Anda di halaman 1dari 10

BAB I

KONSEP DASAR

A. Definisi

Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi kibat atau

infeksi bakteri. (www.,medicostre.com,2004)

Penyakit infeksi adalah beberapa penyakit yang disebabkan oleh

pertumbuhanorganisme atogenik dalam tubuh.(Brunner d Suddarth,2001)

Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejalaberupa kantong

berisi nanah. ( R,S,Siregar,2004).

B. Penyebab

Menurut R,S, siregar,2004,suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan

abses melalui beberapa cara yang lain :

- Bakteri masuk kebawah kuit akibat luka yang berasal dari tusukan jarum

yang tidak steril

- Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain

- Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia

dantidak menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya

abses .

Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :

- Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi

- Darah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang


- Terdapat gangguan sisitem kekebalan.

Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru, mulut,

rektum, dan otot.

Abses yang sering ditemukan didalam kulit atau tepat dibawah kulit

terutama jika timbul diwajah.

C. Patofisiologi

Jika bakteri menusup kedalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi

infeks. Sebgian sel mati dan \hancur, menigglakan rongga yang berisi

jaringan dan se-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan

pertahanan tubuh dalalm melawan infeksi, bergerak kedalam rongga

tersebut, dan setelah menelan bakteri.sel darah putih kakan mati, sel darah

putih yang mati inilah yang memebentuk nanah yang mengisis rongga

tersebut.

Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan

terdorong jaringan pada akhirnya tumbuh di sekliling abses dan menjadi

dinding pembatas. Abses hal ini merupakan mekanisme tubuh mencefah

penyebaran infeksi lebih lanjut jka suat abses pecah di dalam tubuh maka

infeksi bisa menyebar kedalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit,

tergantung kepada lokasi abses.(www.medicastre.com.2004).


D. Gejala

Menurut Smeltzer dan Bare,2001, gejala dari abses tergntung kepada

lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf.

Gejalanya bisa berupa :

- nyeri

- nyeri tekan

- Teraba hangat

- Pembengakakan

- Kemerahan

- Demam

Suatu absesyanmg terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak

sebagi benjolan. Adapun lokasi abses antar lain ketiak, telinga, dan

tungkaibawah. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih

putih karena kulit diatasnya menipis.

Suatu abses di dalam tubuh, sebelum menimbulkan gejala seringkali terlebih

tumbuh lebih besar. Abses dalam lebih mungkin menyebarkan infeksi

keseluruh tubuh.

E. Diagnosa

Abses dikulit atau dibawah kulit.sdanagat mudah dikenali. Sedangkan

abses dalam sering kali sulit ditemukan. Pada penderita abses, biasanya

pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih.


Untuk menetukan ukuran dan lokasi abses dalam bissxa dilkukan

pemeriksaan rntgen,USG, CT, Scan, atau MRI.

F. Pengobatan

Suatu abses seringkali membaik tanpa pengobatan, abses akan pecah

dengna sendirinya dan mengeluarkan isinya.kadang abses menghilang secara

perlahan karena tubuh menghacncurkan. infeksi yang terjadi dan menyerap

sisa-sisa infeksi, abses pecah dan bisa meninggalkan benjolan yang keras.

Untuk meringankn nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses

bisa ditusuk dan dikeluarkan isinya.

Suatu abses tidak memiliki aliran darah,sehingga pemberian antibiotik

biasanya sia-sia.

Antibiotik biasanya diberikan setelah abses mengering dan hla ini

dilakukan untuk mencegah kekambuhan. Antibiotik juga diberikan jika abses

menyebarkan infeksi kebagian tubuh lainnya.


PATHWAY

Bakteri

Jaringan sel terinfeksi

Peradangan Sel darah putih mati

Demam Jaringan menjadi abses


& berisi PUS

Kurang pengetahuan
Hipertermi Pecah tentang penyakit

Kerusakan integritas jaringan Cemas


NCP

1. Nyeri Akut yang berhubungan dengan Agen Injury Biologi

Tujuan : klien mampu mencapai leve yang nyaman setelah dilakukan

perawatan

Kriteria hasil:

No Indikator 1 2 3 4 5
1. Melaporkan secara fisik sehat
2. Meloporkan puas dapat mengontrol gejala
3. Mengekspresikan puas dengan fisiknya
4. Mengekspresikan kepuasan dengan berhubungan
Sosial
5. Mengekspresikan kepuasan secara spiritua
6. Melaporkan puas dengan kemandiriannya
7. Melaporkan puas dengan kontrol nyeri

Keterangan :

1. Tidak ada

2. Terbatas

3. Sedang

4. Sering

5. Paling

Intervensi :

a. Manajemen Nyeri

1. Kaji nyeri secara komprhensif meliputi lokasi, karakteristik durasi,

frekuensi, dan faektor presipitas.

2. Observasi reaksi non verbal dariketidak nyamanan

3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan


4. Berikan analgesik untuk mengurangi nyeri, klabrasi dengan dokter jika ada

komplai dan tindakan nyeri yang tidak berhenti

5. Ajarkan teknik non farmaklogi,lbiotedback,leahsasi,distraksi, anagenh

admnistrasi

6. tentukan lokassi,karakteristik, kualias dan derajat nyeri sebelum obat

7. cek riwayat alergi

8. monitor vita sign sebeumdan sesudah pemberian analgsik pertama kali

9. berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat sesuai porgram

10. Evaluasi efektifitas analgesik tanda dan gejala efek samping

11. Laksanakan terapi dokter unutk pemberian obat

2. Hipertermi yang berhubungan dengan proses penyakit

Tujuan : klien mampu mendapat status termoregulasi secar normal setelah

dilakukan tindakan keperawatan

Kriteria hasil :

No Indikator 1 2 3 4 5
1. Suhu tubuh DBN
2. Perubahan warna kulit
3. Tidak ada kegelisahan kelelahan
4. Perubahan DBN
5. Tidak ada ditensi pernapasan
DBN : dalam batasz normal

Keterangan :

a. Tidak sesuai harapan

b. Kurang sesuai harapan

c. Sedang sesuai harapan

d. Cukup sesuai harapn


e. Sesuai harapan

Intervensi :

a. Menangani panas

1. Monitor temperatur tiap 8 jam

2. Monitor warna kulit dan temperatur tiap 8 jam

3. Monitor TTV tiap 8 jam

4. Tingkatkan pemasukan cairan melalui mulut

b. Pengaturan suhu

1. Monitor suhu paling sedikit 2 hari sesuai kebutuhan

2. Monitor temperatur baru sampai stabil

3. Monitor gejala hipertermi

4. Monitor TTV

5. kolaborasi dalam pemberian antipiretik

6. Atur suhu lingkungan sesuai kebtuhan pasien

7. Berikan pemasukan nutrisi dan cairan yang adekuat.

3. Kerusakan Integritas kulit yang berhubungan dengan trauma mekanik

Tujuan : klien mampu mendapatkan integritas kulit dan jaringan yang normal

setelah dilakukan perawatan

Kriteria hasil :

Indikator 1 2 3 4 5
1. Temperatur jaringan DHYD
2. Sensasi DHYD
3. Elastisitas DHYD
4. hidrasi DHYD
5. Respiasi DHYD
6. warna DHYD
7. ketebalan DHYD
8. keutuhan kulit

Keterangan :

a. tidak ada

b. Ringan

c. Sedang

d. Agak Berat

e. Berat

Intrvensi :

a. Perawatan luka

1. Catat karakteristik luka

2. Catat karakteristik drainese

3. Gunakan saleb kulit atau isi

4. Pakaikan pakaian yang longgar

5. Gunakan prinsip steril untuk perawatan luka

6. Ajarkan keluarga dan pasien prosedur perawatan luka

DAFTAR PUSTAKA

Harrison. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Editor dalam bahasa Inggris : kurt
J. Lessebacher. Et. Al : editor bahasa Indnesia Ahmad H. Asdie. Edisi
13. jakarta : EGC. 1999.

NANDA, 2005

NIC, 2005
NOC2005

Siregar, R,S. Atlas Berwarna Saripati Kulit. Editor Huriawati Hartanta. Edisi 2.
Jakarta:EGC,2004.

Suzanne, C, Smeltzer, Brenda G Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah


Bruner and Suddarth. Ali Bahasa Agung Waluyo. ( et,al) Editor bahasa
Indonesia :Monica Ester. Edisi 8 jakarta : EGC,2001.

www.medicastore.Com.2004

Anda mungkin juga menyukai