Anda di halaman 1dari 18

KEPERAWATAN ANAK

Laporan Pendahuluan
Leukimia

Clinical Teacher :

Ns. Gresty Maria Masi, M.Kep., Sp.Kep.MB

Oleh :

Jeanet Sofiola Simbage


230141040012

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2024
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di sumsum tulang
belakang, yang menyebabkan proliferasi salah satu jenis darah putih
menyingkirkan jenis sel lain (Corwin, 2008) Leukemia tampak merupakan
penyakit klonal, yang berarti satu sel kanker abnormal berproliferasi tanpa
terkendali, mwngghasilkan sekelompok sel anak yang abnormal. Sel-sel ini
menghambat sel darah lain di sumsum tulang utnuk berkembang secara normal,
sehingga mereka tertimbun di sumsum tulang. Karena faktor-faktor ini, leukemia
disebut gangguan akumulasi sekaligus gangguan klonal. Pada akhirnya, sel-sel
leukemia mengambil alih sumsum tualng, sehingga menurunkan kadar sel-sel
nonleukemik di dalam darah yang merupakan penyebab berbagai gejala umum
leukemia (Corwin, 2008)
2. Epidemiologi/insiden kasus
Penyakit ini paling banyak di jumpai di antara semua penyakit keganasan pada
anak. Di negara berkembang 83% ALL, 17% AML, ditemukan pada anak kulit
putih dibandingkan kulit hitam . Sembilan puluh tujuh persen adalah Leukemia
Akut (82% LLA dan 18% LMA) dan 3% LMK. Secara epidemiologi, Leukemia
Akut merupakan 30-40% dari keganasan pada anak, puncak kejadian pada usia 2-
5 tahun, angka kejadian anak di bawah usia 15 tahun rata-rata 4-4,5/100.000 anak
pertahun. Penderita laki-laki lebih tinggi 1,15 kali dibanding perempuan untuk
LLA dan pada LMA leukemia laki-laki dan perempuan hampir sama.
3. Penyebab / faktor predisposisi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi
yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
a. Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur
gen (Tcell Leukemia – Lymphoma Virus/HLTV)
b. Radiasi
c. Obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik seperti diethylstilbestrol
d. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
e. Kelainan kromosom, misalnya pada down sindrom
Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari sebagian besar
jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan
bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian obat anti kanker,
meningkatkan resiko terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik
tertentu (misalnya sindrom Down dan sindrom Fanconi), juga lebih peka terhadap
leukemia.. (Nurarif and Kusuma, 2015)

4. Patofisiologi
Populasi sel leukemik LLA dan banyak LMA mungkin diakibatkan proliferasi
klonal dengan pembelahan berturut-turut dari sel blas tunggal yang abnormal. Sel-
sel ini gagal berdiferensiasi normal tetapi sanggup membelah lebih lanjut.
Penimbunannya mengakibatkan pertukaran sel prekursor hemopoietik normal
pada sumsum tulang, dan akhirnya mengakibatkan kegagalan sumsum tulang.
Keadaan klinis pasien dapat berkaitan dengan jumlah total sel leukemik abnormal
di dalam tubuh. Gambaran klinis dan mortalitas pada leukemia akut berasal
terutama dari neutropenia, trombositopenia, dan anemia karena kegagalan
sumsum tulang (Hoffbrand and Petit, dalam Simajorang, 2012)
LLA dicirikan oleh proliferasi limfoblas imatur. Pada tipe leukemia akut,
kerusakan mungkin pada tingkat sel punca limfopoetik atau prekursor limfoid
yang lebih muda. Sel leukemia berkembang lebih cepat daripada sel normal,
sehingga menjadi crowding out phenomenon di sumsum tulang. Perkembangan
yang cepat ini bukan disebabkan oleh proliferasi yang lebih cepat daripada sel
normal, tetapi sel- sel leukemia menghasilkan faktor-faktor yang selain
menghambat proliferasi dan diferensiasi sel darah normal, juga mengurangi
apoptosis dibandingkan sel darah normal. Perubahan genetik yang mengarah ke
leukimia dapat mencakup:
- Aktivasi gen yang ditekan (protogen) untuk membuat onkogen yang
menghasilkan suatu produk protein yang mengisyaratkan peningkatan
proliferasi.
- Hilangnya sinyal bagi sel darah untuk berdiferensiasi,
- Hilangnya gen penekan tumor yang mengontrol proliferasi normal.
- Hilangnya sinyal apoptosis.(Yenni, 2014)
5. Klasifikasi
- Leukemia Akut
Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat
terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal
(blastosit) yang disertai dengan penyebaran ke organ-organ lain. Leukemia
akut memiliki perjalanan klinis yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan
meninggal rata-rata dalam 4-6 bulan.
a. Leukimia Limfositik Akut (LLA) LLA merupakan jenis leukemia
dengan karakteristik adanya proliferasi dan akumulasi sel-sel patologis
dari sistem limfopoetik yang mengakibatkan organomegali
(pembesaran organ dalam) dan kegagalan organ. LLA lebih sering
ditemukan pada anak-anak (82%) daripada umur dewasa (18%).
Insiden LLA akan mencapai puncaknya pada umur 3-7 tahun. Tanpa
pengobatan sebagian anak-anak akan hidup 2- 3 bulan setelah
terdiagnosis terutama diakibatkan oleh kegagalan dari sumsum tulang.
b. Leukemia Mielositik Akut (LMA); LMA merupakan leukemia yang
mengenai sel sistem hematopoetik yang akan berdiferensiasi ke semua
sel myeloid. LMA merupakan leukemia nonlimfositik yang paling
sering terjadi. Lebih sering ditemukan pada orang dewasa (85%)
dibandingkan anak-anak (15%). Permulaannya mendadak dan
progresif dalam masa 1 sampai 3 bulan dengan durasi gejala yang
singkat. Jika tidak diobati, LNLA fatal dalam 3 sampai 6 bulan.
- Leukimia Kronik
Leukemia kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai proliferasi
neoplastik dari salah satu sel yang berlangsung atau terjadi karena keganasan
hematologi.
a. Leukemia Limfositik Kronis (LLK); LLK adalah suatu keganasan
klonal limfosit B (jarang pada limfosit T). Perjalanan penyakit ini
biasanya perlahan, dengan akumulasi progresif yang berjalan lambat
dari limfosit kecil yang berumur panjang. LLK cenderung dikenal
sebagai kelainan ringan yang menyerang individu yang berusia 50
sampai 70 tahun dengan perbandingan 2:1 untuk laki-laki.
b. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik (LGK/LMK); LGK/LMK
adalah gangguan mieloproliferatif yang ditandai dengan produksi
berlebihan sel mieloid (seri granulosit) yang relatif matang. LGK/LMK
mencakup 20% leukemia dan paling sering dijumpai pada orang
dewasa usia pertengahan (40-50 tahun). Abnormalitas genetik yang
dinamakan kromosom Philadelphia ditemukan pada 90-95% penderita
LGK/LMK. Sebagian besar penderita LGK/LMK akan meninggal
setelah memasuki fase akhir yang disebut fase krisis blastik yaitu
produksi berlebihan sel muda leukosit, biasanya berupa
mieloblas/promielosit, disertai produksi neutrofil, trombosit dan sel
darah merah yang amat kurang
6. Gejala Klinis
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai
berikut:
a. Leukemia Limfositik Akut
Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan
kegagalan sumsum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia
(mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan.
Selain itu juga ditemukan anoreksia, nyeri tulang dan sendi,
hipermetabolisme. Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada sternum,
tibia, dan femur.
b. Leukemia Mielositik Akut
Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang
disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. Pendarahan biasanya
terjadi dalam bentuk purpura atau petekie. Penderita LMA dengan leukosit
yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm3) biasanya mengalami
gangguan kesadaran, sesak napas, nyeri dada dan priapismus. Selain itu
juga menimbulkan gangguan metabolisme yaitu hiperurisemia dan
hipoglikemia.
c. Leukemia Limfositik Kronik
Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK
yang mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata,
penurunan berat badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu
makan dan penurunan kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat
malam dan infeksi semakin parah sejalan dengan perjalanan penyakitnya.
d. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis
blast. Pada fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat
kenyang akibat desakan limpa dan lambung. Penurunan berat badan terjadi
setelah penyakit berlangsung lama. Pada fase akselerasi ditemukan
keluhan anemia yang bertambah berat, petekie, ekimosis, dan demam yang
disertai infeksi (Nurarif and Kusuma, 2015).

Tanda dan gejala leukimia (Kementerian Kesehatan RI, 2011) :

- Pucat, lemah, anak rewel, nafsu makan menurun


- Demam tanpa sebab yang jelas
- Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening Mata menonjol
- Kejang sampai penurunan kesadaran
- Perdarahan kulit (petekie, hematom) dan atau perdarahan spontan (epistaksis,
perdarahan gusi)
- Nyeri tulang pada anak. Seringkali ditandai pada anak yang sudah dapat
berdiri dan berjalan, tiba-tiba tidak mau melakukannya lagi, anak lebih
nyaman untuk digendong.
- Pembesaran testis dengan konsistensi keras
7. Pemeriksaan Fisik
- Keadan umum dan Tanda-tanda vital :
Tekanan darah :
Pernapasan : 25x/m
Nadi: 100 x/m
Suhu : 36,2 C
Tinggi badan & berat badan (Lubis, 2013)
- Pernafasan (B1: Breath)
Frekuensi pernapasan cepat , bersihan jalan nafas, gangguan pola napas, suara
tambahan ronchi dan wheezing.
- Cardiovaskuler (B2: Blood)
Anemis , bibir pucat , denyut nadi cepat, bunyi jantung, tekanan darah
meningkat/ menurun
- Persarafan (B3: Brain)
Kesadaran bisa menurun, pada pengkajian klien tampak meringis karena nyeri
- Perkemihan-eliminasi urine (B4: Bladder)
Produksi urin menurun, warna berubah menjadi pekat merupakan tanda
terjadinya dehidrasi. Dehidrasi terjadi dikarenakan penguapan panas dalam
tubuh.
- Pencernaan (B5: Bowel)
Mukosa bibir dan mulut kering atau tidak, anoreksia atau tidak, palpasi
abdomen apakah mengalami distensi dan auskultasi peristaltik usus apakah
meningkat atau tidak , mengalami diare
- Integumen (B6: Bone)
Perdarahan kulit (petekie, hematom) dan perdarahan spontan (epistaksis,
perdarahan gusi)
- Pemeriksaan tingkat perkembangan.
Tumbuh kembang : berat badan sesuai dengan usia
8. Pemeriksaan diagnostik/Penunjang
- Darah tepi : Adanya pansitopenia, limfositosis yang kadang – kadang
menyebabkan gambaran darah tepi monoton terdapat sel blast, yang
merupakan gejala patognomonik untuk leukemia.
- Sumsum tulang : Dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran
yang monoton yaitu hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan
sistem lain terdesak (apabila sekunder).
- Pemeriksaan lain : Biopsi limpa, Kimia darah, Cairan serebrospinal, Sitogenik.
(TIM DOSEN KEPERAWAN ANAK, 2020)
9. Diagnosis/kriteria diagnosis
- Resiko jatuh dibuktikan dengan riwayat jatuh dan lingkungan tidak aman
- Resiko perdarahan dibuktikan dengan proses keganasan (kanker darah)
10. Theraphy/tindakan penanganan
- Kemoterapi
Bertujuan untuk mengurangi emisi, pada sumsum tulang yang normal dimara
sel blast <5% dan tidak ada tanda klinis
- Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel
leukemia.
- Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang
rusak karena dosis tinggi kemoterapi dan terapi radiasi. Selain itu transplantasi
sumsum tulang berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak karena
kanker
- Terapi suportif
Berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yang ditimbulkan penyakit Leukemia
dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi darah untuk penderita
Leukimia dengan keluhan anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi
pendarahan, dan antibiotic untuk mengatasi infeksi. (Tim Dosen Keperawan
Anak, 2020)
11. Komplikasi
Leukemia dapat menyebabkan komplikasi jika penanganan tidak segera
dilakukan. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi adalah :
- Perdarahan pada organ tubuh, seperti otak atau paru – paru
- Tubuh rentan terhadap infeksi
- Risiko munculnya jenis kanker darah lain, misalnya limfoma.

Komplikasi juga dapat terjadi akibat tindakan pengobatan yang dilakukan. Berikut
ini beberapa komplikasi akibat pengobatan leukemia :

- Graft versus host disease, yaitu komplikasi dari transplantasi sumsum tulang
- Anemia hemolitik
- Tumor lysis syndrome (sindrom lisis tumor)
- Gangguan fungsi ginjal
- Infertilitas
- Sel kanker muncul kembali setelah penderita menjalani pengobatan

Anak – anak penderita leukemia juga beresiko mengalami komplikasi akibat


pengobatan yang dilakukan. Jenis komplikasi yang dapat terjadi meliputi
gangguan sistem saraf pusat, gangguan tumbuh kembang, dan katarak (Tjin Willy,
2019)

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Analisa Data

Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan


DS : Keluarga pasien Riwayat jatuh dan Resiko Jatuh
mengatakan sakitnya pasien lingkungan tidur pasien
bermula ketika ia jatuh yang kurang aman
hingga tidak bisa berjalan

DO : Pasien lincah dalam


bermain, tidak ada handrail
disamping kasur serta tinggi
kasur yang dapat beresiko
membuatnya terjatuh.
DS : Keluarga pasien Proses keganasan (kanker Resiko Perdarahan
mengatakan pasien memiliki darah)
trombosit yang terus
menurun sejak tahun 2022
hingga akhirnya terdiagnosa
leukemia
DO : Pasien sementara
menjalani kemoterapi karena
kanker darah. Hasil lab
trombosit pasien 301.000

2. Diagnosa Keperawatan
- Resiko jatuh dibuktikan dengan riwayat jatuh dan lingkungan tidak aman
- Resiko perdarahan dibuktikan dengan proses keganasan (kanker darah)

3. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi


Resiko jatuh dibuktikan Setelah diberikan Pencegahan Jatuh
dengan riwayat jatuh dan intervensi keperawatan Observasi
lingkungan tidak aman maka diiharapkan tingkat - Identifikasi faktor risiko jatuh (mis.
jatuh menurun, dengan usia > 65 tahun, penurunan tingkat
kriteria hasil : kesadaran, defisit kognitif,
- Jatuh dari tempat hipotensi ortostatik, gangguan
tidur menurun keseimbangan, gangguan
- Jatuh saat berjalan penglihatan, neuropati)
menurun - Identifikasi risiko jatuh setidaknya
sekali setiap shift atau sesuai
dengan kebijakan institusi
- Identifikasi faktor lingkungan yang
meningkatkan resiko jatuh (mis.
lantai licin, penerangan kurang)
- Hitung risiko jatuh dengan
menggunakan skala (mis. Fall
Morse Scale, Humpty Dumpty
Scale), jika perlu
- Monitor kemampuan berpindah
dari tempat tidur ke kursi roda dan
sebaliknya
Terapeutik
- Orientasikan ruangan pada pasien
dan keluarga
- Pastikan roda tempat tidur dan
kursi roda selalu dalam kondisi
terkunci
- Pasang handrall tempat tidur
- Atur tempat tidur mekanis pada
posisi terendah
- Tempatkan pasien berisiko tinggi
jatuh dekat dengan pantauan
perawat dari nurse station
- Gunakan alat bantu berjalan (mis.
kursi roda, walker)
- Dekatkan bel pemanggil dalam
jangkauan pasien
Edukasi
- Anjurkan memanggil perawat jika
membutuhkan bantuan untuk
berpindah
- Anjurkan menggunakan alas kaki
yang tidak licin
- Anjurkan berkonsentrasi untuk
menjaga keseimbangan tubuh
- Anjurkan melebarkan jarak kedua
kaki untuk meningkatkan
keseimbangan saat berdiri
- Ajarkan cara menggunakan bel
pemanggil untuk memanggil
perawat
Resiko perdarahan Setelah diberikan Manajemen Kemoterapi
dibuktikan dengan proses intervensi keperawatan Observasi
keganasan (kanker darah) maka diharapkan tingkat - Monitor efek samping dan efek
kepatuhan meningkat, toksik pengobatan (mis.
dengan kriteria hasil : kerontokan rambut, disfungsi
- Perilaku mengikuti seksual)
program pengobatan - Monitor mual dan muntah akibat
meningkat kemoterapi
- Perilaku menjalankan Terapeutik
anjuran meningkat - Berikan obat kemoterapi sesuai
program
Edukasi
- Anjurkan melaporkan efek
samping kemoterapi yang
dirasakan (mis. demam, mimisan,
memar berlebihan, dan kotoran
berlendir)
- Ajarkan cara mencegah infeksi
(mis. membatasi kunjungan, cuci
tangan)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat untuk
mengendalikan efek samping (mis.
antiemetik)
4. Implementasi
Tahap implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan
keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan
(Ngastiyah, 2012)
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan dicatat disesuaikan dengan setiap diagnosa
keperawatan. Evaluasi untuk setiap diagnos keperawatan meliputi data subyektif
(S), data obyektif (O), analisa permasalahan (A), klien berdasarkan S dan O, serta
perencanaan ulang (P) berdasarkan hasil analisa data di atas. Evaluasi ini disebut
juga evaluasi proses. Evaluasi terdiri atas dua yaitu evaluasi formatif yaitu
evaluasi tehadap respon yang segera timbul setelah intervensi keperawatan
dilakukan.
Evaluasi sumatif yaitu evaluasi respon (jangka panjang) terhadp tujuan,dengan
kata lain bagaimana penilaian terhadap perkembangan kemajuan ke arah tujuan
atau hasil akhir yang diinginkan (Dinarti, dkk., 2009).
Analisa Data
Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan
DS : Keluarga pasien Riwayat jatuh dan Resiko Jatuh
mengatakan sakitnya pasien lingkungan tidur pasien
bermula ketika ia jatuh yang kurang aman
hingga tidak bisa berjalan

DO : Pasien lincah dalam


bermain, tidak ada handrail
disamping kasur serta tinggi
kasur yang dapat beresiko
membuatnya terjatuh.
DS : Keluarga pasien Proses keganasan (kanker Resiko Perdarahan
mengatakan pasien memiliki darah)
trombosit yang terus
menurun sejak tahun 2022
hingga akhirnya terdiagnosa
leukemia

DO : Pasien sementara
menjalani kemoterapi karena
kanker darah. Hasil lab
trombosit pasien 301.000

Diagnosa Keperawatan.
- Resiko jatuh dibuktikan dengan riwayat jatuh dan lingkungan tidak aman
- Resiko perdarahan dibuktikan dengan proses keganasan (kanker darah)

Rencana Intervensi Keperawatan


Diagnosa
Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
Resiko jatuh dibuktikan Setelah diberikan Pencegahan Jatuh
dengan riwayat jatuh intervensi keperawatan Observasi
dan lingkungan tidak maka diiharapkan - Identifikasi risiko jatuh
aman tingkat jatuh menurun, setidaknya sekali setiap shift
dengan kriteria hasil : - Identifikasi faktor lingkungan
- Jatuh dari tempat yang meningkatkan resiko jatuh
tidur menurun - Hitung risiko jatuh dengan
- Jatuh saat berjalan menggunakan skala Humpty
menurun Dumpty Scale
Terapeutik
- Pastikan roda tempat tidur dan
kursi roda selalu dalam kondisi
terkunci
- Pasang handrall tempat tidur
- Atur tempat tidur mekanis pada
posisi terendah
Resiko perdarahan Setelah diberikan Manajemen Kemoterapi
dibuktikan dengan intervensi keperawatan Observasi
proses keganasan maka diharapkan tingkat - Monitor efek samping dan efek
(kanker darah) kepatuhan meningkat, toksik pengobatan (mis.
dengan kriteria hasil : kerontokan rambut, disfungsi
- Perilaku mengikuti seksual)
program pengobatan - Monitor mual dan muntah akibat
meningkat kemoterapi
- Perilaku Terapeutik
menjalankan anjuran - Berikan obat kemoterapi sesuai
meningkat program
Edukasi
- Anjurkan melaporkan efek
samping kemoterapi yang
dirasakan (mis. demam, mimisan,
memar berlebihan, dan kotoran
berlendir)
- Ajarkan cara mencegah infeksi
(mis. membatasi kunjungan, cuci
tangan)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat untuk
mengendalikan efek samping
(mis. antiemetik)

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


No.
Hari/Tanggal Jam Implementasi Jam Evaluasi
Dx
Kamis 1 07.30 - Mengidentifikasi risiko jatuh 15.00 S : Keluarga
Hasil : Pasien memiliki pasien
kebiasaan berlari-lari ketika mengatakan
bermain di ruangan pasien tidak
07.30 - Identifikasi faktor lingkungan pernah jatuh
yang meningkatkan resiko selama 1 hari
jatuh ini
Hasil : Tidak ada handrail
pada bagian kasur pasien O : Selama
08.00 dengan posisi kasur yang pengawasan
tinggi. pasien tidak
- Menghitung risiko jatuh pernah jatuh,
dengan menggunakan skala posisi pasien
Humpty Dumpty Scale juga di dekat
07.35 Hasil : skor humpty dumpty 8 dinding hingga
yaitu beresiko tinggi mengurangi
- Menganjurkan keluarga untuk resiko jatuh
tetap bersama pasien ketika pasien ketika
pasien tidur atau bermain tidur
Hasil : Keluarga mengatakan
selalu tidur di bagian ujung A : Tingkat
kasur untuk menjaga pasien jatuh menurun
11.00 dan selalu mengawasi pasien
ketika bermain P : Intervensi
- Mengawasi ketika pasien pencegahan
bermain di ruangan jatuh
Hasil : Pasien bermain dengan dilanjutkan
aktif dan tidak jatuh.
2 11.05 - Mengobservasi efek samping 15.00 S : Keluarga
Hasil : Rambut pasien nampak pasien
tipis, keluarga mengatakan mengatakan
pasien sempat botak namun tidak ada efek
sekarang rambut sudah mulai samping dari
tumbuh kemoterapi
11.05 - Monitor mual dan muntah yang dirasakan.
akibat kemoterapi Keluarga juga
Hasil : Keluarga mengatakan mengatakan
tidak ada reaksi mual muntah rutin berobat
selesai kemoterapi sesuai jadwal
08.00 - Mengobservasi pemberian sudah hampir 2
obat kemoterapi tahun
Hasil : Pasien terpasang
vincristine sejak pukul 08.00 O : Pasien
08.05 - Menganjurkan melaporkan nampak tertidur
efek samping kemoterapi yang dan tidak rewel
dirasakan (mis. demam, selama proses
mimisan, sesak dan menggigil kemoterapi tadi
Hasil : Keluarga mengiyakan
arahan dari perawat A : Tingkat
11.10 - Ajarkan cara mencegah kepatuhan
infeksi meningkat
Hasil : Keluarga sudah
terbiasa untuk rutin P : Intervensi
melakukan handrub manajemen
kemoterapi
dilanjutkan
Jumat 1 13.00 - Mengidentifikasi riwayat 16.00 S : Keluarga
jatuh mengatakan
Hasil : Keluarga mengatakan tidak pernah
sejak kemarin pasien tidak jatuh seharian
15.00 pernah jatuh saat bermain ini
- Mengawasi pasien ketika
bermain di ruang bermain O : Pasien
Hasil : Pasien bermain dengan nampak aktif
posisi duduk di tempat duduk bermain dengan
yang rendah hingga tidak ada pengawasan
resiko jatuh. keluarga
A : Tingkat
jatuh menurun

P : Intervensi
pencegahan
jatuh
dihentikan,
pasien pulang
2 13.05 - Monitor efek samping dan 16.00 S : Keluarga
efek toksik pengobatan pasien
Hasil : Keluarga mengatakan mengatakan
tidak ada efek samping dari tidak ada efek
kemoterapi kemarin samping dari
13.05 - Monitor mual dan muntah kemoterapi dan
akibat kemoterapi sudah akan
Hasil : Keluarga mengatakan pulang.
pasien tidak ada mual dan
muntah O : Pasien
13.07 - Mengingatkan untuk tetap nampak senang
mempertahankan upaya untuk pulang
pencegahan infeksi (mis. dan sudah
membatasi kunjungan, cuci menunggu
tangan) jemputan.
Hasil : Keluarga menerima Tidak didapati
anjuran perawat adanya keluhan
13.00 - Mengobservasi pemberian dari pasien
obat untuk mengendalikan
efek samping A : Tingkat
Hasil : Pasien mengonsumsi kepatuhan
obat dexamethasone tablet meningkat

P : Intervensi
menajemen
kemoterapi
dihentikan,
pasien pulang.
Daftar Pustaka

dr. Debby Deriyanthi. 2020. “Leukimia Pada Anak: Ketahui Penyebab, Gejala, Dan
Penanganannya.” good doctor.

dr. Tjin Willy. 2019. “Leukemia.” Alodokter.https://www.alodokter.com/leukemia

Fernandes, Andrye. 2020. “Kelelahan Pada Anak Dengan Leukemia Limfoblastik Akut
Dalam Menjalani Kemoterapi Fase Induksi.” JURNAL KESEHATAN PERINTIS
(Perintis’s Health Journal) 7(1): 69–74.

Handayani, Wiwik. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dgn Gangguan Sistem
Hematologi. Penerbit Salemba.

Hidayati, Putri. 2013. “Asuhan Keperawatan Pada An. A Dengan Leukimia Limfoblastik
Akut Di Ruang Melati II Rumah Sakit Dr. Moewardi.”

Ii, B A B, and Tinjauan Pustaka. 2007. “BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Usia
Sekolah.”

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Kementerian Kesehatan RI Pedoman Penemuan Dini


Kanker Pada Anak.

Lubis, Fatahillah Sang. 2013. “Asuhan Keperawatan Pada An. A Dengan Akut Myeloid
Leukimia Di Ruang Melati II Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta.”

Ns. Yuliastati, S.Kep, M.Kep, and M.Nurs Amelia Arnis. 2016. KEPERAWATAN ANAK.
JAKARTA SELATAN.

Nurarif, Amin Huda, and Hardhi Kusuma. 2015. APLIKASI ASUHAN KEPERAWAN
BERDASARKAN DIAGNOSA MEDIS & NANDA NIC-NOC.
JOGJAKARTA.“Oleh : Farid Muhammad Dzaki Nim : 1514401004.” 2018.

P2PTM Kemenkes RI. 2018. “Kenali Gejala Dini Kanker Pada Anak.” KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. http://www.p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-
p2ptm/pusat-/kenali-gejala-dinikanker-pada-anak (June 9, 2021).

Prof. DR. Dr. Sri Rezeki S. Hadinegoro, Sp.A(K). 2011. Pedoman Imunisasi Di Indonesia.
Cetakan 1. eds. Sp.A(K) Prof. I.G.N. Gde Ranuh dr. et al. JAKARTA.

Safira, Nadia. 2019. “PENTINGNYA EVALUASI KEPERAWATAN BAGI PASIEN.”


Safitri, Rizka. 2019. “Implementasi Keperawatan Sebagai Wujud Dari Perencanaan
Keperawatan Guna Meningkatkan Status Kesehatan Klien.”

Samudin, Ani. 2019. “ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN LEUKEMIA


LIMFOSITIK AKUT DI RUANG MELATI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE
SAMARINDA.”

Supariasa, H. d. 2017. Ilmu Gizi Teori Dan Aplikasinya. jakarta: EGC.

TIM DOSEN KEPERAWAN ANAK. 2020. MODUL PEMBELAJARAN KEPERAWTAN


ANAK.

Wong, D. L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. jakarta: EGC.

Yenni, . 2014. “Rehabilitasi Medik Pada Anak Dengan Leukemia Limfoblastik Akut.” Jurnal
Biomedik (Jbm) 6(1): 1–7.

Anda mungkin juga menyukai