1. Pengkajian Primer
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karena harus dicek Airway,
Breathing dan Circulation
Airway
Apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segara pasang
Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain : terkurung
dalam api,luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum yang
hitam.
Breathing
Eschar yang melingkari dada dapat menghambat pergerakan dada untuk bernapas,
segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain yang dapat
menghambat pernapasn, misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur
costae.
Circulation
Luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan edema pada
luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena kebocoran plasma yang
luas. Manajemen cairan pada pasien luka bakar, dapat diberikan dengan Formula
Baxter.
Formula Baxter
a) Total cairan : 4CC x Berat Badan x luas luka bakar.
b) Berikan 50% dari total cairan dalam 8 jam pertama, sisanya dalam 16 jam
berikutnya.
Disabilities
Pada primary survey, disability dikaji dengan menggunakan skala AVPU :
a) A – alert, yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya mematuhi perintah
yang diberikan
b) V – vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang tidak bisa
dimengerti.
c) P – responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai jika
ekstremitas awal yang digunakan untuk mengkaji gagal untuk merespon).
d) U – unresponsive to pain, jika pasien tidak merespon baik stimulus nyeri
maupun stimulus verbal.
2. Pengkajian Sekunder
Head to to :
Pemeriksaan penunjang :
a) Laboratorium : Hb,Ht, Leucosit, Thrombosit, Gula darah, Elektrolit, Ureum,
Kreatinin, Protein, Albumin, Hapusan luka, Urine lengkap, Analisa gas darah
(bila diperlukan), dll.
b) Rontgen : Foto Thorax.
c) EKG.
d) CVP : untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka bakar
lebih dari 30% dewasa dan lebih dari 20% pada anak.
DAFTAR PUSTAKA