Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH

DENGAN ABSES PERIANAL

I. KONSEP PENYAKIT

1. Definisi

Abses perianal adalah infeksi pada ruang pararektal. Abses ini


kebanyakan akan mengakibatkan fistula.

Abses perianal merupakan infeksi pada jaringan lunak sekitar


saluran anal, dengan pembentukan abses rongga diskrit.
Tingkat keparahan dan kedalaman dari abses cukup variable,
dan rongga abses sering dikaitkan dengan pembentukan saluran
fistulous.

2. Manifestasi klinis
Abses dapat terjadi diberbagai ruangan di dalam dan sekitar
rectum. Sering kali mengandung pus berbau menyengat dan
nyeri. Apabila abses terletak superficial, maka akan tampak
bengkak, kemerahan dan nyeri tekan. Abses yang terletak lebih
dalam mengakibatkan gejala toksik dan bahkan nyeri abdomen
bawah, serta demam. Sebagian besar abses rectal akan
mengakibatkan fistula.
1. Sembelit yang mungkin terjadi
2. Dhischarge nanah dari rectum (ekstensi/substensi yang
dikeluarkan dari rectum)
3. Demam
4. Benjolan atau bintil, bengkak merah, tender ditepi anus
5. Nyeri berkaitan dengan buang air bersar
6. Menyakitkan karena pengerasan jaringan
7. Bengkak merah, lembut dan sangat nyri

3. Etiologi dan Faktor predisposisi


Umumnya bakteri seperti stafilokokus dan Escherichia coli
adalah penyebab paling umum. Infeksi jamur kadang-kadang
menyebabkan abses. Masuknya bakteri ke daerah sekitar anus
dan rectum.

4. Patofisiologi

- Infeksi bakteri Bakteri mengadakan Tubuh bereaksi untuk


- Bend asing multiplikasi dan merusak perlindungan terhadap
menyebabkan luka jaringan yang ditempati penyebaran infeksi
- Reaksi hypersensitive
- Agen fisik
Terjadi proses peradangan
Factor predisposisi
Nyeri akut Abses terbentuk dan
terlokasi (dari matinya
Resiko infeksi Penyebab infeksi jaringan nekrotik, bakteri
dan sel darah putih)

Operasi Dilepasnya zat pirogen Kurang informasi


leukosit pada jaringan
Panas Defisiensi pengetahuan
Kerusakan integritas
jaringan resiko ansietas Hipertermi

5. Klasifikasi
Berdasarkan lokasi anatomi abses perianal dibagi menjadi
empat yaitu:
1. Abses perianal dibawah kulit saluran dubur yaitu jenis yang
paling umum terhitung sekitar 60% yang sering muncul.
Terdapat bhan purulen dibawah kulit saluran di bawah
dubur dan tidak melintang splingter eksternal.
2. Abses dalam urutan frekuensi yang ischiorectal
Ketika nanah kedalam ischiorectal. Nanah terkandung
spingter analinternal dan eksternal.
3. Abses supralevator
Penyakit utama dipunggung yang menyebabkan (misalnya
radang usus buntu, penyakit diverticular, spesies
ginekologi) atau nanah memperluas melalui otot logitudinal
rectum dan mencapai diatas levator.
4. Abses horseshoe
Sangat jarang, hasil dari infiltrasi sekeliling nanah dalam
intersphincretic.

6. Pemeriksaan diagnostik
Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dalam, bisa
dilakukan pemeriksaan rontgen, USG, CT scan atau MRI.

7. Penatalaksanaan medik dan implikasi keperawatan


Terapi Paliatif terdiri dari rendam duduk dan analgesic. Namun
tindakan bedah segera untuk menginsisi dan mendrainase abses
adalah tindakan pilihan. Apabila terdapat infeksi lebih dalam
dengan kemungkinan fistula, saluran fistula harus diangkat
ketika abses di insisi dan didrain. Atau prosedur kedua
dilakukan . luka dapat diberi tampon dengan kasa dan dibiarkan
sembuh dengan granulasi.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas diri
Identitas pasien diisi mencakup nama, umur, jenis kelamin,
status pernikahan, Agama, pendidikan, pekerjaan,suku bangsa,
tgl masuk RS, alamat. Untuk penangung jawab dituliskan
nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat.

b. Keluhan utama
Mengkaji keluhan utama apa yang menyebabkan pasien
dirawat. Apakah penyebab dan pencetus timbulnya penyakit,
bagian tubuh yang mana yang sakit, kebiasaan saat sakit
kemana minta pertolongan, apakah diobati sendiri atau
menggunakan fasilitas kesehatan. Apakah ada alergi, apakah
ada kebiasaan merokok, minum alkohol, minum kopi atau
minum obat-obatan.

c. Riwayat kesehatan sekarang


Mengkaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di
anamnesa meliputi palliative, provocative, quality, quantity,
region, radiaton, severity scala dan time.

d. Riwayat kesehatan dahulu


Penyakit apa saja yang ppernah di derita. Klien mengatakan
belum pernah megalami penyakit seperti ini sebelumnya.

e. Riwayat kesehatan keluarga


Mengidentifikasi apakah keluarga ada riwayat penyakit
menular atau turunan atau keduanya.
a) Bila ditemukan riwayat penyakit menular dibuat struktur
keluarga, dimana diidentifikasi individu-individu yang
tinggal serumah bukan genogram.
b) Bila ditemukan riwayat penyakit keturunan dibuat

f. Aktivitas sehari-hari

Megkaji aktivitas pasien selama dirumah ataupun dirumah sakit


meliputi pola nutrisi, pola istirahat tidur, pola personal hygine,
pola aktivitas, dan pola eliminasi.

g. Pemeriksaan fisik Head to toe

1. Keadaan Umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan sakit dan
gelisah atau cemas akibat adanya bisul pada daerah anus.

2. Tanda-Tanda Vital

Tekanan darah normal, nadi cepat, suhu meningkat dan


pernafasan meningkat.

3. Pemeriksaan Kepala Dan Leher

a. Kepala Dan Rambut


Pemeriksaan meliputi bentuk kepala, penyebaran dan
perubahan warna rambut serta pemeriksaan tentang luka.
Jika ada luka pada daerah tersebut, menyebabkan
timbulnya rasa nyeri dan kerusakan kulit.
b. Mata
Meliputi kesimetrisan, konjungtiva, reflek pupil terhadap
cahaya dan gangguan penglihatan.

c. Hidung
Meliputi pemeriksaan mukosa hidung, kebersihan, tidak
timbul pernafasan cuping hidung, tidak ada sekret.

d. Mulut
Catat keadaan adanya sianosis atau bibir kering.

e. Telinga
Catat bentuk gangguan pendengaran karena benda asing,
perdarahan dan serumen. Pada penderita yang bed rest
dengan posisi miring maka, kemungkinan akan terjadi
ulkus didaerah daun telinga.

f. Leher
Mengetahui posisi trakea, denyut nadi karotis, ada
tidaknya pembesaran vena jugularis dan kelenjar linfe.

4. Pemeriksaan Dada Dan Thorax


Inspeksi bentuk thorax dan ekspansi paru, auskultasi irama
pernafasan, vokal premitus, adanya suara tambahan, bunyi
jantung, dan bunyi jantung tambahan, perkusi thorax untuk
mencari ketidak normalan pada daerah thorax.

5. Abdomen
Bentuk perut datar atau flat, bising usus mengalami
penurunan karena immobilisasi, ada masa karena
konstipasi, dan perkusi abdomen hypersonor jika dispensi
abdomen atau tegang.

6. Urogenital
Inspeksi adanya kelainan pada perinium. Biasanya klien
dengan fistula ani yang baru di operasi terpasang kateter
untuk buang air kecil.

7. Muskuloskeletal
Adanya fraktur pada tulang akan menyebabkan klien
bedrest dalam waktu lama, sehingga terjadi penurunan
kekuatan otot.

8. Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran dikaji dengan sistem GCS. Nilainya bisa
menurun bila terjadi nyeri hebat (syok neurogenik) dan
panas atau demam tinggi, mual muntah, dan kaku kuduk.

9. Pemeriksaan Kulit
a. Inspeksi kulit
Pengkajian kulit melibatkan seluruh area kulit termasuk
membran mukosa, kulit kepala, rambut dan kuku.
Tampilan kulit yang perlu dikaji yaitu warna, suhu,
kelembaban, kekeringan, tekstur kulit (kasar atau
halus), lesi, vaskularitas. Yang harus diperhatikan oleh
perawat yaitu :

1) Warna, dipengaruhi oleh aliran darah, oksigenasi,


suhu badan dan produksi pigmen. Lesi yang dibagi
dua yaitu :
a. Lesi primer, yang terjadi karena adanya
perubahan pada salah satu komponen kulit.
b. Lesi sekunder adalah lesi yang muncul setelah
adanya lesi primer.
Gambaran lesi yang harus diperhatikan oleh perawat
yaitu warna, bentuk, lokasi dan kofigurasinya.
2) Edema
Selama inspeksi kulit, perawat mencatat lokasi,
distribusi dan warna dari daerah edema.

3) Kelembaban
Normalnya, kelembaban meningkat karena
peningkatan aktivitas atau suhu lingkungan yang
tinggi kulit kering dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, seperti lingkungan kering atau lembab yang
tidak cocok, intake cairan yang inadekuat.

4) Integritas
Yang harus diperhatikan yaitu lokasi, bentuk, warna,
distribusi, apakah ada drainase atau infeksi.

5) Kebersihan kulit
6) Vaskularisasi
Perdarahan dari pembuluh darah menghasilkan
petechie dan echimosis.

b. Palpasi kulit
Yang perlu diperhatikan yaitu lesi pada kulit,
kelembaban, suhu, tekstur atau elastisitas, turgor kulit.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk
defekasi akibat nyeri selama eliminasi.
2. Cemas berhubungan dengan rencana pembedahan dan rasa
malu.
3. Nyeri berhubungan dengan iritasi, tekanan dan sensitifitas pada
area rectal/anal sekunder akibat penyakit anorectal dan spasme
sfingter pada pasca operatif.
4. Perubahan eliminasi berhubungan dengan rasa takut nyeri pada
pasca operatif.

3. Intervensi Keperawatan dan Rasional


No Diagnosa Intervensi Rasional
1 Konstipasi 1. Masukkan 1. Untuk
berhubungan cairan memberikan
dengan sedikitnya 2 hidrasi.
2. Meningkatkan
mengabaikan liter sehari.
2. Makanan tinggi bulk dalam
dorongan untuk
serat dianjurkan feses dan
defekasi akibat
3. Anjurkan
membuatnya
nyeri selama
pasien untuk
lebih mudah
eliminasi.
miring
dikeluarkan.
4. Anjurkan
3. Merangsang
pasien untuk
usus dan
latihan relaksasi
merangsang
sebelum
keinginan
deefekasi
defekasi sebisa
5. Berikan
mungkin.
analgesic
4. Membantu
sebelum
merilekskan
pergerakan usus
otot perianal
benar-benar
abdomen yang
terjadi
kemungkinan
mengalami
konstruksi dan
spasme.
5. Melakukan
fungsi
kolaborasi
dalam
penanganan
bersama.
2 Cemas 1. Berikan 1. Memberikan
berhubungan kebutuhan informasi
dengan rencana psikososial sehingga
pembedahan dan kusus dan identifikasi
rasa malu. rencana asuhan privasi klien
2. Pasien merasa
keperawatan
lebih nyaman
bersifat
dan
individu
2. Batasi mempertahank
pengunjung bila an privasi
pasien pasien saat
menginginkan memberikan
3. Balutan kotor
perawatan.
dibuang 3. mencegah bau
keruangan tidak enak
segera sehingga
pasien lebih
enak.
3 Nyeri 1. Berikan 1. Penjelasan
berhubungan penjelasan pada yang benar
dengan iritasi, klien sebab dan membuat klien
tekanan dan akibat nyeri mengerti
2. antalan flotasi
sensitifitas pada sehingga dapat
dibawah
area rectal/anal diajak
bokong pada
sekunder akibat kerjasama
saat duduk 2. Menurunkan
penyakit
3. Berikan juga
nyeri
anorectal dan
pemberian es 3. Kompres
spasme sfingter
dan selep meningkatkan
pada pasca
analgesic sirkulasi dan
operatif. 4. Rendam duduk
meringankan
3 – 4 kali sehari
jaringan
teriritasi
4. menghilangkan
rasa sakit dan
nyeri dengan
melepaskan
sfingter
4 Perubahan 1. Meningkatkan 1. Mendorong
eliminasi masukan cairan berkemih
2. Pasang kateter
berhubungan sepontan
3. Pantau
2. Memudahkan
dengan rasa takut
pengeluaran
pasien untuk
nyeri pada pasca
urin dengan
eliminasi
operatif.
cermat
urinarius
4. Sisi operasi
3. Mengetahui
harus dipantau
output dengan
dengan sering
tepat dan
terhadap
adekuat
munculnya 4. mengetahui
perdarahan dengan benar
keadaan klien
pada daerah
sekitar anal

Anda mungkin juga menyukai