Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ABSES PERIANAL
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
ABSES PERIANAL

A. Pengertian
Abses perianal adalah infeksi pada ruang pararektal. Abses ini kebanyakan akan
mengakibatkan fistula (Smeltzer dan Bare, 2001, hal 1137). Abses perianal merupakan
infeksi pada jaringan lunak sekitar saluran anal, dengan pembentukan abses rongga
diskrit. Tingkat keparahan dan kedalaman dari abses cukup variabel, dan rongga abses
sering dikaitkan dengan pembentukan saluran fistulous.

B. Etiologi
Umumnya bakteri seperti stafilokokus dan Escherichia coli adalah penyebab
paling umum. Infeksi jamur kadang-kadang menyebabkan abses (Emedicinehealth, 2011,
hal 1). Masuknya bakteri ke daerah sekitar anus dan rektum (Eddy Gunawan, 2010, hal
1).
C. Patofisiologi
Abses perianal terbentuk akibat berkumpulnya nanah di jaringan bawah kulit
daerah sekitar anus. Nanah terbentuk akibat infeksi kuman/bakteri karena kelenjar di
daerah tersebut tersumbat. Bakteri yang biasanya menjadi penyebab adalah Escherichia
coli dan spesies Enterococcus. Kuman/bakteri yang berkembang biak di kelenjar yang
tersumbat lama kelamaan akan memakan jaringan sehat di sekitarnya sehingga
membentuk nanah. Nanah yang terbentuk makin lama makin banyak sehingga akan terasa
bengkak dan nyeri, inilah yang disebut abses perianal. Pada beberapa orang dengan
penurunan daya tubuh misalnya penderita diabetes militus, HIV/AIDS, dan penggunaan
steroid (obat anti radang) dalam jangka waktu lama, ataupun dalam kemoterapi akibat
kanker biasanya abses akan lebih mudah terjadi (Selatan, 2008, hal 1).

D. Tanda dan gejala


Abses dapat terjadi pada berbagai ruang di dalam dan sekitar rektum. Seringkali
mengandung sejumlah pus berbau menyengat dan nyeri. Apabila abses terletak
superficial, maka akan tampak bengkak, kemerahan, dan nyeri tekan. Nyeri memburuk
dengan mengedan, batuk atau bersin, terutama pada abses intersfingter. Dengan perjalanan
abses, nyeri dapat mengganggu aktivitas seperti berjalan atau duduk. Abses yang terletak
lebih dalam memgakibatkan gejala toksik dan bahkan nyeri abdomen bawah, serta deman.
Sebagian besar abses rectal akan mengakibatkan fistula (Smeltzer dan Bare, 2001, hal
468). Abses di bawah kulit bisa membengkak, merah, lembut dan sangat nyeri. Abses
yang terletak lebih tinggi di rektum, bisa saja tidak menyebabkan gejala, namun bisa
menyebabkan demam dan nyeri di perut bagian bawah (Healthy of The Human, 2010, hal
1)
Abses perianal

E. Pengobatan
Antibiotik memiliki nilai terbatas kecuali pada penderita yang mengalami demam,
kencing manis atau infeksi di bagian tubuh lainnya. Biasanya, pengobatan terdiri dari
suntikan dengan bius lokal, membuka abses dan mengeluarkan nanahnya. Kadang-
kadang, penderita dirawat dan mendapatkan pembiusan total sebelum dokter membuka
dan mengeringkan abses. Setelah semua nanah dibuang, bisa terbentuk terowongan
abnormal yang menuju ke kulit (fistula anorektal) (Gunawan, 2010, hal 1).

F. Pemeriksaan penunjang
Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dalam, bisa dilakukan pemeriksaan rontgen,
USG, CT scan atau MRI (Healthy of The Human, 2010, hal 2).

G. Komplikasi
Jika tidak diobati, fistula anus hampir pasti akan membentuk, menghubungkan
rektum untuk kulit. Hal ini memerlukan operasi lebih intensif. Selanjutnya, setiap abses
diobati dapat (dan kemungkinan besar akan) terus berkembang, akhirnya menjadi infeksi
sistemik yang serius. Hal yang paling ditakutkan pada abses perianal adalah terjadinya
fistel perianal. Fistel perianal adalah saluran abnormal antara lubang anus/rektum dengan
lubang bekas abses yang bermuara pada kulit sekitar anus. Muara pada kulit sekitar anus
tampak sebagai luka bekas bisul yang tidak pernah menutup/sembuh dan tidak sakit
(Selatan, 2008, hal 2).
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Identitas pasien dan penanggung jawab


Identitas pasien diisi mencakup nama, umur, jenis kelamin, status pernikahan,
Agama, pendidikan, pekerjaan,suku bangsa, tgl masuk RS, alamat. Untuk penangung
jawab dituliskan nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat.

B. Riwayat Kesehatan
Mengkaji keluhan utama apa yang menyebabkan pasien dirawat. Apakah
penyebab dan pencetus timbulnya penyakit, bagian tubuh yang mana yang sakit,
kebiasaan saat sakit kemana minta pertolongan, apakah diobati sendiri atau menggunakan
fasilitas kesehatan. Apakah ada alergi, apakah ada kebiasaan merokok, minum alkohol,
minum kopi atau minum obat-obatan.

C. Riwayat Penyakit
Penyakit apa yang pernah diderita oleh pasien, riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah di derita oleh pasien yang menyebabkan pasien dirawat.
Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga yang lain atau riwayat
penyakit lain yang bersifat genetik maupun tidak.

D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan sakit dan gelisah atau cemas akibat
adanya bisul pada daerah anus.
2. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah normal, nadi cepat, suhu meningkat dan pernafasan meningkat.
3. Pemeriksaan Kepala Dan Leher
a. Kepala Dan Rambut
Pemeriksaan meliputi bentuk kepala, penyebaran dan perubahan warna rambut
serta pemeriksaan tentang luka. Jika ada luka pada daerah tersebut, menyebabkan
timbulnya rasa nyeri dan kerusakan kulit.
b. Mata
Meliputi kesimetrisan, konjungtiva, reflek pupil terhadap cahaya dan gangguan
penglihatan.
c. Hidung
Meliputi pemeriksaan mukosa hidung, kebersihan, tidak timbul pernafasan cuping
hidung, tidak ada sekret.
d. Mulut
Catat keadaan adanya sianosis atau bibir kering.
e. Telinga
Catat bentuk gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan serumen.
Pada penderita yang bed rest dengan posisi miring maka, kemungkinan akan
terjadi ulkus didaerah daun telinga.
f. Leher
Mengetahui posisi trakea, denyut nadi karotis, ada tidaknya pembesaran vena
jugularis dan kelenjar linfe.
4. Pemeriksaan Dada Dan Thorax
Inspeksi bentuk thorax dan ekspansi paru, auskultasi irama pernafasan, vokal
premitus, adanya suara tambahan, bunyi jantung, dan bunyi jantung tambahan, perkusi
thorax untuk mencari ketidak normalan pada daerah thorax.
5. Abdomen
Bentuk perut datar atau flat, bising usus mengalami penurunan karena immobilisasi,
ada masa karena konstipasi, dan perkusi abdomen hypersonor jika dispensi abdomen
atau tegang.
6. Urogenital
Inspeksi adanya kelainan pada perinium. Biasanya klien dengan fistula ani yang baru
di operasi terpasang kateter untuk buang air kecil.
7. Muskuloskeletal
Adanya fraktur pada tulang akan menyebabkan klien bedrest dalam waktu lama,
sehingga terjadi penurunan kekuatan otot.
8. Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran dikaji dengan sistem GCS. Nilainya bisa menurun bila terjadi nyeri
hebat (syok neurogenik) dan panas atau demam tinggi, mual muntah, dan kaku kuduk.
9. Pemeriksaan Kulit
a. Inspeksi kulit
Pengkajian kulit melibatkan seluruh area kulit termasuk membran mukosa, kulit
kepala, rambut dan kuku. Tampilan kulit yang perlu dikaji yaitu warna, suhu,
kelembaban, kekeringan, tekstur kulit (kasar atau halus), lesi, vaskularitas. Yang
harus diperhatikan oleh perawat yaitu :
1) Warna, dipengaruhi oleh aliran darah, oksigenasi, suhu badan dan produksi
pigmen. Lesi yang dibagi dua yaitu :
a) Lesi primer, yang terjadi karena adanya perubahan pada salah satu
komponen kulit
b) Lesi sekunder adalah lesi yang muncul setelah adanya lesi primer.
Gambaran lesi yang harus diperhatikan oleh perawat yaitu warna, bentuk,
lokasi dan kofigurasinya.
2) Edema
Selama inspeksi kulit, perawat mencatat lokasi, distribusi dan warna dari
daerah edema.
3) Kelembaban
Normalnya, kelembaban meningkat karena peningkatan aktivitas atau suhu
lingkungan yang tinggi kulit kering dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti lingkungan kering atau lembab yang tidak cocok, intake cairan yang
inadekuat.
4) Integritas
Yang harus diperhatikan yaitu lokasi, bentuk, warna, distribusi, apakah ada
drainase atau infeksi.
5) Kebersihan kulit
6) Vaskularisasi
Perdarahan dari pembuluh darah menghasilkan petechie dan echimosis.
7) Palpasi kulit
Yang perlu diperhatikan yaitu lesi pada kulit, kelembaban, suhu, tekstur atau
elastisitas, turgor kulit.

E. Data Fokus ( kemungkinan ditemukan DO & DS )


DO: Ekspresi wajah tampak meringis saat tidur terlentang. Kulit tampak kemerahan dan
ada luka operasi yang terpasang handscoen drain.
DS: Pasien mengatakan ada bisul di daerah dubur dan terasa nyeri.

F. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi:
a) Nyeri pada daerah perianal berhubungan dengan adanya luka pada perianal.
b) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka terbuka yang mungkin terkontaminasi.
c) Kecemasan berhubungan dengan physiologi faktor akibat proses peradangan.
d) Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, prognosis dan tindakan yang akan
didapatnya.
Post operasi:
a) Nyeri area operasi berhubungan dengan adanya eksisi luka operasi.
b) Perubahan pola eliminasi konstipasi/diare berhubungan efek anestesi, pemasukan
cairan yang tidak adekuat.
c) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan risiko prosedur invasive, luka yang
mungkin terkontaminasi.

G. Intervensi
Pre operasi
a) Nyeri berhubungan dengan adanya luka pada perianal
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang
Kriteria hasil : Klien menunjukkan toleransi terhadap nyeri, klien mengungkapkan
nyeri berkurang.
Intervensi :
 Kaji frekuensi dan intensitas nyeri dengan skala 1 – 10.
Rasional : perubahan karakteristik nyeri mengidikasikan adanya perkembangan
kearah komplikasi.
 Perhatikan tanda-tanda nonverbal seperti; takut bergerak, kegelisahan.
Rasional : bahasa tubuh/perilaku nonverbal dapat digunakan sebagai data yang
menunjukkan adanya rasa nyeri/tak nyaman.
 Kaji faktor-faktor yang mengganggu atau meningkatkan nyeri.
Rasional : keadaan stress dapat meningkatkan rasa nyeri.
 Berikan posisi yang nyaman (telungkup, miring), aktivitas pengalihan perhatian
Rasional : meningkatkan relaksasi dan meningkatkan kemampuan koping.
 Bersihkan area rectal dengan sabun yang lembut dan air sesudah BAB dan rawat
kulit dengan salf, petroleum jelly.
Rasional : menjaga kulit sekitar rektal dari asam isi perut, menjaga exoriasi.
 Berikan rendaman duduk.
Rasional : menjaga kebersihan dan memberikan rasa nyaman.
 Observasi area perianal fistel.
Rasional : fistula mungkin berkembang dari erosi dan kelemahan dari dinding
intestinal.
 Kolaborasi dengan medik untuk pemberian analgetik.
Rasional : Analgetik membantu mengurangi nyeri.
b) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka terbuka yang mungkin
terkontaminasi.
Tujuan : infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : tanda vital dalam batas normal (peningkatan suhu tidak terjadi),
leukosit normal
Intervensi :
 Kaji area luka, catat adanya penambahan luas luka, karakteristik cairan yang
keluar dari luka.
Rasional: adanya pus mengindikasikan adanya infeksi
 Monitor tanda-tanda vital, peningkatan suhu tubuh.
Rasional: peningkatan suhu mengindikasikan adanya proses infeksi.
Rawat luka dengan prinsip aseptik.
Rasional: luka pada klien adalah luka kotor, prinsip aseptik mencegah terjadinya
infeksi tambahan.
 Berikan diet yang adekuat.
Rasional: klien membutuhkan nutrisi yang cukup untuk penyembuhan lukanya.
 Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
Rasional: antibiotik membantu menghambat terjadinya infeksi.
c) Kecemasan berhubungan dengan faktor fisiologi akibat proses peradangan.
Tujuan : kecemasan berkurang
Kriteria hasil : ekspresi wajah klien tenang, mengungkapkan kesadarannya akan
perasaan cemasnya.
Intervensi :
 Bina hubungan saling percaya.
Rasional : hubungan saling percaya merupakan dasar dari komunikasi
therapeutik.
 Perhatikan perubahan perilaku klien, kegelisahan, tak ada kontak mata, tampak
kurang tidur.
Rasional : indikator peningkatan stress/kecemasan.
 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya, berikan feedback.
Rasional : membina hubungan therapeutik.
 Dengarkan ungkapan klien dengan empati.
Rasional : dengan menunjukkan sikap empati, diharapkan akan membantu
mengurangi kecemasan klien.
 Berikan informasi yang akurat.
Rasional : dengan memberikan informasi yang akurat akan membantu
menurunkan tingkat kecemasan.
 Ciptakan ketenangan dan lingkungan yang nyaman.
Rasional : membantu meningkatkan relaxasi, mengurangi kecemasan.
 Kolaborasi untuk pemberian sedativa, seperti barbiturat, anti anxietas seperti,
diazepam.
Rasional : sedativa/anti anxietas membantu mengurangi kecemasan dan
membantu istirahat.

d) Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, prognosis dan tindakan yang akan
didapatnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pengetahuan pasien bertambah
Kriteria hasil : Klien mampu mengungkapkan tentang proses penyakit dan
penanggulangannya. Berpartisipasi dalam penatalaksanaan regimen.
Intervensi :
 Kaji persepsi klien tentang proses penyakitnya.
Rasional : menentukan tingkat pengetahuan klien dan kebutuhan informasi
yang diperlukan.
 Ulangi penjelasan tentang proses penyakit, penyebab, tanda dan gejala penyakit
serta penanggulangannya.
Rasional : dengan memberikan penjelasan yang memadai klien tahu proses
penyakit dan tindakan yang akan didapatnya, sehingga klien dapat menerima
tindakan yang didapatnya.
 Tekankan pentingnya menjaga kebersihan kulit, seperti : tehnik cuci tangan
yang baik dan perawatan kulit perianal.
Rasional : mengurangi penyebaran bakteri dan resiko iritasi kulit dan infeksi.
Post Operasi
a) Nyeri pada area operasi berhubungan dengan adanya eksisi luka operasi.
Tujuan : nyeri berkurang atau terkontrol
Kriteria hasil : ekspresi wajah klien rileks, cukup istirahat, mengungkapkan nyeri
berkurang /dapat ditahan.
Intervensi :
 Kaji lokasi, intensitas nyeri dengan skala 0 – 10, faktor yang mempengaruhi.
Perhatikan tanda-tanda nonverbal.
Rasional : membantu menentukan intervensi selanjutnya.
 Monitor tanda-tanda vital
Rasional : perubahan tanda-tanda vital, peningkatan tekanan darah, nadi dan
pernafasan bisa diakibatkan karena nyeri.
 Kaji area luka operasi, adanya edema, hematoma atau inflamasi.
Rasional : pembengkakan, inflamasi dapat menyebabkan meningkatnya nyeri.
 Berikan posisi yang nyaman dan lingkungan yang tenang, ajarkan tehnik
relaksasi, pengalihan perhatian.
Rasional : membantu mengurangi dan mengontrol rasa nyeri.
 Kolaborasi dengan medik untuk pemberian analgesik.
Rasional : analgesik membantu mengurangi nyeri.

b) Perubahan pola eliminasi konstipasi/diare berhubungan dengan efek anestesi,


pemasukan cairan yang tidak adekuat.
Tujuan : pola eliminasi kembali berfungsi normal.
Intervensi :
 Auskultasi bising usus.
Rasional : adanya suara bising usus yang abnormal, merupakan tanda adanya
komplikasi.
 Anjurkan makanan/minuman yang tidak mengiritasi.
Rasional : menurunkan resiko iritasi mukosa.
 Kolaborasi medik untuk pemberian glyserin suppositoria.
Rasional : membantu melunakkan feses.

c) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya prosedur invasive, luka yang
mungkin terkontaminasi.
Tujuan : tidak terjadi infeksi, luka sembuh tanpa komplikasi.
Intervensi :
 Kaji area luka operasi, observasi luka, karakteristik drainage, adanya inflamasi.
Rasional : penambahan infeksi dapat mengambat proses penyembuhan.
 Monitor tanda-tanda vital, temperatur, respirasi, nadi.
Rasional : peningkatan temperatur, pernapasan, nadi merupakan indikasi
adanya proses infeksi.
 Rawat area luka dengan prinsip aseptik. Jaga balutan kering.
Rasional : menjaga pasien dari infeksi silang selama penggantian balutan.
 Kolaborasi untuk pemeriksaan cultur dari sekret/drainage, kedua dari tengah dan
pinggir luka.
Rasional : dengan mengetahui adanya organisme akan menentukan pemberian
antibiotik.
 Berikan antibiotik sesuai pesan medik.
Rasional : antibiotik mencegah dan melawan infeksi.
 Bila perlu lakukan irigasi luka.
Rasional : irigasi luka dengan antiseptik baik untuk melawan infeksi
d) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan colostomy
Tujuan : Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu dan bebas tanda
infeksi
Intervensi :
 Observasi luka, catat karakteristik drainase
Rasional : Perdarahan pasca operasi paling sering terjadi selama 48 jam
pertama, dimana infeksi dapat terjadi kapan saja
 Ganti balutan sesuai kebutuhan, gunakan teknik aseptik
Rasional : Sejumlah besar drainase serosa menuntut pergantian dengan sering
untuk menurunkan iritasi kulit dan potensial infeksi
 Irigasi luka sesuai indikasi, gunakan cairan garam faali
Rasional : Diperlukan untuk mengobati inflamasi infeksi pra op / post

e) Gangguan konsep diri berhubungan dengan adanya kolostomi


Tujuan :
 Menyatakan penerimaan diri sesuai situasi
 Menerima perubahan kedalam konsep diri
Intervensi :
 Dorong pasien/orang terdekat untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : Membantu pasien untuk menyadari perasaannya yang tidak biasa
 Catat perilaku menarik diri. Peningkatan ketergantungan
Rasional : Dugaan masalah pada penilaian yang dapat memerlukan evaluasi
lanjut dan terapi lebih kuat
 Gunakan kesempatan pada pasien untuk menerima stoma dan berpartisipasi dan
perawatan
Rasional : Ketergantungan pada perawatan diri membantu untuk memperbaiki
kepercayaan diri
 Berikan kesempatan pada anak dan orang terdekat untuk memandang stoma
Rasional : Membantu dalam menerima kenyataan
 Jadwalkan aktivitas perawatan pada pasien
Rasional : Meningkatkan kontrol dan harga diri
 Pertahankan pendekatan positif selama tindakan perawatan
Rasional : Membantu pasien menerima kondisinya dan perubahan pada
tubuhnya
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E, Marry, F..M and Alice, C.G, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :
Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Price, S. A, & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit.
(ed.6). (vol.2). Jakarta: EGC
Sudoyo. A.W, Setiyohadi, B., Alwi, I, Simadibrata, M., Setiati, S. (2006). Buku ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid 1 (ed.4). Jakarta: FKUI
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
http://healthyenthusiast.com/perianal-fistel.html
http://www.medistra.com/index.php)

Anda mungkin juga menyukai