Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. L a t a r B e l a k a n g M a s a l a h
Rongga mulut biasanya disebut sebagai jendela menuju ke seluruh tubuh yang
memberikan sinyal adanya gangguan kesehatan. Menurut World Health Organization
(WHO) 2013, kesehatan gigi dan mulut saling berkaitan dengan kondisi kesehatan
tubuh seseorang. Hal ini dikarenakan kondisi rongga mulut dapat menjadi penyebab
timbulnya suatu penyakit pada bagian tubuh yang lain, ketika sitem imun telah
mengalami gangguan. Begitupun sebaliknya, kondisi sistemik dapat berdampak atau
menimbulkan suatu penyakit dalam rongga mulut seseorang. Oleh karena itu, kondisi
kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu aspek penting dalam menunjang
kesehatan tubuh seseorang, serta akan berdampak pada kualitas hidupnya, baik
secara fisik maupun psikologis. Akhir-akhir ini hubungan antara penyakit sistemik dan
penyakit pada rongga mulut menarik perhatian para peneliti. Beberapa klinik dokter
gigi terlihat peningkatan jumlah pasien dengan kondisi medis yang menyulitkan
perawatan gigi dan mulut, sehingga perlu dilakukan konsultasi dengan dokter ataupun
dokter spesialis yang menangani kondisi sistemiknya. Pasien dengan kondisi ini
disebut dengan medically compromised. Salah satu penyakit sistemik yang
meliibatkan manifestasi oral adalah Leukemia.
Leukemia merupakan kanker pada sumsum tulang dan sel darah.
Leukemia merupakan salah satu dari sepuluh kanker pembunuh teratas di Hong
Kong, dengan sekitar 500 kasus baru yang didiagnosis setiap tahunnya. Tidak
seperti kebanyakan kanker lainnya, leukemia bisa terjadi pada orang dewasa dan
anak-anak, meskipun lebih sering terjadi pada orang dewasa.
Leukemia berpotensi untuk disembuhkan. Leukemia memiliki tingkat
kesembuhan tertinggi di antara semua jenis kanker yang ganas. Ada banyak
subjenis leukemia dan pengobatannya pun bervariasi. Pasien dan anggota
keluarga yang menderita leukemia didorong untuk mempelajari lebih lanjut tentang
penyakit dan tindakan pengobatan terkait untuk memudahkan perawatan medis.

B. Tujuan
Untuk Mengetahui Manifestasi oral Penyakit leukemia akut.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Leukemia Akut
1. Definisi
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sumsum
tulang ditandai oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna di
sel-sel pembentuk oleh sel tak normal atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari
sumsum tulang yang dapat ditemukan didalam darah perifer atau darah tepi.
2. Etiologi
Etiologi secara pasti belum dapat diketahui tetapi beberapa faktor yang diduga
mempengaruhi frekwensi terjadinya leukemia.
a. Radiasi
Hal ini ditunjang dengan beberapa laporan dari beberapa riset yang menangani
kasus leukemia bahwa para pegawai radiologi lebih sering menderita leukemia.
Leukemia juga ditemukan pada korban hidup kejadian bom atom Hiroshima
dan Nagasaki,Jepang.
b. Leukemogenik
Beberapa zat kimia yang dilaporkan telah diidentifikasi dapat mempengaruhi
frekwensi leukemia, misalnya benzene, insektisida dan obat-obatan yang
digunakan untuk kemoterapi. Pewarna tekstil (rhodamin) digunakan mewarnai
jelly dan minuman agar menarik. Makanan yang mengandung monosodium
glutamat, perasa yang berbahan kimia.
c. Herediter
Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya Down syndrome dan
Fanconi anemia) Penderita Down Syndrome memilki insidensi leukemia akut
20 kali lebih besar dari orang normal.
d. Virus
Beberapa jenis virus dapat menyebabkan leukemia, seperti retrovirus, virus
leukemia feline, HTLV-1 pada dewasa.

B. Patofisiologi
Leukemia sebenarnya merupakan suatu istilah untuk beberapa jenis penyakit
yang berbeda dengan manifestasi patofisiologis yang berbeda pula, Mulai dari yang
berat dengan penekanan sum-sum tulang yang berat seperti pula seperti pada

2
leukemia akut sampai kepada penyakit dengan perjalanan yang lambat dan gejala
(indolent) seperti pada leukemia kronik. Pada dasarnya efek patofisiologi berbagai
macam leukemia akut mempunyai kemiripan tetapi sangat berbeda dengan leukemia
kronik. Kelainan yang menjadi ciri khas sel leukemia diantaranya termasuk asal mula
“gugus” sel (clonal), kelainan proliferasi, kelainan sitogenik dan morfologi, kegagalan
diferensiasi, petanda sel dan perbedaan biokimiawi terhadap sel normal. Terdapat
bukti kuat bahwa leukemia akut dimulai dari sel tunggal yang berproliferasi secara
klonal sampai mencapai sejumlah populasi sel yang dapat terdeteksi. Walau etiologi
leukemia pada manusia belum diketahui benar, tetapi pada penelitian mengenai
proses leukemogenesis pada binatang percobaan ditemukan bahwa penyebab
(agent)nya mempunyai kemampuan melakukan modifikasi nukleus DNA dan
kemampuan ini meningkat bila terdapat suatu kondisi (mungkin suatu kelainan)
genetik tertentu seperti translokasi, amplifikasi dan mutasi onkogen seluler.
Pengamatan ini menguatkan anggapan bahwa leukemia dimulai dan suatu
mutasi somatik yang mengakibatkan terbentuknya “gugus” (clone) abnormal. Dari
analisis mengenai sitogenik, isoensim dan fenotip sel, dapat ditarik kesimpulan bahwa
transformasinsel pada LMA dapat terjadi di berbagai tempat pada jalur perkembangan
sel induk. Dengan demikian ekspresinya berupa perkembangan gugus sel tertentu
(clone) dengan akibat dapat terjadi berbagai jenis sel leukemia. Misalnya transformasi
leukemia terjadi pada sel induk pluripoten yang akan mengenai eritrosit dan trombosit
atau terjadi pada gugus sel induk yang telah dijuruskan untuk granulositopoisis atau
monositopoisis. Telah pula dapat dibedakan masing-masing sel leukemia yang
termasuk golongan LMA yang berasal dari sel induk granulosit –monosit yang relative
tua (mature) dari sel induk yang lebih muda fenotifnya.

C. Manifestasi klinik dan Oral


Gejala dan tanda pada leukemia akut berhubungan dengan infiltrasi sel
leukemia ke dalam jaringan normal yang menyebabkan kegagalan sum-sum tulang
(anemia, neutropenia, trombositopenia) atau infiltrasi jaringan yang spesifik
(lymphnode, liver, ginjal, otak, tulang, kulit, ginggiva dan testis). Gejala yang paling
sering adalah demam, pucat, ptekie, ekimosis, lethargi, malaise, anoreksia, sakit sendi
dan tulang. Hasil pemeriksaan fisik yang biasa ditemukan adalah limfadenopati dan
hepatosplenomegali. Keterlibatan gejala susunan syaraf pusat yang simptomatik
adalah pada saat penyakit timbul. Testis merupakan lokasi ekstrameduler yang paling
sering pada LLA. Pembesaran tanpa nyeri pada satu atau kedua testis dapat terlihat.

3
Manifestasi gingiva paling sering ditemukan pada leukemia akut tetapi tidak
terlalu sering terjadi pada leukemia kronik. Pada leukemia akut gingiva umumnya
lunak, berwarna merah gelap dan bengkak. Pembengkakan biasanya menjadi sangat
besar sehingga gingiva dapat menutupi gigi. Penderita leukemia sering mengalami
perdarahan spontan pada gingiva yang merupakan faktor pendorong utama
kunjungan ke dokter gigi. Dari studi kasus Yulia Affandi di Universitas Sumatera Utara
prevalensi pembesaran gingiva lebih sering terjadi pada leukemia akut daripada kronis
yaitu sekitar 36% terjadi pada leukemia akut dan 10% terjadi pada leukemia kronis.
Pembesaran gingiva yang paling sering terjadi ialah pada penyakit Leukemia
Monositik Akut (M5) yaitu sekitar 66,7%, Leukemia Mielomonositik Akut (M4) 18,5%
dan Leukemia Mielositik Akut(M1,M2) 3,7%

Manifestasi oral berupa pembengkakan gingival dan perdarahan gingival bisa


disebabkan oleh leukemia. Pembengkakan gingiva merupakan tanda oral yang paling
sering ditemukan pada pasien yang tidak diterapi. Di sisi lain, Hou dkk menemukan
bahwa perdarahan gingival merupakan tanda awal pada oral baik pada leukemia akut
dan kronik. Pada penelitian ini tidak ditemukan status gingival sehat. Hal ini sesuai
dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa pembengkakan merupakan tanda awal
pada oral yang sering ditemukan pada pasien dengan leukemia.

Leukemia dikarakteristikkan oleh produksi yang tidak terkontrol dari sel darah
putih, yang menyebakan manifestasi oral dan klinik, yang sangat penting dalam
mendiagnosis penyakit. Deteksi awal leukemia sangat penting karena semakin dini
penyakit ini dikenali maka prognosis dari penyakit ini akan semakin baik. Tergantung
pada tipe, dosis dan frekuensi penggunaan agen antineoplastik, komplikasi oral yang
berat dapat muncul. Dalam literature, sekitar 40% pasien mendapatkan perawatan
onkologi karena memiliki komplikasi oral dari antineoplastik, seperti mukositis,
xerostomia, dan infeksi jamur, virus atau bakteri.

Setelah terapi awal terjadi perubahan pada oral, seperti ulserasi, mukositis,
penurunan rasa, desquamasi kulit, candidiasis, perdarahan gingival, xerostomia,
disfasia, infeksi oportunistik, trismus, dan pengaruh akhir, lesi vascular, atrofi jaringan,
kehilangan atau perubahan rasa, fibrosis, edema, nekrosis jaringan halus, kehilangan
gigi, penurunan aliran saliva, lesi caries, osteorradionekrosis dan condrionekrosis.
Komplikasi akhir dari terapi antineoplastik akut menyebabkan perasaan tidak nyaman
pada pasien.

4
Manifestasi oral (pembengkakan gingival dan perdarahan gingival dan oral)
disebabkan oleh leukemia. Pembengkakan gingival merupakan tanda oral yang paling
sering ditemukan pada pasien yang tidak ditangani. Namun, Hou dkk menemukan
bahwa perdarahan gingival merupakan tanda oral awal pada leukemia akut dan kronik.

5
DAFTAR PUSTAKA

Dental Health Foundation. Links between oral and general health, the mouthbody
connection. Ireland ; 2016. [ Skripsi ] Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hasanuddin Makassar 2016.
Song M, Donnell JA, Bekhuis T, Spallek H. Are dentists interested in the oral
systemic disease connection? A qualitative study of an online
community of 450 practitioners. Pittsburgh : BMC Oral Health ; 2013. [
Skripsi ] Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar 2016.
Roy R. B. Tangka’a , Pieter L. Suling , Christy N. Mintjelungan : Gambaran Status
Gingiva Pada Penderita Leukemia Di Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Jurnal e-GiGi (eG), Volume 3, Nomor 1, Januari-Juni 2015.
repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/66967/Chapter%20II.pdf?...4...

Anda mungkin juga menyukai