Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT (LLA)

Disusun untuk Memenuhi Laporan Tugas Individu Profesi Ners


Departemen Pediatrik

Oleh :
Anggara Novananta Putra
150070300113010

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

1. Definisi
Leukemia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi dini yang
berlebihan dari sel darah putih. Leukemia juga dapat didefinisikan sebagai keganasan
hematologis akibat proses neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai
tingkatan sel induk hematopoietik (Handayani & Haribowo, 2008).
Sedangkan menurut Hidayat (2008), leukemia merupakan penyakit akibat
terjadinya proliferasi sel leukosit yang abnormal dan ganas, sering disertai adanya
leukosit dengan jumlah berlebihan dan dapat menyebabkan terjadinya anemia
trombositopenia.

2. Klasifikasi
Leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan :
1. Maturasi sel
Akut
Leukemia akut merupakan proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas,
sering disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal, jumlahnya berlebihan,
serta dapat menyebabkan anemia, trombositopenia, dan diakhiri dengan
kematian.
Leukemia akut menurut klasifikasi FAB (French-American-British) dapat
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
1. Leukemia mielositik akut/acute myeloid leukemia (LMA/AML)
Merupakan leukemia yang mengenai sel stem hematopoetik yang kelak
berdiferensiasi ke semua sel myeloid. LMA merupakan leukemia nonlimfositik
yang paling sering terjadi. Insiden AML kira-kira 2-3/100.000 penduduk, LMA
lebih sering ditemukan pada usia dewasa (85%) daripada anak-anak (15%)
(Handayani & Haribowo, 2008). Sering terjadi anemia, perdarahan, atau
infeksi. Jarang disertai keterlibatan organ lain (Rubenstein, Wayne & Bradley.
2007).

2. Leukemia limfositik akut/acute lymphoblastic leukemia (LLA/ALL)


LLA terjadi pada 85% kasus. Lebih sering muncul pada anak laki-laki dan
insidensi puncak terjadi antara usia 2 hingga 5 tahun (Meadow & Newell,
2005). Infiltrasi sumsum tulang oleh sel limfoblastik menyebabkan anemia,
memar (trombositopenia), dan infeksi (neutropenia). Limfoblas biasanya
ditemukan dalam darah tepi dan selalu ada di sumsum tulang. Terjadi
limfadenopati, splenomegali, dan hepatomegali. 70% anak dengan LLA kini
bisa disembuhkan (Rubenstein, Wayne & Bradley. 2007).
Kronis
1. Leukemia granulositik kronik/leukemia mieloid kronis (LGK/LMK)
Merupakan suatu penyakit mieloproliferatif yang ditandai dengan
produksi berlebihan seri granulosit yang relatif matang. LMK merupakan
leukemia kronis dengan gejala yang timbul perlahan-lahan dan sel
leukemianya berasal dari transformasi sel induk myeloid (Handayani &
Haribowo, 2008).
LMK merupakan 15-20% dari leukemia dan merupakan leukemia
kronis yang paling sering dijumpai di Indonesia, sedangkan di Negara Barat
leukemia kronis lebih banyak ditemui dalam bentuk LLK. Umumnya LMK
mengenai usia pertengahan dengan puncak pada usia 40-50 tahun. Pada
anak-anak dapat dijumpai bentuk juvenile LMK. Abnormalitas genetic yang
disebut kromosom Philadelphia ditemukan pada 90-95% klien dengan LMK
(Handayani & Haribowo, 2008).

2. Leukemia limfositik kronis


Terjadi pada manula dengan limfadenopati generalisata dan peningkatan
jumlah leukosit serta limfositosis. Perjalanan penyakit biasanya jinak dan
indikasi pengobatan adalah hanya jika timbul gejala (Rubenstein, Wayne &
Bradley. 2007).

2. Tipe sel asal


Mielositik
Limfositik

3. Etiologi dan Faktor Risiko


Meskipun pada sebagian besar penderita leukemia faktor-faktor penyebabnya tidak dapat
diidentifikasi, tetapi ada beberapa faktor yang terbukti dapat menyebabkan leukemia,
yaitu faktor genetik, sinar radioaktif, dan virus.
a. Faktor genetik
Insidensi leukemia akut pada anak-anak penderita sindrom Down adalah 20 kali lebih
banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan leukemia
akut. Insidensi leukemia akut juga meningkat pada penderita kelainan congenital
dengan aneuloidi, misalnya agranulositosis congenital, sindrom Ellis van Greveld,
penyakit seliak, sindrom Bloom, anemia fanconi, sindrom klinefelter, dan sindrom
trisomi D.
b. Sinar radioaktif
Angka kejadian leukemia mieloblastik akut (ANL) dan leukemia granulositik kronis
(LGK) jelas sekali meningkat sesudah sinar radioaktif. Akhir-akhir ini dibuktikan
bahwa penderita yang diobati dengan sinar radioaktif akan menderita leukemia pada
6% klien, dan baru terjadi sesudah 5 tahun.
c. Virus
Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada binatang.
Sampai sekarang belum dapat dibuktikan bahwa penyebab leukemia pada manusia
adalah virus. Meskipun demikian, ada beberapa hasil penelitian yang mendukung
teori virus sebagai penyebab leukemia, yaitu enzyme reverse transcriptase ditemukan
dalam darah manusia. Seperti diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus onkogenik
seperti retrovirus tipe C, yaitu jenis virus RNA yang menyebabkan leukemia pada
binatang. Enzim tersebut menyebabkan virus yang bersangkutan dapat membentuk
bahan genetik yang kemudian bergabung dengan genom yang terinfeksi.
(Handayani & Haribowo. 2008)

4. Patofisiologi
(terlampir)

5. Manifestasi Klinis
Gejala leukemia akut biasanya terjadi setelah beberapa minggu dan dapat dibedakan
menjadi 3 tipe :
a. Gejala kegagalan sumsum tulang merupakan manifestasi keluhan yang paling umum.
Leukemia menekan fungsi sumsum tulang, menyebabkan kombinasi dari anemia,
leucopenia (jumlah sel darah putih rendah), dan trombositopenia (jumlah trombosit
rendah). Gejala yang tipikal adalah lelah dan sesak napas (akibat anemia), infeksi
bakteri (akibat leukopenia), dan perdarahan (akibat trombositopenia dan terkadang
akibat koagulasi intravascular diseminata [DIC]). Pada pemeriksaan fisik ditemukan
kulit yang pucat, beberapa memar, dan perdarahan. Demam menunjukkan adanya
infeksi, walaupun pada beberapa kasus, demam dapat disebabkan oleh leukemia itu
sendiri. Limfadenopati, apabila ditemukan, biasanya volume kecil dan lebih khas pada
ALL daripada AML.
b. Gejala sistemik berupa malaise, penurunan berat badan, berkeringat, dan anoreksia
cukup sering terjadi.
c. Gejala lokal : terkadang pasien dating dengan gejala atau tanda infiltrasi leukemia di
kulit, gusi, atau sistem saraf pusat.
(Davey, 2005)

6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Davey (2005), pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien ALL adalah
sebagai berikut :
a. Hitung darah lengkap (FBC) biasanya menunjukkan gambaran anemia dan
trombositopenia. Jumlah sel darah putih yang normal biasanya berkurang dan jumlah
sel darah putih total dapat rendah, normal, atau meningkat. Apabila normal atau
meningkat, sebagian besar selnya adalah sel darah putih primitif (blas).
b. Pemeriksaan biokimia dapat menunjukkan adanya disfungsi ginjal, hipokalemia, dan
peningkatan kadar bilirubin.
c. Profil koagulasi dapat menunjukkan waktu protrombin dan waktu tromboplastin parsial
teraktivasi (APPT) yang memanjang karena sering terjadi DIC.
d. Kultur darah karena adanya risiko terjadi infeksi.
e. Foto toraks : pasien dengan ALL jalur sel T sering memiliki massa mediastinum yang
dapat dilihat pada foto toraks.
f. Golongan darah, karena cepat atau lambat akan dibutuhkan transfusi darah dan
trombosit.
g. Pemeriksaan penunjang diagnostik spesifik termasuk aspirasi sumsum tulang, biopsy
trephine, penanda sel, serta pemeriksaan sitogenetik untuk membedakan ALL
dengan AML secara akurat. Auer rod di sitoplasma sel blas merupakan penanda
patognomonik pada AML, namun hanya ditemukan pada 30% kasus.

7. Penatalaksanaan Medis
Menurut Davey (2005), penatalaksanaan medis untuk pasien leukemia akut antara lain :
a. Resusitasi
Pasien yang baru didiagnosis leukemia akut biasanya berada dalam keadaan sakit
berat dan rentan terhadap infeksi berat dan/atau perdarahan. Prioritas utamanya
adalah resusitasi menggunakan antibiotik dosis tinggi intravena untuk melawan
infeksi, transfusi trombosit atau plasma beku segar (fresh frozen plasma) untuk
mengatasi anemia. Penggunaan antibiotik dalam situasi ini adalah tindakan yang
tepat walaupun demam yang terjadi ternyata merupakan akibat dari penyakit itu
sendiri dan bukan akibat infeksi. Lebih mudah menghentikan pemberian antibiotic
daripada menyelamatkan pasien dengan syok dan septikemia yang telah dibiarkan
tanpa terapi antibiotik.
b. Kemoterapi
Terapi definitive leukemia akut adalah dengan kemoterapi sitotoksik menggunakan
kombinasi obat multiple. Protokol persisnya berbeda dalam penanganan ALL dan
AML. Obat sitotoksik bekerja dengan berbagai mekanisme namun semuanya dapat
menghancurkan sel leukemia. Sayangnya, beberapa sel normal juga ikut dirusak dan
ini menyebabkan efek samping seperti kerontokan rambut, mual, muntah, nyeri pada
mulut (akibat kerusakan pada mukosa mulut), dan kegagalan sumsum tulang akibat
matinya sel smsum tulang. Salah satu konsekuensi mayor dari neutropenia akibat
kemoterapi adalah infeksi berat. Pasien harus diterapi berbulan-bulan (AML) atau
selama 2-3 tahun (ALL).
c. Transplantasi sumsum tulang
Ini merupakan pilihan terapi lain setelah kemoterapi dosis tinggi dan radioterapi pada
beberapa pasien leukemia akut. Transplantasi dapat bersifat autolog, yaitu sel
sumsum tulang diambil sebelum pasien menerima terapi dosis tinggi, disimpan, dan
kemudian diinfuskan kembali. Selain itu, dapat juga bersifat alogenik, yaitu sumsum
tulang berasal dari donor yang cocok HLA-nya. Kemoterapi dengan dosis sangat
tinggi akan membunuh sumsum tulang penderita dan hal tersebut tidak dapat pulih
kembali. Sumsum tulang yang diinfuskan kembali akan mengembalikan fungsi
sumsum tulang pasien tersebut. Pasien yang menerima transplantasi alogenik
memiliki risiko rekurensi yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang
menerima transplantasi autolog, karena sel tumor yang terinfusi kembali dapat
menimbulkan relaps. Pada transplantasi alogenik, terdapat bukti kuat yang
menunjukkan bahwa sumsum yang ditransplantasikan akan berefek antitumor yang
kuat karena limfosit T yang tertransplantasi. Penelitian-penelitian baru menunjukkan
bahwa transplantasi alogenik menggunakan terapi dosis rendah dapat dilakukan dan
memiliki kemungkinan sembuh akibat mekanisme imunologis.

Adapun penatalaksanaan keperawatan pada klien dengan leukemia, yaitu sebagai


berikut :
a. Memantau tanda-tanda infeksi.
b. Isolasikan dari penyakit infeksi.
c. Anjurkan anak untuk memakai masker apabila mengalami leukopenia dan tidak boleh
menjalani kemoterapi.
d. Pemantauan tanda perdarahan, seperti petekie dan gusi berdarah.
e. Penatalaksanaan medis dalam pemberian kemoterapi dan radioterapi :
- Prednison untuk efek anti inflamasi.
- Vinkristin (oncovin) untuk antineoplastik yang menghambat pembelahan sel
selama metaphase.
- Asparaginase untuk menurunkan kadar asparagin (asam amino untuk
pertumbuhan tumor).
- Metotreksat sebagai anti metabolik untuk menghalangi metabolisme asam folat
sebagai zat untuk sintesis nucleoprotein yang diperlukan sel-sel yang cepat
membelah.
- Merkaptopurin untuk menghalangi sintesis asam nukleat.
- Sitarabin untuk menginduksi remisi pada pasien dengan leukemia granulositik
yang menekan sumsum tulang yang kuat.
- Alopurinol sebagai penghambat produksi asam urat dengan menghambat reaksi
biokimia.
- Siklofosfamid sebagai anti tumor kuat.
- Daurnorubisin sebagai penghambat pembelahan sel selama pengobatan
leukemia akut.
(Hidayat, 2008)
Asuhan keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
a. Identitas
Acute lymphoblastic leukemia sering terdapat pada anak-anak usia di bawah 15 tahun
(85%) , puncaknya berada pada usia 2 4 tahun. Rasio lebih sering terjadi pada anak laki-
laki daripada anak perempuan.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : Pada anak keluhan yang sering muncul tiba-tiba adalah demam,
lesudan malas makan atau nafsu makan berkurang, pucat (anemia) dan
kecenderungan terjadi perdarahan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu : Pada penderita ALL sering ditemukan riwayat keluarga
yang erpapar oleh chemical toxins (benzene dan arsen), infeksi virus (epstein barr,
HTLV-1), kelainan kromosom dan penggunaan obat-obatann seperti phenylbutazone
dan khloramphenicol, terapi radiasi maupun kemoterapi.
3) Pola Persepsi - mempertahankan kesehatan : Tidak spesifik dan berhubungan dengan
kebiasaan buruk dalam mempertahankan kondisi kesehatan dan kebersihan diri.
Kadang ditemukan laporan tentang riwayat terpapar bahan-bahan kimia dari orangtua.
4) Pola Nurisi : Anak sering mengalami penurunan nafsu makan, anorexia, muntah,
perubahan sensasi rasa, penurunan berat badan dan gangguan menelan, serta
pharingitis. Dari pemerksaan fisik ditemukan adanya distensi abdomen, penurunan
bowel sounds, pembesaran limfa, pembesaran hepar akibat invasi sel-sel darah putih
yang berproliferasi secara abnormal, ikterus, stomatitis, ulserasi oal, dan adanya
pmbesaran gusi (bisa menjadi indikasi terhadap acute monolytic leukemia)
5) Pola Eliminasi : Anak kadang mengalami diare, penegangan pada perianal, nyeri
abdomen, dan ditemukan darah segar dan faeces berwarna ter, darah dalam urin,
serta penurunan urin output. Pada inspeksi didapatkan adanya abses perianal, serta
adanya hematuria.
6) Pola Tidur dan Istrahat : Anak memperlihatkan penurunan aktifitas dan lebih banyak
waktu yang dihabiskan untuk tidur /istrahat karena mudah mengalami kelelahan.
7) Pola Kognitif dan Persepsi : Anak penderita ALL sering ditemukan mengalami
penurunan kesadaran (somnolence) , iritabilits otot dan seizure activity, adanya
keluhan sakit kepala, disorientasi, karena sel darah putih yang abnormal berinfiltrasi
ke susunan saraf pusat.
8) Pola Mekanisme Koping dan Stress : Anak berada dalam kondisi yang lemah dengan
pertahan tubuh yang sangat jelek. Dalam pengkajian dapt ditemukan adanya depresi,
withdrawal, cemas, takut, marah, dan iritabilitas. Juga ditemukan peerubahan suasana
hati, dan bingung.
9) Pola Seksual : Pada pasien anak-anak pola seksual belum dapat dikaji
10) Pola Hubungan Peran : Pasien anak-anak biasanya merasa kehilangan kesempatan
bermain dan berkumpul bersama teman-teman serta belajar.
11) Pola Keyakinan dan Nilai : Anak pra sekolah mengalami kelemahan umum dan
ketidakberdayaan melakukan ibadah.
12) Pengkajian tumbuh kembang anak.
c. Pemeriksaan Diagnostik
Count Blood Cells : indikasi normocytic, normochromic anemia
Hemoglobin : bisa kurang dari 10 gr%
Retikulosit : menurun/rendah
Platelet count : sangat rendah (<50.000/mm)
White Blood cells : > 50.000/cm dengan peningkatan immatur WBC (kiri ke kanan)
Serum/urin uric acid : meningkat
Serum zinc : menurun
Bone marrow biopsy : indikasi 60 90 % adalah blast sel dengan erythroid
prekursor, sel matur dan penurunan megakaryosit
Rongent dada dan biopsi kelenjar limfa : menunjukkan tingkat kesulitan tertentu

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3. Resiko terhadap cedera: perdarahan berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
5. Perubahan membran mukosa mulut: stomatitis berhubungan dengan efek samping ,
agen kemoterapi
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
7. Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,
radioterapi, imobilitas.

L. RENCANA KEPERAWATAN

N DIAGNOSA
TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
O KEPERAWATAN
1 Resiko infeksi NOC : NIC :
Definisi : Peningkatan v Immune Status Infection Control (Kontrol
resiko masuknya v Knowledge : Infection infeksi)
organisme patogen control Bersihkan lingkungan
Faktor-faktor resiko : v Risk control setelah dipakai pasien lain
- Prosedur Infasif Kriteria Hasil : Pertahankan teknik
- Ketidakcukupan v Klien bebas dari tanda isolasi
pengetahuan untuk dan gejala infeksi Batasi pengunjung bila
menghindari paparan v Mendeskripsikan perlu
patogen proses penularan Instruksikan pada
- Trauma penyakit, factor yang pengunjung untuk mencuci
- Kerusakan mempengaruhi tangan saat berkunjung dan
jaringan dan peningkatan penularan serta setelah berkunjung
paparan lingkungan penatalaksanaannya, meninggalkan pasien
- Ruptur membran v Menunjukkan Gunakan sabun
amnion kemampuan untuk antimikrobia untuk cuci
- Agen farmasi mencegah timbulnya tangan
(imunosupresan) infeksi Cuci tangan setiap
- Malnutrisi v Jumlah leukosit dalam sebelum dan sesudah
- Peningkatan batas normal tindakan kperawtan
paparan lingkungan v Menunjukkan perilaku Gunakan baju, sarung
patogen hidup sehat tangan sebagai alat
- Imonusupresi pelindung
- Ketidakadekuatan Pertahankan
imum buatan lingkungan aseptik selama
- Tidak adekuat pemasangan alat
pertahanan sekunder Ganti letak IV perifer
(penurunan Hb, dan line central dan dressing
Leukopenia, penekanan sesuai dengan petunjuk
respon inflamasi) umum
- Tidak adekuat Gunakan kateter
pertahanan tubuh primer intermiten untuk menurunkan
(kulit tidak utuh, trauma infeksi kandung kencing
jaringan, penurunan Tingktkan intake nutrisi
kerja silia, cairan tubuh Berikan terapi
statis, perubahan sekresi antibiotik bila perlu
pH, perubahan Infection Protection
peristaltik) (proteksi terhadap infeksi)
- Penyakit Monitor tanda dan
kronikhiperplasia dinding gejala infeksi sistemik dan
bronkus, alergi jalan lokal
nafas, asma. Monitor hitung
- Obstruksi jalan granulosit, WBC
nafas : spasme jalan Monitor kerentanan
nafas, sekresi tertahan, terhadap infeksi
banyaknya mukus, Batasi pengunjung
adanya jalan nafas Saring pengunjung
buatan, sekresi bronkus, terhadap penyakit menular
adanya eksudat di Partahankan teknik
alveolus, adanya benda aspesis pada pasien yang
asing di jalan nafas. beresiko
Pertahankan teknik
isolasi k/p
Berikan perawatan
kuliat pada area epidema
Inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
Dorong masukan
cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
Ajarkan cara
menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan
infeksi
Laporkan kultur positif

2 Intoleransi aktivitas b/d NOC : NIC :


fatigue v Energy conservation Energy Management
Definisi : Ketidakcukupan v Self Care : ADLs v Observasi adanya
energu secara fisiologis pembatasan klien dalam
maupun psikologis untuk Kriteria Hasil : melakukan aktivitas
meneruskan atau v Berpartisipasi dalam v Dorong anak untuk
menyelesaikan aktifitas aktivitas fisik tanpa mengungkapkan perasaan
yang diminta atau disertai peningkatan terhadap keterbatasan
aktifitas sehari hari. tekanan darah, nadi dan v Kaji adanya factor yang
RR. menyebabkan kelelahan
Batasan karakteristik : v Mampu melakukan v Monitor nutrisi dan
a. melaporkan aktivitas sehari hari sumber energi tangadekuat
secara verbal adanya (ADLs) secara mandiri v Monitor pasien akan
kelelahan atau adanya kelelahan fisik dan
kelemahan. emosi secara berlebihan
b. Respon abnormal v Monitor respon
dari tekanan darah atau kardivaskuler terhadap
nadi terhadap aktifitas aktivitas
c. Perubahan EKG v Monitor pola tidur dan
yang menunjukkan lamanya tidur/istirahat pasien
aritmia atau iskemia v
d. Adanya dyspneu Activity Therapy
atau ketidaknyamanan v Kolaborasikan dengan
saat beraktivitas. Tenaga Rehabilitasi Medik
dalammerencanakan progran
Faktor factor yang terapi yang tepat.
berhubungan :
v Bantu klien untuk
Tirah Baring atau
mengidentifikasi aktivitas
imobilisasi
Kelemahan yang mampu dilakukan
menyeluruh v Bantu untuk memilih
Ketidakseimbanga aktivitas konsisten
n antara suplei oksigen yangsesuai dengan
dengan kebutuhan kemampuan fisik, psikologi
Gaya hidup yang dan social
dipertahankan. v Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
v Bantu untuk mendpatkan
alat bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek
v Bantu untu
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
v Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
v Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
v Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
v Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
v Monitor respon fisik, emoi,
social dan spiritual
3 Resiko terhadap Tujuan : klien tidak v Gunakan semua tindakan
cedera/perdarahan yang menunjukkan bukti-bukti untuk mencegah perdarahan
berhubungan dengan perdarahan khususnya pada daerah
penurunan jumlah ekimosis
trombosit v Cegah ulserasi oral dan
rectal

v Gunakan jarum yang kecil


pada saat melakukan injeksi

v Menggunakan sikat gigi


yang lunak dan lembut
v Laporkan setiap tanda-
tanda perdarahan (tekanan
darah menurun, denyut nadi
cepat, dan pucat)
v Hindari obat-obat yang
mengandung aspirin
v Ajarkan orang tua dan anak
yang lebih besar ntuk
mengontrol perdarahan
hidung
4 Defisit Volume Cairan NOC: NIC :
Definisi : Penurunan v Fluid balance Fluid management
cairan intravaskuler, v Hydration Timbang
interstisial, dan/atau v Nutritional Status : popok/pembalut jika
intrasellular. Ini Food and Fluid Intake diperlukan
mengarah ke dehidrasi, Kriteria Hasil : Pertahankan catatan
kehilangan cairan v Mempertahankan intake dan output yang
dengan pengeluaran urine output sesuai akurat
sodium dengan usia dan BB, BJ Monitor status hidrasi (
urine normal, HT normal kelembaban membran
Batasan Karakteristik : v Tekanan darah, nadi, mukosa, nadi adekuat,
- Kelemahan suhu tubuh dalam batas tekanan darah ortostatik ),
- Haus normal jika diperlukan
- Penurunan turgor v Tidak ada tanda tanda Monitor vital sign
kulit/lidah dehidrasi, Elastisitas Monitor masukan
- Membran turgor kulit baik, makanan / cairan dan hitung
mukosa/kulit kering membran mukosa intake kalori harian
- Peningkatan denyut lembab, tidak ada rasa Kolaborasikan
nadi, penurunan tekanan haus yang berlebihan pemberian cairan IV
darah, penurunan Monitor status nutrisi
volume/tekanan nadi Berikan cairan IV pada
- Pengisian vena suhu ruangan
menurun Dorong masukan oral
- Perubahan status Berikan penggantian
mental nesogatrik sesuai output
- Konsentrasi urine Dorong keluarga untuk
meningkat membantu pasien makan
- Temperatur tubuh Tawarkan snack ( jus
meningkat buah, buah segar )
- Hematokrit meninggi Kolaborasi dokter jika
- Kehilangan berat tanda cairan berlebih muncul
badan seketika (kecuali meburuk
pada third spacing) Atur kemungkinan
tranfusi
Faktor-faktor yang Persiapan untuk
berhubungan: tranfusi
- Kehilangan volume
cairan secara aktif
- Kegagalan
mekanisme pengaturan

5 Perubahan membran Tujuan : pasien tidak v Inspeksi mulut setiap hari


mukosa mulut : mengalami mukositis untuk adanya ulkus oral
stomatitis yang oral v Gunakan sikat gigi berbulu
berhubungan dengan lembut, aplikator berujung
efek samping agen kapas, atau jari yang dibalut
kemoterapi kasa
v Berikan pencucian mulut
yang sering dengan cairan
salin normal atau tanpa
larutan
bikarbonat
v Gunakan pelembab bibir
v Hindari penggunaan
larutan lidokain pada anak
kecil
v Berikan diet cair, lembut
dan lunak
v Inspeksi mulut setiap hari
v Dorong masukan cairan
dengan menggunakan
sedotan
v Hindari penggunaa swab
gliserin, hidrogen peroksida
dan susu magnesi
v Berikan obat-obat anti
infeksi sesuai ketentuan
v Berikan analgetik

6 Ketidakseimbangan NOC : NIC :


nutrisi kurang dari v Nutritional Status : Nutrition Management
kebutuhan tubuh b/d food and Fluid Intake Kaji adanya alergi
pembatasan cairan, diit, Kriteria Hasil : makanan
dan hilangnya protein v Adanya peningkatan Kolaborasi dengan ahli gizi
Definisi : Intake nutrisi berat badan sesuai untuk menentukan jumlah
tidak cukup untuk dengan tujuan kalori dan nutrisi yang
keperluan metabolisme v Berat badan ideal dibutuhkan pasien.
tubuh. sesuai dengan tinggi Anjurkan pasien untuk
Batasan karakteristik : badan meningkatkan intake Fe
- Berat badan 20 % v Mampu Anjurkan pasien untuk
atau lebih di bawah ideal mengidentifikasi meningkatkan protein dan
- Dilaporkan adanya kebutuhan nutrisi vitamin C
intake makanan yang v Tidak ada tanda tanda Berikan substansi gula
kurang dari RDA malnutrisi Yakinkan diet yang
(Recomended Daily v Tidak terjadi dimakan mengandung tinggi
Allowance) penurunan berat badan serat untuk mencegah
- Membran mukosa yang berarti konstipasi
dan konjungtiva pucat Berikan makanan yang
- Kelemahan otot yang terpilih ( sudah
digunakan untuk dikonsultasikan dengan ahli
menelan/mengunyah gizi)
- Luka, inflamasi pada Ajarkan pasien bagaimana
rongga mulut membuat catatan makanan
- Mudah merasa harian.
kenyang, sesaat setelah Monitor jumlah nutrisi dan
mengunyah makanan kandungan kalori
- Dilaporkan atau fakta Berikan informasi tentang
adanya kekurangan kebutuhan nutrisi
makanan Kaji kemampuan pasien
- Dilaporkan adanya untuk mendapatkan nutrisi
perubahan sensasi rasa yang dibutuhkan
- Perasaan
ketidakmampuan untuk Nutrition Monitoring
mengunyah makanan BB pasien dalam batas
- Miskonsepsi normal
- Kehilangan BB Monitor adanya penurunan
dengan makanan cukup berat badan
- Keengganan untuk Monitor tipe dan jumlah
makan aktivitas yang biasa
- Kram pada abdomen dilakukan
- Tonus otot jelek Monitor interaksi anak
- Nyeri abdominal atau orangtua selama makan
dengan atau tanpa Monitor lingkungan selama
patologi makan
- Kurang berminat Jadwalkan pengobatan
terhadap makanan dan tindakan tidak selama
- Pembuluh darah jam makan
kapiler mulai rapuh Monitor kulit kering dan
- Diare dan atau perubahan pigmentasi
steatorrhea Monitor turgor kulit
- Kehilangan rambut Monitor kekeringan,
yang cukup banyak rambut kusam, dan mudah
(rontok) patah
- Suara usus hiperaktif Monitor mual dan muntah
- Kurangnya informasi, Monitor kadar albumin,
misinformasi total protein, Hb, dan kadar
Ht
Faktor-faktor yang Monitor makanan
berhubungan : kesukaan
Ketidakmampuan Monitor pertumbuhan dan
pemasukan atau perkembangan
mencerna makanan atau Monitor pucat, kemerahan,
mengabsorpsi zat-zat dan kekeringan jaringan
gizi berhubungan konjungtiva
dengan faktor biologis, Monitor kalori dan intake
psikologis atau ekonomi. nuntrisi
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

7 Nyeri NOC : NIC :


Definisi : v Pain Level, Pain Management
Sensori yang tidak v Pain control, Lakukan pengkajian nyeri
menyenangkan dan v Comfort level secara komprehensif
pengalaman emosional Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
yang muncul secara v Mampu mengontrol karakteristik, durasi,
aktual atau potensial nyeri (tahu penyebab frekuensi, kualitas dan faktor
kerusakan jaringan atau nyeri, mampu presipitasi
menggambarkan adanya menggunakan tehnik Observasi reaksi
kerusakan (Asosiasi nonfarmakologi untuk nonverbal dari
Studi Nyeri mengurangi nyeri, ketidaknyamanan
Internasional): serangan mencari bantuan) Gunakan teknik
mendadak atau pelan v Melaporkan bahwa komunikasi terapeutik untuk
intensitasnya dari ringan nyeri berkurang dengan mengetahui pengalaman
sampai berat yang dapat menggunakan nyeri pasien
diantisipasi dengan akhir manajemen nyeri Kaji kultur yang
yang dapat diprediksi v Mampu mengenali mempengaruhi respon nyeri
dan dengan durasi nyeri (skala, intensitas, Evaluasi pengalaman
kurang dari 6 bulan. frekuensi dan tanda nyeri masa lampau
Batasan karakteristik : nyeri) Evaluasi bersama pasien
- Laporan secara v Menyatakan rasa dan tim kesehatan lain
verbal atau non verbal nyaman setelah nyeri tentang ketidakefektifan
- Fakta dari berkurang kontrol nyeri masa lampau
observasi v Tanda vital dalam Bantu pasien dan keluarga
- Posisi antalgic rentang normal untuk mencari dan
untuk menghindari nyeri menemukan dukungan
- Gerakan Kontrol lingkungan yang
melindungi dapat mempengaruhi nyeri
- Tingkah laku seperti suhu ruangan,
berhati-hati pencahayaan dan kebisingan
- Muka topeng Kurangi faktor presipitasi
- Gangguan tidur nyeri
(mata sayu, tampak Pilih dan lakukan
capek, sulit atau gerakan penanganan nyeri
kacau, menyeringai) (farmakologi, non
- Terfokus pada diri farmakologi dan inter
sendiri personal)
- Fokus menyempit Kaji tipe dan sumber nyeri
(penurunan persepsi untuk menentukan intervensi
waktu, kerusakan proses Ajarkan tentang teknik non
berpikir, penurunan farmakologi
interaksi dengan orang Berikan analgetik untuk
dan lingkungan) mengurangi nyeri
- Tingkah laku Evaluasi keefektifan
distraksi, contoh : jalan- kontrol nyeri
jalan, menemui orang Tingkatkan istirahat
lain dan/atau aktivitas, Kolaborasikan dengan
aktivitas berulang-ulang) dokter jika ada keluhan dan
- Respon autonom tindakan nyeri tidak berhasil
(seperti diaphoresis, Monitor penerimaan
perubahan tekanan pasien tentang manajemen
darah, perubahan nafas, nyeri
nadi dan dilatasi pupil)
- Perubahan Analgesic Administration
autonomic dalam tonus Tentukan lokasi,
otot (mungkin dalam karakteristik, kualitas, dan
rentang dari lemah ke derajat nyeri sebelum
kaku) pemberian obat
- Tingkah laku Cek instruksi dokter
ekspresif (contoh : tentang jenis obat, dosis, dan
gelisah, merintih, frekuensi
menangis, waspada, Cek riwayat alergi
iritabel, nafas Pilih analgesik yang
panjang/berkeluh kesah) diperlukan atau kombinasi
- Perubahan dalam dari analgesik ketika
nafsu makan dan minum pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik
Faktor yang tergantung tipe dan beratnya
berhubungan : nyeri
Agen injuri (biologi, Tentukan analgesik
kimia, fisik, psikologis) pilihan, rute pemberian, dan
dosis optimal
Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)

8 Kerusakan intergritas NOC : Tissue Integrity : NIC : Pressure


kulit b/d edema dan Skin and Mucous Management
menurunnya tingkat Membranes Anjurkan pasien untuk
aktivitas Kriteria Hasil : menggunakan pakaian yang
Definisi : Perubahan v Integritas kulit yang longgar
pada epidermis dan baik bisa dipertahankan Hindari kerutan padaa
dermis (sensasi, elastisitas, tempat tidur
temperatur, hidrasi, Jaga kebersihan kulit agar
Batasan karakteristik : pigmentasi) tetap bersih dan kering
- Gangguan pada v Tidak ada luka/lesi Mobilisasi pasien (ubah
bagian tubuh pada kulit posisi pasien) setiap dua jam
- Kerusakan lapisa v Perfusi jaringan baik sekali
kulit (dermis) v Menunjukkan Monitor kulit akan adanya
- Gangguan pemahaman dalam kemerahan
permukaan kulit proses perbaikan kulit Oleskan lotion atau
(epidermis) dan mencegah terjadinya minyak/baby oil pada derah
Faktor yang sedera berulang yang tertekan
berhubungan : v Mampu melindungi Monitor aktivitas dan
Eksternal : kulit dan mobilisasi pasien
- Hipertermia atau mempertahankan Monitor status nutrisi
hipotermia kelembaban kulit dan pasien
- Substansi kimia perawatan alami Memandikan pasien
- Kelembaban dengan sabun dan air hangat
udara
- Faktor mekanik
(misalnya : alat yang
dapat menimbulkan luka,
tekanan, restraint)
- Immobilitas fisik
- Radiasi
- Usia yang ekstrim
- Kelembaban kulit
- Obat-obatan

Internal :
- Perubahan status
metabolik
- Tulang menonjol
- Defisit imunologi
- Faktor yang
berhubungan dengan
perkembangan
- Perubahan
sensasi
- Perubahan status
nutrisi (obesitas,
kekurusan)
- Perubahan status
cairan
- Perubahan
pigmentasi
- Perubahan
sirkulasi
- Perubahan turgor
(elastisitas kulit)

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih
bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.2.
Tucke
Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan).
Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Ribera JM, Oriol A. Acute lymphoblastic leukemia in adolescents and young adults. Hematol
Oncol Clin North Am. Oct 2009;23(5):1033-42.2.
Margolin JF, Steuber CP, Poplack DG. Acute lymphoblastic leukemia. In: Pizzo PAPoplack
DG, eds. Principles and Practice of Pediatric Oncology. 15th ed. 2006:538-90.3.
Landier W, Bhatia S, Eshelman DA, Forte KJ, Sweeney T, Hester AL, et al.Development of risk-based
guidelines for pediatric cancer survivors: the Children'sOncology Group Long-Term
Follow-Up Guidelines from the Children's OncologyGroup Late Effects Committee
and Nursing Discipline. J Clin Oncol. Dec 152004;22(24):4979-90.
Aster, Jon.2007.Sistem Hematopoietik dan Limfoid dalam Buku Ajar Patologi Edisi 7.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
Atul, Mehta dan A. Victor Hoffbrand. 2006.At a Glance Hematologi.Edisi 2. Jakarta: Erlangga
Baldy, Catherine M.2006.Komposisi Darah dan Sistem Makrofag-Monosit dalam
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih
Bahasa Peter Anugrah. Ed.Jakarta : EGC; 19945.
Reeves, Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I.
Jakarta : Salemba Medika; 2001.
Marion Johnson, dkk, 2000, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby Year-Book, St.
Louis
Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2001-
2002, NANDA
Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga.
Handayani & Haribowo. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, AAA. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta :
Salemba Medika.
Meadow & Newell. 2005. Lecture Notes : Pediatrika. Ed. 7. Jakarta : Erlangga.
Rubenstein, Wayne & Bradley. 2007. Lecture Notes : Kedokteran Klinis. Ed. 6. Jakarta :
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai