keluhan utama, riwayat
kesehatan, keadaan fisik, psikologis, sosial, spiritual, intelegensi, hasil-hasil pemeriksaan
dan keadaan khusus lainnya. Cara yang biasa digunakan untuk mengumpulkan data
tentang klien antara lain : wawancara (interview), pengamatan (observasi), pemeriksaan
fisik (pshysical assessment) dan studi dokumentasi.

29
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

a. Wawancara
Wawancara merupakan kumpulan informasi subjektif yang diperoleh dari apa yang
dipaparkan oleh pasien terkait dengan keluhan utama yang menyebabkan klien
mengadakan kunjungan ke klinik. wawancara diperoleh dari komunikasi aktif antara
perawat dan klien atau keluarga klien. Wawancara yang baik untuk seorang dewasa
mencakup keluhan utama, informasi mengenai kelainan yang dialami sekarang, riwayat
penyakit terdahulu, riwayat keluarga, dan informasi mengenai keadaan tiap sistem tubuh
pasien.
Dalam proses wawancara, menciptakan interaksi suportif akan mempercepat
pengumpulan informasi dan memicu pasien untuk memberikan penjelasan yang
menyeluruh. Hal tersebut merupakan bagian terpenting dari proses terapeutik.
Komponen anamnesis komprehensif akan menyusun informasi yang diperoleh dari
pasien menjadi lebih sistematis. Komponen anamnesis komprehensif mencakup:
1) Mencantumkan tanggal pengambilan anamnesis
Mencantumkan waktu pengambilan sangat penting dan pertama kali dilakukan
pada saat mencatat hasil anamnesis yang dilakukan pada pasien.
2) Mengidentifikasi data pribadi pasien
3) Tingkat Reliabilitas (Dapat dipercaya atau tidak)
Sebaiknya dicatat jika dapat diketahui. Komponen ini penting untuk menentukan
kualitas dari informasi yang diberikan oleh pasien dan biasanya ditentukan pada
akhir anamnesis. Pasien yang ragu-ragu dalam menjelaskan gejala yang dialami dan
tidak dapat menjelaskan secara detail apa yang dirasakan, mencerminkan bahwa
informasi yang diperoleh dari anamnesis tidak dapat dipercaya sepenuhnya.
Sebaliknya, pasien dengan yang menjelaskan keluhan yang dirasakan secara rinci
dan meyakinkan mencerminkan kualitas informasi yang dapat dipercaya.
4) Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan salah satu dari beberapa keluhan lainnya yang paling
dominan sehingga mengakibatkan pasien melakukan kujungan klinik. Keluhan
Utama adalah symptom subjektif atau masalah yang diutarakan pasien dengan
kata–katanya sendiri yang berhubungan dengan kondisi yang membuat pasien
pergi ke dokter. Keluhan utama harus dicatat dalam istilah yang digunakan pasien,
dan catatlah apabila pasien tidak memiliki keluhan utama atau tidak menyadari
adanya penyakit tetapi pergi ke dokter.
5) Anamnesis terpimpin
Anamnesis terpimpin merupakan infomasi yang lengkap, jelas, detail, dan bersifat
kronologik terkait dengan keluhan utama yang dialami pasien. Komponen ini harus
mencakupi awal keluhan, keadaan yang memicu terjadinya keluhan,
manifestasinya, dan pengobatan yang telah dilakukan. Gejala yang didapatkan
harus memiliki karakteristik yang menjelaskan (1) lokasi; (2) kualitas; (3) kuantitas
atau keparahan; (4) waktu yang mencakup awal, durasi, dan frekuensi; (5) keadaan
yang memicu terjadinya keluhan; (6) faktor lain yang memperberat atau
memperingan gejala; (7) gejala lain yang terkait dengan keluhan utama. Ketujuh
poin tersebut sangat penting diperoleh untuk memahami seluruh gejala pasien.
Harus diingat, informasi mengalir secara spontan dari pasien, tetapi mengorganisir
informasi tersebut merupakan tugas kita.
6) Pengobatan yang telah dikonsumsi sebaiknya didokumentasi, termasuk nama obat,
dosis, cara pemberian, dan frekuensi. Catat pula mengenai vitamin, mineral, atau
suplemen herbal, dan obat KB. Meminta pasien membawa seluruh obat yang
dikonsumsi merupakan ide yang baik agar anda dapat secara langsung melihat
obat apa yang digunakan. Alergi, termasuk reaksi spesifik untuk suatu pengobatan
seperti gatal atau mual, harus ditanyakan, begitupula alergi terhadap makanan,
serangga, atau faktor lingkungan lainnya. Untuk pasien dewasa tanyakan pula
mengenai kebiasaan merokok, termasuk jumlah dan jenis rokok yang dikonsumsi.
Jika ia telah atau pernah berhenti, tanyakan sejak kapan ia berhenti dan seberapa
lama.

30
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

7) Riwayat Penyakit Dahulu


Penyakit pada masa kecil seperti cacar, rubella, mumps, polio, dan lainnya perlu
ditanyakan dalam anamnesis. Termasuk penyakit kronis yang dialami sejak masa
kecil. Selain itu, informasi mengenai riwayat penyakit pada masa dewasa perlu
ditanyakan mengenai adanya penyakit jantung, TBC, diabetes, asma, hepatitis, dan
alergi.

Tujuan dari wawancara adalah untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan
dan masalah keperawatan klien, serta untuk menjalin hubungan antara perawat dengan
klien. Selain itu wawancara juga bertujuan untuk membantu klien memperoleh informasi
dan berpartisipasi dalam identifikasi masalah dan tujuan keperawatan, serta membantu
perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut selama tahap pengkajian.

Semua interaksi perawat dengan klien adalah berdasarkan komunikasi. Komunikasi


keperawatan adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan kemampuan skill
komunikasi dan interaksi. Komunikasi keperawatan biasanya digunakan untuk
memperoleh riwayat keperawatan. Istilah komunikasi terapeutik adalah suatu teknik yang
berusaha untuk mengajak klien dan keluarga untuk bertujuan pikiran dan perasaan. Teknik
tersebut mencakup keterampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa
kepedulian yang tinggi.

Teknik verbal meliputi pertanyaan terbuka atau tertutup, menggali jawaban dan
memvalidasi respon klien. Teknik non verbal meliputi : mendengarkan secara aktif, diam,
sentuhan dan kontak mata. Mendengarkan secara aktif merupakan suatu hal yang penting
dalam pengumpulan data, tetapi juga merupakan sesuatu hal yang sulit dipelajari.

Tahapan wawancara / komunikasi :

1) Persiapan.
Sebelum melakukan komunikasi dengan klien, perawat harus melakukan persiapan
dengan membaca status klien. Perawat diharapkan tidak mempunyai prasangka buruk
kepada klien, karena akan mengganggu dalam membina hubungan saling percaya
dengan klien. Jika klien belum bersedia untuk berkomunikasi, perawat tidak boleh
memaksa atau memberi kesempatan kepada klien kapan mereka sanggup. Pengaturan
posisi duduk dan teknik yang akan digunakan dalam wawancara harus disusun
sedemikian rupa guna memperlancar wawancara.

2) Pembukaan atau perkenalan


Langkah pertama perawat dalam mengawali wawancara adalah dengan
memperkenalkan diri : nama, status, tujuan wawancara, waktu yang diperlukan dan
faktor-faktor yang menjadi pokok pembicaraan. Perawat perlu memberikan informasi
kepada klien mengenai data yang terkumpul dan akan disimpan dimana, bagaimana
menyimpannya dan siapa saja yang boleh mengetahuinya.

3) Isi / tahap kerja


Selama tahap kerja dalam wawancara, perawat memfokuskan arah pembicaraan pada
masalah khusus yang ingin diketahui. Hal-hal yang perlu diperhatikan :

a. Fokus wawancara adalah klien


b. Mendengarkan dengan penuh perhatian.
c. Menanyakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien
d. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien
e. Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada waktunya
f. Bila perlu diam, untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
perasaannya
g. Sentuhan terapeutik, bila diperlukan.

4) Terminasi

31
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Perawat mempersiapkan untuk penutupan wawancara. Untuk itu klien harus


mengetahui kapan wawancara dan tujuan dari wawancara pada awal perkenalan,
sehingga diharapkan pada akhir wawancara perawat dan klien mampu menilai
keberhasilan dan dapat mengambil kesimpulan bersama. Jika diperlukan, perawat perlu
membuat perjanjian lagi untuk pertemuan berikutnya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara dengan klien adalah :

1. Menerima keberadaan klien sebagaimana adanya


2. Memberikan kesempatan kepada klien untuk menyampaikan keluhan/
pendapatnya secara bebas
3. Dalam melakukan wawancara harus dapat menjamin rasa aman dan nyaman
bagi klien
4. Perawat harus bersikap tenang, sopan dan penuh perhatian
5. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
6. Tidak bersifat menggurui
7. Memperhatikan pesan yang disampaikan
8. Mengurangi hambatan-hambatan
9. Posisi duduk yang sesuai (berhadapan, jarak tepat/sesuai, cara duduk)
10. Menghindari adanya interupsi
11. Mendengarkan penuh dengan perasaan
12. Memberikan kesempatan istirahat kepada klien

b. Pengamatan / Observasi

Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh


data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien. Observasi dilakukan
dengan menggunakan penglihatan dan alat indra lainnya, melalui rabaan, sentuhan
dan pendengaran. Tujuan dari observasi adalah mengumpulkan data tentang
masalah yang dihadapi klien melalui kepekaan alat panca indra.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi adalah :

1) Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita lakukan dijelaskan secara terinci kepada
klien (meskipun komunikasi terapeutik tetap harus dilakukan), karena terkadang
hal ini dapat meningkatkan kecemasan klien atau mengaburkan data (data yang
diperoleh menjadi tidak murni). Misalnya : “Pak, saya akan memeriksa gigi bapak
dalam beberapa menit” kemungkinan besar data yang diperoleh menjadi tidak
valid, karena kemungkinan klien akan berusaha untuk mengatur nafasnya.
2) Menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual klien
3) Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan, sehingga dapat dibaca dan
dimengerti oleh perawat yang lain.

2. Analisis Data

Analisis data merupakan kemampuan kognitif dalam pengembangan daya


berfikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan,
pengalaman, dan pengertian keperawatan. Dalam melakukan analisis data,
diperlukan kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan data tersebut
dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam
menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien.

Fungsi analisis data :

a. Dapat menginterpretasi data keperawatan dan kesehatan, sehingga data yang


diperoleh memiliki makna dan arti dalam menentukan masalah dan kebutuhan
klien

32
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

b. Sebagai proses pengambilan keputusan dalam menentukan alternatif


pemecahan masalah yang dituangkan dalam rencana asuhan keperawatan,
sebelum melakukan tindakan keperawatan.

Pedoman analisis data :

a. Menyusun kategorisasi data secara sistematis dan logis


b. Identifikasi kesenjangan data
c. Menentukan pola alternatif pemecahan masalah
d. Menerapkan teori, model, kerangka kerja, norma dan standart, dibandingkan
dengan data senjang
e. Identifikasi kemampuan dan keadaan yang menunjang asuhan keperawatan
klien
f. Membuat hubungan sebab akibat antara data dengan masalah yang timbul.

3. Prioritas Masalah Individu

Apabila masalah telah diidentifikasi, maka disusun daftar masalah yang


ditemukan, kemudian diprioritaskan berdasarkan keluhan utama. Hal ini dilakukan
karena tidak mungkin semua masalah diatasi bersama-sama sekaligus. Jadi
diputuskan masalah mana yang yang dapat diatasi terlebih dahulu. Dalam
memprioritaskan kebutuhan klien, hirarki Maslow menjadi rujukan perawat dalam
menentukan pemenuhan kebutuhan klien. Kebutuhan fisiologi menjadi kebutuhan
utama manusia, kemudian diikuti oleh kebutuhan-kebutuhan psikososial seperti :
aman-nyaman, pengetahuan, cinta-memiliki, harga diri dan aktualisasi diri.

CONTOH PENGKAJIAN

I. Identitas Pasien
Nama Lengkap :
Tempat tgl Lahir :
Pekerjaan :
Alamat :
No. Telpon :
Jenis Kelamin :
Agama :
Bangsa :
Golongan Darah :

Cara menanyakan identitas pasien


1. Mohon maaf Bapak/Ibu/Adik/Kakak….saya akan menanyakan tentang data
identitas pribadi yang perlu diisi terkait dengan status kesehatan Bapak/Ibu /
Adik/Kakak….
2. Siapa nama lengkap ?
3. Berapa umurnya/ tempat tgl lahir ?
4. Apa pekerjaannya?
5. Dimana alamat lengkapnya ?
6. Berapa nomor telponnya yang bisa dihubungi?
7. Apa agamanya ?
8. Apa kebangsaannya ? WNA / WNI
9. Apa golongan darahnya ?

II. Keluhan Pasien :


1. Keluhan utama :

33
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien /klien


2. Keluhan Tambahan :
Keluhan yang dirasakan oleh pasien selain keluhan utama

Cara menanyakan keluhan pasien


1. Apa tujuan Bapak/Ibu datang ke Klinik Gigi
2. Bagian mana yang sakit?
3. Sakitnya bagaimana? (cekot-cekot, terus-menerus , timbul hilang atau ngilu/
sakit bila dipakai makan/minum?)
4. Apabila dipakai makan atau minum yang panas/ dingin terasa ngilu atau
sakit ?
5. Mulai kapan ada keluhan sakit ?
6. Apakah sekarang masih sakit ?

III. Riwayat Kesehatan Umum:


1. Bagaimana keadaan kesehatan bapak/ibu secara keseluruhan saat ini?
2. Selama 5 tahun terakhir apakah bapak/ibu pernah menderita penyakit serius,
operasi atau sampai opname? jika ya, sakit apa?
3. Apakah bapak/Ibu pernah mengalami luka, bagaimana pembekuan darahnya,
sulit membeku?
4. Apakah bapak/ Ibu ada alergi ? (makanan, obat-obatan, obat suntik, cuaca dingin
dan lainnya)
5. Apakah Bapak/Ibu saat ini sedang mengkonsumsi obat? Jika ya, obat apa?

Pertimbangan untuk Pemeriksaan Tanda Vital dalam Praktek Terapis Gigi dan Mulut:
a. Penderita mempunyai risiko hipertensi seumur hidup.
b. Hypertensi sering asimtomatik; disebut 'silent killer'
c. Tekanan darah harus selalu diberikan pada klien yang riwayat medisnya
menunjukkan adanya kebutuhan atau riwayat
d. Terapis Gigi dan Mulut perlu memastikan bahwa mereka tidak menempatkan
klien mereka pada risiko sebelum memulai perawatan gigi.
e. Jika riwayat klien jelas, Terapis Gigi dan Mulut didorong untuk melakukan
penilaian awal; prudent dan proaktif untuk memantau secara berkala.

IV. Riwayat Kesehatan Gigi :


1. Apakah Bapak/Ibu, pernah mendapat perawatan gigi?
2. Bagaimana perawatan gigi dan mulut yang diberikan kepada Bapak/Ibu,
memuaskan atau menjadi takut untuk diperiksa ulang?
3. Bagaimanakah cara Bapak/Ibu, memelihara kesehatan gigi?
4. Berapa kali Bapak/Ibu, menyikat gigi dalam sehari ? Kapan Saja waktunya?
5. Bagaimanakah cara Bapak/Ibu menyikat gigi?
6. Apakah Bapak/Ibu sudah mengurangi makan makanan manis dan melekat?
7. Apakah Bapak/Ibu suka/sering makan buah-buahan yang berserat dan berair?
8. Apakah Bapak/ibu, mempunyai kebiasaan minum teh/kopi?, alkohol? Minuman
bersoda? Merokok?, mengunyah satu sisi? Mengunyah sirih/tembakau?
Menggigit benda keras? Bruxism ?
Formulasi jawaban pasien atas pertanyaan dalam anamnese pada keluhan utama
Pasien
Contoh 1
Pasien datang memeriksakan giginya dengan keluhan gigi pada rahang atas
sebelah kanan terasa sakit bila kena makanan/minuman dingin/panas, sakitnya
cekot-cekot, sakitnya terus menerus, terasa sakit sejak kemarin dan sekarang masih
sakit.
Keluhan tersebut menggambarkan :
a. Terjadinya keradangan pada pulpa (pulpitis)

34
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

b. Keradangan tersebut menandakan keradangan akut


c. Kedalaman karies sudah mencapai pulpa ( KMP)

Contoh 2
Pasien datang memeriksakan giginya dengan keluhan gigi pada rahang bawah
sebelah kanan terasa ngilu bila kena makanan/minuman dingin/panas, rasa ngilu
hilang bila rangsangan dihilangkan.
Keluhan tersebut menggambarkan
a. Kedalaman karies sudah mengenai Dentin (2/3 email atau sampai batas dentino
enamel junction)/ KMD.
b. Dalam diagnosa kedokteran Gigi disebut HP (Hyperaemia pulpa)
Contoh 3
Pasien datang memeriksakan giginya dengan keluhan gigi pada rahang bawah
sebelah kiri berlubang tidak ada keluhan ngilu/ sakit
Keluhan tersebut menggambarkan
a. Kedalaman karies baru mengenai email (1/3 email) (KME)
b. Dalam diagnosa kedokteran Gigi disebut IP (Irritation pulpa)

V. Pemeriksaan Extra Oral


a. Muka : Simetris atau tidak Simetris (Asymetris)
Melihat ada pembengkakan atau tidak dengan membandingkan sisi muka
sebelah kiri dan kanan. Pemeriksaan suhu pada daerah pembengkakan dengan
menggunakan punggung tangan, dengan pemeriksaan palpasi/meraba juga dilihat
warna pembengkakan.
b. Kelenjar Limfe
Memeriksa kelenjar limfe kiri dan kanan dilakukan dengan palpasi/meraba.
Dudukkan pasien posisi tegak, pandangan mata kedepan, kemudian raba kelenjar
submandibular, posisi operator dibelakang pasien.
1) Bila keadaan normal akan teraba lunak dan tidak sakit, kadang-kadang tidak
teraba
2) Bila terdapat keradangan akut, maka kelenjar submandibular akan teraba
lunak dan sakit
3) Bila terasa keras dan tidak sakit berarti ada keradangan kronis
4) Bila terasa keras dan sakit berarti ada keradangan akut exacerbasi
VI. Pemeriksaan Intra Oral
Pemeriksaan semua keadaan yang ada di dalam mulut secara menyeluruh.
Caranya yaitu melihat dengan kaca mulut apakah ada kelainan pada selaput
lendir mulut, bagian dalam pipi dan bibir, palatum, lidah, dasar mulut, giginya,
karang gigi, ada tidaknya fistel, dan pocket.
a. Pemeriksaan Pengalaman Karies
1) def-t = pengalaman karies gigi decidui
d (decay) = gigi berlubang
e (ekstraksi) = gigi indikasi cabut
f (filling) = gigi yang sudah ditambal
2) DMF-T = pengalaman karies gigi permanen
D (Decay) = gigi berlubang
M (Missing) = gigi indikasi cabut
F (Filling) = gigi yang sudah di tambal

Cara pengumpulan data def-t dan DMF-T dengan menggunakan odontogram


dengan simbol sebagai berikut:

35
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

36
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Gambar 2.2 Kode Odontogram


Sumber: Buku Rekam Medik Kedokteran Gigi (2014)

37
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Atau Kode ICD 10

KODE ICD10

Persistensi : K 006 Abses RA : K 046 Gangrenpulpa : K 041

Mobility karena DM : K 080 Abses RB : K 047 Gingivitis kronis : K 051

Mobility bukankarena : K 081 Iritasipulpa : K 020 Calculus : K 036


DM

Mesio Angular : K 011 Hiperemipulpa : K 021

Periodontitis : K 053 Pulpitis kronis : K 040

b. Pemeriksaan gigi geligi


Melakukan pemeriksaan Objektif dengan cara-cara pemeriksaan berikut ini
1) Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan mata dan dibantu dengan
kaca mulut, dalam pemeriksaan harus cukup cahaya, gigi harus kering dan bersih
serta sebaiknya pergunakan 2 kaca mulut 1 untuk mengangkat mukosa bibir
atau pipi dan satu lagi untuk menerima cahaya penerangan pada tempat yg
dikehendaki

2) Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui perabaan terhadap
bagian-bagian tubuh yang mengalami kelainan. Misalnya adanya tumor, oedema,
krepitasi (patah/retak tulang), dan lainnya.

Gambar 2.3 Area Pemeriksaan Kelenjar Lymphe (palpasi)


Sumber: cdha.ca. diunduh 8 Maret 2014

38
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Gambar 2.4 Cara Melakukan Palpasi


Sumber: fkg.ui.ac.id (diunduh 16 Maret 2018)

c) Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan melakukan ketokan, dilakukan dengan
tangkai sonde atau kaca mulut. Caranya tangkai sonde diketokkan pada gigi
yang sehat terlebih dahulu baru kemudian gigi yang sakit dg ketokan yang
sama diketok dari segala arah, jika diketok dari arah buccal/labial terasa
sakit maka menandakan ada keradangan pada pulpa, jika dari arah occlusal /
incisal terasa sakit menandakan ada keradangan pada apex gigi.

d) Sondasi

Sondasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan sonde untuk mencari


cavitet-cavitet dibagian aproximal dan untuk memeriksa pulpa terbuka.

Gambar 2.5 Cara pemeriksaan sondasi


Sumber: pdgi-ntt.or.id (diunduh 16 Maret 2018)
e) Thermis
Thermis adalah pemeriksaan dipakai rangsangan dengan dingin atau panas
untuk mengetahui vitalitas gigi. Test dingin bisa digunakan chlorethyl,
caranya bersihkan lubang gigi dari sisa makanan dan keringkan, semprotkan
chlorethyl pada kapas kecil dipegang dengan pinset, sesudah berbuih
(kristal putih) baru diletakkan pada cavitet gigi.

39
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

f) Druk
Druk adalah pemeriksaan menekan dengan tangkai instrumen pada gigi yang
dikeluhkan, bisa juga penderita disuruh menggigit tangkai instrumen bila
memberikan reaksi berarti ada keradangan (periodontitis).

g) Mobilitiy
Mobility adalah pemeriksaan dengan cara menggoyangkan gigi dapat
dipergunakan dengan pinset derajat kegoyangan gigi

Derajat 1 : terasa goyang tapi tidak kelihatan goyang


Derajat 2 : terasa goyang dan dapat dilihat
Derajat 3 : dapat digoyangkan dengan lidah penderita kearah horizontal
Derajat 4 : dapat digoyangkan dengan lidah kearah vertikal dan horizontal

Gambar 2.6 Format Pencatatan Odontogram


Sumber: Buku Rekam Medik Kedokteran Gigi (2014)

Pemeriksaan gigi dilakukan pada semua gigi geligi diperiksa dengan bantuan kaca
mulut dan sonde. Pemeriksaan dilakukan dari rahang atas kanan, atas kiri, bawah kiri
dan berakhir bawah kanan dan hasil pemeriksaan dicatat pada kartu status pasien
dengan menggunakan kode odontogram.

40
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Gambar 2.7 Contoh Pemeriksaan Jaringan Keras Gigi Pasien Dewasa


Sumber: Rekam Medik, 2014

41
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Gambar 2.8 Contoh Pemeriksaan Jaringan Keras Gigi Anak


Sumber: Rekam Medik, 2014

Latihan

1. Jelaskan cara melakukan wawancara dalam pelayanan asuhan kesehatan gigi.


2. Jelaskan cara melakukan pemeriksaan ekstra oral dan intra oral untuk mendapatkan
data kesehatan gigi klien.
3. Jelaskan hal-hal yang harus anda lakukan dalam melakukan observasi.
4. Apa pertimbangan anda sebagai Terapis Gigi dan Mulut dalam melakukan vital sign
pada klien anda.
5. Jelaskan cara-cara pemeriksaan yang dilakukan pada gigi geligi saat anda melakukan
pengkajian data objektif.

42
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Ringkasan
Tujuan dari proses perawatan kesehatan gigi adalah untuk menyediakan kerangka
kerja dimana kebutuhan individual pasien dapat terpenuhi; dan untuk mengidentifikasi
faktor penyebab atau faktor yang mempengaruhi suatu kondisi yang dapat dikurangi,
dihilangkan, atau dicegah oleh Terapis Gigi dan Mulut. Ada enam komponen dalam proses
perawatan kesehatan gigi (penilaian, diagnosis kebersihan gigi, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi, dan dokumentasi)
Diagnosis kesehatah gigi adalah komponen kunci dari proses dan melibatkan
penilaian data yang dikumpulkan, konsultasi dengan dokter gigi dan penyedia layanan
kesehatan lainnya, dan pengambilan keputusan yang berdasarkan informasi. Diagnosis
kebersihan gigi dan
Rencana perawatan dimasukkan ke dalam rencana komprehensif yang mencakup
kebutuhan kesehatan restoratif, kosmetik, dan mulut yang nilai pasiennya. Semua
komponen proses perawatan saling terkait dan bergantung pada penilaian dan evaluasi
hasil pengobatan yang sedang berjalan untuk menentukan kebutuhan akan perubahan
dalam rencana perawatan.

Tes 1

Studi Kasus
Keluhan Utama : Pasien datang ke klinik gigi dengan tujuan ingin di tambal dengan
keluhan gigi belakang kanan bawah terasa ngilu jika minum dingin dan makan yang asam
sejak ± 2 bulan yang lalu, sebelumnya pasien belum pernah dilakukan perawatan dan
sekarang tidak ada keluhan.
Setelah dilakukan pemeriksaan lanjutan pada gigi dan mulutnya, dimulai dari kuadran 1
ditemukan bahwa ada karies kecil tanpa keluhan pada gigi geraham 1 kanan atas bagian
oklusal. Pada gigi incisivus 1 kanan atas dan kiri atas, pada gigi geraham 1 kiri bawah, ada
sisa akar tanpa keluhan.
Buatlah odontogram dari kasus di atas!

Kunci Jawaban
11 [51] Sou Sou 21 [61]

12 [52] Sou Sou 22 [62]

13 [53] Sou Sou 23 [63]

14 [54] Sou Sou 24 [64]

15 [55] Sou Sou 25 [65]

16 O car Sou 26

17 Sou Sou 27

18 Sou Sou 28

43
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

48 sou Sou 38

47 sou Sou 37

46 O car rrx 36

45 [85] sou sou 35 [75]

44 [84] sou sou 34 [74]

43[83] sou sou 33[73]

42[82] sou sou 32[72]

41[81] sou sou 31[71]

Daftar Pustaka

Darby M.L., dan Walsh, M., 2014, Dental Hygiene; Theory and Practice, USA: Elsevier

Jo-Anne, J., 2014, http://www.cdha.ca/pdfs/Competencies_and_Standards.pdf, diakses 09


Maret 2018

Karmawati, I.A., Yulita, I., Pudentiana, . Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gigi dan
Mulut, Jakarta : EGC.
Kemenkes, 2014, Buku Rekam Medik Kedokteran Gigi, Jakarta : EGC

Wyche, C.J., 2011. Terapis Gigi dan Mulut Diagnosis and Care Planning, Jakarta : EGC

44
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Topik 2
Diagnosis Asuhan Kesehatan Gigi
Sisca Mardelita, S.Si.T, M. Kes

Diagnosis adalah kesimpulan dari pengkajian dan fokus kepada kebutuhan-


kebutuhan manusia yang dapat dipenuhi melalui pelayanan asuhan keperawatan gigi.
Ketika kebutuhan manusia dari klien tersebut di luar jangkauan pelayanan asuhan
keperawatan gigi maka klien harus dirujuk kepada tenaga kesehatan professional lain
yang sesuai. Diagnosis keperawatan gigi harus diprioritaskan untuk mengarahkan
tindakan keperawatan gigi selanjutnya. Diagnosis keperawatan gigi diperluas
berdasarkan kemungkinan bahwa pelayanan asuhan keperawatan gigi bersifat
individual dan terfokus daripada sesuatu yang bersifat ritual atau rutin. Diagnosis
keperawatan gigi harus diperkuat (divalidasi) untuk meyakinkan bahwa kebutuhan
manusia merupakan fokus dari perencanaan pelayanan.
Diagnosis dental hygiene melibatkan penggunaan keterampilan berpikir kritis
untuk mencapai kesimpulan tentang kebutuhan kebersihan gigi klien berdasarkan
semua data penilaian yang ada. Kompetensi yang terkait dengan Diagnosis Kebersihan
Gigi mencakup kemampuan untuk: Therapeutic dan Preventive Therapy.
Diagnosis keperawatan gigi dapat dikatakan valid (absah) apabila:
1. Berdasarkan data yang komplit dan akurat
2. Kedua data obyektif maupun subyektif menjelaskan suatu pola karakteristik dari tidak
terpenuhinya kebutuhan manusia yang berhubungan dengan (dalam ruang lingkup)
kesehatan dan penyakit mulut.
3. Berdasarkan pengetahuan ilmiah keperawatan gigi
4. Dapat dicegah, dikurangi atau diatasi dengan pelayanan asuhan keperawatan gigi
Ketika diagnosis keperawatan gigi telah valid, maka hal tersebut merupakan faktor
utama yang dapat membantu klien untuk mencapai pemenuhan kebutuhannya untuk
mencapai kondisi yang baik pada mulutnya melalui intervensi (tindakan) keperawatan gigi yang
layak.

Komponen Diagnosa Keperawatan Gigi

Ada 3 (tiga) komponen yang esensial dalam suatu diagnosa keperawatan yang telah
dirujuk sebagai bentuk PES (Gordon, 1987). ‘P’ diidentifikasi sebagai problem/masalah
kesehatan, ‘E’ menunjukkan etiologi/penyebab dari problem, dan ‘S’ menggambarkan
signs/sekelompok tanda dan gejala atau apa yang dikenal sebagai ‘batasan karakteristik’.
Ketiga bagian ini dipadukan dalam suatu pernyataan dengan menggunakan ‘yang
berhubungan dengan’.

Dalam kaitannya dengan keperawatan gigi dan mulut, maka diagnosa keperawatan
gigi dituliskan dengan cara berikut: ‘Problem’ yang berhubungan dengan ‘etiologi’
dibuktikan oleh ‘tanda-tanda dan gejala-gejala (batasan karakteristik)’.

Problem dapat diidentifikasikan sebagai respons manusia terhadap masalah-


masalah kesehatan gigi yang aktual atau potensial sesuai dengan data-data yang didapat
dari pengkajian.

45
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Gambar 2.9 Respon Manusia Terhadap Gejala Sakit Gigi


Sumber: pdgi-ntt.or.id ( Diunduh 16 Maret 2018)

Etiologi ditunjukkan melalui pengalaman-pengalaman individu yang telah lalu,


pengaruh genetika, faktor-faktor lingkungan yang ada saat ini, atau perubahan-perubahan
patofisiologis.

Gambar 2.10 Penyakit Jaringan Penyangga Gigi


Sumber: globalestetik.com (diunduh 16 Maret 2018)

46
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Gambar 2.11 Penyakit Jaringan Keras Gigi


Sumber: www.pakargigi.com (diunduh 16 Maret 2018)

Tanda dan gejala menggambarkan apa yang klien/pasien katakan dan apa yang
diobservasi oleh Terapis Gigi dan Mulut yang mengidentifikasikan adanya masalah
tertentu. Merumuskan diagnosis kesehatan gigi dengan menggunakan pemecahan
masalah dan keterampilan membuat keputusan untuk mensintesis informasi.
CONTOH DIAGNOSA

NO DATA MASALAH DIAGNOSA GEJALA/TANDA-TANDA


KEDOKTERAN GIGI PERAWATAN

1 Keadaan pre caries: Keadaan pre caries: - - Penanganan sesuai


kasus
1) Pit dan fissure 9) Pit dan fissure
yang dalam yang dalam
2) White spot 10) White spot
3) Brown spot 11) Brown spot
4) Mottled 12) Mottled enamel
enamel 13) Hypocalsifikasi
5) Hypocalsifikasi 14) Hypoplasi
6) Hypoplasi 15) Pewarnaan
7) Pewarnaan ekstrinsik
ekstrinsik Caries rampant/
8) Caries caries botol
rampant/ caries
botol

2 KME (karies IP Data Subyektif Data Objektif - Penanganan


mengenai Email ) rasa linu
(Irritation Pulpa) Anamnese: - Gigi (ditemukan - Penambalan
elemen gigi ada sesuai kasus
16) Keluhan utama: tanda-tanda
 Ada linu, berlubang)
sensitif, dll - Inspeksi (ada
(tidak ada lubang, lokasi dan
keluhan) warnanya)

47
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

 Keluhan - Sondasi (dalamnya


tambahan: dangkal/karies
Aktifitas rasa superfisialis, reaksi
linu (sikat gigi, lubang (+) atau (-)
minum dll), tidak - Thermis dingin
ada keluhan (bereaksi linu,
dingin, tidak
bereaksi, dll)
- Pemeriksaan
lainnya, bila
diperlukan

3 KMD (karies HP (Hyperamia Data Subyektif Data Objektif - Penanganan


mengenai Dentin) Pulpa) rasa linu
Anamnese: - Gigi (ditemukan - Penambalan
elemen gigi ada sesuai kasus
17) Keluhan utama: tanda-tanda
 Sudah ada rasa berlubang)
linu, sensitif, dll - Inspeksi (ada
(tidak ada lubang, lokasi dan
keluhan) warnanya)
- Sondasi (dalamnya
 Keluhan medium/karies
tambahan: media, reaksi
Rangsangan lubang (+) atau (-)
pasti rasa linu - Thermis dingin
(sikat gigi, (bereaksi linu,
minum dll), tidak dingin, dll)
ada keluhan - Pemeriksaan
lainnya, bila
diperlukan

4 KMP (Karies Pulpitis Data Subyektif Data Objektif - Penanganan/


mengenai Pulpa) pengurangan
Anamnese:  Ekstra oral (raut rasa sakit
muka nampak tanda - Penambalan
18) Keluhan utama: kesakitan, kelenjar sesuai kasus
 Sudah ada limfe (normal/abnor - Dirujuk ke
rasa sakit, mal) tenaga ahli
cenut/  Intra oral: dengan
cekot, dll berlubang) kompesasi
(tidak ada - Gigi (ditemukan
keluhan) elemen gigi ada
- Keluhan tanda-tanda
tambahan: berlubang)
Rangsangan - Inspeksi (ada
pasti sakit (sikat lubang, lokasi dan
gigi, minum, warnanya)
makan, psikologi - Sondasi (lubang
terganggu dll), yang dalam/karies
ada keluhan propunda, reaksi
lubang (+)
- Thermis dingin
(bereaksi sakit, dll)
- Perkusi sakit (+)
- Pemeriksaan
lainnya, bila
diperlukan

5 KPL(Karies Pulpa NP (nekrose Data Subyektif Data Objektif Dirujuk ke tenaga


Lanjut ) dengan pulpa)/gigi gangren ahli dengan adanya
perforasi/pulpa Anamnese:  Ekstra oral (raut kompesasi
mati/gigi mati muka tidak ada
19) Keluhan utama: keluhan, kelenjar
 Dulu pernah limfe (normal/abnor

48
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

sakit, mal)
sembuh/  Intra oral:
tidak sakit, berlubang)
sekarang - Gigi (ditemukan
tidak ada elemen gigi
keluhan, berlubang)
dll. - Inspeksi (ada
- Keluhan lubang, lokasi dan
tambahan: warnanya)
Kondisi/cuaca - Sondasi (lubang
yang yang dalam/karies
berpengaruh, propunda, reaksi
daya tahan lubang (-)
tubuh - Thermis dingin
berpengaruh, (tidak bereaksi dll)
keadaan - Thermis panas
psikologi (bereaksi)
berpengaruh. - Perkusi sakit (-)
- Pemeriksaan
lainnya, bila
diperlukan

6 KMA Ganggren radix Data Subyektif Data Objektif - Menghilangkan


faktor penyebab
(merupakan Anamnese:  Ekstra oral (raut - Pencabutan
kelanjutan dari KPL, muka tidak ada sesuai
tambalan yang 20) Keluhan utama: keluhan, kelenjar kompetensi
rusak parah)  Dulu pernah limfe (normal/abnor - Dirujuk ke
sakit, ada mal) tenaga ahli
sisa akar,  Intra oral: dengan adanya
ada berlubang) kompesasi
tambalan - Gigi (ditemukan
rusak, gigi sisa akar, tambalan
rata rusak parah)
dengan - Inspeksi (sisa akar,
gingiva, tambalan rusak
keadaan parah, gigi rata
sekarang dengan gingiva,)
tidak ada - Sondasi (lubang
keluhan, yang dalam/karies
dll. propunda, reaksi
- Keluhan lubang (-)
tambahan: - Thermis dingin
Kondisi/cuaca (tidak bereaksi dll)
yang - Thermis panas
berpengaruh, (bereaksi/ kadang
daya tahan tidak)
tubuh - Perkusi sakit (+) /
berpengaruh, tidak sakit (-)
keadaan - Tekanan sakit (+)
psikologi /tidak sakit (-)
berpengaruh. - Pemeriksaan
lainnya, bila
diperlukan

7 Kelainan Jaringan Kelainan Jaringan - - - Menghilangkan


Penyangga Penyangga faktor penyebab
- Dirujuk ke
- Periodontitis - Periodontitis tenaga ahli
- Gingivitis - Gingivitis dengan adanya
- Sulkus - Sulkus Gingiva kompensasi
Gingiva - Peforasi radik
- Peforasi radik - Epulis
- Epulis/ - Granuloma
benjolan - Dry Socket
- Granuloma

49
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

- Dry Socket
8 Kelainan Gigi Kelainan Gigi lainnya: - - - Menghilangkan
lainnya: faktor penyebab
- Persistensi - Dirujuk ke
- Persistensi - Pericoronitis tenaga ahli
- Pericoronitis - Impaksi dengan adanya
- Impaksi - Agenisi kompensasi
- Agenisi - Paramolar
- Paramolar - Mesiodent
- Mesiodent - Resorbsi akar
- Resorbsi akar fisiologis
fisiologis - Calculus
- Calculus - Abrasi, Erosi,
- Abrasi, Erosi, Atrisi, dll
Atrisi, dll

Latihan

Kasus

Pasien datang ke klinik gigi dengan tujuan ingin di tambal dengan keluhan gigi depan kanan
atas terasa ngilu jika minum dingin dan makan yang asam sejak ± 3 bulan yang lalu,
sebelumnya pasien belum pernah dilakukan perawatan dan sekarang rasa ngilu masih terasa
sesekali tanpa ada rangsangan.

Buatlah pernyataan diagnosa pada kasus di atas.

Kunci Jawaban:
Tidak terpenuhinya kebutuhan pasien akan kesehatan dan kenyamanan saat minum
dingin dan makan ditandai dengan rasa ngilu, disebabkan oleh adanya karies dentin
pada bagian mesial gigi 1.1.

Ringkasan
Diagnosis adalah kesimpulan dari pengkajian dan fokus kepada kebutuhan-
kebutuhan manusia yang dapat dipenuhi melalui pelayanan asuhan keperawatan gigi.
Ketika kebutuhan manusia dari klien tersebut di luar jangkauan pelayanan asuhan
keperawatan gigi maka klien harus dirujuk kepada tenaga kesehatan professional lain
yang sesuai. Diagnosis keperawatan gigi harus diprioritaskan untuk mengarahkan
tindakan keperawatan gigi selanjutnya. Diagnosis keperawatan gigi diperluas
berdasarkan kemungkinan bahwa pelayanan asuhan keperawatan gigi bersifat
individual dan terfokus daripada sesuatu yang bersifat ritual atau rutin. Diagnosis
keperawatan gigi harus diperkuat (divalidasi) untuk meyakinkan bahwa kebutuhan
manusia merupakan focus dari perencanaan pelayanan.
Diagnosis keperawatan gigi dapat dikatakan valid (absah) apabila :

1. Berdasarkan data yang komplit dan akurat


2. Kedua data obyektif maupun subyektif menjelaskan suatu pola karakteristik dari
tidak terpenuhinya kebutuhan manusia yang berhubungan dengan (dalam ruang
lingkup) kesehatan dan penyakit mulut.
3. Berdasarkan pengetahuan ilmiah keperawatan gigi
4. Dapat dicegah, dikurangi atau diatasi dengan pelayanan asuhan keperawatan gigi

50
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Tes 2

Kasus

Pasien datang ke klinik gigi dengan tujuan ingin dicabut giginya dengan keluhan gigi
geraham kiri bawah terasa sakit jika minum dingin dan masuk makan yang rasa
sakitnya telah dirasakan sejak sebulan yang lalu tetapi kemudian rasa sakitnya hilang
setelah beberapa menit, sebelumnya pasien belum pernah dilakukan perawatan dan
sekarang rasa sakit semakin terasa sehingga pasien sering terbangun pada malam hari
dan tidak bisa tidur.

Coba saudara analisa kasus di atas, dan buatlah kesimpulan sesuai dengan ilmu terapis
gigi dan mulut.

Kunci Jawaban:
Tidak terpenuhinya kebutuhan pasien akan kesehatan dan kenyamanan saat minum
dingin dan makan juga ketidaknyamanan emosi ditandai dengan rasa sakit, disebabkan
oleh adanya karies pulpa pada bagian oklusal gigi 3.6.

Daftar Pustaka
Darby M.L., dan Walsh, M., 2014, Dental Hygiene; Theory and Practice, USA: Elsevier

Jo-Anne, J., 2014, http://www.cdha.ca/pdfs/Competencies_and_Standards.pdf, diakses 09


Maret 2018

Karmawati, I.A., Yulita, I., Pudentiana, . Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gigi dan
Mulut, Jakarta : EGC.

Wyche, C.J., 2011. Terapis Gigi dan Mulut Diagnosis and Care Planning, Jakarta : EGC

51
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Topik 3
TAHAP PERENCANAAN ASUHAN KESEHATAN
GIGI DAN MULUT
Sisca Mardelita, S.Si.T, M. Kes

Merencanakan dan memberikan perawatan optimal memerlukan pengamatan


menyeluruh dan sistematis serta penilaian klinis. Komponen penilaian klinis meliputi
pemeriksaan kepala, leher dan rongga mulut termasuk skrining kanker mulut,
dokumentasi temuan normal atau abnormal, dan penilaian fungsi temporomandibular.
Rangkaian radiografi terkini, lengkap, dan diagnostik menyediakan data yang dibutuhkan
untuk penilaian gigi dan periodontal yang komprehensif.

Perencanaan adalah penetapan tujuan yang realistis dan pemilihan intervensi


kebersihan gigi yang dapat membuat klien lebih dekat terhadap kesehatan mulut yang
optimal. Intervensi harus mendukung tujuan pasien secara keseluruhan dan hasil
kesehatan mulut. Bergantung pada pengaturan kerja dan undang-undang negara bagian,
rencana perawatan kesehatan gigi mungkin berdiri sendiri atau merupakan bagian dari
kesepakatan kolaboratif. Rencana tersebut meletakkan dasar untuk dokumentasi dan
dapat menjadi panduan untuk penggantian Medic aid. Ahli kebersihan gigi membuat
keputusan klinis dalam konteks prinsip-prinsip hukum dan etika.

Rencana perawatan kesehatan gigi harus menjadi wahana perawatan yang aman,
berbasis bukti, sehat secara klinis, bermutu tinggi, dan setara. Rencananya harus
dipersonalisasi sesuai dengan kebutuhan kesehatan mulut unik seseorang, status
kesehatan umum, nilai, harapan, dan kemampuan. Saat merumuskan rencana tersebut,
hygienists gigi harus sensitif dan responsif terhadap budaya, usia, jenis kelamin, bahasa,
dan gaya belajar pasien. Mereka harus menunjukkan rasa hormat dan simpati terhadap
pilihan dan prioritas pasien secara individu.

Dalam tahap perencanaan, dilakukan:

a. Identifikasi semua intervensi kebersihan gigi yang dibutuhkan termasuk manajemen


perubahan, layanan pencegahan, pengobatan, dan rujukan.
b. Bekerja sama dengan pasien dan/atau pengasuh, memprioritaskan dan
mengurutkannya intervensi, memungkinkan fleksibilitas jika perlu dan memungkinkan.
c. Identifikasi dan koordinasikan sumber daya yang diperlukan untuk memfasilitasi
perawatan berkualitas komprehensif (mis., Teknologi saat ini, manajemen rasa sakit,
personil yang memadai, urutan pengangkatan yang tepat, dan manajemen waktu).
d. Berkolaborasi dan bekerja secara efektif dengan dokter gigi dan penyedia layanan
kesehatan lainnya dan program kesehatan mulut berbasis masyarakat untuk
memberikan perawatan tingkat tinggi dan berpusat pada pasien.
e. Menyajikan dan mendokumentasikan rencana perawatan kesehatan gigi kepada
pasien/pengasuh.
f. Berikan konseling dan edukasi pasien dan/atau pengasuh tentang pengobatan alasan,
risiko, manfaat, hasil yang diantisipasi, alternatif pengobatan berbasis bukti, dan
prognosis.
g. Mendapatkan dan mendokumentasikan informed consent dan/atau informed refusal.

Rencana perawatan kesehatan gigi memilih intervensi yang didasarkan pada


analisis data penilaian yang telah dikonsolidasikan ke dalam pernyataan diagnostik yang
menentukan kebutuhan klien. Rencana perawatan dikembangkan agar sesuai dan
disesuaikan dengan rencana perawatan pasien secara keseluruhan. Tujuan keseluruhan

52
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

tim perawatan kesehatan gigi berfokus pada kesehatan mulut klien. Tujuan utamanya
adalah mengendalikan penyakit mulut.

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan gigi maka perlu dibuat perencanaan


intervensi keperawatan gigi dan aktifitas keperawatan gigi. Tujuan perencanaan adalah
untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah gigi klien/pasien. Penentuan
tindakan/perawatan dalam rencana perawatan yang akan dilakukan pada klien/pasien
sangat tergantung dari diagnosa keperawatan gigi dan tujuan perencanaan.

Pedoman Penyusunan Perencanaan Selama Proses Keperawatan Gigi

a. Fokus utama perencanaan adalah pada masalah actual atau potensial yang dapat
menimbulkan tidak terpenuhinya kebutuhan manusia dari klien yang berhubungan
dengan kesehatan mulut.
b. Sumberdaya yang tersedia pada Terapis Gigi dan Mulut dan klien mempengaruhi
prioritas perawatan
c. Prioritas klien berpengaruh kuat terhadap perencanaan
d. Penentuan prioritas dipengaruhi oleh dasar teori dan pengetahuan
e. Perencanaan dipengaruhi oleh peraturan/regulasi dari pemerintah mengenai
praktek dan standar praktek Terapis Gigi dan Mulut.
f. Tingkat pemenuhan kebutuhan manusia dari klien merupakan pedoman dari
perencanaan pelayanan asuhan keperawatan gigi.

Contoh:

DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. TUJUAN PERENCANAAN
GIGI

1 Gangguan penampilan diri Tidak ada gangguan 1. Ajarkan pasien tentang


sehubungan dengan bau penampilan pada pasien, pemeliharaan kesgilut
mulut yang ditandai dengan yang ditandai dengan: melalui penyuluhan
tentang pemeliharaan
prioritas I OHI-S - 107,5%
- Peningkatan kesehatan gigi dan
karena kebiasaan mulut
pengetahuan tentang
menggosok gigi dan pola 2. Ajarkan cara menyikat
kesgilut
makan yang salah gigi yang baik dan
benar
- Menyikat gigi dengan
benar
2 Risiko untuk terjadinya Terhindarnya pasien dari 1. Lakukan pembersihan
penyakit jaringan risiko penyakit jar karang gigi
penyangga dan jaringan penyangga dan jar keras 2. Lakukan oral
prophylaxis
keras gigi yang ditandai gigi yang ditandai dengan:
3. Lakukan pengolesan
dengan kebersihan mulut
- Tercapainya penurunan larutan fluor
yang termasuk dalam
OHI-S yang ditandai
kriteria sedang (angka OHI-
dengan berkurangnya
S 2,49) karena adanya calculus dan debris di
calculus dan food debris dalam mulut

- Terlindunginya gigi geligi


dari risiko terjadinya

53
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

karies
3 Gangguan fungsi Pasien dapat mengunyah 1. Lakukan rujukan ke
mengunyah sehubungan kembali tanpa gangguan dokter gigi untuk gigi
dengan rasa nyeri yang ditandai dengan: 36 dan 84
ditandai adanya lubang gigi 2. Lakukan pencabutan
- Lubang pada gigi 36 gigi 73
pada gigi 36 dengan KMP di
sudah diatasi
oklusal, gigi 73 persistensi
goyang derajat 2, dan gigi - Gigi 73 sudah dicabut
84 sisa akar. - Gigi 84 sudah diatasi

DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. TUJUAN PERENCANAAN
GIGI

4 Gangguan fungsi estetika Pasien kembali percaya 1. Lakukan penambalan


sehubungan dengan adanya diri karena gigi 11 sudah pada gigi 11 dengan
lubang gigi pada gigi 11 dikembalikan sesuai bahan sewarna gigi
dengan KE di mesial bentuk anatomisnya

Informed Consent

Persetujuan tindakan medis (Informed Consent) adalah pernyataan persetujuan


(consent) atau izin dari pasien yang diberikan dengan bebas, rasional, tanpa paksaan
(voluntary) tentang tindakan kedokteran/ keperawatan gigi yang akan dilakukan
terhadapnya sesudah mendapatkan informasi yang cukup tentang tindakan kedokteran/
keperawatan gigi yang dimaksud. Persetujuan ini bisa dalam bentuk lisan maupun tertulis.
Pada hakikatnya informed consent adalah suatu proses komunikasi antara dokter/ Terapis
Gigi dan Mulut dan pasien tentang kesepakatan tindakan medis yang akan dilakukan
dokter/ Terapis Gigi dan Mulut terhadap pasien (ada kegiatan penjelasan rinci oleh
dokter/ Terapis Gigi dan Mulut), sehingga adanya kesepakatan.

Gambar 2.12 Informed Consent


Sumber: www.thermofisher.com (diunduh 16 Maret 2018)

54
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Penandatanganan formulir Informed Consent secara tertulis hanya merupakan


pengukuhan atas apa yang telah disepakati sebelumnya. Formulir ini juga merupakan
suatu tanda bukti yang akan disimpan di dalam arsip rekam medis pasien. Informed
Consent berakar dalam nilai-nilai otonomi di dalam masyarakat yang diyakini sebagai hak-
hak mereka dalam menentukan nasibnya sendiri apabila akan dilakukan tindakan medis.
Sering kali, terutama ketika pasien dirawat di rumah sakit, perawat diwajibkan untuk
menyaksikan tanda tangan pasien sebelum prosedur perawatan. Perawat harus mencatat
tanda tangan saksi di sebelah tanda tangan pasien. Bagi pasien anak-anak (individu yang
berada di bawah usia 18 dan blm menikah harus dengan izin orang tua/wali) atau dengan
kata lain untuk kasus anak di bawah umur, informed consent akan diperoleh dari wali
hukum (orang tua). Terapis Gigi dan Mulut memiliki kewajiban untuk menjelaskan setiap
perlakuan atau prosedur dalam bahasa yang mudah dipahami pasien (orang yang
bertanggung jawab). Selain itu, dokter/Terapis Gigi dan Mulut harus mengingatkan pasien
dari setiap risiko material, bahaya atau yang merugikan dan memberi saran kepada pasien
mengenai alternatif yang tersedia. Hal ini memungkinkan pasien untuk membuat
keputusan cerdas dan diinformasikan serta pilihan tentang perawatan apakah yang akan
dilakukan. Persetujuan yang diinformasikan harus diperoleh sebelum pengobatan.
Perawat harus mendokumentasikan informed consent yang diperoleh dan pasien
memahami informasi yang diberikan.

Latihan

1. Apa yang harus anda lakukan dalam tahap perencanaan


2. Jelaskan pedoman penyusunan perencaan secara sistematis.

Ringkasan

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan gigi maka perlu dibuat perencanaan


intervensi keperawatan gigi dan aktifitas keperawatan gigi. Tujuan perencanaan adalah
untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah gigi klien/pasien. Penentuan
tindakan/perawatan dalam rencana perawatan yang akan dilakukan pada klien/pasien
sangat tergantung dari diagnosa keperawatan gigi dan tujuan perencanaan.

Perencanaan merupakan tindakan penentuan tipe-tipe intervensi keperawatan gigi


yang dapat dilaksanakan (diimplentasikan) untuk mengatasi masalah klien dan membantu
klien mencapai pemenuhan kebutuhannya yang berhubungan dengan kesehatan gigi dan
mulut. Perencanaan juga merupakan kerangka kerja untuk pembuatan keputusan dan
menguji penilaian klinis dalam pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan gigi. Pada
dasarnya, perencanaan merupakan kesempatan untuk mengintegrasikan keputusan-
keputusan yang mendukung pencapaian tujuan dengan baik.

Tes 3
Kasus

Keluhan Utama : Pasien datang ke klinik gigi dengan tujuan ingin di tambal dengan
keluhan gigi belakang kanan bawah terasa ngilu jika minum dingin dan makan yang asam

55
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

sejak ± 2 bulan yang lalu, sebelumnya pasien belum pernah dilakukan perawatan dan
sekarang tidak ada keluhan.

Setelah dilakukan pemeriksaan lanjutan pada gigi dan mulutnya, dimulai dari kuadran 1
ditemukan bahwa ada karies kecil tanpa keluhan pada gigi geraham 1 kanan atas bagian
oklusal. Pada gigi incisivus 1 kanan atas dan kiri atas, pada gigi geraham 1 kiri bawah, ada
sisa akar tanpa keluhan.
11 [51] sou Sou 21 [61]
12 [52] sou Sou 22 [62]
13 [53] sou Sou 23 [63]
14 [54] Sou Sou 24 [64]
15 [55] Sou Sou 25 [65]
16 O car Sou 26
17 Sou Sou 27
18 Sou Sou 28
V

48 sou Sou 38
47 sou Sou 37
46 O car Rrx 36
45 [85] sou Sou 35 [75]
44 [84] sou Sou 34 [74]
43[83] sou Sou 33[73]
42[82] sou Sou 32[72]
41[81] sou Sou 31[71]

Dari gambaran odontogram di atas, coba saudara buat perencanaan asuhan kesehatan
gigi dan mulut pasien.

Kunci Jawaban:

56
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

GIGI/ RENCANA PERAWATAN


KODE KEMUNGKINAN DIAGNOSIS TANG
KOMPETE TUJUAN INDIKATOR
ICD1 PENYEBAB WATGILUT GAL
RASIONAL
0 NSI

46/ K - Kebersihan mulut Tidak - Melaku - Melaku - Menghilan - Gigi 46 - 1


021 yang sedang terpenuhinya kan kan gkan rasa telah Ma
- Cara dan waktu kebutuhan penam penam ngilu dirawat ret
36/ K menyikat gigi yang pasien akan balan balan - Mengemb dan 201
041 salang gigi 46 gigi 46 alikan ditamb 8
kesehatan
- Pola makan - Melaku dengan bentuk al
dan bahan dengan
kariogenik akn anatomi
kenyamanan Pencab GIC dan fungsi baik - 2
- Tidak pernah
saat minum utan - Melaku gigi - Gigi 36 Ma
melakukan
pemeriksaan gigi dingin, pada kan - Menghilsn telah ret
dan mulut secara ditandai gigi 36 Rujuka gkan dirujuk 201
rutin dengan rasa n pada infeksi dan ke 8
gigi 36 gangguan profesi
- Karies yang tidak ngilu,
kesehatan onal
terawat disebabkan
gigi mulut gigi
oleh adanya yang
lainnya
karies dentin kompet
pada bagian en
oklusal gigi
46, karies,
dan sisa akar
pada gigi 36

Daftar Pustaka
Darby M.L., dan Walsh, M., 2014, Dental Hygiene; Theory and Practice, USA: Elsevier

Jo-Anne, J., 2014, http://www.cdha.ca/pdfs/Competencies_and_Standards.pdf, diakses 09


Maret 2018

Karmawati, I.A., Yulita, I., Pudentiana, . Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gigi dan
Mulut, Jakarta : EGC.

Wyche, C.J., 2011. Terapis Gigi dan Mulut Diagnosis and Care Planning, Jakarta : EGC

57
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

BAB III
TINDAKAN, EVALUASI DAN
DOKUMENTASI PELAYANAN ASUHAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT
INDIVIDU
Sisca Mardelita, S.Si.T, M. Kes

P Ada BAB I dan telah dibahas tentang konsep dasar asuhan pelayanan kesehatan
gigi dan mulut. Di BAB II telah dibahas secara mendalam tentang proses pengkajian,
diagnosa dan perencanaan pada pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu.
Anda juga telah mencoba menyelesaikan kasus sederhana yang berhubungan dengan
pengkajian, diagnosa dan perencanaan.

Pada BAB III ini akan dibahas juga tentang proses Tindakan keperawatan, evaluasi
dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan dan juga dokumentasi yang dilakukan
dalam setiap proses keperawatan yang dilakukan.

Mari Kita Mulai!!!!

58
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

TOPIK 1
Tahap Tindakan Asuhan Kesehatan Gigi dan
Mulut
Sisca Mardelita, S.Si.T, M. Kes

Pengertian Implementasi adalah melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah


ditentukan. Pada tahap ini seorang Terapis Gigi dan Mulut siap untuk melaksanakan
intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Pada
lembar kerja: catat informasi spesifik, intervensi, atau aktivitas secara berurutan.

Implementasi merupakan tindakan pelaksanaan perencanaan keperawatan gigi yang


telah dirancang dengan khusus untuk memenuhi kebutuhan klien yang berhubungan
dengan kesehatan gigi dan mulut. Implementasi termasuk tindakan-tindakan yang
dilaksanakan oleh Terapis Gigi dan Mulut, klien atau direncanakan lain dalam rangka
mencapai tujuan klien, setiap tindakan ditampilkan (dilaksanakan) dan hasilnya dicatat
dalam catatan klien (medical record/client record).

Intervensi terdiri dari banyak aktivitas, mulai dari tindakan promotif, preventif,
kuratif maupun rujukan. Tindakan Promotif meliputi penyuluhan dan membimbing cara
menyikat gigi yang benar. Preventif terdiri dari pembersihan karang gigi, oral prophylaxis,
pengolesan larutan Fluor, dan fissure sealing. Tindakan Kuratif sesuai kompetensi Terapis
Gigi dan Mulut yaitu meliputi penambalan gigi 1 bidang dan 2 bidang, serta pencabutan
gigi non invasif. Apabila ditemukan kasus yang memerlukan perawatan di luar kompetensi
Terapis Gigi dan Mulut, maka pasien harus dirujuk ke dokter gigi.

Diperlukan pengetahuan dan keahlian dalam setiap intervensi guna memenuhi


kebutuhan pasien. Secara umum dalam implementasi asuhan keperawatan gigi diperlukan
pengetahuan dan keahlian di bidang Etika Profesi, Penggunaan dan Pemeliharaan Alat
Kedokteran Gigi, Pengendalian Infeksi Silang, Sterilisasi dan lain-lain. Secara khusus
diperlukan pengetahuan dan keahlian dalam setiap tindakan intervensi. Dalam tindakan
promotif diperlukan pengetahuan dan keahlian di bidang Pendidikan Kesehatan Gigi dan
Media Komunikasi. Untuk tindakan preventif diperlukan pengetahuan dan keahlian di
bidang Preventive Dentistry dan Komunikasi Terapeutik. Tindakan kuratif memerlukan
pengetahuan dan keahlian di bidang Penyakit Gigi Mulut, Konservasi, Pencabutan Gigi,
Child Management dan Komunikasi Terapeutik.

A. Tindakan Promotif

Menurut Budiharto (2009) dalam Prasko (2011), Pendidikan kesehatan gigi (Dental
Health Education) merupakan salah satu program kesehatan gigi dengan tujuan
menanggulangi masalah kesehatan gigi di Indonesia. Program pendidikan kesehatan gigi
merupakan salah satu program yang harus dilaksanakan Pusat Kesehatan Masyarakat
secara terpadu dengan usaha kesehatan lainnya dan ditujukan kepada individu.
Menurut Herijulianti, dkk (2001), tujuan utama tindakan penyuluhan adalah
adanya perubahan perilaku dari masyarakat kearah perilaku sehat sehingga tercapai
derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal, tentunya perubahan perilaku yang diharapkan setelah menerima pendidikan
tidak dapat terjadi sekaligus.

59
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Herijulianti (2001) dalam Prasko (2011) dapat kita lihat bahwa ada beberapa faktor
yang mempengaruhi keberhasilan penyuluhan yaitu: komponen penyuluhan dan
pendekatan penyuluhan.
Yang dimaksud dengan komponen-komponen penyuluhan adalah sebagai berikut:
1. Penyuluh
Penyuluh adalah pihak yang memberikan pesan/ informasi kepada sasaran.

2. Sasaran
Sasaran adalah pihak yang menerima pesan/ informasi dari pihak penyuluh.

Sasaran penyuluhan kesehatan gigi secara umum dapat dibedakan menjadi :


masyarakat umum dengan orientasi masyarakat pedesaan sesuai dengan orientasi
kebijakan pembangunan, masyarakat sekolah sebagai masyarakat yang mudah dicapai
meliputi sekolah umum dan sekolah kejuruan, kelompok masyarakat tertentu misalnya
kader kesehatan yang membantu menggerakkan dan menyebarkan informasi.

3. Pesan
Pesan adalah materi/ informasi yang disampaikan oleh penyuluh kepada sasaran (yang
disuluh). Pesan yang disusun harus disesuaikan dengan sasaran yang akan diberikan
penyuluhan. Supaya pesan dapat diterima oleh masyarakat atau sasaran, maka pesan
harus memenuhi syarat sebagai berikut : pesan harus jelas dan tidak rumit, bahasa
yang digunakan mudah dipahami, pesan harus singkat, pesan dapat diterima, artinya
tidak bertentangan dengan norma, adat istiadat, dan agama, pesan tersebut mudah
dilaksanakan, pesan diberikan sesuai dengan kebutuhan.

4. Media
Media adalah sarana untuk menyampaikan pesan penyuluhan kepada sasaran
sehingga mudah dimengerti oleh sasaran yang dituju. Jenis media yang dapat
digunakan untuk memberikan penyuluhan dapat dikelompokkan dalam dua bentuk
yaitu : media cetak jenis buku, misalnya buku pedoman, media cetak bukan jenis buku,
misalnya poster dan leaflet.

Gambar 3.1 Contoh Buku Panduan Menyikat Gigi Anak


Sumber: encrypted-tbn0.gstatic.com diunduh 10 maret 2018

60
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Gambar 3.2 Contoh Leaflet


Sumber: ayuprint.co.id diunduh 10 Maret 2018

Gambar 3.3 Contoh Poster Kesehatan Ggi


Sumber: encrypted-tbn0.gstatic.com

Menurut Astoeti (2006) alat bantu atau media merupakan alat-alat yang
digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan/ pengajaran.
Sarwono (2007), menyatakan bahwa pendidikan kesehatan pada dasarnya adalah
proses mendidik individu atau masyarakat supaya mereka dapat memecahkan
masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Pendidikan kesehatan mencakup
kegiatan peningkatan kesadaran dan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan
dan rehabilitasi.

Sarwono (2007), menyatakan bahwa pendidikan kesehatan pada dasarnya


adalah proses mendidik individu atau masyarakat supaya mereka dapat memecahkan
masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Pendidikan kesehatan mencakup
kegiatan peningkatan kesadaran dan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan
dan rehabilitasi.
Pendidikan kesehatan gigi dan mulut adalah semua upaya atau aktivitas yang
mempengaruhi orang-orang untuk bertingkah laku baik bagi kesehatan dan

61
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan gigi dan mulut serta


memberikan pengertian cara-cara memelihara kesehatan gigi dan mulut (Poernomo
dan Soebroto, 2007).
Dalam ilmu Pendidikan Kesehatan Gigi (PKG), kita mengenal beberapa
pendekatan dalam penyuluhan, diantaranya adalah pendekatan berdasarkan jumlah
sasaran (Tauchid, 2017), yaitu:
1. Penyuluhan individu/perorangan
Penyuluhan secara individual dapat dilakukan secara formal maupun informal. Secara
formal biasanya dilakukan dengan teknik chair side talk, dapat dilakukan pada saat
memberikan pengobatan. Sedangkan penyuluhan individu secara informal biasanya
dilakukan di sela obrolan dan bersifat tidak resmi misal obrolan di warung kopi, di
kereta, dan lain-lain.

Gambar 3.4 Chair Side Talk


Sumber: yukcaribakat.com (diunduh 17 Maret 2018)

2. Penyuluhan kelompok
Penyuluhan kelompok adalah penyuluhan pada sekelompok individu yang mempunyai
ciri-ciri khusus, jumlah orangnya masih dapat dihitung, dan siapa saja orang dalam
kelompok tersebut masih dapat diketahui. Misalnya: kelompok kader kesehatan.

62
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Gambar 3.5 Penyuluhan Kelompok


Sumber: satpelkes.blogspot.co.id (diunduh 17 Maret 2018)

3. Penyuluhan massa
Penyuluhan masa adalah penyuluhan yang diberikan sekaligus kepada orang yang
jumlah tidak terhitung dan bias terdiri dari berbagai macam kelompok.

Pendekatan penyuluhan berdasarkan cara penyampaian meliputi 3 cara yaitu:

1. Penyuluhan tatap muka yaitu kelompok sasaran yang disuluh berhadapan langsung
dengan penyuluh. Yang termasuk dalam penyuluhan tatap muka adalah ceramah,
diskusi.
2. Penyuluhan non tatap muka yaitu kelompok sasaran tidak secara langsung
berhubungan denhgan penyuluh. Penyuluh berhubungan dengan kelompok sasaran
menggunakan medium/ perantara yang berupa media cetak seperti brosur, leaflet
ataupun media non cetak seperti kaset, film, dan sebagainya.
3. Penyuluhan campuran yaitu penyuluhan dilakukan dengan cara penggabungan antara
penyuluhan tatap muka dan non tatap muka, jadi dalam menyampaikan pesan,
penyuluh bertatap muka secara langsung juga menggunakan media cetak atau non
cetak sebagai pendukung.

B. Tindakan Preventif

Gigi merupakan salah satu organ tubuh manusia yang berfungsi sebagai alat
pencernaan, pembantu dalam pengucapan kata, pembentukan wajah yang salah satu
penunjang dalam kecantikan.
Manusia dapat kehilangan giginya akibat dari kerusakan dari pada gigi itu sendiri
atau kerusakan pada jaringan penyangganya sehingga gigi terlepas dari jaringan yang
menyangganya. Sedangkan kerusakan pada gigi dapat berupa keropos/karies atau
(karena trauma, misalnya benturan keras, jatuh).

63
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Pada zaman dahulu orang beranggapan bahwa keropos itu disebabkan oleh
adanya ulat yang memakan gigi. Dengan perkembangan zaman kita mengetahui
penyebab dari kerusakan, jaringan penyangga sehingga diperlukan usaha-
usaha/tindakan khusus untuk mencegahnya.
Untuk menunjang hal ini tentunya kita harus menguasai ilmu-ilmu yang lain
seperti Anatomi dan Pendidikan Kesehatan Gigi. Dengan mengetahui macam-macam
kerusakan gigi diharapkan masyarakat menyadari akan pentingnya kesehatan gigi dan
mulut dan melaksanakan cara-cara pencegahannya dalam kehidupan sehari-hari.
Secara umum, meningkatnnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan gigi dan
mulut akan menurunkan angka penyakit gigi dan mulut.
Ilmu pencegahan penyakit gigi dan mulut dibagi atas 3 (tiga), yaitu pencegahan
primer, sekunder dan tertier.

1. Pencegahan Primer
Adalah pencegahan penyakit dan dengan demikian terjadi apabila kliennya
sehat. ini dapat diarahkan pada masyarakat, kelompok dan individu. pencegahan
primer diarahkan kepada kelompok kecil atau besar dan Individu
Pencegahan primer untuk kelompok kecil atau besar kebanyakan
merupakan penyuluhan, meskipun dapat juga diambil pengaturan lain yaitu
contohnya flouridasi air minum dan aplikasi fluoride secara individual.
Penyuluhan dapat diberikan secara umum dan individu.
Penyuluhan umum mempunyai judul-judul umum contohnya : hal
makanan, kesehatan. Sementara itu penyuluhan terarah mempunyai judul
khusus, contohnya : Perlunya menghilangkan karang gigi dan pembatasan
makan makanan kecil
Pencegahan primer untuk individu dapat banyak macamnya, contohnya:
a. keinginan pembatasan makan makanan kecil
b. pemeriksaan periodik
c. pemberian instruksi tentang kesehatan mulut
d. penghilangan karang gigi dan memoles

Gambar 3.6 Pencegahan Primer dengan Menyikat Gigi Setiap Hari


Sumber: swa.co.id (diunduh 17 Maret 2018)

2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan apabila terjadi kesehatan terganggu dan


meliputi diagnosis dan perawatan dini.
Contohnya:

64
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

a. Diagnostik Rontgent wing gigi, dilanjutkan perawatan karies permulaan (lesi


bercak putih) dengan jalan aplikasi fluoride lokal, penggunaan aplikasi topikal
casein dan atau instruksi hal membersihkan mulut.
b. Fissure Sealent pada fissure yang telah terlihat berbercak hitam untuk mencegah
karies yang lebih lanjut.

Gambar 3.7 Tindakan Fissure Sealant


Sumber: www.medkes.com (diunduh 17 Maret 2018)

3. Pencegahan Tersier

Kadang-kadang masih dibicarakan tentang pencegahan tersier yang diartikan


pembatasan kerusakan kesehatan dan rehabilitasinya.
Contoh pembatasan kerusakan kesehatan adalah :

a. Pemakaian semen dasar pada restorasi elemen yang terserang karies


b. Extraksi gigi patah

Contoh rehabilitasi adalah :


a. pembuatan prothesa penuh
b. pemasangan suatu jembatan

Gambar 3.8 Gigi Tiruan Jembatan


Sumber: mondzorgzoetermeer.nl.com (diunduh 17 Maret 2018)

C. Tindakan Kuratif
Pengertian Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian
kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.

65
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Jenis Kuratif yang sesuai dengan Kompetensi Terapis Gigi dn Mulut adalah:
1. Tindakan Penambalan dengan Attraumatic Restorative Treatment (ART)
prinsip tambalan ART adalah:
a. Menghilangkan lesi karies menggunakan instrumen genggam (hand
instrument);
b. Mengembalikan bentuk kavita menggunakan bahan restorasi yang menempel
pada gigi.

Gambar 3.9 Tindakan Attraumatic Restorative Treatment (ART)


Sumber: intechopen.com (diunduh 17 Maret 2018)

2. Tindakan Penambalan Satu Bidang


Penambalan satu bidang adalah penambalan yang dilakukan pada satu permukaan
gigi yang terkena karies. Untuk itu klasifikasi yang digunakan dalam penentuan
karies satu bidang adalah klasifikasi menurut G.V Black, yaitu: Kelas I : Bagian
Oclusal Gigi Molar, Buccal Pit Gigi Molar dan Foramen Caecum Gigi anterior.
Prinsip penambalan satu bidang adalah:
1) menghilangkan lesi karies;
2) mengembalikan bentuk kavita menggunakan bahan restorasi yang menempel
pada gigi.

Gambar 3.10 Penambalan Gigi Satu Bidang


Sumber: perigigiku.com (diunduh 17 Maret 2018)

3. Penambalan dua bidang


Penambalan satu bidang adalah penambalan yang dilakukan pada dua permukaan
gigi yang terkena karies. Untuk itu klasifikasi yang digunakan dalam penentuan
karies satu bidang adalah klasifikasi menurut G.V Black, yaitu: Kelas II Kavita yang
ada pada bagian aproximal gigi posterior dan Kelas III, yaitu kavita yang terletak
pada aproximal gigi anterior.

66
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

4. Pencabutan gigi decidui dengan anastesi permukaan (surface anasthesia)


Anda harus dapat mengidentifikasi kasus gigi susu yang memenuhi kriteria indikasi
pencabutan dengan menggunakan anestesi permukaan. Misalnya bila gigi susu
dengan indikasi pencabutan disertai derajat kegoyangan 2, maka obat anestesi
yang digunakan adalah Xylonor Spray, atau Anesthetic Gel. Bila gigi susu dengan
indikasi pencabutan disertai derajat kegoyangan 3 atau 4, maka dapat digunakan
obat anestesi Chloraethyl.

5. Pencabutan Gigi Tetap Akar Tunggal atau Akar dua yang telah terpisah dengan
infiltrasi anasthesia.
Anda harus dapat mengidentifikasi kasus gigi tetap akar tunggal yang memenuhi
kriteria indikasi pencabutan dengan menggunakan anestesi infiltrasi. Selanjutnya
identifikasi keadaan umum pasien sesuai indikasi pencabutan gigi, sehingga Anda
dapat menentukan obat anestesi yang sesuai.

Pada penambalan gigi, pengetahuan yang anda perlukan sebagai dasar


pengetahuan adalah:
a. Keterampilan mengkaji dan menyimpulkan tanda-tanda suatu penyakit.
b. Keterampilan dalam mengidentifikasi alat yang dibutuhkan.
c. Keterampilan memilih bahan kedokteran gigi yang tepat sesuai dengan indikasi
dan cara manipulasi bahan kedoteran gigi.
d. Keterampilan melakukan preparasi dan persiapan kavita dengan baik.

Latihan
1. Jelaskanlah komponen-komponen dalam penyuluhan
2. Dalam ilmu pencegahan, terdapat komponen pencegahan primer, jelaskan minimal 3
(tiga), contoh dari pencegahan primer pada individu.
3. Pada saat anda akan melakukan preparasi kavita gigi, anda memakai handpiece yang
dilengkapi dengan mata bor. Jelaskan fungsi dari masing-masing bor yang anda
pergunakan dalam preparasi gigi.
4. Klasifikasikan karies menurut G.V Black.

Ringkasan

Intervensi terdiri dari banyak aktivitas, mulai dari tindakan promotif, preventif,
kuratif maupun rujukan. Tindakan Promotif meliputi penyuluhan dan membimbing cara
menyikat gigi yang benar. Preventif terdiri dari pembersihan karang gigi, oral prophylaxis,
pengolesan larutan Fluor, dan fissure sealing. Tindakan Kuratif sesuai kompetensi Terapis
Gigi dan Mulut yaitu meliputi penambalan gigi 1 bidang dan 2 bidang, serta pencabutan
gigi non invasif. Apabila ditemukan kasus yang memerlukan perawatan di luar kompetensi
Terapis Gigi dan Mulut, maka pasien harus dirujuk ke dokter gigi.

67
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Tes 1

Studi Kasus

Keluhan Utama : Pasien datang ke klinik gigi dengan tujuan ingin di tambal dengan
keluhan gigi belakang kanan bawah terasa ngilu jika minum dingin dan makan yang
asam sejak ± 2 bulan yang lalu, sebelumnya pasien belum pernah dilakukan
perawatan dan sekarang tidak ada keluhan.
Tugas:
1. Buatlah pernyataan diagnosa dari kasus di atas.
2. Kasus di atas termasuk dalam tahap pencegahan apa dan klasifikasi karies kelas
berapa?
3. Persiapan apa yang anda lakukan dalam melakukan tindakan kuratif pada kasus
di atas.

Kunci Jawaban:

1. Tidak terpenuhinya kesehatan dan kenyamanan pasien saat minum dingin dan makan
ditandai rasa ngilu oleh adanya karies dentin pada oklusal gigi 4.6
2. Pencegahan Sekunder dan Klasifikasi Kelas I G.V Black.
a. Alat yang digunakan adalah; alat diagnosa, handpiece, mata bur, plastish,
instrument, agate spatula, papper pad.
b. Bahan yang digunakan: Bahan Tambalan GIC Fuji IX, dentin conditioner, varnish,
cotton pellet, cotton roll.

Daftar Pustaka

Darby M.L., dan Walsh, M., 2014, Dental Hygiene; Theory and Practice, Elsevier

Dentodontics, 2014. G.V. Black’s Classification Of Caries [Internet]. Available from:


https://dentodontics.files.wordpress.com, diunduh 15 Februari 2018.

Jo-Anne, J., 2014, http://www.cdha.ca/pdfs/Competencies_and_Standards.pdf, diakses 09


Maret 2018

Karmawati, I.A., Yulita, I., Pudentiana, . Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gigi dan
Mulut, EGC, Jakarta

Kemenkes, 2014, Buku Rekam Medik Kedokteran Gigi, Jakarta

Wyche, C.J., 2011. Terapis Gigi dan Mulut Diagnosis and Care Planning

68
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

www.pakar gigi.com. (2014). Cara Mencabut Gigi Sulung Pada Anak. [Internet]. [cited
2017 Nov 21]. Available from: http://www.pakargigi.com.

www.rining.co.id. (2015). MengenaiObat anestesi topical: Chloraethyl. [Internet]. [cited


2017 Des 06]. Available from: www.rining.co.id.

www.universaldental.com.pk. (2017). Mengenai Obat anestesi topical: Xylonor Spray.


[Internet]. [cited 2017 Desember 06]. Available from:
http://www.universaldental.com.

69
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Topik 2
EVALUASI PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN
GIGI INDIVIDU
Sisca Mardelita, S.Si.T, M. Kes

Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah


kegiatan yang disengaja dan terus-menerus dengan melibatkan pasien, perawat, dan
anggota tim kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam
rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.

Penilaian keperawatan adalah mungukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan


tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Penilaian
adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan
tujuan. Apabila dalam penilaian ternyata tujuan tidak tercapai, maka perlu dicari
penyebabnya.

Dalam proses keperawatan, evaluasi adalah suatu aktivitas yang direncanakan, terus
menerus, aktifitas yang disengaja dimana klien, keluarga dan perawat serta tenaga
kesehatan professional lainnya menentukan:

1. Kemajuan klien terhadap outcome yang dicapai


2. Keefektifan dari rencana asuhan keperawatan

Evaluasi dimulai dengan pengkajian dasar dan dilanjutkan selama setiap kontak
perawat dengan pasien. Frekuensi evaluasi tergantung dari frekuensi kontak yang
ditentukan oleh status klien atau kondisi yang dievaluasi.

Fungsi Evaluasi

1. Menentukan perkembangan kesehatan klien.


2. Menilai efektifitas, efesiensi dan produktifitas.
3. Menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.
4. Sebagai umpan balik untuk memperbaiki mutu.
5. Menunjang tanggung gugat dan tanggung jawab.

Kriteria Evaluasi

1. Efektifitas: yang mengidentifikasi apakah pencapaian tujuan yang diinginkan telah


optimal.
2. Efisiensi: menyangkut apakah manfaat yang diinginkan benar-benar berguna atau
bernilai dari program publik sebagai fasilitas yang dapat memadai secara efektif.
3. Responsivitas: yang menyangkut mengkaji apakah hasil kebijakan memuaskan
kebutuhan/keinginan, preferensi, atau nilai kelompok tertentu terhadap
pemanfaatan suatu sumber daya.

Tehnik Evaluasi

1. Wawancara
Wawancara adalah menanyakan atau membuat tanya-jawab yang berkaitan
dengan masalah yang dihadapi oleh klien, biasa juga disebut dengan anamnesa.
Wawancara berlangsung untu menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan
masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan.

70
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Tujuan dari wawancara adalah untuk memperoleh data tentang masalah


kesehatan dan masalah keperawatan klien, serta untuk menjalin hubungan antara
perawat dengan klien. Selain itu wawancara juga bertujuan untuk membantu klien
memperoleh informasi dan berpartisipasi dalam identifikasi masalah dan tujuan
keperawatan, serta membantu perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut
selama tahap pengajian.
Semua interaksi perawat dengan klien adalah berdasarkan komunikasi.
Komunikasi keperawatan adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan
kemampuan skill komunikasi dan interaksi. Komunikasi keperawatan biasanya
digunaan untuk memperoleh riwayat keperawatan. Istilah komunikasi terapeutik
adalah suatu teknik yang berusaha untuk mengajak klien dan keluarga untuk bertuar
pikiran dan perasaan. Teknik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun
non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
Teknik verbal meliputi pertanyaan terbuka atau tertutup, menggali jawaban dan
memvalidasi respon klien. Teknik non verbal meliputi : mendengarkan secara aktif,
diam, sentuhan dan konta mata. Mendengarkan secara aktif merupakan suatu hal
yang penting dalam pengumpulan data, tetapi juga merupakan sesuatu hal yang sulit
dipelajari.
Tahapan wawancara / komunikasi :
a. Persiapan.
Sebelum melaukan komunikasi dengan klien, Terapis Gigi dan Mulut harus
melakukan persiapan dengan membaca status klien. Terapis Gigi dan Mulut
diharapkan tidak mempunyai prasangka buruk kepada klien, karena akan
mengganggu dalam membina hubungan saling percaya dengan klien.
Jika klien belum bersedia untuk berkomunikasi, Terapis Gigi dan Mulut tidak
boleh memaksa atau memberi kesempatan kepada klien kapan mereka sanggup.
Pengaturan posisi duduk dan teknik yang akan digunakan dalam wawancara harus
disusun sedemikian rupa guna memperlancar wawancara.
b. Pembukaan atau perkenalan
Langkah pertama dalam mengawali wawancara adalah dengan
memperkenalkan diri : nama, status, tujuan wawancara, waktu yang diperlukan
dan faktor-faktor yang menjadi pokok pembicaraan. Terapis Gigi dan Mulut perlu
memberikan informasi kepada klien mengenai data yang terkumpul dan akan
disimpan dimana, bagaimana menyimpannya dan siapa saja yang boleh
mengetahuinya.
c. Isi / tahap kerja

Selama tahap kerja dalam wawancara, Terapis Gigi dan Mulut memfokuskan arah
pembicaraan pada masalah khusus yang ingin diketahui. Hal-hal yang perlu
diperhatikan :

1) Fokus wawancara adalah klien


2) Mendengarkan dengan penuh perhatian. Jelaskan bila perlu.
3) Menanyakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien
4) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien
5) Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada waktunya
6) Bila perlu diam, untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaannya
7) Sentuhan teraputik, bila diperlukan dan memungkinan.

d. Terminasi

Terapis Gigi dan Mulut mempersiapkan untu penutupan wawancara. Untuk itu
klien harus mengetahui kapan wawancara dan tujuan dari wawancara pada awal
perkenalan, sehingga diharapkan pada akhir wawancara Terapis Gigi dan Mulut
dan klien mampu menilai keberhasilan dan dapat mengambil kesimpulan

71
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

bersama. Jika diperlukan, perawat perlu membuat perjanjian lagi untuk


pertemuan berikutnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
wawancara dengan klien adalah :

1) Menerima keberadaan klien sebagaimana adanya


2) Memberikan kesempatan kepada klien untuk menyampaikan keluhan-
keluhannya / pendapatnya secara bebas
3) Dalam melakukan wawancara harus dapat menjamin rasa aman dan nyaman
bagi klien
4) Perawat harus bersikap tenang, sopan dan penuh perhatian
5) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
6) Tidak bersifat menggurui
7) Memperhatikan pesan yang disampaikan
8) Mengurangi hambatan-hambatan
9) Posisi duduk yang sesuai (berhadapan, jarak tepat/sesuai, cara duduk)
10) Menghindari adanya interupsi
11) Mendengarkan penuh dengan perasaan
12) Memberikan kesempatan istirahat kepada klien

2. Pengamatan/observasi

Pengamatan adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh


data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien. Observasi dilakukan
dengan menggunakan penglihatan dan alat indra lainnya, melalui rabaan,
sentuhan dan pendengaran. Tujuan dari observasi adalah mengumpulkan data
tentang masalah yang dihadapi klien melalui kepekaan alat panca indra.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi adalah :

a. Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita lakukan dijelaskan secara terinci
kepada klien (meskipun komunikasi terapeutik tetap harus dilakukan), karena
terkadang hal ini dapat meningkatkan kecemasan klien atau mengaburkan
data (data yang diperoleh menjadi tidak murni). Misalnya : “Pak, saya akan
menghitung nafas bapak dalam satu menit”. Kemungkinan besar data yang
diperoleh menjadi tidak valid, karena kemungkinan klien akan berusaha
untuk mengatur nafasnya.
b. Menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual klien
c. Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan, sehingga dapat dibaca dan
dimengerti oleh perawat yang lain.
3. Studi Dokumentasi

Komponen Evaluasi
Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 komponen (Pinnell dan Meneses, 1986,
hlm. 229-230) :

1. Menentukan kriteria, standar praktik, dan pertanyaan evaluatif.


a) Kriteria
Kriteria digunakan sebagai pedoman observasi untuk pengumpuln data dan
sebagai penentuan kesahihan data yang terkumpul. Semua kriteria yang
digunakan pada tahap evaluasi ditulis sebagai kriteria hasil. Kriteria hasil
menandakan hsil akhir asuhan keperawatan. Sedangkan standar keperawatan
digunakan sebagai dasar untuk evaluasi praktik keperawatan secara luas.
Kriteria hasil didefinisikan sebagai sandar untuk menjelaskan respons atau hasil
dari rencana asuhan keperawatan. Hasil tersebut akan menjelaskan bagaimana
keadaan klien setelah dilakukan observasi.

72
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Kriteria hasil dinyatakan dalam istilah prilaku (behaviour) sebagaiman


disebutkan dalam bab terdahulu, supaya dapat diobservasi atau diukur dan
kemudian dijelaskan dalam istilah yang mudah dipahami. Idealnya, setiap hasil
dapat dimengerti oleh setiap orang yang terlibat dalam evaluasi.

b) Standar Praktik
Standar asuhan keperawatan dapat digunakan untuk mengevaluasi praktik
keperawatan secara luas. Standar tersebut menyatakan hal yang harus
dilaksanakan dan dapat digunakan sebagai suatu model untuk kualitas
pelayanan. Standar harus berdasarkan hasil penelitian, konsep teori, dan dapat
diterima oleh praktik klinik keperawatan saat ini. Standar harus secara cermat
disusun dan diuji untuk menentukan kesesuaian dalam penggunaannya.

c) Pertanyaan Evaluatif
Untuk menentukan suatu kriteria dan standar, perlu digunakan pertanyaan
evaluative (evaluative questions) sebagai dasar mengevaluasi kualitas asuhan
keperawatan dan respons klien terhadap intervensi. Pertanyaan-pertanyaan
yang dapat digunakan untuk mengevaluasi :
1) Pengkajian : apakah dapat dilakukan pengkajian pada klien?
2) Diagnosis : apakah diagnosis disusun bersama dengan klien?
3) Perencanan : apakah tujuan telah diidentifikasi dalam perencanaan?
4) Implementasi : apakah klien mengetahui tentang intervensi yang akan
diberikan?
5) Evaluasi : apakah modifikasi asuhan keperawatan diperlukan?

2. Mengumpukan data mengenai status kesehatan klien yang baru terjadi.

Terapis Gigi dan Mulut professional yang pertama kali mengkaji data klien dan
menyusun perencanaan adalah orang yang bertanggung jawab dalam
mengevaluasi respon klien terhadap intervensi yang diberikan. Perawat lain yang
membantu memberikan intervensi kepada klien harus berpartisipasi dalam proses
evaluasi. Validitas informasi meningkat jika lebih dari satu orang yang ikut
melakukan evaluasi.

3. Menganalisis dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar.

Terapis Gigi dan Mulut memerlukan ketrampilan dalam berfikir kritis, kemampuan
menyelesaikan masalah, dan kemampuan mengambil keputusan klinik.
Kemampuan ini diperlukan untuk menentukan kesesuaian dan pentingnya suatu
data dengan cara membandingkan data evaluasi dengan kriteria serta standar dan
menyesuaikan asuhan keperawatan yang diberikan dengan kriteria dan standar
yang sudah ada. Pada tahap ini perawat dituntut untuk dapat mengidentifikasi
faktor-faktor yang mungkin dapat memengaruhi efektifitas asuhan keperawatan.

4. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.

Pertama kali yang perlu dilaksanakan oleh Terapis Gigi dan Mulut pada tahap ini
adalah menyimpulkan efektivitas semua intervensi yang telah dilaksanakan.
Kemudian menentkan kesimpulan pada setiap diagnosis yang telah dilakukan
intervensi. Yang perlu diingat disini adalah tidak mungkin membuat suatu
perencanaan 100% berhasil oleh karena itu memerlukan suatu perbaikan dan
perubhan-perubahan, sebaliknya tidak mungkin perencanaan yang telah disusun
100% gagal. Untuk itu diperlukan kejelian dalam menyusun perencanaan,
intervensi yang tepat, dan menilai respon klien setelah diintervensi seobjektif
mungkin.

73
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

5. Melaksanakan intervensi yang sesuai berdasarkan kesimpulan.

Pada tahap ini Terapis Gigi dan Mulut melakukan intervensi berdasarkan hasil
kesimpulan yang sudah diperbaiki dari perencanaan ulang, tujuan, kriteria hasil,
dan rencana asuhan keperawatan. Meskipun pengajian dilaksanakan secara rutin
dan berkesinambungan, aspek-aspek khusus perlu dikaji ulang dan penambahan
data untuk akurasi suatu asuhan keperawatan gigi.

Jenis Evaluasi

1. Evaluasi formatif (proses)


Fokus pada evaluasi proses (formatif) adalah aktivitas dari proses keperawatan dan
hasil kualitas peayanan asuhan keperawatan. Evaluasi proses harus dilaksanakan
segera setelah perencanaan keperawatan diimplementasikan untuk membantu
menilai efektivitas intervensi tersebut. Evaluasi proses harus terus menerus
dilaksanakan hingga tujuan yang telah ditentukan tercapai. Metode pengumpulan
data dalam evaluasi proses terdiri atas analisis rencana asuhan keperawatan,
pertemuan kelompok, wawancara, observasi klien, dan menggunakan form evaluasi.
Ditulis pada catatan perawatan. Contoh: membantu pasien duduk semifowler, pasien
dapat duduk selama 30 menit tanpa pusing.

2. Evaluasi Sumatif (hasil)


Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan sesuai waktu
pada tujuan. Ditulis pada catatan perkembangan. Fokus evaluasi hasil (sumatif) adalah
perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir asuhan keperawatan. Tipe
evaluasi ini dilaksanakan pada akhir asuhan keperawatan secara paripurna.

Setelah seorang Terapis Gigi dan Mulut melakukan seluruh proses keperawatan gigi
dari pengkajian sampai dengan evaluasi kepada pasien, seluruh tindakannya harus
didokumentasikan dengan benar dalam dokumentasi keperawatan gigi (kartu status
pasien).

RENCANA
No. KEGIATAN KENDALA
TINDAK LANJUT

Promotif :

1 - Memberikan penyuluhan tentang Pasien hanya bisa menjawab Mengulang


pemeliharaan kesehatan gigi dan 3 dari 5 pertanyaan yang penyuluhan
mulut diajukan

- Mengajarkan cara menyikat gigi


yang benar

Preventif :

2 -Melakukan pembersihan karang gigi Tidak ada kendala Tidak ada

-Melakukan oral prophylaxis

-Melakukan pengolesan larutan fluor

74
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

3 Kuratif : Tidak ada kendala Tidak ada

-Melakukan penambalan pada gigi


11 dengan bahan sewarna gigi

4 Kuratif : Pasien tidak datang pada Menjadwal ulang


tanggal yang telah rencana
Melakukan pencabutan 73 dijadwalkan/ direncanakan pencabutan gigi
73

Latihan

Kasus

Pasien datang ke klinik gigi dengan tujuan ingin di tambal dengan keluhan gigi depan kanan
atas terasa ngilu jika minum dingin dan makan yang asam sejak ± 3 bulan yang lalu,
sebelumnya pasien belum pernah dilakukan perawatan dan sekarang rasa ngilu masih terasa
sesekali tanpa ada rangsangan.

Buatlah pernyataan diagnosa pada kasus di atas.

Kunci Jawaban:
Tidak terpenuhinya kebutuhan pasien akan kesehatan dan kenyamanan saat minum dingin
dan makan ditandai dengan rasa ngilu, disebabkan oleh adanya karies dentin pada bagian
mesial gigi 1.1.

Ringkasan
Diagnosis adalah kesimpulan dari pengkajian dan fokus kepada kebutuhan-
kebutuhan manusia yang dapat dipenuhi melalui pelayanan asuhan keperawatan gigi.
Ketika kebutuhan manusia dari klien tersebut di luar jangkauan pelayanan asuhan
keperawatan gigi maka klien harus dirujuk kepada tenaga kesehatan professional lain
yang sesuai. Diagnosis keperawatan gigi harus diprioritaskan untuk mengarahkan
tindakan keperawatan gigi selanjutnya. Diagnosis keperawatan gigi diperluas
berdasarkan kemungkinan bahwa pelayanan asuhan keperawatan gigi bersifat
individual dan terfokus daripada sesuatu yang bersifat ritual atau rutin. Diagnosis
keperawatan gigi harus diperkuat (divalidasi) untuk meyakinkan bahwa kebutuhan
manusia merupakan focus dari perencanaan pelayanan.
Diagnosis keperawatan gigi dapat dikatakan valid (absah) apabila :

1. Berdasarkan data yang komplit dan akurat.


2. Kedua data obyektif maupun subyektif menjelaskan suatu pola karakteristik dari
tidak terpenuhinya kebutuhan manusia yang berhubungan dengan (dalam ruang
lingkup) kesehatan dan penyakit mulut.
3. Berdasarkan pengetahuan ilmiah keperawatan gigi.
4. Dapat dicegah, dikurangi atau diatasi dengan pelayanan asuhan keperawatan gigi.

75
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Tes 2
Kasus

Keluhan Utama : Pasien datang ke klinik gigi dengan tujuan ingin di tambal dengan
keluhan gigi belakang kanan bawah terasa ngilu jika minum dingin dan makan yang
asam sejak ± 2 bulan yang lalu, sebelumnya pasien belum pernah dilakukan
perawatan dan sekarang tidak ada keluhan.
Setelah dilakukan pemeriksaan lanjutan pada gigi dan mulutnya, dimulai dari
kuadran 1 ditemukan bahwa ada karies kecil tanpa keluhan pada gigi geraham 1
kanan atas bagian oklusal. Pada gigi incisivus 1 kanan atas dan kiri atas, pada gigi
geraham 1 kiri bawah, ada sisa akar tanpa keluhan.

Kemudian setelah dilakukan diagnosa dan perencanaan, didapat hasil sebagai berikut:

GIGI/ RENCANA PERAWATAN


KEMUNGKINAN DIAGNOSIS
KODE TUJUAN INDIKATOR TANGGAL
PENYEBAB WATGILUT RASIONAL KOMPETENSI
ICD10

46/ K - Kebersihan Tidak - Melak - Melakuka - Menghil - Gigi 46 - 1 Maret


021 mulut yang terpenuhin ukan n angkan telah 2018
sedang ya penam penambal rasa dirawat
36/ K - Cara dan waktu balan an gigi 46 ngilu dan
kebutuhan
041 menyikat gigi gigi 46 dengan - Mengem ditambal - 2 Maret
pasien akan - Melak 2018
yang salang bahan GIC balikan dengan
- Pola makan kesehatan uakn - Melakuka bentuk baik
kariogenik dan Pencab n Rujukan anatomi - Gigi 36
- Tidak pernah kenyamana utan pada gigi dan telah
melakukan n saat pada 36 fungsi dirujuk
pemeriksaan minum gigi 36 gigi ke
gigi dan mulut - Menghil profesio
dingin,
secara rutin sngkan nal gigi
- Karies yang ditandai infeksi yang
tidak terawat dengan dan kompete
rasa ngilu, ganggua n
disebabkan n
oleh kesehata
adanya n gigi
mulut
karies
lainnya
dentin pada
bagian
oklusal gigi
46, karies,
dan sisa
akar pada
gigi 36

Bagaimanakah cara anda mengevaluasi tindakan perawatan gigi yang telah dilakukan?

76
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Kunci Jawaban:

TINDAKAN
GIGI/ ASUHAN SOLUSI
RENCANA
TANGGAL KODE KEPERAWATAN KENDALA MENGATASI
PERAWATAN
ICD10 GIGI DAN KENDALA
MULUT

1 Maret 2018 46/ K 021 - Melakukan - Telah - Prosedur - Menggunakan


penambalan dilakukan penambalan alat bantu
gigi 46 penambalan agak lama saliva ejector
dengan pada gigi 46 karena agar area kerja
bahan GIC dengan pasien tetap kering
bahan GIC di hipersalivasi - Memberi
2 Maret 2018 36 / K 041
bagian - Pasien tidak pengertian
- Melakukan oklusal mau pada pasien
rujukan - Telah melakukan dan
tindakan dilakukan perawatan Menjadwalkan
pencabutan Rujukan pencabutan pasien untuk
gigi akar tindakan pada gigi 36 dirujuk PSA
ganda ke pencabutan karena
profesional gigi 36 ke dianggap
gigi yang profesional tidak
kompeten gigi yang mengganggu
kompeten

Daftar Pustaka

Darby M.L., dan Walsh, M., 2014, Dental Hygiene; Theory and Practice, Elsevier

Jo-Anne, J., 2014, http://www.cdha.ca/pdfs/Competencies_and_Standards.pdf, diakses 09


Maret 2018

Karmawati, I.A., Yulita, I., Pudentiana, . Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gigi dan
Mulut, EGC, Jakarta

Potter & Perry, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik,
Jakarta: EGC

Wyche, C.J., 2011. Terapis Gigi dan Mulut Diagnosis and Care Planning

77
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Topik 3
REKAM MEDIS/DOKUMENTASI ASUHAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT INDIVIDU
Sisca Mardelita, S.Si.T, M. Kes

Rekam Medis dalam berbagai kepustakaan dituliskan dalam berbagai pengertian,


seperti dibawab ini:
1. Definisi Rekam Medis Menurut Edna K Huffman: Rekam Medis adalab berkas yang
menyatakan siapa, apa, mengapa, dimana, kapan dan bagaimana pelayanan yang
diperoleb seorang pasien selama dirawat atau menjalani pengobatan.
2. Definisi Rekam Medis Menurut Permenkes No. 749a/Menkes!Per/XII/1989: Rekam
Medis adalah berkas yang beiisi catatan dan dokumen mengenai identitas pasien, basil
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lainnya yang diterima pasien pada
sarana kesebatan, baik rawat jalan maupun rawat inap.
3. Definisi Rekam Medis Menurut Gemala Hatta : Rekam Medis merupakan kumpulan
fakta tentang kehidupan seseorang dan riwayat penyakitnya, termasuk keadaan sakit,
pengobatan saat ini dan saat lampau yang ditulis oleb para praktisi kesehatan dalam
upaya mereka memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.

Isi Rekam Medis merupakan catatan keadaan tubuh dan kesehatan, termasuk data
tentang identitas dan data medis seorang pasien. Secara umum isi Rekam Medis dapat
dibagi dalam dua kelompok data yaitu:
1. Data medis atau data klinis: Yang termasuk data medis adalah segala data tentang
riwayat penyakit, hasil pemeriksaan fisik, diagnosis, pengobatan serta hasilnya,
laporan dokter, perawat, hasil pemeriksaan laboratorium, rontgent dan sebagainya.
Data-data ini merupakan data yang bersifat rahasia (confidential) sebingga tidak dapat
dibuka kepada pibak ketiga tanpa izin dari pasien yang bersangkutan kecuali jika ada
alasan lain berdasarkan peraturan atau perundang-undangan yang memaksa
dibukanya informasi tersebut.
2. Data sosiologis atau data non-medis: Yang termasuk data ini adalah segala data lain
yang tidak berkaitan langsung dengan data medis, seperti data identitas, data sosial
ekonomi, alamat dsb. Data ini oleh sebagian orang dianggap bukan rahasia, tetapi
menurut sebagian lainnya merupakan data yang juga bersifat rahasia (confidensial).

Penyelenggaraan Rekam Medis pada suatu sarana pelayanan kesehatan


merupakan salah satu indikator mutu pelayanan pada institusi tersebut. Berdasarkan data
pada Rekam Medis tersebut akan dapat dinilai apakah pelayanan yang diberikan sudah
cukup baik mutunya atau tidak, serta apakah sudah sesuai standar atau tidak. Untuk
itulah, maka pemerintah, dalam hal ini Departemen Kesehatan merasa perlu mengatur
tata cara penyelenggaraan Rekam Medis dalam suatu peraturan menteri keehatan agar
jelas rambu-rambunya, yaitu berupa Permenkes No.749a1Menkes/Per/XII/1989.
Secara garis besar penyelenggaraan Rekam Medis dalam Permenkes tersebut
diatur sebagai berikut:
1. Rekam Medis harus segera dibuat dan dilengkapi seluruhnya setelah pasien menerima
pelayanan (pasal 4). Hal ini dimaksudkan agar data yang dicatat masih original dan
tidak ada yang terlupakan karena adanya tenggang waktu.
2. Setiap pencatatan Rekam Medis harus dibubuhi nama dan tanda tangan petugas
pelayanan kesehatan. Hal ini diperlukan untuk memudahkan sistim pertanggung-
jawaban atas pencatatan tersebut (pasal 5).

78
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Pada saat seorang pasien berobat ke dokter, sebenarnya telah terjadi suatu hubungan
kontrak terapeutik antara pasien dan dokter. Hubungan tersebut didasarkan atas
kepercayaan pasien bahwa dokter tersebut mampu mengobatinya, dan akan
merahasiakan semua rahasia pasien yang diketahuinya pada saat hubungan tersebut
terjadi.
Dalam hubungan tersebut se«ara otomatis akan banyak data pribadi pasien tersebut
yang akan diketahui oleh dokter serta tenaga kesehatan yang memeriksa pasien tersebut.
Sebagian dari rahasia tadi dibuat dalam bentuk tulisan yang kita kenal sebagai Rekam
Medis. Dengan demikian, kewajiban tenaga kesehatan untuk menjaga rahasia kedokteran,
mencakup juga kewajiban untuk menjaga kerahasiaan isi Rekam Medis.
Pada prinsipnya isi Rekam Medis adalah milik pasien, sedangkan berkas Rekam Medis
(secara fisik) adalah milik Rumah Sakit atau institusi kesehatan. Pasal 10 Permenkes No.
749a menyatakan bahwa berkas rekam medis itu merupakan milik sarana pelayanan
kesehatan, yang harus disimpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5 tahun
terhitung sejak tanggal terakhir pasien berobat. Untuk tujuan itulah di setiap institusi
pelayanan kesehatan, dibentuk Unit Rekam Medis yang bertugas menyelenggarakan
proses pengelolaan serta penyimpanan Rekam Medis di institusi tersebut.

Manfaat Rekam Medis


Permenkes no. 749a tahun 1989 menyebutkan bahwa Rekam Medis memiliki 5 ,
manfaat yaitu:
1. Sebagai dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien
2. Sebagai bahan pembuktian dalam perkara hukum
3. Bahan untuk kepentingan penelitian
4. Sebagai dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan dan
5. Sebagai bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan.

Dalam kepustakaan dikatakan bahwa rekam medis memiliki 5 manfaat, yang untuk
mudahnya disingkat sebagai ALFRED, yaitu:
1. Adminstratlve value: Rekam medis merupakan rekaman data adminitratif pelayanan
kesehatan.
2. Legal value: Rekam medis dapat.dijadikan bahan pembuktian di pengadilan
3. Financial value: Rekam medis dapat dijadikan dasar untuk perincian biaya pelayanan
kesehatan yang harus dibayar oleh pasien
4. Research value: Data Rekam Medis dapat dijadikan bahan untuk penelitian dalam
lapangan kedokteran, keperawatan dan kesehatan.
5. Education value: Data-data dalam Rekam Medis dapat bahan pengajaran dan
pendidikan mahasiswa kedokteran, keperawatan serta tenaga kesehatan lainnya.

Diantara semua manfaat Rekam Medis, yang terpenting adalah aspek legal Rekam
Medis. Pada kasus malpraktek medis, keperawatan maupun farmasi, Rekam Medis
merupakan salah satu bukti tertulis yang penting. Berdasarkan informasi dalam Rekam
Medis, petugas hukum serta Majelis Hakim dapat menentukan benar tidaknya telah
terjadi tindakan malpraktek, bagaimana terjadinya malpraktek tersebut serta menentukan
siapa sebenarnya yang bersalah dalam perkara tersebut.
Dokumentasi atau Rekam data gigi merupakan catatan mengenai apa yang ditemukan
dokter gigi atau Terapis gigi dan Mulut pada saat pasien datang dan kemudian tindakan
apa yang dilakukan termasuk perawatan yang dilakukan pada gigi dan mulut pasien.
Membuat rekam medik merupakan kewajiban seorang dokter gigi terhadap pasiennya
sebagai bukti tentang pelayanan kesehatan gigi yang telah diberikan kepada pasien. Saat
ini telah ditetapkan Standar Nasional Rekam Medik Kedokteran Gigi yang disusun bersama
oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, bersama-sama dengan Fakultas Kedokteran
Gigi baik Swasta maupun Pemerintah di seluruh Indonesia serta profesi-profesi terkait dan
Kepolisian Negara RI.

79
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Dalam rekam medik gigi, data-data penting yang perlu dicatat, dirangkum dalam lembar
rekam medik gigi sehingga berfungsi sebagai check list agar selalu dapat diperiksa :

1. Identitas Pasien
2. Keadaan Umum Pasien
3. Odontogram
4. Data Perawatan Kedokteran Gigi
5. Nama Dokter Gigi/ Terapis Gigi dan Mulut yang merawat.

LOGO INSTITUSI POLTEKES

KARTU PEMERIKSAAN PASIEN

A. PENGKAJIAN

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : T

Tempat tanggal lahir : Cirebon, 11 Juli 1989

No. Induk Kependudukan : 3209281107880002

Jenis kelamin : Laki-laki/ Perempuan

Suku/ ras : Sunda

Alamat rumah : Jl. H. Midi II Limo Depok

No. Telepon/ Hp : 08131234567

Pekerjaan : PNS

Alamat Kantor : Jl. Lebak Bulus III No. 1 Cilandak Barat JakSel

2. ANAMNESA
Keluhan Utama : Pasien datang ke klinik gigi dengan tujuan ingin di tambal dengan
keluhan gigi belakang kanan bawah terasa ngilu jika minum dingin dan makan yang
asam sejak ± 2 bulan yang lalu, sebelumnya pasien belum pernah dilakukan
perawatan dan sekarang tidak ada keluhan.
Keluhan Tambahan:
Mulut terasa bau dan gusi mudah berdarah ……………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………………….............................
.............
3. RIWAYAT KESEHATAN UMUM
Golongan darah : ........

Tekanan darah : 120/ 80 Hypertensi/ Hypotensi/ Normal

Penyakit jantung : Tidak ada/ ada

Diabetes : Tidak ada/ ada

Kelainan pembekuan darah : Tidak ada/ ada

80
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Hepatitis : Tidak ada/ ada

Gastritis : Tidak ada/ ada

Penyakit lainnya : Tidak ada/ ada

Alergi obat : Tidak ada/ ada ………………………………

Alergi : Tidak ada/ ada ………………………………

4. RIWAYAT KESEHATAN GIGI


a. Pengetahuan Pasien tentang Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut:
1) Menurut pasien bagaimana cara/ tehnik menyikat gigi yang baik? (peragaan
langsung/ dapat menggunakan phantom)
TIDAK
AREA VERTIKAL HORIZONTAL ROLL
DISIKAT

Permukaan labial/buccal 

Permukaan lingual/ palatal 

Permukaan kunyah 

2) Menurut pasien kapan saja waktu menyikat gigi yang tepat:


Setelah mandi pagi dan sore.......................................................

3) Menurut pasien bagaimana cara memelihara kesehatan gigi dan mulut selain
menyikat gigi: Bersiwak..............................................................

b. Pengalaman dan kebiasaan pasien :


YA TIDAK
1. Pasien pernah dirawat gigi sebelumnya di……….. 
2. Pasien pernah mengalami pelayanan yang tidak memuaskan/ 
menjadikan cemas, takut untuk diperiksa.
3. Pasien menyikat gigi minimal 2x sehari, pagi setelah sarapan dan 
malam sebelum tidur
4. Pasien mempunyai kebiasaan makan makanan kariogenik seperti: 
permen, cokelat, dodol dsb.
5. Pasien makan buah-buahan dan sayuran yang berserat dan berair 
setiap hari
6. Pasien mempunyai kebiasaan sebagai berikut:
a. Minum teh/ kopi 
b. Minum minuman beralkohol/ bersoda 
c. Merokok 
d. Mengunyah satu sisi *kiri/ kanan 
e. Mengunyah sirih/ tembakau 
f. Kebiasaan menggigit benda keras 
g. Bruxism 
h. Menghisap ibu jari 

c. Pemeriksaan Extra Oral:


1) Muka : Simetris/ tidak simetris

81
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

2) Kelenjar limpe : Kanan Kiri

Teraba / Tidak Teraba Teraba / Tidak Teraba

Keras / Lunak Keras / Lunak

Sakit / Tidak Sakit Sakit / Tidak Sakit

d. Pemeriksaan Intra Oral


1) Pemeriksaan Mukosa Mulut

a. Lidah : Tidak ada kelainan...............


b. Pipi : Tidak ada kelainan..............
c. Bibir : Tidak ada kelainan..............
d. Palatum : Tidak ada kelainan..............
e. Gusi : isi tabel dibawah ini

Regio Gigi Lokasi Pocket Peradangan Perlekatan Abses Lain-lain

12,11,21,22 Anterior    - -

bawah

2) Kebersihan Gigi dan Mulut/ OHI-S

18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23
24 25 26 27 28

48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33
34 35 36 37 38

Debris Calculus

2 0 2 Skor 1 0 1

16 11 26 Gigi Indeks RA 16 11 26

46 31 36 Gigi Indeks RB 46 31 36

2 1 2 Skor 1 0 1

DI CI OHI-S Kriteria OHI-S

82
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

9/6=1,5 4/6=0,6 2,1 B/S/K

3) Pemeriksaan Jaringan Keras Gigi

11 [51] sound sound 21 [61]


12 [52] sound sound 22 [62]
13 [53] sound sound 23 [63]
14 [54] sound sound 24 [64]
15 [55] O fis sound 25 [65]
16 D car O fis 26
17 O cof – rct O car 27
18 sound Sound 28

PRE

PRE
48 PRE PRE 38
47 O car Sou 37
46 sou Sou 36
45 [85] sou Sou 35 [75]
44 [84] sou Sou 34 [74]
43[83] sou Sou 33[73]
42[82] sou sou 32[72]
41[81] sou sou 31[71]

83
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

SINGKATAN TAMBAHAN :

imv = Impacted Visible gif = GIC/ Silika px = Implan

dia = Diastema inl = Inlay abu = Abutment

att = Atrisi mpc = Metal Porcelain Crown frd = Partial Denture

abr = Abrasi gmc = Gold Metal Crown fld = Full denture

KODE ICD10
: K 046
Persistensi : K 006 Abses RA Gangrenpulpa : K 041

Mobility karena DM : K 080 Abses RB : K 047 Gingivitis kronis : K 051

Mobility bukankarena : K 081 Iritasipulpa : K 020 Calculus : K 036


DM

Mesio Angular : K 011 Hiperemipulpa : K 021

Periodontitis : K 053 Pulpitis kronis : K 040

4) Penghitungan DMF-T / def-t :


Gigi tetap :
D : 3
M : 0
F : 1
DMF- T : 4

84
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

Gigi susu :
d : -
e : -
f : -
def-t : -

5) Pengolahan Data:

INDIKATOR TARGET PENCAPAIAN KESENJANGAN PROSENTASE PRIORITAS

DMF-T ≤1 4 -3 -3/1 x 100%= -300% I

def-t ≤1 - - - -

OHI-S ≤ 1,2 2,1 -0,9 -0,9/1,2 x 100%= -80% II

6) Pemeriksaan Gigi Geligi


Inspeksi
Gigi (Kedalaman & Sondasi Thermis Perkusi Palpasi Mobilitas Masalah
Lokasi)

47 Terlihat karies (+) (+) - - - Gigi terasa ngilu


dentin di oklusal

Terlihat karies
16 (-) (-) - - - Gigi tidak ada
email di distal
keluhan

Terlihat karies
Gigi tidak ada
27 email di oklusal (-) (+) - - -
keluhan

7) Kelainan gigi/ Anomali gigi


a. Occlusi : Normal bite / Cross bite / Steep bite
b. Bentuk : Normal
c. Warna : Normal
d. Posisi : Normal
e. Ukuran : Normal
f. Struktur: Normal

85
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

B. DIAGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN

RENCANA
GIGI/ PERAWATAN
KEMUNGK
KODE DIAGNOSIS INDIKAT TANG
INAN KOMP TUJUAN
ICD1 WATGILUT RASIO OR GAL
PENYEBAB ETEN
0 NAL
SI

- Pengeta Tidak - Me - Me - Menin - Diket 1


huan terpenuhin lak lak gkatka ahuin Maret
kesgilut ya uk uka n ya 2018
kurang an n penget peng
kebutuhan
- Kebersih pe pe ahuan etahu
an pasien ny ny tentan an
mulut akan ulu ulu g tenta
yang pengetahu ha ha pemeli ng
sedang an/ n n haraan peme
- Cara ten ten keseha ilihar
dan pemahama tan tan tan gigi aan
waktu n tentang g g dan keseh
menyika kesehatan kes kes mulut atan
t gigi gigi dan eh eh gigi
yang ata ata dan
mulut, - Menin
salah n n mulu
- Pola ditandai gigi gigi gkatka t oleh
makan pola da da n pasie
kariogen makan dan n n penget n
ik cara mu mu ahuan - Pasie
- Mengun menyikat lut lut dan n
yah satu - Me - Me ketera dapat
gigi yang
sisi ng ng mpilan meny
salah, menyik
aja aja ikat
disebabkan rka rka at gigi gigi
kurangnya n n denga deng
pengetahu car car n an
an tentang asi asi benar benar
pemelihara kat kat
gigi gigi
an
ya yan
kesehatan
ng g
gigi dan be be
mulut nar nar

86
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

25,26 - Pengeta Tidak - Me - Me - Mengh - Terbe 1


,36,3 huan terpenuhin lak lak indark basny Maret
2,31, kesgilut ya uk uka an a 2018
kurang an n risiko selur
41,42 kebutuhan
- Kebersih pe pe terjadi uh
,47 / an akan mb mb nya jaring
K 051 mulut kebersihan ers ersi penyak an
yang gigi dan iha ha it peny
sedang mulut n n jaringa angg
- Cara dengan kal kal n a gigi
dan adanya bau kul kul penyan dari
waktu us us gga kalkul
mulut,
menyika - Me - Me dan us,
t gigi ditandai lak lak jaringa debri
yang adanya uk uka n keras s, dan
salah pendaraha an n gigi plak
- Pola n pada gusi ora ora
makan region l l
kariogen anterior pro pro
ik ph ph
bawah,
- Mengun yla yla
yah satu disebabkan xis xis
sisi debris dan
kalkulus
pada
permukaan
gigi

87
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

47 / - Kebersih Tidak - Me - Me - Mengh - Gigi - 1


K 021 an terpenuhin lak lak ilangka 47 Mar
mulut ya uk uka n rasa dan et
16, yang an n ngilu 16 201
kebutuhan
27 / sedang pe pe - Menge telah 8
- Cara pasien na na mbalik diraw
K 020
dan akan mb mb an at
waktu kesehatan ala ala bentuk dan - 2
menyika dan n n anato ditam Mar
t gigi kenyamana gigi gigi mi dan bal et
yang 47, 47, fungsi deng 201
n saat
salang 16, 16, gigi an 8
minum
- Pola 27 27 baik
makan dingin, de - Gigi
kariogen ditandai ng 27
ik dengan an telah
- Tidak rasa ngilu, ba ditam
pernah disebabkan ha bal
melakuk oleh n deng
an GIC an
adanya
pemerik baik
saan gigi karies
dan dentin
mulut pada
secara bagian
rutin oklusal gigi
- Karies
47, karies
yang
tidak email pada
terawat bagian
distal gigi
16, dan
karies
email pada
bagian
oklusal gigi
27

88
 Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Individu

C. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

GIGI/ KODE TINDAKAN ASUHAN


TANGG RENCANA S
ICD10 KEPERAWATAN GIGI DAN KENDALA
AL PERAWATAN K
MULUT

1 - Melakukan - Telah dilakukan - Pasien hanya dapat


Maret penyuluhan penyuluhan tentang menjawab 3 dari 6
2018 tentang pemeliharaan kesehatan pertanyaan yang
kesehatan gigi gigi dan mulut diajukan, karena
dan mulut kurang konsentrasi
- Masih ada bagian gigi
yang berwarna merah
saat plak kontrol
- Telah diajarkan cara sesudah sikat gigi,
- Melakukan menyikat gigi yang benar dikarenakan pasien
demonstrasi sikat masih kaku dan belum
gigi terbiasa dengan cara
menyikat gigi yang
diajarkan
1 25,26,36,32,3 - Melakukan - Telah dilakukan - Tidak ada kendala -
Maret 1,41,42,47 / pembersihan pembersihan kalkulus dan
2018 K 051 kalkulus permukaan gigi sudah
bersih dari kalkulus
- Telah dilakukan oral
prophylaxis sehingga
permukaan gigi sudah
- Melakukan oral bersih dari debris dan plak
prophylaxis
1 47 / K 021 - Melakukan - Telah dilakukan - Prosedur penambalan -
Maret penambalan gigi penambalan pada gigi 47 agak lama karena
2018 47 dengan bahan dengan sub base dan pasien hipersalivasi
GIC bahan GIC di bagian - Penambalan gigi 16
oklusal tidak sesuai jadwal -
- Telah dilakukan yang seharusnya,
16 / K 020 - Melakukan
2 penambalan pada gigi 16 karena pasien ada
Maret penambalan gigi dengan bahan GIC di keperluan mendadak
16 dengan bahan bagian distal - Penambalan gigi 27
2018
GIC tidak sesuai jadwal,
karena pasien ada -
- Telah dilakukan tugas keluar kota
penambalan pada gigi 27
27 / K 020 dengan bahan GIC di
8 - Melakukan bagian oklusal
penambalan gigi
Maret
27 dengan bahan
2018
GIC

89
Latihan

1. Jelaskan Aspek yang perlu dicatat/ dibuatkan rekam medik dalam proses asuhan
kesehatan gigi dan mulut.
2. Rekam medik mempunyai 5 (lima) manfaat yang disebut ALFRED, coba saudara
jelaskan satu per satu.

Ringkasan

Dokumentasi atau Rekam data gigi merupakan catatan mengenai apa yang ditemukan
dokter gigi atau Terapis gigi dan Mulut pada saat pasien datang dan kemudian tindakan
apa yang dilakukan termasuk perawatan yang dilakukan pada gigi dan mulut pasien.
Membuat rekam medik merupakan kewajiban seorang dokter gigi terhadap pasiennya
sebagai bukti tentang pelayanan kesehatan gigi yang telah diberikan kepada pasien. Saat
ini telah ditetapkan Standar Nasional Rekam Medik Kedokteran Gigi yang disusun bersama
oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, bersama-sama dengan Fakultas Kedokteran
Gigi baik Swasta maupun Pemerintah di seluruh Indonesia serta profesi-profesi terkait dan
Kepolisian Negara RI.
Dalam rekam medik gigi, data-data penting yang perlu dicatat, dirangkum dalam lembar
rekam medik gigi sehingga berfungsi sebagai check list agar selalu dapat diperiksa :

1. Identitas Pasien
2. Keadaan Umum Pasien
3. Odontogram
4. Data Perawatan Kedokteran Gigi
5. Nama Dokter Gigi/ Terapis Gigi dan Mulut yang merawat.

Tes 3
Kasus

Keluhan Utama : Pasien datang ke klinik gigi dengan tujuan ingin di tambal dengan
keluhan gigi belakang kanan bawah terasa ngilu jika minum dingin dan makan yang
asam sejak ± 2 bulan yang lalu, sebelumnya pasien belum pernah dilakukan
perawatan dan sekarang tidak ada keluhan.
Setelah dilakukan pemeriksaan lanjutan pada gigi dan mulutnya, dimulai dari
kuadran 1 ditemukan bahwa ada karies kecil tanpa keluhan pada gigi geraham 1
kanan atas bagian oklusal. Pada gigi incisivus 1 kanan atas dan kiri atas, pada gigi
geraham 1 kiri bawah, ada sisa akar tanpa keluhan.
Buatlah rekam medik pasien tersebut secara lengkap, mulai dari proses pengkajian
sampai dengan evaluasi.

90
Kunci Jawaban:

Lihat contoh dari materi, maka anda diharapkan dapat mengidentifikasi dan
mendokumentasikan tiap proses keperawatan.

Daftar Pustaka

Darby M.L., dan Walsh, M., 2014, Dental Hygiene; Theory and Practice, Elsevier

Jo-Anne, J., 2014, http://www.cdha.ca/pdfs/Competencies_and_Standards.pdf, diakses 09


Maret 2018

Karmawati, I.A., Yulita, I., Pudentiana, . Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gigi dan
Mulut, EGC, Jakarta

nurdiariani.blogspot.co.id/2011/11/contoh-format-rekam-medik_19.html

Wyche, C.J., 2011. Terapis Gigi dan Mulut Diagnosis and Care Planning

91
BAB IV
PENGKAJIAN PELAYANAN ASUHAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT
INDIVIDU
Sulur Joyo Sukendro, S.SiT,M.Kes

Pendahuluan

S audara-saudara mahasiswa, salam sukses untuk Anda semua. Pada bab sebelumnya
Anda sudah mempelajari konsep, proses, dan tahapan pelayanan asuhan kesehatan gigi
dan mulut individu.
Pada bab ini Anda akan mempelajari dua topik yang meliputi pemeriksaan subyektif
pada klien individu, dan pemeriksaan obyektif pada klien individu. Kedua tindakan
tersebut dilakukan sebagai tindakan pengkajian pelayanan asuhan kesehatan gigi dan
mulut individu.
Pemeriksaan subyektif adalah cara mengumpulkan data berdasarkan keluhan gigi
dan mulut dari klien. Anda akan mempelajari tahapan pemeriksaan subyektif yang
meliputi pengumpulan data identitas klien; keluhan klien; riwayat kesehaan umum;
riwayat kesehatan gigi. Pemeriksaan obyektif adalah cara mengumpulkan data
berdasarkan kondisi gigi dan mulut klien. Anda akan mempelajari tahapan pemeriksaan
obyektif yang meliputi pemeriksaan ekstra oral; pemeriksaan intra oral; penilaian risiko
penyakit gigi dan mulut; pemeriksaan gigi geligi.
Tujuan setelah mengikuti mata kuliah ini Anda (mahasiswa) mampu melakukan
pengkajian berupa pemeriksaan subyektif dan obyektif pada klien pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut individu sesuai prosedur.
Namun demikian sebelum Anda melakukan praktik pengkajian pada klien pelayanan
asuhan kesehatan gigi dan mulut individu di klinik, Anda sudah harus menguasai
pengetahuan konsep, proses, dan tahapan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
individu. Untuk itu persiapkan diri Anda dengan mempelajari kembali ilmu-ilmu di atas,
sebagai bekal untuk melakukan pengkajian berupa pemeriksaan subyektif dan obyektif
pada klien pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu.

Pada tahapan pengkajian dimulai suatu hubungan antara perawat gigi dan klien berupa
hubungan kerjasama yang ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan
pengamalan dalam membina hubungan yang terapeutik. Dalam prosesnya, perawat gigi membina
hubungan sesuai dengan tingkat perkembangan klien dengan mendorong perkembangan klien
dalam menyadari dan mengindetifikasi masalah dan membantu pemecahan masalah.

92
Proses berhubungan perawat gigi dengan klien dapat dibagi dalam 4 tahap yaitu tahap pra
interaksi, tahap orientasi, tahap kerja, dan tahap terminasi. Penjelasan dari empat tahapan
tersebut adalah sebagai berikut :

A. Tahap pra interaksi


1 Merupakan tahap dimana merupakan masa persiapan sebelum berhubungan
dan berkomunikasi dengan orang lain.
2 Langkah yang perlu dilakukan adalah :
a. Mengevaluasi diri, melakukan persiapan diri, yaitu
1). Memaksimalkan kemampuan diri dengan jalan meningkatkan
pengetahuan, teknik berwawancara yang baik, menimba pengalaman.
2). Meminimalkan kelemahan diri (rasa cemas, kurang percaya diri dan
sebagainya)
b. Persiapan tahapan hubungan/berinteraksi
1). Dapatkan data tentang klien jika memungkinkan
2). Apakah interaksi yang akan dilakukan merupakan pertemuan pertama
atau pertemuan lanjutan
3). Apakah tujuan dari pertemuan tersebut (pengkajian/ observasi/
tindakan perawatan)
4). Tindakan yang nantinya akan dilakukan
5). Bagaimana cara melakukan tindakan tersebut
c. Rencana interaksi
1). Persiapan tertulis rencana percakapan
2). Teknik berkomunikasi
3). Teknik observasi selama berhubungan dengan orang lain/klien
B. Tahap orientasi
1 Tahap dimana dimulai ketika perawat bertemu dengan klien pertama kali
2 Untuk menggali dan mendapat informasi yang akurat dan obyektif perlu
menggunakan teknik komunikasi dalam wawancara.
3 Dalam tahap ini antara perawat dan klien saling bertukar pikiran dan membuat
penilaian tentang perilaku masing-masing.
4 Ada 5 kegiatan pokok :
a. Testing
Klien sering “menguji” perawat karena kesulitan klien untuk mengetahui
kebutuhannya yang harus dibantu oleh perawat. Ketakutan untuk
mengekspresikan perasaan yang sebenarnya dan kecemasan yang
dirasakan sering menyebabkan kebutuhan klien berubah-ubah. Perawat
yang menyadari dan mengetahui keraguan yang dialami klien akan
menunjukkan rasa percaya diri dan kemampuan yang lebih baik. Pada
kegiatan ini perawat dan klien saling mengidentifikasi nama masing-masing.
Perawat tidak harus defensif tetapi sebaiknya menjadi terbuka dan
menunjukkan perhatian yang ikhlas tentang kondisi klien.
b. Building trust
Rasa percaya (trust) menjadikan seseorang mengikuti apa yang dikatakan
dan diminta seseorang tanpa ragu-ragu atau menimbulkan pertanyaan.
Pemberian perawatan yang tulus dan mengekspresikan perhatian demi

93
kesehatan klien merupakan kekuatan untuk menciptakan rasa percaya pada
klien.
c. Identification of problem and goals
Pada awal bertemu dengan klien, pada saat itu pula perawat telah memulai
mengkaji status kesehatan klien melalui pengamatan dan interaksi yang
terjadi, perawat mulai membuat diagnosis masalah yang dihadapi klien.
d. Clarification of role
setelah masalah teridentifikasi, perawat dan klien bersama-sama
menetapkan tujuan yang akan dicapai. Ketika klien mampu berpartisipasi
dalam pembuatan tujuan tersebut dan memahami keuntungan yang akan
diraih, intervensi keperawatan yang dilakukan akan lebih efektif
e. Contract formation
perawat melakukan kontrak kerja dengan klien berdasarkan tujuan yang
sudah disepakati
C. Tahap kerja
1 Tahap ini merupakan inti hubungan perawat dengan klien yang terkait dengan
pelaksanaan rencana tindakan yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
2 Perawat harus bekerja keras untuk memenuhi tujuan yang ditetapkan pada tahap
sebelumnya.
3 Terbagi dalam 2 kegiatan pokok, yaitu :
a. Menyatukan proses komunikasi dengan tindakan keperawatan.
b. Membangun suasana yang mendukung untuk proses perubahan.
4 Fokus tahap ini adalah merubah perilaku mal adaptif menjadi adaptif
D. Tahap terminasi
1 Merupakan akhir pertemuan perawat dan klien
2 Meliputi : evaluasi hasil kegiatan dan evaluasi tindak lanjut
Proses berhubungan perawat gigi dengan klien tersebut dimulai pada dimulai saat pengumpulan
data.

Pengumpulan data dimulai sejak klien masuk ke sarana pelayanan kesehatan


(initial assessment), selama klien dirawat secara terus-menerus (on going assessment),
serta pengkajian ulang untuk menambah / melengkapi data (re-assessment).
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara
sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-kebutuhan terhadap
kesehatan gigi dan mulut.
Pengumpulan data merupakan tahap awal dalam proses asuhan kesehatan gigi dan
mulut. Dari data yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang
dihadapi klien. Selanjutnya data dasar tersebut digunakan untuk menentukan diagnosa
kesehatan gigi dan mulut, merencanakan asuhan kesehatan gigi dan mulut, serta
intervensi asuhan kesehatan gigi dan mulut untuk mengatasi masalah-masalah klien.
Tujuan pengumpulan data adalah :
A. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien.
B. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien.
C. Untuk menilai keadaan kesehatan klien.
D. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langah-langkah berikutnya.

94
Informasi yang diperlukan meliputi :

A. Segala sesuatu tentang klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial & spiritual


B. Kemampuan dalam mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari
C. Masalah kesehatan dan intervensi asuhan kesehatan gigi dan mulut yang mengganggu
kemampuan klien
D. Keadaan sekarang yang berkaitan dengan rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut yang akan
dilakukan terhadap klien

Sumber data meliputi :

A. Sumber data primer, adalah data-data yang dikumpulkan dari klien, yang dapat
memberikan informasi yang lengkap tentang masalah kesehatan dan keperawatan
yang dihadapinya.
B. Sumber data Sekunder, adalah data-data yang diumpulkan dari orang terdekat klien
(keluarga), seperti orang tua, saudara, atau pihak lain yang mengerti dan dekat dengan
klien
C. Sumber data lainnya, catatan klien (perawatan atau rekam medis klien) yang
merupakan riwayat penyakit dan perawatan klien di masa lalu.

Metoda pengumpulan data

A. Wawancara
Wawancara adalah menanyakan atau membuat tanya-jawab yang berkaitan dengan
masalah yang dihadapi oleh klien, biasa juga disebut dengan anamnesa. Wawancara
berlangsung untu menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang
dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan. Teknik
pengumpulan data yang kurang efektif :
1. Pertanyaan tertutup : tidak ada kebebasan dalam mengemukakan pendapat /
keluhan / respon. contoh : Apakah Anda menyikat gigi dua kali sehari ?.
2. Pertanyaan terrarah : secara khas menyebutkan respon yang diinginkan.
Contoh : Anda setuju bukan?
3. Menyelidiki : mengajukan pertanyaan yang terus-menerus
4. Menyetujui / tidak menyetujui. Menyebutkan secara tidak langsung bahwa
klien benar atau salah. Contoh : Anda tidak bermaksud seperti itu kan?
Untuk itu gunakan selalu pertanyaan terbuka, seperti sebutkan nama dan
tanggal kelahiran anda?, berapa kali keluhan rasa sakit timbul dalam sehari?
B. Observasi
Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data
tentang masalah kesehatan umum dan kesehatan gigi dan mulut klien. Observasi
dilakukan dengan menggunakan penglihatan dan alat indra lainnya, penglihatan,
perabaan/sentuhan, pendengaran.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi adalah :
1. Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita lakukan dijelaskan secara terinci
kepada klien (meskipun komunikasi terapeutik tetap harus dilakukan), karena
terkadang hal ini dapat meningkatkan kecemasan klien atau mengaburkan data
(data yang diperoleh menjadi tidak murni). Misalnya : Pak, saya akan
95
menghitung nafas bapak dalam satu menit`, kemungkinan besar data yang
diperoleh menjadi tidak valid, karena kemungkinan klien akan berusaha untuk
mengatur nafasnya.
2. Menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual klien
3. Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan, sehingga dapat dibaca dan
dimengerti oleh perawat yang lain.
C. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik klien untuk menentukan
masalah kesehatan klien. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan berbagai cara,
diantaranya adalah
1. Inspeksi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh dan
rongga mulut yang diperiksa melalui pengamatan. Hasilnya seperti : kulit
kebiruan (sianosis), wajah yang tidak simetris, , dll
2. Palpasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui perabaan terhadap bagian-
bagian tubuh yang mengalami kelainan. Misalnya adanya tumor, oedema,
krepitasi pada tulang rahang, dll.
3. Aukultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui pendengaran. Biasanya
menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan
adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
4. Perkusi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengetuk bagian tubuh/gigi
geligi menggunakan tangan atau alat bantu, Contohnya seperti ujung kaca
mulut yang digunakan untuk mengetuk gigi geligi yang dikeluhkan klien.
5. Studi Dokumentasi
Berdasarkan hasil analisa dari rekam medik kesehatan klien pada waktu
lampau hingga aktual

Proses pengumpulan data

Dalam proses pengumpulan data, ada beberapa format yang dapat dipakai sebagai acuan,
antara lain format SOAPIE, catatan fokus,dan Catatan SOAP-TOPE.

A. Format SOAPIE
SOAPIE merupakan metoda sistematis untuk mencatat beberapa peristiwa perawatan.
Singkatan SOAPIE ini terdiri dari S (data subjektif), O (data objektif), A (analisis atau
diagnosa), P (perencanaan), I (implementasi), dan E (evaluasi). Adapun penjelasan dari
SOAPIE adalah sebagai berikut :
S : SUBJEKTIF adalah catatan berhubungan dengan masalah dari sudut pandang
klien. Ekspresi klien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai
kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa. Pada orang
yang bisu, di bagian data di belakang “S” diberi tanda “0” atau “X” ini
menandakan orang itu bisu. Data subyektif menguatkan diagnosa yang akan
dibuat.

96
O : OBYEKTIF adalah data atau bukti gejala klinis klien dan fakta yang berhubungan
dengan diagnosa. Data phisiologi, obserfasi yang jujur , informasi kajian teknologi
(hasil laboratorium, sinar X, rekamam EKG, dll ) dapat digolongkan kategori ini .
Apa yang di obserfasi oleh perawat gigi akan menjadi komponen penting dari
diagnose yang akan ditegakkan. Catatan ini menggambarkan pendokumentasian
hasil pemeriksaan fisik lain, hasil pemeriksaan laboratorium dan test diagnostic
lainnya yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung asuhan atau
menegakan diagnosa.
A : ASSESMENT adalah pengkajian yaitu masalah atau diagnosa yang ditegakkan
berdasarkan data atau informasi subyektif dan obyektif yang dikumpulkan dan
disimpulkan. Karena keadaan disimpukan secara berpisah-pisah, maka proses
pengkajian adalah sesuatu yang penting dalam mengikuti perkembangan klien
dan menjamin sesuatu perubahan baru cepat diketahui dan dapat diikuti
sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
P : PLANNING adalah membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang, ini
untuk mengusahakan mencapai kondisi klien sebaik mungkin atau menjaga
/mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu
dari kebutuhan klien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan
yang diambil harus membantu klien mencapai kemajuan dalam kesehatan dan
harus mendukung rencana dokter gigi jika melakukan kolaborasi.
I : IMPLEMENTASI adalah pelaksanaan rencana tindakan untuk mengatasi masalah,
keluhan, atau mencapai tujuan klien. Tindakan ini harus disetujui oleh klien
kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan klien. Oleh
karena itu, pilihan klien harus sebanyak mungkin menjadi bagian dari proses ini.
Apabila kondisi klien berubah, intervensi mungkin juga harus berubah atau
disesuaikan.
E : EVALUASI adalah tafsiran dari efek tentang tindakan yang telah diambil adalah
penting untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisa dari hasil yang
dicapai menjadi fokus dari penilaian ketepatan tindakan. Kalau tujuan tidak
tercapai, proses evaluasi dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan
alternatif sehingga dapat mencapai tujuan.
B. Catatan fokus
Catatan fokus memakai singkatan Fokus DAR, yaitu Data, Aksi/tindakan, dan Respons,
untuk mencatat data perawatan. Berikut merupakan contohnya:
Fokus : Ketakutan yang berhubungan dengan kemungkinan efek negatif karena
pembersihan karang gigi.

D : Klien menyatakan “Saya takut sesuatu yang mengerikan saat pembersihan karang
gigi akan terjadi.”

A : Perencanaan perawatan awal

R : Tidak dapat diterapkan

C. Catatan SOAP-TOPE
Catatan SOAP-TOPE merupakan metoda sistematis untuk mencatat asuhan kesehatan
gigi. Singkatan SOAP-TOPE ini terdiri dari S (Subjective : data subyektif), O (Objective :
data obyektif), A (Assessment : analisis atau diagnosa), P (Plan : perencanaan), T
97
(Treatment : tindakan/implementasi), O(Oral Hygiene Education : pendidikan
kesehatan gigi), P (Personal Notes : Catatan perawatan pribadi) dan E (Exam : Latihan
menjaga kesehatan gigi). Adapun penjelasan dari SOAP-TOPE adalah sebagai berikut :
S : SUBYEKTIF adalah catatan berhubungan dengan keluhan pasien dan gejala yang
dilaporkan, seperti saat rasa nyeri/linu, sakit, berapa lama hal itu terjadi, kapan
dan di mana keluhan itu terjadi, dan lain-lain. Bagian ini juga mencakup catatan
riwayat kesehatan gigi dan mulut saat pasien datang.
O : OBYEKTIF adalah catatan berhubungan dengan hasil pemeriksaan sebenarnya
dari tekanan darah, kondisi kesehatan pasien saat ini, temuan pemeriksaan
ekstra dan intra oral, radiograf, mobilitas, perkusi, tes dingin, deskripsi gingiva ,
dan deskripsi singkat pemeriksaan jaringan periodontal.
A : Assessment adalah catatan berhubungan dengan penilaian / analisis / diagnosa
kebersihan gigi berdasarkan semua temuan sebelumnya.
P : Planing adalah catatan berhubungan dengan rencana tindakan saat itu atau yang
akan datang, ini untuk mengusahakan mencapai kondisi klien sebaik mungkin
atau menjaga /mempertahankan kesehaan gigi dan mulutnya.
T : Treatment : tindakan/implementasi adalah catatan berhubungan dengan asuhan
kesehatan gigi dan mulut berupa oral propilaksis, fluoride, fissure sealant,
scalling, dan perawatan kesehatan gigi dan mulut lainnya.
O : Oral Hygiene Education : pendidikan kesehatan gigi adalah catatan berhubungan
dengan tindakan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut, teknik menyikat gigi, cara
mencegah kerusakan gigi dan mulut, kesehatan gusi dan jaringan periodontal,
dan lain sebagainya.
P : Personal Notes : Catatan perawatan pribadi adalah catatan berhubungan dengan
beberapa catatan dari apa yang Anda bicarakan dengan pasien, termasuk
perjanjian perawatan selanjutnya, informasi kegiatan pekerjaan atau sekolah
yang berkaitan dengan program kesehatan gigi, kejadian keluarga atau peristiwa
penting yang akan terjadi berkaitan dengan program kesehatan gigi. Catatan
perjanjian berikutnya dalam 6 bulan kedepan atau sesuai kebutuhan pasien. Pada
tahap ini juga membangun hubungan yang bermakna dengan pasien agar tujuan
asuhan kesehatan gigi dan mulut tercapai.
E : Exam : Latihan menjaga kesehatan gigi adalah catatan berhubungan dengan
program asuhan kesehatan gigi dan mulut bagi klien. Selain itu dilakukan
dokumentasi rencana kegiatan perawatan yang perlu diselesaikan selanjutnya.

Tahap awal pengumpulan data adalah pemeriksaan subyektif pada klien individu, pada tahap ini
dilakukan pengkajian asuhan kesehatan gigi dan mulut.

98
Topik 1

Pemeriksaan Subyektif Pada Klien Individu


Pengkajian adalah upaya pengumpulan data mengenai status kesehatan gigi dan
mulut klien, informasi kemampuan klien untuk mengelola kesehatan gigi dan mulut serta
hal-hal yang mencakup perilaku kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan klien. Mari kita
masuk pada topik pertama, yaitu topik tentang pemeriksaan subyektif pada klien individu.
Pemeriksaan subyektif berisi informasi atau data tentang keluhan yang dirasakan
klien, agar dapat di identifikasi masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan gigi. Pada
bagian ini setidaknya ada 4 hal yaitu identitas klien, keluhan klien, riwayat kesehatan
umum, riwayat kesehatan gigi.
A. Identitas klien
Identitas klien diperlukan sebagai data setelah tindakan dapat pula sebagai data
mortem (dental forensic). Pada tahapan pertama ini perawat gigi menjalin sambung
rasa, kemudian baru menggali identitas. Keberhasilan setiap proses komunikasi sangat
dipengaruhi oleh terbinanya sambung rasa antara klien dan tenaga kesehatan gigi.
Apabila terjadi gangguan sambung rasa yang seharusnya terbina sebagai awal serta
pembuka proses komunikasi maka akan berakibat keengganan klien untuk
wawancara : ketidak percayaan klien terhadap perawat gigi; ketakutan klien terhadap
tenaga kesehatan gigi.
Keadaan tersebut sudah barang tentu akan menyebabkan gangguan komunikasi,
sehingga data yang diperoleh perawat gigi tentang klien tadi juga kurang akurat. Oleh
karena itu mengingat sangat pentingnya proses ini, upaya membina sambung rasa
harus benar-benar dilakukan sehingga mahir. Pada latihan penggalian data subyektif
kali ini membina sambung rasa antara klien dan perawat gigi diulangi kembali
dengan penekanan pentingnya pola hubungan antara perawat gigi dan klien yang
sederajat.
Setiap tahap sambung rasa terbina maka langkah pertama penggalian data
subyektif adalah mengetahui identitas klien, yaitu:
Data yang mengenai diri klien pribadi,
1. nama
2. umur
3. jenis kelamin
4. bangsa-suku
Data pribadi yang berkaitan dengan latar belakang klien :

1. tempat tinggal
2. pekerjaan
3. sosial-ekonomi
4. data mengenai keadaan fisik
5. hobbi (bila perlu)
Data mengenai diri klien maupun yang berkaitan dengan latar belakang klien dapat
memberikan informasi yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan dalam
rangka mengelola klien. Misalnya nama seseorang dipakai sebagai identitas diri supaya tidak
keliru dengan orang lain.

99
Data nama penting pula untuk digunakan pada waktu penggalian data subyektif dengan
cara kita menyebut namanya. Seseorang yang diajak bicara bila kita sebut namanya akan
merasa lebih akrab dan lebih dianggap sebagai manusia dari pada kita sebut "Anda" atau
"Tuan". Penyebutan nama juga akan menunjukkan bahwa kita memperhatikan lawan bicara.
Hal ini penting untuk melanjutkan pembinaan sambung rasa. Kadang-kadang nama juga
menunjukkan tentang kaitannya dengan suku atau bangsa tertentu, tentang agama atau
kepercayaan, atau tentang status sosial. Misalnya nama Hasibuan berkaitan dengan seorang
suku Batak, sedangkan Dwijosubroto berkaitan dengan seorang suku Jawa. Nama Nurul Aini
mungkin sekali berkaitan dengan seorang yang memeluk agama Islam sedangkan Maria
Kristiani mungkin sekali berkaitan dengan pemeluk agama Kristen. Nama Joyokusumo
mungkin sekali berkaitan dengan status seseorang yang cukup tinggi di lingkungan kraton
Yogyakarta sedangkan Joyoirono mungkin sekali adalah orang desa. Dapat pula ditanyakan
nama panggilan atau lebih senang dipanggil siapa.

Umur seseorang disamping untuk melengkapi identitas seseorang, juga dapat digunakan
untuk memikirkan kecenderungan penyakit pada usia tersebut. Pada orang lanjut usia
cenderung terserang penyakit kardiovaskuler atau penyakit degenerasi.

Jenis kelamin merupakan data mengenai diri klien yang digunakan untuk melengkapi
data klien. Jenis kelamin juga dapat dikaitkan dengan penyakit tertentu. Jenis kelamin ini juga
dapat dipakai sebagai dasar pemikiran tentang jenis hormon yang berbeda antara laki-laki dan
wanita yang mempengaruhi faali tubuh secara berbeda pula. Bangsa dan suku tertentu
memiliki ketahanan yang berbeda terhadap penyakit tertentu.

Data pribadi yang berkaitan dengan klien misalnya alamat, disamping dipakai
sebagai identitas dan untuk keperluan surat menyurat, juga dapat memberikan
informasi tentang kondisi lingkungan yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi.
Alamat juga dapat memberikan gambaran tentang kelas ekonomi penghuninya.
Pekerjaan klien juga dapat memberikan informasi yang dapat diperkirakan seberapa
tinggi status sosial-ekonomi seseorang. Mungkin juga pekerjaan berkaitan
dengan tingginya gaji/penghasilan seseorang yang dihubungkan dengan latar
belakang pendidikan. Misalnya apakah si "A" itu di bidang kesehatan atau bidang
teknik, sebagai lulusan SD, SMP, SMU, Diploma, S1, S2, S3 dan sebagainya. Disamping
itu jenis pekerjaan tertentu merupakan faktor risiko terhadap penyakit tertentu.
Misalnya orang yang bekerja di pabrik yang bising cenderung ada gangguan
pendengarannya dan sebagainya.
Data sosial dan riwayat pribadi klien merupakan suatu data yang menjelaskan
mengenai gambaran subjektif mengenai pekerjaan klien, status pernikahan, serta
menerangkan kebiasaan dan gaya hidup yang biasa dilakukan oleh klien. Data
kehidupan sosial klien dapat membantu seorang perawat gigi untuk mengetahui
kemungkinan adanya hubungan antara faktor kehidupan sosial dengan riwayat sakit
yang dikeluhkan oleh klien saat ini.
Data identitas klien meliputi : Nama lengkap; Tempat dan tanggal lahir;
Pekerjaan; Alamat rumah; Jenis Kelamin; Agama; Golongan darah; Status pernikahan
(bila perlu); Pendidikan dan kewarganegaraan; Nomor Telpon.
B. Keluhan klien
Keluhan klien saat datang ke sarana pelayanan gigi akan berpengaruh terhadap
pertimbangan dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan kepada klien. Selain
mengetahui keluhan klien, juga perlu dilakukan pengembangan masalah yang ada
100
dalam keluhan klien dan lain - lain. Mencari tahu kapan klien merasakan sakit/ rasa
tidak nyaman sejak pertama kali terasa, apakah bersifat berselang atau terus menerus,
dilihat apakah terlalu klien merasakan sakit, dilihat faktor pemicunya contoh lokasi,
faktor pemicu, karakter, keparahan, penyebaran.
Mengumpulkan keluhan klien dengan cara melakukan ketrampilan penggalian
data subyektif . Penggalian data subyektif adalah wawancara yang dilakukan
terhadap seseorang yang bertujuan untuk mengumpulkan data dari orang tersebut.
Penggalian data subyektif biasanya dilakukan dalam bidang kesehatan dan psikologi.
Penggalian data subyektif dapat dilakukan oleh seorang dokter kepada kliennya,
perawat kepada kliennya atau petugas kesehatan lainnya kepada klien atau kliennya,
ataupun psikolog terhadap kliennya. Penggalian data subyektif dapat dilakukan pada
orang yang bersangkutan ataupun kepada keluarga/teman dekat/orang yang
mengetahui keadaan orang/klien tersebut. Pada penggalian data subyektif, sambung
rasa dan pendekatan perlu dilakukan. Tanpa pendekatan dan sambung rasa yang baik,
data yang dikumpulkan tidak akan lengkap dan akurat, karena tidak semua klien/klien
dapat mengungkapkan segala penderitaan/sakitnya dengan lengkap. Mereka perlu
diberi kepercayaan, rasa aman, sehingga dapat memberikan keterangan dengan
leluasa, hingga dapat memberikan keterangan dengan leluasa. Kadang-kadang klien
juga lupa atau malu memberikan keterangan, sehingga kemampuan untuk menggali
keterangan dari klien memang diperlukan oleh seorang perawat gigi.
Agar penggalian data subyektif dapat berjalan dengan baik dan lancar,
beberapa keterampilan komunikasi sebaiknya dimiliki. Syarat utama mempunyai
keterampilan komunikasi yang baik adalah seringnya melakukan latihan keterampilan
komunikasi. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam penggalian data subyektif
adalah :
1. Menunjukkan empati (empati adalah kemampuan untuk dapat merasakan dan
memahami perasaan orang lain). Empati dapat dilakukan dengan menjadi pembicara
dan pendengar yang baik, dapat bertanya dengan baik, menjaga suasana, serta
memahami bahasa verbal dan non verbal.
2. Melakukan cross check/klarifikasi sehingga perawat gigi tidak keliru dalam
menangkap pembicaraan klien. Cross check dapat dilakukan dengan :
a. Melakukan paraphrase
b. Pengulangan bisa dilakukan dengan seluruh kalimat jika perlu
c. Pertanyaan dapat menggunakan cara dan bahasa yang benar dan hasil yang sama
d. Cross-check dapat dilakukan di akhir penggalian data subyektif dengan memberikan
ringkasan terhadap data yang telah diungkapkan klien
3. Mendapatkan umpan balik, sehingga dokter dapat mengetahui, pertanyaannnya jelas
atau tidak, informasi yang diberikan dapat diterima dengan jelas atau tidak. Cara
mendapatkan umpan balik adalah sebagai berikut :
a. bila ada pertanyaan mendapatkan jawaban "dahi berkerut", berarti klien tidak
paham dengan pertanyaan yang diajukan. tanyakan pada klien : "Apakah Bapak
kurang begitu jelas terhadap pertanyaan saya?" Bila jawabannya ya, cobalah untuk
bertanya kembali, gunakan bahasa yang lebih sederhana dan singkat.
b. Setelah Anda memberikan nasihat atau informasi, berikan kesempatan pada klien
untuk bertanya, adakah informasi/nasihat yang kurang jelas.
c. Umpan balik dapat diberikan klien setelah selesai penggalian data subyektif .
Tanyakan pada klien apakah ada hal-hal yang kurang jelas, atau pertanyaan yang
kurang jelas.
101
Saat melakukan penggalian data subyektif , perawat gigi bertugas untuk menggali data
klien dan nantinya menyelesaikan masalah yang dihadapi klien. Diantaranya memberikan
terapi, memeriksa dan memberikan penjelasan serta nasihat. Oleh karena itu perawat gigi
harus dapat menggali data, menguasai cara menjelaskan penyakit serta menggali masalah
klien dengan menjelaskan penyakit klien dengan detail.

Pada prakteknya, perawat gigi akan berhadapan dengan berbagai macam sifat, sikap dan
perilaku manusia. Oleh karenanya kemampuan melakukan pembicaraan betul-betul
dibutuhkan. Hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan penggalian data subyektif
adalah :

1. Persiapan untuk mananggulangi rasa takut dan gugup dengan latihan.


2. Persiapan teknik mengumpulkan informasi (semakin banyak informasi yang Anda
kuasai akan semakin baik) dengan menyiapkan catatan kecil dan menyiapkan alat
bantu.
Tujuan Penggalian data subyektif :

1. Membentuk hubungan perawat gigi - klien dengan cara:


a. melakukan sambung rasa dengan mengucapkan salam
b. bersikap ramah, sopan dan mempersiapkan tempat duduk
c. menjaga suasana serius tapi rileks
d. berbicara dengan lafal yang jelas
e. menggunakan bahasa yang dapat dipahami
f. menggali informasi yang diberikan klien secara detail, tetapi relevan
g. menjadi pendengar yang baik
h. mengetahui bahasa non verbal
i. mencatat hasil wawancara
j. melakukan umpan balik
k. melakukan cross check
l. bersikap netral terhadap klien
m. wawancara tidak terkesan menyelidiki atau interogasi
n. menutup wawancara dengan mengucapkan salam
2. Menggali informasi medik, dengan menanyakan :
a. data pribadi yang berkaitan dengan latar belakang klien
b. menanyakan keluhan utama :

Proses penggalian data subyektif dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut klien
individu sesuai tahapan sebagai berikut :

1. Setelah menanyakan identitas klien dilanjutkan menanyakan keluhan klien.


2. Menanyakan keluhan :
a. riwayat penyakit saat ini/yang menyebabkan klien datang
i) bagian mana yang ada keluhan ?
ii) bagaimana keluhannya ?
iii) sejak kapan ?
iv) bagaimana jika terkena rangsangan mekanis, chemis, thermis ?
v) bagaimana pada malam hari ?
b. riwayat penyakit sebelumnya (komponen sama riwayat penyakit saat ini)
c. riwayat pengobatan gigi yang pernah dilakukan baik medis maupun tradisional.
d. permintaan pengobatan/perawatan gigi dari klien
3. Menanyakan kecemasan pasien, yaitu respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak
102
menyenangkan dan dialami berkaitan masalah kesehatan gigi dan mulutnya.
4. Menanyakan keluhan masalah kesehatan gigi yang lain yaitu keluhan yang dirasakan klien
pada gigi yang lain sebagai pertimbangan untuk perencanaan tindakan yang akan datang /
berikutnya.

Informasi yang diperoleh saat menanyakan keluhan klien dicatat dalam bentuk
resume/kesimpulan yang penting-penting saja. Dituliskan secara berurutan sesuai
tahapan proses penggalian data subyektif dalam pelayanan kesehatan gigi dan mulut
klien individu. Adapun contoh penulisan resume/kesimpulan keluhan subyektif adalah
sebagai berikut :
Contoh keluhan subyektif :
Klien datang dengan keluhan sejak 3 hari yang lalu gigi geraham atas kiri terasa linu
bila digunakan untuk makan, minum yang dingin, asam dan manis. Rasa linu bertahan
beberapa saat setelah selesai makan minum yang dingin , asam dan manis. Bila
digunakan makan tidak ada keluhan. Sebelumnya kurang lebih 3 minggu yang lalu gigi
yang sama kadang terasa linu kadang tidak bila digunakan makan minum dingin, asam
dan manis. Rasa linu hilang setelah rangsangan dihilangkan. Pada malam hari tidak ada
keluhan. Selama ini belum pernah diobati dan khawatir kerusakan bertambah parah,
sekarang giginya minta dirawat.

Contoh keluhan subyektif lain :


Gigi yang lain ada yang berlubang namun belum ada keluhan.

Selain dengan pertanyaan tersebut dapat juga dilakukan pengumpulan data dengan
menggunaan metode mnemonik PQRST (Provokatif Quality Region Severity Time),
yaitu mengumpulkan informasi vital yang berkaitan dengan proses nyeri pasien.
Berikut adalah metode Mnemonik tersebut :
P : Provocative or Palliative
Apa penyebab timbulnya keluhan ?
Hal apa yang memperberat/mengurangi keluhan ?
Keluhan psikologis yang dirasakan ?
Q : Quality or Quantity
Bagaimana gambaran dari keluhan yang dirasakan, dilihat, didengar ?
Seberapa sering merasakan keluhan tersebut ?
R : Region or Radiation
Dimana lokasi atau area yang dikeluhkan ?
Bagaimana penjalaran keluhannya ?
S : Skala or Severity
Bagaimana skala nyeri yang disraskan jika keluhan di beri nilai 1-10 ?
T : Timing and Treatment
Kapan keluhan mulai dirasakan ?
Apakah keluhan terjadi mendadak atau bertahap ?
Seberapa lama keluhan berlangsung ketika kambuh ?

C. Riwayat kesehatan umum

103
Pada tahapan ini, perawat gigi menanyakan keluhan sistem pada semua sistem
badan dengan menanyakan baik yang kemungkinan dirasakan atau tidak, tanpa
menggali keluhan tersebut mengenai durasi, kualitas dan kuantitasnya, dimulai dari
sistem yang terkait dilanjutkan dengan keluhan sistem lainnya, juga tidak menjadi
riwayat penyakit sekarang, dahulu dan keluarga.
Pada proses ini kemampuan perawat gigi dalam mengekplorasi sistem-sistem
tubuh klien sangat ditentukan oleh pemahaman macam-macam keluhan yang ada
pada setiap sistem badan. Lengkap tidaknya keluhan yang dapat digali oleh perawat
gigi dan kliennya akan lebih dapat mengarahkan pada diagnosis yang tepat. Pada
prakteknya penelusuran penggalian data subyektif sistem harus relevan dengan
keluhan utama klien dan dugaan terhadap diagnosis yang akan ditegakkan, termasuk
diagnosis bandingnya. Tingkat relevansinya keluhan umum dengan keluhan sistem
yang akan digali mencerminkan pemandangan seutuhnya dan kecermatan perawat
gigi kepada klien. Untuk menjaga agar proses penggalian data subyektif tidak bertele-
tele terutama dalam menggali keluhan dalam sistem badan, maka perlu dilatih dan
dibiasakan menanyakan dengan lengkap keluhan pada masing-masing sistem badan.
Menanyakan keluhan sistem pada semua sistem badan yang berkaitan dengan
penyakit gigi dan mulut dengan menanyakan baik yang kemungkinan dirasakan atau
tidak, tanpa menggali keluhan tersebut mengenai durasi, kualitas dan kuantitasnya.
Riwayat kesehatan umum klien merupakan satu hal yang sangat penting dalam
pemeriksaan subjektif. Hal-hal yang perlu dicatat pada riwayat kesehatan umum klien
yaitu penyakit sistemik yang diderita, pernah diderita, pengobatan yang pernah
dilakukan dan sedang dilakukan, alergi, kehamilan, pendarahan, dan status
emosionalnya.
Riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan juga perlu diperhatikan, hal ini
berguna untuk menentukan alternatif pemberian obat ataupun tindakan lain.
Riwayat kesehatan umum penting diketahui untuk mencari kemungkinan hubungan
antara sakit yang pernah dialami dengan kelainan gigi dan mulutnya. Mengidentifikasi
riwayat kesehatan umum dapat berguna untuk:
1. Mengetahui penyakit medik itu sendiri.
2. Menjadi faktor predisposisi masalah kondisi oral seperti gangguan hematological.
3. Menyebabkan masalah oral seperti sindrom.
4. Mempengaruhi perawatan dalam rencana perawatan.

Data riwayat kesehatan umum yang ditanyakan diantaranya :


1. Perasaan kesehatan secara umum saat ini.
2. Riwayat kesehatan secara umum kurang lebih selama 5 tahun terakhir.
3. Apakah klien mempunyai reaksi alergi terhadap hal-hal sebagai berikut :
a. Makanan.
b. Obat-obatan.
c. Lain-lain.
4. Klien sedang dalam perawatan / mengkonsumsi obat yang diresepkan/tidak
diresepkan oleh dokter/dokter gigi.

D. Riwayat kesehatan gigi

104
Pada tahapan ini, perawat gigi menanyakan riwayat kesehatan gigi lain yang akan
mendukung atau berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan keluhan
utama pada klien. Riwayat kesehatan gigi merupakan ringkasan dari penyakit gigi yang
pernah diderita. Riwayat ini memberi informasi yang sangat berharga mengenai sikap
klien terhadap kesehatan gigi, pemeliharaan, serta perawatannya. Informasi demikian
tidak hanya berperan penting dalam penegakan diagnosis, melainkan berperan pula
pada rencana perawatan. Pertanyaan yang diajukan hendaknya menanyakan informasi
mengenai tanda dan gejala baik kini maupun di masa lalu. Riwayat kesehatan gigi ini
merupakan langkah awal teramat penting dalam menentukan diagnosis yang
spesifik. Informasi dalam riwayat kesehatan gigi mengungkapkan pula penyakit-
penyakit gigi yang pernah dialami klien di masa lalu serta petunjuk mengenai masalah
psikologis yang mungkin ada dan menerangkan sejumlah temuan klinis yang tidak
jelas. Contohnya, akar yang pendek dan asimptomatik atau resorpsi akar mungkin
disebabkan oleh perawatan ortodonsia. Nyeri dapat timbul pada gigi yang baru saja
direstorasi atau setelah perawatan periodontium yang luas. Informasi ini tidak hanya
mengidentifikasikan sumber keluhan klien, melainkan juga membantu dalam memilih
tes atau cara perawatannya.
Riwayat kesehaan gigi keluarga mempunyai beberapa kegunaan. Pertama, pada
kelainan gen tunggal dan langka, riwayat positif adanya keluarga dengan kelainan
serupa atau riwayat konsanguinitas (hubungan lewat darah) dapat memberikan
implikasi diagnostik yang penting. Yang kedua, pada penyakit dengan etiologi yang
bersifat multifaktorial dan memiliki agregasi keluarga terdapat kemungkinan untuk
mengenali klien yang beresiko menderita penyakit tersebut dan melakukan intervensi
sebelum timbulnya manifestasi yang nyata. Sebagai contoh, pertambahan berat badan
berlebih yang baru saja dialami merupakan perkembangan yang mengancam pada
seorang perempuan dengan riwayat penyakit diabetes dalam keluarga dibandingkan
dengan individu tanpa riwayat penyakit tersebut dalam keluarga. Dalam situasi
tertentu, riwayat keluarga mempunyai implikasi penting bagi ilmu kedokteran
pencegahan. Apabila suatu keadaan mengarah pada kelainan herediter yang diketahui
sebagai faktor predisposisi terjadinya kanker ditegakkan, perawat gigi mempunyai
kewajiban untuk mengikuti kemungkinan ini dengan seksama dalam diri klien, untuk
mengamati keluarga klien dan untuk memberikan penyuluhan kepada mereka tentang
perlunya pemeriksaan follow-up jangka panjang.
Data riwayat kesehatan gigi yang perlu ditanyakan oleh seorang perawat gigi
diantaranya :
1. Riwayat perawatan gigi sebelumnya.
2. Pengalaman perawatan gigi sebelumnya.
3. Informasi bagaimana cara memelihara kesehatan gigi dan mulut.
4. Informasi waktu menyikat gigi.
5. Kemampuan menyikat gigi.
6. Diet makanan yang manis dan lengket.
7. Informasi makan buah-buahan dan sayuran yang berserat.
8. Informasi kebiasaan sebagai berikut :
a. Minum teh/kopi.
b. Minum minuman beralkohol.
c. Minum minuman bersoda.
105
d. Merokok.
e. Mengunyah satu sisi.
f. Mengunyah sirih/tembakau.
g. Menggigit-gigit benda keras.
h. Bruxism.
9. Lain-lain : berkaitan informasi kesehatan gigi dan mulut yang dibutuhkan.

Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah
latihan berikut!
1. Sebutkan dan jelaskan tahapan pemeriksaan subyektif.
Ringkasan
Pemeriksaan subyektif berisi informasi atau data tentang keluhan yang dirasakan
klien, agar dapat di identifikasi masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan gigi. Pada
bagian ini setidaknya ada 4 hal yaitu identitas klien, keluhan klien, riwayat kesehatan
umum, riwayat kesehatan gigi. Data identitas klien meliputi : Nama lengkap; Tempat dan
tanggal lahir; Pekerjaan; Alamat rumah; Jenis Kelamin; Agama; Golongan darah; Status
pernikahan (bila perlu); Pendidikan dan kewarganegaraan; Nomor Telpon. Data keluhan
klien meliputi : data riwayat penyakit saat ini/yang menyebabkan klien datang; bagian
mana yang ada keluhan; bagaimana keluhannya; sejak kapan; bagaimana jika terkena
rangsangan mekanis, chemis, thermos; bagaimana pada malam hari; riwayat penyakit
sebelumnya; riwayat pengobatan gigi yang pernah dilakukan baik medis maupun
tradisional; permintaan pengobatan/perawatan gigi dari klien; kecemasan pasien. Data
riwayat kesehatan umum meliputi : Perasaan kesehatan secara umum saat ini; Riwayat
kesehatan secara umum kurang lebih selama 5 tahun terakhir; Riwayat alergi; Riwayat
klien sedang dalam perawatan/mengkonsumsi obat yang diresepkan/tidak diresepkan
oleh dokter/dokter gigi. Data riwayat kesehatan gigi meliputi : Riwayat perawatan gigi
sebelumnya; Pengalaman perawatan gigi sebelumnya; Informasi bagaimana cara
memelihara kesehatan gigi dan mulut; Informasi waktu menyikat gigi; Kemampuan
menyikat gigi; Diet makanan yang manis dan lengket; Informasi makan buah-buahan dan
sayuran yang berserat; Informasi kebiasaan sebagai berikut : Minum teh/kopi; Minum
minuman beralkohol; Minum minuman bersoda; Merokok; Mengunyah satu sisi;
Mengunyah sirih/tembakau; Menggigit-gigit benda keras; Bruxism; Lain-lain : berkaitan
informasi kesehatan gigi dan mulut yang dibutuhkan.

Tes 1
1 Lakukanlah pemeriksaan subyektif pada klien dengan keluhan sakit gigi ringan!
2 Mintalah pembimbing anda untuk mengawasi dan menilai tindakan pemeriksaan
subyektif yang anda lakukan menggunakan Kartu Pencatatan Asuhan Kesehatan Gigi
dan Mulut (Kesgimul) dan Format Penilaian yang tersedia.
106
Kartu Pencatatan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut (Kesgimul) bagian pemeriksaan subyektif

KARTU PENCATATAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Klien No Rekam Medis : .........................


Nama Lengkap : …………………………………… ….... Jenis Kelamin :L/P

Tempat tgl. Lahir : ……………………………………....... Agama :


…………..............

Pekerjaan : …………………………………… ….... Gol. Darah :


…………..............

Alamat : ……………………………………........ No Telpon :


…………..............

….........................................

2. Keluhan Klien
..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

3. Riwayat Kesehatan Umum :

Materi Wawancara YA TIDAK


Klien merasa dalam keadaaan sehat
Selama 5 tahun terakhir ini, klien pernah dinyatakan mengalami penyakit
serius, menjalani operasi dan atau di rawat inap di rumah sakit?
Kalau YA, sebutkan nama penyakitnya:...........................................................
Klien mempunyai kelainan pembekuan darah : ...........................................
Klien mempunyai reaksi alergi terhadap hal-hal sebagai berikut :
a. Makanan .............................................................
b. Obat-obatan .....................................................
c. Lain-lain : .................................
Klien sedang dalam perawatan/mengkonsumsi obat yang diresepkan/tidak
diresepkan oleh dokter/dokter gigi
Lain-lain :
.....................................................................................................................

107
4. Riwayat Kesehatan Gigi :

Materi Wawancara YA TIDAK


Klien pernah di rawat gigi sebelumnya
Kalau sudah pernah dirawat, apakah pengalaman perawatannya tidak
memuaskan atau menjadikan cemas/takut untuk diperiksa ulang?
Klien mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan gigi dan mulut
yang baik dan benar
Klien melakukan menyikat gigi minimal 2 kali sehari setelah makan pagi dan
sebelum tidur malam. Kemampuan menyikat gigi : ..........................................
Klien menyikat gigi dengan cara yang benar, tepat dan cermat
Klien mengurangi makanan yang manis dan lengket
Klien memperbanyak makan buah-buahan dan sayuran yang berserat
Klien mempunyai kebiasaan sebagai berikut :
a. Minum teh/kopi
b. Minum minuman beralkohol
c. Minum minuman bersoda
d. Merokok
e. Mengunyah satu sisi
f. Mengunyah sirih/tembakau
g. Menggigit-gigit benda keras
h. Bruxism
Lain-lain : .......................................................................................

108
Format Penilaian Tes 1
ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN

Pemeriksaan subyektif 100

1 Tahap pra interaksi Max = 10 50

Persiapan diri 0,1,2 x 50 = .........

Persiapan tempat 0,1,2 10

Persiapan alat 0,1,2

Persiapan bahan 0,1,2

Persiapan klien 0,1,2

2 Tahap orientasi Max = 41 50

Menanyakan identitas klien 0,1,2,3,4,5,6,7,8

Menanyakan keluhan klien 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9 x 50 = .......

Menanyakan riwayat kesehaan umum 0,1,2,3,4,5,6,7 41

Menanyakan riwayat kesehatan gigi 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,10


,11,12,13,14,15,16,
17

JUMLAH ......

109
Topik2

Pemeriksaan Obyektif Pada Klien Individu


Mari kita masuk pada topik kedua, yaitu topik tentang pemeriksaan obyektif pada
klien individu. Pemeriksaan obyektif dimuali dengan pengkajian pengkajian tingkat
kesadaran umum. Pengkajian tingkat kesadaran umum adalah ukuran dari kesadaran dan
respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan
menjadi :
1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya,
sikapnya acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-
teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang
lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah
dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga
tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
Untuk asuhan kesehatan gigi dan mulut pada klien dengan kebutuhan khusus seperti
klien yang adalam perawatan intensive maka dapat dilakukan pengkajian tingkat
kesadaran dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS). Yakni Penilaian kemampuan
kesadaran yang dilihat dari pemeriksaan kemampuan orientasi, pertimbangan, abstraksi,
kosa kata, dan daya ingat. GCS adalah cara untuk menilai tingkat kesadaran berdasar
respon mata, bicara, motorik.

110
Tabel 4.1 pengkajian tingkat kesadaran dengan
menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS)

Sumber : Perry dan Potter, (2005)

Pengukuran berat badan adalah untuk mengetahui kondisi pertumbuhan dan gizi
anak. Pengukuran berat badan digunakan untuk mengukur pertumbuhan secara umum
dan menyeluruh. Pastikan kualitas alat yang digunakan untuk mengukur berat badan serta
ketelitian perawat gigi saat melakukan pengukuran, untuk menghindari error data.
Persiapan saat mengukur berat badan :
A. Letakkan alat timbang di bagian yang rata/datar dan keras
B. Jika berada di atas rumput yang tebal atau karpet atau permadani, maka pasang kaki
tambahan pada alat timbangan untuk bisa mengatasi daya pegas dari als yang tebal
C. Pastikan alat timbang menunjukkan angka 00.00 sebelum digunakan
D. Jelaskan kepada klien tujuan dari pengykuran berat badan
E. Pastikan klien tidak menggunakan pakaian tebal, popok, selimut, dan lain-lain untuk
mendapatkan hasil pengukuran yang akurat.

Pengukuran tinggi badan Tinggi badan digunakan untukmengukur pertumbuhan linier.


Untuk klien dewasa dan anak yang sudah bisa berdiri maka menggunkan alat ukur yang
ditempelkan di dinding. Pada bayi pengukuran tinggi badan dapat mengunakan alat ukur datar dan
rata menyerupai meja yang disertai meteran. Persiapan saat mengukur tinggi badan pada bayi :

A. Dengan bantuan orang tua klien, baringkan anak dipermukaan keras yang rata dengan
memegang punggung anak dengan satu tanagan dan bagian bawah badan dengan
tangan lainnya. Perlahan-lahan turunkan anak ke atas permukaan keras tersebut
dengan bagian kaki menempel ke ke kayu pembatas
B. Pegang kepala anak dari kedua sisi telinga. Tempelkan kepala anak di abgian atas
papan ukur, pastikan anak memendang lurus ke depan.
C. Tempetkan tangan kiri terapis gigi di ujung tulang kering anak atau pada lutut anak
dan tekan dengan kuat ke arah permukaan meja ukur.
D. Gunakan tangan kanan terapis gigi untuk menggeser alat pengukur ke arah kepala
anak. Pastikan terapis menekan rambut si anak
E. Baca dan catatlah hasil pengukuran
Pengkajian tanda-tanda vital adalah pengukuran tanda-tanda fungsi vital tubuh yang paling
dasar. Tanda-tanda vital antara lain :

111
A. Pengukuran tekanan darah.
Tekanan darah adalah kekuatan yang mendorong darah terhadap dinding arteri.
Tekanan darah ditentukan oleh kekuatan dan jumlah darah yang dipompa, dan ukuran
serta fleksibelitas dari arteri,diukur dengan alat pengukur tekanan darah (tensimeter)
dan stetoskop. Tekanan darah terus-menerus berubah tergantung pada aktivitas,
suhu, makanan, keadaan emosi, sikap, keadaan fisik, dan obat-obatan yang yang
sedang dikonsumsi.

Tabel 4.2 Jumlah tekanan darah yang normal berdasarkan usia seseorang adalah :
Bayi usia di bawah 1 tahun 85/15 mmHg
Usia 1 – 6 bulan 90/60 mmHg
Usia 6 -12 bulan 96/65 mmHg
Usia 1 – 4 tahun 99/65 mmHg
Usia 4 – 6 tahun 160/60 mmHg
Usia 6 - 8 tahun 185/60 mmHg
Usia 8 – 10 tahun 110/60 mmHg
Usia 10 -12 tahun 115/60 mmHg
Usia 12 -14 tahun 118/60 mmHg
Usia 14 – 16 tahun 120/65 mmHg
Usia 16 tahun ke atas 130/75 mmHg
Usia lanjut 130-139/85-89 mmHg
Sumber : Perry dan Potter, (2005)

B. Penghitungan nadi
Nadi adalah denyut nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah arteri yang
berdasarkan systol dan dyastole dari jantung. Denyut nadi adalah jumlah denyut
jantung, atau berapa kali jantung berdetak per menit. Tempat untuk menghitung
denyut nadi yaitu arteri radialis, temporalis, carotis, femoralis, dorsalis pedis, politela,
barcialis.

Tabel 4.3 Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah :
Usia Kali per menit
Bayi baru lahir 140
Usia di bawah 1 bulan 110
Usia 1 – 6 bulan 130
Usia 6 – 12 bulan 115
1 – 2 tahun 110
2 – 6 tahun 105
6 – 10 tahun 95
10 – 14 tahun 85
14 – 18 tahun 82
Di atas 18 tahun 60 - 100
Usia lanjut 60 - 70
Sumber : Perry dan Potter, (2005)

112
C. Pengukuran suhu tubuh
Suhu tubuh adalah derajat panas yang dihasilkan oleh tubuh manusia sebagai
keseimbangan pembakaran dalam tubuh dengan pengeluaran panas melalui keringat,
pernapasan, sisa-sisa pembuangan dan penyinaran, hantaran dan convection.
Pemeriksaan suhu digunakan untuk menilai kondisi metabolisme di dalamtubuh
dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui metabolisme darah. Suhu
tubuh dapat diukur melalui oral, dubur, aksilaris, dan telinga. Suhu tubuh normal
seseorang bervariasi, tergantung pada jenis kelamin, aktivitas, lingkungan, makanan
yang dikonsumsi, gangguan organ, dan waktu.

Tabel 4.4 Suhu tubuh normal adalah :


Bayi baru lahir 36,1 – 37,7
2 tahun 37,2
12 tahun 37
Dewasa 36
Sumber : Perry dan Potter, (2005)

D. Penghitungan respirasi
Respirasi merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses pengambilan
oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Menilai frekuensi, irama, kedalaman, dan
tipe
ataupola pernapasan. Tingkat respirasi biasanya diukur ketika seseorang dalamposisi
diam dan hanya melibatkan penghitungan jumlah napas selama satu menit dengan
menghitung berapa kali dada meningkat. Respirasi dapat meningkat pada saat demam,
berolahraga, dan emosi.

Tabel 4.5 Jumlah pernapasan normal :


Bayi baru lahir 35 – 40 kali per menit
Bayi 6 bulan 30 – 50 kali per menit
Toddler 2 tahun 25- 32 kali per menit
Anak – anak 20 – 30 kali per menit
Remaja 16 – 19 kali per menit
Dewasa 12 – 20 kali per menit
Sumber : Perry dan Potter, (2005)

E. Pengkajian nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan yang dapat
berkisar dari ketidak nyamanan ringan sampai penderitaan. nyeri dimediasi oleh
serabut saraf sfesifik yang kemudian membawa impuls nyeri keotak dimana apresiasi
sadarnya dapat dimodifikasi oleh banyak faktor.
Secara umum nyeri dibagi menjadi dua yaitu :
1. nyeri akut, nyeri yang dialami secara mendadak dan dalam kurun waktu yang
singkat ( sekitar 6 bulan ) dan akan segera hilang

113
2. nyeri kronis, nyeri ini timbul secara perlahan dan berlangsung dalam waktu yang
lama ( lebih dari 6 bulan )

Nyeri juga dapat dibedakan kedalam jenis nyeri neuropatik dan nosiseptik. Nyeri
neuropatik dirasakan seperti rasa kesemutan, panas terbakar, kebas/baal,
kesetrum, nyeri bertambah bila tersentuh. Sementara nyeri nosiseptik yaitu nyeri
yang terbatas pada persendian / otot / gigi.
Penanganan nyeri yang efektif tergantung pada pemeriksaan dan penilaian
nyeri yang seksama berdasarkan informasi subjektif maupun objektif.
Penggalian data subyektif klien nyeri sebaiknya menggunakan kombinasi
pertanyaan terbuka dan tertutup untuk memperoleh informasi masalah klien.
Selain itu, perhatikan juga faktor-faktor seperti tempat wawancara, sikap yang
suportif dan tidak menghakimi, tanda-tanda verbal dan nonverbal, dan
meluangkan waktu yang cukup.
Pengkajian atau penilaian nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan skala sebagai
berikut :
1. Skala Wajah (Wong-Baker Faces Pain Rating Scale)
Penilaian nyeri menggunakan skala Wong-Baker sangatlah mudah namun perlu
kejelian sipenilai pada saat memperhatikan ekprei wajah penderita karena
penilaian menggunakan skala ini dilakukan dengan hanya melihat ekspresi
wajah penderita pada saat bertatap muka tanpa menanyakan keluhannya.
Skala penilaian nyeri ini disarankan untuk klien usia >3 tahun.

Gambar 4.1 Pengkajian Nyeri dengan Skala Wajah


Sumber : Perry dan Potter, (2005)

Skala Wong-Baker (berdasarkan eksperesi wajah) dapat dilihat dibawah :


a. ekspresi wajah 1 : tidak merasa nyeri sama sekali
b. ekspresi wajah 2 : nyeri hanya sedikit
c. ekspresi wajah 3 : sedikit lebih nyeri
d. ekspresi wajah 4 : jauh lebih nyeri
e. ekspresi wajah 5 : jauh lebih nyeri sangat
f. ekspersi wajah 6 : sangat nyeri luar biasa hingga penderita menangis

2. Skala Angka nyeri 0-10 (Comparative Pain Scale)


Penilaian skala nyeri dengan teknik ini disarankan bagi klien dewasa dan anak
usia >8 tahun.

114
Gambar 4.2 Pengkajian Nyeri dengan Skala Wajah
Sumber : Perry dan Potter, (2005)

a. 0 : tidak ada rasa nyeri / normal


b. 1 : nyeri hampir tidak terasa (sangat ringan) seperti gigitan nyamuk,
c. 2 : tidak menyenangkan (nyeri ringan) seperti dicubit
d. 3 : bisa ditoleransi (nyeri sangat terasa) seperti ditonjok bagian wajah
atau disuntik
e. 4 : menyedihkan (kuat, myeri yang dalam) seperti sakit gigi dan nyeri
disengat tawon
f. 5 : sangat menyedihkan (kuat, dalam, nyeri yang menusuk) seperti
terkilir, keseleo
g. 6 : intens (kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga
tampaknya mempengaruhi salah satu dari panca indra)menyebabkan
tidak fokus dan komunikasi terganggu.
h. 7 : sangat intens (kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat) dan
merasakan rasa nyeri yang sangat mendominasi indra sipenderita yang
menyebabkan tidak bisa berkomunikasi dengan baik dan tidak mampu
melakukan perawatan sendiri.
i. 8 : benar-benar mengerikan (nyeri yang begitu kuat) sehingga
menyebabkan sipenderita tidak dapat berfikir jernih, dan sering
mengalami perubahan kepribadian yang parah jika nyeri datang dan
berlansung lama.
j. 9 : menyiksa tak tertahankan (nyeri yang begitu kuat) sehingga
sipenderita tidak bisa mentoleransinya dan ingin segera menghilangkan
nyerinya bagaimanapun caranya tanpa peduli dengan efek samping
atau resiko nya.
k. 10: sakit yang tidak terbayangkan tidak dapat diungkapkan (nyeri begitu
kuat tidak sadarkan diri) biasanya pada skala ini sipenderita tidak lagi
merasakan nyeri karena sudah tidak sadarkan diri akibat rasa nyeri yang
sangat luar biasa seperi pada kasus kecelakaan parah, multi fraktur.

Dari sepuluh skala diatas dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu
a. Skala nyeri 1 - 3 (nyeri ringan) nyeri masih dapat ditahan dan tidak
mengganggu pola aktivitas sipenderita.
b. Skala nyeri 4 - 6 (nyeri sedang) nyeri sedikit kuat sehingga dapat
mengganggu pola aktivitas penderita
c. Skala nyeri 7 - 10 (nyeri berat) nyeri yang sangat kuat sehingga
memerlukan therapy medis dan tidak dapat melakukan pola aktivitas
mandiri.

115
Pada pemeriksaan obyektif klien individu berisi informasi atau data sebenarnya dari
jaringan lunak, jaringan keras/gigi dan mulut klien, agar dapat di identifikasi masalah,
kebutuhan kesehatan dan keperawatan gigi. Pada bagian ini setidaknya ada 4 hal yaitu
Pemeriksaan ekstra oral, Pemeriksaan intra oral, Pemeriksaan gigi geligi, Penilaian risiko
penyakit gigi dan mulut.
A. Pemeriksaan ekstra oral
Kesan umum klien, pemeriksaan ini dilakukan sejak klien masuk ke klinik, dengan
maksud untuk mendapat gambaran umum mengenai status fisik maupun mental
klien, diantaranya dengan melakukan pengamatan terhadap unsur-unsur sebagai
berikut: melalui gaya berjalan, tinggi badan, status nutrisi, perawakan dan bentuk
muka. Sehingga pada waktu wawancara, disamping kapasitas mentalnya perlu
diperhatikan mengenai gambaran singkat status fisik dan kesehatan umum klien.
Beberapa kondisi tertentu yang menggangu gaya berjalan dapat mempengaruhi
diagnosis atau rencana perawatan. Pada klien tertentu bahkan dapat memberikan
petunjuk yang berharga, klien dengan gaya yang sangat hati-hati akan berbeda
pengelolaannya dengan klien yang energik dan melangkah dengan pasti. Klien dengan
mobilitasnya terbatas, perlu ditelusuri penyebabnya sehingga kemungkinan
memerlukan modifikasi jumlah kunjungan. Posisi tubuh apakah dapat berdiri tegak,
atau kepala sedikit miring ke salah satu sisi, dan bagaimana klien dapat duduk dengan
nyaman di kursi gigi perlu dicermati. Cara berjalan klien mungkin dapat
mengisyaratkan adanya carat ortopedik, neurologik atau penyakit pada otot. Sikap,
emosi dan cara menjawab pertanyaan yang diajukkan kepadanya perlu diperhatikan.
Warna kulit sering memberi petunjuk bermanfaat, sianosis, ikterus dan pucat yang
memberi dugaan anemia dapat diketahui melalui pemeriksaan kulit, juga memberi
kunci penting kemungkinan adanya penyakit yang serius. Kesan mengenai status fisik
umum klien ini harus disimpulkan dengan hati-hati; dan hal demikian sudah tentu
tidak akan diperoleh secara pasif. Bersamaan dengan penggalian data subyektif
pemeriksa dapat sekaligus memperhatikan ekspresi, kesan usia, emosi, sikap klien dan
keadaan sakitnya.
Pemeriksaan kepala dan leher. Dimaksudkan untuk evaluasi kemungkinan adanya
kelainan yang berhubungan dengan kesehatan umum dan mempunyai relevansi
dengan diagnosis dan perawatan oral. Tersirat disini untuk selalu dipertimbangkan
apakah perubahan-perubahan yang terjadi disebabkan karena faktor lokal atau
sistemik. Walaupun dalam pemeriksaan rutin tidak dilakukan identifikasi untuk setiap
struktur diregio kepala dan leher, kemampuan mengenali semua struktur yang ada
merupakan dasar untuk melakukan pemeriksaan klinis; sehingga kondisi-kondisi
asimetri, perubahan warna, tekstur, dan gangguan fungsi dapat dibedakan dengan
kondisi yang normal.
Data yang diperlukan pada pemeriksaan ekstra oral meliputi : kesan umum,
kondisi muka, pemeriksaan kelenjar limfe kanan dan kiri.
B. Pemeriksaan intra oral
Dari aspek ilmu penyakit mulut harus dicermati bahwa setiap gigi merupakan
kesatuan unit fungsional dalam sistem pengunyahan. Oleh karena itu dalam merawat
gigi tidak boleh hanya memandang gigi secara individual, tetapi harus lebih luas yaitu
pengaruhnya terhadap individu secara keseluruhan. Ada dua penanganan penting
116
yang perlu dilakukan pada pemeriksaan gigi geligi. Pertama penanganan gigi secara
individual dan yang kedua gigi sebagai kesatuan unit fungsional yang lebih besar.
Aspek kedua dalam pelaksanaan lebih sulit karena melibatkan berbagai faktor.
Sebagai contoh misalnya kasus karies servikalis yang melibatkan beberapa gigi
pada klien lanjut usia dengan pengobatan antidepressant. Sebelum melakukan
perawatan karies tersebut harus dipertimbangkan dua kondisi, yaitu karies servikal
dan xerostomia yang sering berkaitan. Jika xerostomia tidak dirawat penambalan
karies servical akan mengalami kegagalan. Untuk itu maka kedua pendekatan tersebut
di atas tidak boleh diabaikan. Pemeriksaan jaringan lunak. Karena letak mulut yang
strategis, berbagai lesi oral umumnya dapat mudah dilihat. Secara klinis seluruh
permukaan mukosa mulai bibir, mukosa bukal dan labial, mukosa pipi, palatum, oro-
faring, lidah, dasar mulut dan gingiva umumnya tidak sulit dijangkau untuk dilakukan
pemeriksaan baik langsung atau tidak langsung. Tetapi perlu dicermati bahwa
sebagian besar lesi di jaringan lunak mulut tidak pathognomonik. Untuk itu maka
bekal pengetahuan mengenai berbagai struktur oral dan patofisiologi penyakit
merupakan salah satu prasyarat untuk dapat mengenali berbagai perubahan patologis
mukosa oral. Sebagai contoh pada kasus tumor di regio retromolar, jika
memperhatikan struktur daerah retromolar maka disamping tumor yang berasal
epitel dan jaringan ikat, kemungkinan suatu tumor dari kelenjar ludah tidak dapat
dikesampingkan. Bahkan tidak tertutup kemungkinan bahwa tumor tersebut
merupakan tumor odontogen yang telah menembus kortek dan meluas ke jaringan
lunak.
Data yang diperlukan pada pemeriksaan intra oral meliputi : Pemeriksaan mukosa
mulut, Kelainan/anomali gigi, Kelainan gusi.
C. Pemeriksaan gigi geligi
Hasil pemeriksaan gigi geligi secara lengkap berupa catatan rekam medik
kedokteran gigi bila diperlukan dapat menjadi pendukung data obyektif dalam
menegakkan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut.
Pemeriksaan abnormalitas gigi umumnya tidak begitu kompleks karena
mempunyai ciri-ciri klinis dan radiologis yang khas, dan tidak ditimbulkan oleh
penyakit lain. Untuk menyederhanakan proses diagnostik dapat dilakukan misalnya
dengan cara mengelompokkannya kedalam: abnormalitas perkembangan gigi,
abnormalitas erupsi, perubahan regressif, karies, patosis pulpa dan periapikal.
Sebagian besar abnormalitas gigi umumnya dapat dikelompokan kedalam katagori
tersebut. Abnormalitas perkembangan gigi umumnya mempunyai ciri-ciri yang khas
dalam bentuk, warna dan ukuran besarnya, dapat melibatkan gigi secara individual
atau beberapa gigi sekaligus. Abnormalitas gigi yang bersifat genetis umumnya akan
disertai kelainan yang sama pada gigi kontra lateralnya.
Pencatatan hasil pemeriksaan gigi-geligi ditulis pada odontogram. Pembuatan
odontogram dilakukan pada kunjungan 1. Odontogram terletak pada lembar 1 Rekam
medis, dilengkapi setiap 1 tahun sekali dan setiap kontrol atau jika klien akan pindah
kota/dokter gigi. Odontogram berisi:
a. Tanggal pemeriksaan odontogram
b. Gambar denah gigi
c. Hubungan oklusi
d. Ada tidaknya torus palatinus, torus mandibularis
e. Tipe palatum : dalam/sedang/rendah
117
f. Ada tidaknya supernumerery
g. Ada tidaknya diastema sentral
h. Ada tidaknya anomali atau ciri-ciri gigi yang lain

Gambar 4.3 Simbol pada Odontogram

Sumber: Kemenkes (2014)

1. Data perawatan, berisi :


a. Tanggal kunjungan
b. Gigi yang dirawat
c. Keluhan dan diagnosa
d. Tindakan yang dilakukan
e. Paraf dokter gigi (bila terdapat lebih 1 drg)
f. Rontgent foto, intra oral digital foto (bila ada)
2. Kode Status Gigi
Penulisan notasi gigi/nomenklatur 2 digit menggunakan cara FDI (Federation Dental
International). Teknik penulisan data keadaan gigi jelas dan teliti, Kodifikasi sederhana
yaitu 1 huruf 1 tanda 1 arti dan hirarkis.

Kodifikasi Status Gigi :

Z = Tidak ada informasi mengenai gigi / sebagian rahang hilang paska kejadian

Y = Gigi ada, tak ada informasi lain / sebagian gigi hilang paska kejadian

S = gigi sehat

C = gigi karies

F = tambalan

K = mahkota

W = sisa akar

118
X = Gigi hilang (akibat pencabutan, tidak tumbuh, hilang kongenital)

Kode pendukung jika status X

U = diastema / rongga, jarak diukur dalam milimeter,

misal: U 4 = rongga 4 mm

RET = Gigi terbenam, hanya terlihat dengan Rontgent foto

ROT = sisa akar dalam rahang, hanya terlihat dengan Rontgent foto

E = Perluasan dari mahkota untuk pengganti gigi yang hilang

P = Pontic dari bridge

Kode pendukung jika status S

ERU = Gigi erupsi

RET = Gigi terbenam tapi terlihat dalam mulut

Kode pendukung jika status C (Permukaan)

M = mesial

O = occlusal, incisal

D = distal

L = lingual, palatinal

V = vestibular,labial,buccal

Kode pendukung jika status F atau K

T = Tambalan gigi sewarna (komposit, glass ionomer, silikat)

am = amalgam

g = gold / emas

p = porcelain / porcelen

ac = acrylic / akrilik

ce = cement / semen ( tambalan sementara)

Kode pendukung jika status F , K , W,

POS = post (pulpal anchorage), POS post (pulpal anchorage), Penjangkaran dalam
pulpa

PIN = parapulpal pin / Pin diluar pulpa

Kode pendukung jika status K

B = bridge (tooth is an abutment in a bridge)/ jembatan

Oklusi dan Posisi gigi

119
N = normal occlusal relationship between first molars ( Class I )

D = distal occlusal relationship between first molars ( Class II )

M = mesial occlusal relationship between first molars ( Class III )

CU = crowded in upper jaw

CL = crowded in lower jaw

H = horizontal relation between maxyllary and mandibular incisors (overjet)


(H4=maxillary teeth) 4 mm in front of mandibule.

V = vertical relation between incisorss (overbite) V vertical relation between incisorss


(overbite)

Z = no information.

Kode pendukung jika status kebiasaan merokok

YES / NO (when known)

Z = unknown

DENTURES / GIGI TIRUAN

FU = full upper

FL = full lower

PU = partial upper

PL = partial lower

CC = Crom/Cobalt skeleton (frame denture)

Z = no information about dentures

ROOT – FILLED TEETH

Digunakan pada gigi dengan sisa akar dan tambalan

Z = no information about root filled teeth

COLOUR CODES

GREEN = tooth colours materials (composite, silicate, resin, glassionomer, and


cementum)

BLUE = amalgam and amalgam like materials

RED = gold

BLACK = other materials of unprecious metals

Contoh penulisan notasi gigi dengan kode odontogram :

11 F t M D am L : artinya gigi seri pertama atas kanan dengan tambalan composit


dibagian mesial-distal dan dibagian palatinal tambalan amalagam.

120
12 K pg POS : Gigi seri kedua atas kanan mahkota tiruan bahan porcelain gold
dengan pulpal anchorage

24 X U3 : Gigi premolar pertama atas kiri dicabut atau hilang dengan jarak 3
mm.

Contoh lengkap secara berurutan kodifikasi gigi berdasarkan data odontogram pada seorang
manusia dewasa dapat ditulis sebagai berikut :

18X17S16Cmesocc15S14S13S12S11S21S22S23S24S25S26Cmesocc27S28X38X37S36Cdisoc
c35S34S33S32SM31SM41SM42SM43S44S45S46Famocc47Cdisocc48Cocc

Walaupun di bidang diagnostik dan pengobatan saat ini telah digunakan


peralatan canggih, metode pemeriksaan fisik dasar seperti: Inspeksi, Sondasi, Perkusi,
Palpasi, Tes mobilitas, Tes vitalitas masih tetap berlaku dan bahkan lebih bermanfaat.
Dalam praktek harus dipahami bahwa pemeriksaan fisik bukan merupakan kegiatan
yang sifatnya hanya sesaat, tetapi merupakan suatu proses yang dinamis dan
berkesinambungan. Perubahan tanda-tanda fisik tertentu, misalnya hilangnya tanda-
tanda lama atau munculnya tanda-tanda Baru dapat memberikan informasi penting
tentang perjalanan penyakit maupun respon terhadap terapi.
Disamping faktor teliti dan trampil melakukan berbagai cara pemeriksaan fisik,
ketajaman penalaran terhadap berbagai temuan yang diperoleh sangat diperlukan
untuk mengembangkan luas atau kedalaman pemeriksaan yang akan dilakukan.
Dalam penerapannya masing masing teknik pemeriksaan tersebut dilakukan secara
tersendiri, namun bilamana mungkin dilaksanakan secara serentak sehingga
merupakan satu rangkaian pemeriksaan fisik yang terpadu.
1. Inspeksi
Inspeksi merupakan teknik pemeriksaan langsung dengan menggunakan indra
mata. Walaupun cara ini sangat sederhana, dalam pelaksanaanya harus dilakukan
secara sis-tematis yaitu mempunyai arah, pola dan tujuan tertentu. Sebelum
melakukan inspeksi pemeriksa harus mengetahui betul beberapa kharakteristik
yang harus diamati di daerah yang akan diperiksa. Struktur bagian yang akan
diperiksa harus dibersihkan lebih dulu, tidak boleh tertutup oleh pakaian,
kosmetika, air ludah atau kotoran yang lain. Gigi tiruan, obturator, pesawat
orthodonsi, kaca mata, harus dilepas. Secara khusus ciri-ciri khan yang perlu
dicatat antara lain ialah, warna, ukuran, bentuk, hubungan anatomis, keutuhan
dan ciri-ciri permukaan jaringan di daerah tersebut.
2. Sondasi
Probing pada dasarnya merupakan pemeriksaan palpasi dengan menggunakan
alat tertentu. Pemeriksaan ini merupakan salah satu metode diagnostik penting
di kedokteran gigi. Untuk mengetahui adanya karies dilakukan probing pada
permukaan gigi dengan menggunakan ujung sonde atau eksplorer yang berujung
lancip. Sedang untuk mengukur kedalaman pocket dipergunakan probe
periodontal. Untuk memeriksa kondisi saluran kelenjar ludah biasanya dilakukan
probing menggunakan sonde tumpul. Apakah suatu fistula di mulut disebabkan
karena infeksi periapikal atau sebab yang lain, dapat dilakukan probing dengan

121
menggunakan gutta percha point yang dimasukan melalui fistula tersebut
kemudian dilakukan rontgent foto.
3. Perkusi
Teknik pemeriksaan ini dilakukan dengan mengetukkan jari atau instrument ke
arah jaringan, dan pemeriksa mendengarkan bunyi yang ditimbulkannya serta
mengamati reaksi dari klien. Perkusi pada gigi geligi akan memberikan nuansa
bunyi dan warna suara yang mempunyai informasi diagnostik tentang kondisi
jaringan pendukung gigi khususnya status jaringan periodontal. Reaksi penderita
terhadap perkusi sangat bervariasi, oleh karena itu perlu dibandingkan dengan
reaksi gigi di sampingnya yang normal.
4. Palpasi
Merupakan teknik pemeriksaan untuk mengetahui kondisi suatu jaringan dengan
menggunakan indra peraba. Pada umumnya jaringan tubuh mempunyai
konsistensi yang khas sehingga jaringan yang satu dengan yang lain dapat
dibedakan dengan cara palpasi. Agar pemeriksaan ini dapat dilakukan secara
efektif, maka pemeriksa harus mengenal betul karakteristis masing-masing
daerah yang akan diperiksa, dan variasi struktur anatomisnya yang normal.
Palpasi dapat dilakukan dengan cara menekan jaringan yang diperiksa ke arah
tulang atau jaringan di sekitarnya, atau menekan jaringan tersebut diantara
kedua jari (bidigital) atau diantara kedua tangan (bimanual). Pemeriksaan ini akan
memberikan informasi lebih jelas mengenai kondisi-kondisi yang tidak dapat
terungkap melalui inspeksi seperti; texture/struktur, dimensi/ketebalan,
konsistensi, temperatur. Aktivitas atau gerakan-gerakan fungsional tertentu
seperti detak nadi atau getaran-getaran yang ditimbulkan oleh lesi vaskuler, dan
getaran gigi pada tulang alveoler pada waktu gerak oklusi. dapat dideteksi dengan
cara palpasi.
Sasaran pemeriksaan dengan cara palpasi pada dasarnya bukan untuk
mengetahui adanya rasa sakit, tetapi cara pemeriksaan ini dapat menimbulkan
reaksi rasa sakit
sebelum abnormalitas jaringan yang akan diperiksa terdeteksi. Oleh karena itu
respon terhadap pemeriksaan palpasi ini perlu juga diperhatikan.
5. Tes mobilitas
Tes mobilitas dilakukan untuk mengetahui integritas apparatus-aparatus pengikat
di sekeliling gigi, mengetahui apakah gigi terikat kuat atau longgar pada
alveolusnya. Tes mobilitas dilakukan dengan menggerakkan gigi ke arah lateral
dalam soketnya dengan menggunakan jari atau tangkai dua instrumen. Jumlah
gerakan menunjukkan kondisi periodonsium, makin besar gerakannya, makin
jelek status periodontalnya. Hasil tes mobilitas dapat berupa tiga klasifikasi
derajat kegoyangan. Derajat pertama sebagai gerakan gigi yang nyata dalam
soketnya, derajat kedua apabila gerakan gigi dalam jarak 1 mm bahkan bisa
bergerak dengan sentuhan lidah dan mobilitas derajat ketiga apabila gerakan
lebih besar dari 1 mm atau bergerak ke segala arah. Sedangkan, tes depresibilitas
dilakukan dengan menggerakkan gigi ke arah vertikal dalam soketnya
menggunakan jari atau instrumen
6. Tes Vitalitas

122
Tes vitalitas merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah
suatu gigi masih bisa dipertahankan atau tidak. Tes vitalitas terdiri dari empat
pemeriksaan, yaitu tes termal, tes kavitas, tes jarum miller dan tes elektris.
a. Tes termal, merupakan tes kevitalan gigi yang meliputi aplikasi panas dan
dingin pada gigi untuk menentukan sensitivitas terhadap perubahan
termal.
b. Tes dingin, dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan, yaitu
etil klorida, salju karbon dioksida (es kering) dan refrigerant (-50oC).
Aplikasi tes dingin dilakukan dengan cara sebagai berikut :
i. Mengisolasi daerah gigi yang akan diperiksa dengan menggunakan
cotton roll maupun rubber dam
ii. Mengeringkan gigi yang akan dites.
iii. Apabila menggunakan etil klorida maupun refrigerant dapat dilakukan
dengan menyemprotkan etil klorida pada cotton pellet.
iv. Mengoleskan cotton pellet pada sepertiga servikal gigi.
v. Mencatat respon klien.
vi. Apabila klien merespon ketika diberi stimulus dingin dengan keluhan
nyeri tajam yang singkat maka menandakan bahwa gigi tersebut vital.
Apabila tidak ada respon atau klien tidak merasakan apa-apa maka gigi
tersebut nonvital atau nekrosis pulpa. Respon dapat berupa respon
positif palsu apabila aplikasi tes dingin terkena gigi sebelahnya tau
mengenai gingiva (Grossman, dkk, 1995). Respon negatif palsu dapat
terjadi karena tes dingin diaplikasikan pada gigi yang mengalami
penyempitan (metamorfosis kalsium).
c. Tes panas, pemeriksaan ini jarang digunakan karena dapat menyebabkan
vasodilatasi pembuluh darah apabila stimulus yang diberikan terlalu
berlebih. Tes panas dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan yaitu
gutta perca panas, compound panas, alat touch and heat dan instrumen
yang dapat menghantarkan panas dengan baik. Gutta perca merupakan
bahan yang paling sering digunakan dokter gigi pada tes panas.
Pemeriksaan dilakukan dengan mengisolasi gigi yang akan di periksa.
Kemudian gutta perca dipanaskan di atas bunsen. Selanjutnya gutta perca
diaplikasikan pada bagian okluso bukal gigi. Apabila tidak ada respon maka
oleskan pada sepertiga servikal bagian bukal. Rasa nyeri yang tajam dan
singkat ketika diberi stimulus gutta perca menandakan gigi vital,
sebaliknya respon negatif atau tidak merasakan apa-apa menandakan gigi
sudah non vital.
d. Tes kavitas, bertujuan untuk mengetahui vitalitas gigi dengan cara
melubangi gigi. Alat yang digunakan bor tajam dengan cara melubangi
atap pulpa hingga timbul rasa sakit. Jika tidak merasakan rasa sakit
dilanjutkan dengan tes jarum miller. Hasil vital jika terasa sakit dan tidak
vital jika tidak ada sakit.
e. Tes jarum miller, diindikasikan pada gigi yang terdapat perforasi akibat
karies atau tes kavitas. Tes jarum miller dilakukan dengan cara
memasukkan jarum miller hingga ke saluran akar. Apabila tidak dirasakan
nyeri maka hasil adalah negatif yang menandakan bahwa gigi sudah non
123
vital, sebaliknya apabila terasa nyeri menandakan gigi masih vital (Walton
dan Torabinejad, 2008).
f. Tes elektris, merupakan tes yang dilakukan untuk mengetes vitalitas gigi
dengan listrik, untuk stimulasi saraf ke tubuh. Alatnya menggunakan
Electronic Pulp Tester (EPT). Tes elektris ini dilakukan dengan cara gigi yang
sudah dibersihkan dan dikeringkan disentuh dengan menggunakan alat
EPT pada bagian bukal atau labial, tetapi tidak boleh mengenai jaringan
lunak. Sebelum alat ditempelkan, gigi yang sudah dibersihkan diberi
konduktor berupa pasta gigi. Tes ini dilakukan sebanyak tiga kali supaya
memperoleh hasil yang valid. Tes ini tidak boleh dilakukan pada orang
yang menderita gagal jantung dan orang yang menggunakan alat pemacu
jantung. Gigi dikatakan vital apabila terasa kesemutan, geli, atau hangat
dan gigi dikatakan non vital jika sebaliknya. Tes elektris tidak dapat
dilakukan pada gigi restorasi, karena stimulasi listrik tidak dapat melewati
akrilik, keramik, atau logam. Tes elektris ini terkadang juga tidak akurat
karena beberapa faktor antara lain, kesalahan isolasi, kontak dengan
jaringan lunak atau restorasi, akar gigi yang belum immature, gigi yang
trauma dan baterai habis.
Data yang diperlukan pada pemeriksaan gigi-geligi meliputi : Pemeriksaan
jaringan keras gigi, Pemeriksaan fisik dasar seperti: Inspeksi, Sondasi,
Perkusi, Palpasi, Tes mobilitas, Tes vitalitas.
D. Penilaian risiko penyakit gigi dan mulut.
Pada tahapan ini dilakukan pemeriksaan Index pengalaman karies (DMF-T, def-t),
Community Periodontal Index for Treatment Needs (CPITN), Index kebersihan mulut
(OHI-S), pH dan Viskositas Saliva.
1. Index pengalaman karies (DMF-T, def-t)
Indeks DMF-T diperkenalkan oleh Slack, (1981) waktu mempelajari distribusi karies
pada anak-anak di Hagerstone, Maryland. Indeks ini didasarkan pada kenyataan
bahwa kalau jaringan keras gigi mengalami kerusakan maka gigi tersebut tidak
dapat pulih sendiri dan akan meninggalkan bekas kerusakan yang menetap.
Gigi yang rusak tersebut akan tetap tinggal rusak (D - Decay), dan kalau dirawat
dengan dicabut maka akan disebut gigi hilang (M - Missing due to caries) atau
ditambal (F - Filling due to caries). Maka dari itu indeks karies DMF adalah indeks
yang irreversible, yang berarti indeks tersebut mengukur total life time caries
experience.
Pengertian masing-masing komponen dari DMF-T adalah :
D : Decay adalah kerusakan gigi permanen karena karies yang masih dapat
ditambal.
M : Missing adalah gigi permanen yang hilang, karena karies atau gigi karies
yang mempunyai indikasi untuk dicabut.
F : Filling yaitu gigi permanen yang telah ditambal karena karies.

Sedangkan indeks karies dmf-t dipakai pertama kali oleh Slack, (1981) yang garis
besarnya sama dengan indeks DMF.
Untuk dmf-t kriteria masing-masing komponen sama dengan DMF diatas, hanya
saja dipergunakan untuk gigi sulung. Dalam perjalannya indeks dmf sering diganti
124
dengan indeks def, karena untuk komponen "m" sulit untuk mendeteksi apakah
gigi sulung telah hilang karena karies atau tanggal secara normal atau sebab lain,
sehingga komponen "m" diganti dengan komponen "e" (extraction), berarti hanya
gigi karies yang terindikasi untuk dicabut karena karies dicatat sebagai "e".
Selain itu terdapat perbedaan pertimbangan klinis mengenai gigi rusak karena
karies yang masih dapat ditambal atau harus dicabut untuk beberapa alasan.
Misalnya gigi molar yang karies telah sampai pulpa yang sebenarnya masih dapat
ditambal namun karena keadaan peralatan, maka gigi tersebut lalu di indikasikan
untuk dicabut.
Maka dari itu, lalu dibuat kesepakatan yaitu untuk mengindikasikan gigi tersebut
dengan menganut teori yang seharusnya, bukan berdasarkan indikasi peralatan
yang tersedia. Namun untuk kepentingan perencanaan suatu daerah, mungkin
diperlukan kesepakatan tersendiri, dengan melihat situasi dan kondisi masing-
masing daerah, apakah menganut teori yang seharusnya atau kenyataan
dilapangan.
2. Community Periodontal Index for Treatment Needs (CPITN)
Pengertian CPITN atau Community Periodontal Index for Treatment Needs adalah
indeks resmi yang digunakan oleh WHO untuk mengukur kondisi jaringan
periodontal serta perkiraan akan kebutuhan perawatannya dengan menggunakan
sonde khusus yaitu WHO Periodontal Examining Probe.

Gambar 4.5 Sonde khusus untuk pemeriksaan CPITN


Sumber : Bricker, S. L., Langlais, R. P., Miller, C. S., (1994)

Sonde khusus yang dipergunakan untuk pemeriksaan CPITN ini memiliki bentuk
ujung bulat dengan diameter 0,5 mm, dengan kode warna 3,5 sampai 5,5 mm.
Tujuan Pengukuran atau Pemeriksaan CPITN adalah :
a. Mendapatkan data tentang status periodontal masyarakat.
b. Merencanakan program penyuluhan.
c. Menentukan kebutuhan perawatan (jenis tindakan, beban kerja, kebutuhan
tenaga).
d. Memantau kemajuan kondisi periodontal individu.
Pemeriksaan CPITN ini menggunakan 6 sektan yaitu :
a. Sektan kanan atas : elemen gigi 1.7, 1.6, 1.5, 1.4 (sektan 1)
b. Sektan anterior (depan) atas : elemen gigi 1.3, 1.2, 1.1, 2.1, 2.2, 2.3 (sektan 2)
c. Sektan kiri atas : elemen gigi 2.4, 2.5, 2.6, 2.7 (sektan 3)
d. Sektan kiri bawah : elemen gigi 3.7, 3.6. 3.5, 3.4 (sektan 4)
e. Sektan anterior bawah : elemen gigi 3.3, 3.2, 3.1, 4.1, 4.2, 4 (sektan 5)
f. Sektan kanan bawah : elemen gigi 4.4, 4.5, 4.6, 4.7 (sektan 6)

Gigi Index CPITN terbagi dan tergantung atas tiga kelompok umur yaitu :

125
a. Umur 20 tahun atau lebih
b. Umur 16 tahun sampai 19 tahun
c. Umur kurang dari 15 tahun

Dalam pemeriksaan CPITN perlu diperhatikan :


a. Apabila salah satu gigi geraham atau molar dan juga gigi seri atau incisivus
tidak ada, tidak diperlukan penggantian gigi.
b. Apabila dalam satu sektan tidak terdapat gigi index maka gigi dalam sektan
tersebut diperiksa semuanya dan yang diambil adalah gigi dengan skor
tertinggi.
c. Umur 19 tahun kebawah tidak dilakukan pemeriksaan Molar Kedua (M2)
untuk menghindari false pocket.
d. Umur 15 tahun kebawah, pencatatan hanya dilakukan bila ada perdarahan
daerah gusi dan karang gigi saja.
e. Jika gigi index dan penggantinya tidak ada maka sektan diberi tanda X.

Lebih mudah tentang kelompok umur, gigi index dan skornya adalah sebagai
berikut:
a. Umur 20 tahun atau lebih, gigi index yang diperiksa adalah 1.7, 1.6, 1.1, 2.1,
2.6, 2.7, 3.7, 3.6, 3.1, 4.1, 4.6, 4.7, dengan skor 0, 1, 2, 3, 4.
b. Umur 16 tahun sampai 19 tahun, gigi index yang diperiksa adalah 1.6, 1.1, 2.6,
3.6, 3.1, 4.6, dengan skor 0, 1, 2, 3, 4.
c. Umur kurang dari 15 tahun, gigi index yang diperiksa adalah sama dengan 16-
19 tahun, dengan skor 0,1, 2.

2. Index kebersihan mulut (OHI-S)


Kebersihan mulut merupakan suatu kondisi atau keadaan terbebasnya gigi geligi
dari plak dan kalkulus, keduanya selalu terbentuk pada gigi dan meluas ke seluruh
permukaan gigi. Hal ini disebabkan karena rongga mulut bersifat basah, lembab
dan gelap, dengan kata lain lingkungan yang menyebabkan kuman berkembang
biak.
Tujuan memelihara kebersihan mulut adalah untuk mencegah penumpukan plak.
Plak adalah suatu endapan lunak yang terdiri dari kumpulan bakteri yang
berkembang biak diatas suatu matriks, yang terbentuk dan melekat erat pada
permukaan gigi, bila seseorang mengabaikan kebersihan gigi dan mulutnya (Nio,
1989). Plak akan merusak jaringan gigi dan jaringan periodontal, yang lama-
kelamaan akan mengakibatkan adanya karang gigi, gingivitis, karies, periodontitis
dan pocket.
Karang gigi (calculus) adalah suatu endapan keras yang terletak pada permukaan
gigi yang berwarna mulai dari kekuning-kuningan, kecoklat-coklatan, sampai
kehitam-hitaman dan mempunyai permukaan kasar. Karang gigi juga tempat yang
baik untuk pertumbuhan plak dengan semua akibat dari plak tersebut. Karang gigi
yang tidak dirawat akan mengakibatkan gingivitis, bau mulut, estetika jadi jelek,
gigi goyang, periodontitis dan karies gigi.

Cara Mengukur Kebersihan Mulut:


126
Kebersihan gigi dan mulut dapat diukur dengan mempergunakan indeks. Indeks
adalah angka yang menyatakan keadaan klinis yang didapat pada waktu diadakan
pemeriksaan. Angka yang menunjukan kebersihan gigi dan mulut seseorang ini
adalah angka yang diperoleh berdasarkan penilaian yang objektif, dengan
menggunakan suatu indeks, maka kita dapat membuat suatu evaluasi berdasarkan
data-data yang diperoleh, sehingga kita dapat melihat kemajuan atau kemunduran
kebersihan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat.
Menurut Green dan Vermillion (1964, dalam Sriyono, 2005) untuk mengukur
kebersihan gigi dan mulut adalah dengan mempergunakan suatu indeks yang
disebut Oral Higiene Index Simplified (OHI-S). Nilai dari OHI-S ini merupakan nilai
yang diperoleh dari hasil penjumlahan antara debris indeks dan calculus indeks.

Gigi Index Penilaian OHI-S


Pemeriksaan debris dan calculus dilakukan pada gigi tertentu dan pada permukaan
tertentu dari gigi tersebut, yaitu :
Untuk rahang atas yang diperiksa :
a. Gigi molar pertama kanan atas pada permukaan bukal.
b. Gigi insisivus pertama kanan atas pada permukaan labial.
c. Gigi molar pertama kiri atas pada permukaan bukal.
Untuk rahang bawah yang diperiksa :
a. Gigi molar pertama kiri bawah permukaan lingual.
b. Gigi insisivus pertama kiri bawah pada permukaan labial.
c. Gigi molar pertama kanan bawah pada permukaan lingual.
Bila ada kasus dimana salah satu gigi indeks tersebut tidak ada, maka penilaian
dilakukan sebagai berikut :
a. Bila molar pertama atas atau bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada molar
kedua atas atau bawah.
b. Bila molar pertama dan molar kedua atas atau bawah tidak ada, penilaian
dilakukan pada molar ketiga atas atau bawah.
c. Bila molar pertama, kedua dan ketiga atas atau bawah tidak ada, tidak dapat
dilakukan penilaian.
d. Bila insisivus pertama kanan atas tidak ada, penilaian dilakukan pada insisivus
pertama kiri atas.
e. Bila insisivus pertama kanan atau kiri atas tidak ada, tidak dapat dilakukan
penilaian.
f. Bila insisivus pertama kiri bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada insisivus
pertama kanan bawah.
g. Bila insisivus pertama kiri atau kanan bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan
penilaian.

Bila ada kasus diantara keenam gigi indeks yang seharusnya diperiksa tidak ada,
maka penilaian debris indeks dan kalkulus indeks masih dapat dihitung apabila ada
dua gigi indeks yang dapat dinilai.
Kriteria penilaian kebersihan gigi dan mulut (OHI-S) seseorang dapat dilihat dari
adanya debris dan kalkulus pada permukaan gigi. Untuk menentukan kriteria

127
penilaian debris atau penilaian OHI-S, maka dipakai tabel debris score dan calculus
score

Dalam pemeriksaan debris kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut :


Tabel 4.6 Kriteria Penilaian Pemeriksaan Debris

No KRITERIA NILAI

1. Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris atau 0


pewarnaan ekstrinsik.

2. a. Pada permukaan gigi yang terlihat, pada debris lunak yang 1


menutupi permukaan gigi seluas 1/3 permukaan atau
kurang dari 1/3 permukaan.

b. Pada permukaan gigi yang terlihat tidak ada debris lunak


tetapi ada pewarnaan ekstrinsik yang menutupi permukaan
gigi sebagian atau seluruhnya.

3. Pada permukaan gigi yang terlihat pada debris lunak yang 2


menutupi permukaan tersebut seluas lebih dari 1/3 permukaan
gigi, tetapi kurang dari 2/3 permukaan gigi.

4. Pada permukaan gigi yang terlihat ada debris yang menutupi 3


permukaan tersebut seluas lebih 2/3 permukaan atau seluruh
permukaan gigi.

Sumber : Sriyono (2005)

Debris Index =

Jumlah penilaian debris

Jumlah gigi yang diperiksa

128
Dalam pemeriksaan calculus kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.7 Kriteria Penilaian Pemeriksaan Kalkulus

No KRITERIA NILAI

1. Tidak ada karang gigi 0

2. Pada permukaan gigi yang terlihat ada karang gigi 1


supragingival menutupi permukaan gigi kurang dari 1/3
permukaan gigi.

3. a. Pada permukaan gigi yang terlihat ada karang 2


gigi supragingival menutupi permukaan gigi lebih dari 1/3
permukaan gigi.

b. Sekitar bagian cervikal gigi terdapat sedikit subgingival.

4. a. Pada permukaan gigi yang terlihat adanya karang gigi 3


supragingival menutupi permukaan gigi lebih dari 2/3 nya
atau seluruh permukaan gigi.

b. Pada permukaan gigi ada karang gigi subgingival yang


menutupi dan melingkari seluruh cervikal (A. Continous
Band of Subgingival Calculus).

Sumber : Sriyono, (2005)

Calculus Index =

Jumlah penilaian Calculus

Jumlah gigi yang diperiksa

Penilaian debris score dan calculus score adalah sebagai berikut :


a. Baik (good), apabila nilai berada diantara 0-0,6.
b. Sedang (fair), apabila nilai berada diantara 0,7-1,8.
c. Buruk (poor), apabila nilai berada diantara 1,9-3,0.
Penilaian OHI-S adalah sebagai berikut :
a. Baik (good), apabila nilai berada diantara 0-1,2.
b. Sedang (fair), apabila nilai berada diantara 1,3-3,0.
c. Buruk (poor), apabila nilai berada diantara 3,1-6,0.
OHI-S atau Oral Hygiene Index Simplified merupakan hasil penjumlahan Debris
Index (DI) dan Calculus Index (CI).

Rumus OHI-S = Debris Index + Calculus Index


Atau
OHI-S = DI + CI
3. pH dan Viskositas Saliva.
Pada waktu pemeriksaan regio kepala dan leher ada beberapa kondisi dan fungsi
tertentu yang dapat dievaluasi antara lain seperti: Fungsi kelenjar ludah dapat
diobsevasi dengan melakukan palpasi pada kelenjar dan mengamati jumlah air
ludah yang keluar. Disamping kuantitas perlu juga diamati apakah ada nanah atau
129
material yang lain dan viskositasnya. Untuk kelanjar ludah minor dapat dilakukan
pengamatan pada palatum atau bibir, dengan cara mengeringkan lebih dulu
permukaaan mukosa daerah tersebut dan mengamati terjadinya perembesan
butir-butir air ludah di daerah tersebut. Kelancaran pengeluaran atau produksi air
mata dapat diobservasi dengan melihat kondisi mata, dan jumlah air mata yang
keluar dapat di ukur dengan menggunakan Schimer tear test. Menurunnya
produksi air mata dapat terjadi karena pemakaian obat-obatan, Syogren's
syndrome, reumatoid arthritis dan proses menua. Terganggunya gerak kelopak
mata misalnya pada kasus Bell's palsy, dapat menyebabkan terjadinya hambatan
keluarnya air mata.
Fungsi organ pengecapan pada lidah dapat di nilai dengan menggunakan larutan
garam, kinine, atau larutan gula. Fungsi-fungsi mengunyah, menelan, dan bicara
tidak akan terlepas dari aktivitas sistem stomatognasi yang meliputi gigi dan
jaringan pendukungnya, tulang rahang, air ludah dan sistem neuromuskuler.
Walaupun adanya kelainan pada salah satu atau lebih dari unsur-unsur tersebut
belum tentu menimbulkan gangguan fungsi yang berarti bagi klien, namun dampak
lain seperti terjadinya penyimpangan atau keterbatasan gerak mandibula,
timbulnya rasa sakit daerah sendi rahang, atau terjadinya keterbatasan fungsi self
cleansing kadang tidak sulit diamati.
Data yang diperlukan pada penilaian risiko penyakit gigi dan mulut meliputi : Index
pengalaman karies (DMF-T, def-t), Community Periodontal Index for Treatment
Needs (CPITN), Index kebersihan mulut (OHI-S), pH dan Viskositas Saliva.

Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah
latihan berikut!
1. Sebutkan dan jelaskan tahapan pemeriksaan obyektif.

Ringkasan
Pemeriksaan obyektif berisi informasi atau data sebenarnya dari jaringan lunak,
jaringan keras/gigi dan mulut klien, agar dapat di identifikasi masalah, kebutuhan
kesehatan dan keperawatan gigi. Pada bagian ini setidaknya ada 4 hal yaitu Pemeriksaan
ekstra oral, Pemeriksaan intra oral, Pemeriksaan gigi geligi, Penilaian risiko penyakit gigi
dan mulut. Data pemeriksaan ekstra oral meliputi : kesan umum; kondisi muka;
pemeriksaan kelenjar limfe kanan dan kiri. Data pemeriksaan intra oral meliputi :
Pemeriksaan mukosa mulut; Kelainan/anomali gigi; Kelainan gusi. Data pemeriksaan gigi
geligi meliputi : Pemeriksaan jaringan keras gigi; Pemeriksaan fisik dasar seperti: Inspeksi,
Sondasi, Perkusi, Palpasi, Tes mobilitas, Tes vitalitas. Data penilaian risiko penyakit gigi dan
mulut meliputi: Index pengalaman karies (DMF-T, def-t), Community Periodontal Index for
Treatment Needs (CPITN), Index kebersihan mulut (OHI-S), pH dan Viskositas Saliva.

130
Tes 2
1. Lakukanlah pemeriksaan obyektif pada klien dengan keluhan sakit gigi ringan!
2. Mintalah pembimbing anda untuk mengawasi dan menilai tindakan pemeriksaan
obyektif yang anda lakukan menggunakan Kartu Pencatatan Asuhan Kesehatan Gigi
dan Mulut (Kesgimul) dan Format Penilaian yang tersedia.

Kartu Pencatatan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut (Kesgimul) bagian pemeriksaan obyektif

KARTU PENCATATAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

1. Kesan Umum :
a. Kesadaran : ................................ e. Nadi : ........ kali/menit
b. Tinggi Badan : ........ cm f. Suhu : ........ C
c. Berat Badan : ........ Kg g. Respirasi : ........ kali/menit
d. Tensi Darah : ........ mm/Hg h. Nyeri : Skala ........
2. Pemeriksaan Extra Oral :
a. Kesadaram : .................................
b. Kesan Umum : Normal / ada kelaianan : ..................
c. Muka : Simetris/ tidak simetris
d. Kelenjar limpe : Kanan Kiri
Teraba / Tidak Teraba Teraba / Tidak Teraba

Keras / Lunak Keras / Lunak

Sakit / Tidak Sakit Sakit / Tidak Sakit

2. Pemeriksaan Intra Oral / Pemeriksaan gigi geligi

a. Pemeriksaan Mukosa Mulut b. Kelainan/anomali gigi

1. Lidah : 1. Bentuk :
2. Pipi : 2. Ukuran :
3. Bibir : 3. Posisi :
4. Palatum : 5. Warna :
5. Kelaianan yg ditemukan : 6. Gusi :

c. Kelainan gusi

GIGI/ Lokasi Konsistensi Bentuk papil Bentuk Margin Data/


Warna
bukal palatal labial lingual kenyal lunak runcing bulat normal Abnormal
REGIO Masalah

131
d. Pemeriksaan jaringan gigi geligi

Gigi/ Data/
Inspeksi Thermis Sondasi Perkusi Druk Mobiliti
REGIO masalah

e. Index pengalaman karies f. Community Periodontal Index for Treatment


Needs
def-t : DMF-T : Sextan 1 Sextan 2 Sextan 3

d= D=

e= M= Sextan 6 Sextan 5 Sextan 4

e= F=

def-t= DMF-T = Sextan sehat =

g. Index kebersihan mulut

Gigi Index untuk pemeriksaan OHI-S :

Sebelum Oral Prophylaxis Treatment

Debris Index Kalkulus Index

Skor OHI-S :

Kriteria OHI-S :
132
Sesudah Oral Prophylaxis Treatment

Debris Index Kalkulus Index

Skor OHI-S :

Kriteria OHI-S :

h. pH Saliva = Viskositas Saliva =

Format Penilaian Tes 2


ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN

Pemeriksaan obyektif 100

1 Tahap pra interaksi Max = 10 50

Persiapan diri 0,1,2 x 50 = .........

Persiapan tempat 0,1,2 10

Persiapan alat 0,1,2

Persiapan bahan 0,1,2

Persiapan klien 0,1,2

2 Tahap orientasi Max = 42 50

Kesan Umum 0,1,2,3,4,5,6,7

Pemeriksaan ekstra oral 0,1,2,3,4

Pemeriksaan intra oral 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 x 50 = .......


,11,12
42
Pemeriksaan gigi geligi, 0,1,2,3,4,5,6,7

Penilaian risiko penyakit gigi dan mulut 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,10


,11,12

JUMLAH ..........

133
Kunci JawabanTes

Tes 1

ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN

Pemeriksaan subyektif 100

1 Tahap pra interaksi Max = 10 50

Persiapan diri 0,1,2 10 x 50 = 50

Persiapan tempat 0,1,2 10

Persiapan alat 0,1,2

Persiapan bahan 0,1,2

Persiapan klien 0,1,2

2 Tahap orientasi Max = 41 50

Menanyakan identitas klien 0,1,2,3,4,5,6,7,8

Menanyakan keluhan klien 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9 41 x 50 = 50

Menanyakan riwayat kesehaan umum 0,1,2,3,4,5,6,7 41

Menanyakan riwayat kesehatan gigi 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,10


,11,12,13,14,15,16,
17

JUMLAH 100

134
Tes 2

ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN

Pemeriksaan obyektif 100

1 Tahap pra interaksi Max = 10 50

Persiapan diri 0,1,2 10 x 50 = 50

Persiapan tempat 0,1,2 10

Persiapan alat 0,1,2

Persiapan bahan 0,1,2

Persiapan klien 0,1,2

2 Tahap orientasi Max = 42 50

Kesan Umum 0,1,2,3,4,5,6,7

Pemeriksaan ekstra oral, 0,1,2,3,4 42 x 50 = 50

Pemeriksaan intra oral 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 42


,11,12

Pemeriksaan gigi geligi 0,1,2,3,4,5,6,7

Penilaian risiko penyakit gigi dan mulut 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,10


,11,12

JUMLAH 100

135
DaftarPustaka
Bricker, S. L., Langlais, R. P., Miller, C. S., (1994). Oral Diagnosis, Oral Medicine, and Treatment
Planning 2nd ed, A Waverly Company.

Davey P, (2006). At a Glance Medicine, Jakarta : Penerbit Erlangga.

Depkes RI, (2004). Standar Nasional Rekam Medik Kedokteran Gigi. Jakarta: Ditjend Yanmedik
Depkes RI.

Dipiro,J.T., Wells.,B.G.,Schwinghammer,T.L., Dipiro, C.V., (2005). Pharmacotherapy Handbook,


USA : The McGraw-Hill Companies.

Grosssman, L.I., (1995). Ilmu Endodontik dalam Praktek Ed:11, Alih Bahasa: Rafiah Abyono. Jakarta:
EGC.

Isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Kasper DL, Asdie AH(Ed), (1999).
Harrison: Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta : EGC.

Kemenkes RI., (2014), Panduang Rekam Medis Kedokteran Gigi, Kemenkes, Jakarta

Redelmeier, Donald A., (2001). Problems for clinical judgement: 2. Obtaining a reliable past
medical history, CMAJ, 164(6).

Roberson, T., Heymann H.O., Edward, J. S. Jr, (2006). Sturdevant’s Art and Science of Operative
Dentistry Fifth Edition, USA : Mosby Elsevier, Missouri.

Sherwood, I. A., (2010). Essentials of Operative Dentistry, New Delhi : Jaypee Brothers Medical
Publisher.

Sriyono, N.W., 2005,Pengantar Ilmu Kedookteran Gigi Pencegahan, Medika Fakultas Kedokteran
UGM, Yogyakarta.

Sriyono, N.W., (2011). Kumpulan Naskah Ilmiah 6, Seri II Ilmu Kesehatan Oral, Yogyakarta :
Badan Penerbit FKIK, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah.
Walton, R.E. dan Torabinejad M., (1998). Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsi Ed:3, Alih
Bahasa Narlan Sumawinata dkk., “Principle and Practice of Endodontics”,Jakarata :
EGC.

136
BAB V
DIAGNOSIS PELAYANAN ASUHAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT
INDIVIDU
Sulur Joyo Sukendro, S.SiT,M.Kes

Pendahuluan

S audara-saudara mahasiswa, salam sukses untuk Anda semua. Pada bab sebelumnya
Anda sudah mempelajari tahapan pengkajian pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
individu.
Pada bab ini Anda akan mempelajari dua topik yang meliputi diagnosa asuhan
kesehatan gigi dan mulut, dan menyusun rumusan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan
mulut. Kedua tindakan tersebut dilakukan sebagai tindakan diagnosa pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut individu.
Diagnosa pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu merupakan penilaian
klinis tentang respons individu terhadap masalah kesehatan gigi dan mulut secara aktual.
Diagnosa pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu dilakukan oleh perawat gigi
yang mempunyai lisensi dan kompeten untuk mengatasinya. Diagnosa pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut individu disusun setelah menganalisis data pengkajian untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan gigi dan mulut yang melibatkan klien dan keluarganya
dan untuk memberikan arah pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Pernyataan diagnosa
asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah hasil dari proses diagnostik selama perawat gigi
menggunakan pemikiran kritis, dikembangkan untuk klien, keluarga, atau komunitas dan
mencakup data fisik perkembangan, intelektual, emosi, sosial dan spiritual yang
didapatkan selama pengkajian.
Tujuan setelah mengikuti mata kuliah ini Anda (mahasiswa) mampu menentukan
diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut pada klien individu, dan menyusun rumusan
diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut pada klien individu sesuai prosedur.
Namun demikian sebelum Anda melakukan praktik diagnosa pada klien pelayanan
asuhan kesehatan gigi dan mulut individu di klinik, Anda sudah harus menguasai
pengetahuan konsep, proses, dan tahapan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
individu. Untuk itu persiapkan diri Anda dengan mempelajari kembali ilmu-ilmu di atas,
sebagai bekal untuk melakukan diagnosa pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
individu berupa merumuskan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut pada klien
individu, dan menyusun rumusan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut pada klien
individu.

137
Topik 1
Diagnosa Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut
Sulur Joyo Sukendro, S.SiT,M.Kes

Diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut merupakan tahap kedua dari proses
asuhan kesehatan gigi dan mulut setelah tahap assesment (pengkajian). Mari kita masuk
pada topik pertama, yaitu topik tentang diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut pada
klien individu.
Dalam pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut, diagnosis dapat diartikan
sebagai analisis dari penyebab dan sifat dari suatu masalah dan atau situasi atau suatu
pernyataan mengenai solusinya. Miller memperkenalkan suatu konsep dari diagnosis
asuhan kesehatan gigi dan mulut (Dental Hygiene Diagnosis) sebagai bentuk yang tepat
untuk mengambarkan ekspresi dari kemampuan pembuatan keputusan dan penilaian dari
perawatan gigi. Diagnosis adalah suatu proses berpikir kritis berdasarkan data – data klinis
klien yang dianalisa dan ditandai oleh sebuah pernyatan diagnosa.
Darby & Walsh (2003) mengemukakan suatu teori diagnosa asuhan kesehatan gigi
dan mulut sebagai bagian dari proses diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut yang
menggunakan teori kebutuhan manusia dengan penekanan kepada 8 kebutuhan manusia
dari klien yang berhubungan dengan perawatan gigi. Menggunakan teori kebutuhan
manusia sebagai kerangka kerja konsepnya diagnosa kesehatan gigi dan mulut adalah
suatu identifikasi dari tidak terpenuhinya kebutuhan manusia dari pasien yang
berhubungan dengan perawatan gigi. Diagnosa keperawatan gigi menurut Darby dan
Walsh (2005) ini dibuat oleh seorang perawat gigi professional yang mempunyai lisensi
dengan mengidentifikasi faktor-faktor aktual maupun potensial dari ketidakterpenuhinya
kebutuhan manusia dari pasien.
Sedangkan Wilkins (2005) mengemukakan sebuah teori diagnosis keperawatan gigi
yang berdasarkan teori Dental Hygiene Care. Diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut
menurut Wilkins (2005) diformulasikan berdasarkan kondisi masalah aktual dan atau
potensi masalah yang ditemukan dalam rongga mulut klien (pasien) yang dapat dicegah,
diminimalisir, atau diatasi dengan tindakan perawatan mandiri atau perawatan kolaboratif
(rujukan).
Lebih jelasnya diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut ini ditulis berdasarkan
masalah, faktor risiko masalah dan atau signs (tanda-tanda) kelainan, atau penyakit dan
disebutkan pula kemungkinan etiologinya berdasarkan seluruh data dari hasil pengkajian.
Diagnosa Keperawatan Gigi ditegakkan berdasarkan :

138
Pengambilan Data – Data klien atau pasien yang akurat:
A. Mengidentifikasi adanya masalah atau ketidak terpenuhinya kebutuhan manusia
yang berhubungan dengan kesehatan mulut yang dapat dipenuhi oleh proses
keperawatan gigi.
B. Perilaku penting untuk perencanaan dan implementasi keperawatan gigi yang
efektif dan mengevaluasi hasilnya (keluarannya).

Gambar 5.1 Identifikasi Masalah Kesgimul


Sumber : Darby, 2010

Penegakan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut termasuk mengidentifikasi


hal-hal sebagai berikut :
A. Masalah aktual dan masalah potensial yang berhubungan dengan kesehatan atau
penyakit mulut klien atau pasien
B. Faktor-faktor yang menyebabkan masalah dan faktor-faktor risiko yang mungkin
mempengaruhi
C. Bukti-bukti yang mendukung diagnosa keperawatan gigi
D. Kekuatan klien yang dapat mendukung klien dalam mencegah atau mengatasi
masalah
E. Fokus terhadap prioritas perawatan

Perbedaan Diagnosa Keperawatan Gigi dan Diagnosa Kedokteran Gigi


DIAGNOSA ASUHAN KESGIMUL DIAGNOSA KEDOKTERAN GIGI
Mengidentifikasi adanya masalah aktual Mengidentifikasi penyakit mulut
atau potensial dalam ronga mulut pasien
(Wilkins, 2005, atau ketidak terpenuhinya
kebutuhan manusia yang berkaitan dengan
perawatan kesehatan gigi (Darby dan Walsh,
2005)
Mengidentifikasi masalah-masalah (ketidak Mengidentifikasi masalah-masalah untuk
terpenuhinya kebutuhan atau gangguan- kepentingan dokter gigi dalam
gangguannya) dilaksanakan oleh perawat pengobatan
gigi dalam ruang lingkup praktek
keperawatan gigi
Seringkali dikaitkan dengan persepsi, Seringkali dikaitkan dengan perubahan
kepercayaan, sikap, motivasi berkaitan patophisiology tubuh klien yang aktual.
dengan kesehatan mulut dan kenyamanan
klien

139
DIAGNOSA ASUHAN KESGIMUL DIAGNOSA KEDOKTERAN GIGI
Diaplikasikan untuk individu dan kelompok Diaplikasikan untuk penyakit individual
masyarakat
Dapat berubah seiring perubahan perilaku Tetap sama selama penyakitnya ada
dan respon-respon klien

Gambar 5.2 Identifikasi Masalah Kesgimul


Sumber : Darby, 2010

Proses Diagnosis Keperawatan Gigi


Proses diagnosis asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu pendekatan
pemecahan masalah yang dilakukan dalam kerangka pelayanan keperawatan gigi.
Diagnosis keperawatan gigi adalah langkah esensial dalam proses keperawatan gigi.
Membantu perawat gigi dalam memfokuskan ilmu pengetahuannya dalam proses inti
pelayanan keperawatan gigi untuk keuntungan klien dan kerjasama dengan dokter gigi.
Tujuan-tujuan dikembangkan bersama dengan klien dan diperoleh dari data dasar
yang ditegakkan dari pemeriksaan dan proses diagnosis. Tujuan-tujuan menunjukkan
bagaimana klien dapat merubah dirinya untuk dapat mempunyai kondisi rongga mulut
yang lebih sehat berdasarkan tindakan promosi, pemeliharaan dan restorasi dari
kesehatan atau kenyamanan mulut. Perencanaan, Intervensi keperawatan gigi dan klien
outcomes (hasil akhir) dipandu oleh diagnosis keperawatan gigi.
“Diagnosa mengandung kaitan antara masalah klien dan etiologi yang menuntun
identifikasi dari intervensi keperawatan gigi dan memfasilitasi pendefinisian hasil
(keluaran) yang diharapkan untuk mengevaluasi keberhasilan perawatan”
Perawat gigi mengidentifikasi masalah-masalah (memformulasikan diagnosa
keperawatan gigi) dalam kerangka keperawatan gigi dapat dilakukan dalam kerangka
kerjasama dengan dokter gigi. Gordon (1976) menyatakan bahwa ada 3 kompoen yang
harus termasuk dalam sebuah pernyataan diagnosa :
A. Masalah kesehatan mulut atau potensi masalah kesehatan mulut yang dapat ditangani
dalam intervensi keperawatan gigi
B. Kemungkinan penyebab atau faktor-faktor etiologi
C. Tanda-tanda dan gejala yang dapat didefinisikan

140
Gambar 5.3 Diagnosis Asuhan Kesgimul
Sumber : Darby, 2010

A. Definisi Diagnosa Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut


Diagnosa Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut mengacu pada diagnosa
keperawatan. Istilah diagnosa keperawatan diperkenalkan pertama kali oleh V. Fry
yang menguraikan langkah yang diperlukan dalam mengembangkan rencana asuhan
keperawatan. Beberapa ahli mempunyai pendapat sendiri dalam mendefinisikan
diagnosa keperawatan. Shoemaker, (1984) mendefinisikan diagnosa keperawatan
sebagai keputusan klinis mengenai individu, keluarga, atau masyarakat yang diperoleh
melalui suatu proses pengumpulan data dan analisis cermat dan sistematis,
memberikan dasar pembuatan ketentuan-ketentuan untuk terapi yang pasti di mana
perawat bertanggung jawab. Sedangkan Carpenito, (1988) mendefinisikan diagnosa
keperawatan sebagai suatu pernyataan yang menguraikan respons manusiawi dari
individu atau kelompok di mana perawat dapat secara legal mengidentifikasi di mana
perawat dapat meminta suatu intervensi yang pasti untuk memelihara keadaan
kesehatan, untuk mengurangi, menghilangkan atau mencegah perubahan.

Gambar 5.4 Dukungan Orangtua Untuk Kesgimul Yang Sehat


Sumber : Darby, 2010

B. Format pernyataan diagnosta asuhan kesehatan gigi dan mulut


Dalam penulisan pernyataan diagnosa asuhan keperawatan gigi dan mulut yang
dipakai sebagai acuan adalah format PES. Gordon mengidentifikasi format ini untuk
141
mencatat tanda-tanda dan gejala dari sebuah diagnosa. PES dapat diideentifikasi
sebagai P (problem atau need), E (etiology), dan S (sign atau symptom).
Problem adalah nama atau label diagnosa yang menunjukkan suatu masalah
yang berkenaan dengan perhatian pasien atau orang terdekat dan perawat, yang
memerlukan intervensi atau penanganan keperawatan.
Etiology adalah penyebab atau faktor kontribusi yang bertanggung jawab
terhadap adanya masalah kebutuhan pasien yang spesifik dan dicurigai dari respons
yang telah diidentifikasi dari pengkajian (data dasar pasien). Etiologi dinyatakan
dengan kata “yang berhubungan dengan.”
Signs atau symptom adalah manifestasi atau petunjuk yang diidentifikasi dalam
pengkajian yang menyokong diagnosa keperawatan dan menunjukkan adanya tanda
atau gejala yang dialami oleh pasien. Tanda dan gejala ini dinyatakan dinyatakan
sebagai “ditandai dengan” dan diikuti sejumlah data subjektif dan objektif.

Gambar 5.5 Pernyataan Kesgimul Harus Benar


Sumber : www.mediagigi.com, (diakses 9 Maret 2018)
C. Tipe pernyataan diagnostik
Dalam menjelaskan status kesehatan dari klien atau kelompok, pernyataan diagnosa
dapat mempunyai satu, dua, atau tiga bagian. Pernyataan bagian pertama hanya berisi
label diagnostik. Pernyataan bagian kedua berisi label atau faktor penunjang yang
dapat menunjang perubahan status kesehatan seseorang. Berikut adalah tipe-tipe
pernyataan diagnostik:
Pernyataan satu bagian:
Potensial terhadap Peningkatan Menjadi
Potensial tehadap Peningkatan Nutrisi
Pernyataan Dua Bagian
Risiko terhadap karies yang berhubungan dengan kurang kesadaran pada kebiasaan.
Kerusakan jaringan lunak pipi bagian dalam yang berhubungan dengan hilangnya gigi
jangka panjang karena tidak dilakukan perawatan.
Pernyataan Tiga Bagian
Kerusakan jaringan lunak pipi bagian dalam yang berhubungan dengan hilangnya gigi
jangka panjang karena tidak dilakukan perawatan, yang dibuktikan dengan adanya
lesi chek bite sepanjang 1 cm.
Dalam merumuskan diagnosa, seorang perawat hendaknya menggunakan diagnosa
keperawatan, dan bukan diagnosa medis. Diagnosa medis adalah diagnosa yang
mencerminkan perubahan struktur atau fungsi organ atau sistem, dibuktikan dengan
pemeriksaan diagnostik medis, seperti diabetes mellitus, gagal jantung, hepatitis,
kanker, dan lain-lain. Sedangkan diagnosa keperawatan adalah diagnosa yang

142
menunjukkan respons manusia terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan
yang aktual dan potensial.

Gambar 5.6 Beda Antara Diagnosa Medis Dengan Diagnosa Asuhan Kesgimul
Sumber : www.swatt.online.com, (diakses 9 Maret 2018)

Berikut adalah tabel perbedaan antara diagnosa medis dengan diagnosa asuhan
kesgimul.
Hal Diagnosa Medis Diagnosa asuhan kesgimul
Sifat Tidak berubah Berubah karena perubahan
pemulihan situasi atau perspektif
pasien
Tujuan Untuk mengidentifikasi dan Untuk mengarahkan rencan asuhan
merancang rencana pengobatan untk membantu klien dan
untuk menyembuhkan penyakit keluarganya beradaptasi terhadap
atau proses patologis penyakit mereka dan untuk
menghilangkan masalah perawatan
kesehatan
Sasaran Untuk meresepkan pengobatan Untuk mengembangkan suatu
rencana asuhan yang bersifat
individual

Gambar 5.7 Diagnosa Dilakukan Sesuai Profesi


Sumber : www.swatt.online.com, (diakses 9 Maret 2018)

143
D. Tahap-tahap identifikasi masalah
Ada enam tahap yang terlibat dalam identifikasi masalah yang terdiri dari
aktivitas penentuan diagnosa. Hasilnya adalah pernyataan diagnosa pasien yang
mengidentifikasi masalah pasien. Enam tahap tersebut antara lain:
1. Tahap merasakan masalah
Data ditinjau untuk mengidentifikasi masalah atau kebutuhan pasien yang dapat
digambarkan dengan label diagnosa keperawatan.
2. Tahap proses penapisan
Pada tahap ini, seorang perawat membandingkan dan membedakan hubungan di
antara data dan faktor yang diidentifikasi ke dalam kategori-kategori yang
berdasakan pada pemahaman tentang ilmu biologi, ilmu fisika, dan ilmu perilaku.
3. Tahap mensintesis data
Tahap ini, seorang perawat harus mampu memberikan gambaran yang
komprehesif tentang pasien dalam hubungannya dengan status kesehatan masa
lalu, sekarang, dan yang akan dating berdasarkan data yang dikumpulkan oleh
anggota tim perawatan kesehatan lainnya. Hal inilah yang disebut sebagai
mensintesis data.
4. Tahap mengevaluasi hipotesis
Maksudnya adalah meninjau diagnosa keperawatan kemudian bandingkan etiologi
yang telah dikaji dengan faktor “yang berhubungan”.
5. Tahap membuat daftar masalah atau kebutuhan pasien
Berdasarkan data yang diperoleh dari tahap 3 dan 4, label diagnosa keperawatan
yang akurat digabung dengan etiologi dan tanda atau gejala, jika ada, untuk
menyelesaikan pernyataan diagnosa pasien.
6. Tahap mengevaluasi ulang daftar masalah
Pada tahap ini, seorang perawat mengevaluasi daftar masalah yang telah didapat
pada tahap kelima.

Gambar 5.8 Tahap Identifikasi Masalah Harus Sesuai Tumbuh Kembang


Sumber : www.mediagigi.com, (diakses 9 Maret 2018)

E. Berpikir kritis dalam perumusan diagosa keperawatan


Dalam merumuskan suatu diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut, seorang
perawat gigi dituntut untuk mempunyai kemampuan atau kecakapan untuk berpikir
kritis. Berpikir kritis adalah proses secara aktif dan cakap, dalam mengonsepkan,
menerapkan, menganalisa, mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang
144
dikumpulkan dari, atau diambil dari observasi, pengalaman, refleksi, alasan, atau
komunikasi, sebagai panduan untuk meyakinkan dan bertindak.
Penggunaannya dalam perumusan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut
adalah penting. Ketika asuhan asuhan kesehatan gigi dan mulut meluas ke dalam
berbagai lingkungan perawatan kesehatan gigi, makin banyak aspek berpikir kritis
diperlukan dalam pertimbangan dan penilaian diagnostik.
Proses diagnostik ini memadukan ketrampilan berpikir kritis dalam langkah
pembuatan keputusan yang digunakan perawat untuk mengembangkan pernyataan
diagnostik. Kemampuan berpikir kritis ini mencakup kemampuan analisis dan sintesis
perawat gigi. Analisis sebagai pemisahan menjadi beberapa komponen atau bagian,
sedangkan sintesis merupakan penggabungan bagian-bagian menjadi satu.

Gambar 5.9 Berpikir Kritis Untuk Pelayanan Yang Lebih Baik


Sumber : www.swatt.online.com, (diakses 9 Maret 2018)

F. Tahapan merumuskan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut


Langkah‐langkah yang dilakukan dalam merumuskan diagnosa asuhan kesehatan gigi
dan mulut yaitu :
1. Klasifikasi data dan analisa data
Data tentang keadaan klien yang diperoleh dalam pengkajian dibandingkan dengan
standar kriteria yang sudah ada. Apabila keadaan klien tidak sesuai dengan standar
yang ada, bisa dikatakan bahwa klien mengalami suatu masalah kesehatan yang
perlu ditangani.
2. Interpretasi data
Langkah yang dilakukan dalam interpretasi data adalah :
a. Menentukan kelebihan klien: Jika pasien memenuhi standar kriteria
kesehatan, bisa disimpulkan bahwa klien memiliki kelebihan dalam hal
tertentu yang dapat digunakan untuk meningkatkan atau membantu
memecahkan masalah yang dihadapai klien.
b. Menentukan masalah klien: Jika klien tidak memenuhi standar kriteria
kesehatan, maka klien mengalami keterbatasan dalam aspek kesehatan yang
memerlukan bantuan atau asuhan keperawatan.
c. Menentukan masalah klien yang pernah dialami : Tahap ini perlu dilakukan
untuk menentukan masalah klien.
3. Penentuan keputusan : Keputusan yang dapat diberikan dalam masalah kesehatan
klien adalah sebagai berikut :
a. Tidak ada masalah:
1). Tidak ada indikasi masalah kesehatan gigi dan mulut.
2). Meningkatnya status kesehatan dan kebiasaan.

145
3). Adanya inisiatif promosi kesehatan untuk meningkatkan derajat
kesehatan yang optimal misalnya pendidikan kesehatan pada keluarga,
komunitas, dan individu.
b. Masalah kemungkinan
c. Masalah aktual

Gambar 5.10 Asuhan Kesgimul Membuat Gigi Sehat


Sumber : www.swatt.online.com, (diakses 9 Maret 2018)

G. Diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut


Diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut ditetapkan berdasarkan analisis dan
interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian asuhan kesehatan gigi dan mulut
klien. Diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut memberikan gambaran tentang
masalah atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan
terjadi, dimana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang terapis gigi
dan mulut.
Rumusan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut dapat dirumuskan dengan
format PES disesuaikan dengan kebutuhan klien dan harus dapat
dipertanggungjawabkan oleh perawat gigi. Adapun diagnosa asuhan kesehatan gigi
dan mulut yaitu sebagai berikut :
1. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan kesan wajah yang sehat sehubungan dengan:
No. Masalah No. Masalah
1 Gigi berlubang pada gigi depan 7 Pewarnaan intrinsic pada gigi
anterior
2 Bengkak di daerah pipi atau bibir 8 Pewarnaan extrinsic pada gigi
anterior
3 Radang gusi pada gigi depan 9 Ompong atau kehilangan gigi
depan
4 Sariawan pada daerah pipi, bibir
5 Penyumbatan kelenjar pada
daerah pipi, bibir, dan lidah
6 Karang gigi pada gigi depan

146
Gambar 5.11 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Akan Kesan Wajah Yang Sehat
Sumber : www.info.kecantikan.com, (diakses 9 Maret 2018)

2. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan bebas dari kecemasan atau stress sehubungan
dengan:
No. Masalah No. Masalah
1 Cemas jika giginya berlubang 7 Cemas jika giginya goyang
2 Cemas jika giginya harus dicabut 8 Cemas jika harus dioperasi
3 Cemas jika giginya patah 9 Cemas jika harus disuntik
4 Cemas jika giginya sakit 10 Cemas jika giginya harus dibor
5 Cemas jika giginya ngilu 11 Cemas jika berdarah
6 Cemas jika gusinya bengkak

Gambar 5.12 Tidak Terpenuhinya Kebutuhan Akan Bebas Dari Kecemasan atau Stress
Sumber : www.hipnoterapijakartabekasi.com, (diakses 9 Maret 2018)

3. Tidak terpenuhinya integritas (keutuhan) jaringan kulit, mukosa dan membrane


pada leher dan kepala sehubungan dengan:
No. Masalah No. Masalah
1 Radang gusi 5 Periodontitis
2 Gusi mengalami penurunan 6 Bengkak, memar, lebam pada
pipi, bibir
3 Luka, sariawan pada gusi, lidah, 7 Luka pada sudut bibir
palatal, pipi
4 Bibir pecah-pecah
147
Gambar 5.13 Radang Gusi dan Sariawan
Sumber : www.radanggusi.com, (diakses 9 Maret 2018)

4. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan perlindungan dari resiko penyakit gigi dan mulut
sehubungan dengan :
No. Masalah No. Masalah
1 Pit dan fissure yang dalam 10 Kekurangan vitamin C
2 Gigi berjejal 11 Kekurangan kalsium
3 pH Air ludah terlalu tinggi 12 Kekurangan vitamin D
4 pH Air ludah terlalu rendah 13 Kekurangan fluoride
5 Tidak bisa menyikat gigi sendiri 14 Air ludah yang pekat
6 Bernafas melalui mulut 15 Mulut kering
7 Kebiasaan minum susu botol 16 Kebiasaan mengemut makanan
manis
8 Kebiasaan menggigit benda 17 Kebiasaan mengeratkan gigi
keras saat tidur
9 Gemar makan makanan manis 18 Tidak suka makan buah-buahan
dan lengket yang berserat dan berair

148
Gambar 5.14 Gigi Berjejal Dan Abrasi
Sumber : www. CaraMembuatResepCantik.com, (diakses 9 Maret 2018)

5. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan bebas dari rasa nyeri pada leher dan kepala
sehubungan dengan :
No. Masalah No. Masalah
1 Sakit berdenyut tiba-tiba pada 7 Nyeri pada pipi yang bengkak
gigi yang berlubang
2 Ngilu atau linu pada gigi yang 8 Nyeri pada leher karena ada
berlubang kelenjar yang bengkak
3 Sakit berdenyut pada gigi yang 9 Ngilu atau linu pada gigi yang
berlubang jika dipakai abrasi
mengunyah
4 Sakit berdenyut pada gigi yang 10 Ngilu atau linu pada gigi yang
berlubang jika ada makanan mengalami penurunan gusi
masuk
5 Nyeri pada gusi yang radang 11 Nyeri pada pipi, bibir, lidah,
atau bengkak langit-langit yang luka,
sariawan
6 Sakit kepala, leher yang
diakibatkan oleh adanya
gangguan atau penyakit yang
bermanifestasi pada rongga
mulut

149
Gambar 5.15 Gigi Nyeri Atau Linu Dan Sakit Berdenyut
Sumber : www.gejalarasasakitdalamtubuh.com, (diakses 9 Maret 2018)

6. Tidak terpenuhinya kondisi biologis gigi geligi yang baik sehubungan dengan :
No. Masalah No. Masalah
1 Gigi berlubang 8 Deep bite
2 Gigi berjejal 9 Hipokalsifkasi
3 Protusif 10 Hipoplasi
4 Progenese 11 Agenese
5 Cross bite 12 Mesiodent atau supernumerary
teeth
6 Impacted 13 Persistensi
7 Mal posisi

Gambar 5.16 Gigi Lubang


Sumber : www.vebma.com, (diakses 9 Maret 2018)

150
7. Tidak terpenuhinya kebutuhan untuk bertanggung jawab akan kesehatan gigi dan
mulutnya sendiri sehubungan dengan :
No. Masalah No. Masalah
1 Pewarnaan gigi akibat nikotin, 6 Bau nafas yang tidak sedap
rokok, teh, kopi akibat pembusukan sisa
makanan pada rongga mulut
2 Penumpukan plak akibat jarang 7 Bau nafas yang tidak sedap
menyikat gigi akibat penumpukan karang gigi
3 Penumpukan plak akibat cara 8 Bau nafas yang tidak sedap
menyikat gigi yang kurang tepat akibat konsumsi makanan,
minuman berbau tajam
4 Terbentuknya karang gigi akibat 9 Terbentuknya lubang gigi akibat
kelalaian menyikat gigi terpapar asam dalam waktu
yang cukup lama
5 Tidak menyikat gigi minimal 2x 10 Tidak menyikat gigi dengan cara
sehari setelah sarapan dan yang baik dan benar
sebelum tidur

8. Perubahan Warna Gigi Akibat Merokok

Gambar 5.17 Pewarnaan Gigi Karena Kebiasaan Buruk


Sumber : www.syaifydental, (diakses 9 Maret 2018)

151
9. Tidak terpenuhinya kebutuhan pengetahuan atau pemahaman yang baik tentang
kesehatan gigi dan mulut sehubungan dengan :
No. Masalah No. Masalah
1 Kurangnya pengetahuan 7 Kurangnya pengetahuan
tentang cara menyikat gigi tentang akibat lebih lanjut dari
yang baik dan benar karang gigi
2 Kurangnya pengetahuan 8 Kurangnya pengetahuan
tentang waktu menyikat gigi tentang radang gusi
yang tepat
3 Kurangnya pengetahuan 9 Kurangnya pengetahuan
tentang cara memelihara tentang akibat gigi sulung yang
kesehatan gigi dan mulut tanggal dicabut sebelum
selain menyikat gigi waktunya
4 Kurangnya pengetahuan 10 Kurangnya pengetahuan
tentang plak dan akibatnya tentang obat-obat tradisional
untuk kesehatan gigi
5 Kurangnya pengetahuan 1Kurangnya pengetahuan
tentang akibat lebih lanjut tentang penyakit-penyakit yang
karies yang tidak dirawat bermanifestasi di rongga mulut
6 Kurangnya pengetahuan
tentang konsumsi makanan
yang menyehatkan gigi

Gambar 5.18 Kurang Pengetahuan Menyikat Gigi


Sumber : www.wolipop.detik.com, (diakses 9 Maret 2018)

152
Latihan
Untuk dapat memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah Latihan berikut!

1) Sebutkan dan jelaskan komponen diagnosa asuhan keperawatan gigi dan mulut?

Ringkasan
Diagnosa pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu merupakan penilaian
klinis tentang respons individu terhadap masalah kesehatan gigi dan mulut secara aktual,
yang dilakukan oleh perawat gigi yang mempunyai lisensi dan kompetensi. Diagnosa
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu disusun setelah menganalisis data
pengkajian untuk mengidentifikasi masalah kesehatan gigi dan mulut yang melibatkan
klien dan keluarganya dan untuk memberikan arah pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
Pernyataan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah hasil dari proses diagnostik
selama perawat gigi menggunakan pemikiran kritis, dikembangkan untuk klien, keluarga,
atau komunitaas dan mencakup data fisik perkembangan, intelektual, emosi, sosial dan
spiritual yang didapatkan selama pengkajian.

Tes 1
1. Berdasarkan hasil pemeriksaaan subyektif dan obyektif pada pembelajaran
sebelumnya, rumuskan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut pada klien!
2. Mintalah pembimbing anda untuk mengawasi dan menilai rumusan diagnosa asuhan
kesehatan gigi dan mulut yang anda lakukan menggunakan Format Penilaian yang
tersedia.

Rumusan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut

A. Menggunakan Format PES


1. Problem :
2. Etiologi : sehubungan dengan
3. Symptom : ditandai
dengan

153
Format Penilaian Tes 1

ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN
100
A Kelengkapan informasi Max = 9 50
1. Problem 0,1,2,3 x 50 =
2. Etiology 0,1,2,3 .........
3. Symptom 0,1,2,3 9
B Kebenaran rumusan Max = 9 50
1. Problem 0,1,2,3
2. Etiology 0,1,2,3 x 50 =
3. Symptom 0,1,2,3 .......
9

JUMLAH ......

154
Topik2
Menyusun Rumusan Diagnosa Asuhan
Kesehatan Gigi dan Mulut
Sulur Joyo Sukendro, S.SiT,M.Kes

Mari kita masuk pada topik kedua, yaitu topik tentang menyusun rumusan diagnosa
asuhan kesehatan gigi dan mulut. Rumusan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut
disusun untuk membantu perawat gigi dalam menerapkan asuhan kesehatan kesehatan
gigi dan mulut pada klien individu. Sebuah diagnosis kesehatan gigi menjelaskan kondisi
atau masalah dari klien yang dapat diobati dalam lingkup kesehatan gigi praktek aktual
atau potensial. Kondisi ini atau masalah diidentifikasi melalui interpretasi data penilaian,
dan harus mengambil kebutuhan, nilai-nilai dan keyakinan klien menjadi pertimbangan.
Perawat Gigi akan menganalisis dan menafsirkan data subyektif dan data obyektif
untuk merumuskan diagnosis asuhan kesehatan gigi dan mulut. Sifat dari diagnosis asuhan
kesehatan gigi dapat bervariasi antara satu klien dengan klien yang lain. Rumusan
diagnosa keperawatan mengandung tiga komponen utama, yaitu :
A. Problem (P = masalah), merupakan gambaran keadaan klien dimana tindakan asuhan
kesehatan gigi dan mulut dapat diberikan. Masalah adalah kesenjangan atau
penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya tidak terjadi.
Tujuan : menjelaskan status kesehatan klien atau masalah kesehatan klien secara jelas
dan sesingkat mungkin. Diagnosis keperawatan disusun dengan menggunakan standar
yang telah disepakati, supaya ?
1. Perawat gigi dapat berkomunikasi dengan istilah yang dimengerti secara umum
2. Memfasilitasi dan mengakses diagnosa keperawatan gigi
3. Sebagai metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah keperawatan gigi
dengan masalah medis
4. Meningkatkan kerjasama perawat dalam mendefinisikan diagnosis dari data
pengkajian dan intervensi keperawatan, sehingga dapat meningkatkan mutu
asuhan keperawatan.
B. Etiologi (E = penyebab), keadaan ini menunjukkan penyebab keadaan atau masalah
kesehatan yang memberikan arah terhadap terapi asuhan kesehtan gigi dan mulut.
Penyebabnya meliputi : perilaku, lingkungan, interaksi antara perilaku dan lingkungan.
Unsur-unsur dalam identifikasi etiologi :
1. Patofisiologi penyakit : adalah semua proses penyakit, akut atau kronis yang
dapat menyebabkan atau mendukung masalah.
2. Situasional : personal dan lingkungan (kurang pengetahuan, isolasi sosial, dan
lainnya)
3. Medikasi (berhubungan dengan program pengobatan atau perawatan) :
keterbatasan institusi atau rumah sakit, sehingga tidak mampu memberikan
perawatan.
4. Maturasional
5. Adolesent : ketergantungan dalam kelompok
6. Young Adult : menikah, hamil, menjadi orang tua
7. Dewasa : tekanan karier, tanda-tanda pubertas.
C. Sign atau symptom (S = tanda dan gejala), adalah ciri, tanda atau gejala, yang
merupakan informasi yang diperlukan untuk merumuskan diagnosis keperawatan.
Jadi rumusan diagnosis asuhan kesehatan gigi dan mulut pada individu adalah : PES.

155
Gambar 5.19 Rumusan Diagnosis Asuhan Kesgimul Harus Benar
Sumber : www.mediagigi.com, (diakses 9 Maret 2018)

Perumusan harus jelas dan singkat dari respon klien terhadap situasi atau keadaan
yang dihadapi:
A. Spesifik dan akurat (pasti)
B. Dapat merupakan pernyataan dari penyebab
C. Memberikan arahan pada asuhan keperawatan
D. Dapat dilaksanakan oleh perawat pencerminan keadaan kesehatan klien

Gambar 5.20 Anak Yang Mendapat Asuhan Kesgimul Yang Baik


Sumber : www.mediagigi.com, (diakses 9 Maret 2018)

Persyaratan diagnosa asuhan keperawatan gigi dan mulut, meliputi:


A. Perumusan harus jelas dan singkat berdasarkan respon klien terhadap situasi atau
keadaan kesehatan yang sedang dihadapi.
B. Spesifik dan akurat.
C. Merupakan pernyataan dari : P (Problem) + E (Etiologi) + S (Signs atau Symptom)
D. Memberikan arahan pada rencana asuhan keperawatan.
E. Dapat dilaksanakan intervensi keperawatan oleh perawat.

Gambar 5.21 Asuhan Kesgimul Anak Perlu Kesabaran


Sumber : www.keluarganugraha.com, (diakses 9 Maret 2018)

156
Cara menyusun rumusan diagnosis asuhan keperawatan gigi dan mulut yaitu sebagai
berikut :
A. Tulis masalah klien atau perubahan status kesehatan klien.
B. Pastikan bahwa masalah klien didahului adanya penyaebab dan keduanya
dihubungkan dengan kata “Sehubungan dengan (related to)”
C. Definisi karakteristik. Jika diikuti dengan penyebab kemudian dihubungkan dengan
kata “ ditandai dengan (as manifested by)”.
D. Tulis istilah yang umum digunakan.
E. Gunakan bahasa yang tidak memvonis.
F. Pastikan bahwa pernyataan masalah menandakan apakah keadaan yang tidak sehat
dari klien atau apa yang diharapkan klien bisa dirubah.
G. Hindarkan menggunaan definisi karakteristik, diagnosa medis atau sesuatu yang tidak
bisa dirubah dalam pernyataan masalah.
H. Baca ulang diagnosa keperawatan untuk memastikan bahwa pernyataan masalah bisa
dicapai dan penyebabnya bisa diukur oleh perawat.

Gambar 5.22 Asuhan Kesgimul Harus Sesuai Tumbuh Kembang Anak


Sumber : www.mediagigi.com,(diakses 9 Maret 2018)

Diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut yang salah:


A. Diagnosa medis : misal; Pulpitis akut
B. Medical Pathology : misal, adanya granuloma pada dental apeks
C. Pengobatan atau peralatan: misal, Perawatan saluran akar, Jarum K-File
D. Diagnostic study : misal, Periodontology

Gambar 5.23 Asuhan kesgimul harus sesuai kompetensi


Sumber : www.alamatku.detik.com, (diakses 9 Maret 2018)

Hindari kata-kata yang tidak baik atau memvonis, misal:


A. Takut karena sering dipukul oleh suaminya
B. Ketidakefektifan family chopping karena mertua yang melakukan pemerkosaan
terhadap menantunya.
157
C. Potensial perubahan peran orngtua karena IQ ibu yang rendah

Gambar 5.24 Hindari kata-kata yang membuat takut


Sumber : www.alamatku.detik.com, (diakses 9 Maret 2018)

158
Berikut adalah cara merumuskan diagnosa asuhan keperawatan gigi dan mulut :
A. Tuliskan diagnosa asuhan keperawaan pada kolom yang tersedia dengan mengacu
dari 8 jenis diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut.
B. Lanjutkan dengan membuat satu isian atau lebih masalah yang terjadi.
C. Lanjutkan dengan beberapa tanda-tanda atau gejala yang di keluhkan klien

Berikut contoh tabel diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut


MASALAH SIGNS atau
No. Diagnosa Askepgimul
sehubungan dengan: SYMPTOM
Tidak terpenuhinya Gigi berlubang pada gigi 1. ...............
1. kebutuhan akan kesan depan 2. ...............
wajah yang sehat 3. ...............
Bengkak di daerah pipi atau 1. ...............
2. bibir 2. ...............
3. ...............
Radang gusi pada gigi 1. ...............
3. depan 2. ...............
3. ...............
Sariawan pada daerah pipi, 1. ...............
4. bibir 2. ...............
3. ...............
Penyumbatan kelenjar pada 1. ...............
5. daerah pipi, bibir, lidah 2. ...............
3. ...............
Karang gigi pada gigi depan 1. ...............
6. 2. ...............
3. ...............
Pewarnaan intrinsic pada 1. ...............
7. gigi anterior 2. ...............
3. ...............
Pewarnaan extrinsic pada 1. ...............
8. gigi anterior 2. ...............
3. ...............
Ompong atau kehilangan 1. ...............
9. gigi depan 2. ...............
3. ...............

159
MASALAH SIGNS atau
No. Diagnosa Askepgimul
sehubungan dengan: SYMPTOM
Tidak terpenuhinya Gigi berlubang pada gigi 1. ...............
10. kebutuhan akan bebas dari depan 2. ...............
kecemasan / stress 3. ...............
Cemas jika giginya harus 1. ...............
11. dicabut 2. ...............
3. ...............
Cemas jika giginya patah 1. ...............
12. 2. ...............
3. ...............
Cemas jika giginya sakit 1. ...............
13. 2. ...............
3. ...............
Cemas jika giginya ngilu 1. ...............
14. 2. ...............
3. ...............
Cemas jika gusinya 1. ...............
15. bengkak 2. ...............
3. ...............
Cemas jika giginya harus 1. ...............
16. dicabut 2. ...............
3. ...............
Cemas jika giginya goyang 1. ...............
17. 2. ...............
3. ...............
Cemas jika harus dioperasi 1. ...............
18. 2. ...............
3. ...............
Cemas jika harus disuntik 1. ...............
19. 2. ...............
3. ...............
Cemas jika giginya harus 1. ...............
20. dibor 2. ...............
3. ...............
Cemas jika berdarah 1. ...............
21. 2. ...............
3. ...............

160
MASALAH SIGNS atau
No. Diagnosa Askepgimul
sehubungan dengan: SYMPTOM
Tidak terpenuhinya Radang gusi 1. ...............
22. integritas (keutuhan) 2. ...............
jaringan kulit, mukosa dan 3. ...............
membrane pada leher dan Gusi mengalami penurunan 1. ...............
23. kepala 2. ...............
3. ...............
Luka/sariawan pada 1. ...............
24. gusi/lidah/palatal/pipi 2. ...............
3. ...............
Bibir pecah-pecah 1. ...............
25. 2. ...............
3. ...............
Periodontitis 1. ...............
26. 2. ...............
3. ...............
Bengkak/memar/lebam 1. ...............
27. pada pipi/bibir 2. ...............
3. ...............
Luka pada sudut bibir 1. ...............
28. 2. ...............
3. ...............

MASALAH SIGNS atau


No. Diagnosa Askepgimul
sehubungan dengan: SYMPTOM
Tidak terpenuhinya Pit dan fissure yang dalam 1. ...............
29. kebutuhan akan 2. ...............
perlindungan dari resiko 3. ...............
penyakit gigi dan mulut Gigi berjejal 1. ...............
30. 2. ...............
3. ...............
pH Air ludah terlalu tinggi 1. ...............
31. 2. ...............
3. ...............
pH Air ludah terlalu rendah 1. ...............
32. 2. ...............
3. ...............
Tidak bisa menyikat gigi 1. ...............
33. sendiri 2. ...............
3. ...............
Bernafas melalui mulut 1. ...............
34. 2. ...............
3. ...............
Kebiasaan minum susu 1. ...............
35. botol 2. ...............
3. ...............
Kebiasaan menggigit benda 1. ...............
36. keras 2. ...............
3. ...............
37. Gemar makan makanan 1. ...............
161
manis dan lengket 2. ...............
3. ...............
Kekurangan vitamin C 1. ...............
38. 2. ...............
3. ...............
Kekurangan kalsium 1. ...............
39. 2. ...............
3. ...............
Kekurangan vitamin D 1. ...............
40. 2. ...............
3. ...............
Kekurangan fluoride 1. ...............
41. 2. ...............
3. ...............
Air ludah yang pekat 1. ...............
42. 2. ...............
3. ...............
Mulut kering 1. ...............
43. 2. ...............
3. ...............
Kebiasaan mengemut 1. ...............
44. makanan manis 2. ...............
3. ...............
Kebiasaan mengeratkan gigi 1. ...............
45. saat tidur 2. ...............
3. ...............
Tidak suka makan buah- 1. ...............
46. buahan yang berserat dan 2. ...............
berair 3. ...............

MASALAH SIGNS atau


No. Diagnosa Askepgimul
sehubungan dengan: SYMPTOM
Tidak terpenuhinya Sakit berdenyut tiba-tiba 1. ...............
47. kebutuhan akan bebas dari pada gigi yang berlubang 2. ...............
rasa nyeri pada leher dan 3. ...............
kepala Ngilu atau linu pada gigi 1. ...............
48. yang berlubang 2. ...............
3. ...............
Sakit berdenyut pada gigi 1. ...............
49. yang berlubang jika dipakai 2. ...............
mengunyah 3. ...............
Sakit berdenyut pada gigi 1. ...............
50. yang berlubang jika ada 2. ...............
makanan masuk 3. ...............
Nyeri pada gusi yang radang 1. ...............
51. atau bengkak 2. ...............
3. ...............
Sakit kepala atau leher yang 1. ...............
52. diakibatkan oleh adanya 2. ...............
gangguan atau penyakit 3. ...............

162
yang bermanifestasi pada
rongga mulut
Nyeri pada pipi yang 1. ...............
53. bengkak 2. ...............
3. ...............
Nyeri pada leher karena ada 1. ...............
54. kelenjar yang bengkak 2. ...............
3. ...............
Ngilu atau linu pada gigi 1. ...............
55. yang abrasi 2. ...............
3. ...............
Ngilu atau linu pada gigi 1. ...............
56. yang mengalami penurunan 2. ...............
gusi 3. ...............
Nyeri pada pipi, bibir, lidah, 1. ...............
57. langit-langit yang luka, 2. ...............
sariawan 3. ...............
Nyeri pada pipi yang 1. ...............
58. bengkak 2. ...............
3. ...............
Nyeri pada leher karena ada 1. ...............
59. kelenjar yang bengkak 2. ...............
3. ...............
Ngilu, linu pada gigi yang 1. ...............
60. abrasi 2. ...............
3. ...............
Ngilu, linu pada gigi yang 1. ...............
61. mengalami penurunan gusi 2. ...............
3. ...............
Nyeri pada pipi, bibir, lidah, 1. ...............
62. langit-langit yang luka, 2. ...............
sariawan 3. ...............

MASALAH SIGNS atau


No. Diagnosa Askepgimul
sehubungan dengan: SYMPTOM
Tidak terpenuhinya kondisi Gigi berlubang 1. ...............
63. biologis gigi geligi yang baik 2. ...............
3. ...............
Gigi berjejal 1. ...............
64. 2. ...............
3. ...............
Protusif 1. ...............
65. 2. ...............
3. ...............
Progenese 1. ...............
66. 2. ...............
3. ...............
Cross bite 1. ...............
67.
2. ...............

163
3. ...............
Impacted 1. ...............
68. 2. ...............
3. ...............
Mal posisi 1. ...............
69. 2. ...............
3. ...............
Deep bite 1. ...............
70. 2. ...............
3. ...............
Hipokalsifkasi 1. ...............
71. 2. ...............
3. ...............
Hipoplasi 1. ...............
72. 2. ...............
3. ...............
Agenese 1. ...............
73. 2. ...............
3. ...............
Mesiodent atau 1. ...............
74. supernumerary teeth 2. ...............
3. ...............
Persistensi 1. ...............
75. 2. ...............
3. ...............

MASALAH SIGNS atau


No. Diagnosa Askepgimul
sehubungan dengan: SYMPTOM
Tidak terpenuhinya Kurangnya pengetahuan 1. ...............
76. kebutuhan pengetahuan tentang cara menyikat gigi 2. ...............
atau pemahaman yang baik yang baik dan benar 3. ...............
tentang kesehatan gigi dan
Kurangnya pengetahuan 1. ...............
mulut
77. tentang waktu menyikat 2. ...............
gigi yang tepat 3. ...............
Kurangnya pengetahuan 1. ...............
tentang cara memelihara 2. ...............
78. 3. ...............
kesehatan gigi dan mulut
selain menyikat gigi
Kurangnya pengetahuan 1. ...............
79. tentang plak dan akibatnya 2. ...............
3. ...............
Kurangnya pengetahuan 1. ...............
80. tentang akibat lebih lanjut 2. ...............
karies yang tidak dirawat 3. ...............
Kurangnya pengetahuan 1. ...............
81. tentang konsumsi makanan 2. ...............
yang menyehatkan gigi 3. ...............
82. Kurangnya pengetahuan 1. ...............

164
tentang akibat lebih lanjut 2. ...............
dari karang gigi 3. ...............
Kurangnya pengetahuan 1. ...............
83. tentang radang gusi 2. ...............
3. ...............
Kurangnya pengetahuan 1. ...............
tentang akibat gigi sulung 2. ...............
84.
yang tanggal, dicabut 3. ...............
sebelum waktunya
Kurangnya pengetahuan 1. ...............
tentang obat-obat 2. ...............
85.
tradisional untuk 3. ...............
kesehatan gigi
Kurangnya pengetahuan 1. ...............
tentang penyakit-penyakit 2. ...............
86.
yang bermanifestasi di 3. ...............
rongga mulut

Gambar 5.25 Gigi sehat senyum ceria


Sumber : www.mediagigi.com, (diakses 9 Maret 2018)

165
Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah
latihan berikut!
1. Sebutkan dan jelaskan tahapan merumuskan diagnosa asuhan keperawatan
gigi dan mulut?

Ringkasan
Rumusan diagnosa keperawatan mengandung tiga komponen utama, yaitu :
Problem (P/masalah), merupakan gambaran keadaan klien dimana tindakan asuhan
kesehatan gigi dan mulut dapat diberikan. Masalah adalah kesenjangan atau
penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya tidak terjadi. Etiologi (E/penyebab),
keadaan ini menunjukkan penyebab keadaan atau masalah kesehatan yang
memberikan arah terhadap terapi asuhan kesehtan gigi dan mulut. Penyebabnya meliputi
: perilaku, lingkungan, interaksi antara perilaku dan lingkungan. Sign/symptom (S/tanda
dan gejala), adalah ciri, tanda atau gejala, yang merupakan informasi yang diperlukan
untuk merumuskan diagnosis keperawatan.
Jadi rumusan diagnosis asuhan kesehatan gigi dan mulut pada indivudi adalah : PES.

Tes 2
1 Berdasarkan hasil pemeriksaaan subyektif dan obyektif pada pembelajaran
sebelumnya, susunlah rumusan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut pada
klien!
2 Mintalah pembimbing anda untuk mengawasi dan menilai rumusan diagnosa asuhan
kesehatan gigi dan mulut yang telah Anda susun menggunakan Format Penilaian
yang tersedia.

166
Kartu Pencatatan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut bagian diagnosa

KARTU PENCATATAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

B. DIAGNOSIS ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT


GIGI/ DATA Diagnosa MASALAH
SIGNS/SYMPTOM
REGIO Askepgimul sehubungan dengan:

Format Penilaian Tes 1

ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN
Diagnosa Asuhan Kesgimul 100
1 Elemen atau regio gigi Max = 4 10
Elemen atau regio gigi ada 0,1,2 x 10 = .........
Penulisan elemen atau regio gigi benar 0,1,2 4
2 Data Max = 5 15
Data ada 0,1,2 x 15 = .........
Penulisan data benar 0,1,2,3 5
3 Diagnosa Askepgimul Max = 5 25
Diagnosa ada 0,1,2 x 25 = .........
Penulisan diagnosa benar 0,1,2,3 5
4 MASALAH Max = 5 25
Masalah ada 0,1,2 x 25 = .........
Penulisan masalah benar 0,1,2,3 5
5 SIGNS atau SYMPTOM Max = 5 25
Signs atau Symptom ada 0,1,2
x 25 = .......
Penulisan Signs atau Symptom benar 0,1,2,3 5
JUMLAH ......

167
Kunci JawabanTes

Tes 1

ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN
100
A Kelengkapan informasi Max = 9 50
1. Problem 0,1,2,3 9 x 50 = 50
2. Etiology 0,1,2,3 9
3. Symptom 0,1,2,3
B Kebenaran rumusan Max = 9 50
1. Problem 0,1,2,3 9 x 50 = 50
0,1,2,3 9
2. Etiology
3. Symptom 0,1,2,3
JUMLAH 100

Tes 2

ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN
Diagnosa Asuhan Kesgimul 100
1 Elemen atau regio gigi Max = 4 10
Elemen atau regio gigi ada 0,1,2 4 x 10 = 10
Penulisan elemen atau regio gigi benar 0,1,2 4
2 Data Max = 5 15
Data ada 0,1,2 5 x 15 = 15
Penulisan data benar 0,1,2,3 5
3 Diagnosa Askepgimul Max = 5 25
Diagnosa ada 0,1,2 5 x 25 = 25
Penulisan diagnosa benar 0,1,2,3 5
4 MASALAH Max = 5 25
Masalah ada 0,1,2 5 x 25 = 25
Penulisan masalah benar 0,1,2,3 5
5 SIGNS atau SYMPTOM Max = 5 25
Signs atau Symptom ada 0,1,2
5 x 25 = 25
Penulisan Signs atau Symptom benar 0,1,2,3
5
JUMLAH 100

168
DaftarPustaka

Darby LM, Walsh MM. (2010). Dental Hygiene Theory And Practice. 3rd ed. St. Louis:
Saunders Elsevier.

Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, & Carranza FA. (2012). Carranza's Clinical
Periodontology. 11th ed. St. Louis: Elsevier.

CDHBC Practice Standards and Practice Standard Policies. (2013) Victoria: College of
Dental Hygienists of British Columbia.

CDHBC Scope of Practice. (2013). Victoria: College of Dental Hygienists of British Columbia.

Wilkins EM. (2013). Clinical Practice Of The Dental Hygienist. 11th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.

169
BAB VI
PERENCANAAN PELAYANAN ASUHAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT INDIVIDU
Sulur Joyo Sukendro, S.SiT,M.Kes

Pendahuluan

S udara-saudara mahasiswa, salam sukses untuk Anda semua. Pada bab sebelumnya
Anda sudah mempelajari diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut individu.
Pada bab ini Anda akan mempelajari dua topik yang meliputi menetapkan rencana
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu, dan menyusun rencana pelayanan
asuhan kesehatan gigi dan mulut individu. Kedua tindakan tersebut dilakukan sebagai
tindakan perencanaan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu.
Perencanaan adalah perilaku asuhan kesehatan gigi dan mulut dimana tujuan yang
berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi asuhan
kesehatan gigi dan mulut dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Ada juga yang
mendefinisikan perencanaan adalah sesuatu yang telah dipertimbangkan secara
mendalam, tahap yang sistematis dari proses asuhan kesehatan gigi dan mulut meliputi
kegiatan pembuatan keputusan dan pemecahan masalah.
Tahap perencanaan asuhan kesehatan gigi dan mulut memberi kesempatan kepada
perawat, klien, keluarga, dan orang terdekat klien untuk merumuskan rencana tindakan
asuhan kesehatan gigi dan mulut guna mengatasi masalah yang dialami klien.
Perencanaan merupakan petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat rencana
tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan
kebutuhannya berdasarkan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut.
Tujuan setelah mengikuti mata kuliah ini Anda (mahasiswa) mampu menetapkan
dan merumuskan rencana pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu sesuai
prosedur. Namun demikian sebelum Anda melakukan praktik perencanaan pada klien
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu di klinik, Anda sudah harus
menguasai pengetahuan konsep, proses, dan tahapan pelayanan asuhan kesehatan gigi
dan mulut individu. Untuk itu persiapkan diri Anda dengan mempelajari kembali ilmu-ilmu
di atas, sebagai bekal untuk melakukan pengkajian berupa pemeriksaan subyektif dan
obyektif pada klien pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu.
Perencanaan adalah suatu proses menentukan kegiatan yang akan dilakukan secara
sistematis sesuai dengan keinginan. Sedangkan produk suatu perencanaan adalah:

1. Analisa keadaan dan masalah yang dihadapi


2. Tujuan untuk mengatasi masalah
170
3. Kebijakan dan strategi yang menjadi dasar pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan.
4. Rencana pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan.
5. Rencana pengawasan, pengendalian dan penilaian.
Menurut Terry (2013) perencanaan adalah pengumpulkan dan pengolahan fakta-fakta serta
menggunakan perkiraan-perkiraan untuk bentuk masa depan dan perumusan usulan kegiatan
yang diyakini dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

Para manajer harus memutuskan apa yang ingin dikerjakan, menetapkan tujuan jangka
pendek dan jangka panjang untuk organisasi, serta memutuskan alat apa yang akan digunakan
untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam rangka melakukan hal itu manajer harus mengestimasikan
sejauh mana kemungkinan dapat dicapai, baik dilihat dari aspek ekonomi, sosial, politik dan
lingkungan, serta dihubungkan dengan sumber-sumber yang ada untuk menwujudkan rencana
tersebut.

Dengan adanya perencanaan tersebut, dimungkinkan hal-hal sebagai berikut:

1. Organisasi akan mencadangkan sejumlah sumber daya tertentu yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.
2. Anggota-anggota organisasi akan menjalankan kegiatan-kegiatan sesuai dengan cara yang
telah ditentukan.
3. Kemajuan dalam pencapaian tujuan akan dipantau dan diukur sehingga tindakan-tindakan
koreksi dapat diputuskan bila pencapaian tujuan tersebut tidak memuaskan.
Rencana dapat dibedakan menjadi:

1. Rencana kebijakan (Policy Plan), dibuat oleh manajer puncak/top manajer.


2. Rencana program (Program Plan/Strategi Plan)
3. Rencana Operasional (Plan Of Achon), dibuat oleh manajer tingkat paling bawah (middle
manager).

171
Topik 1

Menetapkan Rencana Pelayanan Asuhan


Kesehatan Gigi dan Mulut

Rencana asuhan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah catatan yang berisi tentang
intervensi dan rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut. Rencana asuhan kesehatan gigi
dan mulut adalah pengkajian dan pengidentifikasian masalah yang sistematis, penentuan
tujuan, serta strategi pelaksanaan pemecahan masalah. Perencanaan asuhan kesehatan
gigi dan mulut adalah penyusunan rencana tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut
yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosa asuhan
kesehatan gigi dan mulut yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan
klien.

Gambar. 6.1 Rencana adalah program mengatasi masalah


Sumber : www.definisimu.blogspot.com. (diakses 10 maret 2018)

Tujuan rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut dapat dibagi menjadi dua, yaitu
tujuan administratif dan tujuan klinik :
A. Tujuan administratif
1. Untuk mengidentifikasi fokus asuhan kesehatan gigi dan mulut kepada klien atau
kelompok.
2. Untuk membedakan tanggung jawab perawat dan profesi kesehatan yang lain.
3. Untuk menyediakan suatu kriteria guna pengulangan dan evaluasi asuhan
kesehatan gigi dan mulut.
4. Untuk menyediakan kriteria klasifikasi klien.
B. Tujuan klinik
1. Menyediakan suatu pedoman penulisan.
2. Mengkomunikasikan dengan staf perawat, apa yang diajarkan, apa yang
diobservasi dan apa yang dilaksanakan.
3. Menyediakan kriteria hasil sebagai pengulangan dan evaluasi asuhan kesehatan
gigi dan mulut.
4. Rencana tindakan yang spesifik secara langsung bagi individu, keluarga, dan tenaga
kesehatan lainnya untuk melaksanakan tindakan.

172
Gambar. 6.2 Rencana adalah memberikan arah kegiatan
Sumber : www.definisimu.blogspot.com. (diakses 10 maret 2018)

Langkah-langkah perencanaan:
Langkah dalam rencana asuhan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah :
menentukan proritas, menetapkan tujuan, menentukan kriteria hasil.
A. Menentukan prioritas
Dalam menentukan perencanaan perlu disusun suatu sistem untuk menentukan
diagnosa yang akan diambil pertama kali. Salah satu sistem yang bisa digunakan
adalah hirarki “kebutuhan manusia”.
Penetapan prioritas adalah penyusunan urusan diagnosis asuhan kesehatan gigi dan
mulut dengan menggunakan tingkat kepentingan untuk memperoleh tahapan
intervensi keperawatan yang dibutuhkan bersama klien, anda akan memilih prioritas
berdasarkan kedaruratan masalah, keselamatan dan keinginan klien,sifat terapi dan
hubungan antar diagnosis.
Berdasarkan kepentingan, prioritas dapat dikategorikan menjadi :
1. Prioritas Tingggi: prioritas yang mencerminkan situasi yang mengancam kehidupan
(nyawa seseorang sehingga perlu dilakukan tindakan terlebih dahulu
2. Prioritas Sedang : prioritas ini menggambarkan situasi yang tidak gawat dan tidak
mengancam kehidupan klien
3. Prioritas Rendah : prioritas yang menggambarkan situasi yang tidak berhubungan
langsung dengan prognosis dari suatu penyakit yang secara spesifik.
Dengan mengidentifikasi prioritas kelompok diagnosa asuhan kesehatan gigi dan
mulut dan masalah kolaboratif, perawat gigi dapat memprioritaskan peralatan yang
diperlukan.
Perbedaan antara prioritas diagnosa atau diagnosa yang penting adalah :
1. Prioritas diagnosa adalah diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut atau masalah
asuhan kesehatan gigi dan mulut, jika tidak diatasi saat ini, akan berdampak
buruk terhadap keadaan fungsi dan status kesehatan.

173
Gambar. 6.3 Prioritas itu penting
Sumber : www.futuready.com. (diakses 10 maret 2018)

2. Diagnosa yang penting adalah diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut atau
masalah kolaboratif dimana intervensi dapat ditunda untuk beberapa saat tanpa
berdampak terhadap status fungsi kesehatan.

Gambar. 6.4 Diagnosa yang penting memiliki dampak pada pasien


Sumber : www.mediagigi.com. (diakses 10 maret 2018)

3. Beberapa hirarki yang bisa digunakan untuk menentukan prioritas perencanaan


adalah :
a) Hirarki Maslow, (1943) menjelaskan kebutuhan manusia dibagi menjadi
lima tahapan yaitu :
1. Fisiologis
2. Rasa aman dan nyaman
3. Sosial
4. Harga diri
5. Aktualisasi diri.
6. Kebutuhan fisiologis biasanya menjadi prioritas utama bagi klien
dibanding kebutuhan yang lain.

Gambar. 6.5 Hirarki Maslow


Sumber : www.doriasriwijaya.wordpress.com. (diakses 10 maret 2018)

174
b) Hirarki Kalish, (tahun) lebih jauh menjelaskan kebutuhan maslow dengan
berbagai macam perkembangan, yaitu :
1) Kebutuhan bertahan hidup : makanan, udara, air, suhu, istirahat,
eliminasi, penghindaran nyeri.
2) Kebutuhan stimuli : seks, aktivitas, eksplorasi, manipulasi,
kesenangan baru.
3) Kebutuhan keamanan : keselamatan, keamanan, kedekatan.
4) Mencintai, memiliki, kedekatan.
5) Penghargaan, harga diri.
6) Aktualisasi diri.

Gambar. 6.6 Hirarki Kalish


Sumber : www.asmiisafitri.blogspot.com. (diakses 10 maret 2018)

B. Menetapkan tujuan
Tujuan asuhan kesehatan gigi dan mulut merupakan pedoman yang luas/umum
dimana klien diharapkan mengalami kemajuan dalam berespon terhadap tindakan.
Tujuan dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Tujuan jangka panjang
Tujuan jangka panjang adalah tujuan yang mengidentifikasi arah keseluruhan atau
hasil akhir asuhan kesehatan gigi dan mulut. Tujuan ini tidak tercapai sebelum
pemulangan. Tujuan jangka panjang memerlukan perhatian yang terus menerus
dari klien dan (atau) orang lain.
Tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam waktu yang lama, biasanya lebih dari
satu minggu atau satu bulan. Kriteria hasil dalam tujuan jangka panjang ditujukan
pada unsur “problem (masalah)” dalam diagnosa asuhan kesehatan gigi dan
mulut. Misalnya : klien mampu mempertahankan kontrol kadar gula darah satu
kali dalam satu minggu selama dua bulan pertama pasca asuhan kesehatan gigi
dan mulut di rumah sakit.
2. Tujuan jangka pendek
Tujuan jangka pendek adalah tujuan yang harus dicapai sebelum pemulangan.
Misalnya : rasa nyeri klien berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan
asuhan kesehatan gigi dan mulut selama 2×24 jam. Tujuan yang diharapkan bisa
dicapai dalam waktu yang singkat, biasanya kurang dari satu minggu. Tujuan
jangka pendek ditujukan pada unsur E/S (etiologi, tanda dan gejala) dalam
diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut.
175
Gambar. 6.7 Tujuan akan memberikan arah
Sumber : www.1071klitefm.com. (diakses 10 maret 2018)

C. Menentukan kriteria hasil


Tujuan klien dan tujuan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah standar atau ukuran
yang digunakan untuk mengevaluasi kemajuan klien atau ketrampilan perawat gigi.
Tujuan klien merupakan pernyataan yang menjelaskan suatu perilaku klien, keluarga,
atau kelompok yang dapat diukur setelah intervensi asuhan kesehatan gigi dan mulut
diberikan. Tujuan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah pernyataan yang
menjelaskan suatu tindakan yang dapat diukur berdasarkan kemampuan dan
kewenangan perawat gigi.
Kriteria hasil untuk diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut mewakili status
kesehatan klien yang dapat dicapai atau dipertahankan melalui rencana tindakan yang
mandiri, sehingga dapat membedakan antara diagnosa asuhan kesehatan gigi dan
mulut terhadap masalah kolaboratif. Menurut Gordon, (1994) komponen penting
dalam kriteria hasil adalah apakah intervensi asuhan kesehatan gigi dan mulut dapat
dicapai.

Gambar. 6.8 Kriteria hasil merupakan ukuran keberhasilan


Sumber : www.pandjiharsanto.com. (diakses 10 maret 2018)

D. Pedoman penulisan kriteria hasil :


1. Berfokus pada klien

176
Kriteria hasil ditujukan pada klien. Kriteria hasil harus menunjukan apa yang akan
dilakukan klien, kapan, dan sejauh mana tindakan akan bisa dilaksanakan.
S : Spesifik (tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda).
M : Measurable (harus dapat diukur, dilihat, didengar, diraba, dirasakan dan
dibau)
A : Tujuan harus dapat dicapai (Achievable)
R : Tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (Reasonable)
T : Time (batasan waktu atau tujuan asuhan kesehatan gigi dan mulut)
2. Singkat dan jelas.
Menggunakan kata-kata yang singkat dan jelas, sehingga akan memudahkan
perawat untuk mengidentifikasikan tujuan dan rencana tindakan.
3. Dapat diobservasi dan diukur untuk menentukan keberhasilan atau
kegagalan.Tujuan yang dapat diobservasi dan diukur meliputi pertanyaan “apa”
dan “sejauh mana”. Contoh kata kerja yang bisa diukur, meliputi ; menyatakan,
melaksanakan, mengidentifikasi, adanya penurunan dalam……., adanya
peningkatan pada……., tidak adanya……. Contoh kata kerja yang tidak dapat diukur
melalui penglihatan dan suara adalah : menerima, mengetahui, menghargai dan
memahami.
4. Ada batas waktunya.
5. Realistik.
Kriteria hasil harus dapat dicapai sesuai dengan sarana dan prasarana yang
tersedia, meliputi : biaya, peralatan, fasilitas, tingkat pengetahuan, afek emosi dan
kondisi fisik. Jumlah staf perawat harus menjadi satu pertimbangan dalam
penyusunan tujuan dan kriteria hasil.
6. Ditentukan oleh perawat dan klien.
Setelah menentukan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut yang ditentukan,
perlu dilakukan diskusi antara perawat dan klien untuk menentukan kriteria hasil
dan rencana tindakan untuk memvalidasi.
Penulisan kriteria hasil mencakup semua respon manusia, meliputi : kognitif
(pengetahuan), afektif (emosi dan perasaan), psikomotor dan perubahan fungsi
tubuh (keadaan umum dan fungsi tubuh, serta gejala).

Gambar. 6.9 Kriteria hasil disusun bersama perawat gigi dan klien
Sumber : www.intisari.grid.id.com. (diakses 10 maret 2018)

177
E. Menentukan rencana tindakan
Rencana tindakan adalah desain spesifik intervensi untuk membantu klien dalam
mencapai kriteria hasil. Rencana mendefinisikan suatu aktifitas yang diperlukan untuk
membatasi faktor-faktor pendukung terhadap suatu permasalahan.
Intervensi asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu tindakan langsung kepada
klien yang dilaksanakan oleh perawat gigi. Tindakan tersebut meliputi tindakan
independen asuhan kesehatan gigi dan mulut berdasarkan diagnosa asuhan kesehatan
gigi dan mulut, tindakan medis berdasarkan diagnosa medis dan membantu
pemenuhan kebutuhan dasar fungsi kesehatan kepada klien yang tidak dapat
melakukannya.
Diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut, intervensi ditujukan untuk :
1. Mengurangi atau membatasi faktor penyebab dan masalah.
2. Meningkatkan status kesehatan klien.
3. Memonitor status kesehatan.
4. Mengurangi dan membatasi faktor resiko.
5. Mencegah masalah yang akan timbul.
6. Memonitor terjadinya masalah.
7. Pengkajian aktifitas untuk menyusun diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut
dan masalah kolaborasi.
8. Memonitor aktifitas untuk mengevaluasi status fisiologi tertentu.
9. Rencana tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut.
10. Tindakan medis, berhubungan dengan respon dari tindakan medis.
11. Aktifitas fungsi kesehatan sehari-hari yang mungkin tidak berpengaruh terhadap
diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut atau medis tetapi telah dilakukan oleh
perawat kepada klien yang tidak dapat melaksanakan kebutuhannya.
12. Aktifitas untuk mengevaluasi dampak dan tindakan asuhan kesehatan gigi dan
mulut dan medis.
13. Memonitor perubahan status kesehatan.
14. Mengelola perubahan status kesehatan terhadap intervensi asuhan kesehatan
gigi dan mulut dan medis.
15. Mengevaluasi respon.

Gambar. 6.10 Tentukan rencana tindakan


Sumber : www.youthmanual.com. (diakses 10 maret 2018)

F. Komponen rencana tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut


Komponen tesebut dibawah ini harus diperhatikan untuk menghindari kerancuan
dalam rencana tindakan. Komponen tersebut adalah :
178
1. Waktu.
Semua rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut harus diberi waktu untuk
mengidentifikasikan tanggal dilaksanakan, misalnya : setelah pencabutan, gigit
tampon selama 30 menit.
2. Menggunakan kata kerja
Semua rencana tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut secara jelas
menjabarkan setiap kegiatan, misalnya : lakukan tekanan menggunakan kassa
steril selama 10 menit.
3. Fokus pada pertanyaan
Spesifik pada pertanyaan “who, what, where, when, which, and how..” : siapa,
apa, dimana, kapan, yang mana, dan bagaimana.

Gambar. 6.11 Rencana Asuhan Kesgimul


Sumber : Sulur Joyo Sukendro. 2018

Karakteristik rencana tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut :


1. Konsisten dengan rencana tindakan.
2. Berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah (rasional).
3. Berdasarkan situasi individu klien.
4. Digunakan untuk menciptakan suatu situasi yang aman dan terapeutik.
5. Menciptakan suatu situasi pengajaran.
6. Menggunakan saran yang sesuai.

G. Perencanaan Pulang
Perawat juga harus mempertimbangkan kebutuhan yang akan datang bagi klien,
khususnya pemulangan dari fasilitas asuhan kesehatan gigi dan mulut kesehatan.
Perencanaan pulang/discharge planning dimulai atau direncanakan disaat klien
memasuki tatanan asuhan kesehatan gigi dan mulut kesehatan. Hal ini perlu dilakukan
untuk menentukan kesinambungan asuhan kesehatan gigi dan mulut dan untuk
menentukan tempat pemulangan yang diantisipasi, misalnya rumah atau fasilitas
asuhan kesehatan gigi dan mulut yang terlatih.
Perawat bertanggung jawab untuk :

179
1. merencanakan kesinambungan asuhan kesehatan gigi dan mulut antara personal
asuhan kesehatan gigi dan mulut antara pelayanan dalam tatanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut dan antara tatanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
dan komunitas.
2. Memulai rujukan ke pelayanan komunitas lainnya dan memberikan arahan yang
diperlukan bagi klien atau keluarga yang sedang belajar untuk mempercepat
penyembuhan dan meningkatkan keadaan sehat.

Gambar. 6.12 Rencana Pulang


Sumber : www.rsamp.online.com. (diakses 10 maret 2018)

H. Dokumentasi
Dokumentasi rencana tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut merupakan
penulisan rencana tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut dalam suatu bentuk
yang bervariasi guna mempromosikan asuhan kesehatan gigi dan mulut yang meliputi
: asuhan kesehatan gigi dan mulut individu, asuhan kesehatan gigi dan mulut yang
kontinyu, komunikasi, dan evaluasi.
Karakteristik dokumentasi rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah :
1. Ditulis oleh perawat
Rencana tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut disusun dan ditulis oleh
perawat profesional yang mempunyai dasar pendidikan yang memadai.
2. Dilaksanakan setelah kontak pertama kali dengan klien.
Setelah kontak pertama kali dengan klien. Pengkajian merupakan waktu yang
tepat dilakukan dokumentasi diagnosa aktual atau resiko, kriteria hasil dan
rencana tindakan.
3. Diletakkan di tempat yang strategis (mudah didapatkan).
Bisa diletakkan dicatatan medis klien, di tempat tidur atau di kantor perawat. Hal
ini terus dilakukan karena rencana tindakan ini disediakan untuk semua tenaga
kesehatan yagn ada.
4. Informasi yang baru.
Semua komponen rencana tindakan harus selalu diperbaharui. Hal ini ditujukan
agar waktu perawat bisa dipergunakan secara efektif.

180
Gambar. 6.13 Dokumentasi itu penting
Sumber : http://dickerson-bakker.com. (diakses 10 maret 2018)

Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah
latihan berikut!
1. Sebutkan dan jelaskan tahapan menetapkan rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut.

Ringkasan
Rencana pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu, dan menyusun
rencana pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu. Kedua tindakan tersebut
dilakukan sebagai tindakan perencanaan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
individu.
Perencanaan adalah perilaku asuhan kesehatan gigi dan mulut dimana tujuan yang
berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi asuhan
kesehatan gigi dan mulut dipilih untuk mencapai tujuan. Rencana tindakan adalah desain
spesifik intervensi untuk membantu klien dalam mencapai kriteria hasil.
Rencana mendefinisikan suatu aktifitas yang diperlukan untuk membatasi faktor-
faktor pendukung terhadap suatu permasalahan. Komponen rencana tindakan asuhan
kesehatan gigi dan mulut terdiri dari : Waktu, menggunakan kata kerja, Fokus pada
pertanyaan: siapa, apa, dimana, kapan, yang mana, dan bagaimana.

Tes 1
1 Berdasarkan hasil diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut pada pembelajaran
sebelumnya, tetapkan rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut pada klien!
2 Mintalah pembimbing anda untuk mengawasi dan menilai rencana asuhan
kesehatan gigi dan mulut yang telah Anda tetapkan menggunakan Format Penilaian
yang tersedia.

181
Penetapkan rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut

No Uraian Ya Tidak Keterangan


1 Mengurangi atau membatasi faktor penyebab
dan masalah.

2 Meningkatkan status kesehatan klien.

3 Memonitor status kesehatan

4 Mengurangi dan membatasi faktor resiko

5 Mencegah masalah yang akan timbul

6 Memonitor terjadinya masalah.

7 Pengkajian aktifitas untuk menyusun diagnosa


asuhan kesehatan gigi dan mulut dan masalah
kolaborasi.

8 Memonitor aktifitas untuk mengevaluasi status


fisiologi tertentu.

9 Rencana tindakan asuhan kesehatan gigi dan


mulut.

10 Tindakan medis, berhubungan dengan respon


dari tindakan medis.

11 Aktifitas fungsi kesehatan sehari-hari yang


mungkin tidak berpengaruh terhadap diagnosa
asuhan kesehatan gigi dan mulut atau medis
tetapi telah dilakukan oleh perawat kepada klien
yang tidak dapat melaksanakan kebutuhannya.

12 Aktifitas untuk mengevaluasi dampak dan


tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut, serta
medis.

13 Memonitor perubahan status kesehatan.

14 Mengelola perubahan status kesehatan terhadap


intervensi asuhan kesehatan gigi dan mulut serta
medis.

15 Mengevaluasi respon.

182
Format Penilaian Tes 1

ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN

100

1 Mengurangi atau membatasi faktor 0,1,2,3


penyebab dan masalah.

2 Meningkatkan status kesehatan klien. 0,1,2,3


........ x 100 =
3 Memonitor status kesehatan 0,1,2,3 .......

4 Mengurangi dan membatasi faktor 0,1,2,3 45


resiko

5 Mencegah masalah yang akan timbul 0,1,2,3

6 Memonitor terjadinya masalah. 0,1,2,3

7 Pengkajian aktifitas untuk menyusun 0,1,2,3


diagnosa asuhan kesehatan gigi dan
mulut, serta masalah kolaborasi.

8 Memonitor aktifitas untuk 0,1,2,3


mengevaluasi status fisiologi tertentu.

9 Rencana tindakan asuhan kesehatan 0,1,2,3


gigi dan mulut.

10 Tindakan medis, berhubungan dengan 0,1,2,3


respon dari tindakan medis.

11 Aktifitas fungsi kesehatan sehari-hari 0,1,2,3


yang mungkin tidak berpengaruh
terhadap diagnosa asuhan kesehatan
gigi dan mulut

12 Aktifitas untuk mengevaluasi dampak 0,1,2,3


dan tindakan asuhan kesehatan gigi
dan mulut dan medis

13 Memonitor perubahan status 0,1,2,3


kesehatan.

14 Mengelola perubahan status kesehatan 0,1,2,3


terhadap intervensi asuhan kesehatan
gigi dan mulut serta medis.

15 Mengevaluasi respon. 0,1,2,3

JUMLAH ......

183
Topik2

Merumuskan Rencana Pelayanan Asuhan


Kesehatan Gigi dan Mulut
Mari kita masuk pada topik kedua, yaitu topik tentang merumuskan rencana
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu. Rumusan rencana asuhan kesehatan
gigi dan mulut adalah catatan yang berisi tentang intervensi dan rencana asuhan
kesehatan gigi dan mulut. Rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah pengkajian
dan pengidentifikasian masalah yang sistematis, penentuan tujuan, serta strategi
pelaksanaan pemecahan masalah. Perencanaan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah
penyusunan rencana tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut yang akan dilaksanakan
untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut yang
telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien.
A. Perencanaan asuhan kesehatan gigi dan mulut
Diagnosis dan rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut merupakan aspek yang
tidak dapat dipisahkan dari kegiatan asuhan kesehatan gigi dan mulut sehari-hari.
Rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut pada dasarnya merupakan formulasi untuk
memberi jalan keluar berbagai masalah kesehatan yang sedang dihadapi klien.
Mengingat klien sendiri merupakan suatu sistem biologi yang hidup, perencanaan
asuhan kesehatan gigi dan mulut yang terbaik tentunya akan besifat individual. Dalam
kaitannya dengan tujuan tersebut, maka berbagai faktor yang dapat mempengaruhi
keberhasilan suatu asuhan kesehatan gigi dan mulut harus selalu dipertimbangkan.
Untuk menyusun rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut dapat dilakukan secara
bertahap melalui prosedur berikut ini:
1. Membuat daftar masalah sesuai dengan prioritas kebutuhan atau kegawatannya.
Masalah klien pada umumnya dapat dikelompokkan sesuai keterkaitannya dengan
keluhan utama, komplikasi-komplikasi yang potensial dan berbagai kondisi atau
penyakit gigi dan mulut yang ada.
2. Langkah berikutnya ialah membuat daftar berbagai kemungkinan solusi dan
implikasinya dalam rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut untuk setiap masalah.
3. Memilih kemungkinan solusi terbaik untuk setiap masalah tersebut dengan tetap
mempertimbangkan kepentingan klien, pertimbangan teknis, dan kebutuhan
asuhan kesehatan gigi dan mulut.
4. Tahapan selanjutnya ialah menyusun solusi masalah klien tersebut berdasarkan
skala prioritasnya mulai dari asuhan kesehatan gigi dan mulut simptomatik,
pengendalian penyakit, diikuti dengan asuhan kesehatan gigi dan mulut aktif
dengan prosedur restoratif.
5. Memilih cara pendekatan perencanaan asuhan kesehatan gigi dan mulut yang
tepat sesuai dengan yang dikehendaki klien mulai dari asuhan kesehatan gigi dan
mulut darurat, pengendalian penyakit, perawatan menyeluruh, terbatas atau
asuhan kesehatan gigi dan mulut yang sifatnya sementara.

184
Gambar. 6.14 Perencanaan perlu dikomunikasikan kepada klien
Sumber : www.healtcare.com. (diakses 10 maret 2018)

Catatan yang runtut setiap masalah dengan berbagai solusinya tersebut sangat
berguna sekali untuk memformulasikan asuhan kesehatan gigi dan mulut yang
komprehensip pada seorang klien, dan akan menjadi rujukan penting dalam
menentukan berbagai alternatif asuhan kesehatan gigi dan mulut yang akan
diberikan. Bentuk rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut umumnya bersifat
fleksibel dapat berubah atau dimodifikasi sesuai dengan prioritas kegawatan dan
kebutuhan klien dengan mengikuti pola; penanganan kondisi akut, pengendalian
penyakit, mengembalikan gangguan fungsi dan pemantauan atau tindak lanjut.
Tindakan yang harus segera dilakukan untuk solusi masalah yang terkait dengan
keluhan dapat berupa asuhan kesehatan gigi dan mulut pada klien. Asuhan kesehatan
gigi dan mulut pada klien ditujukan untuk mengurangi gejala-gejala yang berkembang
sedang tindakan kuratif ditujukan untuk menghilangkan masalah. Sebagai contoh
misalnya pada kasus infeksi gingiva; untuk mengendalikan infeksi dan mengurangi
nyeri dapat diberikan kumur anseptik, sedang untuk asuhan kesehatan gigi dan mulut
preventif dapat dilakukan scalling. Bilamana dimungkinkan tujuan utama asuhan
kesehatan gigi dan mulut adalah kuratif, yaitu menghilangkan penyebab dan masalah.

185
Tabel 6-1: beberapa alternatif rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut
Masalah Pasien Beberapa kemungkinan solusi
Keluhan
Meliputi berbagai kondisi seperti nyeri, A. Asuhan kesehatan gigi dan mulut terbaik
kelukaan, infeksi atau perdarahan ialah mengendalikan kondisi akut meliputi
pengendalian infeksi dan nyeri, scaling.
Masalah kesehatan
A. Memodifikasi prosedure asuhan kesehatan
Kondisi pasien dengan gusi meradang dan gigi dan mulut
turun B. Untuk masalah medik yang kompleks dan
bila dari riwayat dan pemeriksaan fisik pasien
tidak diperoleh kejelasan penyakitnya perlu
konsultasi medik
Pengobatan yang sedang dijalani pasien A. Menyelidiki aksi, interaksi dan efek
samping obat
Alergi atau idiosinkrasi atau reaksi A. Menghindari pemakaian obat yang sama
terhadap obat B. Menghindari penggunaan obat yang
menimbulkan reaksi

Gambar. 6.15 Percayakan masalah pada ahlinya


Sumber : www.healtcare.com. (diakses 10 maret 2018)

Beberapa alternatif rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut perlu pendekatan
menyeluruh berbagai faktor terkait termasuk fleksibilitas, dan efektifitasnya untuk
menyelesaikan masalah. Untuk memudahkan hal ini maka dibuat daftar solusi untuk
setiap masalah gigi dan mulut. Hal-hal yang bertentangan, kurang memuaskan atau
suatu solusi yang mungkin sulit untuk dilaksanakan dapat dikesampingkan sampai
dicapai suatu keputusan rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut yang paling sesuai
dengan kebutuhan pasien. Harus diperhatikan bahwa untuk sebagian asuhan
kesehatan gigi dan mulut dan mulut perlu mempertimbangkan adanya asuhan
kesehatan gigi dan mulut sebagai konsekuensi difinitif yang harus dimasukkan dalam
proses perencanaan asuhan kesehatan gigi dan mulut. Sebagai contoh misalnya untuk
kasus gigi molar pertama mandibula dengan pulpa yang nekrose, solusinya dapat
dilakukan rujukan ke dokter gigi. Asuhan kesehatan gigi dan mulut tersebut

186
membawa konsekuensi tambahan dalam perencanaan asuhan kesehatan gigi dan
mulut.
Terhadap beberapa masalah yang potensial menimbulkan komplikasi medik,
perlu dipikirkan langkah-langkah alternatif dengan cara memodifikasi asuhan
kesehatan gigi dan mulut gigi dan mulut atau melakukan konsultasi untuk
mendapatkan asesmen medik yang definitif. Tujuan utama dalam tahapan ini ialah
mencegah timbulnya komplikasi medik yang tidak diinginkan. Sebagai contoh
misalnya untuk pasien dengan riwayat kelainan jantung, maka perlu dirujuk untuk
mencegah terjadinya infeksi selama dilakukan asuhan kesehatan gigi dan mulut. Pada
pasien dengan gagal ginjal perlu dipikirkan bahwa sisa pemakaian heparin dapat
menimbulkan kecenderungan nyeri pada rahang.
Pilihan asuhan kesehatan gigi dan mulut untuk kelainan jaringan lunak mulut
sangat bervariasi tergantung pada jenis dan kharakterisitik kelainan yang ada.
Penggabungan dengan perencanaan asuhan kesehatan gigi dan mulut gigi dan mulut
umumnya tidak menimbulkan kesulitan asal diagnosis difinitif sudah ditetapkan.
Namun perlu dicermati bahwa untuk diagnosis kasus jaringan lunak mulut harus
mempertimbangkan keterkaitan faktor lokal di mulut dengan berbagai kemungkinan
kondisi sistemik. Bahkan tidak jarang setelah dilakukan pemeriksaan yang lengkap
pada seorang pasien ditemukan beberapa masalah atau penyakit. Diantara berbagai
masalah atau kelainan tersebut tidak tertutup kemungkinan mempunyai etiologi atau
faktor predesposisi yang saling tumpang tindih, atau bahkan ditemukan penyakit yang
lebih berat daripada yang dikeluhkan. Sebagai contoh:
Seorang pasien datang keluhan " lidah kotor “. Setelah dilakukan pemeriksaan
lengkap diperoleh diagnosis sebagai berikut:
1. Leukoplakia pada lidah dan palatum
2. Gigi banyak yang karies
3. Gingivitis kronis
4. Anemia mikrositik dengan defisiensi besi

187
Gambar. 6.15 Leukoplakia
Sumber : www.healtcare.com. (diakses 10 maret 2018)
Dari contoh di atas terlihat bahwa kasus yang semula tampaknya sederhana
yaitu lidah kotor, ternyata diagnosisnya sangat kompleks, sehingga rencana
pemeriksaan dan asuhan kesehatan gigi dan mulutnya tidak sesederhana seperti yang
diperkirakan sebelumnya.
Pada waktu mengelola kasus-kasus gigi dan mulut perlu diperhatikan beberapa
unsur yang harus dilibatkan dalam perencanaan asuhan kesehatan gigi dan mulut,
antara lain:
1. Rencana prosedur diagnostik yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis difinitif
perlu dinyatakan dalam perencanaan asuhan kesehatan gigi dan mulut.
2. Perencanaan harus disusun runtut sesuai dengan masalah yang ada.
3. Edukasi pasien dimasukkan dalam perencanaan asuhan kesehatan gigi dan mulut.
4. Perlu dinyatakan langkah-langkah asesmen dan tindak lanjut yang akan dilakukan
termasuk evaluasi pasca pemberian asuhan kesehatan gigi dan mulut.
5. Asuhan kesehatan gigi dan mulut tambahan yang harus dilakukan sebagai
konsekuensi asuhan kesehatan gigi dan mulut atau tindakan yang akan dilakukan.

Gambar. 6.16 Penanganan Masalah Gigi oleh Tim Kesehatan Gigi


Sumber : www.healtcare.com. (diakses 10 maret 2018)

Dalam kaitannya dengan contoh kasus di atas, maka kemungkinan rencana


asuhan kesehatan gigi dan mulut dapat disusun sebagai berikut:
1. Rujukan untuk eksisi leukoplakia di lidah dan pemeriksaan histopatologi.
2. Observasi leukoplakia ditempat lain dengan interval tiga bulan.
3. Edukasi kearah kemungkinan adanya iritasi lokal, seperti merokok, gigi runcing,
protesa yang pecah dan sebagainya.
4. Asuhan kesehatan gigi dan mulut untuk karies dan gingivitisnya.

188
5. Rujuk ke Internis untuk pemeriksaan dan asuhan kesehatan gigi dan mulut lebih
lanjut anemianya.

B. Evaluasi, tindak lanjut dan prognosis


Merupakan kegiatan tahap akhir yang penting dalam pengelolaan suatu kasus,
karena melalui tahapan ini dapat diketahui seberapa jauh rencana asuhan kesehatan
gigi dan mulut telah di Iaksanakan dan bagaimana hasil atau respon terhadap asuhan
kesehatan gigi dan mulut yang diberikan. Untuk itu maka evaluasi terhadap setiap
langkah asuhan kesehatan gigi dan mulut yang telah diberikan harus dilakukan.
Kemajuan yang telah dicapai pada umumnya ditentukan berdasarkan data subyektif
dan obyektif, diagnose dan perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Berdasarkan hasil analisis data sebelum dengan sesudah dilakukan asuhan kesehatan
gigi dan mulut akan dapat disimpulkan hasil asuhan kesehatan gigi dan mulut apakah
balk, tidak balk atau tidak ada perubahan atau bahkan keadaannya menjadi lebih
buruk.
Dalam tahapan evaluasi demikian tidak tertutup kemungkinan timbulnya masalah
baru yang perlu ditindak lanjuti, atau bahkan diperlukan modifikasi perencanaan yang
telah ada sebelumnya. Khusus pada pasien yang mempunyai latar belakang penyakit
sistemik tertentu perlu pemikiran yang lebih lugas dan teliti mengenai masalah yang
ada pada pasien tersebut dan berbagai resiko terkait. Sebagai contoh misalnya pasien
dengan leukemia.
Manifestasi di mulut dari leukemia tipe akut dapat berkaitan dengan myelosu
presi akibat leukemianya. Keadaan neutropenia akan mudah terjadi infeksi kambuhan,
ulserasi di mulut, gingivitis, atau hiperplasi gingiva. Akibat trombositopeni akan
menyebabkan gusi berdarah atau hematom. Bila asesmen klinis menunjukkan
kecurigaan kearah kondisi tersebut dan pasien sendiri tidak mengetahui bahwa ia
menderita leukemia, maka perlu pemeriksaan yang lebih akurat dan lengkap.
Pemeriksaan darah: Hemoglobin (Hb), jumlah leukosit, trombosit, hematokrit dan
rujukan medik untuk asesmen lebih lanjut mutlak diperlukan. Bila pasien mempunyai
riwayat pernah didiagnosa mendertia leukemia, maka konsultasi medik untuk
menentukan status hematologik dan asuhan kesehatan gigi dan mulut yang pernah
diperoleh sangat diperlukan sebagai dasar untuk menentukan katagori resiko dan
memodifikasi perawatan ataupun tindakan pencegahan yang akan diberikan.
Prognosis merupakan prakiraan tentang perjalanan awal dan akhir dari suatu
penyakit dan prakiraan kesempatan untuk sembuh. Menentukan prognosis
merupakan salah saw tahapan akhir yang penting dalam perencana asuhan kesehatan
gigi dan mulut. Prognosis yang pasti suatu kasus kadang tidak mudah ditentukan
dengan cepat, karena memerlukan analisis beberapa variabel terkait seperti; kondisi
lokal dan umum, faktor-faktor individual seperti pekerjaan, umur, dan tanggapan
pasien sendiri terhadap rencana peravvatan yang akan diberikan. Pengalaman
(empiris) dan pengetahuan-pengetahuan yang telah ada sebelumnya banyak
membantu dalam menentukan prognosis.
Sebagai contoh misalnya; pada herpetik stomatitis, penyakit ini biasanya
berlangsung antara 7 —10 hari. Jika tidak ada faktor penyulit yang lain, dengan asuhan
kesehatan gigi dan mulut paliatif saja gambaran raja prognosinya baik. Dengan
diperkenalkan obat antivirus gambaran prognosisnya akan lebih baik, karena dengan
pengobatan antivirus infeksi demikian akan lebih cepat sembuh dan komplikasi yang
ditimbulkan menjadi berkurang. Berbeda dengan karcinoma yang patogenesisnya
belum diketahui, maka prognosisnya lebih sulit ditentukan. Namun demikian dari data
statistik dan pengetahuan yang telah ada dapat dipakai sebagai dasar acuan untuk
menentukan prognosis. Misalnya dari berbagai literatur menunjukkan bahwa sat.0 dari
sepuluh pasien dengan leukoplakia pada lidah dalam kurun waktu lima tahun akan
berkembang menjadi suatu karsinoma skuamosa, dan resiko demikian akan meningkat
189
jika usia pasien diatas 50 tahun. Disamping untuk menentukan prognosis,
pengetahuan demikian akan berguna sekali untuk memberikan edukasi kepada pasien.
C. Jenis perencanan asuhan kesehatan gigi dan mulut oleh Perawat Gigi
Berdasarkan UU RI. Nomor 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan, Perawat
gigi berubah namanya menjadi Terapis Gigi dan Mulut. Kewenangan melakukan
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut oleh Terapis Gigi dan Mulut tecantum
dalam Permenkes RI Nomor 20 Tahun 2016 tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik
Terapis Gigi Dan Mulut, meliputi :
1. Upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut;
2. Upaya pencegahan penyakit gigi;
3. Manajemen pelayanan kesehatan gigi dan mulut;
4. Pelayanan kesehatan dasar pada kasus kesehatan gigi terbatas; dan
5. Dental assisting.
Dari jenis kewenangan tersebut maka perencanaan tindakan yang dapat disusun
dari beberapa kewenangan tersebut adalah :
1. Upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut meliputi:
a. promosi kesehatan gigi dan mulut kepada individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat;
b. pelatihan kader kesehatan gigi dan mulut, guru serta dokter kecil;
c. pembuatan dan penggunaan media/alat peraga untuk edukasi kesehatan
gigi dan mulut; dan
d. konseling tindakan promotif dan preventif kesehatan gigi dan mulut.

Gambar. 6.17 Upaya peningkatan kesehatan gigi


Sumber : www.healtcare.com. (diakses 10 maret 2018)

2. Upaya pencegahan penyakit gigi meliputi:


a. bimbingan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut untuk individu
kelompok dan masyarakat;
b. penilaian faktor resiko penyakit gigi dan mulut;
c. pembersihan karang gigi;
d. penggunaan bahan atau material untuk pencegahan karies gigi melalui:
190
1) pengisian pit dan fissure gigi dengan bahan fissure sealant;
2) penambalan Atraumatic Restorative Treatment (ART); dan atau
3) aplikasi fluor;
e. skrining kesehatan gigi dan mulut; dan
f. pencabutan gigi sulung persistensi atau goyang derajat 3 dan 4 dengan
lokal anastesi.

Gambar. 6.18 upaya pencegahan penyakit


Sumber : www.slideshare.com. (diakses 10 maret 2018)

3. Manajemen pelayanan kesehatan gigi dan mulut meliputi:


a. administrasi klinik gigi dan mulut;
b. pengendalian infeksi, hygiene, dan sanitasi klinik;
c. manajemen program UKGS; dan
d. manajemen program UKGM atau UKGMD.

Gambar. 6.19 UKGS, Administrasi pelayanan, UKGMD


Sumber : www. slideshare.com. (diakses 10 maret 2018)

191
4. Pelayanan kesehatan dasar pada kasus kesehatan gigi terbatas meliputi:
a. pencabutan gigi sulung dan gigi tetap satu akar dengan lokal anestesi;
b. penambalan gigi satu atau dua bidang dengan glass ionomer atau bahan
lainnya; dan
c. perawatan pasca tindakan.

Gambar. 6.20 kuratif terbatas


Sumber : www.medicastore.com. (diakses 10 maret 2018)

D. Standar pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut


1. Standar tata laksana pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
a. Pernyataan
Perawat gigi dalam menjalankan pekerjaannya sebagai perawat gigi harus sesuai
dengan :

1) Standar pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut.


2) Mematuhi standar profesi.
b. Rasional
Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan sesuai standar pada
sarana pelayanan kesehatan.

c. Kriteria input
192
1) Adanya perawat gigi yang memiliki SIPG dan SIK.
2) Adanya sarana pelayanart kesehatan
3) Adanya sasaran
4) Adanya Standar Operating Procedure (SOP) pelayanan
d. Kriteria proses
a. Melaksanakan upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut (promotif) :
a) Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada individu, kelompok dan
masyarakat
b) Pelatihan kader
c) Pembuatan dan penggunaan alat peraga penyuluhan
b. Melaksanakan upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut (preventif) :
a) Pemeriksaan plak.
b) Teknik sikat gigi yang baik.
c) Pembersihan karang gigi.
d) Pencegahan karies gigi dengan fluor dengan teknik kumurkumur dan
pengolesan fluor pada gig.i
e) Penumpatan pit dan fissure gigi dengan bahan fissure sealant.
f) Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pasien umum rawat inap.
c. Melakukan tindakan penyembuhan penyakit gigi :
a) Pengobatan darurat sesuai dengan standar pelayanan
b) Pencabutan sigi sulung dengan topikal anestesi
c) Penumpatan gigi sulung dan gigi tetap satu bidang dengan bahan sewarna gigi
dan bahan amalgam
d) Perawatan pasca tindakan
d. Melakukan pelayanan hygiene kesehatan gigi :
a) Higiene petugas kesehatan gigi dan mulut
b) Sterilisasi alat-alat kesehatan gigi
c) Pemeliharaan alat-alat kesehatan gigi
d) Lingkungan kerja
e. Kriteria output
Adanya upaya pelayanan asuhan kesehatan gigi dan oleh perawat gigi yang bermutu
untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat.

2. Standar penjaringan data kesehatan gigi dan mulut

a. Pernyataan
Melakukan pemeriksaan gigi dan mulut secara sepintas dan sederhana terhadap
adanya kelainan-kelainan gigi dan mulut.

2. Rasional
Data tentang kesehatan gigi dan mulut untuk menentukan prioritas masalah dalam
menyusun program kesehatan gigi dan mulut.

3. Kriteria input
1) Adanya sasaran dan tempat
2) Adanya jadwal pelaksanaan penjaringan
3) Adanya formulir pemeriksaan
4) Adanya alat pemeriksaan
193
5) Adanya bahan disclosing solution
4. Kriteria proses
a. Mencatat identitas murid
Nama

Jenis kelamin: L/P

Orang tua

Alamat

Tanggal lahir hari/bulan/tahun:……………………………………..

b. Mendata keadaan murid (oleh guru kelas) terdiri dari :


a) Keadaan umum
b) Penglihatan
c) Pendengaran
d) Penampilan
e) Tingkah laku
c. Mencatat keadaan Gigi dan mulut yang meliputi :
a) Gigi kotor
b) Gigi berlubang
c) Kelainan gusi ( gusi bengkak, berdarah, luka )
d) Bibir sumbing/ langit-langit terbelah
e) Lidah kotor
5. Kriteria output
Mendapatkan data kesehatan gigi dan mulut.

3. Standar pemeriksaan OHIS (Oral Hygiene Index Symplified)

a. Pernyataan
Pemeriksaan endapan lunak dan calculus yang melekat pada gigi untuk memperoleh
data kebersihan gigi dan mulut sasaran untuk tindakan promotif, preventif dan kuratif.

2. Rasional
Diperolehnya data kebersihan gigi dan mulut yaitu nilai OHI-S untuk tindakan
promotif, preventif dan kuratif.

3. Kriteria Input
1) Adanya sasaran dan tempat
2) Adanya formulir OHIS
3) Adanya alat pemeriksaan
4) Adanya bahan disclosing solution
4. Kriteria Proses
1) Menentukan gigi-gigi yang diperiksa untuk pemeriksaan Debris Indeks (DI). dan
Calculus Indeks (CI).
2) Menentukan gigi-gigi pengganti apabila ada gigi index yang tidak ada.
3) Pemeriksaan Debris sesuai kriteria penilaian debris.
4) Pemeriksaan calculus sesuai kriteria penilaian calculus.
5) Menghitung Debris score dan calculus score.
6) Menghitung OHIS score menurut standar WHO.

194
e. Kriteria Out Put
1) Mendapatkan data kebersihan gigi dan mulut
2) Merencanakan tindakan promotif dan preventif
4. Standar pemeriksaan DMF -T (Decayed Missing Filled Teeth) dan d e f - t (decayed extractie
Filled teeth)

a. Pernyataan
Pemeriksaan pengalaman kerusakan, hilang dan perbaikan karena karies pada gigi
geligi dengan pengukuran : DMF-T untuk gigi tetap, dan def-t untuk gigi sulung untuk
memperoleh status kesehatan gigi masyarakat.

b. Rasional
Adanya pemeriksaan pengalaman karies gigi, maka diperoleh status kesehatan gigi,
untuk perencanaan upaya promotif, preventif dan kebutuhan kuratif.

c. Kriteria Input
1) Adanya sasaran dan tempat.
2) Adanya formulir DMF-T/d e f-t.
3) Adanya alat pemeriksaan.
4) Adanya bahan desinfektan.
d. Kriteria Proses
1) Pasien dalam posisi pemeriksaan.
2) Melakukan pemeriksaan gigi.
3) Pemeriksaan jumlah keadaan gigi geligi yang mengalami kerusakan (decayed),
hilang (missing) dan perbaikan (filled) yang disebabkan caries.
4) Menghitung index DMF - T / d e f – t.
e. Kriteria Out Put

1) Data status kesehatan gigi.


2) Rencana tindakan promotif.
3) Rencana tindakan preventif.
4) Rencana tindakan kuratif.
5) Pantauan perkembangan status pengalaman karies dari individu
5. Standar pemeriksaan CPITN (Community Periodontal Index Of Treatment Needs)

1. Pernyataan
Mengukur kondisi jaringan periodontal serta perkiraan akan kebutuhan perawatannya
dengan menggunakan dental probe standar World Health Organization (WHO).

2. Rasional
Dengan pengukuran jaringan periodontal, maka diperoleh skor atau nilai untuk
menentukan tingkatan kondisi jaringan periodontal dan kebutuhan perawatannya.

c. Kriteria Input
1) Adanya kelompok sasaran
2) Adanya formulir CPITN
3) Adanya alat pemeriksaan dan Periodontal probe
4) Adanya bahan desinfektan
d. Kriteria Proses

195
1) Melaksanakan prinsip kerja CPITN
2) Memantau sasaran dan gigi index
3) Melakukan pemeriksaan
4) Menetapkan skor untuk menentukan tingkatan kondisi jaringan periodontal
5) Mencatat data CPITN
6) Menentukan kebutuhan perawatan
e. Kriteria Output
1) Data status periodontal dan kebutuhan perawatan sasaran
2) Perawatan jaringan periodontal sesuai kebutuhannya
3) Pantauan kemajuan kondisi periodontal individu
6. Standar penyusunan rencana kerja penyuluhan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
a. Pernyataan
Menyusun rencana kerja penyuluhan dengan mengidentifikasi masalah, menentukan
prioritas masalah, menyusun materi, membuat alat bantu pendidikan dan menentukan
jadwal serta membuat rencana evaluasi penyuluhan.

b. Rasional

Tersusunnya rencana kerja penyuluhan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut.

3. Kriteria Input
1) Adanya data tentang status kesehatan gigi dan mulut sasaran
2) Adanya tenaga pelaksana penyuluhan
3) Adanya materi penyuluhan
4) Adanya bahan untuk membuat alat bantu pendidikan
5) Adanya izin memberikan penyuluhan
4. Kriteria Proses
1) Melakukan identifikasi masalah
2) Menentukan prioritas masalah
3) Menyusun materi penyuluhan sesuai masalah
4) Membuat alat bantu pendidikan (ABP) yang sesuai dengan materi penyuluhan
5) Membuat jadwal pelaksanaan penyuluhan
6) Membuat rencana evaluasi penyuluhan.
5. Kriteria Output
1) Adanya rencana penyuluhan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut.
2) Tersedianya satuan pelajaran untuk setiap materi penyuluhan yang sesuai dengan
masalah.
3) Tersedianya alat bantu pendidikan yang sesuai dengan materi penyuluhan.
4) Adanya jadual pelaksanaan penyuluhan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan
mulut.
5) Adanya rencana evaluasi kegiatan penyuluhan.
7. Standar penyuluhan kesehatan gigi dan mulut

a. Pernyataan
Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dilaksanakan untuk merubah perilaku individu,
kelompok atau masyarakat yang belum mempunyai pengetahuan, kemampuan dan
kebiasaan berperilaku hidup sehat di bidang kesehatan gigi.

b. Rasional

196
Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan individu, kelompok atau masyarakat,
sehingga merubah perilaku dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

c. Kriteria Input
1) Adanya sasaran penyuluhan
2) Adanya metode penyuluhan
3) Adanya materi penyuluhan
4) Tersedianya alat bantu pendidikan (ABP)
5) Adanya instrumen evaluasi penyuluhan
d. Kriteria Proses
1) Melaksanakan penyuluhan pada sasaran yang telah ditentukan
2) Memilih materi penyuluhan sesuai dengan kebutuhan sasaran
3) Memilih metode penyuluhan sesuai dengan materi penyuluhan dan kelompok
sasaran
4) Memilih ABP sesuai dengan materi penyuluhan
5) Melakukan evaluasi setelah penyuluhan.
e. Kriteria Output :
1) Meningkatnya pengetahuan sasaran di bidang kesehatan gigi dan mulut
2) Sasaran mampu memelihara kesehatan gigi dan mulut
3) Sasaran mampu melakukan upaya pencegahan terjadinya penyakit gigi dan mulut
8. Standar pelatihan kader

a. Pernyataan
Proses alih pengetahuan dan keterampilan tentang kesehatan gigi dan mulut
kepada kader kesehatan (guru, dokter kecil, kader posyandu, dan sebagainya)
agar mereka dapat berperan serta aktif dalam upaya peningkatan kesehatan
gigi dan pencegahan penyakit gigi.
2. Rasional
Kader mampu memberikan penyuluhan dan memotivasi masyarakat untuk dapat
berperilaku sehat serta mampu melakukan deteksi dini, pengobatan darurat
sederhana dan malakukan rujukan.

3. Kriteria Input :
1) Adanya daerah binaan
2) Adanya pendekatan lintas program dan lintas sektoral
3) Adanya guru / orang yang dilatih
4) Adanya materi pelatihan
5) Adanya metode pelatihan
6) Adanya media pembelajaran
7) Adanya evaluasi pelatihan
4. Kriteria proses :
1) Memilih materi pelatihan sesuai dengan kebutuhan daerah binaan
2) Memilih metode pelatihan sesuai dengan materi pelatihan
3) Memilih media pembelajaran sesuai dengan materi pelatihan
4) Melaksanakan pelatihan pada sasaran yang telah ditentukan
5) Melakukan evaluasi dengan cara mempraktekkan materi yang telah diberikan.
5. Kriteria Output :
1) Kader mampu melakukan penyuluhan kepada masyarakat.
2) Kader mampu melakukan upaya pencegahan terjadinya penyakit gigi', dan mulut.

197
9. Standar sikat gigi massal kesehatan gigi dan mulut

a. Pernyataan
Kegiatan menyikat gigi yang dilakukan bersama-sama dibawah bimbingan instruktur
(guru, petugas kesehatan, kader).

2. Rasional
Sasaran dapat melakukan sikat gigi dengan cara yang baik dan benar sehingga dapat
meningkatkan kebersihan gigi dan mulut.

3. Kriteria Input
1) Adanya sasaran dan tempat
2) Tersedianya waktu pelaksanaan
3) Tersedianya alat dan bahan sikat gigi
4) Terus Menyikat Gigi
4. Kriteria Proses
1) Mengumpulkan sasaran
2) Menginstruksikan sasaran untuk berbaris
3) Meneteskan disclosing solution diujung lidah dan menginstruksikan agar
ujung lidah mengoleskan keseluruh permukaan gigi
4) Menginstruksikan untuk kumur-kumur dengan air putih bersih
5) Melakukan penyikatan gigi sesuai dengan teknik/ metode penyikatan gigi.
5. Kriteria Output :
1) Sasaran berbaris rapi
2) Gigi sasaran sudah teroles dengan disclosing solution
3) Sasaran dapat melakukan sikat gigi dengan baik dan benar
4) Gigi sasaran bersih dari plak dan debris.
10. Standar bimbingan kumur-kumur dengan larutan fluor

a. Pernyataan
Membimbing kumur-kumur dengan larutan fluor (NaF 0,2%) kepada murid-murid,
dilaksanakan 1 kali dalam 2 minggu selama 2 tahun minimal 20 kali per tahun.

2. Rasional
Kumur-kumur dengan larutan fluor yang rutin sesuai ketentuan, dapat mencegah
terjadinya karies,

3. Kriteria Input
1) Adanya sasaran dan tempat
2) Adanya jadwal pelaksanaan
3) Tersedianya alat dan bahan NaF 0,2%
4) Adanya gigi sasaran yang telah bersih bebas dari sisa makanan
4. Kriteria Proses
1) Mengumpulkan sasaran sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
2) Menginstruksikan sasaran duduk di dalam kelas di kursi masing-masing.
3) Menyediakan gelas kumur plastik dan mengisinya dengan larutan NaF 0,2 0/0.
4) Membagikan gelas kumur yang berisi larutan NaF kepada masing -masing murid.
5) Memberitahukan cara berkumur.
6) Posisi kepala anak harus tunduk.

198
7) Gelas dipegang setinggi dada.
8) Kumur selama + 3 menit.
9) Menginstruksikan mulai berkumur secara serentak.
10) Memberi instruksi untuk meludahkan cairan fluor ke gelas masing-masing.
5. Kriteria Out Put

1) Sasaran siap melakukan kumur-kumur dengan larutan fluor.


2) Gigi sasaran sudah terolesi larutan fluor.
11. Standar pembersihan karang gigi

a. Pernyataan
Membersihkan karang gigi yang melekat pada permukaan gigi.

2. Rasional
Pembersihan karang gigi dapat mencegah terjadinya gangguan jaringan penyangga
gigi.

3. Kriteria Input
1) Adanya sasaran dan tempat
2) Tersedianya alat pemeriksaan dan alat-alat skaling
3) Tersedianya bahan-bahan poles dan desinfektan
4. Kriteria Proses
1) Menyiapkan posisi sasaran untuk pembersihan karang gigi
2) Melakukan pemeriksaan dengan alat pemeriksaan
3) Melakukan komunikasi terapeutik pembersihan karang gigi
4) Melakukan pembersihan karang gigi per kwadran
5) Melakukan pemolesan pada seluruh permukaan gigi
6) Mengoleskan larutan desinfektan
7) Melakukan instruksi setelah pembersihan karang gigi
5. Kriteria Out Put
1) Sasaran bebas karang gigi
2) Sasaran terhindar penyakit jaringan penyangga gigi

12. Standar pengolesan fluor

a. Pernyataan
Pengolesan fluor pada gigi geligi yang telah dibersihkan dan dikeringkan terlebih
dahulu.

2. Rasional
Tindakan pengolesan fluor dapat mencegah terjadinya karies atau mengheatikan
proses penjalaran karies yang masih dini.

3. Kriteria Input
1) Adanya sasaran dan tempat
2) Tersedianya alat pemeriksaan dan bahan-bahan NaF 2%, SnF8
3) Adanya indikasi karies dini
4. Kriteria Proses
1) Menyiapkan posisi sasaran untuk pengolesan fluor
2) Melakukan pemeriksaan dengan alat pemeriksaan
199
3) Melakukan komunikasi terapeutik pengolesan fluor
4) Membersihkan dan mengeringkan permukaan gigi
5) Memblokir daerah sekitar gigi per kwadran yang akan di oles flour
6) Mengoleskan permukaan gigi dengan :
a) NaF 2 % selama 2 — 3 menit
b) SnF 8 % selama 2 - 3 menit
7) Menginstruksikan setelah selesai dioles penderita tidak boleh makan/ minum
/sikat gigi selang waktu 3 jam
5. Kriteria Out Put
Sasaran bebas karies

13. Standar penumpatan pit dan fissure sealant

a. Pernyataan
Tindakan untuk mencegah terjadinya karies dengan melakukan penumpatan pit dan
fissure yang dalam dengan bahan pengisi/ pelapis.

b. Rasional

Dengan penumpatan pit dan fissure yang dalam dengan recountcuring dan polishing
yang baik dan benar untuk mencegah terjadinya karies.

c. Kriteria Input
1) Adanya pasien
2) Adanya alat pemeriksaan
3) Adanya alat penumpatan pit dan fissure sealant
4) Adanya bahan resin komposit pit dan fissure sealant
5) Adanya cotton roll untuk memblokir saliva.
6) Adanya cotton pellet untuk membersihkan/mengeringkan kavita
d. Kriteria Proses

1) Mengidentifikasi kasus untuk indikasi perawatan pit dan fissure sealant


2) Melakukan komunikasi terapeutik untuk tindakan pit dan fissure sealant
3) Melakukan pembersihan gigi yang akan di tumpat
4) Melakukan pelarutan mineral email pada pit dan fissure gigi yang bersangkutan
(Etsa)
5) Meletakkan bahan pit dan fissure sealant.
6) Melakukan recountering dan polising
7) Menginstruksikan tidak makan/ minum selama ± 1 jam
e. Kriteria Output

1) Gigi sasaran tertutup oleh bahan tumpatan


2) Tidak ada peninggian gigitan.
14. Standar pencabutan gigi sulung goyang derajat 2 (dua) atau lebih

a. Pernyataan
Mengeluarkan gigi sulung goyang derajat 2(dua) atau lebih dari socketnya dengan
anestesi topikal.

2. Rasional

200
Pencabutan gigi sulung goyang dari socket, sehingga gigi permanen/tetap dapat
tumbuh dengan baik

3. Kriteria Input
1) Adanya sasaran
2) Adanya alat pemeriksaan
3) Adanya alat pencabutan gigi sulung
4) Adanya Obat anestesi topikal
5) Adanya cotton roll dan tampon
6) Adanya Obat antiseptik
4. Kriteria Proses
1) Melakukan identifikasi kasus sesuai dengan indikasi pencabutan gigi sulung goyang
derajat 2(dua) atau lebih
2) Melakukan komunikasi terapeutik untuk tindakan pencabutan gigi sulung goyang
derajat 2(dua) atau lebih
3) Melakukan anestesi topikal pada mukosa sekitar gigi yang akan dicabut
4) Melakukan pencabutan gigi
5) Meletakkan tampon dengan antiseptik pada Iuka bekas cabutan
6) Memberikan instruksi sesudah pencabutan gigi.
5. Kriteria Output
1) Tercabutnya gigi sulung dengan indikasi pencabutan goyang derajat 2 atau lebih
2) Adanya tampon dengan antiseptik yang menekan Iuka bekas pencabutan
3) Pasien mengetahui hal-hal yang harus dihindari dan diperhatikan sesudah
pencabutan gigi.
15. Standar atraumatic restorative treatment (ART)
1. Pernyataan
Teknik penumpatan gigi hanya menggunakan hand instrument (ART set) pada karies gigi
yang masih dangkal.

2. Rasional
Penumpatan gigi tanpa menghilangkan jaringan gigi yang sehat.

3. Kriteria Input
1) Adanya sasaran
2) Adanya alat pemeriksaan
3) Adanya dental unit/ meja datar untuk melaksanakan ART
4) Adanya alat untuk melakukan ART
5) Tersedianya bahan tumpatan glass ionomer untuk ART
6) Adanya cotton roll untuk memblokir saliva
7) Adanya cotton pellet untuk membersihkan/mengeringkan kavita.
4. Kriteria Proses
1) Melakukan identifikasi kasus dengan indikasi ART
2) Mclakukan komunikasi terapeutik untuk tindakan ART
3) Memposisikan pasien dengan posisi mendatar di atas dental unit/meja datar
4) Melakukan ekskavasi gigi yang bersangkutan
5) Melakukan manipulasi bahan glass ionomer
6) Menumpat dan menekan dengan jari pada gigi yang bersangkutan
7) Mengambil kelebihan tumpatan menggunakan ekskavator.
8) Melakukan polising
201
9) Menginstruksikan tidak makan/ minum selama ± 1 jam
5. Kriteria Output
1) Adanya bahan tumpatan yang menutupi kavita
2) Tidak adanya peninggian gigitan.
16. Standar penumpatan gigi 1-2 bidang dengan bahan amalgam

1. Pernyataan
Penumpatan amalgam pada gigi dengan karies 1 - 2 bidang.

2. Rasional
Mengembalikan bentuk sesuai anatomisnya dan mengembalikan fungsi gigi seperti
semula

3. Kriteria Input
1) Adanya sasaran
2) Adanya alat pemeriksaan
3) Adanya alat untuk preparasi gigi
4) Adanya alat penumpatan dengan bahan amalgam untuk 1-2 bidang
5) Tersedianya bahan desinfeksi kavita
6) Tersedianya bahan semen dasar
7) Tersedianya bahan amalgam
8) Adanya cotton roll untuk memblokir saliva
9) Adanya cotton pellet untuk membersihkan/mengeringkan kavita
d. Kriteria Proses
1) Melakukan identifikasi kasus dengan indikasi penumpatan amalgam 1-2 bidang
2) Melakukan komunikasi terapeutik untuk penumpatan amalgam 1-2 bidang
3) Melakukan preparasi gigi yang bersangkutan berbentuk boks
4) Memblokir area kerja dari saliva
5) Melakukan desinfeksi kavita
6) Memasang matrix pada tumpatan 2 bidang
7) Memanipulasi semen dasar dengan konsistensi seperti pasta
8) Meletakkan semen dasar pada dasar kavita secara merata setinggi dentino enamel
junction
9) Memanipulasi amalgam dengan hasil bila di mulling ada krepitasi
10) Meletakkan amalgam pada kavita selapis demi selapis dengan kondensasi yang baik
11) Membentuk lumpatan amalgam sesuai dengan bentuk anatomis gigi
12) Mengecek peninggian gigitan
13) Menghaluskan permukaan tumpatan
14) Memberi instruksi setelah penumpatan amalgam.
15) Memoles tumpatan amalgam pada kunjungan berikutnya.
e. Kriteria Output

1) Adanya tumpatan amalgam dengan bentuk sesuai anatomis gigi


2) Tidak ada peninggian gigitan pada gigi yang ditumpat
3) Adanya tumpatan amalgam yang halus dan mengkilat sesuai bentuk anatomis gigi.
17. Standar penumpatan gigi 1-2 bidang dengan bahan sewarna gigi

a. Pernyataan
Penumpatan bahan sewarna gigi pada gigi dengan karies 1 - 2 bidang.

b. Rasional
202
Mengembalikan bentuk sesuai anatomisnya dan mengembalikan fungsi gigi seperti
semula.

c. Kriteria Input
1) Adanya sasaran
2) Adanya alat pemeriksaan
3) Adanya alat untuk preparasi gigi
4) Adanya alat penumpatan dengan bahan sewarna gigi untuk 1-2. bidang
5) Tersedianya bahan untuk desinfeksi kavita
6) Tersedianya bahan semen dasar
7) Tersedianya bahan sewarna gigi
8) Adanya cotton roll untuk memblokir saliva
9) Adanya cotton pellet untuk membersihkan/ mengeringkan kavita
d. Kriteria Proses

1) Melakukan identifikasi kasus dengan indikasi penumpatan 1-2 bidang


2) Melakukan komunikasi terapeutik untuk penumpatan 1-2 bidang
3) Melakukan preparasi gigi yang bersangkutan dengan undercut
4) Memblokir area kerja dari saliva
5) Melakukan desinfeksi kavita
6) Memasang celluloid strip pada tumpatan 2 bidang
7) Memanipulasi semen dasar dengan konsistensi seperti pasta
8) Meletakkan semen dasar pada dasar kavita secara merata setinggi dentino enamel
junction
9) Memanipulasi bahan tumpatan sewarna gigi dengan konsistensi seperti dempul
10) Meletakkan bahan tumpatan pada kavita
11) Membentuk tumpatan sesuai dengan bentuk anatomis gigi
12) Mengecek peninggian gigitan
13) Membuang kelebihan tumpatan
14) Memoles tumpatan sewarna gigi 1 jam sesudahnya.
15) Memberikan instruksi sesudah penumpatan dengan bahan sewarna gigi
e. Kriteria Output
1) Adanya tumpatan sewarna gigi sesuai bentuk anatomis gigi
2) Tidak ada peninggian gigitan atau over hanging pada gigi yang ditumpat
3) Adanya tumpatan sewarna gigi yang halus, tidak ada step, dan mengkilat sesuai
bentuk anatomis gigi.
18. Standar pencabtjtan gigi permanen akar tunggal dengan anestesi infiltrasi

a. Pernyataan
Mengeluarkan gigi permanen akar tunggal dari socketnya dengan anestesi infiltrasi.

b. Rasional
Pencabutan gigi permanen akar tunggal tanpa menimbulkan rasa sakit dan tidak ada
sisa akar tertinggal.

c. Kriteria Input

1) Adanya sasaran
2) Adanya alat pemeriksaan
3) Adanya alat pencabutan gigi permanen akar tunggal

203
4) Adanya obat anestesi infiltrasi
5) Adanya cotton roll dan tampon
6) Adanya obat antiseptik.
d. Kriteria Proses

1) Melakukan identifikasi kasus sesuai dengan indikasi pencabutan gigi permanen


akar tunggal dengan anestesi infiltrasi
2) Melakukan komunikasi terapeutik untuk pencabutan gigi permanen akar tunggal
dengan anestesi infiltrasi
3) Melakukan anestesi infiltrasi pada mukosa sekitar gigi yang akan dicabut
4) Melakukan pencabutan gigi permanen akar tunggal
5) Meletakkan tampon dengan antiseptik pada luka bekas cabutan
6) Memberikan instruksi sesudah pencabutan gigi.
e. Kriteria Output

1) Tercabutnya gigi permanen akar tunggal dengan anestesi infiltrasi


2) Adanya tampon dengan antiseptik yang menekan luka bekas pencabutan
3) Sasaran mengetahui hal-hal yang harus dihindari dan diperhatikan. sesudah
pencabutan gigi.

E. Persetujuan Tindakan (Informed Consent)

Persetujuan Tindakan (Informed Consent) adalah persetujuan yang diberikan oleh


pasien atau keluarga atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan yang akan
dilakukan terhadap pasien. Dasar pelaksanaan Informed Consent adalah bahwa pasien
berhak atas informasi tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya, risiko bila
dilakukan tindakan atau bila tidak dilakukan, keuntungan (benefit) bila dilakukan tindakan,
atau alternatif-alternatif yang tersedia.
Tujuan Informed Consent adalah melindungi hak individu untuk menentukan
nasibnya sendiri (self-determination). Terdapat 3 issue yang harus diperhatikan
menyangkut Informed Consent:
1. Kapasitas seseorang untuk memberikan consent atau persetujuannya (penurunan
kesadaran, dibawah umur, dll.)
2. Pengungkapan optimal terhadap informasi yang relevan (informasi yang harus
diberikan, diberikan dengan sejelas-jelasnya)
3. Adalah kebebasan individu untuk membuat keputusan atau menentukan pilihannya
(untuk setuju atau untuk tidak setuju)
Atau dengan kata lain bahwa Informed Consent sah apabila:
1. Informasi yang harus diberikan telah diberikan
2. Persetujuan dibuat dengan sukarela
3. Pasien mempunyai kapasitas atau kapabilitas untuk membuat keputusan

Menyangkut informed consent tindakan medis (persetujuan tindakan operasi misalnya):


1. Penjelasan tindakan (hendaknya harus) dilakukan oleh dokter gigi
2. Kedudukan perawat gigi adalah sebagai saksi (witness) bahwa penjelasan telah
diberikan kepada pasien dan atau keluarga, sehingga perawat (sebaiknya) paling akhir
membubuhkan tandatangan setelah “tokoh-tokoh utama” dalam hal ini: dokter, pasien
dan atau keluarga.
204
Bila perawat gigi tidak ada ketika dokter gigi memberikan penjelasan tindakan,
sementara tandatangannya dibutuhkan sebagai saksi, adalah bijaksana apabila perawat
gigi melakukan konfirmasi kepada pasien dan atau keluarga serta “menguji” sejauh mana
pemahaman tentang tindakan itu, barulah setelah memperoleh keyakinan bahwa betul
pasien dan atau keluarga telah diberi penjelasan perawat dapat memberikan tanda
tangannya.
Ketika dokter gigi menyatakan akan melakukan tindakan tertentu kepada pasien,
sebaiknya tidak perawat gigi yang menyampaikan kepada pasien dan atau keluarga.
Perawat Gigi hendaknya memfasilitasi agar pasien dan atau keluarga dapat bertemu
dengan dokter gigi untuk diberi penjelasan atau bila itu pertelepon, fasilitasi agar pasien
(keluarga) dapat berbicara langsung dengan dokter melalui telepon agar dapat diberi
penjelasan.
Semua tindakan medik/asuhan kesehatan gigi dan mulut yang akan dilakukan
terhadap pasien harus mendapat persetujuan.
Persetujuan :
1. Persetujuan ; Tertulis maupun lisan.
2. Persetujuan diberikan setelah pasien mendapat informasi yang adekuat.
3. Cara penyampaian informasi disesuaikan dengan tingkat pendidikan serta kondisi dan
situasi pasien.
4. Setiap tindakan yang mengandung risiko tinggi harus dengan persetujuan, selain itu
dengan lisan.
Informasi ;
1. Informasi tentang tindakan harus diberikan baik diminta maupun tidak diminta.
2. Informasi harus diberikan selengkap-lengkapnya kecuali dinilai dapat merugikan pasien.
3. Informasi yang diberikan mencakup keuntungan dan kerugian dari tindakan.
4. Informasi diberikan secara lisan.
5. Informasi diberikan secara jujur dan benar, kecuali bila dinilai merugikan pasien.
6. Dalam hal tindakan harus diberikan oleh yang bersangkutan, terutama tindakan invasif.

Dalam hal bukan tindakan invasif, dapat dilakukan oleh tenaga yang berwewenang.
Yang berhak memberikan persetujuan :
1. Pasien dewasa, sadar dan sehat mental.
2. Dewasa : 21 tahun atau telah menikah.
3. Bagi pasien dewasa yang berada di bawah pengampunan, persetujuan diberikan oleh
wali/curator. Bagi pasien dewasa yang menderita gangguan mental, persetujuan oleh
orang tua/ wali/curator.
4. Paien di bawah umur 21 tahun, tidak mempunyaiorang tua/wali atau berhalangan,
persetujuan diberikan keluarga terdekat/induk semang.
5. Tidak sadar/pingsan -à tidak didampingi oleh keluarga terdekat dan berada dalam
kegawatan dan memerlukan tindakan segera untuk kepentingannya, tidak perlu
persetujuan.

205
Contoh Informed Consent

INFORMED CONSENT

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Saya, pasien :

Nama : ...............................................................

Umur : ................................................................

Alamat : ................................................................

Orang tua / Wali Pasien :

Nama : ................................................................

Umur : ................................................................

Alamat : ................................................................

Menyatakan telah mendapat penerangan mengenai pemeriksaan dan perawatan yang akan
dilaksanakan terhadap saya / anak saya*), dengan akibat sampingan yang mungkin terjadi, jumlah
kunjungan yang harus dilaksanakan serta biaya yang harus dibayar untuk pemeriksaan dan
perawatan dimaksud.

Selanjutnya saya memberikan persetujuan kepada perawat gigi yang di tunjuk untuk
melaksanakan tindakan asuhan keperawatan gigi kepada saya/anak saya sesuai dengan yang telah
dijelaskan kepada saya sebelumnya.

Persetujuan ini diberikan dengan penuh kesadaran akan kemungkinan terjadinya akibat
sampingan dari tindakan tersebut diatas.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan penuh rasa tanggungjawab

Semarang
..................................

Orang tua/ Wali Pasien Saksi

Yang menyatakan

Pasien

( ............................. ) ( ............................. ) ( ............................. )

206
Pernyataan pelaksana perawatan gigi :

Saya menyatakan bahwa saya telah menjelaskan sifat dan tujuan serta kemungkinan akibat yang
akan timbul dari tindakan perawatan gigi ini kepada pasien sendiri/orang
tua/wali/istri/suami/keluarga lainnya terkecuali pasien tak sadar/gangguan mental*).

Semarang ..................................

Yang menyatakan

Operator (Perawat Gigi / Mahasiswa)

( ................................................ )

*) Coret yang tidak perlu

Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah
latihan berikut!
1. Sebutkan dan jelaskan tahapan rumusan rencana asuhan keasuhan kesehatan gigi dan
mulut gigi dan mulut.

Ringkasan
Perencanaan adalah sesuatu yang telah dipertimbangkan secara mendalam, tahap
yang sistematis dari proses asuhan kesehatan gigi dan mulut meliputi kegiatan pembuatan
keputusan dan pemecahan masalah.
Tahap perencanaan asuhan kesehatan gigi dan mulut memberi kesempatan kepada
perawat, klien,keluarga, dan orang terdekat klien untuk merumuskan rencana tindakan
asuhan kesehatan gigi dan mulut guna mengatasi masalah yang dialami klien.
Perencanaan merupakan petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat rencana
tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan
kebutuhannya berdasarkan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut.

Tes 2
1 Berdasarkan penetapan rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut pada
pembelajaran sebelumnya, rumuskan rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut
pada klien!
2 Mintalah pembimbing anda untuk mengawasi dan menilai rumusan rencana
asuhan kesehatan gigi dan mulut yang telah Anda tetapkan menggunakan Format
Penilaian yang tersedia.

207
Kartu Pencatatan Asuhan Kesgimul bagian perencanaan

C. PERENCANAAN INTERVENSI KEASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT


1. RENCANA INTERVENSI
GIGI/
PROMOTIF PREVENTIF KURATIF
REGIO

2. TUJUAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DAN WAKTU ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN
MULUT

GIGI/ TUJUAN CARA EVALUASI INDIKATOR KEBERHASILAN

REGIO

Promotif :

Preventif :

Kuratif :

208
Format Penilaian Tes 2

ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN

Perencanaan Intervensi 100

1 Rencana Intervensi Max = 12 50

Elemen gigi / regio 0,1,2,3

Promotif 0,1,2,3 x 50 = ......

Preventif 0,1,2,3 12

Kuratif 0,1,2,3

2 Tujuan Asuhan kesehatan gigi dan Max = 18 50


mulut
x 50 = ......
Tujuan 0,1,2,3,4,5,6
18
Cara Evaluasi 0,1,2,3,4,5,6

Indikator Keberhasilan 0,1,2,3,4,5,6

JUMLAH ..........

209
Kunci JawabanTes

Tes 1

ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN

100

1 Mengurangi atau membatasi faktor 0,1,2,3


penyebab dan masalah.

2 Meningkatkan status kesehatan klien. 0,1,2,3


45 x 100 = 100
3 Memonitor status kesehatan 0,1,2,3
45
4 Mengurangi dan membatasi faktor 0,1,2,3
resiko

5 Mencegah maslah yang akan timbul 0,1,2,3

6 Memonitor terjadinya masalah. 0,1,2,3

7 Pengkajian aktifitas untuk menyusun 0,1,2,3


diagnosa asuhan kesehatan gigi dan
mulut dam masalah kolaborasi.

8 Memonitor aktifitas untuk 0,1,2,3


mengevaluasi status fisiologi tertentu.

9 Rencana tindakan asuhan kesehatan 0,1,2,3


gigi dan mulut.

10 Tindakan medis, berhubungan dengan 0,1,2,3


respon dari tindakan medis.

11 Aktifitas fungsi kesehatan sehari-hari 0,1,2,3


yang mungkin tidak berpengaruh
terhadap diagnosa asuhan kesehatan
gigi dan mulut

12 Aktifitas untuk mengevaluasi dampak 0,1,2,3


dan tindakan asuhan kesehatan gigi
dan mulut dan medis

13 Memonitor perubahan status 0,1,2,3


kesehatan.

14 Mengelola perubahan status kesehatan 0,1,2,3


terhadap intervensi asuhan kesehatan
gigi dan mulut dan medis.

210
15 Mengevaluasi respon. 0,1,2,3

JUMLAH 100

Tes 2

ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN

Perencanaan Intervensi 100

1 Rencana Intervensi Max = 12 50

Elemen gigi / regio 0,1,2,3 12 x 50 = 50

Promotif 0,1,2,3 12

Preventif 0,1,2,3

Kuratif 0,1,2,3

2 Tujuan Asuhan kesehatan gigi dan Max = 18 50


mulut
18 x 50 = 50
Tujuan 0,1,2,3,4,5,6
18
Cara Evaluasi 0,1,2,3,4,5,6

Indikator Keberhasilan 0,1,2,3,4,5,6

JUMLAH 100

211
DaftarPustaka

Barnes,.I dan Walls, A: Gerodontology, George Warman Publications (UK) Ltd., 1994
Bricker, S.L., Langlais, R.P., and Miller, C.S.: Oral Diagnosis, Oral Medicine, and
Treatment Planning. 2nd.Ed., Lea & Febiger, Philadelphia, 1994.
Coleman, G.C., and Nelson, J.F., Principles of Oral Diagnosis, Mosby Year Book St. Louis.
1993
Falace, DA., Emergency Gigi dan mulut Care, William & Wilkins, Baltimore, 1995
Greenberg, M.S. dan Glick, M. Burket's Oral Medicine : Diagnosis & Treatment,
10th.Ed., BC Decker Inc., Philadelphia, 2003.
Hooly, JR dan Daun, LG: Hospital Gigi dan mulut Practice, The CV Mosby Company. St
Louis, 1989
Kerr,DA, Ash, MM., and Millard, HD., Oral Diagnosis, 6th. Ed. St. Louis, C.V. Mosby, 1983.
Katz, M., S., Geriatric Medicine, Churchill Livingstone, New York, 1991
Lewis, M.A.O., dan Lamey, P.J., Clinical Oral Medicine. Butterworth-Heinemann, Ltd.
London, 1993
Marx, R.E., Stern, D.: Oral and Maxillofacial Pathology: A rationale for Diagnosis and
Treatment, Quintessence Publishing Co., Hongkong, 2003.
Miller, CH., dan Palenk, C., J. Infection Control, 2" ed., The CV Mosby Company. St Louis,
1998
Nally, F.L., Eggleston, D.J., A Manual of Oral Medicine, 2nd.Ed., Manchester University
Press, 1983.
Nevill, B.W., Damm, D.D., Allen, C.M., dan Bouquot, J.E.: Oral and Maxillofacial Pathology.,
2nd Ed. WB. Sauders Co., Philadelphia, 2002
Peterson, L.J., Ellis, E., Hupp, J.R., dan Tucker, M.R. Contemporary Oral and Maxi Ilofacial
Surgery, 2' Ed, Mosby-Year Book, Inc., St. Louis, 1998
Price, S.A., dan Wilson, L.M.W., Pathophysiology : Clinical Concepts of Disease Processes,
4th Ed. Mosby-Year book, Inc., St. Louis, 1994
Sonis, ST, Fazio, RC, dan Fang, L., Principles and Practice of Oral Medicine, WB Saunders
Co., Toronto, 1984
Terry, Leslie, Dasar-Dasar Manajemen,Penerjemah: G.A. Ticoalu (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2013),
World Health Organization: Oral Mucosal Manual, WHO, Geneva, 1980.

212
BAB VII
TINDAKAN PROMOTIF PADA
PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN
GIGI DAN MULUT INDIVIDU

drg. Ita Astit Karmawati, MARS

PENDAHULUAN
Pendahuluan

S audara mahasiswa, salam semangat untuk Anda semua. Pada bab ini Anda akan

dipandu untuk dapat melakukan tindakan Peningkatan Pengetahuan pasien dalam


kesehatan gigi yang meliputi penyuluhan dengan cara Chair Side Talk dan Cara Menyikat
Gigi Yang Benar, dimana keduanya merupakan tindakan Promotif pada pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut pasien individu.
Tujuan setelah Anda mengikuti mata kuliah ini adalah agar mampu mengerjakan
tindakan Promotif berupa Chair Side Talk (penyuluhan di samping kursi gigi), dan
Demonstrasi Sikat Gigi kepada pasien Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi Dan Mulut
individu.
Sebelum Anda melakukan praktik Chair Side Talk dan Demonstrasi Sikat Gigi, Anda
sudah harus menguasai pengetahuan dan keterampilan tentang Pendidikan Kesehatan
Gigi (PKG), Media Komunikasi, dan Komunikasi Dalam Keperawatan Gigi. Untuk itu
persiapkan diri Anda dengan mempelajari kembali ilmu-ilmu di atas, sebagai bekal untuk
melakukan tindakan penyuluhan dengan cara Chair Side Talk dan Demonstrasi Sikat Gigi
pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi individu. Selain itu semua, perlu
diperhatikan pula posisi pasien maupun operator saat melakukan penyuluhan dan
demonstrasi sikat gigi, agar kegiatan promotif dapat berlangsung dengan lancar dan
hasilnya pasien dapat memahami pesan yang disampaikan dengan baik.
Saat Anda mempelajari ilmu Pendidikan Kesehatan Gigi (PKG), pasti Anda sudah
mengenal tentang persiapan sebelum penyuluhan berupa pembuatan satuan pelajaran
(satpel), metode penyuluhan, dan penggunaan alat peraga. Selain itu juga langkah-langkah
dalam penyuluhan, seperti apersepsi, pembukaan, penyampaian isi materi, evaluasi, dan
penutup.
Alat yang dipergunakan pada praktik penyuluhan dengan teknik chair side talk ini
adalah alat bantu pendidikan (alat peraga) berupa flashcard atau flipchart, model rahang,
dan lembar SATPEL. Pada praktik kali ini tidak diperlukan bahan khusus.

213
Topik 1

Tindakan Penyuluhan Dengan Teknik Chair


Side Talk
Sekarang kita masuk pada topik pertama, yaitu topik tentang tindakan penyuluhan
dengan teknik Chair Side Talk (penyuluhan di samping kursi gigi). Menurut Tauchid dkk.
(2017), penyuluhan chair side talk adalah penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh pada
saat pasien sedang dirawat. Penyuluhan diberikan oleh perawat gigi atau dokter gigi,
dilakukan di atas kursi gigi, bisa sebelum ataupun sesudah dilakukan perawatan.
Menurut Budiharto (2009) dalam Prasko (2011), Pendidikan kesehatan gigi (Dental
Health Education) merupakan salah satu program kesehatan gigi dengan tujuan
menanggulangi masalah kesehatan gigi di Indonesia. Program pendidikan kesehatan gigi
merupakan salah satu program yang harus dilaksanakan Pusat Kesehatan Masyarakat
secara terpadu dengan usaha kesehatan lainnya dan ditujukan kepada individu.
Masih menurut Prasko (2011), penyuluhan kesehatan gigi dan mulut adalah usaha
terencana dan terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok
masyarakat mau mengubah perilaku lama yang kurang menguntungkan untuk kesehatan
gigi, menjadi lebih menguntungkan untuk kesehatan giginya.
Menurut Herijulianti, dkk (2001), tujuan utama tindakan penyuluhan adalah
adanya perubahan perilaku dari masyarakat kearah perilaku sehat sehingga tercapai
derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal, tentunya perubahan perilaku yang diharapkan setelah menerima pendidikan
tidak dapat terjadi sekaligus.
Chair side talk menurut Herijulianti, dkk (2001) dalam Susilawati (2012), adalah
pembicaraan dalam konteks penyuluhan disusun secara sistematis yang memiliki tujuan
untuk memenuhi kebutuhan dan permasalahan sasaran. Dengan demikian tujuan dari
penyuluhan dengan teknik chair side talk adalah memberikan pengetahuan secara
langsung kepada pasien, sesuai dengan permasalahan kesehatan gigi yang dihadapi oleh
pasien.
Untuk mengingatkan kembali prinsip-prinsip dalam penyuluhan, dari tulisan
Herijulianti (2001) dalam Prasko (2011) dapat kita lihat bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan penyuluhan yaitu: komponen penyuluhan dan pendekatan
penyuluhan.
Yang dimaksud dengan komponen-komponen penyuluhan adalah sebagai berikut:

5. Penyuluh
Penyuluh adalah pihak yang memberikan pesan/ informasi kepada sasaran.

6. Sasaran
Sasaran adalah pihak yang menerima pesan/ informasi dari pihak penyuluh.

214
Sasaran penyuluhan kesehatan gigi secara umum dapat dibedakan menjadi :
masyarakat umum dengan orientasi masyarakat pedesaan sesuai dengan orientasi
kebijakan pembangunan, masyarakat sekolah sebagai masyarakat yang mudah dicapai
meliputi sekolah umum dan sekolah kejuruan, kelompok masyarakat tertentu misalnya
kader kesehatan yang membantu menggerakkan dan menyebarkan informasi.

7. Pesan
Pesan adalah materi/ informasi yang disampaikan oleh penyuluh kepada sasaran (yang
disuluh). Pesan yang disusun harus disesuaikan dengan sasaran yang akan diberikan
penyuluhan. Supaya pesan dapat diterima oleh masyarakat atau sasaran, maka pesan
harus memenuhi syarat sebagai berikut : pesan harus jelas dan tidak rumit, bahasa
yang digunakan mudah dipahami, pesan harus singkat, pesan dapat diterima, artinya
tidak bertentangan dengan norma, adat istiadat, dan agama, pesan tersebut mudah
dilaksanakan, pesan diberikan sesuai dengan kebutuhan.

8. Media
Media adalah sarana untuk menyampaikan pesan penyuluhan kepada sasaran
sehingga mudah dimengerti oleh sasaran yang dituju. Jenis media yang dapat
digunakan untuk memberikan penyuluhan dapat dikelompokkan dalam dua bentuk
yaitu : media cetak jenis buku, misalnya buku pedoman, media cetak bukan jenis buku,
misalnya poster dan leaflet.

Menurut Astoeti (2006) alat bantu atau media merupakan alat-alat yang digunakan
oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan/ pengajaran.

215
Gambar 7.1. Contoh Media Cetak Berupa Poster Tentang Anjuran Menjaga Gigi Pada Anak
Sumber: www.pinterest.com, diunduh 23 Februari 2018

216
Gambar 7.2. Contoh Poster 10 Masalah Gigi
Sumber: www.dreamstime.com, diunduh 23 Februari 2018.

Dalam ilmu Pendidikan Kesehatan Gigi (PKG), kita mengenal beberapa pendekatan dalam
penyuluhan, diantaranya adalah pendekatan berdasarkan jumlah sasaran (Tauchid, 2017),
yaitu:
4. Penyuluhan individu/perorangan
Penyuluhan secara individual dapat dilakukan secara formal maupun informal. Secara
formal biasanya dilakukan dengan teknik chair side talk, dapat dilakukan pada saat
memberikan pengobatan. Sedangkan penyuluhan individu secara informal biasanya
dilakukan di sela obrolan dan bersifat tidak resmi misal obrolan di warung kopi, di
kereta, dan lain-lain.
5. Penyuluhan kelompok
Penyuluhan kelompok adalah penyuluhan pada sekelompok individu yang mempunyai
ciri-ciri khusus, jumlah orangnya masih dapat dihitung, dan siapa saja orang dalam
kelompok tersebut masih dapat diketahui. Misalnya: kelompok karang taruna.
6. Penyuluhan massa
Penyuluhan masa adalah penyuluhan yang diberikan sekaligus kepada orang yang
jumlah tidak terhitung dan bias terdiri dari berbagai macam kelompok.
Pendekatan penyuluhan berdasarkan cara penyampaian meliputi 3 cara yaitu:

217
4. Penyuluhan tatap muka yaitu kelompok sasaran yang disuluh berhadapan langsung
dengan penyuluh. Yang termasuk dalam penyuluhan tatap muka adalah ceramah,
diskusi.
5. Penyuluhan non tatap muka yaitu kelompok sasaran tidak secara langsung
berhubungan denhgan penyuluh. Penyuluh berhubungan dengan kelompok sasaran
menggunakan medium/ perantara yang berupa media cetak seperti brosur, leaflet
ataupun media non cetak seperti kaset, film, dan sebagainya.
6. Penyuluhan campuran yaitu penyuluhan dilakukan dengan cara penggabungan antara
penyuluhan tatap muka dan non tatap muka, jadi dalam menyampaikan pesan,
penyuluh bertatap muka secara langsung juga menggunakan media cetak atau non
cetak sebagai pendukung.

Dalam praktik chair side talk kali ini, Anda diminta untuk melakukan penyuluhan
untuk sasaran individu dengan cara penyampaian penyuluhan campuran, karena Anda
akan melaksanakan penyuluhan secara tatap muka kepada pasien, namun menggunakan
pula media cetak berupa flashcard atau flipchart.

A. Persiapan
Sebelum pelaksanaan penyuluhan dimulai, maka Anda harus melakukan beberapa
persiapan sebelumnya, salah satunya adalah pembuatan satuan pelajaran (SATPEL)
yang berisi poin-poin dalam tindakan penyuluhan bagi individu. Berikut ini adalah
poin-poin yang harus ada di dalam sebuah SATPEL:
- Identitas pasien; yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, sekolah,
pekerjaan
- Penentuan kasus; ditentukan berdasarkan perhitungan prioritas masalah pada saat
pengkajian
- Judul penyuluhan; judul yang dipilih sesuai dengan penentuan kasus.
- Pokok bahasan; harus sesuai dengan judul yang telah dipilih
- Waktu; dituliskan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk penyuluhan
- TIU; berisi tujuan umum yang ingin dicapai setelah pasien diberikan penyuluhan
dengan judul dan pokok bahasan yang dipilih
- TIK; berisi beberapa tujuan khusus yang merupakan rincian dari tujuan umum
- Pokok materi; berisi inti materi dari pokok bahasan yang telah dipilih
- Metode; berisi cara penyuluhan yang akan dilakukan
- Media; berisi media yang akan digunakan pada penyuluhan
- Sumber; berisi referensi/rujukan yang diacu dalam menentukan pokok bahasan
atau pokok materi
- Langkah penyuluhan; berisi langkah-langkah dalam tindakan penyuluhan
- Evaluasi; berisi sejumlah pertanyaan yang sesuai dengan TIK, yang akan diajukan
kepada pasien guna mengetahui apakah pasien sudah memahami materi
penyuluhan

218
- Penyusunan materi; berisi pokok materi berikut jabarannya, agar penyuluhan
dapat berlangsung sistematis dan komprehensif
Agar Anda dapat membuat SATPEL dengan lancar, pelajarilah kembali mata kuliah
Pendidikan Kesehatan Gigi. Untuk menyegarkan ingatan Anda, berikut ini adalah
contoh formulir pelaksanaan chair side talk. Silahkan berlatih untuk membuat SATPEL
menggunakan contoh formulir ini.

219
220
Gambar 7.3. Contoh Formulir SATPEL Chair Side Talk

Sumber: Pedoman Praktik PKG, 2014.

B. Pemilihan Alat Bantu Pendidikan


Menurut Ustom (2009), alat bantu (peraga) Pendidikan adalah alat-alat yang
digunakan oleh peserta didik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran.
Macam-macam alat bantu pendidikan dibagi dalam:
1. Alat bantu lihat (visual aids)

221
Yang termasuk dalam alat bantu lihat dapat dikelompokkan lagi menjadi 2 hal,
yaitu:
a. alat yang diproyeksikan: slide, film, dan film strip
b. alat yang tidak diproyeksikan:
- dalam dua dimensi seperti: gambar, peta, bagan
- dalam tiga dimensi seperti: bola dunia, boneka, dan lain-lain.
2. Alat bantu dengar (audio aids)
Termasuk didalamnya adalah: piringan hitam, radio, pita suara, dan sebagainya.
3. Alat bantu lihat dengar (audio visual aids)
Termasuk didalamnya adalah televisi dan VCD.
Alat bantu pendidikan (ABP) yang cocok untuk digunakan pada penyuluhan dengan
teknik chair side talk adalah berupa alat bantu lihat yang tidak diproyeksikan, yaitu
gambar yang disusun dalam bentuk flashcard atau flipchart.

Gambar 7.4. Contoh Flip Chart Dengan Berbagai Judul dan Model Rahang
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018.

C. Posisi pasien dan operator


Setelah satpel dan ABP tersedia di atas tray dental unit, maka segera posisikan pasien
dan operator (Anda) pada posisi yang nyaman, agar pasien dapat mendengarkan
penyuluhan dengan baik.

Posisi pasien adalah duduk dengan sandaran punggung tegak, wajah pasien sedikit
menengok ke kanan dan posisi operator berada pada arah jam 8. Perhatikan jarak
antara operator dengan pasien kurang lebih 40-60 cm.

222
Gambar 7.5. Posisi Pasien Dan Operator Saat Menunjukkan Kasus

Sumber: glidewelldental.com, diunduh 23 Februari 2018

223
Gambar 7.6. Posisi Pasien Dan Operator Saat Chair Side Talk Menggunakan Flipchart
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018.

D. Pelaksanaan Penyuluhan
Setelah pasien dan operator berada pada posisi yang nyaman, maka penyuluhan
dapat segera dilaksanakan. Mulailah dengan memberikan apersepsi, yaitu memberikan
informasi singkat tentang materi penyuluhan yang akan diberikan, disamping juga
mengungkapkan pengetahuan yang sudah dimiliki pasien (ditanyakan saat pengkajian).
Selanjutnya disampaikan pula relevansi dengan pengetahuan yang sudah dimiliki, serta
menghubungkan antara masalah yang dimiliki oleh pasien dengan materi penyuluhan
yang akan diberikan.
Langkah berikutnya adalah menyampaikan pembukaan, dengan menyebutkan
judul dari materi penyuluhan, yang dirangkai pula dengan mengemukakan tujuan dari
penyuluhan yang akan diberikan. Berikutnya adalah menyampaikan isi materi penyuluhan,
jelaskanlah dengan perlahan agar pasien dapat benar-benar memahami materi yang
diberikan. Jangan lupa beri kesempatan kepada pasien untuk klarifikasi, dimana pasien
boleh menanyakan hal-hal yang belum dimengerti, dan berikan jawaban yang jelas dan
benar sehubungan dengan pertanyaan pasien.
Setelah isi materi disampaikan dan pasien sudah diberi kesempatan untuk
klarifikasi, maka langkah selanjutnya adalah memberikan evaluasi untuk mengukur
seberapa banyak materi yang sudah dipahami oleh pasien. Evaluasi dilakukan dengan
memberikan sejumlah pertanyaan yang sesuai dengan TIK. Perhatikan jawaban-jawaban
dari pasien, catat bagian mana yang belum dimengerti dengan baik oleh pasien, dan bila
perlu sampaikan ulang bagian-bagian dari materi penyuluhan yang belum dipahami

224
tersebut. Jangan lupa selama menyampaikan penyuluhan perhatikan penggunaan ABP,
agar ABP benar-benar bisa membantu pasien untuk dapat memahami materi penyuluhan
dengan baik.
Akhirnya sampailah pada langkah penutup, yaitu Anda harus memberikan
kesimpulan atas penyuluhan yang telah diberikan, juga tak lupa sampaikan saran kepada
pasien, dimana saran tersebut dapat ditindak lanjuti oleh pasien.

Gambar 7.7 Penyampaian Materi Penyuluhan Menggunakan ABP


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018.

Latihan
Untuk menguatkan pemahaman Anda mengenai materi praktikum di atas,
kerjakanlah latihan berikut:
1. Buatlah SATPEL untuk penyuluhan dengan teknik chair side talk dengan pokok bahasan
tentang Lubang Gigi !
2. Buatlah SATPEL untuk penyuluhan dengan teknik chair side talk dengan pokok bahasan
tentang Karang Gigi !
3. Buatlah SATPEL untuk penyuluhan dengan teknik chair side talk dengan pokok bahasan
tentang Cara Pemeliharaan Kesehatan Gigi !
4. Lakukanlah chair side talk pada pasien dengan pokok bahasan tentang Karang Gigi
menggunakan ABP flipchart. Mintalah pembimbing untuk mengawasi !
5. Lakukanlah chair side talk pada pasien dengan pokok bahasan tentang Lubang Gigi
menggunakan ABP flashcard. Mintalah pembimbing untuk mengawasi !
225
6. Lakukanlah chair side talk pada pasien dengan pokok bahasan tentang Cara
Pemeliharaan Kesehatan Gigi menggunakan ABP flipchart. Mintalah pembimbing
untuk mengawasi !

Ringkasan
Tindakan penyuluhan dengan teknik chair side talk pada pasien pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut individu dilakukan disamping kursi gigi. Persiapan yang harus
dilakukan adalah pembuatan SATPEL dengan penentuan kasus sesuai dengan prioritas
pertama masalah yang dihadapi pasien, dimana hal ini didapatkan dari perhitungan
prioritas saat pengkajian. Alat yang digunakan saat penyuluhan dengan teknik chair side
talk adalah ABP berupa flashcard atau flipchart dengan judul sesuai pokok bahasan. Saat
pelaksanaan penyuluhan, penting untuk memperhatikan posisi pasien dan operator,
dimana pasien didudukkan dengan sandaran punggung tegak lurus, dan operator berada
pada arah jam 8. Sampaikan materi penyuluhan dengan suara yang cukup keras untuk bisa
didengar oleh pasien, menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien, dan
tidak bertele-tele. Jangan lupa untuk memberikan kesimpulan diakhir penyuluhan, dan
memberikan saran sesuai dengan masalah yang dihadapi dan dapat ditindaklanjuti oleh
pasien.

Tes 1
1. Lakukanlah penyuluhan dengan teknik chair side talk kepada pasien dengan pokok
bahasan Lubang Gigi, atau Karang Gigi, atau Cara Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan
Mulut (sesuai kebutuhan pasien)!
2. Mintalah pembimbing Anda untuk mengawasi dan menilai tindakan penyuluhan
dengan teknik chair side talk yang Anda lakukan menggunakan Format Penilaian
yang tersedia.

Format penilaian tes 1


JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES .........................

FORMAT PENILAIAN PRAKTIK CHAIR SIDE TALK


PASIEN PAKGM INDIVIDU

Nama Mahasiswa: ………………………. Nama Pasien : ……………………….

NIM : ………………………. Umur : …………….. L/P

Nama Pengawas : ………………………. Tanggal : ……………………….

226
ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN

Penyuluhan dengan cara Chair Side Talk 100

1 Persiapan Max = 7 30

Pembuatan SATPEL
x 30 = .........
Ada judul sesuai prioritas utama 0,1
7
Menuliskan TIU sesuai judul 0,1

Menuliskan TIK sesuai judul 0,1

Menuliskan materi penyuluhan sesuai judul 0,1

Menuliskan daftar pertanyaan untuk evaluasi sesuai TIK 0,1

Menuliskan langkah-langkah penyuluhan 0,1

Persiapan ABP

Menyiapkan ABP sesuai dengan judul penyuluhan 0,1

2 Pelaksanaan tindakan penyuluhan Max = 9 60

Posisi pasien 0,1

Posisi operator 0,1

Melakukan apersepsi 0,1 x 60 = .......

Menyampaikan pembukaan 0,1 9

Menyampaikan tujuan 0,1

Melakukan penyampaian materi 0,1

Memberikan kesempatan untuk klarifikasi 0,1

Memberikan evaluasi 0,1

Menggunakan ABP dengan benar 0,1

3 Penutup Max = 2 10

Memberikan kesimpulan 0,1


x 10 = .........
Memberikan saran yang dapat ditindak lanjuti 0,1 2

JUMLAH

Penguji,

(………………………………………)
227
Topik2
Tindakan Demonstrasi Sikat Gigi
Selanjutnya kita masuk pada topik kedua, yaitu topik tentang tindakan
Demonstrasi Sikat Gigi. Tujuan tindakan demonstasi sikat gigi adalah mengajarkan kepada
pasien cara menyikat gigi yang benar agar pasien mempunyai kebiasaan menyikat gigi
dengan gerakan dan waktu yang tepat, dimana pada akhirnya diharapkan pasien akan
terhindar dari karies gigi.
Menurut Tauchid dkk. (2017), mengubah perilaku masyarakat ke arah perilaku
sehat sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah merupakan
tujuan dari penyuluhan. Hasil yang diharapkan dari penyuluhan dalam jangka pendek
adalah tercapainya perubahan pengetahuan dari masyarakat. Sementara dari tujuan
jangka menengah, hasil yang diharapkan adalah adanya peningkatan pengertian, sikap,
dan keterampilan yang akan mengubah perilaku masyarakat ke arah perilaku sehat.
Tujuan jangka panjangnya adalah masyarakat dapat menjalankan perilaku sehat dalam
kehidupan sehari-harinya.
Pemilihan metode penyuluhan menjadi sangat penting, masih menurut Tauchid
dkk. (2017), untuk mengembangkan sikap disarankan menggunakan metode simulasi,
dimana sasaran perlu menyaksikan kejadian secara langsung maupun melalui film. Apabila
dikembangkan sampai tingkat keterampilan, sasaran harus diberi kesempatan untuk
mencoba sendiri, disini diperlukan metode demonstrasi atau pertunjukan dengan
melibatkan peserta di dalamnya.
Untuk itu agar Anda dapat mengubah perilaku pasien untuk dapat membersihkan
gigi dan mulutnya dengan baik, maka perlu diberikan tindakan Demonstrasi Sikat Gigi,
dimana pasien akan mempraktekkan secara langsung cara menyikat gigi yang benar.
Sebelum Anda melaksanakan demonstrasi sikat gigi, tentunya Anda harus
mengetahui terlebih dahulu cara menyikat gigi yang benar. Pertama-tama adalah
pemilihan sikat gigi, kemudian yang berikutnya adalah gerakan menyikat gigi.

Hal yang perlu diperhatikan pada saat pemilihan sikat gigi adalah:
1. Gagang sikat lurus
2. Kepala sikat kecil
3. Ujung kepala sikat membulat
4. Bulu sikat lembut
5. Ujung bulu sikat membulat
6. Bulu sikat terdiri dari 3-5 baris
7. Gantilah sikat gigi apabila bulu sikat sudah megar atau setiap 3 bulan sekali

228
Gambar 7.8. Bentuk Sikat Gigi Yang Ideal

Sumber: pocketdentistry.com, diunduh 02 Maret 2018

Gambar 7.9 Contoh Sikat Gigi Untuk Anak-anak

Sumber: pocketdentistry.com, diunduh 02 Maret 2018

Gambar 7.10 Contoh Sikat Gigi Untuk Daerah Proximal Gigi Posterior (end-tuft brush)

Sumber: pocketdentistry.com, diunduh 02 Maret 2018

229
Berikut ini adalah gerakan menyikat gigi yang benar, perhatikan ilustrasi dari
gambar di bawah ini:

Gambar 7.11. Gerakan Menyikat Gigi Yang Benar


Sumber: senyumsehat.wordpress.com, diunduh 02 Maret 2018

Berikut ini adalah penjelasan dari gambar 2.4 :


1. Di bagian A terlihat untuk rahang atas, bulu sikat gigi diletakkan dengan posisi 45˚
terhadap gusi
2. Gerakan sikat dari arah gusi ke bawah untuk gigi Rahang Atas (seperti mencungkil)
3. Di bagian B terlihat untuk rahang bawah, bulu sikat gigi diletakkan dengan posisi
45˚ terhadap gusi
4. Gerakan sikat dari arah gusi ke atas untuk gigi rahang bawah
5. Sikat seluruh permukaan yang menghadap bibir dan pipi serta permukaan dalam
dan luar gigi dengan cara tersebut
6. Sikat permukaan kunyah gigi dari arah belakang ke depan.

Di bawah ini adalah gambar yang lain dari gerakan menyikat gigi yang benar,
sedikit berbeda dengan gambar 2.4, dimana pada gambar 2.5 lidah juga ikut disikat. Hal ini
mengingat pada permukaan lidah juga terdapat banyak plak dan kuman.

230
Gambar 7.12. Gerakan Menyikat Gigi dan Lidah
Sumber: www.klinikjoydental.com, diunduh 23 Februari 2018

Dianjurkan untuk menggunakan bahan berupa Disclosing Agent yang akan


membantu dalam proses demonstrasi sikat gigi, dimana pengolesan disclosing agent akan
memperlihatkan keberadaan plak pada permukaan gigi. Pada gambar 7.12
memperlihatkan beberapa jenis disclosing agent dalam bentuk tablet, likuid (solution),
dan gel. Dan gambar 7.13 menunjukkan permukaan gigi yang telah diolesi disclosing
agent, sehingga terlihat plak yang menempel pada permukaan gigi tersebut.

Gambar 7.13. Disclosing Agent Dalam Bentuk Solution, Gel Dan Tablet
Sumber: www.pattersondental.com diunduh 03 Maret 2018
231
Gambar 7.14 Gigi Dengan Plak Yang Terlihat Jelas Karena Disclosing Agent
Sumber: pocketdentistry.com, diunduh 02 Maret 2018

Agar kebersihan mulut selalu terjaga, maka selain menyikat gigi ajarkan juga ke
pasien untuk membersihkan gigi menggunakan dental floss (benang gigi). Berikut ini
adalah teknik membersihkan gigi menggunakan dental floss:

Gambar 7.15. Teknik Penggunaan Dental Floss

232
Sumber: www.klinikjoydental.com, diunduh 23 Februari 2018

Pertama-tama potonglah dental floss sepanjang kurang lebih 30 cm, lalu lilitkan
pada jari tengah kanan dan kiri. Kemudian dengan memegang bentangan benang
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk kanan dan kiri, sisipkan benang pada interdental
gigi. Lalu gerakkan benang ke arah keluar dan kedalam, juga atas dan bawah. Untuk
memudahkan saat flossing, maka sebaiknya melakukannya dengan bantuan cermin, agar
kita bisa mengontrol gerakan benang. Lakukan gerakan flossing untuk setiap gigi,
terutama saat malam setelah melakukan sikat gigi malam sebelum tidur.

Gambar 7.16 Pasien Mempraktekkan Cara Membersihkan Gigi Menggunakan Dental Floss
Sumber: pocketdentistry.com, diunduh 02 Maret 2018

Sekarang saatnya Anda untuk melakukan demonstrasi sikat gigi kepada pasien di
klinik gigi. Perhatikan prosedur yang harus Anda lakukan.

A. Persiapan
Setelah Anda mengetahui tujuan yang diharapkan dari penyuluhan tentang cara
menyikat gigi kepada pasien dengan metode demonstrasi, maka selanjutnya Anda harus
menyiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan.
Alat yang harus disiapkan antara lain:
1. Oral Diagnostic set
2. Model rahang + sikat gigi
3. Sikat gigi sesuai ukuran mulut pasien
4. Cermin
5. Gelas kumur

233
Gambar 7.17. Alat Untuk Demonstrasi Sikat Gigi

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018.

Gambar 7.18. Beragam Bentuk Dan Ukuran Sikat Gigi Yang Beredar Di Pasaran

Sumber: pocketdentistry.com, diunduh 02 Maret 2018

234
Gambar 7.19. Sikat Gigi Manual Dan Sikat Gigi Elektrik

Sumber: pocketdentistry.com, diunduh 02 Maret 2018

Adapun bahan yang harus disiapkan berupa:

1. Disclosing agent
2. Cotton pellet
3. Alkohol
4. Pasta gigi

Gambar 7.20. Disclosing Agent Berbentuk Tablet Dan Liquid


Sumber: pocketdentistry.com, diunduh 02 Maret 2018

235
Gambar 7.21. Cotton roll dan cotton pellet
Sumber: Atraumatic Restorative Treatment, diunduh 06 Januari 2018

Gambar 7.22. Macam-macam Pasta Gigi


Sumber: Feb, 2014, diunduh 03 Maret 2018

D. Posisi pasien dan operator


Setelah alat dan bahan tersedia di atas tray dental unit, maka segera posisikan pasien
dan operator (Anda) sesuai dengan kebutuhan untuk kegiatan demonstrasi sikat gigi.

Posisi pasien adalah duduk dengan sandaran punggung tegak, wajah pasien sedikit
menengok ke kanan dan posisi operator berada pada arah jam 8. Perhatikan jarak antara
operator dengan pasien kurang lebih 40-60 cm.

236
E. Pelaksanaan Demonstrasi Sikat Gigi
Setelah pasien dan operator berada pada posisi yang nyaman, maka kegiatan
demonstrasi sikat gigi dapat segera dilaksanakan. Mulailah dengan memberikan
apersepsi, yaitu memberikan informasi singkat tentang materi kegiatan yang akan
diberikan, disamping juga mengungkapkan pengetahuan yang sudah dimiliki pasien
(ditanyakan saat pengkajian). Selanjutnya disampaikan pula relevansi dengan
pengetahuan yang sudah dimiliki, serta menghubungkan antara masalah yang dimiliki
oleh pasien dengan kegiatan demonstrasi sikat gigi yang akan diberikan. Jangan lupa
sampaikan pula tujuan dilakukannya kegiatan demonstrasi sikat gigi, yaitu agar pasien
dapat melakukan sikat gigi dengan benar sehingga kebersihan mulutnya akan terjaga,
dan pada akhirnya akan terhindar dari karies.

Berikut ini adalah langkah-langkah dalam pelaksanaan demonstrasi sikat gigi:


1. Peragakanlah cara menyikat gigi yang benar pada model rahang dengan
menggunakan model sikat gigi. Peragakanlah secara perlahan dan dengan bahasa
yang jelas agar pasien dapat memahami dengan mudah.
2. Mintalah pasien untuk memperagakan gerakan sikat gigi pada model rahang.
Bimbinglah pasien untuk melakukan gerakan sikat gigi dengan benar.
3. Selanjutnya oleskan disclosing solution/gel pada seluruh permukaan gigi pasien,
kemudian mintalah pasien untuk berkumur. Lalu tunjukkanlah pada pasien
menggunakan cermin, bagian-bagian dari gigi pasien yang tertutup plak.
4. Siapkan sikat gigi pasien dengan memberikan pasta gigi sebesar biji jagung di
atasnya.
5. Kemudian mintalah pasien untuk berkumur sekali yang diikuti menyikat giginya
dengan gerakan menyikat gigi yang telah diajarkan. Gunakan cermin untuk melihat
gerakan penyikatan dan bagian gigi yang disikat, dan bimbinglah pasien selama
melakukan sikat gigi.
6. Setelah seluruh permukaan gigi dan lidah disikat, maka mintalah pasien untuk
berkumur 1 – 2 kali saja.
7. Selanjutnya oleskan kembali disclosing solution/gel pada seluruh permukaan gigi
pasien, untuk melihat hasil dari praktek menyikat giginya.
8. Bila masih terdapat warna merah (berarti masih ada plak), maka tunjukkan pada
pasien dengan menggunakan cermin, agar pasien mengetahui bagian-bagian yang
masih kotor.
9. Anjurkan pasien untuk berlatih di rumah dengan gerakan sikat gigi yang benar,
agar gigi geliginya bersih sempurna.

237
Gambar 7.23. Operator Memperagakan Sikat Gigi Pada Model Gigi
Sumber: www.adavb.net, diunduh 23 Februari 2018

Gambar 7.24. Operator Memperagakan Sikat Gigi Pada Model Rahang


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018

238
Gambar 7.25. Pasien Memperagakan Cara Sikat Gigi Pada Model Rahang
Sumber: Ralhan Dental, diunduh 23 Februari 2018

Gambar 7.26. Operator Membimbing Pasien Menyikat Gigi Di Model Rahang


Sumber: Garcia, V., diunduh 23 Februari 2018

239
Gambar 7.27. Pengolesan Disclosing Solution (kontrol plak)
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018

Gambar 7.28.Pasien Mempraktekkan Cara Menyikat Gigi Yang Benar


Sumber: pocketdentistry.com, diunduh 02 Maret 2018

240
Gambar 7.29. Pasien Menyikat Gigi
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018

Gambar 7.30. Pasien Menyikat Gigi Sambil Bercermin Dibimbing Oleh Operator
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018

241
Gambar 7.31. Semua Usia Menyikat Gigi
Sumber: segiempat.com, diunduh 03 Maret 2018

Gambar 7.32. Gigi Bersih dan Sehat


Sumber: www.bing.com, diunduh 03 Maret 2018.

Latihan
Untuk menguatkan pemahaman Anda mengenai materi praktikum di atas,
kerjakanlah latihan berikut:
1. Sebutkan alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan demonstrasi sikat gigi !
2. Peragakan cara menyikat gigi yang benar menggunakan model rahang ! Mintalah
pembimbing untuk mengawasi.
3. Lakukanlah demonstrasi sikat gigi pada pasien ! Mintalah pembimbing untuk
mengawasi.

Ringkasan
Tindakan demonstrasi sikat gigi pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi dan
mulut individu dengan cara mengajarkan cara menyikat gigi yang benar, dilakukan pada
setiap pasien yang dirawat di klinik gigi. Tujuan dari kegiatan demonstrasi sikat gigi adalah
agar pasien dapat melakukan sikat gigi dengan cara yang benar agar kesehatan gigi dan
242
mulutnya terjaga, dan pada akhirnya gigi pasien dapat terhindar dari karies. Alat yang
digunakan adalah model rahang dan model sikat gigi, berikut sikat gigi yang sesuai ukuran
pasien. Bahan yang digunakan adalah pasta gigi dan disclosing agent sebagai bahan untuk
membantu mendeteksi keberadaan plak pada permukaan gigi. Agar prosedur demonstrasi
sikat gigi dapat berjalan dengan lancar, maka penting untuk memperhatikan tahap
persiapan; posisi pasien dan operator; penyampaian apersepsi dan tujuan serta
pelaksanaan demonstrasi itu sendiri. Pada akhirnya anjurkan pasien untuk membiasakan
menyikat giginya dengan cara yang benar pada kesehariannya di rumah.

Tes 2
1. Lakukanlah kegiatan demonstrasi sikat gigi pada pasien di klinik gigi !
2. Mintalah pembimbing Anda untuk mengawasi dan menilai tindakan penambalan
yang Anda lakukan menggunakan Format Penilaian yang tersedia!

243
Format penilaian tes 2
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ............................

FORMAT PENILAIAN PRAKTIK DEMONSTRASI SIKAT GIGI


PASIEN PAKGM INDIVIDU

Nama Mahasiswa : ………………………. Nama Pasien : ……………………….

NIM : ………………………. Umur : …………….. L/P

Nama Pengawas : ………………………. Tanggal : ……………………….

ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN

Penyuluhan dengan cara Chair Side Talk 100

1 Persiapan Max = 7 30

Peralatan diagnostik 0,1


x 30 = .........
Cotton pellet 0,1
7
Disclosing agent 0,1

Model rahang + sikat gigi 0,1

Sikat gigi baru dengan ukuran sesuai usia pasien 0,1

Pasta gigi 0,1

Cermin 0,1

2 Pelaksanaan tindakan penyuluhan Max = 9 60

Posisi pasien 0,1

Posisi operator 0,1

Melakukan apersepsi 0,1 x 60 = .......

Menyampaikan tujuan 0,1 9

Memperagakan cara sikat gigi yang benar dengan model 0,1


rahang

Meminta pasien untuk memperagakan cara sikat gigi 0,1


yang benar pada model rahang

Mengoleskan disclosing agent (kontrol plak) 0,1

Meminta pasien menyikat gigi sambil bercermin 0,1

244
Membimbing pasien menyikat gigi 0,1

3 Evaluasi Max = 2 10

Mengoleskan kembali disclosing agent (kontrol plak) 0,1 x 10 = .........

Hasil sikat gigi bersih 0,1 2

JUMLAH

Penguji,

(………………………………………)

245
KUNCI JAWABAN TES

Tes 1

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES .....................................

FORMAT PENILAIAN PRAKTIK CHAIR SIDE TALK


PASIEN PAKGM INDIVIDU

Nama Mahasiswa : ………………………. Nama Pasien : ……………………….

NIM : ………………………. Umur : …………….. L/P

Nama Pengawas : ………………………. Tanggal :


……………………….

ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN

Penyuluhan dengan cara Chair Side Talk 100

1 Persiapan Max = 7 30

Pembuatan satpel
7 x 30 = 30
Ada judul sesuai prioritas utama 0,1 1
7
Menuliskan TIU sesuai judul 0,1 1

Menuliskan TIK sesuai judul 0,1 1

Menuliskan materi penyuluhan sesuai judul 0,1 1

Menuliskan daftar pertanyaan untuk evaluasi sesuai TIK 0,1 1

Menuliskan langkah-langkah penyuluhan 0,1 1

Persiapan ABP

Menyiapkan ABP sesuai dengan judul penyuluhan 0,1 1

2 Pelaksanaan tindakan penyuluhan Max = 9 60

Posisi pasien 0,1 1

Posisi operator 0,1 1

Melakukan apersepsi 0,1 1 9 x 60 = 60

246
Menyampaikan pembukaan 0,1 1 9

Menyampaikan tujuan 0,1 1

Melakukan penyampaian materi 0,1 1

Memberikan kesempatan untuk klarifikasi 0,1 1

Memberikan evaluasi 0,1 1

Menggunakan ABP dengan benar 0,1 1

3 Penutup Max = 2 10

Memberikan kesimpulan 0,1 1 2 x 10 = 10

Memberikan saran yang dapat ditindak lanjuti 0,1 1 2

JUMLAH 100

Penguji,

(………………………………………)

247
Tes 2

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ..................................

FORMAT PENILAIAN PRAKTIK DEMONSTRASI SIKAT GIGI


PASIEN PAKGM INDIVIDU

Nama Mahasiswa : ………………………. Nama Pasien : ……………………….

NIM : ………………………. Umur : …………….. L/P

Nama Pengawas : ………………………. Tanggal :


……………………….

ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN

Penyuluhan dengan cara Chair Side Talk 100

1 Persiapan Max = 7 30

Peralatan diagnostik 0,1 1


7 x 30 = 30
Cotton pellet 0,1 1
7
Disclosing agent 0,1 1

Model rahang + sikat gigi 0,1 1

Sikat gigi baru dengan ukuran sesuai usia pasien 0,1 1

Pasta gigi 0,1 1

Cermin 0,1 1

2 Pelaksanaan tindakan penyuluhan Max = 9 60

Posisi pasien 0,1 1

Posisi operator 0,1 1

Melakukan apersepsi 0,1 1 9 x 60 = 60

Menyampaikan tujuan 0,1 1 9

Memperagakan cara sikat gigi yang benar dengan model 0,1 1


rahang

Meminta pasien untuk memperagakan cara sikat gigi 0,1 1


yang benar pada model rahang

Mengoleskan disclosing agent (kontrol plak) 0,1 1

Meminta pasien menyikat gigi sambil bercermin 0,1 1

248
Membimbing pasien menyikat gigi 0,1 1

3 Evaluasi Max = 2 10

Mengoleskan kembali disclosing agent (kontrol plak) 0,1 1 2 x 10 =10.

Hasil sikat gigi bersih 0,1 1 2

JUMLAH 100

Penguji,

(………………………………………)

DaftarPustaka

ADA Victoria, 2018. Bing.Com [Internet]. Available from:


https://www.bing.com/images/search?q=healthy+teeth&qpvt=healthy+teeth&FO
RM=IGRE, diunduh 3 Maret 2018.

ADA Victoria, 2018. Dental Assistant [Internet]. Available from:


http://www.adavb.net/FrequentlyAskedQuestions/CareersinDentistry/DentalAssista
nt/tabid/230/language/en-AU/Default.aspx#ADAVB-the-voice-of-dentistry-in-
Victoria-0100110110001001, diunduh 23 Februari 2018.
Depkes RI, 1996. Pedoman Pelaksanaan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah. Jakarta : Direktorat
Jenderal Pelayanan Medik - Direktorat Kesehatan Gigi.

Dreamstime.com, 2018. Dental Problem Health Care Infographic [Internet]. Available from:
https://www.dreamstime.com/stock-illustration-dental-problem-health-care-infographic-
top-image50822748, diunduh 23 Februari 2018.

Evy, 2007. Cara Menyikat Gigi Yang Baik dan Benar. Senyum Itu Sehat [Internet]. Available from:
https://senyumsehat.wordpress.com/2007/03/03/cara-menyikat-gigi-yang-baik-
dan-benar/, diunduh 2 Maret 2018.

Feb, 2014. Mengenal Jenis Pasta Gigi Fluoride dan Plak Untuk Perawatan Gigi.
Vemale.com [Internet]. Available from:
https://www.vemale.com/kesehatan/75316-mengenal-jenis-pasta-gigi-fluoride-
dan-plak-untuk-perawatan-gigi.html, diunduh 3 Maret 2018.

249
Garcia, V., 2018. Dental Adice for Kids [Internet]. Available from:
https://www.pinterest.com/pin/401383385510224576/, diunduh 23 Februari 2018.

Herijulianti, E., Indriani, T.S., Artini, S., 2001. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta : EGC.
Jeong, Y.N., Rudy, R.J., Coleman, D.K., 2016. Methods of Plaque Removal by the Patient. Pocket
Dentistry.com [Internet]. Available from: https://pocketdentistry.com/methods-of-plaque-
removal-by-the-patient/, diunduh 2 Maret 2018.

Patterson Dental, 2018. Oral Hygiene Product – Disclosing Agent [Internet]. Available from:
https://content.pattersondental.com/items/LargeSquare/images/136153.jpg, diunduh 3
Maret 2018.

Prasko, 2011. Pengertian dan Tujuan Penyuluhan Kesehatan Gigi [Internet]. Available
from: http://prasko17.blogspot.co.id/2011/08/pengertian-dan-tujuan-
penyuluhan.html, diunduh 17 Februari 2018.
Ralhan Dental, 2018. Kids Tooth Care [Internet]. Available from:
http://www.ralhandentistry.ca/patient-education/kids-tooth-care/, diunduh 23 Februari
2018.

Rastogi A. 2016. Atraumatic Restorative Treatment [Internet]. Available from:


https://www.slideshare.net, diunduh 06, Januari, 2018.
ReferensiMakalah.com, 2013. Apersepsi Dalam Pembelajaran [Internet]. Available from:
http://www.referensimakalah.com/2013/02/apersepsi-dalam-pembelajaran.html, diunduh 2
Maret 2018.

Schmidt, W., 2018. Assistant’s Corner: Providing Care and Earning Patients’ Trust
[Internet]. Available from: http://glidewelldental.com/education/chairside-dental-
magazine/volume-11-issue-2/assistant-corner-earning-trust, diunduh 23 Februari
2018.
Susilawati, 2012. Teknik Chair Side Talk [Internet]. Available from:
http://susilawati1379.blogspot.co.id/2012/09/teknik-chair-side-talk.html, diunduh 12
Februari 2018.

Tauchid, S.N., 2014. Pedoman Praktikum Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: Jurusan
Keperawatan Gigi.

Tauchid, S.N., Enggarwati, P.Rr.R., Subandini, S.L., 2017. Buku Ajar – Pendidikan Kesehatan Gigi.
Jakarta : EGC.

Ustom, A., 2009. Alat Bantu dan Media Pendidikan Kesehatan. Health Is My Right [Internet].
Available from: https://chevichenko.wordpress.com/2009/11/26/alat-bantu-dan-media-
pendidikan-kesehatan/, diunduh 2 Maret 2018.

250
BAB VIII
TINDAKAN SCALLING DAN FISSURE
SEALING PADA PELAYANAN ASUHAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT
INDIVIDU

drg. Ita Astit Karmawati, MARS

PENDAHULUAN
Pendahuluan

S audara mahasiswa, salam semangat untuk Anda semua. Pada bab ini Anda akan

dipandu untuk dapat melakukan tindakan Pencegahan dalam kesehatan gigi yang meliputi
Scaling dan Fissure Sealing, dimana keduanya merupakan tindakan preventif pada
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien individu.
Tujuan setelah Anda mengikuti mata kuliah ini adalah agar mampu mengerjakan
tindakan preventif: Scaling (pembersihan karang gigi), dan Fissure Sealing (penutupan
fisura gigi).
Sebelum Anda melakukan praktik scaling dan fissure sealing, Anda sudah harus
menguasai pengetahuan dan keterampilan tentang Preventive Dentistry, Penggunaan dan
Pemeliharaan Alat Kedokteran Gigi, Dental Morphologi, Dental Material, Komunikasi
Terapeutik, serta Etika Profesi. Untuk itu persiapkan diri Anda dengan mempelajari
kembali ilmu-ilmu di atas, sebagai bekal untuk melakukan tindakan pembersihan karang
gigi dan penutupan fissure gigi pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi individu.
Selain itu semua, perlu diperhatikan pula posisi pasien maupun operator saat melakukan
tindakan, agar saat mengerjakan scaling maupun fissure sealing dapat berlangsung
dengan lancar dan hasilnya baik.
Saat Anda mempelajari ilmu Preventive Dentistry, pasti Anda sudah mengenal
tentang macam-macam calculus (kalkulus/karang gigi) dan plak, bagaimana terbentuknya,
serta akibat yang dapat ditimbulkannya. Selain itu juga Anda pasti sudah memahami apa
kegunaan menutup fissure gigi yang dalam sebagai pencegahan terhadap terjadinya
karies gigi.
Bahan yang dipergunakan pada praktikum ini adalah bahan Glass Ionomere Cement
yang khusus untuk penutupan fissure gigi yang dalam, biasanya menggunakan merk GC
Fuji VII. Sedangkan pada tindakan pembersihan karang gigi tidak diperlukan bahan khusus,
namun harus tersedia antiseptik yang akan digunakan setelah tindakan dengan tujuan
untuk mencegah terjadinya pendarahan dan infeksi.

251
Topik 1

Tindakan Scaling (Pembersihan Karang Gigi)

Sekarang kita masuk pada topik pertama, yaitu topik tentang tindakan
pembersihan karang gigi atau yang dikenal pula dengan istilah scaling. Tentunya Anda
masih ingat pengertian scaling, bila menurut Kamus Kesehatan, (2018) artinya adalah
pembersihan gigi di atas gusi untuk menghilangkan plak, kalkulus, dan noda gigi.
Sedangkan bila menurut Elly, (2015) scaling adalah suatu proses membuang plak dan
kalkulus dari permukaan gigi baik supragingiva maupun subgingiva.
Tujuan utama tindakan scaling adalah untuk mengembalikan kesehatan gusi
dengan cara membuang semua elemen yang menyebabkan radang gusi (plak, kalkulus,
endotoksin) dari permukaan gigi (Elly, 2015).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar teknik scaling memberikan hasil yang
baik adalah:
1. Melakukan pemeriksaan secara teliti pada kalkulus baik letaknya, banyaknya
maupun sifatnya.
2. Melihat keadaan jaringan gusi di sekeliling kalkulus, misalnya dalamnya saku gusi,
warna gusi dan bentuk gusi.
3. Menanyakan keluhan sakit kepada pasien, karena dari keluhan sakit pasien dapat
ditentukan apakah pasien menderita penyakit periodontal yang ringan atau berat.
4. Mengatur posisi pasien dan operator, visibilitas ke daerah kerja dengan mengatur
pencahayaan, melakukan retraksi bibir, pipi maupun lidah pasien, memegang alat
dengan benar, melakukan tumpuan dan melakukan gerakan scaling dengan tepat.
5. Melakukan scaling dalam sistem bertahap, dengan maksud agar dapat
membandingkan antara daerah yang belum dibersihkan dengan daerah yang
sudah dibersihkan. Hal ini penting untuk menyadarkan/memberikan pengertian
pada pasien akan pentingnya dilakukan scaling (Elly, 2015).

252
Persiapkan diri Anda untuk berhadapan dengan pasien di klinik gigi. Perhatikan
prosedur yang harus Anda lakukan.

C. Indikasi dan Kontra indikasi pembersihan karang gigi.


Indikasi tindakan scaling untuk kompetensi seorang dental hygienie adalah: adanya
kalkulus supragingiva pada permukaan gigi; sedangkan kontra indikasinya adalah:
pembersihan kalkulus subgingiva, pasien yang menderita penyakit Diabetes Mellitus,
Hipertensi, Gangguan Pembekuan Darah (termasuk bila ada pasien yang meminum
obat pengencer darah).

Pada gambar di bawah ini dapat dilihat perbedaan antara Kalkulus Supragingiva (di
atas gusi) dan Subgingiva (di bawah gusi), serta perbedaannya Kalkulus Supragingiva
dan Subgingiva dengan kondisi mulut yang sehat serta tidak terdapat kalkulus:

Gambar 8.1. Supragingival Calculus


Sumber: colgateprofessional.com, diunduh 10 Februari 2018

253
Gambar 8.2. Subgingival Calculus dan Supragingival Calculus
Sumber: www.tankonyvtar.hu, diunduh 10 Februari 2018

Gambar 8.3. Mulut Yang Sehat


Sumber: colgateprofessional.com, diunduh 10 Februari 2018
D. Alat dan Bahan
Setelah Anda mengetahui indikasi dan kontra indikasi scaling, maka selanjutnya Anda harus
menyiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan dalam melakukan scaling.
Alat yang harus disiapkan antara lain:
1. Oral Diagnostik
2. Scaler manual bentuk sickle
3. Scaler manual bentuk wing shape
4. Scaler manual bentuk hoe

254
5. Scaler manual bentuk chisel
6. Scaler elektrik
7. Saliva ejector atau suction

Berikut ini adalah gambar dari alat diagnostik yang terdiri dari kaca mulut, sonde, dan pinset:

Gambar 8.4. Alat Diagnostik

Sumber: www.medipex.co.uk, diunduh 06 Februari 2018

Berikut ini adalah gambar dari macam-macam bentuk scaler:

Gambar 8.5. Macam-macam Bentuk Scaler Manual


Sumber: www.doktergigi.web.id, diunduh 10 Februari 2018

255
Keterangan dari gambar 8.5 dapat kita lihat bahwa ada lima macam bentuk scaler manual
yaitu:
A. Sickle (half moon)
B. Sickle
C. File
D. Chisel
E. Hoe

A B

Gambar 8.6. Bentuk-Bentuk Alat Scaler Manual


Sumber: fr.aliexpress.com, diunduh 10 Februari 2018

Keterangan dari gambar 8.6 dapat dilihat bentuk scaler sickle pada gambar A dan wing
shape pada gambar B.

Sedangkan scaler manual bentuk curret dan sickle dapat dilihat dengan jelas pada gambar
8.7 di bawah ini.

256
Gambar 8.7. Sickle Scaler dan Curette Scaler
Sumber: www.doktergigi.web.id, diunduh 10 Februari 2018

Gambar 8.8. Alat Scaler Elektrik


Sumber: www.kesehatanmulut.com, diunduh 10 Februari 2018

257
Gambar 8.9. Macam-macam bentuk mata scaler elektrik
Sumber: www.ebay.co.uk, diunduh 10 Februari 2018

Gambar 8.10. Ultrasonic Scaler


Sumber: www.kesehatanmulut.com, diunduh 10 Februari 2018

Adapun bahan yang harus disiapkan berupa:

1. Disclosing agent
2. Cotton pellet
3. Cotton roll
4. Alkohol
5. Antiseptik (betadine solution)

Gambar 8.11. Cotton Roll dan Cotton Pellet


Sumber: Atraumatic Restorative Treatment, diunduh 06 Januari 2018

258
Gambar 8.12. Antiseptik Betadine Solution
Sumber: www.ebay.co.uk, diunduh 14 Februari 2018

Gambar 8.13. Antiseptik swabsticks


Sumber: www.betadine.com, diunduh 14 Februari2018

D. Posisi pasien dan operator


Setelah alat, bahan, dan obat tersedia di atas tray dental unit, maka segera posisikan pasien
dan operator (Anda) sesuai dengan lokasi regio gigi yang akan dibersihkan karang giginya.

Bila gigi geligi yang akan dibersihkan ada pada regio rahang atas kiri, maka posisi pasien
ditidurkan telentang (supine), wajah pasien menengok ke kanan dan mulut pasien setinggi siku
operator, serta posisi operator berada pada arah jam 11.

Sebaliknya bila gigi geligi yang akan dibersihkan ada pada regio rahang atas kanan, maka posisi
pasien ditidurkan telentang (supine), wajah pasien menengok ke kiri dan mulut pasien setinggi
siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 11.

259
Bila scaling dilakukan untuk gigi geligi di regio rahang bawah kiri, maka posisi pasien ditidurkan
dengan telentang, wajah pasien menengok ke kanan (menghadap operator) dan mulut pasien
setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 10.

Namun bila gigi yang akan dibersihkan adalah gigi geligi di regio rahang bawah kanan, maka
posisi pasien ditidurkan telentang, wajah pasien lurus ke depan, dan mulut pasien setinggi siku
operator, serta posisi operator berada pada arah jam 9 atau jam 10.

Khusus untuk gigi geligi anterior rahang bawah di bagian lingualnya, maka posisi pasien
ditidurkan telentang, wajah pasien lurus ke depan, mulut pasien setinggi operator, dan posisi
operator berada pada arah jam 12.

Gambar 8.14. Posisi Arah Jam 12, Retraksi Menggunakan Jari Telunjuk dan Ibu Jari

Sumber: www.123dentist.com, diunduh 14 Februari 2018

Pada gambar 8.14 terlihat operator pada posisi arah jam 12 sedang membersihkan gigi geligi di
regio rahang bawah anterior menggunakan contra angle handpiece dengan tumpuan extra oral
palm down, dibantu retraksi bibir menggunakan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri dengan fixasi
dagu menggunakan 3 jari yang lain.

E. Tumpuan jari
Pada penggunaan scaler manual penting diperhatikan tumpuan jari saat aktivasi
instrument dan retraksi jaringan lunak mulut. Ada beberapa cara tumpuan jari, dapat
dilihat pada gambar berikut ini:

260
Gambar 8.15. Tumpuan Jari Secara Intra Oral - Konvensional
Sumber: www.slideshare.net, diunduh 16 Februari 2018

Pada gambar 8.15. disebut tumpuan jari Konvensional, dimana jari manis terletak pada
permukaan oklusal gigi yang berdekatan dengan gigi yang dibersihkan. Dapat dilihat
retraksi bibir menggunakan jari tangan kiri.

Gambar 8.16. Tumpuan Jari Secara Intra Oral – Cross Arch


Sumber: www.slideshare.net, diunduh 16 Februari 2018

261
Gambar 8.16. menunjukkan tumpuan jari yang disebut sebagai Cross – Arch, dimana
jari manis bertumpu pada permukaan insisal gigi yang berseberangan dari gigi yang
dibersihkan, tetapi masih pada rahang yang sama (rahang bawah). Dapat dilihat kaca
mulut digunakan untuk meretraksi lidah agar didapat visibilitas yang baik.

Gambar 8.17. Tumpuan Jari Secara Intra Oral – Opposite Arch


Sumber: www.slideshare.net, diunduh 16 Februari 2018

Pada gambar 8.17. disebut tumpuan Opposite Arch, dimana jari manis bertumpu pada
gigi geligi di rahang bawah ketika operator melakukan scaling pada gigi geligi posterior
rahang atas. Terlihat pula pencahayaan didapat melalui pantulan dari kaca mulut.

Gambar 8.18. Tumpuan Jari Secara Intra Oral – Finger On Finger


Sumber: www.slideshare.net, diunduh 16 Februari 2018

Tumpuan jari pada gambar 8.18. disebut sebagai tumpuan Finger On Finger, yaitu jari
manis bertumpu pada jari telunjuk tangan kiri (tangan yang tidak melakukan scaling).

262
Gambar 8.19. Retraksi Pipi dan Tumpuan Jari Secara Extra Oral Palm Down
Sumber: www.slideshare.net, diunduh 16 Februari 2018

Gambar 8.19. menunjukkan tumpuan jari ekstra oral yang disebut Palm Down, yaitu
dengan cara meletakkan ujung jari tengah dan jari manis pada kulit wajah di sisi lateral
mandibula pada sisi kiri wajah.

Gambar 8.20. Cara Memegang Electric Scaler Atau Ultrasonic Scaler Secara Pen Grasp
Sumber: alamodentistry.com, diunduh 16 Februari 2018

Tumpuan jari pada penggunaan scaler elektrik sama dengan pada penggunaan scaler
manual. Yang perlu diperhatikan adalah penggunaan alat bantu saliva ejector atau
suction, dikarenakan pada saat scaler elektrik maupun ultrasonic digunakan pasti akan
disertai keluarnya air yang berfungsi untuk mendinginkan alat scaler tersebut.

E. Gerakan Scaling
Gerakan instrument dalam scaling berupa menarik atau mendorong ke dalam arah
verikal, horizontal maupun oblique (miring), seperti terlihat pada gambar 8.21 yang
memperlihatkan tindakan arah gerakan scaler, adapun tindakan tersebut terdiri dari
tindakan A yang merupakan gerakan ke arah tarikan vertikal, sedangkan tindakan B
263
merupakan gerakan ke arah tarikan oblique (miring), dan tindakan C merupakan
gerakan ke arah tarikan horizontal. Yang paling sering digunakan adalah tarikan
vertikal dan oblique, sedangkan tarikan horizontal dipakai secara selektif pada sudut
gigi atau pada saku dalam (poket dalam) dimana tarikan vertikal maupun oblique sulit
dilakukan.

Gambar 8.21. Arah Gerakan Scaler


Sumber: www.slideshare.net, diunduh 16 Februari 2018

F. Pemberian komunikasi terapeutik


Selanjutnya setelah pasien duduk dengan nyaman, maka berikanlah komunikasi
terapeutik sesuai dengan prosedur pembersihan karang gigi menggunakan alat scaler
manual atau electric scaler maupun ultrasonic scaler agar pasien memahami tindakan
yang akan dilakukan. Komunikasi terapeutik yang diberikan meliputi: menunjukkan
letak karang gigi yang akan dibersihkan, menyampaikan tujuan dari tindakan scaling,
dan menceritakan prosedur tindakan scaling. Sampaikan pula bahwa bila pada saat
pembersihan karang gigi kemungkinan akan terjadi sedikit pendarahan, namun hal itu
wajar terjadi, karena daerah gigi yang ditutupi oleh karang gigi biasanya akan
mengakibatkan radang gusi, sehingga akan mudah terjadi pendarahan.

G. Persetujuan tindakan medis


Setelah Anda menjelaskan komunikasi terapeutik, jelaskan pula risiko yang akan
terjadi berkaitan dengan tindakan scaling pada pasien atau orang tua/wali pasien. Bila
pasien dan atau orang tua/wali pasien sudah memahami dan menyetujui tindakan
medis yang akan dilakukan, mintalah tanda tangan pasien atau orang tua/wali pasien.

H. Pelaksanaan scaling (pembersihan karang gigi)


Langkah selanjutnya adalah melakukan tindakan pembersihan karang gigi
menggunakan alat scaler manual atau electric scaler maupun ultrasonic scaler. Untuk
mengingatkan kembali seperti yang sudah Anda pelajari di mata kuliah Preventive
Dentistry, maka ikuti prosedur di bawah ini.
Lakukanlah teknik scaling supragingiva dengan cara sebagai berikut:
- Alat scaler dipegang dengan cara seperti memegang pena.
- Tumpuan jari dilakukan pada gigi tetangga atau tempat tumpuan lainnya.
264
- Sisi pemotong mata scaler ditempatkan pada tepi apikal dari kalkulus, arahkan
mata scaler dengan sudut kemiringan 45˚ - 90˚.
- Dengan tekanan lateral yang kuat dilakukan serangkaian tarikan scaler yang
pendek-pendek ke arah vertikal dan oblique.
- Tekanan lateral berangsur-angsur dikurangi hingga diperoleh permukaan gigi
yang terbebas dari kalkulus.

Gambar 8.22. Scaling Kalkulus Supragingiva Dengan Tarikan Vertikal Dari Dasar
Kalkulus.

Sumber: www.intelligentdental.com, diunduh 14 Februari 2018

Gambar 8.23. Scaling Menggunakan Scaler Manual Dengan Tumpuan Intra Oral

Sumber: thedentist.com, diunduh 14 Februari 2018

265
Gambar 8.24. Scaling Menggunakan Ultrasonic Scaler

Sumber: drderhamdental.com, diunduh 14 Februari 2018

Gambar 8.25. Scaling Dengan Menggunakan Electric Scaler

Sumber: www.youtube.com, diunduh 14 Februari 2018

266
Gambar 8.26. Scaling Menggunakan Electric Scaler

Sumber: www.123dentist.com, diunduh 14 Februari 2018

Gambar 8.27. Sebelum dan Sesudah Scaling

Sumber: www.rochesteradvanceddentistry.com, diunduh 16 Februari 2018

Perlu diperhatikan resiko pada saat scaling berupa rasa sakit dan perdarahan gusi. Hal ini
diakibatkan dari pengaturan sudut sisi potong scaler yang tidak baik, oleh karenanya penting
untuk menerapkan prinsip-prinsip teknik instrumentasi yang baik.

Evaluasi tindakan scaling perlu dilakukan guna mendapatkan proses penyembuhan yang
sempurna. Perabaan dengan sonde harus dilakukan segera setelah scaling, begitu pula dengan
cara visual melalui pencahayaan yang optimal dengan bantuan kaca mulut setelah dibersihkan
dengan aliran air.

267
Permukaan gigi di subgingiva harus keras dan licin, karena kalau dibersihkan dengan sempurna
dan menyeluruh, sementum yang bersih akan menjadi tempat perlekatan serat-serat baru
antara sementum dan jaringan lunak yang berdekatan.

F. Pemolesan setelah Scaling


Seperti kita ketahui bahwa setelah scaling biasanya masih tertinggal sisa-sisa karang
gigi yang masih menempel pada permukaan gigi dan menimbulkan rasa kasar. Oleh
karenanya perlu dilakukan pemolesan setiap kali sehabis scaling, disamping untuk
menghilangkan plak yang menempel pada permukaan gigi.
Pemolesan gigi biasanya menggunakan bristle brush yang diputar menggunakan low
speed handpiece, dan dengan bahan poles pumis atau pasta gigi. Sebelum pemolesan
oleskan terlebih dahulu disclosing solution (gel) pada seluruh permukaan gigi untuk
melihat keberadaan plak.

Setelah pemolesan selesai, lakukan pengecekan dengan cara melewatkan sonde pada
permukaan gigi yang dibersihkan untuk mengetahui apakah masih kasar (yang
menunjukkan masih ada sisa kalkulus), dan oleskan kembali disclosing solution (gel)
untuk memastikan tidak ada plak maupun debris yang tertinggal.

Setelah Anda benar-benar yakin pemolesan sudah berhasil dengan baik, maka jangan
lupa oleskan antiseptik pada permukaan gusi dari gigi yang baru dibersihkan, guna
membantu menghentikan pendarahan dan mencegah terjadinya infeksi.

Gambar 8.28. Pemolesan Gigi Setelah Scaling


Sumber: www.kesehatanmulut.com, diunduh 10 Februari 2018

G. Pemberian instruksi setelah scaling


Setelah selesai scaling, maka langkah selanjutnya adalah memberikan instruksi setelah
tindakan sebagai berikut:
- Dianjurkan pasien agar tidak makan, minum ataupun kumur selama kurang lebih
30 menit agar antiseptik dapat bekerja sempurna.
268
- Anjurkan pasien untuk mengunyah menggunakan kedua sisi rahang agar peredaran
darah lancar, gigi terbersihkan secara alami karena pengunyahan (self cleansing),
dan gigi geligi menjadi lebih sehat.
- Anjurkan pasien untuk menggosok gigi dua (2) kali sehari, pagi setelah sarapan dan
malam sebelum tidur.
- Anjurkan pasien untuk menghindari makanan yang manis dan melekat,
memperbanyak makanan yang berair dan berserat, serta jangan lupa untuk kontrol
ke klinik gigi setiap enam (6) bulan sekali.

Latihan
Untuk menguatkan pemahaman Anda mengenai materi praktikum di atas,
kerjakanlah latihan berikut:
1. Sebutkan prosedur Scaling menggunakan scaler manual.
2. Lakukanlah scaling pada pasien dengan indikasi pembersihan karang gigi
menggunakan scaler manual. Mintalah pembimbing untuk mengawasi !
3. Lakukanlah scaling pada pada pasien dengan indikasi pembersihan karang gigi
menggunakan scaler elektrik. Mintalah pembimbing untuk mengawasi !

Ringkasan

Tindakan scaling (pembersihan karang gigi) pada pasien pelayanan asuhan


kesehatan gigi dan mulut individu dilakukan pada pasien yang memiliki kalkulus (karang
gigi) pada permukaan giginya. Alat yang digunakan untuk scaling ada yang berupa scaler
manual dengan berbagai macam bentuk, dan ada pula yang berbentuk scaler elektrik
maupun ultrasonik. Tidak ada bahan khusus yang dipergunakan pada tindakan scaling,
namun perlu disiapkan bahan untuk pemolesan berupa pumis atau pasta gigi. Serta jangan
lupa untuk menyiapkan antiseptik yang akan digunakan untuk dioleskan pada gusi setelah
dilakukan tindakan scaling. Agar prosedur scaling dapat berjalan dengan lancar, maka
penting untuk memperhatikan indikasi; pemilihan alat dan tumpuan jari; posisi pasien dan
operator; pemberian komunikasi terapeutik, persetujuan tindakan medis; serta pemberian
instruksi setelah scaling.

Tes 1
1. Lakukanlah pembersihan karang gigi pada pasien dengan supragingival calculus
menggunakan scaler elektrik!
2. Mintalah pembimbing Anda untuk mengawasi dan menilai tindakan pembersihan
karang gigi yang Anda lakukan menggunakan Format Penilaian yang tersedia.

269
Format penilaian tes 1

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ...................

FORMAT PENILAIAN PRAKTIK SCALING


PASIEN PAKGM INDIVIDU

Nama Mahasiswa : ………………………. Nama Pasien : ……………………….

NIM : ………………………. Umur : …………….. L/P

Nama Pengawas : ………………………. Tanggal : ……………………….

ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN

Pembersihan Karang Gigi 100

1 Persiapan tindakan Max = 4 20

Komunikasi Terapeutik 0,1 x 20 =


Persetujuan tindakan medik 0,1 .........

Persiapan alat 0,1 4

Persiapan bahan 0,1

2 Pelaksanaan tindakan Max = 9 50

Langkah-langkah scaling:

Posisi pasien 0,1

Posisi operator 0,1 x 50 =


.......
Tumpuan jari 0,1
9
Gigi bersih dari kalkulus 0,1

Kerusakan gusi minimal 0,1

Langkah-langkah pemolesan

Plak kontrol 0,1

Pemolesan menggunakan bristle brush 0,1

Permukaan gigi bersih dari plak 0,1

270
Pengolesan antiseptic 0,1

3 Instruksi/tindak lanjut Max = 5 30

Tidak boleh makan, minum, kumur selama 30 0,1 x 30 =


menit .........
Mengunyah menggunakan dua sisi rahang 0,1 5
Menggosok gigi 0,1

Kontrol diet 0,1

Dengan alasan 0,1

JUMLAH

Penguji,

(………………………………………)

271
Topik2

Tindakan Fissure Sealing


(penutupan fisura gigi)
Selanjutnya kita masuk pada topik kedua, yaitu topik tentang tindakan Fissure
Sealing (penutupan fisura gigi). Fissure sealing atau sering juga disebut sebagai fissure
sealant, merupakan tindakan penutupan pit dan fisura yang dalam dari gigi geligi. Tujuan
fissure sealing adalah menutup fisura dan pit gigi yang dalam agar terhindar dari karies
gigi.
Menurut Setiyani, (2014), dua bahan sealant yang sering digunakan adalah sealant
berbasis resin dan sealant semen ionomer kaca atau glass ionomere cement (SIK / GIC).
Bahan sealant berbasis resin dapat melakukan polimerisasi secara autopolimerisasi dan
fotopolimerisasi. Sedangkan sealant GIC yang sering digunakan bersifat autopolimerisasi.
Sealant SIK/GIC memiliki kemampuan mencegah karies yang hampir sama dengan sealant
berbasis resin. Manipulasi sealant glaas ionomere cement lebih mudah, dan tidak
diperlukan tahapan pengetsaan pada permukaan gigi. Bahan sealant GIC melakukan
interaksi khusus dengan enamel gigi dengan melepaskan kalsium, strontium dan ion fluor
yang bersifat kariostatik dan mengurangi perkembangan karies pada daerah yang diberi
sealant.

Persiapkan diri Anda untuk berhadapan dengan pasien di klinik gigi. Perhatikan prosedur
yang harus Anda lakukan.

B. Indikasi dan Kontra Indikasi Fissure Sealing.


Indikasi pemberian sealant pada pit dan fisura adalah sebagai berikut:
1. Pit dan fisura dalam, dan retentive
2. Pit dan fisura dengan dekalsifikasi minimal
3. Tidak adanya karies interproximal
4. Memungkinkan isolasi adekuat terhadap kontaminasi saliva
5. Umur gigi erupsi kurang dari 4 tahun.
Sedangkan Kontra Indikasi pemberian sealant pada pit dan fisura adalah:

1. Self cleansing yang baik pada pit dan fisura.


2. Terdapat tanda klinis maupun radiografis adanya karies interproximal yang
memerlukan perawatan.
3. Banyaknya karies interproximal dan restorasi.

272
4. Gigi erupsi hanya sebagian dan tidak memungkinkan isolasi dari kontaminasi saliva.
5. Umur erupsi gigi lebih dari 4 tahun.

Gambar 8.29. Pit dan Fisura Dalam


Sumber: familycarebp.blogspot.co.id, diunduh 16 Februari 2018

Gambar 8.30. Pit Dan Fisur Dalam Sebelum Dan Sesudah Fissure Sealing
Sumber: www.srivinayagadental.com, diunduh 16 Februari 2018
C. Alat dan Bahan
Setelah Anda mengetahui indikasi dan kontra indikasi penutupan pit dan fisura dalam,
maka selanjutnya Anda harus menyiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan
dalam melakukan fissure sealing pada gigi dengan menggunakan bahan GIC.
Alat yang harus disiapkan antara lain:
1. Oral Diagnostic set
2. Contra angle handpiece
3. Bristle brush
4. Agate Spatel
5. Papper Pad
6. Plastis filling instrument
7. Articulating paper
273
8. Saliva ejector tip

Adapun bahan yang harus disiapkan berupa:

5. Bahan Fissure Sealant (GC Fuji VII)


6. Pumis
7. Dentin conditioner
8. Varnish
9. Cotton pellet
10. Cotton roll
11. Alkohol

Gambar 8.31 Bahan Fissure Sealant GC Fuji VII Bentuk Powder dan Liquid
Sumber: dentalshop.in, 16 Februari 2018

274
Gambar 8.32 Bahan Fissure Sealant Glass Ionomere Cement Dalam Kemasan
Kapsul
Sumber: www.dentalcompare.com. Diunduh 10 Februari 2018

F. Posisi pasien dan operator


Setelah alat, bahan, dan obat tersedia di atas tray dental unit, maka segera posisikan
pasien dan operator (Anda) sesuai dengan lokasi gigi yang akan dilakukan fissure
sealing.

Bila gigi yang akan diberi fissure sealant ada pada regio rahang atas kiri maupun kanan,
maka posisi pasien ditidurkan telentang (supine), wajah pasien lurus ke depan dan
mulut pasien setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 11.

Bila fissure sealing untuk gigi di regio rahang bawah kiri, maka posisi pasien ditidurkan
dengan telentang, wajah pasien menengok ke kanan (menghadap operator) dan mulut
pasien setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 10.

Namun bila gigi yang akan diberi fissure sealant adalah gigi posterior di regio rahang
bawah kanan, maka posisi pasien ditidurkan dengan sandaran punggung membentuk
sudut 30˚ dari lantai, wajah pasien sedikit menengok ke kiri, dan mulut pasien setinggi
siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 9.

G. Pemberian komunikasi terapeutik


Selanjutnya setelah pasien duduk dengan nyaman, maka berikanlah komunikasi
terapeutik sesuai dengan prosedur pemberian fissure sealant pada gigi menggunakan
bahan GIC agar pasien memahami tindakan yang akan dilakukan. Komunikasi
terapeutik yang diberikan meliputi: menunjukkan elemen gigi yang akan diberi sealant,
menyampaikan tujuan dari tindakan fissure sealing, dan menceritakan prosedur
tindakan fissure sealing.

275
H. Persetujuan tindakan medis
Setelah Anda menjelaskan komunikasi terapeutik, jelaskan pula risiko yang akan
terjadi berkaitan dengan tindakan fissure sealing pada pasien atau orang tua/wali
pasien. Bila pasien dan atau orang tua/wali pasien sudah memahami dan menyetujui
tindakan medis yang akan dilakukan, mintalah tanda tangan pasien atau orang
tua/wali pasien.

I. Pelaksanaan Fissure Sealing


Langkah selanjutnya adalah melakukan perawatan penutupan pit dan fisura gigi
menggunakan bahan GIC. Untuk mengingatkan kembali seperti yang sudah Anda
pelajari di mata kuliah Preventive Dentistry, maka ikuti prosedur di bawah ini.
1. Persiapan:
- Lakukan pemolesan pada permukaan oklusal gigi menggunakan bristle brush
dan pumis dengan contra angle handpiece untuk menghilangkan plak.
- Lakukan pembilasan menggunakan air bersih.
- Lakukan isolasi gigi menggunakan cotton roll atau rubber dam.

Gambar 8.33. Sebelum Diberi Sealant Gigi Dibersihkan Dan Diblokir

Sumber: www.dimensionsofdentalhygiene.com, diunduh 16 Februari 2018

2. Pengolesan dentin conditioner:


- Selanjutnya keringkan permukaan gigi selama 20 – 30 detik dengan udara
kering.
- Langkah berikutnya oleskan dentin conditioner pada permukaan oklusal dan
ditunggu selama 20 detik, atau bila tidak ada dentin conditioner dapat
digunakan: 1 tetes liquid + tetes air dibasahi pada cotton pellet dan dioleskan
pada kavita yang sudah disiapkan selama 10 – 15 detik.

276
- Sesudah pengolesan dengan dentin conditioner maka kavita harus dibilas
dengan air selama 60 detik, selanjutnya dikeringkan dengan udara kering
selama 20 – 30 detik.

Gambar 8.34. Pemberian Dentin Conditioner

Sumber: www.dimensionsofdentalhygiene.com, diunduh 16 Februari 2018

3. Pengadukan
- Satu sendok bubuk diletakkan pada papper pad, lalu dibagi menjadi dua bagian
yang sama, kemudian letakkan satu tetes liquid disebelah bubuk tersebut.
- Botol cairan dipegang sebentar dalam keadaan horizontal untuk mengeluarkan
udara dari bagian ujungnya dan kemudian dalam posisi vertikal dikeluarkan satu
tetes cairan pada papper pad. Bila perlu botol ditekan sedikit, tapi cairan jangan
tertekan keluar.
- Mula-mula cairan disebarkan dengan spatula pada suatu permukaan sebesar 1,5
cm2. Pengadukan dimulai dengan mencampur setengah dari bubuk dengan cairan
yang menggunakan spatula.
- Bubuk dicampur dengan gerakan menggulung, sehingga partikel-partikel bubuk
secara perlahan-lahan terbasahi tanpa tersebar.
- Jika seluruh bubuk telah basah, bagian kedua dicampur dalam adukan tersebut
setelah itu diaduk kuat sambil menjaga agar adukannya tetap berupa satu
kesatuan massa.
277
- Pengadukan harus selesai 20 – 30 detik, hasil adukan yang baik harus seperti pasta
cair.

Gambar 8.35. Peletakan/Aplikasi Bahan Fissure Sealant

Sumber: www.dimensionsofdentalhygiene.com, diunduh 16 Februari 2018

4. Aplikasi bahan Fissure Sealant :


- Aplikasikan bahan sealant ke dalam pit dan fisur menggunakan Plastis Filling
Instrument atau sonde
- Buang bahan yang berlebih
- Segera aplikaskan bahan Varnish dan tunggu selama 6 menit
- Periksa gigitan dengan Articulating Paper
- Poles menggunakan batu poles arkansas

Gambar 8.36 Peletakan Bahan Sealant

Sumber: www.youtube.com, diunduh 16 Februari 2018

278
Gambar 8.37. Selesai Peletakan Bahan Fissure Sealant

Sumber: www.dimensionsofdentalhygiene.com, diunduh 16 Februari 2018

Gambar 8.38 Hasil Setelah Aplikasi Fissure Sealant


Sumber: www.hendersonhousedentistry.co.uk-, diunduh 10 Februari 2018

G. Pemberian instruksi setelah fissure sealing


Setelah selesai fissure sealing, maka langkah selanjutnya adalah memberikan instruksi
sebagai berikut:
- Dianjurkan pasien agar tidak makan selama kurang lebih satu jam agar sealant
mengeras dengan sempurna
- Setelah satu jam boleh makan, tetapi untuk hari ini mengunyah menggunakan sisi
rahang yang tidak diberi fissure sealant

279
- Hari-hari selanjutnya disarankan untuk mengunyah menggunakan kedua sisi
rahang agar peredaran darah lancar, gigi terbersihkan secara alami karena
pengunyahan, dan gigi geligi menjadi lebih sehat.

Latihan
Untuk menguatkan pemahaman Anda mengenai materi praktikum di atas,
kerjakanlah latihan berikut:
1. Sebutkan prosedur persiapan untuk fissure sealing menggunakan bahan GIC Fuji VII
2. Lakukan penutupan pit dan fisura dalam pada gigi tetap rahang atas posterior dengan
indikasi pit dan fisura dalam. Mintalah pembimbing untuk mengawasi !
3. Lakukan penutupan pit dan fisura dalam pada gigi tetap rahang bawah posterior
dengan indikasi pit dan fisura dalam. Mintalah pembimbing untuk mengawasi

Ringkasan
Tindakan fissure sealing atau fissure sealant menggunakan bahan GIC (glass
ionomere cement) pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu
dilakukan pada pasien dengan permukaan gigi yang memiliki pit dan fisura yang dalam.
Bahan yang digunakan adalah Glass Ionomere Cement dengan merk GC Fuji VII. Agar
prosedur fissure sealing dapat berjalan dengan lancar, maka penting untuk
memperhatikan indikasi; pemilihan alat dan bahan penambalan; posisi pasien dan
operator; pemberian komunikasi terapeutik, persetujuan tindakan medis; pelaksanaan
persiapan, pengolesan dentin conditioner, pengadukan bahan sealant, dan aplikasi bahan
sealant; serta pemberian instruksi setelah fissure sealing.

Tes 2

1. Lakukanlah tindakan fissure sealing pada gigi posterior (boleh rahang atas maupun
rahang bawah) dengan indikasi pit dan fisura yang dalam, menggunakan bahan GIC
GC Fuji VII !
2. Mintalah pembimbing Anda untuk mengawasi dan menilai tindakan penambalan
yang Anda lakukan menggunakan Format Penilaian yang tersedia.

280
Format penilaian tes 2

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ....................

FORMAT PENILAIAN PRAKTIK FISSURE SEALING


PASIEN PAKGM INDIVIDU

Nama Mahasiswa : ………………………. Nama Pasien : ……………………….

NIM : ………………………. Umur : …………….. L/P

Nama Pengawas : ………………………. Tanggal : ……………………….

ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN

Fissure Sealing 100

1 Persiapan tindakan Max = 4 20

Komunikasi Terapeutik 0,1 x 20 =


Persetujuan tindakan medik 0,1 .........

Persiapan alat 0,1 4

Persiapan bahan 0,1

2 Pelaksanaan tindakan Max = 9 60

Langkah-langkah persiapan:

Posisi pasien 0,1

Posisi operator 0,1 x 60 =


.......
Pemolesan dengan bristle brush 0,1
9
Pembilasan dengan air 0,1

Langkah-langkah pengolesan dentin conditioner

Pengolesan dentin conditioner 0,1

Pembilasan 0,1

Langkah-langkah pengadukan dan aplikasi


sealant

Pengadukan 0,1

Peletakan/aplikasi sealant 0,1

281
Pengolesan Varnish 0,1

3 Instruksi/tindak lanjut Max = 4 20

Tidak boleh makan selama 1 jam 0,1 x 20 =


Mengunyah menggunakan sisi rahang yang lain 0,1 .........

Keesokan mengunyah dengan dua sisi rahang 0,1 4

Dengan alasan 0,1

JUMLAH

Penguji,

(………………………………………)

282
KUNCI JAWABAN TES

Tes 1

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ..................

FORMAT PENILAIAN PRAKTIK SCALING


PASIEN PAKGM INDIVIDU

Nama Mahasiswa : ………………………. Nama Pasien : ……………………….

NIM : ………………………. Umur : …………….. L/P

Nama Pengawas : ………………………. Tanggal : ……………………….

ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN

Pembersihan Karang Gigi 100

1 Persiapan tindakan Max = 4 20

Komunikasi Terapeutik 0,1 1 4 x 20 = 20


Persetujuan tindakan medik 0,1 1 4
Persiapan alat 0,1 1

Persiapan bahan 0,1 1

2 Pelaksanaan tindakan Max = 9 50

Langkah-langkah scaling:

Posisi pasien 0,1 1

Posisi operator 0,1 1 9 x 50 = 50


Tumpuan jari 0,1 1 9
Gigi bersih dari kalkulus 0,1 1

Kerusakan gusi minimal 0,1 1

Langkah-langkah pemolesan

Plak kontrol 0,1 1

Pemolesan menggunakan bristle brush 0,1 1

283
Permukaan gigi bersih dari plak 0,1 1

Pengolesan antiseptik 0,1 1

3 Instruksi/tindak lanjut Max = 5 30

Tidak boleh makan, minum, kumur selama 30 0,1 1 5 x 30 = 30


menit
5
Mengunyah menggunakan dua sisi rahang 0,1 1

Menggosok gigi 0,1 1

Kontrol diet 0,1 1

Dengan alasan 0,1 1

JUMLAH 100

Penguji,

(………………………………………)

284
Tes 2

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ........................

FORMAT PENILAIAN PRAKTIK FISSURE SEALING


PASIEN PAKGM INDIVIDU

Nama Mahasiswa : ………………………. Nama Pasien : ……………………….

NIM : ………………………. Umur : …………….. L/P

Nama Pengawas : ………………………. Tanggal : ……………………….

ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN

Fissure Sealing 100

1 Persiapan tindakan Max = 4 20

Komunikasi Terapeutik 0,1 1 4 x 20 = 20


Persetujuan tindakan medik 0,1 1 4
Persiapan alat 0,1 1

Persiapan bahan 0,1 1

2 Pelaksanaan tindakan Max = 9 60

Langkah-langkah persiapan:

Posisi pasien 0,1 1

Posisi operator 0,1 1 9 x 60 = 60


Pemolesan dengan bristle brush 0,1 1 9
Pembilasan dengan air 0,1 1

Langkah-langkah pengolesan dentin conditioner

Pengolesan dentin conditioner 0,1 1

Pembilasan 0,1 1

Langkah-langkah pengadukan dan aplikasi


sealant

285
Pengadukan 0,1 1

Peletakan/aplikasi sealant 0,1 1

Pengolesan Varnish 0,1 1

3 Instruksi/tindak lanjut Max = 4 20

Tidak boleh makan selama 1 jam 0,1 1 4 x 20 = 20


Mengunyah menggunakan sisi rahang yang lain 0,1 1 4
Keesokan mengunyah dengan dua sisi rahang 0,1 1

Dengan alasan 0,1 1

JUMLAH

Penguji,

(………………………………………)

286
DaftarPustaka

Alamo Family and Implant Dentistry, 2015. Scaling and Root Planning [Internet]. Available
from: https://alamodentistry.com/preventive-dentistry/scaling-and-root-planning/,
diunduh 16 Februari 2018.

Ali Express, 2017. Whole Sale Dental Scaling Tools [Internet]. Available from:
fr.aliexpress.com, diunduh 10 Februari 2018.

Angelia, 2017. Cara Menghilangkan Karang Gigi Secara Cepat Dengan Alat Scaling Gigi
[Internet]. Available from: www.kesehatanmulut.com, diunduh 10 Februari 2018.

Angelia, 2017. Cara Mencegah dan Menghilangkan Karang Gigi [Internet]. Available from:
www.kesehatanmulut.com, diunduh 10 Februari 2018.

Betadine.com, 2018. Betadine (Povidone-iodine) [Internet]. Available from:


www.betadine.com, diunduh 14 Februari 2018.

Burgess O.J., 2012. Dimensions Of Dental Hygiene – The Journal Of Professional Excelence.
Material Revolution [Internet]. Available from:
http://www.dimensionsofdentalhygiene.com/print.aspx?id=14664, diunduh 16
Februari 2018

Colgate Professional, 2018. Periodontitis - Pocketing and Bleeding On Probing [Internet].


Available from: www.colgateprofessional.com, diunduh 10 Februari 2018.

Dental Compare, 2017. GC Fuji TRIAGE Pit and Fissure Sealant from GC America Inc
[Internet]. Available from: www.dentalcompare.com, diunduh 10 Februari 2018.

DentalShop.in, 2018. GC Fuji VII White [Internet]. Available from:


http://dentalshop.in/fuji-7, diunduh 16 Februari 2018.

DentalShop.in, 2018. eBay [Internet]. Available from: www.ebay.co.uk, diunduh 14


Februari 2018.
Dental Lovers, 2016. Dental Scaling – Plaque Removed. Dental Calculus [Internet].
Available from: www.youtube.com, diunduh 14 Februari 2018.
Derham P., 2017. Dr. Peter Derham Family Dentistry, Dental Hygiene and Prevention
[Internet]. Available from: drderhamdental.com, diunduh 14 Februari 2018
Elly D., 2015. Buku Ajar – Preventive Dentistry. Jurusan Keperawatan Gigi – Poltekkes
Kemenkes Jakarta I.

Family Care Dental, 2011. Fissure Sealants [Internet]. Available from:


http://familycarebp.blogspot.co.id/2011/07/fissure-sealants.html, diunduh 16
Februari 2018.

Go Dental, 2017. Scaling [Internet]. Available from:


http://thedentist.com/services/scaling/, diunduh 14 Februari 2018.
287
Haddad, 2014. 5 Things Your Dental Hygienist Wishes You Knew [Internet]. Available from:
https://www.rochesteradvanceddentistry.com/blog/5-things-your-dental-hygienist-
wishes-you-knew/, diunduh 16 Februari 2018.
Haisch MA., 2018. Pit & Fissure Sealants: The Added Link in Preventative Dentistry
[Internet]. Available from: se.dentalcare.com, diunduh 10 Februari 2018.

…………, 2018. Kamus Kesehatan [Internet]. Available from: kamuskesehatan.com, diunduh


13 Februari 2018.
Henderson House Dentistry, 2018.. Fissure Sealant [Internet]. Available from:
www.hendersonhousedentistry.co.uk, diunduh 10 Februari 2018.
Intelligent Dental, 2010. How to Identify Risk Factors For Gingivitis [Internet]. Available
from: www.intelligentdental.com, diunduh 14 Febbruari 2018.
Mayko ER, 2014. Informasi Kesehatan Gigi Dan Mulut. Alat Atau Instrument Untuk Scaling
Membersihkan Karang Gigi [Internet]. Available from: www.doktergigi.web.id,
diunduh 10 Februari 2018.

Medipex, 2018. ResusPod [Internet]. Available from: www.medipex.co.uk, diunduh 02


Februari 2018.

Mohammad Siblini, 2012. Pit and Fissure Seaants [Internet]. Available from:
https://www.youtube.com/watch?v=zOSxEaZSCiE, diunduh 16 Februari 2018.

Pattison A.M. and Pattison G.L, 1992. Periodontal Instrumentation, 2 nd ed. California:
Prentice-Hall International Inc.
Rastogi A. 2016. Atraumatic Restorative Treatment [Internet]. Available from:
https://www.slideshare.net, diunduh 06, Januari, 2018.
Setiyani W., https://www.scribd.com/document/369425896/pit-dan-fisssure-sealent-
makalah-bab-1-42-4-doc, diunduh 16 Februari 2018.
Shabeel PN., 2009. in.SlideShare. Periodontal Instrument And Instrumentation [Internet].
Available from: https://www.slideshare.net/shabeelpn/periodontal-instruments-
instrumentation, diunduh 16 Februari 2018.

Sri Vinayaga Dental Clinic, 2018. Pit and Fissure Sealants [Internet]. Available from:
https://www.srivinayagadental.com/pit-and-fissure-sealants/, diunduh 16 Februari
2018.

TheDentist.com, 2017. Scaling [Internet]. Available from:


http://thedentist.com/services/scaling/, diunduh 13 Februari 2018.

Tooth & Gum, 2010. Dental Cleaning – Dental Scaling [Internet]. Available from: tooth-
gums.blogspot.co.id, diunduh 14 Februari 2018.

ValyiP., 2011. Handbook Of Dental Hygienist [Internet]. Available from:


www.tankonyvtar.hu, diunduh 10 Februari 2018
www.Dentist.Com, 2017. Community Dentist Network. What Is Scaling? [Internet].
Available from: www.123dentist.com, diunduh 14 Febuari 2018.

288
BAB IX
TINDAKAN APLIKASI FLUOR DAN
APLIKASI CASEIN PHOSPHEPTIDE-
AMORPHOUS CALSIUM PHOSPHATE
(CPP-ACP) PADA PELAYANAN
ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN
MULUT INDIVIDU.
Sisca Mardelita, S.Si.T., M. Kes

Pendahuluan

T indakan pencegahan di kedokteran gigi harus didukung oleh pemeliharaan


kebersihan mulut, karena bila tidak diperhatikan akan menimbulkan plak yang
dapat menimbulkan penyakit gigi dan mulut. Akumulasi plak dapat dikendalikan
dengan tindakan mekanis yaitu menyikat gigi dan kontrol plak secara kimia, salah
satunya adalah aplikasi topikal bahan yang dapat mencegah perlekatan bakteri
pada permukaan gigi.
Fluor telah digunakan secara luas untuk mencegah karies. Penggunaan fluor
dapat dilakukan dengan fluoridasi air minum, pasta gigi dan obat kumur
mengandung fluor, pemberian tablet fluor, topikal varnish. Tujuan penggunaan
fluor dalam bidang kedokteran gigi adalah untuk melindungi gigi dari karies. Fluor
bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak yang dapat
memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksi apatit pada enamel
menjadi fluor apatit. Reaksi kimia: Ca10(PO4)6.(OH)2 + F → Ca10(PO4)6.(OHF)
menghasilkan enamel yang lebih tahan terhadap asam, sehingga dapat
menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi yang
merangsang perbaikan dan penghentian lesi karies.
Penelitian terus berlanjut hingga pada saat ini salah satu metode
pencegahan karies yang marak di masyarakat sekarang adalah dengan
mengkonsumsi produk yang mengandung bahan bebas karies. Saat ini telah
beredar secara luas dan komersil berbagai pasta gigi, aplikasi topikal, serta permen
karet yang mengandung agent untuk mencegah terjadinya karies. Dan yang paling
menarik perhatian saat ini adalah agent yang mengadung casein phosphopeptide –
amorphous calcium phosphate.

CPP-ACP merupakan singkatan dari Casein Phosphopeptide-Amorphous


Calcium Phosphate atau yang lebih dikenal dengan kompleks fosfopeptida kasein
dan kalsium fosfat amorf. Konsep dari CPP-ACP sebagai agen remineralisasi
pertama kali diungkapkan pada tahun 1998. Beberapa studi telah membuktikan
bahwa CPP-ACP merupakan suatu bahan yang dapat menghambat aktivitas
kariogenik setelah dilakukan penelitian di laboratorium, pada hewan maupun
manusia dalam percobaan secara in situ. Oleh karena itu CPP-ACP ini telah
289
diperkenalkan sebagai salah satu bahan dalam bidang kedokteran gigi yang berasal
dari produk derivat kasein dan juga merupakan alat baru untuk melawan penyakit
karies.7,9
Fosfopeptida kasein (CPP) adalah kelompok peptida yang berasal dari
kasein, bagian dari protein yang terjadi secara alami dalam susu. Susu adalah
makanan protein yang sangat baik dalam menyediakan asam amino esensial dan
nitrogen organik untuk manusia dan hewan dari segala usia. Susu juga
mengandung faktor yang memiliki sifat antikariogenik : kalsium, fosfat, kasein, dan
lipid. Produk susu mulai diakui di akhir 1950-an sebagai kelompok makanan yang
efektif dalam mencegah karies gigi.
Dalam BAB ini Saudara mahasiswa sebagai perawat gigi diharapkan mampu
melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai perawat gigi dalam memberikan
pelayanan asuhan sebagai tindakan pencegahan dari terjadinya penyakit gigi dan
mulut pada klien/pasien dan dapat menggunakan bahan-bahan kimia pencegahan
karies sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan sehingga tidak menimbulkan
efek negatif pada gigi.
Setelah mempelajari BAB IX ini, anda diharapkan mampu:
1. Melakukan tindakan aplikasi fluor untuk mencegah terjadinya karies gigi.
2. Melakukan tindakan pencegahan terhadap karies dan mengembalikan mineral email
pasien dengan mengaplikasikan bahan CPP-ACP.
BAB IX ini akan disajikan dalam 2 topik, yaitu:
1. Topik 1 tentang tentang indikasi, kontra indikasi, alat dan bahan, posisi pasien dan
operator, persetujuan medis, aplikasi dan pemberian instruksi, setelah tindakan
aplikasi Fluor.
2. Topik 2 tentang indikasi, kontra indikasi, alat dan bahan, posisi pasien dan operator,
persetujuan medis, aplikasi dan pemberian instruksi, setelah tindakan aplikasi CPP-
ACP.

Selamat Belajar

290
Topik 1
Aplikasi Fluor
Sisca Mardelita, S.Si.T., M. Kes

A. Bahan Fluor
Fluor adalah mineral alamiah yang terdapat di semua sumber air termasuk laut.
Fluor tidak pernah ditemukan dalam bentuk bebas di alam. Ia bergabung dengan unsur
lain membentuk senyawa fluoride. Fluor (F) merupakan salah satu unsur yang
melimpah pada kerak bumi. Unsur ini ditemukan dalam bentuk ion Fluoride (F). Fluor
yang berikatan dengan kation monovalen, misalnya NaF, AgF, dan KF bersifat mudah
larut, sedangkan fluor yang berikatan dengan kation divalen, misalnya CaF 2 dan PbF2,
bersifat tidak larut dalam air.
Fluor penting untuk kesehatan gigi terutama pada anak-anak, karena jumlah
asupan (intake) yang tepat dapat mendukung pembentukan enamel gigi yang lebih
tahan terhadap kerusakan akibat asam-asam yang dihasilkan mulut. Fluor juga
menghambat metabolisme pembentukan asam dari bakteri penyebab terjadinya karies
(Streptococcus mutans).
Fluoride dapat mencegah dan mengontrol karies gigi dengan aman dan efektif
bila penggunaanya diberikan secara tepat. Peranan fluoride dalam pencegahan karies
gigi ini sudah dikenal sejak lebih dari 60 tahun yang lalu. Aplikasi fluoride secara umum
dapat berupa fluoridasi air minum, tablet dan tetes fluor, penambahan pada susu,
garam dan bahan makanan lain serta penggunaan fluor pada pasta gigi dan obat
kumur.

B. Peranan Fluor Pada Gigi


Tubuh kita sangat membutuhkan senyawa gula untuk menjaga stamina dan
energi didalam tubuh. Mayoritas individu jika ingin menjaga stamina tubuh akan
mengkonsumsi susu serta berbagai jenis minuman berkarbonasi dan makanan yang
mengadung karbohidrat manis yang identik dengan kariogenik. Dimana jenis minuman
atau makanan seperti ini akan mempengaruhi pH pada mulut dalam suasana asam .
Fluor berperan dalam pembentukan email gigi dan membuat struktur gigi lebih kuat
sehingga gigi lebih tahan terhadap pengikisan oleh asam. Asam dibentuk ketika bakteri
di dalam plak memecah gula dan karbohidrat yang berasal dari makanan. Serangan
asam yang berulang akan merusak gigi sehingga menyebabkan terjadinya karies. Di sini
fluor berperan mengurangi kemampuan bakteri untuk membentuk asam. Fluor juga
berfungsi merangsang pembentukkan mineral kembali yang akan menghentikan proses
terjadinya karies.
Gigi terdiri dari email dan dentin. Dentin merupakan lapisan bawah email,
sehingga struktur email sangat menentukan terhadap proses terjadinya karies. Struktur
email gigi terdiri dari susunan kimia kompleks dengan gugus kristal penting yaitu
hidroksi apatit, dengan rumus kimia Ca 10(PO4)6(OH)2. Permukaan email ini lebih banyak
mengandung mineral dan bahan-bahan organik dengan air yang relatif lebih sedikit.
Mineralisasi email tidak hanya melalui pulpa dan dentin saja, tetapi ion-ion dari saliva
secara tetap melalui penyerapan mineral langsung ke permukaan gigi. Ion kimia
penting yang diharapkan banyak diikat oleh hidroksi apatit pada email gigi adalah ion
fluor, dengan adanya penambahan fluor, hidroksi apatit akan berubah menjadi
fluoroapatit. Fluoroapatit ini lebih tahan terhadap asam sehingga gigi akan lebih tahan
terhadap proses demineralisasi.

C. Sifat Fluor
Senyawa yang banyak mendapat perhatian antara lain Neutral Sodium Fluoride
(NaF), Acidulated Sodium Fluoride Phosphate, Stannous Fluoride (SnF2). Acidulated

291
Sodium Fluoride Phosphate dan SnF secara konsisten memberikan daya perlindungan
lebih besar terhadap karies dibandingkan Neutral Sodium Fluoride. Acidulated
solution dari NaF dan SnF2 lebih efektif daripada larutan netralnya. Dari hasil
penelitian menunjukkan adanya reduksi karies sebesar 70% (untuh OH baik) dan
reduksi karies sebesar 36% (untuk OH jelek) pad apemberian 1,23% NaF dan 0,1 M
Asam Fosfat dengan 1x pemberian / tahun. Rata – rata terjadi 30-45% reduksi karies
sekunder setelah perawatan topikal aplikasi fluor.

D. Manfaat Fluor
Pra Erupsi Gigi
a. Selama pembentukan gigi, fluor melindungi email dari pengurangan sejumlah
matriks yang dibentuk.
b. Pembentukan email yang lebih baik dengankristal yang lebih resisten terhadap
asam.
c. Pemberian yang optimal, kristal yang besar, kandungan karbonat lebih rendah
kelarutan terhadap asam berkurang.
d. Pengurangan jumlah dan ukuran daerah yang menyebabkan akumulasi makanan
dan plak.

Pasca Erupsi
a. Fluorapatit menurunkan kelarutan email dalam asam.
b. Fluorapatit lebih padat dan membentuk kristal sehingga daerah permukaan yang
bereaksi dengan asam lebih sedikit.
c. Pembentukan kalsium fluorida pada permukaan kristal.
d. Fluoride menggantikan ion karbonat dalam struktur apatit.
e. Meningkatkan remineralisasi dalam saliva, sehingga merangsang perbaikan dan
menghentikan lesi karies awal.
f. Flouride menghambat benyak enzim yang terlibat dalam pembentukan asam.
g. Mencegah demineralisasi
h. Memiliki sifat antibakteri
E. Indikasi dan Kontra Indikasi Penggunaan Fluor
Menurut Donley (2003):
a. Indikasi:
1) Pasien anak dibawah umur 5 tahun yang memiliki resiko karies sedang sampai
tinggi.
2) Gigi dengan permukaan akar terbuka.
3) Gigi yang sensitif.
4) Anak-anak dengan kelainan motorik, sehingga sulit untuk membersihkan gigi.
5) Pasien yang sedang dalam perawatan orthodontik.
b. Kontra Indikasi:
1) Pasien anak dengan resiko karies rendah.
2) Pasien yang tinggal di kawasan dengan air minum mengandung fluor.
3) Ada kavitas besar yang terbuka.

F. Penggunaan Fluor Dalam Kedokteran Gigi


1. Pemberian Fluor Secara Sistemik
Fluoride sistemik adalah fluor yang diperoleh tubuh melalui pencernaan dan ikut
membentuk struktur gigi. fluoride sistemik juga memberikan perlindungan topikal
karena fluoride ada di dalam saliva yang terus membasahi gigi. fluoride sistemik
meliputi fluoridasi air minum dan melalui pemberian makanan tambahan fluoride
yang berbentuk tablet, tetes atau tablet isap. Namun, para ahli sudah
mengembangkan berbagai metode penggunaan fluor yang dibedakan menjadi
metode perorangan dan kolektif.
292
Terdapat tiga cara pemberian fluor secara sistemik, yaitu:
a. Fluoridasi air minum
Telah dibuktikan, apabila dalam air minum yang dikonsumsi oleh suatu daerah,
atau kota tertentu dibubuhi zat kimia fluor maka penduduk tersebut akan
terlindung dari karies gigi. Pemberian fluor dalam air minum ini jumlahnya
bervariasi antara 1-1,2 ppm (part per million). Selain dapat mencegah karies,
fluor juga mempunyai efek samping yang negatif yaitu dengan adanya apa yang
disebut ‘mottled enamel’. Pada mottled enamel, permukaan gigi nampak
kelihatan berbintik-bintik kecoklatan dan bila fluor yang masuk dalam tubuh
terlalu banyak, dapat menyebabkan keracunan. Menurut penelitian Murray
and Rugg-gun cit. Linanof dalam Angela (2005), bahwa konsentrasi optimum
fluoride yang dianjurkan dalam air minum adalah 0,7–1,2 ppm.

Gambar 9.1. Fluoridasi pada air minum publik dan Fluorosis


Sumber: Charleshamel, (2008).

b. Pemberian Fluor Melalui Makanan


Terkadang makanan yang kita makan sudah mengandung fluor yang cukup
tinggi, hingga dengan makanan tersebut kebutuhan akan kadar fluor untuk
tubuh sudah terpenuhi. Makanan tambahan fluoride hanya dianjurkan untuk
mereka (terutama anak-anak) yang tinggal di daerah yang sumber airnya
rendah fluor atau tidak difluoridasi. Fluoride dapat berbahaya jika dikonsumsi
secara berlebihan. Apabila pemakaian fluoride tidak terkontrol dan tidak
disiplin, maka tidak akan mencapai sasaran dan dapat menyebabkan kerusakan
gigi. Contohnya adalah fluorosis.
c. Pemberian fluor dalam bentuk obat-obatan
Pemberian fluor dapat juga dilakukan dengan tablet, baik itu dikombinasikan
dengan vitamin-vitamin lain maupun dengan tablet tersendiri. Pemberian
tablet fluor disarankan pada anak yang berisiko karies tinggi dengan air minum
yang tidak mempunyai konsentrasi fluor yang optimal (2,2 mg NaF, yang akan
menghasilkan fluor sebesar 1 mg per hari). Tablet fluor dapat diberikan sejak
bayi berumur 2 minggu hingga anak 16 tahun. Umur 2 minggu sampai 2 tahun
biasanya diberikan dosis 0,25 mg, 2-3 tahun diberikan 0,5 mg, dan 3-16 tahun
sebanyak 1 mg.

Gambar 9.2. Bentuk Fluor.


Sumber: Charleshamel, (2008).

293
d. Garam Berfluor
Garam terbukti sebagai media penambahan iod pada diet, sehingga dapat pula
dipakai sebagai pembawa fluor. Disarankan untuk menambahkan 200-300 mg
fluor pada 1 kg garam.
e. Penambahan pada susu
Satu miligram fluor dalam bentuk sodium fluorida ditambahkan pada setengah
pint susu per hari (1 pint = 0,568 liter). Hasil penelitian menunjukkan terjadi
reduksi karies 80%. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa pemberian fluor
pada susu sama efektifnya dengan fluoridasi air minum dalam hal mereduksi
karies.

Efek pemberian Fluor Secara Sistemik


Pada tahap perkembangan dan maturasi gigi, fluor diendapkan dalam email
melalui jalan sistemik. Ion fluor akan bergabung dengan body kristal email. Fluor
yang diberikan secara sistemik konsentrasinya rendah, yaitu sekitar 1 ppm,
sehingga terjadi reaksi kimia yang berupa substitusi ion hidroksil dan hidroksiapatit
(Ca10(PO4)6(OH)2) yang bersifat lebih stabil dan tidak mudah larut oleh asam.

2. Penggunaan Fluor secara Lokal


Pemberian fluor secara lokal dilakukan antara lain dengan menggosok gigi
memakai pasta gigi yang mengandung fluor, kumur-kumur larutan fluor,
penggunaan gel berfluor serta topikal aplikasi fluor oleh tanaga profesional.
Penggunaan fluor secara topikal untuk gigi yang sudah erupsi, dilakukan dengan
beberapa cara:
a. Pasta Gigi Fluor
Penyikatan dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung
fluor terbukti dapat menurunkan karies (Angela, 2005). Pemakaian pada anak
pra sekolah harus diawasi karena pada umumnya mereka belum mampu
berkumur dengan baiksehingga sebagian pasta giginya bisa tertelan.
Kebanyakan pasta gigi yang kini terdapat di pasaran mengandung kira-kira 1
mg F/ gram. Satu gram setara dengan 12 mm pasta gigi pada sikat gigi.
b. Obat kumur dengan Fluor
Obat kumur yang mengandung fluor dapat menurunkan karies sebanyak 20-
50%. Penggunaan obat kumur fluor disarankan untuk anak yang berisiko karies
tinggi atau selama terjadi kenaikan karies. Berkumur dengan fluor diindikasikan
untuk anak yang berumur di atas 6 tahun karena telah mampu berkumur
dengan baik dan orang dewasa yang mudah terserang karies, serta pasien yang
memakai kawat orthodontik.

c. Topikal Aplikasi Fluor


Penggunaan fluor sebagai bahan topikal aplikasi telah dilakukan sejak lama
dan telah terbukti menghambat pembentukan asam dan pertumbuhan
mikroorganisme sehingga menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam
mempertahankan permukaan gigi dari proses karies.
Topikal aplikasi fluor adalah, tindakan pengolesan langsung bahan fluor pada
email. Setelah gigi dioleskan fluor lalu dibiarkan kering selama 5 menit, dan
selama 1 jam tidak boleh makan, minum atau berkumur.
Menurut Angela, (2005) tujuan penggunaan fluor adalah untuk melindungi gigi
dari karies, fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak
yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit
pada enamel menjadi fluor apatit yang lebih stabil dan lebih tahan terhadap
pelarutan asam. Reaksi Ca10(PO4)6(OH)2+F→ Ca10(PO4)6(OHF) menghasilkan

294
enamel yang lebih tahan asam sehingga dapat menghambat proses
demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi.
Dimana remineralisasi merupakan proses perbaikan kristal hidroksiapatit
dengan cara penempatan mineral anorganik pada permukaan gigi yang telah
kehilangan mineral tersebut. Demineralisasi adalah proses pelarutan kristal
hidroksiapatit email gigi, yang terutama disusun oleh mineral anorganik yaitu
kalsium dan fosfat, karena penurunan pH plak sampai mencapai pH kritis (pH
5) oleh bakteri yang menghasilkan asam.

Gambar 9.3 Ikatan Fluor dengan Gigi


Sumber: (www.scielo.br/scielo.php). Diunduh tanggal 3 Januari 2018

Penggunaan fluor sebagai bahan topikal aplikasi telah dilakukan sejak lama
dan telah terbukti menghambat pembentukan asam dan pertumbuhan
mikroorganisme sehingga menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam
mempertahankan permukaan gigi dari proses karies.
Ada tiga bahan yang biasa digunakan untuk topikal aplikasi fluor, yaitu:
1) Sodium Fluoride (Na F)
Ada dua prosedur/teknik topikal aplikasi dengan menggunakan bahan
sodium fluoride sebagaimana dikemukakan oleh Knutson dan Bibby.

Gambar 9.4 Sodium Fluorida (NaF) bentuk Pasta


Sumber: (https://www.smartpractice.com).Diunduh tanggal 25 Januari
2018.

Teknik Knuston
a) Bersihkan seluruh permukaan gigi secara teliti dengan menggunakan
pasta prophylaxis standard (misal: Pumice). Untuk permukaan licin
gunakan rubber cup, sedangkan untuk permukaan oklusal digunakan
pointed brush.
b) Isolasi gigi dengan cotton roll
c) Keringkan dengan seksama
d) Aplikasikan larutan sodium fluoride 2% dan biarkan selama 3 menit
agar kering.

295
Tiap perawatan memerlukan 4 kali aplikasi dengan interval 1 minggu.
Prohylaxis tidak dilakukan pada kunjungan kedua, ketiga dan keempat.
Teknik Bibby
a) Tahap a sampai dengan c sama dengan teknik Knutson.
b) Dilakukan topikal aplikasi dengan larutan sodium fluoride 0,1%; gigi
dijaga tetap basah dengan larutan selama 7-8 menit.
Perawatan dilakukan 3 kali dalam setahun.
Keberhasilan Perawatan
a) Topikal aplikasi dengan Sodium Fluoride efektif untuk anak yang
tinggal di daerah rendah fluor, yaitu terjadi reduksi karies 30-40%.
Pada daerah dengan kandungan fluor optimum dan orang dewasa,
manfaatnya hanya sedikit.
b) Konsentrasi sodium fluoride untuk topikal aplikasi yang disetujui oleh
Food and Drug Administration (FDA)/American Dental Association
(ADA) adalah 2% dalam bentuk gel atau pun solution (larutan).
c) Keuntungan sodium fluoride adalah pH netral, rasa lebih dapat
diterima, tidak ada pengaruh yang merugikan pada bahan restorasi,
larutan bersifat stabil.
2) Stannous Fluorida (SnF2)
Konsentrasi yang disetujui oleh FDA/ADA untuk topikal aplikasi adalah 8%
SnF2 dalam bentuk larutan (solution).
SnF2 dapat diaplikasikan pada permukaan gigi dalam bentuk larutan,
sebagai komponen pasta prophylaxis atau pun komponen pasta gigi.
Meskipun tiap bentuk komponen SnF2 efektif untuk mereduksi karies,
tetapi manfaat optimum dicapai jika tiga bentuk komponen tersebut
digunakan bersama-sama.

Gambar 9.5 Stannous Fluorida


Sumber: (https://www.webmd.com). Diunduh tanggal 25 Januari 2018

Prosedur perawatan dengan menggunakan tiga bentuk SnF 2 ini dikenal


dengan istilah “multiple stannous fluoride theraphy”, menurut Dudding
dan Muhier, (tahun) tekniknya adalah sebagai berikut:
a) Bersihkan seluruh permukaan gigi secara teliti dengan menggunakan
pasta prophylaxis yang mengandung SnF2
b) Isolasi gigi dengan cotton roll.
c) Keringkan gigi dengan seksama
d) Aplikasikan larutan SnF 2 10% pada permukaan gigi dan jaga tetap basah
dengan larutan selama 4 menit. Larutan harus baru untuk tiap pasien.
e) Pasien melanjutkan prosedur tersebut di atas secara rutin
menggunakan pasta gigi yang mengandung SnF2.
f) Insruksi: pasien jangan makan dan minum selama 30 menit setelah
perawatan.

296
g) Frekuensi perawatan bervariasi, tergantung pada kebutuhan individual,
biasanya untuk anak-anak setiap 6 bulan dan orang dewasa setiap 1
tahun.

Keuntungan SnF2 :
Tidak menyebabkan pengetsaan pada restorasi porcelain.
Kerugian SnF2
a) Rasa tidak enak
b) Menyebabkan pigmentasi pada lesi karies awal
c) Mengiritasi gingiva
d) Menyebabkan stainning pada restorasi silicat.
e) Berbahaya jika tertelan dalam jumlah besar
f) Larutan tidak stabil

3) Acidulated Phosphate Fluoride (APF)


APF merupakan campuran antara sodium fluoride, hydrofluoride acid dan
phosphoric acid.

Gambar 9.6 APF Gel


Sumber: (https://dental.keystoneindustries.com).
Diunduh tanggal 25 Januari 2018
Konsentrasi yang disetujui oleh FDA/ADA untuk topikal aplikasi adalah
1,23% APF dalam bentuk gel atau solution. Prosedur kerjanya adalah
sebagai berikut:
a) Bersihkan seluruh permukaan gigi secara teliti menggunakan pasta
prophylaxis standar yaitu pumice.
b) Isolasi gigi dengan cotton roll
c) Keringkan gigi dengan seksama
d) Aplikasikan larutan APF dan jaga tetap basah dengan larutan selama 4
menit.
e) Setelah aplikasi, instruksikan jangan makan dan minum selama 30
menit setelah perawatan.
f) Perawatan dilakukan satu kali dalam 1 tahun, tetapi akan lebih efektif
jika dilakukan setiap 6 bulan.
Keuntungan APF
a. Rasa lebih dapat diterima dibandingkan SnF 2
b. Tidak menyebabkan stainning atau pigmentasi; hanya terjadi sedikit
pemucatan dari jaringan gingiva
c. Dapat diaplikasikan pada kedua lengkung rahang secara bersamaan
d. Larutan bersifat stabil
Kerugian APF
a. Merusak restorasi porcelain
b. Berbahaya jika tertelan dalam jumlah besar.

297
Multiple Fluoride Therapy
Untuk mendapatkan manfaat optimal fluor dalam mereduksi karies dapat
melakukan multiple fluoride terapi yang meliputi:
1. Pemberian fluor secara sistemik (pilih salah satu)
a. Fluoridasi air minum
b. Pemberian suplemen fluor
2. Pemberian fluor secara lokal
a. Topikal aplikasi fluor di klinik
b. Penggunaan pasta gigi berfluor
c. Pemakaian obat kumur berfluor atau gel berfluor

Gambar 9.7 Topikal Aplikasi Fluor


Sumber: ((https://dental.keystoneindustries.com)
Diunduh tanggal 25 Januari 2018

Efek pemberian fluor secara lokal:


Pemberian fluor secara lokal sesudah erupsi gigi menyebabkan terikatnya ion
fluor pada permukaan kristal email. Konsentrasi fluor untuk aplikasi lokal biasanya
tinggi. Konsentrasi fluor yang tinggi menimbulkan reaksi kimia awal yaitu
terjadinya pembentukan calcium fluoride yang mengendap pada permukaan email.
Calcium fluoride yang terbentuk tidak terikat kuat pada email
[Ca10 (Po4)6 (OH)2] + 20F → 10 Ca F2 +6 PO + 2 OH
Calcium fluoride
Calcium fluoride yang terbentuk tidak terikat kuat pada email dan secara bertahap
akan larut, tetapi ada sedikit ion fluor yang akan mengganti ion hidroksil dan
hidroksi apatit.
[Ca10 (Po4)6 (OH)2] + 2 F → Ca10(PO4)6 F2 + 2 OH
Fluorapatit
Aksi fluor dalam mereduksi karies dapat terjadi melalui satu atau lebih cara, yaitu
dengan meningkatkan stabilitas kristal email, remineralisasi permukaan email,
menghambat sistem enzim bakteri yang mengubah gula menjadi asam dan efek
bakterial secara langsung.

298
Latihan
Untuk lebih memahami tentang topikal aplikasi fluor, maka kerjakanlah latihan di bawah
ini:
1. Jelaskan tentang cara fluoridasi yang dilakukan dalam pencegahan karies gigi.
2. Sebutkan prosedur aplikasi fluor dengan menggunakan bahan APF!

Ringkasan
Topikal aplikasi fluor adalah, tindakan pengolesan langsung bahan fluor pada
email. Setelah gigi dioleskan fluor lalu dibiarkan kering selama 5 menit, dan selama
1 jam tidak boleh makan, minum atau berkumur.
Tujuan penggunaan fluor adalah untuk melindungi gigi dari karies, fluor bekerja
dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak yang dapat memfermentasi
karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit
yang lebih stabil dan lebih tahan terhadap pelarutan asam. Reaksi
Ca10(PO4)6(OH)2+F→ Ca10(PO4)6(OHF) menghasilkan enamel yang lebih tahan asam
sehingga dapat menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan
remineralisasi.

Tes 1
1. Lakukan topikal aplikasi fluor dengan bahan yang tersedia di tempat kerja anda.
2. Mintalah Clinical Instructure anda untuk melakukan penilaian dengan menggunakan
form yang tersedia.

299
300
Topik 2
TINDAKAN APLIKASI CASEIN
PHOSPHEPTIDE-AMORPHOUS CALSIUM
PHOSPHATE(CPP-ACP)
Sisca Mardelita, S.Si.T., M. Kes

A. Bahan Aplikasi CPP-ACP


Fosfopeptida kasein (CCP) yang mengandung kelompok urutan Ser(p)-Ser(p)-Ser(p)-
Glu-Glu memiliki kemampuan signifikan untuk membuat stabilisasi kalsium fosfat
amorf (ACP) dalam larutan yang bersifat metastabil. Melalui beberapa residu fosfoseril,
CPP berikatan dengan bentuk kelompok ACP nano yang mencegah perkembangan
bakteri pada ukuran kritis yang dibutuhkan untuk nukleasi dan fase transformasi. CPP
dapat menstabilisasi kalsium fosfat lebih dari 100 kali dibandingkan yang dapat
dilakukan secara normal dalam larutan cair.
CCP dianggap memiliki bioavailabilitas kalsium yang tinggi dan memiliki
kemampuan dalam menstabilkan kalsium dan fosfat pada saliva serta mengikat plak
pada permukaan gigi. Hal ini dikarenakan ikatan CPP yang mampu menjaga kalsium
dan fosfat pada saliva tetap dalam keadaan amorf non-kristalin yang artinya stabil,
kemudian ion kalsium dan fosfat dapat dengan mudah adhesi ke enamel gigi sehingga
terbukti mengurangi risiko demineralisasi enamel dan membantu proses remineralisasi
email gigi.

B. Peranan CPP-ACP pada Gigi


1. Membantu proses remineralisasi email gigi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kargul B. bertempat di Universitas
Marmara, Turkey dimana menguji efektisivitas dari pasta yang mengadung bahan
CPP-ACP dengan kadar 10% terhadap kekasaran permukaan dari enamel secara in
vitro. Dan hasil dari penilitian tersebut mengungkapkan bahwa 10% CPP-ACP
mempunyai efek positif terhadap remineralisasi email. Dimana mekanisme
antikariogenik yang dihasilan oleh CPP-ACP adalah merupakan suatu proses
terlokalisasinya ion kalsium dan fosfat pada permukaan gigi, sehingga menjaga
berlangsungnya proses buffer oleh saliva. Oleh karena itu hal ini membantu untuk
mempertahankan keadaan netral pada email gigi, yang kemudian akan
menurunkan proses demineralisasi, dan meningkatkan remineralisasi.
2. Membantu mereduksi aktivitas karies
Selain meningkatkan kadar konsentrasi kalsium dan fosfor pada saliva guna
membantu proses remineralisasi. Pada tahun 1980an, Reynold menarik perhatian
dengan mengungkapkan fakta bahwa kalsium fosfat amorf kasein fosfopeptida,
yang merupakan salah satu produk dari kasein susu, mampu masuk ke dalam
permukaan email dan mempengaruhi proses karies. Gambar di bawah ini ketika
CPP-ACP diaplikasikan pada permukaan gigi maka CPP-ACP akan menghasilkan k-
casien, b-casein serta ikatan nano-kompleks yang akan bertindak sebagai barrier
penghalang dalam mencegah perlekatan dari Sterptococcus mutans.

301
Gambar 9.8 CPP-ACP menghalangi perlekatan dari bakteri Streptococcus mutans.
(Sumber: Ingegerd, Johansson., 2002)

Penelitian yang dilakukan pada hewan, dimana 0.5% mg/ml larutan dari CPP-
ACP nanokompleks diibaratkan setara dengan 500 ppm larutan fluoride dapat
mereduksi aktivitas karies. Larutan CPP-ACP ini diaplikasikan 2 kali sehari pada
permukaan gigi tikus yang sebelumnnya sudah diinjeksikan bakteri Streptococcus
sobrinus, yang merupakan bakteri penyebab karies pada manusia. Secara signifikan
mampu mengurangi aktivitas karies dengan 0.1% mg/ml CPP-ACP mereduksi
sebesar 14%. Sedangkan pada kadar 1% mg/ml CPP-ACP mereduksi sebesar 55%
aktivitas karies.

C. Kegunaan CPP-ACP
Selain pada kemampuan CPP-ACP dalam membantu proses remineralisasi pada
email gigi, serta kemampuannya dalam mereduksi perlekatan bakteri, dalam bidang
kedokteran gigi CPP-ACP juga memiliki kegunaan lain, seperti:

a. CPP-ACP dalam bentuk sediaan pasta dapat memperbaiki keseimbangan mineral


dalam lingkungan mulut.
b. Memberi perlindugan extra terhadap gigi.
c. Membantu menetralisir asam dari bakteri asidogenik dalam plak dan sumber asam
internal dan external lain.
d. Terdapat dalam kemasan berbagai rasa dan membuat permukaan gigi lebih halus
dan bersih.
e. Pasca perawatan bleaching (perawatan pemutihan gigi)
f. Pasca scalling (pembersihan karang gigi), baik secara elektrik maupun secara
manual
g. Untuk pasien abrasi (kerusakan pada bagian servikal gigi),
h. Xerostomia (mulut kering)
i. Untuk pasien dengan kondisi hipersensitif dentin
j. Untuk pencegahan terhadap kerusakan gigi, karena asam yang dihasilkan bakteri.

D. Indikasi dan Kontraindikasi CPP-ACP


Indikasi penggunaan CPP-ACP ini, meliputi:

302
a. Memperbaiki keseimbangan mineral pada pasien-pasien yang mengalami
defisiensi saliva seperti xerostomia atau ketika tindakan membersihkan gigi sulit
dilakukan.
b. Memperbaiki keseimbangan setelah tindakan perawatan seperti scalling,
root planing dan kuretase, juga mengurangi akibat apapun dari hipersensitif
dentin.
c. Riset membuktikan Recaldent (CPP - ACP) juga dapat mengubah warna gigi karena
white-spot ke arah gigi yang terlihat translusens alamiah.
d. Dapat digunakan untuk gigi permanen, aman untuk diaplikasikan pada bayi
terutama anak-anak di bawah usia dua tahun dengan lesi karies awal.
e. Digunakan untuk pasien dengan kebutuhan khusus seperti yang dengan gangguan
intelektual, gangguan perkembangan dan fisik, serebral palsi, down sindrom dan
pasien dengan masalah medis seperti terapi radiasi
f. Selain itu CPP-ACP juga dianjurkan pada individu yang rawan kares (anak yang
mempunyai resiko karies yang tinggi, anak dengan gigi berjejal, pasien dalam
perawatan menggunakan pengobatan jangka panjang, pasien dalam perawatan
orthodonsi dan usia lanjut).

Kontra indikasi penggunaan CPP-ACP, yaitu :


Pada anak atau pasien yang terdapat riwayat alergi pada jenis makanan yang
mengandung susu.

E. Penatalaksanaan Penggunaan CPP-ACP


1. Persiapan:
a. Sortir anak yang mempunyai resiko karies tinggi.
b. Beri penjelasan manfaat dan cara penggunaan CPP-ACP pada anak dan orang
tua yang mendampingi.
c. Persetujuan tindakan medis dilakukan secara tertulis oleh orang tua/ wali yang
mendampingi anak pada saat perawatan.
d. Siapkan krim CPP-ACP.
e. Sikat gigi.
2. Pelaksanaan:
a. Latih anak atau orang tua anak untuk mengoleskan krim CPP-ACP pada
permukaan gigi yang rawan atau pada white spot.
b. Keringkan permukaan gigi yang akan dioles.
c. Oleskan krim pada permukaan gigi dengan menggunakan jari atau sikat gigi dan
gunakan lidah untuk membagi ke semua permukaan gigi.
d. Sisanya boleh diludahkan, tetapi jangan berkumur-kumur sedikitnya selama 30
menit agar terjadi tranfer calsium phosphate.
e. Gunakan pagi hari setelah sikat gigi atau malam hari setelah sikat gigi
tergantung keparahan karies.

Gambar 9.9 Sediaan CPP-ACP


Sumber: (https://www.thedentalpharm.net).
Diunduh tanggal 2 Februari 2018

303
Gambar 9.10. Cara Penggunaan CPP-ACP
Sumber: (https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images).
Diunduh Tanggal 1 Februari 2018

Latihan
Untuk dapat memperdalam pemahama anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan
berikut:
1. Apa kepanjangan dari CPP-ACP?
2. Apa peranan CPP-ACP pada gigi?
3. Bagaimana penatalaksanaan aplikasi bahan CPP-ACP?
4. Apa saja yang harus anda jelaskan kepada klien, orang tua/wali klien pada tindakan
aplikasi CPP-ACP?

Petunjuk Jawaban Latihan


Untuk mempermudah anda menjawab, silakan anda pelajari kembali materi tentang CPP-
ACP.

Ringkasan
Fosfopeptida kasein (CPP) adalah kelompok peptida yang berasal dari
kasein, bagian dari protein yang terjadi secara alami dalam susu. Susu adalah
makanan protein yang sangat baik dalam menyediakan asam amino esensial dan
nitrogen organik untuk manusia dan hewan dari segala usia. Susu juga
mengandung faktor yang memiliki sifat antikariogenik: kalsium, fosfat, kasein, dan
lipid. Produk susu mulai diakui di akhir 1950-an sebagai kelompok makanan yang
efektif dalam mencegah karies gigi.
Selain meningkatkan kadar konsentrasi kalsium dan fosfor pada saliva guna
membantu proses remineralisasi. Pada tahun 1980an, Reynold menarik perhatian
dengan mengungkapkan fakta bahwa kalsium fosfat amorf kasein fosfopeptida,
yang merupakan salah satu produk dari kasein susu, mampu masuk ke dalam
permukaan email dan mempengaruhi proses karies. Gambar di bawah ini ketika
CPP-ACP diaplikasikan pada permukaan gigi maka CPP-ACP akan menghasilkan k-
casien, b-casein serta ikatan nano-kompleks yang akan bertindak sebagai barrier
penghalang dalam mencegah perlekatan dari Sterptococcus mutans.

Tes 2
1. Lakukan prosedur aplikasi CPP-ACP pada pasien sesuai dengan kriteria.
2. Mintalah clinical instrucktur anda untuk menilai dengan menggunakan format yang
tersedia.
304
PENILAIAN APLIKASI CPP-ACP
Nama Mahasiswa : Nama Pasien :
NIM : Pembimbing :
No ASPEK PENILAIAN NILAI BOBOT
I PERSIAPAN 120
A Persiapan Operator 48 .../12x30
1 Kontrol fungsi dental unit 0,4
2 Pakaian kerja dan perlengkapannya bersih 0,4
3 Rambut disisir rapi, jilbab rapi 0,4
4 Kuku dipotong pendek dan bersih 0,4
5 Tanda pengenal dipasang di dada 0,4
6 Memakai masker, sarung tangan dan jas laboratorium 0,4
B Persiapan Pasien
1 Mempersiapkan pasien duduk di dental chair dengan sopan dan ramah 0,4
2 Memasang handuk /celemek pada pasien 0,4
3 Pengaturan posisi operator terhadap pasien termasuk pengaturan tempat 0,4
duduk, sandaran pasien dalam posisi yang benar
C Persiapan Alat dan Bahan
1 Peralatan diagnostik 0,4
2 Gelas kumur, tempat kapas kotor dan bersih 0,4
3 CPP-ACP, Alkohol, kapas steril, cotton roll, cotton pelet 0,4
chip blower, dental brush atau sikat gigi, pumish

II IDENTIFIKASI 40
- Pemeriksaan kebersihan gigi dan mulut 20 .../5x10
1 Tidak ada kalkulus 0,4
2 Tidak ada debris/stain 0,4
3 Tidak ada lubang gigi dengan pulpa terbuka 0,4
4 Tidak ginggivitis 0,4
5 Adanya gigi bercampur 4
III PELAKSANAAN 200
A Persiapan tindakan 52 .../13x50
1 persetujuan tindak medik (infomed consent) 0,4
B Pelaksanaan tindakan
2 Melakukan pengolesan fluor
a. Gigi yang akan diaplikasi dalam keadaan kering 0,4
b. Kuadran yang dikerjakan berurutan (kuadran I, II, III & IV) 0,4
c. Pengolesan sesuai tata cara (bagian bukal, oklusal dan palatal/lingual 0,4
(dimulai dari posterior ke anterior)
3 Penggunaan alat
a. Menggunakan cotton roll 0,4
b. Menggunakan tongue holder 0,4
c. Menggunakan cotton pelet 0,4
d. Menggunakan pinset 0,4
e. Menggunakan chip blower 0,4
C Posisi operator benar 0,4
D Hasil tindak topikal aplikasi
1 Semua permukaan gigi dalam kwadran dilakukan pengolesan fluor 0,4
2 Permukaan gigi dalam keadaan kering 0,4
3 Penggunaan larutan fluor, cotton roll dan cotton pellet tidak boros 0,4
IV INSTRUKTUR/TINDAK LANJUT DAN WAKTU TINDAKAN : 40
A Tindak lanjut 16 .../4x10
1 Instruksi tidak boleh makan dan minum selama 30 menit 0,4
2 Instruksi tidak boleh langsung sikat gigi selang waktu 3 jam 0,4
3 Memberikan alasan untuk instruksi di atas 0,4
B Pelaksanaan komunikasi terapeutik 0,4
TOTAL

305
KUNCI JAWABAN TES
Tes 1

306
Tes 2

Daftar Pustaka
Angela, Ami. 2005. Pencegahan Primer Pada Anak yang Berisiko Keries Tinggi. Maj. Ked.
Gigi, (Dent. J.). 38, (3), 130-134.
Charleshamel. 2008. Fluoridasi pada air minum publik dan Fluorosis. Diunduh
tanggal 3 Januari 2018.
Ingegerd, Johansson., Milk and dairy products: possible effect on dental health. Scand J
Nutr. 2002; 46(3):120). Diunduh tanggal 7 Februari 2017

307
BAB X
TINDAKAN PENAMBALAN GIGI
PADA PELAYANAN ASUHAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT
INDIVIDU

drg. Ita Astit Karmawati, MARS

PENDAHULUAN
Pendahuluan

S audara mahasiswa, salam semangat untuk Anda semua. Anda pasti sudah

mengenal bahwa salah satu tindakan kuratif dalam kesehatan gigi adalah tindakan
penambalan gigi. Pada kesempatan sebelumnya Anda pasti sudah pernah mempelajari
teori tentang Konservasi Gigi.
Pada bab ini Anda akan mempelajari tiga topik yang meliputi penambalan gigi
dengan metode Atraumatic Restorative Treatment (ART), penambalan gigi 1 bidang, dan
penambalan gigi 2 bidang, dimana ketiganya dilakukan sebagai tindakan kuratif pada
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien individu.
Tujuan setelah Anda mengikuti mata kuliah ini adalah agar mampu mengerjakan
tindakan kuratif penambalan ART, mengerjakan tindakan konservasi berupa penambalan
1 (satu) bidang, dan penambalan gigi dengan 2 (dua) bidang.
Sebelum Anda melakukan praktik penambalan gigi pada pasien pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut individu di klinik, Anda sudah harus menguasai pengetahuan dan
keterampilan tentang Konservasi Gigi, Penggunaan dan Pemeliharaan Alat Kedokteran
Gigi, Dental Morphologi, Dental Material, Komunikasi Terapeutik, serta Etika Profesi.
Untuk itu persiapkan diri Anda dengan mempelajari kembali ilmu-ilmu di atas, sebagai
bekal untuk melakukan tindakan penabalan gigi pada pasien pelayanan asuhan kesehatan
gigi individu. Selain itu semua, perlu diperhatikan pula posisi pasien maupun operator saat
melakukan penambalan gigi, agar saat mengerjakan penambalan gigi dapat berlangsung
dengan lancar dan menghasilkan tambalan yang baik.
Saat Anda mempelajari ilmu konservasi gigi tentu Anda sudah mengenal Klasifikasi
Kavita menurut GV Black yang terdiri dari kavita kelas I, II, III, IV, dan V. Namun demikian
berdasarkan kompetensi yang Anda miliki, maka yang dikerjakan adalah penambalan gigi
pada kavita kelas I, II, III dan V baik 1 bidang maupun 2 bidang. Bahan tambal yang
dipergunakan pada praktikum ini adalah bahan Glass Ionomere Cement, baik yang type
untuk tambalan ART, type untuk tambalan posterior, dan type untuk tambalan anterior.

308
Topik 1

Tindakan Penambalan Gigi dengan teknik


Atraumatic Restorative Treatment (ART)
drg. Ita Astit Karmawati, MARS

Sekarang kita masuk pada topik pertama, yaitu topik tentang tindakan penambalan
gigi dengan teknik ART. Dua prinsip tambalan ART adalah: 1) menghilangkan lesi karies
menggunakan instrumen genggam (hand instrument); 2) mengembalikan bentuk kavita
menggunakan bahan restorasi yang menempel pada gigi. Persiapkan diri Anda untuk
berhadapan dengan pasien di klinik gigi. Perhatikan prosedur yang harus Anda lakukan.

A. Indikasi dan Kontra indikasi penambalan ART.


Anda harus dapat mengidentifikasi kasus penambalan gigi dengan bahan tambal Glass
Ionomere Cement (GIC) ART. Indikasinya adalah: Hanya pada gigi dengan kavita yang kecil
(karies email maupun dentin); kavitanya dapat diakses menggunakan instrumen genggam
(hand instrument). Sedangkan kontra indikasinya adalah: Pada gigi dengan karies
mencapai pulpa; karies gigi yang disertai pembengkakan (abses); karies gigi dengan rasa
sakit untuk waktu yang lama (riwayat inflamasi pulpa yang kronis).

Gambar 10.1 Karies Email Dan Karies Dentin


Sumber: Atraumatic Restorative Treatment, diunduh 06 Januari 2018.

309
Gambar 10.2. Lokasi Karies Gigi
Sumber: Atraumatic Restorative Treatment, diunduh 06 Januari 2018.

B. Alat dan Bahan


Setelah Anda mengetahui indikasi dan kontra indikasi penambalan ART, maka
selanjutnya Anda harus menyiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan dalam
melakukan penambalan gigi dengan bahan GIC ART.
Alat yang harus disiapkan antara lain:
1. Oral Diagnostik set
2. Agate Spatel
3. Papper Pad
4. Plastis filling instrument
5. Celluloid Strip

Gambar 10.3. Alat Diagnostik Dan Penambalan

Sumber: ART – Teeth Savers International, diunduh 06 Januari 2018

Adapun bahan yang harus disiapkan berupa:

1. Bahan Glass Ionomere Cement ART yang terdiri dari powder dan liquid.
2. Dentin conditioner
3. Varnish
310
4. Vaseline (cocoa butter)
5. Cotton pellet
6. Cotton roll
7. Alkohol
8. EDTA 10% untuk desinfeksi kavita

Gambar 10.4 Bahan Tambalan ART merek GC Fuji IX

Sumber: widitya.blogspot.co.id, diunduh 07 Februari 2018

Gambar 10.5. Glass Ionomere Cement untuk ART

Sumber: Indian-dental.com, diunduh 06 Januari 2018

311
Gambar 10.6. Vaselin dan Celluloid Strips

Sumber: Atraumatic Restorative Treatment, diunduh 06 Januari 2018.

Gambar 10.7. Cotton roll dan cotton pellet


Sumber: Atraumatic Restorative Treatment, diunduh 06 Januari 2018

C. Posisi pasien dan operator

312
Setelah alat, bahan, dan obat tersedia di atas tray dental unit, maka segera posisikan
pasien dan operator (Anda) sesuai dengan lokasi gigi yang akan ditambal.

Bila gigi yang akan ditambal ada pada regio rahang atas kiri maupun kanan, maka
posisi pasien ditidurkan telentang (supine), wajah pasien lurus ke depan dan mulut
pasien setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 11.

Bila penambalan untuk gigi di regio rahang bawah kiri, maka posisi pasien ditidurkan
dengan telentang, wajah pasien menengok ke kanan (menghadap operator) dan mulut
pasien setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 10.

Namun bila gigi yang akan ditambal adalah gigi posterior di regio rahang bawah kanan,
maka posisi pasien ditidurkan telentang, wajah pasien sedikit menengok ke kiri, dan
mulut pasien setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 9.

D. Pemberian komunikasi terapeutik


Selanjutnya setelah pasien duduk dengan nyaman, maka berikanlah komunikasi
terapeutik sesuai dengan prosedur penambalan gigi menggunakan bahan GIC dengan
teknik ART agar pasien memahami tindakan yang akan dilakukan. Komunikasi
terapeutik yang diberikan meliputi: menunjukkan elemen gigi yang akan ditambal,
menyampaikan tujuan dari tindakan penambalan, dan menceritakan prosedur
tindakan penambalan.

E. Persetujuan tindakan medis


Setelah Anda menjelaskan komunikasi terapeutik, jelaskan pula risiko yang akan
terjadi berkaitan dengan tindakan penambalan gigi pada pasien atau orang tua/wali
pasien. Bila pasien dan atau orang tua/wali pasien sudah memahami dan menyetujui
tindakan medis yang akan dilakukan, mintalah tanda tangan pasien atau orang
tua/wali pasien.

F. Pelaksanaan penambalan gigi dengan teknik ART


Langkah selanjutnya adalah melakukan perawatan penambalan gigi menggunakan
bahan GIC dengan teknik ART. Untuk mengingatkan kembali seperti yang sudah Anda
pelajari di mata kuliah Konservasi Gigi, maka ikuti prosedur di bawah ini.
1. Preparasi
- Preparasi lubang gigi jaringan karies dibersihkan dengan excavator sampai tak
ada lagi dentin lunak, untuk memudahkan pembersihan lubang sekali-kali dibasahi,
keringkan lubang.

- Setelah preparasi selesai pasien dianjurkan oklusi untuk melihat kontak lubang.

- Pemberian dentin conditioner yaitu 1 tetes liquid + tetes air dibasahi pada cotton
pellet dan dioleskan pada kavita yang sudah disiapkan selama 10 – 15 detik.
Maksud pemberian ini adalah agar keadaan lembab sesuai kondisi tambalan yang
akan digunakan. Sesudah pengolesan dengan dentin conditioner maka kavita harus

313
dibilas dengan cotton pellet yang dibasahi air sebanyak 3 kali, selanjutnya
dikeringkan dengan cotton pellet kering dan kavita siap ditambal.

Gambar 10.8. Preparasi Kavita

Sumber: Atraumatic Restorative Treatment, diunduh 06 Januari 2018

Gambar 10.9. Pengolesan Dentin Conditioner

Sumber: Media Komunikasi dan Silaturahmi PDGI Cabang Wonogiri,

diunduh 06 Januari 2018

314
2. Pengadukan
- Satu sendok bubuk diletakkan pada papper pad, lalu dibagi menjadi dua bagian
yang sama, kemudian letakkan satu tetes liquid disebelah bubuk itu.
- Botol cairan dipegang sebentar dalam keadaan horizontal untuk mengeluarkan
udara dari bagian ujungnya dan kemudian dalam posisi vertikal dikeluarkan satu
tetes cairan pada papper pad. Bila perlu botol ditekan sedikit, tapi cairan jangan
tertekan keluar.
- Mula-mula cairan disebarkan dengan spatula pada suatu permukaan sebesar 1,5
cm2. Pengadukan dimulai dengan mencampur setengah dari bubuk dengan cairan
yang menggunakan spatula.
- Bubuk dicampur dengan gerakan menggulung sehingga partikel-partikel bubuk
secara perlahan-lahan terbasahi tanpa tersebar.
- Jika seluruh bubuk telah basah, bagian kedua dicampur dalam adukan tersebut
setelah itu diaduk kuat sambil menjaga agar adukannya tetap berupa satu
kesatuan massa.
- Pengadukan harus selesai 20 – 30 detik, hasil adukan yang baik harus licin seperti
permen karet.
- Penambalan dapat langsung dilakukan pada cavitas tanpa preparasi terlebih
dahulu, digunakan Vaseline agar tambalan tidak mudah melengket dan untuk
menghaluskan.

Gambar 10.10. Pengadukan bahan GIC

Sumber: www.youtube.com, diunduh 06 Januari 2018

315
3. Penambalan :
- Masukkan bahan tambaln ke dalam lubang, pit dan fissure dengan plastis filling
atau carver dengan tekanan ringan.
- Tekan dengan jari yang sudah memakai sarung tangan selama 30 detik
- Buang bahan yang berlebih
- Olesi dengan Varnish tunggu 6 menit
- Periksa gigitan kurangi bila masih ada peninggian gigit
- Vaseline diberikan setelah penambalan dan pengurangan sisa-sisa tumpatan yang
berlebih.

Gambar 10.11. Peletakan Bahan Tambalan ART

Sumber: garrisondental.com, diunduh 13 Januari 2018.

Gambar 10.12. Penambalan ART

Sumber: Sumber: Atraumatic Restorative Treatment, diunduh 06 Januari 2018


316
G. Pemberian instruksi setelah penambalan gigi
Setelah selesai penambalan, maka langkah selanjutnya adalah memberikan instruksi
setelah penambalan sebagai berikut:
- Dianjurkan pasien agar tidak makan selama kurang lebih satu jam agar
tambalannya mengeras dengan sempurna
- Setelah satu jam boleh makan, tetapi untuk hari ini mengunyah menggunakan sisi
rahang yang tidak ditambal
- Hari-hari selanjutnya disarankan untuk mengunyah menggunakan kedua sisi
rahang agar peredaran darah lancar, gigi terbersihkan secara alami, karena
pengunyahan, dan gigi geligi menjadi lebih sehat.

Latihan
Untuk menguatkan pemahaman Anda mengenai materi praktikum di atas,
kerjakanlah latihan berikut:
1. Sebutkan prosedur preparasi untuk penambalan menggunakan bahan GIC dengan
teknik ART.
2. Sebutkan penggunaan alat dan bahan dalam penambalan menggunakan bahan GIC
dengan teknik ART.
3. Lakukanlah penambalan pada Gigi Tetap posterior rahang atas dengan indikasi
menggunakan bahan GIC dengan teknik ART. Mintalah pembimbing untuk mengawasi!
4. Lakukanlah penambalan pada Gigi Tetap posterior rahang bawah dengan indikasi
menggunakan bahan GIC dengan teknik ART. Mintalah pembimbing untuk mengawasi!

Ringkasan
Tindakan penambalan gigi menggunakan bahan GIC (glass ionomere cement)
dengan teknik ART (atraumatic restorative treatment) pada pasien pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut individu dilakukan pada pasien dengan lubang gigi yang
mencapai karies email dan karies dentin. Bahan penambalan yang digunakan adalah Glass
Ionomere Cement khusus yang aplikasinya menggunakan teknik Atraumatic Restorative
Treatment, atau dengan kata lain yaitu teknik penambalan gigi tanpa menggunakan alat
mesin. Agar prosedur penambalan dapat berjalan dengan lancar, maka penting untuk
memperhatikan indikasi; pemilihan alat dan bahan penambalan; posisi pasien dan
operator; pemberian komunikasi terapeutik, persetujuan tindakan medis; pelaksanaan
preparasi gigi dan penambalan; serta pemberian instruksi setelah penambalan gigi.

Tes 1
1. Lakukanlah penambalan gigi molar (boleh rahang atas maupun rahang bawah)
menggunakan bahan GIC dengan teknik ART!
2. Mintalah pembimbing Anda untuk mengawasi dan menilai tindakan penambalan
yang Anda lakukan menggunakan Format Penilaian yang tersedia.

317
Format penilaian tes 1
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ..................

FORMAT PENILAIAN PRAKTIK PENAMBALAN GIGI


DENGAN BAHAN GIC / ART*
PASIEN PAKGM INDIVIDU

Nama Mahasiswa : ………………………. Nama Pasien : ……………………….

NIM : ………………………. Umur : …………….. L/P

Nama Pengawas : ………………………. Tanggal : ……………………….

Kasus Kelas : ……………………….


ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN

Penambalan Gigi 100

1 Persiapan tindakan Max = 4 30

Komunikasi Terapeutik 0,1


x 30 = .........
Persetujuan tindakan medik 0,1
4
Persiapan alat 0,1

Persiapan bahan 0,1

2 Pelaksanaan tindakan Max = 9 50

Langkah-langkah preparasi:

Posisi pasien 0,1 x 50 = .......

Posisi operator 0,1 9

Preparasi 0,1

Desinfeksi 0,1

Langkah-langkah penambalan

Pengolesan dentin conditioner 0,1

Pembilasan 0,1

Pengadukan 0,1

Penambalan 0,1

318
Pengolesan Varnish 0,1

3 Instruksi/tindak lanjut Max = 4 20

Tidak boleh makan selama 1 jam 0,1 x 20 = .........

Mengunyah menggunakan sisi rahang yang lain 0,1 4

Keesokan mengunyah dengan dua sisi rahang 0,1

Dengan alasan 0,1

JUMLAH

Penguji,

(…………………………………)

319
Topik 2

Tindakan Penambalan Gigi Satu Bidang


drg. Ita Astit Karmawati, MARS

Selanjutnya kita masuk pada topik kedua, yaitu topik tentang tindakan penambalan
gigi pada karies yang mengenai satu bidang. Tujuan penambalan gigi adalah
mengembalikan bentuk dan fungsi gigi, serta mempertahankan gigi selama mungkin di
dalam mulut. Prinsip penambalan satu bidang adalah: 1) menghilangkan lesi karies; 2)
mengembalikan bentuk kavita menggunakan bahan restorasi yang menempel pada gigi.
Persiapkan diri Anda untuk berhadapan dengan pasien di klinik gigi. Perhatikan prosedur
yang harus Anda lakukan.

A. Indikasi dan Kontra indikasi penambalan gigi satu bidang.


Anda harus dapat mengidentifikasi kasus penambalan gigi dengan bahan tambal Glass
Ionomere Cement (GIC). Indikasinya adalah: gigi dengan karies email maupun dentin.
Sedangkan kontra indikasinya adalah: Pada gigi dengan karies mencapai pulpa; karies
gigi yang disertai pembengkakan (abses); karies gigi dengan rasa sakit untuk waktu
yang lama (riwayat inflamasi pulpa yang kronis). Lokasi karies gigi dapat terletak pada
permukaan oklusal, palatal/lingual, labial/bukal tetapi hanya mengenai satu bidang
saja. Bedanya penambalan gigi satu bidang dengan penambalan ART adalah
penggunaan alat untuk menghilangkan lesi karies (preparasi), dimana untuk
penambalan satu bidang menggunakan mesin bor.

Gambar 10.13 Tahap Perkembangan Lubang Gigi


Sumber: siti-anggareni.blogspot.com, diunduh 13 Januari 2018.

320
Gambar 10.14. Klasifikasi Lubang Gigi Menurut GV.Black
Sumberilmucutpz.blogspot.co.id, diunduh 15 Februari 2018

Gambar 10.15. Kavita Kelas I


Sumber: dentodontics.files.wordpress.com, diunduh 15 Februari 2018

Gambar 10.16. Kavita Kelas V


Sumber: dentodontics.files.wordpress.com, diunduh 15 Februari 2018
B. Alat dan Bahan
Setelah Anda mengetahui indikasi dan kontra indikasi penambalan gigi satu bidang, maka
selanjutnya Anda harus menyiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan dalam
melakukan penambalan gigi dengan bahan GIC.
Alat yang harus disiapkan antara lain:
1. Oral Diagnostik
2. Contra angle handpiece
3. Mata bor diamond (bentuk round, fissure, inverted)

321
4. Agate Spatel
5. Papper Pad
6. Plastis filling instrument
7. Burnisher / cement stopper
8. Celluloid Strip
9. Articulating paper

Adapun bahan yang harus disiapkan berupa:

1. Bahan Glass Ionomere Cement yang terdiri dari powder dan liquid.
2. Dentin conditioner
3. Varnish
4. Vaseline (cocoa butter)
5. Cotton pellet
6. Cotton roll
7. Alkohol

Gambar 10.17. GIC Untuk Gigi Anterior

Sumber: pinterest.com, diunduh 13 Januari 2018

322
Gambar 10.18GIC Untuk Gigi Posterior

Sumber: jaypeedent.com, diunduh 13 Januari 2018

C. Posisi pasien dan operator


Setelah alat, bahan, dan obat tersedia di atas tray dental unit, maka segera posisikan
pasien dan operator (Anda) sesuai dengan lokasi gigi yang akan ditambal.

Bila gigi yang akan ditambal ada pada regio rahang atas kiri maupun kanan, maka
posisi pasien ditidurkan telentang (supine), wajah pasien lurus ke depan dan mulut
pasien setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 11.

Bila penambalan untuk gigi di regio rahang bawah kiri, maka posisi pasien ditidurkan
dengan telentang, wajah pasien menengok ke kanan (menghadap operator) dan mulut
pasien setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 10.

Namun bila gigi yang akan ditambal adalah gigi posterior di regio rahang bawah kanan,
maka posisi pasien ditidurkan dengan sandaran punggung membentuk sudut 30˚ dari
lantai, wajah pasien sedikit menengok ke kiri, dan mulut pasien setinggi siku operator,
serta posisi operator berada pada arah jam 9.

D. Pemberian komunikasi terapeutik


Selanjutnya setelah pasien duduk dengan nyaman, maka berikanlah komunikasi
terapeutik sesuai dengan prosedur penambalan gigi menggunakan bahan GIC agar
pasien memahami tindakan yang akan dilakukan. Komunikasi terapeutik yang
diberikan meliputi: menunjukkan elemen gigi yang akan ditambal, menyampaikan
tujuan dari tindakan penambalan, dan menceritakan prosedur tindakan penambalan.

E. Persetujuan tindakan medis


Setelah Anda menjelaskan komunikasi terapeutik, jelaskan pula risiko yang akan
terjadi berkaitan dengan tindakan penambalan gigi pada pasien atau orang tua/wali
pasien. Bila pasien dan atau orang tua/wali pasien sudah memahami dan menyetujui
tindakan medis yang akan dilakukan, mintalah tanda tangan pasien atau orang
tua/wali pasien.

F. Pelaksanaan penambalan gigi


Langkah selanjutnya adalah melakukan perawatan penambalan gigi menggunakan
bahan GIC. Untuk mengingatkan kembali seperti yang sudah Anda pelajari di mata
kuliah Konservasi Gigi, maka ikuti prosedur di bawah ini.

1. Preparasi
- Lakukan preparasi menggunakan mesin bur dan bersihkan kavita dari jaringan
karies dengan ekskavator sampai tak ada lagi dentin lunak
- Setelah preparasi selesai pasien dianjurkan oklusi untuk melihat kontak lubang.

323
- Pemberian dentin conditioner dan ditunggu selama 20 detik, atau bila tidak ada
dentin conditioner dapat digunakan: 1 tetes liquid + tetes air dibasahi pada cotton
pellet dan dioleskan pada kavita yang sudah disiapkan selama 10 – 15 detik.

- Sesudah pengolesan dengan dentin conditioner maka kavita harus dibilas dengan
cotton pellet yang dibasahi air sebanyak 3 kali, selanjutnya dikeringkan dengan
cotton pellet kering dan kavita siap ditambal.
2. Pengadukan
- Satu sendok bubuk diletakkan pada papper pad, lalu dibagi menjadi dua bagian
yang sama, kemudian letakkan satu tetes liquid disebelah bubuk itu.
- Botol cairan dipegang sebentar dalam keadaan horizontal untuk mengeluarkan
udara dari bagian ujungnya dan kemudian dalam posisi vertikal dikeluarkan satu
tetes cairan pada papper pad. Bila perlu botol ditekan sedikit, tapi cairan jangan
tertekan keluar.
- Mula-mula cairan disebarkan dengan spatula pada suatu permukaan sebesar 1,5
cm2. Pengadukan dimulai dengan mencampur setengah dari bubuk dengan cairan
yang menggunakan spatula.
- Bubuk dicampur dengan gerakan menggulung sehingga partikel-partikel bubuk
secara perlahan-lahan terbasahi tanpa tersebar.
- Jika seluruh bubuk telah basah, bagian kedua dicampur dalam adukan tersebut
setelah itu diaduk kuat sambil menjaga agar adukannya tetap berupa satu
kesatuan massa.
- Pengadukan harus selesai 20 – 30 detik, hasil adukan yang baik harus licin seperti
permen karet.

Gambar 10.19. Pengadukan Bahan GIC

Sumber: www.youtube.com, diunduh 06 Januari 2018.

324
3. Penambalan :
- Masukkan bahan tambalan ke dalam kavita yang sudah dipreparasi menggunakan
plastis filling instrument
- Bentuk tambalan sesuai bentuk anatomi gigi dengan plastis filling/carver/burnisher
- Buang bahan yang berlebih
- Olesi dengan Varnish dan tunggu selama 6 menit
- Periksa gigitan dengan articulating paper
- Poles menggunakan batu poles arkansas
- Vaseline atau cocoa butter diberikan setelah penambalan dan pengurangan sisa-
sisa tumpatan yang berlebih.

Gambar 10.20 Penambalan Satu Bidang

Sumber: Sumber: Atraumatic Restorative Treatment, diunduh 06 Januari 2018

Gambar 10.21. Tambalan Kelas I Dengan Composite


325
Sumber: www.dentaljuce.com, diunduh 15 Februari 2018

Gambar 10.22 Tambalan Kelas V Dengan Bahan GIC.


Sumber: www.speareducation.com, diunduh 15 Februari 2018

G. Pemberian instruksi setelah penambalan gigi


Setelah selesai penambalan, maka langkah selanjutnya adalah memberikan instruksi
setelah penambalan sebagai berikut:
- Dianjurkan pasien agar tidak makan selama kurang lebih satu jam agar
tambalannya mengeras dengan sempurna
- Setelah satu jam boleh makan, tetapi untuk hari ini mengunyah menggunakan sisi
rahang yang tidak ditambal
- Hari-hari selanjutnya disarankan untuk mengunyah menggunakan kedua sisi
rahang agar peredaran darah lancar, gigi terbersihkan secara alami karena
pengunyahan, dan gigi geligi menjadi lebih sehat.

Latihan
Untuk menguatkan pemahaman Anda mengenai materi praktikum di atas,
kerjakanlah latihan berikut:
1. Sebutkan prosedur preparasi untuk penambalan satu bidang menggunakan bahan GIC!
2. Sebutkan langkah-langkah dalam penambalan gigi satu bidang menggunakan bahan
GIC!
3. Lakukanlah penambalan Gigi Susu rahang atas atau rahang bawah dengan indikasi
penambalan satu bidang kelas I menggunakan bahan GIC. Mintalah pembimbing untuk
mengawasi !

326
4. Lakukanlah penambalan Gigi Tetap rahang atas atau rahang bawah dengan indikasi
penambalan satu bidang kelas I menggunakan bahan GIC. Mintalah pembimbing untuk
mengawasi !
5. Lakukanlah penambalan Gigi Susu rahang atas atau rahang bawah dengan indikasi
penambalan satu bidang kelas V menggunakan bahan GIC. Mintalah pembimbing
untuk mengawasi !
6. Lakukanlah penambalan Gigi Tetap rahang atas atau rahang bawah dengan indikasi
penambalan satu bidang kelas V menggunakan bahan GIC. Mintalah pembimbing
untuk mengawasi !

Ringkasan
Tindakan penambalan gigi satu bidang menggunakan bahan glass ionomere
cement (GIC) pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu dilakukan
pada pasien dengan lubang gigi yang mencapai karies email dan karies dentin, dan hanya
mengenai 1 bidang saja. Bahan penambalan yang digunakan adalah Glass Ionomere
Cement, dan teknik preparasinya menggunakan mesin bor. Agar prosedur penambalan
dapat berjalan dengan lancar, maka penting untuk memperhatikan indikasi; pemilihan alat
dan bahan penambalan; posisi pasien dan operator; pemberian komunikasi terapeutik,
persetujuan tindakan medis; pelaksanaan preparasi gigi dan penambalan; serta pemberian
instruksi setelah penambalan gigi.

Tes 2
1. Lakukanlah penambalan gigi anterior atau posterior (boleh rahang atas maupun
rahang bawah) dengan karies yang mengenai satu bidang, menggunakan bahan
GIC !
2. Mintalah pembimbing Anda untuk mengawasi dan menilai tindakan penambalan
yang Anda lakukan menggunakan Format Penilaian yang tersedia.

327
Format penilaian tes 2

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES .....................

FORMAT PENILAIAN PRAKTIK PENAMBALAN GIGI


DENGAN BAHAN GIC / ART*
PASIEN PAKGM INDIVIDU

Nama Mahasiswa : ………………………. Nama Pasien : ……………………….

NIM : ………………………. Umur : …………….. L/P

Nama Pengawas : ………………………. Tanggal : ……………………….

Kasus Kelas : ……………………….


ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN

Penambalan Gigi 100

1 Persiapan tindakan Max = 4 30

Komunikasi Terapeutik 0,1


x 30 = .........
Persetujuan tindakan medik 0,1
4
Persiapan alat 0,1

Persiapan bahan 0,1

2 Pelaksanaan tindakan Max = 9 50

Langkah-langkah preparasi:

Posisi pasien 0,1

Posisi operator 0,1 x 50 = .......

Preparasi 0,1 9

Desinfeksi 0,1

Langkah-langkah penambalan

Pengolesan dentin conditioner 0,1

Pembilasan 0,1

Pengadukan 0,1

Penambalan 0,1

Pengolesan Varnish 0,1

328
3 Instruksi/tindak lanjut Max = 4 20

Tidak boleh makan selama 1 jam 0,1 x 20 = .........

Mengunyah menggunakan sisi rahang yang lain 0,1 4

Keesokan mengunyah dengan dua sisi rahang 0,1

Dengan alasan 0,1

JUMLAH

Penguji,

(………………………………)

329
Topik 3

TINDAKAN PENAMBALAN DUA BIDANG


drg. Ita Astit Karmawati, MARS

Akhirnya kita masuk pada topik ketiga, yaitu topik tentang tindakan penambalan
gigi pada karies yang mengenai dua bidang. Pada prinsipnya penambalan dua bidang sama
dengan penambalan satu bidang, dimana tujuan penambalan gigi adalah mengembalikan
bentuk dan fungsi gigi, serta mempertahankan gigi selama mungkin di dalam mulut.
Prinsip penambalan dua bidang adalah: 1) menghilangkan lesi karies; 2) mengembalikan
bentuk kavita menggunakan bahan restorasi yang menempel pada gigi. Persiapkan diri
Anda untuk berhadapan dengan pasien di klinik gigi. Perhatikan prosedur yang harus Anda
lakukan.

A. Indikasi dan Kontra indikasi penambalan gigi dua bidang.


Anda harus dapat mengidentifikasi kasus penambalan gigi dengan bahan tambal Glass
Ionomere Cement (GIC). Indikasinya adalah: gigi dengan karies email maupun dentin
yang mengenai dua bidang. Sedangkan kontra indikasinya adalah: Pada gigi dengan
karies mencapai pulpa; karies gigi yang disertai pembengkakan (abses); karies gigi
dengan rasa sakit untuk waktu yang lama (riwayat inflamasi pulpa yang kronis). Lokasi
karies gigi mengenai dua bidang seperti pada: permukaan proximal dan oklusal,
proximal dan palatal/lingual, proximal dan labial/bukal, oklusal dan bukal, atau oklusal
dan palatal/lingual.

Gambar 10.23 Tahap Perkembangan Lubang Gigi


Sumber: siti-anggareni.blogspot.com, dunduh 13 Januari 2018

330
Gambar 10.24 Klasifikasi Lubang Gigi Menurut GV.Black
Sumber: ilmucutpz.blogspot.co.id, diunduh 15 Februari 2018

Gambar 10.25 Kavita Kelas II


Sumber: dentodontics.files.wordpress.com, diunduh 15 Februari 2018

331
Gambar 10.26. Kavita Kelas III
Sumber: dentodontics.files.wordpress.com, diunduh 15 Februari 2018

B. Alat dan Bahan


Setelah Anda mengetahui indikasi dan kontra indikasi penambalan gigi satu bidang,
maka selanjutnya Anda harus menyiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan
dalam melakukan penambalan gigi dengan bahan GIC.
Alat yang harus disiapkan antara lain:
a. Oral Diagnostik
b. Contra angle handpiece
c. Mata bor diamond (bentuk round, fissure, inverted)
d. Agate Spatel
e. Papper Pad
f. Plastis filling instrument
g. Burnisher/cement stopper
h. Celluloid Strip/matriks
i. Articulating paper

Adapun bahan yang harus disiapkan berupa:

1. Bahan Glass Ionomere Cement yang terdiri dari powder dan liquid.
2. Dentin conditioner
3. Varnish
4. Vaseline (cocoa butter)
5. Cotton pellet
6. Cotton roll
7. Alkohol

Gambar 10.27 GIC Untuk Gigi Anterior

Sumber: pinterest.com, diunduh 13 Januari 2018

332
Gambar 10.28 GIC Untuk Gigi Posterior

Sumber: jaypeedent.com, diunduh 13 Januari 2018

C. Posisi pasien dan operator


Setelah alat, bahan, dan obat tersedia di atas tray dental unit, maka segera posisikan
pasien dan operator (Anda) sesuai dengan lokasi gigi yang akan ditambal.

Bila gigi yang akan ditambal ada pada regio rahang atas kiri maupun kanan, maka
posisi pasien ditidurkan telentang (supine), wajah pasien lurus ke depan dan mulut
pasien setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 11.

Bila penambalan untuk gigi di regio rahang bawah kiri, maka posisi pasien ditidurkan
dengan telentang, wajah pasien menengok ke kanan (menghadap operator) dan mulut
pasien setinggi siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 10.

Namun bila gigi yang akan ditambal adalah gigi posterior di regio rahang bawah kanan,
maka posisi pasien ditidurkan dengan sandaran punggung membentuk sudut 30˚ dari
lantai, wajah pasien sedikit menengok ke kiri, dan mulut pasien setinggi siku operator,
serta posisi operator berada pada arah jam 9.

D. Pemberian komunikasi terapeutik


Selanjutnya setelah pasien duduk dengan nyaman, maka berikanlah komunikasi
terapeutik sesuai dengan prosedur penambalan gigi menggunakan bahan GIC agar
pasien memahami tindakan yang akan dilakukan. Komunikasi terapeutik yang
diberikan meliputi: menunjukkan elemen gigi yang akan ditambal, menyampaikan
tujuan dari tindakan penambalan, dan menceritakan prosedur tindakan penambalan.

E. Persetujuan tindakan medis


Setelah Anda menjelaskan komunikasi terapeutik, jelaskan pula risiko yang akan
terjadi berkaitan dengan tindakan penambalan gigi pada pasien atau orang tua/wali
pasien. Bila pasien dan atau orang tua/wali pasien sudah memahami dan menyetujui

333
tindakan medis yang akan dilakukan, mintalah tanda tangan pasien atau orang
tua/wali pasien.

F. Pelaksanaan penambalan gigi


Langkah selanjutnya adalah melakukan perawatan penambalan gigi menggunakan
bahan GIC. Untuk mengingatkan kembali seperti yang sudah Anda pelajari di mata
kuliah Konservasi Gigi, maka ikuti prosedur di bawah ini.

1. Preparasi
- Lakukan preparasi menggunakan mesin bor dan bersihkan kavita dari jaringan
karies dengan ekskavator sampai tak ada lagi dentin lunak
- Setelah preparasi selesai pasien dianjurkan oklusi untuk melihat kontak lubang.

- Pemberian dentin conditioner dan ditunggu selama 20 detik, atau bila tidak ada
dentin conditioner dapat digunakan: 1 tetes liquid + tetes air dibasahi pada cotton
pellet dan dioleskan pada kavita yang sudah disiapkan selama 10 – 15 detik.

- Sesudah pengolesan dengan dentin conditioner, maka kavita harus dibilas dengan
cotton pellet yang dibasahi air sebanyak 3 kali, selanjutnya dikeringkan dengan
cotton pellet kering dan kavita siap ditambal
- Selanjutnya adalah pemasangan celluloid strip untuk gigi anterior, atau matriks
untuk gigi posterior, yang berfungsi sebagai dinding sementara.

Gambar 10.29. Bentuk Preparasi Tumpatan Dua Bidang Kelas II


Sumber: www.dentistrytoday.com, diunduh 15 Februari 2018

334
Gambar 10.30. Hasil Preparasi Kavita Kelas II Dua Bidang

Sumber: garrisondental.com, diunduh 13 Januari 2018

Gambar 10.31. Pemasangan Matriks Pada Penambalan Kelas II Dua Bidang

Sumber: garrisondental.com, diunduh 13 Januari 2018

2. Pengadukan
- Satu sendok bubuk diletakkan pada papper pad, lalu dibagi menjadi dua bagian
yang sama, kemudian letakkan satu tetes liquid disebelah bubuk itu.
- Botol cairan dipegang sebentar dalam keadaan horizontal untuk mengeluarkan
udara dari bagian ujungnya dan kemudian dalam posisi vertikal dikeluarkan satu

335
tetes cairan pada papper pad. Bila perlu botol ditekan sedikit, tapi cairan jangan
tertekan keluar.
- Mula-mula cairan disebarkan dengan spatula pada suatu permukaan sebesar 1,5
cm2. Pengadukan dimulai dengan mencampur setengah dari bubuk dengan cairan
yang menggunakan spatula.
- Bubuk dicampur dengan gerakan menggulung sehingga partikel-partikel bubuk
secara perlahan-lahan terbasahi tanpa tersebar.
- Jika seluruh bubuk telah basah, bagian kedua dicampur dalam adukan tersebut
setelah itu diaduk kuat sambil menjaga agar adukannya tetap berupa satu
kesatuan massa.
- Pengadukan harus selesai 20 – 30 detik, hasil adukan yang baik harus licin seperti
permen karet.

Gambar 10.32 Pengadukan bahan GIC

Sumber: www.youtube.com, diunduh 06 Januari 2018

3. Penambalan :
- Masukkan bahan tambalan ke dalam kavita yang sudah dipreparasi menggunakan
plastis filling instrument
- Bentuk tambalan sesuai bentuk anatomi gigi dengan plastis filling/carver/burnisher
- Buang bahan yang berlebih
- Setelah tambalan mengeras lepaskan celluloid strip / matriks
- Olesi dengan Varnish dan tunggu selama 6 menit
- Periksa bentuk anatomis, titik kontak, dan gigitan dengan articulating paper
- Poles menggunakan batu poles arkansas

336
- Vaseline atau cocoa butter diberikan setelah penambalan dan pengurangan sisa-
sisa tumpatan yang berlebih.

Gambar 10.33. Hasil Penambalan Kelas II Dua Bidang

Sumber: garrisondental.com, diunduh 13 Januari 2018

337
Gambar 10.34. Langkah-langkah Penambalan Kelas II Dua Bidang
Sumber: garrisondental.com, diunduh 13 Januari 2018

G. Pemberian instruksi setelah penambalan gigi


Setelah selesai penambalan, maka langkah selanjutnya adalah memberikan instruksi
setelah penambalan sebagai berikut:
- Dianjurkan pasien agar tidak makan selama kurang lebih satu jam agar
tambalannya mengeras dengan sempurna.
- Setelah satu jam boleh makan, tetapi untuk hari ini mengunyah menggunakan sisi
rahang yang tidak ditambal.
- Hari-hari selanjutnya disarankan untuk mengunyah menggunakan kedua sisi
rahang agar peredaran darah lancar, gigi terbersihkan secara alami karena
pengunyahan, dan gigi geligi menjadi lebih sehat.

338
Latihan
Untuk menguatkan pemahaman Anda mengenai materi praktikum di atas,
kerjakanlah latihan berikut:
1. Gambarkan bentuk preparasi untuk penambalan dua bidang menggunakan bahan GIC
pada gigi anterior dan gigi posterior.
2. Lakukanlah penambalan Gigi Susu rahang atas atau rahang bawah dengan indikasi
penambalan dua bidang kelas II menggunakan bahan GIC. Mintalah pembimbing untuk
mengawasi !
3. Lakukanlah penambalan Gigi Tetap rahang atas atau rahang bawah dengan indikasi
penambalan dua bidang kelas II menggunakan bahan GIC. Mintalah pembimbing untuk
mengawasi !
4. Lakukanlah penambalan Gigi Susu rahang atas atau rahang bawah dengan indikasi
penambalan dua bidang kelas III menggunakan bahan GIC. Mintalah pembimbing
untuk mengawasi !
5. Lakukanlah penambalan Gigi Tetap rahang atas atau rahang bawah dengan indikasi
penambalan dua bidang kelas III menggunakan bahan GIC. Mintalah pembimbing
untuk mengawasi !

Ringkasan
Tindakan penambalan gigi dua bidang menggunakan bahan glass ionomere cement
(GIC) pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu dilakukan pada
pasien dengan lubang gigi yang mencapai karies email dan karies dentin, dan mengenai
dua bidang. Bahan penambalan yang digunakan adalah Glass Ionomere Cement, dan
teknik preparasinya menggunakan mesin bor. Agar prosedur penambalan dapat berjalan
dengan lancar, maka penting untuk memperhatikan indikasi; pemilihan alat dan bahan
penambalan; posisi pasien dan operator; pemberian komunikasi terapeutik, persetujuan
tindakan medis; pelaksanaan preparasi gigi dan penambalan; serta pemberian instruksi
setelah penambalan gigi.

Tes 3
1. Lakukanlah penambalan gigi anterior atau posterior (boleh rahang atas maupun
rahang bawah) dengan karies yang mengenai dua bidang, menggunakan bahan GIC
!
2. Mintalah pembimbing Anda untuk mengawasi dan menilai tindakan penambalan
yang Anda lakukan menggunakan Format Penilaian yang tersedia.

Format penilaian tes 3


JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES .....................

339
FORMAT PENILAIAN PRAKTIK PENAMBALAN GIGI
DENGAN BAHAN GIC / ART*
PASIEN PAKGM INDIVIDU

Nama Mahasiswa : ………………………. Nama Pasien : ……………………….

NIM : ………………………. Umur : ……………........... L/P

Nama Pengawas : ………………………. Tanggal : ……………………….

Kasus Kelas : ……………………….


ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN

Penambalan Gigi 100

1 Persiapan tindakan Max = 4 30

Komunikasi Terapeutik 0,1


x 30 = .........
Persetujuan tindakan medik 0,1
4
Persiapan alat 0,1

Persiapan bahan 0,1

2 Pelaksanaan tindakan Max = 9 50

Langkah-langkah preparasi:

Posisi pasien 0,1

Posisi operator 0,1 x 50 = .......

Preparasi 0,1 9

Desinfeksi 0,1

Langkah-langkah penambalan

Pengolesan dentin conditioner 0,1

Pembilasan 0,1

Pengadukan 0,1

Penambalan 0,1

Pengolesan Varnish 0,1

3 Instruksi/tindak lanjut Max = 4 20

Tidak boleh makan selama 1 jam 0,1 x 20 = .........

Mengunyah menggunakan sisi rahang yang lain 0,1 4

Keesokan mengunyah dengan dua sisi rahang 0,1

340
Dengan alasan 0,1

JUMLAH

Penguji,

(……………………………….)

341
KUNCI JAWABAN TES

Tes 1

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ............................

FORMAT PENILAIAN PRAKTIK PENAMBALAN GIGI


DENGAN BAHAN GIC / ART*
PASIEN PAKGM INDIVIDU

Nama Mahasiswa : ………………………. Nama Pasien : ……………………….

NIM : ………………………. Umur : ……………............L / P

Nama Pengawas : ………………………. Tanggal : ……………………….

Kasus Kelas : I dg ART


ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN

Penambalan Gigi 100

1 Persiapan tindakan Max = 4 30

Komunikasi Terapeutik 0,1 1


4 x 30 = 30
Persetujuan tindakan medik 0,1 1
4
Persiapan alat 0,1 1

Persiapan bahan 0,1 1

2 Pelaksanaan tindakan Max = 9 50

Langkah-langkah preparasi:

Posisi pasien 0,1 1

Posisi operator 0,1 1 9 x 50 = 50

Preparasi 0,1 1 9

Desinfeksi 0,1 1

Langkah-langkah penambalan

Pengolesan dentin conditioner 0,1 1

Pembilasan 0,1 1

Pengadukan 0,1 1

Penambalan 0,1 1

342
Pengolesan Varnish 0,1 1

3 Instruksi/tindak lanjut Max = 4 20

Tidak boleh makan selama 1 jam 0,1 1 4 x 20 = 20

Mengunyah menggunakan sisi rahang yang lain 0,1 1 4

Keesokan mengunyah dengan dua sisi rahang 0,1 1

Dengan alasan 0,1 1

JUMLAH 100

Penguji,

(…………………………………..)

343
Tes 2

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ...........................

FORMAT PENILAIAN PRAKTIK PENAMBALAN GIGI


DENGAN BAHAN GIC / ART*
PASIEN PAKGM INDIVIDU

Nama Mahasiswa : ………………………. Nama Pasien : ……………………….

NIM : ………………………. Umur : ……………............ L / P

Nama Pengawas : ………………………. Tanggal : ……………………….

Kasus Kelas : I/II/III/V Satu bidang


ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN

Penambalan Gigi 100

1 Persiapan tindakan Max = 4 30

Komunikasi Terapeutik 0,1 1


4 x 30 = 30
Persetujuan tindakan medik 0,1 1
4
Persiapan alat 0,1 1

Persiapan bahan 0,1 1

2 Pelaksanaan tindakan Max = 9 50

Langkah-langkah preparasi:

Posisi pasien 0,1 1

Posisi operator 0,1 1 9 x 50 = 50

Preparasi 0,1 1 9

Desinfeksi 0,1 1

Langkah-langkah penambalan

Pengolesan dentin conditioner 0,1 1

Pembilasan 0,1 1

Pengadukan 0,1 1

Penambalan 0,1 1

Pengolesan Varnish 0,1 1

344
3 Instruksi/tindak lanjut Max = 4 20

Tidak boleh makan selama 1 jam 0,1 1 4 x 20 = 20

Mengunyah menggunakan sisi rahang yang lain 0,1 1 4

Keesokan mengunyah dengan dua sisi rahang 0,1 1

Dengan alasan 0,1 1

JUMLAH 100

Penguji,

(……………………………………….)

345
Tes 3

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ...........................

FORMAT PENILAIAN PRAKTIK PENAMBALAN GIGI


DENGAN BAHAN GIC / ART*
PASIEN PAKGM INDIVIDU

Nama Mahasiswa : ………………………. Nama Pasien : ……………………….

NIM : ………………………. Umur : ……………............ L / P

Nama Pengawas : ………………………. Tanggal : ……………………….

Kasus Kelas : I/II/III/ Dua bidang


ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN

Penambalan Gigi 100

1 Persiapan tindakan Max = 4 30

Komunikasi Terapeutik 0,1 1


4 x 30 = 30
Persetujuan tindakan medik 0,1 1
4
Persiapan alat 0,1 1

Persiapan bahan 0,1 1

2 Pelaksanaan tindakan Max = 9 50

Langkah-langkah preparasi:

Posisi pasien 0,1 1

Posisi operator 0,1 1 9 x 50 = 50

Preparasi 0,1 1 9

Desinfeksi 0,1 1

Langkah-langkah penambalan

Pengolesan dentin conditioner 0,1 1

Pembilasan 0,1 1

Pengadukan 0,1 1

Penambalan 0,1 1

Pengolesan Varnish 0,1 1

346
3 Instruksi/tindak lanjut Max = 4 20

Tidak boleh makan selama 1 jam 0,1 1 4 x 20 = 20

Mengunyah menggunakan sisi rahang yang lain 0,1 1 4

Keesokan mengunyah dengan dua sisi rahang 0,1 1

Dengan alasan 0,1 1

JUMLAH 100

Penguji,

(………………………………..)

347
DaftarPustaka
Dentistry today, 2018. The New Science Of Strong Teeth Class II Preps [Internet]. Available
from: http://www.dentistrytoday.com/restorative/9286-the-new-science-of-strong-
teeth-class-ii-preps, diunduh 15 Februari 2018.

Dentodontics, 2014. G.V. Black’s Classification Of Caries [Internet]. Available from:


https://dentodontics.files.wordpress.com, diunduh 15 Februari 2018.
Dentaljuce, 2017. Direct Restorations: Occlusal Composite [Internet]. Available from:
http://www.dentaljuce.com/fruit/page.asp?pid=71, diunduh 15 Februari 2018.
Eccles JD. dan Green RM. (1994). Konservasi Gigi. Jakarta: Widya Medika.
https://www.indian-dental.com, 2017. Indian Dental [Internet]. Available from:
https://www.indian-dental.com, diunduh 06, Januari, 2018.
http://pdgicabwngr.blogspot.co.id, 2011. GC Fuji IX – Tambalan sewarna gigi. PDGI Cabang
Wonogiri [Internet]. Available from: http://pdgicabwngr.blogspot.co.id, diunduh 06,
Januari, 2018.
https://garrisondental.com/learning-center/ajax/516, 2017. Learning Center [Internet].
Available from: https://garrisondental.com/learning-center/ajax/516, diunduh 13
Januari 2018
http://ilmucutpz.blogspot.co.id/2015_05_01_archive.html, 2015. Klasifikasi Karies
[Internet]. Available from:
http://ilmucutpz.blogspot.co.id/2015_05_01_archive.html, diunduh 15 Februari
2018.
Intech, 2017. Are the Approximal Caries Lesions in Primary Teeth a Challenge to Deal
With?— A Critical Appraisal of Recent Evidences in This Field. [Internet]. Available
from: www.intechopen.com, diunduh 07 Februari 2018.
siti-anggareni.blogspot.com, 2008. Tahap Perkembangan Lubang Gigi [Internet]. Available
from: siti-anggareni.blogspot.com, diunduh 13 Januari 2018.
Spear, 2017. Treating Class V Lesions [Internet]. Available from:
https://www.speareducation.com/spear-review/2013/03/treating-class-v-lesions,
diunduh 15 Februari 2018.
Rastogi A. (2016). Atraumatic Restorative Treatment [Internet]. Available from:
https://www.slideshare.net, diunduh 06, Januari, 2018.
Tarigan R. (1993). Karies Gigi. Jakarta: EGC.

Widitya.blogspot.co.id, 2017. GC Fuji IX ART Mini Pack. My Inspiration [Internet]. Available from:
widitya.blogspot.co.id, diunduh 07 Februari 2018.

www.teethsavers.org, 2016. ART – Teeth Savers International [Internet]. Available from:


www.teethsavers.org, diunduh 06, Januari, 2018.

www.youtube.com, 2016. How to Manipulate Fuji Cem Glass Ionomere Restorative Cement type
9. Dentbay.com [Internet]. Available from: www.youtube.com, diunduh 06, Januari 2018

348
BAB XI
TINDAKAN PENCABUTAN GIGI PADA
PELAYANAN ASUHAN KESEHATAN
GIGI DAN MULUT INDIVIDU
drg. Ita Astit Karmawati, MARS

PENDAHULUAN

S audara mahasiswa, salam semangat untuk Anda semua. Anda pasti sudah mengenal
bahwa salah satu tindakan kuratif dalam kesehatan gigi adalah tindakan pencabutan gigi.
Pada kesempatan sebelumnya Anda pasti sudah pernah mempelajari teori tentang
pencabutan gigi, baik gigi susu maupun gigi tetap.
Pada bab ini Anda akan mempelajari dua topik yang meliputi pencabutan gigi susu
dengan anestesi permukaan (surface anesthesia) dan gigi tetap akar tunggal dengan
anestesi infiltrasi (infiltration anesthesia), dimana keduanya dilakukan sebagai tindakan
kuratif pada pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut pasien individu.
Cara anestesi lokal yang dipakai adalah yang termasuk dalam jenis anestesi
permukaan (surface anesthesia) dan anestesi infiltrasi (infiltration anesthesia). Selain
menentukan jenis obat anestesi yang dipakai, Anda juga akan dipandu untuk dapat
menentukan kasus pencabutan gigi sesuai indikasi; menyiapkan alat, bahan, dan obat;
mengatur posisi pasien dan operator; pemberian komunikasi terapeutik; persetujuan
tindakan medis; pelaksanaan anestesi permukaan (surface anesthesia) atau anestesi
infiltrasi (infiltration anesthesia); fiksasi dan tumpuan jari; gerakan pencabutan; serta
pemberian instruksi setelah pencabutan gigi.
Tujuan setelah mengikuti mata kuliah ini Anda (mahasiswa) mampu melakukan
tindakan pencabutan gigi pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu
sesuai prosedur dengan cara anestesi permukaan (surface anesthesia) dan anestesi
infiltrasi (infiltration anesthesia).
Namun demikian sebelum Anda melakukan praktik pencabutan gigi pada pasien
pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu di klinik, Anda sudah harus
menguasai pengetahuan dan keterampilan tentang Dasar-dasar Pencabutan Gigi,
Penggunaan dan Pemeliharaan Alat Kedokteran Gigi, Komunikasi Terapeutik, serta Etika
Profesi. Untuk itu persiapkan diri Anda dengan mempelajari kembali ilmu-ilmu di atas,
sebagai bekal untuk melakukan tindakan pencabutan gigi pada pasien pelayanan asuhan
kesehatan gigi individu.

349
Topik 1
Tindakan Pencabutan Gigi Susu Dengan
Anestesi Permukaan (surface anesthesia)
drg. Ita Astit Karmawati, MARS

Mari kita masuk pada topik pertama, yaitu topik tentang tindakan pencabutan gigi
susu dengan anestesi permukaan (surface anesthesia). Siapkan diri Anda untuk
berhadapan dengan pasien yang berusia antara 5 - 13 tahun. Perhatikan prosedur yang
harus Anda lakukan.

C. Indikasi dan Kontra indikasi pencabutan gigi susu dengan anestesi permukaan.
Disini Anda harus dapat mengidentifikasi kasus gigi susu yang memenuhi kriteria
indikasi pencabutan dengan menggunakan anestesi permukaan. Untuk itu pelajari
kembali matakuliah Dasar-dasar Pencabutan Gigi. Dari kasus yang diidentifikasi sesuai
indikasi, maka Anda dapat menentukan obat anestesi yang sesuai. Misalnya bila gigi
susu dengan indikasi pencabutan disertai derajat kegoyangan 2, maka obat anestesi
yang digunakan adalah Xylonor Spray, atau Anesthetic Gel. Bila gigi susu dengan
indikasi pencabutan disertai derajat kegoyangan 3 atau 4, maka dapat digunakan obat
anestesi Chloraethyl.

Gambar 11.1. Mengenai Contoh Indikasi Pencabutan Gigi Susu


Sumber: www.pakargigi.com , diunduh 21 November 2017.
D. Alat, bahan, dan obat anestesi
Selanjutnya Anda harus dapat menyiapkan alat pencabutan gigi berupa tang gigi susu
yang sesuai dengan kasus yang dijumpai. Jangan lupa siapkan juga bahan-bahan yang
dibutuhkan pada tindakan pencabutan gigi seperti cotton pellet, cotton roll, cotton
applicator, dan tampon. Adapun obat yang harus disiapkan adalah obat anestetikum
permukaan seperti Cholraethyl, Xylonor Spray, atau Anesthetic Gel (Precaine Gel).
Berikutnya adalah Antiseptik yang akan digunakan untuk dioleskan pada tampon yang

350
akan digunakan, menutup luka bekas pencabutan dan kemudian meminta pasien untuk
menggigitnya dengan keras.

Gambar 11.2. Mengenai Contoh Tang Pencabutan Gigi Susu


Sumber: www.aimsurgical.com , diunduh 24 November 2017.

Gambar 11.3. MengenaiObat Anestesi Topical: Chloraethyl


Sumber : www.rining.co.id, diunduh 06 Desember 2017.

351
Gambar 11.4. Mengenai Obat Anestesi Topical: Xylonor Spray. .
Sumber: www.universaldental.com.pk, diunduh 06 Desember 2017.

Gambar 11.5. Mengenai Obat Anestesi Topical: Precaine Gel


Sumber: www.amt-dental.com, diunduh 06 Desember 2017.

C. Posisi pasien dan operator


Setelah alat, bahan, dan obat tersedia di atas tray dental unit, maka segera posisikan
pasien dan operator (Anda) sesuai dengan lokasi gigi yang akan dicabut.
1. Bila pencabutan untuk gigi pada regio rahang atas kanan, maka posisi pasien
ditidurkan dengan sandaran punggung membentuk sudut 30˚ dari lantai, dan mulut
pasien setinggi bahu operator, sedangkan posisi operator pada arah jam 7.

352
2. Bila gigi yang akan dicabut ada pada regio rahang atas kiri, maka posisi pasien
ditidurkan dengan sandaran punggung membentuk sudut 30˚ dari lantai, muka
pasien menengok ke kanan (menghadap operator) dan mulut pasien setinggi bahu
operator, serta posisi operator berada pada arah jam 8.
3. Bila pencabutan untuk gigi di regio rahang bawah kiri, maka posisi pasien ditidurkan
dengan sandaran punggung membentuk sudut 30˚ dari lantai, muka pasien
menengok ke kanan (menghadap operator) dan mulut pasien setinggi siku operator,
serta posisi operator berada pada arah jam 8.
4. Bila gigi yang akan dicabut adalah gigi anterior di regio rahang bawah kanan, maka
posisi pasien ditidurkan dengan sandaran punggung membentuk sudut 45˚ dari
lantai, muka pasien menengok ke kiri (menjauhi operator) dan mulut pasien setinggi
siku operator, serta posisi operator berada pada arah jam 7. Namun bila gigi yang
akan dicabut adalah gigi posterior di regio rahang bawah kanan, maka posisi pasien
ditidurkan dengan sandaran punggung membentuk sudut 45˚ dari lantai, muka
pasien lurus ke depan dan mulut pasien setinggi siku operator, serta posisi operator
berada pada arah jam 11.

Gambar 11.6. Posisi Pasien Dan Operator


Sumber : https://dokumen.tips, diunduh 2 Januari 2018

D. Pemberian komunikasi terapeutik


Selanjutnya setelah pasien duduk dengan nyaman, maka berikanlah komunikasi
terapeutik sesuai dengan prosedur pencabutan gigi susu agar pasien memahami
tindakan yang akan dilakukan. Komunikasi terapeutik yang diberikan meliputi:
menunjukkan elemen gigi yang akan dicabut, menyampaikan tujuan dari tindakan
pencabutan, dan menceritakan prosedur tindakan pencabutan.

E. Persetujuan tindakan medis


Setelah Anda menjelaskan komunikasi terapeutik, jelaskan pula risiko yang akan
terjadi berkaitan dengan tindakan pencabutan gigi pada orang tua/wali pasien. Bila
pasien dan orang tua/wali pasien sudah memahami dan menyetujui tindakan medis
yang akan dilakukan, mintalah tanda tangan orang tua/wali pasien.

F. Pelaksanaan anestesi permukaan


353
Langkah selanjutnya adalah melakukan anestesi permukaan sesuai dengan kasus.
Untuk mengingatkan kembali seperti yang sudah Anda pelajari di mata kuliah Dasar-
dasar Pencabutan Gigi, maka ikuti prosedur di bawah ini.
1. Bila menggunakan obat anestesi Xylonor atau Gel, maka berikut adalah langkah-
langkahnya:
- Ambil 2 cotton roll, 1 cotton roll diletakkan pada vestibulum bukal atau labial
dan 1 cotton roll di letakkan dibagian palatal atau lingual sesuai ketentuan
fiksasi dari gigi yang akan dicabut untuk memblokir saliva.
- Instruksikan pasien untuk menutup mata agar tidak terkena semprotan obat
- Lalu semprotkan Xylonor pada gusi gigi yang sudah diblokir tadi
- Tunggu selama 30 – 60 detik
- Lakukan pencabutan gigi
5. Bila menggunakan obat anestesi Chloraethyl, maka berikut adalah langkah-
langkahnya:
- Ambil 2 cotton roll, lalu semprot dengan Chloraethyl sampai kapasnya basah
- Tunggu sampai muncul bunga es
- Lalu letakkan pada gusi dari gigi yang akan dicabut di sebelah bukal atau labial
dan palatal atau lingual sambil ditekan dengan fiksasi sesuai ketentuan
- Tunggu sampai gusi terlihat pucat
- Lakukan pencabutan gigi
G. Fiksasi jari
Perlu diperhatikan fiksasi jari dalam memegang cotton roll dari gigi yang akan dicabut:
 Saat Gigi susu posterior rahang atas kanan: jari telunjuk di sebelah palatal dan ibu
jari di sebelah bukal

Gambar 11.7. Fiksasi Jari Pada


Gigi susu posterior rahang atas kanan
Sumber: Howe, 1989.

 Gigi susu anterior rahang atas kanan dan kiri: ibu jari di sebelah palatal dan jari
telunjuk di sebelah labial

354
Gambar 11.8. Fiksasi Jari Pada
Gigi susu anterior rahang atas kanan dan kiri
Sumber: Howe, 1989.

 Gigi susu posterior rahang atas kiri: ibu jari di sebelah palatal dan jari telunjuk di
sebelah bukal

Gambar 11.9. Fiksasi Jari Pada


Gigi Susu posterior rahang atas kiri
Sumber: Howe, 1989.

 Gigi susu posterior rahang bawah kiri: jari tengah di sebelah lingual dan jari
telunjuk di sebelah bukal, ketiga jari yang lain menyangga dagu

355
Gambar 11.10. Fiksasi Jari Pada
Gigi susu posterior rahang bawah kiri
Sumber: Howe, 1989.
 Gigi susu anterior rahang bawah kanan dan kiri: jari telunjuk di sebelah lingual dan
ibu jari di sebelah labial, ketiga jari yang lain menyangga dagu

Gambar 11.11. Fiksasi Jari Pada


Gigi susu anterior rahang bawah kanan dan kiri
Sumber: Howe, 1989.

 Gigi susu posterior rahang bawah kanan: jari telunjuk di sebelah bukal dan ibu jari
di sebelah lingual, ketiga jari yang lain menyangga dagu. Perhatikan bahwa
operator ada di arah jam 11, dengan lengan sedikit merangkul pasien.

356
Gambar 11.12. Fiksasi Jari Pada
Gigi susu posterior rahang bawah kanan
Sumber: Howe, 1989.

H. Gerakan pencabutan
Yang perlu diperhatikan saat melakukan gerakan pencabutan gigi adalah jumlah akar
gigi yang akan dicabut. Disini diingatkan kembali gerakan pencabutan sebagai berikut:
 Gigi susu posterior rahang atas kanan dan kiri: luksasi ke arah bukal-palatal,
lalu ekstraksi ke arah bawah dan keluar dari mulut
 Gigi susu anterior rahang atas kanan dan kiri: luksasi ke arah labial-palatal, bila
sudah longgar lakukan rotasi, lalu ekstraksi ke arah bawah dan keluar dari
mulut
 Gigi susu posterior rahang bawah kiri dan kanan: luksasi ke arah bukal-lingual,
lalu ekstraksi ke arah atas dan keluar dari mulut
 Gigi susu anterior rahang bawah kanan dan kiri: luksasi ke arah labial-lingual,
bila sudah longgar lakukan rotasi, lalu ekstraksi ke arah atas dan keluar dari
mulut
 Segera setelah gigi tercabut lakukan pengecekan apakah masih ada sisa akar
atau serpihan gigi yang tertinggal
 Bila tidak ada, lakukan penekanan luka pencabutan menggunakan cotton roll
atau tampon selama 10 detik untuk menghentikan pendarahan
 Kemudian instruksikan pasien untuk berkumur 1 kali saja untuk menghilang
sisa darah dan rasa pahit karena obat anestesi
 Segera ambil tampon yang sudah diberi antiseptik dan letakkan pada luka bekas
pencabutan

357
G
a
m
b
a
r

1.1Gambar 11.13. Teknik Meletakkan Tampon


Sumber: www.steadyhealth.com, diunduh 24 November 2017.

I. Pemberian instruksi setelah pencabutan gigi


Setelah gigi tercabut dan luka bekas pencabutan ditutup dengan tampon antiseptik,
maka langkah berikutnya adalah memberikan instruksi setelah pencabutan sebagai
berikut:
 Gigit tampon selama 30 menit, agar terjadi pembekuan darah.
 Bila sudah 30 menit, tampon boleh dibuang.
 Jangan berkumur terlalu keras dan sering, agar bekuan darah tidak terlepas
yang dapat menyebabkan terjadi pendarahan lagi.
 Tidak boleh menghisap-hisap luka bekas pencabutan, agar bekuan darah tidak
terlepas yang dapat menyebabkan terjadi pendarahan lagi.
 Tidak boleh menyentuh/mengorek luka bekas pencabutan dengan jari maupun
lidah, karena dapat menyebabkan bekuan darah terlepas dan terjadi infeksi
karena jari yang kotor.
 Bila ingin makan, hari ini pakailah sisi rahang yang tidak dicabut, agar bekuan
darah tidak terlepas yang dapat menyebabkan pendarahan lagi.
 Sementara ini jangan makan dan minum yang panas, agar pembuluh darah
tidak melebar yang dapat menyebabkan terjadi pendarahan yang berlebihan.
Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi praktikum di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
1. Jelaskan posisi dan fiksasi jari pada pencabutan gigi 73.
2. Sebutkan prosedur pencabutan gigi 51 dengan obat anestesi Xylonor spray.
3. Lakukanlah pencabutan Gigi Susu anterior rahang atas dengan indikasi pencabutan
menggunakan obat anestesi Chloraethyl. Mintalah pembimbing untuk mengawasi !
4. Lakukanlah pencabutan Gigi Susu posterior rahang atas dengan indikasi pencabutan
menggunakan obat anestesi Xylonor Spray. Mintalah pembimbing untuk mengawasi !

358
5. Lakukanlah pencabutan Gigi Susu anterior rahang bawah dengan indikasi pencabutan
menggunakan obat anestesi yang berbentuk Gel. Mintalah pembimbing untuk
mengawasi !
6. Lakukanlah pencabutan Gigi Susu posterior rahang bawah dengan indikasi pencabutan
menggunakan obat anestesi Chloraethyl. Mintalah pembimbing untuk mengawasi !
Ringkasan
Tindakan pencabutan gigi susu dengan anestesi permukaan pada pasien pelayanan
asuhan kesehatan individu dilakukan pada pasien dengan rentang usia 5-13 tahun. Obat
anestesi yang biasanya digunakan adalah Chloraethyl, Xylonor Spray dan Gel Anesthetic.
Agar prosedur pencabutan dapat berjalan dengan lancar dan aman, maka penting untuk
memperhatikan indikasi; pemilihan alat, bahan dan obat anestesi yang tepat; posisi pasien
dan operator; pemberian komunikasi terapeutik; persetujuan tindakan medis;
pelaksanaan anestesi permukaan; fiksasi jari; gerakan pencabutan; dan pemberian
instruksi setelah pencabutan gigi.

Tes 1
1. Lakukanlah pencabutan gigi 85 sisa akar goyang derajat 3!
2. Mintalah pembimbing anda untuk mengawasi dan menilai tindakan pencabutan
yang anda lakukan menggunakan Format Penilaian yang tersedia.

Format penilaian tes 1


JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES .................

FORMAT PENILAIAN PRAKTIK PENCABUTAN GIGI


PASIEN PAKGM INDIVIDU

Nama Mahasiswa : ………………………. Nama Pasien : ……………………….

NIM : ………………………. Umur : …………….. L/P

Nama Pengawas : ………………………. Tanggal : ……………………….

Kasus dan jenis anestesi : ……………………….

ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN

Pencabutan Gigi Susu 100

1 Persiapan tindakan Max = 5 20

Komunikasi Terapeutik 0,1


x 20 = .........
Persetujuan tindakan medik 0,1
5

359
Persiapan alat dan bahan pencabutan 0,1

Persiapan bahan 0,1

Persiapan obat anestesi 0,1

2 Pelaksanaan tindakan Max = 9 50

Langkah-langkah anestesi:

Posisi pasien 0,1

Posisi operator 0,1 x 50 = .......

Fiksasi jari 0,1 9

Aplikasi obat anestesi 0,1

Langkah-langkah pencabutan

Penggunaan alat 0,1

Gerakan pencabutan 0,1

Cek luka bekas pencabutan 0,1

Penekanan (dep) luka bekas pencabutan selama 10 detik 0,1

Peletakan tampon antiseptik pada luka bekas pencabutan 0,1

3 Instruksi/tindak lanjut Max = 6 30

Instruksi gigit tampon + 30 menit 0,1

Instruksi tidak berkumur-kumur 0,1

Instruksi tidak memasukkan jari tangan ke luka bekas 0,1 x 30 = .........


pencabutan
6
Instruksi tidak menghisap-hisap luka bekas pencabutan 0,1

Instruksi tidak mengunyah pada sisi pencabutan 0,1

Dengan alasan 0,1

JUMLAH

Penguji,
(…………………………………)

360
Topik2
Tindakan Pencabutan Gigi Tetap Akar
Tunggal Dengan Anestesi Permukaan
(infiltration anesthesia)

drg. Ita Astit Karmawati, MARS

Mari kita masuk pada topik kedua, yaitu topik tentang tindakan pencabutan gigi
tetap akar tunggal dengan anestesi infiltrasi (infiltration anesthesia). Yang dimaksud
dengan gigi tetap akar tunggal disini adalah Gigi Tetap Anterior Rahang Atas dan Rahang
Bawah. Siapkan diri Anda untuk berhadapan dengan pasien yang berusia lebih dari 7
tahun, kebanyakan pada usia remaja dan dewasa, atau bahkan tua. Perhatikan prosedur
yang harus Anda lakukan.

C. Indikasi dan Kontra indikasi pencabutan gigi tetap akar tunggal dengan anestesi
infiltrasi.
Gigi geligi yang termasuk gigi tetap akar tunggal adalah Gigi Tetap Anterior Rahang Atas
(13 sampai dengan 23) dan Anterior Rahang Bawah (33 sampai dengan 43). Disini Anda
harus dapat mengidentifikasi kasus gigi tetap akar tunggal yang memenuhi kriteria
indikasi pencabutan dengan menggunakan anestesi infiltrasi. Untuk itu pelajari kembali
matakuliah Dasar-dasar Pencabutan Gigi. Selain itu, pahami pula indikasi dan kontra
indikasi keadaan umum pasien untuk tindakan anestesi infiltrasi. Dari kasus dan
keadaan umum pasien yang diidentifikasi sudah sesuai indikasi, maka Anda dapat
menentukan obat anestesi yang sesuai.
Perhatikan 4 hal utama bila Anda akan melakukan pencabutan gigi menggunakan
anestesi infiltrasi yaitu: pasien harus cukup tidur (minimal 6 jam), pasien sudah makan
pagi terlebih dahulu, tekanan darah (tensi) pasien normal, pasien tidak meminum obat
pengencer darah.
Misalnya pasien Ny. X umur 35 th, dengan keadaan umum sehat, semalam pasien tidur
selama 7 jam, sudah sarapan pagi, tidak ada kontra indikasi penyakit sistemik, tensi
normal dan tidak mengkonsumsi obat pengencer darah. Dalam mulut Tn. X ada kasus
gigi 11. nekrosis pulpa, fraktur setengah mahkota (gigi tetap akar tunggal), disertai
derajat kegoyangan 1. Pada pasien ini baru boleh dilakukan pencabutan dengan
anestesi infiltrasi.

361
Gambar 11.14. Fraktur Setengah Mahkota
(Gigi Tetap Akar Tunggal)
Sumber: www.klinikjoydental.com, diunduh 24 November 2017.

D. Alat, bahan, dan obat anestesi


Selanjutnya Anda harus dapat menyiapkan alat pencabutan gigi berupa tang gigi tetap
akar tunggal yang sesuai dengan kasus yang dijumpai. Jangan lupa siapkan juga bahan-
bahan yang dibutuhkan pada tindakan pencabutan gigi seperti cotton pellet, cotton roll,
cotton applicator, dan tampon. Adapun obat yang harus disiapkan adalah obat
anestetikum untuk anestesi infiltrasi yaitu Lidocaine HCl dengan adrenalin atau
epinephrine (misal: Pehacain bentuk ampul, Scandonest bentuk carpul), dan Lidocaine
HCL tanpa adrenalin atau epinephrine (Lidocaine HCl bentuk ampul, Xylestesin bentuk
carpul). Selain itu perlu juga disediakan anestetikum permukaan seperti Xylonor Spray
atau Anesthetic Gel yang diperlukan untuk mengantisipasi bila pasien takut merasa
sakit saat ditusuk jarum suntik. Berikutnya adalah Antiseptik yang akan digunakan
untuk dioleskan pada mukosa gigi yang akan dicabut dan tampon yang akan digunakan
menutup luka bekas pencabutan dan kemudian meminta pasien untuk menggigit
tampon dengan keras.

E. Posisi pasien dan operator


Setelah alat, bahan, dan obat tersedia di atas tray dental unit, maka segera posisikan
pasien dan operator (Anda) sesuai dengan lokasi gigi yang akan dicabut.
Bila pencabutan untuk gigi anterior rahang atas, maka posisi pasien ditidurkan dengan
sandaran punggung membentuk sudut 30˚ dari lantai, muka pasien menengok ke kanan

362
(menghadap operator) dan mulut pasien setinggi bahu operator, sedangkan posisi
operator pada arah jam 7 atau jam 8.
Bila gigi yang akan dicabut adalah gigi anterior rahang bawah maka posisi pasien
ditidurkan sandaran punggung membentuk sudut 45˚ dari lantai, muka pasien
menengok ke kanan (menghadap operator) dan mulut pasien setinggi siku operator,
serta posisi operator berada pada arah jam 7 atau jam 8.

F. Pemberian komunikasi terapeutik


Selanjutnya setelah pasien duduk dengan nyaman, maka berikanlah komunikasi
terapeutik sesuai dengan prosedur pencabutan gigi tetap akar tunggal menggunakan
anestesi infiltrasi agar pasien memahami tindakan yang akan dilakukan. Komunikasi
terapeutik yang diberikan meliputi: menunjukkan elemen gigi yang akan dicabut,
menyampaikan tujuan dari tindakan pencabutan, dan menceritakan prosedur
tindakan pencabutan.

G. Persetujuan tindakan medis


Setelah Anda menjelaskan komunikasi terapeutik, jelaskan pula risiko yang akan
terjadi berkaitan dengan tindakan pencabutan gigi pada pasien atau orang tua/wali
pasien bila pasien masih dibawah umur. Bila pasien dan orang tua/wali pasien sudah
memahami dan menyetujui tindakan medis yang akan dilakukan, mintalah tanda
tangan pasien atau orang tua/wali pasien.

H. Pelaksanaan anestesi infiltrasi


Langkah selanjutnya adalah melakukan anestesi infiltrasi sesuai dengan kasus. Untuk
mengingatkan kembali seperti yang sudah Anda pelajari di mata kuliah Dasar-dasar
Pencabutan Gigi, maka ikuti prosedur di bawah ini.
1. Bila menggunakan obat anestesi infiltrasi Pehacain dalam bentuk ampul, maka
berikut adalah langkah-langkahnya:
- Persiapkan obat anestetikum dengan memasukkan obat anestetikum pada
disposable syringe, pastikan tidak ada udara terjebak di dalam syringe.
- Ambil cotton pellet yang sudah dibasahi antiseptik
- Tarik bibir sampai terlihat mucolabial fold dari gigi yang akan dicabut (rahang
atas maupun rahang bawah), lalu olesi dengan antiseptik tadi
- Tusukkan jarum pada mucolabial fold gigi yang akan dicabut dengan bevel
jarum menghadap tulang, sampai menatap tulang
- Lakukan aspirasi untuk mengetahui apakah jarum masuk ke dalam pembuluh
darah atau tidak
- Bila tidak ada darah dalam syringe, depositkan obat sebanyak 1,5 cc, lalu tarik
keluar jarum
- Selanjutnya ambil cotton pellet yang sudah dibasahi antiseptik
- Untuk gigi rahang atas oleskan pada bagian palatal yaitu di daerah seperempat
palatum dari gigi yang akan dicabut. Untuk rahang bawah oleskan pada bagian
lingual yaitu didaerah ujung akar dari gigi yang akan dicabut
- Tusukkan jarum di bagian palatal yaitu pada seperempat palatum atau bagian
lingual daerah ujung akar dari gigi yang akan dicabut dengan bevel jarum
menghadap tulang, sampai menatap tulang
363
- Lakukan aspirasi untuk mengetahui apakah jarum masuk ke dalam pembuluh
darah atau tidak
- Bila tidak ada darah dalam syringe, depositkan obat sebanyak 0,5 cc, lalu tarik
jarum keluar
- Tunggu antara 3-5 menit, lakukan pengecekan dengan melihat apakah gusi
(mukosa) sudah pucat, atau bila ditusuk dengan sonde sudah tidak terasa
2. Bila menggunakan obat anestesi infiltrasi Scandonest (atau Xylestesin) dalam
bentuk carpule, maka berikut adalah langkah-langkahnya:
- Persiapkan obat anestetikum dengan memasukkan carpule obat anestetikum
pada citoject, pastikan obat bisa keluar dari ujung jarum
- Ambil cotton pellet yang sudah dibasahi antiseptik
- Tarik bibir sampai terlihat mucolabial fold dari gigi yang akan dicabut (rahang
atas maupun bawah), lalu olesi dengan antiseptik tadi
- Tusukkan jarum pada mucolabial fold gigi yang akan dicabut dengan bevel
jarum menghadap tulang, sampai menatap tulang
- Depositkan obat sebanyak 1,5 cc, lalu tarik jarum keluar
- Selanjutnya ambil cotton pellet yang sudah dibasahi antiseptik
- Untuk gigi rahang atas oleskan pada bagian palatal yaitu di daerah seperempat
palatum dari gigi yang akan dicabut. Untuk rahang bawah oleskan pada bagian
lingual yaitu didaerah ujung akar dari gigi yang akan dicabut
- Tusukkan jarum di bagian palatal yaitu pada seperempat palatum atau bagian
lingual daerah ujung akar dari gigi yang akan dicabut dengan bevel jarum
menghadap tulang, sampai menatap tulang
- Depositkan obat sebanyak 0,5 cc, lalu tarik jarum keluar
- Tunggu antara 3-5 menit, lakukan pengecekan dengan melihat apakah gusi
(mukosa) sudah pucat, bila ditusuk dengan sonde sudah tidak terasa

I. Fiksasi jari
Perlu diperhatikan fiksasi jari dalam memegang gigi yang akan dicabut, pada
prinsipnya sama dengan cara fiksasi jari pada gigi susu di atas, yaitu:
 Untuk Gigi Tetap anterior rahang atas: ibu jari di sebelah palatal dan jari telunjuk di
sebelah labial
 Gigi Tetap anterior rahang bawah: jari telunjuk di sebelah lingual dan ibu jari di
sebelah labial, ketiga jari yang lain menyangga dagu
 Bila untuk gigi Tetap Caninus rahang bawah kanan dapat pula dengan cara: jari
telunjuk di sebelah bukal dan ibu jari di sebelah lingual, ketiga jari yang lain
menyangga dagu. Perhatikan bahwa operator ada di arah jam 11, dengan lengan
sedikit merangkul pasien.

J. Gerakan pencabutan
Yang perlu diperhatikan saat melakukan gerakan pencabutan gigi adalah bahwa Gigi
Tetap akarnya masih panjang dan tertanam dalam tulang. Untuk itu perlu digoyangkan
dan dilonggarkan terlebih dahulu sebelum dicabut. Disini diingatkan kembali gerakan
pencabutan sebagai berikut:
 Gigi tetap anterior rahang atas: lepaskan perlekatan gigi dari jaringan
periodontium menggunakan bein, goyangkan gigi dengan bein, bila gigi telah
364
longgar maka pegang gigi menggunakan tang yang sesuai, luksasi ke arah labial-
palatal, bila sudah longgar lakukan rotasi, lalu ekstraksi ke arah bawah dan keluar
dari mulut. Di bawah ini adalah contoh gambar penggunaan bein.

Gambar 11.15 Penggunaan Bein.


Sumber: Sariningsih, 2006.

 Gigi tetap anterior rahang bawah: lepaskan perlekatan gigi dari jaringan
periodontium menggunakan bein, goyangkan gigi dengan bein, bila gigi telah
longgar maka pegang gigi menggunakan tang yang sesuai, luksasi ke arah labial-
palatal, bila sudah longgar lakukan rotasi, lalu ekstraksi ke arah atas dan keluar
dari mulut

Gambar 11.16. Cara Memegang Gigi Dengan Tang Pencabutan


Sumber: www.doomandbloom.net, diunduh 05 Februari 2018

 Segera setelah gigi tercabut lakukan pengecekan apakah masih ada sisa akar atau
serpihan gigi yang tertinggal
 Bila tidak ada, lakukan penekanan luka pencabutan menggunakan cotton roll atau
tampon selama 10 detik untuk menghentikan pendarahan
 Kemudian instruksikan pasien untuk berkumur 1 kali saja Segera ambil tampon
yang sudah diberi antiseptik dan letakkan pada luka bekas pencabutan
365
Gambar 11.17. Teknik Melletakkan Tampon
Sumber: www.steadyhealth.com, diunduh 24 November 2017

K. Pemberian instruksi setelah pencabutan gigi


Setelah gigi tercabut dan luka bekas pencabutan ditutup dengan tampon antiseptik,
maka langkah berikutnya adalah memberikan instruksi setelah pencabutan sebagai
berikut:
 Gigit tampon selama 60 menit, agar terjadi pembekuan darah
 Bila sudah 60 menit, tampon boleh dibuang
 Jangan berkumur terlalu keras dan sering, agar bekuan darah tidak terlepas
yang dapat menyebabkan terjadi pendarahan lagi
 Tidak boleh menghisap-hisap luka bekas pencabutan, agar bekuan darah tidak
terlepas yang dapat menyebabkan terjadi pendarahan lagi
 Tidak boleh menyentuh/mengorek luka bekas pencabutan dengan jari maupun
lidah, karena dapat menyebabkan bekuan darah terlepas dan terjadi infeksi
karena jari yang kotor
 Bila ingin makan, hari ini pakailah sisi rahang yang tidak dicabut, agar bekuan
darah tidak terlepas yang dapat menyebabkan pendarahan lagi
 Sementara ini jangan makan dan minum yang panas, agar pembuluh darah
tidak melebar yang dapat menyebabkan terjadi pendarahan yang berlebihan
 Bila pasien merokok, selama 1 hari ini tidak boleh merokok dahulu, agar
pembuluh darah tidak melebar yang dapat menyebabkan terjadi pendarahan
yang berlebihan.
Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi praktikum di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
1. Sebutkan prosedur pencabutan gigi 31 dengan obat anestesi Scandonest pada pasien
laki-laki usia 30 th yang tidak menderita penyakit sistemik.
2. Lakukanlah pencabutan Gigi Tetap anterior rahang atas dengan indikasi pencabutan
anestesi infiltrasi menggunakan alat citoject. Mintalah pembimbing untuk mengawasi !
3. Lakukanlah pencabutan Gigi Tetap anterior rahang bawah dengan indikasi pencabutan
anestesi infiltrasi menggunakan alat disposable syringe. Mintalah pembimbing untuk
mengawasi !

366
Ringkasan
Tindakan pencabutan gigi tetap akar tunggal dengan anestesi infiltrasi pada pasien
pelayanan asuhan kesehatan individu dilakukan pada pasien dengan usia lebih dari 7
tahun. Obat anestesi yang biasanya digunakan adalah Lidocaine HCl, Pehacain,
Scandonest, atau Xylestesin. Agar prosedur pencabutan dapat berjalan dengan lancar dan
aman, maka penting untuk memperhatikan indikasi; keadaan umum dan penyakit sistemik
yang diderita oleh pasien; pemilihan alat, bahan dan obat anestesi yang tepat; posisi
pasien dan operator; pemberian komunikasi terapeutik; persetujuan tindakan medis;
pelaksanaan anestesi permukaan; fiksasi jari; gerakan pencabutan; dan pemberian
instruksi setelah pencabutan gigi.

Tes 2
1. Lakukanlah pencabutan gigi 11 fraktur setengah mahkota, pada pasien wanita usia
24 tahun dengan tensi normal dan tidak menderita penyakit sistemik.
2. Mintalah pembimbing anda untuk mengawasi dan menilai tindakan pencabutan
yang anda lakukan menggunakan Format Penilaian yang tersedia.

367
Format penilaian tes 2

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ......................

FORMAT PENILAIAN PRAKTIK PENCABUTAN GIGI


PASIEN PAKGM INDIVIDU

Nama Mahasiswa : ………………………. Nama Pasien : ……………………….

NIM : ………………………. Umur : ……………............ L/P

Nama Pengawas : ………………………. Tanggal : ……………………….

Kasus dan jenis anestesi : ……………………….

ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN

Pencabutan Gigi Tetap Akar Tunggal 100

1 Persiapan tindakan Max = 5 20

Komunikasi Terapeutik 0,1


x 20 = .........
Persetujuan tindakan medik 0,1
5
Persiapan alat dan bahan pencabutan 0,1

Persiapan bahan 0,1

Persiapan obat anestesi 0,1

2 Pelaksanaan tindakan Max = 10 50

Langkah-langkah anestesi:

Posisi pasien 0,1

Posisi operator 0,1 x 50 = .......

Fiksasi jari 0,1 10

Persiapan obat anestesi 0,1

Aplikasi obat anestesi 0,1

Langkah-langkah pencabutan

Penggunaan alat 0,1

Gerakan pencabutan 0,1

Cek luka bekas pencabutan 0,1

Penekanan (dep) luka bekas pencabutan selama 10 detik 0,1

368
Peletakan tampon antiseptik pada luka bekas pencabutan 0,1

3 Instruksi/tindak lanjut Max = 8 30

Instruksi gigit tampon + 60 menit 0,1

Instruksi tidak berkumur-kumur 0,1

Instruksi tidak menghisap-hisap luka bekas pencabutan 0,1 x 30 = .........

Instruksi tidak memasukkan jari tangan ke luka bekas 0,1 8


pencabutan

Instruksi tidak merokok pada pasien perokok 0,1

Instruksi tidak mengunyah pada sisi pencabutan 0,1

Instruksi untuk menghindari makan dan minum yang 0,1


panas

Dengan alasan 0,1

JUMLAH

PENGUJI,

(……………………………….)

369
Kunci Jawaban Tes
Tes 1
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES .....................

FORMAT PENILAIAN PRAKTIK PENCABUTAN GIGI


PASIEN PAKGM INDIVIDU

Nama Mahasiswa : ………………………. Nama Pasien : ……………………….

NIM : ………………………. Umur : ……………............ L / P

Nama Pengawas : ………………………. Tanggal : ……………………….

Kasus dan jenis anestesi : 81 dengan surface anestesi

ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN

Pencabutan Gigi Susu 100

1 Persiapan tindakan Max = 5 20

Komunikasi Terapeutik 0,1 1


5 x 20 = 20
Persetujuan tindakan medik 0,1 1
5
Persiapan alat dan bahan pencabutan 0,1 1

Persiapan bahan 0,1 1

Persiapan obat anestesi 0,1 1

2 Pelaksanaan tindakan Max = 9 50

Langkah-langkah anestesi:

Posisi pasien 0,1 1

Posisi operator 0,1 1 9 x 50 = 50

Fiksasi jari 0,1 1 9

Aplikasi obat anestesi 0,1 1

Langkah-langkah pencabutan

Penggunaan alat 0,1 1

Gerakan pencabutan 0,1 1

Cek luka bekas pencabutan 0,1 1

Penekanan (dep) luka bekas pencabutan selama 10 detik 0,1 1

370
Peletakan tampon antiseptik pada luka bekas pencabutan 0,1 1

3 Instruksi/tindak lanjut Max = 6 30

Instruksi gigit tampon + 30 menit 0,1 1 6 x 30 = 30

Instruksi tidak berkumur-kumur 0,1 1 6

Instruksi tidak memasukkan jari tangan ke luka bekas 0,1 1


pencabutan

Instruksi tidak menghisap-hisap luka bekas pencabutan 0,1 1

Instruksi tidak mengunyah pada sisi pencabutan 0,1 1

Dengan alasan 0,1 1

JUMLAH 100

Penguji,

(……………………………………)

371
Tes 2
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES .....................

FORMAT PENILAIAN PRAKTIK PENCABUTAN GIGI


PASIEN PAKGM INDIVIDU

Nama Mahasiswa : ………………………. Nama Pasien : ……………………….

NIM : ………………………. Umur : ……………........... L / P

Nama Pengawas : ………………………. Tanggal : ……………………….

Kasus dan jenis anestesi : 22 dengan infiltrasi anestesi

ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN

Pencabutan Gigi Tetap Akar Tunggal 100

1 Persiapan tindakan Max = 5 20

Komunikasi Terapeutik 0,1 1


5 x 20 = 20
Persetujuan tindakan medik 0,1 1
5
Persiapan alat dan bahan pencabutan 0,1 1

Persiapan bahan 0,1 1

Persiapan obat anestesi 0,1 1

2 Pelaksanaan tindakan Max = 10 50

Langkah-langkah anestesi:

Posisi pasien 0,1 1

Posisi operator 0,1 1 10 x 50 = 50

Fiksasi jari 0,1 1 10

Persiapan obat anestesi 0,1 1

Aplikasi obat anestesi 0,1 1

Langkah-langkah pencabutan

Penggunaan alat 0,1 1

Gerakan pencabutan 0,1 1

Cek luka bekas pencabutan 0,1 1

Penekanan (dep) luka bekas pencabutan selama 10 detik 0,1 1

372
Peletakan tampon antiseptik pada luka bekas pencabutan 0,1 1

3 Instruksi/tindak lanjut Max = 8 30

Instruksi gigit tampon + 60 menit 0,1 1

Instruksi tidak berkumur-kumur 0,1 1

Instruksi tidak menghisap-hisap luka bekas pencabutan 0,1 1 8 x 30 = 30

Instruksi tidak memasukkan jari tangan ke luka bekas 0,1 1 8


pencabutan

Instruksi tidak merokok pada pasien perokok 0,1 1

Instruksi tidak mengunyah pada sisi pencabutan 0,1 1

Instruksi untuk menghindari makan dan minum yang 0,1 1


panas

Dengan alasan 0,1 1

JUMLAH 100

Penguji,

(…………………………………..)

Daftar Pustaka
Ceha-kartika (internet). (2015). Posisi pasien dan operator. Diunduh 2 Januari 2018. Dari
http://dokumen.tips.
Steadyhealth.com, 2017. Steady Health [Internet]. Available from:
www.steadyhealth.com, diunduh 24, November, 2017.
klinikjoydental.com, 2017. Gambar Gigi Geraham, klinikjoydental.com [Internet]. [cited
2017 November 24]. Available from: https://www.bing.com,diunduh 24,
November, 2017.
Howe GL. 1989. Pencabutan Gigi Geligi – Edisi II. Jakarta: EGC. Halaman 29.

Sariningsih E. 2006. Teknik Mengeluarkan Gigi Fraktur Dengan Mudah Dan Cepat. Jakarta:
EGC. Halaman 23.
……………. , Universal Dental (PVT) LTD [Internet]. [cited 2017 Desember 06]. Available
from: http://www.universaldental.com,diunduh 06, Desember, 2017
………….. , PT Rining Prima Putra – Dr. Henning Ethyl Chloride [Internet]. [cited 2017
Desember 06].Available from: https://www.google.com,diunduh 06, Desember,
2017.
………… , AMT [Internet]. [cited 2017 Desember 06]. Available from:
https://www.google.com, ,diunduh 06, Desember, 2017.

373
www.Aimsurgical.com. (2017). Tang Gigi Susu, AIM surgical devices.trustpass.[Internet].
[cited 2017 November 24]. Available from: www. Aimsurgical.com.

www.pakar gigi.com. (2014). Cara Mencabut Gigi Sulung Pada Anak. [Internet]. [cited
2017 Nov 21]. Available from: http://www.pakargigi.com.

www.rining.co.id. (2015). MengenaiObat anestesi topical: Chloraethyl. [Internet]. [cited


2017 Des 06]. Available from: www.rining.co.id.

www.universaldental.com.pk. (2017). Mengenai Obat anestesi topical: Xylonor Spray.


[Internet]. [cited 2017 Desember 06]. Available from:
http://www.universaldental.com.

www.amt-dental.com. (2014). Mengenai Obat anestesi topical: Precaine Gel [Internet].


[cited 2017 Des 06]. Available from: www.amt-dental.com.

www.steadyhealth.com. (2017). Teknik meletakkan tampon [Internet]. [cited 2017


November 24]. Available from: www.steadyhealth.com.

www.klinikjoydental.com.(2017). fraktur setengah mahkota (gigi tetap akar tunggal)


[Internet]. [cited 2017 November 24]. Available from: www.klinikjoydental.com.

www.doomandbloom.net.(2017).
How to extract a tooth [Internet]. [cited 2017 February 05]. Available from:
www.doomandbloom.net

374
BAB XII
RUJUKAN, EVALUASI,
DOKUMENTASI PELAYANAN
ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN
MULUT INDIVIDU
Sulur Joyo Sukendro, S.SiT,M.Kes

Pendahuluan

S audara-saudara mahasiswa, salam sukses untuk Anda semua. Pada bab sebelumnya
Anda sudah mempelajari konsep, mempraktekan tahapan pengkajian, diagnosa,
implementasi pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu.
Pada bab ini Anda akan mempelajari tiga topik yang meliputi rujukan, evaluasi,
dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut pada pasien individu. Ketiga tindakan
tersebut dilakukan pada bagian akhir kegiatan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
individu.
Rujukan adalah sesuatu yang digunakan pemberi informasi (pembicara) untuk
menyokong atau memperkuat pernyataan dengan tegas. Evaluasi adalah penilaian hasil
dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai
keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap
tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi
asuhan kesehatan gigi dan mulut itu sendiri. Dokumentasi adalah kegiatan pencatatan
tentang keadaan klien yang dilihat tidak saja dari tingkat kesakitan akan tetapi juga dilihat
dari jenis, kualitas dan kuantitas dari layanan yang telah diberikan perawat gigi dalam
memenuhi kebutuhan pasien.
Tujuan setelah mengikuti mata kuliah ini Anda (mahasiswa) mampu melakukan
rujukan, evaluasi, dan dokumentasi pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu
sesuai prosedur.
Namun demikian sebelum Anda melakukan praktik rujukan, evaluasi dan
dokumentasi pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut individu di klinik,
Anda sudah harus menguasai pengetahuan konsep, proses, dan tahapan pelayanan
asuhan kesehatan gigi dan mulut individu. Untuk itu persiapkan diri Anda dengan
mempelajari kembali ilmu-ilmu di atas, sebagai bekal untuk melakukan pengkajian berupa
pemeriksaan subyektif dan obyektif pada pasien pelayanan asuhan kesehatan gigi dan
mulut individu.

375
Topik 1

Rujukan Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi


dan Mulut Individu
Sulur Joyo Sukendro, S.SiT,M.Kes

Sebelumnya Anda sudah mempelajari tentang tindakan dalam pelayanan asuhan


kesehatan gigi dan mulut, dan tentunya ada hal-hal dalam memberikan pelayanan
terdapat klien dengan kasus diluar kompetensi perawat gigi. Mari kita masuk pada topik
pertama, yaitu topik tentang rujukan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut.
Rujukan adalah sesuatu yang digunakan pemberi informasi (pembicara) untuk
menyokong atau memperkuat pernyataan dengan tegas. Dikenal juga dengan sebutan
referensi. Rujukan mungkin menggunakan faktual ataupun non faktual. Rujukan faktual
terdiri atas kesaksian, statistik contoh, dan objek aktual. Rujukan dapat berwujud dalam
bentuk bukti, nilai-nilai, dan/ atau kredibilitas. Sumber materi rujukan adalah tempat
materi tersebut ditemukan. kesehatan gigi dan mulut serta hal-hal yang mencakup
perilaku kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan pasien.
Rujukan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut merupakan komponen yang
penting dalam sistem pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Dengan memahami sistem dan
cara rujukan yang baik, tenaga kesehatan diharapkan dapat memperbaiki kualitas
pelayanan pasien.
Secara umum, rujukan dilakukan apabila tenaga dan perlengkapan di suatu fasilitas
kesehatan tidak mampu menatalaksana komplikasi yang mungkin terjadi. Dalam
pelayanan kesehatan gigi dan mulut, alasan untuk merujuk adalah kondisi pasien pada
saat datang dan selama mendapat pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

Gambar. 12.1 Rujukan Secara Berjenjang


Sumber : www.puspitadewi90. blogspot.com. (diakses 11 maret 2018)
376
Berdasarkan sifatnya, rujukan kesehatan gigi dan mulut dibedakan menjadi:
A. Rujukan kegawatdaruratan
Rujukan kegawatdaruratan adalah rujukan yang dilakukan sesegera mungkin karena
berhubungan dengan kondisi kegawatdaruratan yang mendesak.
B. Rujukan berencana
Rujukan berencana adalah rujukan yang dilakukan dengan persiapan yang lebih
panjang ketika keadaan umum pasien masih relatif lebih baik, misalnya di masa awal
kunjungan ketika didapati kemungkinan risiko komplikasi. Karena tidak dilakukan
dalam kondisi gawat darurat, rujukan ini dapat dilakukan dengan pilihan modalitas
transportasi yang lebih beragam, nyaman, dan aman bagi pasien.
Adapun rujukan sebaiknya tidak dilakukan bila:

A. Kondisi pasien tidak stabil untuk dipindahkan


B. Tidak ada kejelasan tenaga kesehatan terampil yang di tempat rujukan tujuan
C. Kondisi cuaca atau modalitas transportasi membahayakan

Gambar. 12.2 Perhitungkan Sarana dan Prasarana Rujukan


Sumber : www.ismanefy. blogspot.com. (diakses 11 maret 2018)

Perencanaan Rujukan
Komunikasikan rencana merujuk dengan pasien dan keluarganya, karena rujukan harus
medapatkan pesetujuan dari pasien dan/atau keluarganya. Tenaga kesehatan perlu memberikan
kesempatan, apabila situasi memungkinkan, untuk menjawab pertimbangan dan pertanyaan
pasien serta keluarganya. Beberapa hal yang disampaikan sebaiknya meliputi:

A. Diagnosis dan tindakan medis yang diperlukan


B. Alasan untuk merujuk pasien
C. Risiko yang dapat timbul bila rujukan tidak dilakukan
D. Waktu yang tepat untuk merujuk dan durasi yang dibutuhkan pasien untuk dirujuk
E. Tujuan rujukan
F. Perkiraan biaya dan sistem pembiayaan
Hubungi pusat layanan kesehatan yang menjadi tujuan rujukan dan sampaikan kepada
tenaga kesehatan yang akan menerima pasien hal-hal berikut ini:

A. Indikasi rujukan
B. Kondisi pasien
C. Rencana terkait prosedur teknis rujukan (termasuk kondisi lingkungan dan cuaca menuju
tujuan rujukan)
D. Kesiapan sarana dan prasarana di tujuan rujukan

377
Gambar. 12.3 Pahami alur Rujukan
Sumber : www.sirsulteng. wordpress.com. (diakses 11 maret 2018)

Hal yang perlu dicatat oleh pusat layanan kesehatan yang akan menerima pasien adalah:

A. Nama pasien
B. Nama tenaga kesehatan yang merujuk
C. Indikasi rujukan
D. Kondisi pasien
E. Penatalaksanaan yang telah dilakukan sebelumnya
Saat berkomunikasi lewat telepon, pastikan hal-hal tersebut telah dicatat dan diketahui oleh
tenaga kesehatan di pusat layanan kesehatan yang akan menerima pasien.

Lengkapi dan kirimlah berkas-berkas berikut ini (secara langsung ataupun melalui faksimili)
sesegera mungkin:

A. Formulir rujukan pasien (minimal berisi identitas pasien, hasil pemeriksaan, diagnosis
kerja, terapi yang telah diberikan, tujuan rujukan, serta nama dan tanda tangan tenaga
kesehatan yang memberi pelayanan)
B. Fotokopi rekam medis yang berkaitan dengan kondisi saat ini
C. Hasil pemeriksaan penunjang
D. Berkas-berkas lain untuk pembiayaan menggunakan jaminan kesehatan

378
Gambar. 12.4 Lengkapi Dokumen Rujukan
Sumber : www.rinatnunay.com. (diakses 11 maret 2018)

Nilai kembali kondisi pasien sebelum merujuk, meliputi:

A. Keadaan umum pasien


B. Tanda vital (Nadi, Tekanan darah, Suhu, Pernafasan)
C. Denyut jantung
D. Presentasi

Bagian-bagian dari Surat Rujukan :

A. Tujuan Rujukan
B. Lokasi tujuan rujukan
C. Permohonan penanganan
D. Nomor RM
E. Umur
F. Nama
G. Kelamin
H. Alamat
I. Diagnosa sementara
J. Tindakan yang telah diberikan
K. Nama dan tandatangan pengirim

379
Contoh Surat Rujukan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut :

NAMA FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN .............................

ALAMAT.....................................

SURAT RUJUKAN
Kepada Yth : drg. .......................

Di Klinik / Puskesmas : ...............................

Mohon pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut penderita :

Nomor RM : ............................................. Umur : ...... Tahun

Nama : ............................................. Kelamin :L/P

Alamat : .............................................

Diagnosa : .............................................

Telah diberikan tindakan : .............................................


Latihan
Demikian atas bantuannya, diucapkan banyak terimakasih.

Semarang,
Untuk ................................
memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah
latihan berikut! Salam,
1. Sebutkan dan jelaskan tahapan melakukan rujukan asuhan kesehatan gigi dan mulut.
Ringkasan
.................................
Rujukan adalah sesuatu yang digunakan pemberi informasi (pembicara) untuk
menyokong atau memperkuat pernyataan dengan tegas. Dikenal juga dengan sebutan
referensi. Rujukan mungkin menggunakan faktual ataupun non faktual. Rujukan faktual
terdiri atas kesaksian, statistik contoh, dan objek aktual. Rujukan dapat berwujud dalam
bentuk bukti, nilai-nilai, dan/ atau kredibilitas. Sumber materi rujukan adalah tempat
materi tersebut ditemukan. kesehatan gigi dan mulut serta hal-hal yang mencakup
perilaku kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan pasien.

Tes 1
1. Lakukanlah simulasi rujukan pada pasien dengan keluhan sakit gigi spontan!
2. Mintalah pembimbing anda untuk mengawasi dan menilai tindakan rujukan yang
anda lakukan menggunakan Kartu Rujukan Asuhan Kesgimul dan Format Penilaian
yang tersedia.

380
Kartu Rujukan

NAMA INSSTITUSI .............................

XXXX...ALAMAT...XXXX

SURAT RUJUKAN

Kepada Yth : drg. .......................

Di Klinik / Puskesmas : ...............................

Mohon pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut penderita :

Nomor RM : ............................................. Umur : ...... Tahun

Nama : ............................................. Kelamin : L / P

Alamat : .............................................

Diagnosa : .............................................

Tindakan yang telah diberikan : .............................................

Format Penilaian Tes 1


Demikian atas bantuannya, diucapkan banyak terimakasih.

Semarang, ................................ ANGKA


NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN Salam,

100

1 Nama profesi yang akan dirujuk 0,1,2 x 100 = ........

2 0,1,2 .................................
20
Nama profesi yang akan dirujuk

3 Nomor RM 0,1,2

4 Umur 0,1,2

5 Nama 0,1,2

6 Kelamin 0,1,2

7 Alamat 0,1,2

8 Diagnosa 0,1,2

9 Tindakan yang telah diberikan 0,1,2

10 Nama dan tanda tangan pengirim 0,1,2

JUMLAH ......

381
Topik2
Evaluasi Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi
dan Mulut Individu

Sulur Joyo Sukendro, S.SiT,M.Kes

Mari kita masuk pada topik kedua, yaitu evaluasi pelayanan asuhan kesehatan gigi
dan mulut. Ada beberapa definisi tentang yaitu :
A. Evaluasi pelayanan adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses pelayanan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa, rencana tindakan, dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai. Monitor kealpaan yg terjadi selama tahap pengkajian, diagnosa,
perencanaan, dan pelaksanaan tindakan.
B. Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh
keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan
apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri.
C. Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan
pelayanan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah.
Pada tahap evaluasi, dapat diketahui seberapa jauh diagnosa, rencana tindakan, dan
pelaksanaan pelayanan telah tercapai.

Gambar. 12.5 Evaluasi sangat penting dilakukan


Sumber : www.temukanpengertian.com. (diakses 11 maret 2018)

Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses asuhan kesehatan gigi dan
mulut tetapi tahap ini merupakan bagian integral pada setiap tahap proses asuhan
kesehatan gigi dan mulut. Pengumpulan data perlu direvisi untuk menentukan kecukupan
data yang telah dikumpulkan dan kesesuaian perilaku yang observasi. Diagnosis juga perlu
dievaluasi dalam hal keakuratan dan kelengkapannya. Evaluasi juga diperlukan pada tahap
intervensi untuk menentukan apakah tujuan intervensi tersebut dapat dicapai secara
efektif. Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
perencanaan, membandingkan hasil tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut yang telah
dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas
proses asuhan kesehatan gigi dan mulut mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan
pelaksanaan.
382
Tugas dari evaluator adalah melakukan evaluasi, menginterpretasi data sesuai
dengan kriteria evaluasi, menggunakan penemuan dari evaluasi untuk membuat
keputusan dalam memberikan asuhan asuhan kesehatan gigi dan mulut.
Tujuan Evaluasi :
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mecapai tujuan. Hal
ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon
klien terhadap tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut yang diberikan, sehingga
perawat gigi dapat mengambil keputusan:
A. Mengakhiri rencana tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut (klien telah mencapai
tujuan yang ditetapkan)
B. Memodifikasi rencana tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut (klien mengalami
kesulitan untuk mencapai tujuan)
C. Meneruskan rencana tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut (klien memerlukan
waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan

Gambar. 12.6 Evaluasi Sebagai Sarana Memantau Perkembangan


Sumber : www.rumahinspirasi.com. (diakses 11 maret 2018)

Tahap evaluasi asuhan kesehatan gigi dan mulut, yaitu:


A. Membaca kembali diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut, rencana asuhan
kesehatan gigi dan mulut, intervensi asuhan kesehatan gigi dan mulut.
B. Mengidentifikasi tolak ukur keberhasilan yang akan digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan atau tingkat pencapaian tujuan. Pada bagian ini berisi serangkaian
kegiatan berupa :
1. Evaluasi struktur. Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau
keadaan sekeliling tempat pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut diberikan.
Aspek lingkungan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi dalam
pemberian pelayanan. Persediaan perlengkapan, fasilitas fisik, ratio perawat gigi-
klien, dukungan administrasi, pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf
perawat gigi dalam area yang diinginkan.
2. Evaluasi proses. Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat gigi dan
apakah perawat gigi dalam memberikan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan
mulut merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai wewenang. Area yang menjadi
perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis informasi yang didapat pada saat
wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari perumusan diagnosa asuhan
kesehatan gigi dan mulut, dan kemampuan tehnikal perawat gigi.

383
3. Evaluasi hasil. Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons
prilaku klien merupakan pengaruh dari intervensi asuhan kesehatan gigi dan mulut
dan akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil.
Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi meliputi:
1. Masalah teratasi; jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah ditetapkan.
2. Masalah sebagian teratasi; jika klien menunjukkan perubahan sebahagian dari
kriteria hasil yang telah ditetapkan.
3. Masalah tidak teratasi; jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan
sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan
atau bahkan timbul masalah/ diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut baru.

Gambar. 12.7 Sasaran Evaluasi Harus Sesuai


Sumber : www.id.wikipedia.org. (diakses 11 maret 2018)

Evaluasi dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu :


A. Evaluasi berjalan (sumatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisan catatan perkembangan dengan
berorientasi kepada masalah yang dialami oleh klien.
B. Evaluasi akhir (formatif)
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan yang akan
dicapai. Bila terdapat kesenjangaan diantara keduanya, mungkin semua tahap dalam
proses asuhan kesehatan gigi dan mulut perlu ditinjau kembali, agar didapat data-
data, masalah atau rencana yang perlu dimodifikasi
Metode Evaluasi yang dipakai dalam evaluasi, antara lain:
A. Observasi langsung
B. Wawancara
C. Memeriksa laporan
D. Latihan simulasi

384
Gambar. 12.8 Gunakan Metode Evaluasi Yang Sesuai
Sumber : www.sudutpendidikan7. blogspot.com. (diakses 11 maret 2018)

Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah
latihan berikut!
1. Sebutkan dan jelaskan jenis evaluasi asuhan kesehatan gigi dan mulut?

Ringkasan
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang rencana
asuhan kesehatan gigi dan mulut. Tahap Evaluasi asuhan kesehatan gigi dan mulut, yaitu:
A. Membaca kembali diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut, rencana asuhan
kesehatan gigi dan mulut, intervensi asuhan kesehatan gigi dan mulut.
B. Mengidentifikasi tolak ukur keberhasilan yang akan digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan atau tingkat pencapaian tujuan. Pada bagian ini berisi serangkaian
kegiatan berupa :
1. Evaluasi struktur.
2. Evaluasi proses.
3. Evaluasi hasil.
Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi meliputi:
1. Masalah teratasi.
2. Masalah sebagian teratasi.
3. Masalah tidak teratasi.

Tes 2
1 Lakukanlah evaluasi asuhan kesehatan gigi dan mulut pada pasien berkaitan dengan
implementasi yang sudah ada berikan pada pembelajaran yang lalu!
2 Mintalah pembimbing anda untuk mengawasi dan menilai tindakan evaluasi yang
anda lakukan menggunakan Kartu Pencatatan Asuhan Kesgimul dan Format
Penilaian yang tersedia.

385
Kartu Pencatatan Asuhan Kesgimul bagian evaluasi

A. EVALUASI KEPERAWATAN GIGI

EVALUASI
KUNJUNGAN
PERAWATAN KLINIS
KE :
STRUKTUR PROSES HASIL

386
Format Penilaian Tes 2

ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN

Evaluasi Keperawatan Gigi 100

1 Isian tabel Max = 5 50

Kunjungan klien ada 0,1 x 50 = ......

Perawatan Klinis ada 0,1 5

Evaluasi struktur ada 0,1

Evaluasi proses ada 0,1

Evaluasi hasil ada 0,1

2 Kebenaran isian tabel Max = 10 50

Kunjungan klien benar 0,1,2

Perawatan Klinis benar 0,1,2 x 50 = .....


Evaluasi struktur benar 0,1,2 10
Evaluasi proses benar 0,1,2

Evaluasi hasil benar 0,1,2

JUMLAH ..........

387
Topik 3

Dokumentasi Pelayanan Asuhan Kesehatan


Gigi dan Mulut Individu
Sulur Joyo Sukendro, S.SiT,M.Kes

Mari kita masuk pada topik ketiga, yaitu tentang dokumentasi pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut pada pasien individu. Dokumentasi merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang kompleks dan sangat beragam serta memerlukan waktu dalam proses
pembuatannya. Perkiraan waktu pembuatan dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan
mulut dapat mencapai 35-40 menit, hal ini dikarenakan seringnya perawat gigi melakukan
pencatatan yang berulang¬ulang atau duplikatif. Walaupun demikian, terkadang
dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut yang dihasilkan masih sering kurang
berkualitas.
Sementara pengertian-pengertian lain dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut
sebagai berikut :

A. Suatu dokumen atau catatan yang berisi data tentang keadaan pasien yang dilihat
tidak saja dari tingkat kesakitan akan tetapi juga dilihat dari jenis, kualitas dan
kuantitas dari layanan yang telah diberikan perawat gigi dalam memenuhi kebutuhan.
B. Rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat gigi dimulai dari proses pengkajian,
diagnosa, rencana tindakan, tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut dan evaluasi
yang dicatat baik berupa elektronik maupun manual serta dapat
dipertanggungjawabkan oleh perawat gigi.

Gambar. 12.9 Dokumentasi Dilakukan di Setiap Tahapan Kegiatan


Sumber : www.safirasmh. blogspot.com. (diakses 11 maret 2018)

Dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari proses asuhan
kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan secara sistematis dengan cara mencatat tahap-
tahap proses perawat gigian yang diberikan kepada pasien. Dokumentasi asuhan
kesehatan gigi dan mulut merupakan catatan penting yang dibuat oleh perawat gigi baik
dalam bentuk elektronik maupun manual berupa rangkaian kegiatan yang dikerjakan oleh
perawat gigi meliputi lima tahap yaitu:

A. Pengkajian
B. Penentuan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut
388
C. Perencanaan tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut
D. Pelaksanaan/implementasi rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut
E. Evaluasi asuhan kesehatan gigi dan mulut.

Gambar. 12.10 Dokumentasi Dilakukan di Setiap Tahapan Kegiatan


Sumber : www.safirasmh. blogspot.com. (diakses 11 maret 2018)

Tujuan pendokumentasian asuhan kesehatan gigi dan mulut, antara lain sebagai berikut:

A. Sebagai media untuk mendefinisikan fokus asuhan kesehatan gigi dan mulut bagi klien
dan kelompok.
B. Untuk membedakan tanggung gugat perawat gigi dengan anggota tim kesehatan
lainnya.
C. Sebagai sarana untuk melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah diberikan
kepada klien.
D. Sebagai data yang dibutuhkan secara administratif dan legal formal.
E. Memenuhi persyaratan hukum, akreditasi dan professional.
F. Untuk memberikan data yang berguna dalam bidang pendidikan dan penelitian.
Komponen dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut yang konsisten harus meliputi
beberapa hal berikut ini:

1. Riwayat asuhan kesehatan gigi dan mulut yang terdiri dari masalah-masalah yang
sedang terjadi maupun yang diperkirakan akan terjadi.
2. Masalah-masalah yang terjadi.
3. Perencanaan serta tujuan saat ini dan yang akan datang.
4. Pemeriksaan, pengobatan dan promosi kesehatan untuk membantu pasien mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
5. Evaluasi dari tujuan asuhan kesehatan gigi dan mulut serta modifikasi rencana tindakan
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Secara spesifik lingkup dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut secara spesifik
antara lain :

A. Data awal pasien berupa identitas diri, keluhan yang dirasakan.


B. Riwayat asuhan kesehatan gigi dan mulut dan pemeriksaan.
C. Diagnosis asuhan kesehatan gigi dan mulut yang ditetapkan.

389
D. Rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut yang terdiri dari rencana tindakan, tujuan,
rencana intervensi serta evaluasi dari tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut.
E. Pendidikan kepada pasien.
F. Dokumentasi parameter pemantauan dan intervensi asuhan kesehatan gigi dan mulut
lain nya.
G. Perkembangan dari hasil yang telah ditetapkan dan yang diharapkan.
H. Evaluasi perencanaan.
I. Rasionalisasi dari proses intervensi jika diperlukan.
J. Sistem rujukan.
K. Persiapan pasien pulang.

Gambar. 12.11 Dokumentasi Banyak Manfaatnya


Sumber : www.safirasmh. blogspot.com. (diakses 11 maret 2018)

Sedangkan manfaat dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut, dokumentasi asuhan
kesehatan gigi dan mulut menurut beberapa aspek berikut :

A. Aspek hukum : Dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut yang dibuat merupakan
aspek legal didepan hukum. Dokumentasi merupakan bukti catatan dari tindakan yang
diberikan dan sebagai dasar untuk melindungi pasien, perawat gigi dan institusi.
B. Kualitas pelayanan, komunikasi: Melalui audit asuhan kesehatan gigi dan mulut
dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut dijadikan alat untuk mengukur dalam
membandingkan antara tindakan yang diberikan dengan standar yang dijadikan
rujukan. Dengan demikian dapat diketahui apakah dalam bekerja telah sesuai dengan
standar yang ditetapkan.
C. Keuangan: Dokumentasi yang baik dan teliti akan menjadi bukti bahwa tindakah telah
dilakukan oleh perawat gigi. Dan dengan dokumentasi ini maka besarnya jasa yang
diberikan akan diberikan sesuai dengan aturan yang ditetapkan ditempat masing-
masing.
D. Pendidikan: Dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut dapat dijadikan sebagai
rujukan bagi siswa-siswa perawat gigi.
E. Penelitian: Penelitian asuhan kesehatan gigi dan mulut dengan menggunkan data-data
sekunder akan sangat bergantung dengan kualitas dari dokumentasi asuhan
kesehatan gigi dan mulut yang dibuat. Kesalahan dalam membuat atau pengisian

390
dokumentasi yang tidak lengkap akan membuat informasi tentang riwayat pasien
menjadi kabur.

Gambar. 12.12 Dokumentasi Sangat Bermanfaat


Sumber : www.pt.slideshare.net (diakses 11 maret 2018)

Terdapat tiga komponen penting yang berperan dalam pembuatan dokumentasi asuhan
kesehatan gigi dan mulut yaitu:

A. Sarana komunikasi: Komunikasi yang baik antara perawat gigi dengan klien atau
keluarganya akan diperoleh informasi yang akurat sehingga dokumentasi asuhan
kesehatan gigi dan mulut akan dilaksanakan dengan optimal. Dengan komunikasi yang
baik akan memudahkan dalam proses pengumpulan data serta tercipta hubungan
yang harmonis antara perawat gigi dan klien sehingga akan membantu dalam
memecahkan masalah yang dihadapi oleh klien.
B. Dokumentasi proses asuhan kesehatan gigi dan mulut: Proses asuhan kesehatan gigi
dan mulut merupakan inti dari praktik asuhan kesehatan gigi dan mulut dan juga
sebagai isi pokok dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut. Beberapa tahap
proses asuhan kesehatan gigi dan mulut meliputi beberapa pengelompokan
dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut :
1. Dokumentasi pengkajian asuhan kesehatan gigi dan mulut,
2. Dokumentasi diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut,
3. Dokumentasi perencanaan asuhan kesehatan gigi dan mulut,
4. Dokumentasi tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut,
5. Dokumentasi evaluasi asuhan kesehatan gigi dan mulut.
C. Standar asuhan kesehatan gigi dan mulut: Standar asuhan kesehatan gigi dan mulut
merupakan gambaran dari kualitas, karakteristik, sifat, dan kompetensi yang
diharapkan dari beberapa aspek dalam praktik asuhan kesehatan gigi dan mulut.
Standar asuhan kesehatan gigi dan mulut diperlukan oleh perawat gigi karena sebagai
dasar menentukan arah atau petunjuk dalam dokumentasi kegiatan serta dalam
pembuatan format pencatatan yang tepat.

391
Gambar. 12.13 Dokumentasi Sangat Bermanfaat di Pelayanan Kesehatan
Sumber : www.ayahfiqi.blogspot.com (diakses 11 maret 2018)

Terkait dengan model dalam pendokumentasian asuhan kesehatan gigi dan mulut,
terdapat beberapa model dari penerapan dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut
yang sering diterapkan di tempat praktik yaitu:

A. Catatan yang berorientasi pada sumber (source oriented record),


Model dokumentasi SOR (source-oriented-record) merupakan model
dokumentasi yang berorientasi pada sumber informasi. Model ini menempatkan
catatan atas dasar disiplin orang atau sumber yang mengelola pencatatan.
Dokumentasi dibuat dengan cara setiap anggota tim kesehatan membuat catatan
sendiri dari hasil observasi. Kemudian, semua hasil dokumentasi dikumpulkan menjadi
satu. Sehingga masing-masing anggota tim kesehatan melaksanakan kegiatan sendiri
tanpa bergantung dengan anggota tim kesehatan yang lain. Misalnya, kumpulan
dokumentasi yang bersumber dari dokter, bidan, perawat, fisioterapi, ahli gizi, dan
lain-lain. Dokter menggunakan lembar untuk mencatat instruksi, lembaran riwayat
penyakit dan perkembangan penyakit. Bidan menggunakan catatan kebidanan, begitu
pula disiplin lain mempunyai catatan masing-masing.
Model ini dapat diterapkan pada pasien rawat inap, yang didalamnya terdapat
catatan pesan Dokter yang ditulis oleh Dokter, dan riwayat pelayanan yang ditulis oleh
perawat. Namun demikian, secara umum catatan ini berupa pesan Dokter. Catatan-
catatan dalam model ini ditempatkan atas dasar disiplin orang atau sumber yang
mengolah pendokumetasian. Model dokumentasi SOR ini dapat dibuat dengan
formulir grafik, format pemberian obat, format catatan perawat termasuk riwayat
penyakit klien, riwayat perawatan dan perkembangan pasien, pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan diagnostik, formulir masuk Rumah sakit dan formulir
untuk tindakan operasi yang ditandatangani oleh pasien dan keluarga.
Model dokumentasi SOR terdiri dari 5 kompnen, yaitu:
1. Lembar penerimaan berisi biodata.
2. Lembar instruksi Dokter.
3. Lembar riwayat medis atau penyakit.
4. Catatan petugas yang memberikan pelayanan.
5. Catatan dan laporan khusus.

392
Format model dokumentasi SOR (source-oriented-record)
Tanggal Waktu Sumber Catatan Perkembangan
Di isi : Di isi : Di isi : Di isi meliputi:
(Tanggal/Bulan/ (Waktu (P/D/F/G)
Tahun) Intervensi) Dimana : 1. Pengkajian
P : perawat
2. Diagnosa
D : dokter
F : fisioterapi 3. Rencana
G : ahli gigi
4. Tindakan

5. Evaluasi

Keuntungan model dokumentasi SOR (source-oriented-record)adalah:


1. Menyajikan data yang berurutan dan mudah diidentifikasi.
2. Memudahkan perawat gigi melakukan cara pendokumentasian.
3. Proses pendokumentasian menjadi sederhana.

Gambar. 12.14 Dokumentasi Berorientasi Pada Sumber


Sumber : www.sarjanakesehatan.blogspot.com (diakses 11 maret 2018)

Kerugian model dokumentasi SOR (source-oriented-record)adalah:


1. Sulit untuk mencari data sebelumnya.
2. Waktu pelaksanaan asuhan pelayanan memerlukan waktu yang banyak.
3. Memerlukan pengkajian data dari beberapa sumber untuk menentukan masalah
dan intervensi yang akan diberikan kepada klien.
4. Perkembangan klien sulit dipantau.

B. Catatan yang berorientasi pada perkembangan/kemajuan pasien (progress oriented


record),
Model dokumentasi POR (problem-oriented-record) merupakan model dokumentasi
yang berorientasi pada masalah. Dimana model ini berpusat pada data klien yang
didokumentasikan dan disusun menurut masalah klien. Dalam format aslinya
pendekatan berorientasi masalah ini dibuat untuk memudahkan pendokumentasian
dengan catatan perkembangan yang terintegrasi, dengan sistem ini semua petugas
kesehatan mencatat observasinya dari suatu daftar masalah.
393
Komponen-komponen model dokumentasi POR :
1. Data dasar
Data dasar merupakan kumpulan informasi tentang klien yang berisi semua
informasi-informasi yang telah dikaji dari klien sejak pertama kali masuk Rumah
Sakit. Data dasar ini meliputi: riwayat klien tentang keadaan umum klien, riwayat
keluarga, keadaan penyakit yang dialami pasien, tindakan pelayanan yang pernah
diberikan, pemeriksaan fisik, dan data-data penunjang (laboratorium dan
diagnostik).
2. Daftar masalah
Daftar masalah merupakan hasil penafsiran dari data dasar atau hasil analisis dari
perubahan data. Daftar ini mencerminkan keadaan atau nilai yang tidak normal
dari data yang didapat dengan menggunakan urutan prioritas yang dituliskan ke
dalam daftar masalah dan diberikan pada setiap pergantian shift.
Kriteria daftar masalah yang dibuat adalah:
a. Data yang telah teridentifikasi dari data dasar disusun sesuai dengan tanggal
identifikasi masalah.
b. Daftar masalah ditulis pertama kali oleh perawat yang pertama kali bertemu
dengan klien ataupun orang yang diberi tanggungjawab untuk menuliskannya.
c. Daftar ini berada pada bagian depan status klien.
d. Tiap masalah diberikan tanggal, nomor, rumusan masalah, serta nama perawat
yang menemukan masalah tersebut.
Format daftar masalah
Tanggal No Masalah Klien Diidentifikasi oleh Masalah Klien

1/1/20xx 1 (perawat yang


mengidentifikasi
masalah klien)

3. Daftar rencana awal pelayanan


Daftar rencana awal merupakan rencana yang dapat dikembangkan secara spesifik
untuk setiap masalah. Daftar rencana awal pelayanan terdiri dari tiga komponen,
yaitu:
a. Pemeriksaan diagnostik.
b. Manajemen kasus atau disebut juga usulan terapi (pengobatan, kegiatan yang
tidak boleh, diet, penanganan khusus dan observasi yang harus dilakukan).
c. Pendidikan kesehatan (sebagai tujuan jangka panjang).
4. Catatan perkembangan
Catatan perkembangan merupakan catatan tentang perkembangan dari keadaan
klien yang didasarkan pada setiap masalah yang ditemukan pada klien. Revisi atau
pembaharuan rencana dan tindakan mengikuti perubahan dari keadaan klien.
Catatan perkembangan ini berisi perkembangan atau kemajuan dari setiap
masalah kesehatan klien.
Catatan perkembangan dapat digunakan dalam bentuk:
a. SOAP, yaitu Subjective (data subjektif), Objective (data objektif),
Analisist(analisa), Planning (perencanaan).
b. SOAPIER, yaitu Subjective (data subjektif), Objective (data objektif),
Analisist(analisa), Planning (perencanaan), Implementation (implementasi atau
394
tindakan), Evaluation(evaluasi), dan Reassessment (penaksiran/ peninjauan
kembali/ pengkajian ulang).
c. PIE, yaitu : Problem (masalah), Intervention rencana tindakan), Evaluation
(evaluasi)
Format Model dokumentasi POR (problem-oriented-record)

Rencana Catatan
Data dasar Daftar masalah
intervensi perkembangan

DS : 1 1 S

DO: 2 O

3 A

DS : 2 1 S

DO: 2 O

3 A

Keuntungan model dokumentasi POR (problem-oriented-record) adalah:


a. Fokus catatan pelayanan lebih menekankan pada masalah klien dan proses
penyelesaiannya dan proses penyelesaian masalah.
b. Pendokumentasian pelayanan dilakukan secara kontinu.
c. Evaluasi dan penyelesaian masalah didokumentasikan dengan jelas.
d. Daftar masalah merupakan check list untuk masalah klien.
Kerugian model dokumentasi POR (problem-oriented-record) adalah :
a. Dapat menimbulkan kebingungan jika setiap hal harus dimasukkan dalam
daftar masalah.
b. Pencatatan dengan menggunakan bentuk SOAPIER, dapat menimbulkan
pengulangan yang tidak perlu.
c. Model dokumentasi POR (progress-oriented-record) merupakan model
dokumentasi yang berorientasi pada perkembangan dan kemajuan klien.

Gambar. 12.15 Dokumentasi Berorientasi Pada Perkembangan Pasien


Sumber : www.sarjanakesehatan.blogspot.com (diakses 11 maret 2018)

395
C. Catatan bagan dengan pengecualian (Charting by exception),
Model dokumentasi CBE (charting by exeption) adalah sistem dokumentasi yang hanya
mencatat hasil atau penemuan yang menyimpang dari keadaan normal tubuh.
Penyimpangan yang dimaksud dalam hal ini menyangkut keadaan yagn tidak sehat
yang menganggu kesehatan klien.
Komponen model dokumentasi CBE (charting by exeption),meliputi :
1. Dokumentasi berupa kesimpulan dari penemuan-penemuan penting dan
menjabarkan indikator pengkajian. Dalam hal ini penemuan tersebut termasuk
instruksi dari Dokter, serta catatan pendidikan dan penemulangan klien.
2. Dokumentasi ini dilakukan berdasarkan standart praktik pelayanan.
Keuntungan Model dokumentasi CBE (charting by exeption) adalah :
1. Tersusun standart minimal untuk pengkajian dan investasi pelayanan.
2. Data yang tidak nomal tampak jelas.
3. Data yang tidak normal mudah ditandai.
4. Menghemat waktu ataupun lembar pendokumentasian.
5. Pendokumentasian duplikasi atau ganda dapat dikurangi.
Kerugian Model dokumentasi CBE (charting by exeption) adalah :

1. Pendokumentasian sangat tergantung pada check list yang dibuat.


2. Kemungkinan adanya kejadian yang tidak didokumentasikan.
3. Pendokumentasikan yang bersifat rutin sering terabaikan.
4. Tidak mengakomodasikan pendokumentasian disiplin ilmu yang lain.
Pedoman penulisan Model dokumentasi CBE (charting by exeption) adalah :
1. Data dasar didokumentasikan untuk setiap klien dan disimpan sebagai catatan
yang permanen.
2. Daftar diagnosis pelayanan ditulis ketika klien pertama kali masuk Rumah sakit dan
menyediakan daftar isian untuk semua diagnosis pelayanan.
3. Ringkasan pulang klien ditulis untuk setiap diagnosis.
4. SOAPIER digunakan sebagai catatan respon klien terhadap intervensi yang akan
diberikan kepada klien.
5. Data diagnosis pelayanan dan rencana tindakan dapat dikembangkan.

Gambar. 12.16 Dokumentasi Bagan Dengan Pengecualian


Sumber : www.sarjanakesehatan.blogspot.com (diakses 11 maret 2018)

396
D. Catatan Evaluasi Intervensi Masalah (Problem Intervention Evaluation)
Model dokumentasi PIE (problem-intervention-evaluation) merupakan suatu
pendekatan orientasi–proses pada dokumentasi pelayanan dengan penekanan pada
masalah pelayanan, intervensi dan evaluasi pelayanan.
Karakteristik Model dokumentasi PIE (problem-intervention-evaluation) adalah:
1. Dimulai dari pengkajian ketika pertama kali klien masuk ke Rumah sakit, diikuti
dengan pelaksanaan pengkajian sistem tubuh pada setiap pergantian dinas.
2. Data masalah dipergunakan untuk asuhan pelayanan dalam waktu yang lama dan
juga untuk masalah yang kronis.
3. Intervensi yang dilaksanakan dan rutin, didokumentasi dalam flow sheet.
4. Catatan perkembangan digunakan untuk intervensi yang spesifik.
5. Masalah yang ditemukan pada klien, dibuat dengan simbol “P (problem)”.
6. Intervensi terhadap penyelesaian masalah, dibuat dengan simbol “ I
(intervention)”.
7. Keadaan klien sebagai pengaruh dari intervensi, dengan simbol “E (evaluation)”.
8. Setiap masalah yang diidentifikasi harus dievaluasi minimal 8 jam.
Keuntungan Model dokumentasi PIE (problem-intervention-evaluation) adalah:
1. Memungkinkan dalam penggunaan proses pelayanan.
2. Intervensi dan catatan perkembangan dapat dihubungkan.
3. Memungkinkan dalam pemberian asuhan pelayanan yang kontinu.
4. Perkembanganklien selama dirawat dapat digambarkan.
5. Pendokumentasian yang otomatis dapat diadaptasikan.
Kerugian Model dokumentasi PIE (problem-intervention-evaluation) adalah :
Tidak dapat dipergunakan untuk pendokumentasian semua disiplin ilmu.
Model dokumentasi PIE (problem-intervention-evaluation):
Tanggal Jam Pendokumentasian (Remarks)
............ ............ P# 1.................

............ ............ I# 1.................

2..................
............ ............
............ ............ E# S................

O................

A................

P.................

397
Gambar. 12.17 Dokumentasi Evaluasi Intervensi Masalah
Sumber : www.sarjanakesehatan.blogspot.com (diakses 11 maret 2018)

E. Catatan Proses Berorientasi Sistem (Process Oriented Sistem).


Model dokumentasi POS (process-oriented-system) yang disebut juga dengan model
dokumentasi fokus adalah suatu model dokumentasi yang berorientasi pada proses
pelayanan mulai dari pengumpulan data klien, diagnosis pelayanan (masalah yang
muncul), penyebab masalah, atau definisi karakteristik yang dinyatakan sesuai dengan
keadaan klien.
Catatan perkembangan pada model dokumentasi ditulis dengan menggunakan format
DAR, yaitu:
1. Datum (D), yaitu : data subjektif dan data objektif.
2. Action (A), yaitu: tindakan pelayanan yang segera atau yang akan dilakukan.
3. Response (R), yaitu respon klien terhadap tindakan medis dan tindakan pelayanan
yang telah diberikan kepada klien.
Keuntungan Model dokumentasi POS (process-oriented-system)
1. Model dokumentasi Process-Oriented-System ini lebih luas dan lebih positif.
2. Sifatnya fleksibel.
3. Catatan rancana asuhan pelayanan model dokumentasi process-oriented-system
ini memudahkan data untuk dikenali.
4. Waktu pendokumentasian lebih singkat.
5. Mudah dipergunakan dan dimengerti.
Kerugian Model Dokumentasi Process-Oriented-System adalah dapat
membingungkan, khususnya antara intervensi yang belum dan sudah dilakukan.
Format Model Dokumentasi Process-Oriented-System adalah :
Tanggal/Waktu/ Masalah Catatan (DAR) Pelayanan
Tanda Tangan

Tanggal : 1. ........... Datum :

Action :

Response :

Tanda Tangan

398
Gambar. 12.18 Dokumentasi Proses Berorientasi Sistem
Sumber : www.sarjanakesehatan.blogspot.com (diakses 11 maret 2018)

F. Sistem dokumentasi Core


Sistem dokumentasi core merupakan sistem dokumentasi pusat yang merupakan
bagian terpenting dari sistem dokumentasi dalam proses pelayanan. Catatan
perkembangan pada Model Dokumentasi Core, ditulis dengan menggunakan Format
DAE, yaitu:
1. Datum (D), yaitu : data subjektif dan data objektif.
2. Action (A), yaitu: tindakan pelayanan yang segera atau yang akan dilakukan.
3. Evaluation (E) : evaluasi untuk melihat respon klien terhadap tindakan medis dan
tindakan pelayanan yang telah diberikan kepada klien.
Komponen Sistem dokumentasi core adalah:
1. Pengkajian (data awal klien).
2. Flow sheet.
3. Masalah pelayanan
4. Catatan pelayanan atau catatan perkembangan (DAE: datum, action, evaluation)
5. Ringkasan (informasi mengenai diagnosis, konseling, kebutuhan untuk followup).

Format Sistem dokumentasi core adalah:


Tanggal/Waktu/ Diagnosis Pelayanan Catatan Perkembangan (DAE)
Tanda Tangan

Tanggal : Data :

Action :

Evaluation :

Tanda Tangan

Keuntungan Sistem dokumentasi core adalah:


1. Memfasilitsi dokumentasi untuk seluruh komponen proses pelayanan.
2. Format DAE membentuk suatu pemecahan masalah.
3. DAE mengembangkan dokumentasi yang lebih efisien.
Kerugian Sistem dokumentasi core adalah:
1. Dibutuhkan pemantauan yang diteliti untuk jaminan mutu layanan pelayanan.
2. Pengembengan dari format membutuhkan banyak waktu.

399
Gambar. 12.19 Dokumentasi Core
Sumber : www.sarjanakesehatan.blogspot.com (diakses 11 maret 2018)

Agar pelaksanaan kegiatan dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut berjalan efektif
hendaknya memperhatikan hal di bawah ini:

A. Harus menggunakan standar terminologi yang terdiri dari pengkajian, diagnosis,


perencanaan, pelaksanaan/implementasi dan terakhir evaluasi dari proses asuhan
kesehatan gigi dan mulut yang diberikan.
B. Mengumpulan serta mendokumentasikan data yang diperoleh sesuai dengan keadaan
yang terjadi pada pasien ke dalam catatan yang permanen.
C. Menegakkan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut berdasarkan data yang telah
dianalisis dengan cermat dan akurat.
D. Mendokumentasikan hasil observasi secara akurat, lengkap sesuai dengan urutan
waktu kejadiannya.

Gambar. 12.20 Dokumentasi Harus Sesuai


Sumber : www.sarjanakesehatan.blogspot.com (diakses 11 maret 2018)

Mempertimbangkan kajian berbagai model dokumentasi pelayanan maka dokumentasi


Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut mengacu dari Permenkes 20 tahun 2016 dan beberapa
literatur Dental Hygiene di luar negeri. Tahapan asuhan kesehatan gigi dan mulut sebagai
berikut :

A. Pengkajian;
B. Penegakan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut;
C. Perencanaan;
D. Implementasi; dan
E. Evaluasi.
Dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut menggunakan model Catatan SOAP-TOPE.
Catatan SOAP-TOPE merupakan metoda sistematis untuk mencatat asuhan kesehatan gigi
400
dan mulut. Singkatan SOAP-TOPE ini terdiri dari S (Subjective : data subyektif), O
(Objective : data obyektif), A (Assessment : analisis atau diagnosa), P (Plan :
perencanaan), T (Treatment : tindakan/implementasi), O(Oral Hygiene Education :
pendidikan kesehatan gigi), P (Personal Notes : Catatan perawatan pribadi) dan E (Exam :
Latihan menjaga kesehatan gigi). Adapun penjelasan dari SOAP-TOPE adalah sebagai
berikut :

S : SUBYEKTIF adalah catatan berhubungan dengan keluhan pasien dan gejala yang
dilaporkan, seperti saat rasa nyeri/linu, sakit, berapa lama hal itu terjadi, kapan dan
di mana keluhan itu terjadi, dan lain-lain. Bagian ini juga mencakup catatan riwayat
kesehatan gigi dan mulut saat pasien datang.
O : OBYEKTIF adalah catatan berhubungan dengan hasil pemeriksaan sebenarnya dari
tekanan darah, kondisi kesehatan pasien saat ini, temuan pemeriksaan ekstra dan
intra oral, radiograf, mobilitas, perkusi, tes dingin, deskripsi gingiva , dan deskripsi
singkat pemeriksaan jaringan periodontal.
A : Assessment adalah catatan berhubungan dengan penilaian / analisis / diagnosa
kebersihan gigi berdasarkan semua temuan sebelumnya.
P : Planing adalah catatan berhubungan dengan rencana tindakan saat itu atau yang
akan datang, ini untuk mengusahakan mencapai kondisi klien sebaik mungkin atau
menjaga /mempertahankan kesehaan gigi dan mulutnya.
T : Treatment : tindakan/implementasi adalah catatan berhubungan dengan asuhan
kesehatan gigi dan mulut berupa oral propilaksis, fluoride, fissure sealant, scalling,
dan perawatan kesehatan gigi dan mulut lainnya.
O : Oral Hygiene Education : pendidikan kesehatan gigi adalah catatan berhubungan
dengan tindakan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut, teknik menyikat gigi, cara
mencegah kerusakan gigi dan mulut, kesehatan gusi dan jaringan periodontal, dan
lain sebagainya.
P : Personal Notes : Catatan perawatan pribadi adalah catatan berhubungan dengan
beberapa catatan dari apa yang Anda bicarakan dengan pasien, termasuk perjanjian
perawatan selanjutnya, informasi kegiatan pekerjaan atau sekolah yang berkaitan
dengan program kesehatan gigi, kejadian keluarga atau peristiwa penting yang akan
terjadi berkaitan dengan program kesehatan gigi. Catatan perjanjian berikutnya
dalam 6 bulan kedepan atau sesuai kebutuhan pasien. Pada tahap ini juga
membangun hubungan yang bermakna dengan pasien agar tujuan asuhan kesehatan
gigi dan mulut tercapai.
E : Exam : Latihan menjaga kesehatan gigi adalah catatan berhubungan dengan
program asuhan kesehatan gigi dan mulut bagi klien. Selain itu dilakukan
dokumentasi rencana kegiatan perawatan yang perlu diselesaikan selanjutnya.

Gambar. 12.21 Dokumentasi Sangat Bermanfaat


Sumber : www.mediagigi.com (diakses 11 maret 2018)

401
Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah
latihan berikut!
1. Sebutkan dan jelaskan tahapan asuhan kesehatan gigi dan mulut?
2. Sebutkan dan jelaskan model dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut?

Ringkasan
Dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut merupakan catatan penting yang dibuat oleh
perawat gigi baik dalam bentuk elektronik maupun manual berupa rangkaian kegiatan yang
dikerjakan oleh perawat gigi meliputi lima tahap yaitu:

A. Pengkajian
B. Penentuan diagnosa asuhan kesehatan gigi dan mulut
C. Perencanaan tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut
D. Pelaksanaan/implementasi rencana asuhan kesehatan gigi dan mulut
E. Evaluasi asuhan kesehatan gigi dan mulut.
Catatan SOAP-TOPE merupakan metoda sistematis untuk mencatat asuhan
kesehatan gigi dan mulut. Singkatan SOAP-TOPE ini terdiri dari S (Subjective : data
subyektif), O (Objective : data obyektif), A (Assessment : analisis atau diagnosa), P (Plan :
perencanaan), T (Treatment : tindakan/implementasi), O(Oral Hygiene Education :
pendidikan kesehatan gigi), P (Personal Notes : Catatan perawatan pribadi) dan E (Exam :
Latihan menjaga kesehatan gigi).

Tes 3
1 Lakukanlah dokumentasi asuhan kesehatan gigi dan mulut pada pasien dengan
keluhan sakit gigi ringan!
2 Mintalah pembimbing anda untuk mengawasi dan menilai tindakan pemeriksaan
obyektif yang anda lakukan menggunakan Kartu Pencatatan Asuhan Kesgimul dan
Format Penilaian yang tersedia.

402
Kartu Pencatatan Asuhan Kesgimul bagian pemeriksaan obyektif

KARTU PENCATATAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Klien No Rekam Medis : ......................


Nama Lengkap : …………………………………… Jenis Kelamin :L/P

Tempat tgl. Lahir : …………………………………….Agama : ………..............

Pekerjaan : …………………………………… Gol. Darah : ………..............

Alamat : …………………………………….No Telpon :......…..............

2. Keluhan Klien
..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

..............................................................................................................................

3. Riwayat Kesehatan Umum :

Materi Wawancara YA TIDAK


Klien merasa dalam keadaaan sehat
Selama 5 tahun terakhir ini, klien pernah dinyatakan mengalami penyakit
serius, menjalani operasi dan atau di rawat inap di rumah sakit?
Kalau YA, sebutkan nama penyakitnya:...........................................................
Klien mempunyai kelainan pembekuan darah : ...........................................
Klien mempunyai reaksi alergi terhadap hal-hal sebagai berikut :
a. Makanan .............................................................
b. Obat-obatan .....................................................
c. Lain-lain : .................................
Klien sedang dalam perawatan/mengkonsumsi obat yang diresepkan/tidak
diresepkan oleh dokter/dokter gigi
Lain-lain :
.....................................................................................................................

403
A. Kesan Umum :

a. Kesadaran : ................................ 5). Nadi : ........


kali/menit
b. Tinggi Badan : ........ cm 6). Suhu : ........ C
c. Berat Badan : ........ Kg 7). Respirasi : ........ kali/menit
d. Tensi Darah : ........ mm/Hg 8). Nyeri : Skala ........

4. Riwayat Kesehatan Gigi :

Materi Wawancara YA TIDAK


Klien pernah di rawat gigi sebelumnya
Kalau sudah pernah dirawat, apakah pengalaman perawatannya tidak
memuaskan atau menjadikan cemas/takut untuk diperiksa ulang?
Klien mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan gigi dan mulut
yang baik dan benar
Klien melakukan menyikat gigi minimal 2 kali sehari setelah makan pagi dan
sebelum tidur malam. Kemampuan menyikat gigi : ..........................................
Klien menyikat gigi dengan cara yang benar, tepat dan cermat
Klien mengurangi makanan yang manis dan lengket
Klien memperbanyak makan buah-buahan dan sayuran yang berserat
Klien mempunyai kebiasaan sebagai berikut :
a. Minum teh/kopi
b. Minum minuman beralkohol
c. Minum minuman bersoda
d. Merokok
e. Mengunyah satu sisi
f. Mengunyah sirih/tembakau
g. Menggigit-gigit benda keras
h. Bruxism
Lain-lain : .......................................................................................

404
a. Pemeriksaan Extra Oral :

a. Kesadaram : .................................
b. Kesan Umum : Normal / ada kelaianan : ..................
c. Muka : Simetris/ tidak simetris
d. Kelenjar limpe : Kanan Kiri
Teraba / Tidak Teraba Teraba / Tidak Teraba

Keras / Lunak Keras / Lunak

Sakit / Tidak Sakit Sakit / Tidak Sakit

b. Pemeriksaan Intra Oral / Pemeriksaan gigi geligi

1). Pemeriksaan Mukosa Mulut 2). Kelainan/anomali gigi

a. Lidah : a. Bentuk :

b. Pipi : b. Ukuran :

c. Bibir : c. Posisi :

d. Palatum d. Warna : :

e. Kelaianan yg ditemukan : e. Gusi :

3). Kelainan gusi

GIGI/ Lokasi Konsistensi Bentuk papil Bentuk Margin Data/


bukal palatal labial lingual kenyal lunak runcing bulat normal Abnormal Warna
REGIO Masalah

4). Pemeriksaan jaringan gigi geligi

405
Gigi/ Data/
Inspeksi Thermis Sondasi Perkusi Druk Mobiliti
REGIO masalah

5). Index pengalaman karies 6). Community Periodontal Index for Treatment
Needs
def-t : DMF-T : Sextan 1 Sextan 2 Sextan 3

d= D=

e= M= Sextan 6 Sextan 5 Sextan 4

e= F=

def-t= DMF-T = Sextan sehat =

7). Index kebersihan mulut

Gigi Index untuk pemeriksaan OHI-S :

Sebelum Oral Prophylaxis Treatment

Debris Index Kalkulus Index

Skor OHI-S :

Kriteria OHI-S :

Sesudah Oral Prophylaxis Treatment

Debris Index Kalkulus Index

Skor OHI-S :

Kriteria OHI-S :

406
8). pH Saliva = Viskositas Saliva =

B. DIAGNOSIS ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

GIGI/ MASALAH
DATA DIAGNOSA Gejala
REGIO sehubungan dengan:

C. PERENCANAAN ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT


1. RENCANA INTERVENSI
GIGI/
PROMOTIF PREVENTIF KURATIF
REGIO

407
2. TUJUAN DAN WAKTU ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

GIGI/ TUJUAN CARA EVALUASI INDIKATOR KEBERHASILAN

REGIO

Promotif :

Preventif :

Kuratif :

3. PENJELASAN INFORMED CONCERN

D. IMPLEMENTASI

GIGI/ PENYULUHAN/
KUNJUNGAN
PERAWATAN KLINIS KONSELING/ HASIL EVALUASI
KE : REGIO INTRUKSI

GIGI/ JENIS
TAHAP PERSIAPAN TAHAP PELAKSANAAN TAHAP TERMINASI
INTERVENSI
REGIO

408
E. EVALUASI

KUNJUNGAN PERAWATAN EVALUASI


KE : KLINIS STRUKTUR PROSES HASIL

PERAWAT GIGI PENYELIA: PERAWAT GIGI PELAKSANA

(…………………………...........)
(…………………………...........)

409
INFORMED CONSENT
Yang bertanda tangan di bawah ini :

Saya, pasien :

Nama : ...............................................................

Umur : ................................................................

Alamat : ................................................................

Orang tua / Wali Pasien :

Nama : ................................................................

Umur : ................................................................

Alamat : ................................................................

Menyatakan telah mendapat penerangan mengenai pemeriksaan dan perawatan yang akan
dilaksanakan terhadap saya / anak saya*), dengan akibat sampingan yang mungkin terjadi, jumlah
kunjungan yang harus dilaksanakan serta biaya yang harus dibayar untuk pemeriksaan dan
perawatan dimaksud.

Selanjutnya saya memberikan persetujuan kepada perawat gigi yang di tunjuk untuk
melaksanakan tindakan asuhan kesehatan gigi dan mulut kepada saya/anak saya sesuai dengan
yang telah dijelaskan kepada saya sebelumnya.

Persetujuan ini diberikan dengan penuh kesadaran akan kemungkinan terjadinya akibat
sampingan dari tindakan tersebut diatas.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan penuh rasa tanggungjawab.

Nama Kota, ...............................

Yang menyatakan Orang tua/ Wali Pasien Saksi

Pasien

( ............................. ) ( ............................. ) ( ............................. )

Pernyataan pelaksana perawatan gigi :

Saya menyatakan bahwa saya telah menjelaskan sifat dan tujuan serta kemungkinan akibat yang
akan timbul dari tindakan perawatan gigi ini kepada pasien sendiri/orang
tua/wali/istri/suami/keluarga lainnya terkecuali pasien tak sadar/gangguan mental*).

Semarang ..................................

Yang menyatakan, Operator (Perawat Gigi / Mahasiswa)

( ................................................ )

*) Coret yang tidak perlu


410
Format Penilaian Tes 2

ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN

Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut 100

1 Pengkajian Max = 70 20 x 20 = .........

Identitas Klien 0,1,2,3,4,5 70

Keluhan Klien 0,1,2,3,4,5

Riwayat Kesehatan Umum 0,1,2,3,4,5

a. Kesan Umum 0,1,2,3,4,5

Riwayat Kesehatan Gigi 0,1,2,3,4,5

a. Pemeriksaan ekstra oral 0,1,2,3,4,5

b. Pemeriksaan intra oral :

1). Mukosa mulut 0,1,2,3,4,5

2). Kelainan gigi 0,1,2,3,4,5

3). Kelainan Gusi 0,1,2,3,4,5

4). Pemeriksaan gigi geligi 1,2,3,4,5,5

5). Index Pengalaman Karies 1,2,3,4,5,5

6). CPITN 1,2,3,4,5,5

7). OHI-S 1,2,3,4,5,5

8). pH dan Viskositas Saliva 1,2,3,4,5,5

2 Diagnosa Max = 22 20

Gigi / Regio 0,1,2

Data 0,1,2,3,4,5 x 20 = .......

Diagnosa 0,1,2,3,4,5 22

Masalah 0,1,2,3,4,5

Gejala 0,1,2,3,4,5

3 Perencanaan Max = 15 20 x 20 = .........

Rencana Intervensi 0,1,2,3,4,5 15

Tujuan dan Waktu Asuhan Kesgimul 0,1,2,3,4,5

Penjelasan Informed Concern 0,1,2,3,4,5

411
4 Implementasi Max = 16 20 x 20 = .........

Gigi / Regio 0,1,2 16

Perawaan Klinis 0,1,2

Penyuluhan/Konseling/Instruksi 0,1,2

Hasil Evaluasi 0,1,2

Jenis intervensi 0,1,2

Tahap persiapan 0,1,2

Tahap pelaksanaan 0,1,2

Tahap terminasi 0,1,2

5 Evaluasi Max = 19 20 x 20 = .........

Kunjungan 0,1,2 19

Perawatan Klinis 0,1,2

Evaluasi Struktur 0,1,2,3,4,5

Evaluasi Proses 0,1,2,3,4,5

Evaluasi Hasil 0,1,2,3,4,5

JUMLAH ..........

Kunci Jawaban Tes

Tes 1

ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN

100

1 Nama profesi yang akan dirujuk 0,1,2 20 x 100 = 100

2 Nama profesi yang akan dirujuk 0,1,2 20

3 Nomor RM 0,1,2

4 Umur 0,1,2

5 Nama 0,1,2

6 Kelamin 0,1,2

7 Alamat 0,1,2

412
8 Diagnosa 0,1,2

9 Tindakan yang telah diberikan 0,1,2

10 Nama dan tanda tangan pengirim 0,1,2

JUMLAH 100

Tes 2

ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN

Evaluasi Keperawatan Gigi 100

1 Isian tabel Max = 5 50

Kunjungan klien ada 0,1 5 x 50 = 50

Perawatan Klinis ada 0,1 5

Evaluasi struktur ada 0,1

Evaluasi proses ada 0,1

Evaluasi hasil ada 0,1

2 Kebenaran isian tabel Max = 10 50

Kunjungan klien benar 0,1,2

Perawatan Klinis benar 0,1,2 10 x 50 = 50


Evaluasi struktur benar 0,1,2 10
Evaluasi proses benar 0,1,2

Evaluasi hasil benar 0,1,2

JUMLAH 100

413
Tes 3

ANGKA
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI AKHIR
PEROLEHAN

Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut 100

1 Pengkajian Max = 70 20 70 x 20 = 20

Identitas Klien 0,1,2,3,4,5 70

Keluhan Klien 0,1,2,3,4,5

Riwayat Kesehatan Umum 0,1,2,3,4,5

a. Kesan Umum 0,1,2,3,4,5

Riwayat Kesehatan Gigi 0,1,2,3,4,5

a. Pemeriksaan ekstra oral 0,1,2,3,4,5

b. Pemeriksaan intra oral :

1). Mukosa mulut 0,1,2,3,4,5

2). Kelainan gigi 0,1,2,3,4,5

3). Kelainan Gusi 0,1,2,3,4,5

4). Pemeriksaan gigi geligi 1,2,3,4,5,5

5). Index Pengalaman Karies 1,2,3,4,5,5

6). CPITN 1,2,3,4,5,5

7). OHI-S 1,2,3,4,5,5

8). pH dan Viskositas Saliva 1,2,3,4,5,5

2 Diagnosa Max = 22 20

Gigi / Regio 0,1,2

Data 0,1,2,3,4,5 22 x 20 = 20

Diagnosa 0,1,2,3,4,5 22

Masalah 0,1,2,3,4,5

Gejala 0,1,2,3,4,5

3 Perencanaan Max = 15 20 15 x 20 = 20

Rencana Intervensi 0,1,2,3,4,5 15

Tujuan dan Waktu Asuhan Kesgimul 0,1,2,3,4,5

Penjelasan Informed Concern 0,1,2,3,4,5

414
4 Implementasi Max = 16 20 16 x 20 = 20

Gigi / Regio 0,1,2 16

Perawaan Klinis 0,1,2

Penyuluhan/Konseling/Instruksi 0,1,2

Hasil Evaluasi 0,1,2

Jenis intervensi 0,1,2

Tahap persiapan 0,1,2

Tahap pelaksanaan 0,1,2

Tahap terminasi 0,1,2

5 Evaluasi Max = 19 20 19 x 20 = 20

Kunjungan 0,1,2 19

Perawatan Klinis 0,1,2

Evaluasi Struktur 0,1,2,3,4,5

Evaluasi Proses 0,1,2,3,4,5

Evaluasi Hasil 0,1,2,3,4,5

JUMLAH 100

415
DaftarPustaka
Bricker, S. L., Langlais, R. P., Miller, C. S., 1994, Oral Diagnosis, Oral Medicine, and Treatment
Planning 2nd ed, A Waverly Company.
Davey P, 2006, At a Glance Medicine, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Depkes RI, 2004, Standar Nasional Rekam Medik Kedokteran Gigi. Jakarta: Ditjend Yanmedik
Depkes RI; Jakarta.
Dipiro,J.T., Wells.,B.G.,Schwinghammer,T.L., Dipiro, C.V., 2005, Pharmacotherapy Handbook,
The McGraw-Hill Companies, USA.
Grosssman, L.I., 1995, Ilmu Endodontik dalam Praktek Ed:11, Alih Bahasa: Rafiah Abyono. Jakarta:
EGC.
Isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Kasper DL, Asdie AH(Ed), 1999, Harrison: Prinsip-
Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, EGC, Jakarta.
Redelmeier, Donald A., 2001, Problems for clinical judgement: 2. Obtaining a reliable past medical
history, CMAJ, 164(6.
Roberson, T., Heymann H.O., Edward, J. S. Jr, 2006, Sturdevant’s Art and Science of Operative
Dentistry Fifth Edition, Mosby Elsevier, Missouri.
Sherwood, I. A., 2010, Essentials of Operative Dentistry, Jaypee Brothers Medical Publisher, New
Delhi.
Sriyono, N.W., 2011, Kumpulan Naskah Ilmiah 6, Seri II Ilmu Kesehatan Oral, Badan
Penerbit FKIK, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
Walton, R.E. dan Torabinejad M., 1998, Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsi Ed:3, Alih
Bahasa Narlan Sumawinata dkk., “Principle and Practice of Endodontics”,Jakarata :
EGC
Derby dan Wals 2003, Dental Hygiene Theory and Practice 2nd, Sounders Missouri USA
Depkes RI 1995, Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pelayanan Asuhan kesgilut.
Wilkins EM, 2005, Clinical Practice of Dental Hygiene 9 ed edition, Lippicot Williams &
Wilkins, Massachutes
Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Pedoman paket
dasar pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas,-- Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI. 2012
Kamus Besar Bahasa Indonesia 1999: 431.
Karmawati Ita Astit dkk, 2014, Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut, Ed
1,Cet1-Yogyakarta Deepublish.

416

Anda mungkin juga menyukai