Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN

LEUKIMIA PADA ANAK

Dosen Pembimbing :

Muti Sahida, S.Kep., Ns

Mata Kuliah :

Keperawatan Anak II

Disusun Oleh :

Kelompok 5
1. Endang Kurniati (21806039)
2. Muhammad Nur Hatan (21806051)
3. Resty Enjelia Ibrahim (21806060)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR

TAHUN PELAJARAN 2019/2020


LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Leukemia adalah penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum sum tulang
yang di tandai oleh proliferasi sel-sel yang abnormal dalam darah tepi. (Muthia dkk,
2012)
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang
dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain.
(Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495).

B. KLASIFIKASI
a. Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel sistem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel
mieloid; monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit, dan trombosit.
Semua kelompok usia dapat terkena. Insidensi meningkat sesuai dengan
bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
b. Leukemia Mielogenus Kronis (LMK)
LMK juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel sistem mieloid. Namun lebih
banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. LMK
jarang menyerang individu dibawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran
LMA tetapi dengan tanda dan gejala yang lebih ringan. Pasien menunjukkan tanpa
gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar
biasa, limpa membesar.
c. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
LLK merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 – 70 tahun. Manifestasi
klinis pasien tidak menunjukkan gejala. Penyakit baru terdiagnosa saat pemeriksaan
fisik atau penanganan penyakit.
d. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak,
laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Puncak insiden usia 4 tahun, setelah
usia 15 tahun. LLA jarang terjadi. Limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum
tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal.
C. ETIOLOGI
a. Umur, jenis kelamin, ras
Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi menurut umur. LLA
merupakan leukemia paling sering ditemukan pada anak-anak, dengan puncak
insiden antara usia 2-4 tahun, LMA terdapat pada umur 15-39 tahun, sedangkan
LMK banyak ditemukan antara umur 30-50 tahun. LLK merupakan kelainan pada
orang tua (umur rata-rata 60 tahun). Insiden leukemia lebih tinggi pada pria
dibandingkan pada wanita. Tingkat insiden yang lebih tinggi terlihat di antara
Kaukasia (kulit putih) dibandingkan dengan kelompok kulit hitam.
Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis kanker. Menyerang 9 dari
setiap 100.000 orang di Amerika Serikat setiap tahun. Orang dewasa 10 kali
kemungkinan terserang leukemia daripada anak-anak. Leukemia terjadi paling
sering pada orang tua. Ketika leukemia terjadi pada anak-anak, hal itu terjadi paling
sering sebelum usia 4 tahun.
b. Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat
menyebabkan leukemia. Angka kejadian LMA dan LGK jelas sekali meningkat
setelah sinar radioaktif digunakan. Sebelum proteksi terhadap sinar radioaktif rutin
dilakukan, ahli radiologi mempunyai risiko menderita leukemia 10 kali lebih besar
dibandingkan yang tidak bekerja di bagian tersebut.
c. Zat Kimia
Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol, fenilbutazon)
diduga dapat meningkatkan risiko terkena leukemia. Sebagian besar obat-obatan
dapat menjadi penyebab leukemia (misalnya Benzene), pada orang dewasa dapat
menyebabkan leukemia nonlimfoblastik akut.
Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control menunjukkan
bahwa orang yang terpapar benzene dapat meningkatkan risiko terkena leukemia
terutama LMA (OR=2,26 dan CI=1,17-4,37) artinya orang yang menderita leukemia
kemungkinan 2,26 kali terpapar benzene dibandingkan dengan yang tidak menderita
leukemia.
d. Faktor genetic
virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (Tcell Leukimia-
Lhympoma virus/HLTV)
e. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk berkembangnya leukemia. Rokok
mengandung leukemogen yang potensial untuk menderita leukemia terutama LMA.

D. PATIFISIOLOGI
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap
infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol sesuai dengan
kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel darah putih pada sumsum tulang
yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak
berfungsi seperti biasanya. Sel leukemia memblok produksi sel darah normal, merusak
kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemia juga merusak produksi sel darah lain
pada sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk
menyuplai oksigen pada jaringan.
Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi
kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom dapat
meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom,
atau perubahan struktur termasuk translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan
insersi. Pada kondisi ini, dua kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan
perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel
abnormal.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari sistem sel menjadi sel darah putih
mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan
tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan
genetik sel yang kompleks). Translokasi kromosom mengganggu pengendalian normal
dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada
akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel
yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam
organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan otak.

E. MANIFESTASI KLINIS
a. Anemia
Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan sumsum
tulang memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan berkurangnya konsentrasi
hemoglobin, turunnya hematokrit, jumlah sel darah merah kurang. Anak yang
menderita leukemia mengalami pucat, mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas.
b. Perdarahan
Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan mukosa
seperti gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang sering disebut
petekia. Perdarahan ini dapat terjadi secara spontan atau karena trauma. Apabila
kadar trombosit sangat rendah, perdarahan dapat terjadi secara spontan.
c. Penurunan kesadaran
Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat menyebabkan
berbagai gangguan seperti kejang sampai koma.
d. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi
Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan menurunkan
daya tahan tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk mempertahankan daya tahan
tubuh tidak dapat bekerja secara optimal.
e. Penurunan nafsu makan
f. Kelemahan dan kelelahan fisik

F. KOMPLIKASI
a. Anemia
b. Terinfeksi berbagai penyakit : hal ini dikarenakan sel darah putih yang ada kurang
berfungsi dengan baik meskipun jumlahnya berlebihan tetapi sudah berubah menjadi
ganas sehingga tidak mampu melawan infeksi dan benda asing yang masuk ke dalam
tubuh. Di samping itu, pada leukimia, obat-obatan anti leukimia menurunkan
kekebalan.
c. Perdarahan, hal ini terjadi sebagai akibat penekanan sel leukimia pada sum-sum
tulang sehingga sel pembeku darah  produksinya berkurang.
d. Gangguan metabolisme : Berat badan turun, demam tanpa infeksi yang jelas, Kalium
dan kalsium darah meningkat atau rendah, gejala asidosis sebagai akibat asam laktat
meningkat.
e. Penyusupan sel leukimia pada organ-organ : Terlihat organ limpa membesar, gejala
gangguan saraf otak, gangguan kesuburan, tanda-tanda bendungan pembuluh
pembuluh darah paru.
G. PEMERIKASAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Darah tepi
Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan sel muda limfoblas dan biasanya
ada leukositosis (60%), kadang-kadang leukopenia (25%). Jumlah leukosit
biasanya berbanding langsung dengan jumlah blas. Jumlah leukosit neutrofil
seringkali rendah, demikian pula dengan kadar hemoglobin dan trombosit. Hasil
pemeriksaan sum-sum tulang biasanya menunjukkan sel blas yang dominan.
Gejala yang terlihat dari darah tepi berdasarkan pada kelainan sum-sum
tulang berupa adanya pansitopenia, limfositosis yang kadang-kadang
menyebabkan gambaran darah tepi monoton.
2) Sumsum tulang
Dari pemeriksaan sum-sum tulang akan ditemukan gambaran yang
monoton yaitu hanya terdiri dari sel limfopoitik patologis sedangkan sistem lain
terdesak.
3) Biopsi limpa
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferasi sel leukimia dan sel yang
berasal dari jaringan limpa yang terdesak.
b. Cairan cerebrospinal
Bila sel patologis dan protein meningkat, maka merupakan suatu leukimia meningeal.
Keadaan ini dapat terjadi setiap saat pada perjalanan penyakit. Untuk pencegahannya
adalah dengan pemberian metotreksat (MTX).

H. PENATALAKSANAAN
a. Program terapi
1) Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
- Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi
anemi. Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari
10.000/mm³, maka diperlukan transfusi trombosit.
- Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
2) Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal. Pelaksanaannya
tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar
pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
- Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi
kanker sering disebut sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara
kombinasi dengan maksud untuk mengurangi sel-sel blastosit sampai 5%
baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat mengurangi gejala-
gajala yang tampak.
- Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak
memperbanyak diri lagi.
- Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
- Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa
remis
3) Fase Pelaksanaan Kemoterapi
- Fase Induksi
Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan
terapi kortikosteroid (prednison), vineristin, dan L-asparaginase. Fase
induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak
ada dan di dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kuurang dari
5%.
- Fase profilaksis sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine, dan hydrocortison
melalui intratekal untuk mencegah invasi sel leukemia ke otak. Terapi
irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami
gangguan sistem saraf pusat.
- Konsolidasi
Pada fase ini, kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan
remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh.
Secara berkala, dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon
sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang,
maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.
b. Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar pasien
dapat sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi
terus menerus.
c. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia.
Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian lain dalam tubuh
tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa menjadi gelombang atau partikel
seperti proton, elektron, x-ray dan sinar gamma. Pengobatan dengan cara ini dapat
diberikan jika terdapat keluhan pendesakan karena pembengkakan kelenjar getah
bening setempat.
d. Transplantasi Sumsum Tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang rusak
dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat disebabkan
oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum
tulang juga berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker. Pada
penderita LMK, hasil terbaik (70-80% angka keberhasilan) dicapai jika menjalani
transplantasi dalam waktu 1 tahun setelah terdiagnosis dengan donor Human
Lymphocytic Antigen (HLA) yang sesuai. Pada penderita LMA transplantasi bisa
dilakukan pada penderita yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan dan
pada penderita usia muda yang pada awalnya memberikan respon terhadap
pengobatan.
e. Terapi Suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yang ditimbulkan penyakit
leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi darah untuk
penderita leukemia dengan keluhan anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi
perdarahan dan antibiotik untuk mengatasi infeksi.

I. DIAGNOSA
1. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2. Ganguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhungan dengan intake yang tidak
adekut, mual dan muntah
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
5. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit
J. PATHWAY

Umur, sinar radioaktif, zat kimia, merokok

Leukosit imatur meningkat

Leukosit normal menurun

Pusing

Daya tahan tubuh menurun

Mual dan muntah Kelemahan otot dan anggota gerak

Risiko tinggi infeksi

Intake yang tidak adekuta Gangguan aktivitas

Perubahan nutrisi kurang Gangguan mobilitas fisik


dari kebutuhan tubuh
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIAGNOSIS LEUKIMIA

KASUS

An.H datang ke RS bersama ibunya dengan keluhan demam sejak 6 hari yang lalu serta lemas
dan lesu. Hasil anamnesa pemeriksaan fisik didapatkan RR 20x/menit, S 38,60 C derajat
celcius, N 80 x/menit, TD 90/70 mmHg. Ibu klien mengatakan An.H tidak mau makan dan
berat badannya menurun, ketika diberi makan klien merasa mual dan muntah, lidahnya
terdapat sariawan, bibir kering serta pucat, dan akral dingin.

I. DATA UMUM
A. Identitas Klien
Nama : An. H
Tanggal lahir : Makassar, 15 Oktober 2014
Umur : 3 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Makassar
Agama : Islam
Diagnosa medis : Leukimia
Tanggal Masuk :
Tanggal Pengkajian :
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. R
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Makassar
Hubungan dengan klien : Ibu kandung

II. RIWAYAT KELUHAN SAAT INI


Keluhan Utama : Demam, lemas, dan lesu
Riwayat keluhan Utama : Ibu klien mengatakan An.H demam ( 38,60 C) sejak 6 hari yang
lalu serta lemas dan lesu, Ibu klien mengatakan An.H tidak mau makan dan berat
badannya menurun, ketika diberi makan klien merasa mual dan muntah, lidahnya
terdapat sariawan, bibir kering serta pucat, akral dingin.

III. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


1. Penyakit yang pernah dialami : ibu klien mengatakan bahwa klien belum pernah
sakit sebelumnya
2. Pengobatan yang pernah dilakukan : ibu klien mengatakan bahwa klien belum
pernah menerima pengobatan apapun sebelumnya
3. Pernah dirawat : ibu klien mengatakan bahwa klien belum pernah dirawat
sebelumnya
4. Riwayat alergi : ibu klien mengatakan sampai saat ini klien tidak ada tanda-tanda
alergi.
5. Riwayat imunisasi : ibu klien mengatakan imunisasi klien lengkap.

IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

? ? ? ?
G1

? ?

G2 30 27

G3
7 3

: Laki-laki ? : Umur tidak diketahui

: Perempuan X : Meninggal Dunia


: Garis Keturunan : Klien

: Garis perkawinan : Tinggal serumah

G1: Orang tua dari ayah dan orang tua dari ibu masih hidup, dan dalam keadaan sehat

G2 : Ayah klien anak terakhir dari 2 bersaudara, dan ibu klien anak pertama dari 2
bersaudara

G3 : Klien anak terakhir dari 2 bersaudara

V. KEBUTUHAN DASAR/POLA KEBIASAAN HIDUP SEHARI-HARI


1. Pola Nutrisi/metabolik
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien makan dan minum tiga kali sehari dan
meminta makan jika lapar.
Saat dikaji : Ibu klien mengatakan klien mengalami penurunan nafsu makan
2. Pola Eliminasi
Ibu klien mengatakan klien sering buang air kecil lebih dari biasanya, BAB normal.
3. Pola aktivitas/Latihan
Ibu klien mengatakan klien beraktivitas seperti biasanya, sekolah dan bermain
dengan teman-teman namun sering merasa lelah
4. Pola Istrahat dan tidur
Ibu klien mengatakan klien tidur siang 1-2 jam dan tidur malam 7-8 jam sehari.
5. Pola Perseptif/kognitif
Ibu klien mengatakan belum mengetahui sakit yang diderita anaknya,
6. Pola koping/toleransi stress
Ibu klien mengatakan berat badan klien turun, enuresis. Ia juga mudah tersinggung,
tidak bisa perhatian lama ketika mengikuti pelajaran sekolah
7. Pola konsep diri
Ibu klien mengatakan sangat khawatir dan sedih, ibu klien sering bertanya kondisi
anaknya dan bertanya apakah anaknya akan lama dirawat di RS.
8. Pola seksual
Klien berjenis kelamin laki-laki dan tidak ada kelainan kongenital.
9. Pola peran atau hubungan
Klien tampak tenang dan nyaman saat tidur setelah makan dan minum.
10. Pola nilai dan kepercayaan
Ibu klien selalu berdoa untuk kesembuhan anaknya.

VI. PEMERIKASAAN FISIK


1. Keadaan umum klien
Kelemahan : klien tampak lemah
Tingkat kesadaran : composmentis, GCS 15 (E4V5M6)
Tanda-tanda vital
 TD : 90/70 mmHg
 N : 80 x/i
 S : 38,60 C
 P : 20 x/i
 BB : 14 kg
 TB : 95 cm
2. Pengkajian Head to Toe
a. Kulit / integumen
I : Warna kulit sawo matang, lembab, tekstur kulit halus
P : Turgor kulit baik, tidak terdapat edema
b. Kepala dan rambut
I : Bentuk kepala normal, rambut agak kasar, berwarna hitam
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa
c. Kuku
I : Warna merah pucat, kuku kaki dan tangan bersih
P : Tidak ada nyeri tekan, kuku tidak mudah patah
d. Mata / penglihatan
I : Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva pucat
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa
e. Hidung / penghidu
I : Lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada secret dan tidak terdapat
pernapasan cuping hidung
P : Tidak ada nyeri tekan pada hidung, tidak teraba adanya massa
f. Telinga / pendengaran
I : Daun telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada pengeluaran secret, fungsi
pendengaran baik
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa
g. Mulut dan gigi
I : Bibir tampak kering dan pucat, gigi susu lengkap, tidak ada peradangan pada
gusi
P : Tidak ada nyeri tekan
h. Leher
I : Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada luka sekitar leher
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa
i. Dada
Paru-paru
I : Bentuk dada normal, gerakan dada mengikuti gerak nafas
P : Tidak ada nyeri tekan pada dada
P : Sonor pada semua lapang paru
A: Suara nafas vesikuler
Jantung
I : ictus cordis normal terlihat
P : incus cordis teraba di intercosta 4-5
P : pekak
A : S1 dan S2 reguler (lup dup)
j. Abdomen
I : Perut tampak datar, gerakan mengikuti gerakan nafas
P : Tidak ada nyeri tekan
P : Bunyi tympani
A: Terdengar adanya suara bising usus
k. Genetalia dan perineum
Tidak dikaji
l. Ekstremitas dan fungsi motorik
Massa otot : kenyal
Tonus otot : lemah
Kekuatan otot : 3 3

2 2

VII. Terapi saat ini


1. Cotrimovazole : 2 x 120 mg
2. Dexamethason : 3 x 400 mg
3.  Diet MB 1100 Kalori engan 20 gram protein
4.  Fisiotherapy
5. Inj. B12 : 2cc/ 12 jam
6. Inj Leucoverin : 8,85 mg / 6 jam
7. Infus Dextrose 5% dan Nacl 0,45%            : 40 gtt/i

VIII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


HB                                       8,5 gr%                              N: 12 – 14 gr%
LED                                     55 mm/jam                        N: < 20 mm / jam
Leukosit                               5,3. 103 / mm3                    N: 5.103 – 9.103 / mm3
Trombosit                             40.103 / mm3                      N: 15.103 – 45.103 / mm3
Hematokrit                           26%                                   N: 37 – 45%
KLASIFIKASI DATA

Data Subjektif Data Obejektif


1. Ibu klien mengatakan anaknya demam 1. Klien tampak lemas dan lesu
2. Ibu klien mengatankan anaknya lemas 2. Bibir klien tampak kering dan pucat
dan lesu 3. Lidah klien tampak adanya sariawan
3. Ibu klien mengatakan nafsu makan 4. Akral dingin
anaknya menurun 5. Konjungtiva tampak pucat
4. Ibu klien mengatakan terjadi penurunan 6. Klien tampak mual dan muntah ketika
berat badan pada anaknya makan
7. TTV :
TD : 90/70 mmHg
S : 38,60 C
RR : 20 x/i
N : 80 x/i
BB : 14 kg
TB : 95 cm
ANALISA DATA

No. DATA ETIOLOGI MASALAH

1. Ds : Leukosit imatur meningkat Risiko tiggi infeksi


1. Ibu klien mengatakan anaknya
demam Leukosit normal menurun

Do :
1. Klien tampak lemas dan lesu Daya tahan tubuh menurun

2. Bibir klien tampak kering dan


Risiko tinggi infeksi
pucat
3. Lidah klien tampak adanya
sariawan
4. Akral dingin
5. Leukosit : 5,3. 103/mm3
6. S : 38,60 C

2 Ds : Mual dan muntah Perubahan nutrisi


1. Ibu klien mengatakan nafsu kurang dari
kebutuhan tubuh
makan anaknya menurun Intake yang tidak adekuat
2. Ibu klien mengatakan terjadi
penurunan berat badan pada Perubahan nutrsi kurang dari
anaknya kebutuhan tubuh

Do :
1. Klien tampak mual dan muntah
ketika makan
2. BB : 14 kg

3 Ds : Gangguan
1. Ibu klien mengatankan anaknya Kelemahan otot dan anggota mobilitas fisik
gerak
lemas dan lesu
2. Ibu klien mengatakan terjadi
Gangguan aktivitas
penurunan berat badan pada
anaknya
Gangguan mobilitas fisik

Do :
1. Klien tampak lemas dan lesu
2. Konjungtiva tampak pucat
3. BB : 14 kg

DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO Diagnosa Keperawatan
1 Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhungan dengan intake yang tidak adekut,
mual dan muntah
3 Ganguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Rencana Asuhan Keperawatan


. Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria
Intervensi Rasional
Hasil
1 2 3 4 5
1. Risiko tinggi infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda- 1. Untuk
berhubungan dengan keperawatan selama tanda vital memantau
menurunnya sistem 3x24jam. 2. Istirahatkan klien terjadinya
pertahanan tubuh
pada ruangan perubahan
Kriteria hasil : khusus/isolasi tanda-tanda vital
1. Klien bebas dari 3. Anjurkan klien dan 2. Dengan
tanda dan gejala keluarga untuk mengistirahtaka
infeksi memelihara n pada ruangan
2. Menunjukkan kebersihan diri dan isolasi dapat
kemampuan untuk lingkungan klien menghindari
mencegah timbulnya 4. Kolaborasi dengan terkontaminasi
infeksi tim medis dalam dengan klien
3. Jumlah leukosit pemberian sehingga infeksi
dalam batas normal medikasi sesuai dapat dicegah
4. Menunjukkan indikasi 3. Dengan
perilaku hidup sehat menjaga
kebersihan diri
dan lingkungan
dapat
menghambat
perkembangan
kuman
4. Menghilangkan
atau mengurangi
keluhan risioko
infeksi

2 Perubahan nutrisi kurang Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi dan 1. Mengawasi


dari kebutuhan tubuh keperawatan selama catat masukan masukan kalori
berhungan dengan intake 3x24jam. makanan klien atau kualitas
yang tidak adekut, mual
2. Timbang berat kekurangan
dan muntah Criteria hasil : badan klien konsumsi
1. Kebutuhan nutrisi
setiap hari makanan
klien terpenuhi
3. Berikan makanan 2. Mengawasi
2. Berat badan klien
sedikit tapi sering terjadinya
meningkat
penurunan berat
4. Berikan badan
penyuluhan pada 3. Makanan sedikit
keluarga klien dapat
pentingnya meningkatkan
nutrisi yang pemasukan
adekuat dengan
mencegah
distensi lambung
Menambah
pengatahuan
keluarga klien
tentang
pentingnya
makanan bagi
tubuh dalam
membantu
proses
penyembuhan

3 Ganguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat 1. Dasar untuk
berhubungan dengan keperawatan selama kemampuan klien memberikan
kelemahan otot 3x24jam. yang masih ada alternatif dan
2. Rubah posisi latihan gerak yang
Criteria hasil : dengan sering sesuai dengan
1. Klien dapat dengan personal kemampuannya
melakukan cukup 2. Menghilangkan
mobilitas secara 3. Berikan tekanan pada
bertahap. lingkungan yang jaringan dan
2. Klien mampu nyaman meningkatkan
berpindah tempat sirkulasi.
tanpa bantuan. 3. Untuk menghindari
cedera
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari / Diagnosa Waktu Implementasi Tindakan Evaluasi (SOAP)


Tanggal Keperawatan
1 2 3 4 5
Kamis 1 08:00 1. Monitor tanda-tanda vital S:
10/12/2 H/ - Keluarga klien mengerti
0 TD : 90/70 mmHg tentang tindakan cara
S : 38 , 60 C memelihara kebersihan
RR : 20 x/i dilingkungan klien
N : 80 x/i O:
- Klien terlihat merasa lebih
08:20 nyaman setelah ditempatkan
2. Istirahatkan klien pada ruangan
khusus/isolasi pada ruang isolasi
H/ - Cotrimovazole : 2 x 120
Klien terlihat merasa lebih mg
nyaman setelah ditempatkan - Dexamethason : 3 x 400
pada ruang isolasi mg
08:40 - TTV
3. Anjurkan klien dan keluarga TD : 90/70 mmHg
untuk memelihara kebersihan S : 38,60 C
diri dan lingkungan klien RR : 20 x/i
H/ N : 80 x/i
Keluarga klien mengerti tentang
tindakan cara memelihara A:
kebersihan dilingkungan klien Masalah belum teratasi
09:00
P:
4. Kolaborasi dengan tim medis Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
dalam pemberian medikasi
sesuai indikasi
H/
Cotrimovazole : 2 x 120 mg
Dexamethason : 3 x 400 mg

2 09:10 1. Observasi dan catat masukan S:


makanan klien - Keluarga klien mengerti
H/ tentang pemberian nutrisi
Memantau makanan yang yang cukup bagi klien
masuk kedalam tubuh klien
O:
09:20 2. Timbang berat badan klien - Memberikan teknik makan
setiap hari sedikit tapi sering untuk
H/ mengurangi mual dan
Memantau peningkatan berat muntah serta memenuhi
badan klien kebutuhan gizi klien
BB : 14 kg - Memantau makanan yang
masuk kedalam tubuh klien
09:30 3. Berikan makanan sedikit tapi - Memantau peningkatan berat
sering badan klien
H/ BB : 14 kg
Memberikan teknik makan
sedikit tapi sering untuk A:
mengurangi mual dan muntah Masalah belum teratasi
serta memenuhi kebutuhan gizi
P:
klien Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4
09:45
4. Berikan penyuluhan pada
keluarga klien pentingnya
nutrisi yang adekuat
H/
Keluarga klien mengerti tentang
pemberian nutrisi yang cukup
bagi klien

3 10:00 1. Kaji tingkat kemampuan klien S:


yang masih ada
H/ O:
Klien masih bisa berdiri tatapi - Klien masih bisa berdiri
hanya sebentar tatapi hanya sebentar
10:10 - Klien sulit dalam merubah
2. Rubah posisi dengan sering
posisinya
dengan personal cukup
H/ - Memberikan kursi roda untuk
Klien sulit dalam merubah membantu dalam melakukan
posisinya aktivitas klien, dan
10:20 menghindari terjadinya
3. Berikan lingkungan yang nyaman cedera
misal alat bantu
H/ A:
Memberikan kursi roda untuk Masalah belum teratasi
membantu dalam melakukan
aktivitas klien, dan menghindari P:
terjadinya cedera Lanjutkan intervensi 1, 2, 3
Jumat 1 08:00 1. Monitor tanda-tanda vital S:
11/12/2 H/ - Ibu klien mengatakan, klien
0 TD : 90/70 mmHg merasa lebih enakan setelah
S : 380 C di rungan isolasi
RR : 20 x/i - Keluarga klien dan klien sudah
N : 80 x/i menerapkan perilaku hidup
08:20 2. Istirahatkan klien pada ruangan bersih untuk mengurangi
khusus/isolasi terjadinya infeksi
H/
Ibu klien mengatakan, klien O:
- TTV
merasa lebih enakan setelah di TD : 90/70 mmHg
rungan isolasi S : 380 C
08:40 RR : 20 x/i
3. Anjurkan klien dan keluarga
N : 80 x/i
untuk memelihara kebersihan
- Cotrimovazole : 2 x 120
diri dan lingkungan klien
mg
H/
- Dexamethason : 3 x 400
Keluarga klien dan klien sudah
mg
menerapkan perilaku hidup
bersih untuk mengurangi A:
terjadinya infeksi Masalah teratasi sebagian
09:00
4. Kolaborasi dengan tim medis P:
dalam pemberian medikasi Pertahankan intervensi 2, 3, 4
sesuai indikasi
Lanjutkan intervensi 1
H/
Cotrimovazole : 2 x 120 mg
Dexamethason : 3 x 400 mg

2 09:10 1. Observasi dan catat masukan S:


makanan klien - Ibu klien mengatakan teknik
H/ tersebut bermanfaat karna
Memantau makanan yang mual dan muntah klien sudah
masuk kedalam tubuh klien tidak terlalu dirasakan
- Keluarga klien mengerti
09:20 2. Timbang berat badan klien tentang pemberian nutrisi
setiap hari yang cukup bagi klien
H/
BB : 14, 5 kg O:
- Memantau makanan yang
09:30 3. Berikan makanan sedikit tapi masuk kedalam tubuh klien
sering - BB : 14, 5 kg
H/
A:
Ibu klien mengatakan teknik Masalah teratasi sebagian
tersebut bermanfaat karna mual
dan muntah klien sudah tidak P:
09:45 terlalu dirasakan Pertahankan intervensi 1, 4

4. Berikan penyuluhan pada Lanjutkan intervensi 2, 3


keluarga klien pentingnya
nutrisi yang adekuat
H/
Keluarga klien mengerti tentang
pemberian nutrisi yang cukup
bagi klien

3 10:00 1. Kaji tingkat kemampuan klien S:


yang masih ada - Ibu klien mengatakan, klien
H/ sudah bisa merubah posisnya
Klien sudah mulai bisa berjalan sendiri
tetapi hanya sebentar
O:
10:10 2. Rubah posisi dengan sering - Klien sudah mulai bisa
dengan personal cukup berjalan tetapi hanya
H/ sebentar
Ibu klien mengatakan, klien - Klien sudah mulai bisa
sudah bisa merubah posisnya berjalan tatapi masih
sendiri membutuhkan kursi roda
10:20 untuk mencegah terjadinya
3. Berikan lingkungan yang nyaman cedera
misal alat bantu
H/ A:
Klien sudah mulai bisa berjalan Masalah teratasi sebagian
tatapi masih membutuhkan kursi
roda untuk mencegah terjadinya P:
cedera Pertahankan intervensi 2

Lanjutkan intervensi 1, 3
Sabtu 1 08:00 1. Monitor tanda-tanda vital S:
12/12/2 H/ - Ibu klien mengatakan, klien
0 TD : 90/70 mmHg merasa lebih enakan setelah
S : 3 70 C di rungan isolasi
RR : 20 x/i - Keluarga klien dan klien
N : 80 x/i sudah menerapkan perilaku
hidup bersih untuk
08:20
2. Istirahatkan klien pada ruangan mengurangi terjadinya infeksi
khusus/isolasi
H/ O:
- TTV
Ibu klien mengatakan, klien
TD : 90/70 mmHg
merasa lebih enakan setelah di
S : 370 C
rungan isolasi
RR : 20 x/i
08:40
N : 80 x/i
3. Anjurkan klien dan keluarga
- Cotrimovazole : 2 x 120
untuk memelihara kebersihan
mg
diri dan lingkungan klien
Dexamethason : 3 x 400
H/
mg
Keluarga klien dan klien sudah
menerapkan perilaku hidup
bersih untuk mengurangi A:
terjadinya infeksi Masalah teratasi

09:00 P:
4. Kolaborasi dengan tim medis Pertahankan intervensi 1, 2, 3, 4
dalam pemberian medikasi
sesuai indikasi
H/
Cotrimovazole : 2 x 120 mg
Dexamethason : 3 x 400 mg

2 09:10 1. Observasi dan catat masukan S:


makanan klien - Ibu klien mengatakan An.H
H/ sudah tidak mual dan muntah
Memantau makanan yang pada saat makan
masuk kedalam tubuh klien - Keluarga klien mengerti
tentang pemberian nutrisi
09:20 2. Timbang berat badan klien yang cukup bagi klien
setiap hari
H/ O:
BB : 15 kg - BB : 15 kg
- Memantau makanan yang
09:30 3. Berikan makanan sedikit tapi masuk kedalam tubuh klien
sering
A:
H/ Masalah teratasi
Ibu klien mengatakan An.H
sudah tidak mual dan muntah P:
pada saat makan Pertahankan intervensi 1, 2, 3, 4
09:45
4. Berikan penyuluhan pada
keluarga klien pentingnya
nutrisi yang adekuat
H/
Keluarga klien mengerti tentang
pemberian nutrisi yang cukup
bagi klien

3 10:00 1. Kaji tingkat kemampuan klien S:


yang masih ada - Ibu klien mengatakan, klien
H/ sudah bisa merubah posisnya
Klien sudah bisa berjalan lama sendiri
10:10 2. Rubah posisi dengan sering O:
dengan personal cukup - Klien sudah bisa berjalan
H/ lama
Ibu klien mengatakan, klien - Klien sudah tidak
sudah bisa merubah posisnya membutuhkan kursi roda
sendiri karna klien sudah bisa
10:20 melakukan aktivitasnya
3. Berikan lingkungan yang nyaman secara normal
misal alat bantu
H/ A:
Klien sudah tidak membutuhkan Masalah teratasi
kursi roda karna klien sudah
bisa melakukan aktivitasnya P:
secara normal Pertahankan intervensi 1, 2, 3

Anda mungkin juga menyukai