I. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
2. Manifestasi klinis
Abses dapat terjadi diberbagai ruangan di dalam dan sekitar
rectum. Sering kali mengandung pus berbau menyengat dan
nyeri. Apabila abses terletak superficial, maka akan tampak
bengkak, kemerahan dan nyeri tekan. Abses yang terletak lebih
dalam mengakibatkan gejala toksik dan bahkan nyeri abdomen
bawah, serta demam. Sebagian besar abses rectal akan
mengakibatkan fistula.
1. Sembelit yang mungkin terjadi
2. Dhischarge nanah dari rectum (ekstensi/substensi yang
dikeluarkan dari rectum)
3. Demam
4. Benjolan atau bintil, bengkak merah, tender ditepi anus
5. Nyeri berkaitan dengan buang air bersar
6. Menyakitkan karena pengerasan jaringan
7. Bengkak merah, lembut dan sangat nyri
4. Patofisiologi
5. Klasifikasi
Berdasarkan lokasi anatomi abses perianal dibagi menjadi
empat yaitu:
1. Abses perianal dibawah kulit saluran dubur yaitu jenis yang
paling umum terhitung sekitar 60% yang sering muncul.
Terdapat bhan purulen dibawah kulit saluran di bawah
dubur dan tidak melintang splingter eksternal.
2. Abses dalam urutan frekuensi yang ischiorectal
Ketika nanah kedalam ischiorectal. Nanah terkandung
spingter analinternal dan eksternal.
3. Abses supralevator
Penyakit utama dipunggung yang menyebabkan (misalnya
radang usus buntu, penyakit diverticular, spesies
ginekologi) atau nanah memperluas melalui otot logitudinal
rectum dan mencapai diatas levator.
4. Abses horseshoe
Sangat jarang, hasil dari infiltrasi sekeliling nanah dalam
intersphincretic.
6. Pemeriksaan diagnostik
Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dalam, bisa
dilakukan pemeriksaan rontgen, USG, CT scan atau MRI.
b. Keluhan utama
Mengkaji keluhan utama apa yang menyebabkan pasien
dirawat. Apakah penyebab dan pencetus timbulnya penyakit,
bagian tubuh yang mana yang sakit, kebiasaan saat sakit
kemana minta pertolongan, apakah diobati sendiri atau
menggunakan fasilitas kesehatan. Apakah ada alergi, apakah
ada kebiasaan merokok, minum alkohol, minum kopi atau
minum obat-obatan.
f. Aktivitas sehari-hari
1. Keadaan Umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan sakit dan
gelisah atau cemas akibat adanya bisul pada daerah anus.
2. Tanda-Tanda Vital
c. Hidung
Meliputi pemeriksaan mukosa hidung, kebersihan, tidak
timbul pernafasan cuping hidung, tidak ada sekret.
d. Mulut
Catat keadaan adanya sianosis atau bibir kering.
e. Telinga
Catat bentuk gangguan pendengaran karena benda asing,
perdarahan dan serumen. Pada penderita yang bed rest
dengan posisi miring maka, kemungkinan akan terjadi
ulkus didaerah daun telinga.
f. Leher
Mengetahui posisi trakea, denyut nadi karotis, ada
tidaknya pembesaran vena jugularis dan kelenjar linfe.
5. Abdomen
Bentuk perut datar atau flat, bising usus mengalami
penurunan karena immobilisasi, ada masa karena
konstipasi, dan perkusi abdomen hypersonor jika dispensi
abdomen atau tegang.
6. Urogenital
Inspeksi adanya kelainan pada perinium. Biasanya klien
dengan fistula ani yang baru di operasi terpasang kateter
untuk buang air kecil.
7. Muskuloskeletal
Adanya fraktur pada tulang akan menyebabkan klien
bedrest dalam waktu lama, sehingga terjadi penurunan
kekuatan otot.
8. Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran dikaji dengan sistem GCS. Nilainya bisa
menurun bila terjadi nyeri hebat (syok neurogenik) dan
panas atau demam tinggi, mual muntah, dan kaku kuduk.
9. Pemeriksaan Kulit
a. Inspeksi kulit
Pengkajian kulit melibatkan seluruh area kulit termasuk
membran mukosa, kulit kepala, rambut dan kuku.
Tampilan kulit yang perlu dikaji yaitu warna, suhu,
kelembaban, kekeringan, tekstur kulit (kasar atau
halus), lesi, vaskularitas. Yang harus diperhatikan oleh
perawat yaitu :
3) Kelembaban
Normalnya, kelembaban meningkat karena
peningkatan aktivitas atau suhu lingkungan yang
tinggi kulit kering dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, seperti lingkungan kering atau lembab yang
tidak cocok, intake cairan yang inadekuat.
4) Integritas
Yang harus diperhatikan yaitu lokasi, bentuk, warna,
distribusi, apakah ada drainase atau infeksi.
5) Kebersihan kulit
6) Vaskularisasi
Perdarahan dari pembuluh darah menghasilkan
petechie dan echimosis.
b. Palpasi kulit
Yang perlu diperhatikan yaitu lesi pada kulit,
kelembaban, suhu, tekstur atau elastisitas, turgor kulit.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk
defekasi akibat nyeri selama eliminasi.
2. Cemas berhubungan dengan rencana pembedahan dan rasa
malu.
3. Nyeri berhubungan dengan iritasi, tekanan dan sensitifitas pada
area rectal/anal sekunder akibat penyakit anorectal dan spasme
sfingter pada pasca operatif.
4. Perubahan eliminasi berhubungan dengan rasa takut nyeri pada
pasca operatif.