Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DENGAN DIAGNOSA MEDIS “ABSES MANDIBULA”

DI RUANG PERAWATAN BEDAH KELAS 1

RSU. TK II PELAMONIA MAKSSAR

OLEH :

ROSNAENI, S.KEP

D. 19. 07. 025

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN AJARAN 2019.2020


ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA TN “I” DENGAN
DIAGNOSA MEDIS “ABSES MANDIBULA SINISTRA”

DI RUANG PERAWATAN BEDAH KELAS 1

RSU. TK II PELAMONIA MAKSSAR

OLEH :

ROSNAENI, S.KEP

D. 19. 07. 025

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN AJARAN 2019.2020


LAPORAN PENDAHULUAN
“ ABSES MANDIBULA”
A. Definisi
Abses adalah suatu penimbunan nanah, yang biasanya terjadi akibat
atau infeksi bakteri (Harrison,2004).
Abses adalah kumpulan tertutup jaringan cair, yang di kenal sebagai
nanah di suatu tempat di dalam tubuh, dan ini adalah hasil reaksi dari
pertahanan tubuh terhadap benda asing (Mansjoer A, 2005).
Abses adalah tahap terakhir dari suatu infeksi jaringan yang diawali
dengan proses yang disebut peradangan (Bambang, 2005).
Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala berupa kantong
berisi nanah (Siregar,2004), sedangkan abses mandibula adalah abses yang
terjadi di mandibula atau salahsatu komponennya sebagai kelanjutan infeksi
dari daerah leher (Smeltzer dan Barre, 2004).
Jadi, dapat di simpulkan dari beberapa definisi diatas bahwa abses
merupakan penumpukan cairan atau biasa disebut dengan nanah yang di
sebabkan oleh bakteri sedangakan abses mandibula adalah penumpukan
cairan atau nanah di daerah mandibula.
B. Etiologi
Menurut siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses
melalui beberapa cara, yaitu :
1. Bakteri masuk kebawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum
yang tidak steril
2. Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain
3. Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan
tidak menimbulkan gangguan, tapi kadang bisa menyebabkan timbulnya
abses
4. Dan peluang terbesar bisa terbentuknya abses dan bisa meningkat yaitu
terdapatnya kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi
5. Darah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang
C. Patofisiologi
Jika bakteri menyusup kedalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi
infeksi. sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi
jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. sel-sel darah putih yang merupakan
pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga
tersebut, dan setelah menelan bakteri. sel darah putih akan mati, sel darah
putih yang mati inilah yang akan membentuk nanah yang mengisi rongga
tersebut. akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan
terdorong jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi
dinding pembatas. abses hal ini merupakan mekanisme tubuh mencegah
penyebaran infeksi lebih lanjut jika suatu abses pecah di dalam tubuh maka
infeksi bisa menyebar ke dalam tubuh maupun di bawah permukaan kulit,
tergantung kepada bakteri abses.
D. Manifestasi Klinik
Gejala dari abses tergantung kepada lokasi dan pengaruhnya terhadap
fungsi atau organ saraf, tetapi gejalanya bisa berupa :
1. Nyeri leher
2. Nyeri tekan
3. Teraba hangat
4. Pembengkakan
5. Kemerahan
6. Demam
7. Tampak adanya benjolan
E. Pemeriksaan Penunjang
Abses di kulit atau di bawah kulit sangat mudah di kenali, sedangkan
abses dalam sering kali sulit di temukan. pada penderita abses, biasanya
pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih. untuk
menentukan ukuran dan lokasi abses dalam bisa di lakukan pemeriksaan :
1. Rontgen
2. USG
3. CT.scan
4. MR
F. Penatalaksanaan Medis
1. Pemberian antibotik (parenteral) dengan dosis tinggi, gunanya untuk
membunuh kuman aerob maupun anaerob.
2. Bila abses telah terbentuk, maka evakuasi abses dapat dilakukan,
evakuasi abses ini dapat dilakukan dalam anastesi lokal untuk abses yang
dangkal dan terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis bila letak abses
dalam dan luas.
3. Mengingat adanya kemungkinan sumbatan jalan nafas, maka tindakan
trakeostomi perlu di pertimbangkan.
4. Paien di rawat inap 1-2 hari, hingga gejala dan tanda infeksi redah.
G. Komplikasi
1. Infeksi yang berkelanjutan dapat menyebar luas ke parafaring
2. Peradangan intrakranial
3. Medistinitis
4. Kerusakan dinding pembuluh darah
5. Bila pembuluh karotis mengalami nekrosis maka dapat terjadi ruptur,
sehingga terjadi perdarahan hebat
6. Bila terjadi periflebitis atau endoflebitis, dapat timbul trombiflebitis dan
septicemia.
H. Pathway

Bakteri staphylococcuc aureus

Menginvasi jaringan sehat Mk:Kerusakan


integritas jaringan kulit

Infeksi

Kematian sel Meningkatkan rongga


berisi jaringan dan sel
mati

Pelepasan sitoksin Akumulasi pus dalam


rongga

Memicu inflamasi Mendorong jaringan


sekitarnya

Menarik kedatangan leukosit Terbentuk dinding oleh


sel-sel sehat

Leukosit melawan infeksi ABSES

Kematian leukosit
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas atau data umum terdiri dari : nama, umur, jenis kelamin, alamat,
tanggal lahir, nomor RM, status, suku, agama, diagnosa, dll
b. Keluhan utama: biasanya pasien mengatakan adanya benjolan berupa
nanah di daerah yang tertentu, atau adanya nyeri pada dearah rahang.
c. Riwayat kesehatan : Keluarga, terdahulu dan sekarang
d. Riwayat psikososial
e. Pengkajian pola fungsi gordon : nutrisi metabolik, pola eliminasi, aktivitas
pola dan latihan, pola istirahat dan tidur, pola kognitif/persepsi, persepsi
diri/pola konsep diri, pola peran/hubungan, sexualitas, koping/pola
toleransi stress, nilai/pola keyakinan.
f. Pemeriksaan Fisik : kedaan umum, ttv, ukuran antropometric, mata,
hidung, mulut, leher, telinga, tengkuk, dada, abdomen, punggung,
genetalia, ektermitas, dan kulit.
2. Dignosa Keperawatan
a. Nyeri akut b/d agen cedra fisik/ kerusakan jaringan kulit
b. Kerusakan integritas kulit b/d truma mekanik (insisi abses)
c. Hipertermi b/d proses penyakit
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut b/d agen cedera fisik/ kerusakan jaringan kulit ( post op )
Tujuan : Nyeri terdaptasi, berkurang, atau hilang.
Kriteria hasil : klien mengatakan skala nyeri berkurang, dan grimace (-)
Intervensi :- identifikasi nyeri secara komprehensif melupti lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, dan faktor presipitasi.
- identifikasi apa yang memperberat dan meperingan nyeri
- obervasi reaksi non verbal dan ketidaknyamanan
- ajarkan teknik relaksasi dan nonfarmakologi
- beri dukungan istirahat/tidur yang adekuat yang dapat
membantu penurunan nyeri
- cek riwayat alergi
- bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan
- kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
- monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
- evaluasi efektifitas analgesik tanda dan gejala efek
samping
b. Kerusakan integritas kulit b/d trauma mekanik (insisi abses)
Tujuan : integritas kulit dan jaringan yang normal setelah di lakukan
perawatan.
Kriteria hasil : kulit utuh, sensasi (+), turgor kulit normal, sianosis (-),
jaringan nekrotik (-), pus (-), dan ketebalan normal.
Intervensi :- identifikasi karakteristik luka
- identifikasi karakteristik drinase
- gunakan salep kulit
- anjurkan menggunakan pakaian longgar
- gunakan prinsip steril dalam perawatan luka
- berikan perawatan ulkus pada kulit yang di perlukan
- periksa luka setiap kali di berikan perubahan balutan (ganti
verbang)
- monitor ttv : td, nadi, pernafasan dan suhu
- ajarkan keluarga dan pasien prosedur perawatan luka
c. Hipertermi b/d proses penyakit
Tujuan : suhu tubuh klien dalam batas normal
Kriteria hasil : suhu tubuh 36,5 – 37,5 °C, perubahan warna kulit, tidak ada
kegelisahan kelelahan, dan tidak ada distensi pernafasan.
Intervensi : - identifikasi suhu tubuh
- monitor temperatur tiap 8 jam
- monitor warna kulit dan temperatur tiap 8 jam
- monitor ttv tiap 8 jam
- tingkatkan pemasukan cairan melalui mulut
- monitor suhu paling sedikit 2 hari sesuai kebutuhan
- monitor gejala hipertermi
- atur suhu lingkungan sesuai kebutuhan pasien
- berikan pemasukan nutrisi dan cairan yang adekuat
- kolaborasi dalam pemberian antipiretik
4. Evaluasi
S : Terdiri dari data subjectif, yang mengatakan klien sudah tidak lagi
mengalami hal tersebut atau telah mengalami perubahan dari keluhan
sebelumnya.
O : Terdiri dari data objectif, yang mengatakan klien sudah tampak ada
perubahan dari keluhan sebelumnya.
A : Dimana keluhan-keluhan tersebut baik dari data subjectif maupun data
objectif masalah sudah teratasi atau belum.
P : Apa rencana atau tindakan selanjutnya setelah mengetahui baik data
subjectif maupun objectif yang belum teratasi ataupun sudah teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

Bambang, 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Brunner and Suddarth’s. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta : EGC

Harison, Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Editor dalam bahasa inggris :


kurt J . Lessebacher. Et. Al : editor bahasa indonesia Ahmad H. Asdie.
Edisi 13. jakarta : EGC. 2004

Mansjoer, A. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Abses


Submandibula. Jakarta : EGC

Siregar, R,S. Atlas Berwarna Saripati Kulit. Editor Huriawati Hartanta. Edisi 2.
Jakarta : EGC, 2004

Suzanne, C, Smeltzer, Brenda G Barre. Buku Ajar Keperawatan Medikal-


Bedah. Brunner and Suddarth. Ahli Bahasa Agung Waluyo. (et, al) Editor
Bahasa Indonesi : Monica Ester. Edisi 8 jakarta : EGC, 2004

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: dianosis


NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai